TINJAUAN PUSTAKA Kelompok
D e f i s i kelompok dapat didekati dad persp ektif: 1. Persepsi datz kognisi dari anggota kelonzpok. Maknanya menyatakan, persepsi
anggota kelompok yang didasarkan p ada asumsi p emikiran (alasan) bahwa para anggota sehai-usnya sadar akan hubungan diantara mereka, dan konsekuensinya setiap individu mengakui eksistensi anggota yang lain. 2. Kepuasan Motivasi dun kebutuhan. Didasaii pada pemikiran akan adanya kepercayaan pemeiluhan beberapa kebutuhan. 3 . Tujuart kelonzpok. Peltemuan alltara beberapa orang adalah dengan tujuan tertentu
sehingga petemuan itu menjadi beimakna. 4.
Organisasi kelonzpok. Pertemuan antara dua orang atau lebih dalam sebuah unit sosial kemudian rnengikatkan diri dalaln nolrna tertentu untuk mengatur hubuugan itu.
5 . Znterdepender7sr dari anggota kelonzpok. Konsekuensi daii kelompok tersebut
kemudian akan tejalin s a h g ketergantungan antara anggota yang satu dengan yang lain~~ya. 6 . Inter-ahi. Ha kekat kelompok adalah adailya interaksi, sehiugga membedakannya
dengan agregat ( Shaw, diacu dalam Cathcalt dan Samovar 1970 ). Dahnke dau Clatterbuck (1 990) mendefiaisikan bahwa kelompok kecil adalah k u q u l a u dasi dua atau lebih individu yang belinteraksi satu dengan yang lainnya,
dan saling pengaruh mempengaruhi. Lebih jauh dinyatakan bahwa variabel-variabel seperti dua orang atau lebih serta saling pengaruh-mempengaruhi adalah variabel yang menentukan eksistensi sebuah kelompok kecil. Sedangkan variabel lain seperti motivasi, tujuan, struktur organisasi menjadi suatu pendukung terhadap variabel utarna. Definisi Kelompok menurut Bass (1970) adalah kumpulan dari individu dimana keberadaan individu-individu yang berkumpul tersebut menguntungkan individu bersangkutan. Shaw, diacu dalam Cathcart dan Samovar (1974) mendefinisikan kelompok sebagai dua atau lebih indvidu yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya sebagai sebuah cara saling pengaruh memjxngaruh antara satu dengan yang lainnya. Dari beberapa perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa jika kelompok cukup eksis, anggotanya akan sangat terinotivasi untuk bergabung, serta mereka menyadari akan eksistensinya. Hal yang esensial dalam kelompok adalah tujuan kelompok. Motivasi sesungguhnya adalah bentuk eksplisit dari kelompok itu sendiri. Kelompok yang eksis adalah kelompok yang didalamnya terjalin saling menerima antaranggota. Penerimaan ini merupakan bentuk saling hubungan antara aturan, status dan norma, yang semuanya adalah proses kelompok. Terdapat beberapa alasan seseorang memasuki kelornpok seperti dinyatakan oleh Beebe dan Masterson (1994), yaitu : 1. Kebutuhan Interpersonul, yang dapat ditelusuri melalui teori hirarki Maslow
tentang kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan dihargai, dan kebutuhan akan aktualiasi diri. Sedangkan Schutz
menemukan tiga kebutuhan mendasar yaitu inklusi, kontrol, dan afeksi yang pada kenyataannya ketiganya menunjukkan karakter personal. 2. Tujuan lndivzdual, adalah menunjukkan keingnan mencoba seseorang sehingga
ia bergabung. 3. Tujuan Kelompok, adalah tujuan yang berkembang sebagai tujuan bersama yang meliputi tujuan masing-masing anggota. Tujuan Kelompok dapat menjadi sumber masalah dalam kelompok karena ketidak sesuaian antara tujuan individu dengan kelompok. 4. Daya tarik Interpersonal, dapat disebabkan beberapa faktor yang sangat
signifikan yaitu kesamaan, Saling melengkapi, kedekatan, dan daya tarik fisik. 5. Daya tarik kelompok, dimungkinkan misalnya karena aktivitas kelompok, tujuan,
kesederhanaan dalam ha1 penerimaan anggota. Sedangkan menurut Dahnke dan Clatterbuck (1990) menyatakan, kelompok dibentuk ketika dua atau lebih individu menerima atau percaya bahwa sesuatu dapat diselesaikan melalui aktivitas kerja sama yang tidak dapat dicapai apabila aktivitas tersebut dikerjakan sendirian. Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang bergabung dengan kelompok. Antara lain: Dimensi ketertarikan, dimana ketertarikan ini dapat disebabkan oleh kedekatan; atribut fisik, kemiripan, dan penerimaan akan kemampuan orang lain, disamping tujuan dari kelompok itu mewakili tujuan dari dirinya sendiri. Komitmen untuk mencapai tujuan kelompok, kenikmatan dalam beraktivitas dikelompok, kebutuhan affiliasi, dan penerimaan nilai-nilai instrumental.
