TINJAUAN PUSTAKA
Tablet Effervescent Effervescent
didefenisikan
sebagai
bentuk
sediaan
serbuk
yang
menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992). Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga
terbentuk
garam
natrium
dari
asam
dan
menghasilkan
gas
karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya membantu
memperbaiki
karbonat
yang
dapat
rasa obat-obat tertentu
(Banker dan Anderson, 1986). Bahan dasar pada pembuatan effervescent adalah asam sitrat, asam tartarat, natium bikarbonat, sukrosa. Asam sitrat dam asam tartarat berperan dalam perubahan warna menjadi larutan kuning jernih. Kedua asam tersebut mempengaruhi
perubahan
warna
pada
minuman
effervescent
(Wahyuningsi, D., 2004). Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah
penyiapan
larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat. Kerugian
tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk sudah cukup untuk
memulai
reaktivitas
mungkin
effervescent. Kelembaban udara
di sekitar tablet setelah wadahnya dibuka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk, setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat (Banker dan Anderson, 1994). Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan tambahan untuk tablet effervescent yang akan membedakan dengan tablet biasa adalah sifat menyerap air (higroskopis) bahan tambahan. Bentuk bahan tambahan dengan sedikit atau tidak menyerap air dianjurkan dapat lebih stabil untuk dipakai pada effervescent. Akan tetapi sedikit air juga dibutuhkan dalam proses granulasi. Bahan tambahan yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent agar lebih stabil yaitu asam sitrat. Asam sitrat bersifat menyerap air (higroskopis) sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang dengan kelembaban udara yang tinggi. (Wikipedia1, 2010). Reaksinya adalah sebagai berikut : H3C6H5O7 . H2O + 3 NaHCO3
Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2
Asam sitrat
Na-Bikarbonat
Na-Sitrat Air Karbondioksida
H2C4H4O6
+ 2 NaHCO3
Asam Tartarat Na-Bikarbonat
Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2 Na-Tartarat
Air
Karbondioksida
Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan, oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk. Pengendalian akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet effervescent. Jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi tidak akan terjadi dan tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, et al., 1992). Tinjauan Umum Tanaman Jahe Klasifikasi ilmiah tanama jahe : Kerajaan Filium Sub-divisi Kelas Ordo Familia Genus Species
: Tumbuhan : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Zingiberales : Zingiberaceae : Zingiber : Zingiber officinale
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu dari sejumlah temuan dari family Zingiberaceae yang menempati posisi penting dalam perekonomian masyarakat indonesia, karena perannya dalam bebrbagai aspek kegunaan, perdagangan, kehidupan, adat kebiasaan dan kepercayaan. Jahe juga merupakan komoditas yang sudah ada sejak ribuan tahun yang digunakan sebagai bagian dari ramuan
rempah-rempah
yang
diperdagangkan
secara
luas
didunia.
Penggunaan komoditas jahe terus berkembang, baik jumlah, jenis, kegunaan maupun nilai ekonominya (Kadin Indonesia, 2007). Daerah asal jahe tidak diketahui dengan pasti, kemungkinan bersal dari daerah tropis di Asia, seperti India dan Cina. Keberadaan jahe di Indonesia telah diketahui sejak abad ke-13, dimana Marcopolo pada masa perjalanannya tahun
1271-1297 menemukan jahe
tumbuh di Cina, Sumatera dan
Malabar
(Purseglove et al., 1981). Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu : 1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. 2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit. Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. 3. Jahe merah. Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan (Wikipedia2, 2010). Jahe segar merupakan jahe yang baru dipanen dan belum mengalami perubahan struktur maupun bentuknya. Setelah jahe dipanen dan dicuci dengan air penyemprot yang bertekanan, kemudian dihamparkan dan dikering anginkan pada
hamparan dengan sirkulasi udara. Adapun syarat mutu pada jahe segar dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Syarat Mutu Jahe Segar (SNI– 01–7087–2005) No 1. 2. 3. 4. 5.
