3
TINJAUAN PUSTAKA Mengkudu (Morinda citrifolia) Mengkudu merupakan tanaman obat tropis yang termasuk dalam salah satu tanaman obat dari suku Rubiaceae (kopi-kopian) yang sudah dimanfaatkan manusia sejak jaman dahulu. Tanaman tersebut diketahui berasal dari Asia Tenggara yang pada 100 tahun sebelum masehi dibawa oleh penduduk asli yang berimigrasi ke kepulauan Polinesia. Dari kepulauan tersebut mengkudu menyebar keberbagai belahan dunia seperti Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji, Florida dan Kuba (Djauhariya 2002). Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) tanaman mengkudu diklasifikasikan kedalam : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Rubiales
Suku
: Rubiaceae
Marga
: Morinda
Species
: Morinda citrifolia Linn
Di berbagai daerah di Indonesia mengkudu dikenal dengan nama Kemudu (Aceh), Leodu (Enggano), Bakudu (Batak Toba), Paramai (Mandailing), Makudu (Nias), Neteu (Mentawai), Bingkudu (Minangkabau), Mekudu (Lampung), Bangkudu (Melayu), Mangkudu (Dayak Ngaju), Aikombo (Sumba), Manakudu (Roti), Bakulu (T imor), Wungkudu (Bali), Pace (Jawa), Kuduk (Madura), Cangkudu (Sunda), Mengkudu (Indones ia) Tanaman ini berupa pohon dengan tinggi 4 – 8 m, batangnya berkayu, bulat, kulit kasar, percabangan monopodial, penampang cabang muda segi empat, coklat kekuning-kuningan. Daun berbentuk tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata dengan panjang 10 – 40 cm, lebar 5 – 17 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek, daun penumpu bulat telur berukuran panjang 1 cm dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk bongkol bertangkai, terletak di ketiak daun. Bunga memiliki benang sari sebanyak lima buah dengan
4
tangkai sari berambut yang melekat pada tabung mahkota. Tangkai bakal buah berukuran panjang 1 – 5 cm berwarna hijau kekuningan, mahkota berbentuk terompet dengan leher berambut sepanjang 1 cm berwarana putih. Buah berbentuk bongkol dengan permukaan tidak teratur, berdaging berukuran panjang 5 – 10 cm dan berwarna hijau kekuningan, berbiji keras segi tiga, berwarna coklat kemerahan. Tanaman ini berakar tunggang berwarna coklat muda (S yamsuhidayat dan Hutapea 1991), untuk leb ih jelasnya dapat dilih at pada Gambar 1.
Gambar 1 Pohon mengkudu.
Kandungan dan Khasiat Kimia Mengkudu
Kandungan Mengkudu Hampir semua bagian tanaman mengkudu mengandung berbagai macam senyawa kimia yang berguna bagi pengobatan dan kesehatan manusia. Daun mengkudu (Morinda citrifolia ) mengandung protein, zat besi, karoten dan askorbin. Hasil penelitian Aalbersberg dan Solomon (1993) bahwa kandungan
5
karoten pada daun mengkudu (Morinda citrifolia)
lebih tinggi dibandingkan
dengan daun cay sin (Brassica chinensis) dan Colocasia esculenta (Tabel 1) dan kandungan bahan -bahan terpenting dalam buah mengkudu pada Tabel 2. Tabel 1 Kandungan karoten pada Morinda citrifolia, Brassica chinensis dan Colocasia esculenta Tanaman Morinda citrifolia Brassica chinensis Colocasia esculenta
Bagian tanaman
Kandungan karoten (mg/100g daun segar)
Daun Buah Daun Daun
12.40 0.52 2.40 4.80
Sumber : Aalbersberg et al. (1993)
Tabel 2 Kandungan bahan-bahan terpenting dalam 100 gr buah mengkudu Jenis bahan
Kandungan (%)
Protein Lemak Air Abu Serat Karbohidrat
0.75 1.51 7.12 4.82 33.38 52.42
Sumber : Solomon (1998)
