II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
Konsep Supply Chain Management Kondisi persaingan bisnis dalam pasar global saat ini sangat bergejolak dan
tidak dapat diprediksi. Hal ini dikarakteristikan dengan berbagai perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta perkembangan pesat teknologi. Perusahaan global berkelas global dunia yang beroperasi dalam pasar global harus mampu memiliki kinerja berkelas dunia. Perencanaan bisnis yang tepat melalui proses transformasi bisnis diperlukan dalam menghadapi kondisi persaingan yang semakin tidak dapat diprediksi. Simulasi model sistem pendukung pengambilan keputusan bisnis perlu dianalisis dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan pendapatan dan pembagian keuntungan secara keseluruhan (Anatan dan Ellitan, 2008). Perusahaan menghadapi tekanan yang makin kuat untuk memperbaiki efisiensi operasional demi tercapainya peningkatan daya saing dan kinerja bisnis secara menyeluruh. Saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik. Tuntutan ini merupakan bagian dari permintaan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dikonsumsi, nilai gizi dan nutrisi produk yang terjamin, serta jaminan akan mutu dan pengiriman produk yang tepat waktu. Tuntutan ini yang menyebabkan perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang diinginkan konsumen, maka timbulah persaingan di dalam usaha dalam berbagai hal. Persaingan terjadi dalam berbagai bentuk,
7
8
dimulai dari persaingan harga produk, persaingan kualitas produk, persaingan pelayanan terhadap kosumen, persaingan, hingga kepada persaingan dengan pesaing baru yang muncul di dalam usaha sejenis. Ketika persaingan terjadi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing dalam persaingan yang ada. Salah satu solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan usaha dengan menggunakan supply chain management (SCM) atau manajemen rantai pasokan. Adanya penerapan SCM diharapkan perusahaan mampu menyediakan produk yang diinginkan konsumen tepat tempatnya, tepat waktunya, tepat harganya dan tepat kualitasnya. SCM merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi, perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. SCM menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Anatan dan Ellitan, 2008). Lee & Whang dalam Anatan dan Ellitan (2008) mendefiniskan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir
melalui
pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi, dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Sederhananya, manajemen rantai pasokan adalah suatu jaringan dari berbagai organisasi yang berhubungan dan saling terkait yang mempunyai tujuan sama, yaitu menyelenggarakan penyaluran barang dari pemasok hingga ke konsumen dengan efisien, jaringan ini dikelola menjadi satu kesatuan
9
yang utuh. Gambar 2.1 merupakan simplikasi jaringan kerja SCM yang mengutamakan aliran produk, informasi, dan biaya.
Finansial: invoice, term pembayaran Material: bahan baku, komponen, produk jadi Informasi: kapasitas, status pengiriman, quotation Supplier Tier 2
Supplier Tier 1
Manufacturer
Distributor
Ritel/Toko
Finansial : pembayaran Material : retur, recycle, repair Informasi : order, ramalan RFQ/RFP Gambar 2.1 Simplikasi Model Supply Chain dan Tiga Macam Aliran yang Dikelola Menurut Pujawan (2005) pada suatu supply chain tiga macam aliran yang harus dikelola seperti pada Gambar 2.1. a. Aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, barang dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. b. Aliran uang yaitu segala bentuk transaksi yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream) ataupun berlaku sebaliknya. Aliran ini membahas sistem dan waktu pembayaran yang dilakukan. c. Aliran informasi yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream) ataupun sebaliknya. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang menerima.
10
Manajemen rantai pasok menyebabkan perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku serta produk akhir terintegrasi dengan baik. Melalui definisi diatas, SCM menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar untuk menyediakan barang atau produk. SCM merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen yang disesuaikan dengan RFQ (Request for quotation) dan RFP (Request for proposal) lebih cepat dengan kuantitas yang tepat, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan (Anatan dan Ellitan, 2008). Berikut pada Tabel 2.1 merupakan kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM. Tabel 2.1 Empat bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama supply chain Bagian Pengembangan produk Perencanaan dan Pengendalian Operasi/Produksi Pengiriman/ Distribusi
Sumber: Pujawan, 2005
Cakupan kegiatan antara lain: Melakukan riset pasar, merancang produk baru , melibatkan supplier dalam perancangan produk baru Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan. Eksekusi produksi, pengendalian kualitas Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman memonitor service level di setiap pusat distribusi.
