RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 319-330 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret
DINAMIKA PEMBENTUKAN KATA BAHASA INDONESIA I Wayan Simpen Universitas Udayana
[email protected] Abstrak Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa di dunia tidak mungkin mempertahankan kemurnian dan kemandiriannya. Bahkan, bahasa Indonesia tergolong bahasa yang tidak murni karena dari awal kelahirannya tidak ada bahasa Indonesia. Istilah Indonesia baru muncul belakangan. Tilikan terhadap dinamika pembentukan kata bahasa Indonesia bertolak dari dua sudut pandang. Pertama, sudut pandang internal, yaitu sudut pandang yang terfokus pada kaidah pembentukan kata yang ada dalam sistem bahasa Indonesia. Kedua, sudut pandang eksternal, yaitu sudut pandang yang menekankan pembentukan kata dari pengaruh bahasa lain, baik asing maupun lokal. Proses pembentukan kata secara internal yang lazim terjadi dalam bahasa Indonesia mencakup: afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, pemendekan, dan derivasi balik. Dari beberapa pembentukan kata ini, tidak semua dianalisis tetapi hanya dikhususkan pada pembentukan kata yang dinamis (mengalami pasang surut). Hasil pengkajian membuktikan bahwa pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dewasa ini, senantiasa mengalami dinamika. Kecenderungan dinamika mengarah pada munculnya afiks asing atau afiks bahasa serumpun, penanggalan afiks, munculnya leksikal baru, dan menyusutnya pemakaian kata yang sebelumnya sangat tinggi. Di sisi lain, ada kecenderungan bahwa morfem unik berubah menjadi morfem bebas. Kata Kunci: Proses pem bentuk an k ata Abstract Indonesian as a language in the world is impossible to maintain its purity and independence. In fact, Indonesian language is classified as a language that is not pure since in the beginning of birth, there was not Indonesian language. Indonesian term emerged recently. Insight on the dynamics of the formation of Indonesian words starting from two points of view. First, an internal viewpoint, namely viewpoints focused on the existing rules of word formation in the Indonesian system. Second, an external viewpoint, the viewpoint that emphasizes the formation of words from the influence of other languages, both foreign and domestic. Internal process of word formation which is prevalent in Indonesian includes: affixation, reduplication, compounding, shortening, and derivation behind. From some of these word-formation, not all analyzed but only devoted to the establishment of a dynamic word (ups and downs). Results of the study proved that the establishment of the Indonesian word for today, in constant dynamics. The tendency of the dynamics leading to the emergence of foreign affix or affixes cognates, affix calendar, the emergence of new lexical, and the shrinking of the previous usage of the word is very high. On the other hand, there is a tendency that turned into a unique morpheme free morpheme. Keywords: Process of word formation .
1. PENDAHULUAN
sangkutan (manusia). Dinamika bahasa
Sejak jaman Sapir-Whorf telah disa-
senantiasa seiring dengan dinamika bu-
dari bahwa bahasa memiliki hubungan
daya. Oleh karena itu, bahasa modern atau
yang amat erat dengan budaya. Di sisi lain,
bahasa
bahasa sebagai wadah budaya tidak dapat
masyarakat modern atau masyarakat prim-
dilepaskan dari pemilik budaya yang ber-
itif.
primitif
berkorelasi
dengan
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 320
Ditilik dari hubungan bahasa dan
nomena yang ada di Bali dan Lombok.
manusia atau bahasa dan budaya, tampak-
Istilah atau kata-kata Jawa bagi orang Bali
nya tidak arif kalau dimunculkan istilah
adalah sesuatu yang mulia dan luhur. Itulah
bahasa modern atau bahasa primitif. Baha-
sebabnya istilah Jawa ceker’kaki’ (biasa
sa hanya mewadahi budaya penuturnya.
atau mungkin kasar) menjadi cokor’kaki’
Barangkali, istilah manusia modern dan
adalah bahasa Bali Alus. Demikian pula
manusia primitif mungkin lebih tepat.
