TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Non Kayu Baharuddin dan Taskirawati (2009) Mengemukakan bahwa pemanfaatan hasil hutan non kayu umumnya untuk kebutuhan atau kepentingan sendiri dan bangunan umum di desa serta untuk bahan kerajinan masyarakat. Masyarakat memandang hutan sebagai lahan usaha dan penyediaan berbagai keperluan seharihari, namun pemanfaatannya tetap diatur menurut adat terutama untuk hal-hal yang menyangkut tanah perladangan. Sejak zaman prasejarah hasil hutan bukan kayu telah banyak dimanfaatkan oleh manusia. Sebelum manusia mengenal peralatan logam manusia purba telah menggunakan batu dan tulang binatang sebagai alat berburu. Pada saat itu manusia purba hidup berburu dan meramu dan belum mengenal bangunan rumah. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan mereka kemudian telah mengenal teknik bercocok tanam. Mereka mulai bercocok tanam umbi-umbian dari hutan sebagai sumber makanan mereka dan telah menjinakkan hewan sebagai hewan peliharaan
untuk
bahan
makanan
dan
kendaraan
mereka
(Baharuddin dan Taskirawati, 2009). Sejak manusia mengenal kayu sebagai bahan bangunan, penggunaan hasil hutan kayu tetap tidak lepas dari kehidupan manusia. Bagi masyarakat pedesaan, hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya yang penting bahkan merupakan kebutuhan pokok mereka, mereka memanfaaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai pangan (pati sagu, umbi-umbi, pati aren, nira aren), bumbu makanan (kayu manis, pala) dan obat-obatan. Selain itu, mereka juga menggunakan hasil hutan bukan
5 Universitas Sumatera Utara
6
kayu sebagai bahan pembuatan pakaian seperti sarung sutera serta sebagai bahan pembuat bangunan rumah (Baharuddin dan Taskirawati, 2009). Tanaman Aren Botani aren Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan nusantara, dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Tanaman yang berasal dari Asam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan, di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum dibudidayakan (Gultom, 2009). Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai timur India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir diseluruh wilayah Nusantara (Sunanto, 1993). Klasifikasi tanaman aren menurut Sunanto (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Arecales
Family
: Arecaceae/Palmae
Genus
: Arenga
Species
: Arenga pinnata Merr
Universitas Sumatera Utara
7
Pohon aren dewasa (tua) merupakan palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 meter, dengan diameter batang mencapai 65 cm. Batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjangnya mencapai 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, berukuran 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya. Bunganya berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun, panjang tongkol hingga 2,5 m (Rauf, 2011). Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4-5 cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti siung bawang putih. Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda dan menjadi kuning setelah tua (masak). Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak. Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu buah sudah masak (Sunanto, 1993). Buah yang masih muda adalah keras dan melekat sangat erat pada untaian buah, sedangkan buah yang sudah masak daging buahnya agak lunak. Daging buah aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal jika mengenai kulit, karena lendir ini mengandung asam oksalat (H2C2O4). Tiap untaian buah
Universitas Sumatera Utara
8
panjangnya mencapai 1,5-1,8 meter, dan tiap tongkol (tandan buah) terdapat 4050 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2,5 kuintal. Buah yang setengah masak dapat dibuat kolang kaling. Pada satu pohon aren sering didapat 2-5 tandan buah yang tumbuhnya agak serempak. Ijuk aren yang baik berasal dari tanaman yang belum berbunga, yaitu ketika aren yang berumur 4-5 tahun. Apabila tanaman aren telah berbunga mutu ijuknya menjadi kasar (Sunanto, 1993). Syarat tumbuh Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH tanah terlalu asam). Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m, dan lebih dari 800 m, tanaman aren dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan (Sunanto, 1993). Disamping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Ferguson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah (Sunanto, 1993). Faktor
lingkungan
tumbuhnya
juga
berpengaruh.
