TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT FITRAH UNTUK DANA PEMBANGUNAN MASJID ( Studi di Masjid Darul Hakim Menganti Kedung Jepara)
SKRIPSI
Dibuat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Jurusan Ahwal Al Syakhshiyyah
Oleh : ULA FIRDIANI NIM 131410000057
FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU ) JEPARA 2014
NOTA PEMBIMBING Lamp.
: 1 bandel
Hal
: Naskah Skripsi A.n. Sdri. Ula Firdiani
Kepada. Yth Dekan Fakultas Syari‟ah UNISNU Jepara. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: Ula Firdiani
NIM
: 1210057
Fakultas
: Syari‟ah
Judul
: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT FITRAH UNTUK DANA PEMBANGUNAN MASJID (Studi Kasus Di Desa Menganti Kecamatan Kedung Jepara) Dengan ini kami mohon kiranya naskah skripsi Saudara tersebut dapat
segera di munaqasyahkan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu pada fakultas syari‟ah UNISNU Jepara. Demikian Nota Pembimbing ini kami sampaikan, atas perhatian bapak kami sampaikan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jepara, 05 April 2014 Pembimbing
Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.A ii
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
FAKULTAS SYARI’AH & ILMU HUKUM TERAKREDITASI B NOMOR : 032/BAN-PT/Ak-XII/S1/X/2009 Alamat : Jl. Taman Siswa (Pekeng) No. 09 Tahunan Jepara 59427 Telp/Fax (0291) 593132 e-mail :
[email protected] http//: www.syari’ah.unisnu.ac.id
PENGESAHAN Bismillahirrahmanirrahim Skripsi Mahasiswa di bawah ini : Nama : UlLA FIRDIANI NIM : 1210057 Fakultas : Syari‟ah Program Studi : Ahwal Al Syakhshiyyah JUDUL : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT FITRAH UNTUK DANA PEMBANGUNAN MASJID (Studi Kasus Di Desa Menganti Kecamatan Kedung Jepara) Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Nahdlatul Ulama' Jepara dan dinyatakan LULUS, dengan Nilai: 3.7 (B) pada tanggal : 03 Oktober 2014 Dan dapat diterima sebagai kelengkapan syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari‟ah/Hukum Program Studi Al- Ahwal al-Syahkshiyyah. Jepara, 03 Oktober 2014 Dewan Sidang, Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Drs. H. Ahmad Barowi, M.Ag
Hudi, S.H.I., M.S.I
Penguji I
Penguji II
Dr. H. Mashudi, M.Ag
Drs. H. Ahmad Barowi, M.Ag Pembimbing
Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.A.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya, Ula Firdiani, NIM 1210057, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini: 1. Seluruhnya merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan dalam bentuk dan untuk keperluan apapun 2. Tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yang dijadikan rujukan dalam penulisan skripsi ini. Saya bersedia menerima sanksi dari fakultas apabila di kemudian hari ditemukan ketidakbenaran dari pernyataan ini.
Jepara, 05 April 2014 Penulis
Ula Firdiani NIM 131410000057
iv
ABSTRAK Ula firdiani, NIM 1210057, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Untuk Dana Pembangunan Masjid. Skripsi: Program Studi Syari‟ah dan Ilmu Hukum Jurusan Ahwal Al Syakhshiyyah, UNISNU Jepara 2014. Kata kunci: Zakat Fitrah, Pembangunan Masjid Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan zakat fitrah terhadap pembangunan masjid? (2) Apa dampak positif dan negatifnya tentang penggunana zakat yang digunakan untuk pembangunan masjid terhadap masyarakat? (3) Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang mempergunakan zakat untuk pembangunan masjid?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan zakat fitrah terhadap pembangunan masjid. (2) dampak positif dan negatifnya tentang penggunana zakat yang digunakan untuk pembangunan masjid terhadap masyarakat. (3) hukumnya zakat fitrah dibuat pembangunan masjid tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan Normatif yaitu dengan cara mengambil dasar hukumIslam meliputi dari Al Quran, hadist dan pendapat para ulama‟ dalam pengambilan hukum pada kasus zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid. Data dikumpulkan dengan teknik interview dan obsevasi. Selanjutnya data menggunakan analisis metode induktif. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan zakat fitrah terhadap pembangunan masjid yaitu keinginan dari kyai yang ingin mendapatkan uang tanpa meminta sumbangan dari masyarakat, yakin bahwa zakat yang diserahkan kepada kyai tersebut itu sudah jadi haknya karena zakat masyarakat itu sudah diserahkan kepadanya. (2) dampak positifnya yaitu pembangunan masjid akan cepat selesai dan sempurna, dari panitia pembangunan tidak usah meminta sumbangan kepada masyarakat. Adapun dampak negatifnya yaitu masyarakat akan salah pengertian tentang golongan yang berhak menerima zakat, masyarakat yang termasuk 8 golongan tidak terpenuhi. (3) Jika dilihat dari segi hukum memeberikan zakat untuk pembangunan masjid tidak boleh, akan tetapi ada pendapat Imam Qaffal menukil dari sebagian ahli fiqih zakat boleh ditasarufkan kepada sektor atas anama sabilillah.
v
MOTTO
“Ketahuilah sesungguhnya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Bukankah janji Allah itu benar? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” ( QS.Yunus: 55)
vi
PERSEMBAHAN
Seraya memohon Ridlo-Nya, dan Syafaat Rasul-Nya dengan tulus ikhlas Kupersembahkan dan kudedikasikan skripsi ini kepada :
Kedua orangtuaku yang kusayangi dan aku cintai yang telah memberikan bimbingan, nasehat serta telah membesarkan dan mendidikku, dengan segala ketulusan hati tak putus-putusnya mendoakan demi kesuksesanku.
Teruntuk Kakak dan Adikku tersayang yang setia memahami dan mewarnai hari-hari indahku dalam kebersamaan keluarga.
Para pendidik dan pembimbing yang telah memberikan cahaya ilmu duniawi dan ukhrowi, jasamu tak akan kulupakan..
Yang mulia Dosen-dosenku yang selalu membimbingku dalam menimba ilmu di UNISNU Jepara.
Almameterku UNISNU Jepara tercinta.
Ya Allah … … Kuhaturkan Ucapan Syukur pada-Mu Engkau Telah Memberikan Orang-Orang Yang Mencintai, Mengasihi, Dan Menyayangiku Dengan Stulus Hati, Sebening Kasih Suci, Karya Ini Kupersembahkan.
vii
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Alhamdulillah Maha Suci Allah dengan segala keagungan dan kebesaran-Nya. Segala puji syukur hanya tercurah kepada-Nya yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah serta inayahnya, sehingga atas iringan
ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun belum mencapai sebuah kesempurnaan. Namun harapan hati kecil semoga dapat bermanfaat. Iringan sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan kehariban beliau Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi cahaya di atas cahaya bagi seluruh alam, beserta keluarga sahabat, dan pengikutnya yang setia. Berkat Karunia dan ridlo-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Fakultas Syari‟ah dan Ilmu Hukum Program Studi Ahwal Al Syakhshiyyah Universitas Islam Nahdlatul Ulama‟ (UNISNU) Jepara dengan judul : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Untuk Dana Pembangunan Masjid (Studi Kasus di Desa Menganti Kecamatan Kedung Jepara)" Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Muhtarom H.M selaku Ketua Universitas Islam Nahdlatul Ulama‟ (UNISNU) yang telah merestui penyusunan Skripsi ini. 2. Drs. H. Ahmad Barowi TM, M.Ag selaku Ketua Jurusan Syari‟ah UNISNU Jepara 3. Dr. Sa‟dullah Assa‟idi, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Nurul Qomariyatin SE, Selaku Kepala Perpustakaan yang telah memberikan izin dan pelayanan perpustakaan selama penyusunan skripsi ini.
viii
5. Kepala Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak K.H. Mahfudz Shiddiq selaku Kyai yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Ayahanda dan Ibunda yang langsung maupun tidak langsung telah membantu baik moril maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini. 8. Kakak-adikku yang telah mendo‟akanku untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman Jurusan Syari‟ah Angkatan 2010 yang telah menjadikanku semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Kritik konstruktif dari siapapun diharapkan menjadi saran yang dapat menyapa tulisan ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses kreatif berikutnya. Namun demikian sekecil apapun makna yang terjelma dalam tulisan inipun juga diharapkan ada manfaatnya.
Jepara, 05 April 2014 Penulis
Ula Firdiani NIM 1210057
ix
TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. I.
Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
ب
Bā‟
Bb
-
ت
Tā‟
Tt
-
ث
Śa‟
Ś
S dengan satu titik di
Tidak dilambangkan
atas
ج
Jim
Jj
-
ح
Hā‟
H
H dengan satu titik di bawah
خ
Khā‟
Khkh
-
د
Dāl
Dd
-
ذ
Żāl
Ż
Z dengan satu titik di atas
ر
Rā‟
Rr
-
ز
Z
Zz
-
س
Sin
Ss
-
ش
Syin
Sysy
-
ص
Shad
Ş
S dengan satu titik dibawah
ض
Dlad
Dl
x
D dengan satu titik
dibawah
ط
Tha‟
Ţ
T dengan satu titik dibawah
ظ
Dha‟
Dh
Z dengan satu titik di bawah
ع
„Ain
„
Koma terbalik
غ
Gain
Gg
-
ف
Fā‟
Ff
-
ق
Qāf
Qq
-
ك
Kāf
Kk
-
ل
Lām
Ll
-
م
Mim
Mm
-
ن
Nun
Nn
-
و
Wau
Ww
-
ه
Hā‟
Hh
-
ء
Hamzah
Tidak
Apostrof, tetapi tdk
dilambangkan
dipergunakan utk hamzah di awal kata
ى
Yā‟
Yy
-
ة
Ta‟
at, ah
Dibaca “ah” ketika
Marbutah II.
mauquf
Konsonan Rangkap Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh:
ditulis rabbaka ditulis al-haddu
xi
III.
Vokal Pendek 1. Vokal Pendek Vocal/ harakat fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u. Contoh:
ditulis yadribu ditulis su’ila
2. Vocal Panjang Vocal panjang (maddah), yang dalam tulisan Arab menggunakan harakat dan huruf, ditulis dengan huruf dan tanda caron (-) di atasnya: a, i, u. Contoh:
ditulis qala ditulis qila ditulis yaqulu
3. Vocal Rangkap a. Fathah + ya‟ mati ditulis ai (
).
Contoh: كيفditulis kaifa b. Fathah + wawu ditulis au ()أو Contoh: حولditulis haula
IV.
Ta’ Marbutah ( )ةdi akhir kata 1. Ta’ Marbutah ( )ةyang dibaca mati (sukun) ditulis h, kecuali kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, tobat,dll. Contoh:
ditulis talhah ditulis al-taubah fatimah
2. Ta’ Marbutah ( )ةyang diikuti kata sandang al ()ال, jika dibaca terpisah atau dimatikan, ditulis h. Contoh:
ditulis raudah al-atfal
Jika dibaca menjadi satu dan dihidupkan ditulis t. Contoh:
ditulis raudatulatfal
xii
V.
Kata Sandang Alif + Lam ( ) 1. Kata sandang ( ) diikuti huruf syamsiah ditulis dengan bunyinya (sama dengan huruf yang mengikutinya, dan dipisahkan dengan tanda [-]. Contoh:
ditulis ar-Rahimu ditulis as-sayyidu ditulis as-syamsu
2. Kata sandang ( ) diikuti huruf qamariah ditulis al- dan dipisahkan tanda [-] dengan huruf berikutnya. Contoh:
ditulis al-Maliku ditulis al-Kafirun ditulis al-qalamu
VI.
Kata dalam Rangkain Frasa atau Kalimat 1. Jika rangkaian kata tidak mengubah bacaan, ditulis terpisah/ kata perkata, atau 2. Jika rangkaian kata mengubah bacaan menjadi satu, ditulis menurut bunyi/ pengucapannya, atau dipisah dalam rangkaian tersebut. Contoh:
ditulis khair ar-raziqin atau khairurraziqin.
xiii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..............................................................................................i NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................................ii PENGESAHAN.....................................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………………………. .iv ABSTRAK…………………………………………………………………….….v MOTTO..................................................................................................................vi PERSEMBAHAN.................................................................................................vii KATA PENGANTAR..........................................................................................viii TRANSLITERASI……………………………………………………………......x DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................... ……..1 B. Penegasa Istilah…………………………………………………...7 C. Fokus Penelitian.............................................................. …...........8 D. Rumusan Masalah...................................................................... ....9 E. Tujuan Penelitian...........................................................................10 F. Kegunaan Penelitian......................................................... ……....10 G. Kajian Pustaka............................................................................ ..11 1.
Deskripsi Pustaka.................................................................11
2.
Hasil Penelitian Terdahulu....................................... ……..13
3.
Faktor Perbedaan Skripsi……………………...…………..14
H. Metode Penelitian…………………………………………..........15 I. Sistematika Penulisan Skripsi........................................................19
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT FITRAH DAN MASJID A. Pengertian Zakat.................................................................... …...22 B. Macam-Macam Istilah (Nama) Zakat............................................24 xiv
C. Macam-Macam Zakat.......................................................... ….....25 D. Dasar Hukum Zakat............................................................. ….....26 E. Orang Yang Wajib Mengeluarkan Zakat (Murzakki ) ........ ….....26 F. Orang Yang Berhak Menerima Zakat............................................27 G. Jenis dan Kadar Zakat Fithri..........................................................29 H. Waktu Mengeluarkan Zakat fithri..................................................34 I. Membayar Zakat fithri...................................................................35 J. Hikmah Zakat....................................................... …………….....38 K. Tinjauan Umum Tentang Masjid...................................................39
BAB III
GAMBARAN TENTANG ZAKAT FITRAH DAN PEMBANGUNAN MASJID DI MENGANTI KEDUNG JEPARA A. Gambaran Umum Desa Menganti Kedung Jepara……….............45 1. Kondisi Geografis……………………………………............45 2. Demografi…………………………………………………....46 3. Perekonomian Desa………………………………………......50 4. Sosial Budaya Desa………………………………………......52 5. Prasarana dan Sarana Desa……………………………..........57 6. Pemerintahan Umum…………………………………............59 B. Isu-isu Pembangunan Desa Menganti……………………............60 C. Arah Kebijakan Keuangan Desa…………………………............65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Analisis Metodologi dan Pendapat Oleh Para Ulama‟ Baik Ulama‟ Madzhab Maupun Ulama‟ yang Ada Di Indonesia………………………………………………………....69 1. Pemahaman Kyai………………………………………….....70 2. Praktek Zakat Fitrah……………………………………….....79 B. Analisis Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pelaksanaan Zakat Fitrah Untuk Pembangunan Masjid……………………….80
xv
C. Dampak Positis dan Dampak Negatifnya Tentang Penggunaan Zakat yang Digunakan Untuk Pembangunan Masjid Terhadap Masyarakat……………………………………………………….81 D. Analisis Aspek Hukum Islam……………………………………82
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………84 B. Saran-saran……………………………………………………….86 C. Penutup………………………………………………………......86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap bentuk kewajiban yang dibebankan oleh Tuhan pada umat manusia bertujuan untuk membawa kebaikan bagi manusia itu sendiri. Begitu pula di dalam konsep perintah zakat terdapat tujuan dan hikmah secara intrinsik dari ajaran itu. Menelaah konsep zakat dari sisi tujuan dan hikmahnya akan membuat zakat lebih relevan aktualisasinya dalam masyarakat. Kurangnya pemahaman terhadap tujuan dan hikmah dari pelaksanaan zakat dapat menghilangkan kekuatan dorong dari adanya konsep zakat itu sendiri. Zakat merupakan suatu bentuk ibadah māliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting dan strategis bagi kesejahteraan umat. Ajaran zakat ini memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekuatan sosial ekonomi umat. Kandungan ajaran zakat ini memiliki dimensi yang luas dan kompleks, bukan saja mengandung nilai-nilai ibadah, moral, spiritual, dan ukhrowi, melainkan juga nilai-nilai ekonomi, sosial, dan duniawi.1 Zakat merupakan rukun Islam yang lima. Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriah. Perintah untuk menunaikan zakat digandengkan dengan perintah untuk mendirikan sholat tertuang dalam Al-
1
Edi Bahtiar, Ke Arah Produktivitas Zakat Membangun Strategi Zakat Presfektif Keadilan, (STAIN Kudus: Idea Press Yogyakarta, 2009), Cet. 1, hlm. 26-27.
