Tipe-tipe Sem·a ntik Kata _K erja Bahasa Indonesia Kontemporer
'
..
t.
___
,' \.
.
H
........____~-··- ·
A
D
I
A
\ PUSAT P£MBINAAN DA-ft PEllGEMBA
H NBA!I tAGAll
) . .}
Tipe-tipe Semantik Kata ·Kerja Bahasa Indonesia Kontemporer
--~ -i- _ _ _H_A.._ . -D-1-A~H~...
~i
PUSAT PERllAAI DMI PEl8EMIAllAI 11\1
l _;
I
Tipe-tipe Semantik Kata Kerja Bahasa Indonesia Kontemporer
D.P. Tampubolon Abubakar M. Sitorus
p E p IJ <;TI\., I\ " • I PUS ·'.IT PF'r;n: J'\" ",.I '""''\J PE "IGE'viB '.'> ~ 1 G I\ 'I P "'-t ' S \ OEPA RTEMEN P':: " llJ " 1 1 '<\ \l
DAN KEBU OAY!\\l\J
WT PE1111911A_, DAN QEMRTEMEN
PENGE.,_~N
PENDIDIKAN
DAN
BAHASA
KE8UDAYAAN
~KARTA
1979 III
Hak Clpta pada Departemen Pendldikan dan Kebudayaal)
Perpustaka an Pus at ne r.i binaa n dan Pe ~ ge l'lbilngan B ah ~ so 11.1o lnduk :
Tgl
Ttd
Editor S. Effendi
·Seri Bbi9 · Buku lni semula merupakan 1111lah 1111tu naskah basil Proyek Penelitlan Bahasa dan Sutra / Indonesia dan Daerah - Jakarta 1977 /1978. ,, Staf Inti Proyek: S. Effendi (Pemimpln), Zulkamaln (Bendaharawan), Farid Hadi (Sekretarla), Muhadjir, Basuki Suhardl, Ayatrohaedl, Sri Sukeai Adlwlnata, Dendy. Su1<>no, Maman Sumantrl (Aliaten), Prof. Dr. Aman Halim, Dr. Astrid S. SuMnto, dan Dr. MuUanto Sumardl (Konaultan). Sebalian atau seluruh iii buku lnl dilarana diaunakan atau dlperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa lzln tertulls darl penerblt keeuall dalam hal. penptlpan untuk lr.epelluan penullaan artikel atau karanpn Dmlah. Alamat pnerblt: PuMt Pembin!IBn dan Penaembanlan Bah81111, Jalan Dlponegoro 82, Jakarta Punt.
IV
~
0
PRAK.ATA
Dalam Rencana Pemb.an8l"nan Lima Tahwi Kedua (1974/75 - 1978/79) telah ttigariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kd>udayaan nasional dalam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masaiah kebahasa- · an dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah termasuk sutranya tercapai, yakni berkembangnya kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sebgai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan masyarakat luas. Untuk mencapai tujuan akhir ini, perlu dilakukan kegiat2'n kebahasaan dan kesastraan seperti (1) pembakuan ejaan: tata bahasa, dan peristilahan melalui penelitian bahasa dan sastra bahasa daerah, penyusunan berbagai kamus istilah, dan penyusiman buku pedoman ejaan, pedoman tata bahasa, dan pedoman pembentukan istilah, (2) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagai media massa, (3) penterjemahan karya kesusastraan daerah yang utama, kesusastraan dunia, dan karya kebahasaan yang penting ke dalam baliasa Indonesia, (4) peitgembangan pusat infonnasi kebahasaan 'dai1 ke~ sastraan melalui penelitian, inventarisasi, .perekaman, pendokumentasian, dan pembinaan jaringan inforrnasi, dan (5) peneembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa dan sastra melalui penataran, sayembara mengarang, serta pemberian bea siswa dan hadiah pengharapan. Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan tersebut, dibentuklah oleh pemerintah, dalam hat ini Departemen Pendidikan dan Kebudajaail,. Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan P,erah pada Pusat Pem~ · binaan dan Pengembangan Bahasa (Proyek Penelitian Pu'Sat) pada tahun 1974 dengan tugas mengadakan penelitian bahasa dari sastra Indonesia dan daerah dalaJn sep1a aspeknya, terrnasuk peristilahen dalam berbapi bidang ilmu ·pengetaliuan dan teknologi. Kemudian, mengingat luasnya masalah kebahasaan dan kesastraan yang perlu digarap dan luasnya daerah penelitian yang
v
perlu dijangkau, mulai tahun 1976 proyek ini ditunjang oleh 10 proyek yang berlokasi di 10 propinsi, yaitu (1) Daerah Istimewa Aceh yang ili.kelola oleh Universitas Syiah Kuala, (2) Sumatra Barat yang dikelola oleh IKIP Padang, (3) Sumatra Selatan yang dikelola oleh Universitas Sriwijaya, (4) Kalimantan Selatan yang dikelola oleh Universitas Larnbung Mangkurat, (5) Sulawesi Selatan yang dikelola oleh IKIP dan Balai Penelitian Bahasa Ujungpandang, (6) Sulawesi Utara yang dikelola oleh Universitas Sam Ratulangi, (7) Bali yang dikelola oleh Universitas Udayana, (8) Jawa Barat dikelola oleh IKIP Bandung, (9) Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikelola oleh Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta, dan (10) Jewa Timur yang dikelola oleh IKIP Malang. Program kegiatan kesepuluh proyek di daerah ini merupakan bagian dari program kegiatan Poyek Penelitian Pusat di Jakarta yang disusun berdasarkan rencana induk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pelaksanaan program . proyek-proyek daerah dilakukan terutama oleh tenaga-tenaga perguruan tinggi di daerah yang bersangkutan berdasarkan pengarahan dan koordinasi dari Proyek Penelitian Pusat. Setelah lirna tahun berjalan, Proyek Penelitian Pusat menghasilkan lebih dari 200 naskah laporan penelitian tentang bahasa dan sastra lebih dari 30 naskah kamus istilah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan setelah tiga tahun bekerja, kesepuluh proyek di daerah menghasilkan 135 naskah laporan penelitian tentang berbagai aspek bahasa dan sastra daerah. Ratusan naskah ini tentulah tidak akan bermanfaat apabila hanya disimpan di gudang, tidak diterbitkan dan disebarluaskan di kalangan masyarakat luas. Buku Tipe-tipe Semantik Kata Kerja Bahasa Indonesia Kontemporer ini isemula merupakari naskah laporan penelitian yang disusun oleh tim peneliti dari Fakultas Keguruan Sastra dan Seni iKIP Medan dalam rangka kerja sama dengan Proyek Penelitian Pusat. Sesudah ditelaah dan diedit seperlunya di Jakarta, naskah tersebut diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Rthasa dengan dana Proyek Penelitian Pusat dalam usaha penyebarluasan basil penelitian di kalangan peneliti bahasa, peminat bahasa, dan masyarakat pada umumrtya. Akhirn1a, kepada Drs. S. Effendi, Pemimpin Proyek Penelitian Pusat, beserta staf, tim penelaah, editor, dan semua pihak yang memungkinkan terlaks ananya penerbitan buku irri, kami sampaikan terima kasih tak terhingga.
Jakarta, Desember 1979 VI
Prof. Dr. Amran Hallin Kepala Pusat Pembinaan dan ~engembangan Bahasa..
,f
\
.. KATA PENGANTAR
Perencanaan dan pelaksanaan peneptian ini hingga mencapai basil sebagaimana tercantum dalam - laporan ini .telah dimungkinkan terutama oleh dorongan, pengarahan, dan kepercayaan \yang diberikan oleb Pimpinan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indone~ia dan Daerah kepada kami, yang dituangkan dalam surat Perjanjian Kerj~ No. 31/SPK/P2BS/77-78. Atas dorongan, pengarahan, dan kepercayaan yang berbarga dan konstruktif ini. kanti mengucapkan terima kasib. Selanjutnya kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan kepada kami dalam melaksanakan penelitian ini, dan yang agaknya tak mungkin kami sebutkan di sini satu per satu. Khususnya kami sampaikan terima kasih kepada para informan yang telah bersedia kami temui di tempatnya masing.masing untuk membuat rebman. Demikian juga terima kasib kami sampaikan kepada teman sejawat dosen-dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, IKIP Medan yang telah sudi memberikan foformasi yang kami perlukan. · Kami menyadari benar bahwa basil yang kami capai sebagaimana tercantum dalam laporan ini masih mengandung berbagai kelemahan dan masih
(P
memerlukan penelitian yang lebih menyeluruh dan mendalam. Namun, kami berharap baltwa basil ini dapat merupakan suatu sumbangan dllam pembinaaii dan pengembaDgan baltua Indonesia sebagai bahasa modem d111 dalam pembinun dan pengembanpn linguistik di tanal\ air kita.
Medan, 20-Nowmber 1979
Ketua Tim Peneliti
VII
DAFTARISI
Prakata ............. . ..... .. ........ . ..... . ·........ V Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . VII /Jaftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .IX .Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ·. . . . . . . . . . . . . . XI
I.
Pendahuluan 1.1 Latar Belakang dan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Ruang Lingkup Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1.4 Sumber dan Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.5 Pengolahan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.
Kerangka Teori
i
1 Gabungan Eklektis Teori Chafe dan Fillmore . . . . . . . . . . . 2.2 Kepusatan Semantik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.3 · Kepusatan Kata Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 Pengertian Kata Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.5 Lima Kasus Proposisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.6 Dua Belas Tipe Kata Kerja Dasar· , . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.7 Penurunan Semantik .............. " ............ 2.8 Inkorporasi .......................• ; ........ 2.9 Infleksi. Semantik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.
5 5 6 7 8 9 12
13 14
npe Semantik Kata Kerja Daar ..... Indonesia 3.1 3.2 3.3 3.4 .3.5
K4ta Kerja Keadaan ............................ 16 Kata Kerja Keadaan-Pengalaman ........ " .......... 17 Kata Kerja Keadaan-}knefaktif ........... · : ........ 19 Kata Kerja Ke8daan-Lok&tif ..................... 20 Kata Kerja Proses ..... ~ ....................... 21 IX
3.6 Kata Kerja Proses-Pengafama., ..... .. .... ..... . ... 3.7 .Kata Kerja Proses~Benefaktif .... .. ......... . ... . .. 3.8 Kata Kerja Proses -Lokatif ..... ... .... . .... . ..... 3.9 Kata Kerja Aksi .... . ... . . . . . .. .... . . · ... .. .... 3.10 Kata Kerja Aksi-Pengalaman . .. . ....... . ....... . .. 3.11 Kata Kerja Aksi-Benefaktif ..... . . ......... . .. . .. 3.12 Kata Kerja Aksi-Lokatif . . ...... .. .... .. .... . ... 3.13 Kata Kerja Hipotetis .... . .. . . . ..... . ..... . .....
4.
23 24 25 27 28 . 29 30 31
"'°'
Penunman, Inkorporali, clan InOeksi 4.1 Penurunan . .. . . . . . . . ... . . . .. .... . . . . . . . . . . . . 33 4.1.1 Penurunan Inkoatif . . . . . . . . . . . ... . . . .... ... 33 4.1.2 Penurunan Kausatif .... .... .. ... . .. . ...... . 34 4.1.3 Penurunan Resultatif. . ... . .. . . . . ... . ... . ... 35 4.2 lnkorporasi . ...... . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. ; 35 4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4 4.2 .5
Inkorporasi yang Ditandai oleh MeN . . . . . . . . . . . . . . Inkorporasi yang Ditandai oleh -Kan ... . ........ 37 Inkorporasi yang Ditandai oleh -I ......... . ... .. 37 lnkorporasi yang Ditandai oleh Per- ..... . ..... . . 38 Inkorporasi yang Ditandai oleh Ber- ..... . .. . .... 39
4.3 lnfleksi . ...... .. .. . .. . .. .. ... . .... . . . . . .... 40 4.3.1 4.3.2 4.3.3 4.3 .4 4.3.5
5.
Infleksi Iteratif. . ......... . . . . . . . . . . . . . . . . 40 Infleksi Eksesif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 Infleksi Resiprokal . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 Infleksi Pasif . . . . . . . . . . . . . . . .. . . ......... 41 Infleksi Aksidental . . . .. . ... . ... . . . ...... .. 42
Kesimpulan, Hambatan, clan Saran 5.1 Kesimpulan ..... ... ..... ... .......... . ... . .. 44 5.2 Hambatan dail Saran ... ... . .. .... . . . . . . . . . . . . . :44
IJaftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... .. . . . . . . . . . . . . . Lampiran · J. /Ja/tar Kata Kerja Bahasa Indonesia Kontemporer Menu"'t Tipe Semantiknya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Beberapa Teks /Jata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
x
. 46 ,.. . . 48 . 80·
ABSTRAK
Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama: (1) menemukan ciri-ciri semantik kata-kata kerja Bahasa Indonesia, dan (2) menentukan tipe-tipe sentantik kata kerja bahasa Indonesia berdasarkan ciri-ciri semantµalya. Sebagai tujuan tambahan, dalam penelitian ini dibuat juga taksiran leksikostatistik tipe-tipe kata kerja yang ditemukan. Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, dalam penelitian ini telah diterapkan suatu kerangka teori yang merupakan gabungan eklektis dari teori semantik Chafe dan teori tata bahasa kasus Fillmore, dan diperkuat oleh beberapa aspek dari semantik generatif yang dikemukakan oleh Lakoff. Dengan menerapkan kerangka teori tersebut telah ditemukan .bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat dua belas tipe kata kerja, kata kerja dasar dan bukan dasar, yaitu: (1) Kata Kerja Keadaan, (2) Kata Kerja KeadaanPengalaman, (3) Kata Kerja Keadaan-Benefaktif, (4) Kata Kerja KeadaanLokatif, (5) Kata Kerja-Proses, (6) Kata Kerja Proses-Pengalaman, (7) Kata Kerja Proses-Benafektif, (8) Kata Kerja Pioses-Lokatif, (9) Kata Kerja Alesi, (10) Kata Kerj_~ Aksi-Pengalaman, (11) Kata Kerja Aksi-Benefaktif, dan (12) Kata Kerja Aksi-Lokatif. Di samping kedua belas tipe ini, ada lagi suatu tipe khusus yang disebut kata kerja hipotesis. Telah ditemukan juga bahwa ada tiga proses semantik yang dapat terjadi pada tipe-tipe kata kerja dasar.da,i ketiga proses itu ditandai oleh berbagai afiksasi secara teratur dalam struktur
luar. Dalarn penelitian ini telah diobservasi lebih kurang 8000 kalimat yang diambil dari berbagai sumber tertulis dan lisan. Dari 8000 kalimat ini telah ditemukan 2361 kata kerja bahasa Indonesia yang terbagi atas kedua betas iipe tersebut di atas. Berdasarkan taksiran leksikostatistiknya, telah ditemukan bahwa Kata Kerja Aksi yang paling banyak dan yang paling sedikit ialah Kata Kerja Keadaan-Lokatif dan Kata Kerja Proses-Lokatif. Semua hal ini tersebut di atas diuraikan dalam laporan penelitian ini. XI
1. PENDAHULUAN
1.1 Lam Belakang dm M..a.h Penpmatan kepustakaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa pemerian bahasa Indonesia yang telah diadakan oleh para ahli bahasa sedemikian jauh pada umumnya berorientasi pada dua teori linguistik, yaitu linguistik ,tradisional dan linguistik struktural. Pemerian berdasarkan linguistik tradisio, nal menghasilkan berbagai tata bahasa tradisional, antara lain dapat disebut karya Mees (1954), Alisyahbana (1964), dan Slametmulyana (1969). Dapat dicatat bahwa kedua tata bahasawan yang tersebut belakangan ini telah mengadakan beberapa inovasi. Alilyahbana telah memaaukkan aspe~-aspek fonologi, dan Slametmulyana telah memberi tekanan pada aspek-aspek hubungaii fungsi dan bentuk dalarn pemerian sintakaianya, yang dinyatakannya dengan "gatra". Agaknya pemerian yang dikemukaican oleh Slametmulyana ~telah berbau tagmemik, karena nosi gatra bersamaan dengan noai tagmim. 'Pemerian berdasarkan linguistik struktural telah menghasilkan berbagai tata bahasa struktural (deskriptit), antara lain dapat disebut karya Ram1an (1967) dan Macdonald (1976). ·
=-
Da1am pemerian-pemerian berdasarkan kedua teori tersebut, masalah arti juga dibicarakan, tetapi pada umumnya tidak sistematis dan kurang mantap. Da1am pemerian berdasarkan teori linguistik struktural, masalah arti dianggap bersifat periferal.· Dengan kata lain, dengan berorientasi pada kedua teori tersebut tadi, belum dapat ditunjukkan secara sistematis dan mantap hubungan antara arti dan struktur atau bentuk bahasa, atau hubungan semantik dan sintaksi.s. Penelitian semantik bahasa Indonesia berdasarkan teori-teori modern agaknya masih sangat sedikit, kalaupun ada, dilalcukan hingp dewua ini Oleh karena itu; sudah i waktunya meningkatkan penelitian-penelitim demikian baik dari segi kuantitas maupin kualitu. Dengan penelitian-penelitian demildan, penaertian kita tentang struktur bahasa Indonesia akan lebih men-
1
dalam dan mantap, dan dengan demikian appresiasi kita terhadap bahasa nasional akan lebih meningkat dan mendalam pula. Mekanisme funcl,amental untuk membentuk kosakata bahasa Indonesia adalah berbagai proses afiksasi. Dalam karya-karya yang berorientasi pada linguistik tradisional dan struktural sebagai disebut di atas, afiksasi selalu mendapat tempat yang penting. Namun, agaknya masih banyak masalah afiksasi yang belum dapat diselesaikan dan dijelaskan secara mantap, khususnya masalah-masalah kendala (hambatan) atas terjadinya afiksasi-aftksasi tertentu. Agaknya salah satu faktor penting yang menyebabkan masalah-masalah terse but tidak dapat diselesaikan secara mendasar ialah kenyataan bahwa ciriciri semantik kata-kata dasar tidak diketahui dengan jelas dan sistematis. Sekiranya ciri-ciri semantik kata-kata dasar bersangkutan ·diketahui, dan arti kata-kata yang telah beroleh imbuhan (afiks) diketahui pula, maka mungkin akan dapat diketahui lebih tepat sebab-sebab tidak terjadinya afiksasi pada kata-kata dasar tertentu. . Sehubungan dengan pengenalan ciri-ciri semantik kata-kata dasar bahasa Indonesia, agaknya pengenalan ciri-ciri kata k~rja dasarlah yang sangat fundamental karena: (1) berdasarkan ciri-ciri semantik terse but, tipe-tipe semantik kata kerja dasar dan kata kerja turunan bahasa Indonesia dapat ditentukan; (2) berdasarkan tipe-tipe semantik ini, aspek-aspek sintaksis kata kerja bersangkutan mungkin dapat pula ditentukan, sehingga pola-pola kalimat dasar bahasa Indonesia dapat pula ditemukan; (3) berdasarkan ciri-ciri semantik dimaksud, kendala-kendala atas terjadinya afiksasi pada kata kerja dasar tertentu mungkin dapat ditentukan; (4) berdasarkan ciri-ciri semantik tersebut, dapat ditentukan arti dasar kata kerja bahasa Indonesia baku. Faktor-faktor yang dikemukakan di ataslah yang menjadi motivasi bagi karni untuk· mengadakan penelitian ini.
