II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Pembudidayaan Stroberi Stroberi merupakan tanaman buah berupa herbal yang ditemukan pertama
kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa, dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut (BAPPENAS dalam Prihatman, 2000). Kingdom
: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo (bangsa) : Rosales Famili (suku) : Rosaideae Subfamili
: Rosaceae
Genus
: Fragaria
Spesies
: Fragaria spp. Stroberi yang dapat temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang
dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrida yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Adapun
10
11
syarat pertumbuhan tanaman stroberi sebagai berikut (BAPPENAS dalam Prihatman, 2000). 1. Iklim (1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600 s.d. 700 mm/tahun. (2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8 s.d. 10 jam setiap harinya. (3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 s.d. 20 oC. (4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi yaitu antara 80 s.d. 90%. 2. Media Tanam (1) Apabila ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air, dan udara baik. (2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5,4 s.d. 7,0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6,5 s.d. 7,0. 3. Ketinggian tempat Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000 m dpl s.d. 1.500 m dpl. Pasar stroberi juga semakin luas karena buah subtropis itu tidak hanya dikonsumsi segar, namun buah stroberi dapat juga diolah menjadi berbagai macam olahan yang bermanfaat dan digemari masyarakat seperti selai, sirup, dodol, manisan, jus, es krim, dan jelly. Buah stroberi dapat juga bermanfaat bagi kesehatan
12
seperti anti kanker, mengencangkan kulit, mengatasi panas dalam, mencegah leukemia, menunda proses penuaan, anti tumor, pembersihaan sistem pencernaan, dan memutihkan gigi. Akibat dari banyaknya industri pengolahan yang memanfaatkan stroberi sebagai bahan baku dan mempunyai daya tarik yang sangat diminati oleh masyarakat (Prayoga, 2011). Stroberi merupakan buah daerah subtropic, maka dari itu stroberi yang dibudidayakan di Indonesia merupakan hasil introduksi. Adapun varietas introduksi yang dapat ditanam di Indonesia antara lain sebagai berikut (Balitjestro, 2010). 1. Sweet Charlie (asal Amerika Serikat) Varietas ini ditanam secara luas di dunia karena cepat berbuah, buah besar dengan warna jingga sampai merah, aroma tergolong kuat, sangat produktif, dan tahan terhadap serangan Colletotrichum. 2. Oso Grande (asal California) Varietas ini sekarang digunakan secara luas di dunia. Ukuran buah sangat besar, buahnya padat, tengahnya bertekstur seperti busa, dan hasil panen tinggi. 3. Tristar (asal Amerika Barat) Varietas ini memerlukan panjang hari netral. Ukuran buah medium sampai kecil, buah cocok untuk pengolahan makanan, dan tahan terhadap serangan penyakit red stele dan embun tepung. 4. Nyoho (asal Jepang Selatan dan Korea) Secara umum, varietas ini memiliki penampilan buah sangat menarik, mengkilap, buah padat, sangat manis, dan sangat cocok untuk bahan baku kue.
13
5. Hokowaze (asal Jepang Utara) Varietas ini memiliki hasil panen tinggi, aroma tajam, sedikit lunak, sangat rentan terhadap serangan Verticillium dan antraknosa serta tahan terhadap serangan penyakit embun tepung. 6. Rosa Linda (asal Florida) Varietas ini memiliki hasil panen tinggi dengan aroma buah yang kuat. Varietas ini digunakan sebagai buah meja dan olahan. 7. Chandler (asal California) Varietas ini telah ditanam secara luas di dunia. Ukuran buah besar, hasil panen tinggi, dan tahan terhadap serangan virus. Varietas-varietas tersebut telah banyak dibudidayakan, khususnya di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cianjur, Cipanas dan Sukabumi (Jawa Barat), Batu dan Situbondo (Jawa Timur), Magelang dan Purbalingga (Jawa Tengah), Bedugul (Bali), dan Berastagi (Sumatera Utara) (Balitjestro, 2010).
2.2
Teknik Budidaya Stroberi Teknik dalam budidaya stroberi melalui beberapa tahapan yaitu pembibitan,
pengolahan media tanam, teknik penanaman, pemeliharaan tanaman, mengenai hama dan penyakit serta gejala dan pengendaliannya, selanjutnya cara panen stroberi dan penanganan pascapanen stroberi, supaya mengetahui lebih jelasnya mengenai teknik budidaya stroberi akan dibahas pada anak subbab berikut ini (BAPPENAS dalam Prihatman, 2000).
14
2.2.1
Pembibitan Pembibitan stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan
stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar yaitu antara 40.000 s.d. 83.350 bibit stroberi. 1. Perbanyakan dengan biji terdapat pada cara sebagai berikut. (1) Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih didalam air selama 15 menit kemudian dikeringanginkan. (2) Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur 18 s.d. 20 oC. (3) Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindah tanam ke bedeng dengan jarak antar bibit 2 cm s.d. 3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Setelah itu, bedengan dinaungi dengan plastik bening selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun maka bibit dipindahkan pada media yang ada di kebun. 2. Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus berumur satu s.d. dua tahun yang sehat dan produktif. Adapun cara penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut.
15
(1) Bibit anakan Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung satu anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag berukuran 18 cm x 15 cm yang telah berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang halus (1:1:1). Setelah itu, simpan di bedeng persemaian beratapkan dengan plastik. (2) Bibit stolon Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong, kemudian bibit ditanam di dalam polibag berukuran 18 cm x 15 cm yang telah berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun. (3) Bibit untuk budidaya stroberi di polibag Pembibitan dari benih atau anakan atau stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan atau stolon di polibag kecil berukuran 18 cm x 15 cm siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 cm x 20 cm berisi media yang sama, setelah di polibag bibit dipelihara sampai menghasilkan. 2.2.2
Pengolahan media tanam Pengolahan media tanam pada tanaman stroberi dapat dilakukan dengan
beberapa teknik budidaya yaitu sebagai berikut.