1
2
Quran sebanyak delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya (shalat dan zakat) memiliki keterkaitan yang sangat erat.2 Al-Qur’an surat Al-Mu’minuun ayat 1-4 menerangkan:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orangorang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat”. (QS. Al-Mu’minuun: 1-4).3 Selain itu zakat merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap mukallaf yang mampu menunaikannya. Sehingga zakat fitrah wajib atas setiap orang Islam yang bernyawa, besar kecil, tua muda, laki-laki, perempuan yang “mempunyai kelebihan makanan dari keperluan untuk sehari semalam hari raya”. Bayi pun yang lahir sebelum terbenam matahari pada akhir Ramadhan, wajib dikeluarkan zakat fitrahnya.4 Karena perintah tentang kewajibannya menunaikan zakat dalam Al-Qur’an sangatlah jelas. Seperti yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 43:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orangorang yang ruku’” (QS. Al-Baqarah: 43).5 2
Ibid., hlm. 6. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Toha Putra, 1989), hlm. 526. 4 Zakiyah Daradjat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, (Jakarta: YPI Ruhama, 1993), Cet. 4, hlm. 68. 5 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 16. 3
3
Dan juga dalam surat At-Taubah ayat 103:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.”(QS. At-Taubah: 103).6 Zakat adalah kesucian atau kebersihan, yaitu mengeluarkan sebagian harta kekayaan dengan bermaksud suci (bersih).7 Setiap orang Islam yang mengerti agamanya, pasti bersedia dan ikhlas mengeluarkan zakat fitrah yang wajib atas dirinya tanpa banyak perhitungan dan pertimbangan. Karena ukurannya pasti dan waktu melaksanakannya tetap.8 Kesenjangan penghasilan kerja (rizqi) di kalangan masyarakat merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Karena itulah salah satu bentuk luhurnya ajaran Islam terletak di sini (ajaran tentang zakat). Dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 19 disebutkan:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” ( QS.AdzDzariyat: 19).9
6
Ibid., hlm. 297-298. Abdul Djamali, Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2002), Cet. 3, hlm. 26. 8 Zakiyah Daradjat, Loc. Cit. 9 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 859. 7
4
Kewajiban zakat merupakan jalan
yang paling utama untuk
menyelesaikan kesenjangan tersebut dan juga bisa merealisasikan sifat gotongroyong dan tanggung jawab sosial dikalangan umat Islam.10 Ajaran zakat memuat potensi sosial yang cukup besar berupa pembagian kemakmuran yang merata sehingga berkuranglah rasa iri hati dan rasa tidak puas di antara mereka yang berkekurangan terhadap mereka yang berkelebihan, di antara si miskin dengan si kaya. Melalui zakat, harta atau kekayaan tidak akan dimonopoli dalam penguasaan orang-orang kaya dan berada saja.11 Di samping itu peran zakat dalam pengentasan kemiskinan adalah peran yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya, baik dalam kehidupan muslim maupun dalam kehidupan lainnya. Khalayak umum hanya mengetahui bahwasanya tujuan dari zakat adalah mengentaskan kemiskinan dan juga membantu para fakir miskin, tanpa mengetahui secara gamblang.12 Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa ada 8 (delapan) golongan yang berhak menerimanya diantaranya:
10
Wahbah Al-Zuhayliy, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Diterjemahkan Agus Effendi dan Bahrudin Fanahny, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, hlm. 86. 11 Edi Bahtiar, Op. Cit., hlm. 27. 12 Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Diterjemahkan Sari Narulita, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), Cet. 1, hlm. 29.
5
“Sesungguhnya zakat–zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS.At-Taubah: 60).13 Sesuai ayat diatas adalah 1. Orang Fakir : seseorang yang tidak memiliki harta serta kemampuan untuk mencari nafkah hidupnya. 2. Orang Miskin : seseorang disebut miskin apabila penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya. 3. Amil : orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf : orang-orang dari kalangan bangsawan (atau orang terkemuka) suatu kaum apabila mereka memeluk agama Islam, sedangkan mereka ini termasuk tokoh-tokoh yang ditaati oleh kaum mereka. 5. Memerdekakan Budak : bagian zakat untuk mereka diberikan kepada para majikan guna memenuhi perjanjian kebebasan para budak yang mereka miliki. 6. Orang yang berhutang : seseorang kurang mampu yang berhutang untuk keperluan ketaatan kepada Allah atau untuk hal yang mubah. Tetapi apabila ia berhutang untuk suatu perbuatan maksiat, maka ia tidak diberi dari uang zakat kecuali apabila ia telah bertobat.
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 288.
6
7. Orang yang berjuang dijalan Allah (Fi Sabilillah) : yaitu orang-orang yang berjuang (berperang), sedangkan mereka tidak menerima gaji dari negara. Mereka boleh diberi dari bagian zakat walaupun tergolong kaya, sebagai dorongan bagi mereka untuk tetap berjuang. 8. Ibnu As-Sabil yaitu orang yang datang ke suatu kota (negeri) atau melewatinya dalam status sebagai musafir yang tidak bermaksud melakukan maksiat dengan perjalanannya itu.14 Dari uraian di atas dapat saya simpulkan bahwa zakat fitrah harus diberikan kepada orang-orang yang termasuk dalam 8 (delapan) di atas akan tetapi di Menganti Kecamatan Kedung Jepara ini tidak diberikan pada orang yang berhak akan tetapi dijual dan uangnya dibuat pembangunan masjid. Padahal di kitab Fathul Mu’in juga tidak diperbolehkan yaitu yang berbunyi sebagai berikut:
“Harta zakat itu sama sekali tidak boleh ditasarrufkan untuk mengkafani mayat atau membangun masjid”.15 Para jumhur fuqaha sepakat bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada selain yang disebutkan oleh Allah SWT, seperti pembangunan masjid, jembatan sarana pengairan, pengerukan sungai, perbaikan jalan, membeli kain kafan, membayar utang, penerimaan tamu, membangun pagar, persiapan peralatan perang dan sebagainya, yang tidak disebutkan oleh Allah SWT.
14
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat, Diterjemahkan Muhammad Al-Baqir, (Bandung: Karisma, 1999), Cet. 10, hlm. 95-100. 15 Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, Fathul Mu’in, Jilid 2, Diterjemahkan Aliy As’ad, (Kudus: Menara Kudus, 1979), hlm. 39.
7
Karena pada dasarnya hal-hal tersebut tidak memiliki hak untuk menerima zakat.16 Karena yang ada diketerangan dalam kitab Fathul Mu’in dan buku Zakat Kajian Berbagai Mazhab menerangkan bahwa zakat tidak boleh dibelanjakan untuk mengkafani jenazah dan pembangunan masjid, maka dari itu saya tertarik untuk meneliti dan mengangkat judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Untuk Dana Pembangunan Masjid.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda serta untuk mewujudkan kesatuan pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan skripsi ini, maka perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut: 1. Tinjauan Tinjauan
adalah
hasil
meninjau,
pandangan,
pendapat,
(sesudah
menyelidiki, mempelajari dsb).17 2. Hukum Islam Hukum Islam adalah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan Al-Qur’an.18 3. Zakat Fitrah
16
Wahbah Al Zuhayliy, Op. Cit., hlm. 289-290. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. 4, hlm. 719. 18 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka cipta, 2009), Cet. 6, hlm. 169. 17
8
Zakat Fitrah adalah zakat makanan yang dimakan setiap hari dalam negeri mereka, mengeluarkannya yaitu sebelum shalat hari raya idul fithri. Banyaknya zakat fitrah itu kira-kira 2,5 kg.19 4. Dana Pembangunan Masjid Dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan tertentu.20 Pembangunan adalah proses, perbuatan, cara membangun, dari atau proses pembangunan yang dimulai dari negara maju melalui pemerintah negara berkembang, diturunkan kepada rakyat.21 Masjid adalah rumah atau bangunan tempat persembahyang orang Islam.22 Jadi dana pembangunan masjid yaitu sejumlah uang yang digunakan untuk keperluan pembanggunan masjid. Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Untuk Dana Pembangunan Masjid” adalah sebuah penelitian untuk mengetahui hukum zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid tersebut.
C. Fokus Penelitian Fokus penelitian menurut Sugiono dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh tidak dapat dipisahpisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang
19
Sudarsono, Kamus Agama Islam, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1994 ), Cet. 1, hlm. 236. Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hlm. 234. 21 Sudarsono, Op. Cit., hlm. 45. 22 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hlm. 719. 20
9
diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (acticity) yang berinteraksi secara sinergis.23 Kemudian penelitian ini difokuskan pada hukum zakat fitrah yang dijual dan dibelanjakan untuk keperluan masjid yang terjadi di Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Dalam hal ini yang menjadi fokus penelitian adalah; 1. Kyai yang melakukan atau amil yang menerima zakat menjual dan membelanjakan untuk keperluan masjid pada saat pembangunan masjid berlangsung. 2. Tanggapan para kyai yang ada di sekitarnya.
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah mencerminkan isi pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, setiap penelitian pasti akan mendapatkan permasalahan yang nantinya perlu mendapatkan suatu jawaban pula. Agar pembahasan yang ada dalam penelitian ini sesuai dengan target yang ingin diteliti dan untuk memudahkan dalam memilih data yang terkumpul di lapangan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan zakat fitrah terhadap pembangunan masjid?
23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 7, hlm. 285.
10
2. Apa dampak positif dan negatifnya tentang penggunaan zakat yang digunakan untuk pembangunan masjid terhadap masyarakat? 3. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang mempergunakan zakat untuk pembangunan masjid?
E. Tujuan Penelitian Agar lebih mudah dalam melaksanakan penelitian, maka perlu mengetahui
tujuannya
sehingga
dalam
pelaksanaan
penelitian
tidak
menyimpang dari permasalahan yang sudah direncanakan. Adapun beberapa hal yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui faktor- faktor yang melatarbelakangi penggunaan zakat fitrah terhadap pembangunan masjid. 2. Mengetahui apa dampak positif dan negatifnya tentang penggunaan zakat yang digunakan untuk pembangunan masjid terhadap masyarakat. 3. Mengetahui bagaimana hukumnya zakat fitrah dibuat pembangunan masjid tersebut.
F. Kegunaan Penelitian Setelah mengetahui hukum pelaksanaan zakat fitrah yang digunakan untuk dana pembangunan masjid, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
11
1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam yang digunakan untuk dana pembangunan masjid, baik bagi masyarakat yang membaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya. 2. Secara Praktis a) Untuk mengembangkan wawasan ke-ilmuan yang telah penulis peroleh selama ini, di samping untuk melatih dan mengingatkan berpikir alamiah dan
sistematis,
memahami
suatu
pendapat
dan
alasan
melatarbelakanginya. b) Bagi masyarakat dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang hukum melaksanakan zakat fitrah yang digunakan untuk dana pembangunan masjid, khususnya masyarakat di Desa Menganti Kecamatan Kedung Jepara.
G. Kajian Pustaka 1. Deskripsi Pustaka Setelah penulis mengadakan pelaksanaan literature yang membahas zakat ternyata cukup banyak, dan dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan mencari teori-teori, konsep-konsep generalisasi yang dapat dijadikan landasan dasar teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.
12
Agar penelitian itu mempunyai dasar yang kuat untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal, yang berkaitan dengan penelitian, maka penulis melakukan kajian
kepustakaan, maka disini penulis akan
mengemukakan beberapa sumber yang dijadikan sebagai kajian pustaka, antara lain: 1. Teungku
Muhammad
Hasbi
Ash
Shiddieqy
Pedoman
Zakat
menerangkan bahwa: pengertian zakat adalah zakat menurut bahasa, berarti nama’ (kesuburan), thaharah (kesucian), barakah (keberkatan) dan berarti juga tazkiyah, tathhier (mensucikan).24 2. Imran Abu Amar Fathul Qarib menerangkan bahwa: Makna zakat ialah “menambah”. Sedang menurut syara’ ialah nama bagi suatu harta tertentu menurut cara-cara yang tertentu, kemudian diberikan kepada sekelompok orang yang tertentu pula.25 3. Aliy As’ad Fathul Mu’in menerangkan bahwa Wakii’ berkata: Zakat Fitrah terhadap bulan Ramadhan adalah bagaikan Sujud Sahwi terhadap shalat, ia menambal kekurangan puasa sebagaimana Sujud Sahwi menambal kekurangan shalat, perkataan ini dikuatkan oleh Hadist Shahih yang menyatakan bahwa zakat fitrah itu membersihkan orang puasa dari pada sia-sia dan keji (zina).26
24
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1999), Cet. 3, hlm. 3. 25 Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i, Fathul Qarib, Jilid 1, Diterjemahkan Imran Abu Amar, (Kudus: Menara Kudus, 1982), hlm. 158. 26 Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, Op. Cit., hlm. 17.