Karakteristik Kesegaran jahe Rimpang bertunas Kenampakan irisan melintang Bentuk rimpang Serangga hidup
Syarat Segar Tidak ada Cerah Utuh Bebas
Keterangan: Kesegaran: Jahe dinyatakan segar apabila kulit jahe tampak halus, mengkilat dan tidak keriput. Bentuk rimpang: Rimpang jahe segar dinyatakan utuh bila cabang-cabang dari rimpang jahe tidak ada yang patah, dengan maksimum 2 penampang patah pada pangkalnya. Rimpang bertunas: Jahe segar dinyatakan mempunyai rimpang bertunas apabila salah satu atau beberapa ujung dari rimpang telah bertunas. Kenampakan irisan melintang: Jahe segar bila diiris melintang pada salah satu rimpangnya maka penampangnya berwarna cerah khas jahe segar (Standar Nasional Indonesia, 2005). Jahe kering adalah jahe yang diawetkan melalui proses pengeringan baik pengeringan menggunakan tenaga surya maupun dengan pengeringan buatan. Jahe kering dalam perdagangan dapat disajikan dalam bentuk dikuliti, tanpa dikuliti dan setengah dikuliti. Adapun syarat mutu jahe kering dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Syarat Mutu Jahe Kering (Sesuai SNI 01-3393-1994) Karakteristik Bau dan rasa Kadar air, % (bobot/bobot), maks Kadar Minyak ,(ml/100g),min Kadar abu, % (bobot/bobot), maks Berjamur dan berserangga Benda asing,% (bobot/bobot), maks (Wikipedia2, 2010).
Syarat Mutu
Cara Pengujian
Khas 12,0
Organoleptik SP-SMP-7-1975 (ISO R 939-1969 (E)) SP-SMP-37-1975 SP-SMP-35-1975 (ISO R 929-1969 (E)) Organoleptik SP-SMP-32-1975 (ISO R 937-1969 (E))
1,5 8,0 Tak ada 2,0
Jahe memiliki aroma yang khas dan memiliki peran berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti arthritis. Akan tetapi jahe memiliki aroma dan rasa yang kurang disukai sebagian orang karena memilki rasa seperti jamu dan sulit larut dalam air, tetapi dengan penambahan asam sitrat dan sodium bikarbonat dapat mimicu rasa menjadi lebih disukai dan mempercepat larut dalam air. Karena asam sitrat sangat mudah larut dalam air dan dapat memicu rasa menjadi lebih disukai, sodium bikarbonat juga sumber utama penghasil karbondioksida yang larut sempurna dalam air dan dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) memiliki rasa yang enak (Wikipedia2, 2010).
Komposisi Kimia Jahe Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Menurut Burkill (1953) dalam Khairani (2002),
kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan rasa
pedas
dan
zingiberol
sekitar
0,04%
di
dalam
oleoresin
(Whiteley et al., 1951 dalam Khairani 2002). Minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma khas, sedangkan cita rasa jahe yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh oleoresin yang merupakan komponen jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) Komponen Energi (KJ) Protein (g) Karbohidrat (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin C (mg) Serat kasar (g)
Jumlah Jahe segar 184 1,5 1 10,1 21 39 4,3 3,7 4 7,53
Jahe kering 1424 9,1 6 70,8 116 148 4,7 147 5,9
Sumber : Koswara (1995).
Minyak Atsiri Minyak atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap atau essensial oil, secara umum didefenisikan sebagai persenyawaan organik yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalamai dekomposisi. Tidak larut dalam air, mempunyai rasa getir dan mempunyai aroma yang khas menurut tanaman yang menghasilkannya (Paimin, 1991).
Kandungan rhizoma jahe ditentukan oleh umur panen dan jenis jahe. Pada umur panen muda kandungan atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur tua, kandungan minyak atsirinya makin menurun meskipun baunya menyengat. Kegunaan minyak atsiri adalah sebagai bahan baku minuman ringan (Ginger Ale), industri farmasi seperti parfum dan kosmetik serta penyedap. Minyak atsiri merupakan pemberi aroma yang khas pada jahe, komponen utama pada minyak atsiri menyebabkan bau harum yaitu zingeberen (C 12 H 24 ) dan zengiberol (C 15 H 26 O) (Herman, 1985).
Oleoresin Oleoresin adalah salah satu snyawa yang dikandung jahe yang biasa diambil. Oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit yang khas pada jahe. Sifat pedas ini tergantung pada umur panen. Semakin tua umurnya semakin pedas dan pahit. Oleoresin mengandung komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu ginger ale sebagai komponen utama, shagaol dan zingeron dalam jumlah relative sedikit (Purseglove, et al., 1981). Oleoresin jahe terbuat dari ekstraksi tepung jahe kering berukuran 30-60 mesh, bentuknya berupa cairan pekat berwarna coklat tua dengan kandungan minyak oleoresin diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik tertentu seperti etanol, aseton, diklorida, isopropenol, dan heksan. Oleoresin termasuk minyak tak menguap sehingga cara mengekstraknya pun pada keadaan hampa udara. Komponen dalam oleoresin adalah zingerol, zingerone, resin, minyak atsiri dan masih banyak kandungan di dalamnya (Paimin dan Muhananto, 2000).
