TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN
ANISA FATHIR RAHMAN
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Anisa Fathir Rahman
ABSTRAK ANISA FATHIR RAHMAN, C44050715. Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-Gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI. Di Sulawesi Selatan, kapal perikanan umumnya dibuat di pusat industri galangan kapal rakyat yang berlokasi di Kabupaten Bulukumba. Para pengrajin kapal di daerah ini terkenal hingga ke mancanegara sebagai ahli pembuat kapal. Kapal perikanan tersebut dibuat secara tradisional. Keahlian dan teknik pembuatannya hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh secara turuntemurun semata tanpa didasari oleh perhitungan arsitektur perkapalan ataupun dilengkapi oleh gambar rancangan detail seperti yang berlaku di negara-negara maju. Pembuatan kapal yang tidak dilengkapi dengan gambar rancangan detail terkadang menyebabkan terjadinya perbedaan konstruksi dengan perencanaan. Hal seperti ini biasanya terjadi pada bagian konstruksi yang sulit dan memerlukan efisiensi penggunaan material yang tinggi seperti gading-gading. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai seberapa besar tingkat keakuratan konstruksi gading-gading pada pembangunan kapal di suatu galangan. Penelitian ini dimaksudkan agar kemungkinan terjadinya perbedaan ukuran konstruksi gading-gading yang terpasang dengan gading-gading yang direncanakan lebih kecil. Tingkat keakuratan yang tinggi akan berpengaruh pada efisiensi penggunaan material dan lama waktu pengerjaan khususnya pada bagian gadinggading. Penelitian ini berlokasi di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan metode survei. Analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif numerik untuk mengetahui tingkat keakuratan pembangunan gading-gading di galangan kapal tersebut. Koreksi kesalahan konstruksi gading-gading di galangan ini terdiri dari dua cara yaitu menambah dan mengurangi ukuran jika tidak sesuai dengan yang direncanakan. Adapun tingkat keakuratan dimensi gading-gading cenderung tidak akurat (mengacu pada grafik galat relatif dimensi gading-gading yang dominan berada di zona B). Kata kunci : kapal perikanan, tingkat keakuratan, gading-gading kapal.
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN
ANISA FATHIR RAHMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-Gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan
Nama
: Anisa Fathir Rahman
NRP
: C44050715
Mayor
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Yopi Novita, S. Pi, M. Si. NIP: 19710916 200003 2 001
Vita Rumanti K, S. Pi, M.T. NIP: 19820911 200501 2 001
Diketahui:
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc. NIP: 19610410 198601 1 002
Tanggal Lulus: 27 Agustus 2009
KATA PENGANTAR Skripsi berjudul ”Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan ” ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini menjelaskan tentang
pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung di desa Tanah Beru, Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan khususnya untuk pembangunan gading-gading kapal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2008.
Secara rinci skripsi ini menjelaskan mengenai tingkat keakuratan
konstruksi gading-gading kapal dan cara koreksi yang digunakan pada pemasangan gading-gading yang dilakukan oleh pengrajin kapal di desa Tanah Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Yopi Novita, S. Pi, M. Si. dan Vita Rumanti K, S. Pi, MT. selaku dosen pembimbing atas segala saran, arahan, bimbingan, perhatian, doa dan semangat selama membimbing penulis hingga skripsi ini selesai; 2. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Dr. Eko Sri Wiyono S.Pi, M. Si. selaku dosen penguji tamu; 3. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M. Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M. Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 4. Bapak H. Muh. Yusuf sebagai pemilik Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung atas kesediaan memberikan informasi, penjelasan dan bantuan bagi penelitian ini; 5. Saudara dan teman-teman seperjuangan PSP 42 atas kebersamaannya; dan 6. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2009 Anisa Fathir Rahman
UCAPAN TERIMA KASIH Banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan secara moril maupun materiil yang sangat berguna bagi penulis. Penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1) Orang tua tercinta Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj. Faridah Kasim, SH, M. Si atas segala doa, motivasi dan dukungannya; 2) Adik-adik tersayang Bemba, Tika, dan Ucok yang tiada hentinya berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis; 3) Bagus Guntur Wibowo yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dan semangat baru kepada penulis; 4) Teman-teman ABY: Ima Kusumanti, Achmad Fauzan, dan Muh. Anggi Natapraja atas perjuangan dan kebersamaannya dalam bimbingan; 5) Teman-teman seperjuangan PSP 42 (Gina, Intan, Fati, Reny, Didin, Bepe, Eko, Bram, Noer, Haryo, Leo, Nano, Yuli, Ema, Winy, Budi, Pakde, Arif. Anja, Dhenis, Hendri, Ziah, Ummi, Septa, Irna, Puput, Yiyi, Mira, Kim, Dika, Hanno, Vera, Imam, Asep, Dian, Kily, Ferty, Adi, Oce, Dilla, Hafid, Zasuli, Feri, Sahat, Meida, Hendro, Rio, Novel, Mery, Mirza, Fifi, dan Nia). 6) Mba Ika yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis; 7) Rekan-rekan PSP 39, PSP 40, PSP 41, PSP 43, dan PSP 44; dan 8) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Anisa Fathir Rahman
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal Agustus 1987.
9
Penulis adalah anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj. Faridah Kasim, SH, M. Si. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Takalar. Pada tahun 2005 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan hingga sekarang. mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.
Selama menjadi Penulis pernah
menjabat sebagai anggota divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia tahun 2006-2007dan Sekretaris 1 Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2007-2008. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan tahun 2008 dan 2009, asisten mata kuliah Manajemen Operasi Penangkapan Ikan tahun 2008-2009, dan asisten mata kuliah Navigasi Kapal Perikanan tahun 2009. Pada tahun 2008, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “ Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan”.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii 1
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3
2
Latar Belakang..................................................................................... 1 Tujuan................................................................................................. 2 Manfaat............................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4
Kapal Perikanan.................................................................................. 4 Konstruksi Kapal................................................................................ 6 Kayu................................................................................................... 9 Gading-gading Kapal......................................................................... 12
3 METODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4
15 15 16 18 18 18
KONDISI UMUM 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
5
Waktu dan Tempat.............................................................................. Alat…………..…………………………………………………....... Jenis Data…………………………………………………………… Metode Pengumpulan Data…………………………………………. Metode Pengolahan Data…………………………………………… Analisis Data………………………………………………………... Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat…...…..................... Keadaan SDM.................................................................................... Produktivitas Galangan...................................................................... Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal.......................... Jenis dan Asal Kayu........................................................................... Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung................
20 23 23 24 25 27
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 5.2
5.3
Konstruksi Gading-gading................................................................ Proses Pembuatan Gading-gading.................................................... 5.2.1 Pembuatan gading-gading bentuk V bottom......................... 5.2.2 Pembuatan gading-gading bentuk round bottom.................. 5.2.3 Pembuatan gading-gading bentuk U bottom........................ Tingkat Keakuratan dan Teknik Pengkoreksian dalam Pembuatan Gading-gading................................................................. 5.3.1 Tingkat keakuratan dan galat relatif lebar penampang gading-gading…………………………………………….. 5.3.2 Tingkat keakuratan dan galat relatif tebal penampang gading-gading……………………………………………..
29 33 33 34 35 36 37 41
viii
5.3.3
6
Tingkat keakuratan dan galat relatif jarak antar gadinggading…………………………………………………….. 44 5.3.3.1 Jarak antar gading-gading bersisian…………….. 44 5.3.3.2 Jarak antar gading-gading berhadapan…………. 48
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 6.2
Kesimpulan....................................................................................... Saran.................................................................................................
53 53
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
54
LAMPIRAN....................................................................................................
56
ix
DAFTAR TABEL
Halaman 1
Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia.............................................
9
2
Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba................. 22
3
Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal UD. Semangat Untung…………………………………………….......... 23
4
Produktivitas galangan dari Tahun 2005 – 2008…………………........... 24
5
Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal………………………………………….......... 24
6
Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung………... 25
7
Dimensi utama obyek penelitian................................................................ 29
8
Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading…………………..
9
Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading per bentuk gading-gading……........................................................................ 38
10
Persentase selisih lebar penampang gading-gading…………………….. 39
11
Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading………………….
41
12
Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading per bentuk gading-gading…………………………………………………………...
42
37
13
Persentase selisih tebal penampang gading-gading…………………...... 43
14
Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian……………….. 45
15
Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian per bentuk gading-gading……………………………………………….
46
16
Persentase selisih jarak antar gading-gading bersisian………………..... 47
17
Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan……………
49
18
Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading per bentuk gading-gading…………………………………………...........................
50
19
Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan………………. 50
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Bentuk kasko kapal tipe ”V” bottom.........................................................
7
2
Bentuk kasko kapal tipe round bottom......................................................
8
3
Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom...............................................
