TINGKAT KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) PULAU DURAI KEPULAUAN ANAMBAS DI LAGOI Muslim Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected] Henky Irawan Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected] Arief Pratomo Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Sisik Pulau Durai Kepulauan Anambas di Lagoi”. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2015 di lokasi Pulau Durai dan Banyan Tree Konservasi Laboratorium (Lagoi). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu menetaskan telur penyu dari Pulau Durai yang dilakukan diluar habitat aslinya. Analisis data akan diuji dengan statistik One-Way ANOVA untuk mengetahui tingkat keberhasilan penetasan telur penyu sisik dari Pulau Durai yang ditetaskan di Lagoi. Jumlah telur yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 200 telur di Pulau Durai, sisanya di Lagoi. 200 telur dibagi menjadi 4 bagian yang ditempatkan di sarang semi-alami, menjadi 50 telur untuk setiap sarang. Keberhasilan penetasan di Pulau Durai sebesar 92% dankeberhasilan penetasan di Lagoi sebesar 68,5%. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukan ada “perbedaan yang nyata” antara penetasan di Pulau Durai dan Lagoi. Periode inkubasi telur penyu sisik selama 48 hari. Keberhasilan penetasan telur penyu semi alami di Pulau Durai dan Lagoi dipengaruhi oleh beberapa faktor: suhu sarang, usia telur, kedalaman sarang dan jumlah telur dalam sarang. Kata kunci: Tingkat Penetasan, Eritmochelys imbricata, Pulau Durai dan Lagoi
Success Rate Hatching Eggs Hawksbill (Eritmochely imbricata) Durai island Anambas On Lagoi Muslim Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH,
[email protected]
Henky Irawan Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH,
[email protected]
Arief Pratomo Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT This study aims to determine "Success Rate Hatching Eggs of (Eritmochely imbricata) of Durai island Anambas On Lagoi". This study was conducted on April until June 2015 in the Durai Island and Banyan Tree Conservation Laboratory (Lagoi). This study used an experimental method that was committed outside its natural habitat. The latest results will be tested with One-Way ANOVA statistics to assess the success of hatchery of (Eritmochely imbricata) of Durai island hatched in Lagoi. The number of eggs used in the study site weth 200 eggs on the island Durai, and Lagoi. 200 eggs were divided into 4 sections which are placed in a nest of semi-natural, 50 eggs per nest. On the Durai island hatching success is 92% and 68.5% in Lagoi. Results One-Way ANOVA test showed is “significant differences” between the hatch on the Durai island and Lagoi. The incubation period of the eggs is 48 days. Turtle egg hatching success semi-natural island Lagoi Durai and is influenced by several factors: the temperature of the nest, the egg ages, the depth of the nest and the number of eggs in the nest. Keywords: Hatching rate, Eritmochelys imbricata, Durai Island and Lagoi
Sulawesi
I. PENDAHULUAN
(Berau),
(Takabonerate) Latar Belakang Di Indonesia terdapat 6 jenis penyu, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Belimbing (Dermochelys coreaceae), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Sisik (Erelmochelys imbricata),
Penyu
depressa)
dan
Pipih
(Natator
Penyu
Lekang
(Lepidochelys olivacea). Semua jenis penyu diatas dianggap langka dan telah dilindungi. Dalam Red Data Book IUCN (International Union for Conservation Nature and Natural Resources) telah dicatat
dalam
kategori
Endangered,
actively threatened with extinction, yang artinya hewan ini berada dalam ambang bahaya karena sudah terancam punah (Nuitja, 1992). Penyu
(Erelmochelys
ciri khas moncong berbentuk paruh, rahang atasnya melengkung ke bawah dan relatif tajam seperti burung kakak tua sehingga sering disebut “Hawksbill (Iskandar,
2000
dalam
Setyawatiningsih, 2011). Sebagian besar penyu sisik ditemukan di Kepulauan Riau
hingga
hingga
Tenggara
(Wakatobi),
Papua
(Ka,
Selatan Sulawesi
Maluku
2000
dan dalam
Setyawatiningsih, 2011). Penyu sisik lebih sering di jumpai di pantai yang memiliki dominasi diameter pasirnya lebih besar dibandingkan penyu hijau. Sedangkan komposisi pasir yang disukai Penyu Sisik (Eritmochelys imbricate) didominasi oleh kalsit pecahan karang dan cangkang kerang (Nugroho, 2003 dalam Rudiana, 2005). Penyu sisik (Eritmochelys imbricate) adalah reptil laut yang selama hidupnya berada di laut. Hanya penyu betina yang naik kedarat untuk bertelur di atas pasir kemudian di tinggalakan begitu saja. Keberadaan Penyu Sisik tidak luput dari beberapa ancaman yang dapat
Sisik
imbricata) adalah penyu yang memiliki
turtle”
Sulawesi
Belitung,
Lampung,
Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Laut
menurunkan jumlah populasi dan dapat mengarah faktor
pada
kepunahan.
