TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Eucalyptus Sejarah Eucalyptus Tanaman Eucalyptus sp. sudah dikenal sejak abad 18, dan perkembangan tanaman ini maju pesat pada tahun 1980 setelah Kongres Kehutanan Sedunia ke VIII di Jakarta tahun 1978. Tidak lama setelah perkembangan tanaman Eucalyptus berlangsung, maka pada tahun 1988 timbul kritik dan protes terhadap tanaman Eucalyptus sp. karena adanya indikasi pengaruh negatif terhadap lingkungan. Salah satu aspek lingkungan yang dikhawatirkan menjadi buruk adalah aspek hidrologi dari Eucalyptus sp. Eucalyptus sp. yang tumbuh cepat akan mengkonsumsi air dari dalam tanah cukup banyak, berpengaruh buruk terhadap kesuburan tanah, tajuk yang ringan / tipis dapat melindungi permukaan tanah dari tetesan air hujan yang dapat menimbulkan erosi, tidak menyediakan habitat yang baik dan tidak cukup makanan bagi kehidupan liar (Pudjiharta, 2001). Hampir semua jenis Eucalyptus sp. beradaptasi dengan iklim muson. Bebrapa jenis dapat hidup pada iklim yang sangat dingin, misalnya jenis - jenis yang telah dibudidayakan yakni : E. alba, E. camaldulensis dan E. citriodara. E. deglupta adalah jenis yang beradaptasi pada habitat hutan dataran rendah dan hutan pengunungan dataran rendah pada ketinggian 1800 mdpl dengan curah hujan tahunan 2500 - 3000 mm, suhu minimum rata - rata 230 oC dan maksimum 310 oC di dataran rendah dan suhu minimum rata - rata 130 oC dan maksimum 290 oC di pegunungan (Basuki, 2007).
xv Universitas Sumatera Utara
Ciri Umum Eucalyptus hybrid Taksonomi Ilmiah Eucalyptus hybrid Berdasarkan World Agroforestry Center (2004), tanaman Euclyptus hybrid mempunyai sistematika sebagai berikut: Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Dycotyledone
Ordo
: Myrtiflorae
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Eucalyptus
Spesies
: Eucalyptus hybrid. Eukaliptus merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam
pembangunan hutan tanaman industri. Kayu Eukaliptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap, kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus korek api, pulp, dan kayu bakar. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi (Mardin, 2009). Eucalyptus sp. merupakan salah satu tanaman yang bersifat fast growing (tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus sp. juga dikenal sebagai tanaman yang dapat bertahan hidup pada musim kering. Tanaman ini mempunyai system perakaran yang dalam namun jika ditanam di daerah dengan curah hujan sedikit maka perakrannya cenderung membentuk jaringan rapat dekat permukaan tanah untuk memungkinkan menyerap setiap tetes air yang jatuh di cekaman tersebut E. hybrid biasanya dikenal dengan sebutan flooded gum atau rose gum. Pohonya dapat mencapai tinggi 75 m, dengan kulit kayu putih halus. E. hybrid umumnya ditanam dalam skala besar untuk produksi kayu, dengan penanaman
xvi Universitas Sumatera Utara
total diperkirakana mencapai 2 M ha pada tahun 1987. Sebagian besar dari jumlah ini ditanam di Brazil (>1 M ha) dan Afrika Selatan (300.000 ha). Selain itu, E. hybrid juga ditanam dalam jumlah yang besar di Argentina, Australia, India, Uruguay, Zambia, Zimbabwe, dan negara - negara lain (Mardin, 2009). Penyebaran Marga eukaliptus terdiri dari 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya ada dua jenis yang tersebar di wilayah malesia (Nugini, Maluku, Sulawesi, Asia Tenggara, dan Filipina). Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju malesia bagian timur. Keragaman terbesar di daerah - daerah pantai New South Wales dan Australia bagian barat daya (Basuki, 2007). Pemanfaatan Saat ini kayu hibrid E. urograndis baik di Indonesia maupun di dunia pemanfaatannya digunakan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Berdasarkan Coledette et al. (2008) menyatakan bahwa sekitar 40% kertas dunia menggunakan bahan baku dari kayu Eucalyptus termasuk dari kayu hybrid E. urograndis. Bubur kertas (pulp) dari kayu Eucalyptus di dunia digunakan untuk produksi kertas tissu sebanyak 8% dan kertas cetak dan tulis sebanyak 32%. Selain sebagai bahan baku industri pulp dan kertas, kayu hibrid E. urograndis dapat dimanfaatkan untuk beberapa produk kayu olahan (solis wood product) dan arang. Menurut Quilho et al. (2006), umur tegakan hibrid E. urograndis hanya berpengaruh sedikit terhadap berat jenis dan dimensi serat. Di Brazil kayu hibrid E. urograndis dari tegakan berumur 6 - 8 tahun yang bibitnya berasal dari klon (vegetatif) mempunyai nilai panjang serat, lebar serat, tebal dinding serat dan berat jenis yang lebih tinggi dibanding kayu hibrid E. urograndis yang bibitnya xvii Universitas Sumatera Utara
berasal dari biji (generatif). Rata-rata nilai dimensi serat kayu hibrid E. urograndis dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, di Brazil hibrid E. urograndis mengandung sellulosa sekitar 47 - 49%, kandungan lignin berkisar antara 27 - 31% dan kandungan zat ekstraktif sebanyak 2 - 4% sehingga rendemen yang dihasilkan berkisar 51 -53% (Coledette et al. 2008). Pertumbuhan Pertumbuhan (growth) merupakan tulang punggung ilmu pengelolaan hutan yang bertujuan menghasilkan kayu (Simon, 2007). Pertumbuhan tegakan hutan dapat digambarkan melalui pertumbuhan pertumbuhan struktur tegakan sebagai akibat bertambahnya umur tegakan yang bersangkutan dan tindakan silvikultur yang diterapkan, selain itu dapat diartikan juga sebagai pertambahan (riap) dari suatu besaran (volume, luas bidang dasar, rata-rata diameter dsb) dalam kurun waktu (periode) tertentu. Diameter Pohon Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Pengukuran diameter dilakukan pada ketinggian 1,3 meter di atas permukaan tanah (Simon, 2007). Diameter tegakan adalah nilai rata-rata dari diameter semua pohon dalam tegakan yang bersangkutan (Avery dan Burkhart 2002; serta Husch et al. 2003). Tinggi Pohon Tinggi total adalah tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon (Simon, 2007).
xviii Universitas Sumatera Utara
Tinggi tegakan Avery dan Burkhart (2002) serta Husch et al. (2003) menyatakan bahwa tinggi tegakan adalah nilai rata-rata dari tinggi semua pohon dalam tegakan yang bersangkutan. Dalam inventore hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon : 1. Tinggi pohon total, yaitu tinggi pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon 2. Tinggi batang bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown point untuk jenis conifer, yang membentuk tajuk. 3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat inventore laku dijual dalam perdagangan. 4. Tinggi tunggak, yaitu tinggi panggkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan. Volume Pohon Volume tegakan termanfaatkan (merchantable volume) tiap pohon dihitung berdasarkan diameter dan tinggi pohon yang bersangkutan dengan menggunakan
persamaan
yang
telah
dihasilkan
oleh
perusahaan
(Toba Pulp Lestari 2009). Penaksiran volume pohon yang masih berdiri hanya merupakan langkah awal untuk menghitung hasil akhir dalam inventore hutan. Volume tegakan merupakan jumlah volume pohon yang terdapat pada suatu areal hutan. Sampel yang diambil merupakan individu pohon. Secara skematis, metoda penaksiran volume tegakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
xix Universitas Sumatera Utara