Ekstraksi zingero yang menyebabkan rasa pedas, dalam bentuk murni, sulit dilakukan karena senyawa ini mudah bereaksi dengan pelarut. Pemanasan dengan menggunakan
larutan
NaOH
menyebabkan
komponen sehingga rasa pedas pun hilang. Ekstrasi pelarutan
eter, disusul dengan
penambahan
dilakukan
rusaknya dengan
NaOH sehingga menghasilkan
zingerone (Paimin dan Murhananto, 2000). Shogaol merupakan homolog dari zingerone dengan rumus kimia C 17 H 24 O 3 . Selain itu, oleoresin juga mengandung minyak atsiri dan resin yang komponennya belum dapat diidentifikasi (Paimin dan Muhananto, 2000).
Manfaat Jahe Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak atsiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan ain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah
empedu. Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain : • Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah. • Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak.. • Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol. • Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabok perjalanan. • Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan angin. • Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh (Koswara, 1995). Pembuatan Tablet Effervescent
Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dibagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Proses pencampuran Proses pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang homogen. Tujuan ini dapat dicapai bila sifat partikel penyusun campuran dan faktor lainnya yang mempengaruhi proses pencampuran adalah sama. Sifat fisis dari partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran, bentuk, densitas dan kelembaban partikel, sedangkan faktor lainnya adalah kadar partikel. Pada proses pencampuran ini bahan-bahan yang dicampurkan meliputi sumber karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Wikipedia3, 2004). 2. Proses pencetakan tablet Pada prinsipnya, tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metoda pembuatannya apakah dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metoda granulasi, metoda kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk metoda kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi, pengikat dan penghancur harus memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak akan menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi untuk zat aktif dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik diperlukan bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitas (Wikipedia3, 2004).
Bahan Penstabil Gula Sukrosa Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, dan kelapa kopyor. sukrosa adalah gula yang memiliki harga murah dan diproduksi dalam jumlah besar. Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi (Almatsier, 2001). Winarno (1997) menjelaskan bahwa sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari monosakarida glukosa dan fruktosa. Untuk industri-industri makanan biasa digunakan dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah banyak digunakan bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup sukrosa dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula invert. Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis terutama untuk meningkatkan cita rasa. Disamping itu juga digunakan sebagai pengawet karena tekanan osmosanya yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya
plasmolisis
yang
mengakibatkan
kematian
bagi
mikroba
(Buckle, et al., 1987).
Bahan Pengisi Maltodekstrin Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim. Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati adalah amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air merupakan
komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin mempunyai Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE maka produk akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat pengeringan dan sebagai bahan pengental (Fardinatri, 2007). Acryl Suatu senyawa akrilik biasanya merupakan α, β-unsaturated senyawa karbonil : mengandung karbon-karbon ikatan rangkap dan karbon-oksigen ikatan rangkap, dipisahkan oleh karbon-karbon ikatan tunggal. Acryl berfunggsi sebagai pelicir sekaligus adsorban pada pembuatan tablet. Pelicir berfungsi untuk melancarkan masuk dan keluarnya bahan pada tempat cetakan tablet sehingga banyak bahan yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan selanjutnya tetap seragam (Wikipedia4, 2010).
Bahan Tambahan Sumber Asam Asam
dapat
menurunkan
pH
makanan
sehingga
menghambat
pertumbuhan bakteri-bakteri pembusuk. Asam dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: (1) asam alami yang umumnya asam organik yang berasal dari buah-buahan misalnya asam tartarat, asam sitrat dan asam malat; (2) asam yang dihasilkan melalui proses fermentasi, misalnya asam asetat dan asam laktat; (3) asam-asam sintetik, misalnya asam malat dan asam fosfat (Winarno dan Jenie, 1983). Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi, mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular,
anhidrous dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Lieberman, et al., 1992). Asam sitrat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai pengaruh terhadap aroma dan dapat mengikat logam. Asam sitrat biasanya ditambahkan pada sirup, jam, jelli yang bertujuan untuk mengurangi rasa manis, memperbaiki tekstur dan sebagai pengawet. Asam sitrat juga digunakan untuk menurunkan pH dalam
pengolahan
bahan
makanan
dan
memberi
rasa
asam
(Purba dan Rusmarilin, 1989). Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor enhancer atau bahan pemicu rasa. Bahan pemicu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan karateristik produk pangan yang dihasilkan. Biasanya, bahan pemicu rasa hanya ditambahkan dalam jumlah kecil. Asam sitrat sebagai bahan pemicu rasa, banyak digunakan dalam industri, terutama industri makanan karena memiliki tingkat kelarutan yang tinggi,
memberikan
rasa
asam
yang
enak
dan
tidak
bersifat
racun
(Alhafidz, 2010). Asam sitrat mempunyai efek yang baik terhadap aroma dan dapat mengkelat logam. Sebagai pengkelat logam, asam sitrat dapat mengikat atau mencekram logam-logam bivalen seperti Mn, Mg, Fe yang sangat dibutuhkan sabagai katalis reaksi biologis (Buckle, at al., 1987) Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya
dalam
alkohol
sedang,
dan
sedikit
larut
dalam
eter
(Branen, et al., 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+ (Winarno, 2002).