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan masalah yang dikemukakan pada 1.1, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) menemukan ciri-ciri semantik kata kerja bahasa Indonesia, yaitu kata karja dasar dan kata kerja bukan dasar; (2) menentukan tipe-tipe semantik kata kerja bahasa Indonesia berdasarkan ciri-ciri semantiknya; (3) sebagai tujuan tambahan, akan membuat juga taksiran leksikostatistik
2
f
tipe-tipe kata kerja dimaksud pada nomor (2) di atas. 1.3 Ruang Ungkup Penelitian Penelitian ini hanya terbatas pada penemuan ciri-ciri ·dan tipe-tipe semantik kata kerja bahasa Indonesia kontemporer. Implikasi-irnplikasi penemuan tipe-tipe semantik dirnaksud pada proses-proses afiksasi dan aspek-aspek sintaksis tidak akan kami bicarakan. Namun, beberapa proses semantik yang membingkas sebagai afiksasi pada struktur luar bahasa Indonesia akan dibicarakan juga dengan tujuan memberi gambaran bagairnana terjadinya kata kerja bukan dasar dan kata kerja berirnbuhan lainnya. Untuk menemukan ciri-ciri dan tipe-tipe semantik kata kerja tersebut, yang diteliti hanya struktur proposisi kalimat data saja karena dalam struktur proposisi sudah terdapat ciri-ciri dan tipe-tipe semantik kata kerja. Hal ini dibicarakan dalam Bab 2. Taksiran leksikostatistik tipe-tipe semantik kata kerja bahasa Indonesia diadakan hanya bertujuan sekedar memberi gambaran tentang tipe kata kerja mana yang paling banyak terdapat dalam bahasa Indonesia, mana yang menengah,, sedang, dan mana yang paling sedikit. 1.4 Sumber elm Penaumpulan Data. Sumber data untuk penelitian ini adalah yang berikut:
(I) La Barlca (novel) oleh Nh. Dini. (2) Kemarau (novel) oleh A.A. Navis. (3) Tiga artikel dari majallah Titian nomor 26: "Pandangan Baru Alam Semesta'', "Sejarah Psikologis: Pengamatan Baru atas Masa Lampau", dan ''Perkawinan Kerajaan di Bali". (4) Tiga artikel dari majalah Inti Sari nomor 165, tahun 1977: "Menara Mana yang Paling Tinggi di Dunia", "Khashoggi Pedagang Arab YID$ Cerdik", dan "Remaja lnggris Mempersiapkan Masa Depannya". (S) Rekaman tujuh orang informan yang masing-masing lamanya 3 menit, dan rekaman-rekaman itu kemudian dituliskan. Ketujuh informan tersebut rnasing-masing berlatar-belakang bahasa dae· rah Melayu ragam Deli dan Asahan, bahasa daerah Minangkabau, Toba , Simelungun, Karo, Sipirok, dan Mandailing. Sumber data utama penelitian ini .adalah sumber tulisan karena tujuannya ialah menemukan ciri-ciri dan tipe-tipe semantik kata kerja dalam struktur proposisinya. Dengan demikian, data-data lisan hanya merupakan datadata pendukung. Sumber-sumber tersebut dipilih berdasarkan pertirnbangan
3
bahwa bahasa Indonesia yang dipakai adalah bahasa Indonesia kontemporer dan umumnya baku. Metode pengumpulan data yang dipakai terutama ialah pencat~tan. Setiap kalimat dari sumber-sumber tulisan dan lisan tersebut dicatat, dan kata kerja dalam setiap kalimat ditandai. Kalimat yang dimaksud ialah struktur proposisi. Dengan demikian, kalimat-kalimat kompleks dipecah atas proposisiproposisi, dan kalimat-kalimat tanya dan perintah dipandang dalam bentuk proposisinya.
",
Jumlah kalimat yang terkumpul lebih kurang 8000 buah. Kalimat-kali· mat inilah yang dijadikan data untuk penelitian_ini. 1.5 . Pengolahan Data Kalimat-kalimat data yang tersebut pada 1.4, (± 8000 buah) diobservasi dari segi struktur luar dan struktur semantiknya. Struktur semantiknya di· tentukan dengan cara menentukan kasus-kasus proposisi yang terikat pada kata kerja· dalam setiap kalimat (Hal ini dibicarakan dalam bab 2.). Kasuskasus dimaksud ditandai di bawah setiap kalimat, dan demikian juga kata kerja bersangkutan. Dengan ditemukannya kasus atau kasus-kasus yang ter· ikat pada suatu kata kerja, ciri-ciri dan tipe semantik kata kerja itu telah di· temukan. Kata-kata kerja yang telah ditentukan ciri-ciri dan tipe-tipe semantiknya dicatat tersendiri merupakan daftar kosakata, dan disusun menurut tipe· tipe semantiknya (lihat Lampiran 1 ). Jumlah kata kerja yang terdapat dalam seluruh kalimat data dihitung. Kata-kata kerja yang timbul berulang dalarn struktur proposisi yang serupa hanya dihitung satu kali. Jumlah kata kerja dalarn setiap tipe juga dihitung, sehingga dapatlah dibuat taksiran leksikostatistik tipe-tipe kata kerja seluruhnya. Pengolahan data-data tersebut di atas dapat dibaca dalaJn bab 3; bab 4, dan pada Lampiran 1.
•
y
4
·2. KERANGKA TEO RI 2.1 Gabungan Eklektil Teori Chafe clan Fillmore Kerangka teori yang : diterapkan dalam penelitian ini pada dasamya merupakan suatu gabungan eklektis dari teori semantik yang dikemukakan oleh Chafe (1970) dan tata bahasa kasus (Case Grammar) Fillmore (1971 ), Penggabungan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa kedua teori tersebut mempunyai suatu anggapan dasar yang sama, yaitu bahwa ada hubungan ke; tergantungan antara kata kerja dengan kata benda dalam struktur semantik setiap bahasa. Untuk menyatakan hubungan ini, kfidua linguis tersebut mempergunakan nosi kasus. Di bawah ini dikemukakan postulat-po,stulat pokok yang merupakan komponen-komponen kerangka teori yang tersebut di atas. 2.2. Kepusatan Semantik Chafe (1970:55) menga.nggap bahasa sebagai alat untu~ mengubah arti menjadi bunyi. Arti ialah istilah linguistik untuk konsepsi manusia tentang alam semesta. Berdasarkan anggapan ini, Chafe selanjutnya tiba pada anggapan bahwa ;emantik adalah komponen bahasa yang fundamental (1970:73). DalaJn fungsinya untuk mengubah arti menjadi bunyi, bahasa terdiri dari urutan proses-proses yang bermula pada komponen semantik~ Proses-proses dimaksud terbagi atas dua bagian besar, yaitu (1) pembentukan stru,ktur semantik, dan (2) transformasi-transformasi atau proses-proses sesudah pembentukan struktur semantik. Pembentukan struktur semantik merupakan suatu komponen semantik, dan komponen inilah pada,.dasamya yang menentukan struktur luar (mrface structure) bahasa. Komponen semantik bersesuaian (tetapi tidak sama) dengan struktur dalam (deep structure) yang dikemukakan oleh Chomsky (1965). Selanjutnya, proses-proses pembentukan struktur semantik dianggap
5
merupakan gambaran proses-proses mental pengujar-pendengar bahasa, dan dengan demikian proses-proses itu bersifat universal. Anggapan ini bersesuaian pula dengan pendapat Chomsky tentang kompetensi bahasa (language
..
competence).
Nosi struktur semantik yang dikemuakakn Chafe di atas bersesuaian dengan nosi struktur proposisi yang dikemukakan oleh ahli tata bahasa kasus seperti Fillmore (I 971) dan Cook (1974). Suatu struktur proposisi kasus terdiri dari satu unsurkata kerja sebagai pusat dan yang disebut juga predikat, dan satu unsur kata benda atau lebih yang bergantung pada kata kerja itu. Unsur kata benda ini disebut kasus. Selanjutnya struktur semantik tersebut bersamaan juga dengan struktur logika yang dikemukakan para ahli semantik generatif, seperti · Lakoff (1971) dan McCawley (1968). Perbedaan struktur proposisi a la Fillmore dari struktur logika Lakoff dan Mccawley hanya terletak pada kenyataan bahwa Fillmore mempergunakan istilah Case. sedangkan Lakoff dan McCawley mempergunakan NP, (Noun Phrase).
,, •
Berdasarkan uraian di atas, dan juga berdasarkan penolakannya terhadap kepusatan sintaksis dalam analisis bahasa sebagaimana yang dikemukakan Chomsky, dapat disimpulkan bahwa Chafe berpendapa9'ahwa dalam analisis bahasa kom~n semantiklah yang· merupakan pusat. Anggapan ini secara implisit juga dikemukakan oleh Fillmore, dan dikemukakan juga oleh para ahli s_emantik generatif lainnya. Bahwa komponen semantik merupakan pusat dalam analisis bahasa adalah postulat pokok yang pertama dalam kerangka teori penelitian ini. 2.3 Kepusatan Kata Kerja Chafe (1970:96) mengemukakan bahwa struktur semantik terdiri dari dua unit semantik pokok, yaitu Kata Kerja (seterusnya KK) dan Kata Benda (seterusnya KB). Dalarn struktur semantik ini KK merupakan pusat. lni berarti bahwa KK menentukan hadirnya KB dalam struktur semantik dimaksud. Kepusatan KK ini juga dikemukakan oleh para penganjur semantik generatif yang tersebut terdahulu, dan secara implisit juga dikemukakan oleh para penganjur tata bahasa kasus. Untuk mempertahankan pendapatnya tentang kepusatan KK, Chafe mengemukakan beberapa argumen yang didasarkan pada data-data dari bahasa Ingggris. Misalnya,1arti hubungan waktu (tense) ditandai pada KK, bukan pada KB, yang juga kelihatan pada struktur luar pada umumnya. Dalam kalimat metafor The chair laughed, kata chair di interpretasikan sebagai manusia secara personifikasi. Interpretasi ini terjadi adalah karena arti KK laugh 'tertawa', dan bukan karena arti KB chair sendiri.
6
..
Argumen yang dikemukakan oleh Langendoen (1970:46-47) juga memperkuat pendapat Chafe. Langendoen mengemukakan bahwa subyek dan obyek suatu kalimat dapat diganti dengan apa saja yang tak niengandung arti, misalnya dengan huruf, tetapi pergantian itu tidak mengubah arti kalimat itu. Sebaliknya, jika kata kerja dalam kalimat itu diganti, maka artinya akan berubah. Kepusatan KK sebagai diuraikan di atas agaknya terdapat juga dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh marilah kita perhatikan kelimat-kalimat berikut. (l) Kapa/ itu tenggelam. (2) Musuh.menenggelamkan kapal itu. (3) Kapa/ itu ditenggelamkan oleh musuh. Jelas kelihatan bahwa arti dan bentuk kata kerja dalam (l) - (3) berbeda, dan perbedaan ini mengakibatkan perubahan arti dan struktur kalimatkalimat tersebut. Dalam kalimat (2), misalnya, hadirnya kata benda kapal disebabkan oleh perubahan arti kata kerja dalam kalimat itu apabila dibandingkan dengan kalimat (l). Perubahan itu ditandai pada struktur luar denpn· imbuhan meN-kan. Berdasarkan uraian di atas, postulat pokok kedua dalam kerangka teori penelitian ini ialah bahwa KK merupakan pusat dalam struktur semantik bahasa. Dapat ditambahkan bahwa nosi kepusatan KK sebagai diuraikan di atas mengimplikasikan adanya hubungan ketergantungan antara KK denpn KB secara semantik. Hays (1964: 513), dalam uraiannya tentang 'dependency theory, menyebutkan bahwa KK adalah unsur penguasa (goll4ming e'lement) dan KB, yang jumlahnya terbatas, adalah unsur bergantung {dependent element) atau valensi (valence). Nosi hubungan ketergantungan tersebut juga dikemukakan oleh Kholodovich ( 1960). 2.4 Pengertian KK.
~
-:
Para penganjur semantik generatif yang tersebut. terdahulu menduarkan pengertian mereka tentang KK pada prinsip struktur logika. lni berarti bahwa KK dimaksud bukan hanya mencakup pengertian kata kerja yang dikenal pada struktur luar secara tradisional, seperti makan, tidur, dan lain.Jain, tetapi juga kata-kata sifat dan kata-kata benda. Dengan kata lahl, aemua kata yang berfungsi. sebagai predikat dalam kalimat _d ianggap KK dalun struktur semantiknya. Para penganjur tata bahua kuus seperti Filhnore (1971:37) jup tne- .
7
ngemukakan pengertian seperti di atas. Chafe (1970: 143), berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakannya, juga mempunyai pendapat yang serupa. Akan tetapi dalam hal predikat nominal (predicate noun), dia mengemukakan analisis yang berbeda. Dia berpendapat bahwa predikat nominal secara semantik adalah KK turunan bukan KK dasar, yang diperoleh dengan menambahkan unit semantik (predicativizer) pada KB dasar bersangkutan. Berdasarkan penjelasan di atas, postulat pokok ketiga dalam kerangka teori penelitian ini ialah bahwa KK meliputi apa yang secara umum dikenal sebagai kata kerja dan kata sifat dalam struktur luar, dan bahwa predikat nominal bukan KK dasar, melainkan KK turunan dengan pertambahan ciri [predikatif] . 2.5 Lima Kaus Proposisi Kasus-kasus yang dikemukakan oleh para penganjur tata bahasa kasus model Fillmore (1968, 1970, 1971) terbagi atas dua bagian, yaitu (1) kasuskasus proposisi, dan (2) kasus-kasus modal (modal cases) (Cook 1973-: 52). Kasus proposi.si ialah kasus yang merupakan valensi KK. Dengan kata lain, keh3dirannya dalam struktur semantik ditentukan oleh KK. Kasus proposisi kadang-kadang harus direalisasikan pada struktur luar, tetapi kadang-kadang tak perlu. Kasus modal ialah kasus yang tidak merupakan valensi KK. Kehadi~ rannya dalam struktur semantik tidak bergantung pada KK. Realisasi kasus modal pada struktur luar hanya bersifat opsional (tidak harus). Ada lima kasus proposi.si (Cook 1973:57;~974:8), yaitu Agent (Agen), Experiencer (Pengalami), Bene/active (Benefaktif), Object (Obyek), dan Locative (Lokatif). Kasus-kasus modal adalah Time (Waktu), Manner (Cara), ' Instrument (lnstrumen), Cause (Sebab), Purpose {Maksud). Result (Akibat), Outer Bene/active (Benefaktif luar), dan outer Locative (Lokatif luar). Yang dimaksud dengan outer Bene/active ialah kasus Benefaktife yang tidak bergantung pada KK dalam suatu struktur proposisi. Dernikian juga 'outer LoCiltivel ialah kuus Lokatif yang tidak bergantung pada KK dalam suatu struk- · tur proposisi. Kata ibu dalam kalimat Saya menjahit baju untuk ibu, misalnya, adalah realisasi kasus outer Bene/active; dan kata kamar dalam kalimat Dia menu/is surat di kamar adalah realisasi kasus outer Locative. Kehadiran masing-masing kaJUs ini dalam struktur semantik kalimat bersangkutan tidak bergantung pada KK-nya. Dengan kata lain, tanpa kehadiran kasus tersebut- • pun, struktur semantik kalimat bersangkutan sudah sempurna. Masing-masing kasus proposisi itu dapat didefinisikan sebagai berikut. Agen (A): Menyatakan.3uatu entiti (entity) yang menjadi penual (instigator)
8
.. ..
"'
suatu aksi yang dinyatakan oleh KK. Entiti dimaksud pada dasarnya harus animat (animate). Pengalami (P): Menyatakan entiti yang mengalami sesuatu secara kognisi, emosi, atau sensasi. Entiti dimaksud harus animat. Benefaktif (B): Menyatakan entiti yang memiliki, mendapat, atau kehilangan sesuatu. Entiti dimaksud pada dasarnya harus animat. Obyek (0) : Menyatakan (a) entiti yang ' berada dalam suatu keadaan, (b) en ti ti yang berada dalam suatu proses, (c) entiti yang kena pengaruh suatu aksi, atau merupakan basil suatu aksi, (d) entiti yang merupakan isi suatu pengalaman yang bersifat kognisi, emosi, atau sensasi. atau ( e) en ti ti yang berada dalam pemilikan, yang hilang, atau yang berpindah lokasi. Lokatif (L): Menyatakan tempat atau lokasi suatu entiti. Lokasi dimaksud dapat merupakan tempat statis, dapat juga merupakan direksi (lokasi asal, lokasi lintasan, atau lokasi tujuan). Sesuai dengan uraian di atas, postulat pokok keempat dalam kerangka teori penelitian ini ialah bahwa kasus-kasus proposisi terdiri dari Agen, Pengalarni, Benefaktif, Obyek, dan Lokatif. ·
2.6 Dua Belas Tipe KK Dasar Berdasarkan data dari bahasa lnggris, Chafe (1970:98-102) mengemukakan bahwa dilihat dari ciri-ciri semantiknya, ada lima tipe utama KK dasar. Kelima tipe dimaksud ialah:
(I) KK Keadaan, yaitt1 KK yang menyatakan suatu keadaan; (2) (3) ( 4) (5)
KK Proses, yaitu KK yang menyatakan suatu proses; KK Aksi, yaitu KK yang menyatakan suatu Aksi; KK Aksi-Proses, yaitu KK yang menyatakan suatu aksi dan proses; KK Ambien (ambient verb), yaitu KK yang berhubungan dengan keadaan meteorologi. Misalnya kata kerja raining dalarn kalimat It's raining adalah KK Ambien. Kasus KK Ambien tidak menyatakan suatu entiti tertentu, melainkan bersifat mencakup (all inclusive). Kasus ini umumnya dalarn bahasa Inggris direalisasikan menjadi it pada strulctur luar.
Di samping kelima tipe KK tersebut di atas, Chafe (1970:144, 147, 157, 159) juga mengemukakan empat tipe KK duar tambahan, yang didasarkannya pada K~ atau kasus yang bergantung pada KK bersangkutan. Keempat KK daaar"tambahan dimaksud ialah: '!
(1) KK. Pengalaman (Experiential Hrb ),yaitu KK yang menpruakan badir· nya lwua P9ngalami dalmn struktur 1e111111tiknya;
9
(2) KK Benefaktif (Bene/active verb}, yaitu KK yang mengharuskan hadirnya kasus Benefaktif dalam struktur semantiknya; (3) KK Pelengkap (Completable verb}, yaitu KK yang mengharuskan hadirnya · kasus Komplemen (Complement) dalam struktur semantiknya. · (4) KK Lokatif (Locative verb}, yaitu KK yang mengharuskan hadimya kasus Lokatif dalam struktur semantiknya. Sebagaimana telah disinggung terdahulu, Chafe sebetulnya tidak mempergunakan istilah kasus, tetapi tetap mempergunakan KB yang menurut fungsi semantiknya , disebutnya Agent, Patient, Experience, Bene/active, Locative, Complement, dan lain-lain. Dalam kerangka teori penelitian ini, kami tidak menuruti Chafe dalam ha! ini, tetapi kami memakai model Fillmore dengan istilah kasusnya. Dalam hubungan ini kami mengadakan tiga modifikasi terhadap model Chafe. Modifikasi ini merupakan akibat dari postulat pokok keempat yang dikemukakan terdahulu. Ketiga modifikasi dimaksud adalah yang berikut. Modifikasi yang pertama ialah penggantian Patient dan Complement dalam model Chafe menjadi kasus Obyek. lstilah Patient dapat mengacaukan pengertian karena mengandung pengertian "yang menderita". Dari contohcontoh yang dikemukakan oleh Chafe jelas bahwa Patient tidak selamanya menyatakan obyek yang menderita. Istilah Complement tampaknya tidak. universal. Kata pound dalam kalimat The book weighs a pound, menurut Chafe adalah realisasi Complement. Tidak semua bahasa mempunyai konsep seperti ini. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, dikatakan Berat buku itu satu ponz; Tidak ada Complement dalam kalimat ini. Dari fakta-fakta ini agaknya jelas bahwa istilah Obyek lebih universal sifatnya, oleh sebab itu lebih mantap. Definisi Obyek yang dikemukakan pada bagian 2.4 telah mencakup pengertian Patient dan Complement. Modifikasi kedua ialah bahwa tidak perlu disebut KK Aksi-Proses, cukup KK Aksi saja. Setiap aksi dengan sendirinya memerlUkan penual dan .sua~o entiti yang dikenai oleh pengaruh aksi tersebut. Entiti yang dikenai oleh pengaruh aksi itu mengalami proses, dan entiti ini dinyatakan oleh kasus Obyek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap aksi sudah mengimplikasikan proses. Dalam struktur semantik KK Aksi: tetap ada dua kasus, yaitu Agen dan Obyek, meskipun kasus Obyek tidak selalu direalisasikan ~1l . struktur luar. Dalam kalimat (4) Mereka sedang makan;; ICasus Obyek tidak direalisasikan, .tetapi pasti ada entiti yang dikemukakan, · yaitu yang dinyatakan oleh kasus Obyek. Modifikasi ketiga ialah peniadaan KK Ambien. Pendapat Chafe tentang
10
KK Ambien ini agaknya tidak umum terdapat pada semua bahasa. Kalimat lnggris It's raining, misalnya, dalam bahasa Indonesia dikatakan (5) Hari sedang hujan. Jadi jelas ada entiti yang dinyatakan oleh Obyek, yaitu hari. Lagi pula. sesungguhnya it dalam bahasa Inggris seperti' dalam kalimat di atas juga me· nyatakan sesuatu, jadi boleh dianggap diwakili oleh Obyek. KK Ambien' agakrtya dapat dianggap sebagai KK Keadaan atau KK Proses. ~
Dengan modifikasi-O'lodifikasi yang dikemukakan di atas. maka hanya ada tiga tipe utama KK dasar, yaitu KK Keadaan, KK Proses, dan KK Alesi. Selanjutnya hanya ada tiga tipe tambahan KK dasar, yaitu. KK Pengalaman, KK Benefaktif, dan KK Lokatif. Jika dianggap bahwa setiap KK dasar utama tersebut tadi dapat bergabung dengan ketiga KK dasar tambahan karena kasus-kasus bersangkutan harus hadir, maka akan terdapatlah dua belas tipe KK dasar seluruhnya {lihat Cook 1972, 1973, 1974). Kedua belas KK dasar dimaksud dapat dilihat dalam Tabet l berikut: Tabel l Tipe-tipe KK Dasar Tipe KK Dasar
1. 'KK Keadaa'!
