TINJAUAN FAKTOR K SEBAGAI PENDUKUNG RENCANA SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI BERBASIS FPR (STUDI DI JARINGAN IRIGASI PIRANG KABUPATEN BOJONEGORO) Cynthia Rahma1, Dwi Priyantoro2, Donny Harisuseno2 1. Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2. Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya email :
[email protected]
ABSTRAK Daerah Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro dengan luas area irigasi 1314 Ha dibagi menjadi dua wilayah, yaitu J.I. Pirang Kanan seluas 495 Ha dan J.I. Pirang Kiri seluas 819 Ha. Pemberian air irigasi pada J.I. Pirang dirasa masih kurang efektif, hal ini terlihat ketika terjadi kekurangan air pada musim kemarau. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian air irigasi pada kondisi eksisting kemudian menyusun rencana pola tanam baru dengan meningkatkan intensitas tanam sebesar 368,809% dengan tiga metode : Metode Konvensional (FPR-LPR eksisting), Metode SRI (System Rice of Intensification), dan Metode Gabungan (Konvensional+SRI). Dari hasil evaluasi kondisi eksisting, pencapaian realisasi intensitas tanam padi sebesar 197,529% tidak sesuai dengan RTTG. Pada J.I. Pirang Kanan, kebutuhan air dengan Metode SRI lebih hemat 30% dibandingkan dengan Metode Konvensional saja. Namun pada J.I. Pirang Kiri, kebutuhan air dengan Metode Gabungan lebih hemat 38% dibandingkan dengan Metode Konvensional saja. Kata Kunci : sistem pemberian air, intensitas tanam, Faktor K, Metode Konvensional, Metode SRI ABSTRACT Pirang Irrigation Area in Bojonegoro with an irrigation area of 1314 Ha is divided into two regions, namely with Pirang Kanan Irrigation System area of 495 Ha and Pirang Kiri Irrigation System area of 819 Ha. On dry season, the water irrigation usage at Pirang Irrigation Area is less effective. The aim of this study is to evaluate the distribution of irrigation water based on existing condition, and then plan a new cropping pattern by increasing cropping intensity, especially rice cropping intensity become 368,809% with three method : Conventional Method (FPR-LPR Exsisting), SRI Method (System of Rice Intensification), and Combined Method (Conventional + SRI). From the result of the evaluation, the rice cropping intensity on existing condition was 197,529% incompatible with RTTG. On the Pirang Kanan Irrigation System, the water demand with SRI Method is 30% more efficient than just Conventional Method. However in Pirang Kiri Irrigation System, the water demand with Combined Method is 38% more efficient than just Conventional Method.
Keyword: water distribution system, cropping intensity, K Factor, Conventional Method, SRI Method I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat, sehingga perlu dipikirkan usaha untuk lebih meningkatkan hasil pertanian dan mencegah terjadinya kesenjangan yang tinggi antara tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan bahan makanan dan juga meningkatkan taraf hidup petani. (Satria Utama S,1999) Usaha yang ditempuh untuk meningkatkan hasil pertanian pada tiap satuan luasnya yaitu dengan menggunakan cara pembagian air irigasi yang baik, sehingga penentuan banyaknya air yang dibutuhkan perlu diketahui dengan pasti. Maka dari itu, pembagian air irigasi tersebut selayaknya dilakukan secara efektif dan efisien mengingat UU 41 ayat (2) dalam hal pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. Penggunaan air irigasi di Provinsi Jawa Timur khususnya Kabupaten Bojonegoro dirasa masih kurang efektif, hal ini dapat dilihat ketika terjadi kekurangan air pada musim kemarau. Pengaturan dan pendistribusian air irigasi juga belum dilakukan secara akurat dan optimum. Untuk mengembangkan pengairan di Jaringan Irigasi Pirang, Kabupaten Bojonegoro ini perlu direncanakan suatu jaringan irigasi teknis yang dapat mengelola penggunaan air secara optimal. Hal ini didasarkan pada rencana tata tanam yang dinamakan Rencana Tata Tanam Global (RTTG). Dan diharapkan para petani mampu mengerjakan sawahnya sepanjang tahun tanpa timbul masalah kekurangan air. Oleh karena itu,
berdasarkan pemaparan tersebut dilakukan studi tentang “Tinjauan Faktor K Sebagai Pendukung Rencana Sistem Pembagian Air Irigasi Berbasis FPR (Studi Evaluasi Di Jaringan Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro)” 1.2 Identifikasi Masalah Daerah Irigasi Pirang seluas 1314 Ha terletak di Kabupaten Bojonegoro.Daerah Irigasi Pirang mencakup 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Dander dan Kecamatan Kapas. Dam Blimbing atau yang dikenal sebagai Dam Pirang terletak di Desa Jati Blimbing, Kecamatan Dander tepatnya di bagian hilir antara Sumber Pirang dan Sumber Kunci. Pembagian wilayah irigasi dibagi menjadi dua wilayah yaitu D.I. Pirang Kiri seluas 851 Ha baku sawah dan D.I. Pirang Kanan seluas 496 Ha baku sawah. Permasalahan yang ada di Jaringan Irigasi Pirang adalah sebagai berikut : 1. Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang dikeluarkan Dinas Pengairan yang dirasa tidak terlaksana dengan baik atau tidak sesuai dengan kondisi yang ada. 2. Air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air irigasimengalami pengurangan pada musim kemarau. 3. Jumlah luas tanam padi meningkat saat musim kemarau, hal ini disebabkan karena petani tetap menanam padi atau biasa disebut padi gadu tidak ijin. 4. Akibatnya tidak jarang petani yang menggunakan pompa air untuk mengambil air langsung dari sungai atau saluran yang berarti petani harus mengeluarkan biaya tambahan.
