Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 370
TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI ANGGOTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMK NEGERI 1 CANGKRINGAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SOCIAL MATURITY LEVEL OF THE MEMBERS OF EXTRACURRICULAR ACTIVITIES IN CLASS XI AT STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL 1 CANGKRINGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh: Ari WIbowo, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan sosial siswa pada kelas XI anggota kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1 Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan jenis penelitian survei. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian skala. Subyek penelitian ini adalah 72 siswa kelas XI anggota kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1 Cangkringan, Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan sosial pada siswa kelas XI anggota kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1 Cangkringan berada dalam kategori tinggi dengan rata-rata 78%. Hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh penyesuaian diri yang baik dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang baik. Kata kunci: Kematangan Sosial, Ekstrakurikuler Abstract This research aims to determine the social maturity level of the members of extracurricular activities of class XI at State Vocational High School 1 Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. The research uses descriptive quantitative methods using survey containing scales filled by the respondents. The subjects of this study were 72 class of XI students who were members of extracurricular activities at the State Vocational High School 1 Cangkringan, Sleman. The results show the high level of social maturity among the class of XI students who were members of the extracurricular activities at State Vocational High School 1 Cangkringan, with the average of 78%. The results caused by good self adjusment and well implementation extracurricular activities. Keyword: Social Maturity, Extracurricular pelaksanaannya. Jadwal
PENDAHULUAN Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah
waktu
kegiatan
ekstrakurikuler diatur sedemikian rupa sehingga
satu kegiatan yang dilaksanakan di lembaga
tidak
satuan pendidikan guna menunjang prestasi
kurikuler atau dapat menyebabkan gangguan
siswa bersamaan dengan kegiatan ko kurikuler
bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan
dan intrakurikuler. Satuan pendidikan wajib
kurikuler (Permendikbud no. 81A tahun 2014).
menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler
menghambat
Siswa
yang
pelaksanaan
mengikuti
kegiatan
kegiatan
yang merupakan bagian dari Rencana Kerja
ekstrakurikuler supaya dapat menyeimbangkan
Sekolah (Permendikbud no. 62 tahun 2014).
antara kegiatan tersebut. Dengan kata lain siswa
Kegiatan
dan
berupaya menyesuaikan dirinya dengan baik
dalam
pada setiap kegiatan yang diikuti. Kemampuan
ekstrakurikuler,
intrakurikuler
harus
kokurikuler, seimbang
371 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
siswa untuk menyesuaikan diri mempunyai
dan
optimis
dalam
hidup.
pengaruh yang cukup besar pada keadaan siswa
menggunakan waktu luangnya.
Pandai
dalam
untuk memberikan respon pada setiap keadaan
Kematangan sosial merupakan salah satu
yang dihadapi (Naili Zakiyah, dkk : 2010).
hal yang penting bagi siswa dalam kegiatan
Dengan
dapat
ekstrakurikuler di SMK Negeri 1 Cangkringan
menyesuaikan diri dengan baik akan dapat
karena kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri
menghadapi setiap permasalahan dalam dirinya
1 Cangkringan akan mempertemukan siswa dari
dengan respon yang baik.
berbagai jurusan dan kelas yang berbeda
kata
Salah
lain
satu
siswa
yang
lembaga
pendidikan
sehingga
akan
berpengaruh
terhadap
penyelenggara kegiatan ekstrakurikuler adalah
kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri
SMK Negeri 1 Cangkringan, Sleman, Daerah
terhadap lingkungan sosialnya. Siswa akan dapat
Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ekstrakurikuler
diterima dengan baik di lingkungannya apabila
di SMK Negeri 1 Cangkringan diikuti oleh siswa
memiliki kematangan sosial yang baik karena
dari berbagai jurusan dan tingkatan menuntut
salah satu syarat utama agar seseorang dapat
siswa
baik.
diterima di lingkungan sosial adalah kematangan
kemampuan sosial yang baik. Kemampuan
sosial pada diri orang tersebut (Johnson dan
bersosialisasi yang baik ditunjukkan dengan
Medinus, 1976: 289-290). Dengan demikian
kemampuan
kematangan sosial yang baik akan menunjukkan
mampu
bersosialisasi
adaptasi
lingkungannya.
yang
Kemampuan
dengan
baik
dengan
adaptasi
atau
kemampuan sosial yang baik.
penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari 4
Kematangan sosial adalah kemampuan
(empat) aspek kepribadian yaitu: kematangan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial
emosional, kematangan intelektual, kematangan
(Hurlock, 1978: 250). Kematangan sosial ini
sosial, dan tanggung jawab (Desmita, 2009: 195-
merupakan hal yang penting bagi perkembangan
196). Berdasarkan hal tersebut maka kematangan
seseorang karena dapat menjadi tolok ukur
sosial merupakan salah satu aspek penting yang
apakah perkembangan seseorang sudah sesuai
harus
dapat
dengan standar kemampuan sebayanya atau
melaksanakan aktivitas sosial dengan baik di
tidak. Hurlock (1978: 41), menyatakan bahwa
lingkungan
Daradjat
bila seseorang tidak berperilaku sesuai dengan
(Furqana, 2004) kematangan sosial sendiri
tuntutan sosialnya, maka berarti orang tersebut
memiliki aspek diantaranya: pandai dalam
mengalami kegagalan dalam melakukan tugas-
menggunakan
menjadi
tugas yang sesuai dengan usianya. Hal ini dapat
pemimpin bagi dirinya sendiri, menerima orang
menyebabkan antara lain timbulnya rendah diri
lain, bekerja untuk kepentingan kelompok dan
yang juga menimbulkan perasaan tidak bahagia,
bersaing, dapat memahami kemampuan dirinya,
ketidaksetujuan sosial yang sering diikuti dengan
dimiliki
individu
sosialnya.
