TINJAUAN PUSTAKA
Botani Stroberi Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut ( BAPPENAS, 2000) : Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Rosaceae
Genus
: Fragaria
Spesies
: Fragaria spp.
Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria xananassa var duchenes. Stroberi ini adalah hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. var duschenes dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschenes dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis stroberi tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis stroberi dengan buah berukuran besar, harum, dan manis (Adanikid, 2008). Sifat dan ketahanan buah stroberi untuk masing-masing varietas berbeda-beda. Kondisi ini mengakibatkan buah stroberi yang dipanen, baik waktu maupun tingkat
Universitas Sumatera Utara
kesegaran dan kekerasan buah tidak sama. Oleh karena itu, perlakuan yang diberikan untuk setiap varietas dapat berbeda. Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan luka mekanis akibat benturan atau hama-penyakit (Amarta, 2009). Bunga stroberi berbentuk klaster (tandan) pada beberapa tangkai bunga. Biasanya bunga mekar tidak bersamaan, bunga yang terbuka awal biasanya lebih besar ukurannya. Bunga berwarna putih, berdiameter 2,5 - 3,5 cm, terdiri dari 5 – 10 kelopak bunga berwarna hijau, 5 mahkota bunga, sejumlah tangkai putik dan 2 – 3 lusin benang sari. Benang sari tumbuh pada 3 lingkaran kedudukan. Jika benang sari berisi tepung sari fertile, benang sari tersebut berwarna kuning emas. Sementara itu, cairan nektar dihasilkan di daerah tangkai buah, bagian dasar benang sari atau disebelah luar bunga betina ( Yudi P., 2007 ). Buah stroberi berwarna merah. Buah yang biasanya dikenal adalah buah semu, yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang berasal dari ovul yang diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan. Bunga primer mempunyai pistil terbanyak yaitu lebih dari 400 buah, jumlah pistil pada bunga sekunder antara 200-300 buah, sedangkan pada bunga tersier hanya 50-150 buah ( Prihartman,K., 2006 ).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ukuran buah, warna dan kematangan buah, menurut Ariyanto Y. dan W. Adhi, 2009, buah stroberi dibagi atas 3 kelas: 1. Kelas Ekstra: ¾ buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; ¾ warna merah dan kematangan buah seragam. 2. Kelas I: ¾ buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; ¾ bentuk dan warna buah bervariasi. 3. Kelas II: ¾ tidak ada batasan ukuran buah; ¾ sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik. Berdasarkan bobot buah, stroberi diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: 9 Kelas AA: > 20 gram/buah 9 Kelas A : 11-20 gram/buah 9 Kelas B : 7-12 gram/buah 9 Kelas C1 : 7-8 gram/buah Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak mengandung air, serta tertutupi pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang. Buku-buku batang yang tertutup oleh sisi daun mempunyai kuncup (gemma). Kuncup ketiak dapat tumbuh menjadi anakan atau stolon. Stolon biasanya tumbuh memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman baru.