8
4
Bentuk kasko kapal tipe ”U” bottom.........................................................
8
5
Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom..................................................
8
6
Bentuk kasko kapal tipe hard chin bottom................................................
8
7
Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu....................................
13
8
Konstruksi gading-gading....................................................................... a) haluan; b) midship; c) buritan.
14
9
Dimensi tebal penampang gading-gading………………………………
16
10
Dimensi lebar penampang gading-gading………………………………
16
11
Jarak antar gading-gading bersisian…………………………………….
17
12
Jarak antar gading-gading berhadapan………………………….............
17
13
Peta lokasi Kabupaten Bulukumba………………………………........... 20
14
Peta lokasi penelitian................................................................................ 21
15
Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung.............................................................................
28
16
Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak samping).... 30
17
Bentuk gading-gading U bottom: a) U bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (U1)............. 31 b) U bottom dari tiga batang kayu yang disambung (U2)..................... 31
18
Bentuk gading-gading round bottom: a) Round bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (R1)…. 31 b) Round bottom dari tiga batang kayu yang disambung (R2)……….. 31
19
Bentuk gading-gading V bottom: a) V bottom dari tiga batang kayu (V1)................................................. b) V bottom dari dua batang kayu (V2)................................................. c) V bottom dari satu batang kayu (V3)................................................
32 32 32
20
Bentuk gading-gading bagian atas dan bawah………………………….. 32
21
Penyambungan gading-gading bentuk U2……………………………… 34
22
Penyambungan gading-gading bentuk R2……………………………… 35
23
Penyambungan gading-gading bentuk V1……………………………… 36
xi
24
Penyambungan gading-gading bentuk V2……………………………… 36
25
Grafik galat relatif lebar penampang gading-gading…………………… 40
26
Grafik galat relatif tebal penampang gading-gading……………………
44
27
Grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian…………….......
48
28
Grafik galat relatif jarak antar gading-gading berhadapan……………..
52
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1
Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia...................................................
57
2
Kuisioner penelitian……………………………………………………
60
3
Alat yang digunakan dalam pembangunan kapal di UD. Semangat Untung.............................................................................
69
Kayu yang digunakan untuk membuat gading-gading di galangan yang diteliti..............................................................................................
71
5
Pengertian dari dimensi-dimensi kapal....................................................
72
6
Foto pencetakan mal besi ke batang kayu lengkung pada proses
4
pembuatan gading-gading........................................................................ 73 7
Foto-foto konstruksi gading-gading.......................................................... 74
8
Kulit kayu (barru) yang digunakan sebahai bahan pakal pada kapal yang dibuat di galangan UD. Semangat Untung......................................
9
76
Contoh perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih lebar penampang gading-gading........................................................................ 77
xiii
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kapal perikanan merupakan salah satu unit penangkap ikan yang penting
dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Nomura dan Yamazaki (1975), kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas penangkapan atau pengumpulan sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi sumberdaya perairan. Nomura dan Yamazaki (1975) juga menyatakan bahwa kapal perikanan merupakan
unit penangkapan ikan yang paling penting dan
memiliki investasi modal yang paling besar dalam usaha perikanan. Kapal perikanan yang ada di Indonesia sebagian besar dibuat di galangan kapal tradisional. Pada umumnya galangan kapal tradisional membangun kapal perikanan dari bahan kayu.
Hal ini dilakukan karena bahan kayu dianggap
sebagai material pembuatan kapal yang paling ekonomis dan pengerjaannya dapat menyerap banyak tenaga kerja.
Selain itu, pembangunan kapal kayu tidak
memerlukan teknologi mutakhir sehingga dianggap mudah dalam pengerjaannya. Pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kapal perikanan yang ada digalangan tradisional diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman generasi sebelumnya. Pembangunan kapal tidak dilengkapi perencanaan berupa gambar rancangan detail maupun perhitungan naval architec.
Prosedur yang
dilakukan pun masih belum menerapkan standar yang ditetapkan oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia). Galangan tradisional masih lemah dalam hal pemodalan, manajemen, dan penguasaan teknologi. Walaupun dihadapkan pada kenyataan seperti di atas, keberadaan dan kemampuan kapal perikanan dari galangan tradisional tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat dari kemampuan kapal-kapal ini berlayar dan menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kapal perikanan yang membantu operasi penangkapan ikan. Gading-gading merupakan salah satu bagian konstruksi yang penting. Menurut Soegiono (2006) dalam Ayuningsari (2007), gading-gading merupakan salah satu anggota kerangka kapal melintang yang dipasang pada sisi kapal mulai dari bilge sampai geladak atau dari geladak sampai geladak diatasnya. Secara
2
keseluruhan bentuk kapal ditentukan oleh kerangka kapalnya. Kerangka yang dimaksud adalah gading-gading yang juga merupakan tempat melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuknya tidak berubah. Selain itu, gading-gading merupakan bagian yang paling sulit konstruksinya dan memerlukan efisiensi material yang tinggi. Perbedaan ukuran baik kelebihan atau kekurangan ukuran gading-gading yang dibangun dari yang direncanakan memiliki pengaruh yang besar terhadap kekuatan konstruksi kapal maupun efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan, salah satunya adalah kayu. Kajian keakuratan dalam penelitian ini dilakukan pada empat komponen ukuran yaitu lebar penampang gading-gading, tebal penampang gading-gading, jarak antar gading-gading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan. Kabupaten Bulukumba dipilih sebagai daerah penelitian karena Bulukumba merupakan pusat galangan tradisional di Sulawesi Selatan. Di Indonesia, para pengrajin kapal di Bulukumba sudah terkenal kemahiran dan kepandaiannya sebagai tukang perahu alam yang cekatan atau ahli perahu. Hal ini diketahui dari banyaknya pengrajin kapal di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Kabupaten Bulukumba. Kemahiran para pengrajin kapal yang ada di Bulukumba tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi hingga ke mancanegara antara lain: Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Pentingnya konstruksi gading-gading yang benar dalam pembangunan kapal membuat penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui seberapa besar tingkat keakuratan konstruksi gading-gading yang dibuat oleh galangan kapal yang ada di Bulukumba dan mengetahui teknik yang digunakan oleh pembuat kapal untuk menutupi ketidaksesuaian ukuran tersebut.
1.2
Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1)
Memperoleh
tingkat
keakuratan
konstruksi
gading-gading
pada
pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan; dan
3
2)
Memperoleh teknik pengkoreksian kontruksi gading-gading yang dilakukan pada pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
1.3
Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk menghindari kesalahan-kesalahan konstruksi dan ketidakefisienan dalam membangun gading-gading kapal di galangan tersebut untuk kedepannya. Penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai pembangunan kapal yang dilakukan di industri galangan kapal rakyat Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kapal Perikanan Kapal merupakan suatu bangunan apung yang digunakan sebagai sarana
melakukan kegiatan di perairan, baik sebagai alat transportasi maupun unit dalam usaha penangkapan ikan. Fyson (1985), memberikan pengertian kapal perikanan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan, menyimpan ikan, dan lain sebagainya yang didesain dengan ukuran, rancangan bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin, serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Sementara itu, menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi sumberdaya perairan. Sebagian besar modal diinvestasikan untuk kapal, sehingga perencanaan dalam pembangunan kapal perikanan sangat penting dalam memulai suatu usaha perikanan. Di Indonesia, sebagian besar kapal-kapal penangkap ikan dibangun dengan cara yang masih tradisional.
Para pembangun kapal hanya mengandalkan
pengetahuan dan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun. Materialnya pun dari bahan yang cukup mudah yaitu dari bahan kayu. Kapal-kapal kayu tersebut dibangun tanpa menggunakan gambar rencana, perhitungan hidrostastik, stabilitas, trim, dan sebagainya.
Selain itu, pembangunan kapal juga tidak
dilengkapi dengan gambar-gambar desain seperti general arrangement, lines plan, deck profile, dan profile construction (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan memiliki bentuk dan jenis yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan pembangunannya.
Oleh karena itu bentuk desain maupun
konstruksinya berbeda-beda agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan pembangunannya.
5
Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan memiliki karakteristik dan keistimewaan yang membedakan dengan kapal lainnya, yaitu: 1) Kecepatan kapal Kapal perikanan memiliki kecepatan yang bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan penangkapan, biasanya memiliki kecepatan yang tinggi untuk mengejar kelompok ikan serta dapat membawa hasil tangkapan yang segar dalam waktu relatif singkat; 2) Olah gerak kapal Kapal perikanan memiliki olah gerak yang baik pada saat dioperasikan, seperti kemampuan steerability yang baik, radius putaran kecil dan daya dorong mesin (propulsive engine) yang dapat dengan mudah bergerak maju ataupun mundur; 3) Kelaiklautan (Seaworthiness) Laik laut digunakan dalam operasi penangkapan ikan dan cukup tahan untuk melawan angin, gelombang, stabilitas yang tinggi, serta daya apung yang cukup untuk menjamin keamanan dalam pelayaran; 4) Lingkup area pelayaran Kapal perikanan memiliki lingkup area pelayaran yang luas karena ditentukan oleh pergerakan kelompok ikan, daerah musim ikan dan migrasi ikan; 5) Konstruksi badan kapal kuat Konstruksi kapal perikanan harus kuat karena dalam operasi penangkapan ikan akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah.
