II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Produksi Telur Ayam betina mempunyai alat repruduksi yang terdiri dari oviduct dan ovary. Oviduct ayam terdapat dari dua buah, tapi hanya sebelah kiri yang berkembang, sedangkan yang kanan rudimenter (Ruhyat, 2005). Ovary ayam mengandung 1000 sampai 3000 folikel dengan ukuran yang sangat bervariasi, dari ukuran mikroskopik sampai sebesar satu kuning telur dimana dari jumlah itu ada sekitar 5 atau 6 kuning telur yang lebih besar (Rasyaf, 1995).
Kuning telur (yolk) diliputi oleh suatu
membrane folikuler yang menempelkannya pada ovary. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke infundibulum kemudian diterima oleh infundibulum meskipun kadang-kadang ia (yolk) jatuh ke rongga badan kemudian di absorbsi kembali. Setelah yolk masuk ke infundibulum lalu menuju ke magnum bagian protein dan mukofolisakarida. Terakhir atau penutup cangkang dikenal sebagai cuticle, material organik yang berperan untuk melindungi dari bakteri yang berbahaya. Waktu yang dibutuhkan untuk proses bertelur kira-kira lebih dari sehari semalam, periode tersebut melalui infundibulum selama 0,25 jam, magnum 3 jam,
8
isthmus 1,25 jam, uterus 20 jam dan yang terakhir ke vagina selama 0,25 jam (Rasyaf, 1991). 2.2 Produksi Telur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Produksi telur tidak selalu mengalami kenaikan atau penurunan. Produksi telur yang dicapai merupakan akibat dari 2 faktor (1) laju produksi telur, dan (2) lama produksi telur sebelum molting (Ensminger, 1991).
Kemampuan produksi telur
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Lingkungan yang
berpengaruh terhadap performan ayam petelur adalah suhu dan kelembapan udara relative (Oluyeni dan Roberts, 1979). Selanjutnya Neshein, dkk(1979), menjelaskan bahwa kemampuan produksi dari tiap tipe strain berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan mutu genetic yang dimilikinya. Secara genetis ayam mempunyai kemampuan maksimal dalam berproduksi. Dalam kondisi lingkungan yang baik dan sesuai produksi telur dapat mencapai kemampuan maksimalnya.Pengaruh lingkungan seperti temperatur, kelembaban, pergerakan udara, pemberian pakan, dan pengaturan kandang juga merupakan faktor yang berperan dalam produksi telur. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi telur yaitu: (1) Umur, merupakan hal yang mempengaruhi tingkat produktifitas telur ayam, pada awal produksi, produksi telur meningkat sampai mencapai puncaknya. Setelah itu, produksi telur terus menurun sampai akhir siklus bertelur. (2) Penyakit, sangat mempengaruhi mortalitas dan morbiditas. Mortalitas mempengaruhi jumlah
9
ayam yang dapat bertelur dan morbiditas mengurangi kemampuan bertelur dari ayam yang terkena penyakit.
(3) Pencahayaan, produksi telur bergantung pada ritme
circadian yang diakibatkan siklus gelap terang dalam 24 jam (Faithful and Gowe, 1993). Faktor-faktor yang ikut menentukan produksi telur : a. Kematangan seksual (Heritabilitas 30%) b. Ukuran telur (Heritabilitas 50%) c. Laju produksi telur (Heritabilitas 10%) d. Daya tetas (Heritabilitas 12%) e. Pengeraman anak ayam (brooding)(Ensminger, 1991) 2.3 Strain Cobb, Ross, Hubbard 1. Strain Cobb Cobb merupakan ayam broiler dengan ciri warna bulu putih, jengger tunggal, kaki kuning dan badan besar. Cobb memiliki keunggulan yaitu efisiensi pakan cukup tinggi dan tingkat pertumbuhan sangat baik.