16
1. Budidaya di kebun tanpa mulsa plastik (1) Saat awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30 cm s.d. 40 cm, kemudian dikeringanginkan selama 15 s.d. 30 hari. (2) Buat bedengan dengan lebar 80 cm x 100 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 cm x 60 cm atau guludan dengan lebar 40 cm x 60 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 cm x 60 cm. (3) Taburkan 20 s.d. 30 ton/ha pupuk kandang atau kompos secara merata di permukaan bedengan atau guludan dan biarkan bedengan selama 15 hari, kemudian buat lubang tanam dengan jarak 40 cm x 30 cm, 50 cm x 50 cm, atau 50 cm x 40 cm pada media tanah. 2. Budidaya di kebun dengan mulsa plastik. (1) Saat awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan kering dengan dianginkan 15 s.d. 30 hari. Setelah itu, buatlah bedengan dengan lebar 80 cm x 120 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm, atau guludan dengan lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm dan kemudian dikeringanginkan selama 15 hari. (2) Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan atau guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36, dan 100 kg/ha KCl setelah itu siram hingga lembab, kemudian pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan atau guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
17
(3) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30 cm, 40 cm, atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi berukuran 40 cm x 30 cm, 50 cm x 50 cm, atau 50 cm x 40 cm. Kemudian buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi. 3. Pengapuran Bila tanah masam, 2 s.d. 4 ton/ha kapur kalsit atau dolomit ditebarkan di atas bedengan atau guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan atau guludan selesai dibuat. 2.2.3
Teknik penanaman Siram polibag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya
dengan hati-hati, kemudian tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang. Pada tanaman tanpa mulsa, diberi pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36, dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di bagian kiri sampai bagian kanan tanaman, kemudian sirami tanah di sekitar pangkal batang hingga menjadi lembab. 2.2.4
Pemeliharaan tanaman
1. Penyulaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam, untuk tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal. 2. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan atau bedengan dicabut dan
18
dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan. 3. Perempelan atau pemangkasan Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua atau rusak dan juga tanaman stroberi diremajakan setiap dua tahun. 4. Pemupukan (1) Pertanaman tanpa mulsa yaitu dengan cara pupuk susulan diberikan 1,5 s.d. 2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal diantara barisan, setelah itu ditutup dengan tanah. (2) Pertanaman menggunakan mulsa yaitu dengan cara pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik, maka campurkan urea, SP-36, dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg yang dilarutkan dalam 200 ltr air, kemudian setiap tanaman disiram dengan 350 s.d. 500 cc larutan pupuk. 5. Pengairan dan penyiraman Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari, kemudian penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjauhi parit antar bedengan dengan air. 6. Pemasangan mulsa kering Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan atau guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal
19
3 cm s.d. 5 cm dihamparkan di permukaan bedengan atau guludan dan antara barisan tanaman. 2.2.5
Hama dan penyakit
1. Hama (1) Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii) Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1 mm s.d. 2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejalanya yaitu pucuk atau daun keriput, keriting, pembentukan bunga atau buah terhambat. Pengendalian dapat dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC. (2) Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.) Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segitiga, dan telur kemerah-merahan. Gejalanya yaitu daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering, dan gugur. Pengendalian dapat dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC, atau Agrimec 18 EC. (3) Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi) Kumbang penggerek akar (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus). Gejalanya yaitu, di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian dapat dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC, atau Curacron 500 EC disaat menjelang fase berbunga. (4) Kutu putih (Pseudococcus sp.) Gejalanya yaitu bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal. Pengendalian kimia dapat dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau dengan Decis 2,5 EC.
20
(5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi) Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman. Gejalanya yaitu tanaman
tumbuh
kerdil,
tangkai
daun
kurus,
dan
kurang
berbulu.
Pengendaliannya dapat dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G, atau dengan Nemacur 10 G. 2. Penyakit (1) Kapang kelabu (Botrytis cinerea) Gejalanya yaitu pada bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering. Pengendalian dapat dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD. (2) Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks) Gejalanya yaitu buah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian dapat dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, dan juga dengan Cupravit OB 21. (3) Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer) Beberapa gejalanya yaitu, pertama buah busuk, berair, berwarna coklat muda, dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh. Kedua di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam. Pengendalian dapat dengan membuang buah yang sakit, pascapanen yang baik, dan budidaya dengan mulsa plastik. (4) Empulur merah (Phytophthora fragariae hickman) Gejalanya yaitu jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.
21
(5) Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator) Gejalanya yaitu, pada bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur. Pengendalian dapat dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC. (6) Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae) Gejalanya yaitu, daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu tua. Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau dengan Antracol 70 WP. (7) Bercak daun Beberapa penyebab dari penyakit bercak daun, yaitu sebagai berikut. a. Ramularia tulasnii (Mycosphaerella fragariae) Gejalanya yaitu, bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih. b. Pestalotiopsis disseminata Gejalanya yaitu, bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat tua dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau kekuningan, menyebabkan daun mudah gugur. c. Rhizoctonia solani Gejalanya yaitu, bercak coklat kehitaman besar pada daun. Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga seperti Funguran 82 WP, Kocide 77 WP, atau Cupravit OB 21.
