BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori 1. Alat kontrasepsi Kontrasepsi merupakan suatu usaha untu mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi ini ada yang berjangka pendek dan berjangka panjang (Sri Handayani, 2010). Alat kontrasepsi yang berjangka pendek terdiri dari : a. Metode amenorhea laktasi (MAL) Adalah alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. b. Kondom Adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami yang di pasang pada penis atau vagina pada saat melakukan hubungan seksual. c. Metode kalender Adalah metode kontrasepsi yang digunakan berdasarkan masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus menstruasi.
1 8
9
d. Kontrasepsi pil Adalah kontrasepsi yang diminum yang mengandung hormonal baik hormon estrogen, progesteron dan prolaktin yang dapat mencegah kehamilan. e. Kontrasepsi suntik Adalah alat kontrasepsi suntik yang berisi hormon (estrogen dan progesteron) untuk mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi yang berjangka panjang terdiri dari : a. Implan Adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon dan dipasang di bawah kulit lengan atas. b. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Adalah suatu alat yang terbuat dari plastik yang lentur yang dipasang dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. c. Metode kontrasepsi kontap (permanen) Kontrasepsi mantap (kontap) merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, secure cotraseption. Nama lain dari kontrasepsi mantap adalah sterilisasi (sterilization)/kontrasepsi operatif (surgical contraseption). Dari sini dikenal istilah medis operatif pria (MOP) medis operatif wanita (MOW) untuk sterilisasi wanita (HR.Siswosudarmo, 2001). MOP (medis operatif pria) adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana, dan sangan efektif,
10
memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Sri Handayani, 2010). MOW (medis operatif wanita) adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang wanita atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi (Sri handayani, 2010). Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen dimana saluran tuba diblokir sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim. 1) Persiapan pre-operatif untuk kontap wanita Persiapan pre-operatif untuk kontap wanita menurut Hartanto (2004) : a) Informed consent b) Riwayat medis/kesehatan, yang meliputi : (1) Penyakit-penyakit pelvis (2) Adhesi/perlekatan (3) Pernah mengalami operasi abdominal/operasi pelvis (4) Riwayat diabetes melitus (5) Penyakit paru (asthma, bronchitis, emphysema) (6) Obesitas (7) Pernah mengalami problem dengan anestesi (8) Penyakit-penyakit perdarahan (9) Alergi (10) Medikamentosa pada saat ini
11
c) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik ini harus meliputi kondisi-kondisi yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi, serta pemeriksaan kandungan untuk menemukan kelainankelainan seperti leiomyomata dan lain-lain. d) Pemeriksaan laboratorium (1) Pemeriksaan darah lengkap (2) Pemeriksaan urin (3) Pap smear 2) Jenis dan mekanisme kerja a) Penyinaran Penyinaran merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi (Handayani, S, 2010). b) Opertif Metode operatif menurut Sri Handayani (2010) yakni: (1) Abdominal (a) Laparotomi Laparatomi sudah tidak digunakan lagi karena diperlukan insisi yang panjang. Kontrasepsi ini diperlukan bila cara kontap yang lain gagal atau timbul komplikasi sehingga memerlukan insisi yang lebih besar.
12
(b) Mini-laparotomi Laparotomi khusus untuk tubektomi yang paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Sayatan dibuat di garis tengah di atas simfisis sepanjang 3cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba digunakan alat khusus (elefaktor uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alat tersebut uterus dalam keadaan retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu kemudian didorong ke arah lubang sayatan, lalu dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara. (c) Laparoskopi Mula-mula dipasang cunam servik pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya dapat menggerakkan uterus jika hal tersebut diperlukan saat laparaskopi. Sayatan dibuat di bawah pusat sepanjang lebih dari 1 cm. Kemudian ditempat luka tersebut dilakukan pungsi sepanjang rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum veres) dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter/menit. Setelah jarum veres dikeluarkan, troika dimasukkan laparaskop melalui tabung. Dengan cunam yang dimasukkan dalam rongga