Senyawa-senyawa yang lebih berperan dalam pengobatan tradisional adalah yang terdapat dalam sari buahnya, antara lain xeronin , proxeronin, proxeranase, serotonin , damnacanthal ( zat anti kanker ), scopoletin , vitamin (sumber vitamin C yang besar), antioksidan, mineral, protein, karbohidrat, enzim, alkaloid, kofaktor tanaman
dan fitonutrien lainnya yang sangat aktif dalam
menguatkan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki fungsi sel dan mempercepat regenerasi sel-sel yang rusak. Kandungan kimia daun dan buah mengkudu (Morinda citrifolia) secara umum mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakinon, disamping itu daunnya juga mengandung polifenol. Senyawa-senyawa terpenoid merupakan senyawa hidrokarbon isometrik yang sangat berguna bagi tubuh yaitu
6
membantu tubuh dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh (Syamsuhidayat dan Hutapea 1991). Untuk saat ini penelitian ilmiah yang paling monumental terhadap tanaman mengkudu adalah yang dilakukan Solomon dari John Hopkins Medical Institution, Amerika ditahun 1997 – 1998. Penelitian ini melibatkan 40 dokter dan 8.000 pasien pengguna sari buah mengkudu. Kesimpulannya, 78% dari pengguna sari buah mengkudu telah merasakan manfaatnya untuk mengatasi penyakit yang dideritanya, yaitu : kanker, kolesterol tinggi, jantung, gangguan pencernaan, diabetes melitus, tekanan darah tinggi dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tabel 3 Kandungan bioaktif dalam sari buah mengkudu Kandungan Bioaktif
Manfaat bagi Tubuh
Metil asetil ester Moridon Soranjidiol Analgestik Sedatif Damnakantal
Mematikan kuman Melancarkan buang air besar Melancarkan keluarnya air seni Pereda rasa sakit Penenang syaraf Menumpas sel kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh Mengatasi radang dan alergi Meremajakan sel-sel tubuh Mengaktifkan kelenjar tyroid dan timus (fungsi kekebalan tubuh) Menyelaraskan kerja sel dalam tubuh
Antthraquinone & Scopoletin Terpenes Xeronine Proxeronine Sumber : Solomon (1998)
Khasiat Mengkudu Tanaman mengkudu sudah dimanfaatkan sejak dulu di Indonesia, mulamula yang digunakan adalah kulit akarnya karena didalam sari kulit akarnya terkandung senyawa moridon dan moridin sebagai zat pewarna. Namun setelah diketahui bagian lainnya mengandung zat yang berkhasiat obat, maka selanjutnya tanaman mengkudu lebih dikenal sebagai tanaman obat. Djauhariya dan Tirtoboma (2001) menyatakan bahwa pemanfaatan mengkudu sebagai obat tradisional adalah sebagai berikut : 1. Akar dan kulit batang digunakan untuk obat luka, eksema dan disentri 2. Daun digunakan sebagai obat sakit perut, mulas dan pencahar
7
3. Buah digunakan untuk obat radang, melancarkan kencing, batuk, dipteri, nyeri, liver, sariawan, luka terpukul, kencing manis, cacingan, tekanan darah tinggi, kegemukan, membersihkan darah, p elembab kulit dan ketombe. Secara ilmiah mengkudu berkhasiat sebagai : 1. Meningkatkan daya tahan tubuh Heinecke (1981) dalam Djauhariya dan Tirtoboma (2001) mengadakan penelitian bertahun-tahun tentang bahan berkhasiat obat dari bromelain (alkaloid), berhasil diidentifikasi sejenis alkaloida baru dari sari buah mengkudu pada bulan Desember 1981 dan dipatenkan dengan nama xeronine. Menurutnya buah mengkudu yang masak mengandung enzim proxeronase didalam tubuh manusia dapat mengkonversi proxeronine menjadi xeronine, ikut aktif dalam reaksi biokimia