kata dahar’makan’ dalam bahasa Sasak,
Dinamika manusia dengan segala
adalah bahasa yang sangat halus. Padahal,
kemajuannya, baik dalam bidang ilmu,
kata daar/dahar’makan’ dalam bahasa Bali
teknologi, dan seni tidaklah sama. Bebera-
adalah kata-kata biasa (Baca bahasa Bali
pa bangsa mengalami kemajuan yang pesat
Kepara).
dan yang lainya agak lambat. Bangsa yang lebih
maju
dapat
dengan
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak
mudah
bisa hidup tanpa bergantung dengan manu-
mempengaruhi, menguasai, dan bahkan
sia lain. Manusia senantiasa membutuhkan
menjajah bangsa yang terbelakang. Kisah
kehadiran manusia lain, baik dalam etnis,
penjajahan yang terjadi di muka bumi sela-
bangsa, maupun lintas bangsa. Adanya
lu bermula dari adanya unsur kekuasaan
hubungan manusia yang demikian itulah
yang dilatari oleh kemajuan dalam segala
menyebabkan keterkaitan antarbahasa tidak
bidang.
terhindarkan. Hubungan manusia yang
Hanya bangsa yang unggul (dalam
multikompleks berdampak pada peristiwa
segala bidang) yang dapat menghegemoni
bahasa seperti alih kode, campur kode, dan
bangsa lain. Sejalan dengan cengkraman
bahkan campur bahasa. Jadi, tidak ada ba-
kuasa bangsa penjajah, bahasa penguasa
hasa yang bisa hidup secara murni tanpa
pun merasuk ke dalam bahasa terkuasa.
adanya susupan bahasa lain, baik pada tata-
Disadari atau tidak, disukai atau tidak ba-
ran bunyi, bentuk kata, maupun gramatikal.
hasa penguasa sedikit demi sedikit ikut me-
Bahasa Indonesia sebagai salah satu
warnai bahasa terjajah.
Menyadari bangsa
terjajah,
akan
bahasa di dunia tidak mungkin memper-
ketidakberdayaan
lahirlah
sikap
tahankan kemurnian dan kemandiriannya.
untuk
Bahkan, bahasa Indonesia tergolong bahasa
mendewakan penguasa, termasuk baha-
yang tidak murni karena dari awal ke-
sanya. Segala sesuatu dari penguasa diang-
lahirannya tidak ada bahasa Indonesia.
gap maju, modern, dan paling terhormat.
Istilah Indonesia baru muncul belakangan.
Contoh kecil ini dapat dicermati dari fe-
Untuk memberi identitas bangsa yang baru
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 321
lahir itulah disebut bahasa Indonesia, yaitu
Kedua, sudut pandang eksternal, yaitu
sebuah bahasa yang cikal bakalnya adalah
sudut pandang yang menekankan pemben-
bahasa Melayu.
tukan kata dari pengaruh bahasa lain, baik
Masuknya unsur-unsur bahasa asing
asing maupun lokal.
telah terjadi jauh hari sebelum bahasa Melayu bermetamorfose menjadi bahasa Indo-
2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI
nesia. Peradaban India melalui masuknya
DINAMIKA PEMBENTUKAN KATA
Agama Hindu ke Indonesia menjadi bukti,
SECARA INTERNAL
bahwa unsur asing telah merasuk ke dalam
Setiap bahasa di dunia, memiliki cara
khazanah bahasa Melayu. Tradisi ini
yang khas dalam pembentukan katanya.
kemudian berlanjut pada masa penjajahan
Kekhasan itu bergantung pada tipe dan
yang berdampak pada masuknya unsur bu-
rumpun
daya Eropa melalui bahasa Belanda.
Artinya, setiap bahasa yang serumpun atau
bahasa
yang
bersangkutan.