Jaringan Komunikasi Kenyataannya proses komunikasi dalam kelompok terdapat beberapa orang cenderung untuk berhubungan dengan orang tertentu sedang orang atau anggota yang lain berhubungan dengan orang tertentu pula. Jadi sangat mungkin pola komunikasi pada suatu kondisi kelompok tertentu berbentuk sirkuler, sedang yang lain berbentuk Linear (Beebe dan Masterson 1994). Rogers dan Kincaid (198 1) menyatakan, jaringan komunikasi yang ada akan menunjukkan siapa berkomunikasi dengan siapa dan yang mana, bagaimana informasi terdistribusi dalam anggota kelompok. Indikasi lainnya adalah dapat ditemukannya hirarki sosial dalam kelompok yang dapat dilihat melalui komunikasi yang terjadi Dalam kaitannya dengan perspektif jaringan ini maka ada beberapa konsep yang perlu dipaharni, sehingga dapat mempertajam analisa terhadap jaringan komunikasi, yaitu konsep jaringan sentralisasl versus desentralisasr., dalam konsep ini kemudian kita kenal jarigan komunikasi model Y, Bintang, All-channel, Rantai; konsep independen, dimana anggota bebas dari pemilihan tehadap posisinya untuk menjadi apa kemudian informasi (berkomunikasi) lebih dapat terpuaskan; sedangkan konsep kejenuhan terjadi karena adanya overload informasi dalam suatu tatanan kelompok dimana jaringan adalah terpusat (Beebe dan Masterson 1994). Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan bahwa jaringan-jaringan komunikasi terdiri atas individu-individu yang berhubungan melalui pola-pola arus informasi. Cara berbagi informasi yang demikian dalam suatu w a k t ~menuntun para individu untuk saling mendekatkan atau saling menjauhkan pengertian bersama mereka mengenai realitas. Untuk mempelajari perilaku manusia berdasarkan model
konvergensi digunakan pendekatan analisis jaringan komunikasi, yaitu suatu metoda penelitian untuk menentukan struktur komunikasi dalam suatu sistem. Hubungan data tentang a l u komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa jenis hubungan interpersonal sebagai unit analisa. Dahlan, diacu dalam Soemarjan (1984) menemukan dalam penelitianya, bahwa:
1. Jaringan komunikasi sosial yang tumbuh dalarn masyarakat sangat informal sifatnya dan jarang terkait atau berhubungan dengan orang-orang yang biasanya dianggap sebagai pemuka formal 2. Dalam desa yang pranata adatnya sangat kuat memang ada jaringan-jaringan
kekerabatan yang kuat, tetapi anggota-anggotanya umumnya menjadi anggota berbagai jaringan komunikasi sosial yang berbeda-beda sepanjang menyangkut informasi yang lain 3. Kepemukaan pendapat dalam jaringan komunikasi sosial di pedesaan ternyata
bukan polimorfik tetapi urnumnya monomorfik, terbatas untuk suatu jenis informasi yang tertentu.
Model Konvergen Komunikasi
Komunikasi yang terjadi diantara para individu pada dasarnya adalah unik. Pemaknaan atas informasi sangat sering merupakan interpretasi dari masing-masing individu yang sangat dominan dipengaruhi oleh kerangka pengalamannya Geld of experience). Sehingga pastilah antara individu satu dengan yang lainnya tidaklah
pernah tejadi suatu "keidentikan" dalam pemaknaan (Rogers dan Kincaid 198 1 ).