22
(8) Busuk daun (Phomopsis obscurans) Gejalanya yaitu, noda bulat berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian noda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian dapat dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP, atau Daconil 75 WP. (9) Layu vertisillium (Verticillium dahliae) Gejalanya yaitu, daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu, dan tanaman mati. Pengendalian dapat melalui fumigasi gas dengan menggunakan Basamid-G. (10) Virus Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau. Gejalanya yaitu, terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun, daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil. Pengendalian dapat menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisida untuk mengendalikan serangga pembawa virus. Pencegahan hama dan penyakit umumnya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun atau tanaman, menanam secara serempak (untuk memutus siklus hidup), menanam bibit yang sehat, memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga Rosaceae dan memangkas bagian tanaman atau mencabut tanaman yang sakit. Membudidayakan stroberi dengan mulsa plastik juga akan menekan pertumbuhan hama atau penyakit. Khusus untuk penyakit, perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.
23
2.2.6 Panen dan produksi Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbunga ketika berumur dua bulan setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang, dan setelah tanaman berumur empat bulan maka bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama dua tahun tanpa henti. 1. Ciri dan umur panen (1) Buah sudah agak kenyal dan agak empuk. (2) Kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan hingga kuning kemerahan. (3) Buah berumur dua minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah. 2. Cara panen Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya, dan panen dilakukan biasanya dua kali dalam seminggu. Perkiraan produktivitas tanaman stroberi bergantung dari varietas dan teknik budidaya, untuk varietas Osogrande mencapai 1,2 kg/tanaman/tahun, varietas pajero 0,8 kg/tanaman/tahun, dan varietas selva 0,6 kg/tanaman/tahun s.d. 0,7 kg/tanaman/tahun. Teknik budidaya stroberi dengan naungan UV memberikan hasil 1 kg/tanaman/tahun s.d. 1,25 kg/tanaman/tahun (Prayoga, 2011). Adapun data mengenai hasil produksi stroberi berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2011 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
24
Tabel 2.1 Produksi Stroberi Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2011 s.d. 2013 No
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sumatera Utara Sumatera Barat Jambi Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali NTB Sulawesi Utara Sulawesi Selatan TOTAL
Produksi per Tahun (ton) 2012 30 108 7 14 0 0 65 24 38.314 166.570 1.502 1.871 256 232 757 780 27 33 0 100 76 64 41.035 169.796
2011
2013 482 8 13 64 86.849 1.311 720 840 40 0 26 90.353
Sumber : Kementrian Pertanian (2014) 2.2.7
Penanganan pascapanen
1. Pengumpulan Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati supaya tidak memar, simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal atau plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan. 2. Penyortiran dan penggolongan Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran, dan bentuk buah. Terdapat tiga kelas kualitas buah yaitu sebagai berikut. (1) Kelas Ekstra: buah berukuran 20 mm s.d. 30 mm atau tergantung spesies, serta warna dan kematangan buah seragam.
25
(2) Kelas I: buah berukuran 15 mm s.d. 25 mm atau tergantung spesies, serta bentuk, dan warna buah bervariasi. (3) Kelas II: tidak ada batasan ukuran buah dan juga sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik. 3. Pengemasan dan penyimpanan Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih kapasitas 0,25 kg s.d. 0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0 s.d. 1 oC.
2.3
Konsep dan Definisi Risiko Ahli statistik sudah sejak lama mendefinisikan risiko sebagai derajat
penyimpangan suatu nilai di sekitar suatu posisi sentral atau sekitar titik rata-rata. Variasi lain dari konsep risiko sebagai suatu penyimpangan yaitu risiko merupakan probabilitas obyektif bahwa outcome yang aktual dari suatu kejadian akan berbeda dari outcome yang diharapkan. Kunci dalam definisi ini adalah risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan (Darmawi, 2004). Salvatore (2003) menyatakan risiko mengacu kepada situasi di mana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan dan probabilitas dari setiap hasil tersebut diketahui, sedangkan menurut Wijaya (2012) risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
26
2.3.1
Sumber-sumber risiko Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal
dari dua sumber yakni sumber internal dan eksternal. Sumber internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh diluar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, dan perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan (Darmawi, 2004). Menurut Harwood et al., (1999 dalam Sari, 2012) beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani sebagai berikut. 1. Risiko produksi Sumber risiko dari produksi dapat disebabkan oleh hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk. 2. Risiko pasar dan harga Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produksi subtitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik. Namun, risiko yang ditimbulkan oleh harga yang naik karena adanya inflasi dan dipengaruhi oleh perubahan harga produksi atau input yang digunakan.
27
3. Risiko kelembagaan atau institusi Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu oganisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi yang dapat disebabkan oleh institusi mempengaruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan peraturan. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga dari input s.d. output dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi petani. Fluktuasi harga input maupun output pertanian dapat mempengaruhi biaya produksi. 4. Risiko keuangan Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh cara petani dalam mengelola keuangannya. Risiko yang ditimbulkan antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih, dan likuiditas yang rendah. 5. Risiko manusia atau orang Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output optimal. Moral manusia dapat menimbulkan kerugian seperti adanya kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi. 2.3.2
Tipe-tipe risiko Hanafi (2009) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengelompokkan
risiko adalah dengan melihat tipe-tipe risiko. Bagian berikut ini menunjukan bahwa risiko dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe risiko yaitu, risiko murni dan risiko spekulatif.sebagai berikut.
28
1. Risiko murni (pure risks) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh risiko tipe ini adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya. 2. Risiko spekulatif adalah risiko dimana mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh risiko tipe ini adalah usaha bisnis. Dalam kegiatan bisnis mengharapkan keuntungan, meskipun ada potensi kerugian.
2.4
Hubungan Karakteristik dengan Risk and Return Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, maka ada faktor yang turut
mempengaruhinya yaitu karakteristik sang pengambil keputusan. Latar belakang karakter ini menjadi bagian yang dominan untuk dikaji sebagai bahan analisis pendukung tentunya. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut (Fahmi, 2013). 1. Takut pada risiko atau risk avoider Karakteristik seperti ini adalah dimana decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya, bahkan dia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya disebut dengan safety player. Mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan innovator. Namun, yang harus kita pahami bahwa hampir semua investor bertipe penghindar risiko, dalam artian mereka tidak ingin menanggung risiko yang akan timbul dalam bentuk kerugian yang akan timbul di kemudian hari.