dalam tubuh. Xeronine berfungsi sebagai pengatur spesifik keutuhan protein. Tanpa xeronine, protein dalam tubuh akan rusak, dan menyebabkan kematian. Sari buah mengkudu dapat membantu penyediaan xeronine di dalam tubuh, membantu tugas kelenjar tiroid dan kelenjar timus. Fungsi kelenjar tiroid dan kelenjar timus sangat penting dalam sistem kekebalan tubuh menghadapi infeksi dari luar. 2. Mengatur siklus energi tubuh Xeronine juga turut berperan dalam pengaturan siklus energi tubuh dengan cara xeronine diserap pada tempat penyerapan endorphin dan bertindak sebagai prekusor hormon untuk mengaktifkan protein reseptor yang memberikan perasaan enak dan memiliki banyak energi bagi yang mengkonsumsinya. 3. Mengatur siklus suasana hati (mood) Menurut Harrison dalam Djauhariya dan Tirtoboma (2001) senyawa scopoletin yang terdapat dalam sari buah mengkudu dapat meningkatkan kelenjar peneal di dalam otak , yang merupakan tempat serotonin diproduksi. Serotonin merupakan salah satu zat penting didalam trombosit manusia yang melapisi saluran pencernaan dan otak. Serotonin di dalam otak berperan sebagai penghantar sinyal (neurotransmitt er) dan prekusor hormon melatonin. Serotonin juga digunakan untuk menghasilkan hormon melatonin. Serotonin dan melatonin membantu mengatur beberapa kegiatan tubuh seperti tidur,
8
regulasi suhu badan, suasana hati (mood ), masa pubertas, siklus produksi sel telur, rasa lapar dan perilaku seksual. Orang yang kekurangan serotonin dalam tubuh bisa menderita penyakit pusing, migran dan depresi. 4. Menghilangkan rasa sakit Dalam sejarah pengobatan tradisional di Amerika Tengah mengkudu disebut pain killer tree karena kemampuan buah mengkudu dapat menghilangkan rasa sakit yang ditimbulkan dari sel-sel jaringan otak. Heinecke (1981) dalam Djauhariya dan Tirtoboma (2001) menyatakan bahwa xeronine dalam buah mengkudu berperan menormalkan protein dalam sel-sel yang abnormal, termasuk sel dalam otak tempat pengendalian rasa sakit 5. Obat peradangan dan alergi Senyawa scopoletin sangat efektif sebagai obat radang arthritis, bursitis, calpaltuner syndrome dan alergi. 6. Anti bakteri Hasil penelitian yang dimuat dalam Jurnal Pasific Science (1950) yang dikutip oleh tim peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, bahwa anthraquinon yang terkandung dalam buah mengkudu bersifat anti septik dan anti bakteri. Young (1950) dalam Djauhariya dan Tirtoboma (2001), ahli mikrobiologi dari UTAH, USA mengemukakan bahwa racun yang dihasilkan jamur dan yiest molds dapat menyebabkan sel-sel sakit karena derajat keasaman tubuh (pH) meningkat. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengkonsumsi sari buah mengkudu, karena sari buah mengkudu membantu mengatur keseimbangan pH tubuh sehingga meningkatkan kemampuan tubuh menyerap vitamin-vitamin, mineral dan protein. 7. Menormalkan tekanan darah Solomon (1998) peneliti masalah kesehatan dari Amerika melaporkan bahwa senyawa scopoletin (sejenis fitonutrien) yang terkandung dalam buah mengkudu berfungsi memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan, sehingga tekanan darah menjadi normal.
Menurunnya
scopoletin yang terdapat dalam buah mengkudu dapat berintegrasi sinergis dengan makanan yang berfungsi untuk mengatur tekanan darah tinggi menjadi normal, tapi tidak menurunkan tekanan darah yang sudah normal.
