TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Organik Kandungan
pupuk
organik
sama
seperti pupuk
anorganik
masing-masing
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akan tetapi, nitrogen dan unsur hara lain
yang
dikandung
pupuk
organik
dilepaskan
secara
perlahan-lahan
sehingga
penggunaannya harus berkesinambungan, nilai pupuk yang dikandung dalam pupuk organik juga rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat dan menyediakan hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2006). Menurut Madjid et al. (2011) pupuk organic mempunyai perbedaan yang besar dibandingkan dengan pupuk anorganik baik ditinjau dari respon terhadap tanaman Tabel 1. Ciri-ciri utama pupuk organik dan pupuk anorganik Ciri
Pupuk organik
Pupuk anorganik
Respon tanaman
Lambat
Cepat
Tanaman target
Khusus-luas
Luas
Penyediaan hara
Tidak langsung
Langsung
Proses hubungan tanaman
dengan Biologis
Kimia
Persyaratan mutu
Umumnya belum beku
Baku
Dampak lingkungan
Tidak ada
Ada
Keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk organik adalah tahan lama terhadap tanah dan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Berbeda dengan pupuk anorganik/kimia yang cepat direspon oleh tanaman akan tetapi mudah tercuci dan mudah hanyut. Pupuk Organik Padat (Feses) Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur degan sisasisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan
Universitas Sumatera Utara
nitrogen, asam fosfat dan kalium saja, tetapi karena mengandung hamper semua unsur hara makro unsur hara makro seperti, nitrogen (N), posfat (P 2 O 5 ), Kalium (K2 O) dan air (H 2 O) dan mikro, Kalsium (C a ), Magnesium (M g ), Tembaga (C u ), Mangan (M n ) dan Boron (B o ) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah (Sarno, 2008). Pupuk kandang (feses ternak) merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah sebagai bahan organik dalam tanah, pupuk kandang selain berperan sebagai penyumbang unsur hara untuk tanaman meskipun dalam jumlah sedikit, juga memperbaiki jumlah fisik tanah dan kimia tanah seperti meningkatkan kapasitas tukar kation dan meningkatkan kapasitas biologi tanah (Buckman dan Brady, 1982). Pupuk kandang yang penulis gunakan adalah pupuk kandang reksa yang diproduksi oleh Reksa subur sembada. Komposisi kandungan pupuk dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan unsur hara dari pupuk kandang Reksa No
Unsur hara
Jumlah (%)
1
N
1,94
2
P2 O5
1,89
3
K2 O
2,52
4
CaO
2,90
5
MgO
0,70
6
C/N ratio
11,59
7
C organic
9,04
8
pH
6,8-7,5
9
Moisture
Max 25
sumber: reksa subur sembada (2011). Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin) sehingga kualitas pupuk
Universitas Sumatera Utara
kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah dan kandungan haranya (Soepardi, 1979). Pupuk kandang termasuk urin biasanya terdiri atas campuran 0,5% N, 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K2 O (Tisdale and Nelson, 1965). Lingga (1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair. Nama Ternak Kuda
Bentuk Kotorannya Padat Cair Kerbau Padat Cair Sapi Padat Cair Kambing Padat Cair Domba Padat Cair Babi Padat Cair Ayam Padat dan Cair Kelinci Padat dan Cair sumber: lingga (1991)
Nitrogen (%) 0.55 1.40 0.60 1.00 0.40 1.00 0.60 1.50 0.75 1.35 0.95 0.40 1.00
Fosfor (%) 0.30 0.02 0.30 0.15 0.20 0.50 0.30 0.13 0.50 0.05 0.35 0.10 0.80
Kalium (%) 0.40 1.60 0.34 1.50 0.10 1.50 0.17 1.80 0.45 2.10 0.40 0.45 0.40
Air (%) 75 90 85 52 85 92 60 85 60 85 80 87 55
2.72
1.10
0.50
55.3
Metode Fermentasi Feses Kerbau Penambahan Bakteri (MOL) Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksida, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk
Universitas Sumatera Utara