5.
Kurang berfungsinya pola operasi pintu sehingga para petani masih berebut air. Dari permasalahan yang ada, maka diperlukan studi evaluasi pola tanam dan merencanakan pola tanam baru yang sesuai agardengan ketersediaan air yang ada bisa memenuhi kebutuhan air tanaman di seluruh petak sawah. Dengan adanya kebutuhan air tanaman dan ketersediaan air yang ada, juga diperlukan pola operasi pintu yang tepat dan efisien guna memperoleh keuntungan hasil produksi yang maksimal.
1.3 Batasan Masalah Untuk mencegah agar tidak keluar dari pokok permasalahan, maka dalam studi ini diambil batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Studi ini dikhususkan pada Daerah Irigasi Pirang yang memiliki total luas baku sawah 1314 Ha. 2. Mencari debit andalan dengan Metode Bulan Dasar Perencanaan ( Q80 ) dengan menggunakan data debit selama lima tahun terakhir (tahun 2008-2012) 3. Pembagian air irigasi berdasarkan Metode FPR-LPR. 4. Membahas tentang rencana tata tanam. 5. Membahas tentang sistem pembagian dan pemberian air irigasi. 6. Membahas pola operasi pintu 7. Tidak membahas penyebab kehilangan di saluran. 8. Tidak membahas tentang hidrolika secara detail. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan dengan tinjauan latar belakang, identifikasi dan batasanbatasan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi pencapaian intensitas tanam berdasarkan tata cara pembagian air di wilayah studi saat ini dan kesesuaian realisasi tanam dengan Rencana Tata Tanam Global (RTTG)? 2. Metode manakah yang paling besar prosentase pemberian air secara terus-menerus berdasarkan nilai Faktor K? 3. Jika dibuat Alternatif Pola Tanam, Alternatif dari metode manakah yang digunakan agar dapat menghemat penggunaan air irigasi? 4. Bagaimana menentukan pola operasi pintu intake yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan air irigasi sesuai dengan rencana? 1.5 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari studi ini adalah mengetahui kebutuhan total air irigasi di Daerah Irigasi Pirang Kiri maupun Daerah Irigasi Kanan dan merencanakan pola tanam baru yang sesuai yang diharapkan dapat meningkatkan intensitas tanam khususnya intensitas tanam padi. Adapun manfaat yang akan didapat dari studi ini adalah : 1. Dapat dijadikan masukan bagi semua pihak dalam merencanakan sistem irigasi teknis yang baik sehingga penggunaan sumber daya air dapat dilakukan seoptimal mungkin. 2. Meningkatkan wawasan keilmuan bagi para mahasiswa yang berminat dalam bidang irigasi II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Andalan Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan
ditentukan untuk periode tengah – bulanan. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS. (Anonim:1986) m Keandalan (%) (1) n 1 dengan : m = nomor urut data n = Jumlah data 2.2 Kebutuhan Air Irigasi Metode FPR-LPR Metode FPR Faktor Palawija Relatif merupakan metode perhitungan kebutuhan air irigasi yang berkembang di Jawa Timur. Dalam situasi menipisnya sumber daya air di Jawa Timur khususnya, perencanaan kebutuhan air merupakan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pengelolan air yang tersedia. Q FPR LPR (2) dengan : FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol) Q = Debit yang mengalir di sungai (ltr/det) LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol) Tabel 1. Nilai FPR Berdasarkan Berat Jenis Tanah FPR (l/det) ha. palawija Jenis Tanah Air kurang Air cukup Air memadai Alluvial 0.18 0.18 - 0.36 0.36 Latosol 0.12 0.12 - 0.23 0.23 Grumosol 0.06 0.06 - 0.12 0.12 Giliran Perlu Mungkin Tidak Sumber:DPU Tingkat I Jawa Timur, 1997 dalam Amrina, 2013
Metode Nilai LPR (Luas Palawija Relatif) Pada dasarnya nilai LPR adalah perbandingan kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman pembanding yang digunakan adalah palawija yang mempunyai nilai 1 (satu). Semua kebutuhan tanaman yang akan dicari terlebih dahulu dikonversikan dengan kebutuhan air palawija yang akhirnya