13
2. Hasil Penelitian Terdahulu Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nursalim yang berjudul tentang Tinjauan Hukum Islam Tentang Prilaku Masyarakat Dalam Menggugurkan Kewajiban Zakat (studi kasus di Desa Margorejo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus) 2006 menerangkan bahwa: tidak boleh mencarcari alasan untuk menggugurkan zakat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agusriyadi yang berjudul Subyek Zakat Hasil Tanah Sewaan Menurut Imam Syafi’i (studi kasus di Desa Megawon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus) 2006 menjelaskan bahwa : zakat mempunyai peranan penting dalam sistem perekonomian Islam, karena zakat bisa di jadikan pemerataan kehidupan diekonomi masyarakan Islam, zakat di samping sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Juga sebagai pembersih diri dari dan harta kekayaan dari kotorankotoran juga menjadi batu harapan bagi kaum miskin dan menjadi sarana penunjang pengembangan dan pelestarian ajaran Islam di dalam masyarakat. Dalam penelitian Miftakhul Huda yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Tentang Pentasarufan Zakat Untuk Pembangunan Masjid (studi pemahaman kyai di Desa Ngembalrejo Bae Kudus) di dalamnya membahas zakat mal dan metode yang digunakan komparatif yang menjelaskan: menurut pemahaman kyai di ngembalrejo pentasarufan zakat untuk pembangunan masjid tidak diperbolehkan, hal ini di karenakan masjid meskipun sebagai tempat aktivitas ibadah dan kebaikan sehingga syiar agama Islam dapat menjadi ramai namun masjid merupakan tempat suci
14
yang tidak boleh dikotori dengan harta zakat. Alasan tidak boleh zakat untuk
pembangunan
masjid
adalah
bahwa
masjid
tidak
dapat
dikelompokkan sebagai golongan 8 (delapan) yang berhak menerima zakat, dan tidak dapat dimasukkan sebagai sabilillah dalam asnad zakat yang sesungguhnya adalah orang yang berjuang di jalan Allah dengan berperang menggunakan senjata, dan selain itu zakat terkandung beberapa hikmah yang cukup besar dalam roda kehidupan dan dapat mengembangkan beberapa kemakmuran dalam masyarakat, hal ini perbedaan pendapat mengenai arti sabilillah menciptakan keadilan di segala bidang. 3. Faktor Perbedaan Skripsi Adapun faktor yang membedakan antara skripsi yang saya teliti dengan skripsi terdahulu adalah bahwa dalam penelitian saya yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Untuk Dana Pembangunan Masjid (Studi Di Masjid Darul Hakim Menganti Kedung Jepara) didalamnya membahas hukum zakat fitrah yang dijual dan dibelanjakan untuk keperluan masjid pada saat pembangunan masjid berlangsung yang terjadi di Menganti Kedung Jepara. Sedangkan dalam penelitian Miftakhul Huda yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Tentang Pentasarufan Zakat Untuk Pembangunan Masjid didalamnya membahas zakat mal dan metode yang digunakan komparatif yang menjelaskan pemahaman kyai di Ngambelrejo pentasarufan zakat untuk pembangunan masjid tidak diperbolehkan karena masjid sebagai tempat aktivitas ibadah.
15
H. Metode Penelitian Metode
penelitian
kualitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.27 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Beberapa hal yang peneliti kemukakan terkait dengan metodologi penelitian yang digunakan adalah: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah field reseach yaitu jenis penelitian yang paling banyak diintegrasikan dengan penelitian terapan. Penelitian ini dilakukan berada pada objek/ tempat/ lingkungannya, terutama dalam usahanya mengumpulkan data dan berbagai informasi dalam rangka untuk menyempurnakan atau memperbaikinya. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti tentang pelaksanaan zakat fitrah yang digunakan untuk dana pembangunan masjid yang terjadi di Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten
Jepara.
Selain
jenis
penelitian
tersebut,
penulis
juga
menggunakan library reseach yaitu penelitian yang diperlukan berbagai 27
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 15.
16
literatur yang mengharuskan dilakukannya studi pustaka, apalagi pada penelitian yang bersifat kualitatif, maka penggunaan literatur cukup dominan. Acuan dan rujukan dalam mengolah data, menafsirkan, mengartikan data harus dilakukan dengan tolak ukur berupa teori-teori yang diterima keberadaannya di dalam literatur.28 2. Pendekatan Penelitian Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan Normatif
yaitu
dengan cara mengambil dasar hukum Islam meliputi dari Al-Qur’an, Hadist dan pendapat para ulama yang qouli maupun yang manhaji atau secara ushuliyah dalam pengambilan hukum pada kasus zakat fitrah yang digunakan untuk pambangunan masjid. Dan juga penulis menggunakan pendekatan Sosiologis yaitu pendekatan dengan cara mengetahui sosial kemasyarakatan yang berada di Desa Menganti Kec. Kedung Jepara. 3. Metode Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dari penelitian adalah kyai yang menjadi tokoh pelaksanaan zakat fitrah tersebut, yang bertempat tinggal di Desa Menganti Kec. Kedung Jepara.
28
Masyhuri dan M.Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama, 2008), Cet. 2, hlm. 46.
17
Sedangkan obyek penelitianya adalah proses pelaksanaan zakat fitrah yang terjadi di Desa Menganti Kec. Kedung Jepara dan tinjauan hukum Islam tentang pelaksanaan zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid. 4. Sumber Data Data yang penulis kumpulkan adalah jenis data kualitatif. Secara garis besar yaitu: a. Data Primer Adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam hal ini data penulis peroleh dari lapangan tempat terjadinya kasus zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid di Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. b.
Data Sekunder Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dengan kata lain data ini digunakan untuk menyusun landasan teori sebagai dasar berpijak dalam menyusun praktik penelitian lapangan.29 Data ini bersumber dari kamus-kamus yang mendukung. Misalnya: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Arab Indonesia dan kamus-kamus lainya yang berhubungan dengan penelitian ini.
29
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 193.
18
5. Teknik Pengumpulan Data Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan: a. Interview (Wawancara) Yaitu wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit..30 Adapun yang penulis wawancara adalah ulama setempat, para keluarga dan sebagainya masyarakat Islam di Desa Menganti Kec. Kedung Jepara. b. Observasi Yaitu observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.31 Mengamati kasus dan menganalisis proses tersebut pada kyai di Desa Menganti Kec. Kedung Jepara dalam zakat fitrah yang di gunakan untuk pembangunan Masjid.
30
Ibid., hlm. 194. Ibid., hlm. 203.
31
19
6. Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis data sebagai berikut dengan menggunakan Metode Induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotetis. Berdasarkan hipotetis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulangulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotetis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik trianggulasi, ternyata hipotetis diterima, maka hipotetis tersebut berkembang menjadi teori.32
I. Sistematika penulisan skripsi Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai judul ini, berikut adalah pokok-pokok dari isi penulis: 1. Bagian awal Berisi Halaman Judul, Abstrak, Nota Persetujuan Pembimbing, Pengesahan, Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar lampiran. 2. Bagian isi Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yaitu:
32
Ibid., hlm. 335.
20
Bab I: Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, penegasan istilah, fokus penelitian,
rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
keguanaan
penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Tinjauan Umum Tentang Zakat Fitrah dan Masjid Bab ini menjelaskan tentang pengertian zakat, macam-macam istilah zakat, macam-macan zakat, dasar hukum zakat, orang yang berhak mengeluarkan zakat, orang yang berhak menerima zakat, jenis dan kadar zakat fitrah, waktu mengeluarkan zakat fitrah, membayar zakat fitrah, hikmah zakat dan tinjauan umum tentang masjid. Bab III: Gambaran Tentang Zakat Fitrah dan Pembangunan Masjid di Menganti Kedung Jepara A. Gambaran Umum Desa Menganti Kedung Jepara Bab ini menjelaskan tentang kondisi geografis, demografi, perekonomian desa, sosial budaya desa, prasarana dan sarana desa, pemerintahan umum. B. Isu-isu Pembangunan Desa Menganti C. Arah Kebijakan Keuangan Desa Bab IV : Hasil Penelitian dan Analisis Bab ini menjelaskan analisis metodologi dan pendapat oleh para ulama baik ulama madzhab maupun ulama yang ada di Indonesia, analisis faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan zakat
21
fitrah untuk dana pembangunan masjid, dampak positif dan negatifnya tentang penggunaan zakat yang digunakan untuk pembangunan masjid terhadap masyarakat dan analisis aspek hukum Islam. Bab V: Penutup Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari permasalahan yang ada dalam penelitian dan saran-saran. 3. Bagian akhir Pada bagian akhir ini berisi daftar pustaka, daftar riwayat peneliti serta lampiarn-lampiran.
22
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT FITRAH DAN MASJID
A. Pengertian Zakat Islam adalah agama yang ajarannya dinyatakan sebagai syamil (integral) yang mencakup seluruh aspek kehidupan, untuk menjadikan rahmat bagi kehidupan itu sendiri baik bagi individu maupun bagi masyaratkat, baik untuk kehidupan kini maupun kehidupan akhirat. Salah satu bukti hal tersebut adalah disyari’atkan zakat untuk kaum muslimin.1 Di dalam Islam terdapat sumber dana yang berasal dari masyarakat dan diperuntukkan bagi masyarakat dalam kerangka pembangunan umat. Sumber dana yang dimaksud itu dinamakan zakat, infaq dan shadaqah (sedekah).2 Umat Islam mempunyai potensi besar untuk berpartisipasi dalam pembangunan guna mengentaskan kemiskinan, peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena dapat digali, dikembangkan dan didayagunakan sumber-sumber yang diperoleh dari pranata sosial keagamaan, yaitu zakat, infaq dan shadaqah.3 Zakat adalah rukun Islam ketiga setelah syahadat dan shalat. Dan zakat merupakan pokok agama yang sangat penting dan strategis. Jika shalat
1
Nukthoh Arfawie Kurde, Memungut Zakat dan Infaq Profesi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. 1, hlm. 37. 2 Ibid., hlm. 17. 3 Ibid., hlm. 57-58.
22
23
berfungsi untuk membentuk keshalihan muslim dari sisi pribadi, maka zakat berfungsi untuk membentuk keshalihan muslim dari sisi sosial. Pembentukan muslim yang memiliki tingkat keshalihan pribadi dan keshalihan sosial inilah salah satu dari tujuan diturunkannya risalah Islam kepada seluruh umat manusia.4 Zakat, Infaq dan shadaqah (ZIS) adalah merupakan institusi resmi dalam syari’at Islam yang berhubungan dengan hak milik seseorang atau badan hukum yang bernilai ibadah dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang berguna bagi kesejahteraan umat manusia, memelihara keamanan dan keseimbangan sosial ekonomi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan umat dan masyarakat secara keseluruhan.5 Makna “zakat” menurut bahasa, zakat berarti: “menambah”. Sedang menurut syara’ ialah nama bagi suatu harta tertentu menurut cara-cara yang tertentu, kemudian diberikan kepada sekelompok orang yang tertentu pula.6 Menurut Al-Mawardi zakat itu adalah sebutan untuk pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada golongan yang tertentu. Menurut Asy-Syaukani zakat adalah memberi suatu bagian dari harta yang sudah sampai nishab kepada orang fakir
4
Ibid., hlm. 5. Ibid., hlm. 20. 6 Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’I, Fathul Qarib, Jilid 1, Diterjemahkan Imran Abu Amar, (Kudus: Menara Kudus, 1982), hlm. 158. 5
24
dan sebagainya, yang tidak bersifat dengan suatu halangan syara’ yang tidak membolehkan kita memberi kepadanya.7
B. Macam-Macam Istilah (Nama) Zakat 1. Shadaqah
“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS.AtTaubah;104).8 2. Zakat
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku”(QS.Al-Baqarah : 43 ).9 3. Haq
7
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1999), Cet. 3, hlm. 5. 8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Toha Putra, 1989), hlm. 298. 9 Ibid., hlm. 16.
25
“Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya yang bermacam-macam itu), bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS.AlAn’am:141).10 4. Nafaqah
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS.AtTaubah : 34).11 5. Afuw
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”(QS.AL-A’raf : 199).12 Ringkaslah istilah zakat digunakan untuk beberapa arti. Namun yang berkembang dalam masyarakat, istilah zakat digunakan untuk shadakah
10
Ibid., hlm. 212. Ibid., hlm. 283. 12 Ibid., hlm. 255. 11
26
wajib dan kata shadaqah digunakan untuk shadaqah sunah. Para ulama menggolongkan ibadah zakat ini dalam golongan ibadat maliyah.13
C. Macam-Macam Zakat 1. Zakat Mal (harta) : Emas, perak, tumbuh-tumbuhan (buah-buahan, bijibijian) dan barang perniagaan. 2. Zakat Nafs (zakat jiwa) yang disebut juga dengan zakat fitrah.14 Pembahasan skripsi ini difokuskan pada zakat fitrah, mengingat bahasan yang menjadi tema besar ini adalah pembayaran zakat fitrah atau lebih tepatnya pelaksanaan zakat fitrah yang di gunakan untuk pembangunan masjid di Desa Menganti Kecamatan Kedung Jepara.
D. Dasar Hukum Zakat 1) QS.Al-Baqarah ayat 43
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’” (Al-Baqarah: 43).15 2) QS.At Taubah ayat 103
13
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 7-8. Ibid., hlm. 9. 15 Departemen Agama Republik Indonesia, Loc. Cit. 14
27
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah mendengar lagi Maha Mengetahui.”(AtTaubah : 103).16
E. Orang Yang Wajib Mengeluarkan Zakat (Muzakki) Yang menjadi syarat utama wajibnya mengeluarkan wajibnya zakat fitrah adalah orang merdeka, baik kecil maupun besar, baik laki-laki maupun perempuan, dari kalangan kaum Muslimin, dan orang kafir tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah. Akan tetapi jika orang kafir mempunyai budak Islam, menurut sebagian ulama’ berpendapat bahwa orang kafir tersebut wajib membayar zakat budaknya.17 Jika anak lahir setelah matahari terbenam maka tidak diwajibkan untuk zakat fitrah. Akan tetapi kelahiran bayi tersebut sebelum matahari terbenam, maka wajib mengeluarkan zakat fitrah, meskipun satu menit sebelum matahari terbenam. Adapun zakat dari seseorang anak kecil (bayi dan yang belum mempunyai penghasilan) adalah menjadi tanggungan sang ayah.18 Bila seseorang memiliki tanggungan lima orang umpamanya, wajib baginya untuk mengeluarkan lima gantang. Begitu pula zakat fitrahnya istri menjadi tanggungan suami, akan tetapi jika suami mengalami kesulitan ekonomi dan hanya bisa mengeluarkan zakat fitrah atas dirinya sendiri maka yang menjadi kewajiban adalah zakat fitrah atas dirinya sendiri. Jika ada
16
Ibid., hlm. 297-298. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Jilid 3, (Jakarta: Gema Insani Darul Fikir, 2011), hlm. 348. 18 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), Cet. 1, hlm. 541. 17
28
kelebihan lain maka yang wajib didahulukan adalah membayar zakat fitrah atas istrinya, kemudian anak yang paling kecil, ayah, ibu dan anak yang besar.19
F. Orang Yang Berhak Menerima Zakat Delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai ayat di atas adalah 1. Orang Fakir : seseorang yang tidak memiliki harta serta kemampuan untuk mencari nafkah hidupnya. Jika ia memiliki makanan untuk sehari-semalam dan pakaian yang memadai, maka ia bukan fakir tetapi miskin.20 2. Orang Miskin : seseorang apabila penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya. Adakalanya ia memiliki seribu dirham sedangkan ia tergolong miskin, tetapi adakalanya ia hanya memiliki sebuah kapak dan tali sedangkan ia tergolong berkecukupan.21 3. Pengurus Zakat (Amil) : orang-yang yang bertugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. Tidak termasuk didalamnya, Khalifah atau penguasa negeri tertinggi dan Qadhi (hakim). Adapun yang dapat digolongkan amil adalah ketua para petugas, penulis, bendahara serta para petugas lainnya.22 4. Muallaf : Orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. Memerdekakan Budak : mancakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 19
Ibid., hlm. 545. Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat, Diterjemahkan Muhammad Al-Baqir, (Bandung: Karisma, 1999), Cet. 10, hlm. 95. 21 Ibid., hlm. 97. 22 Ibid., hlm. 99. 20
29
6. Orang yang berhutang : orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.23 7. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabilillah) : yaitu orang-orang yang berperang di jalan Allah secara suka rela, tanpa mendapatkan gaji dari pemerintah (dari harta fay).24 8. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnu As-Sabil) yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. Dan jika ia memiliki harta disuatu kota yang sedang ditujunya, maka ia diberi sekedar yang dapat menyampaikanya kesana.25
G. Jenis dan Kadar Zakat Fitrah Secara umum masyarakat Islam dan kaum muslimin khususnya di Indonesia, dalam memahami norma zakat fitrah masih banyak yang menggunakan pendekatan tekstual. Pada zaman Nabi, bahan makanan yang digunakan untuk membayar zakat fitrah adalah kurma, susu beku, gandum dan anggur kering. Jika di Indonesia adalah menggunakan sebagai beras penggantinya. Mengenai beberapa kadar zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha’. Dalam hal ini ada perbedaan pendekatan antara lain: menurut Madzab Hanafi satu sha’ 3800 gram atau 3,8 kg, Menurut Madzab Maliki satu 23
Ibid., hlm. 100. Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1995), hlm.180. 25 Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Op. Cit., hlm. 100-101. 24
30
sha’ atau empat Mud adalah 27 ons atau 2,7 kg. Menurut Madzab Syafi’i adalah 2176 gram atau 2,2 kg beras atau makanan pokok. Dalam prakteknya jumlah ini digenapkan menjadi 2,5 kg. Menurut Madzab Hanbali satu sha’ adalah 2.751 gram atau 2,75 kg.26 Syarat –Syarat sah pelaksanaan zakat antara lain: 1. Niat Para fuqaha sepakat bahwa niat merupakan syarat pelaksanaan zakat. Pendapat ini berdasarkan sabda Nabi SAW.Bahwa,“Pada dasarnya amalanamalan itu dikerjakan dengan niat”. Pelaksanaan zakat termasuk salah satu amalan. Ia merupakan ibadah seperti halnya shalat. Oleh karena itu, ia memerlukan adanya niat untuk membedakan antara ibadah yang fardhu dan nafilah. Mengenai niat ini, para fuqaha merinci sebagai berikut: Menurut Mazhab Hanafi, zakat tidak boleh dikeluarkan kecuali disertai dengan niat yang dilakukan bersamaan dengan pemberiannya kepada orang fakir. Misalnya, seseorang telah membayarkan zakatnya tanpa niat, tetapi setelah itu dia berniat ketika harta yang dizakatinya telah berada ditangan orang yang menerimanya (fakir), atau dia berniat ketika memberikan hartanya kepada wakilnya menyerahkan harta tadi kepada orang fakir tanpa niat, atau niat itu dilakukan bersamaan dengan pelepasan harta yang wajib dizakati. Zakat adalah ibadah, sedangkan salah satu syarat ibadah adalah niat. Pada mulanya, niat dilakukan bersamaan dengan
26
Wahbah Az-Zuhaili, Op. Cit., hlm. 352-354.