Pada dasarnya model konvergen belpijak pada teoli sistem, yang lebih menekallkan baliwa sistetn bukanlali sekedat- seku~npulandal-i para individu. Dalam berkomunikasipuu maka individu tidak se~ta-me~ta saling mengirim pesan dalam suatu ruang hampa, tetapi lingkungan di sekeliliugnya t u ~ u pula t membesi pengasuh pada pemaknaan ini. K o t n d a s i kemudian lebih merupakan terjadinya saling berbagi informasi untuk menjembatani dan mengurangi ketidakpastian dalam besinteraksi. Gonzales, diacu dalam Jahi (1988) menyatakan dalam proses komunikasi terdapat transaksi atau tukar menukar info~masidiantara para paltisipan, yang dengan caranya sendiri telah membe~ikankotltribusi pada proses tumbuhnya pengertian. Komunikasi pads dasa~nya selalu niengiqlikasikan adanya hubungan. Jaliugan komunikasi terdii dari s a h g keterhubungan iudividu yang dihubungkan oleh pola aliran informasi. Dalam ~llempe~tukarkall hfonnasi m k a para partisipan
ini tidak memperoleh suatu saling pengeltian ( ~ z ~ i t uunderstandrrz@ ul yang sempurna, karena m s i h sangat nlungkin teljadi kesalahan. Dengan demikian saling pengertian dan s a h g kesepakata~iadalah tujuan pokok d a ~ iproses komunikasi (Rogers dan Kincaid 198 1). Setiawan, diacu dalam Windal-ti (2000) menyatakan, model konvergen memandang ko~nunikasi antar rnauusia bersifat dinamis. Model komunikasi konvergen ~neuga~ah kepada suatu yersyektif hubutigan komunikasi antar maausia yang
bersifat
interpet-sotlal. Hubu~igan-Iiubu~gan komunikasi
yang
teljadi
membentuk suatu jal-iugati komuuikasi, dan aktivitas komuuikasi yang tei-jadi memmgkiukan tersebar dan diteray kannya inovasi. Rogers dan Kincaid ( 1981)
menyatakan, model konvergen dail tnetode analisis jaringan didesain untuk menjawab kesenjangan-kesenjangau antara lain: kesenjangan daii model komunikasi yang kurang cukup rnenggambarkan interdependensi diantara bagian-bagian dari sistem, selta kesenjangan ketepatan metode riset dalam konteks studi hubungan komunikasi
Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas kelompok adalah suatu tingkat daya tarik dan bagaimana suatu yerasaan anggota terhadap anggota yang lain, dan ha1 ini akan tertampilkan dalam perasaan "ke-kita-an" (Groupness). Kobesivita s kelompok adalah hasil d a ~ interaksi i sejumlah variabel yang dapat dilihat dengan beberapa indikator yaitu, komposisi kelompok, keuntungan yang diperoleh anggota dari kelompok, efektivitas tugas, bagaimana proses dipentingkannya seorang anggota, selta komuuikasi. Komunikasi sebagai indikator disini dapat dilihat dari kuantitasnya, yaitu jurnlah
dan
fiekuensinya, selta dayat dilihat d a ~ ikualitasnya, yaitu tingkat kebebasan dan keterbukaan Free arad opermess) dalam berkomunikasi (Beebe dan Masterson 1994). Bormam (1990) tnenyatakan, bahwa yang dilnaksud dengan komposisi kelompok meruyakan ko~idisikarakteiistik daii I> ara a~lggo ta yang dapat tel-diri dari umur, jenis kelamin, komnpete~isi,kebutuhan sosial dan p sikologis Dahuke dan Clatterbuck (1990) iiiellyatakan istilah koinposisi kelompok mel-ujuk y ada cara ber-pe~ilaku, keahlian, latar belakang, karakte~istik personal (seperti usia, gender, kemamnpuan, dan atribut beruya kepribadian, idzosyncratzc, dan karakte~istik bagaimana antar yang satu berelasi dengan yang lain. Prosesnya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu karakteristik anggota dan bagaimana mereka bereaksi
terhadap yang lain, dan kombinasi dasi anggota ini akau mempenga~uhikemampuan pe~formansi kelompok sebagai sebuah keseluluhan uuit. Lebih lanjut dijelaskan ukuran kelompok bel-pengaruh terhadap kedekatan, dan bentuk hubungan, pengambilali keputusan. Disamping itu secara umum anggota yang lebih heterogen akan membel-ikan keuntungan terhadap peningkata~llsurnbangankarena kemampuan, keahlian, pengetahuan yang dibawanya, bila dibaiidiugkan kelompok yang sangat homogen. Tingginya kohesivitas kelompok melnpenga~uhiterjadinya umpan balik yang maksimal dan meudoroug komunikasi yang lebih efektif dan efisien (Bormann 1990). Disamping itu kohesivitas kelompok aka11 secara khusus menjadi produktif jika semua anggota kelompok tel-motivasi untuk melakukan pekejaan atau tugas secara bails (Hare 1962). Dalam kenyataamiya kohesivitas yang sendah berkorelasi dengan efektivitas kelompok yang rendah, yang berhubungan dengan motivasi setiap anggota sehingga pada akhirnya berhubungan dengan produktivitas kelompok. Ketika komunikasi dapat dilakukan secara bebas da11 terbuka, dan ketika setiap orang be~pa~tisipasi, setiap orang akan lnerasa lebih tel-tal-ik terhadap kelompok darl konsekue~isinya menel-ima tingkat kepuasan yang lebih besar secara personal. Kareua kelompok yang
