TINGKAT PENERIMAAN MEDIA VIDEO CONFERENCE DALAM PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTED MODEL (TAM) Syilvia Soviani Pendidikan Ilmu Komputer, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
Abstrak Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin merambah ke dunia pendidikan telah mengakibatkan terjadinya modernisasi pendidikan yang terkait dengan bagaimana kita belajar, kapan dan dimana kita belajar, saat ini mulai marak dilaksanakan pembelajaran jarak jauh. Salah satu teknologi yang muncul dalam dunia pendidikan sebagai media pembelajaran jarak jauh adalah video conference yang menjadi perantara antara guru dan siswa saat melakukan kegiatan belajar mengajar. Ketika video conference digunakan sebagai media pembelajaran jarak jauh maka perlu diketahui bagaimana tingkat penerimaan siswa sebagai pembelajar terhadap media tersebut. Untuk mengetahui tingkat penerimaan penggunaan media video conference dalam proses pembelajaran maka dilakukan penelitian dengan menggunakan Technology Accepted Model (TAM), untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan media tersebut. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Struktural Equation Model (SEM) menggunakan AMOS 18. Kata kunci : Pembelajaran jarak jauh, Video Conference, Technology Accepted Model (TAM), Structural Equation Model (SEM). dapat memungkinkan pemerataan pendidikan ke berbagai wilayah, apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas tentunya jika video conference dapat diterapkan dalam proses pembelajaran jarak dan waktu tidak akan lagi menjadi hambatan. Ketika sebuah teknologi atau media diterapkan dalam proses pembelajaran tentunya perlu diketahui bagaimana sikap dan perilaku yang dirasakan (penerimaan) siswa terhadap teknologi atau media yang digunakan saat mereka belajar. Penerimaan pengguna (siswa) akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi dari teknologi yang ada dalam hal ini video conference. Penelitian ini berisi tentang kajian perilaku pengguna dalam hal ini siswa terhadap penggunaan media video conference dalam proses pembelajaran. Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas X Sekolah Menengah Atas yang diberikan treatment belajar dengan menggunakan media video conference. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kerangka Technology Accepted Model (TAM). Uji statistik dilakukan dengan menggunakan metode Stuctural Equation Model (SEM) pada perangkat lunak AMOS 18.
1. Pendahuluan Berbagai teknologi dirancang dan dibuat untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan, hal tersebut berdampak pada terjadinya modernisasi pendidikan yang terkait dengan bagaimana kita belajar, apa yang kita pelajari, serta kapan dan dimana kita belajar (Resnick, 2002). Seperti yang diungkapkan Rosenberg (2001) perkembangan TIK telah menyebabkan lima pergeseran dalam proses pembelajaran, dari pelatihan ke penampilan, dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, dari kertas ke on line atau saluran, fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dari waktu siklus ke waktu nyata. Proses pembelajaran tidak lagi terbatas jarak dan waktu juga tidak terpaku pada keberadaan pengajar dan pembelajar yang harus berada dalam satu ruang dan tempat yang sama. Oleh karena itu proses pembelajaran jarak jauh pun bukan lagi hal asing dalam dunia pendidikan. Salah satu produk teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran jarak jauh adalah video conference atau dikenal juga dengan video teleconference yakni suatu teknologi multimedia videobroadcasting yang dapat memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif antara suatu pihak dengan pihak lain di tempat yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Keberadaan media video conference 1
Video conference dapat menghemat waktu, tempat, dan tenaga, serta menghindarkan segala resiko yang bisa terjadi setiap saat.
