TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah, dapat dipotong pada umur muda, dan menghasilkan kualitas daging yang berserat lunak (Bell dan Weaver, 2002). Ayam broiler menurut Gordon dan Charles (2002) merupakan strain ayam hibrida modern yang berjenis kelamin jantan dan betina yang dikembangbiakan oleh perusaahaan pembibitan khusus. Banyak jenis strain ayam broiler yang beredar di pasaran yang pada umumnya perbedaan tersebut terletak pada pertumbuhan ayam, konsumsi pakan, dan konversi pakan (Bell dan Weaver, 2002). Ciri-ciri ayam broiler mempunyai tekstur kulit dan daging yang lembut serta tulang dada merupakan tulang rawan yang fleksibel. Kondisi ayam broiler yang baik dipengaruhi oleh pembibitan, pakan, dan frekuensi (Ensminger, 1992). Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 Minggu
Bobot Badan (g/e)
Pertambahan Bobot Badan (g/e) 19,10
Konsumsi Pakan Per hari Kumulatif (g/e/h) (g/e) 150,00
1
175,00
0,857
2
486,00
44,40
69,90
512,00
1,052
3
932,00
63,70
11,08
1167,00
1,252
4
1467,00
76,40
15,08
2105,00
1,435
5
2049,00
83,10
17,90
3283,00
1,602
6
2643,00
83,60
19,47
4604,00
1,748
FCR
Sumber : PT Charoen Pokphand (2006)
Bobot Hidup dan Bobot Potong North dan Bell (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bobot badan hidup ayam broiler adalah pakan (nutrisi), genetik, jenis kelamin, suhu dan tatalaksana. Menurut Soeparno (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup ayam yaitu konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrisi
3
ayam broiler pada umur yang berbeda. Faktor genetik dan lingkungan juga mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi bobot, komposisi kimia dan komponen karkas. Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara menimbang bobot ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik (Blakely dan Bade, 1991). Karkas Ayam Badan Standardisasi Nasional (BSN, 1995) menjelaskan karkas ayam broiler adalah bagian tubuh ayam broiler hidup setelah dikurangi bulu, dikeluarkan jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker). Bobot karkas ayam umur lima minggu berkisar antara 60,52-69,91% dari bobot hidup (Pesti dan Bakalli, 1997). Pembentukan tubuh terjadi akibat tingkat pertumbuhan jaringan. Karkas terbentuk dari 3 jaringan utama yang tumbuh secara teratur dan serasi. Jaringan tulang akan membentuk kerangka, dilanjutkan dengan pertumbuhan otot atau urat yang akan membentuk daging yang menyelubungi seluruh kerangka, dan deposisi lemak cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan bobot badan (Anggorodi, 1985). Soeparno (2005) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas ayam broiler adalah bobot hidup. Ensminger (1992) menjelaskan bahwa persentase karkas yaitu jumlah perbandingan bobot karkas dan bobot badan akhir dikalikan 100%. Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas antara lain bobot badan akhir, kegemukan dan deposisi daging. Badan Standardisasi Nasional (1997) menyatakan ukuran karkas berdasarkan bobotnya yaitu: (1) ukuan kecil: 0,8-1,0 kg, (2) ukuran sedang: 1,0-1,2 kg, dan (3) ukuran besar: 1,2-1,5 kg. Hasil dari komponen tubuh broiler berubah dengan meningkatnya umur dan bobot badan (Brake et al., 1993) Organ Dalam Ayam Broiler Organ pencernaan ayam broiler terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, rempela, usus halus, usus buntu (seka), usus besar, kloaka dan anus. Pencernaan tambahan pada ayam salah satunya adalah hati (Suprijatna et al., 2008).
4
Hati Hati ayam terdiri atas dua lobi (gelambir) yaitu kanan dan kiri, berwarna coklat tua, dan terletak diantara usus dan aliran darah. Bagian ujung hati yang normal berbentuk lancip, akan tetapi bila terjadi pembesaran dapat menjadi bulat (Mc Lelland, 1990). Menurut Ressang (1984), hati berperan dalam sekresi empedu, metabolisme lemak dan protein telur, karbohidrat, besi dan vitamin, detoksifikasi, pembentukan darah merah, dan penyimpanan vitamin. Persentase hati ayam broiler berkisar antara 1,7-2,8% dari bobot hidup (Putnam, 1991). Proventrikulus Proventikulus merupakan salah satu organ pencernaan utama dan merupakan perluasan esofagus (Bell dan Weaver, 2002). Proventrikulus mensekresikan enzim pepsin dan merupakan awal dari pencernaan protein agar dapat dipecah menjadi komponen sederhana. Proventrikulus juga menghasilkan asam hidroklorida (Grist, 2006). Pepsin bekerja dengan menghidrolisis ikatan-ikatan peptida protein menjadi peptida yang lebih kecil. Asam hidroklorida juga menyebabkan protein globular mengalami denaturasi sehingga ikatan peptida lebih terbuka terhadap hidrolisis enzimatik
(Lehninger,
1982).