i kohesif memiliki ikatan sosial yang cukup u~ituk~iiellolesansikoilflik yang tejadi. h disebabkan kasa~a anggota telah l~lelniliki ketergantungal~ pada
kelompok.
Keterga~itungal~akan lilel~iugkatkali kekuatali kelolnpok yalig melingkupi dan mengatasi anggota kelompok (Beebe dan Mastersou 1994).
Iklim Kelompok Iklim kelompok dapat dianalo~kansebagai iklim dalam pengertian iklim geografi. Dalam ha1 ini adalah variasi dan beberapa faktor yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan sebuah suasana (atmosphere) dan perasaan (feeling) kelompok. Bagaimana para anggota kelompok berkomunikasi, dengan siapa mereka berkomunikasi, dan seberapa sering mereka berkomunikasi mempengaruhi kepuasan mereka demikian juga dengan produktivitas. Hal ini dapat dijelaskan, ketika komunikasi yang bebas dan terbuka, dan setiap individu berpartisipasi, kesemua anggota kelompok cenderung untuk merasakan daya tarik terhadap kelompok dan konsekuensinya menerima kepuasan secara personal. Kondisi yang demilclan dapat digunakan oleh kelompok sebagai daya kekuatan bagi kelompok untuk menyelesaikan masalah (konflik) secara konstruktif, karena keterbukaan dan kepercayaan antara sesamanya. Pada akhirnya dengan mengembangkan dan memelihara sebuah iklim kelompok yang "positif" akan mempengaruhi produktivitas. Di dalam iklim kelompok yang positif terdapat komitrnen personal pada kelompok, ketergantungan persona1 pada kelompok, kekuatan kelompok yang mengatasi individu dalam kelompok. Kondisi iklim positif memunculkan perasaan kepuasan individual yang lebih besar serta dimungkinkan produktivitas kelompok yang lebih besar pula (Beebe dan Masterson 1994). Elemen esensial dari sebab hubungan yang baik dapat disebutkan antara lain adanya d[u/ogdan kornrtmen. Persahabatan dapat mendatangkan komitmen diantara anggota yang berhubungan. Hal ini yang disebut oleh Hybels dan Richard (1998) sebagai komitmen yang tidak terkondisikan. Sedangkan bentuk komitmen yang
terkondisi lebih merujuk pada kualitas hubungan yang diterjemahkan dalarn " Jika.. . , 77
maka ..... . Beberapa Variabel yang berinteraksi membentuk iklim kelompok dapat disebutkan antara lain :
1. Cara berkomunikasi 2. Kohesivitas kelompok, yang dapat diukur dengan: kualitas komunikasi, yang menunjukkan bagaimana komunikasi memenuhi prinsip unsur hubungan intensitas komunikasi
interpersonal, menyangkut
tingkat
keseringan
antaranggota kelompok berkomunikasi secara interpersonal 3. Jaringan komunikasi, akan menunjukkan saluran komunikasi jaringan yang
berpengaruh pada iklim kelompok, demikian juga produktivitas kelompok. Dalam konteks komunikasi dalam kelompok, terdapat beberapa ha1 yang berpengaruh antara lain jaringan komunikasi dan ukuran kelompok. 4. Ukuran kelompok, yang mempunyai konsekuensi bagaimana peran untuk
berpartisipasi terdistribusi, yang selanjutnya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan setiap anggota kelompok. Ukuran kelompok Qumlah individu yang ada dalam kelompok ) membawa implikasi pada jumlah hubungan yang tejadi dalam kelompok (Beebe clan Masterson 1994). Selanjutnya dalam penelitian ini iklim kelompok yang dirasakan oleh anggota kelompok akan diukur dan dibatasi pada dua indikator. Pertama, kepuasan anggota yang termanifestasi atas kenyamanan berada dalam kelompok. Kedua, indikator komitmen anggota yang dirasakan sebagai keinginan untuk konsisten melaksanakan
tujuan kelompok, karena dianggap akan berhubungan dengan terpenuhinya kebutuhan atau tujuan individu anggota. Pembatasan pada dua indikator ini dilakukan sematamata berkaitan dengan asurnsi bahwa diduga dua indikator tersebut paling berhubungan dan relevan &lam konteks penyebaran inovasi dalam kelompok.
Prodoktivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Produktivitas kelompok hams dibedakan dengan produktivitas anggota kelompok. Dalam ha1 ini produktivitas anggota kelompok merujuk pada pencapaian
dari hasil kegiatan dalam dimensi waktu yang dilakukan oleh anggota secara individu. Sedangkan produktivitas kelompok lebih merujuk pada pencapaian hasil kegiatan dalam dimensi waktu yang dilakukan oleh bersama-sama anggota kelompok, sehngga lebih mmpakan hasil kerjasama (Hare 1962). Lebih jauh, terdapat dimensi produktivitas secara kuantitas yang dititikberatkan sebagai hail di bandingkan dengan waktu, sxta dimensi produktlvitas secara kualitas yang dititikberatkan pada mutu dari pencapaian. Schacter, diacu &lam Cartwright dan Zander (1968) menyatakan, terdapat beberapa pengertian berkenaan dengan produktivitas kelompok, yang dapat disebutkan antara lain: kualitas dari produk kelompok; kecepatan dan efisiensi yang mana kelompok menjadi lokomotif dalam pencapaian tujuan; serta tingkat realisasi dari potensi-potensi kelompok, dan sebagainya. Deutsch, diacu dalam Hare (1 962) menemukan bahwa di bandingkan kelompok yang tidak bersaing maka kelompok yang bekerjasama, memiliki karakteristik:
1. Motivasi individu yang lebih kuat
2. Pembagian divisi pekerjaan yang jelas dan kordinasi 3. Lebih efektif dalam komunikasi antaranggota
4. Lebih bersahabat (Friendness) dalarn suasana pertemuan-pertemuan yang dilakukan 5. Mempunyai tingkat produktivitas yang lebih baik. Turner, diacu dalam Hare (1962) menemukan bahwa stimulasi sosial (dalam kelompok) mempunyai tingkat kepentingan pada peningkatan produktivitas individu. Suatu pemikiran tentang sistem kelompok secara konsepsional diajukan oleh Stogdill (1959). Ia memiliki keyakinan bahwa prestasi kelompok dapat dicapai dengan bentuk-bentuk linier yang diajukannya secara berurutan, yaitu masukan (input), penengah media (throughput), hasil (output). Masukan kelompok (group input) terrnasuk didalamnya antara lain, karakteristik pada anggota kelompok, seperti kepribadian, dll. Hare (1962) menyatakan terdapat beberapa alasan telah dikemukakan bahwa terdapat kecendmgan yang kuat bahwa kelompok akan lebih produktif jika mereka terdiri dari anggota-anggota kelompok yang: mempunyai jenis kelamin yang sama kohesivitas yang tinggi ukuran relatif kecil rnempunyai jaringan komunikasi dengan feedback yang maksilnum dan mempunyai pemimpin yang ahli (mempunyai keterampilan).