2. Landasan Teori 2.1 Pendidikan Jarak Jauh Menurut De Anza College San Franscison oleh Watkinss (1993) pendidikan jarak jauh berarti proses belajar mengajar yang diadakan terpisah antara pengajar atau instruktur dan siswa selama proses pengajaran. Pendidikan jarak jauh merupakan metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar dengan pengajar (Mackenzie, Christense, dan Rigby). Korespondensi berperan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar dengan pengajar dengan karakteristik pembelajar dan pengajar bekerja secara terpisah, namun keduanya dipersatukan dengan korespondensi ini sehingga terjadi interaksi antara pengajar dan pembelajar. Karena lokasi pengajar dan pembelajar terpisah maka kegiatan belajar mengajar harus dilakukan dengan menggunakan media, seperti media cetak, elektronik, mekanis dan peralatan lainnya Pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat mengatasi masalah kesenjangan pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi dalam bidang pendidikan yang disebabkan oleh berbagai hambatan seperti jarak, tempat, dan waktu. Kemajuan pembelajaran jarak jauh dapat memungkinkan terjangkaunya pendidikan oleh seluruh lapisan masyarakat yang tinggal di berbagai tempat baik di kota maupun di desa, sistem pembelajaran jarak jauh merupakan suatu alternative pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan
2.3 Technology Accepted Model Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, TAM diperkenalkan pertama kali oleh Fred Davis pada tahun 1986. TAM merupakan hasil pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA), yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada 1980. TRA menjelaskan tingkah laku manusia secara nyata sebagai hasil pengaruh dua kategori kepercayaan yang signifikan - yaitu tingkah laku (behavioral) dan normatif (normative), (Tery, 1993: 207). TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance) pengguna terhadap suatu teknologi atau sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu teknologi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari pengguna/user suatu teknologi atau sistem informasi. Hubungan antar konstruksi dalam TAM dapat dilihat pada gambar berikut : Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) PU
2.2 Video Conference Video conference merupakan seperangkat teknologi telekomunikasi interaktif yang memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi berbeda dapat berinteraksi melalui pengiriman dua arah audio dan video secara bersamaan. Teknologi inti yang digunakan dalam konferensi video adalah sistem kompresi digital audio dan video stream secara nyata. Komponen lain yang dibutuhkan untuk sistem konferensi video meliputi: a. Video input: kamera video atau webcam b. Video output: monitor komputer, televisi atau proyektor c. Audio input: mikrofon d. Audio output: biasanya pengeras suara yang berkaitan dengan perangkat layar atau telepon e. Data transfer: jaringan telepon analog atau digital, LAN atau Internet
Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Easy to Use) PEOU
Sikap terhadap penggunaan teknologi (Attitude Towards Using Technology ) ATU
Minat perilaku menggunakan teknologi (Behavioral Intention to Uses) BITU
Penggunaan teknologi sesungguhnya (Actual Technologi Use) ATU
Gambar 2.1 Technology Accepted Model (TAM) 1. Perceived Ease of Use (PEOU) Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa suatu teknologi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan.
2
2. Perceived Usefulness (PU) Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. 3. Attitude Toward Using (ATU) Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan teknologi yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaan atau aktivitasnya. 4. Behavioral Intention to Use (BITU) Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan teknologi pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya motivasi untuk tetap menggunakan serta keinginan untuk memotivasi 5. Actual Use (AU) Actual Use adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Hal ini terlihat dari kepuasan seseorang dalam menggunakan teknologi dimana mereka akan meyakini bahwa teknologi tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka. Jika diterapkan dalam waktu yang lama maka dapat dilihat pula dari frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi tersebut.