waktu
untuk
Menurut
luangnya,
penolakan sosial misal anak dianggap tidak
Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 372
matang atau kekanak-kanakan, serta menyulitkan
ekstrakurikuler lebih dari 1 (satu). Apalagi ketika
penguasaan tugas perkembangan yang baru.
memasuki tahun ajaran baru siswa kelas XI
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di
banyak dilibatkan dalam seleksi anggota baru
SMK Negeri 1 Cangkringan hasil menunjukkan
kegiatan ekstrakurikuler. Untuk siswa kelas XII
bahwa dalam mengikuti pendidikan formal atau
pada tahun yang sama sudah bukan anggota aktif
sekolah ada beberapa hal yang sudah harus
lagi karena oleh pihak sekolah di fokuskan untuk
dikuasai oleh peserta didik, antara lain adalah
mengikuti ujian akhir kelulusan sehingga pada
kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang
tahun ajaran baru siswa kelas XI merupakan
diberikan
pendidik/guru,
anggota
melaksanakan
perintah
kesediaan
mentaati
guru,
peraturan
kesediaan
aktif
sehingga
harus
memiliki
kemandirian,
kemampuan membagi waktu dan membagi
sekolah
tugasnya dengan dengan baik.
dan
sebagainya. Akan tetapi kenyataannya belum
Kegiatan
ekstrakurikuler
akan
dapat
semua siswa memiliki kemampuan tersebut
optimal dalam pengembangan potensi peserta
sehingga akan menimbulkan masalah tertentu
didik apabila semua komponen sekolah dapat
dalam proses belajar mengajar. Masalah yang
terlibat didalamnya. Salah satu komponen
sering
mau
penting yang terlibat didalam pengembangan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
potensi peserta didik di SMK Negeri 1
selalu terlambat mengumpulkan tugas, tidak mau
Cangkringan
melaksanakan perintah guru, dan sebagainya.
konseling. Pelaksanaan layanan bimbingan dan
Beberapa diantara masalah tersebut terjadi
konseling sudah berjalan dengan baik namun
terhadap siswa dengan dalih banyaknya aktivitas
belum dapat optimal khususnya pada bidang
di rumah sehingga sekolahnya agak terganggu.
sosial dan belajar dikarenakan terbatasnya data-
Pihak sekolah juga mengakui bahwa aktivitas
data yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
sosial siswa memang sangat banyak dikarenakan
memberikan layanan bimbingan dan konseling
siswa sebagian besar siswa tinggal di lingkungan
pada bidang tersebut. Terlebih guru bimbingan
pedesaan
banyak
dan konseling sering mendapatkan keluhan siswa
bersosialisasi dengan masyarakat. Sekolah pun
terkait bagaimana membagi waktu dengan
aktivitasnya juga tidak kalah padat apalagi
banyaknya tugas dan padatnya kegiatan siswa.
aktivitas di luar jam KBM pada kegiatan
Tugas tersebut berupa tugas pribadi, tugas mata
ekstrakurikuler.
pelajaran, dan tugas-tugas lain seperti karang
terjadi
antara
sehingga
lain:
siswa
tidak
harus
Kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1
taruna,
adalah
kegiatan
guru
komunitas, Dengan
bimbingan
dan
dan
kegiatan
demikian
berbagai
Cangkringan siswa dapat mengikuti lebih dari
ekstrakurikuler.
satu kegiatan sehingga membuat siswa dituntut
keluhan siswa tersebut menunjukkan adanya
untuk bisa membagi waktunya dengan baik
tingkat penyesuaian diri yang kurang baik
terlebih pada siswa yang mengikuti kegiatan
terhadap berbagai kegiatan yang diikuti.
373 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
Tingkat kematangan sosial merupakan
atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama
salah satu komponen penting yang harus dimiliki
atau setara SMP atau MTs (UU tentang
individu tidak terkecuali siswa yang mengikuti
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan
kegiatan ekstrakurikuler. Dengan mengetahui
beberapa pendapat para ahli diatas peneliti
tingkat kematangan sosial maka kemungkinan
menyimpulkan bahwa
proses pemberian bantuan layanan bimbingan
peserta didik di lingkungan satuan pendidikan
dan konseling dalam kegiatan ekstrakurikuler
formal menengah kejuruan sebagai kelanjutan
akan dapat direncanakan dengan baik karena
dari pendidikan dasar, SMP, MTs, atau bentuk
mempunyai dasar yang kuat untuk memberikan
lain yang sederajat.
proses
bantuan
layanan
bimbingan
dan
Berdasarkan
siswa SMK adalah
aturan
bersama
antara
konseling. Terlebih dalam penelitian ini anggota
Menteri Pendidikan dan Menteri Agama nomor
aktif kegiatan ekstrakurikuler diprioritaskan pada
04/VI/PB/2011 dan nomor Ma/111/2011 pasal 7
kelas XI dikarenakan kelas XI sudah cukup
dijelaskan bahwa persyaratan batas usia paling
banyak terjun dalam kegiatan ekstrakurikuler di
tinggi
SMK Negeri 1 Cangkringan dibandingkan
SMA/MA/SMK/MAK kelas X adalah 21 tahun
dengan kelas X yang masih baru mengenal
pada awal tahun pelajaran baru. Dengan
kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1
demikian siswa SMK termasuk dalam kategori
Cangkringan. Berdasarkan pemikiran tersebut
remaja.
maka
peneliti
tertarik
untuk
mengadakan
untuk
calon
peserta
Siswa SMK sebagai
baru
seorang remaja
penelitian tentang: Tingkat Kematangan Sosial
memiliki
Pada
dipenuhi. Tugas perkembangan seorang remaja
Siswa
Kelas
XI Anggota
Kegiatan
tugas
didik
perkembangan
Ekstrakurikuler di SMK Negeri 1 Cangkringan,
menurut
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mohammad Asrori, 2006: 10) adalah sebagai
KAJIAN PUSTAKA Siswa merupakan sebutan untuk anak didik atau peserta didik pada jenjang pendidikan
(Mohammad
Ali
&
berikut: 1.