11
2.1.1 Kinerja supply chain management Salah satu aspek fundamental dalam SCM adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja supply chain secara holistik dalam menciptakan manajemen kinerja yang efektif. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk beberapa hal sebagai berikut. 1. Melakukan monitoring dan pengendalian; 2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain; 3. Mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai; 4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Sistem pengukuran kinerja supply chain bukanlah pekerjaan yang mudah. Segala kegiatan yang diukur dan dimonitor untuk menciptakan kesesuaian antara strategi supply chain dengan metrik pengukuran, setiap berapa periode pengukuran dilakukan, seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap yang lain, siapa yang bertanggung jawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah sebagian dari pertanyaan yang harus dijawab pada waktu mengembangkan sistem pengukuran kinerja supply chain (Pujawan, 2005). Menurut Pujawan (2005), filosofi SCM menekankan perlunya koordinasi dan kolaborasi baik antar fungsi di dalam sebuah organisasi maupun lintas organisasi pada suatu supply chain. Hal ini menandakan pentingnya sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi, bukan hanya di dalam suatu organisasi, tetapi juga antar pemain di satu rantai pada suatu supply chain.
12
2.1.2 Model performance of activity dalam SCM Chan & Qi dalam Pujawan (2005) mengusulkan mengenai performance of activity (POA) sebagai model yang digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas yang menjadi bagian dari proses dalam supply chain. Kinerja aktivitas diukur dalam berbagai dimensi adalah sebagai berikut. 1. Ongkos Ongkos atau biaya muncul karena dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Biaya bisa berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan sebagainya. Biaya atau ongkos ini bisa diukur dalam bentuk absolut maupun dalam bentuk relatif terhadap suatu nilai acuan. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah untuk menghasilkan barang yang diproduksi perusahaan. Biaya produksi yang langsung dikenakan pada objek terdiri dari biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, dan lainlain (Tuwo, 2011). 2. Waktu Waktu sangat penting dalam konteks supply chain management terutama untuk supply chain yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun proses dalam supply chain. Waktu pengembangan produk baru, waktu pemrosesan pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan bahan baku dari suplier, dan waktu set-up untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam menciptakan
13
kecepatan respon pada supply chain. Waktu yang dimaksud di atas adalah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. 3. Kapasitas Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain pada suatu periode tertentu. Perencanaan produksi atau pengiriman yang digunakan sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke pelanggan dapat diketahui dengan mengukur besar kecilnya kapasitas. Besarnya kapasitas yang terpasang relatif terhadap ratarata permintaan memberikan informasi fleksibilitas pada supply chain. Jaringan
supply
chain
sangat
dinamis,
kegiatan
outsourcing
dan
subcontracting sangat lumrah dilakukan, kapasitas suatu supply chain bisa jadi juga dinamis. Kapasitas juga tidak ditentukan hanya oleh sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi. 4. Kapabilitas Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu supply chain untuk melakukan suatu suatu aktivitas. Ada beberapa sub-dimensi yang membentuk kapabilitas supply chain. Beberapa sub-dimensi kapabilitas yang sering digunakan dalam mengukur kinerja adalah kehandalan, ketersediaan, dan fleksibilitas. Reliabilitas atau kehandalan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan rantai pasok untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan rantai lainnya. Ketersediaan adalah kemampuan rantai pasok untuk menyediakan produk pada waktu yang diperlukan. Fleksibilitas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan rantai pasok dalam merubah kebutuhan output atau pekerjaan yang harus dilakukan.
14
5. Produktivitas Produktivitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada supply chain digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output. Secara mekanis produktivitas merupakan ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan input yang terdiri atas modal, tenaga kerja, bahan baku, dan energi. 6. Utilisasi Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan supply chain, misalnya: utilitas mesin, gudang, pabrik dan sebagainya. Mesin yang hanya beroperasi rata-rata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8 jam dikatakan memiliki utilitas sebesar 75%. Siklus hidup produk yang relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar inovasi, menjadi salah satu ukuran yang penting untuk dimonitor dalam supply chain. 7. Outcome Outcome merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk yang dihasilkan. Outcome dalam supply chain tidak selalu mudah diukur karena sering kali tidak berwujud. 2.2 Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe Vera) Aloe merupakan tanaman Liliaceae yang mempunyai banyak jumlah spesies yang berbeda, di antara spesies ini hanya satu jenis yang telah lazim digunakan sebagai tanaman obat sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Aloe vera atau yang sering disebut dengan nama lidah buaya.Terdapat beberapa jenis Aloe yang umum dibudidayakan yaitu Aloe sorocortin, Aloe vurgaris, dan Aloe barbadensis Miller.