9
8. Obat tumor dan kanker Pada tahun 1993 peneliti Jepang menemukan zat anti kanker (Damnachantal) yang terkandung dalam buah mengkudu. Buah mengkudu bekerja sinergis dengan mikronutrien lain dalam menghambat aliran darah yang menuju ke selsel tumor. Mengkudu dapat mengontrol pertumbuhan tumor otak dengan merusak alat-alat peredaran darah yang mensuplai darah menuju ke sel-sel kanker dan memperpanjang umur tikus percobaan. Pengaruh Pemberian Mengkudu terhadap Ternak Telah dilakukan beberapa penelitian tentang mengkudu pada ayam broiler, tetapi masih jarang mengenai kualitas dan produksi ayam petelur. Desmayati (2003) melaporkan bahwa pemberian bahwa ayam kampung yang diberi tambahan larutan buah mengkudu sebanyak 10 ml kedalam satu liter air minum, menampilkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi jika dibandingkan daun sambiloto dan jamu hewan, rataan konsumsi ransum lebih banyak jika dibanding kontrol dan jamu hewan. Serta konversi ransum yang lebih kecil jika dibandingkan dengan ransum kontrol. Wiryanti (2004) menyatakan bahwa titer antibodi yang diberi ekstrak buah mengkudu dengan dosis 0,5 kg/kg BB lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol tetapi tidak berbeda nyata terhadap tampilan produksi ayam pedaging. Yusuf, Yuniwarti, Saraswati (2004) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dalam konsumsi ransum ayam broiler yang diberi tepung buah mengkudu sebesar 5% dan 10% dalam ransum. Vitamin A Vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu : retinol (vitamin A alkohol), retinal (vitamin A aldehida), asam retinoat (vitamin A asam) dan ester retinil (vitamin A ester). Satuan ukuran untuk vitamin A yang digunakan adalah International Unit (IU) atau Satuan Internasional (SI). Telah banyak disarankan agar satuan ukuran diganti dengan retinol equivalent (RE), karena satuan ini lebih tepat serta dapat memberikan
10
gambaran keadaan yang sesungguhnya; termasuk pertimbangan masalah penyerapan karoten serta derajat konversinya menjadi vitamin A. Coward (1947) dalam Piliang (2004) telah menggunakan metoda analisis statistik untuk menghitung aktifitas vitamin A dari bahan yang diteliti dalam International Units (IU). Satu International Units (1 IU) vitamin A setara dengan 0.6 mikrogram ß-karoten. Struktur kimia retinol dan ß-karoten dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Struktur kimia retinol dan ß-karoten (Winarno 1992)
Sebagian besar sumber vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati. Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mengubah sebagian besar karoten menjadi vitamin A. Dalam tanaman terdapat beberapa jenis karoten, namun yang lebih banyak ditemui adalah a -, ß -, dan ? – karoten, mungkin juga terdapat kriptoxantin.