1. Tanpa pengelompokan diameter a. Penaksiran secara okuler Sistem penaksiran volume tegakan secara okuler masih berlaku secara resmi sampai tahun 1974, yaitu pada saat diumumkan cara penaksiran yang baru dengan menggunakan patak ukur (sampling). b. Penaksiran dengan sampling titik, point sampling c. Penaksiran dengan menggunakan tabel tegakan d. Penaksiran dengan menggunakan tarif e. Penaksiran dengan menggunakan sampling individu pohon. 2. Dengan pengelompokan diameter a. Penggunaan tarif konvensional b. Penggunaan tarif kurva tinggi c. Penggunaan tabel volume dan kurva tinggi (Simon, 2007). Riap Riap didefinisikan sebagai pertambahan volume pohon atau tegakan per satuan waktu tertentu, tetapi adakalanya juga dipakai untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan atau pertambahan diameter atau tinggi pohon setiap tahun (Arief, 2001). Elemen dasar untuk pertumbuhan tegakan ada tiga macam, yaitu : tambah tumbuh (accreation), mortalitas (mortality), ingrowth. Tambah tumbuh adalah pertumbuhan semua pohon yang diukur sejak awal sampai akhir pengamatan. Di sini temasuk pohon - pohon yang ditebang dan pohon yang mati sebelum akhir periode pengamatan. Mortalitas hanya melibatkan kayu yang mati selama periode pengamatan, sedangkan ingrowth adalah volume pohon - pohon yang tumbuh
xx Universitas Sumatera Utara
menjadi kelas diameter yang terendah selama periode pengamatan. Simon (2007) menyatakan kalau tambah tumbuh diberi notasi (A), mortalitas (M), ingrowth (I), dan volume kayu yang ditebang selama periode Y, maka : Total pertumbuhan
: GC = A + I
Pertumbuhan Bersih : NG = A – M Produksi
:P=A–M+I P=A–M+I+Y
Riap Individu Pohon Yang termasuk dalam riap individu pohon adalah riap diameter, riap luas bidang dasar, riap tinggi dan riap volume. Riap diameter biasanya diwakili oleh riap diameter setinggi dada. Riap diameter merupakan salah satu komponen yang penting dalam menetukan riap volume. Riap diameter tiap tahun dapat diukur dari lebar antara lingkaran tahun tertentu. Sebagaimana diketahui, lingkaran tahun juga dapat dipakai untuk menghitung umur pohon. Riap bidang dasar juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap volume pohon. Riap ini diperoleh dari riap radial atau riap diameter. Riap tinggi juga mempunyai peranan dalam perhitungan riap volume, terutama untuk tegakan yang masih muda. Ada empat macam pendekatan yang dapat dipakai dalam menentukan riap tinggi, yaitu: 1. Menaksir atau mengukur panjang ruas tahunan. 2. Analisis tinggi (height analysis) terhadap pohon yang ditebang. 3. Mengukur pertambahan tinggi pohon selama periode waktu tertentu. 4. Menetukan riap tinggi dengan kurva tinggi. Riap volume pohon adalah pertumbuhan volume selama jangka waktu tertentu. Dalam teori riap volume dapat ditentukan secara tepat dengan
xxi Universitas Sumatera Utara
mengurangi volume pada akhir periode (B) dengan volume pohon tersebut pada awal periode (A) (Simon, 2007). Riap Tegakan Riap volume suatu tegakan bergantung pada kepadatan (jumlah) pohon yang menyusun tegakan tersebut (degree of stocking), jenis, dan kesuburan tanah. Riap volume suatu pohon dapat dilihat dari kecepatan tumbuh diameter, yang setiap jenis mempunyai laju (rate) yang berbeda - beda. Untuk semua jenis pada waktu muda umumnya mempunyai kecepatan tumbuh diameter yang tinggi, kemudian semakin tua semakin menurun sampai akhirnya berhenti. Untuk hutan tanaman biasanya pertumbuhan diameter huruf S (sigmoid) karena pada mulanya tumbuh agak lambat, kemudian cepat lalu menurun. Lambatnya pertumbuhan diameter pada waktu muda disebabkan tanaman hutan ditanam rapat untuk menghindari percabangan yang berlebihan dan penjarangan yang belum memberi hasil (tending thinnings) (Simon, 2007). Riap volume tegakan selama satu daur dapat dibedakan antara riap rata - rata tahunan (Mean Annual Increment / MAI), riap rata - rata periodik (Periodical annual increment / PAI), dan riap rata - rata berjalan (Current Annual Increment / CAI) (Simon, 2007). Daur Daur adalah suatu jangka waktu antara penanaman dan penebangan atau antara penanaman dan penanaman berikutnya ditempat yang sama, yang ditentukan oleh jenis, hasil yang diinginkan, nilai tanah dan suku bunga usaha yang tersedia. Konsep daur dipakai untuk pengelolaan hutan seumur, sedangkan untuk
hutan
tidak
seumur
digunakan
siklus
tebang
(cutting
cycle)
(Gunawan, 2002). xxii Universitas Sumatera Utara