31
pelaksanaan. Hanya saja, penyerahan zakat kepada kaum fakir tidak dalam saat yang sama. Oleh karena itu, niat dipandang cukup dilakukan ketika harta tersebut dilepaskan dari pemiliknya. Hal seperti ini dimaksudkan untuk mempermudah muzakki, sebagaimana halnya mendahulukan niat dalam puasa. Seandainya seseorang telah melepaskan hartanya, kemudian hilang, dicuri atau rusak, kewajiban zakatnya belum gugur. Dia mesti menggantinya karena dia masih berkemungkinan untuk mengeluarkan zakat dari sisa hartanya. Seandainya dia mati, kewajiban zakat itu diwariskan dan zakat mesti dikeluarkan. Menurut Abu Yusuf, seandainya seseorang menyedekahkan sebagian hartanya yang telah mencapai nisab, sedekahnya belum menggugurkan kewajiban zakat. Muhammad berpendapat bahwa sebagian harta yang disedekahkan tersebut menggugurkan kewajiban zakat. Sama halnya dengan harta yang disedekahkan semuanya dengan asumsi bahwa harta yang dikeluarkan itu adalah zakat itu sendiri. Mazhab Maliki berpendapat bahwa niat disyaratkan dalam zakat sewaktu harta diserahkan kepada mustahiqq, bahkan niat cukup dilakukan ketika harta itu diserahkan secara terpaksa, seperti anak kecil dan orang gila. Niat yang dilakukan imam atau orang yang menempati posisinya, sudah dipandang cukup untuk muzakki.27
27
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Diterjemahkan Agus Effendi dan Bahruddin Fanahny, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 1997), Cet. 3, hlm. 114-115.
32
Menurut Mazhab Syafi’i, niat wajib dilakukan didalam hati. Ia tidak disyaratkan untuk diucapkan dengan lisan, misalnya dengan mengucapkan ”Ini adalah zakat hartaku”. Niat sudah dipandang sah kendatipun kefardhuan zakat tidak disebutkan sebab tidak ada zakat yang bukan fardhu. Mendahulukan niat, sebelum harta diserahkan, hukumnya sahih. Dengan syarat, niat tersebut menyertai dilepaskannya harta itu, atau diberikan kepada wakil dan belum dipisahkan. Niat juga sudah dipandang sahih ketika ia dilakukan setelah harta itu dilepaskan dan belum dipisahkan, kendatipun niat tersebut tidak menyertai salah satu dari keduanya (pelepasan harta dan pemisahannya). Harta yang dizakati boleh diserahkan kepada wakil yang termasuk keluarga, yang muslim dan mukallaf. Adapun jika wakil tersebut masih kanak-kanak atau kafir, pewakilan tersebut boleh dilakukan hanya didalam penyerahan harta. Dengan syarat, orang-orang yang akan diberikan zakat itu telah ditentukan. Menurut Mazhab Hanbali. Niat adalah menyatakan sebuah tekad bahwa harta yang dizakati itu adalah zakat yang dikeluarkan oleh diri sendiri atau zakat yang dikeluarkan dari orang yang diwakili, seperti anak kecil atau orang gila. Niat tempatnya di hati sebab semua pernyataan tekad tempatnya di hati. Niat boleh didahulukan dari waktu pelaksanaan. Dengan catatan, jarak waktunya sebentar, seperti halnya ibadah-ibadah yang lain.28
28
Ibid., hlm. 116.
33
Apabila seseorang menyerahkan zakatnya kepada seorang wakil dan dia berniat sedangkan wakilnya tidak, hal yang demikian hukumnya diperbolehkan. Dengan catatan, didahulukannya niat dari penyerahan tidak terjadi dalam waktu yang lama. Apabila niat itu mendahului penyerahan zakat dalam waktu yang lama, hal yang demikian ini hukumnya tidak boleh. Kecuali, jika orang yang melakukan hal seperti itu telah berniat ketika menyerahkan hartanya kepada wakilnya dan wakilnya pun berniat ketika menyerahkan harta tersebut kepada mustahiqq-nya.29 Akan tetapi, apabila seorang imam mengambil zakat secara paksa, zakat tersebut sudah dipandang cukup tanpa niat karena uzur dalam berniat menggugurkan kewajiban zakat, seperti halnya anak kecil dan orang gila. Apabila
seseorang
menyedekahkan
semua
hartanya
secara
tathawwu’ dan tidak meniatkannya sebagai zakat, zakatnya belum dianggap sahih. Ini adalah pendapat jumhur selain Mazab Hanafi. Alasannya, karena orang tadi tidak berniat melakukan amalan yang fardhu. Hal seperti itu sama dengan apabila dia menyedekahkan sebagian hartanya atau sama halnya dengan
orang
yang
shalat
seratus
rakaat
tetapi
tidak
berniat
memfardhukannya. 2. Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya) Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni harta zakat diberikan kepada mustahiqq. Dengan demikian, seseorang tidak boleh memberikan makan (kepada mustahiqq), kecuali, dengan jalan tamlik.
29
Ibid.
34
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa zakat tidak boleh diserahkan kepada orang gila atau anak kecil yang belum mumayyiz. Kecuali, jika harta yang diberikan tersebut diambil oleh orang yang berwenang mengambilnya.30 Untuk pelaksanaan zakat ini, Mazhab Maliki menambahkan tiga syarat antara lain : a. Zakat dikeluarkan setelah dia diwajibkan dengan adanya hawl, atau harta tersebut merupakan harta yang baik, atau telah ada di tangan. Dengan demikian, jika zakat dikeluarkan sebelum waktu wajibnya tiba, zakat tersebut tidak sahih. Pendapat ini bertentangan dengan pendapat jumhur. Mengakhirkan zakat sesudah waktu wajibnya tiba, padahal ada kemampuan untuk mengeluarkannya secara cepat menjadi sebab adanya tanggungan. Dan hal itu merupakan kemaksiatan. b. Menyerahkan harta yang dizakati kepada mustahiqq-nya, bukan kepada yang lainnya. c. Harta yang dikeluarkan zakatnya adalah harta yang wajib dizakati.31
H. Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah Waktu mengeluarkan zakat fitrah adalah pagi hari raya dari terbit fajar hingga pergi ketempat shalat hari raya. Tetapi, jika kita lihat pada arti zakatul fithri (zakat yang diberikan karena berbuka, telah selesai mengerjakan puasa), kita dapat mengambil kefahaman bahwa waktunya, mulai dari terbenam matahari di petang malam hari raya, atau akhir Ramadhan, dan waktu itu 30
Ibid., hlm. 117. Ibid., hlm. 118.
31
35
berakhir dengan shalat hari raya. Barang siapa memberinya diantara waktu itu, pemberiannya dipandang sebagai zakat fitrah dan barang siapa memberinya sesudah waktu tersebut, maka pemberian tersebut dipandang sebagai suatu sedekah biasa saja. Orang yang tidak memberi zakat fitrahnya sebelum berhari raya, ia mengakhirkan sesudah shalat hari raya, maka ia berdosa. Dan kami belum memperoleh nash dari Syara’ yang jelas dan terang yang menyuruh ia membayar lagi sebagai ganti (menggantinya). Ibnu Hazm mengatakan “mengakhirkan dalam mengeluarkan zakat sesudah hari raya adalah haram”. Sebagian ulama menetapkan bahwa mengeluarkan zakat fitrah sebelum shalat hari raya disunahkan bukan dimestikan, tidak berdosa mentakhirkannya sesudah shalat. Mereka menetapkan sah zakat fitrah itu diberikan sesudah shalat hari raya, asal matahari belum terbenam. Mereka mengharamkan kita mengtakhirkan sampai sesudah matahari terbenam.32
I. Membayar Zakat Fitrah Ajaran Islam itu bersifat dinamis dan responsive terhadap situasi zaman dan tempat serta mampu menjawab tuntutan-tuntutan pembaharuan dan perkembangan zaman. Demikian pula dengan zakat, sebuah ajaran yang berkaitan dengan harta dan pribadi orang perorang pemilik harta, bersih harta dan bersih pula hati dari sifat-sifat tercela (kikir, hasad dan tak peduli).33
32
Teungku Muhammda Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 258-259. Nukthoh Arfawie Kurde, Op. Cit., hlm. 11.
33
36
Apabila seseorang mempunyai makanan yang cukup untuk dirinya dan untuk orang-orang yang berada di bawah tanggungjawabnya, dan makanan tersebut juga cukup untuk dibayarkan sebagai zakat fitrah untuk dirinya dan untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya, maka dalam hal ini ia wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya dan untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya. Apabila makanan tersebut hanya cukup dimakan oleh dirinya dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya, maka dalam hal ini ia tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya dan bagi orang-orang yang menjadi tanggungannya.34
“Dari Jabir ra. Ia berkata. Rosulullah SAW. Telah bersabda “mulailah diri kamu sendiri lebih dulu. Maka bersedekahlah untuk dirimu sendiri. Jika ada lebihnya, maka sedekahkanlah untuk isterimu dan jika masih ada juga lebihnya, maka sedekahkanlah untuk karib-kerabatmu.’’35 Dan jika hanya ada satu gantang, sedangkan yang dibutuhkan lebih dari gantang, maka sedekahkanlah semampumu. Karena sesuai dalam hadist sahih Bukhari terdapat dasar tentang memberi sedekah sesuai dengan kemampuanya yakni:
34
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al Umm, Diterjemahkan Muhammad Yasir Abd Mutholib, (Jakarta: Pustaka Azam, 2004), Cet. 1, hlm. 487488. 35 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Op. Cit., hlm. 545.
37
“Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakr r.a.,Nabi SAW. Bersabda kepadanya:di dalam bab bersedekah menurut kemampuan ada satu riwayat; ’’Janganlah kau simpan hartamu untuk menghindari sedekah, maka Allah akan menahan anugerah-Nya kepadamu, infakkanlah menurut kemampuanmu.(HR.Bukhari).36 Berkaitan dengan dasar uraian diatas kolerasinya yakni bahwa zakat itu boleh dengan sesuai kemampuan, apa saja yang dimiliki oleh orang tersebut. Apa saja yang dimiliki oleh orang itu maka boleh dikeluarkan. Dan jika zakat itu cukup untuk satu orang maka mulailah dari diri sendiri dulu, jika ada kelebihan maka diberikan kepada Keluargamu, jika ada kelebihan maka diberikan lagi kepada delapan golongan yang berhak menerimanya. Berdasarkan teori diatas ini sangat jauh beda dengan apa yang terjadi di Desa Menganti Kec. Kedung, didaerah tersebut terjadi pelaksanaan zakat fitrah yang diminta seorang tokoh masyarakat dan di jual semuanya tanpa ada yang tersisa dan dibelanjakan untuk keperluan masjid yang pada saat itu masih proses pembangunan. Pendapat tokoh masyarakat di Desa Menganti tentang zakat fitrah yang dibelanjakan untuk keperluan masjid tersebut diperbolehkan, karena dengan alasan itu sudah menjadi hak amil dan termasuk salah satu bagian golongan 8 (delapan) orang yang berhak menerima zakat dan dapat dimasukkan sebagai sabilillah atau mufassirin padahal Fi Sabilillah dalam
36
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari, Diterjemahkan Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), Cet. 1, hlm. 338.
38
asnad zakat yang sesungguhnya adalah orang yang berjuang di jalan Allah dengan berperang menggunakan senjata.37 Akan tetapi mereka bukanlah amil zakat melainkan panitia pembangunan yang mengatasnamakan amil.
J. Hikmah Zakat Zakat fitrah disyari’atkan pada bulan Sya’ban tahun yang kedua Hijrah untuk menjadikan pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan, ataupun perkataan yang sia-sia dan dari perkataan-perkataan keji yang mungkin telah dilakukan dalam bulan puasa serta untuk menjadi penolong bagi penghidupan orang fakir dan orang yang berhajat.38 Zakat merupakan salah satu cara untuk mendistribusikan harta kekayaan dari orang kaya kepada orang miskin. Allah tidak akan mungkin mensyariatkan suatu perbuatan ibadah tanpa tujuan yang jelas. Dalam hal ini Qardawi telah menyebutkan dua macam tujuan penting dari ajaran zakat, yaitu tujuan zakat untuk kehidupan individu dan tujuan zakat untuk kehidupan sosial.39 Adapun hikmahnya zakat antara lain : 1. Zakat dapat memelihara harta orang-orang kaya dari perbuatan orang-orang jahat yang diakibatkan oleh kesenjangan sosial.