Di antara tataran bahasa yang ada,
setipe akan memilki cara pembentukan kata
tataran leksikallah yang paling longgar ka-
yang hampir sama. Demikianlah, bahasa-
rena tataran ini paling gampang di-
bahasa yang berumpun Austronesia akan
pengaruhi. Artinya, pengaruh bahasa asing
berbeda dengan bahasa rumpun Melanesia
dalam suatu bahasa paling mudah dilacak
atau yang lainnya. Bahasa tipe Aglutinasi
dalam sistem leksikalnya. Kata atau istilah
berbeda dengan bahasa tipe Isolatif.
tertentu dapat dengan mudah diindentifi-
Para ahli mencatat beberapa proses
kasi keasliannya. Sementara itu, sistem
pembentukan kata yang umum terjadi pada
gramatikal merupakan sistem yang paling
bahasa-bahasa di dunia. Misalnya, Huddle-
tertutup. Sistem ini diduga (belum ada
ston (1984: 22-25) mengemukakan bahwa
penelitian yang memadai) menjadi indi-
perubahan morflogis mencakup: pema-
kator penuturnya, baik sifat, cara berpikir,
jemukan, afiksasi, konversi, derivasi balik,
pola hidup, maupun cara pandang dunia
perubahan bunyi, suplesi, perpaduan, dan
penuturnya.
pengakroniman. Grady (1987: 134—132),
Tilikan terhadap dinamika pemben-
mengatakan bahwa perubahan morfologis
tukan kata bahasa Indonesia bertolak dari
(baca pembentukan kata) mencakup: af-
dua sudut pandang. Pertama, sudut pan-
iksasi, reduplikasi, pemajemukan, konversi,
dang internal, yaitu sudut pandang yang
pemangkasan, pengakroniman, perpaduan,
terfokus pada kaidah pembentukan kata
derivasi balik, dan penganamatopeaan.
yang ada dalam sistem bahasa Indonesia.
Kridalaksana (1988: 56, 1992: 12) ber-
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 322
pendapat bahwa, pembentukan kata terdiri
-bahasa di Indonesa dapat digolongkan ke
atas: derivasi balik, derivasi zero, afiksasi,
dalam tiga kelompok, yaitu kelompok Aus-
reduplikasi, pemendekan, dan perpaduan.
tronesia Barat, Austronesia Tengah, dan
Mamkjaer (1991: 319) dengan mengutip
Austronesia Timur. Kelompok Austronesia
Marchand (1969: 2) menyebutkan bahwa
Timur hidup berdampingan dengan rumpun
proses
Melanesia, khususnya di Papua.
morfologis
mencakup:
pema-
jemukan, afiksasi, derivasi zero, derivasi balik,
perpaduan,
pemangkasan,
dan
pengakroniman.
Ragam bahasa Indonesia yang mendominasi atau dijadikan acuan masyarakat penutur bahasa Indonesia adalah “ragam
Proses pembentukan kata secara in-
bahasa Indonesia ibu kota”. Bahasa Indo-
ternal yang lazim terjadi dalam bahasa In-
nesia Jakarta menjadi model bagi stand-
donesia mencakup: afiksasi, reduplikasi,
ardisasi pemakaian bahasa Indonesia kare-
pemajemukan, pemendekan, dan derivasi
na Jakarta dianggap sebagai sumber dari
balik. Dari beberapa pembentukan kata ini,
semua sumber, termasuk bahasa Indonesia
tidak semua dianalisis tetapi hanya dikhu-
yang dianggap standar.
suskan pada pembentukan kata yang dinamis (mengalami pasang surut).
Kemajuan teknologi informasi dan laju perkembangan jejaring sosial mempersempit jarak bumi, termasuk jarak Ja-
3. PEMBAHASAN
karta dengan daerah lain di Indonesia. Itu-
DINAMIKA PEMBENTUKAN KATA
lah sebabnya segala sesuatu yang terjadi di
PADA ASPEK AFIKSASI
belahan dunia lain, dapat dengan mudah
Salah satu ciri bahasa bertipe Agluti-
diakses dalam hitungan detik. Demikianlah
nasi adalah pembentukan kata lebih banyak
kata atau istilah baru yang muncul di Jakar-
melalui afiksasi. Ini terjadi hampir pada
ta akan dengan cepat menyebar ke seluruh
sebagian besar bahasa-bahasa yang ada di
penjuru tanah air.