3.1 Instrumen Penelitian Variabel penelitian terdiri dari : a. Konstruk Eksogenous (Exogenous Constructs) Konstruk ini dikenal sebagai sources variables atau independen variabel yang tidak diprediksi arau dipengaruhi oleh variabel yang lain dalam model. Pada penelitian ini konstruk eksogenous meliputi Perceived Ease of Use (PEOU) yaitu suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa sebuah teknologi dapat dengan mudah digunakan. b. Konstruk Endogen (Endogenous Constructs) Adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada penelitian ini konstruk endogen meliputi Perceived Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU), Behavioral Intention To Use (BITU) dan Actual Use (AU). Berdasarkan variable laten yang dikembangkan dari teori maka terbentuk model teoritis seperti yang dijelaskan berikut ini : 1. Perceived Ease of Use (PEOU) meliputi : Fleksibilitas penggunaan video conference (X1) Video conference mudah untuk dipelajari/dipahami (X2) Video conference mudah untuk digunakan (X3) Kemudahan untuk berinteraksi saat menggunakan video conference (X4) 2. Perceived Usefulness (PU) meliputi : Video conference mempertinggi efektivitas (Y1) Video conference memberikan apa yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran (Y2) Video conference meningkatkan kinerja (Y3) Video conference meningkatkan efisiensi (Y4) 3. Attitude Toward Using (ATU) meliputi : Rasa penerimaan terhadap penggunaan video conference (Y5) Rasa pemolakan terhadap penggunaan video conference (Y6) 4. Behavioral Intention to Use (BITU) meliputi : Motivasi untuk tetap menggunakan video conference (Y7) Motivasi ke sesama pengguna video conference (Y8)
2.4 Structural Equation Model (SEM) Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis multivariat yang dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas dalam penelitian statistik. Model-model yang dimaksud diantaranya adalah regression analysis (analisis regresi), path analysi (analisis jalur), dan confirmatory factor analysis (analisis faktor konfirmatori) (Hox dan Bechger, 1998). Menurut Widodo (2006) SEM tidak digunakan untuk menghasilkan model namun untuk mengkonfirmasi suatu bentuk model, hubungan kausalitas diantara variabel tidak ditentukan oleh SEM, namun dibangun oleh teori yang mendukungnya, SEM tidak digunakan untuk menyatakan suatu hubungan kausalitas, namun untuk menerima atau menolak hubungan sebab akibat secara teoritis melalui uji data empiris, studi yang mendalam mengenai teori yang berkaitan menjadi model dasar untuk pengujian aplikasi SEM. 3. Metodologi Penelitian 3
5. Actual Use (AU) meliputi kepuasan penggunaan video conference (Y9) Hipotesis umum dari penelitian ini adalah : Faktor-faktor dari model penerimaan yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pengguna media video conference. Pengembangan hipotesis berdasarkan kostruksikonstruksi yang ada adalah sebagai berikut : Hipotesis 1 H1,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU) H1,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU)
5. 6.
Evaluasi Asumsi dan Kesesuaian model Interpretasi dan modifikasi model
4. Analisis dan Interpretasi Observed, endogenous variables dalam model ini antara lain X1, X2, X3, X4, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7, Y8, Y9. Unobserved, endogenous variablesnya terdiri dari PU, ATU, BITU dan AU. Serta Unobserved, exogenous variablesnya terdiri dari e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8, e9, e10, e11, e12, e13, e14, e15, e16, dan e17. Hasil perhitungan model awal menunjukkan masih terdapat data yang memiliki nilai Probabilitas (P) yaitu P1 atau P2 < 0.05 atau mengalami outlier sehingga perlu dilakukan pembersihan data sampai memenuhi syarat ketentuan normalitas data yakni -2.58 < c.r <2.58. Setelah data yang mengalami outlier dibuang uji normalitas data dinyatakan data terdistribusi normal dengan nilai c.r (critical ratio) sebesar 0.315. Dari proses perhitungan komputasi diperoleh nilai-nilai goodness of fit seperti yang tertera pada diagram berikut :
Hipotesis 2 H2,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) H2,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) Hipotesis 3 H3,1 = persepsi kegunaan (PU) berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) H3,0 = persepsi kegunaan (PU) tidak berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) Hipotesis 4 H4,1 = sikap penggunaan (ATU) berpengaruh terhadap minat penggunaan (BITU) H4,0 = sikap penggunaan (ATU) tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan (BITU) Hipotesis 5 H5,1 = sikap penggunaan (BITU) berpengaruh terhadap minat penggunaan (AU) H5,0 = sikap penggunaan (BITU) tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan (AU) Model yang digunakan adalah model yang terdapat pada gambar 2.1, sample dari penelitian ini sebanyak 36 orang siswa yang belajar dengan menggunakan media video conference. 3.2 Teknik Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan metode Structural Equation Model dengan menggunakan perangkat lunak (software) AMOS 18, berikut ini tahapan prosesnya, (Widodo, 2006) : 1. Pengembangan model berdasarkan teori 2. Pengembangan diagram lintasan (path diagram) 3. Pemilihan data input dan teknik estimasi 4. Evaluasi masalah identifikasi model