akhir. Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi akhir dari bahan organic yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energy pedesaan (Judoamidjojo et al, 1992). Secara alami, kotoran ternak akan mengalami dekomposisi sehingga menjadi pupuk kandang yang siap pakai. Namun, proses ini berjalan sangat lama, berkisar 4-6 bulan. Untuk mempercepat proses pengomposan, bisa dilakukan dengan pembuatan bioaktivator. Mikroba yang terdapat dalam bioaktivator akan membantu menguraikan ikatan-ikatan kimia kompleks menjadi sederhana. Kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam membuat petani berfikir keras untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia. Kondisi ini memacu para ahli untuk membuat terobosan dengan menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, memperkaya bahan makanan dalam tanah, dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah. Pemanfaatan pupuk kandang juga dapat mengurangi pemakaian pupuk kinia hingga 50% untuk satu hektar lahan pertanian. Suntoro (2006) menyatakan, bahwa pupuk organik mempunyai kelebihan antara lain meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk cair dengan memanfaatkan jenis mikroorganisme lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah. Menurut Purwasasmita (2009), larutan MOL (mikroorganisme lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan
Universitas Sumatera Utara
penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik. Menurut Hadinata (2008), bahan utama dalam pembuatan MOL terdiri dari tiga komponen antara lain : (1) karbohidrat berasal dari air cucian beras, nasi basi, singkong, kentang, gandum, rebung, tapai, dan daun gamal; (2) glukosa dari gula merah, cairan gula pasir, dan air kelapa; (3) sumber mikroorganisme berasal dari keong mas, kulit buah-buahan, air kencing, dan terasi. Air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat; 0,29% protein; beberapa mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-1 magnesium; 0,1 mg L-1 besi; 37 mg L-1 fosfor; 24 mg L-1 belerang; dan 183 mg L-1 klor (Budiyanto, 2002). Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai sumber mikroorganisme dalam pembuatan MOL, karena kotoran ternak mengandung mikroorganisme selulolitik yang membantu proses pencernaan. Menurut Wanapat (2001), bakteri dan jamur lignoselulolitik memiliki peran penting dalam proses perombakan pakan ternak dalam bentuk selulosa di dalam rumen. Populasi mikroorganisme selulolitik berkembang dengan baik pada ruminansia yang diberi pakan utama berupa hijauan dengan serat yang tinggi. Faktor-faktor yang berperan penting dalam proses fermentasi antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, pH, temperatur, waktu, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, dan rasio C/N dalam bahan (Suriawiria,1996). Mikroorganisme dalam larutan MOL melakukan perombakan terhadap bahan organik yang terdapat dalam MOL sehingga terbentuk senyawa yang lebih sederhana. Menurut Hidayat (2006), fermentasi merupakan perubahan kimia beberapa enzim dengan memanfaatkan bakteri dan jamur sebagai dekomposer. Perubahan kimia dari fermentasi meliputi proses pengasaman, dan dekomposisi gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta dekomposisi senyawa organik. Suriawiria (1996) menyatakan bahwa proses pengomposan alami membutuhkan waktu yang sangat
Universitas Sumatera Utara
lama, antara 6 bulan hingga 12 bulan, sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman. Penggunaan mikroorganisme dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu. Menurut Lukitaningsih (2010), mikroorganisme mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar
2-3 minggu. Hidayat (2006)
4-14 hari, lama fermentasi yang disarankan
adalah 14 hari karena bahan organik telah mengalami proses dekomposisi. Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), pembuatan MOL starter dilakukan dengan proses fermentasi daun gamal dan air kelapa dengan konsentrasi 250 g L-1 air kelapa. Penggunaan MOL sangat murah dan efisien karena larutan MOL menggunakan bahan alami yang terdapat di lingkungan sekitar, serta proses pembuatannya yang sederhana. Bahan– bahan yang terdiri dari daun gamal, urin sapi, dan air kelapa dimasukkan dalam wadah tertutup, dan difermentasi selama beberapa minggu, setelah itu larutan MOL dapat digunakan sebagai aktivator dalam pembuatan pupuk kompos atau dapat langsung digunakan sebagai