TINJAUAN P U S T A K A Daur
Daur adalah suatu jangka. waktu antara penanaman dan penebangan atau antara penanaman dan penanaman berikutnya di tempat yang sama, yang ditentukan oleh jenis. 11asil yang diinginkan, nilai tanah dan suku bunga lisaha yang tersedia. Konsep daur dipakai untuk pengelolaan hutan seumur, sedangkan untuk hutan tidak seumur istilah yang memiiki arti yang sama adalah sikIus tebang (cutting cycle). lstilah daur berkaitan erat dengan adanya konsep hutan normal. Secara ideal, hutan normal akan terdiri atas kelompok tegakan dan semua umur yang mempunyai potensi sama, mulai dari umur satu tahun sampai akhir daur.
Oleh karena itu,
menentukan panjang daur merupakan salah satu faktor kunci dalam pengelolaan hutan seumur sesuai dengan definisiriya. Masalah penentuan panjang daur sangat berkaitan erat dengan cara menentukan waktu, yang diperiukan oleh suatu jenis tegakan untuk mencapai kondisi masak tebang, atau siap dipanen. Lamanya waktu tersebut tergantung pada
sifat pertumbuhan jenis yang diusahakan, tujuan
pengelolaan dan pertimbangan ekonomi. Dari sinilah lahir beberapa macarn atau cara d d a m menentukan panjang daur (Departemen Kehutanan, 1992). Osmaton ( 1 968) menjelaskan bahwa daur merupakan suatu faktor pengatur dalam pengusahaan Iiutan seumur.
Daur akan dipakai pada waktu rnembuat
rancangan perusahaan tersebut, d m akan tcrdapat perbedaan yang besar dalanl penataan hutan apabila tegakan ditebang pada batas bawah dari umur tebang atau dibiarkan tumbuh sarnpai tegakan berada di atas miskin nap. Lama daur tidak selaiu
sama dengan tahun sebenamya tegakan hams ditebang. Karena keadaan silvikultur danlatau pertimbangan lain dapat menyebabkan tegakan hams ditebang lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan. Dari segi pasar, daur ditentukan oIeh macam p ~ o d u ktegakan, tipe tegakan, tempat tumbuh dan jenis tanaman. Dengan demikian daur dari jenis yang sama sed~kitbanyak dipengaruhi oleh tempat tumbuh (Chapman, I 9 3 1). Menurut Osmaston ( 1 968), lamanya daur tergantung pada interaksi beberapa faktor, yaitu : a. Tingkat kecepatan pertumbuhan tegakan, yang tergantung pada jenis pohon, lokasi tempat tumbuh serta intensitas penjarangan. b. Karakteristik jenis atau spesies tanaman, dimana hams dipcrhatikan umur maksimal secara alami, umur menghasilkan benih, umur kecepatan turnbuh terbaik dan umur kualitas terbaik. c. Pertirnbangan ekonomi, dimana hams memperhitungkan ukuran yang dapat dipasarkan dan harga terbaik yang dapat diperoleh. d. Respon
tanah
terhadap
penggunaan
yang berulang-ulang,
ha1 ini
erat
hubungannya dengan batuan induk, pelapukan tanah dan alelopathy. Hiley (1956) menyatakan bahwa ada beberapa macanl daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan sifat tegakan sesuai dengan tujuan pengelolaan hutan yang bersangkutax, yaitu : I.
Daur Silvikultur, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan saat tegakan dapat tumbuh mempertahankan kualitasnya atau mengadakan permudaan dan reproduksi.
2 . Daur Teknis, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan dimana tegakan
telah mencapai ukuran yang sudah ditetapkan untuk keperIuan produk yang akan dihasilkan. 3. Daur Pendapatan Tertinggi (daur produksi maksimal), yaitu daur yang ditetapkan
berdasarkan keadaan dimana tegakan dapat menghasilkan pendapatan atau volume tertinggi per satuan luas per tahun tanpa memperhitungkan jumlah modak untuk mendapatkannya. Daur ini dapat ditentukan dengan memotongkan kurva riap CAI dan kurva riap M A 1 dari jenis yang bersangkutan. 4.