Mampu menerima keadaan fisiknya.
2.
Mampu menerima dan memahamai peran seks usia dewasa.
formal atau sekolah dasar dan juga menengah. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
Hurlock
yang harus
3.
Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan (Dwi Siswoyo, dkk, 2007:
4.
Mencapai kemandirian emosional.
96). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah
5.
Mencapai kemandirian ekonomi.
satu bentuk satuan pendidikan formal yang
6.
Mengembangkan konsep dan keterampilan
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
intelektual yang sangat diperlukan untuk
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
melakukan
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
masyarakat.
peran
sebagai
anggota
Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 374
7.
8.
Memahami dan menginternalisasikan nilai-
4)
perasaan
nilai orang dewasa dan orang tua.
keterampilan bicara, dan 6) kecerdasan (Hurlock,
Mengembangkan perilaku tanggungjawab
1990: 138).
sosial yang diperlukan untuk memasuki usia dewasa. 9.
humor
Sebagai
yang
seorang
dimiliki,
remaja
5)
kemampuan
individu dalam melakukan hubungan sosial dan
Mempersiapkan
diri
untuk
memasuki
perkawinan.
agar dengan mudah diterima dalam sebuah kelompok seorang remja harus mempunyai sikap
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggungjawab kehidupan keluarga.
penyesuaian
diri
yang
baik
dengan
lingkungannya. Menurut Desmita (2009:49)
Tugas perkembangan harus dilakukan
secara garis besar penyesuaian diri yang sehat
bukan tanpa alasan. Adapun tujuan tugas
dapat dilihat dari empat aspek kepribadian yaitu:
perkembangan menurut Pilkunas (Yudrik Jahja,
1)
2013: 238) adalah sebagai berikut:
intelektual, 3) kematangan sosial, dan 4)
1.
Kematangan emosional
tanggungjawab. Siswa akan dapat diterima
2.
Pemantapan minat- minat heteroseksual.
dengan baik dilingkungannya apabila memiliki
3.
Kematangan sosial.
kematangan sosial yang baik karena salah satu
4.
Emansipasi dari kontrol keluarga.
syarat utama agar seseorang dapat diterima
5.
Kematangan intelektual.
dilingkungan sosial adalah kematangan sosial
6.
Memilih pekerjaan.
pada diri orang tersebut (Johnson dan Medinus,
7.
Menggunakan waktu senggang secara tepat.
1976: 289-290).
8.
Memiliki filasafat hidup.
9.
Identifikasi diri.
kematangan
emosional,
Kematangan perkembangan
sosial
2)
kematangan
merupakan
ketrampilan
dan
suatu
kebiasaan-
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi
kebiasaan individu yang menjadi ciri khas
sosial bertambah luas dan lebih kompleks
kelompoknya (Chaplin, 2000). Sementara Doll
dibandingkan
(Firin, dkk, 1994) mendefinisikan kematangan
periode-periode
sebelumnya.
Keberhasilan dalam pergaulan sosial akan
sosial
menambah rasa percaya diri remaja dan apabila
perkembangan kemampuan dalam memelihara
ditolak oleh kelompok sosialnya maka hal
diri sendiri dan kemampuan berpartisipasi dalam
tersebut merupakan sebuah permasalahan yang
aktivitas-aktivitas yang mendukung tercapainya
berat yang harus diterima bagi seorang remaja.
kemandirian sebagai orang dewasa kelak.
Oleh karena itu seorang remaja akan selalu
sebagai
Adapun
kinerja
Indriana
yang
(2008)
menunjukkan
menjelaskan
berusaha untuk diterima oleh kelompoknya.
bahwa kematangan sosial dapat didefinisikan
Penerimaan
sebagai proses perkembangan pada saat anak
tergantung
sosial pada:
dalam 1)
kesan
remaja
sangat
pertama,
2)
mencapai kemampun untuk hidup bermasyarakat
penampilan yang menarik, 3) partisipasi sosial,
yang arahnya ditentukan oleh tuntunan sosial
375 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
dalam keluarga. Berdasarkan pendapat para ahli
melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan rasa
di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan
senang dan gembira karena mengetahui
sosial
bahwa sebagian dari suasana kehidupan
adalah
memelihara
kemampuan
diri
dan
individu
berinteraksi
untuk dengan
lingkungan sosial dalam menjalankan status dan
diwarnai dengan kerjasama dan persaingan. 5.
Dapat
memahami
kemampuan
dirinya.
peranannya dalam lingkungan sosial tersebut.
Seseorang yang memiliki kematangan sosial
Kemampuan
mengetahui batas waktu yang tersedia
kesadaran
tersebut dan
dijalankan
disesuaikan
dengan
dengan
tugas
memikirkan
perkembangannya.
tanggung
jawab
karena
mengetahui keterbatasan yang ada pada
Menurut Daradjat (Furqana, 2002) bahwa ciri- ciri yang dimiliki oleh seseoarng yang
dirinya. 6.
Optimis dalam hidup. Seseorang yang
matang dalam segi sosial dapat dilihat melalui 6
matang
(enam) aspek. Aspek- aspek tersebut adalah:
kesulitan
1.
waktu
mampu melihat dari berbagai sudut pandang
luangnya. Waktu luang adalah kesempatan
karena dalam dirinya dipenuhi rasa optimis
seseorang untuk menemukan jati dirinya dan
untuk dapat memecahkan kesulitan yang
menumbuhkan bakat-bakat terpendam yang
dihadapi.
Pandai
ada
dalam
menggunakan
padanya,
juga
menenangkan
2.
merupakan
diri
dan
menghadapi
maka seseorang tersebut akan
Kondisi dan tingkat kematangan sosial
meredakan
seseorang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
ketegangan.