37
Wawancara dengan Bapak K.H.Mahfudz Shiddiq, tanggal 6 Desember 2013. Pukul: 15.30
WIB. 38
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 251. Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007),
39
hlm. 52.
39
2. Zakat dapat membantu para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan sehingga kecemburuan sosial dapat dihilangkan serta akan terwujud ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat. 3. Zakat dapat membersihkan diri dari sifat kikir dan tamak, zakat akan menyadarkan orang-orang kaya bahwa di dalam kekayaan ada hak orang lain yang harus dikeluarkan. 4. Zakat dapat membersihkan harta yang diperoleh, bisa saja saat mendapatkannya terjadi kekhilafan dan kekeliruan yang tidak disengaja. 5. Zakat bisa menjadi salah satu sarana untuk menunjukkan rasa syukur atas nikmat Allah. Hikmah-hikmah di atas menunjukkan bahwa apapun yang diwajibkan Allah melalui rasul-Nya selalu mengandung pelajaran berharga bagi seluruh umat manusia demi terciptanya kehidupan yang adil dan bermartabat.40
K. Tinjauan Umum tentang Masjid Menurut bahasa masjid artinya tempat sujud. Adapun yang dimaksud dengan masjid menurut istilah, adalah tempat umat Islam mengerjakan shalat/iktikaf, dzikir kepada Allah dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah Islamiyah. Karena masjid tempat yang suci maka orang yang sedang berhadats besar ( junub, haid, dan nifas ) dilarang berdiam diri didalam
40
Ibid., hlm. 53-54.
40
masjid.41 Kata masjid banyak terdapat dalam Al-qur’an antara lain : QS. AlA’raf (7): 29 dan 31
Katakanah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”, Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri) mu disetiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta’atanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepadaNya” (QS. Al-A’raf : 29).42
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak meyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf : 31).43
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemadhorotan (pada orangorang mu’min) dan karena kekafiran (nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rosul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: ”Kami tidak menghendaki selain kebaikan” 41
Ahsin W.Al-Hafidz, Kamus Ilmu AlQuran, (Jakarta: Amzah, 2008), Cet. 3, hlm. 180. Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 225. 43 Departemen Agama Republik Indonesia, Loc. Cit. 42
41
Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (QS. At-Taubah 107).44
Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat didalamnya. Didalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At-Taubah 108).45
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua. (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk kedalam masjid, sebagaimana musuhmusuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(QS. Al-Isra’:7).46
44
Ibid., hlm. 298. Ibid., hlm. 299. 46 Ibid., hlm. 425. 45
42
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan pada nya. Ketika orangorang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “ Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya”. (QS. Al- Kahfi: 21).47 Adapun kata masjid (dalam bertuk jamak) terdapat pada QS. AlBaqaroh: 187
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al-Baqaroh: 187).48 QS.At-Taubah ayat: 17 dan 18 47
Ibid., hlm. 446. Ibid., hlm. 45.
48
43
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal didalam neraka.(QS.At-Taubah ayat: 17 ).49
Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.At-Taubah ayat: 18).50 QS. Al-Hajj ayat 40
”(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
49
Ibid., hlm. 280. Departemen Agama Republik Indonesia, Loc. Cit.
50
44
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”(QS. Al-Hajj ayat 40).51 Dan QS.Al-Jinn ayat 18
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS.Al-Jin ayat 18).52 Pada hakikatnya seluruh permukaan bumi ini adalah masjid (HR. Muslim, Ahmad, dan Baihaki). Karena itu, bagi seorang muslim, kewajiban menunaikan ibadah sholat sebenarnya dapat dilakukan di mana saja. Fungsi masjid bukan sekedar sebagai tempat untuk melakukan shalat saja, melainkan juga merupakan pusat pergerakan Islam. Sebagai tempat beribadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Masjid adalah tempat paling banyak disuarakan nama Allah (QS. Al-Hajj: 40). Sekaligus sebagai tempat pembinaan pribadi dan jamaah Islam (QS. At-Taubah: 108-109). Tempat komunikasi rutin antara sesama jamaah dan tempat terjalinnya tali ukhuwah Islamiyah yang senantiasa terbina oleh shalat berjamaah, rukuk dan sujud dalam gerakan yang sama di bawah satu komando.53
51
Ibid., hlm. 518. Ibid., hlm. 985. 53 Ahsin W.Al-Hafidz, Loc. Cit. 52
45
BAB III GAMBARAN TENTANG ZAKAT FITRAH DAN PEMBANGUNAN MASJID DI MENGANTI KEDUNG JEPARA
A. Gambaran Umum Desa Menganti Kecamatan Kedung 1. Kondisi Geografis Berdasarkan letak geografis wilayah, Desa Menganti berada di sebelah selatan Ibu Kota Kabupaten Jepara. Desa Menganti merupakan salah satu Desa di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara, Jarak Desa Menganti ke Ibu Kota Kecamatan Kedung yaitu + 1 km dapat ditempuh dengan waktu + 10 menit apabila menggunakan kendaran bermotor. Sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten Jepara sejauh + 10 km dengan jarak tempuh + 30 menit apabila ditempuh dengan kendaraan bermotor. Desa ini yang berbatasan dengan sebelah Utara berbatasan dengan: Desa Kerso, sebelah Timur berbatasan dengan: Desa Dongos, sebelah Selatan berbatasan dengan: Desa Bugel, sebelah Barat berbatasan dengan: Desa Bulak Baru. Dengan kondisi topografi demikian, Dipandang dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut, wilayah Desa Menganti terletak mulai dari 10 m sampai dengan 15 m. Luas wilayah Desa Menganti tercatat 226.480 Ha, dengan perincian penggunaan lahan sebagaimana tabel berikut ini :
45
46
Tabel I Perincian Penggunaan Lahan Desa Menganti NO
PENGGUNAAN
LUAS (Ha)
KETERANGAN
1
Pertanian
84
Lahan Basah
2
Perkebunan
-
-
3
Peternakan
-
-
4
Pemukiman
83.916
-
5
Tegalan
142.480
Lahan Kering
6
Lain-Lain
-
-
JUMLAH
310.396
Sumber :Profil Desa Menganti Tahun 20121 Secara administratif wilayah Desa Menganti terdiri dari 23 RT dan 5 RW, yang masuk ke dalam 5 wilayah pedukuhan, yaitu: Dukuh, Murgede, Banggan, Ngipek, Joho, Ploso Kemudian secara topografi Desa Menganti dapat dibagi dalam 2 wilayah, yaitu wilayah dataran rendah di bagian Selatan dan wilayah dataran tinggi di bagian Utara Menurut klasifikasinya Desa Menganti termasuk kategori Desa Industri dan Pertanian. 2. Demografi Berdasarkan data administrasi desa, Penduduk Desa Menganti pada tahun 2009, berjumlah 7175 jiwa terdiri dari : penduduk berjenis kelamin laki-laki 3520 jiwa dan perempuan 3655 jiwa. Jumlah penduduk paling
1
Data Profil Desa Menganti Kecamatan Kedung, Tahun 2012.
47
sedikit terdapat di Dukuh Murgede sebanyak 1200 jiwa, dan terbanyak terdapat di Dukuh Lembah sebanyak 1800 jiwa. Adapun mata pencaharian penduduk Desa Menganti sebagian besar adalah Petani dan Buruh, kemudian Wiraswasta serta sebagian kecil PNS Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Menganti NO
MATA PENCAHARIAN
JUMLAH
1
Petani & BuruhTani
233
2
Peternakan
52
3
Pedagang
55
4
Wira Usaha
15
5
Karyawan Swasta
86
6
PNS / TNI / Polri
67
7
Tukang Bangunan
15
8
Pensiunan
24
9
Lain-Lain
21
Sumber : Profil Desa Menganti Tahun 20122 Berdasarkan
Data
Administrasi
Pemerintahan
Desa,
jumlah
penduduk yang tercatat secara administrasi, berjumlah 6.693 jiwa tahun 2010 meningkat menjadi 7125 di tahun 2011, pada tahun 2012 naik menjadi 7893 jiwa. Dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 2
Ibid.
48
3334 jiwa di tahun 2010, meningkat menjadi 3481 jiwa di tahun 2011, meningkat menjadi 3485 jiwa ditahun 2012. Sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 3359 jiwa ditahun 2010, meningkat menjadi 3640 jiwa ditahun 2011, pada tahun 2012 meningkat menjadi 4412 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 03 di bawah ini. Tabel 3 Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Menganti Tahun 2010 s/d 2012
No
Jumlah penduduk jiwa
Jenis Kelamin
Tahun 2010
Tahun 2011 Tahun 2012
1
Laki-laki
3334
3485
3481
2
Perempuan
3359
3640
4412
6693
7125
7893
JUMLAH Sumber: profil desa3
Seperti terlihat dalam tabel di atas, menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk tahun 2011 naik 432 jiwa, tahun 2012 naik 768 jiwa. Sedangkan dilihat proporsi penduduk tercatat jumlah total penduduk Desa Menganti Tahun 2011, sebanyak 7.125 jiwa, terdiri dari laki-laki 3.485 jiwa dari total jumlah penduduk yang tercatat. Sementara perempuan 3.640 jiwa dari total jumlah penduduk yang tercatat. Agar dapat mendiskripsikan lebih lengkap tentang informasi keadaan kependudukan di Desa Menganti dilakukan identifikasi jumlah penduduk dengan menitik beratkan pada klasifikasi usia dan jenis kelamin. Sehingga 3
Data Profil Desa Menganti Kecamatan Kedung, Tahun 2011.
49
akan diperoleh gambaran tentang kependudukan Desa Menganti yang lebih komprehensif. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan deskripsi tentang jumlah penduduk di Desa Menganti berdasarkan pada usia dan jenis kelamin secara detail dapat dilihat dalam lampiran tabel berikut ini: Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Stuktur Usia Tahun 2011
Umur
Jumlah
Umur
Jumlah
Umur
Jumlah
<1 tahun
140
20 tahun
105
40 tahun
157
1 tahun
105
21 tahun
209
41 tahun
101
2 tahun
105
22 tahun
213
42 tahun
100
3 tahun
85
23 tahun
206
43 tahun
119
4 tahun
105
24 tahun
200
44 tahun
120
5 tahun
105
25 tahun
123
45 tahun
100
6 tahun
125
26 tahun
136
46 tahun
81
7 tahun
140
27 tahun
205
47 tahun
91
8 tahun
169
28 tahun
208
48 tahun
100
9 tahun
122
29 tahun
200
49 tahun
80
10 tahun
134
30 tahun
148
50 tahun
60
11 tahun
145
31 tahun
140
51 tahun
63
12 tahun
147
32 tahun
106
52 tahun
51
13 tahun
127
33 tahun
208
53 tahun
84
14 tahun
150
34 tahun
200
54 tahun
54
15 tahun
99
35 tahun
150
55 tahun
50
16 tahun
147
36 tahun
140
56 tahun
51
17 tahun
127
37 tahun
106
57 tahun
59
18 tahun
150
38 tahun
115
58 tahun
53
50
19 tahun
99
39 tahun
120
> 58tahun
432
Sumber : profil desa4
Dari
total
jumlah
penduduk
Desa
Menganti,
yang
dapat
dikategorikan kelompok rentan dari sisi kesehatan mengingat usia yaitu penduduk yang berusia >58 tahun, jumlahnya mencapai 432 jiwa, usia 0- 4 tahun, jumlahnya mencapai 435 jiwa. 3. Perekonomian Desa Secara umum kondisi perekonomian Desa Menganti di topang oleh beberapa mata pencaharian warga masyarakat dan dapat teridentifikasi kedalam beberapa bidang mata pencaharian, seperti: petani, buruh, PNS/TNI/Polri, karyawan swasta, pedagang, wirausaha, pensiunan, buruh bangunan/tukang, peternak. jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5 Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Menganti Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010 – 2012
N0
PEKERJAAN
JUMLAH Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
1
Petani
255
270
285
2
Buruh tani
260
275
275
3
Peternakan
109
115
122
4
Pedagang
56
66
55
4
Ibid.
51
5
Nelayan
6
4
5
6
Karyawan Swasta
1,450
1,500
1,650
7
Dokter
3
3
3
8
PNS
56
68
74
9
Montir
5
5
9
10
Lain-lain/Tidak tetap
-
-
-
Sumber : Dokumen Desa Menganti Tahun 20125
Tabel 6 Gambaran Kelembagaan Perekonomian Desa Menganti Tahun 2010 – 2012 No
Uraian
Jumlah Tahun 2010
Tahun 2011 Tahun 2012
1
Angkutan
8
10
11
2
Toko/Swalayan
1
2
2
3
Warung Kelontong
16
18
17
4
KUD/Koperasi
3
3
5
5
Industri Kerajinan
139
140
140
6
Industri Pakaian
5
5
7
7
Industri Makanan
12
14
15
8
Industri Alat Rumah Tangga
4
5
5
9
Industri Bahan Bangunan
3
4
4
10 Industri Alat Pertanian
1
1
1
11 Restoran
-
-
-
12 Pasar
1
1
1
13 Rentenir
-
-
-
14 Pengijon
-
-
-
16
18
17
15 Pengepul / Tengkulak
5
Ibid.
52
16 Usaha Peternakan
15
17
21
17 Usaha Perikanan
-
-
-
18 Usaha Perkebunan
-
-
-
19 Kelompok Simpan Pinjam
2
2
3
20 Lain-lain
-
-
-
Sumber : Data Dokumen Desa Menganti Tahun 20126
4. Sosial Budaya Desa a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya, dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan, dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju. Dalam rangka memajukan pendidikan, Desa Menganti akan secara bertahap perencanaan dan menganggarkan bidang pendidikan baik melalui ADD, swadaya masyarakat dan sumber-sumber dana yang sah lainnya, guna mendukung program pemerintah yang termuat dalam RPJM Daerah Kabupaten Jepara. 6
Ibid.
53
Untuk melihat taraf/tingkat pendidikan penduduk Desa jumlah angka putus sekolah serta jumlah sekolah dan siswa menurut jenjang pendidikan, dapat dilihat di tabel di bawah ini : Tabel 7 Perkembangan Penduduk Desa Menganti Menurut Pendidikan Terakhir Tahun 2010 – 2012
Jumlah penduduk No
Keterangan
1
Belum Sekolah
2
Usia 7-15 tahun tidak pernah sekolah
3
Pernah Sekolah SD tetapi tidak tamat
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
257
305
260
285
305
265
260
275
250
790
800
800
4
Tamat SD/ Sederajat
5
Tamat SLTP/ Sederajat
2,009
2,000
1,850
6
Tamat SLTA/ Sederajat
1,300
1,500
1,350
7
D –I
13
15
9
8
D–2
65
70
70
9
D–3
37
40
31
10
S–1
240
250
270
11
S–2
12
15
18
12
S–3
0
0
0
Sumber : Data Dokumen Desa 20117
7
Ibid.