2. KK Keadaan- Pengalaman 3. KK Keadaan- Benefaktif
4. KK Keadaan- Lokatif 5. KK !'roses 6. KK Proses- Pengalaman 7. KK Proses- .Senefaktif 8. KK Proses- Lokatif 9. KKAksi IO. KK AKsi- Pengalaman 11. KK Aksi- Benefaktif 12. KK Aksi-. Lokatif
Kasus yang diperlukan Ok P,Ok B,Ok Ok. L 0 P,O B,O O,L A,0 A,P,O A,B,O A,O,L
Susunan kasus atau kasus-kasus yang diharuskart ada oleh setiap KK da· lam struktur semantiknya, seperti terlihat pada kolom terakhir Tabet di atas, disesuaikan · dengan urutan hierarkis kasus-kasus yang dikemukakan oleh Fillmore {1971). Urutan dimaksud, dalam hal kasus-kasus proposiai, adalah: Aaen-Pengalami-Benefaktif-Obyek-Lokatif. lni berarti bahwa Agen mendahu11
Iui Pengalami, dan seterusnya. Jika Agen tidak ada, maka Pengalami harus mendahului, diikuti oleh Benefaktif dan.seterusnya. Demikianlah seterusnya urutan hierarki dimaksud. Selanjutnya, urutan kasus atau kasus-kasus yang kehadirannya diharuskan oleh setiap KK dalam struktur semantiknya ( dalam hal ini struktur proposisi) merupakan tipe-tipe semantik KK itu, Ciri-ciri semantik KK bersangkutan sesuai dengan tipe-tipe tersebut. Jadi KK Keadaan, misalnya, mempunyai ciri semantik [keadaan]' dan kasus yang diperlukannya ialah Ok (subskrip k menyatakan bahwa kasus Obyek dalam hal ini adalah untuk KK Keadaan). Urutan kasus setiap KK disebut kerangka kasus (case frame) KK itu, dan secara konvensional dituliskan :
+ [- Ok], + [- P, Ok], + [- B, Ok], + [- Ok, L], dan seterusnya. Tanda garis (-) dalam kerangka kasus tersebut menandakan bahwa ada KK tertentu yang dapat dimasukkan dalam kerangka kasus bersangkutan. Tanda + menyatakan ciri semantik. Berdasarkan uraian di atas, mak!l postulat pokok kelima dalam kerangka teori penelitian ini ialah bahwa ada dua betas tipe KK dasar:, yaitu yang tercantum dalam Tabet 1. Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud dengan KK dasar di sini ialah
KK yang bukan berasal dari KK lain atau KB. Dengan kata lain, KK dasar ialah KK yang tidak dihasilkan oleh proses penurunan semantik. Mengenai proses penurunan semantik ini akan dijelaskan pada bagian berikut. Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa predikat nominal adalah KK turunan dengan penambahan ciri semantik [predikatif] . KK seperti ini pada dasamya menyatakan keadaan, oleh sebab itu dapat dianggap sebagai KKKeadaan.
2.7 Penurunan Semantik Penurunan semantik adalah suatu proses semantik yang mengubah tipe KK atau KB dasar tertentu menjadi tipe lain. Dalam proses ini ciri atau ciri· ciri semantik tertentu ditambahkan pada KK atau KB duar bersangkutan. (Chafe 1970:122-123; 139-140; juga Cook 1972:33-35). Chafe membicarakan penurunan semantik ini hanya dalam hubungannya dengan KK dasar utama. Dia mengemukakan bahwa dengan proses penurunan, (I) KK Keadaan dapat diubah menjadi KK Proses dengan menambah ciri [inkhoatif] ; (2) KK Proses dapat diubah menjadi KK Aksi dengan menambah ciri [kauciatjf] ;
12
...
(3) KK Aksi dapat diubah menjadi KK Proses dengan menambah ciri [deaktivatif] ; (4) KK Proses dapat diubah menjadi KK Keadaan dengan menambah ciri [resultatif] . Urutan-urutan proses tersebut ini dapat digambarkan sebagai berikut:
<
inkoatif
KK Keadaan
......,..__ KK Proses,
resultatif ~
_ / kausatif ---.. KK Aksi ......... deaktivatif _ It""'
Realisasi penurunan semantik dimaksud di atas berbeda dari satu bahasa ke bahasa Jainnya. Dalam bahasa Inggris, umpamanya, penurunan itu tidak ditandai dengan imbuhan secara teratur pada struktur luar. Tetapi dalam bahasa Indonesia, dan barangkali juga dalam bahasa-bahasa Austronesia lainnya, proses penurunan dirriaksud pada umumnya ditandai secara teratur dengan imbuhan pada struktur luar (Tampubolon, 1978). Bandingkanlah bahasa Inggeris dan bahasa I,idonesia (BI) berikut: B~Inggeris
(1)
KKKeadaan
Bahasa Indonesia
wide
lebar
KKProses
widen
me lebar
KKAksi
widen
melebarkan
KKKeadaan
broken
pecah
break
memecah
break
memecahkan
.t.
.r·
(2)
.t. KKProses
.t. KKAksi
' ..~
Proses penurunan bukan hanya terjadi pada KK dasar utama saja, tetapi juga pada semua KK dasar yang tercantum pada Tabel 1. Berdasarkan uraian di atas, maka postulat pokok keenam dalam kerangka teori penelitian ini ialah bahwa suatu tipe KK dasar dapat diubah menjadi tipe lain melalui proses penurunan semantik tertentu.
2.8 lnkorporasi lnkdrp0r8si adalah suatu proses ses\idah semantik (post semantic pro-
13
cess) yang didalamnya suatu kata benda yang mewakili kasus tertentu diinkorporasikan (disatukan) dengan kata kerja dalam kalimat bersangkutan, sehingga terbetuk suatu kata kerja baru yang tipe semantiknya serupa dengan tipe semantik kata kerja mula-mula {Tampubolon 1977 : 158: lihat juga Cook 1973:64). Dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat kalimat seperti John bribed the official. Arti kalimat ini sebenarnya ialah John gave a bride to the official. Jadi frase give a bribe sama artinya dengan kata kerja bribe. Dalam hal ini dikatakan bahwa kata benda bribe yang mewakili kasus Obyek dalai:n kalimat kedua diinkorporasikan dengan kata kerja give dalam kalimat pertama, sehingga terjadilah kata kerja bribe. Tipe semantik kedua kata kerja itu (give dan bribe) sama saja yaitu, sama-sama KK Aksi-Benefaktif. Realisasi proses inkorporasi agaknya berbeda juga dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dalam bahasa lnggris pada umumnya proses tersebut tidak . ditandai oleh suatu irnbuhan. Kalirnat bahasa lnggris di atas, misal!J.ya, dalam bahasa Indonesia dikatakan John meyogok pejabat itu. Artinya kalimat ini ialah John memberi sogok kepada pejabat itu. Jelas bahwa proses inkorporasi itu ditandai dengan awalan meN-. Berdasarkan uraian di atas, maka postutlat pokok ketujuh dalam kerangka teori penelitian ini ialah bahwa suatu kata benda yang mewakili kasus tertentu dalam struktur semantik suatu KK dapat diubah menjadi kata kerja yang setipe dengan KK mula-mula melalui proses inkorporasi. Kerangka kasus kedua kata kerja itu serupa saja. Proses inkorporasi itu secara konvensional ditandai pada kerangka kasus kata kerja bersangkutan. Kata kerja bribe di atas, misalnya, ditandai sebagai berikut: + [- A,B,O *)/ink. .. Tanda • menyatakan bahwa kata benda yang mewakili kasus 0 itu diinkorporasikan sebagairnana ditandai oleh /Oink.
2.9 Infleksi Semantik Infieksi adalah suatu proses semantik yang didalamnya ciri atau ciri-ciri semantik tertentu ditambahkan pada KK atau KB dasar sehingga artinya berubah. Dalam proses ini, tipe KK dasar bersangkutan tidak berubah (Chafe 1970: 168-169). Dalam bahasa lnggris, misalnya, ciri semantik past tense ditambahkan pada KK melaluf proses infleksi. Arti KK bersangkutan berubah, tetapi tipe semantiknya tetap. Kata kerja works dalam He works hard lain artinya dari kata kerja worked dalam He worked hard. Akan tetapi, keduanya adalah KK Aksi.
14
.
Realisasi proses infleksi juga berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dalam bahasa lnggris, proses ini tidak ditandai secara teratur dalam struktur luar. Tetapi dalam bahasa Indonesia proses itu ditandai secara teratur dengan irnbuhan pada struktur luar (Tampubolon 1977:235). Sebagai illustrasi marilah kita perhatikan kalimat Toni memukuli adiknya. Tipe semantik kata kerja memukuli ialah KK Aksi. Kata kerja dasarnya ialah pukul, dan tipe semantiknya juga KK Aksi. Ciri semantik yang ditambahkan pada KK dasar pukul ialah
. Sebagai ternyata, ciri ini tidak mengubah tipe semantik KK dasar tersebut, tetapi hanya mengubah arti. P~rubahan ini ditandai oleh imbuhan meN- i. Berdasarkan uraian di atas, maka postulat pokok kedelapan dalam kerangka teori penelitian ini ialah bahwa KK dasar tertentu dapat diubah artinya melalui proses infleksi tanpa ada perubahan tipe semantiknya. Kata-kata kerja yang mendapat infleksi akan ditandai dalam laporan ini sebagai berikut: memukuli + [-A,O] /-i inf.
, 15
' 3. TIPE-TIPE SEMANTIK KATA KERJA DASAR BAHASA INDONESIA
Dengan mempergunakan kerangka teori yang telah dibicarakan dalam bab 2, dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat dua belas tipe semantik kata kerja dasar. Di samping itu, ditemukan juga satu tipe kata kerja dasar yang tak dapat berdiri sendiri dalam kalimat sebelum mendapat imbuhan tertentu. Tipe-tipe kata kerja dimaksud ini dibicarakan dalam bab 2 ini dengan menghidangkan beberapa data sebagai illustrasi. Kalimat-kalimat data yang dihidangkan adalah kalimat-kalimat sederhana yang sengaja dipilih karena yang perlu dianalisis adalah struktur proposisi. Keterangan-keterangan tambahan tidak dimasukkan. 3.1 KK Keadaan
KK Keadaan mempunyai ciri semantik [keadaan] . KK ini mengharuskan hadirnya satu kasus Obyek dalam struktur semantiknya. Obyek ini menyatakan entiti yang berada dalam suatu keadaan a tau kondisi. Kalimat-kalimat di bawah ini berisi KK Keadaan:
(6) Dinding rumah itu
putih.
Ok KK (7) Tapi langit selalu cerah. Ok KK (8) Sawah-sawah sudah mulai kering Ok (9) \Gadis itu cantik Ok 16
KK
KK
.
.· (IO)Badannya kekar Ok KK (I I )Mobil saya rusak Ok
KK
KK putih, cerah, kering, cantik, kekar, dan rusak dalam kalimat-kalirnat (6) - (I 1) adalah KK Keadaan. Frase nominal dinding rumah itu, mobil saya, dan seterusnya, adalah realisasi kasus Obyek, yaitu entiti yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh KK. Dalam tata bahasa tradisional, sebagaimana telah disinggung daJam bab 2, KK ini. disebut kata sifat atau kata keadaan. Selanjutnya, sebagai mana yang telah dibicarakan dalam bab 2, semua predikat nominal adalah KK Keadaan turunan yang diperoleh dengan penambahan ciri semantik [predikatif] . Dengan demikian KK ini tidak dibicarakan dalam bab 2 ini, ·melainkan daJam Bab4. Kerangka kasus KK Keadaan ialah + [-Ok]. Subskrip k pada Ok menyatakan bahwa KK bersangkutan adalah KK Keadaan. 3 .2 KK Keadaan~engalaman
( k d
KK Keadaan-Pengalarnan mempunyai ciri-ciri semantik .
"i
~en~a~•
KK ini mengharuskan hadirnya satu kasus PengaJami dan satu Obyek daJam struktur semantiknya. Pengalami dimaksud ialah entiti animat (animate entity) yang berada dalam suatu keadaan kognisi (pikiran), emosi, atau sensasi. Obyek dimaksud menyatakan isi dari atau stimulus bagi pengalaman yang berupa kognisi, emosi, atau sensasi tadi. Dalam kalimat-kalimat di bawah ini terdapat KK Keadaan-Pengalaman: (I 2a) Dimana Su tan
P
tllhu pintu rezeki lebih lapang di kota daripada KK Ok di sini?
(I 2b )Mereka tak tahu (tentang) lceodaan dUana. •·'
P· KK Ok (13) Dan ketika oran,-orang sudah .mulai
bosa~
. pada kursu•lcursus.
P KK Ok (14) R¢cyat ingin (akan) kemalcmuran, tapi takkunjung datang. P
. Ok 17
(15) Anak itu takut akan hantu p KK Ok (16) Pemyataan ini sukar (bagi murid-murid). Ok
KK
p
•
KK tahu, bosan, ingin, takut, dan sukar dalam kalimat-kalimat di atas adalah KK Keadaan-Pengalaman. Kata kerja yang pertama dan terakhir menyatakan keadaan kognisi (pikiran) dan kata-kata kerja yang lain menyatakan keadaan-keadaan emosi, atau perasaan (sensasi). Frase nominal Sutan, orang~· orang, Rakyat, Anak itu, dan murid-murid a
c
Sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat (15), Obyek tidak selalu direalisasikan dalam struktur luar, sebagairnana ditandai oleh kurung. Seterusnya Obyek dimaksud dalam realisasinya dalam struktur luar, biasanya didahului oleh kata depan (preposisi) seperti akan dan tentang sebagaimana dapat dilihat dalam kalirnat(l 2b) - (15). Akan tetapi data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa dewasa ini pengajar bahasa Indonesia cenderung untuk menghilangkan kata depan tersebut. Kerangka kasus KK Keadaan-Pengalaman seperti yang terdapat dalam kalirnat-kalirnat (12) - (16) ialah +[-P, Ok]. KK dalam kalimat (16) agak lain dari KK dalam kalimat-kalimat lainnya. Kerangka kasus KK sukar ialah +[-Ok,P *] /balik. Dalam struktur semantik KK Keadaan-Pengalaman seperti sukar, terjadi suatu perpindahan psikologis (psychological movement) yang mengakibatkan terj3dinya pembalikan hierarki kasus. Dengan kata lain, dalam struktur semantik kata-kata kerja seperti sukar, bukan kasus Pengalami yang direalisasikan menjadi subyek dalam struktur luar, melainkan kasus Obyek. Sebagairnana dapat dilihat dalam kerangka kasus di atas, susunan kedua kasus itu terbalik jika dibandingkan dengan susunan kasus dalam kerangka kasus keempat kata kerja terdahulu. Dalam setiap kerangka kasus, perpindahan psikologis seperti diterangkan di atas ditandai dengan "/balik," dan kasus yang direalisasikan terbalik ditandai dengan • (tanda asteris). Tanda ini bermaksud bahwa realisasi salah satu kasus (dalam hal ini Obyek) menjadi subyek dalam struktur luar dilakukan dengan kaidah transforrnasi balik (flip "'le). Menurut Postal (1971: 39-54), perpindahan psikologis perlu bagi beberapa KK Keadaan-Pengalaman dan juga bagi beberapa KK Proses-Pengalaman. Fenomena ini, sebagairnana
18
•
T
terbukti di atas, juga terdapat dalam bahasa Indonesia.
,..
Selanjutnya dalam kalimat (16) dapat dilihat bahwa kasus Pengalami tidak selamanya direalisasikan dalam struktur luar. Frase nominal bagi muridmurid diletakkan dalam kurung untuk menunjukkan bahwa frase ini dapat juga dihilangkan (deletable). Perlu dicatat bahwa kasus Pengalami, dalam realisasinya harus didahului oleh kata depan bagi atau untuk. Kalimat (17),., misalnya, tak dapat diterima : *(17) Soal itu sukar saya. 3.3 KK Keadaan-Benefaktif KK Keadaan-Benefaktif mempunyai ciri-ciri semantik
"l
rkeaaaan l!>enefakti!J
KK ini mengharuskan hadirnya satu kasus Benefaktif dan satu Obyek dalam struktur semantiknya. Kasus Benefaktif dimaksud menyatakan entiti animat yang memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu, dan Obyek menyatakan entiti yang dimiliki, diperoleh, atau hilang. Agaknya hanya ada dua KK Keadaan-Benefaktif dasar dalam bahasa Indonesia, yaitu punya dan ada, sebagaimana dapat dilihat dalam kedua kalimat di bawah ini:
(18) la sudah punya sepasang bendi. B KK (19) Dia ada uang.
Ok
B KK Ok Di samping kalimat (19), kalimat (20} juga biasa: (20) Uang ada pada dia. Ok KK B Sementara dapat dianggap bahwa kalimat (20) adalah akibat kaidah transformasi balik, artinya tidak selamanya sama dengan kalimat {19). Kalimat (20) mengandung dwiarti. Arti yang pertama ialah bahwa dia benarbenar mempunyai uang, sedangkan arti kedua ialah bahwa dia hanya menyimpan uang itu . .Dalam arti kedua ini, agaknya kata kerja ada sesuai dengan interprestasi lokalistik yang dikemukakan oleh John Anderson {1971:107, 117). Kerangka kasus KK Keadaan-Benefaktif dalarn kalimat (18) dan (19) adalah +(-8,0k], sedangkan '~rangka kasus kata kerja ada da1am kalimat (20) adalah +(-Ok,B*] /batik. ,
19
3.4 KK Keadaan-Lokatif KK Keadaan-Lokatif mempunyai ciri-ciri semantik
~eadaanJ ~okatif
..
KK ini mengharuskan hadirnya satu kasus Obyek dan kasus Lokatif dalam · struktur semantiknya.'" Kasus Obyek yang dimaksud menyatakan entiti yang berada dalam atau pada satu tempat atau lokasi, dan kasus Lokatif menyatakan tempat atau lokasi.
Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah KK KeadaanLokatif:
(21) /bu ada didapur Ok KK L (22) Petani itu diam di gubuk ini Ok KK L (23) Menteri P dan K, Dr. Daoed Yoesoef. hadir dalam konferensi itu. Ok
KK
L
KK ada, diam, dan hadir adalah KK Keadaan-Lokatif. Kata kerja ada, sebagaimana telah dikemukakan pada 3.3, adalah juga KK Keadaan-Benefaktif. Dengan demikian kata kerja ini mempunyai dua kerangka kasus, yaitu +(-8,0k] dan +(-Ok,L]. Kerangka kasus yang terakhir ini adal ah kerangka kasus KK Keadaan-Lokatif seperti di atas. Mungkin ada yang mengemukakan bahwa ada dalam kalimat (21) serupa dengan be dalam bahasa lnggris, sehingga pada dasarnya nilai semantiknya tidak ada. Pendapat ini diperkuat oleh kenyataan bahwa kalimat (24) juga biasa dipakai: (24) /bu di dapur. Ok L Dapat dilihat bahwa ada tak dipakai dalam kalimat ini. Lebih jauh pendapat ini juga bersesuaian dengan usul Chafe (1970 : 159), berdasarkan data-data dari bahasa Inggris, bahwa kata depan adalah KK Keadaan-Lokatif. Jadi kata de pan dapat dianggap sebagai kata kerja. Menurut anggapan kami, ketidak-hadiran ada dalam kalimat (24) adalah akibat transformasi delesi. Nosi ada masih dapat dirasakan secara intuisi dalam kalimat -seperti itu. Delesi seperti itu terjadi karena kecenderungan para penutur untuk mempersingkat ujaran demi efisiensi. Hal ini terutama terjadi dalam percakapan yang cepat dan akrab: 20
•
(25) A: Ke mana ibur (26) B. /bu ke pajak. Dalam percakapan yang lebih hati-hati atau formal, kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut: (27) A: Ke mana ibu pergi? (28) B: /bu pergi ke pajak. Jelas bahwa kata kerja pergi telah di delesikan pada kalimat (25) dan (26), sebagaimana pendelesian ada pada kalimat (24). Kata kerja diam (22) juga mempunyai dua kerangka kasus, karena kata kerja ini, selain dari artinya dalam kalimat (22), juga berarti "tidak ribut" atau "tidak bergerak". Dalarn arti terakhir ini diam dapat digolongkan pada KK Keadaan yang kerangka kasusnya ialah + [-Ok) . Perlu dicatat bahwa dalam struktur t luar kata benda yang menyatakan lokasi a tau tempat pada tipe kata-kata kerja di atas selalu didahului oleh kata depan di, dalam, atau pada. Jumlah KK Keadaan-Lokatif dasar agak·1ya juga tidak banyak Bahasa Indonesia.
dal~
3 .5 KK Proses KK Proses mempunyai clri semantik [proses] . Kata kerja ini mengbaruskan hadimya satu kasus Obyek dalam struktur semantiknya. Obyek ini menyatakan entiti yang mengalami proses peru1>ahan keadaan atau kondisi. Dalam kalimat-kalimat di bawah ini terdapat KK Proses:
(29)Daun temb{lkau itu sedang layu. . cJJ KK (30) Tapi padi yang tumbuh di sawah itu tetap .akan rusak. 0 KK
(31) Kaea jendela """'1h kami pecah. 0 KK (32)Dindi11gbeton itu retak. 0 KK {33) Gunung itu
0
longsor.
K:K
Kata kerja layu, tumbuh, pecah, retak dan longsor dalam kalimat {29) · {33) adalah KK Proses.
31
'
Da1arn Bahasa Indonesia sering sukar membedakan KK. Keadaan dari KK Proses. Menjadi suatu taOda tanya, misalnya, apakah kata kerja layu, pecah, dan retak KK. Keadaan atau KK. Proses. Masing-masing kata kerja ini tampaknyajuga menyatakan suatu kead1lan. Ada dua cara menguji bahwa suatu bta kerja adalah .KK Proses. Pertama, cara yang dikemukakan oleh Chafe.(1970:100). Menurut Chafe, suatu kata kerja adalah KK. Proses jika kata keija itu dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan "Apa yang terjadi pa· da N?" (N adalah suatu entiti). Untuk kalimat (29), misalnya, dapat ditanya "Apa yang terjadi pada daun tembakau itu?" Jawab pertanyaan ini ialah "DaWI tembakau itu ,layu". Jelaslah bahwa yang ditanyakan bukanlah keada~. _daun --tembakau itu,' tetapi perubahan atau kejadian yang menimpanya.
..
Cara menguji kedua ialah cara yang dikemukakan I..akoff (1966). Berdasarkan data-data dari Bahasa Inggris, l..akoff mengemukakan bahwa KK Proses dapat dipakai dalam Progressil'e Tense, sedanglcan KK. Keadaan tidak. Jika pendapat ini diterapkan ke dalam Bahasa Indonesia, dapat dikatakan bahwa KK Proses dapat didahului kata keterangan waktu sedang, seperti dalarn kalimat (29). Memang kata setiang dapat memperjelas bahwa kata kerja itu menyatakan suatu kejadian atau perubahan ya"lg sedang berlangsung, sehingga merupakan suatu proses. Persoalan dalam hal ini ialah bahwa tidak semua proses atau kejadian makan waktu lama, sehingga kurang mungkin dipergunakan kata keterangan setiang. Misalnya, kata kerja pecah menyatakan kejadian yang cepat, sehingga sukar dilihat suatu kejadian sedang pecah, meskipWI bukan tidak mungkin. Berdasarkan penjelasan di atas, agaknya cara menguji yang dikemukakan oleh Oiafe lebih serasi untuk Bahasa Indonesia; I<.erangka kasus KK Proses seperti yang terdapat dalam kalimat (29), (30), (31), (32), dan {33) adalah +[-0]. Sebqaimana telah disinggung, banyak kata kerja dalam bahasa Indo· nmia yang sukar ditentukan apakah KK Keadaan atau KK Proses. Kata kerja kyu, retak, dan pecah sebetulnya dapat menyatakan keadaan atau proses. Jika yang dinyatakan adalah keadaan suatu entiti, misalnya "bunga layti", mab kata_ kerja layu adalah KK Keadaan. Akan tetapi, jika yang dbmbud adalah "proses merijadi layu" yang dialami entiti itu, maka kata kerja la)w adalah KK Proses. Dengan demikian, kata-kata kerja sseperti ini mempunyai dua kerangka kasus. Sebagai KK Keadaan kerangka kasusnya
at.h: [-Cle]. Mapimana dapat dilihat dalam kalimat (29)-(30), KK Proses itu IDlll;harUlbn badimya satu Obyek dalam struktur semantiknya. Di samping bti'bta kaja ini, ada juga kata kerja dalam bahasa Indonesia yang
22
...
'.
mengharuskan hadimya dua Obyek. Kalimat berikut berisi kata kerja yang demikian: (34) Tanah itu 0
jadi KK
lumpur.
0
Kerangka kasus kata kerja seperti itu ialah +[-0,0). Dengan demikian, untuk bahasa Indonesia, Tabel 1 harus diubah sehingga berisi kerangka kasus ini. Dalam definisi KK Proses hendaklah disebut juga bahwa KK mungkin mengharuskan kehadiran dua Obyek, dan Obyek yang kedua menyatakan hasil perubahan yang terjadi pada Obyek yang pertama. 3.6 KK i>roses-Pengalaman KK Proses-Pengalarnan mempunyai ciri semantik [proses pengalarnan]. Dalam struktur semantiknya, KK ini mengharuskan kehadiran satu kasus Pengalami dan satu kasus Obyek. Kasus Pengalami menyatakan entiti animat yang mengalami perubahan psikologis sehubungan dengan isi dari atau stimulus untuk pengalaman yang dinyatakan oleh kasus Obyek. Kata kerja dalarn kalimat-kalimat berikut adalah KK Proses-Pengalamap. (35) Gailis itu bimbang akan kata-kata pemuda itu.. P KK 0 (36) Orang kaya itu cemas.akan ancaman itu. P KK 0 (37) Kami waswas atas keterlambatan Bapak. P KK 0 (38) Saya dengar suara mobi/ pagi-pagi sekali. P KK 0 (39) Barulah mereka ingat (pada) Tuhan. P KK 0 Kata-kata kerja bimbang, cemas, waswas, dengar, dan ingat adalah KK Proses-Pengalarnan. Ketiga kata kerja terdahulu berhubungan dengan emosi, kata kerja dengar berhubungan dengan sensasi, dan akat kerja ingat berhu~ Jbunpn dengan kognesi. Sering sukar ditentukan apakah kata-kata kerja bimbang, cemas, waswas, dan ingat KK Proses-Pengalarnan. Untuk menguji hal ini, agaknya cara Chafe dan l.akoff dapat dipakai. Kata-kata kerja bimbang, cemas, dan waswas dapat ,menjawab pertanyaan "Apa yang terjadi pada N?'' Misalnya dalaJn percakapan:
23
A : Apa yang terjadi pada gadis itu? B : Gadis itu bimbang. Jelas bahwa kata kerja bimbang dan kedua kata kerja yang lain menyatakan suatu proses kejiwaan (pengalaman). Untuk kata kerja dengar dan ingat, cara Lakoff agaknya dapat dipakai, yaitu kata-kata kerja ini dapat didahului oleh kata sedang, seperti dalam kalimat-kalimat berikut:
...
(40) Pak Suro to sedang dengar war ta berita. P KK 0 (41) Pasien itu sedang ingat apa yang telah terjadi. P KK 0
Bahwa kedua kata kerja di atas adalah KK Proses-Pengalaman, diperkuat oleh kenyataan bahwa KK Keadaan-Pengalaman tahu tidak boleh didahului sedang. Kalimat {42), misalnya, tidak terterima: *(42)Pak Burhan sedang tahu cerita itu. P KK 0
Perlu diperhatikan bahwa pada umumnya kasus Obyek KK Proses-Pengalaman direalisasikan dalarn struk tur luar dengan suatu frase nominal, yang didahului oleh kata depan akan, atas, tentang, atau pada sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat (35)-(37). Dalam kalimat {38) dan (39) kata depan akan telah didelesikan, dan dalam bahasa Indonesia dewasa ini hal ini agaknya sudah umum. Dalam kalimat (35){39), frase nominal gadis itu, orang kaya itu, kami, saya dan mereka menyatakan entiti-entiti animat yang mengalami suatu pengalaman, sedangkan frase nominal kata-kata pemuda itu, ancaman itu, dan' lain-lain menyatakan entiti-entiti yang merupakan . isi atau stimulus bagi pengalaman tersebut. 3.7 l l Proles-Be~faktif KK Proses-Benefaktif mempunyai ciri semantik [prosesbenefaktif] . KK ini mengharuskari kehadiran satu kasus Benefaktif dan kasus Obyek dalam struktur semantiknya. Kasus Benefaktif menyatakan entiti anirnat yang mengaJami suatu proses atau kejadian memperoleh, rugi, atau hilang. dan kasus Obyek menyatakan entiti yang diperoleh atau hilang. Kata kerja daJam kalimat-kalimat berikut adalah KK Proses-Benefaktif. ·
24
.
(42)Pak Surya menangduajuta rupiah. B KK 0 ( 43) Toke itu ka/ah sepuluh juta rupiah. 0 B KK (44) Kesebe/asan Persija dapat pia/a Marah Halim. B KK 0 Kata kerja menang, ka/ah, dan dapat adalah KKProses-Benefaktif. Katakata kerja ini menyatakan proses pengalaman memperoleh atau kehilangan sesuatu. Pengujian cara Chafe dan Lakoff juga dapat dip~ai untuk membuktikan bahwa kata-kata tersebut menyatakan proses dan bukan keadaan atau aksi. Frase-frase nominal Pak Surya, Toke itu, dan Kesebelasan Persija adalah entiti-entiti animat yang mengalami proses memperoleh atau kehilangan, sedangkan frase nominal dua juta rupiah dan lain-lain merupakan entiti yang diperoleh a tau hilang. Kerangka kasus KK Proses-Benefaktif ialah +[-B,O].
3.8 KK Proses-Lokatif KK Proses-1.okatif mempunyai ciri semantik [proses lokatif]. KK ini mengharuskan kehadiran satu kasus Obyek dan satu kasus 1.okatif dalam struktur semantiknya. Kasus Obyek menyatakan entiti yang menga~i proses perubahan lokasi, dan kasus 1.okatif menyatakan lokasi tersebut. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah KK
Proses-1.o~atif.
(45)Bangkai hewan itu timbul ke permukaan air. 0 KK L (46) Matahari sedang terbit dari ufuk Timur. 0 KK L (47) Kapa/ itu tenggelam ke dasar laut. 0 KK L (48) Suratnya datang dari Jakarta. 0 KK L (49)Kiriman itu telah tiba dari Singapura. 0 KK L. Kata kerja timbul, terbit, tenggelam, datang, dan tiba adalah KK 25
Proses-Lokatif. Kata-kata kerja ini menyatakan proses perpindahan tempat. Frase nominal bangkai hewan itu, matahari, dan lain-lain adalah entiti-entiti yang mengalami proses perpindahan tempat, sedangkan frase nominal permukaan air, ufuk Timur, dan lain-lain adalah tempat atau lokasi yang bersangkut-paut dengan p.roses perpindahan tersebut. Pengujian cara Chafe dan Lakoff dapat juga dipakai untuk membuktikan bahwa kata-kata kerja di atas menyatakan proses dan bukan keadaan atau aksi. Kata-kata kerja tersebut dapat menjadi jawaban pertanyaan "Apa yang terjadi ~da N?" Misalnya dalam percakapan berikut:
•
A : Apa yang terjadi pada kapal itu? B : Kapal itu tenggelam ke dasar laut.
Kata keterangan waktu sedang juga dapat mendahului kata-kata kerja tersebut, sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat (46). Kasus Lokatif KK Proses-Lokatif seperti di atas sering didelesikan sehingga tidak kelihatan dalam struktur luar. Kalimat (?O) dan (51 ), misalnya, terterima: (50)Matahari 0
sedang terbit. KK
(51)Kiriman itu 0
telah tiba. KK
Dalam kedua kalimat ini secara intuitif dapat juga dirasakan kehadiran kasus Lokatif. Sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat (45) · (49), 1alam struktur luar kasus Lokatif direalisasikarw sebagai frase nominal yang menyatakan entiti lokasi dan biasanya didahului oleh kata depan ke dan dari. Kedua kata: depan ini menyatakan direksi, oleh sebab itu dapat disebut kata depan direksi. Kalimat seperti (52) juga terdapat dalam data yang kami peroleh: ( 52) Pesawat itu telah tiba di Medan dari Singapura. 0 KK L L Dalam kalimat ini ada kasus Lokatif. Fillmore (1971) mempergunakan kaS\ls yang berbeda untuk rnasing-masing frase nominal yang menyatakan lokasi seperti tersebut. Dia mempergunakan kasus Gol (Goal) untuk frase nominal Medan dan kasus Asal~Source) untuk frase nominal Singaprcra. Meskipun secara semantik analisis ini baik, karena kedua ka5us terakhir L11i .benar-benar mewakili arti kedua jenis frase nominal yang menyatakan lokasi tersebut, ada juga kekurangannya. Salah satu kekurangannya yang fundamental ialah
26
terbukanya kemungkinan untuk berbagai frase nominal yang menyatabn lokasi. Dengan KK Alesi, misalnya, kalimat (53) terterima:
(53) Kuda itu kiri dari kandang me'/alti -pekarangan ke arah kebun. Jika analisis Fillmore diikuti, harus pula diternukan suatu kasus baru untuk mewakili frase lokasi -pekarangan, karena ini tidak rnenyatakan gol, clan tidak pula arah. Dengan dernikian, setiap kali ada frase lokasi baru, harus pula dicarikan kasus baru mewakilinya, d~ keadaan ini rnerupakan hal yang tidak man tap. · Kekurangan kedua berhubungan dengan klassifikasi kata kerja. Dengan adanya frase lokasi yang berganda, sukar · dirurnuskan tipe kata .hrja bersangkutan. · Oleh karena kedua kekurangan tersebut, dalarn penelitian ini diikuti saran yang dikemukakan oleh Cook b;lhwa untuk mewakili beberapa frae nominal yang menyatakait lokasi dapat dipakai satu kasm Lokatif laja. Kum Gol, Arah, dan lain-lain dapat dianggap sebagai ciri semantik tambahm atau al/ocase. Kerangka kasus KK Proses-1.okatifialah +(-0,L). 3.9 KKAksi KK Alesi mempunyai ciri semantik [aksi proses). KK ini rnengbanmlll kehadiran satu kasus Agen dan satu Obyek dalarn struktur semantilcnJa. Kasus Agen menyatakan entiti animat yang rnerupakan penual {inatiptor) suatu aksi dan kasus Obyek ialah entiti yang mengalami efek atau meruPlbn hasil dari aksi dimaksud. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adaJah KK Akli. (54)Mereka sedang minum. A KK
(55) Aku mencari wajah yang. kuUnol. A KK 0
..
{56) Penduduk desa itu membtlngun sebuah ilf&all. A KIC. 0 (57)Polisi menangkap seonmg penanpok. A KK CJ (58).Mereka sedang main kartu. A KK 0
(59). Seorang kawan membukll toko pid:dma. A KIC. 0
Kata kerja mmum, ctiri, bangun, tangkap, main, dan buka dalam kalimat-kalimat di atas adalah KK Aksi. Perlu disebut bahwa dalam kalirnat (55), (56), (57), dan (59) kata-kata kerja itu berawalan meN- (N mewakili variasi-variasi bunyi sengau), dengan demikian kata-kata kerja tersebut bukan kata-kata kerja dasar. Karena dalam bab ini yang dibicarakan hanya kata-kata dasar, maka dalam analisis ini awalan meN- tidak kami perhitungkan. Hal ini dapat dilakukan karena secara semantik awalan meN- tidak menambah nilai jika ditambahkan pada KK Aksi. (Tampubolon, 1977:88; 1978).
..
Bagaimanakah caranya membedakan KK Aksi dari KK Proses? Perbedaan kedua tipe kata kerja ini sebenamya jelas dapat dilihat · dalam definisinya (barulingkan 3.9 dan 3.5). Perbedaan pokok ialah bahwa KK Akgi mengharuskan kehadiran kasus Agen, sedangkan KK Proses tidak. Untuk melihat perbedaan dimaksud lebih jelas dapat juga dipakai alat penguji sintaksis yang dikemukakan oleh Lakoff (1966). KK Aksi dapat dipakai membentuk kalirnat suruh (perintah), sedangkan KK Proses tidak. Mari kita perhatikan kalimat-kalimat di wabah ini: (60) Makanlah! (61) Tumbuh! Kalimat ( 61) tak terterima. pengan demikian ka ta kerja tumbuh bukan KK Aksi. Alat penguji yang dikemukakan Chafe (1970: 100) juga dapat dipakai yaitu dengan mempergunakan pertanyaan "Apa yang dikerjakan oleh N?" Mari kita perhatikan kalimat-kalimat berikut: (62) A: Apa yang dikerjakan oleh Sudin? *(6J) B : .Tumbuh (64) C: Makan Kalimat (63) tidak terterima. Jadi kata kerja tumbuh bl!kan KK Aksi. Dalam struktur luar, kasus obyek tidak selalu direalisasikan sebaga: akibat delesi. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat (54). Namun, Obyek tersebut tetap ada dalam struktur semantik. Secara intuitif kehadiran ini dapat juga dirasakan dalam kalimat itu. Kerangka kasus KK Aksi ialah +[-A,O] .
3.10 KK Aksi-Peoplaman KK Aksi-l'engalarnan mempunyai ciri semantik
28
IT
J
roses si engalaman
.
..