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.
Hurlock (Indriana, 2008), beberapa faktor yang
Orang yang matang dari segi sosial dapat
mempengaruhi kematangan sosial adalah sebagai
mandiri
berikut:
dan
memenuhi
masalah-masalah
4.
apabila
untuk
keperluannya,
mengambil keputusan yang dekat dengan
3.
sosialnya
sederhana
1.
dalam
Kondisi emosi pada remaja. Emosi remaja memberikan
dampak
pada
pengubahan
persoalan- persoalan penting.
perilaku remaja agar dapat menyesuaikan
Menerima orang lain. Diantara ciri-ciri
diri dengan tuntutan lingkungan sehingga
orang
remaja dapat diterima oleh lingkungan
yang
matang
ialah
berusaha
memuaskan orang lain, karena seseorang
sosialnya.
mau mencintai orang lain dan tentu tahu
mengendalikan
bagaimana menjadi teman yang baik.
memiliki kematangan sosial yang tinggi
Bekerja untuk kepentingan kelompok dan
pula.
bersaing.
Orang
yang
matang
tahu
2.
Anak
yang
emosinya
mampu cenderung
Tingkat intelegensi pada remaja. Intelegensi
bagaimana bekerjasama dengan orang lain
merupakan tingkat kemampuan pengalaman
untuk
seseorang untuk menyelesaikan masalah-
kepentingan
bersama.
Seseorang
Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 376
masalah yang akan datang. Semakin tinggi
maupun di luar dirinya, dengan tanpa
intelegensi seseorang, maka semakin tinggi
merugikan orang lain (Hikmawati, 2006).
kematangan sosialnya. 3.
4.
2.
Keterampilan sosial pada remaja. Salah satu
Lingkungan budaya pada remaja. Tatanan
tugas perkembangan yang harus dikuasai
budaya yang berlaku memberi nilai-nilai
remaja yang ada pada fase perkembangan
yang dapat membantu remaja tumbuh dan
remaja madya dan remaja akhir adalah
berkembang sehingga berpengaruh terhadap
social skill (keterampilan sosial) agar dapat
kematangan sosial remaja. Remaja akan
menyesuaikan
matang secara sosial apabila remaja mampu
kehidupannya. Keterampilan sosial yang
menyesuaikan
diperoleh individu berdasarkan pada proses
diri
secara
normatif
diri
dengan
lingkungan
dilingkungan sosialnya.
belajar kadang-kadang berhasil dipelajari
Jenis kelamin pada remaja. Dimana laki-laki
dengan dengan baik, tetapi ada kalanya
cenderung mempunyai kematangan sosial
gagal dipelajari sehingga menyebabkan
yang
individu yang bersangkutan kurang bahkan
lebih
tinggi
dibanding
dengan
perempuan.
tidak
Kematangan sosial memiliki komponen yang
menunjang
optimalisasi
ketercapaian
memiliki
keterampilan
sosial
(Hikmawati, 2006). 3.
Kompetensi sosial pada remaja. Kompetensi
tingkat kematangannya. Menurut Hikmawati
sosial
(2006) komponen yang mendukung kematangan
(Hikmawati,
sosial remaja adalah:
sosial, emosi, dan kognitif dari perilaku
1.
Penyesuaian sosial pada remaja. Scott and
yang diperlukan untuk beradaptasi dengan
Scott (Hikmawati, 2006)) mengemukakan
lingkungan dan dipengaruhi oleh 3 (tiga)
penyesuaian sosial ditentukan melalui 3
faktor utama diantaranya kemampuan sosial,
(tiga) faktor yaitu keluarga, teman, dan
kesadaran sosial, dan percaya diri.
sekolah. Remaja yang dapat menyesuaikan
4.
menurut
Kemampuan
Welsh
2006)
and
adalah
sosialisasi
Bierman
kemampuan
pada
remaja.
diri dengan lingkungan sosialnya akan
Hektner, Bart, Elbedour (Hikmawati, 2006))
menjadi remaja yang gembira, semangat,
mengemukakan sosialisasi sebagai proses
sehat, termotivasi, dan percaya diri. Remaja
belajar yang membimbing remaja kearah
yang tidak berhasil menyesuaikan diri
perkembangan kepribadian sosial sehingga
dengan lingkungan sosialnya akan terlihat
dapat menjadi anggota masyarakat yang
tidak bahagia, minder, kurang percaya diri,
bertanggungjawab
dan anti sosial. Kunci dari keberhasilan
lingkungan dimanapun remaja itu berada.
penyesuaian
Sosialisasi yang baik pada remaja akan
diri
remaja
adalah
dapat
memenuhi dorongan baik di dalam dirinya
menimbulkan
dan
sebuah
efektif
pemahaman
dalam
atas
lingkungan sosial sehingga remaja akan
377 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
memahami tugas dan tanggungjawabnya
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
dalam lingkungan sosialnya tersebut.
No. 81A tahun 2013 adalah:
Kematangan sosial pada remaja dapat
1.
Kegiatan
ekstrakurikuler
harus
dapat
dikembangkan guna menunjang aktivitas di
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
sekolah.
dan psikomotor peserta didik.
Salah
satu
aktivitas
yang
dapat
mengembangkan kematangan sosial di sekolah adalah
kegiatan
ekstrakurikuler
ekstrakurikuler. menurut
2.