Selain itu,
konstruksi kapal juga harus mampu menahan getaran mesin; 6) Mesin penggerak Daya dorong mesin yang dibutuhkan oleh kapal perikanan cukup besar, sedangkan volume mesin dan getaran mesin yang ditimbulkan harus sekecil mungkin; 7) Fasilitas penyimpanan dan pengelolaan ikan Kapal perikanan dilengkapi dengan fasilitas untuk menyimpan hasil tangkapan seperti palkah berpendingin, terutama jika membutuhkan waktu penangkapan yang cukup lama. Selain itu, terkadang dilengkapi juga dengan cool room, freezing room, dan processing machine; dan
6
8) Fishing equipment Kapal perikanan memiliki fishing equipment yang berbeda tergantung jenis alat tangkap yang dioperasikan, ada yang memiliki mesin-mesin bantu seperti: winch, power block, line hauler, dan sebagainya. Menurut Iskandar dan Pujiati (1995), kapal dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap yang dioperasikan, yaitu: 1) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap statik (static gear) seperti gillnet, longline, lift net, dan pole and line; 2) Kapal yang mengopersikan alat tangkap dengan ditarik (towed gear) seperti: trawl, dan pancing tonda; 3) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap dengan dilingkarkan (encircling gear). Seperti purse seine, payang, dan dogol; dan 4) Kapal yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap yang berbeda (multi purpose). Nomura dan Yamazaki (1977) mengemukakan beberapa syarat yang harus dipenuhi sebuah kapal perikanan untuk dibangun, yaitu: 1) Memiliki kekuatan struktur badan kapal; 2) Menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan; 3) Memiliki stabilitas yang tinggi; dan 4) Memiliki fasilitas penyimpanan yang lengkap.
2.2
Konstruksi Kapal Sebelum membangun kapal, lebih dahulu dibuat gambar rencana
konstruksi, kemudian dilakukan pemilihan material yang berkualitas baik. Setelah itu, dilakukan pemilihan balok-balok konstruksi yang tepat ukurannya. Jika tiga hal ini terpenuhi barulah proses pembuatan kapal dimulai. Menurut Pasaribu (1985) dalam Sinaga (1998), syarat-syarat konstruksi badan kapal adalah sebagai berikut): 1) Laik laut dan laik tangkap dalam segala kondisi yang sesuai dengan daerah pelayaran dan fungsi kapal yang diinginkan;
7
2) Ukuran balok konstruksi lambung kapal harus memenuhi ketentuan pihak berwenang yang berlaku untuk jenis, tipe, ukuran dan kekuatan kapal; 3) Konstruksi kapal perikanan sebaiknya memakai sistem konstruksi melintang; 4) Konstruksi melintang kapal menggunakan sistem gading tunggal; dan 5) Konstruksi kapal perikanan harus sesuai dengan jenis kapal perikanan, peralatan perikanan, basis perikanan, dan daerah penangkapan. Bentuk kasko kapal (badan kapal) sangat berpengaruh terhadap stabilitas kapal ketika berlayar.
Rouf (2004) menjelaskan bahwa bentuk kasko kapal
perikanan pada bagian haluan berbentuk ”V” bottom (Gambar 1), sedangkan pada bagian tengah hingga buritan terdapat lima variasi bentuk kasko kapal perikanan, yaitu: 1) Round bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat hampir setengah lingkaran (Gambar 2); 2) Round flat bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang rata pada bagian bawahnya (Gambar 3); 3) ”U” bottom, yaitu tipe kasko kapal yang memiliki bentuk seperti huruf ”U” (Gambar 4); 4) Akatsuki bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir menyerupai huruf ”U”, tetapi setiap lekukannya membentuk suatu sudut dan rata pada bagian bawahnya (Gambar 5); dan 5) Hard chin bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir sama dengan Akatsuki bottom, tetapi pertemuan antara lambung kiri dan kanan kapal pada bagian lunas membentuk suatu sudut seperti dagu (Gambar 6).
Gambar 1 Bentuk kasko kapal tipe ”V” bottom.
8
Gambar 2 Bentuk kasko kapal tipe round bottom.
Gambar 3 Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom.
Gambar 4 Bentuk kasko kapal tipe ”U” bottom.
Gambar 5 Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom.
Gambar 6 Bentuk kasko kapal tipe hard chin bottom.
9
2.3
Kayu Pemilihan material kapal merupakan salah satu tahapan penting yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan kapal karena sangat menentukan umur teknis sebuah kapal dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan material yang tepat akan dapat memberikan suatu kekuatan struktur badan kapal sehingga dalam pengoperasiannya dapat berjalan sesuai dengan harapan. Material kapal yang umum digunakan di Indonesia adalah kayu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), kayu adalah pohon yang batangnya keras; bagian batang (cabang, dahan, dsb) pokok yang keras (yang biasa dipakai untuk bahan bangunan, dsb). Kayu yang digunakan biasanya memiliki umur teknis antara 10-15 tahun.
Kayu banyak digunakan sebagai material kapal karena
merupakan material yang cukup mudah diperoleh, persediaannya banyak, cukup mudah untuk dikerjakan, serta harganya relatif murah dibanding material lainnya seperti bahan baja, besi, dan FRP. Selain itu, pembangunan kapal dengan kayu juga tidak memerlukan teknologi yang tinggi (Pasaribu, 1985 dalam Purba, 2004). Jenis-jenis kayu yang banyak digunakan untuk industri perkapalan di Indonesia beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis kayu lainnya beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia No
Jenis kayu
Sifat kayu
Kegunaan
Daerah penyebaran Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan (Palembang), Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Seluruh Sulawesi
1
Balau (Shorea spp)
KA I-II, KK I-II, BJ 0.881.13, sangat keras, mudah retak pada permukaan, umumnya tidak sukar digergaji
Kemudi, dayung, tiang layar, lunas, gading
2
Giam (Cotylelobium spp)
KA I, KK I, BJ 0.97-1.02, keras, mudah retak, sukar digergaji
Lunas, gading, dayung, badan kapal
3
Gofasa (Vitax cofassus Reinw)
KA II-III, KK II-III, BJ 0.74 (0.57-0.93), keras, agak sukar digergaji
Gading, lunas
Seluruh Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya
4
Jati (Tectona grandis L.f)
KA II, KK II, BJ 0.67 (0.62-0.75), agak keras, mudah dikerjakan
Semua bagian kapal
Seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, (Sumbawa), Maluku, Lampung
10
Tabel 1 Lanjutan No
Jenis kayu
Sifat kayu
5
Kempas (Koompasia malaccensis Maing)
KA III-IV, KK I-III, J 0.95 (0.68-1.29), sangat keras, sukar dikerjakan
6
Kulim (Scorodocarpus boornensis Becc)
KA I-II, KK I, BJ 0.94 (0.73-1.08), keras, agak mudah dikerjakan
Kegunaan Bagian-bagian keras utama kapal setelah diawetkan
Lunas
KA I-II, KK I-III, BJ 0.79-0.84, agak keras Lunas, gading 7 Merbau (Instia spp) sampai keras, agak dek mudah dikerjakan KA I, KK I, BJ 1.04 Ulin (Eusidiroxylon Dek, lunas, 8 (0.88-1.19), sangat keras, zwagari T.et) gading agak sukar dikerjakan Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis (Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007)
Daerah penyebaran Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, seluruh Kalimantan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jami, Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya Jambi, Sumatera selatan, seluruh Kalimantan
Biro Klasifikasi Indonesia (1989) menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya. Umumnya, sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis, dan kelembapan kayu. Kapal memiliki bagian yang terus-menerus terendam air, kadang-kadang terendam kadang-kadang tidak dan terus-menerus terkena panas matahari dengan sekali-kali terkena hujan. Oleh karena itu, dibutuhkan kayu yang kuat, liat, tidak mudah pecah, tidak cacat dan tahan terhadap gangguan organisme laut.