Gambar 3.1 Model awal penerimaan teknologi video conference setelah dihitung Hasil uji kesesuaian model menunjukkan bahwa model yang direncanakan belum fit. Nilai Chi Square, Probabilitas, CMIN/DF, GFI, RMSEA, AGFI, TLI dan CFI yang dihasilkan belum memenuhi kriteria 4
Goodness of Fit atau nilai acuan persamaan model struktural yang ditetapkan. Nilai Probabilitas model sebesar 0.000, CMIN/DF sebesar 2,400 masih lebih besar dari 2,00. Nilai GFI sebesar 0,601 masih belum mendekati 1, nilai AGFI sebesar 0,522 masih belum mendekati 1, nilai RMSEA sebesar 0,203 masih lebih dari 0,08, nilai TLI sebesar 0,456 masih belum mendekati 1 dan nilai CFI sebesar 0,470 masih belum mendekati 1. Karena model belum fit maka dilakukan modifikasi berdasarkan modification indices yang diberikan AMOS. Berikut ini hasil perhitungan komputesi setelah model dimodifikasi :
Gambar 3.3 Model Penerimaan hasil modifikasi ke-2 Perubahan yang dilakukan membuat observed variable menjadi X1, X2, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7, Y8. Unobserved variable untuk variable endogen (terikat) tetap PU, ATU, BITU, AU. Dan Unobserved variable untuk variable eksogen (bebas) yaitu e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8, e9, e10, e11, e12, e13, e14. Setelah data terbebas dari data yang outlier hasil uji normalitas data menunjukkan nilai -0,792 yang berarti data terdistribusi normal. Hasil dari perhitungan menghasilkan nilai dan diagram berikut :
Gambar 3.2 Modifikasi 1 model lengkap penerimaan teknologi video conference Model modifikasi 1 ini juga belum fit sehingga dilakukan modifiasi yang signifikan terhadap model tersebut berdasarkan kecenderungan modification indices yang muncul. Model modikasi tersebut adalah :
5
Sampai pada tahap ini modifikasi tidak dapat lagi dilakukan meskipun modification indices masih mengindikasinya beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memodifikasi model, jika modifikasi tetap dilakukan maka matriks covarian e5, e6, dan e8 akan kembali menjadi tidak positif, jika memodifikasi melalui pembuatan keterhubungan antarvariable maka nilai TLI dan CFI akan menjadi buruk > 1, serta nilai RSMEA menjadi 0,000. Berdasarkan uji kesesuaian model, model penerimaan video conference modifikasi ke-4 sudah fit secara baik dengan nilai yang sudah sesuai dengan nilai acuan persamaan model struktural seperti yang diringkas dalam tabel berikut : Tabel 3.1 Hasil Goodness of Fit Model Evaluasi Indeks Cut off Value Hasil Model Chi Square Mendekati 0 39,503 Marginal Probability ≥ 0,05 0,359 Baik CMIN/DF ≤ 2,00 1,068 Baik GFI Mendekati 1 0,816 Baik AGFI Mendekati 1 0,726 Baik RMSEA ≤ 0,08 0,021 Baik TLI Mendekati 1 0,975 Baik CFI Mendekati 1 0,980 Baik Hasil uji model modifikasi ini lebih baik dibandingkan model awal, sehingga model ini lah yang diterima sebagai model penerimaan penggunaan video conference dalam proses pembelajaran.
Gambar 3.4 Model penerimaan video conference hasil modifikasi ke-3 Model masih memiliki nilai Probabilitas, CMIN/DF, GFI, AGFI, RSMEA, TLI dan CFI yang tidak sesuai standar maka modifikasi dilakukan kembali berdasarkan Modification Indices yang dihasilkan AMOS. Sehingga menghasilkan diagram berikut :
Uji Kesahihan Konvergen Tabel 3.2 Bobot regresi pada faktor Estimate S.E. C.R. P x1 <--- peou 1.000 x2 <--- peou .741 .230 3.216 .001 y1 <--- pu 1.000 y2 <--- pu .746 .228 3.266 .001 y3 <--- atu 1.000 y4 <--- atu -.800 .161 -4.968 *** y5 <--- bitu 1.000 y6 <--- bitu .929 .143 6.500 *** y7 <--- au .536 .232 2.310 .021 y8 <--- au .813 .348 2.333 .020 Nilai bobot regresi menunjukkan bahwa nilai nadir (critical ratio) untuk sembilan indikator yang ada lebih besar dari dua kali standar kesalahan (standar error) yang berarti butir-butir tersebut shaih terhadap variabel penelitian. Hanya terdapat satu buah variabel
Gambar 3.5 Model penerimaan video conference modifikasi ke-4 6
yang tidak sahih karena nilainya tidak lebih besar dari dua kali standar kesalahan (standar error).