Ayam jenis cobb berasal dari Benua
Amerika. Strain cobb dikembangkan dan populer di lebih dari 60 negara. Ayam pedaging strain Cobb merupakan salah satu strain broiler yang ada di Indonesia yang memiliki titik tekan pada perbaikan feed consumption rate (FCR), pengembangan genetik diarahkan pada pembentukan daging dada, mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis (heat stress) serta produksinya yang efisien (bobot badan 1,8 – 2
10
kg; FCR 1,65). Berasal dari persilangan bangsa ayam Plymouth Rock USA dengan bangsa ayam lain. Strain Cobb meiliki kekurangan yang akan menghambat produksi ketika strain Cobb mengalami Over Weight. Ciri-ciri secara fisik strain Cobb yaitu terdapat DOC berbulu hitam diantara DOC yang berwarna kuning. 2. Strain Ross Strain ross berasal dari Negara Inggris. Ayam ini memiliki daya tumbuh sangat cepat, efisiensi pakan tinggi dan mortalitas rendah. Ayam dengan strain ross memiliki kaki yang kuat sehingga tidak mudah lumpuh. Sistem kerja jantung kuat sehingga tahan terhadap suara-suara yang keras. Ross diciptakan untuk menghasilkan daging kualitas baik. Genotipe ross dipilih untuk menghasilkan anak ayam atau DOC yang tahan terhadap perubahan lingkungan.
Hal ini dicapai dengan persilangan
antara garis induk dengan garis jantan yang cepat tumbuh, pakan efisien dan menghasilkan daging yang tinggi. Berdasarkan keunggulan tersebut, strain Ross menghasilkan DOC final stock paling banyak dan tidak mudah mengalami kegemukan. Strain Ross rentan terserang penyakit bumble foot. 3. Strain Hubbard Strain Hubbard dikembangkan di Amerika.
Strain ini merupakan broiler
modern yang mengalami perubahan genetik yang luar biasa.
Strain Hubbard
membutuhkan pakan yang lebih banyak dari strain lainnya karena itu strain Hubbard
11
memiliki pertumbuhan yang pesat. Strain Hubbard tidak menghasilkan FCR yang tinggi (Mulyanto B dan Isman. 2008). 2.4 Kurva Produksi Telur Produksi telur unggas merupakan suatu fungsi terhadap waktu. Kecepatan pertambahan dan penurunan produksi telur disebut dengan laju produksi. Informasi kedua hal tersebut sangat diperlukan untuk membuat suatu perencanaan dan pengelolaan pada peternakan ayam petelur untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kurva produksi dibagi menjadi dua, kurva produksi standar dan kurva produksi aktual. Produksi diperoleh dari pembibit dengan kondisi asalnya. Kurva produksi standar adalah publisitas dari pembibit dan belum tentu menghasilkan yang sama apabila digunakan di peternakan lain. Sedangkan, kurva produksi aktual merupakan produksi hasil nyata yang diperoleh dari peternakan yang bersangkutan.
Kurva
produksi ini dapat digunakan untuk : 1. Pengawasan produksi Dapat membantu mengawasi produksi telur apabila terjadi penurunan produksi telur. 2. Peramalan produksi Peramalan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu lukisan atau grafik dan hubungan matematika (Rasyaf, 1991).
12
Rasyaf (1991) menjelaskan, bahwa indikasi produksi telur yang biasa digunakan peternak di Indonesia yaitu : Hen Day Production (HDP), Hen Housed Production (HHP), dan Jumlah telur pada waktu tertentu. 1. Hen Day Production (HDP) Indikasi ini digunakan untuk membandingkan produksi telur yang diperoleh pada hari itu di bagi jumlah ayam yang hidup pada hari itu. 2. Hen Housed Production (HHP) Indikasi ini digunakan untuk mengukur produksi telur berdasarkan jumlah ayam pada masa awal produksi. 3. Jumlah Telur Jumlah telur yang telah dihasilkan pada umur ayam tertentu dapat digunakan juga sebagai indikasi produksi.
