TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan dan kaitan yang erat dengan frasa preposisi 在 中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在内 zài......nèi. Beberapa penelitian tersebut antara lain sebagai berikut: 盛静文 shèng jìng wén (2012) dalam skripsinya yang berjudul “ X 在 Y 上/里/中”与 “X 在 Y”的比较当议
“X zài Y shàng/lǐ/zhōng” yǔ “X zài Y” de bǐ jiào dāng yì
mengungkapkan bahwa disaat kapan saja kalimat yang dibentuk oleh X dan Y membutuhkan kata lokatif 上/里/中 shàng/lǐ/zhōng dibelakang kalimat tersebut, dan disaat kapan saja kata lokatif tersebut tidak dibutuhkan. 盛静文 shèng jìng wén menyimbolkan “subjek” sebagai huruf “X”, sedangkan “kata penentu” disimbolkan sebagai huruf “Y”. Dalam penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa Y adalah faktor utama yang menentukan apakah struktur kalimat yang menggunakan kata depan 在 zài harus diikuti oleh kata lokatif 上/里/中 shàng/lǐ/zhōng ataukah tidak. Ketika Y adalah nama tempat, nama negara ataupun sejenisnya pada umumnya kata depan 在 zài tidak boleh diikuti kata lokatif. Ketika Y merupakan sebuah institusi ataupun lokasi, kata depan 在 zài boleh diikuti oleh kata lokatif dan boleh tidak. Sedangkan ketika Y menyatakan satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi serta nama organ tubuh, maka kata depan 在 zài harus diikuti oleh kata lokatif 上 shàng ataupun kata lokatif yang sepadan. Ia juga menjelaskan bahwa X + Y merupakan kombinasi yang sering ditemui dalam kalimat bahasa Mandarin. Subjek
Universitas Sumatera Utara
(X) dapat berupa kata yang sederhana, kelompok kata, juga dapat berupa frasa yang kompleks. Sedangkan kata penentu (Y) dapat berupa kata yang kongkret dan kata yang abstrak, misalnya: benda mati, benda hidup, nama tempat, waktu, dan lain sebagainya. 杨江 yáng jiāng (2010) dalam skripsinya yang berjudul 方位词“里”“中”“内”的 语义认知分析 fāngwèicí “lǐ” “zhōng” “nèi”de yǔyì rènzhī fēnxī menjelaskan secara terperinci mengenai kata lokatif “里”“中”“内” “lǐ” “zhōng” “nèi” dari segi semantik dan kognisi. Pada skripsinya tersebut ia menjelaskan beberapa persamaan dan perbedaan dalam menggunakan ketiga kata lokatif tersebut. Ia menyimpulkan bahwa “里”lǐ dan“中”zhōng memiliki lebih banyak persamaan dibandingkan dengan“内”nèi. 刘云红 liúyúnhóng (2011) dalam skripsinya yang berjudul “里” “中” “内” 隐喻 意 义 的 认 知 语 言 学 考 察 “zhōng” “lǐ ” “nèi” yǐnyù yìyì de rènzhī yǔyánxué kǎochá mengungkapkan bahwa untuk pengkodean skema dalam “wadah” menghasilkan tiga buah kata depan yaitu “里” “中” “内” “zhōng” “lǐ ” “nèi”. Berdasarkan penemuan badan infestigasi, menyatakan bahwa cara penggunaan dan makna metafora dari ketiga kata depan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tersebut menghasilkan proses pemetaan metafora terhadap skema struktur dan kegunaan ketiga kata depan tersebut. Beberapa penelitian terdahulu di atas merupakan penelitian yang memiliki kaitan yang erat dengan frasa preposisi 在中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在内 zài......nèi. Melalui penelitian tersebut, diperoleh berbagai penjelasan yang berkaitan erat dengan frasa preposisi 在中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在内 zài......nèi baik dalam pembentukan ketiga frasa preposisi ini maupun dalam penggunaannya. Penelitian tersebut juga
Universitas Sumatera Utara
memberikan berbagai contoh yang memiliki kaitan langsung dengan frasa preposisi 在中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在内 zài......nèi serta penjelasannya. 2.2 Konsep Menurut Singarimbun dan Effendi dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Survai (1982:17) menyatakan bahwa:
“Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya. Jika kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan atau dasar berpijak penelitian yang akan dilakukan, maka “konsep” dimaksudkan untuk menjelaskan makna dan maksud dari teori yang dipakai, untuk menjelaskan kata-kata yang mungkin masih abstrak pengertiannya dalam teori tersebut.” 2.2.1 Analisis Kesalahan
Analisis kesalahan merupakan salah satu teori yang digunakan pada penelitian ini. Menurut Ellis dalam buku Henry Guntur Tarigan yang berjudul Pengajaran Analisis Berbahasa (1998:68), “Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, mengidentifikasikan kesalahan yang terdapat pada sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan tersebut berdasarkan penyebabnya, serta mengevaluasi atau meneliti taraf keseriusan kesalahan itu.” Analisis kesalahan bertujuan untuk menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pembelajar bahasa kedua atau bahasa asing. Menurut Sridhar dalam buku Henry Guntur Tarigan yang berjudul Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa (1998:69), adapun tujuan dari analisis kesalahan antara lain adalah untuk:
Universitas Sumatera Utara
1. Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutannya dari yang mudah ke yang sukar. 2. Menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan. 3. Merencanakan latihan dan pengajaran remedial. 4. Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.