15
Penelitian ini menunjukkan bahan baku lidah buaya bervarietas Aloe barbadensis Miller. Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Class : Monocotyledoneae Ordo : Liliflorae Family : Liliceae Genus : Aloe Species : Aloe barbadensis Miller Lidah buaya sama seperti tanaman lainnya yang mempunyai struktur akar, batang, daun dan bunga, namun yang sering digunakan di dalam pengobatan adalah bagian daun. Daun lidah buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan helaian memanjang berupa pelepah dengan panjang mencapai kisaran 40– 60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8–13 cm dan tebal antara 2–3 cm. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin di permukaan serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah dan lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Daun lidah buaya muda memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat daun lidah buaya dewasa namun tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.
16
2.3
Pupuk Organik Cair Lidah Buaya Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman atau kotoran hewan yang kandungan haranya lebih dari satu unsur. Menurut Murbandono dalam Sukmayanti (2015), pupuk organik adalah hasil akhir atau hasil dari perubahan atau penguraian bagian dan sisa-sisa tanaman atau hewan, karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur. Pupuk ini mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Pupuk organik mengandung banyak bahan organik dari pada kadar haranya. Keunggulannya adalah dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif (Nugroho dalam Sukmayanti, 2015). Salah satu pupuk organik cair yang memiliki kandungan yang cukup baik untuk tanah maupun tanaman adalah pupuk yang terbuat dari lidah buaya. Aloevera mengandung lebih dari 90 persen air dan sisanya berupa berbagai bahan aktif, seperti asam amino, mineral, vitamin, enzim, glikoprotein, dan karbohidrat. Kandungan air yang besar dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair sebagai media pelarut sekaligus sebagai komposisi berbagai senyawa kimia di dalamnya dapat berfungsi sebagai nutrisi bagi tanaman.
2.4
Pendekatan Jaringan Kerja dengan PERT Jaringan kerja tidak terlepas dari aktivitas suatu proyek, karena melalui suatu
proyek akan muncul suatu jaringan kerja. Proyek merupakan suatu kegiatan yang saling berkesinambungan dan berhubungan antar satu kegiatan dengan kegiatan lain yang membutuhkan suatu perencanaan, koordinasi, dan pengendalian. Hal ini
17
dilakukan suatu proyek membutuhkan waktu dan biaya sehingga dengan perencanaan, koordinasi, dan pengendalian yang baik maka suatu proyek dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien. PERT adalah sebuah model management science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek (Siswanto dalam Suwoto, 2013). Bila Critical Path Method (CPM) memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan diantaranya yaitu waktu optimis , waktu pesimis ,dan waktu realistis. Model PERT merupakan representasi diagramatik yang berguna untuk merencanakan suatu kegiatan (aktivitas) dan sekaligus merupakan alat (sarana) manajemen yang efektif. Teknik evaluasi program dilukiskan suatu kegiatan yang logis dan sekuens, sehingga akan diketahui kegiatan apa yang harus didahului oleh kegiatan lain sehingga tidak menyebabkan gagalnya manajemen atau sasaran tidak tercapai (Tuwo, 2011). Dalam metode ini dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu. Jadi, jalur kritis terdiri atas rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan akhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatankegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan (Darmawan, 2013).
18
Perkiraan waktu normal menunjukkan biaya normal berkaitan dengan penyelesaian proyek dalam waktu normal. Perkiraan waktu perpendekan adalah waktu yang akan dibutuhkan bila tidak ada biaya guna mengurangi waktu proyek. Biaya perpendekan adalah biaya yang memacu pekerjaan agar lebih cepat selesai. Sistematika dari proses penyusunan jaringan kerja (network) adalah. 1. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan, memecahkannya menjadi kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. 2. Menyusun kembali komponen-komponen pada butir satu, menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai logika ketergantungan. 3. Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek. 4. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan slack pada jaringan kerja. Ada beberapa sisi yang harus dilihat oleh seorang manajer produksi, namun secara umum hanya ada tiga sisi yang sering dijadikan dasar pemikiran (base thingking), yaitu sebagai berikut (Fahmi, 2012). 1. Biaya termurah. Biaya termurah dilihat dari segi penghematan biaya yang dapat dilakukan. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan semakin baik, semakin besar biaya yang dikeluarkan dianggap sebagai sisi keborosan keuangan. 2. Waktu
tercepat.
Waktu
tercepat
dalam
pengerjaan
pekerjaan
bisa
mempengaruhi pada penurunan biaya yang akan dikeluarkan karena semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. 3. Waktu terlama. Waktu terlama memperlihatkan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin besar biaya yang dikeluarkan.