Daerah-daerah
perbukitan yang lembab, dimana di sekelilingnya banyak tumbuh berbagai
Universitas Sumatera Utara
9
tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto, 1993). Penyebaran Pohon enau sangat mudah tumbuh, tanpa memilih tingkat kesuburan tanah dan kondisi lahan. Asal-usul pohon enau diketahui berasal dari wilayah Asia tropis, menyebar secara alami mulai dari India Timur di sebelah barat, hingga ke Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam sampai ketinggian 1.400 meter diatas permukaan laut. Pohon enau umumnya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai (Rauf, 2011). Tanaman aren bisa dijumpai dari pantai barat India sampai ke sebelah selatan China dan juga Kepulauan Guam. Habitat aren juga banyak terdapat di Filipina, Malaysia, Dataran Asam di India, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma (Myanmar), Srilangka dan Thailand. Saat ini tercatat sekitar 2.800 jenis tanaman anggota palmae yang terdiri dari 215 genus. Sebanyak 460 jenis dari 35 genus diantaranya berada di Indonesia dan tersebar diberbagai pulau, baik di pulau kecil maupun di pulau besar. Dari sekian ratus jenis tanaman keluarga palmae di Indonesia, maka tanaman aren termasuk unggulan bila dilihat dari potensi dan kegunaannya (Baharuddin dan Taskirawati, 2009). Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang 20° LU - 11° LS yaitu meliputi India, Srilangka, Bangladesh, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam, dan berbagai pulau di sekitar Pasifik. Di Indonesia tanaman ini hampir tersebar di seluruh wilayah Nusantara (Baharuddin dan Taskirawati, 2009).
Universitas Sumatera Utara
10
Pohon aren dapat menghasilkan ijuk setelah berumur lebih dari 5 tahun. Menurut Teysmaan, pohon aren dapat menghasilkan ijuk pada fase 4 atau 5 tahun sebelum tongkol-tongkol bunganya tumbuh. Pada fase tersebut dapat dipastikan akan menghasilkan 20 sampai 50 lembaran ijuk, berbeda-beda tergantung besar pohon dan umurnya. Pohon yang masih muda, kualitas ijuknya rendah dan masih kecil-kecil. Jika pohon sudah berbunga maka produksi ijuknya kembali sedikit dan kualitasnya rendah. Dengan demikian produksi ijuk yang kualitas dan kuantitasnya baik berasal dari pohon aren yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua (4 sampai 5 tahun sebelum pohon aren berbunga), yaitu dapat menghasilkan 30 sampai 50 lembaran ijuk. Pohon aren yang sudah berbunga ijuknya menjadi kecil dan jelek (Hatta, 1993). Ijuk Aren Ijuk merupakan helaian benang-benang atau serat-serat yang berwarna hitam, berdiameter < 0,5 mm, dan bersifat kaku dan wulet (tidak mudah putus). Ijuk bersifat lentur dan tidak pula mudah rapuh, sangat tahan dalam genangan air yang asam, termasuk genangan air laut yang mengandung air garam. Walaupun demikian kelemahan yaitu tidak tahan terhadap api, jadi sangat mudah terbakar . Ijuk adalah bahan serat alami yang didapat dari pohon (enau/aren/nira). Sebuah pohon yang sejenis palem ini mampu menghasilkan beberapa jenis bahan yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia, di antaranya serabut yang berupa serat yang di sebut ijuk. (Hatta, 1993). Penyediaan ijuk sebagai bahan baku industri semakin langka disebabkan pohon aren adalah tanaman yang tidak dibudidayakan, namun tumbuh secara liar di areal pertanian rakyat, pekarangan dan sebagian besar di hutan. Tanaman ini
Universitas Sumatera Utara
11
memproduksi ijuk setelah berumur + 5 tahun, sedangkan yang berjenis unggul mampu
berproduksi
lebih
cepat
tidak
ditemukan
pada
tanaman
lain
(Soeseno, 1993). Kegunaan ijuk Ijuk digunakan sebagai bahan bangunan, seperti bangunan tanggul di dinding saluran pengairan dan septic tank, membalut pangkal tiang kayu bangunan yang berada di dalam tanah agar tidak mudah terserang rayap, penyaring air, tempat penempelan induk ikan mas, bahan pengisi jok kursi, peralatan rumah tangga, dan pengisian tembok penangkis ombak tepi laut. Hal tersebut yang membuat ijuk bagus dijadikan tali untuk mengikat bagian-bagian tertentu dari badan kapal atau perahu. Serat ijuk yang tidak terpakai untuk sapu dan tali (kakaban) dipakai untuk bangunan tanggul dan dinding tembok pengairan agar memegang bahan-bahan organik yang merembes bersama air. Semakin lama tumpukan bahan organik semakin banyak yang membuat perekatan antar batu semakin