54
Tabel 8 Angka Putus Sekolah Tahun 2010, 2011, 2012 Tahun
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
2010
10 orang
11 orang
17 orang
2011
12orang
12 orang
21 orang
2012
12 orang
9 orang
15 orang
Jumlah
34orang
32 orang
52 orang
Sumber : Data Siswa MI/SD, MTs, MA Desa Menganti8
Tabel 9 Jumlah Sekolah dan Siswa Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2010, 2011, 2012 Jenjang
Tahun 2011
Tahun2012
Pendidikan
Negeri
Swasta
JUMLAH
Sekolah
Siswa
Sekolah
Siswa Sekolah
Siswa
TK/RA
-
-
3
190
3
190
SD/MI
2
500
1
130
3
630
SMP/MTs
-
-
1
600
1
600
SMU/MA
-
-
1
130
1
130
9
Sumber : Dokumen desa 2012
Permasalahan pendidikan secara umum antara lain masih rendahnya kualitas pendidikan, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan, terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, rendahnya kualitas tenaga pengajar dan tingginya angka putus sekolah.
8
Data Profil Desa Menganti Kecamatan Kedung, Tahun 2012. Ibid.
9
55
b. Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Menganti dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 10 Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Menganti
Uraian
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
1
Puskesmas
-
-
-
2
-
-
-
26
26
26
12
12
12
5 6 7 8
Puskesmas Pembantu Tenaga medis di puskesmas Tenaga Non Medis di puskesmas Toko obat Apotik Dokter umum Dokter Gigi
2 1 2 -
2 1 2 -
2 1 2 -
9
Dokter spesialis
-
-
-
10 11
Mantri kesehatan Bidan
3
3
4
12
Dukun bayi berijazah
3
3
3
No
3 4
13 Posyandu 5 5 Sumber : Data Dokumen Desa Menganti Tahun 201110
5
Adapun jarak tempuh terjauh warga Desa Menganti ke puskesmas/Puskesmas pembantu terdekat adalah 2 km atau 15 menit/jam apabila ditempuh dengan berjalan kaki. Dan apabila menuju rumah sakit terdekat dapat ditempuh selama 30 menit/jam. 10
Data Profil Desa Menganti Kecamatan Kedung, Tahun 2011.
56
c. Agama Dilihat dari penduduknya, Desa Menganti mempunyai penduduk yang heterogen dilihat dari agama dan keyakinan mereka. Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Dari hasil pendataan penduduk yang beragama
Islam,
Kristen,
Katholik,
Budha,
Hindu,
Konghucu
sebagaimana terlihat pada tabel sbb : Tabel 11 Jumlah Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah Tahun 2012 Tahun 2010 No Agama
Pemeluk Tempat ibadah
1.
Islam
2.
Tahun 2011
Tahun 2012
Peme
Tempat
Peme
Tempat
luk
ibadah
luk
ibadah
7860
40
7893
40
7899
43
Kristen
-
-
-
-
-
-
3.
Katolik
-
-
-
-
-
-
4.
Budha
-
-
-
-
-
-
5.
Hindu
-
-
-
-
-
-
6.
Konghucu
-
-
-
-
-
-
Sumber : Data Dokumen Desa 201211
d. Kesejahteraan Sosial. Masalah kemiskinan dan pengangguran tetap merupakan salah satu masalah di Kabupaten Jepara pada umumnya. Demikian juga dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya di Desa Menganti. Berikut data PMKS Cacat Mental dan Fisik di Desa Menganti: 11
Ibid.
57
Tabel 12 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Cacat Mental dan Fisik Tahun 2012 No
Uraian
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
1.
Tuna rungu
10
10
10
2.
Tuna wicara
2
2
2
3.
Tuna netra
3
2
2
4.
Lumpuh
4
4
3
5.
Sumbing
3
3
3
6.
Idiot
4
3
2
7.
Gila
-
-
-
8.
Stres
2
2
1
Sumber : Data Dokumen Desa Menganti Tahun 201212
5. Prasarana dan Sarana Desa Pembangunan Infrastruktur akan dihadapkan pada terbatasnya kemampuan Pemerintah Desa untuk menyediakannya. Pada sebagian infrastruktur, pihak Desa telah berhasil menghimpun swadaya masyarakat murni yang terkoordinir di masing-masing RT dan RW. Tabel 13 Jumlah Prasarana dan Sarana Desa Tahun 2012 No
Jenis prasarana & sarana desa
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
1.
Jalan beraspal
6.50 Km
6.50 Km
6.40 Km
2.
Jalan berbatu/tanah
0.50 Km
0.50 Km
0.50 Km
3.
Jembatan kecil
-
-
-
12
Ibid.
58
4.
Jembatan beton
4.00
4.00
4.00
5.
Jalan makadam
1.00
1.00
1.00
6.
Pangkalan ojek
-
-
-
7.
Stasiun bis
-
-
-
Sumber : Data Dokumen Desa 201213 Beberapa masalah infrastruktur yang perlu mendapat perhatian dan merupakan kebutuhan bagi masyarakat Desa antara lain : Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan urusan – urusan yang diserahkan Pemerintah Kabupaten kepada Desa selama tahun, antara lain: a. Keterbatasan anggaran. b. Keterbatasan personil, sarana dan prasarana. c. Keterbatasan SDM baik Perangkat Desa maupun Masyarakat Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan langkah – langkah penyelesaian sebagai berikut : a) Perlu adanya dukungan anggaran yang cukup untuk kesuksesan pelaksanaan kegiatan. b) Perlu adanya penambahan personil, sarana dan prasarana dari Pemerintah Kabupaten demi kesuksesan pelaksanaan kegiatan. c) Perlu adanya pendampingan, sosialisasi dan pelatihan – pelatihan dari Pemerintah Kabupaten untuk Perangkat Desa dan Masyarakat.
13
Ibid.
59
6. Pemerintahan Umum Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya di sektor pemerintahan umum, Desa Menganti telah sejak lama memberikan pelayanan antara lain berupa : pencatatan sipil/surat-surat keterangan perkawinan yang telah teradministrasi dengan baik. Selain itu guna memenuhi persyaratan administrasi perijinan, juga telah secara rutin memberikan surat keterangan usaha kepada warga masyarakat desa maupun pihak lain yang akan membuka usaha di Desa Menganti. Pengadministrasian perijinan juga telah dilakukan dengan baik, meskipun diperlukan penyempurnaan / perbaikan demi kepentingan kearsipan. Ketentraman dan ketertiban Desa menjadi prioritas Desa Menganti. Hal itu dikarenakan dengan terjaminnya ketentraman dan ketertiban Wilayah akan berdampak pula dengan kondisi perekonomian masyarakat, kerukunan/kegotong royongan, dan kehidupan yang layak bagi masyarakat Desa Menganti dan sekitarnya. Kesemuanya itu akan berdampak positif terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di Desa Menganti. Tabel 14 Nama Pejabat Wilayah Administrasi Pemerintah Desa Menganti No
Nama
Jabatan
1.
Drs. Solikhul Hadi
Petinggi
2.
Sholeh
Carik
3.
Siti Fatimah
TU
4.
Zamroni
Kaur KeU
5.
Muhsin
Kebayan
60
6.
Miftahussurur
Kebayan
7.
Budi Santoso
Petengan
8.
Jupri
Petengan
9.
Nur Ahmad
Petengan
10.
Sholikin
Ladu
11.
Sunoto
Modin
12.
Mustain
Modin
Tabel 15 Nama Anggota Badan Permusyawaratan Desa Menganti No
Nama
Jabatan
1
Drs. H. Sholikin, Mr
Ketua
2
Abdul Jalil
Wakil Ketua
3
Geo Arzaq, SE
Sekretaris
4
H. A. Bukhori, SH
Anggota
5
Hamdi, Bc. Hk
Anggota
6
Drs. H. Arif Abdullah
Anggota
7
Nur Salim
Anggota
7. Isu-isu Pembangunan Desa Menganti Dalam rangka pencapaian visi dan misi jangka menengah Desa Menganti, maka perlu dirumuskan strategi yang dapat mendukung kebijakan dan sasaran pembangunan yang akan dicapai. Memperhatikan pada misi Desa Menganti yang ada, maka strategi pembangunan Desa Menganti adalah sebagai berikut14 :
14
Data Profil Desa Menganti Kecamatan Kedung, Tahun 2012.
61
a. Strategi penguatan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia. b. Strategi pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada ekonomi lokal dan kelestarian lingkungan. c. Strategi optimalisasi aparatur. Dengan strategi pembangunan desa tersebut, diharapkan akan tercipta keterpaduan antara membangun manusia, kesejahteraan dan lingkungan dapat berlangsung secara sinergis dan kokoh. Konsep ini juga mampu
menggambarkan
hubungan
sinergis
diantara
pemangku
kepentingan pembangunan, sehingga merupakan pondasi yang kokoh bagi program pembangunan Desa Menganti ditengah terpaan perubahan yang akan terjadi lima tahun kedepan. 1) Strategi Penguatan Masyarakat dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Strategi ini digunakan untuk mendukung dan memantapkan kehidupan beragama melalui pengembangan kegiatan keagamaan dan peningkatan kerukunan umat beragama, mendorong kemampuan masyarakat dalam menjaga keharmonisan kehidupan masyarakat yang heterogen serta dimaksudkan agar terdapat ruang yang cukup bagi tumbuh dan berkembangnya dinamika pembangunan dari dan oleh berbagai elemen masyarakat dalam kerangka hukum, budaya dan agama.
62
Disamping itu strategi ini juga untuk meningkatkan kualitas dan pemberdayaan sumber daya manusia sesuai peran dan fungsinya dalam kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah melalui perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin serta kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraannya. 2) Strategi Pertumbuhan Ekonomi yang pada Ekonomi Lokal dan Kelestarian Lingkungan. Strategi ini digunakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat dan dunia usaha dalam setiap usaha dengan harapan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi secara luas, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
melalui
perwujudan
perekonomian desa yang kuat dan berkeadilan, dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha pada bidang-bidang yang menjadi unggulan desa. Disamping itu strategi ini juga dimaksudkan untuk tetap menjaga dan melestarikan lingkungan, sehingga pada akhirnya pertumbuhan ekonomi akan senantiasa mampu dilaksanakan secara berkelanjutan.
63
3) Strategi Optimalisasi Aparatur Strategi ini menonjolkan peran SDM Aparatur Pemerintah Desa
pada
percepatan
pencapaian
tujuan
penyelenggaraan
pemerintahan pada setiap fungsi sesuai kewenangan desa dalam upaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan untuk antisipasi terhadap perkembangan lingkungan global, serta untuk mewujudkan good governance. Faktor - Faktor Kunci dan Asumsi Keberhasilan15 Dalam rangka menunjang perwujudan visi dan misi serta melaksanakan strategi pembangunan Desa Menganti, maka diperlukan faktor-faktor kunci dan asumsi keberhasilan pembangunan. Faktor-faktor kunci dan asumsi keberhasilan pembangunan desa tersebut adalah: a. Adanya situasi dan kondisi desa yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan. b. Adanya
konsistensi
kebijakan
Pemerintah
yang
berpihak
pada
masyarakat, khusunya kelompok yang kurang beruntung. c. Semakin baiknya kondisi pertumbuhan ekonomi desa. d. Adanya pemanfaatan dan pemeliharaan kondisi sumber daya alam secara bertanggung jawab. e. Semakin jelasnya pembagian kewenangan penggalian sumber-sumber
15
Ibid.
64
pendapatan desa dan komitmen pada pembangunan perekonomian desa. f. Terbangunnya jejaring pengembangan dan ekspansi produk lokal pada pasar daerah, regonal maupun global. g. Konsistensi komitmen dalam prioritas peningkatan pembangunan pendidikan, kesehatan, fasilitas umum dan kebutuhan pelayanan dasar lainnya. h. Meningkatnya responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas aparatur penyelenggara pemerintahan. i. Adanya perangkat hukum dan upaya hukum yang tegas dibidang tata ruang dan lingkungan hidup. Desa Menganti Kecamatan Kedung memiliki prioritas pembangunan pada beberapa aspek, yaitu : a. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. b. Peningkatan pembangunan insfrastruktur desa. c. Peningkatan pembangunan ekonomi desa yang berbasis pada ekonomi lokal yang mampu menghasilkan produk yang memiliki daya saing tinggi di pasar. d. Optimalisasi upaya penggalian ( intensifikasi dan ekstensifikasi ) sumber-sumber pendapatan bagi pembiayaan pembangunan desa. 8. Arah kebijakan Keuangan Desa Secara umum kebijakan keuangan Desa Menganti diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan desa disertai
65
dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan desa, diperlukan langkah-langkah dan arah kebijakan keuangan desa berikut16: a. Mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan desa,
khususnya
sumber-sumber Pendapatan Asli Desa, melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan hasil lelang kekayaan desa (Tanah Bondo Deso). b. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi daerah. c. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan desa yang bersifat mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan. d. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan desa, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola keuangan desa. e. Penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran desa yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah.
16
Ibid.
66
Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan desa dapat dilakukan dengan meningkatkan Alokasi Dana Desa (ADD) dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah serta berbagai bentuk bantuan keuangan baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten Jepara, melalui : a. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan desa yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah
maupun
APBD
Kabupaten
Jepara
guna
peningkatan
pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik desa. b. Melakukan intensifikasi penerimaan PBB untuk mendukung pendapatan desa yang bersumber dari ADD dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi. Kebijakan umum Pembangunan Jangka Menengah Desa Menganti akan menentukan agenda, tujuan dan sasaran program pembangunan desa lima tahun kedepan. Sesuai dengan strategi dan dengan tetap mengacu kepada visi Desa Menganti, maka dirumuskan kebijakan pembangunan sebagai dasar penetapan pokok-pokok pikiran. Hal itu sebagai suatu upaya untuk melanjutkan dan mempertajam penyelesaian masalah-masalah mendesak, sekaligus sebagai upaya pencapaian pembangunan yang diharapkan. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan desa terdapat kesatuan arah yang jelas terhadap pemecahan masalah yang dihadapi oleh desa sesuai dinamika masyarakat yang berkembang.
67
Kebijakan pembangunan desa juga mengandung arti sebagai operasionalisasi dari visi dan misi desa untuk jangka waktu tertentu. Oleh karenanya kebijakan pembangunan Desa Menganti pada RPJMD, tetap merujuk pada RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012. Sasaran dari kebijakan umum Desa Menganti tersebut meliputi: a. Peningkatan sektor pendidikan termasuk pemberantasan buta aksara. b. Peningkatan sektor kesehatan masyarakat, terutama untuk kelompok masyarakat miskin. c. Peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana (infrastruktur) untuk pertumbuhan perekonomian desa dan peningkatan pelayanan publik. d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) dan PNPM. e. Peningkatan sektor pertanian dengan menciptakan agrobisnis dan agroindustri. f. Peningkatan kententraman dan ketertiban wilayah untuk menjaga dan memelihara suasana kondusif. g. Pemeliharaan konservasi lahan melalui penghijauan pada lahan kritis untuk mengurangi resiko bencana alam (banjir).
68
h. Peningkatan efisiensi anggaran dalam penggunaan dan pengelolaan keuangan desa. i. Peningkatan kualitas pelayanan publik disertai dengan peningkatan kesejahteraan Perangkat Desa.