didapatkan satu angka sebagai faktor konversi untuk setiap jenis tanaman (Huda, 2012: 14). 2.3 Sistem Pemberian Air Irigasi Mengingat pentingnya fungsi air bagi penanaman padi di sawah, maka pengaturan pemberian air perlu disesuaikan dengan kebutuhannya. Air yang masuk ke petakan sawah akan merembes ke bawah (infiltrasi) dan perembesan diteruskan ke lapisan tanah yang lebih bawah yang disebut perkolasi. Kebutuhan air di sawah dan debit yang diperlukan pada pintu pengambilan dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini (Anonim, 1977:155): H xA x 10.000 T
(3)
Q1 1 Q2 x 86400 (1 L)
(2- 17) (4)
Q1
dengan : = Kebutuhan harian air di Q1 lapangan/petak sawah (m3/hr) = Kebutuhan harian air pada Q2 pintu pemasukan (m3/det) H = Tinggi genangan (m) A = Luas area sawah (ha) T = interval pemberian air (hari) L =Kehilangan air di lapangan/petak sawah dan saluran 2.4 Pola Tanam Guritno (2011:2) menjelaskan bahwa pola tanam atau yang dikenal dengan Cropping systems yaitu suatu usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur pola pertanaman (cropping pattern) yang berinteraksi dengan sumber daya lahan serta teknologi budidaya tanaman yang dilakukan. Sedangkan pola pertanaman (cropping pattern) adalah susunan tata letak dan tata urutan tanaman, pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk didalamnya perngolahan tanah dan bera (Anderws & Kassam, 1976; Stelley, 1983; Vendermeer, 1989 dalam Guritno, 2011:2).
2.5 Neraca Air Untuk mengetahui kebutuhan air irigasi untuk tanaman dan debit andalan yang tersedia di intake maka dibuat neraca air unutk satu daerah irigasi. Sehingga kekurangan dan kelebihan air dapat dipantau atau dievaluasi pada perencanaan selanjutnya. 2.6 Sistem Golongan Dirjen Pengairan Departemen PU. KP. 01 (1986:108), menyatakan bahwa pemberian air dengan golongan atau dapat diistilahkan rotasi teknis berguna untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Tetapi metode ini akan menyebabkan eksploitasi yang lebih kompleks. 2.7 Sistem Giliran Sistem Giliran adalah cara pemberian air di saluran tersier atau saluran utama dengan interval waktu tertentu bila debit yang tersedia kurang dari faktor K. Jika persediaan air cukup maka faktor K = 1 sedangkan pada persediaan air kurang maka faktor K<1. Rumus untuk menghitung faktor K (Kunaifi, A.A. 2010:15): K
Debit yang tersedia Debit yang dibutuhkan
(5)
2.8 Operasi Pintu Pembukaan dan penutupan pintu pengambilan dan pintu pembilas yang terkoordinir akan menyebabkan debit air dapat dialirkan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat banjir atau pada saat kandungan endapan di sungai tinggi, pintu pengambilan ditutup. Tinggi muka air di hulu bendung tidak boleh malampaui puncak tanggul banjir atau elevasi yang ditetapkan. Endapan di hulu bendung sewaktu-waktu harus dibilas. Elevasi muka air di hulu bendung dicatat dua kali sehari atau tiap jam di musim banjir. (Anonim, 2013: 9)
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Data-data yang dapat dikumpulkan untuk perhitungan dalam studi ini adalah sebagai berikut: a. Data Debit Dalam proses analisa, data debit yang dipakai adalah data debit intake di Dam Blimbing, rerata 10 harian selama 5 tahun terakhir mulai tahun 2008 – 2012. Data tersebut digunakan untuk menghitungkan debit andalan. b. Data Irigasi Peta Skema Jaringan Irigasi untuk mengetahui luas baku sawah. Peta Daerah Irigasi Peta Skema Konstruksi Peta Skema Operasi Jaringan Data Tanaman Kebutuhan air irigasi kondisi eksisting RTTG (Rencana Tata Tanam Global) Data Teknis Bendung 3.2 Langkah-Langkah Pengolahan Data Untuk melakukan perhitungan dalam studi diperlukan tahapantahapan dalam pengolahan yang dianalisa seperti pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Pengolahan Data No.
Analisa dan Perhitungan
Data yang diperlukan
Metode yang Digunakan
Keluaran
1.
Perhitungan Debit Andalan
Data debit intake 10 harian selama 5 tahun (2008-2012)
Metode Bulan Dasar Perencanaan ( Q80 )
Nilai debit andalan (liter/detik)
2.