erat (Hatta, 1993). Mengolah ijuk Memanfaatkan ijuk dimulai dari pemanenan dari batang aren yang sudah berumur lima tahun. Dengan sebatang tangga bambu panjang yang diberi lubanglubang, ijuk yang sudah dilepas lidi-lidinya mulai dicongkel dengan parang agar terlepas dari batang. Setelah itu dibawa ke tempat pengrajin untuk nanti disisir. Sisir dibuat dari kawat baja berdiameter 0,5-1,0 cm dengan panjang sekitar 20 cm, ditancapkan pada batang atau balok yang keras (kayu jati atau kayu batang kelapa yang tua). Sisir ini dibuat dua macam yaitu sisir yang renggang dan sisir yang rapat. Sisir yang renggang adalah sisir yang jarak antar tancapan kawat besi
Universitas Sumatera Utara
12
bajanya sekitar 20 cm, yaitu untuk menyisir awal anyaman, sedangkan sisir yang rapat sisir yang antar tancapnya kawat besi bajanya sekitar 3 cm, yaitu untuk menyisisir anyaman ijuk sehingga menjadi benang atau serat ijuk yang lepas. Serat ijuk yang sudah terlepas dapat diikat dalam jumlah tertentu sehingga berbentuk seperti cemara. Dari serat inilah biasa dibuat peralatan rumah tangga, atap rumah (Soesena, 1992). Produk-produk dari serat ijuk Menurut Hatta (1993) serat serat ijuk dapat digunakan untuk pembuatan berbagai peralatan rumah tangga, atap rumah yang berfungsi sebagai genting dan lain-lainnya. Secara rinci, pemanfaatan atau penggunaan serat ijuk sebagai berikut: 1. Peralatan rumah tangga Banyak kita jumpai peralatan rumah tangga yang menggunakan ijuk sebagai bahan bakunya. Keberadaan peralatan ini sangat penting bagi kehidupan rumah tangga, seperti sapu, sikat, dan alat pembersih lainnya. Pembuatan bentuk berbagai macam peralatan rumah tangga tersebut telah mengalami modifikasi sedemikian rupa, sehingga sekarang ini bentuk berbagai peralatan rumah tangga tersebut tampak lebih menarik, misalnya, dengan mengkonsumsi bahan-bahan dari plastik yang beraneka ragam warnanya. Permintaan barang-barang peralatan rumah tangga tersebut semakin meningkat selaras dengan semakin meningkatnya jumlah rumah tangga yang ada di Indonesia. Akibatnya industri rumah tangga yang memproduksi barang-barang peralatan rumah tangga dari bahan ijuk itu dapat semakin berkembang, sehingga dapat menampung tenaga kerja yang semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
13
2. Tali ijuk Tali dari bahan ijuk sudah kita kenal sejak lama dan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh tali-tali dari bahan lain. Di samping kualitasnya yang baik atau wulet, tali ijuk itu tidak akan rapuh atau rusak oleh panas matahari atau hujan. Tali ijuk ini bisa digunakan untuk mengikat bambu pagar pekarangan atau untuk mengikat rangka atap rumah dari bambu. Dalam hal ini, tali ijuk lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan paku logam. Di luar negeri, tali dari ijuk sering digunakan sebagai tali jangkar kapal. Tali ijuk tidak akan mengalami kerapuhan walaupun selalu terendam dalam air laut yang mengandung garam. 3. Atap ijuk Ijuk juga banyak digunakan untuk dibuat atap sebagai pengganti genting, khususnya bangunan rumah yang mempunyai bentuk seni. Cara pembuatan atap ijuk cukup sederhana. Serat-serta ijuk dipotong dengan ukuran panjang yang seragam sekitar 50 cm. serat-serat ini ditata dan dibuat lempengan dengan ketebalan 4-5 cm, salah satu ujung lempengan dijepit dengan dua bilah bambu yang dipaku atau diikat dengan kawat atau tali ijuk sehingga lempengan ijuk itu kuat dan serat-serat ijuknya tidak mudah lepas. Panjang gapitan tergantung pada kebutuhannya. Sebelum lempengan ijuk dipasang sebagai atap, terlebih dahulu disiapkan kerangka atapnya (tempat meletakkan) lempengan-lempengan ijuk. kerangka ini mirip kerangka yang biasa dipasang atap genteng yaitu terdiri darai susunan kayu usuk dan kayu reng. Untuk atap ijuk seluruh kerangka tersebut bagian atasnya dibeli lembaran seng atau lembaran plastik tebal yang tidak bergelombang dan
Universitas Sumatera Utara
14