Selain itu, perlu juga dipertimbangkan juga cacat-cacat yang ada serta
mudah atau tidaknya jenis kayu tersebut dikerjakan dan dibentuk. Mandang dan Pandit (1997) dalam Kalyana (2008) meneliti dan mendeskripsikan beberapa jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal, yaitu: 1)
Kayu balau (Shorea roxb) Ciri utama jenis kayu ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak polos atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergantian pada bidang radialnya. Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar dan umumnya agak halus. Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu ini memiliki berat jenis antara 0,88-1,13. Kayu ini digunakan untuk lunas dan gading-gading kapal;
11
2)
Kayu giam (Colylelobium pierre) Jenis kayu ini memiliki warna kuning kecoklatan, lambat laun akan berubah menjadi coklat gelap sampai coklat kemerah-merahan.
Tekstur halus dan
merata. Jenis kayu ini memiliki kekerasan sangat keras. Berat jenis ratarata antara 0,83-1,15. Kayu ini digunakan sebagai lunas; 3)
Kayu gofasa (Vitex cofassus) Ciri utama jenis kayu ini berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu, kelabu ungu sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar. Berat jenis rata-rata 0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai bahan bangunan yang bermutu tinggi dan digunakan sebagai konstruksi lunas, dinding, dan balok-balok rangka;
4)
Kayu jati (Tectona grandis) Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah. Teksturnya agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67 dalam kisaran 0,62-0,75. Kayu ini digunakan untuk semua bagian dari kapal, termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal;
5)
Kayu kereta (Swintonia griffith) Ciri utama jenis kayu ini berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat. Bercorak keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan raba licin. Kekerasan agak keras sampai keras. Berat jenis antara 0,67-0,79. Terutama digunakan untuk lunas dan badan kapal.
6)
Kayu kempas (Koompassia malaccensis) Kayu ini memiliki ciri berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis kekuningan. Bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata 0,95 dalam kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat, dalam bidang perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas; dan
7)
Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) Ciri umum, teras berwarna kuning kecoklatan bila segar dan lambat laun berubah menjadi coklat tua kehitaman. Bercorak polos dan bertekstur agak kasar. Kayunya sangat keras dan termasuk kayu berat dengan rata-rata berat
12
jenis 1,04 dengan kisaran 0,88-1,19. Digunakan sebagai bahan konstruksi berat dan bahan konstruksi di bawah laut seperti lunas. Fyson (1985) menjelaskan bahwa pemilihan material kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh: 1) Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan; 2) Kemudahan dalam memperoleh bahan; 3) Keuntungan teknis dari tiap material; dan 4) Biaya pembelian bahan material. Pasaribu (1987) menyatakan beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan guna memperoleh umur pakai yang lama dari kapal penangkap ikan berbahan kayu adalah: 1) Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan; 2) Kelayakan desain dan metode konstruksi kapal; dan 3) Pengelolaan dan perawatan kapal. Pemilihan jenis material yang digunakan dalam pembangunan kapal juga dipengaruhi oleh keadaan setempat (jenis material yang tersedia dan kemudahan didapatkan di daerah tersebut) serta kebiasaan para pembuat kapal setempat. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan menyangkut ketentuan konstruksi kapal yang sesuai dengan keadaan setempat (Chindhambaram, 1960 dalam Askabul, 1984). Ketentuan konstruksi kapal di Indonesia telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Badan ini berwewenang untuk menetapkan ukuran berbagai kerangka kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang diperbolehkan untuk konstruksi kapal. Oleh karena itu, ukuran berbagai bagian konstruksi kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang digunakan dalam pembangunan kapal di Indonesia harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan tersebut. 2.4
Gading-gading Kapal Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), gading-gading adalah
rangka atau penguat kontruksi kapal secara melintang sekaligus tempat
13
melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak berubah. Gadinggading berfungsi untuk menghubungkan papan kulit luar satu dengan lainnya dan juga memperkuat kulit luar pada arah melintang. Bersama papan kulit, gadinggading menahan tekanan air dan muatan di palka. Pada umumnya, galangan kapal di Indonesia membangun kapal dengan pemasangan papan kulit luar terlebih dahulu.
Pemasangan gading-gading
dilaksanakan setelah papan kulit terluar dipasang.
Hal ini mengakibatkan
ketidaksimetrisan kapal karena gading-gadinglah yang dibuat mengikuti papan kulit kapal.
Konstruksi gading-gading lengkung dibuat dari kayu yang arah
seratnya sejalan dengan bentuk gading-gading. Apabila kayu tersebut tidak cukup panjang, maka gading-gading dapat disambung. Gading-gading dapat berupa gading tunggal atau gading ganda. Gading tunggal adalah gading-gading yang terdiri dari satu bagian dan gading-gading ganda adalah gading-gading yang
terdiri dari dua bagian yang menempel.
Gading-gading ganda terdiri atas gading-gading kiri dan kanan yang disatukan di bagian bawah dengan menggunakan wrang (floor). Wrang disambung dengan gading-gading dan lunas kapal menggunakan baut.
Selain itu wrang juga
dihubungkan dengan lunas menggunakan baut-baut. Wrang di bawah pondasi mesin harus diperkuat dengan menambah tinggi dan tebal wrang (Soekarsono, 1994 dalam Ayuningsari, 2007). Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Konstruksi gading-gading bagian haluan, midship dan buritan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7 Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu (Sumber: Soekarsono 1994).
14
Gambar 8 Konstruksi gading-gading; a) haluan; b) midship; dan c) buritan (Sumber: Yatnaningsih 1998).
3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei.
Menurut
Consuelo (1988) yang dikutip oleh Umar (2005), metode survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada. Oleh karena itu, tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah bukan menguji hipotesis. Metode survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu membandingkan kondisi-kondisi yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan untuk pelaksanaan evaluasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, metode survei yang digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kondisi objek penelitian dengan kriteria atau ketentuan yang telah ditetapkan.
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap.
Tahap I adalah tahap
persiapan dan survei yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2008. Tahap II adalah tahap pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2008 dan tahap III adalah tahap pelengkapan data yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008. Penelitian dilaksanakan di pusat industri galangan kapal UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
3.2
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat ukur, kuisioner
(Lampiran 2), kamera digital, dan alat tulis. Obyek kajian dalam penelitian ini adalah kapal ikan yang dibangun di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung yang berlokasi di Desa Tanah Beru, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
16
3.3
Jenis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
Data primer adalah data yang diambil langsung selama proses
penelitian, yaitu: 1) Data jumlah gading-gading yang digunakan dalam pembangunan kapal; 2) Data tahapan pembangunan gading-gading yang dilakukan di galangan tersebut; 3) Data ukuran dimensi tebal penampang gading-gading satu sampai ke- n dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 9); t Ket : t = tebal gading-gading
Gambar 9 Dimensi tebal penampang gading-gading (Gambar non skala). 4) Data ukuran dimensi lebar penampang gading-gading satu sampai ke- n dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 10); l
Ket : l = lebar gading-gading
Gambar 10 Dimensi lebar penampang gading-gading (Gambar non skala).
17
5) Data letak pemasangan antar gading-gading; a. Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar 11).
x
Ket: x = jarak antar gading-gading bersisian
Gambar 11 Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar non skala). b. Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar 12). y
Ket: y = jarak antar gading-gading berhadapan Gambar 12 Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar non skala).
6) Data gambar hasil pengamatan bentuk gading-gading dan cara penyambungannya; dan 7) Teknik untuk meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi gading-gading. Pada penelitian ini, ukuran keempat dimensi gading-gading yang direncanakan ditentukan oleh pihak galangan atau pembuat kapal berdasarkan kebiasaan yang dilakukan dalam membangun kapal. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung selama penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
18
atau keterangan-keterangan mengenai hal yang berhubungan dengan konstruksi gading-gading berdasarkan literatur.
3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara, yang pertama
pengumpulan data dengan mengukur langsung dimensi gading-gading kapal. Dimensi gading-gading yang di ukur adalah lebar, tinggi, jarak antar gadinggading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan. Metode yang kedua adalah melalui wawancara dengan responden yaitu para pembuat kapal. Wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya terkait dengan tujuan penelitian.
Sedangkan pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan cara studi literatur.
3.5
Metode Pengolahan Data Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan cara mengelompokkan
data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber dalam bentuk gambar, diagram alir, dan tabel (tabulasi) berdasarkan jenis data yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan dianalisis.
3.6
Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
dan analisis komparatif numerik.
Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan mengenai teknik-teknik yang dilakukan oleh para pembangun kapal dalam meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi.