Sodium Bikarbonat Sodium bikarbonat merupan sumber utama penghasil karbondioksida dalam sistem effervescent. Sodium bikarbonat larut sempurna dalam air, nonhigroskopik, harganya murah. Dalam makanan sodium bikarbonat sering pula digunakan sebagai soda kue atau baking soda (Liberman et.al, 1992). Sodium bikarbonat juga dikenal sebagai abu soda. Basa ini dapat digunakan sebagai bahan pembuatan effervescent Sodium bikarbonat banyak digunakan dalam industri laundry, tetapi dapat pula digunakan dalam pembuatan tablet effervescent. Basa ini larut dalam air, dengan pH 10.1 pada konsentrasi 2 persen (Liberman et al., 1992). Natrium bikabonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik di dalam air, higroskopis serta tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai granular dan NaHCO3 dapat
menguapkan air dari bahan dan juga dapat menstabilkan asam yang bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air (Wikipedia3, 2004). Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut : NaHCO3
Na+ + HCO3-
HCO3- + H2O
H2CO3 + OH-
HCO3-
CO3= + H+
Perbadingan antara asam dan NaHCO3 harus diperhatikan agar tidak menimbulkan rasa seperti sabun atau rasa asam yang pahit. Soda kue aktivitas cepat terbuat dari dua masam asam, yaitu asam tartarat dan garam asam K-tartrat yang mudah larut dalam air. Karena itu pelepasan CO2 lebih cepat (Winarno, 2002). Tahap-tahap Pembuatan Tablet Effervescent Jahe Sortasi Sortasi dilakukan dengan memilih rimpang jahe yang cukup tua, masih segar dan tidak rusak, lalu dicuci dengan air bersih, juga dapat digunakan air yang mengandung klor atau detergen (Frazier dan Westholff, 1977). Blanching Secara umum tujuan blanching adalah menonaktifkan enzim. Disamping itu juga menaikkan temperatur jaringan, untuk membersihkan bahan, dan untuk melayukan bahan sehingga memudahkan perlakuan berikutnya. Dan yang paling penting dalam blanching adalah mikroba (Purba dan Rusmarilin, 1985). Blanching dilakukan terutama menginantifkan enzim-enzim didalam bahan pangan, diantara enzim yang paling tahan panas dalam proses pengolahan seperti dalam sayuran dan buah-buahan. Perlakuan blanching praktis selalu
dilakukan karena jika bahan pangan dibekukan tidak dapat menghambat kaeaktifan enzim secara sempurna. Blanching dipengaruhi panas yang diberikan sehingga dapat mematikan mikrobia dan blanching biasanya dipanaskan pada suhu 820C-930C selam 3-5 menit (Winarno, et al., 1980).
Penghancuran dan Penyaringan Penghancuran bertujuan untuk mengeluarkan sari buah keampas atau serat buah, sedangkan penyaringan bertujuan untuk memisahkan ampas dari sari buah. Penghancuran dilakukan dengan menggunakan blender dengan penambahan air perbandingan buah : air adalah 1 : 2, tergantung dari tinggi rendahnya aroma buah (Astawan dan Astawan, 1991). Adapun tujuan ekstrasi dari buah ini adalah untuk mengambil sari atau cairan dari dalam buah yang akan diteliti. Oleh sebab itu buah yang akan diblanching kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender dan disaring menggunakan kain saring (Satuhu, 1996).
Penambahan Bahan Aditif dan Pengeringan Pada umumnya sebelum tabletasi dilakukan, bahan obat atau bahan pembantu yan diperlukan digranulasi, artinya partikel-partikel serbuk diubah manjadi butiran granulat. Dalam hal ini diperoleh butiran, dimana partikel serbuk memiliki daya lekat. Disamping itu daya alirnya akan menjadi lebih baik. Dengan daya alir tersebut, pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontinyu dan homogen (Voight, 1995).
Pengeringan merupakan suatu metode untuk menghilangkan sebagian dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan bantuan energi matahari atau energi panas lainnya (Earle, 1982).
Pengemasan Setelah pencampuran dan tabletasi selesai, produk tablet effervescent segera dikemas dengan kemasan primer yang hermetis (kedap uap air dan kedap gas), misalnya dengan aluminium foil berlapis polietilen supaya dapat dikelim (sealing). Setelah dikemas dengan kemasan primer, penyimpanan produk effervescent dapat dilakukan pada (Liberman et al., 1992).
ruangan bersuhu dan ber-RH normal