ANALISIS PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING (PMA), PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN), DAN EKSPOR TOTAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Oleh
Tio Adianto 107084003300
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Jum’at, 5 Agustus 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. Nama
: Tio Adianto
2. NIM
: 107084003300
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN), dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 5 Agustus 2011 1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS
(______________________) Ketua
2. Utami Baroroh, M.Si
(______________________) Sekretaris
3. Dr. Lukman, M.Si
(______________________) Penguji Ahli I
4. Pheni Chalid, SF, MA, Ph. D
(______________________) Pembimbing I
5. Zuhairan Y.Yunan, SE, M.Sc
(______________________) Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama
: Tio Adianto
No. Induk Mahasiswa
: 107084003300
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya; 1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin dari pemilik karya. 4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, Agustus 2011 Yang Menyatakan,
(Tio Adianto)
i
ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the influence of Foreign Direct Investment, the Domestic Direct Investment and total exports to Indonesian Economic Growth. The data used was Time Series data periods of 1990-2009, from Investment Coordinating Board and the Statistic of Indonesia. For analyzing Multiple Regression in SPSS 17 was used. The results of this research indicate that the variable FDI, domestic direct investment, and total exports all together influenced Indonesia Economic Growth. This is showed by the value of Adjusted R Square of 91.7%, while the remaining 8.3% influenced by other factors. In this research note that the Domestic Direct Investment and Total Exports have a significantly and positive effect on the Economic Growth. Meanwhile, Foreign Direct Investment has a significantly negative effect on Economic Growth. Keywords: Foreign Direct Investment, Domestic Exports, and Economic Growth
iii
Direct Investment, Total
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Data yang digunakan adalah data Time Series yaitu peride 1990-2009, yang bersumber dari Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Badan Pusat Statistik. Untuk menganalisis, penulis menggunakan metode Regresi Berganda pada program SPSS 17. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel PMA, PMDN, dan Ekspor Total berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan nilai Adjusted R Square sebesar 91,7 %, sedangkan sisanya 8,3 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dalam penelitian ini diketahui bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri dan Ekspor Total berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan, Penanaman Modal Asing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Kata kunci: PMA, PMDN, Ekspor Total, dan Pertumbuhan Ekonomi
iv
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modala Dalam Negeri, dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW beserta kepada para sahabat dan seluruh pengikut Beliau yang Insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Kedua orang tua Bapak Yanto dan Ibu Muryati yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, sumber inspirasi, motivasi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dorongan semangat yang tiada henti-hentinya. Semoga suatu saat, semua keringat, darah dan air mata bapa dan mamah tio dapat membalasnya dan dapat menjadi kebanggan bagi bapak dan mamah. Amiin. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Lukman, M.Si. selaku Ketua Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan motivasinya. 5. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga kepada penulis. 6. Ibu Utami Baroroh, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. v
7. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Muhammad Azis, MM. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya. 8. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Adikku tersayang Rian-Rianto dan Tias Oktavyanti, terimakasih buat semangatnya, semoga Aa bisa menjadi teladan buat kalian berdua, semangat terus sekolahnya, semoga kita bertiga bisa menjadi kebanggaan buat mamah & bapa. 10. Elis Fatonah, yang selalu setia membantu dan mendengarkan keluh kesah penulis selama ini, makasih buat semangat, do’a dan cintamu selama ini. 11. Keluarga besar Bapak Sardju, Ibu Tarwini, Bi Yuli & Mang Totong, buat Neng Lia makasih uda dengerin curhatan selama penulis menyelesaikan skripsi ini, de Erdi, Om Yosep & Bi Yayah selamat atas kelahiran baby nya, makasih atas dorongan baik moril maupun materiilnya. 12. Keluarga Besar Abah Muhidin, Bi Mila & Om Guting, makasih banyak atas do’a dan dukungannya, buat Mayang & Gading teruslah berkarya dan menjadi kebanggan orangtua, buat Bi Linda & Bi Yani makasih juga ya…. 13. Keluarga Bapak Ehon & Ibu Iis, yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini. 14. Buat Arip makasih kang tebengannya selama ini, buat Bang Haji Widhi makasih bang semangatnya, buat Mawaddah semangat terus ya bun…. 15. Makasih juga buat Mario, Endang, Ocha, Dyta, Elva, yang uda ngebantu penulis, kepada semua teman-teman sepermainan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 16. Semua teman seperjuangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan angkatan 2007. Gaul ama kalian selama ini adalah pengalaman yang sangat berharga banget. Makasih banyak!! 17. Teman-teman kosan yang menjadi tempat bermarkas, buat Irfan terimakasih uda, Budiman makasih buat tontonan tv nya, buat Hasyim
vi
vi
semangat terus cim kuliahnya, Pa Mansyur & Ibu Dewi, makasih banyak ya uda nampung saya selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Agustus 2011
Tio Adianto
vii
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ i DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................. iii ABSTRAK .................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 9 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 12 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................... 14 B. Teori Pertumbuhan Ekonomi .............................................................. 14 1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar .................................................. 14 2. Teori Hollis Chenery ........................................................................ 17 C. Investasi .............................................................................................. 18 1. Pengertian Investasi ........................................................................ 18 2. Penanaman Modal Asing ................................................................ 20 3. Penanaman Modal Dalam Negeri .................................................... 23 D. Perdagangan Internasional ................................................................... 27 1. Teori Klasik Keunggulan Mutlak (Adam Smith) ............................. 28 2. Teori Biaya Relatif (David Ricardo) ............................................... 29 3. Teori Modern Keunggulan Komparatif (Hechsher dan Ohlin) .......... 30 E. Ekspor
.............................................................................................. 31 viii viii
F. Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 36 G.Kerangka Berfikir ................................................................................. 47 H.Hipotesis .............................................................................................. 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 51 B. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 51 C. Metode Analisis .................................................................................... 52 1. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 52 a Uji Normalitas Data ................................................................... 52 b Multikolinieritas ........................................................................ 53 c Heteroskedastisitas .................................................................... 53 d Autokorelasi .............................................................................. 53 2. Uji Hipotesis ................................................................................... 54 a Koefisien Determinasi ............................................................... 55 b Uji Statistik t ............................................................................. 56 c Uji Statistik F ............................................................................. 57 D. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 61 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ........................... 61 2. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) ............................ 66 3. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ............. 68 4. Perkembangan Ekspor .................................................................... 70 B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 74 1. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 74 a. Uji Normalitas ........................................................................... 74 b. Uji Multikolinieritas .................................................................. 76 c. Autokorelasi .............................................................................. 77 d. Heteroskedastisitas .................................................................... 77 2. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 78 a. Koefisien Determinasi ............................................................... 79 ix
b. Uji Statistik t ............................................................................. 80 c. Uji Statistik F ............................................................................ 81 d. Pengujian Regresi Berganda ...................................................... 82 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ........................................................................................ 87 B. Implikasi ............................................................................................ 89 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 90 LAMPIRAN ................................................................................................. 93
x
DAFTAR TABEL
Nomor 1.1
Keterangan Perkembangan Realisasi Investasi dalam Negeri
Halaman 5
(PMDN) 1.2
Perkembangan Realisasi Investasi Asing (PMA)
6
1.3
Jumlah PDB Riil Indonesia atas Dasar Harga
7
Konstan 2000 Tahun 1990-2009 2.1
Penelitian Sebelumnya
44
4.1
Uji Normalitas
75
4.2
Uji Multikolinieritas
76
4.3
Uji Atokorelasi
77
4.4
Uji Koefisien Determinasi
79
4.5
Uji t
80
4.6
Uji F
81
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Hubungan PMA, PMDN dan Ekspor Total
11
2.1
Kerangka Berfikir
49
4.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
62
4.2
Perkembangan Penanaman Modal Asing
67
4.3
Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
70
4.4
Perkembangan Ekspor
72
4.5
Uji Normalitas Analisis Grafik
74
4.6
Uji Heteroskedastisitas
78
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Variabel Penelitian
94
2
Uji Normalitas Analisis Grafik
95
3
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
95
4
Uji Multikolinieritas
95
5
Uji Autokorelasi
96
6
Heteroskedastisitas
96
7
Koefisien Determinasi
96
8
Uji t
97
9
Uji F
97
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan seluruh rakyat. Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan trend yang meningkat dan mantap dari tahun ke tahun, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan struktur perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka di butuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan ini. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang, kesejahtraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak 1
1
alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Salah satu indikator yang sering digunakan suatu negara dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonominya yaitu pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur keberhasilan suatu negara. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, pada awalnya pernah mencoba untuk berdikari dalam bidang ekonomi. Namun hal ini tidak dapat berlangsung lama. Banyak faktor terutama derasnya laju globalisasi yang mengharuskan pembangunan ekonomi secara cepat. Sehingga pada akhirnya Indonesia pun mulai membuka hubungan yang baik dengan bangsa – bangsa lain demi menunjang pembangunan ekonominya. Proses pembangunan yang berlangsung di Indonesia selama ini dikonsentrasikan pada upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dimaksud berarti adanya suatu peningkatan dalam
pendapatan nasional pada
suatu periode
dibandingkan pada periode sebelumya. Peningkatan dalam pendapatan nasional ini bila dijelaskan lebih jauh akan meliputi peningkatan dalam berbagai kegiatan ekonomi. Banyak sekali ahli-ahli ekonomi pembangunan menganggap modal sebagai sumber yang merupakan titik perhatian dalam teori pembangunan ekonomi. Namun demikian harus kita sadari bahwa pembangunan ekonomi yang mempunyai implikasi pertumbuhan ekonomi juga memerlukan berbagai 2
faktor lainnya, seperti tersedianya tenaga ahli dalam berbagai bidang, terdapatnya sistem pemerintahan yang baik, tingkat teknologi yang memungkinkan penggunaannya, sikap kehidupan masyarakat, tersediannya sumber alam dan sebagainya. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak mungkin dapat digerakkan tanpa adanya modal baik dari pemerintah maupun swasta. Langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah terus berupaya mencari sumbersumber pembiayaan baru bagi pembangunan baik yang berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri. Pembiayaan yang berasal dari luar negeri ini dapat berupa investasi. Pada dasarnya investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut HarrodDomar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasiinvestasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Untuk negara-negara yang belum maju seperti Indonesia, penanaman modal asing memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang berkait sifat khususnya berupa paket modal, teknologi dan keahlian manajemen yang selektif serta pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan pembangunan negara yang bersangkutan. Penanaman modal asing ini dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang (Indonesia) sebagai dana tambahan disamping tabungan 3
domestik.
Rendahnya
tingkat pendapatan di negara berkembang
menyebabkan Indonesia mengalami kekurangan kapital guna pembiayaan pembangunan. Akumulasi tabungan domestik yang ada saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan biaya yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi. Dan disisi lain adalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan devisa untuk membiayai kebutuhhan impor barangbarang modal (capital goods) dan impor barang-barang intermediasi (intermediate goods). Dengan demikian untuk menutupi kedua kekurangan tersebut, indonesia mengusahakan sumber dana eksternal berupa investasi asing. Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) termasuk dalam golongan penanaman modal swasta. Apabila kemampuan penanaman modal pemerintah sangat terbatas, maka penanaman modal menjadi penting. Bersama-sama modal dalam negeri, penanaman modal asing yang memadai diharapkan mampu mengangkat kegiatan ekonomi dari kelesuan. Semenjak diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967. No.11 Tahun 1970 tentang PMA dan Undang-undang No.6 Tahun 1968. No.12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walau demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor swasta, baik PMDN
4
maupun PMA, namun juga penanaman modal oleh pemerintah. Ini berarti pembentukan modal domestik bruto meningkat dari tahun ke tahun. Tabel. 1.1. Perkembangan Realisasi Investasi dalam Negeri (PMDN) Tahun
Nilai
1997
18.628,80
1998
16.512,50
1999
16.286,70
2000
22.038,00
2001
9.890,80
2002
12.500,00
2003
12.247,00
2004
15.409,40
2005
30.724,20
Sumber: BKPM 2007 Gambaran realisasi investasi dalam negeri (PMDN) menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM,2007) menunjukan penurunan dimana tahun 1997 investasi hanya mencapai Rp. 18,6 triliun dan terus menurun (-11,29 % dan -1,21%) hingga tahun 1999 yang tinggal Rp. 16,3 triliun. Investasi ini kemudian meningkat kembali (34,97%) di tahun 2000 mencapai Rp. 22 triliun dan kembali menurun (-55,00%) di tahun 2001 menjadi Rp. 9,9 triliun (sekaligus merupakan nilai terrendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir). Fluktuasi ini terus berulang hingga tahun 2007, meski sempat mencapai investasi tertinggi yang terjadi pada tahun 2005 dengan nilai Rp. 30,7 triliun.