Keaktifan biologis karoten jauh
lebih rendah dibandingkan dengan vitamin A. Tidak semua karoten yang terserap akan diubah menjadi vitamin A. Kelompok FAO-WHO telah mengadakan perhitungan bahwa separuh dari karoten yang terserap tersebut akan diubah menjadi vitamin A, jadi kira-kira 1/6 dari kandungan karoten dalam bahan makanan yang akhirnya akan dimanfaatkan oleh tubuh. Perubahan karoten dalam tubuh terutama terjadi dalam mukosa dinding usus kecil manusia. Sesudah makanan dicerna, maka bentuk awal vitamin A dalam jaringan hewan dan bentuk provitamin karotenoid dalam sayuran dilepas dari protein proteinnya oleh enzim pencernaan pepsin dalam lambung dan oleh enzim proteolitik dalam usus halus. Dalam lambung karotenoid yang bebas dari ester
11
retinil akan cenderung bergabung dalam globul lemak yang kemudian masuk kedalam duodenum. Dengan adanya garam-garam empedu, maka globul-globul lemak dipecah menjadi butiran-butiran lemak yang lebih kecil, yang dapat lebih mudah dicerna oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas, enzim retinil ester hidrolase, cholesteril ester hidrolase, dan enzim -enzim pencernaan lainnya. Hasil pencernaan micelles yang mengandung retinol, karotenoid, sterol, beberapa fosfolipid, monogliserida, digliserida dan asam-asam lemak kemudian berdifusi kedalam lapisan glikoprotein disekitar microvillus yang memungkinkan terjadinya kontak dengan membran-membran sel. Berbagai komponen micelles, selain dari garam-garam empedu, akan siap diabsorpsi kedalam sel-sel mukosa, terutama dibagian atas usus halus (Piliang 2004). Vitamin C Vitamin C atau asam askorbik, adalah vitamin yang larut dalam air, tersebar luas dalam tanaman dan pada hewan. Vitamin C merupakan zat makanan penting dalam nutrisi, berfungsi untuk mempertahankan kesehatan tubuh (Piliang 2004). Pada kondisi lingkungan yang normal biosintesis vitamin C pada ternak pada umumnya terdapat dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya, akan tetapi pada beberapa kondisi tertentu seperti temperatur lingkungan tinggi ternyata sintesis vitamin C tidak cukup ditandai dengan defisiensi vitamin C yang segera terlihat pada ternak (Christensen 1983). Secara evolusi, biosintesis dimulai dalam ginjal hewan-hewan amphibia dan reptilia kemud ian pada hewan-hewan mamalia sintesis terjadi dalam hati, sedang pada hewan -hewan marmot, mamalia yang dapat terbang (kelelawar) dan hewan -hewan primata biosintesis L-asam askorbik tidak terjadi (Chaterjee et al. 1975). Burns (1959) dalam Piliang (2004) mengatakan bahwa ketidakmampuan manusia dan hewan primata, marmot, kelelawar, beberapa jenis burung, beberapa jenis ikan dan insekta untuk mensintesis L-asam askorbik, menyebabkan hewanhewan tersebut memerlukan konsumsi vitamin C dari makanan. Hewan -hewan tersebut tidak memiliki enzim L-gulono gammma -laktoneoksidase, suatu enzim dalam hati yang sangat esensial untuk mengkonversi L-gulono gamma-laktose
12
menjadi 2-oxo -L-gulono gamma askorbik yang secara spontan ditransformasi menjadi vitamin C. Piliang (2004) melaporkan bahwa L-asam askorbik dapat menurunkan gejala hypercholesterolenia, tingginya kadar kolesterol dalam plasma darah menurun dalam hati dengan cara metabolisme menjadi asam empedu melalui peranan enzim-enzim hidroksilase. Sesuai dengan pernyataan Khomsan (2002) dimana vitamin C berperan dalam metabolisme kolesterol melalui cara : 1) meningkatkan laju kolesterol yang dibuang dalam bentuk asam empedu, 2) meningkatkan kadar HDL yang menyapu kolesterol jahat LDL, dan 3) dapat berfungsi sebagai pencahar sehingga meningkatkan pengeluaran kotoran, hal ini juga menurunkan pengabsorpsian kembali asam empedu dan konversinya menjadi kolesterol. Hal ini sesuai dengan penelitian Habibie (1993) yang menyatakan bahwa suplementasi vitamin C 600 ppm, 900 ppm dan 1200 ppm dalam ransum ayam petelur dapat menurunkan kadar kolesterol dalam kuning telur.
