TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI DESA BOLON KECAMATAN COLOMADU
Fitria Hayu Palupi, Luluk Nur Fakhidah, Uji Utami Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu, Karanganyar
Email :
[email protected]
ABSTRAK Kader kesehatan merupakan orang yang paling dekat dengan masyarakat, sehingga diperlukan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan. Keberadaan kader kesehatan sangat penting untuk melakukan pendeteksian tanda dan gejala tanda bahaya pada ibu hamil, sehingga ibu hamil mendapatkan prioritas dalam penanganan kegawatdaruratan kehamilan. Ada beberapa keadaan yang menambah tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat menetap tidak hilang, pandangan kabur, nyeri abdomen yang hebat, bengkak pada muka atau tangan dan bayi kurang bergerak seperti biasa. Oleh karena itu penting kiranya seorang kader dalam memahami tanda bahaya kehamilan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan di Desa Bolon. Metode penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan metode pendekatan Cross Sectional dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dengan subjek penelitian yaitu ibu kader kesehatan sebanyak 30 responden. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan di Desa Bolon, tergolong cukup sebanyak 20 responden (66,7%). Simpulan tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan di Desa Bolon, tergolong cukup sebanyak 20 responden (66,7%).
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Tanda Bahaya Kehamilan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
47
PENDAHULUAN Kader merupakan pembawa misi pembangunan kesehatan ditingkat paling bawah. Kader ini adalah kepanjangan tangan dari puskesmas atau Dinas Kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Seoarng kader kesehatan merupakan tenaga sukarelawan ini berasal dari masyarakat yang peduli terhadap kesehatan warga sekitarnya. Sampai saat ini kader kesehatan terkadang menjadi sumber rujukan bagi penanganan berbagai masalah kesehatan. Proses pendampingan memang dilakukan oleh bidan desa, namun demikian dalam menggerakkan masyarakat tidak terlepas dari peran kader sebagai orang yang membawa misi kesehatan serta terdekat dengan masyarakat. Proses pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan akan memiliki kendala, apabila tidak didukun peran aktif dari masyarakat itu sendiri. Kader kesehatan dikatakan berhasil dalam memfasilitasi proses pemberdayaan apabila diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu sebagai fasilitator harus terampil mengintegrasikan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Pengenalan kemungkinan terjadinya tanda bahaya kehamilan harus secara dini dan ditangani dengan benar oleh
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
kader kesehatan. Apabila kader kesehatan kurang mampu melakukan deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan, maka akan terjadi komplikasi yang lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi. Kematian tersebut merupakan dampak komplikasi kehamilan utama yaitu perdarahan, hipertensi, infeksi dan abortus. Banyak kematian neonatal merupakan akibat langsung penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk (Rochjati, 2003; WHO, 2004). Berdasarkan studi awal di Desa Bolon ditemukan hasil bahwa kader kesehatan telah mengikuti pelatihan tetapi dalam melakukan deteksi pada ibu hamil resiko tinggi belum dapat melakukan dengan baik. Pentingnya tingkat pengetahuan kader kesehatan menjadikan Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan kader kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Desa Bolon “ Adapun Tujuan Umum adalah mengetahui Tingkat Pengetahuan kader kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Desa Bolon Dan Tujuan Khusus Kader dapat mengenali tanda bahaya kehamilan dan Kader dapat mengetahui gejala klinis tanda bahaya kehamilan
BAHAN DAN METODE A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari hasil tahu setelah melakukan penginderaan melalui panca indra manusia yaitu 48
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang dimiliki seseorang dibutuhkan proses kognitif, sehingga terbentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam kawasan yang kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, memahami (comprehention) artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang materi yang diketahui, aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya), analisis (analysis) suatu kemampuan untuk menyebarkan materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen, sintesis (syntesis) suatu kemampuan untuk meletakan atau manghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan evaluasi (evaluation) kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau manggunakan kriteriakriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010). a. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara untuk memperoleh pengetahuan dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Cara coba-coba Dilakukan dangan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah. Apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba dangan kemungkinan lain. 2) Cara kekuasaan / otoriter
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengetahuan yang diperoleh dangan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Seperti pepatah mengatakan bahwa adalah guru yang terbaik. 4) Berdasarkan jalan pikiran / penalaran Baik melalui cara induksi maksudnya bahwa cara melahirkan tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat sesuatu kesimpulan. 5) Metode penelitian ilmiah Metode penelitian adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo 2010). Kader Kesehatan 1. Peran Kader. Dalam menggerakkan masyarakat perlu strategi dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan,