5
Tabel. 1.2. Perkembangan Realisasi Investasi Asing (PMA) Tahun
Nilai
1997
3.437,4
1998
4.865,7
1999
8.229,9
2000
9.877,4
2001
3.509,4
2002
3.082,6
2003
5.445.7
2004
4.572,7
2005
8,911,0
Sumber: BKPM 2007 Seperti yang terjadi dalam PMDN, investasi yang bersumber dari luar negri (PMA) memiliki trend yang cukup fluktuatif seperti yang ditunjukan di taun 1997, realisasi investasi mencapai US$ 3,5 miliar dan terus meningkat hingga tahun 2000 yang mencapai 9,9 (meningkat 40%, 67,35 % dan 20,73%). Kondisi ini berbalik menurun ditagun 2001 yang menurun -64,65% menjadi US$ 3,5 miliar dan terus terjadi hingga tahun 2002 dengan nilai US$ 3,1 miliar (menurun -11,43%). Fluktuasi ini terjadi hingga tahun 2007, bahkan sekaligus menjadi investasi terendah dengan nilai US$ 2,9 miliar meski sempat meningkat (93,48%) di tahun 2005 menjadi US$ 8,9 miliar.
6
Tabel. 1.3. Jumlah PDB Riil Indonesia atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (dalam milyar rupiah) Tahun 1990-2009 PDB (Milyar Pertumbuhan Rupiah) (%) 1990 948.213,50 1991 1.014.760,50 6,91 1992 1.083.350,60 6,43 1993 1.156.505,30 6,56 1994 1.244.467,60 7,61 1995 1.347.040,90 8,24 1996 1.451.727,90 7,77 1997 1.518.293,60 4,59 1998 1.317.245,10 -13,24 1999 1.325.352,10 0,62 2000 1.389.770,20 4,86 2001 1.443.014,60 3,83 2002 1.504.380,60 4,25 2003 1.572.159,30 4,51 2004 1.656.757,54 5,38 2005 1.750.656,10 5,67 2006 1.846.654,90 5,48 2007 1.901.147,50 2,95 2008 2.082.103,70 6,46 2009 2.176.975,50 4,93 Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 (diolah) Tahun
Dari tabel diatas perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukan perkembangan yang positif dari tahun 1990 – 2009. Pada tahun 1998 menunjukan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu minus 13,24 % , hal ini disebabkan karena krisis moneter dan ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998. Memasuki tahun 2000 perekonomian di Indonesia mengalami perubahan yang sangat 7
signifikan dari 0,62 % menjadi 4,86%. Hal ini ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi keluar. Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan internasional khususnya ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu negara tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Seiring dengan program perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah, maka sejak tahun 2000, volume ekspor mulai menunjukan peningkatan walaupun masih bergerak dengan sangat lambat hingga tahun 2003. Bahkan pada tahun 2002, volume ekspor menunjukan penurunan sebesar 1,22%. Namun sejak tahun 2004, dimana kondisi perekonomian Indonesia sudah semakin membaik dan stabil, volume ekspor mengalami 8
peningkatan yang cukup cepat hingga tahun 2007 (Badan Pusat Statistik, 2008). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba untuk mengetahui beberapa faktor makro ekonomi diantaranya penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri dan ekspor apakah mempunyai pengaruh secara simultan ataupun secara parsial terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. B. Perumusan Masalah Dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan pembiayaan pembangunan khususnya yang berasal dari penanaman modal dalam negeri maupun penenaman modal asing dan ekspor menjadi pokok permasalahan yang mendapat perhatian dari pemerintah, terkait dengan hambatan-hambatan yang ada di dalamnya. Hambatan-hambatan yang dimaksud antara lain, prosedur yang panjang dan berbelit, tumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah di bidang investasi serta kebijakan antar sektor, kurangnya kepastian hukum dan kegiatan investasi Indonesia masih sangat sensitif terhadap gangguan keamanan. Permasalahan lain yang dialami Indonesia adalah ekspor yang berbasis sumberdaya alam. Padahal selain harga ekspor hasil alam sangat fluktuatif di pasar dunia, juga adanya fluktuasi dalam nilai tukar mata uang 9
rupiah terhadap dollar. Sehingga fluktuasi hasil ekspor juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hubungan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan ekonomi adalah penanaman modal asing dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi Menurut Mudrajad Kuncoro (2000:215) PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar negeri. Penanaman modal baik PMA maupun PMDN digunakan sebagai usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah output dan pendapatan. Jadi PMDN memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa pembiayaan pembangunan baik dari pemerintah maupun swasta yang berupa investasi atau penanaman modal sangatlah penting artinya bagi pembangunan ekonomi pada khususnya dan pembangunan yang dialokasikan ke dalam proyek pembangunan, berarti akan menambah kapital yang ada dalam suatu perekonomian, selanjutnya tambahan kapital tersebut akan berakibat peningkatan taraf hidup masyarakat, yang mana salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi pada masyarakat tersebut.
10
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki kesalingterkaitan antara satu sama lain dalam perekonomian suatu negara. Peranan ekspor di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai motor penggerak negara tersebut. Ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi (export led growth).
Gambar 1.1 Hubungan PMA, PMDN, dan Ekspor Total
PMA
PMDN
Pertumbuhan Ekonomi
Ekspor Total
11
Untuk lebih memfokuskan pokok bahasan, berikut pertanyaanpertanyaan penelitian untuk menjelaskan fenomena faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia 1. Sejauhmana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia? 2. Sejauhmana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia? 3. Sejauhmana pengaruh Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia? 4. Sejauhmana pengaruh PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara bersamasama terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. 2. Untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. 3. Untuk mendatkan pengaruh Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. 4. Untuk mendapatkan pengaruh PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
12
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah dan Investor Dapat memberikan informasi tambahan dalam menentukan kebijakan yang dapat mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Serta dapat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan investasi. 2. Bagi Akademisi Sebagai sumbangan informasi pengetahuan secara teoritis dan praktis bagi dunia akademik. 3. Bagi Penulis Untuk memperluas informasi dan wawasan mengenai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia serta mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang telah diperoleh dalam perkuliahan di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sadono Sukirno (2004:423), pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. B. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai peran ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stock modal. Yang pertama dapat disebut sebagai dampak permintaan dan yang kedua disebut dampak penawaran investasi. Karena selama itu netto tetap berlangsung, pendapatan riil dan output akan membesar. Untuk mempertahankan tingkat ekuilbriium pendapatan dari tahun ke tahun, baik pendapatan riil maupun output keduanya harus meningkat dalam laju yang sama saat kapasitas produksi modal meningkat. 14 14
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stock modal (capital stock). Sisi permintaan dalam teori ini dijelaskan dengan pengganda
(multiplier)
Keynesian.
Misalkan
kenaikan
rata-rata
pendapatan dinyatakan dengan ∆Y dan kenaikan dalam investasi dengan ∆I dan kecenderungan menabung dengan S maka dapat dibentuk sebuah model pertumbuhan ekonomi sebagai berikut : a. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu atau s dari pendapatan nasional (Y). oleh karena itu, kita dapat menuliskan hubungan tersebut dalam bentuk persamaan yang sederhana : S = sY
(1)
b. Investasi netto (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok (K) yang dapat diwakili oleh ∆K, sehingga kita dapat menuliskan persamaan sederhana yang kedua sebagai berikut : I = ∆K
(2)
Akan tetapi karena jumlah stok modal mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output maka : K k Y
K k Y
Atau
Atau, akhirnya ∆K = k∆Y
(3)
15
c.
Terakhir mengingat tabungan nasional netto (S) harus sama dengan investasi netto (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut : S=I
(4)
Dari persamaan (1) telah diketahui bahwa S = sY dari persamaan (2) dan (3) telah diketahui bahwa I =∆K = k∆Y dengan demikian tabungan sama dengan investasi dapat dituliskan sebagai berikut : sY = k∆Y
(5)
Selanjutnya apabila kedua sisi persamaan (5) dibagi mula-mula dengan Y dan dengan k, maka didapat : Y s Y k
Persamaan (6) secara jelas menyatakan bahwa
tingkat
pertumbuhan GDP (∆Y/Y) ditentukan bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s), serta rasio modal output nasional (k). Secara lebih spesifik model ini menjelaskan tanpa ada intervensi dari pemerintah, tingkat pertumbuhan ekonomi akan secara langsung atau positif berbanding lurus dengan tabungan yakni semakin banyak bagian GNP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP dan secara negatif akan berbanding terbalik terhadap rasio modal output dari suatu perekonomian. (M.P. Todaro, 2003).
16
2. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural/pattern of development) Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di negara sedang berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian Chenery, menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah: a.
Pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
b.
Akumulasi capital secara fisik dan SDM
c.
Perkambangan kota dan industri
d.
Penurunan laju pertumbuhan penduduk
e.
Ukuran keluarga yang kecil
f.
Sektor ekonomi didominasi oleh sektor non primer terutama industri Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat
dipercepat jika pergeseran pola permintaan domesti k earah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor. Yi = Di + (Xi-Mi) +
ij
Dimana Yi = Output bruto industri manufaktur Di = Permintaan domestik untuk konsumsi X-M = Perdagangan neto (ekspor-impor) 17
Yij = Penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input Berdasarkan
model
ini
kenaikan
produks
sektor
industri
manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari empat faktor berikut: a. Kenaikan permintaan dometik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufakturplus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor industri manufaktur. b. Perluasan ekspor atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor terhadap industri manufaktur. c. Substitusi impor, atau efek total dari kenaikan promosi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur. d. Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-output di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur. C. Investasi 1. Pengertian Investasi Investasi adalah pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 2004:121). Dalam investasi tercakup dua tujuan utama yaitu untuk mengganti bagian 18
dari penyediaan modal yang rusak (depresiasi) dan tambahan penyediaan modal yang ada (investasi netto). Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang belum diproses, dan barang jadi. Kegiatan investasi dapat dibedakan atas investasi yang otonom dan investasi
yang
terdorong
(Harjanti
2005,
dalam
Novita
Linda
Sitompul,2007) Investasi otonom adalah investasi yang bebas dilakukan tanpa terpengaruh atau dorongan oleh faktor lainnya. Umumnya jenis investasi ini dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan pertumbuhan ekonomi berikutnya, misalnya investasi untuk pembuatan jalan-jalan, jembatan-jembatan dan infrastruktur lainnya. Sedangkan investasi yang terdorong adalah investasi yang dilakukan sebagai akibat kenaikan permintaan atau dorongan pemerintah. Jenis investasi juga dapat dibedakan atas public investment dan private investment, domestic dan forigen investment, gross investment dan net investment. Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan sifatnya resmi. Sedangkan private investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta.
Domestic
investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan forign 19
investment adalah penanaman modal asing. Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilaksanakan pada suatu waktu, baik itu autonomos maupun induced atau private maupun public. Sedangkan net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Tujuan pengeluaran untuk investasi pembelian barang-barang yang member harapan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Artinya pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak barang dan jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan keuntungann yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama dalam investasi. 2. Penanaman Modal Asing (PMA) United Nations Coference on Trade and Development (UNCTAD) mendefinisikan PMA sebagai investasi yang dilakukan suatu perusahaan di suatu negara kepada perusahaan di negara lain dengan tujuan mengendalikan operasi perusahaan di negara lain tersebut. Selain itu, menurut Krugman dan Obstfeld (2003) PMA adalah arus modal internasional di mana suatu perusahaan di satu negara menciptakan atau memperluas usaha dengan mendirikan cabang di negara lain. PMA dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan: arah aliran modal, target dan motif. Jika dilihat berdasarkan arah aliran modal, terdapat dua tipe PMA (R. Winantyo, dkk, 2008:175-176), yaitu:
20
a. PMA masuk (Inward FDI), Investasi ini adalah modal asing yang diinvestasikan kepada kegiatan ekonomi domestik. PMA masuk dapat didorong oleh adanya penghapusan pajak, subsidi, pinjaman lunak dan penghapusan
berbagai
hambatan
lainnya.