19
2.5
Penelitian Terdahulu Penulis dalam melaksanakan penelitian menggunakan beberapa contoh
skripsi terdahulu, tujuan menggunakan beberapa contoh skripsi terdahulu sebagai tambahan referensi dan menambah pengetahuan peneliti. Penelitian-penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut. 1. Penelitian berjudul: Manajemen Rantai Pasok Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) disusun oleh Brahmanto Adinugroho tahun 2010 pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah konsentrasi produksi sayuran yang terdapat di beberapa daerah di Jawa Barat menuntut para produsen untuk memperhatikan pasokan sayuran agar merata ke seluruh daerah di Jawa Barat dan sekitarnya. Pasokan sayuran penting untuk diperhatikan karena terkait untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dan agar produsen memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dalam usaha ini dapat dicapai apabila rantai kegiatan dari mulai penyediaan bahan baku hingga produk akhir sampai ke tangan konsumen akhir terkelola dengan baik, pengelolaan rantai pasokan ini dikenal dengan istilah Manajemen Rantai Pasokan (MRP) atau Supply Chain Management. Penelitian ini penulis mengkaji manajeman rantai pasokan sayuran yang meliputi deskripsi gambaran rantai pasokan sayuran yang saat ini terjadi pada Frida Agro dan lingkungan terkaitnya, analisis kinerja rantai pasokan dalam hal kemitraan dalam rantai pasokan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
20
metode analisis deskriptif yang mengikuti kerangka kerja Food Supply Chain Networking (FSCN) dan analisis kesesuaian atribut. Hasil penelitian ini adalah dalam kegiatan rantai pasokan, peran anggota rantai pendukung masih belum dirasakan secara langsung oleh pelaku rantai. Frida Agro dalam menjalankan usahanya masih menggunakan modal pribadi, sedangkan petani selain menggunakan modal sendiri, mendapatkan bantuan modal dari Frida Agro. Pinjaman modal dari Frida Agro tidak dapat dirasakan oleh semua anggota mitra tani, karena Frida Agro juga masih memiliki keterbatasan biaya. Pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro masih belum memiliki kinerja yang baik dalam hal kemitraan. Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang dipersepsikan pelaku rantai belum sepenuhnya memiliki kinerja yang baik. Hanya ada tiga atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. 2. Penelitian berjudul: Kinerja Supply Chain Management (SCM) komoditi Ayam Nenek (Grandparent Stock) di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi yang disusun oleh Wemvi Risyana tahun 2008 Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya ketidakpastian waktu dalam penerimaan pasokan bahan baku, sehingga mempengaruhi waktu pendistribusian produksi. Berdasarkan permasalahan yang ada, alternatif yang diberikan untuk memecahkan masalahnya dengan menerapkan konsep SCM yang bertujuan untuk mengoptimalkan waktu, meningkatkan kualitas dan meminimalkan biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis mekanisme SCM di PT Galur Prima
21
Cobbindo untuk menjamin ketersediaan bahan dari pemasoknya; (2) menganalisis pola rantai pasokan komoditi bibit ayam nenek dari PT Galuh Prima Cobbindo hingga ke tingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam parent stock; (3) mengkaji manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan critical path method di PT Galur Prima Cobbindo. Metode penelitian (alat analisis) yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Analisis mekanisme pengadaan dan pemasokan: analisis dilakukan secara deskriptif yang terkait dengan seluruh kegiatan pengadaan dan pemasokan. 2. Analisis pengendalian mutu: mekanisme pengendalian mutu juga dijelaskan secara deskriptif oleh peneliti. 3. Metode analisis harga : menganalisis selisih antara harga beli aktual dengan harga beli menggunakan konsep SCM. Hal tersebut terkait konsep SCM yang diterapkan untuk efisiensi distribusi pada perusahaan. Hasil penelitian ini adalah perusahaan dengan menggunakan konsep supply chain management dapat menghemat biaya pembelian bahan baku pada pengadaan bibit DOC (day old chicken) grand parent stock dan pengadaan pakan sebesar Rp 26.388.264,00 per tahun, sehingga dapat menekan harga pembelian bahan baku. Penggunaan konsep jaringan kerja dengan metode CPM menyebabkan perusahaan dapat memperkirakan waktu penyelesaian aktivitas masing masing kegiatan, sehingga keterlambatan dalam melakukan pendistribusian produknya tidak terjadi.