Daur Finansial, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadan dimana tegakan dapat menghasilkan keuntungan atau nilai finansial terbesar. Penentuan daur ini dapat didekati dengan dua cara, yaitu :
a. Nilai Harapan Tanah Pendekatan yang terkenal dikemukakan oleh Martin Fustman, guna menyelesaikan rnasalah evduasi lahan hutan untuk kepentingan pajak. Rumus yang dikemukakannya adalah :
dimana :
Se
=
NiIai harapan tanah
Yr
=
Hasil bersih panenlpenebanyan akhir daur
Ti
=
Hasil bersih penjarangan pada tahun ke-a sampai tahun
C
=
Biaya pengelolaan
p
=
tingkat suku bunga
E
=
biaya administrasi dan manajemen (biaya tahunan)
b. Hasil Finansial
Pendekatan in1 menggunakan kritena-kritena investasi, yaitu Net Present Value ( N P V ) , Internal Rate ofRelui-n (IRR) dan Benefit (:ost I
( B C R ) , yang dihitung dari biaya-biaya yang dikeluarkan dan pendapatan
yang diperoleh sampai tegakan tersebut ditebang habis (umur daur). Menurut Perhutani (1992), daur adalah jangka waktu antara saat penanaman hutan sampai dengan saat pemungutan hasil akhir atau Iebangan habis. Daur dibedakan menurut jangka waktu (lamanya) sebagai berikut : a. Daur pendek
: kurang dari 15 tahun
b. Daur rnenengah
:
c. Daur Panjang
: lebih dari 40 tahun
15-35tahun
Pada dasarnya daur yang digunakan adalah daur ekonomislfinansial karena lebih sesuai tujuan perusahaan. Namun demikian dalam menetapkan daur juga mempertimbangkan berbagai aspek lain sesuai kondisi sosial ekonomi daerah, tingkat kerawanan sosial dan sebagainya. Sebagai pedoman umum daur jenis kayu kelas perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Jati 2. Pinus
3. Damar
40
- 80 tahun
2 5 tahun 20 - 25 tahun
4. Mahoni
30
5. Sonokeiing
10 - 60 tahun
6. Rasamala
40
-
-
60 tahun
60 tahun
7. Meranfi
70 tahun
8. Sengon
8 tahun
9. Maugiunl
10. Gmelina
8 - 15 tahun
7 - 15 tahun
Pengaturan Hasit Menurut Osmaston (1968), dalarn tegakan seumur terdapat d u a macam tipe hasil tegakan, yaitu : 1. Hasil akhir (hasiI utama), merupakan tebangan pada akhir daur yang disusul
dengan permudaan. Hasil akhir ini berguna untuk mengendalikan perbandingan sebaran kelas umur. 2. Hasil antara, yaitu
tebangan
hasil
penjarangan.
Hasil
ini merupakan
pengendalian ekonomi yang mempengaruhi parjang daur d m kualitas kayu. Pengaturan hasil lebih ditekankan pada hasil utarna (hasil akhir), dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimum dari tebangan tersebut dengan ukilran dan kualitsts kayu yang iebih baik, dan untuk mendapatkan keseimbangan antara etat dan riap. Beberapa ha1 yang perlu diperhatikan d d a m pengaturan hasil, yailu : I. Penentuan jumlah kayu yang seharusnya atau sebaiknya ditebang. 2. Penentuan alokasi dari h a i l akhir dan hasil antara.
3 . Penyusunan rencana penebangan menurut alokasi tempat dan waktu.
Ada beberapa metoda pengaturan hasil yang dapat digunakan pada tegakan seumur dimana ha1 ini tergantung pada bentuk tegakan, sistem silvikultumya, pengetahuan volume, riap dan daur tegakan. 1. Metoda berdasarkan areal
a. Pengendalian berdasarkan prinsip silvikuitur. Metoda ini banyak digunakan di areal hutan tropis. Hutan dibagi ke dalam beberapa bagian yang sama dan masing-masing bagian tersebut ditebang setiap tahunnya. b. Pengendalian dengan daur dan penyebaran kelas umur. Daiam ha1 ini hasil
akhir dari tegakan seumur dapat diatur dengan menggunakan hubungan sederhana antara areal dan daur. 2. Metoda berdasarkan volume dan riap
a. Metoda Austria b. Metoda Hundeshagen c. Metoda Gerdhart
d. Metoda Chapman 3. Metoda Berdasarkan luas dan volume
Metoda ini biasa dipakai berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No. 143/Kpts/Dj/V1974
yang
kemudian
disesuaikan
untuk
tebangan
Acuc~u
rnangium, berdasarkan persetujuan Biro Perencanaan Unit III Jawa Barat atas
usul SPH I Bogor Nomor 155/043.9/SPH Bgr/III tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi Wutan Kelas Perusahaan Acacia mangrum. Analisis Proyek
Proyek adalah suatu keseiuruhan aktivitas yang menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan kernanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasii (returns) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit.
Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan
(objective) dan mempunyai titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Baik biaya-biayanya maupun hasilnya yang pokok dapat diukur (Kadariah, KarIina dan Gray, 1978). Menurut Gray et al. (1992), analisis proyek mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Mengetahui tingkat keuntungan yang akan dicapai meIalui investasi dalam suatu proyek. b. Menghindari pemborosan sumber-sumber yang digunakan. c. Mengadakan penilaian terhadap niIai investasi yang ada untuk memilih altematif proyek yang paling mengmtungkan. d. Menentukan prioritas investasi.
Untuk penilaian suatu proyek terdapat berbagai macam cam, tetapi yang paling banyak dan sering digunakan adalah Discounted Cash Flow Analysis (Analisis Arus Tunai yang Didiskonto). Metoda yang digunakan dalam menghitung pengaruh
waktu addah metoda pendiskontoan.
Semua biaya dan pendapatan dikurangi
menjadi nilai sekarang dengan prosentase tahunan tertentu (Darusman, 1981). Karena dalam investasi proyek selama periode waktu tertentu (umur proyek) akan
seldu
menerima
ataupun mengeluarkan
sejumlah
uang,
maka
perlu
dipertimbangkan bahwa uang yang diterirna pada masa yang akan datang tidak sama dengan uang yang diterima pada saat sekarang karena adanya faktor interest rate tertentu. Oleh karena itu untuk kepentingan perhitungan niIai uang tersebut perlu dievaluasi pada satu waktu tertentu yaitu waktu sekarang (Gaspersz, 1992). Menumt Gray et aI. ( I 992), dalam rangka mencari suatu ukuwn menyeluruh tentang baik tidaknya suam proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut disebut "Jnvestmenr Criter~a".Terdapat tiga macam kriteria dalam melakukan suatu evaluasi terhadap investasi proyek yang sekarang ini banyak digunakan, yaitu : a. Net Present Value (NPV) Net Present Vulue (NPV) adalah metoda untuk menghitung selisih antara
niIai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penenmaan kas bersih di masa yang akan datang.
Dalam evaluasi suatu proyek, kriteria keputusan
layak dinyatakan oleh NPV yang lebih besar atau s m a dengan no]. Jika NPV lebih kecil daripada no1 berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dm1 oleh karena itu proyek dinyatakan tidak layak dan pelaksanaannya hams ditolak. Secara matematis NPV dapat dimmuskan sebagai berikut :
NPV
=
n Z t=O
Dimana : NPV
Bt - Ct (1
+ i)t
=
Net Present Value
B,
=
benefit sosial bmto pada tahun ke-t
Cl
=
biaya sosial bruto sehubungan proyek pada tahun ke-t
i
=
tingkat suku bunga
t
=
umur proyek (t = 0,1,2, ..., n)
b. Net Benefit-Cost Ratio (BCR) Net Benefit -Cost Haslo (BCR) merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang pos~tifdengan present value yang negatif
Kritena
kelayakan proyek adalah jika BCR 2 1 dan tidak layak jika BCR < 1. Secara matematis BCR dapat dirumuskan sebagai berikut : n C (B, t=l
BCR
-
Ct)/(1 + i)' : untuk Bt - Ct > 0
=
n C (C, - &)/(I i= I dimana : BCR
+ i)' : untuk B, - Ct < 0
=
Net Benefit-Cbst Katro
Bt
=
benefit sosial bruto pada tahun ke-t
C,
=
biaya sosial bruto sehubungan proyek pada tahun ke-t
i
=
tingkat suku bunga
t
=
umur proyek (t = 0,I,2, ..., n)
c . Internal Rafe of Return (IRR)
Pada dasarnya IRR menggambarkan prosentase laba sebenarnya yang dihasilkan proyek. Internal Rate of Return (IRR)addah nilai discount rate sosial yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Analisis yang dilakukan adalah jika Z X R lebih besm daripada tingkat suku bunga yang Serlaku proyek dapat d~jalankan,sedangkan apabila IRR yang didapat Iebih keciI daripada tingkat suku bunga yang berlaku maka dikatakan tidak Iayak dan tidak dapat dijIankan. Secara matematis IRR dirumuskan sebagai berikut :
dimana : IRR
=
Internal Kate ofHeturn
B,
=
benefit sosial bruto pada tahun ke-t
C,
=
biaya sosial bruto sehubungan proyek pada tahun ke-t
t
=
umur proyek (t
= 0,1,2,
..., n)
Dalam semua anaIisis proyek, suatu proyek dapat diteri~na untuk dilaksanakan jika mempunyai NPV Iebih besar atau sama dengan nol, IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku, atau BCR lebih besar atau sama dengan saw. Mangium (Acacia mangium) Keadaan tempat tumbuh
Menurut Nicholson (1983), mangium dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah. Tumbuh baik pada daerah di belakang formasi hufan mangrove, dekat
rawa dan sepanjang sungai, dataran kering di punggung dan kaki gunung, juga pinggir hutan hujan primer. Sindusuwamo dan Utomo (1981) secara ringkas menyatakan
bahwa
mangium tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, marnpu tumbuh baik pada lahan miskin, padang alang-daig dan areal bekas penebangan.