KK ini mengharuskan kehadiran satu kasus Agen, satu kasus Pengal3man, dan satu kasus Obyek dalam struktur semantiknya. Kasus Agen menyatakan entiti anirnat yang merupakan penual suatu aksi, kasus Pengalami menyatakatl entiti animat yang mengalarni suatu pengalaman, dan kasus Obyek menyatakan entiti yang merupakan isi dari atau stimulus bagai pengalaman tersebut. Kata-kata kerja dalarn kalimat-kalirnat berikut adalah KK Aksi.
{65) Bapak bilang "tidak" kepada Hadi. A KK 0 P (66) Tuti menyebut nama pemuda itu kepada saya; A KK 0 P (67) Pak Tahir menaksir harga mobil bekas itu. A=P KK 0 (68)Pak Menteri menjawab pertanyaan para wartawan. A=P KK 0 Awaian meN- tidak diperhitungkan sebagairnana telah dikemukakan terdahulu. Kata-kata kerja di atas semuanya menyatakan aksi. \{al ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa kata-kata kerja itu dapat dipakai membentuk kalirnat-kalirnat perintah. · · ~ s J1
? •
Apakah perbedaan kasus Agen dan kasus Benefaktif? Hal ini dapat --:;:::;::membingungkan, karena kadang-kadang kasus Agen yang menyatakan suatu .entiti animat yang memperoleh sesuatu, dan kadang-kadang juga merupakan sumber suatu en ti ti yang diperoleh. Perbedaan fundamental dalam ·hal ini ialah bahwa Agen selamanya menyatakan entiti yang merupakan penual suatu aksi, sedangkan Benefaktif bukan penual. Dalam kalimat (69), rnisalnya, dill adalah realisasi kasus Agen, karena frase inilah yang menyatakan entiti yang merupakan penual aksi tersebut. Kasus Benefaktif biasa juga tidak direalisasikan . dalam struktur luar sebagairnana dapat dilihat dalam kalirnat (73) berikut: (73) Orang kaya itu membeli mobil baru. A ·KK 0 Kadang-kadang kasus Obyek tidak direalisasikan dalam struktur luar sebagairnana dapat dilihat dalarn kalirnat (74) di bawah ini: (74)Pemerintah membantu para petani. A KK B
Dalam kalirnat ini kasus Obyek sebetulnya ada secara irnplisit dalam kata
29
kerja membantu. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat (75):
(75)Pemerintah memberi bantuan kepada para petani. A KK 0 B
Jelas bahwa bantuan adalah realisasi kasus Obyek. Fenomena seperti ini disebut leksika/isasi (Cook 1973; 1974). Dikatakan bahwa kasus Obyek telah dileksikalisasikan ke dalam kata kerja bersangkutan. Dalam kerangka kasus kata-kata kerja dernikian, fenomena itu ditandai sebagai berikut: +[-A,B,O*] /Olex. Tanda /Olex berarti kasus Obyek dileksikalisasikan ke dalam kata kerja. Kerangka kasus KK Aksi-Benefaktif biasa ialah : + [ -A,B,O ] . 3.12 KK Aksi-Lokatif KK Aksi-Lokatif mempunyai ciri semantik
J
aksi proses [ lokatif
KK ini mengharuskan kehadiran satu kasus Agen, satu kasus Obyek, dan satu kasus Lokatif dalam struktur semantiknya. Kasus Agen menyatakan entiti animat yang merupakan penual suatu aksi, kasus Obyek menyatakan entiti yang mengalami perubahan lokasi, dan kasus Lokatif menyatakan lokasi. Kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah KK Aksi-Lokatif. (76)Ayah sudah pergi ke kantor. A,;,0 KK L
(77) Bapak Presiden baru tiba dari Amerika Serikat. A=O KK L (78)Duano segera turun ke ha/aman. A=O KK L
(79) Pak Direktur menaruh tasnya di atas meja. A KK 0 L (80) Lebih baik kita naik ke rumah, bukan? A=O KK L Kata· kerja pergi, tiba, turun, taruh, dan naik adalah KK Aksi-Lokatif. Kata-kata kerja ini semuanya menyatakan aksi dan dapat dipakai membentuk kalimat-kalimat suruh.
30
•
•
Da1arn kalimat (76)-{78) kasus Agen dan Obyek berada dalam keadaan koreferensi (menyatakan satu entiti bersama-sama). Dalam kalimat (76), misalnya ayah menyatakan entiti animat yang merupakan penual dan sekaligus merupakan entiti yang mengalami perubahan lokasi. Kerangka kasus KK Aksi-1.okatif seperti ini ialah +[ -A,•,O,L) /A=O. Kerangka kasus KK Aksi-1.okatifyang biasa ialah: +[ -A,O,L). Kata-kata kerja seperti pergi dan tiba mWlgkin juga tidak mempunyai kasus Agen dalam struktur semantik sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat
(81). (81) Surat itu baru tiba dari Jakarta. 0
KK
L
Dalam kalimat seperti di atas ini kata kerja tiba adalah KK Proses-1.okatif, jadi kerangka kasusnya ialah: +( -0,L). Dengan demikian kata-kata kerja seperti pergi dan tiba mempunyai dua kerangka lr1sus. Kata kerja duduk juga mempunyai dua kerangka kasus. Dalam kalimat (78), duduk berarti "melakukan aksi duduk". Jadi kata kerja ini adalah KK Aksi-Lokatif. Akan tetapi duduk boleh juga berarti "dalam keadaan duduk, dan tidak melakukan aksi". Dalam hal ini kata kerja itu adalah KK . Keadaan-Lokatif, dan kerangka kasusnya ialah: +[ -OK.L].
3 .13 KK. Hipotetis Ada sejumlah kecil kosakata yang mempunyai ciri yang menarik hati. Marilah kita perhatika!l kalimat-kalimat berikut: (82) Balon-halon itu melayang di u lara. (83) Mereka bertemu di suatu tempat rahasia. (84) Dia terkejut mendengar berita itu. (85) Anak itu menggeliat. {86) Gadis itu terjerumus ke dalam lembah hitam.
...
Kata kerja melayang, bertemu, terkejut, menggeliat, dan terjerumus adalah kata-kata kerja berimbuhan. Kata-kata dasarnya adalah layang, temu, kejut, geliat, dan je:,Umus. Kata-kata dasar ini tidak dapat berdiri sendiri, dan tidak dapat ditentukan nilai semantiknya secara definitif. Narnun, secara intuitif dapat dikatakan bahwa kata-kata itu cenderung kepada kata-kata kerja. Untuk menen~ukan jenis kata-kat1 tersebut, karni sependapat dengan Lakoff (1970:56-59). Kata-kata tersebut secara semantik dianggap sebagai KK Hipotetis. Sebagai KK Hipotetis, nilai semantiknya baru dapat ditentukan
31
setelah imbuhan ditambahkan padanya dalam struktur luarnya. Jika ciri semantik KK Hipotetis ditandai dengan X, maka kerangka kasusnya ialah +[-X] . Dalam bab 3 ini hanya sebahagian kecil dari kata-kata kerja yang diperoleh dalam penelitian ini dikemu'(akan. Kata-kata kerja das&r lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1. c
32
• ·e
4. PENURUNAN, INKORPORASI, DAN INFLEKSI
Dalam bab 3 telah dikemukakan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat dua belas tipe semantik KK dasar. Di samping kedua belas tl.pe ini ada juga sejumlah kecil KK dasar yang dapat disebut kata kerja dasar hipotetis . . Selanjutnya penelitian ini menunjukkan bahwa kata-kata kerja yang bukan kata-kata kerja dasar dapat juga diklasifikasikan ke dalam kedua belas tipe semantik tersebut di atas, dan agaknya tidak ada lagi tipe lain di luar kedua belas tipe itu. Akan tetapi ada tiga proses semantik yang dapat terjadi pada tipe-tipe KK dasar dalam bahasa Indonesia, yaitu :
(1) suatu tipe KK · dasar dapat bernbah menjadi tipe KK lain dengan proses penurunan ( derivasi); (2) suatu tipe KK dasar dapat diganti dengan suatu tipe KK yang serupa, tetapi KK terakhir ini terbentuk dari KB yang mewakili kasus tertentu dan pergantiail itu terjadi denga1 proses inkorporasi; (3) ciri atau ciri-ciri semantik suatu tipe T(I( dasar dapat bertambah dengan proses infleksi. Ketiga proses semantik tersebut di atas secara teratur ditandai oleh berbagai aflksasi dalam struktur luar bahasa Indonesia. Di bawah ini akan dibicar*an masing-masing proses semantik tersebut dengan sejumlah ilustrasi.
4.1 Penurunan ~nelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga jenis utama penurunan semantik dalam bahasa InClonesia, yaitu (1) penurunan inkoatif, (2) penurunan kausatif, dan (3) penurunan· resultatif.
4.1.1 Penurunan lnkoatif Penurunan inkoatif ialah suatu proses leJIUUltik yang mengubah KK
33
Keadaan dasar menjadi KK Proses dengan menambah ciri semantik [inkoatif]. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah hasil proses penurunan inkoatif.
(87) Rumput-rumput dan be/ukar sudah menguning. 0 KK
•
(88) Tanah sawah mulai merekah 0 KK (89) Mereka ketakutan oleh ngauman harimau itu. E KK 0 (90) Rapat sedang berlangsung. 0 KK Kata-kata kerja menguning, merekah, ketakutan, dan berlangsung dalam kalimat-kalimat di atas masing-masing menyat.akan suatu proses. Kata dasar masing-masing kata-kata kerja itu ialah kuning, rekah, takut, dan langsung. Tipe semantik kata-kata kerja dasar ini ialah KK Keadaan.
4.1.2 Penurunan Kausatif Penurunan kausatif ialah suatu proses semantik yang mengubah KK Keadaan atau KK Proses dasar menjadi KK Alesi dengan menambah ciri semantik [inkoatif kausatif] dalam proses pertama, dan ciri [kausatif] dalam proses kedua. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah hasil proses penurunan kausatif.
(91) Laki-/aki itu membungkukkan badannya. A KK 0 (92) Mereka menghQnyutkan bangkai binatang itu. A KK 0 (93) Dia membasahi rambutnya. A KK 0 (94) Dengan tindakan itu dia memperdnggi tempat jatuhnya. A KK 0 Kata-kata kerja membungkukkan, menghanyutkan, membasahi, dan memperdnggi adalah kata-kata kerja Alesi. Kata kerja dasar masing-masing ialah bunglcuk, llllmyut, basah, dan tinggi. KK pertama, ketiga, dan keempat
34
•
adalah KK Keadaan dan KK kedua adalah '(I( Proses. 4.1.3 Penurunan Resultatif
•
Penurunan resultatif ialah suatu proses semantik yang mengubah KK Aksi dasar menjadi KK Keadaan dengan menambah cid sema,1tik (deaktifatif resultatif] Kata-kata kerja .dalam kalimat-kalimat di bawah ini adalah hasil penurunan resultatif.
(95)Kain yangdibelinya sudah berjahit. Ok KK
{96) Pintu gerbang desa itu berukir. Ok ; KK (97) Jendela kamar itu terbuka. Ok KK Kata-kata kerja berjahit, berukir, dan terbuka masing-masing menyatakan suatu keadaan, dan karena itu kata-kata kerja dasarnya adalahjahit, ukir, dan buka. Kata-kata kerja ini adalah KK Aksi. 4.2 lnkorporasi Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat lima jenis utama proses inkorporasi, yaitu (1) inkorporasi yang ditandai oleh meN(2) inkorporasi yang ditandai oleh -kan, (3) inkorporasi yang ditandai oleh -i. (4) inkorporasi yang ditand8i oleh per-, dan (5) inkorpomi yang ditandii oleh ber-. 4.2.l lnkorporasi yang ditandai oleh meNDalam proses inkorporasi ini, KB yang mewakili kasus Obyek, l..okatif, atau lnstrumen dalam struktur semantik kata kerja tertentu berubah menjadi kata kerja yang sama tipe semantiknya dengan tipe kata kerja terdahulu tadi. Proses inkorporasi ini ditandai oleh afiksasi meN dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah basil proses inkorporasi. '
(98)/burya telah menjanda sej3k tahun yang lalu. 0 KK
(99) Sayang, gadis secantik itu membabu. 0 KK 35
(100) Bubur semalam telah membatu. 0 KK (101) Pesawat yang kami tunggu telah mend'Jrat. 0 KK
(I 02) Pada waktu itu semua kenderaan meminggir. 0 KK
•
(I 03) /bu sedang menggulai. A .KK (I 04) Dia menggergaji papan di belakang rumah. A KK . 0
•
Kata-kata kerja menjanda, membabu, membatu, mendarat, dan meminggir adalah KK Proses. Kata dasar kata-kata kerja bi masing-masing ialah janda, babu, batu, darat, dan pinggitr. Ketiga kata berida pertama mewakili kasus Obyek dan kedua kata kerja terakhir mewakili kasus Lokatif sebagaimana terlihat dalam kalimat-kelimat berikut.
(105) /bun ya telah menjadi janda sejak tahun yang lalu. 01 KK 02 (I 06) Sayang, gadis secantik itu menjadi babu. 01 KK 02 (107) Bubur semalam telah menjadi seperti batu. 01 KK 02 (108) Pesawat yang kami tunggu telah tiba di darat. 0 KK L (109) Pada waktu itu semua kenderaan mengarah ke pinggir. 0
KK
L
Kata-kata kerja menjadi, tiba, dan mengarah adalah KK Proses, jadi sama dengan tipe kelima kata kerja tersebut di atas. Kata-kata kerja menggulai dan menggergaji adalah KK Aksi yang kata dasarnya ialah gulai dan gergaji KB gu/ai mewakili kasus Obyek dan KB gergaji mewakili kasus Instrumen sebagaimana dapat dilihat dalam kalimatkalimat berikut. ( 110) /bu sedang memasak gulai A KK 0 ( 111) Dia memotong papan dengan gergaji di belakang rumali.
A 36
KK
O
L
.tCata-kata kerja memasak, dan memotong adalah KK Aksi, jadi sama dengan tipe kedua kata kerja tersebut di atas. 4.2.2 Inkorporasi yang Ditandai oleh -Kan
"
Dalam proses inkorporasi ini, KB yang mewakili kasus Lokatif atau Obyek kedua (0 2 ) dalam struktur semantik kata kerja tertentu berubah menjadi kata kerja yang sama tipe semantiknya dengan tipe kata kerja tersebut tadi. Proses inkorporasi ini ditandai oleh afiksasi -kan dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah hasil proses inkorporasi.
(112) Penguasa memenjarakan penjahat itu. A KK 0 (113) Petani itu mengandangkan lembunya pada sore harinya. A KK 0 (114) Penduduk pu/au itu merajakan seorang pemu la pendatang. A KK 0 Kata-kata kerja memenjarakan, mengandangkan, dan merajakan adalah KK Aksi yang kata dasarnya masing-masing ialah penjara, kandang, dan raja. KB penjara dan kandang mewakili kasus Lokatif, dan KB raja mewakili kasus Obyek kedua (0 2 ) sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat-kalimat berikut.
(115) Penguasa memasukkan penjahat itu ke dalam penjara. A KK L (116) Petani itu memasukkan lembunya ke dalam kandang pada sore harinya. KK 0 L A (117) Penduduk pulau itu menjadikan seorang pem•Jda pendatang raja. A KK 01 01 ,
Kata-kata kerja memasukkan dan menjadikan adalah juga KK Aksi. Perlu dicatat bahwa afiksasi meN- tidak diperhitungkan sebagai pertanda karena afiks ini dapat dihilangkan dari kata kerja itu. 4.2.3 Inkorporasi yang Ditandai oleh -I Dalam proses inkorp6rasi ini, KB yang mewakili kasus Obyek dalam struktur semantik kata kerja tertentu berubah menja.ii kata kerja yang sama 37
tipe semantiknya dengan tipe kata kerja tersebut tadi. Proses inkorporasi ini ditandai oleh afiksasi -i daiam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah hasil proses inkorporasi.
(118)Para petani mengairi sawah itu sebelum membajaknya. A
KK
L
(119) !bu tidak menggarami ikan itu.
A
KK
L
(120) Mereka menyisiki ikan itu sebelum menggulainya. A KK L Kata-kata kerja mengairi, menggarami, dan menyisiki adalah KK AksiLokatif yang kata dasarnya masing-masing ialah air, garam, dan sisik. KB ini masing-masing mewakili kasus Obyek sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat-kalimat berikut.
(I21)Para petani itu memasukkan air ke daljlIIl sawah itu sebelum membajaknya. KK L A 0
(122) .fbu ddak menaruh garam pada ikan itu. A
KK
0
L
(I 23) Mereka membuang sisik dari ikan itu sebelum menggulainya. A KK 0 L Kata-kata kerja memasukkan, menaruh, dan membuang adalah KK Aksi-Lokatif. Perlu dicatat bahwa KB yang mewakili karus Lokatif dalam kalimat (118){120) adalah obyek dalam struktur luar. 4.2.4 lnkorporasi yang Ditandai oleh Per-
Dalam proses inkorporasi ini KB yang mewakili kasus Obyek kedua (0 2 ) dalam struktur kata keija tertentu berubah menjadi kata kerja yang sarna tipe semantiknya dengan tipe kata kerja tersebut tadi. Proses inkorporasi ini ditandai oleh afiksasi per- dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah hasil proses inkorporasi. {124).Anak itu mempeneUmut kain sarung A KK 01
38
(125)Pemuda itu memperisteri seorangjanda kaya. A KK 01
Kata-kata kerja memperse/imut dan memperisteri adalah KK-Aksi yang kata dasamya masing-masing KB selimut dan isteri Kata-kata benda ini masing-masing mewakili fasus Obyek kedua (0 2 ) sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat-kalimat benkut. (126)Anak itu membuat kain sarung selimutnya. A KK 01 02 (121)Pemuda itu menjadikan seorang janda isterinya. A KK 01 02
Kata-kata kerja membuat dan menjadikan adalahj 11ga KK-Aksi. Sebagaimana pada inkorporasi terdahulu, afiksasi meN- dalam inkorporasi ini juga tidak diperhitungkan. 4.2.5 lnkorporasi yang Ditandai oleh BerDalam proses inkorporasi ini, KB yang mewakili kasus Obyek atau lnstrumen dalam struktur semantik kata kerja tertentu berubah menjadi kata kerja yang sama tipe semantiknya dengan tipe kata kerja ter5ebut tadi. Proses inkorporasi ini ditandai oleh afiksasi ber- dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut adalah basil proses inkorporasi. ( 128) Wanita itu sudah bersuami B KK (129)Anak saya bersepeda ke sekolah. A KK L
Kata kerja bersuami adalah KK Keadaan-Benefaktif dan ?ersepeda adalah KK Aksi-Lokatif. Kata dasar masing-masing kata-kata kerja itu ialah suami dan sepeda. KB suami mewakili kasus Obyek dan KB sepeda mewakili kasus lnstrumen sebagaimana dapat dilihat dalam kaifmat berikut. (130) Wanita itu sudah mempunyai suam~ B KK 0 ( 131) Anak saya pergi ke sekolah dengan sepeda. A KK L I .•
Kata kerja mempunyai adalah KK Keadaan-Benefaktif dan jJergi adalah 39
KK Aksi-Lokatif, jadi sama tipenya dengan kedua kata kerja dalam kalimat . (128)-(129). 4.3 Infleksi Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat lima jenis utama proses infleksi semantik, yaitu (1) infleksi iteratif, (2) infleksi eksesif, (3) infleksi resiprokal, (4) infleksi pasif, dan (5) infleksi aksidental. 4.3.1 Infleksi Interatif Dalam proses infleksi iteratif, ciri semantik (iteratif] ditambahkan pada ciri semantik KK Aksi tertentu. Ciri semantik ini menyatakan bahwa aksi itu dilakukan berulang-ulang. Tipe semantik kata kerja itu tida~c berubah. Proses infleksi ini ditandai oleh afiksasi -i atau ber-an dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut tela.ft mendapat ciri semantik (iteratif] .