29
Bagaimanapun investasi selalu dilihat sebagai bentuk usaha mencari keuntungan dalam bentuk finansial di kemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditanamkan pada saat ini. 2. Hati-hati pada risiko atau risk indifference Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun, bagi mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderuangan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil maka dia tidak akan mengubahnya begitu saja. 3. Suka pada risiko atau risk seeker atau risk lover Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko, karena bagi tipe ini semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan mempengaruhi besar terhadap setiap keputusan yang di ambil, mereka terbiasa dengan spekulasi dini dan itu pula yang membuat mereka penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja dan kalupun berada pada posisi pekerja maka itupun tidak akan berlangsung lama. Mental risk seeker atau juga disebut dengan risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar, karakter ini juga pada umumnya dimiliki oleh para pemberontak dimana mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan setelah itu yaitu berupa kemenangan.
30
2.5
Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta
mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut (Darmawi, 2004). Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau mungkin saja mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Apabila risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Beberapa situasi risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut, karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini (Hanafi 2009). 1. Identifikasi risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misalkan dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. 2. Evaluasi dan pengukuran risiko Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Apabila memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih
31
mudah dikendalikan. Beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. 3. Pengelolaan risiko Apabila organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misalkan kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, yaitu seperti penghindaran, ditahan (rentention), diversifikasi, transfer risiko (asuransi), pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing). Darmawi (2004) menyatakan dengan menerapkan manajemen risiko dapat memberikan sumbangan terhadap perusahaan yaitu sebagai berikut. 1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. Sebagian kerugian seperti hancurnya
fasilitas produksi mungkin bisa
menyebabkan perusahaan harus ditutup, jika sebelumnya tidak ada kesiapsediaan menghadapi musibah tersebut. 2. Laba dapat ditingkatkan dengan jalan mengurangi pengeluaran, maka manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. Misalnya, manajemen risiko dapat mengurangi pengeluaran dengan jalan mencegah atau mengurangi risiko kerugian. 3. Manajemen risiko dapat menyumbang secara tidak langsung laba setidaknya dengan cara-cara sebagai berikut.
32
(1) Apabila sebuah perusahaan memanajeri risiko murninya dengan berhasil, maka manajer akan bersikap tenang dan percaya diri, serta membuka pikiran untuk menyelidiki risiko spekulatif. (2) Membebaskan manajer umum dari memikirkan aspek risiko murni dari proyek yang bersifat spekulatif, maka manajemen risiko dalam hal ini menunjang peningkatan kualitas keputusan yang diambil. (3) Apabila keputusan telah diambil untuk menerima proyek yang bersifat spekulatif, maka penanganan risiko spekulatif lebih efisien. (4) Manajemen risiko dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas. (5) Melalui persiapan sebelumnya, manajemen risiko dalam banyak hal dapat membuat perusahaan melanjutkan kegiatannya walaupun telah mengalami suatu kerugian, jadi dengan demikian mencegah langganan pindah kepada saingan. 4. Menyebabkan ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu. 5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi, maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.
2.6
Identifikasi Risiko Sebelum memanajemen risiko, maka harus dapat diketahui adanya risiko itu,
berarti membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi dan dampaknya terhadap
aktivitas
perusahaan.
Pengidentifikasian
itu
merupakan
proses
33
penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko yang menantang perusahaan. Proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi (Darmawi, 2004). Menurut Hery (2015) dalam pelaksanaannya, teknik pencarian informasi untuk mengidentifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik berikut. 1. Kuesioner 2. Brainstorming 3. Teknik Delphi 4. Wawancara 5. Root Cause Analysis Setelah proses identifikasi semua risiko – risiko yang terjadi pada suatu usaha dilakukan, diperlukan suatu tindak lanjut untuk menganalisis risiko – risiko tersebut. Al Bahar dan Crandall, (1990 dalam Bria, 2012) mengemukakan bahwa yang dibutuhkan adalah menentukan signifikansi atau dampak dari risiko tersebut, melalui suatu analisis probabilitas, sebelum risiko – risiko tersebut dibawa memasuki tahapan respon manajemen. Langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko yaitu dengan menghitung probabilitas. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko mana yang perlu diperhatikan.
34
Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan kirakira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada orang lain (Kountur, 2008 dalam Dewiana, 2011). Pemilihan metode ini digunakan apabila perusahaan tidak memiliki data historis mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak risiko yang ada. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi ini dilakukan dengan cara expert opinion. Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan informasi dimana seseorang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang berapa besar kemungkinan (probabilitas) dan dampak yang terjadi dari suatu risiko. Beberapa sumber risiko yang dijelaskan diberikan kepada para ahli yang kemudian ahli tersebut memberikan pendapatnya terhadap perkiraan dampak dan probabilitas risiko. Kountur, (2008 dalam Dewiana, 2011) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko yaitu dengan meminta pendapat sekurang-kurangnya dari tiga orang yang dapat merepresentasikan pendapat optimis (O), most likely (M), dan pesimis (P). Pendapat yang menyatakan dengan optimis terhadap suatu kejadian pada umumnya memberikan penilaian lebih kecil karena beranggapan bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi dan dapat diantisipasi. Kriteria penentuan para ahli tersebut berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki selama bekerja. Setelah ketiga orang ini diwawancarai, kemudian dirata-ratakan nilainya. Rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut.