Sedangkan analisis
komparatif numerik digunakan untuk menghitung tingkat keakuratan gadinggading dengan membandingkan ukuran konstruksi gading-gading berdasarkan hasil nyata di lapangan dan perencanaan pada pembangunan kapal. Rumus yang digunakan adalah:
Dimensi gading-gading terpasang Tingkat keakuratan =
x 100% Dimensi gading-gading rencana
…… (1)
19
Selanjutnya nilai tingkat keakuratan yang diperoleh akan dikelompokkan berdasarkan pengelompokan tingkat keakuratan sebagai berikut: a)
Tingkat keakuratan = 100%, menunjukkan bahwa konstruksi gading-gading terpasang sama dengan yang direncanakan (akurat).
b) Tingkat keakuratan > 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading terpasang memiliki kelebihan ukuran dari yang direncanakan (tidak akurat). c)
Tingkat keakuratan < 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading terpasang
memiliki kekurangan ukuran dari yang direncanakan (tidak
akurat). Setelah memperoleh tingkat keakuratan dimensi gading-gading, dilakukan analisis galat.
Analisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang
menggunakan metode numerik. Galat dimaksudkan untuk mengetahui seberapa dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya (Munir, 2003).
Galat yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara ukuran dimensi gading-gading yang direncanakan dan ukuran dimensi gading-gading yang terpasang.
Analisis
galat yang digunakan adalah analisis galat relatif, dimana galat tersebut dinormalkan terhadap ukuran dimensi gading-gading yang direncanakan. Galat relatif dalam bentuk persentase diperoleh dari rumus berikut: Gading-gading rencana – Gading-gading terpasang Persentase selisih = Gading-gading rencana
x 100% ……….(2)
Persentase selisih yang diperoleh dibagi ke dalam zona-zona berikut (Zona A dan B ) dengan masing-masing selang kelas sebagai berikut: a)
Zona A = 0% ≤ x ≤ 1% (zona akurat);dan
b) Zona B = x > 1% (zona tidak akurat); Penentuan batas akurat sebesar 1% didasarkan pada kebiasaan di galangan Semangat Untung. Biasanya koreksi dilakukan terhadap nilai keakuratan > 1% dari dimensi yang direncanakan.
4 KONDISI UMUM 4.1
Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat Untung Galangan kapal UD. Semangat Untung terletak di Desa Tanah Beru,
Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Kapal yang diproduksi bermacam-macam, seperti kapal perikanan dan kapal penumpang. Sewaktu penelitian ini dilakukan terdapat tiga buah kapal yang diproduksi, dua diantaranya adalah kapal perikanan dengan alat tangkap gillnet dan purse seine. Secara geografis, Kabupaten Bulukumba adalah wilayah di bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan yang berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Bulukumba terletak diantara 05°20° – 05°40° LS dan 119°58° - 120°28° BT, berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara, Teluk Bone di sebelah timur, Laut Flores di sebelah selatan, dan Kabupaten Bantaeng di sebelah barat (Gambar 13). Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 km² atau 1,85% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Peta lokasi Kabupaten Bulukumba
Gambar 13 Peta lokasi Kabupaten Bulukumba.
21
Kabupaten Bulukumba terkenal dengan industri galangan kapal rakyatnya yang berpusat di Kecamatan Bontobahari. Kecamatan Bontobahari adalah lokasi dimana penelitian ini dilakukan (Gambar 14). Industri galangan kapal rakyat inilah yang menjadi ciri khas Kecamatan Bontobahari dan membedakannya dengan kecamatan lainnya.
Banyaknya galangan kapal di Bontobahari,
menjadikan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pembuat kapal dan nelayan. Mereka umumnya memiliki kemahiran dalam membuat kapal-kapal tradisional, seperti kapal perikanan dari kayu. Namun tidak sedikit juga yang membuat kapal perikanan dari bahan yang modern.
Para pengrajin kapal di
Bulukumba terkenal sebagai ahli perahu, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pengrajin yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Bulukumba. Bahkan terkenal hingga ke mancanegara terbukti dengan banyaknya kapal-kapal milik asing yang dipesan dari galangan kapal di Bulukumba.
Lokasi Penelitian
Gambar 14 Peta lokasi penelitian. Galangan kapal UD. Semangat Untung mampu memproduksi 3 – 6 kapal baru per tahun dengan waktu pembangunan kapal yang berbeda-beda. Galangan ini termasuk galangan yang produktif karena selalu memproduksi kapal meskipun tidak ada pemesanan. Menurut pemilik galangan, harga penjualan kapal tanpa pemesanan terlebih dahulu dan tanpa dilengkapi dengan gambar rencana detail memiliki harga yang relatif lebih rendah dari pada kapal yang dipesan terlebih dahulu.
22
Berdasarkan tingkat teknologinya, pembangunan kapal di galangan UD. Semangat Untung masih relatif rendah. Pembangunan kapal hanya berdasarkan pengalaman turun temurun dan kebiasaan para pengrajin.
Pada umumnya
galangan kapal membuat kapal tanpa disertai dengan gambar rancangan detail. Pembuatan kapal hanya dilengkapi dengan gambar sketsa kapal yang akan dibangun.
Akan tetapi, galangan tersebut juga dapat menerima pesanan
pembuatan kapal yang telah dilengkapi dengan gambar detail seperti general arrangement dan profile construction yang berasal dari pihak pemesan. Biasanya pemesan kapal yang dilengkapi dengan gambar detail dan perhitungan arsitek perkapalan berasal dari dinas-dinas pemerintahan atau pihak asing. Peralatan yang digunakan untuk membuat kapal juga masih sederhana dan didominasi oleh peralatan non elektronik. Hal ini dikarenakan galangan kapal masih tradisional dan penggunaan peralatan tersebut sudah merupakan kebiasaan turun temurun.
Jarang sekali ditemukan alat-alat modern berupa alat-alat
elektronik yang mampu memberikan kemudahan bagi para pengrajin kapal dalam proses pengerjaan kapal. Meskipun demikian, kapal yang diproduksi di daerah ini sudah terbukti kemampuan dan kekuatannya. Beberapa peralatan yang digunakan di galangan kapal yang ada di Bulukumba dapat dilihat pada
Tabel 2 dan
Lampiran 3.
Tabel 2 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Peralatan yang digunakan galangan kapal Kapak Gergaji Pahat Catok Pasak Palu Mal besi Golok Alat ukur Obeng Singkolo Bacci Bor listrik Ketam listrik
Jenis peralatan (elektronik/non elektronik) Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Non elektronik Elektronik Elektronik
23
4.2
Keadaan SDM Jumlah tenaga kerja yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung
sebanyak 8 orang, dengan tenaga kerja tetap sebanyak 5 orang dan sisanya 3 orang adalah tenaga kerja tidak tetap. Di galangan kapal ini tidak ada pembagian kerja secara khusus dan jumlah tenaga kerja yang ada juga masih terbatas. Keadaan sumberdaya manusia yang terdapat di UD. Semangat Untung jumlahnya masih terbatas dan pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Keadaan sumberdaya manusia di UD. Semangat Untung dapat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal UD. Semangat Untung No. 1 2
3
Jabatan Pemilik galangan Bagian analisis usaha
Pendidikan terakhir
Jumlah (orang)
Status
Pengalaman bekerja (tahun)
SD
1 orang
Pekerja tetap
40 tahun
Sarjana S-1
1 orang
Pekerja tetap
10 tahun
SD
1 orang 2 orang 1 orang
Pekerja tetap Pekerja tidak tetap Pekerja tetap
25 tahun 14 tahun 20 tahun
1 orang 1 orang
Pekerja tidak tetap Pekerja tetap
12 tahun 15 tahun
Pekerja/Pembuat SMP kapal SMA
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sumberdaya manusia yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung rata-rata memiliki pendidikan yang masih rendah. Sumberdaya manusia di galangan tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan kecuali seorang sarjana ekonomi yang memiliki tugas sebagai analisis usaha. Tetapi pengalaman sumberdaya manusia yang ada tidak diragukan lagi karena mereka sudah berpuluh-puluh tahun lamanya bekerja sebagai pembuat kapal.
4.3
Produktivitas Galangan Data produksi kapal tiga tahun terakhir di UD. Semangat Untung dapat
dilihat pada Tabel 4.
24
Tabel 4 Produktivitas galangan dari Tahun 2006 - 2008 No.
Ukuran kapal
1. 2. 3.
< 50 GT 50 – 150 GT 150 – 300 GT
2006 2 3 1
Tahun 2007 3 2 -
2008 3 2 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kapal di galangan UD. Semangat Untung rata-rata adalah 6 unit setiap tahun. Sebenarnya galangan kapal ini mendapat pesanan kapal lebih dari 6 unit setiap tahun. Tetapi, karena galangan memiliki sumberdaya manusia dan tingkat teknologi terbatas, maka kapal yang diproduksi hanya sampai 6 unit per tahun.
4.4
Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal Waktu pengerjaan satu unit kapal ditentukan oleh ukuran kapal dan jumlah
pekerja yang mengerjakan.
Jumlah pekerja dan waktu pengerjaan kapal
berdasarkan ukuran kapal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal No. 1. 2. 3.
