TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN PROSES LAYANAN BK DI SEKOLAH SERTA PERBEDAAN KECEMASAN MAHASISWA PLBKS DI DAERAH DAN DI KOTA PADANG Yola Susilawati1,Alfaiz2,Fuaddillah Putra2 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected]
1
ABSTRACT This research is motivated by the existence of PLBKS students who are difficult to sleep, fear, feel nervous, heart palpitations when the implementation of PLBKS. The purpose of this study is to describe 1. Students' anxiety seen from physiological and psychological in the city. 2. Students' anxiety is seen from the psychological and physiological in the area. 3. Differences of anxiety seen from psychological. 4. Differences of anxiety seen from physiological. This research is a quantitative descriptive with comparative analysis approach. Sampling using purposive sampling technique. Data collection tool is a questionnaire. Data processed using intervals and SPSS version 20. Based on the results of research on the level of anxiety of students in implementing BK service process in school and differences anxiety PLBKS students in the region and in the city of Padang can be concluded: 1) Anxiety students PLBKS are in the category of anxiety. 2) Anxiety of PLBKS students is in the category of quite anxious. 3) The difference in the level of anxiety seen from psychological 4) The existence of different levels of anxiety seen from physiological.This research is recommended to students PLBKS. Keywords: Anxienty Students PLBKS, Implementing BK PENDAHULUAN Dalam UU Sisdiknas No 20
tinggi,
tahun
diselenggarakan
2003
menjelaskan
bahwa
pendidikan tinggi merupakan jenjang
terbuka.
pendidikan
berbentuk
setelah
pendidikan
pendidikan
sekolah
pendidikan
universitas.
diploma,
sarjana,
dengan
Perguruan
menengah yang mencakup program
tinggi
tinggi
akademi, tinggi,
sistem dapat
politeknik,
institut,
Perguruan
atau tinggi
magister, spesialis, dan doktor yang
berkewajiban dan menyelenggarakan
diselenggarakan
pendidikan,
oleh
perguruan
penelitian,
dan
pengabdian
kepada
masyarakat.
tersebut bimbingan dan konseling
Syarat-syarat dan tata cara pendirian,
adalah salah satu jurusan yang ada di
struktur
dan
STKIP PGRI Sumatera Barat. Dalam
penyelenggaraan pendidikan tinggi
jurusan bimbingan dan konseling
ditetapkan
mahasiswa
perguruan
tinggi
dengan
peraturan
pemerintah.
diwajibkan
untuk
mengikuti praktek lapangan salah
Tujuan perguruan tinggi pada dasarnya
turut
keseimbangan
memelihara
wacana
kehidupan
satunya di sekolah, sesuai dengan salah
satu
misi
bimbingan
dan
program
studi
konseling
yaitu
sistem kelembagaan masyarakat yang
melaksanakan dan mengembangkan
hakekatnya berarah ganda menuju
penelitian dan pengabdian dibidang
kadar
pendidikan dan bimbingan konseling
intelektual
kedewasaan
meningkat
moral
di
dan mana
di sekolah dan di luar sekolah.
diperlukan pendekatan khusus untuk menyelesaikan
permasalahannya.
PLBKS merupakan salah satu kegiatan
akademik
yang
harus
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
dilakukan oleh seluruh mahasiswa,
lembaga
sebagai salah satu persyaratan pokok
pendidikan
melaksanakan
misi
tinggi Tridarma
untuk kegiatan
perkuliahan dalam
perguruan tinggi yaitu perguruan
penyelesaian pendidikan pada tingkat
tinggi
berfungsi
penelitian berfungsi
pusat
Strata Satu (S1) dengan beban 4 SKS.
perguruan
tinggi
Kegiatan
dan
sebagai
sosial
melaksanakan
pengabdian masyarakat.