Kemudahan
tersebut
diberikan dengan pertimbangan bahwa keuntungan jangka panjang masuknya PMA memiliki nilai dan manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengurangan pendapatan negara dalam jangka pendek karena memberikan fasilitas tersebut. Di lain pihak, PMA masuk ini dapat dihambat melalui pembatasan kepemilikan saham dan persyaratan yang berbeda antara investasi asing dan investasi domestik. b. PMA keluar (Outward FDI), investasi kategori ini adalah modal domestik yang diinvestasikan di luar negeri. Investasi ini dapat dilakukan dalam rangka ekspor impor komoditas negara asing. Berdasarkan target, PMA dapat diklasifikasikan sebagai: Greenfield investment, dan mergers and acquisitions, atau PMA horizontal dan PMA vertikal. a. Greenfield Investment merupakan investasi langsung untuk melakukan kegiatan bisnis yang sudah berjalan. Investasi jenis ini merupakan target utama dari negara penerima PMA (host country) karena investasi ini dapat menciptakan kapasitas produksi baru dan lapangan kerja, transfer teknologi, dan membuka hubungan dengan pasar global. b. Merger
and
Acquisitions
terjadi
apabila
adanya
perpindahan
kepemilikan asset dari perusahaan domestik kepada perusahaan asing. 21
Tidak seperti Greenfield Investment, Merger and Acquisitions tidak memberikan manfaat jangka panjang kepada perekonomian domestik. c. PMA Horizontal dan Vertikal, PMA horizontal terjadi ketika jenis investasi yang dilakukan luar negeri sama dengan jenis investasi yang dilakukan di dalam negeri. PMA Vertikal terdiri dari dua tipe. Pertama, Backward Vertical PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi menyediakan input bagi perusahaan di dalam negeri. Kedua, Forward Vertical PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi melakukan penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan di dalam negeri. PMA juga dapat diklasifikasikan berdasarkan motif atau alasan melakukan investasi, yaitu: a. Resource-seeking, investasi yang dilakukan untuk memperoleh faktor produksi yang lebih efisien di luar negeri dibandingkan bila diperolah dari domestik. b. Market-seeking, investasi ini dilakukan dalam rangka membuka pasar baru atau menjaga pasar yang telah ada. c. Efficiency-seeking,
investasi
ini
didorong
keinginan
untuk
meningkatkan keuntungan melalui skala ekonomi. Jadi, setelah dilakukan investasi berdasarkan pertimbangan resource-seeking atau market-seeking terealisasi, dilakukan investasi yang lebih besar dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.
22
d. Strategic asset-seeking, investasi ini merupakan investasi taktis untuk mencegah penguasaan atas sumber alam oleh perusahaan pesaing. PMA mempunyai karakteristik yang lebih baik dibandingkan jenis aliran modal portofolio, yaitu relatif lebih stabil dan berkontribusi dalam proses produksi. Selain itu, potensi manfaat bagi negara penerima untuk mendorong aliran masuk PMA adalah (R. Winantyo, dkk, 2008:178): a. Perusahaan asing membawa teknologi yang lebih tinggi. Tingkat pemanfaatan teknologi oleh negara penerima bergantung pada derajat spill-over teknologi terhadap perusahaan domestik dan perusahaan asing lainnya. b. Investasi asing meningkatkan kompetisi dalam perekonomian negara penerima. Kehadiran perusahaan baru di luar sektor perdagangan dapat meningkatkan output dan menurunkan tingkat harga domestik, sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. c. Investasi asing mendorong peningkatan investasi domestik. d. Investasi asing memberikan keuntungan dalam akses pasar ekspor. Hal ini dilakukan melalui peningkatan skala ekonomi perusahaan asing atau kemampuan perusahaan PMA asing untuk mengakses pasar luar negeri. e. Investasi asing dapat membantu menjembatani kesenjangan kebutuhan valuta asing di negara penerima. 3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Semenjak diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang PMA, No.6 Tahun 1968 tentang PMDN. Dan revisi No. 11 Tahun 23
1970 tentang PMA dan UU No.12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walau demikian, pada tahuntahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor swasta, baik PMDN maupun PMA, namun juga penanaman modal oleh pemerintah. Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan undang-undang mengenai penanaman modal yang tertuang dalam UU nomor 25 tahun 2007. a.
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
b.
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Usaha pengerahan modal untu pembangunan yang berasal dari
dalam negeri berasal dari tiga sumber: tabungan sukarela masyarakat, tabungan pemerintah dan tabungan paksa (Sadono Sukirno, 2006:304). a.
Tabungan Sukarela Masyarakat Yang dimaksud tabungan sukarela masyarakat adalah bagian pendapatan yang diterima masyarakat yang secara sukarela 24
tidak digunakan untuk konsumsi. Masyarakat menggunakan bagian pendapatan tersebut untuk beberapa tujuan: disimpan saja tanpa digunakan, ditabung di badan-badan keuangan, dipinjamkan kepada anggota masyarakat lainnya, digunakan untuk penanaman modal yang tidak produktif, atau digunakan untuk penanaman modal produktif. Berbagai macam penggunaan ini memberikan efek yang berbeda kepada usaha menciptakan pembangunan ekonomi. b.
Tabungan Pemerintah Tabungan pemerintah merupakan kelebihan pendapatan pemerintah dari pajak dan sumber-sumber lainnya, setelah pendapatan itu digunakan untuk pengeluaran rutin. Dalam merumuskan kebijakan perpajakan yang sesuai demi mempercepat pembangunan ekonomi, disamping merumuskan kebijakan yang dapat menaikan tabungan pemerintah, kebijakan tersebut harus pula berusaha agar kebijakan yang dijalankan tidak akan mengurangi animo untuk menabung dan menanamkan modal. Kebijakan pemungutan pajak tidaklah harus ditujukan khusus untuk menaikan pendapatan pemerintah. Di setiap negara pemungutan pajak mempunyai banyak tujuan lain, yaitu untuk lebih memeratakan distribusi pendapatan, mengurangi tingkat konsumsi masyarakat atau beberapa jenis barang tertentu,
25
meningkatkan tabungan yang dapat digunakan untuk menanamkan modal dan mempengaruhi corak penanaman modal. c.
Tabungan Paksa Apabila suatu negara mengambil langkah kebijakan anggaran belanja defisit, maka defisit itu dapat dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan berikut: meminjam dari masyarakat, lembaga-lembaga keuangan di luar bank komersil (bank tabungan, perusahaan asuransi, pasar modal dan sebagainya), bank-bank komersil dan Bank sentral, dan mencetak uang. Memperbesar dana untuk pembangunan dengan meminjam dari bank-bank komersil dan bank sentral atau mencetak uang dapat menimbulkan inflasi. Oleh karena itu, pengerahan dana pembangunan dinamakan sebagai tabungan paksa. Meminjam dari masyarakat dan badanbadan keuangan di luar bank komersil tidak akan menimbulkan inflasi karena
pinjaman tersebut diperoleh dari tabungan
masyarakat. Pinjaman itu sendiri merupakan suatu proses pemindahan daya beli dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah. Dengan demikian peminjaman tersebut tidak akan menimbulkan daya beli baru dalam masyarakat. Sedangkan pinjaman dari bank-bank komersial dan bank sentral, dan mencetak uang, merupaka suatu penciptaan daya beli baru yang akan menaikan keseluruhan permintaan masyarakat. Apabila tambahan permintaan yang disebabkan oleh penciptaaan daya beli baru ini 26
tidak dapat dipenuhi oleh kenaikan dalam penawaran barangbarang, kenaikan harga akan terjadi. Cara yang dilakukan pemerintah untuk meminjam dari berbagai sumber pinjaman tersebut di atas yaitu dari masyarakat dan badan-badan keuangan adalah dengan menjual surat-surat berharga pemerintah yang berupa pinjaman jangka panjang dalam bentuk obligasi atau bond. Apabila tidak terdapat paksaan dari pemerintah, ssampai dimana keberhasilan pemerintah meminjam dari berbagai sumber tersebut tergantung kepada akseptasi masyarakat terhadap surat-surat berharga tersebut sebagai suatu bentuk penabungan dan menanam modal (Sadono Sukirno, 2006:316). D. Perdagangan Internasional Negara sebetulnya tidak bedagang dengan negara lain. Yang melakukan perdagangan atau pertukaran adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Perdagangan luar negeri hanyalah istilah kependekan bagi kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk di negara lain. Jadi, penjelasan mengenai mengapa dan bagaimana pertukaran antar perorangan timbul merupakan kunci dalam menjelaskan mengapa perdagangan internasional timbul (Boediono, 1981:19). Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional (Apridar, 2009:74), diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi barang dan jasa dalam negeri. 27
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara. 3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi. 4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut. 5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi. 6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang. 7. Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. 8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri. Dalam bukunya, Apridar (2009:87) menjelaskan beberapa teori mengenai perdagangan internasional, diantaranya sebagai berikut: 1.
Teori Klasik Keunggulan Mutlak (Absolute Adventage / absolute cost : Adam Smith) Pandangan teori klasik berkembang pada abad ke-18. Pelopor teori ini diantaranya adalah Adam Smith. Pandangan ini berpendapat bahwa logam mulia tidak mungkin ditumpuk dengan surplus ekspor karena logam mulia akan mengalir dengan sendirinya melalui perdagangan internasional (price specie flow mechanism). Adam Smith menginginkan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam perdagangan bebas, karena perdagangan 28
bebas akan membuat orang bekerja keras untuk kepentingan nagaranya sendiri dan sekaligus mendorong terciptanya spesialisasi. Dengan terciptanya spesialisasi maka negara kan menghasilkan suatu produk yang memiliki keunggulan mutlak (absolute adventage). Dalam pandangan kritisnya,
Adam Smith mengemukakan teori absolute adventage
(keunggulan mutlak) tersebut, di mana negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara ini memiliki ketidakunggulan mutlak. 2.
Teori Biaya Relatif (Comparative Cost ; David Ricardo), (Apridar, 2009:94) Konsep
perdagangan
yang
semakin
disukai
masyarakat
internasional, pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo (1772-1823) ini dikenal juga denga teori “ comparative cost” atau “ comparative adventage” . dalam teori ini, setiapa negara mengkhususkan teorinya dalam bidang-bidang yang diunggulinya secara komparatif dan semua negara melakukan perdagangan secara bebas tanpa hambatan, maka akan tercapainya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pada gilirannya produksi dunia secara keseluruhannya akan mencapai maksimum, sehingga makin tinggi kemakmurannya. Teori David Ricardo ini didasarkan pada nilai kerja atau teory of labor value, yang menyatakan nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. 29
Menurut teori cost comparative adventage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisiensi serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efektif. 3.
Teori Modern Keunggulan Komparatif (Comparative adventage : dari Model Hechsher dan Ohlin), (Apridar, 2009:100) a. Teori Habeler Ada beberapa perbedaan penting antara teori klasik dengan Habeler. Kalau klasik melihat perbedaan cost of production untuk barang yang sama di dua negara hanya disebabkan oleh pemakaian tennaga kerja, maka akan semakin banyak upah yang diberikan, sehingga ongkos produksi (cost production) meningkat dan seterusnya harga barang di pasar akan meningkat pula, tetapi Hebeler mengatakan bahwa harga barang di pasar bukan hanya disebabkan pemakaian tenaga kerja, tetapi merupakan kombinasi pemakaian faktor produksi (tanah, labor dan capital). b. Teori Hecksher – Ohlin Menurut teori Hecksher – Ohlin atau teori H – O, perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau propossi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara. Perbedaan opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya 30
perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak/murah dalam memproduksinya akan melakukan
spesialisasi
produksi
dan
mengekspor
barangnya.
Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatiif langka/mahal dalam memproduksinya. E. Ekspor Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dapat memperbesar kapasitas produksi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negaranegara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta 31
penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan kooperatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah atau keunggulan effisien alias produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro&Smith, 2004:28). Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan – kebijakan internasional yang berorientasi keluar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya dari pada partisipasi kedalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun. Ekspor akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan perekonomian, karena pengeluaran dari negara lain atas barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Sedangkan menimbulkan efek sebaliknya. Faktor utama yang menentukan kemampuan mengekspor ke luar negeri (1) daya saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain, kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan menentukan tingkat ekspor yang dicapai suatu negara, (2) Proteksi di negaranegara lain, karena kebijakan proteksi di negara-negara maju akan memperlambat perkembangan ekspor di negara-negara sedang berkembang, (3) kurs valuta asing, seorang pengusaha akan menentukan untuk mengekspor barang setelah melihat pertimbangan kurs valuta asing. Fungsi penting 32
komponen ekspor dari perdagangan luar negri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan ekspor suatu negara. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam negeri maupun keadaan di luar negeri. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut (http://lailamaharani.blogspot.com/) : 1. Kebijakan pemerintah di bidang perdagangan luar negeri Apabila pemerintah memberikan kemudahan kepada para eksportir, eksportir terdorong untuk meningkatkan ekspor. Kemudahan-kemudahan tersebut antara lain penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan berbagai biaya ekspor,
pemberian
fasilitas
produksi
barang-barang
ekspor,
dan
penyediaan sarana ekspor. 2. Keadaan pasar di luar negeri Kekuatan permintaan dan penawaran dari berbagai negara dapat memengaruhi harga di pasar dunia. Apabila jumlah barang yang diminta di pasar dunia lebih banyak daripada jumlah barang yang ditawarkan, maka harga cenderung naik. Keadaan ini akan mendorong para ekportir untuk meningkatkan ekspornya. 3. Kelincahan eksportir untuk memanfaatkan peluang pasar Eksportir harus pandai mencari dan memanfaatkan peluang pasar. Dengan kepandaian tersebut, mereka dapat memperoleh wilayah pemasaran yang luas. Oleh karena itu, para eksportir harus ahli di bidang
33
strategi pemasaran. Untuk mengembangkan ekspor, pemerintah dapat menerapkan kebijakankebijakan sebagai berikut: 1. Menambah macam barang ekspor Misalnya, semula mengekspor kelapa sawit, sekarang mengekspor kelapa sawit dan minyak kelapa sawit. Adapun penganekaragaman horisontal berarti menambah macam barang yang diekspor dengan barang yang tidak merupakan produk lanjutan dari barang lama. 2. Memberi fasilitas kepada produsen barang ekspor Agar ekspor meningkat, pemerintah perlu memberikan fasilitas kepada produsen barang ekspor. Misalnya, memperbanyak bahan produksi dengan harga murah. Jika harga bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi barang ekspor murah, harga barang ekspor tersebut di dalam negeri juga murah. 3. Mengendalikan harga produk ekspor di dalam negeri Pemerintah meningkatkan ekspor dengan mengusahakan harga di dalam negeri lebih murah. Cara yang ditempuh antara lain menekan laju inflasi dan menciptakan tingkat bunga pinjaman yang rendah. 4. Menciptakan iklim usaha yang kondusif Pemerintah
mendorong
peningkatan
ekspor
dengan
memberikan
kemudahan-kemudahan misalnya penyederhanaan tata cara atau prosedur ekspor dan penurunan bea ekspor. 5. Menjaga kestabilan kurs valuta asing Kestabilan kurs valuta asing mempermudah para pedagang internasional 34
dalam meramal nilai rupiah dari hasil ekspornya. Dengan kepastian nilai rupiah ini, para eksportir menjadi lebih mudah dalam menentukan harga tawar menawar di pasar internasional. Keadaan ini menghilangkan keraguan eksportir untuk melakukan perdagangan internasional. 6. Pembuatan perjanjian dagang internasional Beberapa negara sering melakukan perjanjian dagang untuk memperoleh kepastian. Perjanjian tersebut mencakup kesediaan masing-masing negara untuk menjadi pembeli atau penjual suatu barang. Dengan perjanjian ini, masing-masing negara memperoleh keuntungan yaitu: penjual dapat mempunyai pasar yang pasti, dan pembeli dapat mempunyai penjual yang pasti. 7. Peningkatan promosi dagang di luar negeri Untuk mengenalkan produk dalam negeri di pasaran internasional, sering dilakukan promosi dagang. Pelaksanaan promosi dapat berupa kegiatan pameran dagang, festival olah raga, seni, maupun kegiatan lainnya yang dapat berfungsi promosi. Promosi dagang tersebut dilakukan oleh individu, lembaga swasta, maupun pemerintah. Selain itu, pemerintah maupun Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dapat membentuk lembaga yang menangani promosi dan pusat informasi dagang di luar negeri. Misalnya kantor-kantor pusat promosi dagang Indonesia atau Indonesian Trade Promotion Centre ( ITPC ) yang mengusahakan agar produk-produk Indonesia dikenal di luar negeri.
35
8. Penyuluhan kepada pelaku ekonomi Untuk meningkatkan ekspor, pemerintah memberikan penyuluhan kepada pengusaha kecil dan menengah tentang tata cara melakukan ekspor. Banyak produk masyarakat yang diminati pembeli mancanegara, namun karena banyak pengusaha kecil dan menengah tidak mengetahui bagaimana cara mengekspornya maka tidak diekspor produk tersebut. F. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian sebelumnya yang bersangkutan dengan penelitian yang penulis teliti adalah sebagai berikut: Pada penelitian yang dilakukan Marzuki (2006) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah investasi di suatu negara ( studi kasus ekonomi Indonesia ) menunjukan bahwa kajian yang menganalisis mengenai pengaruh faktor-faktor penentu terhadap jumlah investasi setempat di Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi ini secara keseluruhan telah mencapai objektif yang diingini. Hasil regresi menunjukan bahwa semua hipotesis yang dijangkakan terpenuhi, sama ada hipotesis tentang parameter tingkat inflasi kadar bunga, kadar pertukaran atau nilai eksport. Hasil kajian juga didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk menerangkan dan menganggar jumlah investasi setempat di Indonesia pada aras keartian 1%, 5% dan 10%. Sehingga rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi setempat di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan
36
mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga kadar pertukaran dan nilai eksport. Namun ketergantungan dari pada faktor-faktor penentu (tingkat inflasi, kadar bunga, kadar pertukaran dan nilai eksport) yang dianggarkan dalam model hanya menerangkan 53,16 persen terhadap jumlah investasi setempat. Ini berarti bahwa 46,84 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianggarkan, seumpama kadar cukai, gunatenaga, upah dan aspek psikologis investor. Selanjutnya
penelitian
mengenai
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi investasi sebelum dan sesudah krisis ekonomi di Indonesia oleh Wahyuddin dan Muhammad Nasir (2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak krisis ekonomi yang terus berlanjut berakibat kepada penurunan jumlah investasi baik PMDN maupun PMA. Penurunan investasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan pengangguran. Dari hasil perhitungan diperoleh suatu persamaan hubungan jumlah investasi, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan pengangguran. Variabel pendapatan nasional (NI) mempunyai nilai yang elastis yaitu sebesar 1,246230, yang berarti apabila terjadi kenaikan 1 dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya kenaikan investasi sebesar 1,246230. Dalam hal ini didapatkan hubungan yang positif antara pendapatan nasional dan investasi, dimana jumlah investasi akan meningkat apabila meningkatnya 37
pendapatan nasional, sebaliknya investasi akan turun apabila pendapatan nasional turun. Untuk mengukur keabsahan parameter NI yang mempunyai thitung 3,045 dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh nilai kritis ttabel sebesar 2,228. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel , dengan demikian pendapatan nasional memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah investasi. Besarnya parameter N minus 1,203154 pada persamaan regresi di atas mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah pengangguran sebesar 1 akan menyebabkan turunnya investasi sebesar 1,203154. Untuk mengukur keabsahan parameter variabel pengangguran yang mempunyai thitung sebesar 1,398, dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh ttabel sebesar 2,228. Dengan demikian ttabel lebih besar daripada thitung sehingga jumlah pengangguran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah investasi. Dari pengujian di atas terhadap variabel N adanya pengaruh negative jumlah pengangguran terhadap jumlah investasi yang dihitung dari tahun 1989 sampai dengan 2004, artinya bila jumlah pengangguran naik jumlah investasi akan turun dan bila jumlah pengangguran turun maka jumlah investasi akan naik. Pada penelitian yang lain, Rahmad Wibisono (2003) meneliti tentang identifikasi peran ekspor, investasi dan liberalisasi keuangan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merupakan studi kasus setelah tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik). Hasil menunjukan tampaknya terdapat perbedaan pengaruh tingkat suku bunga dalam jangka pendek dan 38
jangka panjang. Walaupun dalam jangka pendek tingkat bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan, namun tingkat bunga memiliki tanda yang negatif. Sehingga apabila berpengaruh, tingkat bunga akan memberikan dampak yang berlawanan pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Keynes. Dimana dalam jangka pendek ekonomi Indonesia akan menurun pertumbuhannya apabila ada kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga terkadang identik dengan liberalisasi keuangan. Namun dalam jangka panjang tingkat bunga memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh McKinnon-Shaw, bahwa kenaikan tingkat bunga riil secara berkala akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan. Investasi merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena investasi selalu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan ekspor memiliki sumbangan
yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional juga pernah diteliti oleh Jamzani Sodik & Didi Nuryadin (2005) pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi. Dengan menggunakan uji hausman test diperoleh hasil yang menunjukan selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel 39
penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
regional,
negeri
sehingga
bagaimanapun investasi (baik PMA maupun PMDN) sangat diperlukan oleh suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki hubungan yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relative kecil. Sekaligus menunjukan bahwa tingkat keterbukaan perekonomian suatu daerah belum begitu besar berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional. Variabel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003 (setelah otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang negatif. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Moussa Njoupouognigni (2010) tentang Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sub-Saharan Africa dengan menggunakan regresi linier berganda dan regresi Birdsall & Rhee dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, penelitian sebelumnya telah membahas keefektifan dari bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi hasilnya kurang reliabel, mungkin karena datanya hanya jangka pendek atau masalah yang kurang spesifik. Pada penelitian ini kita menggunakan data yang caranya paling efektif untuk menguji hubungan antara bantuan luar 40
negri, investasi langsung luar negri, tenaga kerja, simpanan dalam negri dan pertumbuhan ekonomi di 36 negara-negara di Sub-Sahara Afrika pada periode 1980-2007. Selanjutnya, kita menggunakan Mean Group (MG), panel mean group (PMG) dan dynamic fixed effect (DFE) untuk memperoleh keterangan yang sangat pasti/akurat antara pertumbuhan ekonomi dan faktorfaktor internal (simpanan dan tenaga kerja) dan faktor-faktor eksternal (bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri).
Hasil-hasil ini
memunculkan kembali perdebatan disekitar perjalanan panjang faktor-faktor ekonomi di Sebagian-Sahara Afrika. Seperti faktor-faktor berasal dari teori pertumbuhan neoklasikal
yang mana bantuan luar negri dan investasi
langsung luar negri dianggap sebagai faktor kapital tambahan. Akan tetapi, faktor-faktor eksternal dapat sesuai dengan faktor-faktor internal hanya jika negara tuan rumah memuaskan beberapa kondisi awalnya yang baru kita ungkapkan. Seperti yang dinyatakan di awal, beberapa kondisi seperti kebijakan fiskal, pemerintah yang baik, yang lebih sering didengar infrastruktur finansial, semuanya diperlukan untuk menyalurkan secara efektif pengaruh-pengaruh positif pada kapital eksternal dalam proses pertumbuhan di daerah, tetapi faktor-faktor internal sebaiknya tidak ditempatkan disamping kebijakan global pada strategi-strategi pembangunan ekonomi selama hal ini nampak di daerah. Walaupun bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan signifikan secara statistik, tapi tenaga kerja tetap menjadi faktor utama yang dapat 41
membantu perkembangan ekonomi di SSA. Hasil penelitian ini mungkin bermanfaat bagi perkembangan kebijakan negara-negara SSA. Akan jauh lebih baik untuk fokus pada faktor-faktor internal daripada faktor-faktor eksternal yang kebanyakan menjadi ragu-ragu ketika negara donor menghadapi sebuah resesi panjang. Beberapa strategi sebaiknya dibangun sekitar tenaga kerja dan simpanan dalam negri. Mengenai simpanan dalam negri, situasinya lebih rumit dengan menurunnya penghasilan tenaga kerja di daerah. Demikian, pemasukan kapital eksternal hanya dapat menyelesaikan masalah kelangkaan kapital, tetapi tidak dapat dipertimbangkan sebagai sebuah jurus ampuh untuk membantu perkembangan di Sub-Sahara Afrika. Abdul Ghafar Ismail dan Agus Harjito (2003) meneliti tentang Exports and Economi Growth : The causality test for ASEAN Countries. Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) dalam kasus negara-negara ASEAN selama periode 1966-2000. Keberadaan hubungan ini Hasil tes untuk kointegrasi menunjukkan bahwa: pertama, ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis menggunakan kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di negara lain terdapat hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina. Sementara, di Singapura 42
hanya ada satu arah kausalitas berjalan dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak ada kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia dan negara-negara Thailand langsung. Implikasi kebijakan pada penelitian ini tidak optimistc untuk hipotesis pertumbuhan ekspor di kawasan ASEAN. Sebagai hasil untuk Indonesia, Singapura, dan Filipina ada bukti dari pola pertumbuhan yang dihasilkan mekanisme internal dan pertumbuhan ekspor berinteraksi dengan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah negara-negara ini akan berbeda dari Malaysia dan Thailand yang tidak ada hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi secara langsung.