ancaman
menimbulkan
Banyak
yang
kepunahan
dapat populasi
penyu. Ancaman tersebut baik secara alamiah berupa predator penyu yang hidup di sekitar habitat sarang penyu maupun dari tekanan gangguan manusia berupa
pengambilan
telur
dan
penangkapan penyu di habitat alaminya. Penyu mengalami siklus bertelur yang
beragam, dari dua hingga delapan tahun.
Pulau Durai dan Laboratorium Lagoi.
Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan
Lebih jelas dapat di lihat pada peta
seekor penyu. Dari ratusan butir telur
lokasi penelitian gambar 01.
yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan yang berhasil sampai ke laut kembali dan
tumbuh
dewasa.
Tingkat
keberhasilan penyu dapat bertahan hidup di laut kira- kira 1 % tanpa adanya Gambar 01. Peta Lokasi P. Durai dan Lagoi.
gangguan manusia. Penyelamatan penyu
antara
dan
lain
pelestarian
dapat
melalui
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan
Penetasan Semi Alami, Perlindungan
sebagai berikut :
Translokasi Habitat (konservasi in-situ),
Tabel 01. Alat
Penegakan Hukum, dan Pemberdayaan Masyarakat
sekitar.
Penetasan
telur
penyu pada jarak tempuh yang jauh dan waktuk
tempuh
yang
lama
sudah
berhasil dilakukan pada penetasan telur penyu
Hijau
(Chelonia
mydas)
(Mardiana 2013), akan tetapi pada penyu
Tabe 02. Bahan
sisik belum pernah dilakukan. Oleh karena itu Peneliti tertarik melakukan hal yang
sama
pada
penyu
sisik
(Eritmochelys imbricate).
Metode Pengumpulan Data Menggunakan 400 telur penyu sisik yang diambil dari Pulau Durai
III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai dari 17 April 2015 hingga 3 Juni 2015 di lokasi penangkaran penyu
kemudian dibagi menjadi dua bagian, 200 direlokasi ke Lagoi dengan jarak tempuh ± 36 jam, sedangkan sisinya tetap di Pulau Durai.
Pemindahan telur dari sarang alami ke
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan menggunakan
dan
rumus
analisis Nuitja
data
sarang semi alami dilakukan setelah 1
(1992)
jam telur berada didalam lubang. Jumlah
sebagai berikut :
telur dalam sarang yang dipindahkan
Jumlah telur yang menetas
sebanyak 4 sarang yang berasal dari 4
HS =
X 100% Jumlah total telur dalam sarang
induk penyu Sisik yang berbeda di waktu yang tidak bersamaan.
T1 HS =
X 100%
Penetasan Telur Penyu Sisik
50 Ket : HS = Hatching Success T1 = Jumlah telur yang menetas 50 = Jumlah total telur dalam sarang Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan akan dianalisis
secara
kuantitatif
dan
kualitatif. Hasil perhitungan dan tabulasi data tingkat penetasan telur penyu Sisik untuk tiap perlakuan akan dianalisis dengan
Statistik
menggunakan
One-Way program
ANOVA Statistical
Product and Service Solution (SPSS).
Penetasan
telur
Penyu
Sisik
dilakukan pada 4 sarang dengan jumlah masing – masing sarang sebanyak 50 butir. Namun tidak semua telur yang ditetaskan
akan
menetas
sempurna
sehingga juga akan ada calon benih yang tidak jadi. Tingkat kondisi tukik penyu dibedakan atas T1 (jumlah tukik yang menetas), T2 (jumlah tukik mati), T3 (jumlah embrio gagal berkembang), serta T4 (jumlah telur dengan kondisi embrio tidak jadi). Berikut ini adalah hasil penetasan telur penyu Sisik Pulau Durai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
lagoi dapat dilihat dan di jelaskan pada tabel 03 tabel 04.