Jenis ini
menyukai curah hujan yang tinggi, yaitu antara 1500-4000 mmJtahun, temperatur maksimum antara 3 1-34 'C dan temperatur minimum antara 1 2-1 6
"c.
Perturnbuhan .4cacia mangiurn ini sama atau melebihi pertumbuhan (;melmo urboreu dan Eucalyptus degluplu. Pada tempat tumbuh yang baik tegakan mangium
yang telah berumur 9 tahun dapat mencapai tinggi 23 cm dan diameter batangnya 23 cm, rata-rata dapat menghasilkan kayu sebanyak 41.5 m3/ha. Sedangkan pada lahan yang terganggu dan bekas kebakaran, tanah lempung yang keras dengan batuan dasar vutkanis, tanah gersang bekas perladangall liar, lereng yang teqal dengan pertumbuhan liar (aIang-alang, kirinyu), rr~angiumdapat tumbuh dengan baik dan mampu memproduksi kayu rata-rata 20 m3/ha/tahun (Sindusuwamo dan Utomo, 1981).
Siagian dan Purba (1994) menyatakan bahwa mangium termasuk jenis yang cepat tumbuh dan berdaur relatif pendek sekitar 8 - 10 tahun dengan riap 25 m3/ha/tahun. Mangium ~rlerupakanjenis pohon cepat tumbuh w s t growing species) yang banyak digunakan untuk Hutan Tanarnan Industri (HTI) di Indonesia. Pemilihan jenis tersebut didasarkan a n b r a lain pada : (1) pertumbuhannya yang cepat sehingga dalam waktu yang relatif singkat sudah dapat dipanen, (2) mampu beradaptasi dan
tumbuh dengan baik pada tanah-tanah marjinal sehingga dengan input vang relatif rendah sudah diperoleh kualitas tegakan yang cukup memuaskan (Bastoni, 1999). Kegunaan kayu
Kayu mangium potensial untuk kayu pertukangan, moulding, meubel, veneer, kayu bakar dan arang. Kayu mangium dipromosikan untuk pulp, kertas dan papan partikel.
Seiain itu, Kayu mangium memiliki daya tarik tersendiri bila digunakan
sebagai bahan luar dari barang-barang meubel s e p e ~ lemari, pintu jendela, rangka pintu, moulding, dan meubel lainnya, (Nicholson, 1983). Sedangkan menurut Sinduwamo dan Utomo (1981) bahwa kayu mangium cocok digunakan sebagai bahan baku datam pembuatan kertas tanpa pengelantangan, kertas pembungkus dan karung berlapis banyak (multi-wall sack). Kayu mangium dapat dibuat Iemari dan perkakas rumah tangga yang menarik dan dapat dibuat rangka pintu, bagian jendela, moulding dan vinir sayat.
Kayu mangium yang
berbentuk gelondongan (log) dengan ukuran besar dapat digergaji atau dikupas. Kayunya tebal dan keras benvarna coklat muda dengan kayu gubal yang tipis keras dan padat, baik untuk papan partikel, pulp dan juga untuk perabotan rumah tangga.
Dari h a i l penelitian di Jerman, kayu mangium sangat baik ~ ~ n t ubahan k baku pembuatan papan partikel.
Selain itu hasil penelitian di Malaysia, kayo mangium
dapat dibuat pulp dengan kualitas yang memuaskan (Siagian dan Purba, 1994). Menurut Remowati (19881, penggunaan kayu mangium
untuk kayu
pertukangan, pulp, kertas dan energi, sebaiknya menggunakan kayu yang berumur lebih dari 7 tahun.