Elfiandra
(2007)
menjelaskan
bahwa
kerja
proventrikulus mensekresikan enzim pepsin akan berdampak pada bobot proventrikulus. Rempela Rempela merupakan organ pencernaan pada unggas yang biasa disebut perut otot (Bell dan Weaver, 2002), karena di dalamnya tersusun otot-otot yang kuat (Grist, 2006). Kontraksi otot rempela terjadi apabila makanan masuk ke dalam rempela. Rempela berisi bahan-bahan yang mudah terkikis seperti pasir, karang, dan kerikil. Partikel makanan yang berukuran besar akan dipecah menjadi partikelpartikel yang sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam saluran pencernaan (Bell dan Weaver, 2002). Menurut Pond et al. (1995) rempela berfungsi menggiling atau memecah partikel makanan supaya ukurannya menjadi lebih kecil. Kerja penggilingan dalam rempela yang terjadi secara tidak sadar oleh otot rempela yang memiliki
5
kecenderungan untuk menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi (Blakely dan Bade, 1991). Usus Halus Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorbsi produk pencernaan. Berbagai enzim terdapat dalam usus halus yang berfungsi mempercepat dan mengefisienkan pemecahan karbohidrat, protein, serta lemak untuk mempermudah proses absorbsi (Suprijatna et al., 2008). Proses absorpsi hasil pencernaan terjadi di permukaan vili yang memiliki banyak mikrovili (Suprijatna et al., 2008). Luas permukaan usus dapat meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah vili usus yang berfungsi untuk penyerapan zatzat makanan (Frandson, 1992). Bagian duodenum bemula dari ujung distal rempela. Bagian ini berbentuk kelokan yang biasa disebut duodenal loop. Pankreas menempel pada kelokan ini yang berfungsi mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amilase, lipase, dan tripsin. Jejunum dan ileum merupakan segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam. Beberapa ahli menyebut kedua segmen ini sebagai usus halus bagian bawah (Suprijatna, et al., 2008). Panjang usus halus bervariasi tergantung pada kebiasaan makan unggas. Ayam dewasa memiliki usus halus sepanjang 1,5 m (Suprijatna, et al., 2008). Unggas pemakan bahan asal hewan memiliki usus yang lebih pendek daripada unggas yang memakan bahan asal tanaman karena produk hewani lebih siap diserap daripada produk tanaman (Ensminger, 1992). Peningkatan kadar serat kasar dalam ransum cenderung akan memperpanjang usus. Semakin tinggi serat kasar dalam ransum, maka semakin lambat laju pencernaan dan penyerapan zat makanan. Penyerapan zat makanan akan maksimal dengan perluasan daerah penyerapan (Syamsuhaidi, 1997). Usus Besar Usus besar terdiri atas sekum yang merupakan suatu kantung dan kolon yang terdiri atas bagian yang naik, mendatar, dan turun. Bagian yang turun akan berakhir di rektum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama pada bagian kolon yang naik) dari satu spesies ke spesies lain jauh lebih menonjol dibandingkan dengan pada usus halus (Frandson, 1992). Usus besar tidak mensekresikan enzim, namun didalamnya
6
terjadi proses penyerapan air untuk meningkatkan kadar air di dalam sel tubuh dan menjaga keseimbangan air ayam broiler karena usus besar merupakan tempat penyerapan kembali air dari usus halus. Usus besar juga menyalurkan sisa makanan dari usus halus ke kloaka untuk dibuang (Bell dan Weaver, 2002). Air diserap kembali di usus besar untuk ikut mengatur kandungan air sel-sel tubuh dan keseimbangan air. Panjang usus besar yang dimiliki ayam dewasa berkisar 8-10 cm/ekor. Usus besar merupakan kelanjutan saluran pencernaan dari persimpangan usus buntu ke kloaka (Blakely dan Bade, 1991). Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan Suprijatna et al. (2005) menyatakan pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan. Pakan dapat dinyatakan berkualitas baik jika mampu memberikan sejumlah kebutuhan nutrisi bagi ternak secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisi. Pemberian pakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh, dan produksi. Memilih cara pemberian pakan pada usaha peternakan ayam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan peternak. Berbagai tingkat pembatasan pemberian pakan akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap penampilan ayam dan penghematan pakan (Fuller et al., 1993). Pemberian pakan pada jam-jam awal dan akhir dari hari terang akan membantu mengurangi kematian pada broiler (Nova, 2008). Strategi pemberian pakan melalui pendekatan pembatasan waktu makan di awal kehidupan ayam broiler dimaksudkan untuk mengoptimalkan produksi yang ekonomis dengan bobot badan normal pada umur panen (Azis et al., 2011). Frekuensi pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih sering, sampai 5 kali sehari. Semakin tua ayam, frekuensi pemberian pakan semakin berkurang sampai dua atau tiga kali sehari (Suci et al., 2005). Selisih Harga Penjualan Karkas dengan Biaya Pakan dan DOC (IOFCC) Pakan memberikan kontribusi yang besar terhadap biaya produksi. Sekitar 70% dari biaya produksi adalah biaya pakan (Ensminger, 1992). Selisih harga
7
penjualan dengan biaya DOC dan pakan merupakan parameter yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomis pemeliharaan (Rudiansyah et al., 1997). Salah satu cara untuk menghitung keuntungan ekonomis dari pemeliharaan ternak adalah dengan perhitungan selisih biaya penjualan dengan biaya pakan dan DOC. Analisis pendapatan dengan cara ini didasarkan pada harga jual, harga beli pakan dan DOC. Biaya-biaya lain yang dikeluarkan selam proses pemeliharaan tidak diperhitungkan dan dianggap sama (Walad, 2007).
8