Evaluasi tata tanam a. eksisting dan perhitungan kebutuhan air irigasi kondisi b. eksisting
a.Rencana Tata Tanam Global 20082012 b.Realisasi Tanam 10 harian selama 5 tahun (2008-2012)
a.Membandingkan besarnya intensitas tanam rencana dengan realisasi b. FPR-LPR
a.Evaluasi sebagai dasar penyusunan RTTG dengan meningkatkan intensitas tanam b. Rerata kebutuhan air eksisting (liter/detik) c. Nilai FPR
3.
Analisa pemberian dan pembagian air irigasi eksisting
a. Nilai debit andalan (liter/detik) c. Rerata kebutuhan air eksisting (liter/detik) d. Nilai FPR
Metode Faktor K dalam Neraca air eksisting (membandingkan antara Q yang tersedia dengan hasil perhitungan kebutuhan air)
Penentuan sistem pembagian air (rotasi atau terus-menerus)
4.
Rencana Pola Tanam
Rencana Tata Tanam Global 2012
Merencanakan Pola Tanam berdasarkan RTTG
Pola Tanam Rencana
Lanjutan Tabel 3 No. 5.
Analisa dan Perhitungan Perhitungan kebutuhan air rencana
Data yang Diperlukan a. Pola Tanam Rencana b. jenis tanaman
6.
Analisa pembagian air a. Nilai debit irigasi andalan (liter/detik) b. Kebutuhan air rencana Metode Konvensional dan SRI berdasarkan golongan (liter/detik)
7.
Analisa jadwal pemberian air irigasi
a. Hasil analisa neraca air b. Pola tanam rencana c. Q tersedia
8.
Pola Operasi Pintu Intake
a. Dimensi Pintu
Metode yang Digunakan Metode Konvensional dan SRI
Faktor K
Keluaran Kebutuhan air rencana Metode Konvensional dan SRI berdasarkan golongan (liter/detik) Kriteria pembagian air irigasi
Jadwal pemberian air irigasi
Metode Rating Curve
( ) b. Elevasi Pintu Intake c. Tinggi Muka Air (m) d. Tinggi Bukaan Pintu Eksisting (m)
Tinggi Bukaan Pintu (m)
Tabel 5. Perhitungan Debit Andalan Intake Pirang Kanan dalam liter/detik Q80 Periode I 210 Januari II 212 III 217 I 217 Februari II 203 III 233 I 221 Maret II 235 III 242 I 265 April II 279 III 266 I 261 Mei II 251 III 248 I 205 Juni II 220 III 200 Sumber : Hasil Perhitungan Bulan
Q80 194 197 194 168 170 191 179 158 155 156 160 175 90 113 120 107 144 202
Bulan
Periode I Juli II III I Agustus II III I September II III I Oktober II III I November II III I Desember II III
Sumber : Hasil Analisa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Debit Andalan Hasil perhitungan debit andalan dengan menggunakan Metode Bulan Dasar Perencanaan ( Q80 ) pada Tabel 4 untuk J.I. Pirang Kiri dan Tabel 5 untuk J.I. Pirang Kanan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Perhitungan Debit Andalan Intake Pirang Kiri dalam liter/detik Q80 Periode I 348 Januari II 351 III 358 I 360 Februari II 336 III 385 I 366 Maret II 389 III 401 I 439 April II 462 III 440 I 431 Mei II 416 III 410 I 339 Juni II 365 III 330 Sumber : Hasil Perhitungan Bulan
Bulan
Periode I Juli II III I Agustus II III I September II III I Oktober II III I November II III I Desember II III
Q80 321 326 322 278 282 315 295 262 254 258 264 290 149 187 199 178 239 334
4.2 Evaluasi Kondisi Eksisting a. Pencapaian Rerata Intensitas Tanam bila dibandingkan dengan RTTG ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Pencapaian Rerata Intensitas Tanam dibandingkan dengan RTTG Rencana 100 0 0 0 100
Real 99,773 0 0,227 0,226 100,226
Intensitas Tanam (%) MK I Rencana Real 37,120 96,0 62,880 0 0 0,227 0 0,228 100 96,435
100
99,773
37,120
Jenis Tanaman Padi Palawija dll Tembakau Tebu Intensitas Tanam Intensitas Tanam Padi Sumber : Hasil Analisa
MH
95,980
MK II Rencana Real 0 1,776 49,740 91,833 0 0,727 0 0,226 49,740 94,561 0
1,776
Jumlah (%) Rencana 137,120 112,621 0 0 249,740
Real 197,529 91,833 1,180 0,680 291,222
137,120
197,529
b. Nilai FPR J.I. Pirang selama 5 tahun (2008-2012) ditunjukkan pada Tabel 7 Tabel 7. Nilai FPR J.I. Pirang Pedoman Pemberian Air Musim Hujan Musim Kemarau I Musim Kemarau II Giliran
