4
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Inceptisol (“ept” = inception atau awal), merupakan tanah di wilayah humida yang mempunyai horison teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang ekstrim. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah brown-forest, gley-humik, dan gley-humik rendah (Manurung, 2013). Inceptisol merupakan tanah yang mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat: (1) tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari tiga bulan berturut-turut dalam musim kemarau, (2) satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silika amorf, (3)tekstur lebih halus dari pasir berlempung dengan beberapa mineral lapuk dan (4) kemampuan menahan kation dari fraksi lempung yang sedang sampai tinggi. Kisaran kadar C-organik dan KTK Inceptisols sangat lebar, demikian pula kejenuhan basanya, oleh karena itu tidak berarti bahwa semua Inceptisols memiliki produktivitas yang rendah.Produktivitas alami Inceptisols sebenarnya sangat bervariasi tergantung dari proses pembentukan tanah Inceptisols itu sendiri (Sandrawatidkk, 2007). Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang, biasanya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Masalah yang dijumpai karena nilai pH yang sangat rendah (< 4), sehingga sulit untuk dibudidayakan. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya solumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah
Universitas Sumatera Utara
5
lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen demi menjaga kelestarian tanah (Manurung, 2013). Ciri khas Inceptisol ini adalah tanah mulai berkembang, mempunyai epipedon Ochric (pucat), meskipun masih sedikit memperlihatkan bukti adanya eluviasi dan iluviasi. Golongan tanah ini dapat terjadi hampir dalarn semua zone iklim yang memungkinkan terjadinya proses pencucian. Inceptisol merupakan tanah yang mempuyai horizon alterisasi yang telah kehilangan basa-basa atau besi dan aluminium tetapi mengandung mineral-mineral terlapuk, tampa horizon iluviasi yang diperkaya dengan liat silikat yang mengandung aluminium dan bahan organik amorf (Sevindrajuta, 2012) Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K) maupun masukan organik (percampuran sisa panen pada tanah saat pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar C-organik dan kapasitas tukar kation (KTK) pada Inceptisol sangat lebar, demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Manurung, 2013). Pupuk Fosfor (SP-36) Fosfor (P) merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber P alami dalam air berasal dari pelepasan mineral dan biji-bijian (Sianturi, 2008).
Universitas Sumatera Utara
6
Unsur hara fosfat adalah unsur haramakro yang dibutuhkan tanaman dalamjumlah banyak dan essensial bagipertumbuhan tanaman. Fosfat sering juga disebut sebagai kunci kehidupan karenaterlibat langsung hampir pada seluruh proseskehidupan. Fosfat merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh (Pasaribu dkk, 2014). Unsur hara fosfor (P) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal, oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup tinggi. Fungsi penting P dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintetis, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya yang membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan. Unsur P dapat merangsang pertumbuhan akar, kemudian berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah. Kekurangan unsur P dapat menunjukkan gejala menurunnya sintesis protein, seperti: lambatnya pertumbuhan bibit dan daun berwarna keunguan (Winarso, 2005). Sumber fosfat yang dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfor organik menjadi fosfor anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu, penyerapan fosfor juga dilakukan oleh liat dan silikat. Fosfat anorganik maupun organik terdapat dalam tanah. Bentuk anorganiknya adalah senyawa Ca, Fe, Al, dan F. Fosfor organik mengandung senyawa yang berasal dari tanaman dan mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid, dan fitin. Bentuk P anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut. Walaupun terdapat CO2 didalam
Universitas Sumatera Utara
7
tanah tetapi menetralisasi fosfat tetap sukar, sehingga P yang tersedia dalam tanah relatif rendah. Fosfor tersedia didalam tanah dapatdiartikan sebagai P- tanah yang dapat diekstraksikan atau larut dalam air dan asam sitrat.P-organik dengan proses dekomposisi akan menjadi bentuk anorganik (Sianturi, 2008). Peningkatanserapan P tanaman disebabkan olehkandungan bahan organik yang terdapat padapupuk kandang kambing. Bahan organik akanmelepaskan senyawa-senyawa
organik
yangmampu
berikatan
dengan
kation-kation
dalamtanah seperti Al dan Fe, sehingga terjadiproses pertukaran muatan didalam kompleksjerapan. Hal ini mengkibatkan konsentrasiion-ion basa akan semakin tinggi sehingga pHpun menjadi naik. Begitu juga dengan P-tersediatanah akan meningkat karenasenyawa organik mampumelepaskan ikatan Al-P dan Fe-P sehinggadengan lepasnya ikatan tersebut, maka P yangtersedia di dalam tanah akan lebih banyak.Dengan demikian, P yang diserap tanaman pun semakin meningkat (Simanjuntak dkk, 2015). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kriteria P-tersedia pada kebun inti tanaman gambir tergolong rendah. Hal ini diduga terjadi karena tanah yang terdapat di Kebun Inti Gambir ini memiliki sifat andik, yang dapat dilihat dari ketebalan lapisan bahan organiknya dimana pada tanah yang memiliki sifat andik terdapat mineral amorf (mineral Alofan dan Imagolit) yang dapat meretensi fosfat