penggunaan teknologi (ATU) Minat perilaku menggunakan teknologi (BITU) Minat perilaku 0,497 0,000 0,497 menggunakan teknologi (BITU) Penggunaan teknologi seseungguhnya (AU) Nilai utama yang akan digunakan untuk mengetahui faktor penerimaan dalam model ini adalah efek langsung (direct effect) yang tertera pada gambar diagram, karena nilai tersebut menggambarkan kisaran keterkaitan suatu variable secara langsung.Berdasarkan nilai efek langsung yang dihasilkan faktor atau konstruksi yang secara langsung berkaitan dengan persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) adalah persepsi kegunaan (PU) dan penggunaan sesungguhnya (AU). Keterkaitan lain yang terjadi adalah antara faktor persepsi kegunaan (PU) dengan faktor Sikap terhadap penggunaan teknologi (ATU), dengan faktor Sikap terhadap penggunaan teknologi (ATU) dengan faktor minat perilaku menggunakan teknologi (BITU), serta faktor minat perilaku menggunakan teknologi (BITU) dengan faktor penggunaan sesungguhnya (AU). Sementara itu faktor Sikap terhadap penggunaan teknologi (ATU) dan faktor minat perilaku menggunakan teknologi (BITU) hanya memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap faktor persepsi kemudahan penggunaan (PEOU).
Analisis Model Grafis Besarnya pengaruh masing-masing variabel laten secara langsung (standardized direct effect) maupun tidak langsung (standardized indirect effect) serta efek total (standardized total effect) yang diringkas dalam tabel berikut : Tabel 3.3 Efek langsung, efek tidak langsung dan efek total Efek Efek tidak Efek Variabel langsung langsung total Persepsi 0,821 0,000 0.821 kemudahahan penggunaan (PEOU) Persepsi kegunaan (PU) Persepsi 0,141 0,547 0,688 kemudahahan penggunaan (PEOU) Sikap terhadap penggunaan teknologi (ATU) Persepsi -0,079 0,431 0,352 kemudahahan penggunaan (PEOU) Minat perilaku menggunakan teknologi (BITU) Persepsi 0,609 0,175 0,784 kemudahahan penggunaan (PEOU) Penggunaan teknologi seseungguhnya (AU) Persepsi 0,667 0,000 0,667 kegunaan (PU) Sikap terhadap penggunaan teknologi (ATU) Sikap terhadap 0,627 0,000 0,627
Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi penelitian saat pembelajaran dengan menggunakan media video conference kondisi kelas saat pembelajaran bisa dikatakan kondusif, dan proses pembelajaran berjalan lancar. Gambar dan suara dapat diterima dengan jelas guru dan siswa dapat berkomuniksi dengan baik. Uji Hipotesis Hipotesis 1 H1,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU) H1,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU) 7
Nilai keterkaitan antara PEOU dengan PU adalah sebesar 0,821 > 0.5 berarti H1,1 diterima dan H1,0 ditolak.
empat dari lima hipotesis yang ada diterima dan satu hipotesis ditolak. Hal ini berarti hipotesis umum dari penelitian ini ditolak karena ternyata tidak semua faktor-faktor dari model penerimaan yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pengguna media video conference. Dari model yang telah fit dapat disimpulkan bahwa kondisi nyata penggunaan media video converence dalam proses pembelajaran jarak jauh yang diinterpretasikan oleh variabel penggunaan sesungguhnya (AU) dipengaruhi oleh dua hal yakni persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) dan minat perilaku menggunakan teknologi (BITU). Dari hasil perhitungan yang ditampilkan dalam diagram diketahui tingkat penerimaan siswa terhadap penggunaan video conference dalam proses pembelajaran adalah sebesar 85%, motivasi siswa untuk tetap menggunakan media video conference sebesar 77% dan kepuasan siswa saat menggunakan media video conference yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 79%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa video conference diterima dengan baik oleh siswa sebagai media untuk pembelajaran jarak jauh, tetapi motivasi dan kepuasan siswa dalam menggunakan media tersebut masih kurang sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas dari media video conference yang digunakan.
Hipotesis 2 H2,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) H2,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) Nilai keterkaitan antara PEOU dengan ATU adalah sebesar 0,141 < 0.5 berarti H2,1 ditolak dan H2,0 diterima. Hipotesis 3 H3,1 = persepsi kegunaan (PU) berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) H3,0 = persepsi kegunaan (PU) tidak berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU) Nilai keterkaitan antara PU dengan ATU adalah sebesar 0,667 > 0.5 berarti H3,1 diterima dan H3,0 ditolak. Hipotesis 4 H4,1 = sikap penggunaan (ATU) berpengaruh terhadap minat penggunaan (BITU) H4,0 = sikap penggunaan (ATU) tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan (BITU) Nilai keterkaitan antara ATU dengan BITU adalah sebesar 0,627 < 0.5 berarti H4,1 diterima dan dan H4,0 ditolak.