Kolesterol Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan dengan demikian terdapat dalam segala makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak. Kolesterol merupakan hasil dari sintesis metabolisme yang normal di dalam tubuh, akan tetapi dapat juga didapatkan dari bahan makanan yang berasal dari hewan (Mayes 1999). Kolesterol dalam tubuh berasal dari dua sumber yaitu dari makanan yang disebut kolesterol eksogen dan diproduksi sendiri oleh tubuh yang disebut kolesterol endogen (Piliang dan Djojosoebagio 2004). Didalam tubuh tidak dapat dibedakan koleterol yang berasal dari sintesis dalam tubuh dan kolesterol yang berasal dari makanan. Kolesterol yang terdapat dalam makanan memegang peranan penting karena merupakan sterol utama didalam tubuh manusia serta komponen membran sel dan membran intra seluler. Jika jumlah kolesterol dari makanan kurang, maka sintesis kolesterol didalam hati dan usus meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain. Sebaliknya jika jumlah kolesterol didalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol didalam hati dan usus menurun (Muchtadi et al. 1993).
13
Kolesterol memiliki formula C27H 45OH, merupakan alkohol monohidrat dari derivat sterol yang tidak jenuh. Kolesterol merupakan sterol terpenting dari organ hewan serta terdapat dalam semua sel hewan, sehingga tersebar luas dalam tubuh dan terdapat dalam darah serta cairan empedu (Tillman et al. 1991). Kolesterol berfungsi pada pembentukan asam empedu, yang dibutuhkan untuk mengelmusi lemak pada usus halus.Kolesterol diperlukan juga pada sintesa hormonal, yang merupakan unsur penting pada dinding sel. Kolesterol bebas dan kolesterol ester terikat dengan empedu, membentuk senyawa protein yang larut dalam plasma darah. Kolesterol dengan fosfolipida di dalam plasma terikat dengan protein dan beredar sebagai satu-satuan lipoprotein. Lipoprotein adalah suatu senyawa yang terdiri dari protein, fosfolipida, lemak netral, kolesterol bebas dan kolesterolester. Plasma kolesterol terdapat dalam dua bentuk lipoprotein yang dibedakan berdasarkan kepadatannya yaitu lipoprotein yang kepadatannya jarang atau disebut sebagai LDL (Low Density Lipoprotein) dan lipoprotein yang mempunyai kepadatan tinggi disebut HDL (High Density Lipoprotein). LDL mempunyai struktur 7ß-lipoprotein dan sebagian besar kolesterol terdapat dalam bentuk LDL, sedangkan HDL mempunyai struktur 7a-lipoprotein dan hanya terdapat sedikit dalam kolesterol. Kolesterol LDL mempunyai sifat yang berbahaya pada pembuluh darah dan jantung. Pada penyakit yang disebabkan dengan naiknya kadar kolesterol maka serum darah terlihat naiknya kadar LDL. Kolesterol HDL sebaliknya dapat menurunkan kolesterol LDL secara lambat. Kolesterol HDL tidak diperoleh dalam ransum akan tetapi disintesis dalam tubuh (Briggs dan Brothern 1970). Mayes (1999) mengatakan biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap: (1) Mevalonat, yang merupakan senyawa enam -karbon, disintesis dari asetil-KoA. (2) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melaui pelepasan CO2. (3) Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawaantara, skualena. (4) Skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan sen yawa steroid induk, yaitu lanosterol. (5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap selajutnya, termasuk pelepasan tiga gugus metil
14