Ukuran kapal (GT) < 50 GT 50 – 150 GT 150 – 300 GT
Jumlah pekerja (orang) 1 – 2 orang 3 – 4 orang 4 – 5 orang
Waktu pengerjaan (bulan) 1 bulan 1 – 2.5 bulan 3 – 5 bulan
Lama pengerjaan per unit kapal berbeda-beda tergantung ukuran kapal dan jumlah pekerja yang membuat kapal tersebut. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ukuran kapal yang besar membutuhkan jumlah pekerja yang lebih banyak dan waktu pengerjaan yang lebih lama. Begitu pula sebaliknya ukuran kapal yang kecil membutuhkan jumlah pekerja lebih sedikit saja dan waktu pengerjaannya juga lebih cepat. Pemesanan kapal tidak saja berasal dari lokal atau luar Pulau Sulawesi, akan tetapi juga terdapat pemesanan yang berasal dari luar negeri seperti Amerika, Inggris, Prancis, dan Kanada. Sedangkan untuk
25
pemesanan dari luar Pulau Sulawesi diantaranya berasal dari Jawa, Kalimantan, Irian, dan Sumatera. Sistem pemberian upah di galangan kapal ini terdiri dari beberapa cara, yaitu sistem upah harian, borongan, dan berdasarkan ukuran meter yang dikerjakan. Dalam sistem upah harian, pekerja tetap mendapatkan upah Rp 50.000,00/hari sedangkan pekerja tidak tetap Rp 40.000,00/hari.
Dalam
sistem upah borongan biasanya pekerja dibayar 10-15 juta per kapal sampai selesai tergantung dari ukuran kapalnya untuk 4-5 orang pekerja. Sedangkan untuk sistem ukuran meter yang dikerjakan, pekerja dibayar Rp 5000-7000/ batang gading-gading dan Rp 7000/3-5 meter bagian kapal lainnya.
Sistem
pemberian upah di galangan tersebut diberikan berdasarkan ukuran kapal dan waktu pengerjaan yang ditetapkan oleh pihak pemesan. Waktu kerja di galangan kapal UD. Semangat Untung adalah setiap hari dimulai pada pukul 08.30-17.00 WITA.
4.5
Jenis dan Asal Kayu Jenis kayu yang digunakan di galangan kapal UD. Semangat Untung
berbeda-beda tergantung untuk bagian konstruksi sebelah mana kayu tersebut akan digunakan. Kayu tersebut didatangkan dari berbagai daerah. Jenis, asal kayu, dan peruntukan dari masing-masing jenis kayu yang digunakan di UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung No.
Jenis kayu
1.
Kayu besi atau merbau (Intsia bijuga O)
2.
Kayu jati (Tectona grandis j. f)
Asal kayu Sulawesi Selatan (Bulukumba) , Sulawesi Tenggara (Kendari), Maluku dan Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan (Bulukumba dan Selayar), Sulawesi Tenggara (Kendari), Maluku, dan Jayapura
Bagian konstruksi Lunas, linggi haluan dan buritan
Gading-gading, linggi haluan dan buritan
26
Tabel 6 Lanjutan No.
Jenis kayu
Asal kayu
Bagian konstruksi Gading-gading, linggi haluan, dan lambung atau badan kapal.
3.
Kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus)
Sulawesi, Maluku, dan Jayapura
4.
Kayu meranti (Shorea spp.)
Sulawesi Selatan (Bulukumba), Sulawesi Tenggara (Kendari)
Lambung atau badan kapal
5.
Kayu kulim (Scorodocarpus borneonsis Becc.)
Kalimantan, Sulawesi Tenggara (Kendari)
Lunas
Hampir semua jenis kayu tersebut terdapat di Kabupaten Bulukumba, tetapi karena kebutuhan kayu yang besar maka ketersediaan kayu lokal tidak mencukupi. Oleh karena itu, perlu didatangkan kayu tambahan dari luar daerah Bulukumba seperti dari Sulawesi Tenggara (Kendari), bahkan ada yang didatangkan dari Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Jayapura. Kayu yang digunakan untuk pembuatan gading-gading adalah jenis kayu jati (Tectona grandis j. f) dan kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus). Penggunaan kayu tersebut tergantung dari bentuk gading-gading yang akan dibuat. Bentuk gading-gading di galangan UD. Semangat Untung ada tiga, yaitu bentuk V bottom, round bottom, dan U bottom. Kayu biti atau gofasa biasanya sudah berbentuk V sehingga biasa digunakan untuk bagian gading-gading bentuk V bottom yang terletak di dekat linggi haluan. Hal ini dilakukan agar konstruksi gading-gading lebih kuat bila dibuat dari satu batang kayu. Beberapa gading-gading berbentuk V bottom ada yang dibuat dari kayu jati. Namun, konstruksi seperti ini tidak sekuat konstruksi gading-gading yang menggunakan kayu utuh, sehingga konstruksi itu dipakai untuk bagian V bottom yang tidak terlalu dekat dengan linggi haluan. Selanjutnya, gading-gading bentuk round bottom dan U bottom menggunakan kayu jati (Lampiran 4). Kayu jati memiliki ciri-ciri berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah, bertekstur agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Kayu jati memiliki kekerasan agak keras, berat jenis ratarata 0,70 dalam kisaran 0,58-0,82, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II dan
27
Kelas Kuat II, serta mudah dikerjakan. Sedangkan kayu biti atau gofasa memiliki ciri-ciri keras dan agak sukar digergaji, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II-III dan Kelas Kuat II-III serta memiliki berat jenis 0.74 dalam kisaran 0.57-0.93. Berdasarkan ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia (1989), kayu untuk bagian gading-gading harus mempunyai berat jenis minimal 0,7 dan dengan mutu minimum KK III dan KA III. Maka kayu jati dan kayu biti yang digunakan untuk bagian gading-gading di Galangan Kapal UD. Semangat Untung dinilai sudah tepat karena sudah memenuhi ketentuan BKI tersebut.
4.6
Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung Proses pembangunan kapal perikanan di galangan kapal U.D Semangat
Untung diawali dengan penentuan dimensi dan sketsa kapal yang akan dibuat oleh pemilik galangan. Dimensi dan sketsa kapal tersebut dapat berasal dari dua sumber, yaitu dari pihak pemesan dan pemilik galangan itu sendiri. Jika dari pihak pemesan disertai dengan gambar general arrangement, lines plan, deck profile, dan profile construction, maka pemilik galangan membuat kapal berdasarkan gambar detail tersebut. Tetapi jika tidak disertai dengan gambar detail, maka pemilik galangan yang akan menentukan dimensi dan sketsanya. Setelah itu dilakukan pemilihan material atau balok-balok kayu berkualitas sesuai dengan bagian-bagian kapal yang akan dibangun.
Hal ini dilakukan karena
masing-masing bagian kapal dibangun dari jenis kayu yang berbeda. Penggunaan kayu untuk konstruksi kapal di suatu tempat bergantung pada kebiasaan pengrajin kapal di tempat tersebut. Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, maka proses pembangunan kapal segera dilakukan.
Pembangunan kapal dimulai dengan peletakan lunas dan
pemasangan linggi. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kulit kapal hingga setengah tinggi terlebih dahulu lalu pemasangan kerangka utama atau gadinggading. Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan pemasangan kulit kapal keseluruhan hingga ke sheer. Tahap akhir dari proses pembangunan kapal adalah pengecatan. Secara berurutan tahapan pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Gambar 15.
Pada umumnya tahapan
28
pembangunan kapal di Bulukumba sama dengan pembangunan kapal daerah lain di Indonesia. Mulai Peletakan lunas;
Pemasangan linggi haluan; Pemasangan linggi buritan; Pemasangan kulit kapal setengah tinggi kapal; Pemasangan gading-gading;
Pemasangan galar (geladak); Pembuatan pondasi mesin; Pemasangan kulit kapal seluruhnya hingga ke sheer; Pemasangan golak (sheer); Pemasangan lantai dek; Pemasangan tiang layar;
Pembuatan palka
Pemakalan Pengecatan dan pemberian anti fouling Selesai
Gambar 15
Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Konstruksi Gading-gading Gading-gading adalah kerangka utama dalam pembangunan sebuah kapal.