dalam
jumlah
besar
sehingga
tidak
tersedia
bagi
tanaman
(Arviandi dkk, 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang serta interaksi keduanya berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik tanah, P-tersedia tanah, kadar P-daun, serapan P-tanaman, tinggi
Universitas Sumatera Utara
8
tanaman, berat kering tajuk tanaman dan berat kering akar tanaman pada tanah Inceptisol Kwala Bekala (Siregar dkk, 2015). Faktor yang mempengaruhi ketersedian P dalam tanah menurut Winarso (2005) adalah: a. Tipe liat: Fiksasi P akan lebih kuat pada liat tipe 1:1 daripada tipe 2:1. Tipe liat 1:1 yang banyak mengandung kaolinit lebih kuat mengikat P. Disamping itu oksida hidrous dari Al dan Fe pada tipe liat 1:1 juga ikut menjerap P. b. Reaksi tanah: Ketersediaan dari bentuk P di dalam tanah sangat erat hubungannya dengan pH tanah. Pada kebanyakan tanah, ketersediaan P maksimum dijumpai pada kisaran pH antara 5.5-7. Ketersediaan P akan menurun bila pH tanah 7. Adsorpsi P dalam larutan tanah oleh oksida Al dan Fe dapat menurun apabila pH meningkat. Apabila pH tanah makin tinggi, maka ketersediaan P juga akan berkurang yang terfiksasi oleh Ca dan Mg yang banyak pada tanah-tanah alkalis. P sangat rentan untuk diikat atau terjerap pada kondisi masam maupun alkalis. Semakin lama antara P dan tanah bersentuhan, semakin banyak P yang terfiksasi. c. Waktu reaksi: Semakin lama antara P dan tanah bersentuhan, semakin banyak P yang terfiksasi. Apabila pada waktunya Al akan diganti oleh Fe, maka kemungkinan akan terjadi ikatan Fe-P yang lebih sukar terlarut jika dibandingkan dengan ikatan Al-P. d. Temperatur: Tanah yang berada pada iklim panas umumnya lebih banyak mengikat P jika dibandingkan dengan tanah pada iklim sedang. Iklim
Universitas Sumatera Utara
9
panas akan menyebabkan kadar oksida hidrous Al dan Fe dalam tanah cukup tinggi. e. Bahan organik: Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (unsur hara makro dan mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Pupuk Kandang Sapi Bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikrotanah dan tanpa bahan organik semua kegiatan biokimiaakan terhenti, efektivitas penyerapan unsur hara juga sangatdipengaruhi oleh kadarnya di dalam tanah. Pemberian bahanorganik terutama pada tanah masam mampu meningkatkanefisiensi pemberian pupuk P. Asam organik yang terkandungpada pupuk organik mampu bertindak sebagai pengkelatsenyawa Al, sehingga P menjadi lebih tersedia (Hanum, 2013). Kandungan unsur hara pada pupuk kandang berbeda-beda, tapi pada prinsipnya semua jenis pupuk kandang sangat baik untuk tanaman cabai, jagung, dan yang terpenting pupuk kandang tersebut haru benar-benar matang karena pupuk kandang yang tidak matang akan berbahaya bagi tanaman sebab masih mengeluarkan gas selama proses pembusukannya (Pranjnanta, 2009). Penggunaan pupukkandang yang disebarkan secara langsung kepermukaan tanah
dapat
menjadi
sumber
patogenbagi
tanaman,
dan
sangat
menghambatperkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Oleh karenanya perludilakukan inkubasi terlebih dahulu selamabeberapa hari agar unsur hara,
Universitas Sumatera Utara
10
terutama Ptersedia,dapat dimanfaatkan secara efektif danefisien oleh tanaman. Umumnya pupuk kandangyang telah matang ini dapat diberikan 1 – 2minggu sebelum
tanam
dengan
cara
mencampurkannya
dengan
tanah
(Dahlan dkk, 2008). Pupuk kandang sapi adalah salah satu bahan organik yang memiliki kandungan
hara
yang
mendukung
kesuburan
tanah
dan
pertumbuhan
mikroorganisme di dalam tanah. Pemberian pupuk kandang sapi selain dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah. Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah. Pupuk kandang menyediakan unsur hara makro (N, P, K, Ca, dan S) serta unsur hara mikro (Fe, Zn, B, Co, dan Mo) (Hermawansyah, 2013). Pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang ternaksapi, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang sapi beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya. Pupuk kandang sapi biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O. Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20% P2O5 dan 0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2% P2O5 dan 1,35% K2O (Soepardi, 1983). Jenis kotoran sapi yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter rasio C/N yang cukup
Universitas Sumatera Utara
11
tinggi > 40. Tingginya kadar C dalam kotoran sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan kotoran sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos kotoran sapi dengan rasio C/N di bawah 20 (Hartatik dkk, 2005). Pupuk kandang sapi mengandung bahan organik yang berperan penting memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah Bahan organik tersebut dapat membantu pembentukan agregat, struktur tanah dan mempermudah penyerapan unsur hara. Pupuk kandang sapi mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah walaupun kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi (Gustiana dkk, 2012).
Universitas Sumatera Utara