Sekitar 1 gram kolesterol dikeluarkan dari dalam tubuh setiap harinya. Kurang lebih separuhnya dieksresikan ke dalam feses setelah sebelumnya diubah menjadi asam empedu. Sisanya akan dieksresikan sebagai kolesterol. Seabagian besar kolesterol yang dieksresikan ke dalam empedu akan diserap kembali dan diyakini bahwa sekurang-kurangnya sebagian kolesterol merupakan prazat senyawa sterol feses berasal dari mukosa intestinal (Mayes 1999). Menurut Beynen (1980) pengeluaran kolesterol dari tubuh melalui beberapa jalan, yaitu : kolesterol hati membentuk cairan empedu, dikeluarkan kedalam usus dan selanjutnya kolesterol bersama asam empedu hilang bersama feses, hilang dalam mukosa usus dan kulit, bergabung dengan hormon-hormon steroid dan dikeluarkan bersama urine. Lubis (1993) menyatakan bahwa jumlah kolesterol bervariasi baik untuk setiap individu maupun pada setiap organ tubuh. Pada dasarnya mekanisme pengaturan kolesterol didalam tubuh hewan bergantung pada sintesis kolesterol dan ekskresi steroid dalam feses. Jumlah kolesterol yang disintesis tubuh meliputi kolesterol dalam diet dan kolesterol yang dihasilkan hampir setiap organ tubuh. Selanjutnya dilaporkan oleh Mann (1977) dalam Piliang dan Djojosoebagio (2004) bahwa tingginya kadar kolesterol dalam serum disebabkan oleh gangguan mekanisme dalam pengubahan kolesterol menjadi asam empedu. Sedangkan Girindra (1988) menyatakn bahwa kadar kolesterol plasma naik jika makan banyak kolesterol, obstruksi duktus empedu, fungsi hati terganggu dan diabetes melitus. Herman (1991) menyatakan pula bahwa tingginya masukan lemak total, tingginya masukan lemak jenuh, rendahnya perbandingan lemak tak jenuh dengan lemak jenuh, dan tingginya masukan kolesterol akan meningkatkan kolesterol dalam darah. Anti Nutrisi Pada Tanaman Anti nutrisi merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, tingkah laku atau penyebaran populasi organisme lain (allelochemic). Kehadiran anti nutrisi pada tanaman umumnya terjadi karena faktor dalam (intrinsic factor) yaitu suatu keadaan ketika tanaman tersebut secara genetik mempunyai atau mampu memproduksi anti nutrisi tersebut dalam organ
15
tubuhnya. Contohnya antara lain adalah alkaloida, tanin, saponin dan lain-lain. Faktor lain adalah faktor luar (environment factor), yaitu keadaan di mana secara genetik tidak mengandung unsur anti nutrisi tersebut, tetapi karena pengaruh luar yang berlebihan, zat yang tidak diinginkan masuk dalam organ tubuhnya. Contohnya adalah unsur radioaktif yang masuk dalam rantai metabolik unsur yang kemudian terdeposit sebagai unsur-unsur berbahaya. Tanaman mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis. Beberapa zat pada tanaman dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang menimpa ternak. Kehadiran zat kimia tertentu dalam tanaman dipercaya untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator tanaman seperti serangga. Sebagian besar anti nutrisi diperoleh dari hasil metabolisme sekunder tanaman. Cheeke dan Shull (1985), Widodo (2005) menyatakan bahwa: 1. Flavonoid Flavonoid adalah klas penting dari grup phenol, dan hampir 90 persen terdapat sebagai glikosida (mengandung glukosa pada rantai sampingnya) dan 10 persen sebagai aglikon (tanpa glukosa pada rantai sampingnya). Grup phenol lainnya adalah simpel phenolic (benzoic dan cinamic acid), lignans, flavonoid, dan tanin. Jika dihidrolisis dengan asam dalam suasana panas akan menghasilkan suatu aglikon dan sebagain kecil gula. Aglikon ini memiliki sifat antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan glikosida yang kekurangan 3 hidroksil bebas pada cincin C (Sibuea
2004).
Flavonoid
mempunyai
efek
yang
menguntungkan bagi kesehatan manusia, diantaranya sebagai anti alergi, anti inflamasi dan antioksidan (Buhler dan Miranda 2000). Struktur kimia flavonoid dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Struktur kimia flavonoid ( Buhler dan Miranda 2000).