ini
merupakan
proses
belajar dalam menerapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan
Salah satu lembaga pendidikan
sikap
melalui
berbagai
kegiatan
tinggi yaitu Sekolah Tinggi Keguruan
profesi konseling yang disesuaikan
dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI
dengan
Sumatera Barat merupakan salah satu
permasalahan
lembaga pendidikan yang mempunyai
kegiatan ini diharapkan mahasiswa
kompetensi
memperoleh
melahirkan
bermutu, calon
khususnya
konselor
yang
profesional. Sehubungan dengan hal
tuntutan
perkembangan
sekolah.
pengalaman
Melalui
nyata
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
Menurut Yahya (Putri, Anggia
pengetahuan, keterampilan. Nilai dan
& Meita, 2012) “Mahasiswa diartikan
sikap-sikap dasar melakukan sesuatu.
sebagai pelajar yang menimba ilmu
Kebiasaan berfikir dan bertindak itu
pengetahuan yang tinggi, dimana
didasari oleh budi pekerti luhur baik
pada tingkat ini mereka dianggap
dalam
memiliki
dan
kemasyarakatan, keberagamaan, dan
perkembangan pemikiran yang luas,
kehidupan berbangsa dan bernegara.
sehingga dengan nilai lebih tersebut
Budi pekerti luhur itu sesuai dengan
mereka dapat memiliki kesadaran
kaidah-kaidah agama, adat istiadat,
untuk menentukan sikap dirinya serta
aturan keilmuan, hukum perundang,
mampu bertanggung jawab terhadap
dan
sikap dan tingkah lakunya”. Sebagai
(Panduan Umum (2002: 1).
kematangan
fisik
seorang mahasiswa BK, mahasiswa
kehidupan
kebiasaan
pribadi,
sosial,
yang
berlaku,
Hal tersebut merupakan yang
dituntut untuk mengikuti perkuliahan,
penting
mengikuti ujian, serta melaksanakan
dalam
berbagai praktek layanan konseling.
peserta didik supaya proses belajar
Selain
juga
mengajarnya menjadi efektif, maka
mengikuti
mahasiswa tersebut harus menguasai
itu
dituntut
mahasiswa
untuk
wajib
BK
bagi
materi
mereka peroleh selama mengikuti
menghadapi
perkulihan.
memberikan merupakan
PLBKS
memberikan materi kepada
PLBKS untuk menerapkan ilmu yang
Kompetensi
mahasiswa
dan
sikap
baik
guna
peserta
didik
dalam
layanan.
Sebelum
melaksanakan PLBKS, mahasiswa
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
yang
sikap dasar yang direfleksikan dalam
pembekalan terlebih dahulu berupa
kebiasaan berfikir dan bertindak yang
bimbingan dosen supaya mahasiswa
bersifat dinamis, berkembang, dan
tersebut tidak merasa cemas dalam
dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan
pemberian
berfikir
diberikan
konsisten
dan
bertindak
dan
terus
secara menerus
berbagai
akan
praktik
materi. itu
diberikan
Bekal
biasanya
macam
yang
berbentuk
keterampilan
memungkinkan seseorang menjadi
mengajar menurut Syamdani dkk,
kompeten,
(2014):
dalam
arti
memiliki
1. Keterampilan dasar bertanya
dan mengalami kelelahan karena
2. Reinforcement (penguatan)
senantiasa harus dalam keadaan
3. Keterampilan mengadakan variasi
stabil terhadap ancaman bahaya
4. Keterampilan dasar menjelaskan
yang tidak jelas.
5. Keterampilan
membuka
dan
menutup pelajaran
Menurut Buklew (Siska dkk, 2003: 68) tanda-tanda kecemasan bisa
6. Keterampilanmembimbing diskusi
dilihat dari dua sisi, yaitu:
kelompok kecil
a. Tingkat
kecemasan
7. Keterampilan Mengelola kelas
fisiologis, yaitu kecemasan
8. Keterampilan mengajar kelompok
yang sudah mempengaruhi
kecil dan peroranga
fisik, terutama fungsi sistem
Menurut Sudrajat (2011: 10)
syaraf seperti sukar tidur,
kecemasan (axcienty) adalah salah
jantung berdebar, keringat
satu bentuk emosi individu yang
berlebihan, sering gemetar
berkenaan dengan adanya rasa
dan perut mual.