Nusantara. Namun, untuk beberapa bahasa
Penelitian ini tidak hanya terfokus
di NTT, Indonesia bagian timur, dan Pa-
pada pembentukan kata yang dianggap
pua, tampaknya ciri ini mulai memudar ka-
standar, tetapi mencakup pula kata atau
rena ada sejumlah bahasa yang sangat
istilah yang populer (baca gaul), dan untuk
miskin afiksasinya. Misalnya, bahasa Kam-
kata-kata
bera di Sumba Timur, bahasa Kodi di Sum-
disikapi secara berlebihan. Bahasa itu ibar-
ba Barat, bahasa Sabu, bahasa Woleo di
at pakaian, kalau tepat pemakaiannya tentu
Sulawesi dan lain-lain. Tampkanya, bahasa
tidak perlu dirisaukan. Sikap penulis bukan
ini
tampkanya
tidak
perlu
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 323
sebagai pembina bahasa, melainkan se-
intertaimen. Misalnya, dalam kalimat”
bagai peneliti bahasa. Oleh karena itu,
Wah kamu terlalu lebai”, “Begitu saja
kajian ini tidak mempersoalkan apakah
kamu sudah lebai”, atau “Dasar manusia
pembentukan kata itu baku atau tidak, yang
lebai” dan seter usnya.
penting kata itu ada atau tidak.
Perkembangan pembentukan kata ba-
Ketika pertama kali istilah galau dan
hasa Indonesia juga diwarnai oleh ma-
lebai muncul di televisi, sebagian dar i
suknya afiks asing atau afiks bahasa serum-
kita mungkin tercengang. Kreativitas pen-
pun. Sufiks –in dar i bahasa Melayu Be-
ciptanya sangat berjasa bagi pengayaan
tawi yang semula dipakai oleh penutur ba-
leksikon penutur bahasa Indonesia karena
hasa Indonesia di Jakarta, menyebar ke se-
kata ini dapat disandingkan dengan kata:
luruh
cemas, resah, gelisah, sedih, dan risau.
mengherankan kalau kata: rasain, ngapain,
Setiap kata memiliki komponen makna
kerjain,
tersendiri, sehingga tidak ada kata yang
syukurin,
bernar-benar bersinonim. Demikianlah kata
pemakaian bahasa Indonesia saat ini. Tam-
galau sangat
untuk
paknya, kata-kata ini bersaing dengan ben-
menyatakan sikap hati penutur dan kata ini
tuk: rasakan, mengapa, kerjakan, diduduki,
tidak tergantikan oleh kata sandingannya.
dibesarkan, dikecilkan, dan disyukuri.
pas digunakan
Kata lebai yang berarti ‘pegawai mas-
pelosok
tanah
dudukin, dan
air.
besarin,
lain
muncul
Tidak kecilin, dalam
Hal yang sama juga pernah diungkap oleh
jid atau orang yang mengurus sesuatu
Kridalaksana (1992: 58).
pekerjaan yang bertalian dengan agama
Pembentukan kata dewasa ini juga ditandai
Islam di dusun; orang yang selalu sial atau
oleh adanya penanggalan afiks atau nasali-
malang, tentu sangat berbeda maknanya
sasi, seperti tampak di bawah ini.
dari kata lebai yang dipahami dalam dunia Bentuk lengkap
Bentuk Baru/tidak lengkap
Bekerja
kerja
Menulis
nulis
Menyontek
nyontek
Menuduh
nuduh
Menari
nari
Membawa
bawa
Menguliti
ngulitin
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 324
Ada pula kecenderungan memanfaat-
’tidak’ dan abel ’mampu’. Ternyata, kata
kan afiks asing seperti afiks –ization dan –
ini muncul untuk menggantikan kata
ir, yang masing ber padanan dengan –
tuna’kurang/tidak mampu, yang lazim
isasi dalam bahasa Indonesia. Ber analo-
ditemukan dalam komposisi tuna netra, tu-
gi dari bentuk organisasi dan reboasasi
na rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna
kemudian lahir kata-kata: lamtoronisasi,
wisma, tuna karya, tuna susila. Padahal,
gotisasi, vavingisasi, pagarisasi, aspali-
awal kemunculan kata ini dimaksudkan
sasi, dan seter usnya, yang ter nyata ber -
untuk memberikan efek lebih sopan untuk
sanding
pelamtoroan,
istilah buta, tuli, dan lain-lain. Sekarang,
pengegotan, pemavingan, pemagaran,
gabungan kata tuna netra diganti dengan
dan pengaspalan.