5. Penutup 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal penting yang dapat disimpulkan, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan penggunaan video conference adalah faktor persepsi kemudahaan penggunaan (Perceived easy of use/PEOU), faktor persepsi kegunaan (perceived usefullness/PU), faktor sikap terhadap penggunaan teknologi (attitude towards using/ATU), dan faktor minat perilaku penggunaan teknologi (behavioural intention to use/BITU). a. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap kondisi nyata (actual use/AU) dari penggunaa media video conference adalah persepsi kemudahan penggunaan (Perceived easy of use/PEOU) dan minat perilaku menggunakan teknologi (behavioural intention to use/BITU). b. Untuk meningkatkan penerimaan siswa terhadap penggunaan media video conference
Hipotesis 5 H5,1 = sikap penggunaan (BITU) berpengaruh terhadap minat penggunaan (AU) H5,0 = sikap penggunaan (BITU) tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan (AU) Nilai keterkaitan antara BITU dengan AU adalah sebesar 0,50 > 0.5 berarti H5,1 diterima dan dan H5,0 ditolak. Selain itu ditemukan keterkaitan lain yakni antara variabel persepsi kemudahan (PEOU) dengan penggunaan sesungguhnya (AU) dengan nilai efek langsung sebesar 0,61 > 0,5. Meskipun telah dibuat keterkaitan langsung antara variable persepsi kemudahan (PEOU) dengan variable sikap penggunaan (BITU) tetapi ternyata BITU tidak memberikan pengaruh langsung yang signifikan terhadap PEOU, yakni senilai -0,079 < 0.5. Berdasarkan hasil perhitungan komputasi dengan menggunakan software AMOS serta analisis yang dilakukan terhadap hasil perhitungan tersebut 8
dalam proses pembelajaran jarak jauh maka perlu dilakukan peningkatan kemudahan penggunaan media video converence serta minat siswa untuk menggunakan media tersebut. 2. Faktor-faktor yang berhubungan atau berpengaruh secara signifikan berdasarkan model fit adalah antara faktor persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Easy of Use) terhadap faktor persepsi kegunaan (Perceived Usefullness), faktor persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Easy of Use) terhadap faktor penggunaan teknologi sesungguhnya (Actual Use), faktor persepsi kegunaan (Perceived Usefullness) terhadap faktor sikap terhadap penggunaan teknologi (Attitude Towards Using), faktor sikap terhadap penggunaan teknologi (Attitude Towards Using) terhadap faktor minat perilaku menggunakan teknologi (Behavioural Intention to Use), dan minat perilaku menggunakan teknologi (Behavioural Intention to Use) terhadap faktor penggunaan teknologi sesungguhnya (Actual Use). a. Penerimaan penggunaan video conference dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh adanya keterkaitan antara faktor minat perilaku penggunaan teknologi, sikap terhadap penggunaan teknologi, persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan dari teknologi video conference tersebut. b. Media video conference akan diterima dengan baik oleh siswa apabila siswa memiliki keinginan untuk menggunakan media dan memotivasi rekannya untuk belajar dengan baik saat menggunakan media tersebut, motivasi ini akan dipengaruhi oleh rasa penerimaan dan penolakan yang muncul terkait dengan kemampuan media untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran serta memberikan apa yang dibutuhkan siswa saat belajar di kelas. c. Keterkaitan lain menunjukkan bahwa penggunaan media video conference juga dipengaruhi oleh fleksibilitas media, kemudahan media untuk dipahami dan digunakan serta kemampuan media untuk memberikan kemudahan interaksi dan komunikasi langsung antara guru dan siswa meskipun keduanya berada di tempat yang berbeda.
5.2 Saran 1.
2.
3.
4.
5.
6.