diperkuat dengan paku sehingga lembaran seng/plastik menempel kuat pada kerangka. Lempengan-lempengan ijuk kemudian diletakkan menempel lembaran seng/plastik dengan mendahulukan penempelan dibagian paling bawah dari lempengan seng/plastik, kemudian baru menempelkan di bagian atas berikutnya dan seterusnya sehingga posisinya sepetri genting. Potensi ijuk sebagai komoditi ekspor Setelah ijuk sortir dan diikat menurut panjang masing-masing sekarang bentuknya seperti batang tebu. Maka disebut tebuan. Mutunya ditandai secara abjad. Grade A untuk serat yang panjangnya 30-40 cm, grade B 40-50 cm, grade C 50-75 cm, grade D 75-90 cm, dan grade E 90-120 cm. Di luar negeri serat pohon aren ini kurang lebih sama kegunaannya di dalam negeri yakni akan dipintal untuk membuat tali kapal. Seperti telah disebut di atas serat ijuk tahan terhadap daya rusak air garam. Ijuk juga digunakan untuk atap bangunan yang menampilkan unsur alami dan ramah lingkungan. Selain itu tentu juga digunakan untuk memenuhi keperluan pertanian dan rumah tangga (Hatta, 1993) Analisis Finansial Analisis finansial adalah penilaian proyek dari sudut badan-badan atau orang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan secara langsung dalam proyek. Analisis finansial harus memperhatikan waktu diperolehnya penerima agar dapat menarik individu atau pengusaha yang bertindak sebagai investor untuk menanamkan modalnya (Kadariah, 1988). Pada umumnya bahan baku merupakan komponen utama dari barang jadi hasil industri, sehingga tinggi rendahnya bahan baku besar pengaruhnya terhadap
Universitas Sumatera Utara
15
tinggi rendahnya harga pokok barang jadi. Bahan baku disini adalah semua bahan yang yang termasuk dalam proses produksi secara langsung sehingga merupakan komponen penting dari barang jadi. Karena tinggi rendahnya harga bahan baku merupakan salah satu faktor yang akan menentukan layak tidaknya suatu gagasan usaha (Burhan, 1995). Penggolongan sektor industri semata-mata hanya didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja di industri tersebut, tanpa memperhatikan apakah industri ini menggunakan tenaga mesin atau tidak, serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahan tersebut. Penggolongan sektor ini sebagai berikut: Industri besar
: apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih
Industri sedang
: apabila mempunyai tenaga kerja 20 sampai 100 orang
Industri kecil
: apabila mempunyai tenaga kerja 5 sampai 19 orang
Industri rumah tangga: apabila mempunyai tenaga kerja 1 sampai 4 orang (BPS, 2011). Berdasarkan peneliti sebelumnya oleh Marina (2012) (Studi Kasus : Pengrajin Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara). Usaha kerajinan sapu ijuk layak untuk diusahakan baik ditinjau dari peningkatan nilai tambah. Revenue-Cost Rasio (R/C), Break Event Point (BEP), nilai tambah usaha kerajinan sapu ijuk per 1000 sapu ijuk berdasarkan skala usaha adalah usaha kecil Rp. 1.545.322,- skala rumah tangga sebesar Rp. 1.889,964, sapu ijuk kodian Rp. 998.868,- secara keseluruhan nilai tambah usaha kerajinan sapu ijuk ini berdasarkan jenis sapu yang dihasilkan adalah Rp. 1.444,416,-. R/C berdasarkan skala usaha adalah usaha kecil 1,19,
Universitas Sumatera Utara
16
untuk skala usaha rumah tangga 1,14 dan untuk skala usaha menengah 1,08. Berdasarkan jenis sapu ijuk yang dihasilkan, R/C sapu tempahan 1,14 dan sapu kodian 1,13. Secara keseluruhan R/C usaha kerajinan sapu ijuk adalah 1,14. BEP pendapatan skala usaha rumah tangga sebesar Rp. 186.975,- skala kecil Rp. 70,752,- dan skala menengah Rp. 47. 798,- Berdasarkan jenis sapu ijuk yang dihasilkan BEP sapu ijuk kodian adalah Rp.146.077,-
dan tempahan adalah
Rp.57.086,-. Berdasarkan penelitian oleh Siregar (2012) (studi kasus: Analisis Finansial dan Pemasaran Buah Aren di Desa Simantin Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun) menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari pengolah buah aren menjadi kolang-kaling di Desa Pelintahan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun dalam satu kali produksi (satu minggu) adalah sebesar Rp. 763.420,14 dengan total biaya produksi sebesar Rp. 436.579,89 dalam satu kali produksi. Berdasarkan penelitian Ester (2008) (Studi kasus di Desa Tuhaha Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku) menyatakan bahwa dilihat dari jumlah produksi yang harus dihasilkan pengusaha gula aren agar impas atau tidak mengalami kerugian maupun keuntungan adalah 7,52 kg. Rata-rata produksi gula aren yang dihasilkan oleh pengusaha dalam satu kali pproduksi adalah 12,54 kg. Hal ini menunjukkan bahwa produksi gula aren yang dihasilkan oleh pengusaha mengalami titik impas sehingga layak untuk diusahakan.