16
2. Alkaloid Alkaloid adalah suatu senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Diperkirakan sekitar 15 – 20% vascular tanaman mengandung alkaloid. Sebagian besar alkaloid merupakan turunan asam amino. Asam amino disintesis dalam tanaman dengan proses dekarboksilasi menjadi amina, amina kemudian dirubah menjadi aldehida oleh amina oksida. Meskipun kebanyakan alkaloid adalah racun seperti strychnine atau coniine, beberapa digunakan dibidang kesehatan sebagai analgestik atau anastetik seperti morphine dan codeine. Alkaloid biasanya memiliki rasa pahit. Alkaloid ini diklasifikasikan lagi berdasarkan tipe dasar kimia pada nitrogen yang terkandung dalam bentuk heterosiklik. Beberapa komposisi kimia dari senyawa alko loid dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Senyawa alkaloid (Widodo 2005).
3. Glikosida Glikosida adalah eter yang mengandung setengah karbohidrat dan setengah non karbohidrat yang bergabung dengan ikatan eter. Komponen non gula dikenal sebagai aglikon sedangkan komponen gula disebut glikon. Yang termasuk glikosida adalah saponin.
4. Saponin adalah glikosida, yang terdiri dari gugus gula yang berkaitan dengan aglikon atau sapogenin. Saponin berwarna putih kekuning-kuningan, amorf
17
dan sifatnya higroskopis. Saponin mempunyai rasa pahit menyebabkan iritasi pada selaput lendir. Sifatnya yang lain dapat membentuk busa dalam air, mempunyai sifat detergen yang baik seperti sabun. Saponin mempunyai efek biologis pada manusia dan hewan, dengan pengaruh positif dan negatifnya. Positifnya dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah manusia dan memperkecil resiko aterosklerosis. Aspek positif lainnya adalah digunakan dalam pembuatan shampo, pembentukan busa pada alat pemadam kebakaran, soft drinks dan sabun. Sisi negatifnya dapat menghambat penampilan produksi dari ternak unggas. Struktur kimia saponin dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Struktur kimia saponin (Widodo 2005).
5. Tanin merupakan senyawa bahan alam yang terdiri dari sejumlah besar gugus hidroksi phenol. Senyawa ini banyak terdapat pada berbagai jenis tanaman karena diperlukan oleh tanaman itu tersebut sebagai sarana proteksi dari serangan ternak, bakteri atai insekta. Serangan dari ternak diproteksi dengan menimbulkan rasa sepat, sedangkan serangan dari bakteri dan insekta diproteksi dengan menonaktifkan enzim-enzim protease dari bakteri dan insekta yang bersangkutan. Konsumsi pakan yang bertanin tinggi dapat menurunkan bobot badan, dan terlihat sangat nyata kecernaan dan efisiensi penggunaan pakan (Butler dan Rogler 1992). Antinutrisi tersebut mempunyai efek yang luas sebagai inhibitor terhadap kecernaan
protein.
Kemampuan
tanin
untuk
mengendapkan
protein
18
disebabkan adanya kandungan sejumlah gugus fungsional yang dapat membentuk ikatan kompleks yang sangat kuat dengan molekul protein. Sifat tanin yang dapat membentuk ikatan kompleks ini dilaporkan sangat merugikan ternak. Tanin dapat berikatan dengan enzym-enzym pencernaan sehingga aktifitasnya terganggu atau berikatan dengan protein pakan sehingga tidak dapat tercerna. Tanin juga dapat berikatan dengan protein mukosa intestin sehingga sangat mempengaruhi penyerapan nutrien. Interaksi tanin dengan protein saliva dan glycoprotein dalam mulut akan menimbulkan rasa sepat, sehingga sangat jelas mempengaruhi konsumsi dan palatabilitas pakan. Komposisi kimia tanin dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Komposisi kimia tanin (Widodo 2005). 6. Steroid Steroid adalah suatu lipid yang ditandai karbon skeleton yang mempunyai empat cincin fusi. Ratusan steroid telah diidentifikasi berasal dari tananam, binatang dan jamur. Mereka mempunyai peranan penting dalam sistem kehidupan sebagai hormon (King 2006). Sangat jarang kelompok lemak menyebabkan keracunan. Struktur kimia steroid dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Struktur kimia steroid (King 2006).