43
Tabel.2.1. Penelitian Sebelumnya No 1.
Judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi di Suatu Negara (Studi Kasus Ekonomi Indonesia ) ( Marzuki, 2006 )
2.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Di Indonesia. (Wahyuddin dan Muhammad Nasir, 2006)
44
Variabel
Metode
Jumlah Investasi Tingkat Inflasi Kadar Bunga Kadar Pertukaran Nilai eksport
Analisis Regresi Berbilang
Investasi Inflasi Tingkat suku bunga Pendapatan nasional Tingkat kurs Pengangguran
Model regresi linear berganda
Hasil Hasil kajian didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk menerangkan dan menganggar jumlah investasi setempat di Indonesia pada aras keartian 1%, 5% dan 10%. Sehingga rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi setempat di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga kadar pertukaran dan nilai eksport.
Sebesar 99,63 % proporsi perubahan dalam investasi dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model, sedangkan sisanya 0,37 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
44
3.
Identifikasi Peran Ekspor, Investasi dan Liberalisasi Keuangan dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Studi Setelah Tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik)
Ekspor Investasi
Error correction model
Investasi merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena investasi selalu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan ekspor memiliki sumbangan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Uji Hausman test
Selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki hubungan yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relative kecil. Varibel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003 (setelah otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang negatif.
Liberalisasi keuangan Pertumbuhan
(Rahmad Wibisono, 2003) ekonomi 4.
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi) (Jamzani Sodik & Didi Nuryadin, 2005)
45
PMA PMDN Laju angkatan kerja Laju inflasi Ekspor netto
45
5.
Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sub-Saharan Africa
Foreign Aid Foreign Direct Investment
(Moussa Njoupouognigni, 2010)
Pooled Mean Group Estimator (PMG)
Efektifitas bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri pada pertumbuhan ekonomi agak kurang terpercaya karena data yang dipakai hanya data jangka pendek dan masalah yang tidak terperinci.Walaupun pengaruh dari bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri menunjukan pengaruh positif pertumbuhan ekonomi dan signifikan secara statistik.
Economic Growth
6.
Exports and Economi Growth Eksport : The causality test for ASEAN Countries Pertumbuhan ekonomi ( Abdul Ghafar Ismail and Agus Harjito, 2003)
kointegrasi dan Hasil tes untuk kointegrasi menunjukkan bahwa: pertama, ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis menggunakan kausalitas kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di negara lain terdapat hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina. Sementara, di Singapura hanya ada satu arah kausalitas berjalan dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak ada kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia
46 46
G. Kerangka Berfikir Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Terdapat tiga aspek yang ditekankan dalam pertumbuhan ekonomi, antara lain : proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertama, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu, melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Kedua, pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan income perkapita. Terdapat dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output total (Produk Domestik Bruto/PDB) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Ketiga, pertumbuhan ekonomi adalah perspektif jangka panjang. Kenaikan perkapita dalam satu atau dua tahun yan kemudian diikuti oleh penurunan output perkapita bukanlah pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama mengalami kenaikan output per kapita. Tetapi apabila dalam jangka panjang, output perkapita menunjukan kecenderungan yang jelas untuk menaik maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi telah terjadi. Hampir semua kalangan menganggap bahwa pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi, seperti tercermin dalam tujuan pembangunan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari investasi yang berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan
47
dikembangkan dalam masyarakat. Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional. Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang belum diproses, dan barang jadi. Investasi terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output / pendapatan di kemudian hari. Investasi yang berasal dari dalam negeri disebut Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sedang investasi yang diperoleh dari pihak asing disebut Penanaman Modal Asing ( PMA). Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dapat memperbesar kapasitas produksi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negaranegara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian
nasionalnya.
Fungsi
penting
komponen
ekspor
dari
perdagangan luar negri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi.
48
Gambar. 2.1 Kerangka Berfikir
Sektor Ekonomi
Variabel Dependen :
Variabel Independen : Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN) Ekspor Total
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Model Ekonometrika
Uji Asumsi Klasik Normalitas Data Multikolinearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Regresi Berganda Koefisien Determinasi Uji Statistik t Uji Statistik F
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan
49
H. Hipotesis Hipotesis penelitian merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan variabel – variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik. (Mudrajad, 2009:59). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diduga Penanaman Modal Asing berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. 2. Diduga
Penanaman Modal Dalam
Negeri
berpengaruh
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. 3. Diduga Ekspor Total berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. 4. Diduga PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun variabel dependen (Y) yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Sedangkan variabel independennya (X) adalah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Ekspor Total. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series tahun 1990 sampai tahun 2009. B. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara atau pihak lain. Penelitian kepustakaan meliputi kegiatan pencarian, pengumpulan dan pengkajian data dari sumber yang relevan dan dapat mendukung dalam penulisan skripsi ini. Seperti literatur beberapa buku, artikel, jurnal ekonomi, dan bahan lain seperti surat kabar, internet, dan media massa lain yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dibahas khususnya berkaitan dengan penelitian skripsi ini. Data sekunder yang 50 51
51
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan periode 1990-2009 data diambil dan dikelola dari berbagai sumber yaitu Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Badan Pusat Statistik. C. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif induktif, yaitu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menaksir parameter. Analisis data dilakukan dengan menguji secara statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 17. Untuk pengujian variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis sebagai berikut : 1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas data, multikolinieritas, heteroskedastis serta menggunakan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak dengan menggunakan normal P P-Plot. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2005:112). 52
b. Multikolinieritas Jika
pada
model
persamaan
regresi
mengandung
gejala
multikolinieritas, berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas antar variabel, salah satu caranya adalah dengan melihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model tidak terdapat multikolinieritas, artinya tidak adanya hubungan antar variabel bebas. Selain menggunakan nilai VIF, dapat pula dengan melihat angka tolerance. Jika angka tolerance di atas 0,10 maka model tersebut tidak mengandung unsur multikolinieritas (Ghozali,2005:91). c.
Heteroskedastisitas Bertujuan untuk menguji dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian residual dalam satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105).
d.
Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut runtut waktu (time-series) atau ruang (cross-section). Ada beberapa cara untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu 53
dengan menggunakan metode grafik, metode Durbin-Watson, metode van Hewnan, dan metode runtest sebagai salah satu uji statistik nonparametrik. Uji Durbin Watson menggunakan rumus sebagai berikut :
a
(e d
t
et 1 ) 2
t2
n
e
2 t
t 1
Menurut Singgih Santoso, (2010:215), bila nilai DW terletak antara -2 < d < 2 maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik positif mapun negatif. Secara umum deteksi autokorelasi bisa diambil dari acuan berikut: 1) Angka DW berada dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2) Angka DW diantara -2 sampai 2, berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka DW diatas 2, berarti autokorelasi negatif. 2. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Method of Ordinary Least Square) OLS. Metode ini diyakini mempunyai sifat-sifat yang dapat diunggulkan
yaitu
secara
teknis
sangat
akurat,
mudah
dalam
menginterprestasikan perhitungannya serta sebagai alat estimasi linier dan unbiased terbaik. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi 54
Indonesia periode tahun 1990-2009 maka dirumuskan model regresi berganda sebagai berikut : Y = β0 + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3X3+ e
Keterangan: Y = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia X1 = Penanaman Modal Asing X2 = Penanaman Modal Dalam Negeri X3= Ekspor Total β0 = Konstanta β 1, β 2, β 3= Koefisien regresi e = error term a.
Koefisien Determinasi Koefisien
determinasi
adalah
sebuah
pengujian
untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel-variabel independent yag diteliti dalam menjelaskan keadaan dari variabel dependen. Besaran dari koefisien determinasi adalah antar nol dan satu. Apabila nilai R2 mendekati satu, hal itu menggambarkan bahwa variabel-variabel independen yang diteliti memiliki banyak informasi yang hampir mencerminkan dan menjelaskan keadaan dari variabel dependen, sebaliknya apabila nilai dari R2 mendekati nol, hal itu menggambarkan bahwa variabel-variabel ang digunakan dalam penelitian belum
55
memiliki banak informasi untik mencerminkan dan menjelaskan keadaan dari variabel dependen. Dan untuk menghitung R2 digunakan rumus sebagai berikut : R2
b.
n(a. Y b1 . XY1 b2 . YX 2 ( Y ) 2 n. Y 2 ( Y ) 2
Uji Statistik t Dalam Ghozali (2005:84) Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang duiji pada tingkat signifikan 0,05.
Menurut santoso (2000:168) dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
t hitung
i Se i 56
Keterangan: Seβi
= standard error dari variabel independen i
βi
= koefisien regresi variabel independen i
Seβi adalah standar error dari variabel independen i dengan rumus matematis sebagai berikut:
Se i
se x2
( x) 2 n
se adalah standar error sampel yang dirumuskan sebagai berikut :
se
e2 n 2
untuk nilai t statistik tabel, digunakan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5% = 0,05), artinya kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menerapkan hasil penelitian pada populasi adalah 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom)df = n-k, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel bebas. c.
Uji Statistik F Dalam Ghozali (2005:84) Uji Statistik F menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statisti F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara 57
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Menurut Santoso (2000:120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahea semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen atau terikat. R2
Fhitung
(k 1) (1 R ) (n k ) 2
Keterangan: R2 = explained sum-square-ESS / Koefisien determinasi (1-R2) = residual sum-square-RSS N = banyaknya sampel K = banyaknya variabel D. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian adalah suatu definisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan 58
atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk melakukan pengujian atas hipotesis yang diajukan maka perlu diadakan pengukuran atas variabel yang diteliti. Variabel yang dianalisis meliputi variabel-variabel yang dipilih dengan pengertian dasar atau konsep operasional sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan Ekonomi dihitung dalam milyar rupiah. 2. Variabel Independen Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang secara bebas mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen antara lain sebagai berikut : a. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
59
b. Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan
oleh
penanam
modal
dalam
negeri
dengan
menggunakan modal dalam negeri yang dinyatakan dalam milyar rupiah. c. Ekspor adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain, dalam penelitian ini ekspor yang digunakan adalah ekspor total dan dinyatakan dalam milyar rupiah.