FPR (l/det) ha. Palawija Air kurang Air cukup Air memadai <0.06 0.06 - 0.12 >0.12 0,080 0,075 0,483 Perlu Mungkin Tidak
Sumber : Hasil Analisa
4.3 Pola Tanam Rencana Setelah memperhatikan evaluasi kondisi pola tanam eksisting selama 5tahun (2008-2012) periode tanam, maka pola tanam yang direncanakan adalah meningkatkan intensitas tanam padi rencana dengan mempertimbangkan pola tanam yang sesuai dengan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yaitu Padi Padi+Palawija - Padi+Palawija, seperti pada Tabel 8 untuk Pola Tanam Rencana J.I. Pirang Kiri dan Tabel 9 untuk Pola Tanam Rencana J.I. Pirang Kanan Tabel 8. Pola Tanam Rencana Jaringan Irigasi Pirang Kiri Rencana Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agt Sep Okt Intensitas Tanam (%) Musim Jenis (%) Tanam Tanaman Ha I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III Padi Total Luas Baku Sawah D.I. Pirang Kiri 819 Ha Padi 819 100,00 PL PL PL PL Padi PL PL 100 100,000 MH Palawija dll 0 0,00
4.4 Rencana Pembagian Air Pembagian blok golongan didasarkan kondisi topografi dan Bangunan Bagi agar memudahkan dalam pembagian dan pemberian air irigasi direncanakan seperti pada Gambar 1 berikut ini: SKEMA JARINGAN IRIGASI PIRANG BP.ki.14.ki 11
Bpki 14
Bpki 15
BP.ki.14.ka 6
519
63,37
MK I Palawija dll
300
PLPL PL PL PL PL
Bpki 12
BP.ki.11.ka 7
Bpki 10
BP.ki.10.ka 26
BP.ki.9.ki 3
BP.ki.8.ka 32 Bpki 8
119
GOLONGAN III
BP.ki.7.ka 84
Bpki 7
PL PL PL PL PL PL
BP.ki.5.ka.2 75 BP.ki.5.ka 28 BP.ki.4.ka 56
Bpki 4
MK II Palawija dll
700
BP.ki.2.ki 57
Padi 14,530 100,000
BP.ki.2.ka 11 BP.ki.1ka 4
JI. PIRANG KIRI
BP.ka.5.ki 27
BP.ka.4.ki 3 BP.ka.3.ki 25
BP.ki.3.ka 68
Bpki 2
Palawija
85,47
BP.ka.2.ki 80
Sumber : Hasil Analisa Keterangan : Padi Palawija
BP.ka.3.ka 84
Bpka 3
BP.ka.2.ka 52
Bpka 2
GOLONGAN I
Sal. Pirang Kanan
JI. PIRANG KANAN 495
Sumber Kunci
= A B
395
79,80
MK I Palawija dll
100
20,20
Padi
55
11,11
MK II 440
88,89
PLPL PL PL PL PL
Padi 79,798 100,000 Palawija
PL PL PL PL PL PL
Padi 11,111 100,000 Palawija
Total Sumber : Hasil Analisa Keterangan : Padi Palawija
BP.ka.4.ka 9
Bpka 4
Keterangan :
Rencana Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agt Sep Okt Intensitas Tanam (%) Musim Jenis (%) Tanam Tanaman Ha I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III Padi Total Luas Baku Sawah D.I. Pirang Kanan 495 Ha Padi 495 100,00 PL PL PL PL Padi PL PL 100 100,000 MH Palawija dll 0 0,00
Palawija dll
BP.ka.5.ka 26
Bpka 5
819
Sumber Pirang
Tabel 9. Pola Tanam Rencana Jaringan Irigasi Pirang Kanan
Padi
BP.ka.6.ka 87
Bpka 6
Bpka 1 Dam. Blimbing
177,900 300,000
BP.ka.7.ki 8
BP.ka.1.ki 33
Bpki 1
Total
Bpka 7
BP.ki.6.ka 5
Bpki 6
BP.ki.5.ki 126
GOLONGAN II
14,53
BP.ka.7.ki 61
BP.ki.7.ka 19
Bpki 3
Padi
Kemantren Bendo 495 Ha
Bpki 9
63,370 100,000 Palawija
36,63
BP.ki.16ka2 9
Bpki 11
BP.ki.4.ki 48
Padi
BP.ki.16.ka 22
BP.ki.12.ka 33
Bpki 5
Padi
BP.ki.15.ka 54
BP.ki.13.ka 35
Bpki 13
Kemantren Bangilan 819 Ha
Bpki 16
190,909 300,000
Ploting Area Padi MT II A B
= NAMA BANGUNAN = LUAS BAKU SAWAH (Ha)
Gambar 1. Skema Pembagian Golongan J.I. Pirang 4.5 Alternatif Pola Tanam Pada rencana pola tanam, penulis membuat dua alternatif. Pada Alternatif I, awal tanam untuk tiap Golongan (I,II,III) dibuat sama yaitu dimulai pada Bulan November. Pada Alternatif II, awal tanam untuk tiap Golongan (I,II,III) dibedakan. Untuk Golongan I awal tanam dimulai Bulan November periode I, untuk Golongan II awal tanam dimulai Bulan November periode III selanjutnya untuk Golongan
III awal tanam dimulai Bulan Desember I. 4.6 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Metode TerusMenerus (Konvensional) Nilai FPR dan LPR dalam perhitungan ini berdasarkan hasil evaluasi kriteria FPR-LPR Eksisting. Berikut adalah perhitungan kebutuhan air irigasi dengan Metode Konvensional pada J.I. Pirang Kanan (Tabel 10) dan pada J.I. Pirang Kiri (Tabel 11)