disabel netra dan ada kecenderungan un-
dengan
bentuk:
Di sisi lain, bentuk-bentuk yang semestinya menggunakan sufiks –isasi, ter nyata masih dibiarkan dalam bentuk aslinya.
tuk menyebut penyandang cacat sebagai anak-anak berkebutuhan khusus. Di sisi lain, afiks a-.in/im, kontra-,
melokalisir,
dan pro- juga dimaksudkan untuk mem-
mengisolir, mentolelir, mengorganisir,
perhalus tuturan dan ada kecenderungan
dan mengkonfrontir. Bentuk-bentuk sema-
untuk mengaburkan makna kata yang dibu-
cam ini diduga berasal dari bahasa Bel-
buhi imbuhan itu karena tidak semua penu-
anda, dan bentuk yang danggap baku dalam
tur paham akan arti afiks dimaksud yang
bahasa Indonesia adalah: mendramatisasi,
sesungguhnya. Misalnya, kata amoral,
melokalisasi, mengisolasi, mentoleransi,
inpoten,
mengorganisasi, dan mengkonfrontasi.
merdekaan.
Misalnya,
mendramatisir,
Dewasa
ini,
juga
kontrarevolusi,
dan
prole-
berkembang
Lima tahun belakangan ini, ada kecender-
pemakaian afiks atau kata asing walaupun
ungan pembentukan kata, khususnya yang
dalam bahasa Indonesia sudah ada kata
berkaitan dengan prefiks meN- atau peN-
atau istilah yang dianggap lebih pas. Misal-
taat asas dengan aturan. Perubahan yang
nya, kata disabel, afiks a, in/im-, pro-, kon-
drastis menyebabkan pemakai bahasa be-
tra, dan lain-lain. Kata disabel adalah
lum terbiasa. Di bawah ini disajikan be-
istilah asing yang terbentuk dari unsur dis
berapa kata yang dianggap bentukan baru.
Bentuk lama
Bentuk Baru
Memperkirakan
memerkirakan
Mempengaruhi
memengaruhi
Mensinyalir
menyinyalir
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 325
Mempedulikan
memedulikan
Mempopulerkan
memomulerkan
Memperjuangkan
memerjuangkan
Pendelegasian
penelegasian
Pendayagunaan
penayagunaan
Beanalogi dari bentukan baru ini, muncul-
saya bentuk-bentuk ini tidak mengalami
lah bentuk-bentuk berikut ini, yang ba-
peluluhan
rangkali menyimpang dari aturan. Setahu Bentuk lama
Bentuk Baru
Mentradisi
menradisi
Mentraktor
menraktor
Mentraktir
menraktir
Memfitnah
memitnah
Memfasilitasi
memasilitasi
Memfoto
memoto
DINAMIKA PADA ASPEK PEMA-
unik. Dari sudut makna, ada kata majemuk
JEMUKAN
yang menyatakan satu-kesatuan makna,
Pemajemukan merupakan salah satu
(ada makna pusat dan atribut) dan ada yang
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia
menimbulkan makna baru (semua unsur
yang cukup produktif. Para ahli masih si-
kehilangan identitas). Dari segi hubungan,
lang pendapat mengenai pemajumukan ini,
ada endosentris dan ada yang eksosentris.
terutama dikaitkan dengan frase. Beberapa
Dewasa ini, penutur bahasa Indonesia
sumbangan pemikiran terangkum dalam
cenderung
simposium Tatabahasa Lembaga Linguistik
majemuk dengan unsur morfem unik
Fakultas
bukanlah bentuk majemuk lagi karena ben-
Sastra,
Universitas
Indonesia
(Masinambow (Peny.), 1980).
memandang
bahwa
kata
tuk yang semula dianggap unik karena han-
Penelitian ini tidak bermaksud untuk
ya melekat pada bentuk tertentu saja, tern-
mengungkit lagi persoalan di sekitar kata
yata bisa berdiri bebas. Perhatikan ke-
majemuk. Akan tetapi, prinsip dasar yang
cenderungan pemakai bahasa Indonesia
dipegang dalam penelitian ini adalah kata
saat ini.
majemuk berbeda dengan frase, kata
(a). Meskipun usianya muda belia ia sudah ber-
majemuk dibangun oleh unsur bebas-bebas,
penghasilan tinggi. (b). Sudah tua renta masih pula suka dengan
bebas terikat, terikat-bebas, dan bebas-
gadis muda.