22
Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Penulis Peneliti
Judul Penelitian
Metode Analisis
Perbedaan
Brahmanto Adinugroho (2010)
Manajemen Rantai Pasok Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)
Metode analitik deskriptif mengenai kesesuaian atribut
Wemvi Risyana (2008)
Kinerja Supply Chain Management (SCM) komoditi Ayam Nenek (Grandparent Stock) di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi
Metode deskriptif dan Critical Path Method
Pada penelitian penulis model yang digunakan, komoditi dan lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan SCM dengan model Performance of Activity yang mengkaji empat dimensi dan akan dipaparkan secara kuantitatif dan kualitatif. Penulis melakukan penelitian di PT Alove Bali Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan produk yang dianalisis adalah pupuk organik cair lidah buaya.
2.6
Kerangka Teoritis Perusahaan-perusahaan domestik maupun internasional selalu berusaha untuk
menghasilkan suatu produk atau jasa dengan kualitas yang bermutu tinggi, harga yang lebih murah dan dapat memberikan pelayanan yang cepat. Tantangan tersebut menjadi dasar bagi perusahaan-perusahaan untuk bersaing secara kompetitif. Salah satu perusahaan yang melihat peluang ini adalah PT Alove Bali. PT Alove Bali berusaha meningkatkan kualitas kinerjannya dan
terus-
menerus melakukan perubahan dalam strategi bisnisnya sesuai dengan tuntutan permintaan konsumen maupun perkembangan perusahaan. Analisis jalur kritis dalam SCM dengan menganalisis empat dimensi yaitu dimensi kapabilitas, kapasitas, waktu, dan biaya tujuannya yang pertama adalah untuk melihat manajamen rantai POC di Alove Bali, kemudian sejauh mana kinerja pengelolaan perusahaan dalam rangka menghemat waktu agar lebih efektif dan biaya yang tepat
23
serta kelancaran produksi dan operasi perusahaan setiap saat. Tujuan selanjutnya adalah menjadi perusahaan yang unggul, memiliki mutu baik, meminimalisir keterlambatan pengiriman barang. Semua aktivitas tersebut dilakukan oleh PT Alove Bali untuk memiliki nilai mutu yang baik. Ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan suatu sistem juga menentukan apakah kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan sudah berjalan dengan baik atau sebaliknya. Hal ini didukung dengan kemampuan perusahaan dalam melakukan berbagai aktivitas seperti penggunaan sumber daya yang efektif yang dapat diukur sebagai kinerja SCM. Analisis waktu mempelajari tingkah laku perusahaan selama kegiatan pelaksanaan suatu aktivitas. Setiap kegiatan dapat ditetapkan skala prioritasnya dengan melakukan analisis waktu, sehingga apabila terjadi perubahan waktu pelaksanaan kegiatan dapat ditanggulangi dan tidak mengganggu kegiatan perusahaan lainnya. Analisis ini juga mampu mempengaruhi besarnya kapasitas terbaik yang bisa dihasilkan perusahaan selama satu siklus perusahaan. Alat evaluasi yang digunakan dalam analisis waktu dan biaya adalah PERT. PERT digunakan untuk melihat waktu yang efisien berdasarkan tiga estimasi waktu untuk penyelesaian satu siklus produksi beserta jalur kritisnya serta perubahan biaya yang terjadi antara kondisi aktual dengan setelah menggunakan jaringan. Manajemen rantai pasok akan dianalisis dengan beberapa dimensi dalam model POA sehingga dalam melakukan analisis jaringan produksi dan operasi dapat dinilai dengan waktu yang disingkat dapat meningkatkan meminimumkan biaya produksi. Rekomendasi untuk perusahaan diperlukan untuk meningkatkan kinerja SCM dan menjawab tantangan yang ada.
24
PT Alove Bali
Tantangan yang dihadapi: Internal: - Penghematan waktu dan biaya minimum - Menjaga kelancaran operasi dan produksi dari seluruh aktivitas perusahaan
Eksternal: - Mampu bersaing di pasar pasar domestik maupun internasional
Kinerja Supply Chain Management: Pendekatan POA dengan 4 dimensi
Kapabilitas
-
Kapasitas
Waktu
Kesepakatan kontraktual Penilaian Kinerja Supplier Analisis Pengelolaan Permintaan dan Perencanaan Produksi
-
Biaya
Waktu aktual dan waktu dengan PERT satu siklus produksi Analisis Jalur Kritis Analisis Biaya
Kesimpulan
Rekomendasi
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Jalur Kritis pada Supply Chain Management POC di PT Alove Bali