Telur Penyu Sisik (Eritmochelys imbricate) yang berasal dari Pulau Durai (Kepulauan Anambas) yang dipindahkan dari sarang almi ke sarang semi alami pada tanggal 17 April 2015. Pemindahan telur dari sarang alami ke sarang semi alami dilakukan pada pukul 24.20 WIB dan
selesai
pukul
04.30
WIB.
Tabel 03. Hasil Penetasan Telur Penyu di P. Durai. Sarang Ke
Pulau Durai Kepulauan Anambas
1. 2. 3. 4. Total
T1 47 48 50 39
T2 1 0 0 0
T3 2 1 0 1
T4 0 1 0 10
184
1
4
11
Persentase
92,0
0,5
2,0
5,5
Sumber : Data Hasil Penelitian (2015)
Tabel 04. Hasil Penetasan Telur Penyu di Lagoi
demikian tingkat keberhasilan penetasan
Sarang Ke
telur penyu Sisik di Pulau Durai (
Banyan Tree (Lagoi) T1 28 29 40 40 137 68,5
1. 2. 3. 4. Total Persentase
T2 0 0 0 0 0 0,0
T3 21 20 9 10 60 30,0
T4 2 1 0 0 3 1,5
Kepulauan Anambas) dan Banyan Tree (Lagoi) didapatkan bahwa ada perbedaan yang nyata. Dari hasil penelitian menunjukkan
Sumber : Data Hasil Penelitian (2015) Hasil Analisis tingkat keberhasilan penetasan Penyu Sisik dilakukan dengan menggunakan Uji one-Way ANOVA secara lengkap dapat dilihat pada tabel
Between Groups Within Groups Total
Sisik berkisar antara 27,00 0C – 35,25 0C dengan rata – rata suhu yaitu sebesar
penyu Sisik di Pulau Durai (Kepulauan
Tabel 05. Hasil Uji Statistik Data Variation
Durai salama masa peneluran penyu
30,46 0C. Kisaran suhu didalam sarang
05 berikut. Source of
kondisi suhu pada permukaan sarang P.
SS
Df
MS
F.hit
P-value
F.tab
Anambas) berkisar antara 29,00
0
C
0
276,125
1
276,125
8,171
0,028
5,987
hingga 32,13 C dengan rata – rata suhu yaitu 30,55 0C.
202,75
6
478,875
7
33,791
Hasil penelitian didapatkan rata –
Sumber : Data Hasil Penelitian SPSS (2015)
Berdasarkan hasil analisis data
rata suhu permukaan pada kisaran 26,75 0
C – 31,50 0C dengan rata – rata kondisi
suhu
uji one-Way ANOVA, diketahui bahwa
pengukuran suhu dalam sarang di Lagoi
nilai p-value sebesar 0,028 < 0,05
menunjukkan kisaran suhu berada pada
(significant Level). Dengan demikian,
nilai 26,50 0C -29,00 0C, dengan rata –
dari
Sisik
rata suhu didalam sarang 27,43 0C. Pada
dapat
suhu tersebut masih tergolong normal
keberhasilan
untuk penetasan telur penyu. Hal ini
penetasan telur yang dilakukan pada dua
diperkuat oleh pendapat Yusuf (2000)
lokasi
Durai
dalam Mardiana (2013), suhu yang
(KepulauanAnambas) dan Banyan Tree
diperlukan agar pertumbuhan embrio
(Lagoi). Hasil yang didapat dari analisis
dapat berjalan dengan baik adalah 24ºC -
data diatas, nilai F-Hitung sebesar 8,17
33ºC.
data
peneluran
Penyu
(Eritmochelys
imbricata)
menjelaskan
tingkat
dan
yaitu
F-Tabel
Pulau
sebesar
5,98
dengan
pada
nilai
28,00
0
dengan pengujian statistik menggunakan
C.