60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kondisi perekonomian global yang masih mengalami tekanan akibat krisis menghadapkan perekonomian Indonesia pada sejumlah tantangan yang tidak ringan selama tahun 2009. Tantangan itu cukup mengemuka pada awal tahun 2009, sebagai akibat masih kuatnya dampak krisis perekonomian global yang mencapai puncaknya pada triwulan IV 2008. Ketidakpastian yang terkait dengan sampai seberapa dalam kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global akan terjadi, bukan saja menyebabkan tingginya risiko di sektor keuangan, tetapi juga berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil domestik. Kondisi tersebut mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada triwulan I 2009 masih mengalami tekanan berat, sementara pertumbuhan ekonomi juga dalam tren menurun akibat kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Kondisi tersebut menurunkan kepercayaan pelaku ekonomi di sektor keuangan dan sektor riil, serta berpotensi menurunkan berbagai kinerja positif yang telah dicapai dalam beberapa tahun sebelumnya. Dengan menggunakan perhitungan PDB pengeluaran makanan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi 2008 dan triwulan satu 2009 berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sementara itu apabila 61 61
dilihat dari sisi pertumbuhannya, konsumsi rumah tangga maka tahun 2008 berhasil membukukan pertumbuhan 5,3% atau naik 30 bps dari tahun sebelumnya. Hal itu justru sangat kontradiksi dengan apa yang terjadi pada negara-negara maju di mana tahun 2008 sektor konsumsi mengalami penurunan yang sangat tajam dan menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap perlambatan ekonomi. Penguatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga Indonesia sebesar 5,3% di masa krisis ekonomi dunia memberikan arti bahwa perekonomian Indonesia semakin membaik. Apabila kita membanding dengan pertumbuhan konsumsi pada tahun 1998 (saat terjadi krisis ekonomi Asia) dengan saat ini, maka semakin tampak perekonomian kita mengalami perbaikan yang cukup signifikan dimana pada saat krisi ekonomi 1998 pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai negatif 6,2%. Gambar. 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 (diolah) 62
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sendiri berhasil mencapai 6,1%. Pertumbuhan ekonomi ini menjadi satu prestasi yang bisa dibanggakan mengingat pada tahun 2008 dunia sedang menghadapi resesi ekonomi yang mengakibatkan banyak negara terutama negara maju mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi bahkan negatif. Namun pertumbuhan ini turun 20 bps dari 6,3% pada tahun sebelumnya. Setelah tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tren kenaikan. Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi kembali ke zona positif yaitu tumbuh 0,8%, tahun 200 naik menjadi 4,9%, dan kemudian turun menjadi 3,6% pada tahun 2001. Setelah itu dari tahun 2001 hingga tahun 2005 petumbuhan ekonomi selalu
mengalami kenaikan dan kemudian
mengalami penurunan pada tahun 2006 yang besar diakibatkan karena dampak kenaikan BBM pada oktober 2005. Sesudah tahun tersebut pertumbuhan ekonomi berhasil kembali naik sebelum kembali mengalami penurunan di tahun 2008 dikarenakan krisis ekonomi global. Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah menempuh sejumlah kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mencegah turunnya pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam melalui kebijakan stimulus moneter dan fiskal. Berbagai kebijakan yang ditempuh pada tahun 2009 pada dasarnya masih merupakan lanjutan dari serangkaian kebijakan yang telah ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah pada triwulan IV 2008. Serangkaian kebijakan yang
ditempuh
tersebut
tidak
saja
berhasil
menjaga
stabilitas 63
makroekonomi dan sistem keuangan, tetapi juga memperkuat daya tahan perekonomian domestik, sehingga kegiatan ekonomi dapat kembali membaik sejak triwulan II 2009. Keberhasilan tersebut juga tidak terlepas dari kebijakan yang secara sistematis telah ditempuh untuk memperkuat fundamental ekonomi dan keuangan pascakrisis 1997/1998. Secara umum, perekonomian Indonesia tahun 2009 telah mampu melewati tahun penuh tantangan tersebut dengan capaian yang cukup baik. Meskipun melambat dibandingkan dengan tahun 2008, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat mencapai 4,5%, tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di tengah kontraksi perekonomian global dapat dihindari, karena struktur ekonomi yang banyak didorong oleh permintaan domestik. Setelah mengalami tekanan berat pada triwulan I 2009, stabilitas pasar keuangan dan makroekonomi juga semakin membaik sampai dengan akhir tahun 2009. Hal itu tercermin pada berbagai indikator di sektor keuangan seperti Currency Default Swap (CDS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), imbal hasil (yield) SUN, dan nilai tukar yang membaik. Sementara itu, inflasi juga tercatat rendah 2,78%, terendah dalam satu dekade terakhir. Berbagai capaian positif yang mampu diraih perekonomian Indonesia pada 2009 telah semakin menguatkan optimisme akan berlanjutnya proses perbaikan kondisi perekonomian ke depan. Optimisme tersebut juga didukung oleh semakin membaiknya prospek pemulihan ekonomi global. Meskipun demikian, dinamika perekonomian ke depan 64
masih dihadapkan pada sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat akselerasi perbaikan ekonomi. Dari sisi eksternal, tantangan terutama berkaitan dengan dampak dari strategi mengakhiri langkah kebijakan yang ditempuh di masa krisis (exit strategy), yang antara lain berupa pelonggaran likuiditas dan ekspansi fiskal di negara maju. Tantangan eksternal juga berhubungan dengan terjadinya kecenderungan polarisasi perdagangan dunia, serta masih berlangsungnya ketidakseimbangan dalam kinerja perekonomian global. Dari sisi domestik, tantangan berkaitan dengan beberapa permasalahan yang masih dapat mengganggu efektivitas kebijakan moneter, seperti masih cukup besarnya ekses likuiditas perbankan, masih besarnya peranan investasi portofolio dalam struktur aliran modal masuk, masih munculnya potensi penggelembungan harga aset di pasar keuangan, masih dangkalnya pasar keuangan, dan berbagai permasalahan struktural di sektor riil. Ke
depan,
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
diperkirakan
meningkat, sementara stabilitas harga tetap terjaga. Prospek pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh semakin pulihnya kinerja ekspor dan mulai meningkatnya kegiatan investasi. Membaiknya ekspor sejalan dengan perbaikan prospek perekonomian global termasuk negara-negara maju. Meningkatnya permintaan eksternal dan menguatnya permintaan domestik diperkirakan mendorong dunia usaha untuk mulai meningkatkan kapasitas produksi. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan mencapai 5,5% - 6,0%. Meskipun pertumbuhan 65
ekonomi meningkat, tekanan terhadap inflasi diperkirakan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5% - 10%. Dalam
perspektif
yang
lebih
panjang,
perekonomian
Indonesia
diprakirakan tetap membaik karena didukung oleh berbagai upaya peningkatan kapasitas, produktivitas, dan efisiensi perekonomian secara berkesinambungan.
Akselerasi
pertumbuhan
ekonomi
akan
terus
meningkat dan diprakirakan mencapai kisaran 6,5% – 7,5% pada tahun 2014. Peningkatan kapasitas perekonomian tersebut mendukung upaya menurunkan inflasi ke arah sasaran inflasi jangka menengah 4% - 10%.
2. Perkembangan Penanaman Modal Asing Pada tahun 2010, nilai aliran masuk modal asing ke Indonesia merupakan nilai terbesar sejak dua dekade terakhir dengan investasi portofolio sebagai komponen terbesar. Selain itu, nilai FDI pada tahun 2010 merupakan nilai yang terbesar sejak 20 tahun terakhir dan peningkatannya pun merupakan yang terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan diantara komponen aliran masuk modal asing lainnya. Kondisi ekonomi domestik dan persepsi investor asing terhadap ekonomi Indonesia yang membaik, serta tingginya imbal hasil investasi di Indonesia memengaruhi tingginya aliran masuk modal tersebut terlebih dengan kondisi ekses likuiditas global. Arus FDI neto yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar 12,7 miliar dolar US. Peningkatan tersebut terutama didukung oleh masuknya investasi asing ke sektor nonmigas, sementara investasi asing ke sektor migas belum mengalami peningkatan yang 66
berarti. Secara komponen, FDI yang masuk tersebut terutama dalam bentuk modal baru (equity capital) dan hasil usaha yang diinvestasikan kembali (reinvested earning), sementara FDI dalam bentuk pinjaman (other capital) tercatat sangat minimal. Selanjutnya, realisasi PMA berdasarkan sektor usaha terbesar pada pertambangan (1 miliar dolar US, 79 proyek), listrik, gas dan air (0,6 miliar dolar US, 15 proyek), transportasi, gudang dan telekomunikasi (0,5 miliar dolar US, 35 proyek), tanaman pangan dan perkebunan (0,4 miliar dolar US, 74 proyek) dan industri makanan (0,3 miliar dolar US, 61 proyek). Gambar. 4.2 Perkembangan Penanaman Modal Asing
Sumber: BKPM 2010 (diolah) Dari sisi regulasi, pemerintah telah mengupayakan perbaikan iklim investasi antara lain melalui Undang-Undang Penanaman Modal No.25/2007 dan reformasi di bidang pelayanan umum. Selain itu, perbaikan kondisi infrastruktur dan stabilnya kondisi kelembagaan tercermin dari laporan World Economic Forum tahun 2010 yang 67
menyebutkan kualitas daya saing Indonesia meningkat sebagaimana tercermin dari kenaikan peringkat Global Competitiveness Index (GCI) dari posisi 54 tahun lalu menjadi 44 tahun 2010 dari 139 negara yang disurvei. Membaiknya peringkat Indonesia terutama didorong oleh kondisi makroekonomi
yang
semakin
membaik
dan perbaikan indikator
pendidikan. Pada kondisi krisis tahun 2008-2009, defisit fiskal tetap terkendali, utang publik terjaga di level yang rendah (sekitar 30% PDB), tingkat tabungan meningkat, inflasi melambat dan seluruh indikator pendidikan membaik. 3. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri Secara kumulatif realisasi investasi PMDN dan PMA selama tahun 2010
(Januari-Desember)
mencapai
Rp208,5
triliun
atau
naik
54,2%dibanding tahun 2009 yang mencatat Rpl35,2 triliun. Sedangkan dibanding dengan target tahun 2010 sebesar Rpl60,l triliun, terjadi kenaikan 30,2%. Kegiatan investasi selama tahun 2010 menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Penanaman modal dalam negeri memperlihatkan kenaikan, dan juga sebaran investasi di luar Jawa juga meningkat signifikan dibanding tahun 2009. Hal ini memperlihatkan perbaikan iklim dan pelayanan investasi serta langkah-langkah kebijakan yang diambil telah membuahkan hasil. Pencapaian tersebut didukung pula oleh perbaikan pelayanan investasi di daerah dan semakin baiknya kondisi perusahaan penanaman modal dalam negeri. Dengan terus melakukan perbaikan iklim investasi untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam 68
pelaksanaannya, diharapkan dapat meningkatkan kontribusi investasi dalam perekonomian nasional. Dalam tahun 2010 realisasi PMDN terjadi peningkatan kontribusi sebesar 29,0% (Rp60,5 triliun), sedangkan pada tahun 2009 hanya sebesar 28,0% (Rp37,8 triliun). Sedangkan nilai realisasi PMDN tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 60,0% dibanding tahun 2009. Dari sebaran lokasi proyek, pada tahun 2010 terlihat peningkatan signifikan aktifitas penanaman modal di luar Jawa sebesar 32,9% (Rp68,5 triliun). Sedangkan pada tahun 2009 hanya sebesar 18,5% (Rp25,0 triliun). Realisasi nilai investasi tahun 2010 di luar Jawa naik 174,0% dibanding tahun 2009. Provinsi di luar pulau Jawa yang mengalami perkembangan pesat kegiatan investasinya pada tahun 2010 meliputi Kalimantan Timur (Rpl7,8 triliun), disusul Kalimantan Tengah (Rp8,8 triliun), Sulawesi Selatan (Rp7,2 triliun), Nusa Tenggara Barat (Rp3,8 triliun), dan Sumatera Selatan (Rp3,4 triliun). Pencapaian tersebut karena didukung perbaikan pelayanan investasi di daerah dengan semakin banyaknya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang Penanaman Modal, yang telah diimplementasikan di berbagai Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota serta koordinasi pusat dan daerah yang semakin baik.
69
Gambar. 4.3 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
Sumber: BKPM 2010 (diolah) Realisasi PMDN berdasarkan 5 sektor usaha meliputi Industri Makanan (Rpl6,4 triliun = 208 proyek), Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rpl3,8 triliun=46 proyek), Tanaman Pangan dan Perkebunan (Rp28,7 triliun=238 proyek), Listrik, Gas dan Air (Rp4,9 triliun=47 proyek), dan Jasa Lainnya (Rp3,3 triliun=92 proyek). Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek memilih Jawa Barat (Rpl5,8 triliun=136 proyek), Jawa Timur (Rp8,l triliun = 117 proyek), Kalimantan Timur (Rp7,9 triliun=64 proyek), Banten (Rp5,8 triliun=97 proyek), dan DKI Jakarta (Rp4,5 triliun=104 proyek).