35
Probabilitas = Keterangan : Probabilitas Dampak (D) (O) (M) (P)
Dampak (D) =
..…………
(1)
= Peluang terjadinya akibat sumber-sumber risiko (%) = Dampak yang ditimbulkan akibat sumber-sumber risiko (%) = Pendapat Optimis (%) = Pendapat Most likely (%) = Pendapat Pesimis (%)
Penggunaan rumus di atas dilakukan agar data yang didapat tidak bias. Nilai most likely dikalikan empat karena nilai tersebut diasumsikan sebagai nilai yang dapat dipercaya dan nilai ini adalah nilai dari orang yang dianggap ahli dari kebanyakan kejadian secara umum. Penetapan dampak risiko tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan apakah risiko tersebut akan berdampak pada penurunan penerimaan yang sangat signifikan atau tidak. Besarnya dampak risiko dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut (Dewiana, 2011) Dampak (Rp) = Persentase kehilangan x rata-rata produksi x harga jual
..…
(2)
Keterangan : Dampak (Rp) = Biaya yang ditimbulkan dari sumber-sumber risiko (Rp) Persentase kehilangan = Pendapat ahli (%) Rata-rata produksi = Rata-rata produksi selama periode (kg) Harga jual = Rata-rata harga jual produk (Rp/kg) Persentase kehilangan yang dimaksud merupakan kehilangan produksi yang diberikan berdasarkan perkiraan para ahli, sedangkan rata-rata produksi diperoleh dari jumlah produksi per minggunya, sehingga didapatkan rata-rata produksi. Harga jual yang digunakan merupakan harga jual rata-rata. Status risiko digunakan untuk mengetahui mana risiko yang besar dan kecil, serta status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko
36
sampai dengan yang tidak berisiko. Secara matematis status risiko dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kountur, 2008 dalam Dewiana, 2011). Status Risiko = Probabilitas x Dampak (Rp) …………………………...…
(3)
Keterangan : Status Risiko = Urutan risiko dari yang paling berisiko (Rp) Probabilitas = Peluang terjadinya akibat sumber-sumber risiko (%) Dampak (Rp) = Biaya yang ditimbulkan dari sumber-sumber risiko (Rp)
2.7
Analisis Tingkat Risiko Sesudah manajer risiko mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi
perusahaan, maka selanjutnya risiko itu harus dianalisis seberapa besar tingkat risikonya supaya dapat menentukan relatif pentingnya risiko tersebut dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong dalam penetapan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya (Darmawi, 2004). Langkah pertama dalam menganalisis tingkat risiko yaitu dengan menghitung probabilitas. Metode yang digunakan untuk mengukur probabilitas pada penelitian ini adalah metode nilai standar (z-score). Menurut Kountur, (2008 dalam Amelia, 2012) terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung tingkat probabilitas dengan menggunakan metode z-score, sebagai berikut. 1. Menghitung nilai rata-rata produksi Nilai rata-rata produksi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ∑ni
i
n
…………………………………….......
Keterangan: = Nilai rata-rata dari hasil produksi (kg/tahun) Qi = Data setiap hasil produksi (kg/minggu) n = Jumlah data
(4)
37
2. Menghitung nilai standar deviasi (s) Nilai standar deviasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ∑ni
i-
√
n
…………………………………….......
5)
Keterangan: s = Nilai standar deviasi dari hasil produksi (kg/tahun) = Nilai rata-rata dari hasil produksi (kg/tahun) Qi = Data setiap hasil produksi (kg/minggu) n = Jumlah data 3. Menghitung z-score Nilai standar (z-score) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut. i-
……………………………………......
(6)
Keterangan: z = Nilai standar (z-score) yang dilihat dari tabel distribusi normal Qi = Data setiap hasil produksi (kg/minggu) = Nilai rata-rata dari hasil produksi (kg/tahun) s = Nilai standar deviasi dari hasil produksi (kg/tahun) Apabila kurva normal standar berbentuk simetris pada titik nol (mean) hasilnya akan sama meski memiliki tanda negatif, maka nilai z akan tetap sama walaupun bernilai positif ataupun negatif, dan begitu juga dengan luas areanya (probabilitas) (Salvatore, 2003). 4. Mencari nilai probabilitas (Pi) Langkah terakhir yang dilakukan dengan menyamakan atau memetakan kedalam tabel distribusi normal (tabel distribusi Z) nilai z-score yang telah diperoleh hasil dengan rumus 3. Konsep distribusi probabilitas sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil suatu produksi. Secara umum, hasil atau produksi dari
38
berusahatani akan paling tinggi pada saat kondisi yang optimal dan akan paling rendah selama produksi tidak optimal atau resesi. Apabila mengalikan tiap hasil atau produksi yang mungkin terjadi dari suatu usaha dengan probabilitasnya masingmasing dan kemudian menambahkan semua hasil perkalian, maka akan mendapatkan produksi yang diharapkan dari usaha yaitu sebagai berikut (Salvatore, 2003). Ekspektasi produksi ( ) ∑ni Keterangan: E(Q) Qi Pi
i.
i
……………………………
(7)
= Nilai yang diharapkan dari hasil produksi (kg/tahun) = Data setiap hasil produksi (kg) = Probabilitas dari masing-masing hasil produksi
Menurut Salvatore (2003) nilai yang diharapkan dari hasil produksi (expected production) merupakan rata-rata tertimbang dari semua tingkat produksi yang mungkin terjadi dalam berbagai periode dalam produksi, dimana probabilitas dari tingkat produksi digunakan sebagai bobot. 2.7.1
Ukuran risiko absolut Menurut Salvatore (2003) menyatakan semakin rapat distribusi probabilitas
semakin berisiko dari suatu keputusan atau strategi. Alasannya, semakin kecil nilai probabilitas bahwa hasil aktual yang akan terjadi akan menyimpang secara signifikan dari nilai yang diharapkan atau rata-rata. Hal tersebut dapat mengukur kerapatan atau derajat penyebaran probabilitas dengan memakai simpangan baku (standard deviation), yang diindikasikan oleh imbol igma σ . Simpangan baku (standard deviation) mengukur tingkat penyebaran hasil-hasil yang mungkin dari nilai yang diharapkan atau rata-rata produk i. Semakin kecil nilai tandar devia i σ , emakin rapat distribusi dan semakin kecil risiko.