13
peritoneum bersama laparaskopi, tuba akan dijepit dan dilakukan penutupan dengan kauterisasi. (2) Vaginal (a) Kolpotomi Yang sering dipakai adalah kolpotomi posterior. Insisi dilakukan di dinding vagina transversal 3-5 cm, cavum douglas yang terletak antara dinding depan rektum dan dinding belakang uterus dibuka melalui vagina untuk sampai di tuba. (b) Kuldoskopi Rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop yang dimasukkan ke dalam cavum douglas. Adanya laparoskopi trans-abdominal, maka kuldoskopi kurang mendapat perhatian/ minat dan sekarang sudah jarang dikerjakan. Dalam posisi lutut dada kedua paha tegak lurus dan kedua lutut terbuka suatu rektraktor perineal dimasukkan ke dalam vagina. Bila vernik posteior terlihat sepert bagian kubah yang kecil, maka cavum douglas bebas dari perlekatan, lalu dilakukan oklusi tuba. (3) Transcervikal (a) Histeresoskopi Histereskopi prinsipnya seperti laparaskopi, hanya pada histereskopi tidak dipakai trokar, tetapi suatu vakum
14
cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat dilatasi servik/ kavum uteri. (b) Tanpa melihat langsung Pada cara ini operator tidak melihat langsung ke cavum uteri untuk melokalisir orificium tubae. (c) Penyumbatan tuba secara mekanis Tubal clip merupakan penyumbatan tuba mekanis dipasang pada isthmus tuba falopii, 2-3 cm dari uterus, melalui
laparatomi,
laparoskopi,
kulpotomi
dan
kuldoskopi. Tuba clips meyebabkan kerusakan lebih sedikit pada tuba falopii dibandingkan cara oklusi tuba falopii lainnya. Tubal ring dapat dipakai pada minilaparatomi, laparaskopi, dan cara trans-vagina dan dipasang pada ampula 2-3 cm dari uterus. (d) Penyumbatan tuba kimiawi Zat-zat kimia dalam cair, pasta, padat dimasukkan ke dalam melalui serviks ke dalam uteri-tubal junction, dapat dengan visualisasi langsung ataupun tidak. Cara kerjanya adalah zat kimia akan menjadi tissue padat sehingga terbentuk sumbatan dalam tuba falopii (tissue adhesive), zat kimia akan merusak tuba falopi dan menimbulkan fibrosis (sclerosing agent).
15
3) Indikasi tubektomi Komperensi khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut (Wiknjosastro,2005). Menurut Saifuddin (2006) indikasi dilakukan tubektomi (MOW) yaitu sebagai berikut: a) Usia > 26 tahun b) Paritas > 2 c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya d) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius. e) Pascapersalinan. f) Pascakeguguran. g) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. 4) Kontra indikasi peserta tubektomi Kontra indikasi peserta tubektomi menurut Saifuddin (2006) :
16
a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai). b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus di evaluasi). c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (sehingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol). d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan. e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan. f) Belum memberikan persetujuan tertulis. 5) Waktu dilakukan Waktu dilakukan tindakan operasi tubektomi menurut Novi wati, dan Sujiyatini (2009) yaitu: a) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil. b) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi) c) Pasca persalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan. d) Pasca keguguran; Triwulan pertama dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelviks (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelviks (minilap saja).
17
6) Efek samping Terdapat 3 efek samping (Handayani, S, 2010) yaitu: a) Perubahan-perubahan hormonal Efek kontap wanita pada umpan balik hormonal antara kelenjar hypofise dan kelenjar gonad ditemukan kadar FSH, LH, testosteron dan estrogen tetap normal setelah melakukan kontap wanita. b) Pola haid Pola haid abnormal setelah menggunakan kontap merupakan tanda dari “post tubal ligation syndrome” c) Problem psikologis Dinegara maju wanita (usia < 30 tahun) yang menjalani kontap tidak merasa puas dibanding wanita usia lebih tua dan minta dipulihkan. Tabel. 2.1. Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi (Noviawati dan Sujiyatini, 2009) Komplikasi Infeksi luka
Demam pascaoperasi (>380C)
Penanganan Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang teridentifikasi. Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.
Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui saat operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati : hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.