(132)/bu itu memukuli anaknya. A KK 0 (133)Petani itu menjuali harta bendanya. A KK 0 (134)Para tamu telah mulai berdatangan. A=O KK (135)Murid-murid berlarian ke pekarangan. A=O KK L
Kata-kata kerja memukuli, menjuali, berdatangan, dan berlarian adalah KK Aksi. Kata-kata kerja memukul, menjual, datang, dan lari juga KK Aksi, tetapi belum mendapat ciri semantik [iteratif] . 4.3.2 . lnfleksi Eksesif Dalam proses infleksi eksesif, ciri semantik (eksesif] cijtambahkan pada ciri semantik KK Keadaan tertentu. Ciri semantik ini menyatakan sifat atau keadaan yang berlebihan. Tipe semantik kata kerja itu tidak berubah. Proses infleksi ini ditandai oleh afiksasi ke-an dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut . telah mendapat ciri semantik (eksesif). (136)Jam saya kecepatan, pukul berapa sekarang? Ok KK
40
~
(i.37)Nampaknya celanamu kebesaran. Ok KK (138)Kopi ini kemanisan. Ok KK Kata-kata kerja kecepatan, kebesaran, dan kemanisan adalah KK Keadaan. Kata-kata kerja cepat, besar, dan manis juga RK Keadaan, tetapi tidak mengandung ciri semantik (eksesif]. 4.3.3 lnfleksi Resiprokal Dalam proses infleksi resiprokal, ciri semantik [resiprokal) ditambahkan pada ciri semantik KK Alesi tertentu. Ciri semantik ini menyatakan bahwa aksi itu dilakukan secara berbalasan . . Tipe seman~ik kata kerja itu tidak berubah. Proses infleksi ini ditandai oleh afiksasi ber-an dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut telah mendapat ciri semantik [resiprokal]. (139)Kedua sahabat itu bersalaman dengan hangat. A&O KK (140)Kami berciuman. A&O KK Kata kerja bersalaman dan berciuman adalah KK Alesi. Kata kerja salam dan cium juga KK Alesi , tetapi tidak mengandung ciri semantik [resiprokal]. 4.3.4 lnfleksi Pasif. Dalam proses infleksi pasif, ciri semantik (pasif): ditambahkan pada ciri semantik KK Alesi atau KK Proses tertentu. Ciri ini menyebabkan obyek struktur luar berubah menjadi subyek. Proses infleksi itu ditandai oleh afiksasi di- atau ter- dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut telah mendapat ciri semantik [pasif] .
,.
(141)Kopi saya telah diminum oleh) Adik. 0 KK A (l42)Peraturan itu telah diumumkan (oleh) pemerintah. 0 KK A (l43)Surat itu terbaca oleh Tuti. 0 KK A 41
(I44)Hal itu didengar oleh beberapa orang. Kata-kata kerja diminum, diumumkan, dan terbaca adalah KK Aksi dan kata kerja didengar adalah KK Proses-Pengalaman. Kata-kata kerja minum, · umumkan, dan baca juga KK Aksi dan dengar adalah KK-Proses Pengalaman tetapi tidak mengandung ciri semantik (pasif] . 4.3.5 lnfleksi Aksidental Dalam proses infleksi aksidental, ciri semantik [aksidental] ditambahkan pada ciri semantik KK Aksi. Ciri ini menyatakan bahwa aksi itu dilakukan tidak sengaja atau secara aksidental. Tipe semantik kata kerja itu tidak berubah. Proses infleksi ini ditandai oleh afiksasi ter- dalam struktur luar. Kata-kata kerja dalam kalimat-kalimat berikut telah mendapat ciri semantik [ aksidental ] .
( 144) Orang tua itu terduduk di kursi A==O KK L (I45)Mereka semua terbangun. A=O KK KataJcerja terduduk dan terbangun adalah KK Aksi. Kata kerja duduk dan bangun juga KK Aksi, tetapi tidak mengandung ciri semantik (aksidental] . Dalam bab 1 4 ini telah dikemukakan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat tiga jenis besar proses semantik yang dapat terjadi pada kata-kata kerja dasar, yaitu penurunan, inkorporasi, dan infleksi. ·feetiga proses semantik ini pada umumnya ditandai secara teratur oleh berbagai afiksasi dalam struktur luar. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya ketiga proses semantik ini tidak mengubah jumlah tipe semantik kata-kata kerja yang telah dikemukakan dalam b~b · 3. Perubahan-perubahan yang terjadi hanya dari satu tipe semantik ke tipe yang lain, misalnya dari KK Keadaan menjadi KK Proses. Dengan dem_ikian kedua belas tipe semantik kata kerja yang telah dikemukakan dalam bab! 3 bukan hanya berlaku pada kata-kata dasar, tetapi juga pada kata-kata kerja turunan, inkorporasi, dan infleksi. Kata-kata kerja yang dikemukakan dalam babi 4 ini sebagai ilustrasi hanya sebahagian kecil dari kata kata kerja yang ditemui dalam penelitian ini. Kata-kata kerja bukan dasar lainnya dapat dilihat dalam L~mpiran r I laporan ini. Perlu ditambahkan bahwa predikat nominal tidak termasuk dalam ·lampiran tersebut karena,_ sebagaimana dikemukakan dalam . bab 12, semua 42
predikat nominal dianggap sebagai KK keadaan turunan. Hal ini dijumpai juga dalam bahasa Indonesia. Kalimat-kalimat berikut ini dikemukakan sebagai ilustrasi. (146) Nenek moyang kita dulu bukan orang bodoh. Ok . KK
..
(147) 'Harl itu hari Minggu . Ok KK
(148) Dia guru kita. Ok KK Frase nominal orang bodoh, hari Minggu, dan guru kita dalam kalimat-kalimat di atas adalah predikat nominal. Masing-masing predikat nominal ini menyatakan suatu keadaan entiti yang diwakili oleh kasus Obyek. Oleh sebab itu, predikat nominal ini adalah KK Keadaan. Tapi karena dia terdiri dari KB, maka dia dianggap sebagai KK Keadaan turunan iengan penambahan ciri semantik [predikatifl .
... .J
43
5. KESIMPULAN, HAMBATAN, DAS SARAN 5.1 Kesimpulan Dengan memakai suatu kerangka teori yan ~ merupakan gabungan eklektis dari teori semantik Chafe dan teori kasus Fillmore, dalam penelitian ini telah ditemukan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat dua belas tipe semantik kata kerja, kata kerja dasar dan bukan dasar. Dengan penemuan ini, penelitian ini dapat dikatakan telah mencapai tujuan utamanya. Kedua belas tipe ini ternyata tidak berubah secara kuantitas walaupun mengalami proses-proses semantik penurunan, inkorporasi, dan infleksi. Dengan hasil ini agaknya dapat pula disimpulkan bahwa kerangka teori tersebut di atas bersifat universal. Kesimpulan ini didasarkan pada kenyataan bahwa kerangka teori itu bukan lagi hanya berlaku pada bahasa-bahasa Indo-German seperti bahasa lnggeris, tetapi juga pada bahasa Indonesia, salah satu dari bahasabahasa Austronesia.INamun, kesimpulan ini tentunya masih memerlukan pembuktian selanjutnya. 5. 2 Hambatan dan Saran Dalam pelaksanaan penelitian ini, dialami dua hambatan pokok. Hamba- . tan yang pertama ialah terbatasnya waktu yang tersedia. dirasakan bahwa untuk memperoleh hasil-hasil yang tuntas dan mantap, perlu data yang tuntas pula. Data demikian perlu dikumpulkan dari sebanyak mungkin sumber. Untuk melakukan itu perlu waktu yang lama, barangkali lebih setahun, dan juga personalia yang lebih besar. Dalam penelitian ini telah diusahakan mengumpulkan data sem~simalnya sesuai dengan waktu dan dana yang tersedia. Namun, sebagaimana disebut dalam kesimpulan di atas, masih dirasakan kekurangannya di sana-sini. Hambatan yang kedua di~ami dalam analisis. _Dalam menginventarisasikan kata-kata kerja, sering tak dapat diingat lagi bahwa kata-kata kerja yang baru
44
ditemui .sudah ada pada daftar sebelumnya. Untuk mengatasi hal ini terpaksalah diulang baca daftar k'ata kerja dimaksud berkali-kali, dan pekerjaan irii menghabiskan waktu dan tenaga banyak. Jika hambatan ini dapat diatasi dengan efisien, barangkali akan lebih b.anyak data dapat dikumpulkan dan dianalisis. Hambatan ini selanjutnya berpengaruh pada pekerjaan membuat taksiran leksikostatistik. Karena sukar mengingat apakah kata kerja terteritu sudah pernah dimasukkan dalam daftar atau behun, maka mendapatkan jumlah yang pasti dari kata-kata kerja sel4ruhnya tidak mudah, sehingga per8entase yang pasti sukar pula diperoleh. Dalam pendahuluan telah disebut beberapa: kegunaan penemuan tipe· tipe semantik kata-kata kerja : bahasa Indonesia. Salah satu ialah bahwa dengan mengetahui tipe tipe semantik dimaksud, dapatlah diketahui pola dasai: struktur luar kata-kata kerja bersangkutan. Dengan kata lain, kedua belas tipe semantik kata kerja yang telah ditentukan dalam penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan pola dasar struktur kalimat bahasa Indonesia. Selanjutnya, berdasarkan tipe-tipe Semantik kata-kata kerja dasar yang telahi ditentukan dalarn penelitian ini, mungkin akan lebih mudah dan sistematis ditentukan kendala-kendala atas terjadinya afiksasi dalam struktur luar bahasa Indonesia. Akhirnya, kiranya perlu juga disebut bahwa 1taksiran leksikostatistik tipe-tipe kata · kerja bahasa Indonesia yang ditemukan dalam- penelitian ini mungkin dapat qipergunakan sebagai bahan untuk ·penelitian tentang aspekaspek tingkah la~u pengujar bahasa Indonesia, bahkan mungkirt aspek-aspek budaya. Penelitian-penelifian selanjutnyalah yang akan menentukan nilai•nilai semua hal yang disebutkan di atas ini. .
..
45
DAFTAR PUSTAKA Alisjahbana, S. Takdir. 1964. Tata Bahasa Melayu/Indcmesia, 2 jilid. Kuala. Lumpur: Zaman Baru limited. · Anderson, John M. 1971. "Dependency and Grammatical Functions." Foundations of Language . 7, 1 :30-37. Chafe, Wallace L. 1970. Meaning and the Structure of Language. Chicago: The University of Chicago Press. Chomsky, Noam. 1965. Aspcts of the Theory of Syntax. Cambridge, Massachusetts: The M.I.T. Press. --. 1971. "Deep Structure, Surface Structure, and Semantic Interpretation." H.182-214 dalam Danny D. Steinberg dan Leon A. Jacobott (Ed.), Semantics: An Interdisciplinary Reader in Philosopy, Lingufstics, and Psychology. London: ·Cambridge University Press. Cook, Walter A. 1972. "A Set of Postulates for Case Grammar Analysis." Languages and Linguistics Working Papers, 4: 35-49. --. 1972b. "A Case Gr!lffimar Matrix." Languages and Linguistics Working Papers, 6: 15 - 47. --. 1974. "A Case Grammar and Generative Semantics." DalamLanguages and Linguistics Working Papers, 8: 1 - 26. Fillmore, Charles J. 1968. "The Case for Case." H.l - 88 dalam Emmon Bach dan Robert T. Harms (Ed.), Universals in Linguistic Theory. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. --. 1971. "Some Problems for Case Grammar." H. 35-56 dalam Richard J. O'Brien (Ed.), Georgetown University Monograph Series on Languages and Linguistics, 24. Washington, D.C.: Georgetown University Press. Hays, Davis G. 1964. "Depe.irlency Theory: A Formalism and Some Observations." Language, 40.4: 5 n _. 525. Kholodovich, A. A. 1960. "Theory of Subclasses." Veprosy Jazykoznanija, 1:32-53. Lakoff, George. 1966. "Stative A~jectives and Verbs in Englis." The Computation Laboratory of Harvard University Mathematical Linguistics and Automatical Translation. Report No. NSF-16. Cambridge, Massachusetts.
46
.
..
--. 1968. "Instrumental Adv.ebs and the Concept of' Deep Structure." Foundations of Language, 4:4-29. --. 1970. I"egularity in Syntax. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Langendoen, D. Terence. 1970. Essentials of English Grammar. New )'ork: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Macdonald, R. Ross 1976. Indonesian Reference Grammar. Washington, · 1:>.C.: Georgetown University Press. · · . McCawley,..James D. 1968. "The Role of Semantic~ in a Grammar." H. 125169 dalam Emmon Bach dan .Robert T. Harms (Ed.), Universals in Linguistic Theory. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc . Mees. C. A. 1954. Tatabahasa Indonesia. Jakarta: J.B. Wolters. Postal, Paul M. 1971. "Cross-over Phenomena." Tran~Atlantic Series in Lingui&tics. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Ramlan, M. 1967. flmu Bahasa Indonesia: Morfologi Jokjakarta: U.P. Indonesia. Slametmulyana. 1969. Kaidah Bahasa Indonesia. Ende, Flores: Percetakan Arnadus/Penerbitan Nusa Indah. Tampubolon, D. P. 1977. 'Verbal Affixations in Indonesian:A Sem~tic .Exploration." Disertasi. Georgetown University. - - . 1978. "Hambatan-hambatan atas Terjadinya Afiksasi-Men. Kertas kerja pada Konfrensi Bahasa dan Sastra Indonesia pada tanggal 12 18 Februari 1978 di Jakarta.
47
DAFTAR KATA KERJA BAHASA INDONESIA KONTEMPORER MENURUT TIPE SEMANTIKNYA Dalam lampiran-lampiran berikut ini terdapat daftar kata kerja bahasa Indonesia kontemporer yang ditemukan dalam penelitian ini. Daftar ini dibuat untuk melengkapi data-data yang telah dihidangkan dalam Bab 3 dan Bab 4. Sebagaimana telah disebut dalam Pendahuluan, jumlah kalimat data yang diteliti lebih kurang 8000 buah. Setelah diorganisasikan dan dianalisis, dalam kalimat-kalimat tersebut ternyata terdapat hanya 2361 kata kerja dasar dan bukan dasar, tidak termasuk predikat nominal. Sebagaimana dikemukakan dalam Bab 3 dan Bab 4, kata-kata kerja bahasa Indonesia terdiri dari dua belas tipe semantik. Menurut taksiran, kata-kata kerja yang 2361 tersebut di atas terbagi atas kedua belas tipe semantik tadi dengan taksiran persentase sebagai berikut: {l) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) {12) :i.
KK-Keadaan KK-Keadaan-Pengalaman KK-Keadaan-Benefaktif KK-Keadaan-Lokatif KK-Proses KK-Proses-Pengalaman KK-Proses-Benefaktif KK-Proses-Lokatif KK-Aksi KK Aksi-Pengalaman KK Aksi-Benefaktif KK Aksi-Lokatif
(-Ok) (-P,Ok) . (-B,Ok) (-Ok,L) (-0) (-P,O) (-B,O) (-0,L) (-A,O) (-A,P,O) (-A,B,O) (-A,O,L)
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
15.3 % 3.6% 0.9% 0.8% 6 % 7.7% 2.2% 0.8 % 51.3 % 3.2% 2.5 % 4.6%
KI{ Keadaan: (-Ok)
± 15,3%.
keras serak sesak tua mud a meleset 48
kerdil terbuka ringan ramai tertegun. tandas .
•
... ...
tertutup lenyap benar terlebar berat rukun terpaut berjajar terdekat tenang terlambat ind ah kacau rusak praktis terpaut sepi bersih be res terse lat lesu gelap celaka raj in gila terbeliak tersusun pen uh terhidang sembuh berbahaya pantas sebak pucat berkaca-kaca mujarab kenyang tegak bagus tergetak lap~
sakit kenal tertelentang kejang berbuih lekas kosong ciut bisa mahal ma ti miskin meninggal terlepas berkelok-kelok terbangun letih terlepas tercampak lunglai terdiam telentang le mah pingsan merah padam tergoncang ngilu buruk sial malang menetap diam baik putih pandai terlunta-lunta melarat gaga I pendek jauh bergetar
49
kekuning-kuningan pudar lam ban bagus-bagus cocok terhampar apik kecil kurus keriput salah jahanam sederhana terpekik gemetar layu tegar tamak hancur Ian car bebas remuk pahit mersik sengsara melek cerdas bera:da kesulitan tertekur mdah-indah cukup sukses cantik setia berminyak mengkilap besar bijaksana keruh rend ah
50
manis-manis manis sulit ambruk terluka mahaberat rontok hina licik berputus asa kuat habis rengkah cerah gemerlapan kekar bersegi hitam panjang kerempeng berbatu pen ting sempit pad at kurang kandas luas rahman rahim ulet lalai tersedia melintas berkilat-kilat basah terkulai tersenyum pan as tiba ragu-ragu ma rah
•
I
A
.
•
<>
"'
selesai kering tertolong terpecah-pecah kekurangan kecewa mud ah sia-sia terluas aneh-aneh aneh arif biasa mampu kelaparan kaya-kaya berdetak berjinak-jinakan selamat iri unah berbisa tengik alun pin tar secetakan. le mas bergaya tua-tua sedia din gin sesenang keheran-heranan kedengaran gesit dewasa menjorok lapang tandas habis gundah
ta war tegak cerai bercerai· sanggup terpandang pulih terkecoh sebaik munafik ingkar gelisah terdengar sebanyak mirip jelas berpayah-payah kurang diam-Oiam mubazir mer ah licin berbondong terjal jemih terburu-buru berkedik bercahaya murung terpencil sunyi biru lenyap bening berdebar kaya nakal enak pilu keruh melotot
51
repot pelit lengang selengang tergerai halus sarat robek susah jahat tersentak terpeleset betul melenting terguling-guling tertegun muram patah putus asa luluh terobat ha pus terlindung terindah hijau terang baru lembut cepat libur le bar terpelihara sejuk kup.ing temaram keputihan te.rgelar terpisah terbesar terkenal berbeda
52
terpulun tersedu hangat bu ta abadi tertua rugi cela.ka berbatu-batu tinggi lapuk terpisah berakhir serum ah tercapai liar tersesat gem as tebal teratur kotor renyah lengkap bersimpang-siur cakap tegap ramping terbatas siap dekat malas sibuk curang menurut mirip tarn pan megah bersilang ram ah ~ingan
damai
.,.
. • 'II
ham bar semarak lflar biasa tajam jinjang segar lurus lama berliku-liku menarik kokoh sekosong asyik
sempurna istimewa berlainan penuh sesak akralr jujur rapi le pas menyolok bersendiri bening tersingkap menjulang
b. KK Keadaan•Pengalarnan: (-P,Ok) ±3.6%
"" __,
"'
mampu cemas sepakat gugup gelisah iri jengkel segan keberatan sejujur khawatir tercengang tahu malu berani mau mar ah he ran in gin takut insyaf sadar
cinta ragu mengingat sayang kecewa gembira senaog girang bahagia cemburu kecut berang• benci ingat pat uh mual setuju waspada percaya bersikeras sabar kecut 53
yakin senang
..-
a ~
kuat menetap tersekat tertuju tinggal terletak terdampar lengket berada terdapat tersedia
setuju sangsi pa ham mengerti memahami paharni ada jauh tenggelam bertempat tinggal dekat berasal diam hadir hid up
e. KK Proses: [-0) ±6%
menguning terbit turun merekah kering bersinar tumbuh menjadi terjadi jadi meningkat termasuk berubah mabuk berpuasa berkembang beruntung bertambah bergerak
54
riuh tenggelam tiba bercucuran mun cul tersenyum menjanda merana mendekat bermwiculan mendidih berlinang jatuh keluar mendenyut-denyut meluas gemetar berputar mabuk
....
" "'
.