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Analisis Metodologi dan Pendapat Oleh Para Ulama’ Baik Ulama’ Madzhab Maupun Ulama’ yang Ada Di Indonesia Syari’at Islam diturunkan oleh Allah SWT, sebagai wujud kasih sayangnya (rahmat) bagi seluruh alam ini. Oleh karena itu arah dan tujuan diterapkannya hukum Islam yaitu untuk mendidik dan membersihkan diri seseorang, untuk menegakkan keadilan ditengah-tengah masyarakat baik adil terhadap dirinya maupun adil terhadap orang lain1, dan untuk mewujudkan kemaslahatan. Kemaslahatan yang dimaksud Islam adalah kemaslahatan yang hakiki yang bersifat umum (Kully), bukan kemaslahatan sebagaian (juz’I) dan sempit yang kadang diukur oleh keinginan nafsu. Allah SWT dalam menciptakan shari’at untuk merealisir kemaslahatan umum tersebut dan memberikan kemanfaatan serta menghindarkan kemafsadatan (kerusakan) bagi umat manusia.2 Adapun menyalurkan zakat untuk pembangunan masjid sehingga dapat digunakan menegakkan
untuk
mengagungkan
syiar-syiarNya,
nama Allah, berdzikir
menunaikan
shalat,
serta
kepada-Nya,
menyampaikan
pelajaran-pelajaran dan nasihat-nasihat, maka hal ini termasuk yang di perselisihkan para ulama dahulu maupun sekarang. Apakah yang demikian itu
1
Asmawi, Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet. 1, hlm. 43-45. Ibid., hlm. 47.
2
69
70
dapat dianggap sebagai “fi sabililah” sehingga termasuk salah satu dari delapan sasaran zakat. Alasan yang memperbolehkan hal ini ada dua macam: Pertama, mereka adalah kaum yang fakir, yang harus dicukupi kebutuhan pokoknya sebagai manusia sehingga dapat hidup layak dan terhormat sebagai layaknya manusia muslim. Sedangkan masjid itu merupakan kebutuhan asasi bagi jamaah muslimah. Apabila mereka tidak memiliki dana untuk mendirikan masjid, baik dana dari pemerintah maupun dari sumbangan pribadi atau dari para dermawan, maka tidak ada larangan di negara tersebut untuk mendirikan masjid dengan menggunakan uang zakat. Bahkan masjid itu wajib didirikan dengannya sehingga tidak ada kaum muslim yang hidup tanpa mempunyai masjid. Kedua, masjid di Negara-negara yang sedang menghadapi bahaya perang ideology atau yang berada di bawah pengaruhnya, maka masjid tersebut bukanlah semata-mata tempat ibadah, melainkan juga sekaligus sebagai markas perjuangan dan benteng untuk membela keluhuran Islam dan melindungi syakhshiyah islamiyah.3 Menyalurkan zakat untuk pembangunan masjid dalam kondisi seperti itu termasuk infak zakat fi sabilillah demi menjunjung tinggi kalimat-nya serta membela agama dan umat-Nya. Dan setiap infak harta untuk semua kegiatan demi menjunjung tinggi kalimat (agama) Allah tergolong fi sabilillah (di jalan Allah).4
3
Yusuf Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, Diterjemahkan As’ad Yasin, Jilid 2, (Jakarta: GemaInsani Press, 1995), Cet. 1, hlm. 320-322. 4 Ibid.
71
Sebagaimana telah di sebutkan dalam bab II bahwa mengenai masjid apakah yang termasuk yang berhak menerima zakat, ada perbedaan pendapat antara Jumhur Ulama’ dengan Imam Kuffal. Hal ini di maklumi karena perbedaan pendapat dan corak berfikir para ulama’ itu tidak sama. Untuk itu dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah di sebutkan dalam bab-bab sebelumnya sekaligus maninjau kembali hukum yang ada. Hasil penelitian dalam skripsi ini mengarah kepada suatu yang sifatnya kelangkaan, dalam artian; pelaksanaan zakat fitrah ini biasanya dilakukan di masyarakat yaitu zakat fitrah yang di serahkan kepada kyai setempat kemudian kyai tersebut membaginya kepada orang yang berhak menerimanya (8 golongan), tapi pada skripsi ini pembahasan zakat fitrah ini dilakukan oleh kyai yang meminta zakat fitrahnya masyarakat untuk dana pembangunan masjid. tapi karena pelaku atau subjek dari pada penelitian skripsi ini adalah orang yang terpandang sehingga apa saja hal yang dilakukan membawa pengaruh terhadap sekitarnya. Dibawah ini adalah beberapa analisis yang disesuaikan dengan rumusan masalah yang ada diskripsi ini antara lain : 1. Pemahaman Kyai. Prinsip Islam mengenai kekayaan itu sesungguhnya adalah kekayaan Allah, sedangkan manusia adalah penerima amanat dari pemiliknya yang asli, dan saudara-saudara fakir miskin, dan orang-orang yang kekurangan lainnya adalah mempunyai hak dalam kekayaan itu dipandang dari segi sesungguhnya mereka adalah anggota keluarga Allah. Begitu juga di dalamnya terdapat hak untuk kepentingan semua yang bernama kekayaan
72
dari segi fi sabilillah. Prinsip itu mengenai semua yang bernama kekayaan dan orang kaya, baik berasal dari pertanian, industri, perdagangan, maupun usaha wira swasta lainnya. Sabilillah adalah jalan yang menyampaikan kepada ridha Allah SWT. Baik akidah maupun perbuatan. Analisis dari segi pemahaman Pandangan Ulama’ Tentang Arti Sabilillah Menurut Al-Allamah Ibnu Atsir menyatakan, bahwa sabil makna aslinya adalah At-Thariq atau jalan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mancakup segala amal perbuatan ikhlas, yang di pergunakan untuk bertakarrub kepada Allah Azzawajalla,
dengan melaksanakan segala
perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan lainnya. Apabila kalimat ini bersifat mutlak maka biasanya di pergunakan untuk pengertian jihad (berperang). Sehingga karena seringnya dipergunakan untuk itu, seolah-olah fi sabilillah itu artinya hanya khusus untuk jihad.5 Fi sabilillah adalah suatu jalan atau suatu cara untuk menyampaikan kita kepada Allah SWT. Berupa amal saleh dan kepercayaan. Adapun amal saleh itu bukan saja merupakan ibadah shalat, puasa, zakat, haji, dan memerangi kaum kafir saja, tetapi juga menyelenggarakan kemaslahatan dan perbaikan umat Islam, umpamanya mendirikan rumah sakit, rumah
5
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis, Diterjemahkan Salman Harun dkk, (Bogor: Litera Antarnusa, 2004), Cet. 7, hlm. 610.
73
miskin, rumah yatim, sekolah, panti asuhan, kantor-kantor organisasi Islam, mendirikan mesjid, jembatan dan lain-lain.6 Dengan memungkinkannya fi sabilillah diartikan lebih dari satu makna, maka Fuqoha berbeda pendapat, ada yang menyempitkan pengertian kata fi sabilillah dan ada yang memperluasnya. 1) Beberapa Pendapat yang Mempersempit Arti Sabilillah Sebagian ulama’ memahami pengertian fi sabilillah dalam asnad zakat dengan arti jihad dan segala persyaratannya, dengan perbedaan diantaranya: Menurut Abu Yusuf dari Madzhab Hanafiah berpendapat dalam menerangkan fi sabilillah adalah kesukarelawanan yang terputus bekalnya, karena itulah yang memahami arti kemutlakan ini yang di maksud dengan kesukarelawan yang terputus, yaitu mereka yang tidak sanggup bergabung dengan tentara Islam, karena kefakiran mereka, dengan sebab rusaknya perbekalan atau kendaraan/ hewan tunggangan atau yang lainnya.7 a) Imam Syafi’i mengatakan dalam kitab al-umm bahwa harus diberi bagian sabilillah, orang yang berperang yang termasuk dekat dengan harta yang dikeluarkan zakatnya, apakah ia fakir atau kaya, dan jangan
6
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2000), Cet. 1, hlm. 557. 7 Yusuf Qardawi, Op. Cit., hlm. 611.
74
di beri lain dari orang yang tersebut, kecuali memberi buat orang yang menghalangi orang musyrikin.8 b) Golongan Syafi’iyah berpendapat
bahwa sabilillah itu para suka
relawanan yang tidak mendapat tunjangan tetap dari pemerintah, atau seperti kata Ibnu Hajar, mereka yang tidak mendapat bagian dalam daftar gaji, tetapi mereka semata-mata sukarelawan, mereka berperang bila sehat dan kuat, dan bila tidak, mereka kembali pada pekerjaan asalnya.9 c) Imam Malik berpendapat sabilillah itu mempunyai makna banyak, akan tetapi aku tidak mengetahui adanya perbedaan Ulama’ bahwa yang di maksud dengan sabilillah disini adalah tentara yang berperang.10 d) Sedang Madzhab Hanbali ada dua pendapat, pendapat yang pertama, sebagai Jumhur Ulama’ yakni untuk yang berperang, sedang yang kedua berpendapat bahwa termasuk fisabilillah adalah haji, di samping berperang di jalan Allah.11 e) Argumentasi Jumhur Ulama’ yang berpendapat demikian karena sabilillah itu bersifat mutlak, maka arti jihad, dan sebagian kata arti sabilillah dalam Al-Qur’an itu bermakna jihad, kecuali hanya beberapa ayat saja. Ibnu Qadamah yang di kutib Yusuf Qordawi bahwa zakat itu hanya di pergunakan untuk kepentingan dari salah 8
Ibid., hlm. 615. Ibid., hlm. 614. 10 Ibid., hlm. 613. 11 Ibid., hlm. 616. 9
75
satu diantara dua golongan. Pertama, yang di butuhkan seperti fakir, miskin, memerdekakan budak, dan gharim, yang kedua untuk memenuhi kebutuhan umat Islam seperti petugas zakat, orang yang berperang,
golongan
mu’alaf,
orang
yang
berhutang
karena
mendamaikan dua pihak yang bersengketa.12 f) Termasuk menyempitkan makna sabilillah adalah pendapat yang menyatakan bahwa sabilillah adalah segala amal perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah atau untuk kemaslahatan bersama, seperti haji, jihad dan mendirikan jembatan-jembatan. Pendapat ini adalah menurut Mazhab Imamiah Ja’fari.13 Adapun pendapat Ulama’ berpendapat itu adalah: a. Dalam tafsir Al-Manar terdapat: “Jatah ini boleh diberikan untuk mengamankan jalan haji, menyempurnakan perbekalan air, bahanbahan pangan dan syarat-syarat kesehatan bagi jama’ah yakni bila tidak dijumpai golongan-golongan yang berhak lainnya”.14 b. Dalam Hawasyil-Azhar dikutip pendapat dari buku al-Bahr, bahwa mempergunakan zakat untuk kemaslahatan, bukan hanya kelebihan dari sabilillah, akan tetapi boleh dipergunakan kelebihan dari semua
bagian
sasaran
yang
delapan,
sebagaimana
boleh
dipergunakan untuk orang kafir, dari harta untuk kemaslahatan.15
12
Ibid., hlm. 617. Ibid., hlm. 621. 14 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 3, (Bandung: PT Alma’arif, 1978), Cet. 1, hlm. 123. 15 Yusuf Qardawi, Op. Cit., hlm. 622. 13
76
c. Imam Qaffal mengemukakan pendapat pengarang buku Taj bahwa setiap jalan yang menuju ridha Allah, adalah jalan yang baik, dan termasuk sabilillah.16 d. Menurut Imam Muhammad yang dimaksud dengan sabilillah, jamaah haji yang habis perbekalannya. Berdasarkan satu riwayat bahwa seseorang telah menjadikan unta miliknya untuk keperluan sabilillah, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar dipergunakan membawa jamaah haji, karena itu pun
termasuk
sabilillah.17 Termasuk menyempitkan sabilillah adalah yang mengatakan fi sabilillah adalah pencari ilmu, yang berpendapat ini adalah golongan Dahiriah yang bermadzhab Hanafiyah.18 Adapun pendapat yang dikutip dari al-Bada’i yang menafsirkan sabilillah dengan semua amal dalam rangka takarrub dan ketaatan kepada Allah, maka disyaratkan adanya pemilikan zakat pada pribadinya, tidak boleh diserahkan kepada umum, seperti persyaratan orangnya harus fakir. Atas dasar itu maka pendapat ini tidak keluar dari ruang lingkup ulama yang menyempitkan arti sabilillah. Abu Hanifah secara tersendiri telah mensyaratkan
16
adanya
Ibid., hlm. 623. Yusuf Qardawi, Loc. Cit. 18 Ibid. 17
kefakiran
pada
mujtahid,
sebagaimana
77
tersendirinya
pendapat
Imam
Ahmad
dalam
memperkenankan
memberikan zakat bagi jamaah haji dan umrah.19 2) Beberapa Pendapat yang Memperluas Arti Sabilillah Pendapat yang memperluas arti sabilillah, di antara para Ulama’ dahulu maupun Ulama’ sekarang ada yang meluaskan arti sabilillah, tidak hanya khusus pada jihad dan yang berhubungan dengannya, akan tetapi di tafsirkannya pada semua hal yang mencakup
untuk
kemaslahatan, takarrub dan perbuatan-perbuatan baik, sesuai dengan penerapan asal dari kalimat tersebut.20 Menurut Yusuf Qordawi pengertian sabilillah yang ada dalam AlQur’an adalah jalan yang akan disampaikan pada keridhaannya dan pahala dari Allah. Adapun hadis yang dijadikan sandaran oleh riwayat lain dari Imam Ahmad, sesungguhnya lemah sanadnya, dan andaikan diperkirakan sahih sanadnya, maka sebagian mazhab Syafi’i telah memberikan jawaban, bahwa tidak mengapa ibadah haji dinyatakan sebagai bagian dari sabilillah, akan tetapi tidak dapat kalau ibadah haji dianggap sebagai bagian dari sabilillah dalam kaitannya dengan ayat zakat ini. Dan hadis: “Tidak halal zakat kecuali bagi lima orang,” di mana diterangkan antara lain di dalamnya adalah orang yang berperang di jalan Allah, yang menunjukkan bahwa itulah yang dimaksud di dalam ayat tersebut.21
19
Yusuf Qardawi, Op. Cit., hlm. 619. Ibid. 21 Ibid., hlm. 618. 20
78
Sayyid Sabiq menyatakan bahwa Sabilillah ialah jalan yang menyampaikan kepada keridhaan Allah, baik berupa ilmu, maupun amal. Dan jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengannya ialah berperang, dan bahwa jatah sabilillah itu diberikan kepada tentara sukarelawan yang tidak mendapatkan gaji dari Pemerintah. Maka orangorang inilah yang beroleh zakat, biar mereka kaya atau miskin.22 Dalam tafsir Al-Manar terdapat “Fi sabilillah mencakup semua kepentingan umum bagi agama, yang menjadi dasar tegaknya agama dan Negara. Yang pertama dan yang mesti didahulukan ialah persiapan perang dengan membeli senjata dan perbekalan tentara, alat-alat angkutan dan alat-alat perang. Tetapi alat-alat perang dan tentara itu, harus dikembalikan ke Baitul mal, jika ia merupakan barang yang tahan lama seperti senjata, kuda dll, karena itu tidaklah dimiliki seseorang buat selama-lamanya dengan melihat sifat yang menentukan corak peperangan tersebut, tetapi hendaklah digunakan fi sabilillah, dan dengan hilangnya sifat sabilillah itu, maka barang-barang tersebut harus tetap tinggal utuh. Berbeda halnya dengan orang miskin, amil, gharim, muallaf dan ibnu sabil, maka mereka ini tidak perlu mengembalikan yang mereka terima, walau sifat yang mereka terima itu sudah tidak ditemukan lagi.23 Dengan demikian kalimat sabilillah disertai dengan kata infak, akan mendapatkan dua arti: pertama arti yang bersifat umum,
22
Sayyid Sabiq, Op. Cit., hlm. 122-123. Ibid.