terancam oleh sesuatu, biasanya
b. Tingkat
psikologis,
dengan objek ancaman yang tidak
seperti
begitu jelas. Kecemasan dengan
khawatir,
intensitas
berkonsentrasi.
yang
wajar
dapat
dianggap memiliki nilai positif
Berdasarkan
tegang,
yaitu
bingung, sulit
hasil
observasi
sebagai motivasi, tetapi apabila
yang peneliti lakukan hari Senin,
intensitasnya
tanggal 20, bulan Desember, tahun
sangat
kuat
dan
bersifat negative justru malah akan
2016
menimbulkan kerugian dan dapat
dirasakan mahasiswa PLBKS dalam
mengganggu
keadaan
melaksanakan proses layanan BK
fisik dan psikis individu yang
yaitu susah tidur karena takut akan
bersangkutan. Suatu ketegangan
memberikan
mental
yang
disertai
peserta didik di kelas, mahasiswa
dengan
gangguan
yang
PLBKS merasa takut menghadapi
individu
peserta didik yang akan bertanya
bersangkutan merasa tidak berdaya
kepada mahasiswa PLBKS terkait
menyebabkan
terhadap
biasanya tubuh
bahwa
kecemasan
layanan
BK
yang
kepada
materi
layanan
yang
diberikan
dilakukan
dengan
lima
orang
dikelas, mahasiswa PLBKS merasa
mahasiswa PLBKS yang di daerah
sulit
program
mahasiswa mengaku sering merasa
sendiri dan materi layanan yang akan
gugup, tegang, salah tingkah, keringat
diberikan kepada peserta didik yang
dingin, wajah pucat, sakit perut,
tidak terselesaikan dengan baik.
jantung berdebar-debar, dan khawatir
dalam
menyusun
Selanjutnya mahasiswa PLBKS merasa
takut
dimarahi
apabila
tidak
bias
ketika melaksanakan proses layanan
pamong
BK di sekolah. Kemudian dilihat dari
memberikan
hasil wawancara dengan tiga orang
layanan BK dengan efektif di kelas,
mahasiswa PLBKS yang di kota P
mahasiswa
jantung
PLBKS
merasa
takut
berdebar-debar,
khawatir,
dimarahi ketika permasalahan peserta
gugup adang mahasiswa mengaku
didik tidak dapat tertuntaskan dengan
sering tegang, saat berbicara di depan
baik, mahasiswa depan kelas ketika
kelas ketika melakasanakan proses
memberikan
layanan BK di sekolah.
layanan
BK
kepada
peserta didik, jantung mahasiswa PLBKS
PLBKS
merasa
cemas
Berdasarkan diatas
maka
apabila berdiri di berdebar saat
melaksanakan
berbicara
“Tingkat
dengan
pamong
dalam
permasalahan peneliti
penelitian
Kecemasan
ingin tentang
Mahasiswa
mendiskusikan layanan BK yang akan
dalam Melaksanakan Proses Layanan
diberikan
didik,
BK di Sekolah serta Perbedaan
adanya ditemukan mahasiswa PLBKS
Kecemasan Mahasiswa PLBKS di
sering merasa gugup, tegang, salah
Daerah dan di Kota Padang”.
kepada
peserta
tingkah, keringat dingin, wajah pucat,
Mengingat
begitu
luasnya
sakit perut, jantung berdebar-debar,
permasalahan yang dihadapi dalam
dankhawatirketika proses pemberian
melaksanakan layanan BK ini, maka
layanan BK kepada peserta didik di
peneliti membuat batasan masalah
dalam kelas.
yang akan dibahas yaitu:
Sedangkan dilihat dari hasil wawancara hari Senin, tanggal 20, bulan Desember, tahun 2016, yang
1. Kecemasan dalam mel
mahasiswa
PLBKS
2. aksanakan proses layanan BK di
4. Perbedaan
tingkat
kecemasan
kota dilihat dari aspek fisiologis
mahasiswa PLBKS di daerah dan
dan psikologis.