49
mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat dan mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka (transparan). Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya fasilitasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahun, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta kader yang ada dan hidup di masyarakat. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat di bidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya, kemudian merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar. Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan tidak memerintah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan mengoptimalkan kemampuan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
masyarakat dalam menemukan, merencanakan, dan memecahkan masalah. Pembinaan lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat setempat. menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokohtokoh masyarakat serta kader yang ada. Peran Kader dalam pengembangan desa siaga: a. Pelaku penggerakan masyarakat dalam 1) Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah. 2) Pengamatan sederhana berbasis masyarakat 3) Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan 4) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita b. Peran tambahan, membantu dalam : 1) Penanggulangan kegawatdaruratan sehari-hari 2) Penyiapan untuk menghadapi bencana 3) Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya Fungsi Kader a. Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan b. Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesehatan lingkungan, KIBB-Balita, Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dan lain -lain) c. Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak terhadap kesehatan
50
masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat). d. Pemecahan masalah bersama masyarakat 2. Peran Pendampingan Pendampingan perlu dilakukan karena kelompok merasa tidak mampu mengatasi permasalahan secara sendirian. Dengan pendampingan diharapkan kelompok mampu melakukan kegiatan pemecahan masalah itu bukan pendamping. Pendamping hanya berperan untuk memfasilitasi bagaimana memecahkan masalah secara bersama-sama dengan masayarakat, mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada implementasinya. Peran pendampingan hanya sebatas pada memberikan alternatifalternatif yang dapat diimplementasikan. Dan kelompok pendampingan dapat memilih alternatif mana yang sesuai untuk diambil. Pendamping perannya hanya sebatas memberikan pencerahan berfiki berdasarkan hubungan sebab akibat yang logis, artinya kelompok pendampingan disadarkan bahwa setiap alternatif yang diambil senantiasa ada konsekuensinya. Diharapkan konsekwensi tersebut bersifat positip terhadap kelompoknya. 3. Pendampingan Desa Siaga Kader kesehatan dikatakan berhasil dalam memfasilitasi proses pemberdayaan apabila diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu sebagai fasilitator harus terampil mengintegrasikan tiga hal penting
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan. Tanamkan kepercayaan pada masyarakat yang selanjutnya akan mengelola program. Apabila dilihat dari jangka waktu pendampingan, idealnya pendampingan dilaksanakan hanya sampai target masyarakat mampu mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak jatuh lagi. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran. Faktor – faktor yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terhadap tanda bahaya kehamilan : 1. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan. 2. Informasi Informasi tentang kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang kuat.
51
3.
Budaya Upaya deteksi dini seseorang juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan masyarakat bersama. 4. Sosial ekonomi Faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Ibu hamil dan pelayanan kesehatan 1. Kehamilan Masa kehamilan dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mangunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2002). 2. Primigravida Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Pusdiknakes, 2003). 3. Tanda bahaya kehamilan Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003). Tanda bahaya kehamilan Tanda-tanda ini jika tidak dilaporkan dapat menyebabkan kematian ibu. Setiap kunjungan antenatal harus diajarkan kepada ibu tentang bagaimana mengenali tanda bahaya kehamilan dan mendorongnya ibu untuk datang ketenaga kesehatan segera jika mengalami tanda tersebut. 1. Perdarahan pervaginam Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau pardarahan yang sangat menyakitkan. Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadangkadang, tatapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan ini bisa berarti plasenta previa (Pusdiknakes, 2003). Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 manggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan sebelum 28 minggu. Jika perdarahan terjadi ditempat yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan tersebut tidak mampu melakukan tindakan yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi (Mochtar, 1998; Rochjati, 2003). Penyebab kematian ibu hamil sering adalah akibat perdarahan. Perdarahan melalui jalan lahir pada kehamilan, persalinan dan nifas sering merupakan tanda bahaya yang dapat berakibat kematian ibu atau janin.