81A
tahun
harus
dapat
mengembangkan bakat dan minat peserta
Menteri
didik dalam upaya pembinaan pribadi
Peraturan
2013
ekstrakurikuler
Pengertian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
Kegiatan
kegiatan
Kegiatan ekstrakurikuler pada dasarnya
pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di
mempunyai acuan agar didalam pelaksanaanya
luar jam belajar kurikulum standar sebagai
berjalan sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
perluasan dari kegiatan kurikulumdan dilakukan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 81A tahun
untuk
bakat,
2013 menerangkan sejumlah prinsip-prinsip
minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih
yang harus ada dalam penyelenggaraan kegiatan
luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh
ekstrakurikuler. Adapun prinsip-prinsip tersebut
kurikulum. Berdasarkan definisi tersebut, maka
anatara lain:
kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah yang
1.
mengembangkan
yaitu
menuju pembinaan manusia seutuhnya.
kepribadian,
Bersifat individual, yakni prinsip kegiatan
terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran
ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi,
bukanlah kegiatan ekstrakurikuler.
bakat, dan minat peserta didik masing-
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi dan tujuan yang ditujukan bagi peserta didik.
masing. 2.
Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan
Fungsi dan tujuan tersebut dijadikan acuan bagi
ekstrakurikuler
pelaksanaan
dengan minat dan diikuti peserta didik
kegiatan
ekstrakurikuler
di
lingkungan satuan pendidikan formal. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dikembangkan
sesuai
secara sukarela. 3.
Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan
Republik Indonesia No. 81A tahun 2013
ekstrakurikuler
dijelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pada
peserta didik secara penuh sesuai dengan
satuan
minat dan pilihan masing-masing.
pendidikan
bahwa
kegiatan
ekstrakurikuler memiliki fungsi yaitu: fungsi
4.
menuntut
Menyenangkan,
yakni
keikutsertaan
bahwa
kegiatan
pengembangan, fungsi rekreatif, fungsi sosial,
ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana
dan fungsi persiapan karir.
yang menggembirakan bagi peserta didik.
Adapun
tujuan
dari
kegiatan
ekstrakurikuler berdasarkan Peraturan Menteri
5.
Membangun
etos
kerja,
yakni
bahwa
kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 378
dilaksanakan dengan prinsip membangun
2.
semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan giat. 6.
Jenis karya ilmiah terdiri atas Karya ilmiah Remaja, dan Keputrian.
3.
Jenis latihan/lomba keberbakatan/prestasi
Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan
terdiri atas paduan suara, band, seni tari,
ekstrakurikuler
Bahasa Inggris, Bahasa
dilaksanakan
dikembangkan dengan
tidak
dan
melupakan
Jepang, seni
lukis/mural, hadrah, drum band, teater,
kepentingan masyarakat.
student company, dan majalah dinding.
Kegiatan ekstrakurikuler terbagi dalam
4.
Jenis lainnya/olahraga terdiri atas futsal
beberapa jenis kegiatan. Menurut Peraturan
putra, futsal putri, taekwondo, tennis meja,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
badminton, dan voli.
Indonesia No. 81A tahun 2013 menyatakan
Penelitian tentang kematangan sosial pada
bahwa kegiatan ekstrakurikuler terbagi dalam
remaja juga dilakukan oleh De Bois Zulkarnaen
beberapa jenis kegiatan yaitu:
(2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
1.
2.
Krida,
meliputi
Kepramukaan,
Dasar
Kepemimpinan
4.
disimpulkan
bahwa
ada
perbedaan
kematangan sosial yang sangat signifikan antara
Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan
remaja awal yang mengikuti ekstrakurikuler
Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), dan
musik dan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
lainnya.
musik.
Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah
ekstrakurikuler musik kematangan sosialnya
Remaja
lebih baik dibandingkan dengan remaja awal
(KIR),
kegiatan
penguasaan
dan
kemampuaan
akademik,
penelitian, dan lainnya. 3.
dapat
(LDKS),
keilmuan
Siswa
Latihan
Latihan/olah
bakat/prestasi:
Remaja
awal
yang
mengikuti
yang tidak mengikuti ekstrakurikuler musik. Penelitian berikutnya dengan obyek pada
meliputi
anak- anak dilakukan oleh Nur Asiyah (2006)
pengembangan bakat olahraga, seni dan
dengan judul “Perbedaan Kematangan Sosial
budaya, cinta alam, jurnalistik, teater,
Anak Kelas Satu Sekolah dasar yang Melalui
keagamaan, dan lainnya; atau
Pendidikan Prasekolah
Jenis lainnya.
Prasekolah”.
dan Tidak Melalui
Berdasarkan
penelitian
yang
Sebagai salah satu penyelenggara kegiatan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahwa ada
ekstrakurikuler pada satuan pendidikan SMK
perbedaan yang signifikan antara anak kelas satu
Negeri 1 Cangkringan mengadakan berbagai
yang melalui pendidikan prasekolah dan tidak
kegiatan ekstrakurikuler. Prakteknya kegiatan
melalui
ekstrakurikuler terbagi kedalam 4 jenis kegiatan
menyatakan
ekstrakurikuler yang dipaparkan sebagai berikut:
perbedaan kematangan sosial yang signifikan
1.
Jenis krida terdiri atas Pramuka, PMR, dan
antara anak kelas satu yang melalui pendidikan
Tonti/Paskibra.
prasekolah dengan anak yang tidak melalui
prasekolah. bahwa
Penelitian menunjukkan
ini
juga adanya
379 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
prasekolah. Hasil ini juga menggambarkan
Prosedur penelitian yang digunakan dalam
bahwa anak yang melalui pendidikan prasekolah
penelitian ini menurut Uhar Suharsaputra (2014:
memiliki kematangan sosial yang tinggi di
56) yaitu:
bandingkan dengan anak kelas satu yang tidak
1.
mengikuti pendidikan prasekolah. Siswa
yang
Peneliti
dalam
melakukan survei
pendahuluan
kegiatan
yakni dengan melakukan observasi lapangan
ekstrakurikuler akan memiliki tugas belajar yang
terhadap latar penelitian, serta mencari data
kompleks.
dan informasi tentang permasalahan siswa
Selain
aktif
Menentukan masalah yang akan diteliti.
tugas
pada
kegiatan
ekstrakurikuler siswa masih memiliki tugas dan tanggungjawab pada kegiatan intrakurikuler dan
pada kegiatan ekstrakurikuler. 2.