..;
hid up tenteram bahagia terbakar berbaik merapat berdetak kacau cemas tersinggung tersirap me land a mulai berbunyi berkelip gemetar go yang datang men yam bung menyorot tumbuh bertiup bergoyang-goyang berdesir bergema bekerja bertemu berdebar mengepul mar ah layu tumbuh pecah retak longsor hancur luluh runtuh pingsan pening pusing
berkecamuk berderai mengalir tumpah longsor bergulingan timbul membayang me le la mengendor menular memulai mengalir lepas menggelepar-gelepar naik darah jatuh sakit meleleh mere fa membusuk terpekik membeku berti.iuran menghilang bangkit menggaris terpi'
SS
buyar saldt kacau berpusing terkejut diketahui ketakutan to bat puas lupa re la sengsara derita la par ragu-ragu masa bodo acuh tak acuh iri
ha bis berulang berlarut-larut terkejut menderita gen tar puas-puas in gin takut sukar mahir mau sed.ih kesal ngeri hafal mengetahui
c. KK Keadaan-Benefaktif: (-B,Ok) ±0.9%
berhasil pun ya ada beranggapan berbahagia kehilangan memiliki berumur bcrhak mempunyai bersinar berwarna
56
berpotongan bersahabat berpusat bersifat berarti dimiliki bertubuh berguna berpengaruh be run tung berpangkat
..
d. KK Keadaan-Lokatif: (-Ok,L)
±0.8%
bersandar mencerminkan mendatang mengalir berbwiga berganti berserakan berhenti bermirnpi
condong menghitam terkipas-kipas kosong diam menanjak menjauh mengandwig melanda
f. KK Proses Pengalaman: [-P,O] ±7.7%
..:
,.
memastikan merasa menyukai terpengaruh didengar disukai mencintai den gar percayai mendengar segani diramalkan diyakini diingat ketahuilah mengalanii ingat memikirkan meraba-raba berfikir mengikuti
terharu diherankan melihat menafsirkan terpesona meyakinkan diketahui mendengarkan terisak-isak menampak khawatir disangka dilihat menyenangkan memahami memikir disadari mengerti sadar tercengang tahan
57
harapkan dimaksud terpengaruh mengacuhkan dimaksudkan melamun menerka melihat berkecil hati ha rap terisak perduli alami bimbang mengenal menghendaki mengeluh berputus asa ingat hara pk an berselera menyangka keheranan memerlukan sepakat sayang kehendaki difikirkan diceritakan dilupakan terfikir "fikir maafkan mungkir memperdulikan maklum persenang tersinggung diperdulikan mengalami diduga
58
terdengar giat melongo dipandang in gin kira mengalah mengandalkan diimani menganggap diharapkan sangka menurunka 1 berfikir-fikir menghadapi menderita me yak ink an dikeraskan her an merasakan setuju fikir malu ma rah menikmati terkejut pikirkan mengingat mengingatkan ragu tersintak tersintak tercenung dilamunkan sangsi terdengar merenung takjub diam-diam dipercayai mengharapkan
~
t
,.,
~
bennaksud mencekam mengenangkan dirasa dikehendaki dialami merepotkan meluluskan diharapkan gugup kagum membayangkan dikenang menginginkan terkenang disenangi mendendam merenungi memergoki disegani mengetahui melupakan itikadkan setahu lupakan tafsir percaya ditapsirkan maklum menduga sangsi meragukan
mempercayai terpekur terpana enggan sedih keras hati mereguk terhina terdengar terlihat ragu-ragu menyangsikan terbayang mengkhayal mengamati melayang teringat disangsikan menghendaki bimbang cemas waswas rasa risau lihat lupa bingung gugup diderita menganggap
g. KK Proses-Benefaktif: [-B,O]
~
,,...
±2.2% mendapat mempunyai
beristeri beranak 59
dapat didapat memperoleh mencapai beriman be mama memerlukan berkepentingan bercita-cita berkuasa berniat bersuamikan berlaba berminat berhutang berputera bermalu berguna bertanggung jawab berdosa berakal berhati berprinsip kehilangan
memiliki berkedudukan berpenghasilan dipunyai diperoleh dicapai berbaju bercelana dimiliki bermaksud berhasrat diperoleh berkeinginan berdaya bersalah bersemangat berstatus melimpah berkewajiban dipinjam menang kalah hilang jumpa
•
•
.
h. KK Proses-Lokatif: [-0,L]
±0.8% sampai tiba turun jatuh mendarat meleleh tenggelam datang meluncur
60
melayang mengalir hanyut timbul terbit naik pindah bergerak terapung
'
i. KK Aksi: [-A,O]
±51.3 %
.
,J
.. '
....,
.
menjumpai berpisah menawarkan ditahan disesali melepas meminang melarang bergaul membantu ditarik diajarkan pamitan memandang bergerak menyatakan mengamalkan sembahyang menyambut mengelilingi mengeluarkan merokok mere but me rub ah diamalkan memundurkan menghancurkan memusuhi diulurkan menulis mempersiapkan menggerakkan mengatur meneruskan mengangkat
memilih mengisapi diperkenalkan menun.i ukkan selidiki menjawab terangkan diutus diceritakan memalingkan berjanji mematuhi dilenyapkan disebut merukunkan menyelesaikan mengerjakan mendengarkan membungkukkan menopangkan bersila diangkat membawa diseberangi menyirami menyusun mengajak bergotong-royong dituruti menebas ditanami menanam mengajar mengaji membuat
61
memecah memilin-milin menggo1eskan menganggu dipandang di ta tap menangkap di salami dipegang diikuti doakan ban gun menjelajahi dicari-cari diambil dilawan menyerah diperangi me la wan bekerja berlari-lari menyerbu menangis berlari dinaiki mem perd ulikan larikan dihiraukan menggantungkan berhenti berjalan dilayangkan meringankan disayangi keluar mendesak menyafami dikacaukan melenyap!can mengalahkan
62
diadakan mengontrol dicoba bergantung menonjolkan mendagang tertundukkan menggarap menyiram berbuat keluh lancarkan dicarter disambar berunding men carter berangkat ditetapkan mengawani mengantarkan menyertai utang dijual mencari melepaskan menemani sewa menyahut mundur di temp uh menghiraukan meyakinkan memandangi menghindarkan berkumpul diserbu mengisap digali menimbun berdiri
.. ;.
•
.,
.....
.J ~
·~
bersyukur mengucapkan dipicingkan melayangkan berurusan menganggur dihindarkan dibesarkan dibiarkan dilumpuhkan ditaruhkan dijemba dibuka dikuakkan melangkah ditapak diperhatikan perhatikan dihampiri mempertahankan menyerang menggali meraih menantang mempelajari mengikuti menyiksa menghalangi bun uh mengelakkan mencoba mengutuki memuja membalikkan berlalu memburu menggapai-gapai berjanji dipaksa menggertak dieratkan
Iari memegang buat meronta lakukan dilepaskan dibungkus lepaskan berteriak mem(A.'rl
63
bergumul mengejar jawab menyenduk menjemput makan diseka dililitkan mencabuti menjongkok menghen tikan menghadap dilarang undang dianjurkan menjual meminjam menggodai uraikan dicegah mengend alikan terbalaskan cela maafkan menyertai sembah mohon berguling-guling me lo long mengancam · menyingsingkan menc;lkar menggigit menerjang menegakkan main-main berkelahi memulai tun tut meraung-raung masukkan
64
mun cul tunggu didekati mendekati mendatangi diulangi meniti melarikan memperbaiki berpapasan menghadang bergendak terhenti menyebut jual cob a meneruskan dilompati ditarik-tarik terjului melonggarkan dijajar melompat menyambut menarik berusaha menjajar menjajarkan dipegang ditampar dianiaya bertindak tindak main bawa-bawa peringatkan dibikin-bikin jemput dikatakan menyisir terjawab
.....
' •
r Ir
~
,, .....
..
-.
•
,.'
·-,
dipukul membela diburu men ye rang mengurungkan dilanjutkan memaki-maki terangkan mengintip tampil memeluk menyela berjumpa meninggalkan bikin meny3.lllpaikan memimpin dipimpin
mengunjungi menanyakan dilahirkan ditetapkan diben tak-ben tak menyenangkan • mencaci mencela menghina dikawuikan memerlukan mengajukan disebutnya mencegah menilik dibarut menggesohi menghibur
ditempuh ditinggalkan diserahkan disampaikan diusap berjumpa diam ditangkap menolakkan ditutup dikunci bersandar mengepit diceraikan menyalahkan mencikara iii membiarkan men gurus mendesak-desak melepaskan menyuruh diraih
mengusir diusir menyokong disokong ditangkis dilontarkan menegur bertemu mencium disentuh melahirkan tekan menantikan ketemu membarut mengizinkan meratap menjemput mundur menghargai menetapkan membuat
65
menyerahkan sampaikan digigit dinanti ditahan dipalun menyertai memalun berteriak-teriak berpakaian diedarkan dilihat diperhatikan meminyaki dicat menghirup dinaiki diketok dipalingkan membelakangi dibalik.kan bercekak pinggang mengacau tunggu sembur kutuki caci mendorong selesaikan digerakkan inengumpulkan me lawan berjuang menikah dibasmi menghormati tegak memukul diayunkan membunuh menambah
66
menyembur memegang dilancarkan hapuskan menyesali membukakan maki~maki
lemparkan usir memohonkan menunduk mendesak sediakan dihantam merintis diamkan diberi tahu dipicingkan menyuruh bercerai mementi:lgkan menghadapi menegak!can menantang hina diampuni melenyapkan bagikan mengatur terusir mendiarnkan diselesaikan melanggar memelihara bersandar melukai melahirkan terser ah mengomel ditanam berbuat
~
·-
.. ... ...
J
. '
r.~
•
.
ditawar-tawar mengelaikan bukakan tahankan mereguk putuskan mengulangi bercerai memikul menghabiskan dihabiskan membaca dibuat disemai berak menandai mengerjakan memancing bertanak sarapan mencoba menyediakan mengobah dipatahkan melahapi dijadikan bersekolah berusaha bicara memperkuat berjuang menaikkan mengikuti mengandangkan berkuras mencarikan memakai memperagakan dikirimkan memelihara dibanggakan
dipanggang lemparkan diambil disandang mulai berhenti dimulai dilupakan mendiami dipertahankan dikerjakan tergembalakan ditampung omong-omo·1g membenamkan mengikisi mempelajari diusahakan melenyapka'l didirikan diangkat dikunjungi menemui mengijon disiangi tan ya bermain dimakan memperbaiki bekerja beli menyekolahlcan bertani diucapkan diseru berdoa setuju menjernihkan disabit ikut-ikut memeras
67
digunting urus meraut melanjutkan berlagak beribadat dilontarkan menggoda menyelesaikan menerawangi diCari mencapai dicoba dicapai menyorot melegakan bilangkan carilah menggagahi melaksanakan airi memelopori mendatangkan adakan bentuk utus menghadap buat membentuk diperlukan ~engotorkan
enuntun menggunakan berlatih memperbaiki menyerang menurunkan diturunkan didatangkan disambut diiringi
68
membentangkan menyangkakan pin ta keliling menawar berdagang ditolong berkata menyelamatkan diajak mengerahkan dibagi dilaksanakan diatur mencari memerintah di ten tang diperintahkan menghabiskan didatangi mengairi membuang membajak memacul perbuat main melindungi mencopet disirami digamit dipandang menyuruh disediakan membalikkan mem ben tak-ben tak berputar-putar mencelakakan dikabulkan ditetapkan pa sang usahakan
i
•._
• ....
·~ ii.
i'
,...
. .
r',;.
.,
tutup mengarit mengabulkan menggeleng dicerai menikah disia-siakan bersua membiarkan memecah memasang siramlah menolakkan digait disandang menyertai sirami menampakkan berkumpul ,memakai percakapkan menyirami menolak membentuk mengail ulas pinang dimasak ditolak bersarang dikerjakan dibenamkan dijodohkan disengaja memandangi menguji diceritakan dinantikan berusaha mendoa-doa memperjuangkan
menurunkan memperkuat disalin sela bermain mempercakapkan membantingkan dituju menanjur berkelakar menghempaskan melemparkan membanting dikocok kawin-kawin menyelidiki makan-makan mencuci man di menggosok-gosok keramas menggadaikan digadaikan memagang dipagang t1kas diadatkan memicingkan melenyapkan menambangkan set or mendehem dijerang dicuci menipu mencarutkan dicarutkan dibuka dibawa menyalahkan balas
69
di ten tang tunjukkan berjuang tunggu ajak memulai mendekati meluncur mendidik disirami membantu dirapatkan dilontarkan merangkul pererat menemani menengadah dilayangkan merapatkan menjangkau dipupuk direnggutkan ditetapkan menyerah dijarakkan bernafas menyia-nyiakan digoyang-goyangkan dibalikkan ditepuk didagang ditolakkan menoleh dilambaikan meridhoi ikut melompat-lompat teriak dipakai berkotek menghentikan
70
melunasi melunaskan meminj amkan m~nunggak
mengakali mandayung mengisi memanggil mempercepa t melangkah menatap menumpahkan ditaruh ditumpahkan meneruskan mencapai dirobah disindir urn pa ti marahi dimarahi dilarang mengadakan Jewat disisir ditindas menindas berbunyi menghilangkan jalan dikail dijala disalai melanjutkan biarkan menirukao digiatkan mengalihkan menangkupkan dilontarkan dilemparkan
t ~'::.
r
.,..
~
""
~ -~
'• ~
mengekarkan didesak-desak desak belajar bohong disepak tersepak menyeka melambai-lambai dihapus disayangi dikembangkan mengambil dikirimi menyiangi melangkah memegang dibentak membentak menyabit ditemui dibekot mencerca menghantam balas berguru memperdalam membela lakukan serta melagukan dipeluk mengeluarkan tertawa ulas memilin-milin menghianati ikut-ikutan melakukan bersua ikuti
mengangkat didekati dipegang tersenyum menahan menekan menjerit menolakkan obati berjingkat sepak pukul ambil memanaskan diobati di per ban jaga dibicarakan dibaca menyupir meraba adakan usu) dipantangkan berpandang-pandan~an
mer1yertai membicarakan menumbuk meminang menanti berpisah bercerai bertumbuk berpapasan mengolah diperhitungkan mengutip ratib membikin meningkat dilayangkan 71
mengikuti lukai mengobati dilakukan menyaukkan ditarik dikunci dipungut berwuduk makan djkekarkan dibentangkan dikutip merenung dikembangkan mengembangkan bertemu diputii.r melahirkan ·membunuh mengingatkan dipulihkan disingkirkan disembunyikarr dimbah dilenyapkan mengancam memecat menyerpih mengumpat mengetun bangunkan menangkap disiapkan dipenuhi diselingi balikkan seru an tar disambut menggonggong
72
dipesan memesan .menangguk memilih berzikir dilipat dipenjarakan bantingkan bentak komentar mengangkat lepaskan menganiaya dikeroyok di tam par dikejar merembukkan menyengsarakan pikul menetapkan dipilih menyertai disulam berterima kasih pergunakan merunduk menghela libur menanyai memt>,ntah menguatkan menggunakan menjadikan menenteramkan dibeli dipompa menilpon mempergunjingkan membangwi mengelus terhitungkan
1:
,,
~ ~
'·
.
:-
....
,,, .. I"
memperkenalkan dibandingkan sandang menyusun · janjikan ulang mengatasi bersuratan mengurusi menghibur dibesarkan menarnatkan setuju menerka-nerka berpegang (teguh) dibalurkan dibikin mengutarnakan berpiknik mengindahkan memenangkan memasa-bodokan membelai mengendarai menyendok mengoleskan mengunyah bermusik berdandan berhias bersolek beraku berengkali mengkhawatirkan men on ton memperjual belikan bertanggung jawab mengangguk-anggukkan menunggu memas&k · merencanakan
menguakkan terse la kencing menggendong mengipas menyetir berbelanja berdesakan menghindari menyiapkan bermain-main merengek terucapkan menggelar merayakan memonopoli memikat menarik mengencanakan membuka minum memutuskan mewakili mengawasi menarik-narik kenakan membangunkan membebaska'l · elus disusul berjabatan bercakap-cakap dimaafkan membenahi selonjorkan membongkok melonjorkan mencicipi lepaskan menghilangkan terbawa
73
diajukan dipu"fuskan diserahkan berunding menuruti sebutkan menghabiskan menyarankan menghindari dibenarkan merawat diganti mencegah membagikan meletuskan diladeni menggugat menggetar memerlukan mengalirkan menurunkan bermain-main mengangkut memperlihatkan mengulurkan menemukan temukan menyiapkan menambahkan diucapkan dihindari mengundang berhubungan mempersoalkan disangkal pelajari saksikan diperbaiki dibangun memperlakukan membungkus
74
menghirup menempelkail menyuapi cuci dinamakan menyediakan merapatkan mendahului menuruti diangkatnya diturunkan menegur menyambung dilengkapi mematahkan sisihkan mengabarkan dapati berjanji menyusul menyirnpan tinggalkan membetulkan diakhiri tempuh memeluk menunjuk menambah menempatkan mempengaruhi mencetuskan diantar memeriksakan dicari-cari menutupi melahirka.1 disengaja disusul diucapkan menyanggupi membalas
... ...
.,
~
P'
r
... ~
.....::
pa sang melukai menyakiti mengupas bergolak bergaul memperlakukan berjemur bercumbuan hadiri bergigih mempertaruhkan urunkan mengecup hasut bergurau bercanda mengacungkan ruguhkan bersiul menyuguhkan disuguhkan mengimbangi mengecupkan merengkah beriringan mendaki tun tun singk3pkan mengangkat lepaskan menangkap main buat buka bun uh po tong lempar pukul injak tikam
membantah melayani berderet disalahkan menjulurkan menegakk:m dipukul dikupas dipetik menyisir menyiapkan meringkasi menyikat berkelana menerobos menghirup beringsut melirik dekapkan melumuri meringkasi melemaskan bertatapan angkat dikeduk bergerak tercapai menyerukan berseru menelan membangun mendampingi menyuguhkan membantah mengungkapkan dihubungkan mengangkat melampiaskan menunjukkan memegang dijatuhkan
'<.
15
tusuk atur susun babat sepak tendang ukur menerbitkan menumpulkan meluangkan menampilkan mengadukan menyingkirkan
membawa berusaha menaruh mengakui menghasilkan menangkap menemukan menyelenggarakan menerapkan menerbitkan bertemu mendampingi .
j. KK Aksi-Pengalaman: [·A,P,O] ± 3.2 %
berkata dikatakan mengatakan kata mengecewakan mengajak meyakinkan bilang tanyakan dibujuk menganjurkan katakanlah ngomong tanya ceritakan mengajukan dibicarakan mempercakapkan diucapkan mengutuki menjelaskan bentak bertanya
76
bertanya meilanyakan menanyai ditanyakan mengucapkan bicar a membicarakan berbicara bertukar pikiran nampak diajar diceritakan dilihat dilihati dicintai dipercaya memuaskan menyebutkan memperhitungkan tafsirkan hi tung dihitung mengenal
...