4. Perkembangan Ekspor Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor berbasis sumber daya alam memegang peranan yang semakin penting dalam perekonomian Indonesia. Ekspor Indonesia pada September 2009 mengalami penurunan sebesar 6,75 persen dibanding Agustus 2009 yaitu dari US$10.543,8 juta menjadi US$9.832,0 juta. Bila dibandingkan dengan September 2008, ekspor 70
mengalami penurunan sebesar 19,92 persen. Penurunan ekspor September 2009 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas sebesar 8,58 persen yaitu dari US$8.890,2 juta menjadi US$8.127,6 juta. Sebaliknya ekspor migas mengalami peningkatan sebesar 3,07 persen dari US$1.653,6 juta menjadi US$1.704,4 juta. Lebih lanjut peningkatan ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor hasil minyak sebesar 48,33 persen menjadi US$264,9 juta dan ekspor gas naik sebesar 6,01 persen menjadi US$770,8 juta. Sementara itu ekspor minyak mentah turun sebesar 10,59 persen menjadi US$668,7 juta. Sedangkan volume ekspor migas September 2009 terhadap Agustus 2009 (berdasarkan data Pertamina dan BP Migas) untuk minyak mentah, serta gas masing-masing turun sebesar 3,50 persen, dan 4,78 persen, sebaliknya untuk hasil minyak naik 34,53 persen. Sementara itu harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia turun dari US$72,47 per barel di Agustus 2009 menjadi US$67,07 per barel di September 2009. Bila dibandingkan dengan September 2008, nilai ekspor September 2009 mengalami penurunan 19,92 persen, disebabkan turunnya ekspor migas sebesar 30,59 persen, dan ekspor nonmigas turun sebesar 17,25 persen. Nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama JanuariSeptember 2009 mencapai US$80.133,3 juta atau turun 25,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2008, sementara ekspor nonmigas mencapai US$68.112,0 juta atau menurun 18,21 persen.
71
Gambar. 4.4 Perkembangan Ekspor
Sumber : Badan Pusat statistik (diolah) Pertumbuhan ekspor selama tahun 2010 cukup tinggi di tengah apresiasi rupiah yang cukup besar. Pertumbuhan ekspor riil selama tahun 2010 mencapai 14,9% yang merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua dalam sepuluh tahun terakhir setelah pada tahun 2005 tumbuh sebesar 16,6%. Kenaikan ekspor yang terjadi pada tahun 2005 antara lain didukung oleh depresiasi rupiah. Sementara pada tahun 2010 rupiah cenderung menguat. Ekspor yang tumbuh tinggi terutama ditopang oleh permintaan global yang semakin kuat, tujuan ekspor yang tidak lagi bergantung pada negara-negara tujuan tertentu dan harga komoditas global yang
meningkat.
Kenaikan
ekspor
didorong
oleh
meningkatnya
permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi global, terutama dari negara-negara emerging markets. Pertumbuhan volume ekspor selama tahun 2010 terutama disumbang oleh ekspor ke China, Singapura dan India, sementara volume ekspor ke negara tujuan utama tradisional seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang tumbuh jauh lebih rendah dan bahkan 72
ekspor ke Eropa menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara tersebut yang belum merata setelah krisis ekonomi 2008/2009. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang berada pada kisaran 8%-15%, sementara pertumbuhan ekonomi AS, Eropa dan Jepang hanya mencapai kisaran 2%-4% selama tahun 2010 Kenaikan ekspor juga didorong oleh kenaikan harga komoditas internasional. Selain didukung oleh naiknya permintaan dari negara mitra dagang, kenaikan harga komoditas internasional juga turut mendorong naiknya ekspor. Kondisi ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa harga komoditas internasional berdampak cukup signifikan pada beberapa komoditas ekspor unggulan, terutama ekspor komoditas primer dan beberapa produk manufaktur dengan kandungan impor rendah. Selama tahun 2010, harga komoditas ekspor mengalami kenaikan cukup tajam pada ketiga kelompok ekspor nonmigas, terutama komoditas pertanian dan industri. Sejalan dengan perkembangan permintaan dan harga tersebut, volume ekspor komoditas nonmigas juga mengalami peningkatan. Peningkatan volume ekspor nonmigas tertinggi terjadi pada komoditas pertambangan, sekitar 30%, sementara komoditas industri dan pertanian, tumbuh lebih rendah, masing-masing 2% dan 13,6%. Secara komoditas, pertumbuhan ekspor pertambangan terutama terjadi pada nikel, aluminium dan batubara. Ekspor pertanian pada komoditas tembakau, kayu dan karet, 73
dan ekspor industri pada produk kimia, peralatan listrik, mesin-mesin dan tekstil. Dengan perkembangan tersebut, pangsa ekspor berbasis sumber daya alam mengalami peningkatan dari 50,3% pada tahun 2009 menjadi 52,7% pada tahun 2010. B. Analisis dan Pembahasan 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Salah satu cara untuk menguji normalitas adalah dengan melihat grafik normal probability plot. Gambar. 4.5 Uji Normalitas Analisis Grafik
74
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,2005:112). Akan tetapi karena uji normalitas dengan grafik cenderung dapat menyesatkan, oleh sebab itu uji grafik di atas dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan oleh penulis adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov, dengan hasil sebagai berikut: Tabel. 4.1. Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Pertumbuhan Ekonomi
df
.113
Shapiro-Wilk
Sig. 20
.200
Statistic .970
df
Sig. 20
.761
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil uji normalitas di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki P-value 0,200 untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Sminov) dan P-value 0,761 untuk uji normalitas ShapiroWalk. Kedua P-value lebih besar dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
75
b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieriatas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya
korelasi
antar
variabel bebas
(independen) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah memiliki nilai VIF berkisar angka 1 hingga 10 dan mempunyai angka tolerance diatas 0,10.
Tabel. 4.2. Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
1000614.769 44870.429
Sig.
22.300
.000
Tolerance
VIF
-.003
.001
-.423
-2.361
.031
.136
7.329
PMDN
14.035
3.493
.398
4.018
.001
.446
2.243
Ekspor
.001
.000
1.021
5.649
.000
.134
7.450
PMA
Berdasarkan pengujian multikolinieritas pada tabel 4.2. di atas diperoleh nilai tolerance di atas 0,10 dan VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai tolerance dan nilai VIF maka model regresi ini layak dipakai dalam pengujian. 76
c. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada atau tidaknya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Uji asumsi klasik autokorelasi ini dengan menggunakan uji Durbin Watson. Tabel. 4.3. Uji Autokorelasi Model Summaryb Adjusted Model
R .964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson 1.333
Berdasarkan tabel 4.3. di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar 1,333 dimana nilai tersebut berada diantara -2 sampai +2. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi pada model regresi yang dibuat dalam penelitian ini. d. Heteroskedastisitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot.
77
Gambar. 4.6 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa sebaran data berada disekitar titik nol serta menyebar secara acak atau tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada pola regresi sehingga model regresi layak dipakai. 2. Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t, uji statistik F, dan uji statistik Adjusted R Square.
78
a. Korelasi (R) dan koefisien determinasi ( Adjusted R Square) Tabel. 4.4. Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary Adjusted Model
R .964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson 1.333
Korelasi (R) dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (Ghozali, 2001:42). Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2001:45). Berdasarkan tampilan output pada tabel 4.4. terlihat bahwa nilai R adalah sebesar 96,4% yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang sangat kuat. Nilai R Square sebesar 93,0% dan nilai Adjusted R Square sebesar 91,7%. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,917 yang berarti sebanyak 91,7% variasi pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh perubahan variasi PMA, PMDN, dan Ekspor Total dan sisanya 8,3 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
79
b. Uji Statistik t Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu PMA, PMDN, dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Tabel. 4.5. Uji t a
Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error
1000614.769
44870.429
-.003
.001
PMDN
14.035
Ekspor
.001
PMA
Coefficients Beta
t
Sig.
22.300
.000
-.423
-2.361
.031
3.493
.398
4.018
.001
.000
1.021
5.649
.000
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 4.5. merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu PMA, PMDN, dan ekspor terhadap variabel dependen yaitu Pertumbuhan Ekonomi secara individual dengan hasil: Pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi Variabel PMA mempunyai angka signifikansi sebesar 0,031 karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Sehingga dapat dikatakan
bahwa
PMA
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
80
Pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi Variabel PMDN mempunyai angka signifikansi sebesar 0,01 karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa PMDN berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Variabel Ekspor mempunyai angka signifikansi sebesar 0,000 karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa Ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. c. Uji F Uji simultan ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara bersama-sama sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel. 4.6. Uji F b
ANOVA Model
Sum of Squares
1Regression
df
Mean Square
2.017E12
3
6.724E11
Residual
1.521E11
16
9.507E9
Total
2.169E12
19
F 70.732
Sig. a
.000
a. Predictors: (Constant), Ekspor, PMDN, PMA b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil pengujian statistik F pada tabel 4.6. diperoleh F hitung sebesar 70,732 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Hal ini
81
berarti bahwa sacara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh variabel PMA, PMDN, dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi. d. Pengujian Regresi Linier Berganda Y = 1000614,769 - 0,003 PMA + 14,035 PMDN + 0,001 Ekspor Koefisien-koefisien pada persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut: 1) Jika segala sesuatu pada variabel independen dianggap konstan, maka nilai pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 1000614,769 . 2) Nilai koefisien regresi PMA sebesar -0,003 yang berarti setiap penambahan variabel PMA sebesar Rp 1 juta akan diimbangi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar Rp. 0,003 milyar, maka tiap peningkatan atau penurunan jumlah PMA 1 juta akan dimbangi dengan penurunan atau peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,003 milyar dengan catatan variabel lain dianggap cateris paribus atau tetap. 3) Nilai koefisien regresi PMDN sebesar 14,035 yang berarti setiap penambahan variabel PMDN sebesar Rp 1 milyar
akan
diimbangi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar Rp. 14,035 milyar, maka tiap peningkatan atau penurunan jumlah PMDN 1 milyar akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 14,035 milyar dengan catatan variabel lain dianggap cateris paribus atau tetap.
82
4) Nilai koefisien regresi Ekspor sebesar 0,001 yang berarti setiap penambahan variabel Ekspor sebesar Rp 1 milyar
akan
diimbangi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar Rp. 0,001 milyar, maka tiap peningkatan atau penurunan jumlah ekspor 1 milyar akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,001 milyar dengan catatan variabel lain dianggap cateris paribus atau tetap. Interptetasi model berdasarkan penelitian yang telah dilakaukan, secara rinci mengenai hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil Penelitian menunjukan bahwa PMA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dengan berbagai keuntungan yang dapat diberikan oleh penanaman modal asing tidaklah berarti bahwa kehadiran
modal
asing
akan
sepenuhnya
menjamin
kesuksesan
pembangunan ekonomi. Penanaman modal asing dapat juga menimbulkan beberapa hal yang tidak menguntungkan pembangunan ekonomi. Dalam jangka panjang penanaman modal asing dapat mengurangi tingkat tabungan yang tercipta pada masa yang akan datang apabila kegiatan mereka mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat, sebagai akibat lebih banyaknya barang-barang konsumsi yang tersedia, tidak menanam kembali keuntungan yang diperoleh dan menghalangi perkembangan perusahaanperusahaan nasional yang sejenis. Selanjutnya, jika dalam jangka pendek modal asing melakukan penanaman modalnya tidak di sektor produktif 83
melainkan di sektor moneter yang bersifat spekulatif kemudian modal dan hasilnya di bawa ke luar negeri maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian juga, dalam jangka panjang modal asing dapat memperburuk masalah kekurangan mata uang asing, yaitu apabila; hasil-hasil mereka tidak diekspor atau tidak menggantikan barang-barang impor, dan mereka mengimpor bahan mentah dari luar negeri dan mengirimkan keuntungan yang diperoleh kepada perusahaan induk di luar negeri. Perusahaan-perusahaan asing dapat menghambat perusahaan nasional yang sejenis dengan mereka. Pengetahuan teknologi, keahliankeahlian manajemen dan pemasaran yang dimiliki oleh perusahaanperusahaan asing akan melemahkan persaingan dari perusahaanperusahaan nasional. Apabila perkembangan perusahaan asing hanya mengakibatkan kesukaran untuk menumbuhkan perusahaan sejenis, akibat seperti itu tidaklah terlalu serius. Tetapi, apabila akibat yang ditimbulkan oleh perkembangannya perusahaan asing adalah mematikan perusahaan nasional yang sudah ada, maka akibat yang tidak menguntungkan tersebut cukup serius karena menimbulkan pengangguran dan menghapuskan mata pencaharian sekelompok masyarakat. Pada awal mengundang penanaman modal asing, pemerintah harus menciptakan berbagai fasilitas yang diperlukan. Terutama perbaikan prasarana. Untuk keperluan ini harus digunakan dana pembangunan yang seharusnya dapat digunakan untuk mengembangkan sektor atau kegiatan 84
lain. Untuk menarik modal asing, pemerintah juga biasanya menawarkan beberapa keringanan fiskal, seperti tidak perlu membayar pajak untuk beberapa tahun dan membebaskan pembayaran bea impor atas alat-alat modal dari peralatan yang digunakan. Dengan demikian, pembangunan di beberapa kegiatan ekonomi lain harus dikorbankan dan pemerintah kurang memperoleh pendapatan yang berarti dari modal asing yang masuk (Sadono Sukirno, 2006:329-330). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Kustituanto dan Istokomah (1999:7) yang berjudul “ Peranan Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, menemukan hasil estimasi variabel FDI memberikan tanda negatif, yang berarti mengindikasikan bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel FDI dengan pertumbuhan ekonomi. b. Pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil penelitian menunjukan bahwa PMDN berpengaruh secara signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi.