Universitas Sumatera Utara
17
Kelayakan usaha Prospek pengembangan bisnis dapat dilihat melalui analisa kelayakan usaha dari pendirian usaha tersebut dan hal ini diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi selanjutnya. Dalam bentuk yang lebih umum studi kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak yang terkait dengan usaha tersebut, misalnya investor, kreditur dan pemerintah. Dengan adanya studi ini diharapkan akan diperoleh gambaran sampai seberapa jauh pendirian dan pengembangan usaha tersebut layak dilaksanakan ditinjau dari berbagai aspek antara lain organisasi, pemasaran, teknik/operasi dan keuangan (Zubir, 2006). Aspek-aspek tersebut adalah : Analisis kelayakan usaha dapat dilihat dan dihitung dari berbagai aspek yang mempengaruhinya antara lain: 1. Pendapatan Usaha Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penetuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang cukup penting, karena dapat mempengaruhi hidup matinya serta laba dari perusahaan (Lubis, 2004). Keuntungan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam suatu periode produksi. Sedangkan penerimaan adalah total produksi yang
Universitas Sumatera Utara
18
dihasilkan dengan harga jual. Dari total biaya tetap dan total biaya tidak tetap dapat diperoleh penerimaan dan pendapatan suatu usaha (Samuelson, 2001) Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995). 2. Payback Periode (PP) Analisis Payback Period adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang telah ditanamkan dalam suatu usaha. Analisis Payback Period ini dalam studi kelayakan perlu untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi (Ibrahim, 2003). 3. Revenue Cost Ratio (R/C) Dalam kaitannya dengan usaha, revenue cost ratio dapat dikatakan sebagai ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha. Jika ratio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika ratio menunjukan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan (Rahim, 2008). 4. Analisis Break Even Point (BEP) Break even point adalah suatu kondisi dimana suatu usaha tidak memperoleh keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian atau suatu kondisi yang impas/seimbang antara penerimaan dan biaya-biaya. Konsep break even
Universitas Sumatera Utara
19
point dapat diartikan sebagai suatu konsep untuk menganalisis suatu keputusan dengan pendekatan biaya yang sama atau titik impas (Nugroho, 2002). Manfaat memahami dan menghitung analisis BEP antara lain adalah untuk mengetahui hubungan volume penjualan (produksi), harga jual, biaya produksi dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba-rugi perusahaan, sebagai sarana profit planning, sebagai alat pengendali (controlling) kegiatan operasi yang sedang berjalan, sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan (Kuswadi, 2005). Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorietasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh bagian-bagian lain secara terpadu sehingga dapat memproduksi dan menjual barang yang memberikan kepuasan kepada konsumen. Dengan pendugaan ini ada empat hal yang terdapat dalam konsep pemasaran, yaitu orientasi pada konsumen (kebutuhan dan keinginan konsumen), kegiatan pemasaran yang terpadu, kepuasan konsumen dan tujuan prusahaan jangka panjang (Simanjuntak, 2005) Efisiensi Pemasaran Produk Menurut Andayani (2005), pemasaran suatu komoditi dikatakan efisien apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
20
a. Mampu mentransfer produk yang diperdagangkan dari produsen awal ke konsumen akhir dengan biaya minimal b. Mampu menciptakan distribusi pendapatan yang adil dari harga yang dibayar konsumen terhadap semua lembaga tataniaga yang ikut terlibat. Nilai efsiensi pemasaran pada sistem pemasaran suatu komoditi sangat penting karena dapat meningkatkan pendapatan produsen (petani dengan pola usahatani hutan rakyat) dan, secara agregat kelak bisa memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Selain itu informasi tentang efisiensi pemasaran sangat membantu para pihak dan penentu kebijakan untuk menentukan yang lebih adil sebagai dampak adanya proses distribusi barang dari produsen ke konsumen tersebut. Efisiensi pemasaran berhubungan dengan pola pemasaran yang terjadi, semakin banyak pola pemasaran maka semakin dapat dilihat efisiensi pemasaran yang efektif. Pola yang terjadi pada produk batang-batang bambu yang telah diolah sebagai komponen pembuatan dupa berbeda dari pola pemasaran produk bambu lainnya seperti produk keranjang bambu dan tepas (Alamsayah, 2013). Eefisiensi pemasaran merupakan sistem pemasaran yang efisien apabila memenuhi syarat mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada pihak yang terlibat dalam kegiatan (Anita, 2012).
Universitas Sumatera Utara