4.7 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Metode SRI (System of Rice Intensification) Untuk perhitungan kebutuhan air Metode SRI J.I. Pirang Kanan dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13 untuk perhitungan kebutuhan air Metode SRI J.I. Pirang Kiri Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Air Metode SRI J.I. Pirang Kanan Musim Uraian Tanam Luas Baku sawah Pirang Kanan 495 Ha Padi 100,00 % - Persemaian - Pengolahan Lahan I - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 0,00 %
Tabel 10. Perhitungan Kebutuhan Air Metode Konvensional J.I. Pirang Kanan Musim Uraian Tanam Luas Baku sawah Pirang Kanan 495 Ha Padi 100,00 % I - Pembibitan - Garap Tanah - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 0,00 % II Padi 79,80 % - Pembibitan - Garap Tanah - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 20,20 % III Padi 11,11 % - Pembibitan - Garap Tanah - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 88,89 % Sumber : Hasil Perhitungan
38,929 217,980 128,608 138,212 0,000
II
Padi 63,37 % - Pembibitan - Garap Tanah - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 36,63 %
Padi 14,53 % - Pembibitan III - Garap Tanah - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 85,47 % Sumber : Hasil Perhitungan
III
49,500 74250,000 3712,500 2970,000 0,000
0,573 859,375 42,969 34,375 0,000
Padi 79,80 % - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 20,20 %
39,500 59250,000 2962,500 2370,000 1500,000
0,457 685,764 34,288 27,431 17,361
Padi 11,11 % - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 88,89 %
5,500 8250,000 412,500 330,000 6600,000
0,064 95,486 4,774 3,819 76,389
Sumber : Hasil Perhitungan
29,123 163,072 96,213 103,398 8,407
26,115 146,228 86,275 92,717 229,066
Tabel 11. Perhitungan Kebutuhan Air Metode Konvensional J.I. Pirang Kiri Musim Uraian Tanam Luas Baku sawah Pirang Kiri 819 Ha Padi 100,00 % - Pembibitan - Garap Tanah I - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 0,00 %
II
Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt) Gol.I (495 Ha)
Kebutuhan Air Irigasi Gol.I (m3/hari) (lt/dt) (495 Ha) (495 Ha)
Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt) Gol.II Gol.III (473 Ha) (346 Ha) 37,199 208,292 122,892 132,070 0,000
27,211 152,366 89,896 96,609 0,000
22,100 123,745 73,009 78,462 14,566
16,166 90,519 53,407 57,395 10,655
32,632 182,723 107,806 115,857 218,885
23,871 133,662 78,861 84,750 160,115
Tabel 13. Perhitungan Kebutuhan Air Metode SRI J.I. Pirang Kiri Musim Uraian Tanam Luas Baku sawah Pirang Kiri 819 Ha Padi 100,00 % - Persemaian - Pengolahan Lahan I - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 0,00 %
II
III
Kebutuhan Air Irigasi (m3/hari) Gol.II Gol.III (473 Ha) (346 Ha)
Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt) Gol.II Gol.III (473 Ha) (346 Ha)
47,300 70950,000 3547,500 2838,000 0,000
34,600 51900,000 2595,000 2076,000 0,000
0,547 821,181 41,059 32,847 0,000
0,400 600,694 30,035 24,028 0,000
Padi 63,37 % - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 36,63 %
29,974 44960,989 2248,049 1798,440 2598,901
21,926 32889,011 1644,451 1315,560 1901,099
0,347 520,382 26,019 20,815 30,080
0,254 380,660 19,033 15,226 22,003
Padi 14,53 % - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 85,47 %
6,873 10308,974 515,449 412,359 48512,821
5,027 7541,026 377,051 301,641 4435,897
0,080 119,317 5,966 4,773 561,491
0,058 87,280 4,364 3,491 51,341