Hal
ini
disebabkan
penambahan Investasi akan meningkatkan perekonomian yang nantinya akan meningkatkan produksi barang dan jasa di masa yang akan datang. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa PMDN sangatlah penting bagi pembangunan ekonomi yang dialokasikan ke dalam proyek pembangunan, yang berarti akan menambah kapital yang ada dalam suatu perekonomian. Selanjutnya, tambahan kapital tersebut akan berakibat peningkatan taraf hidup masyarakat sehingga akan meningkan pertumbuhan ekonomi. Hasil 85
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakaukan oleh Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2005:167), bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. c. Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil penelitian menunjukan bahwa Ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Variabel ekspor memiliki hubungan konstan dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relatif kecil. Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar dalam negeri, sementara itu produk komoditi berjalan konstan. Perkembangan
ekspor
akan
menggalakkan
perkembangan
sektor
pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan perdagangan luar negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan orang-orang yang kegiatannya di sektor ekspor akan bertambah. Makin cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan masyarakat bertambah. Pengaruh secara tidak langsung dari adanya perdagangan luar negeri adalah penghasilan devisa. Semakin ekspor berkembang, semakin besar penghasilan devisa yang diterima oleh negara. Ini berarti terjadi arus modal (capital flow) dari luar negeri ke dalam negeri yang tentu saja menguntungkan bagi suatu negara yang memerlukan tambahan modal untuk pembangunan yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. 86
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh kesimpulan yakni sebagai berikut: 1. Penanaman Modal Asing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Selain itu, nilai koefisien regresi PMA sebesar -0,003, maka setiap peningkatan atau penurunan jumlah PMA 1 juta akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,003 milyar. Hal ini dikarenakan : 1) apabila penanaman modalnya dalam jangka pendek. 2) Dan tidak di sektor produktif melainkan di sektor moneter yang bersifat spekulatif. Kemudian, modal dan hasilnya di bawa ke luar negeri maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Selain itu, nilai koefisien regresi PMDN sebesar 14,035, maka setiap peningkatan atau penurunan jumlah PMDN 1 milyar akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 14,035 milyar. Hal ini disebabkan penambahan PMDN akan meningkatkan perekonomian yang nantinya akan meningkatkan produksi barang dan jasa di masa 87
87
yang akan datang. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa PMDN sangatlah penting bagi pembangunan ekonomi. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan taraf hidup masyarakat sehingga akan meningkan pertumbuhan ekonomi. 3. Ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Selain itu, nilai koefisisen regresi ekspor sebesar 0,001, maka setiap peningkatan atau penurunan jumlah ekspor 1 milyar akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,001 milyar. Hal ini disebabkan karena dengan perdagangan luar negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan orang-orang yang kegiatannya di sektor ekspor akan bertambah. Makin cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat
pula
pendapatan
masyarakat
bertambah
tentu
saja
menguntungkan yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. 4. Secara bersama-sama, seluruh variabel PMA, PMDN, dan Ekspor berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung yang signifikan pada taraf keyakinan 95 persen. Selain itu, variabel independen dalam model juga mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 91,7 persen sedangkan sisanya yaitu 8,3 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. 88
B. Implikasi 1. Pemerintah harus lebih selektif dalam mempertimbangkan keuntungan jangka panjang dan jangka pendeknya ketika penanam modal asing mulai menanamkan modalnya di dalam negeri. Jangan sampai perusahaanperusahaan asing menghambat perusahaan nasional yang sejenis dengan mereka untuk meningkatkan potensinya. Sebaliknya perusahaan asing harus dapat mentransfer pengetahuan teknologi, keahlian-keahlian manajemen dan pemasaran yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. 2. Upaya penarikan penanaman modal dalam negeri di Indonesia perlu ditingkatkan
Oleh karena itu perlu diupayakan iklim investasi yang
kondusif seperti penyederhanaan jalur birokrasi meningkatkan keamanan. Perlu juga menciptakan stabilitas ekonomi makro melalui programprogram deregulasi, dan debirokratisasi di seluruh aspek pembangunan ekonomi. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat lebih menarik investor untuk menanamkan modalnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 3. Dalam hal ekspor, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan ekspor guna mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan cara memperluas pasar produksinya seperti pada sektor non migas (komoditas pertanian, industri, dan pertambangan) dan beberapa produk manufaktur agar dapat menjadi penopang ketahanan neraca pembayaran Indonesia. 89
DAFTAR PUSTAKA Anonim, “Realisasi Investasi Asing Langsung”, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta, 2009. Anonim, “Indilkator Ekonomi”, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2009. Apridar, “ Ekonomi Internasional”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009. Boediono, “Teori Pertumbuhan Ekonomi”, BPFE, Yogyakarta, 1999. Boediono, “ Ekonomi Internasional, Yogyakarta,1981.
Edisi
1”,
BPFE
Yogyakarta,
Ghafar, Ismail Abdul dan Agus Harjito, “Exports and Economi Growth : The causality test for ASEAN Countries”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 8 No.2, 2003. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Harjanti, Erni Setyo, “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi dan Pertumbuhan ekonomi Terhadap Tenaga Kerja di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2003. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2000. Insukindro, dkk, “Modul Ekonometrika Dasar Kerjasama dengan Universitas Gajah Mada”, Jakarta, 2004. Kuncoro, Mudrajad, “Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004. Kuncoro, Mudrajad, “Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi”, Edisi tiga, Penerbit Erlangga, Yogyakarta, 2009. Kustituanto, Bambang, dan Istokomah, “ Peranan Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 2, 1999. Lihan, Irham dan Yogi, “ Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 1 jilid 8, 2003. Mankiw, Gregory, “Teori Makro Ekonomi”, edisi ke Lima, Erlangga, Jakarta, 2003.
90
90
Marzuki, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi di Suatu Negara (Studi Kasus Ekonomi Indonesia )”, Jurnal E-Mabis FE-Unimal Volume 7, 2006. M.L Jhingan, “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Njoupouognigni, Moussa, “Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sub-Saharan Africa”, International Journal Of Economics and Finance Vol. 2, No. 3, 2010. Sukirno,Sadono, “Pengantar Teori Makroekonomi”, Edisi Kedua, PT Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, 1997. _____________, “Makroekonomi Teori Pengantar”, Edisi Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. _____________, “Ekonomi Pembangunan”, Edisi Kedua, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2006. Santoso, Singgih, “Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010. Santoso, Singgih, “SPSS Versi 10.0”, PT Elex Media Komputindo. Gramedia, Jakarta, 2000. Sitompul, Novita Linda, “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sumatra Utara”, Tesis Sekolah Pascasarjan Universitas Sumatra Utara, Medan, 2007. Sodik, Jamzani dan Didi Nuryadin, “Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi)”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 10 No.2, Yogyakarta, 2005. Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, CV, Bandung, 2005. Todaro, M.P, and Stephen C. Smith, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Diterjemahan, Edisi Kedelapan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, 2003. Todaro, M.P, and Stephen C. Smith, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Diterjemahan, Edisi Kedelapan, Jilid 2, Penerbit Erlangga, 2004. Suryana, “Ekonomi Pembangunan : Problematika dan Pendekatan”, Salemba Empat, Jakarta, 2000. Wahyudin dan Muhammad Nasir, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Di Indonesia”, Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Vol 7 No.2, 2006. 91
Wibisono, Rahmad, “Identifikasi Peran Ekspor, Investasi dan Liberalisasi Keuangan dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Studi Setelah Tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik)”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 1, No. 1, Yogyakarta, 2003. Winantyo, R,dkk, “Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008. http://lailamaharani.blogspot.com/ http://www.bkpm.go.id/contents/p16/PUBLIKASI++STATISTIK/17 http://www.Slidshare.net/Share/59297/checkoutthisslidsharePresentation:teoriteori pembangunan/theory hoolis.htm http://agustinus 21081987.blogspot.com/
92
LAMPIRAN -LAMPIRAN
93
Lampiran 1 Tabel Data Variabel Penelitian Tahun
Pertumbuhan Ekonomi
PMA
PMDN
Ekspor Total
(Milyar)
(Juta)
(Milyar)
(Milyar)
1990
948.213,50
1.344.930,0
2.398,6
48.911.256
1991
1.014.760,50
2.116.220,9
3.666,1
58.196.574
1992
1.083.350,60
4.025.426,6
5.067,4
70.447.350
1993
1.156.505,30
11.973.265,8
8.286,0
77.991.114
1994
1.244.467,60
8.315.496,0
12.786,9
88.317.747
1995
1.347.040,90
15.439.812,0
11.312,5
104.688.490
1996
1.451.727,90
11.038.257,0
18.609,7
118.808.536
1997
1.518.293,60
19.798.380,0
18.628,8
304.628.520
1998
1.317.245,10
39.412.170,0
16.512,5
395.665.560
1999
1.325.352,10
58.934.313,9
16.286,7
348.492.929
2000
1.389.770,20
92.699.399,0
22.038,0
583.033.740
2001
1.443.014,60
36.673.230,0
9.890,8
588.553.405
2002
1.504.380,60
27.524.535,4
12.500,0
510.370.925
2003
1.572.159,30
46.437.518,4
12.247,0
520.705.182
2004
1.656.757,54
42.805.044,7
15.409,4
670.103.440
2005
1.750.656,10
87.773.350,0
30.724,2
843.751.000
2006
1.846.654,90
55.105.664,9
20.649,0
927.044.724
2007
1.901.147,50
96.960.966,4
34.878,7
1.069.810.038
2008
2.082.103,70
164.953.568,8
20.363,4
1.519.830.276
2009
2.176.975,50
102.657.878,4
37.799,8
1.105.912.920
94
Lampiran 2 Uji Normalitas Analisis Grafik
Lampiran 3 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Pertumbuhan Ekonomi a.
df
.113
Shapiro-Wilk
Sig. 20
.200
Statistic
df
.970
Sig. 20
.761
Lilliefors Significance Correction
Lampiran 4 Uji Multikolinieritas Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
1000614.769
44870.429
-.003
.001
PMDN
14.035
Ekspor
.001
PMA
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
22.300
.000
-.423
-2.361
.031
.136
7.329
3.493
.398
4.018
.001
.446
2.243
.000
1.021
5.649
.000
.134
7.450
95
Lampiran 5 Uji Autokorelasi b
Model Summary Adjusted Model
R .964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson 1.333
Lampiran 6 Heteroskedastisitas
Lampiran 7 Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary Adjusted Model
R .964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson 1.333
96
Lampiran 8 Uji t
a
Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
1000614.769
44870.429
-.003
.001
PMDN
14.035
Ekspor
.001
PMA
Coefficients t
Sig.
22.300
.000
-.423
-2.361
.031
3.493
.398
4.018
.001
.000
1.021
5.649
.000
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Lampiran 9 Uji F ANOVA Model 1
Sum of Squares
b
df
Mean Square
Regression
2.017E12
3
6.724E11
Residual
1.521E11
16
9.507E9
Total
2.169E12
19
F 70.732
Sig. a
.000
a. Predictors: (Constant), Ekspor, PMDN, PMA b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
97