pupuk cair. Kerbau Murrah Kerbau Murrah merupakan kerbau sungai yang paling penting di India dan beberapa negara lainnya. Kerbau Murrah terdapat juga di Indonesia yang dipelihara di Sumatera Utara oleh orang-orang keturunan Sikh, India. Bangsa kerbau Murrah berasal dari India di Negara Bagian Uttar, Pradesh, Haryana, Punyab dan Delhi (Fahimuddin, 1975). Kerbau Murrah termasuk kerbau yang paling efisien dalam menghasilkan susu. Produksi susunya diperoleh sebanyak 1800 kg per laktasi dengan kadar lemak 7-8%, sedangkan lama laktasi 9-10 bulan. Ciri-ciri umum Kerbau Murrah adalahtubuh padat dan pendek, leher dan kepala relatif kecil, warna kulitnya hitam dengan warna putih pada dahi dan kaki , punggungnya lebar, tanduk melingkar rapat seperti spiral dan sangat kecil, bobot badan betina dewasa 450 kg dan dewasa jantan 550 kg, Menghasilkan susu 2.050 liter/laktasi
Universitas Sumatera Utara
Hijauan Makanan Ternak (Paspalumconjugatum, Brachiaria decumbens, dan Digitaria milanjiana) Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak seperti air, lemak, serat kasar, beta-protein, mineral serta vitamin. Dari cara tumbuhnya, rumput dapat digolongkan menjadi dua yaitu rumput liar/alami, dan rumput budidaya. Ketersediaan rumput alami semakin berkurang dengan meningkatnya persaingan antara lahan untuk tanaman pangan, perumahan dan industri sehingga perlu diadakan upaya pembudidayaan rumput alami ini agar tatap lestari dan bernilai ekonomi (Setyiana dan Abdullah, 1993). Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. Sementara Mc. Ilroy (1977) menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor- faktor seperti persistensi, agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah dan iklim. Tabel 4. Analisa Kadar Protein KasardanSeratKasar berbagai Jenis Hijauan Makanan Ternak Spesies Protein Kasar Serat Kasar 3-4 minggu Rataan 3-4 minggu Rataan Andropogon sp 13.20 7.60 26.90 31.00 Chloris gayana 14.90 8.40 27.40 30.10 Panicum maximum 13.50 8.20 28.30 33.80 Pennisetum sp 14.00 9.20 26.00 30.00 Setaria sp 10.90 6.50 30.80 33.00 (sumber: mc.ilroy 1981).
Rumput Paitan(Paspalum conjugatum)
Universitas Sumatera Utara
Rumput paitan merupakan jenis hijauan pakan ternak yang berasal dari Amerika dan Asia Tenggara. Di Indonesia persedia sangat melimpah yang banyak digunakan sebagai pakan ternak terutama kerbau, sehingga sering juga disebut rumput kerbau. Paitan tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian hingga 1700 meter dpl. Sering ditemukan di lapangan, dibawah pohon. Klasifikasi Rumput Paitan Divisi: Spermatophyta Sub divisi: Angiospermae Class: Dicotiledoneae Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Paspalum Spesies : Paspalum conjugatum. Ciri-Ciri Rumput Paitan: Berasal dari rumput liar, Tumbuh dengan cara stolon, Berakar serabut, Tinggi batang 40-60 cm, berdaun pita dengan panjang 30 -40 cm dan berujung runcing, Berbunga dengan 2-3 helai Rumput Signal (Brachiaria decumbens) Rumput Brachiaria decumbens (bede)disebut juga rumput signal berasal dari Afrika timur. Brachiaria decumbens mempunyai ciri-ciri, tinggi tanaman 30-45 cm, daun kaku dan pendek, ujung daun meruncing, mudah berbunga, bunga berbentuk seperti bendera. Brachiaria decumbens disebut rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan stolon membentuk hamparan yang lebat. Rumput bede termasuk rumput berumur panjang, dapat tumbuh dengan membentuk hamparan lebat dan penyebarannya sangat cepat melalui stolon. Rumput bede tahan penggembalaan berat, tahan injakan dan renggutan serta tahan kekeringan dan responsif terhadap pemupukan nitrogen. Selain itu rumput ini juga cepat tumbuh dan berkembang sehingga mudah menutup tanah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air. Rumput ini batangnya kecil mudah menjadi kering. Rumput bede dapat tumbuh baik pada ketinggian 0-1200 m (dataran rendah sampai dataran tinggi) dengan curah hujan 762-1500 mm/tahun, kemasaman tanah (pH) 6-7 (Kismono dan Susetyo, 1977). Klasifikasi Rumput Bede (Signal) Divisi : Angiospermae, Class: Monocotyledoneae, Ordo : Graminales, Family: Graminaea, Genus: Brachiaria, Species : Brachiaria Decumbens. Biasa ditanaman untuk padang penggembalaan sebagai pakan ternak. Terkadang juga sengaja