di kota Padang dilihat dari aspek
3. Kecemasan dalam
mahasiswa
PLBKS
melaksanakan
proses
layanan BK di daerah dilihat dari
fisiologis. METODE PENELITIAN Jenis
aspek psikologis dan fisiologis. Perbedaan
tingkat
kecemasan
mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek
tingkat
kecemasan
mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota Padang dilihat dari aspek
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
mahasiswa
PLBKS
melaksanakan
proses
layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis. 2. Kecemasan dalam
deskriptif
kuantitatif
pendekatan
analisis
yang
mahasiswa
PLBKS
melaksanakan
proses
layanan BK di daerah dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis. 3. Perbedaan
tingkat
kecemasan
mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek psikologis.
dengan komparatif.
menggambarkan
atau
menjelaskan peristiwa atau kejadian pada masa sekarang. Menurut Yusuf 83)
penelitian
deskriptif
merupakan usaha lebih spesifik dari/ lanjutan dan luas, atau untuk dapat menentukan
untuk mendeskripsikan:
dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah
(2007:
fisiologis.
1. Kecemasan
yang
Penelitian deskriptif yaitu penelitian
psikologis. 4. Perbedaan
penelitian
hubungan
beberapa
perubahan atau untuk memperjelas dan mempertajam konsep yang sudah ada. Menurut Arikunto (2011: 14) penelitian kuantitatif yaitu sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis telah ditetapkan. Menurut (Sugiyono, 2013: 50 data bersifat
kuantitatif/statistik
dengan
tujuan
hipotesis
yang)
dalam penelitian ini adalah data
penelitian komparatif berarti menguji
interval. Menurut Riduwan (2010: 85)
parameter populasi yang berbentuk
data
perbandingan.
menunjukkan jarak antara satu data
untuk
menguji
Jenis
data
interval
yang
adalah
digunakan
data
yang
Berdasarkan pengertian di atas
yang lain, dan mempunyai bobot yang
dapat disimpulkan bahwa penelitian
sama. Jadi yang di intervalkan dalam
deskriptif
penelitian
kuantitatif
dengan
ini
adalah
“Tingkat
pendekatan analisis komparatif yaitu,
Kecemasan
mendeskripsikan
masa
Melaksanakan Proses Layanan BK di
sekarang kemudian menguji hipotesis
Sekolah serta Perbedaan Kecemasan
yang telah ditetapkan, lalu dilakukan
Mahasiswa PLBKS di daerah dan di
uji perbedaan dari sampel yang
Kota Padang”. Sementara itu sumber
berbeda yang telah ditetapkan. Oleh
data yang digunakan adalah data
sebab itu peneliti mendeskriptifkan
primer yang diperoleh dari mahasiswa
tentang
Program
Mahasiswa
kejadian
“Tingkat dalam
Kecemasan
Mahasiswa
Studi
Bimbingan
dalam
dan
Melaksanakan
Konseling dan data sekunder data
Proses Layanan BK di Sekolah serta
yang diperoleh dari pihak UPPL
Perbedaan
STKIP PGRI Sumatera Barat.
Kecemasan
Mahasiswa
PLBKS di Daerah dan di Kota Padang.
Dalam penelitian ini teknik pengmpulan
data
yang
akan
Populasi dalam penelitian ini
digunakan adalah angket. Menurut
adalah mahasiswa PLBKS di daerah
Yusuf (2005: 249) “Angket adalah
dan di kota Padang yang berjumlah di
serangkaian
daerah 172 orang dan di kota 45
berhubungan dengan topik tertentu,
orang. Teknik yang di gunakan dalam
diberikan
pengambilan sampel ini purposive
individu
Sampling
memperoleh
data”.
Darmawan dengan jumlah sampel di
disebarkan
kepada
kota 25 orang dan di daerah 97 orang.