23
79
berdasarkan pada yang ditunjuki oleh lafaznya yang asli, yaitu meliputi semua jenis kebaikan, ketaatan dan semua jalan kebajikan. Sebagaimana dikemukakan Hafiz Ibnu Hajar bukan khusus untuk berperang. Kalau tidak pasti orang yang menginfakkan hartanya pada orang-orang fakir, miskin, anak yatim, ibnu sabil dan yang lainnya tanpa kekhususan perang termasuk dalam ruang lingkup orang yang menyimpan harta yang diberi kabar akan mendapat siksa neraka. Sebagian ulama berpendapat bahwa kalimat “fi sabilillah” apabila disertai dengan kata “infak” maka maknanya yang pasti adalah jihad, tidak boleh diartikan yang lainnya. Kedua arti yang khusus yaitu menolong agama Allah, memerangi musuhNya dan menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini sehingga tidak ada fitnah, dan agama semuanya bagi Allah.24 Imam ar-Razi dalam tafsirnya, bahwa zahir lafaz dalam firman Allah “wa fi sabilillah” tidak wajib mengkhususkan artinya pada orang yang berperang saja. Kemudian ia berkata: maka terhadap arti ini, Imam Qaffal dalam tafsirnya dari sebagian fuqaha bahwa mereka itu memperkenankan menyerahkan zakat, pada semua bentuk kebajikan, seperti mengubur mayat, mendirikan benteng, meramaikan masjid. Karena sesungguhnya firmanNya“ wa fi sabilillah” bersifat umum.25
24
Yusuf Qardawi, Op. Cit., hlm. 628-630. Ibid., hlm. 619.
25
80
2. Praktek Zakat Fitrah. Analisis praktek pelaksanaan zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid. Pelaksanaan zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid yang terjadi dalam sebuah kaum (kelompok jama’ah) di Desa Menganti ini yakni digunakan untuk pembangunan masjid, dari kyai yang meminta agar masyarakat yang ada disekitar masjid tersebut zakat diserahkan kepadanya dan zakatnya akan di jual dan untuk tambahan dana pembangunan masjid. Padahal masjid tersebut merupakan masjid tertua yang ada di Desa Menganti, dan masjid tersebut di bangun oleh Desa dan di jadikan aset Desa dan di akui oleh masyarakat se-Desa Menganti bahwa masjid tersebut adalah masjid yang netral dan bukan milik kelompok. Dan kyai tersebut meminta zakat fitrah kepada masyarakat adalah bukan atas nama mustahiq zakat fitrah, karena beliau mengatakan seperti itu atas posisinya sebagai ketua pelaksana pembangunan masjid tersebut. Zakat masyarakat terkumpul dan di jual Rp. 7000/kl dan mendapatkan uang Rp. 1.050.000,00 dari 150 kl. Di Desa Menganti pada umumnya 2,5 kl/orang. Walaupun kondisi masyarakat sudah tau bahwa masjid tersebut adalah aset Desa akan tetapi, masyarakat yang ada di sekitar masjid tersebut merasa ketempatan dan mereka merasa bertanggung jawab untuk mensukseskan pembangunan tersebut, sehingga kyai yang menempati atau yang menjadi panutan tersebut mempunyai inisiatif sendiri untuk meminta zakat masyarakat sekitar yang ada di sekitar masjid untuk zakat kepadanya dan akan di buat tambahan
81
pembangunan masjid tanpa memperhitungkan masyarakat sekitar yang masih ada yang tidak bisa mengeluarkan zakat ( tidak mampu). Imam Syafi’i berkata: apabila suatu kaum
(sekelompok orang)
disuatu daerah ditarik zakatnya, maka harta zakat tersebut harus dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat yang berada di daerah tersebut. Harta zakat tersebut tidak boleh diberikan kepada orang yang berada di luar daerah tersebut sebelum orang-orang yang berhak menerima zakat di daerah tersebut mendapatkan zakat.26 Kesepakatan ulama’ tentang mereka yang berhak menerima zakat yang diriwayatkan Imam Syafi’i adalah: fakir, miskin amil, mu’allaf, riqob, dan gharim.27
B. Analisis Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pelaksanaan Zakat Fitrah Untuk Dana Pembangunan Masjid. Beberapa faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan zakat tersebut adalah : a) Keinginan dari kyai yang ingin mendapatkan uang tanpa meminta sumbangan dari masyarakat sekitar karena seringnya meminta sumbangan masyarakat dan hasil zakat tersebut lebih bermanfaat dari pada dibagikan kepada masyarakat yang kurang mampu. b) Yakin bahwa zakat yang diserahkan kepada kyai tersebut itu sudah jadi haknya karena zakat masyarakat itu sudah diserahkan kepadanya.
26
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al Umm, Diterjemahkan Muhammad Yasir Abd Mutholib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), Cet 1, hlm 499. 27 Ibid., hlm. 500.
82
c) Mempunyai pengetahuan tentang hukum agama, apalagi yang menyangkut tentang rukun Islam, sehingga hukum yang dilaksanakan pun mempunyai dasar walaupun itu dari sebuah hadist.28
C. Dampak Positif dan Dampak Negatifnya Tentang Penggunaan Zakat yang Digunakan Untuk Pembangunan Masjid Terhadap Masyarakat Dampak-dampak positifnya: a) Pembangunan masjid akan cepat selesai dan sempurna. b) Dari panitia pembangunan tidak usah meminta sumbangan kepada masyarakat. Adapun dampak negatifnya: a) Masyarakat akan salah pengertian tentang golongan yang berhak menerima zakat. b) Masyarakat yang termasuk 8 (delapan) golongan tidak terpenuhi. c) Akan menjadi amal amil tersebut, jika di perbolehkan.
D. Analisis Aspek Hukum Islam Pelaksanaan zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid dalam sebuah kaum di Desa Menganti Kecamatan Kedung, jika dilihat dari segi hukum, Memberikan zakat kepada masjid tidak boleh, akan tetapi ada pendapat: Imam Qofal menukil dari sebagian ahli fiqih, zakat boleh ditasarufkan kepada sektor atas nama sabilillah.
28
Wawancara dengan Bapak Maimun, tanggal 01 Desember 2013. Pukul: 14.00 WIB.
83
Dalam kitab Fathul Mu’in di jelaskan:
“Zakat sama sekali tidak boleh dibelanjakan untuk mengkafani janazah atau pembangunan masjid”.29
29
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, Fathul Mu’in, Jilid 2, Diterjemahkan Aliy As’ad, (Kudus: Menara Kudus, 1979), hlm. 39.
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian terhadap kasus pelaksanaan zakat fitrah yang di gunakan untuk pembangunan masjid dalam suatu kaum di Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara oleh suatu kaum di dalam masyarakat tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pelaksanaan Zakat Fitrah Untuk Dana Pembangunan Masjid. Beberapa faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan zakat tersebut adalah : a) Keinginan dari kyai yang ingin mendapatkan uang tanpa meminta sumbangan
dari
masyarakat
sekitar
karena
seringnya
meminta
sumbangan masyarakat dan hasil zakat tersebut lebih bermanfaat dari pada dibagikan kepada masyarakat yang kurang mampu. b) Yakin bahwa zakat yang diserahkan kepada kyai tersebut itu sudah jadi haknya karena zakat masyarakat itu sudah diserahkan kepadanya. c) Mempunyai
pengetahuan
tentang
hukum
agama,
apalagi
yang
menyangkut tentang rukun Islam, sehingga hukum yang dilaksanakan pun mempunyai dasar walaupun itu dari sebuah hadist. 2. Dampak Positif dan Dampak Negatifnya Tentang Penggunaan Zakat yang Digunakan Untuk Pembangunan Masjid Terhadap Masyarakat Dampak-dampak positifnya:
84
85
a) Pembangunan masjid akan cepat selesai dan sempurna. b) Dari panitia pembangunan tidak usah meminta sumbangan kepada masyarakat. Adapun dampak negatifnya: a) Masyarakat akan salah pengertian tentang golongan yang berhak menerima zakat. b) Masyarakat yang termasuk 8 (delapan) golongan tidak terpenuhi. c) Akan menjadi amal amil tersebut, jika di perbolehkan. 3. Analisis Aspek Hukum Islam Pelaksanaan zakat fitrah yang digunakan untuk pembangunan masjid dalam sebuah kaum di Desa Menganti Kecamatan Kedung, jika dilihat dari segi hukum, Memberikan zakat kepada masjid tidak boleh, akan tetapi ada pendapat: Imam Qofal menukil dari sebagian ahli fiqih, zakat boleh ditasarufkan kepada sektor atas nama sabilillah. Dalam kitab Fathul Mu’in di jelaskan:
“Zakat sama sekali tidak boleh dibelanjakan untuk mengkafani janazah atau pembangunan masjid”.
86
B. Saran – saran Ada beberapa saran yang dapat saya kemukakan: 1) Hendaknya dilakukan kajian khusus tentang masalah zakat, sehingga siapa saja yang menjadi mustahiq zakat serta arti penting zakat dalam mewujudkan kemaslahatan umat Islam dapat terwujud serta efektif. 2) Untuk para Fuqoha dan Ulama’ dalam menentukan permasalahan hukum yang berhubungan dengan umat Islam agar melakukan putusan yang seadiladilnya, sebab Ulama’ merupakan pihak terkait yang nanti membawa kesejahteraan dan keadilan bagi umat manusia di mana Ulama’ berada. 3) Sebagai umat Islam yang mempunyai dasar hukum sendiri, sebaiknya menggunakan hukum Islam, sebagai pedoman mengeluarkan zakat, sebagai bukti keta’atan kepada Allah sebagai pencipta hukum Islam, sehingga umat manusia dapat terhindar dari berbagai bentuk adzab di hari kelak.
C. Penutup Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Karena dengan rahmat, taufiq dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
juga senantiasa penulis panjatkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, yang menjadi motifator penulis dalam menjalani kehidupan ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
87
membangun dari semua pihak senantiasa penulis harapkan sebagai upaya perbaikan dimasa mendatang. Dengan skripsi ini, penulis berharap semoga bermanfaat khusunya bagi penulis sendiri dan para pembacanya.Amin..! Beribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan menyelesaikan skripsi ini, serta kepada para pembaca yang sudi membaca skripsi ini, semoga bisa membawa kecerahan bagi setiap pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Al-Malibariy, Zainuddin, Fathul Mu’in, Jilid 2, Penerjemah Aliy As’ad, Kudus: Menara Kudus, 1979. Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy Syafi’i, Syamsuddin, Fat-hul Qarib, Jilid 1, Penerjemah Imran Abu Amar, Kudus: Menara Kudus, 1982. Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Imam Syafi’I, Ringkasan Kitab Al-Umm, Penerjemah Muhammad Yasir Abd Mutholib, Jakarta: Pustaka Azam, 2004, Cet. 1. Arfawie Kurde, Nukthoh, Memungut Zakat dan Infak Profesi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. 1. Asmawi, Filsafat Hukum Islam, Yogyakarta: Teras, 2009, Cet. 1. Az-Zabidi, Imam, Ringkasan Hadis Shohih Al-Bukhari, Penerjemah Achmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani, 2002, Cet. 1. Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie alKattani dkk, Jilid 3, Jakarta: Gema Insani Darul Fikir, 2011. Al-Zuhayliy, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Penerjemah Agus Effendi dan Bahrudin Fanahny, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997, Cet. 3. Bahtiar, Edi, Ke Arah Produktifitas Zakat Membangun Strategi Zakat Presfektif Keadilan, STAIN Kudus: Idea Press Yogyakarta, 2009, Cet. 1. Daradjat, Zakiyah, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, Jakarta: YPI Ruhama, 1993, Cet. 4. Data Profil Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara, 2011. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Toha Putra, 1989. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. 4. Djamali, Abdul, Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2002, Cet. 3. Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad, Pedoman Zakat, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1999, Cet. 3.
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000, Cet. 1. Masyhuri dan M.Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Bandung: Refika Aditama, 2008, Cet. 2. Muhammad Al-Ghazali, Abu Hamid, Rahasia Puasa dan Zakat, Penerjemah Muhammad Al-Baqir, Bandung: Karisma, 1999, Cet.10. Nasution, Lahmuddin, Fiqh 1, Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1995. Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Jilid 3, Bandung: PT Alma’arif, 1978, Cet. 1. Sudarsono, Kamus Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, Cet. 1. Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka cipta, 2009, Cet. 6. Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN Malang Press, 2007. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. 7. Qaradhawi, Yusuf, Fatwa-fatwa Kontemporer, Penerjemah As’ad Yasin, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, Cet. 1. Qaradhawi, Yusuf, Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Penerjemah Sari Narulita, Jakarta: Zikrul Hakim, 2005, Cet.1. Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis, Penerjemah Salman Harun dkk, Bogor: Litera Antamusa, 2004, Cet. 7. W. Al-Hafidz, Ahsin, Kamus Ilmu Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2008, Cet. 3. Wawancara dengan Bapak K. H. Mahfudz Shiddiq, tanggal 06 Desember 2013. Wawancara dengan Bapak Maimun, tanggal 11 Desember 2013.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. KETERANGAN DIRI Nama
: Ula Firdiani
NIM
: 1210057
Tempat/Tanggal Lahir
: Jepara, 15 Juli 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Nama Ayah
: Ratno
Nama Ibu
: Qori’ah
Alamat
: Menganti Kedung Jepara, RT 10 / RW 03
B. PENDIDIKAN MI Darul Hikmah
: Lulus tahun 2004
Mts Darul Hikmah
: Lulus tahun 2007
MA Darul Hikmah
: Lulus tahun 2010
Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum UNISNU Jepara angkatan 2010 Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat untuk diketahui semestinya. Jepara, 05 April 2014 Penulis
ULA FIRDIANI 1210057
PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA KECAMATAN KEDUNG
KANTOR PETINGGI MENGANTI Alamat : Jln Menganti Bugel. No14. Km. 2 Menganti Kedung Jepara. Kode pos. 59463
SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara menerangkan bahwa: Nama
: Ula Firdiani
NIM
: 1210057
Alamat
: Menganti Kedung Jepara
Angkatan
: 2010
Fakultas/ Jurusan
: Fakultas Syari’ah / Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Universitas
: Universitas Islam Nahdlatul Ulama ( UNISNU) Jepara.
Yang bersangkutan benar-benar mengadakan penelitian/ research di Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT FITRAH UNTUK DANA PEMBANGUNAN MASJID (Studi di Masjid Darul Hakim Menganti Kedung Jepara). Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan untuk dipergunakan sebagaimana semestinya.
Jepara, 05 April 2014 Petinggi Menganti
Drs. Solikhul Hadi