Universitas Sumatera Utara
di tanam untuk dilakukan pemotongan seperti halnya rumput gajah dan rumput raja. Rumput signal sangat cocok ditanam di daerah beriklim tropis dan sub-tropis dengan ketinggian mencapai 1750 meter dpl, dan kondisi hujan berkisar 1000-1500 mm/ tahun. Di Indonesia rumput signal sangat mudah ditemukan diantaranya di pinggiran jalan, selokan, lapangan, dan dipinggiran sawah. Manfaat rumput signal pada daunnya sebagai hijauan pakan ternakmemiliki nilai palatabilitas berkisar antara 60-70 % baik ternak ruminansia besar maupun ruminansia kecil. Mampu tumbuh dengan baik pada musim kemarau sehingga dapat digunakan untuk menanggulangi ketersediaan pakan ternak dikala musim kemarau. Selain itu bermanfaat sebagai penahan erosi dan penyubur tanah sebab memiliki perakaran yang sangat kuat dan dalam (Batubara dan Manurung, 1990). Kandungan isi sel rumput Bede mengalami menurun dengan meningkatnya tingkat kedewasaan tanaman, sedangkan kandungan fraksi serat (NDF, ADF, dan Lignin) meningkat dengan meningkatnya tingkat kedewasaan tanaman. Kualitas serat terbaik ditunjukkan oleh hijauan rumput Bede yang dipotong pada umur 30 hari, dan pemotongan rumput masih tetap dapat dilakukan sampai umur 40 hari. Keistimewaan rumput ini adalah tahan hidup di musim kemarau (tahan kering), selain itu karena mempunyai perakaran yang sangat kuat dan cepat menutup tanah sehingga dapat mengurangi erosi (Siregar, 1987). Pemotongan atau penggembalaan pertama dapat dilakukan setelah tanaman rumput bede berumur 2 bulan bila keadaan memungkinkan (cukup hujan) dengan tujuan untuk meratakan dan merangsang pertumbuhan akar tanaman. Pemotongan/penggembalaan berikutnya dilakukan setiap 5-6 minggu (40 hari) pada musim hujan, sedangkan musim kemarau diperpanjang sampai 8 minggu (60 hari). Tinggi potong rumput bede biasanya 5-15 cm dari permukaan tanah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau biasanya lebih dari 15 cm dari permukaan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan protein kasar dan serat kasar pada berbagai taraf pemotongan dilaporkan oleh Siregar dan Djajanegara (1972) adalah, 13,8% dan 29,69% pada pemotongan 20 hari, 8,86% dan 30,63% pada pemotongan 30 hari, 6,24 dan 33,27 pada pemotongan 45 hari serta 5,90 dan 34,1 pada pemotongan 60 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein kasar pada Brachiaria akan cenderung menurun dan serat kasar akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur potong rumput (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/) Rumput Digit (Digitaria milanjiana) Rumput Digit (Digitaria milanjiana) merupakan tanaman tahunan yang berkembang dengan stolon membentuk hamparan yang tidak rapat dengan ketinggian 60-120 cm. Bentuk daun tanaman ini memanjang dan kecil berwarna hijau cerah serta tekstur yang licin. Disukai oleh ternak dan cukup palatabel. Berasal dari Afrika Selatan. Jenis rumput ini tidak tahan terhadap penggembalaan yang berat dan terus menerus. Padang penggembalaan perlu dipangkas dengan cara dipotong atau dengan penggembalaan ringan 6-8 minggu setelah penanaman. Dapat tumbuh pada tempat yang memiliki tanah berstruktur sedang sampai berat yang basah (lembab) dengan ketinggian tempat 200-1.500 m dpl dan curah hujan 750-1.000 mm/tahun. Dapat dibiakkan dengan pols dan stolon yang panjangnya 20-30 cm Produktivitas Hijauan Makanan Ternak Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, serat kasar, beta-protein, mineral serta vitamin (Sinaga, 2005). Untuk mendapatkan produksi yang optimal dan nilai gizi yang tinggi perlu adanya tindakan kultur teknik secara tepat terutama dalam pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit yang
Universitas Sumatera Utara