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
adalah
rumus
dari
pertanyaan
kepada dengan
yang
sekelompok maksud angket
untuk yang
responden,
yang diajukan dapat berupa pilihan
yang terdiri atas jenis-jenis jawaban
cemas dengan presentase 186,2 %,
sebagai berikut: 1. Setuju; 2. Sangat
sebab dari 25 mahasiswa 20
setuju ; 3. Kurang setuju; 4. Tidak
mahasiswa
setuju;
cemas
5.
Sangat
Tidak
Setuju.
tergolong
selebihnya
kategori tergolong
Sedangkan teknik Analisis data yang
kategori cukup cemas dan sangat
dilakukan
dengan
cemas. Sesuai dengan hasil data
mendeskripsikan tingkat kecemasan
tersebut, maka ditemukan adanya
mahasiswa
dalam
mahasiswa PLBKS yang merasa
melaksanakan proses layanan BK
cemas dalam melaksanakan proses
serta
layanan BK di kota.
adalah
PLBKS
perbedaan
kecemasan
mahasiswa PLBKS di daerah dan di
Berdasarkan penjelasan di
kota Padang dengan menggunakan
atas
sesuai
dengan
pendapat
rumus:
menurut Dacey (Mustika, 2005 hal 5) gejala kecemasan
P= HASILDAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka perbedaan tingkat kecemasan
dapat
ditinjau melalui tiga komponen, yaitu: a. Komponen psikologis, berupa
melaksanakan
kegelisahan, gugup, tegang,
proses layanan BK di sekolah yang di
cemas, rasa tidak aman, takut,
daerah dan di kota dilihat dari kondisi
cepat, terkejut.
mahasiswa
dalam
fisiologis dan psikologis dapat dilihat
b. Komponen fisiologis, berupa
sebagai berikut:
jantung
1. Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Kota Dilihat Dari Aspek Fisiologis dan Psikologis Berdasarkan pengolahan data
dingin, pada telapak tangan,
dapat diketahui bahwa kecemasan mahasiswa
PLBKS
dalam
melaksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis tergolong kategori
tekanan,
berdebar
darah
keringat
meninggi,
(mudah emosi), respon kulit terhadap
aliran
(sentuhan
dari
galvanis luar)
berkurang, gerakan peristaltik, (gerakan berulang-ulang tanpa disadari) bertambah, gejala somatik
atau
fisik
(otot),
gejala somatik atau (sensorik),
Menurut Hawari (Isnaini 2015:43)
gejala
mengatakan
Respiratori
(pernafasan),
gejala
Gastrointertinal (pencernaan),
kecemasan
terdiri dari: a. Aspek fisiologis
gejala Urogenital (perkemihan
Diketahui
dan kelamin).
reaksi-reaksi tubuh tertentu
c. Komponen perilaku
sosial, yang
sebuah
ditunjukkan
oleh
individu
yang
dari
munculnya
sebagian
besar
merupakan hasil kerja sistem syaraf
otonom
yang
dilingkungannya, perilaku itu
mengontrol berbagai otot dan
dapat berupa tingkah laku
kelenjar tubuh. Jika fikiran
(sikap) dan gangguan tidur.
individu
2. Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Daerah Dilihat Dari Aspek Fisiologis dan Psikologis Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa kecemasan mahasiswa
PLBKS
dalam
melaksanakan proses layanan BK di
gejala
daerah
dilihat
dari
aspek
fisiologis dan psikologis tergolong kategori
cukup
cemas
dengan
presentase 156,43%, sebab dari 72 mahasiswa kebanyakan mahasiswa merasa cukup cemas berjumlah 35 mahasiswa sangat
selebihnya
cemas,
cemas,
kategori kurang
cemas, dan 1 mahasiswa merasa tidak cemas.
dikuasai
kecemasan,
maka
oleh sistem
syaraf otonom akan berfungsi dan akan muncul gejala-gejala fisik seperti jantung berdebardebar,
tekanan
darah
nafas
menjadi
meningkat,
cepat dan terjadi gangguan pencernaan. b. Aspek emosional Yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan reaksi afektif individu. Komponen ini
ditunjukkan
dengan
munculnya kondisi perasaan yang seperti
tidak
menyenangkan kegugupan,
kegelisahan dan ketegangan.