Pembangunan konstruksi gading-gading sebuah kapal harus dipastikan kuat dan kokoh agar dalam pengoperasiannya kapal tersebut mampu bertahan dalam berbagai kondisi di laut. Kapal yang diteliti adalah jenis kapal perikanan dengan alat tangkap jaring. Oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan kapal jaring. Dimensi utama kapal dapat diihat pada Tabel 7. Pengertian dari dimensi utama kapal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 7 Dimensi utama obyek penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Dimensi LOA (Length Over All) LPP (Length Per Pendicular) LWL (Length Water Line) B (Breadth) D (Depth) d (Draught) Mesin Kekuatan mesin Kapasitas
Ukuran 12 meter 7,7 meter 9,9 meter 1,825 meter 0,74 meter 0,44 meter TS Shanghai (inboard) 16 PK 2,3 GT
Kapal yang menjadi obyek penelitian memiliki 29 gading-gading. Pada umumnya gading-gading kapal yang dibangun di galangan kapal UD. Semangat Untung terdiri dari tiga bentuk yang berbeda, yaitu bentuk U bottom, round bottom, dan V bottom. Ketiga bentuk gading-gading tersebut dibuat untuk posisi gading-gading yang berbeda, untuk gading-gading posisi 1 – 10 menggunakan bentuk U bottom, gading-gading posisi 11 – 22 menggunakan bentuk round bottom, dan gading-gading posisi 23 – 29 menggunakan bentuk V bottom (Gambar 16). Setiap gading-gading, konstruksinya dapat dibuat dari satu hingga tiga batang kayu dengan teknik pemotongan searah serat agar lebih kuat dan lebih efisien penggunaannya.
30
Gading-gading
1
Gambar 16
10;11
22;23
29
Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak samping).
Setiap gading-gading terdiri dari bentuk yang berbeda-beda. Bentuk gadinggading U bottom terdiri atas: bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 17 a dan b). Bentuk gading-gading round bottom terdiri atas: bentuk round dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung dan bentuk round dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 18 a dan b). Sedangkan bentuk gadinggading V bottom terdiri atas: bentuk V dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 19a), bentuk V dari dua bagian konstruksi yang disambung dengan tipe sambungan seperti Gambar 19b, dan bentuk V dari satu bagian konstruksi (Gambar 19c).
31
a)
b) Gambar 17 Bentuk gading-gading U bottom (Gambar non skala): a) U bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (U1). b) U bottom dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2).
a)
b)
Gambar 18 Bentuk gading-gading round bottom (Gambar non skala): a) Round bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (R1). b) Round bottom dari tiga bagian konstruksi yang disambung (R2).
32
a) b)
c) Gambar 19 Bentuk gading-gading V bottom (Gambar non skala): a) V bottom dari tiga bagian konstruksi yu (V1). b) V bottom dari dua bagian konstruksi (V2). c) V bottom dari satu bagian konstruksi (V3). Bentuk gading-gading dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2 dan R2) memiliki sambungan dibagian tertentu sehingga gading-gading tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dua bagian atas dan satu bagian bawah. Contoh bentuk bagian gading-gading atas dan bawah dapat dilihat pada Gambar 20. Ket : a = bagian gading-gading atas b = bagian gading-gading bawah
a
b
Gambar 20 bentuk gading-gading bagian atas dan bawah (Gambar non skala).
33
5.2
Proses Pembuatan Gading-gading Pembuatan gading-gading di galangan kapal UD. Semangat Untung
umumnya menggunakan kayu jati (Tectona grandis L) dan kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus). Hal ini dikarenakan ketersediaan kedua jenis kayu ini lebih banyak dibanding jenis kayu lainnya.
Selain itu, hal ini juga merupakan
kebiasaan turun temurun di galangan tersebut. Menurut standar yang disyaratkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), kayu jati dan kayu biti sudah sesuai apabila digunakan untuk membuat gading-gading. Hal ini disebabkan karena kedua jenis kayu tersebut termasuk dalam kelas awet II-III dan kelas kuat II-III. Sampai saat ini, kayu jati menjadi kayu yang paling utama digunakan untuk pembangunan kapal khususnya bagian gading-gading atau rangka utama kapal. Pembuatan gading-gading diawali dengan pemilihan batang kayu yang sudah lengkung.
Kelengkungan kayu diperlukan agar mempermudah dalam
proses pembentukan gading-gading.
Batang kayu tersebut kemudian diukur
sesuai kebutuhan. Pengukuran dilakukan sebelum kayu dipotong untuk mengefisienkan penggunaan material, pengukuran kelengkungan dibuat dengan mencetak gambar lengkung dari mal besi ke batang kayu. Penentuan ukuran dilakukan berdasarkan kebiasaan turun-temurun pembuat kapal sesuai dengan ukuran besar kecilnya kapal. Kayu-kayu tersebut diukur dan dipotong menjadi bentuk gading-gading yang akan dibuat. Batang kayu yang membentuk bagian konstruksi gading-gading disambung dengan menggunakan pasak kayu. Setelah gading-gading terbentuk dilakukan pemasangan pada kulit kapal.
5.2.1 Pembuatan gading-gading bentuk U bottom Gading-gading bentuk U bottom dipasang pada posisi 1-10. Gading-gading ini terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (U1) dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2). Pembuatan gading-gading bentuk U1 lebih mudah dilakukan karena gadinggading bagian kiri dan kanan dibuat secara terpisah.
Gading-gading dibuat
dengan mencetak mal besi ke batang kayu lengkung (Lampiran 6), ukurannya dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan kemudian batang kayu tersebut dipotong.
34
Pembuatan gading-gading bentuk U2 lebih sulit dilakukan karena memiliki sambungan. Gading-gading ini dibuat dengan cara mencetak mal besi ke batang kayu lengkung sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian dipotong untuk konstruksi bagian bawah gading-gading.
Setelah itu, konstruksi bagian atas
gading-gading dibuat disesuaikan dengan konstruksi gading-gading bagian bawah (Gambar 21). Cara penyambungan gading-gading ini juga menggunakan pasak kayu. Jika sambungan tidak rapat maka dilakukan koreksi dengan memotong kelebihan ukuran gading-gading tersebut kemudian dipasang lagi hingga benarbenar sesuai ukurannya.
Gambar 21 Penyambungan gading-gading bentuk U2.
5.2.2 Pembuatan gading-gading bentuk round bottom Gading-gading bentuk round bottom dipasang pada posisi 11-22. Gadinggading ini terdiri atas bentuk round dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (R1) dan bentuk round dari tiga bagian konstruksi yang disambung (R2). Kedua gading-gading ini dibuat dengan cara yang berbeda. Gading-gading bentuk R1 konstruksinya lebih mudah karena gading-gading bagian kiri dan kanan dibuat secara terpisah sehingga tidak perlu sambungan.
Proses pembuatan
gading-gading bentuk ini sama seperti pembuatan gading-gading bentuk U1.
35
Gading-gading bentuk R2 dibuat dengan mengukur batang kayu yang sudah lengkung kemudian dipotong untuk konstruksi gading-gading bagian dasar atau bagian bawah, kemudian batang kayu yang lain diukur dan dipotong untuk konstruksi gading-gading bagian atas.
Setelah itu, ketiga bagian konstruksi
gading-gading ini disambung dan dirapatkan dengan pasak kayu. Jika ada bagian sambungan yang tidak rapat maka dirapatkan dengan cara sama seperti gadinggading bentuk U2. Pembuatan gading-gading bentuk R2 dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Penyambungan gading-gading bentuk R2.
5.2.3 Pembuatan gading-gading bentuk V bottom Bentuk V bottom dipasang pada posisi 23-29, yaitu V1, V2 dan V3. Bentuk V1 posisi pada dibuat dari kayu biti dengan tiga bagian konstruksi. Batang kayu biti diukur sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian hasil pengukurannya dipotong dan dibentuk menjadi gading-gading bentuk V1. Gading-gading bentuk V1 konstruksinya lebih sulit karena ada tiga bagian konstruksi yang dibuat, yaitu dua bagian atas dan satu bagian bawah (Gambar 23). Bentuk V2 konstruksinya dibuat satu per satu bagian kiri dan kanan, kemudian masing-masing bagian tersebut disambung lalu di pasang pada kulit kapal (Gambar 24). Bentuk ini tidak begitu sulit karena konstruksinya dibuat secara terpisah kemudian disambungkan.
36
Jika ada sambungan dari dua bagian gading-gading yang ukurannya tidak sama persis, biasanya dibiarkan begitu saja dan tidak dilakukan koreksi. Koreksi hanya dilakukan pada pemasangan gading-gading bentuk V bottom ke kulit kapal. Bentuk V3 dibuat dari satu bagian konstruksi, yaitu dari satu batang kayu biti yang bentuknya sudah lengkung menyerupai huruf V.
Batang kayu tersebut
langsung diukur sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian hasil pengukuran dipotong dan dihaluskan dengan ketam listrik. Panjang gading-gading bentuk V3 ini cenderung dibuat lebih pendek dari kulit atau badan kapal. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada pembuatan gading-gading tersebut sehingga tidak perlu dilakukan koreksi.
Gambar 23 Penyambungan gading-gading bentuk V1.