Daur tebang diartikan sebagai jarak waktu yang direncanakan dalam tahun antara saat tegakan dibangun atau diregenerasi dan saat tebangan akhir dilakukan yaitu ketika tegakan telah mencapai tingkat masak tebang yang diharapkan (Nyland, 2002). Ada beberapa macam atau cara dalam menentukan daur tebang (Hiley 1956; Evans 1992; Departemen Kehutanan 1992), yaitu: 1. Daur fisik : yaitu jangka waktu yang berimpitan dengan periode hidup suatu jenis untuk kondisi tempat tumbuh tertentu, sampai jenis tersebut mati secara alami. Kadang-kadang juga didefnisikan sama dengan daur berdasarkan kualitas kayu. Jadi daur ini tidak mempunyai hubungan yang erat dengan nilai ekonomi suatu hutan. 2. Daur silvikultur : yaitu jangka waktu selama hutan masih menunjukkan pertumbuhan yang baik, dan dapat menjamin permudaan, dengan kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya. Daur silvikultur sangat dekat atau hampir mirip dengan daur fisik. 3. Daur teknik : yaitu jangka waktu perkembangan sampai suatu jenis dapat menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya, untuk keperluan tertentu berdasarkan keadaan tempat tumbuh dan telah mencapai ukuran yang sudah ditetapkan berdasarkan teknis pengolahan kayu untuk keperluan produk yang akan dihasilkan. Untuk suatu jenis, panjang daur teknik bergantung pada tujuan pengelolaan. 4. Daur volume optimum / daur pendapatan tertinggi / daur produksi maksimum : yaitu jangka waktu perkembangan suatu tegakan yang memberikan pendapatan atau volume tertinggi per satuan luas per tahun tanpa memperhitungkan jumlah
xxiii Universitas Sumatera Utara
modal untuk mendapatkannya. Daur ini paling banyak dipakai di lapangan, baik secara langsung atau tidak langsung. Daur maksimum dapat ditentukan dengan mencari
titik
potong
antara
kurva
riap
rata-rata
tahunan
(Mean Annual Increment / MAI) dengan kurva riap rata-rata periodik pada waktu tertentu (Current Annual Increment / CAI) . 5. Daur Finansial : yaitu jangka waktu yang ditetapkan berdasarkan keadaan waktu tegakan dapat menghasilkan keuntungan atau nilai finansial terbesar. Penentuan daur ini dapat didekati dengan dua cara, yaitu : nilai harapan tanah dan hasil finansial. Untuk hasil finansial, digunakan kriteria-kriteria investasi (NPV, IRR dan BCR) yang dihitung dari biaya-biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh sampai tegakan ditebang habis pada saat umur daur. Akca dan van Laar (1997), menyebutkan bahwa pertumbuhan tegakan mencakup : • Riap tahunan berjalan (Current Annual Increment / CAI), didefinisikan sebagai riap dalam tahun tertentu yang diekspresikan dalam cm per tahun (untuk diameter), m2 per ha per tahun (untuk luas bidang dasar), dan m3 per ha per tahun (untuk volume atau biomasa) • Riap total, akumulasi riap sampai dengan tahun ke t, termasuk volume dari pohon-pohon yang hilang atau mati secara alamiah • Periodik mean annual increment, adalah nilai rerata dari riap tahunan berjalan dalam satu periode k tahun. Variabel ini dihitung dengan cara membagi slisih volume pada tahun awal dan akhir periode dengan k. • Riap rata - rata tahunan (Mean Annual Increment / MAI) pada umur t, jumlah riap dibagi dengan t. pada perhitungan rerata basal area atu riap volume tegakan,
xxiv Universitas Sumatera Utara
total riap dihitung dari jumlah volume dari tegakan tinggal pada t tahun dan volume pohon yang hilang karena penjarangan atau mati alamiah . Menurut Avery (1952) grafik hubungan antara riap berjalan tahunan (CAI) dengan riap rata-rata tahunan (MAI) mempunyai karakteristik yaitu: 1. Kurva riap berjalan (CAI) mencapai puncak secara cepat dan menurun secara cepat, jika dibandingkan dengan kurva riap rata-rata tahunan (MAI) yang mencapai puncak secara perlahan-lahan dan menurun secara perlahan -lahan. 2. Titik potong antara CAI dan MAI merupakan saat pemanenan yang paling efisien untuk mendapatkan produksi maksimum. Hal ini disebabkan setelah titik potong tersebut kedua kurva akan menurun yang berarti riap akan terus menurun.