18
Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
Ajukan ke tingkat asuhan yang lebih tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk: cairan intravena, resusitasi kardiopulmonar, dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan)
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan. Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
7) Keuntungan Keuntungan dari kontrasepsi MOW menurut Noviawati dan Sujiyatini (2009) : a) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan) b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding) c) Tidak bergantung pada faktor senggama d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium) 8) Kerugian Kerugiannya, bila situasi Anda berubah dan ingin punya anak, peluang Anda sangat kecil. Oleh karena itu, pertimbangkan baikbaik bila Anda akan menjalani operasi ini. Jangan memutuskan ketika Anda sedang kalut atau krisis. Bila Anda memiliki keraguan,
19
diskusikan dengan dokter dan pasangan Anda (Noviawati dan Sujiyatini, 2009). 9) Keterbatasan Keterbatasan dari kontrasepsi MOW ini adalah (Noviawati dan Sujiyatini, 2009): a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi. b) Klien dapat menyesal di kemudian hari. c) Risiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum. d) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan. e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau spesialis bedah untuk proses laparoskopi. f) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS. 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan Menurut Green, Lawrence W and Marsall W. Kreuter (2000) faktor– faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor). a. Faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mendahului perilaku, dimana faktor tersebut memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor predisposisi terdiri dari :
20
1) Pengetahuan a) Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoamodjo, 2003). Pengetahuan juga merupakan hasil tahu dari, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005). b) Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) : (1) Pendidikan Pendidikan memegang peranan penting pada setiap perubahan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, maka diharapkan tingkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh seseorang akan bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. (2) Pengalaman Pengalaman
adalah
suatu
cara
untuk
memperoleh
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
21
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam masalah permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. (3) Orang tua Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting untuk menentukan arah pengetahuan anak. Hal ini dikarenakan mereka akan meminta pendapat jika ada masalah dengan orang terdekatnya. (4) Media massa dan buku Media massa dan buku adalah sumber informasi yang mudah dijangkau oleh semua kalangan dan sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan. (5) Petugas kesehatan Petugas kesehatan merupakan sumber pemberi informasi yang berperan penting untuk meningkatkan pengetahuan. Karena petugas kesehatan dapat merubah informasi yang salah dalam masyarakat. c) Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2002) sebagai berikut: (1) Baik : bila memperoleh nilai 66 – 100% (2) Cukup : bila memperoleh nilai 56 – 65% (3) Kurang: bila memperoleh nilai <55%
22
2) Sikap a) Definisi sikap Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung/memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2009). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata sangat menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003). b) Komponen sikap Ada beberapa komponen sikap menurut Azwar (2009) yaitu: (1) Komponen kognitif (komponen perseptual): yaitu komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
23
(2) Komponen afektif (komponen emosional): yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. (3) Komponen konatif (komponen perilaku) Komponen prilaku (action component) dalam struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. c) Tingkatan sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menurut Wawan dan M. Dewi (2010) yakni : (1) Menerima (receiving) Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). (2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
24
(3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. (4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. d) Sifat sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan dan M. Dewi, 2010) : (1) Sikap positif Sikap positif adalah kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. (2) Sikap negatif Sikap
negatif
adalah
kecenderungan
untuk
menjauhi,
menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu. e) Ciri-ciri sikap Ciri-ciri sikap adalah (Wawan dan M. Dewi, 2010) : (1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motifmotif biogenesis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
25
(2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaankeadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. (3) Sikap tidak berdiri sendiri, akan tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. (4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. (5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapankecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang. f) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain (Azwar, 2009) : (1) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi merupakan suatu keadaan atau kejadian yang telah/sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk
dapat
mempunyai
tanggapan
dan
penghayatan,
26
seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. (2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. (3) Pengaruh kebudayaan Dimana kita hidup dan dibesarkan dalam suatu tempat kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari bahwa kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. (4) Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam pemberitaan di surat kabar maupun di radio atau
27
media masa lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya disampaikan secara objektif seringkali dimasuki unsur subjektivitas penulis berita, baik secara sengaja maupun tidak. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur subjektif itu, terbentuklah sikap tertentu. (5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan suatu sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. (6) Faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi dari seseorang. Kadangkadang, suatu bentuk sikap merupakan perny- ataan yang
28
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. g) Cara pengukuran sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan seseorang.
Pernyataan
sikap
adalah
rangkaian
kalimat
yang
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Wawan dan M. Dewi, 2010).
29
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung sikap dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian
ditanyakan
pendapat
responden
melalui
kuesioner
(Notoatmodjo, 2003). 3) Pendapatan Pendapatan adalah berupa uang maupun barang yang telah diterima
atau
dihasilkan.
Namun
disadari,
bahwa
informasi
pendapatan ini tidak seperti yang diharapkan, dimana banyak responden cenderung memberikan informasi pendapatan yang tidak sebenarnya. Oleh sebab itu, data pendapatan sendiri diprotes dengan data pengeluaran dengan asumsi bahwa pengeluaran masyarakat merupakan gambaran dari pendapatan (BPS, 2003). Jika dibandingkan antara besarnya pendapatan pada setiap keluarga dengan besarnya pengeluaran, kita akan memperoleh kenyataan bahwa sebagian besar bangsa kita belum memperoleh kesempatan menabung dan sebagian lagi ada yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok.Yang pasti kedua golongan ini dipaksa untuk memilih keluarga kecil saja, sebab dengan demikian setidaktidaknya kebutuhan mereka akan lebih kecil jika dibandingkan keluarga besar (Notoatmodjo, 2003).