Universitas Sumatera Utara
Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar (calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya mencapai 100 cm, namun akar tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya. Stolon adalah cabang kecil yang tumbuh mendatar atau menjalar di atas permukaan tanah. Penampakan stolon secara visual mirip dengan sulur. Tunas dan akar stolon tumbuh membentuk generasi tanaman baru. Stolon yang tumbuh segera dipotong atau dipisahkan dari rumpun induk sebagai bahan tanaman (bibit). Bibit yang berasal dari stolon disebut geragih atau runners ( Adanikid, 2008). Bila menyentuh tanah, ruas sulur akan membentuk akar serabut dan tumbuh menjadi tanaman baru. Satu bibit minimal terdiri dari satu ruas. Dengan demikian, tanaman baru tersebut dapat dijadikan bibit dengan cara dipisahkan dari induknya. Tanaman induk yang dipilih sebaiknya berumur 3 bulan, sehat dan produktif. Pada umur tersebut, tanaman sudah menghasilkan stolon. Disamping dapat ditanam langsung, bibit stolon juga dapat disemaikan terlebih dahulu, tergantung keadaan akarnya. Daun tanaman stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun berbentuk bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifoliate). Bagian tepi daun bergerigi, berwarna hijau,
Universitas Sumatera Utara
dan berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, kemudian daun akan kering dan mati ( Gayo, B.,2009 ). Menurut Ariani dan Sri Retno.,2007, Stroberi (Fragaria chiloensis L.) sangat kaya akan nutrisi. Setiap 100 gram stroberi mengandung : protein 0,8 g; lemak 0,5 g; karbohidrat 8,3 g; kalsium 28 mg; fosfor 27 mg; zat besi 0,8 mg; vitamin A 60 SI; vitamin B1 0,03 mg; vitamin B2 0,07 mg; vitamin C 904,12 mg; Niasin 60 mg; Air 89,9 g; Serat 3,81 gram; magnesium 16,60 mg; potassium 44,82 mg; selenium 1,16 mg; folat 29,38 mg. Masa hidup tanaman stroberi bisa mencapai dua tahun. Stroberi dapat menghasilkan buah pada usia tanam empat hingga lima bulan. Setelah buah dipetik, tanaman Stroberi akan berbuah kembali dan dapat dipanen setelah lima belas hari kemudian. Saat peralihan musim hujan ke musim kemarau, tanaman akan mengalami penurunan produksi sekitar 30% ( Santi, 2009 ). Varietas Pada dasarnya hasil panen merupakan hasil kerja sama antara genetis varietas dengan lingkungannya, sedangkan kemampuan adaptasi varietas dengan lingkungan antara suatu varietas dengan varietas lainnya berbeda (Muhadjir dan Silahooji, 1996). Dimana indeks panen suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor genetisnya dan juga lingkungan tempat dimana tumbuh (Coursey, 1979). Pengembangan varietas unggul tanaman ditentukan oleh banyak faktor dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program produksi pertanian. Faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
tersebut antara lain adalah faktor lingkungan makro tempat tumbuh varietas yang bersangkutan dan varietas unggul tanaman yang bagaimana yang akan dikembangkan. Pengambilan kebijakan dalam pengembangan varietas unggul tanaman menentukan keberhasilan pembangunan pertanian secara sinambung yang mampu memanfaaatkan potensi wilayah tumbuh tanaman setempat (Bahaiki dan Wicaksana, 2005). Varietas unggul memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas. Untuk mengantisipasi beragamnya lingkungan tumbuh tempat pertanaman, telah dilepas dan ditawarkan beberapa varietas yang bersifat unggul (Muhadjir dan Arsana, 1999). Varietas unggul tidak tampak keunggulan produksinya didaerah yang kurang cocok untuk pertumbuhan tanamannya, hal ini karena varietas unggul tersebut tidak dapat beradaptasi terhadap lingkungannya sehingga tidak dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil maksimal (Suharno, 1998). Menurut Sjechnadarfuddin dkk ( 2005) bahwa tinggi rendahnya tingkat kuantitas dan kualitas hasil suatu tanaman sebagian besar dipengaruhi oleh varietas yang digunakan. Selain itu varietas unggul biasanya memiliki tingkat resistensi/ketahanan yang lebih tinggi terhadap serangan berbagai jenis hama penyakit, kualitas yang lebih baik seperti warna/penampakan, rasa dan lain-lain. Menurut Muhadjir dan Arsana (1999) bahwa varietas unggul adalah kumpulan tanaman yang seragam susunan genetik maupun keragaan fenotifnya, memiliki sifat-
Universitas Sumatera Utara