9
Media video conference yang digunakan dalam proses pembelajaran haruslah mudah untuk digunakan agar siswa maupun guru tidak merasa ribet saat menggunakan media tersebut dan siswa dapat belajar dengan nyaman tanpa merasa risih. Minat siswa terhadap penggunaan video conference dapat ditingkatkan dengan memberikan siswa berbagai manfaat dan kemudahan dalam menerima materi pelajaran, memahami instruksi yang disampaikan pengajar dan berkomunikasi dengan pengajar. Bagi pihak sekolah atau lembaga yang menggunakan media video conference direkomendasikan untuk lebih memperhatikan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengoperasikan media tersebut dengan menyesuaikan spesifikasi komputer server, komputer client dan bandwidthnya. Bagi guru yang mengajar direkomendasikan agar tetap bersikap komunikatif dengan siswa, peka dan menguasai keadaan kelas melalui video yang ia terima dari ruang siswa agar siswa tetap merasa dibimbing dan diawasi gurunya, menggunakan metode penyampaian materi yang lebih jelas dan menarik, serta menghadirkan seorang guru pendamping untuk memantau keadaan siswa di dalam kelas secara langsung. Bagi pengembang software media video conference perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut berkaitan dengan kemudahan dalam proses instalasi software, kemudahan penggunaan fitur-fitur software, kelengkapan fitur-fitur yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran serta kestabilan software pada saat digunakan agar teknologi video conference ini menjadi media yang benar-benar memudahkan proses pemerataan jangkauan pendidikan ke berbagai daerah. Bagi peneliti kajian di bidang ini selanjutnya penulis merekomendasikan untuk merancang dan menguji model penerimaan baru yang dibangun dari konstruksi dasar Technology Accepted Model (TAM) ditambah dengan
konstruksi/faktor lain yang menurut peneliti berpengaruh dan memiliki dasar teori yang menjadi alasan kuat ditambahkannya konstruksi atau faktor tersebut.
Munir.Dr. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta. Munir.Dr. (2009). Penggunaan Learning Manajement System (LMS) di Perguruan Tinggi : Studi Kasus di Universitas Pendidikan Indonesia. Yogyakarta : Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY & LPM Universitas Negeri Yogyakarta. Munir.Dr. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta. Prasetyo Bambang, Jannah M. Lina. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali Pers. Wibowo Arief. (2008). Kajian tentang perilaku pengguna sistem informasi Dengan pendekatan technology acceptance model (tam). [online]. http://peneliti.bl.ac.id/wpcontent/uploads/2008/0 2/arif+wibowo.pdf. [2 Juni 2010] Wijaya Toni. (2009). Analisis Structural Equation Modeling Menggunakan AMOS. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Wijaya Wisnu Stevanus. (2010) Kajian Teoritis Technology Acceptance Model Sebagai Model Pendekatan Untuk Menentukan Strategi Mendorong Kemauan Pengguna Dalam Menggunakan Teknologi Informasi Dan komunikasi.
[email protected] Yuadi Imam. (2010). Analisis Technology Acceptance Model terhadap Perpustakaan Digital dengan Structural Equation Modeling. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Zenever Sisilia. (2010). Implementasi Penggunaan Dan Pemanfaatan Video Conference Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Indonesia. Bandarlampung.
Daftar Pustaka __ Konferensi video. http:// www.Wikipedia.com. [7 Juni 2010] __Pengertian Interaksi Manusia-Komputer. http:// www.Wikipedia.com. [7 Juni 2010] __Pengenalan Path Analysis & SEM. (2009). [online]. http://leoriset.blogspot.com/2009/07/pengenalanpath-analysis-sem. [2 Juli 2010] Andriyani Dwi. S.ST. (2010). Pengenalan Structural Equation Modeling. [online]. http://www.infoskripsi.com/Theory/StructuralEquation-Modelling-SEM. [2 Juni 2010] Budi. (2010). Sekilas Tentang Technology Acceptance Model (Tam). [online]. http://www.google.co.id/search?q=langkahlangkah+metode+TAM&ie=utf-8&oe=utf. [2 Juni 2010] Hermawan Arif. (2010). Pengembangan Model Penerimaan Penggunaan Internet Mahasiswa Program Studi Manajeman Informatika DIII Universitas Teknologi Yogyakarta. Yogyakarta : Yogyakarta University of Technology. Malhotra Yogesh, Galletta F. Dennis. (1999). Extending the Technology Acceptance Model to Account for Social. Hawaii International Conference on System Sciences. University of Pittsburgh & BRINT Research Institute. Marzuki, C. 1999. Metodologi Riset. Jakarta: Erlangga.
10