39
Menghitung nilai
tandar devia i
σ dari
uatu di tribu i probabilita
tertentu, maka dapat memakai proses tiga langkah berikut (Salvatore, 2003). 1. Tiap hasil aktual (Qi) dikurangi sebesar nilai yang diharapkan E(Q) dari distribusi untuk mendapatkan serangkaian deviasi (di) dari nilai yang diharapkan, yaitu sebagai berikut. di = Qi – E(Q)
…………………………………….......
(8)
Keterangan: Qi = Hasil setiap produksi (kg) E(Q) = Expected production (kg/tahun) 2. Kudratkan tiap deviasi, kemudian kalikan dengan probabilitas dari setiap nilai yang diharapkan atau rata-rata, dan jumlahkan semuanya. Rata-rata tertimbang dari deviasi-deviasi yang telah dikuadratkan dinamakan dengan ragam (variance) dari di tribu i σ2), yaitu sebagai berikut. σ
∑
(
( ) .
i
…………………………............
(9)
Keterangan: = Ragam (variance) dari hasil produksi (kg/tahun) Pi = Probabilitas (Tabel distribusi Z) Qi = Data per periode hasil produksi (kg/periode) E(Q) = Expected production (kg/tahun) Nilai variance juga dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai ragam maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut (Elton dan Gruber, 1995 dalam Situmeang, 2011). 3. Hitung akar kuadrat dari ragam untuk mendapatkan simpangan baku (σ), yaitu sebagai berikut.
40
√∑
(
- ( ))
..……………………….....
(10)
Keterangan: σ = Simpangan baku dari hasil produksi (kg/tahun) Pi = Probabilitas (Tabel distribusi Z) Qi = Data per periode hasil produksi (kg/periode) E(Q) = Expected production (kg/tahun) 2.7.2
Ukuran risiko relatif Standar deviasi bukan merupakan ukuran yang baik untuk membandingkan
tingkat sebaran (risiko relatif) yang berhubungan dengan dua distribusi probabilitas atau lebih yang memiliki nilai yang diharapkan yang berbeda. Distribusi yang mengandung nilai yang diharapkan terbesar sangat mungkin memiliki standar deviasi yang lebih besar (ukuran sebaran absolut) tetapi tidak selalu memiliki dispersi relatif terbesar. Mengukur dispersi relatif, dapat menggunakan koefisien variasi (coefficient of variation). Koefisien variasi sama dengan simpangan baku dari suatu distribusi dibagi dengan nilai yang diharapkan dengan rumus perhitungannya sebagai berikut (Salvatore, 2003). oefi ien varia i Keterangan: CV σ E(Q)
σ
…………….…………..
(11)
= Coefficient variation produksi = Standard deviation produksi (kg/tahun) = Expected production (kg/tahun)
Koefisien variasi merupakan ukuran yang bebas dimensi, atau angka murni yang dapat digunakan untuk membandingkan risiko relatif dari dua proyek atau usaha maupun yang lebih dari dua proyek atau usaha. Proyek atau suatu usaha yang
41
memiliki koefisien variasi paling tinggi adalah proyek atau suatu usaha yang paling berisiko (Salvatore, 2003). Menurut Fahmi (2013) pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk memperoleh produksi yang diharapkan, dengan asumsi risiko dan production (produksi) bersifat linear, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
E(Q) IV
I
M
III
0
II
σ
Gambar 2.1 Hubungan Expected Production dan Standar Deviasi dalam Perspektif Risiko Operasional Keterangan: E(Q) = Expected production atau hasil produksi yang diharapkan. σ Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku di sini sering diartikan dengan tingkat risiko yaitu semakin besar simpangan bakunya maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi. Pada Gambar 2.1 dapat dipahami bahwa terdapat suatu hubungan kuat antara E
dan σ. Setiap titik-titik dan wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
42
1. Posisi I adalah dimana E
berada di po i i yang tertinggi dan σ juga berada di
posisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(Q) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya σ, atau dengan kata lain di sini kondisi maksimalitas expected production bersifat searah (linier) dengan risiko yang akan diterima. Contohnya pada saat suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitas produksi maka kemungkinan untuk meningkatkan penjualan pasti akan terjadi atau profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningkatkan jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnya perusahaan bisa memproduksi 4.000 unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700 unit. Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada risiko operasional perusahaan sebagai berikut. (1) Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat karena dipakai dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi. (2) Kebutuhan bahan baku yang diperlukan akan mengalami peningkatan yang tinggi dan tidak boleh terhenti karena akan mempengaruhi pada kelancaran produksi secara tepat waktu. (3) Ketersediaan barang hasil produksi harus selalu tersedia di gudang karena menyangkut dengan kelancaran order pesanan dari para distributor atau para pembeli, karena jika hal ini mengalami kemacetan maka kepuasan konsumen akan terganggu. 2. Posisi II adalah dimana E tinggi atau dengan kata lain E
berada di po i i rendah σ berada dipo i i yang dan σ ber ifat tidak earah atau (non linier).