Superioritas kelo~upokatas individu berkenaan dengat1 produktivitas, biasailya lebih besar pengal-uhnya (hubunga~luya) pada inasalah-masalall manual daripada hegiatan (tugas) iiltelektual. Kelo~npokaka11 keldangati akurasi dan efisieilsi jika: ( 1 ) Tidak ada p embagian divisi tugas yang jelas; (2) Masalah kontrol yang begitu
besar; (3) Keloluyok tneugembal~gkan standar produktivitas yang lebih rendah dai-ipada kemampuan individu sebenamya (Hare 1962). Faktoi--faktor heefektifan kelompok dapat dilacak dai-i faktor situasiot~alyang dapat direpresentasikan pada jarir7gnlz konzurlikasi yang ada, sehingga dayat terbentuk pola ko~nunikasiataupUII adan ya kelompok klrk, bridge, oprrlrorr lender, ataup uil
~solcitedala~nstt-uktur kelon~pokbersangkutan (Rogers datl Ki~lcaid198 1). Menurut Rahhmat ( 1999) faktor lai~luyaadalali Faktor Persotzal, pang dapat direpresentasihan ole11 Kebutlrhn~,r ~ ~ f e r . y e ~ . sanggota o ~ ~ u l sehingga mendasa~iperilaku kelompoh hecil dala~nberkomunihasi. Tidak diragukan lagi ballwa suasatla kelolnpok besel-ta faktor-faktor yang nlempeilgasuhi~lya menentukan I,eloml)ol\
kualitas
suatu
keloillpok
yaitu
produktivitas
Ukuan produktif mengindikasikau adallya efektifitas kelompoh dalam
Inel ealisasihan dan mewujudha~ltujuan kelotnpok (Beebe dan Masterson 1994)
Pengendalian OPT Ramah Lingkungan
Pada faktaoya walaupun pe~lge~ldalia~l hama menggutlahan pestisida inemilil\i I\e1i11ti111gai1 sepeiti daya buiiull llama yang tinggi, berspektui,m lebar, dan lebili ~)i.aktis,al\an tetayi efek negatifi~ya besar yaitu residu pestisida yang mencema~-i linghiingan (Uiitimg 1984). Messanger d a ~ iHuffaker ( 1989) menyatakan sebenanlya
sistem alam pada beberapa level memberika~iken~ampuankeseimbangan yalig sangat besal.. deligall ada~iya beberapa populasi organisme. Ketiadaan akan organisme te~tentu a kibat aplikasi pestisida yang berlebiliati dapat menyebabkan terbunulinya ol.ganisn~eyang sebenarllya bemanfaat. Fenometia yatig teijadi aliibat damyak negatif yestisida, ~ne~lyebabkati diperhatika~itiya ko~isep peitauian
beiwawasa~i lingkungan.
Konsep ye~ta~iiali
be~wawasan lingkuku~igan yang mulai dialiut oleh sebagiaii ~nasyarakat adalah tiie~ijawabbeberaya kelenlahan yang ada pada p e ~ t a ~ l ikollve~i a ~ l sioal ( T ~ u b u 2000). s Pada dasamya yengendalian OPT berdasar peiidekatau ekologi d a ~ iekonomni ~ncnitil, belatkail pada pe~nanf;~ata~i potensi alami. Pelaksariaari~iyadilakukati dalain ~~.iiisil)-pri~isip pembaliguiian be]-wawasan lingkungan berhesinambungan deligall mengandalkan pe~yaduan teluiologi teruji s e ~ t a keterampilan hematnpuan peta~ii
(DIPERTA, diacu dalam Kusrniati 2000). Marifa (1988) tnetlyataka~lbahwa p e ~ t a ~ ~ i a ~ i berorientasi litlgkutlga~l adalah perpadual1 antara sistem bercocok talialn yatig p o l r c ~ ~ l t ~detigau ~ r . e ~nemakaisarana yroduksi organik, selta inengiiidalikan keaiifan
allan keinampuan
dan keterkaitan
ala~n sekitar (lokal)
Widjanarko
( 1988)
nieli!~;ltal\ail pen_eendaliaii OPT alteniatif atau ramah lingkungan adalah suatu caracaia
1)engendalian hanla
yarig
bel-tumpu
pada
ekologi
dali
usalia
yang
berl\esinarn\)ungan untuk melcpaskan ketergantungan tel hadap pestisida. Me~lurut Oka (1995) secal-a garis besar pengelldalian alte~iiatifi~iidapat dil,elonipol\l\all me~ijadi.( I ) penget~daliansecala liultur telltiis ( 2 ) secara sanitasi, ( 3 ) seca1.a fisik-mekanis, (4) secara biologis menggunakan obat-obatan da1-i taoaman.