sifat yang lebih baik dan diharapkan hasilnya lebih tinggi dari pada varietas lain pada keadaan lingkungan tertentu. Varietas unggul dengan kualitas lebih baik akan mampu meningkatkan produksi secara signifikan. Oleh karena itu upaya-upaya budidaya untuk memperoleh varietasvarietas berkualitas baik akan terus diusahakan ( Suharno, 1998). Varietas unggul memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas. Untuk mengantisipasi beragamnya lingkungan tumbuh tempat pertanaman, telah dilepas dan ditawarkan beberapa varietas yang bersifat unggul ( Amarta, 2009 ). Sifat dan ketahanan buah stroberi untuk masing-masing varietas berbeda-beda. Kondisi ini mengakibatkan buah stroberi yang dipanen, baik waktu maupun tingkat kesegaran dan kekerasan buah tidak sama. Stroberi merupakan buah daerah sub tropik. Oleh karena itu, stroberi yang dibudidayakan di Indonesia merupakan hasil introduksi. Varietas introduksi yang dapat ditanam di Indonesia antara lain : 1. Sweet Charlie (asal Amerika Serikat). Varietas ini ditanam secara luas di dunia karena cepat berbuah, buah besar dengan warna jingga sampai merah, aroma tergolong kuat, sangat produktif dan tahan terhadap serangan Colletotrichum. 2. Oso Grande (asal California). Varietas ini sekarang digunakan secara luas di dunia. Ukuran buah sangat besar, buahnya padat, tengahnya bertekstur seperti busa, dan hasil panen tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3. Tristar (asal Amerika Barat). Varietas ini memerlukan panjang hari netral. Ukuran buah medium sampai kecil, buah cocok untuk pengolahan makanan, dan tahan terhadap serangan penyakit red stele dan embun tepung. 4. Nyoho (asal Jepang Selatan dan Korea). Secara umum, varietas ini memiliki penampilan buah sangat menarik, mengkilap, buah padat, sangat manis, sangat cocok untuk bahan baku kue. 5. Hokowaze (asal Jepang Utara). Varietas ini memiliki hasil panen tinggi, aroma tajam, sedikit lunak, sangat rentan terhadap serangan Verticillium dan antraknosa, dan tahan terhadap serangan penyakit embun tepung. 6. Rosa Linda (asal Florida). Varietas ini memiliki hasil panen tinggi dengan aroma buah yang kuat. Varietas ini digunakan sebagai buah meja dan olahan. 7. Chandler (asal California). Varietas ini telah ditanam secara luas di dunis. Ukuran buah besar, hasil panen tinggi dan tahan terhadap serangan virus. Varietas- varietas tersebut telah banyak dibudidayakan, khususnya di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cianjur, Cipanas dan Sukabumi (Jawa Barat), Batu dan Situbondo (Jawa Timur), Magelang dan Purbalingga (Jawa Tengah), Bedugul (Bali), dan Berastagi (Sumatera Utara). ( Balitjestro, 2009 ).
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan Stroberi Lingkungan tanaman stroberi membutuhkan temperatur rendah, pembudidayaan di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian membudidayakan stroberi. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi (BAPPENAS, 2000). Suhu yang cukup dingin di malam hari dibutuhkan untuk memicu proses inisiasi bunga, sedangkan di siang hari tanaman stroberi, membutuhkan cukup cahaya matahari untuk proses fotosintensis dan pematangan buah (Gusyana, 2009). Unsur radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Chowdury et al., 1994 ). Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan yaitu sekitar 8–10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90% (Prihartman.K., 2006).
Universitas Sumatera Utara
Tempat yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir yang mengandung tanah liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara yang baik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi adalah sekitar 6.5-7.0 dengan ketinggian tempat sekitar 1000-1.300 mdpl (BAPPENAS, 2000). Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah ( Guslim, 2007). Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuah yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian juga sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman (Gusyana, 2009). Kondisi lingkungan tempat tanaman dapat mempengaruhi rasa dan aroma buah stroberi, walaupun hal ini dipengaruhi oleh sifat genetik tanamannya. Varietas stroberi
Universitas Sumatera Utara
yang tumbuh pada malam harinya akan mempunyai rasa lebih enak dibandingkan yang tumbuh di bawah udara berawan. Lembab dan panas malam hari ( Yudi P., 2007 ). Data rata-rata iklim dari ketiga lokasi penelitian selama penelitian dari bulan Februari hingga Mei 2010 dapat dilihat pada tabel berikut : KETINGGIAN TEMPAT ( mdpl )
Max
Min
Bandar Baru
700
33.3
Tongkoh
1200
Merek
1400
LOKASI
SUHU RH
CAHAYA
CH
HH
23.8
86
56
48
5
23.0
18.2
88
51
188
19
24.1
20.7
85
53
88
10
Sumber : Stasiun Meteorologi Pertanian Sibolangit, Tongkoh dan Merek
Universitas Sumatera Utara