Mengkaji teori/generalisasi empiris dan
ko kurikuler. Dengan tugas dan tanggungjawab
memilih proporsi yang berkaitan dengan
yang cukup banyak maka siswa harus trampil
masalah yang akan diteliti. Pada langkah ini
memanagemen diri untuk dapat aktif di berbagai
peneliti mengkaji teori dari permasalahan
kegiatan yang diikuti. Siswa kelas XI yang
yang ada menggunakan serangkaian studi
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seharusnya
literatur yang tersedia.
memiliki kematangan sosial yang baik karena dengan
mengikuti
berbagai
3.
Menentukan
konsep-konsep
dan/atau
kegiatan
variabel-variabel. Pada langkah ini mengacu
ekstrakurikuler siswa akan terlatih untuk dapat
pada penentuan variabel penelitian ataupun
mengerjakan
konsep-konsep
semua
tugas
dan
tanggungjawabnya di dalam berbagai kegiatan
yang
akan
dikaji
menggunakan kajian teoritis para ahli, sehingga variabel penelitian terdefinisi dan dapat dijelaskan secara teoritis.
METODE PENELITIAN Metode
penelitian
ini
menggunakan
4.
Menentukan
desain Pada
penelitian
langkah
serta
pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian
hipotesis.
deskriptif kuantitatif jenis penelitian survei.
menentukan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26
mengajukan hipotesis penelitian. Kerangka
Oktober 2016 sampai dengan 24 November 2016
berpikir bertujuan untuk menjelaskan tautan
di SMK Negeri 1 Cangkringan.
antara variabel penelitian dengan masalah
kerangka
ini
peneliti
berpikir
dan
Subyek penelitian ini terdiri atas siswa
yang akan diteliti, sedangkan hipotesis
kelas XI anggota kegiatan ekstrakurikuler. Total
adalah jawaban sementara ataupun dugaan
subyek penelitian ini berjumlah 72 siswa yang
sementara yang didapat dari penjelasan
tersebar pada 21 kegiatan ekstrakurikuler di
secara teoritis pada kerangka berpikir.
SMK Negeri 1 Cangkringan.
5.
Menjabarkan
konsep/variabel
menjadi
operasional. Pada langkah ini peneliti menjabarkan secara utuh variabel penelitian
Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 380
berdasarkan penjelasan teoritis. Penjabaran
terkumpul melalui instrumen penelitian,
dimaksudkan agar variabel terdefinisi secara
peneliti menganalisis data lapangan. Pada
jelas
menjadi
tahapan ini peneliti melakukan serangkaian
subvariabel ataupun unsur-unsur variabel
proses analisis data kuantitatif sampai pada
penelitian.
variabel
interpretasi data-data yang telah diperoleh
penelitian ini, peneliti membuat definisi
sebelumnya. Data atau informasi yang
operasional
fokus
diperoleh
Fokus
sebelumnya disajikan dalam bentuk data
penelitian ini menitikberatkan pada variabel
kuantitatif dan dideskripsikan menggunakan
penelitan yang telah diuraikan menjadi
kaidah-kaidah
subvariabel peneltian.
pendekatan kuantitatif deskriptif. Data yang
dan
dapat
Pada
penjabaran
guna
penelitian
6.
diuraikan
yang
Menentukan
memperjelas akan
dicapai.
penelitian
peneliti
kemudian disimpulkan menjadi kesimpulan
menentukan indikator ataupun unsur-unsur
penelitian. Kesimpulan penelitian ini berisi
variabel penelitian, hal ini merupakan
hasil penelitian yang telah disimpulkan.
penelitian.
Pada
langkah
ini
Indikator-indikator
9.
Peneliti melaporkan hasil penelitian. Pada
variabel
langkah ini peneliti melakukan laporan utuh
penelitian ini didapat dari subvariabel yang
atau pertanggung jawaban atas serangkaian
telah
langkah-langkah
dijabarkan
variabel
sebelumnya.
merupakan
Indikator
penelitian
yang
telah
dari
dilalui. Peneliti memaparkan seluruh hasil
variabel penelitian yang terdiskripsi secara
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
rinci,
untuk
dan membuat laporan secara sistematis,
mendasari penelitian agar relevan dengan
adapun pada langkah melaporkan hasil
variabel penelitian.
penelitian ini peneliti melaporkan secara
indikator
Membuat
ini
instrumen
unsur-unsur
digunakan
penelitian.
Pada
utuh
langkah ini peneliti membuat instrumen
8.
metodologi
instrumen
telah dianalisis dan telah terdeskripsi,
lanjutan dari penjabaran suatu variabel
7.
penyebaran
konsep/
variable.
indikator-indikator
dari
hasil
penelitian
kepada
dosen
pembimbing.
peneitian sebagai alat yang digunakan untuk
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
pengumpulan data lapangan. Instrumen
ini menggunakan kuesioner jenis skala. Menurut
penelitian ini merupakan penentu validitas
Suharsimi
antara hal-hal yang berifat teoritis dan
kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
empiris.
yang digunakan untuk memperoleh informasi
Mengumpulkan
data,
menganalisis
dan
menyimpulkan. Pada langkah ini peneliti
subjek
penelitian,
setelah
data
(2013:
194)
bahwa
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
menyebarkan instrumen yang telah dibuat pada
Arikunto
Sebuah penelitian membutuhkan penilaian dan
pengukuran
maka
untuk
melakukan
381 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
penilaian dan pengukuran dibutuhkan alat ukur
Keterangan,
yang disebut dengan instrumen penelitian.