-
hayati, sel-ta (5) secara botani, dengall
Kelompok Tani Mekar Sari Sebagai pelaku langsung dalam pembangunan pertanian maka petani membentuk dalam suatu wadah yang bernama kelompok tani. Kelompok tani ini tumbuh dan berkembang di masyarakat petani berdasarkan keakraban, kerjasama, dan tempat belajar sehingga produktivitas usaha taninya dapat meningkat dalam suatu hamparan wilayah kelompok taninya. Adapun fungsi dari kelompok tani adalah: 1. Tempat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani
2. Menggerakkan para petani untuk mampu menerapkan inovasi baru 3. Mendorong para petani untuk mampu bekerjasama dalam meningkatkan produksi
dan pendapatan Berdasarkan hasil kesepakatan dan musyawarah para petani yang berada di kampung Situ Uncal desa purwasari kecamatan Dramaga, maka pada tanggal 11 maret 1986, membentuk sebuah Kelompok Tani yang bernama kelompok Tani Mekar Sari, yang mempunyai arti tumbuh dan berkembang dari masyarakat petani kampung Situ Uncal, untuk senantiasa menjalin kerjasama antar petani menuju kehidupan yang lebih baik. Pada awal pembentukan ini anggota masih berjumlah 30 orang. KTMS termasuk wilayah binaan Petir, dengan luas wilayah 56,16 ha, yang
terdiri dari beberapa blok yang tergabung dalam satu kelompok hamparan. Perkembangan selanjutnya KTMS dikukuhkan menjadi KT predikat kelas pemula. Sampai akhirnya pada tahun 1997 ditetapkan sebagai KT kelas utama (Anonim 200 1).
Pada awalnya KTMS telah memiliki anggota (25 orang) yang telah mendapat pengalaman melakukan SLPHT. Sampai sekarang sebagian anggota telah melakukan pengendalian OPT yang lebih ramah lingkungan. Pada dasarnya pengendalian OPT yang lebih ramah lingkungan adalah bagian integral dalam konsep usaha tani benvawasan lingkungan. Kelompok Tani Mekar Sari dalam melaksanakan budidaya padi telah lama memiliki suatu pengaturan jadwal tanam yang dalam pelaksanaannya merupakan implementasi terhadap kepecayaan akan nilai lokal (Local Value). Akan tetapi dalarn pelaksanaanya kelompok kemudian bersinggungan dengan program pemerintah, yang terkadang tidak tepat waktunya dengan perhitungan lokal. Alhasil seringkali menjadi masalah tersendiri, apalagi jika terjadi produksi padi tidak sesuai dengan keinginan. Kondisi
penerapan
tanam
serempak
sebagai
penanggulangan dan
pengendalian terhadap OPT telah dilakukan sejak lama, sebagai manifestasi nilai lokal yang dianut. Dari beberapa produksi padi yang telah dihasilkannya maka terbukti metode ini cukup efektif hasilnya (Anonim 2001). Kondisi ini sejalan dengan mulai sadarnya masyarakat Punvasari akan dampak pestisida kimia, selain permintaan yang tinggi terhadap padi alami. Disamping itu mulai adanya peningkatan kecendrungan, bahwa petani di daerah ini mulai menerapkan alikasi input pupuk anorganik yang semakin menurun.