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 326
(c). Hujan deras itu membuat ia basah
(d). Hanya gigi yang tampak putih karena
kuyup.
(ke) pekat (an) kulitnya.
(d). Pemuda yang kulitnya hitam pekat itu
(e). Di tengah bumi yang kerontang masih
adalah pacar teman saya.
ada beberapa batang pohon yang menghi-
(e). Sekitar bulan April di NTT sudah ker-
jau.
ing kerontang.
(f). Proto Austronesia Purba merupakan
(f). Nenek moyang kita adalah seorang pel-
moyang bahasa-bahasa Austronesia.
aut. Unsur belia, renta, kuyup, pekat, dan
Pembentukan kata tidak hanya terjadi me-
kerontang adalah unsur pembentuk kata
lalui satu proses morfologis, tetapi bisa me-
majemuk yang ditemukan dalam kalimat di
lalui dua atu tiga proses morfologis. Misal-
atas. Semua unsur itu disebut morfem unik
nya, kata yang dibentuk melalui pema-
karena hanya dapat melekat pada bentuk:
jemukan bisa mengalami afiksasi atau re-
muda, tua, basah, hitam, dan kering. Na-
duplikasi. Khusus mengenai reduplikasi
mun, siapa menyangka ternyata bentuk-
kata majemuk, para ahli belum mencapai
bentuk di bawah ini dijumpai dalam
kata sepakat. Artinya, ada yang ber-
pemakaian.
pendapat bahwa kata majemuk jika mengalami
reduplikasi
harus
diulang
se-
(a). Ia menikah dalam usia yang masih be-
luruhnya, tetapi ada juga berpendapat bah-
lia.
wa kata majemuk harus diulang sebagian.
(b). Usia renta tidak menjadi halangan un-
Silang pendapat inilah yang membuat pem-
tuk berinovasi.
bentukan kata melalui pemajemukan ini
(c). Dengan pakaian yang kuyup ia bersim-
sangat dinamis. Perhatikan bentuk-bentuk
puh di kaki ibunya.
bersaing di bawah ini
Reduplikasi penuh
Reduplikasi Sebagian
Rumah sakit-rumah sakit
rumah-rumah sakit
Meja hijau-meja hijau
Rumah tahanan-rumah tahanan
meja-meja hijau
rumah-rumah tahanan
Rumah cuci-rumah cuci
rumah –rumah cuci
Rumah makan-rumah makan
rumah-rumah makan
Bertolak dari konsep head dan modifier,
afiksasi sebagian, setiap unsur tetap mem-
tampaknya perulangan sebagian lebih ma-
pertahankan identitasnya. Dengan kata lain,
suk akal. Apabila kata majemuk mendapat
setiap unsur dipisahkan dari unsur yang
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 327
lain. Hal ini, berbeda jika kata majemuk
pa bagian leksem atau kombinasi leksem,
mendapat prefiks dan sufiks sekaligus, un-
oleh Kridalaksana disebut abreviasi (1992:
sur yang semua terpisah harus digabung.
159).
Cermati contoh di bawah ini.
menghasilkan bentuk pendek atau disebut
Setiap
pemendekan
pasti
Bekerja sama, bukan bekerjasama
kependekan. Bentuk-bentuk yang tergolong
Tanggung
kependekan, tentu memiliki kepanjangan.
jawabkan,
bukan
tanggungjawabkan
Artinya, setiap kependekan pasti dapat
Meja hijaukan, bukan mejahijaukan
dikembalikan ke dalam kepanjangannya.
Antar waktukan, bukan antarwak-
Tidak ada kependekan yang tidak punya
tukan
kepanjangan.