52
Biasanya terjadi perdarahan pada kehamilan sebelum 3 bulan bisa disebabkan oleh keguguran. Janin mungkin masih bisa diselamatkan, bila tidak, ibu perlu mendapat pertolongan medis agar kesehatannya terjaga. Ini disertai nyeri perut bawah yang hebat, pada ibu yang terlambat haid 1-2 bulan merupakan keadaan yang sangat berbahaya. Perdarahan pada kehamilan 7-9 bulan, meskipun hanya sedikit, tetap merupakan ancaman bagi ibu dan janin. Perdarahan yang banyak dalam waktu 1 jam setelah melahirkan sangat berbahaya dan menjadi penyebab kematian dalam waktu kurang dari 2 jam. Tanda bahaya lain adalah perdarahan pada masa nifas, yaitu dalam waktu 42 hari setelah melahirkan (Anonim, 2008). 2. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala selama kehamilan adalah umum dan sering kali termasuk ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang- kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003). 3. Pandangan kabur atau masalah visual Karena pengaruh hormonal, ketajaman visual ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang mangindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
pandangan kabur atau terbayangbayang atau berbintik-bintik. Perubahan visual ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat. Dan ini merupakan suatu tanda pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003). 4. Bengkak pada muka atau tangan Hampir separuh dari ibu- ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah istirahat atau meletakannya lebih tinggi. Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat dan diikuti dangan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemi, gagal jantung atau pereklampsia (Pusdiknakes, 2003). a. Anemia Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah lemas badan, lesu, lekas, lelah, mata berkunang- kunang dan jantung berdebar. Pengaruh anemi yaitu dapat menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dangan berat badan rendah dan persalinan premature (Rochjati, 2003). Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin (Hb) 12 – 15 gr%. Angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan Hb harus menjadi pemeriksaan rutin selama pengawasan antenatal (Mochtar, 1998). b. Gagal Jantung Keluhan yang dirasakan ibu hamil antara lain sesak nafas, jantung berdebar, dada terasa berat (kadang-
53
kadang nyeri), nadi cepat, kaki bengkak biasanya timbul diwaktu kerja berat, sedangkan pada payah jantung yang berat dirasa saat kerja ringan atau sedang beristirahat (Rochjati, 2003). c. Pre-eklampsia atau eklampsia Kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem atau pembengkakan terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi. d. Nyeri abdomen yang hebat Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak ektopik, aborsi, penyakit radang pelvic, persalinan preterm dan infeksi saluran kemih (Pusdiknakes, 2003). 5. Bayi kurang bergerak seperti biasa Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 dan ke-6, beberapa ibu dapat merasakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau istirahat dan jika ibu makan dan minum dangan baik (Pusdiknakes, 2003). Berkurangnya atau hilangnya pergerakan janin dapat merupakan suatu tanda gawat janin yang dapat berakhir dengan kematian janin. Karena itu ibu sebaiknya harus tahu dan mengerti cara menghitung pergerakan janin dalam satu hari dan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
segera kedokter jika menduga gerakan janin berkurang. a. Pemantauan gerakan janin harus sudah dimulai sejak awal, yakni sejak ibu merasa pergerakan janin, karna ibu sendirilah yang paling tahu dan mungkin mendeteksi kesehatan janinnya, biasakan memperhatikan gerakan janin setiap hari dan dianjurkan untuk memperhatikan pada malam hari, saat itu janin sedang “bangun”. b. “Fetal Kick Count”, menghitung tendangan janin, menghitung gerakan janin (Krisnadi, 2007). B. Metode Desain penelitian ini menggunakan deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel yang termasuk faktor resiko dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran pada saat sekali waktu antara faktor resiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007). Lokasi penelitian ini Januari September 2012 di Desa Bolon. Populasi dalam penelitian ini adalah kader kesehatan yang ada di Desa Bolon sejumlah 50 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kader kesehatna yang ada di desa Bolon. Sampel diambil dengan teknik simple Random Sampling . Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang kader kesehatan. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner. Kriteria penilaian untuk pertanyaan positif (favorable) skor 1 untuk jawaban (B), 0 untuk jawaban salah (S) dan untuk pertanyaan negatif (unfavorable) 1 untuk
54
jawaban salah (S) dan 0 untuk jawaban benar (B). Kuesioner ini diberikan alternatif dengan jawaban Benar (B) Salah (S). Pada penelitian ini tidak menggunakan teknik analisis data sedangkan metode pengolahan data yang digunakan yaitu dengan cara manual. Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1. Pengolahan Data a. Editing Memeriksa data yang dikumpulkan yaitu berupa pertanyaan dari kuesioner di dalam kegiatan editing terdapat kegiatan menjumlahkan. b. Coding Untuk mempermudah pengolahan sebaliknya semua variabel diberi kode terutama data klasifikasi. c. Scoring Pemberian nilai atau skor terhadap hasil kuesioner yang telah disebarkan dari setiap poin pertanyaan. d. Tabulating Merupakan proses pengolahan data yang telah didapatkan pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara manual (Budiarto, 2002). 2. Analisis Data Dalam menganalisis data, analisis data yang digunakan adalah dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian dan tingkat pengetahuan dengan kriteria : Baik, cukup,kurang. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Menghitung frekuensi dan distribusi dengan cara menghitung prosentase sebagai berikut :
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
f x100% n Keterangan: P : prosentase f : frekuensi kejadian n : jumlah sampel (Notoatmodjo, 2010) P