43
Posisi ini mengharuskan suatu perusahaan melakukan antisipasi dan menerapkan strategi yang maksimal guna menghindari semakin terjadinya pergerakan kenaikan risiko secara lebih tinggi, karena semakin tingginya risiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal pada perusahaan seperti berikut. (1) Peningkatan kerugian perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauh dana cadangan banyak terkuras. (2) Apabila risiko kerugian ini tetap dibiarkan secara terus menerus maka akan menyebabkan perusahaan tersebut berada dalam kondisi financial distress (kesulitan keuangan). (3) Kredibilitas dan reputasi perusahaan akan semakin menurun karena berbagai pihak mulai dari rekanan bisnis atau (business partner) hingga para konsumen terutama konsumen aktual akan semakin kecewa. (4) Lebih jauh mampu menimbulkan risiko kebangkrutan (bankrupt). 3. Posisi III adalah dimana E
berada pada po i i rendah dan σ juga berada pada
posisi yang rendah, atau dengan kata lain E 4. Posisi IV adalah dimana E rendah atau dengan kata lain E
dan σ ber ifat earah linier).
berada pada po i i tinggi dan σ berada po i i dan σ ber ifat tidak earah non linier). Pada
kondisi ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu dicermati sebagai berikut. (1) Risiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan perusahaan berada titik atau posisi II. (2) Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat kontrol risiko alias (risk control) menjadi lemah karena perusahaan selama ini telah terbuai oleh profit dari hasil produksi yang terus mengalami kenaikan.
44
(3) Semangat kerja atau under pressure (dibawah tekanan) yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II dan ini bisa berdampak pada penurunan kedisiplinan kerja serta target dari pekerjaan yang harus dikerjakan. 5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi E
dan σ. Apabila pihak manajemen dan para komisaris perusahaan
(para pemegang saham) menginginkan kondisi yang stabil dalam artian safety position maka sebaiknya memilih posisi atau titik M saja.
2.8
Penanganan risiko Penanganan risiko merupakan langkah lanjutan dari proses identifikasi dan
menganalisis tingkat risiko. Penanganan risiko berbentuk langkah-langkah yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko bagi perusahaan. Menurut Kountur, (2008 dalam Sari, 2012) menyatakan terdapat dua cara penanganan risiko yaitu sebagai berikut. 1. Preventif Preventif adalah cara yang dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Cara ini cocok dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dapat dilakukan dengan berbagai cara membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.
45
2. Mitigasi Mitigasi adalah cara penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Cara mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk dalam mitigasi sebagai berikut. (1) Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. (2) Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. (3) Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan, maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya dengan melalui asuransi, leasing, dan hedging. Petani dapat melakukan beberapa cara untuk menangani risiko yang dihadapi serta meminimalisir kerugian usahataninya. Menurut Harwood et al., (1999 dalam Cher, 2011) beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
46
1. Diversifikasi usaha (enterprise diversification) Diversifikasi adalah suatu cara pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Cara diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. 2. Integrasi vertikal (vertical integration) Integrasi vertikal merupakan salah satu cara dalam payung koordinasi vertikal yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Pada sisi petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung pada banyak faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal, risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input atau output sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya. 3. Kontrak produksi (production contract) Kontrak produksi ini biasanya menetapkan dengan rinci suplai input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditas tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani. 4. Kontrak pemasaran (marketing contract) Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dengan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditas sebelum panen atau sebelum komoditas siap dipasarkan. Kepemilikan komoditas saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input, dan kapan waktunya.
47
5. Perlindungan nilai (hedging) Perlindungan nilai dilakukan untuk mengalihkan risiko pada pihak lain yang lebih baik dalam manajemen risikonya melalui transaksi instrumen keuangan. 6. Asuransi (insurance) Asuransi adalah kontrak perjanjian pihak yang diasuransikan dengan perusahaan. Perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan. Premi asuransi akan diterima oleh pihak yang diasuransikan sebagai kompensasinya.
2.9
Risiko Portofolio dalam Diversifikasi Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah
satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu (Hanafi, 2009). Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi asset atau aktiva ataupun sekuritas. Hal ini berdasarkan pertimbangan apabila salah satu aset menghasilkan
48
return yang rendah, maka aset yang lain diharapkan menghasilkan return yang tinggi sehingga kerugian bisa tertutupi. Keputusan manajemen untuk mengusahakan satu usaha tunggal (spesialisasi) atau diversifikasi bisa murni termotivasi karena tingkat keuntungan yang diharapkan (expected profit) tanpa mempertimbangkan kaitannya dengan upaya menurunkan risiko (Hanafi, 2009). Teori portofolio membantu manajemen dalam pengembalian keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Portofolio dalam bidang pertanian umumnya dilakukan dengan menanam lebih dari satu tanaman dalam satu lahan pada waktu bersamaan. Portofolio bertujuan mencari hasil pengembalian tertinggi dari proporsi penggunaan lahan pada tingkat risiko terendah dengan hasil tertentu (Hanafi, 2009).