Coba bandingkan dengan contoh
Kridalaksana (1992: 162—163) mencatat
berikut.
beberapa jenis abreviasi seperti tertera di
Dikerjasamakan, bukan dikerja sa-
bawah ini.
makan
(a). Singkatan, yaitu salah satu hasil proses
Dipertanggungjawabkan, bukan di-
pemendekan
pertanggung jawabkan
gabungan huruf, baik yang dieja huruf
Dianaktirikan, bukan dianak tirikan
demi huruf maupun yang tidak.
Diantarwaktukan, bukan diantar waktukan.
yang berupa
huruf
atau
(b). Penggalan, yaitu proses pemendekan
yang dilakukan dengan cara mengekalkan PEMENDEKAN Pemendekan merupakan salah satu
salah satu bagian leksem, contoh: Prof., dok., Non., pak., dan lain-lain.
proses morfologis yang ditemuakn hampir
(c). Akronim, yaitu proses pemendekan
pada semua bahasa di dunia. Pembentukan
yang
kata melalui pemendekan dapat dilakukan
gabungkan huruf atau suku kata atau bagi-
dengan cara mengambil fonem awal setiap
an lain yang ditulis atau dilafalkan seperti
kata, mengambil bagian atau suku setiap
kata yang memenuhi kaidah fonotaktik,
kata dan merangkaikannya sehingga me-
contoh: ABRI, PUSDIKLAT, SIDAK, SIS-
nyerupai kata, menyingkat atau memen-
KAMLING, SENDRATARI.
dekkan kata atau bentuk yang sudah ada,
(d). Kontraksi, yaitu pemendekan yang dil-
baik bagian depannya maupun bagian
akukan dengan cara meringkaskan leksem
belakangnya.
dasar atau gabungan leksem, seperti; tak –
Proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara menanggalkan bebera-
dilakukan
dengan
cara
meng-
tidak, tuk----untuk, pun---walaupun, meskipun, tar----sebentar,
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 328
Meskipun pemendekan merupakan
bentuk kepanjangan anjungan tunai man-
gejala umum dalam semua bahasa, tetapi
diri. Entah kebetulan atau tidak, bentuk
pemendekan yang terjadi dalam pemben-
dan makna singkatan asing sama dengan
tukan kata bahasa Indonesia sangatlah
bentuk dan makna singkatan Indonesia.
produktif. Setiap instansi, golongan, dan
Maraknya barang bekas yang melan-
bahkan profesi berlomba-lomba membuat
da Indonesia belakangan ini, membantu
singkatan atau akronim. Setakat ini, setahu
kita untuk mengenal singkatan OB. Selidik
saya singkatan sangat marak ditemukan
demi selidik, ternyata OB merupakan sing-
pada istitusi tentara dan polisi. Kedua in-
katan dari obral. Singkatan ini muncul ka-
stansi ini bertanggung jawab atas kea-
rena semua barang bekas, khususnya paka-
manan dan keutuhan negara kesatuan Re-
ian yang datang dari China, Jepang, dan
publik Indonesia. Oleh karena itu, dibutuh-
Korea dijual murah, alias diobral. Tiga
kan banyak singkatan atau akronim untuk
negara ini memiliki tradisi bahwa pakaian
menjamin kerahasiaan.
hanya digunakan untuk satu musim.
Dalam kosa kata bahasa Indonesia,
Hal yang menarik dan mungkin agak
singkatan asing juga tidak bisa ditampik.
menggelikan adalah singkatan atau pemen-
Misalnya, untuk mengungkapkan perasaan
dekan tidak luput dari proses morfologis
seseorang yang serba tidak menyenangkan,
yang lain. Misalnya, pemendekan juga
menjengkelkan,
dan
mengalami afiksasi. Dalam kasus seperti
mengesalkan digunkan BT. Lalu, untuk
ini, pemendekan berperilaku seperti kata
seseorang yang memandu jalannya acara
atau bentuk dasar sesungguhnya. Contoh di
digunakan singkatan MC. Seseorang yang
bawah ini akan memperkaya pengetahuan
dianggap penting disebut VIV, atau VVIV.
kita.