Hasil
peneluran
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang
penyu
dikedua
lokasi
tersebut.
telah dilakukan selama ± dua bulan
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai
mulai Pertengahan Juni hingga akhir
media pengangkutan pada relokasi
Mei 2015 di Pulau Durai (Kepulauan
telur
Anambas)
imbricata) dari habitat asli Pulau
dan
dan
Laboratorium
Konservasi Banyan Tree (Lagoi) bahwa tingkat keberhasilan penetasan telur
penyu
3. Perlu dilakukan penelitian tingkat penetasan
sebagi berikut:
berdasarkan
telur
keberhasilan
Penyu
Sisik
penetasan
dengan
persentase
tingkat keberhasilan peneluran penyu di Laboratorium Konservasi Banyan
uji
ANOVA
didapatkan kesimpulan bahwa adanya perbedaan
yang
nyata
antara
keberhasilan penetasan telur penyu di habitat asli Pulau Durai (Kepulauan Anambas) dengan penetasan penyu di Laboratorium
sisik
tepuh
yang
Rekomendasi Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan penetasan telur
Konservasi
Banyan
penyu
sisik
(Eritmochelys
imbricata) secara semi alami di habitat asli
Tree (Lagoi). hasil
jarak
penyu
berbeda.
(Kepulauan Anambas) lebih tinggi
2. Berdasarkan
telur
(Eritmochelys
imbricata) di habitat asli Pulau Durai
dibandingkan
(Eritmocelys
Durai.
penyu Sisik (Eritmochelys imbricata)
1. Persentase
Sisik
pulau
sehingga
durai
tergolong
diperlukan
tinggi,
pengelolaan
kawasan konservasi penyu yang lebih Intensif. Diperlukan peranserta instansi terkait
atau
pemeritah
setempat,
Lembaga sewadaya Masyarakat (LSM), serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan
konservasi
penyu
dan
dilakukan evaluasi. Diharapkan kepada
Tree (Lagoi).
kalangan akademisi untuk melakuan kajian – kajian terkait dengan kawasan
Saran 1. Perlu
dilakukan
penelitian
untuk
mengetahui perbedaan karakteristik sarang semi buatan dilokasi tempat
konsevasi penyu sisik di pulau durai (Kepaualauan Anambas).
DAFTAR PUSTAKA Ali,
Z.M. 2004. Karya Ilmiah Pelestarian Penyu Hijau di Pantai Selatan Tasikmalaya. Karya Ilmiah Tentang Pelestarian Penyu Hijau. Tasikmalaya.
Indriasari, F. 2001. Pengaruh Kepadatan Telur Dan Media Pasir Terhadap Keberhasilan Penetasn Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata) Dalam Sarang Semi Alami Di Pulau Pramuka, Kepuluan Seribu. Skripsi. FIKP.IPB. Mardiana, E. 2013. Tingkat Keberhasialan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas) Pulau Wie Tambelan di Lagoi. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kepulauan Riau. Nuitja, I.N.S. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press. Bogor. Pratomo, A. Apdillah, D. dan Soeharmoko. 2010. Aspek Biologi Penyu Di Kabupaten Bintan. Jurnal Dinamika Maritim Vol . 2 No.1. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang. Kepulauan Riau.
Purwati, E. 2000. Keberhasilan Penetasn Telur Penyu Sisik, (Eretmochelys Imbricata L) Dalam Sarang Semi Alami Di Pulau Pramuka, Taman Nasional Laut, Kepuluan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Ridla, D.A. 2007. Analisis Keberhasilaan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas) Dalam Sarang Semi-Alami di Pantai Pangumbuhan, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rudiana, E. 2004. Tingkat Keberhasilan Penetasn Dan Masa Inkubasi Penyu Hijau, Chelonia Mydas L Pada Perbedaan Waktu Pemindahan.Jurnal Ilmu Kelautan, Vol. 9 (4) : 202 – 205. Universitas Dipenogoro, Semarang, Indonesia. Sani, A. A. 2000. Karakteristik Biofisik Habitatt Peneluran Dan Hubungannya Dengan Sarang Di Peneluran Penyu Hijau (Chelonia Mydas L.) Di Pantai Siding Kereta, Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Baat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Setyawatiningsih, S.C. 2011. Karakteristik Biofisik Tempat Peneluran Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Anak Iieuh Kecil, Kepulauan Riau. Jurnal TEKNOLOGI, II (1) 2011:17– 22.