2.10
Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko pada komoditas
hortikultura, yaitu sebagai berikut. Situmeang (2011) memperoleh perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting yaitu 0,5 artinya untuk setiap satu-satuan yang diperoleh dari usahatani cabai merah keriting, maka risiko yang dihadapi adalah sebbesar 0,5 kg pada saat terjadi
49
risiko produksi. Dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko. Strategi pengelolaan risiko tanaman cabai merah keriting yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu dengan melakukan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian sampai panen. Strategi mitigasi yakni diversifikasi tidak begitu menguntungkan karena dari hasil perhitungan portofolio besaran risiko yang dihasilkan sama yaitu sebesar 0,5. Berdasarkan hasil perbandingan risiko yang telah dilakukan Cher (2011) dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Dapat dilihat juga bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditas wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Tanaman wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditas sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas pada komoditas wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam, oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditas wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation
50
sebesar 0,273. Pada hasil analisis portofolio tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi. Penilaian risiko produksi pembenihan melon Sari (2012) memperoleh perhitungan besaran risiko yang dihadapi oleh CV Multi Global Agrindo dalam memproduksi beberapa varietas benih melon yaitu dilihat nilai koefisien variasi varietas MAI 119 lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya, yaitu sebesar 0,766. Terendah terjadi pada benih melon varietas SUMO yaitu 0,342. Sementara, nilai koefisien variasi benih melon varietas LADIKA adalah 0,462, menunjukkan bahwa varietas SUMO memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Cara untuk menekan risiko yang terjadi, CV MGA melakukan kegiatan portofolio dari ketiga varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO, dengan tujuan supaya perusahaan dalam menghadapi risiko salah satu varietas benih melon akan ditutupi oleh varietas lainnya, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian yang terlalu tinggi. Tingkat risiko portofolio terbaik pada kombinasi varietas LADIKA dan SUMO dengan hasil sebesar 0,424. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada LADIKA dan SUMO dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan diatas merupakan referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun secara lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
51
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu Peneliti Helentina Situmeang (2011)
Judul Penelitian Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Cipateng, Kecamatan Ciawi, Bogor
Putri Annisa Cher (2011)
Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada PT Masada Organik Indonesia Di Bogor Jawa Barat
Purnama Fitri Sari (2012)
Analisis Risiko Produksi Pembenihan Melon di CV Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
2.11
Persamaan a. Identifikasi sumbersumber risiko b. Pengukuran risiko dengan probabilitas, expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation c. Strategi penanganan risiko preventif dan mitigasi a. Identifikasi sumbersumber risiko b. Pengukuran risiko menggunakan probabilitas,expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation c. Strategi penanganan risiko preventif dan mitigasi a. Identifikasi sumbersumber risiko b. Pengukuran risiko menggunakan probabilitas,expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation c. Strategi penanganan risiko preventif dan mitigasi
Perbedaan a. Lokasi penelitian di Desa Cipateng, Kecamatan Ciawi, Bogor b. Komoditas yang diteliti yaitu cabai merah keriting c. Waktu penelitian selama bulan Desember s.d. Februari 2012 d. Tidak menganalisis risiko pada usaha diversifikasi a. Lokasi penelitian berada di PT Masada Organik Indonesia di Bogor Provinsi Jawa Barat b. Komoditas yang diteliti adalah sayuran organik c. Waktu penelitian berlangsung selama bulan April s.d. Mei 2011 d. Tidak menganalisis risiko pada kegiatan portofolio a.Lokasi penelitian berada di CV Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah b. Komoditas yang diteliti adalah pembenihan melon c. Tidak menganalisis risiko pada kegiatan portofolio
Kerangka Pemikiran UD Agro Mandiri mempunyai produk unggulan yaitu komoditas stroberi
yang sangat digemari oleh wisatawan yang berkunjung untuk memetik buah stroberi secara langsung dan banyak supplier yang ingin bekerjasama, namun perusahaan
52
sering menghadapi permasalahan yaitu adanya risiko yang dihadapi dalam memproduksi stroberi yang ditandai dengan hasil produksi berfluktuasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari data produksi pada masa lalu (data historis) yang digunakan untuk menganalisis tingkat risiko dan penyebab terjadinya fluktuasi, kemudian mengidentifikasi sumber-sumber risiko tersebut dengan teknik pencarian informasi yaitu wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang kemudian dianalisis dengan metode expert opinion untuk mengetahui probabilitas, dampak, serta status risiko yang diakibatkan oleh sumber-sumber risiko produksi stroberi. Sumber-sumber risiko yang telah diidentifikasi dan diketahui status risikonya, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat risiko yang diukur dengan menggunakan ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ragam (variance) merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari production dengan rata-rata produksi dikalikan dengan peluang dari setiap periode produksi, semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangan sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. Simpangan baku (standard deviation) dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance, risiko dalam penelitian ini berarti penyebaran dari hasilhasil produksi yang diharapkan yang menunjukkan besarnya risiko, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Koefisien variasi (coefficient variation) diukur dari rasio standard deviation dengan production yang diharapkan atau ekspektasi produksi (expected production), maka semakin kecil nilai coefficient variation, maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi.
53
Setelah menganalisis tingkat risiko, maka selanjutnya mencari cara penanganan yang dapat dilakukan untuk menghadapi adanya risiko produksi stroberi pada UD Agro Mandiri, sehingga dapat memberikan rekomendasi untuk menangani masalah risiko dalam memproduksi stroberi di UD Agro Mandiri. Alur kerangka pemikiran analisis risiko produksi stroberi pada UD Agro Mandiri di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut. Produksi stroberi di UD Agro Mandiri
Fluktuasi produksi stroberi, yang diduga usaha tersebut rentan terhadap risiko produksi
Identifikasi sumber-sumber risiko produksi Expert opinion : 1. Probabilitas 2. Dampak 3. Status risiko
Analisis Tingkat risiko 1. Ragam (variance) 2. Simpangan baku (standard deviation) 3. Koefisien variasi (coefficient variation)
Cara penanganan yang dapat dilakukan dalam menghadapi adanya risiko produksi stroberi
Simpulan
Rekomendasi
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Analisis Risiko Produksi Stroberi pada UD Agro Mandiri di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng
54
2.12
Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan ilmiah yang dilandasi oleh kajian teoretik
dan empirik yang merupakan jawaban sementara dari tujuan penelitian yang dapat diuji kebenarannya secara empirik (Antara, 2014). Hipotesis yang diambil penulis pada penelitian ini sebagai berikut. 1. Diduga yang menjadi sumber-sumber risiko produksi stroberi di UD Agro Mandiri adalah kondisi cuaca, hama dan penyakit, dan tenaga kerja. 2. Diduga risiko dalam memproduksi stroberi di UD Agro Mandiri mempunyai tingkat risiko yang tinggi. 3. Diduga cara penanganan yang dapat dilakukan dalam menghadapi risiko produksi stroberi yaitu dengan lebih meningkatkan peran manajemen.