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari – September 2012. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jumlah soal 30 item. Pengumpulan data penelitian ini sebanyak 30 responden Kader Kesehatan di Desa Bolon. Distribusi Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Pengetahuan responden tentang tanda bahaya kehamilan diukur dengan skor jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan dan dikategorikan menjadi baik,cukup,kurang sehingga dapat ditabulasikan sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan kader kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan N Tingkat Jumlah Persent o Pengetah Respond ase (%) uan en 1. Baik 22 69,00 2. Cukup 10 31,00 3. Kurang 0 0 Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer, 2012 Diagram 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan kader kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan
55
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori baik tentang tanda bahaya kehamilan sebanyak 22 responden (69,00%), responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (31,00%) dan tidak ada kader yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan dengan kategori baik 22 responden (69,00%). Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori baik tentang tanda bahaya kehamilan sebanyak 22 responden (69,00%), responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (31,00%) dan tidak ada kader yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan dengan kategori baik 22 responden (69,00%). Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada kader kesehatan di desa Bolon, rerata kader kesehatan belum mengetahui bahwa anemia MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
pada ibu hamil dipengaruhi oleh asupan gizi ibu hamil. Selain itu responden juga kurang memahami bahwa tinggi badan ibu hamil yang kurang dari 145 cm dapat menjadi penyebab partus macet. Notoatmodjo berpendapat bahwa pengetahuan dapat terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan. Rerata tingkat pengetahuan Kader kesehatan di desa Bolon tentang Tanda bahaya kehamilan adalah baik, hal ini disebabkan kader kesehatan di Desa Bolon sangat aktif dalam kegiatan pengelolaan kesehatan ibu dan anak, serta aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak terutama dalam mengenal tanda bahaya pada kehamilan. Data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kader kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan di Desa Bolon dengan kategori baik sebanyak 22 responden (69,00%). Tingkat pengetahuan seseorang terhadap tanda bahaya kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan yang mendukung perilaku kader dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan, tingkat informasi dalam upaya deteksi dini seseorang yang rendah sehingga kurangnya memperoleh informasi, budaya karena terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan masyarakat bersama, sosial ekonomi keluarga yang kurang, umur biasanya dikaitkan dengan kematangan fisik dan psikis seseorang dan pekerjaan merupakan kedudukan seseorang dalam bekerja misalnya berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, buruh / karyawan atau pekerja yang
56
tidak dibayar (Notoatmodjo,2003 ; Syeh, 2008 ). SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang ” Tingkat Pengetahuan kader kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Desa Bolon ” dapat diketahui responden yang mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori baik tentang tanda bahaya kehamilan sebanyak 22 responden (69,00%), responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (31,00%) dan tidak ada kader yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan dengan kategori baik 22 responden (69,00%). B. Saran. Berdasarkan simpulan di atas maka dapat diambil saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kader kesehatan memiliki tingkat pengetahuan yang baik sehingga dapat melakukan deteksi dini lebih awal di masyarakat khususnya deteksi dini bagi ibu hamil. 2. Bagi petugas kesehatan khususnya Bidan perlu meningkatkan dalam memberikan penyuluhan tanda bahaya kehamilan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hal :195-6 ; 274. Budiarto, E. 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Masyarakat
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
Kesehatan. Jakarta : EGC. Hal : 228. Depkes, 2007. Menkes Luncurkan Proyek NICE. www.depkes.90.id/index.php?option _news&task_viewarticle&sld_448&i cemia=2-31k.19 Juni 2012. Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan progam SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hidayat Alimul, A,A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal : 28-9. Hurrock, E.B. 2004. Asuhan Pranatal dan Pasca Partum. http://elizabeth. wordpress.com.asuhanpranataldanpa scapartm. 20 Januari 2012. Krisnadi, 2007. Waspadai Tanda Tanda Bahaya Sebelum Persalinan. http://kafeperempuan. Com/newreplay.php?.19 Juni 2012. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 1, Edisi 2. Jakarta : EGC.Hal : 145. Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal : 124 Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal : 88-90. ______________. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta. Hal: 66-8. ______________. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal : 46. ______________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hal 13942.
57
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Antenatal. Jakarta. WHO- JHPIEGO. Hal :3; 91-2. Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 89; 125. Rochjati, 2003. Waspadai TandaTanda Bahaya Sebelum Persalinan. http://kafeperempuan.com_newrepla y.php?.19 Juni 2012 Sugiarso, 2006. Administrasi Gaji dan Upah. Tangerang. PT. Argo Media Pustaka. Hal: 49. Syeh, 2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http://Syehaceh.wordpress.com /2008/05/12/tanda bahaya kehamilan. 20 Januari 2012.
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
58