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari analisa perencanaan pola tanam tanam, maka penulis mencoba menggabungkan cara pemberian air Metode Konvensional dengan Metode SRI dalam satu pola tanam dengan memilih 29,79% petak tersier dibagian hulu J.I. Pirang Kiri dan 33,33% petak tersier di bagian hulu J.I. Pirang Kanan menggunakan Metode SRI. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 14 untuk kebutuhan air J.I. Pirang Kanan dan Tabel 15 untuk kebutuhan air J.I. Pirang Kiri
Tabel 16. Jadwal Pembagian Air Irigasi Metode Konvensional (Alternatif I)
Tabel 14. Kebutuhan Air dengan Metode Konvensional + SRI J.I. Pirang Kanan Musim Tanam
I
II
Uraian Luas Baku sawah Padi - Pembibitan - Garap Tanah
(Ha) 100,00 %
- Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll
0,00 %
Luas Baku sawah Padi - Pembibitan - Garap Tanah
(Ha) 79,80 %
Metode Metode Keb. Irigasi (lt/dt), Metode Konv. Keb. Irigasi (lt/dt), Metode SRI Total Keb. Air Irigasi Gol. I (lt/dt) Konvensional SRI Gol.I Gol.I 330 165 330 ha 165 ha 25,953 0,191 26,144 145,320 28,646 173,966 100,062 85,739 14,323 103,600 92,142 11,458 0,000 0,000 165 230 ha
165 ha 19,415 108,715 64,142 68,932 8,407
- Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll Luas Baku sawah Padi - Pembibitan III - Garap Tanah
20,20 % (Ha) 11,11 %
0,191 28,646 14,323 11,458
19,606 137,360 78,465 80,390 8,407
0,191 28,646 14,323 11,458
17,601 126,131 71,839 73,270 238,229
165 0 ha
165 ha 17,410 97,485 57,516 61,812 238,229
- Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll Sumber : Hasil Perhitungan
88,89 %
Tabel 15. Kebutuhan Air dengan Metode Konvensional + SRI J.I. Pirang Kiri Metode Metode Keb. Irigasi (lt/dt), Metode Konv. Keb. Irigasi (lt/dt), Metode SRI Total Keb. Air Total Keb. Air Konvensional SRI Gol.II Gol.III Gol.II Gol.III Irigasi Gol. II (lt/dt) Irigasi Gol. III (lt/dt) Luas Baku sawah (Ha) 229 346 244 0 Padi 100,00 % 575 ha 244 ha - Pembibitan 18,010 27,211 0,282 0,000 18,292 27,211 - Garap Tanah 100,843 152,366 42,361 0,000 143,204 152,366 I 80,678 89,896 - Pemeliharaan Fase Vegetatif 59,498 89,896 21,181 0,000 80,885 96,609 - Pemeliharaan Fase Generatif 63,941 96,609 16,944 0,000 Palawija dll 0,00 % 0,000 0,000 0,000 0,000
Musim Tanam
Uraian
Luas Baku sawah (Ha) Padi 63,37 % - Pembibitan II - Garap Tanah
244 275 ha
- Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 85,47 % Sumber : Hasil Perhitungan
0
244 ha 10,699 59,910 35,347 37,987 14,566
- Pemeliharaan Fase Vegetatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 36,63 % Luas Baku sawah (Ha) Padi 14,53 % - Pembibitan III - Garap Tanah
rotasi golongan. Jadwal pemberian air irigasi tiap musim tanam dapat dilihat pada Tabel 16
16,166 90,519 53,407 57,395 10,655
0,282 42,361 21,181 16,944 244
0 ha
0,000 0,000 0,000
10,982 102,271 56,528 54,931 14,566
16,166 90,519 53,407 57,395 10,655
16,081 130,825 73,374 73,036 218,885
0,000 0,000 0,000 0,000 160,115
4.9 Perhitungan Pola Operasi Pintu Intake Jaringan Irigasi Pirang Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas, dari beberapa metode yang digunakan, Metode Gabungan (Konvensional+SRI) pada Alternatif II yang terbaik digunakan di J.I. Pirang Kiri. Gambar 2 menunjukkan lengkung debit Intake Kiri dan Gambar 3 menunjukkan lengkung debit Intake Kanan.
0
244 ha 15,799 88,464 52,194 56,092 218,885
0,000 0,000 0,000 0,000 160,115
0,282 42,361 21,181 16,944
0,000 0,000 0,000
4.8 Perhitungan Jadwal Rotasi pada Jaringan Irigasi Pirang Jadwal rotasi dibuat berdasarkan hasil evaluasi neraca air dan pembagian air dan menurut hasil evaluasi pembagian air. Sebagai contoh, penulis akan membuat jadwal pada J.I. Pirang Kiri dari Metode Konvensional (Alternatif I) yang memerlukan jadwal
Gambar 3. Lengkung Debit Operasi Intake Kiri Bendung Pirang Sumber: Hasil Analisa
Gambar 4. Lengkung Debit Operasi Intake Kanan Bendung Pirang Sumber: Hasil Analisa V.
KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dari studi ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah: 1. Dari hasil evaluasi pada kondisi eksisting, rerata pencapaian intensitas tanam selama 5 tahun terakhir (2008-2012) sebagai berikut : Padi : 197,529 % Palawija : 91,833 % Tembakau : 1,180 % Tebu : 0,680 % Pada RTTG, rerata intensitas tanam kondisi real untuk tanaman padi sebesar 137,120 % dan palawija sebesar 112,621 %. Selain itu, pada RTTG tidak ada tanaman tembakau dan tebu. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian realisasi tanam dengan RTTG. 2. Berdasarkan hasil analisa, pada J.I. Pirang Kiri, metode yang paling besar prosentase pemberian air secara terus-menerus berdasarkan nilai Faktor K adalah Metode Konvensional+SRI. Pada Alternatif I sebesar 72,22% dan pada Alternatif II sebesar 100% . Pada J.I. Pirang Kanan, metode yang paling besar prosentase pemberian air secara terus-menerus adalah
Metode Konvensional+SRI sebesar 72,22%. 3. Dari hasil rekapitulasi, pada J.I. Pirang Kiri, Alternatif II lah yang bisa menghemat penggunaan air irigasi. Pada Alternatif II jika menggunakan Metode Konvensional+SRI dapat menghemat 38% dari Metode Konvensional saja. Namun, jika pilihan dijatuhkan pada Alternatif I, menggunakan Metode Konvensional+SRI hanya dapat menghemat 24% dari Metode Konvensional saja. Jika pada J.I. Pirang Kanan, penulis tidak membuat alternatif pada jaringan ini. Tetapi dilihat dari hasil rekapitulasi, Metode SRI lah yang lebih hemat 30% bila dibandingkan dengan Metode Konvensional saja. 4. Dalam rencana pola operasi intake J.I. Pirang, bukaan pintu disesuaikan dengan kebutuhan air irigasi rencana. Dari hasil analisa dan perhitungan, dengan kebutuhan air irigasi rencana pada Metode Konvensional+SRI (Alternatif II) didapat tinggi bukaan pintu sebesar 0,1 m – 0,35 m. Untuk J.I. Pirang Kanan, dengan kebutuhan air irigasi rencana pada Metode SRI didapat tinggi bukaan pintu sebesar 0,05 m – 0,35 m. VI. DAFTAR PUSTAKA Amrina, B.G. 2013. Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi Sebagai Rencana Sistem Pembagian Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi Jenggawah Kabupaten Jember. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Anonim. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayursayuran. Jakarta: Badan Pengendali Bimas Departemen Pertanian. Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01, Kriteria
Perencanaan Penunjang . Bandung: Ditjen. Pengairan Dep. PU Galang Persada. Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi KP-04, Kriteria Perencanaan Penunjang . Bandung: Ditjen. Pengairan Dep. PU Galang Persada Anonim. 2010. Laporan Akhir Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) Daerah Irigasi Pirang 1341 Ha Kabupaten Bojonegoro. UPT PSAWS Bengawan Solo. Bojonegoro: Dinas Pekerjaan Umum Pengairan. Anonim. 2010. Buku Saku Bappeda. Bojonegoro: Bappeda Kabupaten Bojonegoro. Anonim. 2013. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tahun 2013. Bidang Operasi dan Pemeliharaan. Surabaya: Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur. Anonim.2013.http://surososipil.files.wo rdpress.com/2008/09/irigasi1bab-2-jaringan-irigasi.pdf (diakses pada 19 September 2013). Anonim.2013.http://bojonegorokab.go.i d/kondisi-geografis/(diakses pada 19 September 2013) Budyastiti, G. R. 2011. Studi Pengaruh Pemberian Air Irigasi Berdasarkan Metode FPR dan Metode Pasten Serta Pengaruhnya Terhadap Pemberian Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Kalilanang Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang : Universitas Brawijaya. Guritno, B. 2011. Pola Tanam di Lahan Kering. Malang : UB Press Huda, M. N. 2012. Kajian Sistem Pemberian Air Irigasi sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten Malang. Studi Akhir tidak
dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan Air DI. Tibunangka dengan Sumur Renteng pada Sistem Suplesi Renggung. Tesis tidak dipubikasikan. Malang: UniversitasBrawijaya. Satria, Utama S. 1999. Studi Perencanaan Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Nglambangan, Kabupaten Bojonegoro. Studi Akhir tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Soewarno. 1995. Hidrologi (Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data jilid I). Nova. Bandung. Walujo, R. Hamudji. 1979. Perencanaan Jaringan Tersier. Bandung: Ditjen. Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.