c. Aspek koknitif
signifikan antara yaitu pada kolom
Ditunjukkan dengan adanya
sigpeserta didikyaitudiperolehnilai
kekhawatiran
sig. 0,00< 0.05
individu
terhadap
konsekuensi-
konsekuensi
negatif
yang artinya
adanya perbedaan pada kecemasan
yang
mahasiswa PLBKS dilihat dari
mungkin akan dialaminya atau
segi fisiologis. Jika kita lihat
adanya harapan yang negatif.
dengan menggunakan t tabel maka
Jika
ini
diperoleh nilai hasil t-tes adalah
meningkat,
maka
thitung 6,075 dan ttabel 1,710 maka
kemungkinan
akan
terlihat thitung>ttabel artinya hipotesis
kemampuan
kerja Ha diterima atau terdapat
kekawatiran
menggangu
individu untuk berfikir jernih,
perbedaan
memecahkan
mahasiswa PLBKS di daerah dan
masalah
memenuhi
dan
tuntutan
lingkungan.
di
kota
kecemasan
.
Menurut
antara
Sundari
(Mukhayyaroh, hal 204) bahwa
3. Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah yang di Daerah dan di Kota dilihat dari Kondisi Fisiologi Perbedaan kecemasan
gejala-gejala kecemasan ada dua macam yaitu yang bersifat fisik dan mental: a. Gejala kecemasan yang bersifat fisik merupakan suatu emosi
mahasiswa PLBKS di daerah dan
yang
di kota memang sangat tampak
meningkatnya aktivitas secara
sekali
diketahui
otonom, secara khusus aktivitas
independent samples test bahwa
pada sistem syaraf sympathetic,
kecemasan mahasiswa di daerah
antara lain:
dan
dimana dapat
di
layanan kepada
ditandai
dengan
kotadalam
pelaksaan
1) Jari-jari tangan dingin
bimbingan
kelompok
2) Detak jantung makin cepat
mahasiswa
dalam
3) Berkeringat dingin
melaksanakan proses layanan BK
4) Kepala pusing
di sekolah yang berjumlah 24
5) Nafsu makan berkurang
orang
6) Tidur tidak nyenyak
terdapat
perbedaanyang
7) Dada sesak nafas
terlihat
b. Gejala kecemasan yang bersifat
bahwa
kecemasan
mahasiswa di daerah dan di kota
mental yaitu perasaan subyektif
dalam
terhadap tekanan, dan kognisi
bimbingan
yang meliputi:
mahasiswa dalam melaksanakan
1) Ketakutan
proses layanan BK di sekolah yang
2) Merasa akan ditimpa bahaya
berjumlah
3) Tidak
korelasi yang signifikan antara
dapat
memusatkan
perhatian
pelaksaan
layanan
kelompok
24
orang
kepada
terdapat
yaitu pada kolom sigpeserta didik
4) Tidak tentram
sig. 0,00<0.05 yang artinya adanya
5) Ingin lari dari kenyataan
perbedaan
Artinya
memang
pada
kecemasan
ada
mahasiswa PLBKS dilihat dari
perbedaan yang signifikan antara
segi psikologis. Jika kita lihat
mahasiswa yang PLBKS di kota
dengan menggunakan t tabel maka
dengan mahasiswa yang PLBKS di
diperoleh nilai hasil t-tes adalah
daerah. Bisa saja hal itu terjadi
thitung 8,469 dan ttabel 1,710 maka
karena kondisi lingkungan tempat
terlihat thitung>ttabel artinya hipotesis
PLBKS, kurikulum yang dipakai
kerja Ha diterima atau terdapat
dalam
perbedaan
pembelajaran,
perbedaan
kecepatan
dan system
informasi yang di peroleh.
pengolahan
kota
dilihat
dari
kondisi
psikologis. Artinya
juga
terdapat
perbedaan dari kondisi fisiologis yang dirasakan oleh mahasiswa di kota dan daerah. Jika kita lihat
dengan
tingkat signifikan 0,00 artinya
statistik
perbedaannya sempurna dan jelas.