Ia juga mengungkapkan bahwa menganalisis kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa jelas memberikan manfaat tertentu karena pemahaman kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat berharga dalam pengevaluasian dan perencanaan penyesuaian materi dan strategi pengajaraan di kelas.
2.2.2 Kata Depan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kata depan merupakan salah satu bagian dari jenis kata yang sering dijumpai dalam sebuah kalimat. Menurut Chaer dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (2006:122), menyatakan bahwa “Kata depan adalah kata-kata yang digunakan di muka kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat lain.” Ia juga mengungkapkan bahwa apabila dilihat dari fungsinya, kata depan dibedakan menjadi Sembilan jenis, yang menyatakan:
1. Tempat berada, yaitu: di, pada, dalam, atas dan antara. 2. Arah asal, yaitu: dari. 3. Arah tujuan, yaitu: ke, kepada, akan dan terhadap. 4. Pelaku, yaitu: oleh.
Universitas Sumatera Utara
5. Alat, yaitu: dengan dan berkat. 6. Perbandingan, yaitu: daripada. 7. Hal atau masalah, yaitu: tentang dan mengenai. 8. Akibat, yaitu: hingga dan sampai. 9. Tujuan, yaitu: untuk, buat, guna dan bagi.
Sama seperti pendapat Chaer, Yongxin dan Budianto (2005:39), juga berpendapat bahwa “Kata depan adalah kata yang diletakkan di depan kata benda, kata ganti atau frasa, membentuk frasa kata depan, yang bersama-sama menyatakan arah, obyek, waktu, tempat dan suatu tindakan.” Dalam bahasa Mandarin, kata depan sangat berperan penting dalam membentuk frasa preposisi. Seperti halnya frasa preposisi 在中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在 内 zài......nèi, ketiga frasa preposisi ini dibentuk oleh kata depan 在 zài yang diikuti oleh kata lokatif dibelakangnya. Kata depan 在 zài merupakan unsur utama pembentuk frasa preposisi tersebut, tanpa adanya kata depan 在 zài, maka frasa preposisi tersebut tidak akan terbentuk. Pada frasa preposisi tersebut, kata depan 在 zài sendiri digolongkan kedalam jenis yang pertama.
2.2.3 Frasa Menurut Ramlan dalam bukunya yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis (1987:151), “Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa.” Menurut Ramlan (1987:158), berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu: frasa verbal , frasa
Universitas Sumatera Utara
nominal, frasa numerella dan frasa adverbial, sedangkan frasa yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan kategori kata disebut dengan frasa preposisi. Dalam penelitian ini, penulis hanya mengangkat frasa preposisi sebagai objek yang diteliti. Menurut Ramlan (1987:178), “Frasa preposisi atau frasa depan adalah frasa yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frasa aksisnya.” Dalam bahasa Mandarin, kata 在中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在内 zài......nèi digolongkan kedalam frasa preposisi. Tanda titik-titik (......) yang berada diantara kata depan 在 zài dan kata lokatif 中/ 里/内 /zhōng/lǐ/nèi merupakan simbol pengganti kata ataupun frasa pada frasa preposisi tersebut. Frasa preposisi 在中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在内 zài......nèi sendiri berfungsi untuk menyatakan lokasi, proses, tindakan yang sedang terjadi, kondisi, keadaan, ruang lingkup dan batas waktu. 2.3 Landasan Teori
Dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kesalahan Dalam Menggunaan Frasa preposisi 在中 zài......zhōng, 在里 zài......lǐ dan 在内 zài......nèi Dalam Kalimat Bahasa Mandarin” ini, penulis berupaya untuk memaparkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para pelajar. Pada umumnya, kesalahan tersebut diakibatkan oleh kurangnya pemahaman para pelajar dalam menggunakan frasa preposisi tersebut. Frasa preposisi sering sekali dijumpai dan mempunyai peranan penting didalam sebuah kalimat. Kesalahan dalam menggunakan kata tersebut akan menyebabkan kalimat yang dibentuk terdengar rancu dan membentuk pola kalimat yang salah. Maka dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan tata bahasa Mandarin dan teori analisis kesalahan dalam berbahasa ( error analysis).