M3/ha MAI Volume CAI
Umur (thn)
Gambar 1. Grafik CAI dan MAI Kelayakan Finansial Menurut Kadariah et al. (1999), analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut badan - badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis
finansial
yang
diperhatikan
ialah
hasil
untuk
modal
saham
(equality capital) yang ditanam dalam proyek, ialah hasil yang harus diterima oleh
xxv Universitas Sumatera Utara
para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah, atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan yaitu: (1) aktivas tetap, (2) modal kerja dan (3) sumber dana untuk modal kerja dan investasi aktiva tetap. Aktivas tetap dibagi ke dalam dua bagian yaitu: aktivas tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktivas tetap berwujud terdiri dari tanah dan pembangunan lokasi, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin serta aktivas lainnya. Sedangkan aktivas tetap tidak berwujud terdiri dari biaya pendahuluan dan biaya sebelum operasi. Istilah modal kerja bisa diartikan sebagai modal kerja bruto atau modal kerja netto. Modal kerja bruto menunjukkan semua investasi yang diperlukan untuk aktivas lancar yang terdiri dari kas, surat - surat berharga (kalau ada), piutang, persediaan dan lainnya. Modal kerja netto merupakan selisih antara aktivas lancar dan utang jangka pendek. Aktivas lancar adalah aktivas yang hanya memerlukan waktu pendek untuk berubah menjadi kas, yaitu kurang dari satu tahun atau satu siklus produksi (Husnan dan Suwarsono 2000). Sumber dana yang dibutuhkan untuk membiayai aktivas tetap dan modal kerja dapat berasal dari milik sendiri, saham, obligasi, kredit bank, leasing dan project finance. Pihak perusahaan harus mencari kombinasi sumber dana yang mempunyai biaya terendah dan tidak menimbulkan kesulitan likuiditas bagi proyek atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut selama jangka waktu pengembalian dan penggunaan dana.
xxvi Universitas Sumatera Utara
Cara menilai suatu proyek yang paling banyak diterima untuk penilaian proyek
jangka
panjang
adalah
dengan
menggunakan
Discounted Cash Flow Analysis (DCF) atau analisis aliran kas yang didiskonto (Darusman 1981). Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar 2002). Dalam analisis finansial terdapat kriteria kelayakan investasi. Menurut Gittinger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak
akan
diukur
melalui
kriteria
investasi
itu
Net
Present
Value,
Net Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return. Analisis Finansial Dalam analisis finansial proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Hasil finansial sering disebut “private returns”. Analisis finansial dalam studi kelayakan proyek dapat menggunakan kriteria-kriteia penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio), dan Payback Period. Metode penilaian investasi tersebut digunakan untuk menilai suatu proyek menguntungkan atau tidak. Net Present Value (NPV) NPV dapat dikatakan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Metode ini menghitung selisish antara nilai sekarang
xxvii Universitas Sumatera Utara
arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria kelayakan berdasarkan metode NPV yaitu : 1. NPV>0, maka proyek dikatakan bermanfaat dan layak untuk dilaksanakan; 2. NPV=0, proyek yang bersangkutan mampu mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal. Proyek dikatakan tidak untung dan tidak rugi; 3. NPV<0, proyek tidak menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan atau proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang. Atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari discount rate yang ditentukan maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya bila IRR lebih kecil dari discount rate yang ditentukan maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. IRR menggambarkan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) Merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang negatif (sebagai penyebut). Jika Net B/C = 1 maka proyek hanya mampu mengembalikan sebesar opportunity cost-nya, jika Net B/C>1 maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan jika Net B/C<1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah.
xxviii Universitas Sumatera Utara