DP
: Deskriptif persentase
Menurut
instrumen
n
: Jumlah skor jawaban responden
penelitian adalah suatu alat yang digunakan
N
: Jumlah skor jawaban ideal
Sugiyono
(2009:
102)
mengukur fenomena alam maupun sosial yang Untuk menentukan kategori deskriptif
diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Adapun langkahlangkah penyusunan instrument penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh
persentase yang diperoleh menggunakan rumus yaitu: 1.
Menghitung rentang skor (range) Rentang skor skala tingkat kematangan
Suharsimi Arikunto (2003:178) yaitu: 1.
sosial: 148 – 37 = 111
Mengadakan identifikasi terhadap variabelvariabel yang ada didalam rumusan judul penelitian
atau
yang
tertera
2.
Menghitung panjang kelas interval, range dibagi dengan panjang kelas.
didalam
Panjang kelas interval adalah 5 maka skor
problematika penelitian. 2.
bagian variabel. 3.
3.
Menghitung persentase minimal
4.
Menghitung persentase maksimal
5.
Menghitung rentang persentase
Mencari indikator setiap sub atau bagian indikator.
4.
yang diperoleh adalah: 111 : 5 = 22,2
Menjabarkan variabel menjadi sub atau
Menderetkan
deskriptor
dari
setiap
indikator. 5.
Merumuskan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
6.
100% - 20% = 80%
Melengkapi instrumen dengan (pedoman
6.
Interval kelas persentase
atau instruksi) dan kata pengantar. Teknik analisis data yang digunakan pada Dengan demikian interval kelas dan skor
skala adalah analisis data deskriptif dengan persentase. Menurut Eko Budiarto (2004: 55) penelitian deskriptif dapat dilakukan analisis berdasarkan
data
yang
diperoleh
persentase yaitu: Tabel 1. Interval dan Kategori Skor
dengan
mengadakan perhitungan sederhana diantaranya
No
adalah persentase. Dalam analisis deskriptif ini,
1 2 3 4 5
perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban dari masingmasing responden, dihitung dengan rumus: DP = n/N×100%
Interval Persentase 84%<x<100% 68%<x<84% 52%<x<68% 36%<x<52% 20%<x<36%
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 382
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1
Cangkringan.
Berdasarkan
analisis
Dengan penjelasan rumus singkat diatas
data
diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas XI
penelitian diperoleh kategori dan persentase
yang mengkuti kegiatan ekstrakurikuler di SMK
keseluruhan tingkat kematangan sosial pada
Negeri 1 Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa
siswa kelas XI anggota kegiatan ekstrakurikuler
Yogyakarta memiliki tingkat kematangan sosial
di SMK Negeri 1 Cangkringan. Data tersebut
yang tinggi dengan persentase sebesar 78%.
disajikan dalam tabel berikut:
Kematangan sosial yang tinggi dalam
Tabel 2. Persentase Keseluruhan Tingkat
penelitian ini menunjukkan adanya penyesuaian
Kematangan Sosial
diri yang baik siswa dengan aktivitas sosialnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh
No
Interval Persentase
1
84%<x<100%
Sangat tinggi
8
11%
2
68%<x<84%
Tinggi
60
83%
3
52%<x<68%
Sedang
4
6%
4
36%<x<52%
Rendah
0
0%
20%<x<36%
Sangat rendah
0
0%
72
100%
Kategori Jumlah Persentase
Desmita (2009: 195-196 ) bahwa penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari 4 aspek kepribadian
yaitu
kematangan
emosional,
kematangan intelektual, kematangan sosial, dan
5
tanggung jawab. Siswa dapat diterima dengan baik
di
lingkungannya
apabila
memiliki
kematangan sosial yang baik karena salah satu syarat utama agar seseorang dapat diterima di
Jumlah
lingkungan sosial adalah kematangan sosial pada diri orang tersebut (Johnson dan Medinus 1976:
Berdasarkan data yang disajikan 11% dari 72 siswa termasuk dalam tingkat kematangan sosial kategori sangat tinggi, 83% dari 72 siswa masuk dalam kategori tinggi, dan 6% dari 72
289-290). Siswa kelas XI anggota kegiatan ekstrakurikuler memiliki kematangan sosial yang tinggi
tingkat
kematangan
siswa
anggota
kegiatan ekstrakurikuler memiliki persentase yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
dapat
menyesuaikan
diri
terhadap lingkungannya dengan baik.
siswa masuk kedalam kategori sedang. Secara umum
sehingga
Kematangan sosial yang tinggi dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Hurlock (Indriana, 2008)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kematangan sosial adalah: emosi, intelegensi,
DP =
=
= 78%
budaya, dan jenis kelamin. Kemungkinan lain
Keterangan:
yang menyebabkan tingkat kematangan sosial
DP
: Deskriptif persentase
yang tinggi dikarenakan tercapainya komponen-
n
: Jumlah skor jawaban responden
komponen kematangan sosial oleh siswa dalam
N
: Jumlah skor jawaban ideal
menjalankan kegiatan ekstrakurikuler. Menurut
383 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
Hikmawati (2006) komponen yang mendukung kematangan
sosial
penyesuaian
sosial,
pada
KESIMPULAN DAN SARAN
remaja
adalah:
Kematangan sosial siswa kelas XI anggota
keterampilan
sosial,
kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1
kompetensi sosial, dan sosialisasi.