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan tata bahasa sangat erat kaitannya dengan ilmu sintaksis. Menurut Moeliono (2000:26), sintaksis adalah cabang ilmu tata bahasa yang mempelajari tentang hubungan antara kata dengan kata atau dengan satuan yang lebih besar (frase, klausa, kalimat) dalam bahasa. Maka pada penelitian ini, pendekatan tata bahasa dibutuhkan untuk menganalisis hubungan antara kata dengan kata, ataupun yang lebih besar seperti halnya kalimat. Tidak hanya pendekatan tata bahasa, penelitian ini juga membutuhkan teori analisis kesalahan (error analysis) sebagai alat untuk menganalisis masalah. Teori analisis kesalahan digunakan untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan responden dalam menjawab kuesioner. Menurut Parera (1997:98), “Analisis kesalahan berbahasa merupakan satu tindakan dan studi secara formal dan sistematis untuk mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan, hambatan-hambatan dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran bahasa bagi mereka yang berlatar belakang kebahasaan.” Dengan analisis ini, dapat diungkapkan kesalahan berbahasa yang dibuat oleh pembelajar bahasa, yaitu latar belakang, sebab dan ragam kesalahan. Menurut Corder (1974) dalam jurnal Indihadi yang berjudul Pembinaan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua (2012:2-3), menyatakan bahwa analisis kesalahan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: lapses, error dan mistake. 1. Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. 2. Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). 3. Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Tujuan analisis kesalahan berbahasa adalah untuk meningkatkan dan memperbesar keberhasilan pembelajar dan pengajaran berbahasa. Hal utama yang menyebabkan kesalahan
Universitas Sumatera Utara
dalam berbahasa yang dilakukan para pembelajar bahasa asing menurut Brown (1980:172-181) dikutip dari Herniwati (2001:18) dan Jack Richard (dikutip dari Parera, 1997:138-139) yaitu: 1. Transfer Interlingual Kesalahan karena transfer interlingual disebabkan karena pengaruh atau penggunaan unsur atau kaidah bahasa ibu pada bahasa target. Pengaruh bahasa ibu pada bahasa target yang sedang dipelajari merupakan hal yang sering terjadi pada tahap permulaan pembelajaran bahasa target atau bahasa kedua.
2. Transfer Intralingual Kesalahan yang disebabkan oleh transfer intralingual adalah kesalahan yang terjadi dalam bahasa target itu sendiri (bukan pengaruh dari bahasa lain). Kesalahan seperti ini biasanya berupa:
a.
Generalisasi berlebih Generalisasi berlebih meliputi fakta dan kebiasaan dari pemelajar bahasa membentuk bentuk- bentuk yang sama yang ia ketahui dalam bahasa yang sedang dipelajarinya. Pemelajar bahasa menyamaratakan semua kaidah dalam bahasa tersebut.
b.
Ketidaktahuan akan batas-batas aturan suatu bahasa Merupakan penerapan suatu aturan bahasa ke bagian lain yang tidak menggunakan aturan tersebut. Jenis kesalahan ini hampir sama dengan yang pertama karena masih tergolong dalam tindakan generalisasi. Perbedaanya adalah yang kedua bertolak dari
Universitas Sumatera Utara
ketidaktahuan,
sedangkan
yang
pertama
disebabkan
perasaan
serba
tahu
menempatkan sesuatu.
c.
Penerapan kaidah secara tidak lengkap Jika suatu saat pemelajar menerapkan kaidah secara berlebihan, pada saat yang lain pembelajar cenderung tidak lengkap menerapkan kaidah. Hal ini mungkin disebabkan sikap menghindarkan beban linguistik yang terlalu besar.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam setiap penelitian, metode penelitian merupakan bagian yang tidak dapat ditinggalkan ataupun dihilangkan, karena metode penelitian adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data yang akurat dan mengembangkannya melalui proses yang telah ditentukan. Menurut Sugiyono (2009:3), “Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Dalam pengertian yang luas, Sugiyono (2009:6) menjelaskan bahwa “Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.” Oleh sebab itu, dalam penelitian yang berjudul “Analisis kesalahan Dalam Menggunaan Frasa Preposisi 在 中 zài......zhōng, 在 里 zài......lǐ dan
在 内
Universitas Sumatera Utara