dengan
Mahasiswa yang memiliki rasa
independent
kecemasan dari psikologis biasa
samples test di atas maka dapat
akan tampak tegang dan kaku saat
menggunakan SPSS
versi
menggunakan
data
antara
mahasiswa PLBKS di daerah dan di
4. Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah yang di Daerah dan di Kota dilihat dari Kondisi Psikologis Setelah dilakukan
kecemasan
program 20
memberikan layanan. Perasaan ini
terasa
biasanya muncul disebabkan oleh
atau kebingungan 5) Sulit
faktor dari dalam dan luar.Menurut
berkonsentrasi 6) Khwatir
Jeffrey S, (2003: 164) beberapa
terhadap hal-hal sepele.
ciri dari kecemasan adalah:
1) Kegelisahan, kegugupan Tangan
atau
anggota
tubuh yang bergetar atau gemetar
3)
Banyak
berkeringat 4) Mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit menelan 5) Jantung berdebar
keras
berdetak
kencang
6)
Terdapat
gangguan sakit perut atau mual
7)
Wajah
memerah
dan
terasa merasa
sensitive atau mudah marah. b. Ciri-ciri Behavioral 1) Perilaku
menghibu
2)Perilaku melekat dan dependen
3)
Perilaku
terguncang.
1) Khawatir tentang sesuatu Kecemasan
kehilangan
kontrol
akan 3)
Berfikir bahwa semuanya tidak
bisa
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat kecemasan mahasiswa dalam melaksanakan proses layanan BK
di
sekolah
lagi
dikendalikan 4) Pikiran
dan
perbedaan
kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dengan kota Padang dapat disimpulkan bahwa: 1. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam
melaksanakan
proses
layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis berada pada kategori cemas. 2. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam
melaksanakan
proses
layanan BK di daerah dilihat dari
aspek
psikologis
dan
fisiologis berada pada kategori cukup cemas. 3. Adanya
c. Ciri-ciri Kognitif
2)
aduk
KESIMPULAN
a. Ciri Fisik
2)
bercampur
perbedaan
tingkat
kecemasan mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek psikologis. 4. Adanya
perbedaan
tingkat
kecemasan mahasiswa PLBKS
di daerah dan di kota Padang dilihat dari aspek fisiologis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi (2011) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Daradjat, Zakiah (1982). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. Isnaini, (2015) Nur Sari Nikmah dan Lestari Rini. Kecemasan pada Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas. Jurna lFakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. No 1. Hlm 42-43. Mustika, Dyah Mustika. (2005). Kecemasan dan Strategi Coping Remaja Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan. Jurnal Program Psikologi, Fisip, Universitas Brawijaya. Hlm 5. Mukhayyaroh, Latifah. (1991) Kecemasan Menyusun Tugas Akhir Ditinjau Dari Berfikir Positif Pada Mahasiswa Program Studi DIII kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Semarang. Hlm 204. Putri, Anggia dan Budiani Santi Meita. (2012). Pengaruh Terhadap Perilaku Belajar pada Mahasiswa yang Bekerja. Jurnal Ilmiah. Kelelahan Emosional Riduwan.(2010). Skala pengukuran variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta Bandung.:
S,
Jeffrey.
(2003).
Psikologi
Abnormal. Erlangga. Siska, dkk (2003).Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa. Jurnal Universitas Gajah Mada . 2. Hlm. 67-71. Sudrajad, Akhmad (2011). Mengatasi Masalah-Masalah Siswa Melalui Layanan Konseling Individual. Yogyakarta: Paramitra. Sugiyono. (2013). Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta. Syamdanidkk (2014).8 Keterampilan Dasar Mengajar. Padang: STKIP PGRI Sumbar Prees. Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Tinggi. Yusuf, Muri (2005). Metodologi Penelitian. Padang : UNP Press. Yusuf, Muri (2007). Metodologi Penelitian. Padang : UNP Press.