30
a) Kesempatan kerja Mengingat kesempatan kerja yang sangat terbatas, maka setidak-tidaknya kepala rumah tangga akan berfikir sekian kali untuk menambah jumlah anak dapat diciptakan sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera sesuai dengan tujuan gerakan KB (Notoatmodjo, 2003). 4) Umur Umur adalah lamanya responden hidup sejak lahir dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir. Usia menikah yang umum dianjurkan ialah sekurang-kurangnya 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk laki-laki. Anjuran ini didasarkan bahwa usia wanita dan pria tersebut telah memiliki kesiapan batin untuk hidup berkeluarga, selain kesiapan untuk melaksanakan proses reproduksi. Pemilihan alat kontrasepsi merupakan salah satu bentuk perilaku ibu terhadap perilaku kesehatan, klien yang berusia muda cenderung untuk memilih kontrasepsi reversible. Keluarga umur klien akan menunjukan sampai dimana pencapaian KB, demikian juga dengan keluarga umur klien dapat dipakai untuk memperkirakan yang dapat dicapai program KB dan menurunkan tingkat kelahiran dimasa mendatang (BKKBN, 2001).
31
5) Jumlah anak Paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami oleh ibu dengan mencapai viabilitas. Paritas atau jumlah kelahiran ini dapat dibagi menjadi beberapa istilah yaitu (Prawirohardjo Sarwono, 2008): a) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali. b) Multipara yaitu wanita yang
pernah melahirkan anak hidup
beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali. c) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan anak hidup lebih dari lima kali. Jumlah anak mempunyai kaitan yang erat dengan program KB. Pasangan yang masih ingin mempunyai anak cenderung untuk tidak ber’KB atau ikut KB dengan metode reversible. Sedangkan yang sudah tidak menginginkan anak lagi cenderung memilih alat kontrasepsi yang lebih mantap sedikit (BKKBN, 2001). b. Faktor pendukung (Enabling factor) Faktor pendukung adalah suatu faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah ketersediaan fasilitas dari petugas kesehatan, serta keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2003). 1) Ketersediaan fasilitas dari petugas kesehatan Tersedia atau tidaknya sarana yang dapat dimanfaatkan adalah hal penting dalam munculnya perilaku seseorang dibanding kesehatan.
32
Betapapun bertambahnya latar belakang, kepercayaan dan persiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu seseorang tidak akan dapat berbuat banyak dan perilaku kesehatan tidak akan muncul. 2) Keterjangkauan pelayanan kesehatan Jarak ketempat pelayanan secara geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan (DEPKES RI, 2001). c. Faktor pendorong (Reinforcing Factor) Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat atau kadang memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah pendapat, dukungan suami, dan keluarga. Kritik baik dari teman sekerja, tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan sendiri juga berpengaruh meskipun tidak sebesar pengaruh dari suami dan keluarga (Notoatmodjo, 2003). 1) Dukungan dari suami Suami berperan penting dalam memberikan dukungan atas kebutuhan reproduksi keluarganya. Seringkali pemakaian kontrasepsi dan kepuasan metode tersebut sangat dipengaruhi oleh dukungan suami, karena dukungan yang diberikan dapat memantapkan pemakaian kontrasepsi bagi istrinya. Sehingga istri merasa tenang menjadi peserta KB bila suami memberikan dukungan penuh. Istri akan selalu merasa ada pelindung yang setiap saat dapat diajak bicara
33
tempat berbagi rasa termasuk keluhan yang dialaminya. Tanpa dukungan, istri merasa sendiri dalam menghadapi masalah kesehatan reproduksinya. Idealnya penggunaan kontrasepsi memang merupakan suatu tanggungjawab bersama, suami dan istri sebagai pasangan sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan dan keinginan metode berdua (BKKBN, 2005). 2) Dukungan dari keluarga Keluarga dianggap
lebih berpengalaman
dan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas tentang KB, terutama MOW. Selain itu rasa penghormatan yang sangat tinggi pada keluarga. Sehingga anjuran dan pendapat mengenai alat kontrasepsi terutama MOW dari keluarga sangat berpengaruh dalam memilih alat kontrasepsi ini (BKKBN, 2005).
34
B. KERANGKA TEORI
Faktor predisposisi (Predisposing factor) : 1. 2. 3. 4. 5.
Pengetahuan Sikap Sosial ekonomi Umur Jumlah anak
Faktor pendukung (Enabling factor) :
Alat kontrasepsi MOW 1. Ketersediaan fasilitas dari petugas kesehatan 2. Keterjangkauan fasilitas pelayanan
Faktor pendorong (reinforcing factors ): 1. Dukungan dari suami 2. Dukungan dari keluarga
Gambar 2.1. Kerangka teori Sumber : Green, Lawrence W and Marsall W. Kreuter. Health promotion planning and educational and environment approach. London: Mayfield publishing company; 2000.
35
C. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penilaian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
1. Karakteristik Ibu: Umur, Jumlah anak 2. Sosial ekonomi 3. Pengetahuan 4. Sikap Ibu yang tidak Memilih Alat Kontrasepsi Mow Gambar 2.2. Kerangka Konsep