;:' f
,,,,
mendengarkan bacakan mayakinkan diberi tahu memceritakan menilai membentak bicarakan katakan ancam berbisik menegur bercerita mengamati kenali perhatikan
ken al merasakan menyadari mengecap dianjurkan dicakapkan mem pengar'uhi menyarankan disarankan dipengaruhi ditanya menyadarkan membilang dibilang menaksir
k. KK Aksi-Benefaktif: [-A,8,0]
±2:5 %
r
--
memberikan membuatkan mengirimkan membawakan membelikan berikan dibelikan meminjamkan mengembalikan dicarikan memberi diberi min ta meminta diberikan menerima pinjam berceritera ceritakan terpengaruh
meminjam beri bayar terima maafkan min ta bersalah memaafkan tolong menolong mendapat membantu meminjami membayar menguntungkan kudapati mendapati mendapatkan menyewa disewakan
•
77
memperoleh dilepaskan mengingatkan menyurati menulisi mengasihi didapati dapati melayani kebilangan
izinkan diminta dipinjam dibayar menjual hadiahnya terbayar dapat memodali membeli
J'
l. KK Aksi-Lokatif. [-A,O,L) ±4.6%
pergi kembali datang pul;mg meninggalkan membawa mengangkut duduk masuk ditinggalkan berangkat berdiam menuju lewat tu run naik bawa dibawa berdiri menepi menurunkan meninggalkan dibelokkan didek~pkan
menuangkan dikumpulkan
78
pergi digantungkan ditumpah'can menduduki mengungsi tinggal kembali angkat ka'.ci terjun diturunkan diletakkan menghindarkan menyusuri pulang-pulang tumpahkan dimasukkan didatangi bertorne membawa diangkut dimasuki berlari menuju dikembalikan dipulangkan mengem balikan
.. .....
mengusung berpijak bertolak dipulangkan bersandar pindah ditujukan jatuh terlempar melambung terbanting menaiki merantau memasukkan menghindari diturut mun cul lari angkut terlayangkan mengelak menghindar dikembalikan diungsikan nongkrong tidur -tiduran taruh maju mundur tarik
memulangkan keluar tiba ditaruh meletakkan dikandaskan mendekapkan melangkah dinaiki dituangkan disusun mencangkung . ditoyongkan membelok memasuki berangkat menaikkan menopangkan jalan-jalan berkumpul lompat lari naik turun bawa tolak pindah tergeletak geser menaruh
..,.
19
1-ampiran 2 BEBE RAP A TEKS DATA a.
Teks Tertulis: (1) Dari La Barka
(2)
Dari Kemarau
(3)
Dari Titian
(4)
Dari Jntisari MONIQUE
Matahari musim panas bersinar dengan cahayanya yang kekuningan ketika kereta kami sampai di stasiun Les Arcs. Seorang laki-laki yang berdiri di dalam kereta menolongku menurunkan kedua kopor, l;ilu menyambut tubuh · anakku dan diletakkannya dengan hati-hati di peron. "Terimakasih, anda baik sekali," kataku. "Saya tidak dapat menolong anda sampai di luar setasiun. Tunggulah sebentar. Nanti akan ada tukang pelat." Sebelum aku mengucapkan sekali lagi rasa terimakasih, dia melompat ke dalam kereta yang dalam beberapa detik mulai bergerak untuk meneniskan perjalanannya. Kuambil tangan anakku dan melayangkan pandang ke arah 'gedung. Seorang laki-laki mendekati tempat kami berdiri. Dari baju luarnya yang biru disulam dengan nomor-nomor tertentu, aku segera mengira dialah tukang pelat itu. "Apakah saya dapat menolong nyonya?" "O, ya," jawabku dengan segera, "kalau anda sudi membawakan kedua kopor ini sampai di luar setasiun, saya akan berterimakasih." Diangkatnya kedua koporku ke atas kereta dorong dari kerangka besi, dan dia menariknya dengan ringan menuju gedung. Kami mengikuti. "Nyonya datang dari mana?" tanyanya tanpa menoleh. "Dari Jenewa." "Bagaimana udara di sana?" "Jelek. Jelek sekali. Kemarin malam hujan. Pagi tadi, ketika kami berangkat langit masih penuh dengan awan." "Nyonya datang untuk berlibur?" "Ya." "Di sini nyonya akan menjumpai langit yang selalu terang." "Tidak hujan?" "Oh, sudah hampir enam bulan tidak hujan." "Itu malah menyusahkan." "Memang. Beberapa rumah yang tinggal di bukit dan di ladang anggur mulai kekurangan air." 80
Kami berjalan beriringan. Tukang pelat itu sebentar berhenti menoleh ke kiri ke kanan, lalu menyeberangi jalan kereta yang terdapat tepat di depan gedun~. Kami mengikutinya, masuk ke ruang penjualan karcis lalu keluar ke bagian lain. Kami sampai di luar setasiun. Sebuah bis yang besar berwarna biru berhenti di seberang jalan. Aku mencari wajah yang kukenal. T,etapi tak seroang pun kutemui. "Ada yang menjemput?" "Belum datang. Saya akan menunggu sebentar." Kuambil Hrna franc
.
.• ·-
.Musim kemarau di masa itu sangatlah panjangnya. Hingga sawah-sawah jadi rusak. Tanahnya rengkah sebesar lengan. Rumpun padi jadi kerdil dan menguning sebelum padinya terbit. Semua petani mengeluh dan berputus asa. Orang-orang mengomei perintah yang menyuruh mereka agar dua kali turun ke sawah di tahun itu. Setengah bulan setelah benili ditanam, bendar-bendar tak mengalirkan air lagi, karena hujan sudah lama tak turun. Setiap pagi dan setiap sore para petani selalu memandang langit, ingin iahu apakah hujan akan turun atau tidak. Tapi langit selalu cerah di siang, dan alangkah gemerlapnya di malam hari dengan bintang-bintang. Dan setelah tanah sawah mulai merekah, mulailah mereka berp~. Ada beberapa orang pergi ke dukun, dulain yang terkenal 81
bisa menangkis dan menurunkan hujan. Tapi dukun itu takjuga bisa berbuat apa-apa setelah setumpukan sabut kelapa dipanggangnya bersama sekepal kemenyan. Hanya asap tebal yang mengepul di sekitar rumah dukun itu terbang ke sawang, bersama manteranya. Dan setelah tak juga keramat dukun itu memberi hasil, barulah mereka ingat pada Tuhan. Mereka pergilah setiap malam ke mesjid mengadakan ratib, mengadakan sembahyang kaul meminta hujan. Tapi hujan tak kunjung tu run juga. Ketika rengkahan tanah di sawah sudah sebesar betis, rumput-rumput dan belukar sudah menguning, sampailah putus asa ke puncaknya. Lalu mereka lemparkan pikirannya dari sawah, hujan setetes pun tak .mereka harapkan lagi. Sebab meskipun hujan akan turun juga saat itu. taklah ada gunanya bagi sawah mereka. Dan untuk membunuh rasa putus asa, mereka lebih suka main domino atau main kartu di lepau-lepau. Hanya seorang petani saja berbuat lain. la seorang laki-laki sekitar 50 tahun. Badannya kekar dan tampang orangnya bersegi empat bagai kotak dengan kulitnya yang hitam oleh kebakaran matahari. Pada ketika bendarbendar tak mengalirkan air lagi, sawah-sawah sudah mulai kering dan matahari masih terus bersinar dengan maraknya tanpa gangguan awan sebondong pun, diambilnya sekerat bambu. Lalu disandangnya di kedua ujung bambu itu. Dan dua belek minyak tanah digantungkannya di kedua ujung bambu itu. Diambilnya air ke danau dan ditumpahkannya ke sawahnya. la mulai dari subuh dan berhenti pada jam sembilan pagi. Lalu dimulainya lagi sesudah asar, dan ia berhenti pada waktu magrib hampir tiba. Dan beberapa kali angkut tak dilupakannya mengisi kedua kolam ikannya. Untungnya sawah nya yang luas itu tak begitu jauh dari tepi danau. Laki-laki itu bernama Su tan Duano. SEJARAH PSIKOLOGIS: PENGAMATAN BARU ATAS MASA LAMPAU
Kekuatan apakah yang menggerakkan para raksasa sejarah? Jawabnya mungkin terkandung jauh di masa kanak-kanak mereka.
Pada pertengahan 1976, Doris Kearns, seorang guru besar ilmu pemerintahan yang bersuara lembut dan bertubuh kecil di Harvard, menerbitkan sebuah buku penting. Derigan judul Lyndon Johnson and the American Dreams, buku ini m~nampilkan kembali - dan banyak yang berkata lebih dari pada sekedar menarnpilkan - Presiden ke-36 Amerika yang kontroversiil itu dengan gaya yang demikian mendalam dan halus, sehingga Keams sendiri
82
t
menjadi seorang bintang selama satu malam, sementara buku itu beserta kesimpulannya menjadi bahan perbincangan nasional. Baik hubungan Kearns dengan Johnson, maupun metode analisa yang digunakannya - suatu teknik populer yang disebut ilmujiwa sejarah dan ilmujiwa biografi - dua-duanya merupakan kepingan-kepingan pembicaraan. ,Kearns pertama kali bertemu dengan Johnson dalam suatu pesta di Gedung Putih bagi para fellow Gedung Putih yang penuh harapan, orang-orang muda Amerika yang cerdas dan yang dipilih untuk meluangkan waktu mereka sekitar satu tahun buat belajar tentang pemerintahan Amerika dari. tangan pertama dengan bekerja pada staf Presiden. Namun, jauh daripada merupakan penggemar Presiden, Kearns baru saja selesai mendampingi penulisan sebuah artikel . yang kritis "Bagaimana Menggeser LBJ (singkatan nama Lyndon Baines Johnson) di tahun 1968" - dan membeberkan berbagai taktik yang digunakan buat menyingkirkan Presiden itu dari jabatannya pada pemilihan berikutnya. PEMANDANGAN BARU ALAM SEMEST A
.'
Meskipun merupakan yang tertua di bidang ilmu pengetahuan, yakni berasal dari 5000 tahun yang lampau, astronomi observasi telah menghasilkan lebih banyak kejutan dan tinjauan mendalam atas sifat alamraya di abad ini, dan terutama dalam dua dasawarsa terakhir, dibanding dengan sepanjang sejarahnya sebelum ini. t>ada titik paling tepi dari alamraya yang bisa kita saksikan, sejauh 12.000 juta tahun cahaya, telah ditemukan benda-benda kuat mirip binatang yang telah diberi nama quasar. Meskipun benda-benda ini memancarkan paling tidak I 00 kali lipat enerji daripada galaksi kita sendiri yang merangkum 100.000 juta bintang, gelombang cahayanya dalam kejauhan sedemikian rupa begitu lemahnya, sehingga observasi berjam-jam dengan teleskop yang terkuat diperlukan untuk menangkap bahkan gambaran fotografis yang kabur. Juga di ruang angkasa, para ahli perbintangan telah menemukan gejala lainnya, yakni bintang-bintang neutron yang pejal .dan berpusing cepat (fast spinning) yang disebut pulsar. Ini dianggap sebagai sisa-sisa ledakan supernova, yang terjadi manakala suatu bintang raksasa telah kehabisan seluruh bahanbakar nuklirnya, mena_nggalkan lapisan luarnya dan kemudian jatuh ke dalam massa neutron yang luarbiasa padatnya (partikel-partikel 'atom netral) dengan garis-tengah hanya sekitar 10 kilometer dan demikian padatnya sehingga satu sentimeter kubik saja bisa mencapai berat 100 juta metrik tron di atas bumi.
83
PERKAWINAN KERAJAAN DI BALI
Beberapa waktu ini, timbul suatu gejala baru yang menarik di bidang perayaan perkawinan. Memang masih tak kurang adanya upacara perkawinan yang dilakukan secara sederhana, lugas, bahkan hanya di muka petugas Catatan Sipil belaka. Namun di samping itu, nampak pula bermuI11Culannya ,acaraacara perkawinan yang seperti "menggali" dan menerapkan kembali unsur adat secara menonjol, yang dapat mencerminkan kebinekaan warisan budaya Indonesia. Sebuah upacara perkawainan diadakan di Gainyar, Bali; dalam bulan September 1977, rasanya dapat digolongkan peristiwa· semacam itu. Yang menyelenggarakan adalah keluarga Raja Gianyar, Anak Agung Gde Agung, yang juga pernah menjabat Perdana Menteri Negara Indonesia Timur, kemudian Menteri Dalam Negeri R.l. dan Dutabesar R.l. di beberapa negara Eropa. Mempelai pria adalah putera kedua Anak Agung Gde Agung, yaitu Anak Agung Gde Raka. Mempelai wanita adalah Ida Ayu Austutie Kompiang, . puteri Ida Bagus Kompiang dari Griya Karang, Tampakgangsul, Denpasar. Selayaknya perkaw~an tradisionil kerajaan, perayaan perkawinan di Gianyar itu berlangsung "tujuh hari tujuh mr.tam," dari tanggal 20 s/d 26. Mengenai beaya, pihak panitia tidak bersedia menyebut angka tertentu, tetapi hanya mengatakan bahwa beayanya pasti "akan menjadi sekitar tiga kali lipat seandainya tidak ada bantuan tenaga dari rakyat Gianyar" . MENARA MANA YANG PALING TINGGI DI OUNIA
Kebanggaan Kanada memang pada tempatnya I~etika sebuah helikopter raksasa Sikorsky menaruh elemen terakhir di atas antenna baru di Toronto. Soalnya dengan demikian Kanada memiliki bangunan tertinggi di dunia. Menara CN itu menjulang setinggi 5 53 meter ke angkasa. Namun tidak setiap orang bersedia untuk mengakui rekor baru itu. Karena apa yang sebetulnya dimaksud dengan bangunan. Setiap benda yang dibangun? Tentu tidak. Sebuah antenna radio atau TV bukan bangunan, kecuali kalau ada isinya, mirip menara jangkung dan bisa berdiri atas kaki sendiri dalam arti harfiah. Karena itu dibuat perbedaan antara pencakar langit, menara yang berdiri sendiri dan tiang antenna yang hams diikat dengan kabel. Dengan pembagian ini, mungkin kita bisa menilai menara Kanada ini lebih objektip.
84
'
KHASHOGGI PEDA<{ANG ARABY ANG CERDIK
Setiap kali Adnan Khashoggi mendengar kehebohan di seluruh dunia -yang disebabkan oleh pemberian uang pelicin perusahaan persenjataan Lokheed, ia hanya tersenyum-senyum saja . Sambil memegang gelas penuh whisky dan duduk di atas kursi panjang empuk yang khusus dibuat untuknya dan yang terletak di kantor cabang yang mewah di London, ia berkata: "Hanya 22 juta dolar untuk 6 negara, itu kan hanya jumlah uang yang tidak seberapa". Senyum Adnan Khashoggi beralasan kuat: ia sendiri sudah menerima 106 juta dolar dari Lokheed. Sementara orang-orang lain seperti Tanaka di Jepang, Rumor di Italia, Pangeran Bernhard di Negeri Belanda, semua dijatuhkan oleh skandal Lockheed, skandal itu bagi Adnan Khashoggi tidak membawa kerugian apapun juga. Justru sebaliknya, pedagang asal Arab Saudi dan jutawan ini, tetap beroperasi sebagai "orang perantara" dari perusahaan persenjataan Amerika untuk wilayah Timur Dekat, menerima uang provisi berjuta-juta dolar dan berusaha terus menerus untuk memperbesar daerah operasiny.a.
•
ui
•I
REMAJA INGGERIS MEMPERSIAPKAN MASA DEPANNY A
Mungkin berita yang sering sampai di Indonesia mengenai kaum remaja Inggeris, baik berita yang disiarkan radio maupun yang dimuat surat k~b~~ ialah mengenai kenakalannya, keberandalannya, dan daya rusaknya, yang sering dihubungkan dengan para remaja supporter sepak bola. Tidak jarang kita dengar berita hancur luluhnya beberapa gerbong kereta api yang mengangkut para supporter sepak bola yang pulang dari pertandingan di kota lain, dan kebetulan kesebelasannya kalah. Dan untuk melampiaskan rasa dongkolnya, kereta apilah yang dijadikan sasaran. Ratusan ribu pound kerugian yang diderita oleh dinas kereta api Inggeris kelau gerombolan remaja menunjukkan amarahnya. · b.
'!
Teles Lisan
(1) Syafril dari Tanjung Pura:
Ketika masih kanank-kanak saya bercita-citakan untuk menjadi seorang yang pandai bertani, seperti halnya orang tua saya. Saya gembira melihat budak-budak teman bermain menjerat burung dan memancing dan beraneka ria. Lebih banyak kesan istimewa yang saya perdapat dari kehidupan di sawah. 85
Kini jauh sekali bedanya. Saya yang bernama Syafril sekarang telah menjadi mahasiswa di IKIP Medan. Ada terselip perasaan bangga di dalam hati saya, karena banyak bertambah pengetahuan yang saya peroleh selama mengikuti kuliah itu. lni tidak pernah saya duga sedil
86
_,., •..,.
(3) Ridawati dari Kabanjahe: Cita-cita saya setelah selesai belajar di IKIP ialah ingin menjadi guru yang · baik dan mengajar anak-anak di sekolah. Bangsa Indonesia yang sedang membangun membutuhkan banyak guru, dan jumlah guru yang dibutuhkan setiap tahun selalu meningkat. lni dise· babkan karena jumlah anak-anak yang masuk sekolah selalu bertambah pula. Peranan guru di dalam masyarakat sudah diakui pentingnya. Namun kaum guru sering mengeluh, karena mereka merasa kurans mendapat perhatian sebagai mana layaknya. Hal ini mungkin ada benarnya. Walaupun demikian, namun tekad saya tetap. login menjadi guru yang baik. Itulah sebabnya saya memilih pendidikan di IKIP. Di sini tinggal di rumah Mak Cik saya, dan dari itu saya harus bersungguh sungguh belajar karena orang tua saya sangat mengharapkan. Berkat 'bimbingannya saya itu berhasil di IKIP ini. Saya telah selesai l,ljian akhir dan telah bersiap-siap untuk menyusun skripsi saya. Demikianlah yang dapat saya bicarakan dalam hal ini. (4). Rosmawati dari Penyabungan (Tapanuli Selatan): Baiklah sekarang akan saya utarakan 'sedikit apa yang terselip dalam hati saya. Sekarang saya berusia 19 tahun lebih. Ketika berumur 6 tahun kurang, saya memasuki Sekolah Dasar, dan enam tahun kemudian selesailah masa belajar saya pada tingkat anak-anak tersebut. Akhirnya saya melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama, yang pada saat itu usia saya lebih kurang 13 tahun. Pada masa itu badan saya rriemang belum memadai untuk melanjutkan Sekolah Menengah bila dibandingkan dengan teman saya yang lain. Yah begitulah saya ditakdirkan Tuhan ke dunia yang fana inf lama sekali pertumbuhan badannya. Dan boleh saya katakan, walaupun fisik saya waktu itu ti· dak sebanding dengan teman-teman lain, namun saya tidak dapat dikatakan terbelakang dalam kepandaian dari kawan-kawan itu. Dan dengan prestasi yang agak lumayan akhirnya saya lulus dari Sekolah Menengah Tingkat Pertama:. Seterusnya menjelang akhir tahun 1974 saya pergi untuk berlibur ke kampung halaman. Di ~itu saya melihat pemandangan yang indah memberi kesan di hati untuk s-elalu menjenguknya ketika ada waktu setelah selesai dari masa persekolahan. Kemudian tanpa setahu saya orang tua saya mendaftarkan saya ke sebuah Sekolah Menengah Atas yaitu bagian pendidikan kejuruan SPG. Di
87
situlah saya selama tiga tahun dididik, dibina dan dibimbing untuk menjadi seorang pendidik yang baik. Tapi selama saya tahap-tahap pertama dalam sekolah itu kurari.g bergairah mengingat cita-cita saya yang akan melanjutkan sekolah ke SMA tadinya. Boleh saya katakan memang saya kurang mampu menjadi seorang pendidik. Tetapi karena kemauan orang tua saya akhimya dengan prestasi yang lumayan saya dapat lulus dalfi SPG itu. Seterusnya, yah tidak ada lagi yang mau menerirna saya untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang lain maka jalan satu~satunyll ialah memasuki !KIP sebagai tempat menuntut ilmu seterusnya . Begitulah cita-cita yang mungkin terlalu tinggi yang tidak dapat memadai apa yang ada dalam keluarga kami. Tetapi kiranya yah usaha di tangan kita keputusan d~ tangan Tuha~. Selanjutnya cita-cita itu semoga diberkahi Tuhan dan mendapa~ restu d~ Nya agar saya sukses dalam menempuh pendidikan di IKIP Negen Medan m1.
l_: L~
\l \
PE RPUriT", Pl ' <'." Pr
T
ri:: .
rt:'nf3
1 ••
,.,, I '
"~
•1
DE '='ARTE ·1'='.I p-: DAN KEBUO W
"•J "J
I")
\ '\J
'"'~l.f"')'\
I}')''~'\
l \
"J
·.
·• f.
v
.· ,.