13
Henday Production (%)
100
0
25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63 Umur (Minggu)
Gambar 1. Lintas Produksi Telur Ayam Ras Sumber : Rasyaf, 1991 Menurut Anang dan Indrijani (2007), kurva produksiKurva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : kurva produksi standard dan kurva produksi aktual. Kurva produksi standar adalah kurva yang diterbitkan oleh pembibit untuk digunakan sebagai acuan peternak yang menggunakan strain dari pembibit. Sedangkan kurva produksi aktual adalah kurva yang didapat berdasarkan produksi aktual didalam peternakan. Kegunaan dari kurva produksi yaitu : 1. Pengawasan produksi Memudahkan peternak untuk mengawasi kondisi ayam melalui laju peningkatan dan penurunan produksi telur 2. Peramalan produksi
14
Kurva
produksi
juga
dapat
digunakan
untuk
meramalkan
produksi.meramalkan produksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, menggunakan lukisan atau grafik dan hubungan matematika (Rasyaf,1991). 2.5 Model Matematika Kurva Produksi Telur Model matematika produksi telur dapat digunakan untuk meramalkan performa ternak dalam menghasilkan telur secara keseluruhan dari catatan parsial. Beberapa model yang biasa digunakan untuk pemodelan ialah fungsi gamma (Wood), fungsi aljabar yang mengandung kurva pertumbuhan dan komponen degradasi linier, model logistic yang menggabungkan unsur-unsur model Adam Bell dan kompartemen. Model-model tersebut cukup baik untuk digunakan dalam menduga performa produksi telur. Pemilihan akan bergantung pada berbagai faktor salah satu contohnya kemudahan dalam perhitungan dan tipe data. Sifat-sifat data dan model harus di uji agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Tabel 1. Akurasi berbagai model produksi No 1
R2
Model Wood
0,86-0,96
0,95
Data Produksi dua minggu pada tahun pertama produksi telur Periode 28 hari dimulai dari hari pertama bertelur 50 minggu produksi telur
Referensi Mc Nally, 1971
Gavora, et al, 1982 0,83-0,93 Mc Milan, et al, 1986 0,69 (Hen Produksi telur minggu ke Yang, et al, 1989 Day) 0,82 21-72 (HenHouse)
15
2
Mc Nally
0,94-0,99
Produksi dua minggu pada Mc Nally, 1971 tahun pertama produksi telur
3
Mc Millan
0,73-0,95
Mengabaikan skala waktu
4
Adams Bell
0,99
Siklus pertama
0,98
Hingga 450 hari
Gavora, et al, 1971 0,95 Periode 28 hari dimulai dari Gavora, et al, hari pertama bertelur 1982 0,97-0,99 50 minggu produki telur Mc Millan, et al, 1986 0,95 Siklus pertama Chason and Britton, 1988 0,95 (Hen Produksi telur minggu ke-21 Yang, et al, 1989 day) 0,95 sampai ke-72 (Hen house) 0,98 Hingga 450 hari Mielenz and Mueller, 1991 Chason and Britton, 1988 Mueller, 1991
5
Kompartemen
0,70-0,85
Produksi telur mingguan Mc Millan, 1971 selama 30 minggu
6
Logistik
0,99
Siklus pertama
7
Yang
0,98 (hen Produksi telur minggu ke-21 day) 0,99 hingga ke-72 (hen house) Tabel 1. Akurasi berbagai model produksi (lanjutan) Sumber : Anang (1998)
Chason and Britton, 1988 Yang, et al, 1989
16
Model Wood cukup baik untuk menduga produksi telur minggu ke dua tahun pertama produksi, tetapi kurang baik untuk memprediksi produksi Hen Day pada umur 21-72 minggu.
Model yang baik untuk memprediksi produksi telur pada
minggu ke dua pertama produksi adalah model Mc Nally. Model Mc Millan dan model kompartemen awalnya digunakan untuk menduga produksi telur pada drosophila. Model Mc Millan memiliki kecocokan yang baik dalam menduga produksi telur selama 50 minggu produksi dibanding dengan model kompartemen yang mencakup data produksi selama 30 minggu. Model Adam Bell, model Logistik, dan model Yang merupakan model yang paling baik dibandingkan dengan model-model yang lainnya.