Cangkringan menunjukkan hasil yang tinggi
Kematangan sosial yang tinggi dalam
dengan skor 78%. Dengan demikian penyesuaian
penelitian ini kemungkinan juga disebabkan oleh
diri siswa terhadap aktivitas sosial terutama pada
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang sudah
kegiatan
sesuai dengan fungsi dan tujuan kegiatan
penyesuaian diri yang baik. Hal tersebut
ekstrakurikuler. Adapun tujuan dari kegiatan
kemungkinan ditunjang oleh sekolah yang sudah
ekstrakurikuler yaitu (1) kegiatan ekstrakurikuler
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sesuai
harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
dengan
afektif, dan psikomotor peserta didik. (2)
ekstrakurikuler.
kegiatan
ekstrakurikuler
harus
dapat
ekstrakuriuler
fungsi
Berdasarkan
dan
menunjukkan
tujuan
kegiatan
kesimpulan
yang
mengembangkan bakat dan minat peserta didik
dikemukakan pada penelitian ini maka saran
dalam
yang direkomendasikan dari hasil penelitian ini
upaya
pembinaan
pembinaan
manusia
pribadi
seutuhnya.
menuju
Kesesuaian
antara fungsi dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler
adalah: 1.
Bagi Peserta Didik/ Siswa.
dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
Dari hasil penelitian ini siswa dapat
akan berdampak pada persepsi siswa yang baik
mengetahui bagaimana tingkat kematangan
terhadap lingkungan sekolah. Persepsi siswa
sosial yang dimiliki. Siswa juga dapat
yang baik terhadap lingkungan sekolah akan
memulai membuat perencanaan pada stiap
berdampak positif terhadap penyesuaian diri
kegiatan yang diikuti agar setiap kegiatan
(Hesti Winingtyas: 2013). Persepsi yang baik
yang diikuti dapat berjalan dengan optimal.
terhadap langsung pada
lingkungan
sekolah
secara
tidak
2.
mempengaruhi kematangan sosial
siswa
kelas
XI
anggota
Program kegiatan ekstrakurikuler di SMK
kegiatan
Negeri 1 Cangkringan dapat direncanakan
ekstrakurikuler.
lebih
Kematangan sosial yang tinggi pada penelitian
ini
Bagi Kepala SMK Negeri 1 Cangkringan.
kemungkinan
matang
lagi
agar
siswa
dapat
berkembang lebih optimal sesuai dengan
dikarenakan
bakat dan minat yang ada pada siswa karena
penyesuaian diri yang baik pada siswa di
kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah
kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu hal lain yang
satu aktivitas yang ada di lingkungan
menunjang kematangan sosial siswa adalah
lembaga pendidikan sehingga seimbang
penyelenggaraan
dengan kegiatan intrakurikuler dan ko
program
kegiatan
ekstrakurikuler yang sudah sesuai dengan fungsi dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler.
kurikuler. 3.
Bagi Guru Bimbingan dan Konseling.
Tingkat Kematangan Sosial … (Ari Wibowo) 384
Dengan adanya penelitian ini program bimbingan dan konseling di sekolah mulai
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MAN Yogyakarta II. Skripsi. Fakultas Teknik – Universitas Negeri Yogyakarta
dapat direncanakan dan dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler dengan melakukan kolaborasi dengan pelatih atau pendamping kegiatan ekstrakurikuler agar peserta didik dapat
mengikuti
berbagai
aktivitas
di
sekolah dengan optimal. 4. Bagi Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Dengan
adanya
penelitian
ini
maka
diharapkan pembina/pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan metode latihan dan pembinaan yang muara akhirnya akan mengoptimalkan tingkat kematangan sosial.
Bois Zulkarnaen. (2008). Perbedaan Kematangan Sosial Remaja Awal Ditinjau Dari Status Keikutsertaan Ekstrakurikuler Musik. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Ahmad Dahlan
Desmita. (2009). Psikologi Bandung: Rosda Karya. Dwi
Hikmawati. (2006). Hubungan Kecerdasan Emosi Dan Kematangan Sosial Dengan Efikasi Diri Pada Remaja Usia 17 Sampai Dengan 24 Tahun di Pondok Pesantren Putri Wali Songo Cukir, Jombang, Jawa Timur. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Hurlock, E. (1978). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Hurlock, E. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
DAFTAR PUSTAKA De
Hesti Winingtyas. (2013). Penyesuaian Diri Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Sekolah. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi – Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perkembangan.
Siswoyo. (2007). Ilmu Yogyakarta: UNY Press
Pendidikan.
Eko Budiarto. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC Furqana. (2002). Hubungan antara Kesadaran Beragama dan Kematangan Sosial dengan Agresivitas Remaja Santri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Handoko Cahyandaru. (2013). Pengaruh Keaktifan Siswa Dalam Ekstrakurikuler
Johnson, R.C., and Medinus, G.R. (1976).Child Psychology Behavior and Development, Canada: John Willey and Sons. Inc Mohammad Ali & Mohammad Asrori. (2006). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Mustaq Firin, Wisjnu Martani, dan Esti Hayu Purnamaningsih. (1994). “Kemasakan Sosial Anak-Anak Berintelegensi Tinggi dan Normal”. Jurnal Psikologi, Vol 08, 27-32 Naili Zakiyah, Frieda Nuzulia Ratna Hidayati, Imam Setyawan. (2010). “Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama Smp N 3 Peterongan Jombang”. Jurnal Psikologi Undip, Vol. 8, No.2, Oktober 2010 Nur Asiyah. (2006). Perbedaan Kematangan Sosial Anak Kelas Satu Sekolah Dasar yang Melalui Pendidikan Prasekolah dan Tidak Melalui Prasekolah. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Ahmad Dahlan
385 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 4, April 2017
Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler Randy Giovani Nusantara. (2013). Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Dan Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IS di SMA Negeri 7 Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi – Universitas Negeri Semarang Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta: Bina Aksara Uhar Suharsaputra. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung : PT Refika Aditama. Undang - Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yeniar Indriana D dan Tri Windarti. (2008). “Mengembangkan Kematangan Sosial Pada Anak Melalui Outbond”. Jurnal Sekolah Dasar. Tahun 17 Nomor 02 Yudha M. Saputra. (1998). Pengembangan Kegiatan Ko Ekstrakurikuler. Jakarta: Depdikbud .Yudrik Jahja. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Kharisma Putra Uta