baik, penanaman, pengairan dan penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti pemberian pupuk (Reksohadiprojo, 1985). Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang setiap rumput atau hijauan berbeda-beda. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari rumput yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal erat kaitannya dengan genetik dari rumput tersebut sedangkan faktor eksternal merupakan pengaruh dari lingkungan terhadap pertumbuhan hijauan makanan ternak tersebut. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi secara sempurna. Pemberian pupuk yang cukup merupakan hal yang penting karena tidak semua mineral yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya pemberian zat tambahan dengan dosis yang tepat. Persyaratan tumbuh juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, persyaratan tumbuh tersebut meliputi kebutuhan cahaya, nutrisi, air, CO 2 , dan gas-gas lainnya (Intannursiam, 2010). Kandungan Nutrisi Hijauan Pakan Ternak ( BK, SK, PK ) Menurut Siregar (1994) hijauan pakan ternak yang baru dipotong masih mengandung air 70% - 80% agar hijauan pakan mengalami penyusutan kandungan air menjadi 30% - 40% maka hijauan perlu diangin-anginkan selama 24 jam setelah pemotongan. Kualitas nutrisi bahan pakan merupakan faktor utama dalam memilih dan menggunakan bahan makanan tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksinya, kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai gizi, serat, energi, dan aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cernanya (Amalia, 2000). Kandungan air dalam hijauan sangat menentukan keberhasilan dalam proses fermentasi hijauan pakan ternak. Kandungan air yang baik adalah 65% - 75%, hijauan pakan ternak yang baru dipotong masih mengandung air 70% - 80%. Untuk mencapai kandungan air 65% - 75% maka hijauan diangin-anginkan sampai hijauan tersebut lentur atau layu
Universitas Sumatera Utara
apabila dipatahkan, tujuannya adalah meningkatkan nilai palatabilitas ternak dan menghindari ternak terkena bloat/kembung (Siregar, 1994). Bahan kering hijauan kaya akan serat kasar, karena terdiri dari kira-kira 20% isi sel dan 80% dinding sel. Dinding sel tersusun atas dua jenis serat yaitu yang larut dalam detergen asam yaitu hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel, dan yang tidak larut dalam detergen asam yakni ligno-selulosa, yang sering disebut Acid Detergen Fiber (ADF). Isi sel terdiri atas zat-zat yang mudah dicerna seperti protein, karbohidrat, mineral, dan lemak, sedangkan dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel, lignin dan silika. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Serat kasar dipengaruhi spesies, umur dan bagian tanaman (Hanafi, 2004). Menurut Tillman (1998) jumlah abu dalam bahan makanan sangat menentukan perhitungan BETN. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting. Anggorodi (1979) menyatakan bahwa protein esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel kehidupan. Protein mempunyai peranan penting dalam proses pertumbuhan produksi dan reproduksi. Andadari dan Prameswari (2005) menambahkan bahwa protein kasar adalah protein murni yang tercampur dengan bahan-bahan yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonia, dan sebagainya. Protein kasar (PK) mempunyai prinsip yaitu penetapan protein berdasarkan oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia. Selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk ammonium sulfat. Larutan dibuat menjadi basa, dan ammonium diuapkan kemudian diserap dalam larutan asam borat (Muchtadi, 1989). Menurut Tillman (1991) lemak adalah semua subtansi yang dapat diektraksi dengan bahan-bahan biologik dengan pelarut lemak seperti ester, kloroform, benzene karbon, aseton.
Universitas Sumatera Utara
Pada analisa proksimat lemak termasuk dalam fraksi ekstrak eter. Lemak adalah lipida sederhana yaitu ester dari tiga asam-asam lemak dan trihidro alkohol gliserol. Istilah lemak meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak dan perbedaannya adalah pada sifat fisiknya. Lemak merupakan solid atau padat pada temperatur kamar 200C sedangkan minyak pada temperatur tersebut berbentuk cair.
Universitas Sumatera Utara