Pusat pelatihan disebut TC. Orang yang
(a). Semua tenaga honorer tahun depan
banyak berbiacara tetapi sedikit bekerja
akan di-PNS-kan.
disebut NATO.
(b). Sekolah kejuruan itu sudah lama di-
menyusahkan,
Namun, yang sangat menarik adalah
SMU-kan.
adanya singkatan asing yang sama dengan
(c). Penilangan (bentuk dasar tilang) itu
singkatan Indonesia, dan kepanjangannya
dilakukan untuk menjaring pembalap liar.
pun sama. Perhatikan singkatan asing
(d). Karena salah mengambil keputusan,
ATM, yang memiliki bentuk kepanjangan
pemerintah bisa di-PTUN-kan.
automatic teller machine.
(e). Apakah adikmu sudah di-SMS?
Bandingkan
singkatan Indonesia ATM, yang memilki
Maraknya
pemakaian
singkatan
atau
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 329
pemendekan dewasa ini, dipicu oleh kebia-
UCAPAN TERIMAKASIH
saan masyarakat mengirim pesan singkat
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
melalui telepon selular. Menurut catatan,
Mitra Bestari atas masukan-masukan yang
pemakaian telepon selular di Indonesia san-
telah diberikan untuk perbaikan substansi
gatlah tinggi karena pemakainya mulai dari
artikel saya ini.
usia dini sampai usia lanjut. 4. SIMPULAN Hasil pengkajian membuktikan bah-
wa pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dewasa ini, senantiasa mengalami dinamika.
Kecenderungan
dinamika
mengarah pada munculnya afiks asing atau afiks bahasa serumpun, penanggalan afiks, munculnya leksikal baru, dan menyusutnya pemakaian kata yang sebelumnya sangat tinggi. Di sisi lain, ada kecenderungan bahwa morfem unik berubah menjadi morfem
bebas dan kecenderungan ini tidak hanya terjadi dalam bahasa Indonesia, tetapi terjadi pula dalam bahasa-bahasa lokal seperti bahasa Bali. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa-bahasa di Indonesia, terutama bahasa Indonesia proses pemendekan sangat tinggi. Hasil pemendekan tidak luput pula dari proses morfologis. Bagi pem-
belajar asing, pemendekan ini cukup menyulitkan
mereka.
Bahkan,
singkatan-
singkatan asing pun ikut meramaikan dinamika pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Aronoff, Mark. 1976. W ord Formation in Generaive Grammar. Cambridge: Massachusets Institue of Technology, The MIT Press. Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistic Morphology. Edinburgh University Press. Bauer, Laurie. 1983. English W ord Formation.Cambridge: Cambridge University Press. Bybee, Joan. 1985. Morphology: A Study of The Relation Between Meaning and Form.Amsterdam, Philadelphia: John Benyamin Publishing Company. Chafe, Wallace L. 1970. Meaning and the Structure of Language. Chicago and London; The University of Cicago Press. Comrie, Bernard. 1976. Aspect: A n Introduction to The Study of Verbal and Related Problems Cambridge: Cambridge University Press. Crystal, David. 1987. (Editor). The Cambridge Encyclopedia of Language.Cambridge: Cambridge University Press. Dardjowidjojo, Soenjono. 1988. “Morfologi Generatif: Teori dan Permasalahannya” dalam PELLBA 1, Soenjono (Peny.). Jakarta: Lembaga Bahasa Atmajaya. Dardjoidjojo, Soenjono. 1983. Beberapa A spek Linguistik Indonesia. Seri ILDEP. Jakarta: Djambatan. Grady, William O.dkk. 1987.Contemporary Linguistic Analisys: An Introduction.Toronto, A. Longman Company. Katamba, Francis.1993. Modern linguistic: Morphology. Gerat Britain: Makays Of Cahrtham PLC. Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta., PT Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 330
Matthews, P.H. 1974. Morphology: A n Introduction to the Theory of Word Structure. London: Cambridge University Press. Spancer, Andrew. 1991. Morphological Theory: An Introduction to Word Struture in Generative Grammar. Cambridge: Cambridge University Press. Simpen, I Wayan. 2008. Morfologi: Sebuah Pengantar Ringkas. Denpasar, Udayana University Press.
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668