Beberapa Studi Mengenai Aplikasi Pengendalian OPT Ramah Lingkungandan Kelompok Tani Hasil penelitian menyatakan bahwa bahan pangan yang ditanam dengan asupan kimia mengandung lebih banyak air daripada kandungan gizinya. Namun, sebaliknya pada bahan pangan yang ditanam secara organis, karena kandungan gizinya lebih banyak daripada porsi air (Eve, diacu dalam Riza dan Gayatri 1994). Penelitian yang lain menyatakan bahwa tanah sebanyak 50 kg yang telah tercemar atau mengandung residu kimia hanya mampu menyimpan air sebanyak 30 liter. Sedangkan tanah yang organis dengan berat yang sama, ternyata mampu menyimpan air jauh lebih banyak, yaitu 195 liter (CSIRO, diacu dalam Riza dan Gayatri 1994). Melonjaknya harga pestisida yang disebabkan krisis keuangan memunculkan ide baru bagi para petani. Kembali ke alam atau Back to nature menjadi salah satu pilihan. Ternyata langkah terpaksa ini berbuah manis. Beras hasil bertani organik dijual dengan harga lebih mahal daripada beras konvensional. Walaupun gaung pertanian benvawasan lingkungan ini cukup tinggi, perkembangan pertanian benvawasan lingkungan masih belum terlalu baik. Pemain di pertanian jenis ini bisa dihitung dengan jari. Seiring dengan perkembangan waktu maka terdapat perkembangan yang menggembirakan. Bermunculanlah kelompok petani yang menggeluti bidang ini di berbagai daerah. Di Jawa tengah terdapat di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, Kulonprogo. Di Jawa barat terdapat di Bogor, Bandung, Kuningan. Di Jawa Timur ada di Malang serta beberapa di daerah
Bali. Komoditaspun kian beragam. Tak dimonopoli sayuran saja, tetapi padi sudah mulai direalisasikan (Trubus 2000). Kelompok tani adalah salah satu wahana bagi anggotanya yang mampu mendorong adanya perubahan, sikap maupun prilaku. Tak terkecuali dalam aplikasi pengendalian OPT ramah lingkungan. Fasilitasi oleh kelompok menjadi penting, karena menyangkut pengaruh anggota yang satu dengan yang lain, ketika interaksi terjadi. Proses adaptasi dengan lingkungan terjadi di lapangan, ketika KT melakukan implementasi beberapa tujuan kelompok. KT memiliki tingkat dinamika tertentu dalam kaitannya dengan komunikasi. Megawati (2001) melaporkan bahwa dalam pelaksanaan bantuan modal (SPKS) oleh pemerintah kepada KT penghijauan di Cianjur, menunjukkan bahwa kelompok akan kondusif terhadap program bila memiliki tujuan kelompok yang jelas, kekompakan kelompok, suasana kelompok dan kepemimpinan yang mendukung. Sedangkan kemampuan KT dalam beradaptasi dengan program lebih ditentukan dalam kaitannya dengan karakteristik individu anggota kelompok yang meliputi pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tingkat pendapatan, dan tingkat penguasaan lahan. Effendi (2001) menyatakan dalam kaitan hubungan antara dinamika kelompok dalam aplikasi atau penerapan teknologi tertentu terdapat hubungan yang spesifik. Dinamika kelompok yang berhubungan nyata dengan aplikasi penerapan teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendah (TSDR) adalah tujuan kelompok, stuktur kelompok, fungsi dan kekompakan kelompok, serta efektifitas kelompok.
Selanjutnya unsur dinamika kelompok yang menentukan secara nyata perilaku kelompok dan anggotanya adalah kekompakan kelompok. Pentingnya iklim komunikasi dalam dalam organisasi seperti dilaporkan Kurniawan (2001) menyatakan bahwa iklim komunikasi yang baik dalam ha1 ini diukur dari kepercayaan dan kejujuran, akan semakin meningkatkan kepuasan kerja anggota organisasi tersebut. Sejalan dengan penemuan ini maka penting untuk memelihara suasana kelompok. Tawardi (1999) menemukan bahwa kemauan anggota kelompok dalam ha1 ini kemauan terhadap suatu perubahan sikap berwirausaha sangat berhubungan dengan pembinaan dan pemeliharaan kelompok, disamping adanya motivasi dan minat berwirausaha sendiri. Pentingnya keberadaan kelompok bagi perubahan sikap anggota, berkaitan dengan fasilitasi oleh kelompok akan proses dan lingkungan untuk berubah. Anonim (1997) menemukan bahwa tingkat aplikasi berupa penerapan teknologi Inensifikasi Khusus (INSUS) pada beberapa desa yang diamati menunjukkan hubungan yang nyata dengan tinkat pemanfaatan kelompok tani baik sebagai wadah atau wahana pendidikan maupun sebagai wahana kerjasama, disamping kekosmopolitan, adanya modal kerja, interaksi dengan tokoh-tokoh masyarakat, serta keterdedahan terhadap media informasi. Kusmiati (2001) melaporkan dalam Kelompok Tani terdapat proses komunikasi yang berhubungan baik dengan pengetahuan Pengendalian Hama Terpadu maupun terhadap penerapan PHT. Proses komunikasi yang berhubungan erat dengan penerapan PHT oleh anggota kelompok tani a~ltaralain keikutsertaan dalam SLPHT, frekuensi pertemuan dalam kelompok, serta interaksi dengan penyebaran informasi.