Gambar 24 Penyambungan gading-gading bentuk V2.
5.3
Tingkat Keakuratan Pembuatan Gading-gading Objek penelitian yang dikaji pada penelitian ini memiliki ketidaksesuaian
konstruksi gading-gading yang direncanakan dan yang terpasang.
Hal ini
disebabkan karena pengukuran konstruksi gading-gading dilakukan secara perkiraan saja oleh pembuat kapal. Pembuat kapal membuat konstruksi gading-
37
gading tanpa menggunakan pola ukuran, tetapi hanya didasarkan pada pengalaman dan kebiasaan dalam membangun kapal sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan pemotongan konstruksi gading-gading. Adanya perbedaan ukuran tersebut menyebabkan konstruksi gading-gading dianggap tidak akurat. Ketidakakuratan tersebut antara lain terdapat kelebihan atau kekurangan ukuran gading-gading yang terpasang dari yang direncanakan.
Berdasarkan hasil
pengukuran, tingkat keakuratan dan galat relatif masing-masing dimensi gadinggading yang diperoleh dijelaskan pada sub-subbab di bawah ini.
5.3.1 Tingkat keakuratan dan galat relatif lebar penampang gading-gading Berdasarkan data yang ada dilakukan perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih terhadap lebar penampang gading-gading (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9). Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa
lebar penampang gading-gading memiliki tingkat kekurasian yang
berbeda-beda berdasarkan bentuk gading-gading.
Tingkat keakuratan dimensi
lebar gading-gading dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading Posisi gadinggading
Bentuk gadinggading
Lebar penampang Rencana (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round
8 8 8 8 8 7 7 7 7 8 8 8 8 7 7 7 7
Terpasang (cm) 8 7.5 8 7.5 8 7 6.5 6 8 8 7 7.5 6.5 6 5.5 8 6
Tingkat keakuratan (%) 100.00 93.75 100.00 93.75 100.00 100.00 92.86 85.71 114.29 100.00 87.50 93.75 81.25 85.71 78.57 114.29 85.71
38
Tabel 8 Lanjutan Posisi gadinggading
Bentuk gadinggading
Lebar penampang Rencana (cm)
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Round Round Round Round Round V V V V V V V
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Terpasang (cm) 7 8 7.5 8 8 5.5 7.5 8 8 8 7.5 8
Tingkat keakuratan (%) 100.00 114.29 107.14 114.29 114.29 78.57 107.14 114.29 114.29 114.29 107.14 114.29
Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading.
Dapat dilihat bahwa masing-masing bentuk gading-gading
memiliki kelebihan dan kekurangan ukuran.
Untuk mengetahui besarnya
persentase keakuratan gading-gading dilakukan pengelompokan berdasarkan bentuk. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan lebar gading-gading baik ketepatan, kelebihan , maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading per bentuk gading-gading Posisi gading gading 1-10 11-22 23-29
Bentuk gading gading U Bottom Round Bottom V Bottom
Tingkat keakuratan > 100%
Tingkat keakuratan < 100%
Tingkat keakuratan 100%
85.71% - 114.29%
3.45%
13.79%
17.24%
34.48%
78.57% - 114.29%
17.24%
20.68%
3.45%
41.37%
78.57% - 114.29%
20.68%
3.45%
-
24.13%
Total
41.37%
37.92%
20.69%
100%
Range tingkat keakuratan
Total
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dimensi lebar dari 29 gadinggading memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 41.37%, tingkat keakuratan <100% sebayak 37.92%, dan tingkat keakuratan 100% sebanyak 20.69%. Tingkat
39
keakuratan >100% didominasi oleh gading-gading bentuk V bottom, yaitu sebanyak 20.68% dan tingkat keakuratan <100% didominasi oleh bentuk round bottom, yaitu sebanyak 20.68% . Hal ini berarti kelebihan lebar penampang gading-gading paling banyak terjadi pada bentuk V bottom dan kekurangan lebar penampang gading-gading paling banyak terjadi pada bentuk round bottom. Selanjutnya dilakukan analisis galat relatif dari persentase selisih gading-gading. Persentase selisih lebar penampang gading-gading dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Persentase selisih lebar penampang gading-gading Posisi gadinggading 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Bentuk gadinggading U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V
Rencana (cm) 8 8 8 8 8 7 7 7 7 8 8 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Lebar penampang Terpasang Selisih Persentase (cm) (cm) selisih (%) 8 0 0.00 7.5 -0.5 6.25 8 0 0.00 7.5 -0.5 6.25 8 0 0.00 7 0 0.00 6.5 -0.5 7.14 6 -1 14.29 8 1 14.29 8 0 0.00 7 -1 12.50 7.5 -0.5 6.25 6.5 -1.5 18.75 6 -1 14.29 5.5 -1.5 21.43 8 1 14.29 6 -1 14.29 7 0 0.00 8 1 14.29 7.5 0.5 7.14 8 1 14.29 8 1 14.29 5.5 -1.5 21.43 7.5 0.5 7.14 8 1 14.29 8 1 14.29
Zona selisih A B A B A A B B B A B B B B B B B A B B B B B B B B
40
Tabel 10 Lanjutan Posisi gadinggading
Bentuk gadinggading
27 V 28 V 29 V
Rencana (cm) 7 7 7
Lebar penampang Terpasang Selisih Persentase Zona (cm) (cm) selisih (%) selisih 8 1 14.29 B 7.5 0.5 7.14 B 8 1 14.29 B
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai selisih dan persentase selisih dimensi lebar penampang masing-masing bentuk gading-gading. Nilai min (-) pada tabel di atas menunjukkan bahwa lebar penampang gading-gading terpasang memiliki kekurangan ukuran konstruksi dan nilai plus (+) menunjukkan bahwa lebar penampang gading-gading terpasang memiliki kelebihan konstruksi dari gading-gading yang direncanakan. Persentase selisih lebar penampang gadinggading bentuk U bottom adalah 0.00% - 14.29%, gading-gading bentuk round bottom adalah
0.00% – 21.43%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah -
7.14% - 21.43%. Lebar penampang gading-gading cenderung tidak akurat karena persentase selisihnya dominan beradadi zona B (Gambar 25).
Akan tetapi,
walaupun terdapat selisih antara ukuran lebar penampang gading-gading rencana dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran lebar penampang gading-gading tersebut.
Gambar 25 Grafik galat relatif lebar penampang gading-gading.
41
5.3.2 Tingkat keakuratan dan galat relatif tebal penampang gading-gading Berdasarkan hasil perhitungan, dimensi tebal gading-gading memiliki tingkat kekurasian yang berbeda-beda.
Tingkat keakuratan dimensi tebal
penampang gading-gading dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading Posisi gadinggading
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Bentuk gadinggading
U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V
Tebal penampang Rencana (cm) 10 10 10 10 10 9 9 9 9 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Terpasang (cm) 10 9 9 10 10 9 9 10 9 9 9 9 9.5 9 9 9.5 9 9.5 9 9 9 9 9 9 9.5 9 8.5 10 9
Tingkat keakuratan (%) 100.00 90.00 90.00 100.00 100.00 100.00 100.00 111.11 100.00 90.00 90.00 90.00 95.00 100.00 100.00 105.56 100.00 105.56 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 105.56 100.00 94.44 111.11 100.00
42
Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading.
Dapat dilihat bahwa masing-masing bentuk gading-gading
memiliki kelebihan dan kekurangan ukuran. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan tebal gading-gading baik ketepatan, kelebihan , maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading per bentuk gading-gading Posisi gading gading 1-10 11-22 23-29
Bentuk gading gading U Bottom Round Bottom V Bottom
Tingkat keakuratan > 100%
Tingkat keakuratan < 100%
Tingkat keakuratan 100%
90.00% - 111.11%
3.45%
10.34%
20.68%
34.47%
90.00% - 105.56%
6.89%
10.34%
24.13%
41.17%
94.44% - 111.11%
6.89%
3.45%
13.79%
23.94%
Total
17.23%
24.13%
58.60%
100%
Range tingkat keakuratan
Total
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tebal penampang dari 29 gading-gading yang memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 17.23% , tingkat keakuratan <100% sebanyak 24.13%, dan tingkat keakuratan 100% sebanyak 58.60%. Pada pengukuran tebal penampang gading-gading didominasi tingkat keakuratan 100%, yaitu sebanyak 24.13% oleh gading-gading bentuk round bottom. Sedangkan tingkat keakuratan <100% paling banyak pada bentuk U bottom, yaitu sebanyak 10.34%. Hal ini berarti, pada tebal penampang gadinggading ketepatan ukuran paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk round bottom. Kesimpulan ini diperkuat lagi oleh hasil perhitungan persentase selisih dan grafik galat relatif tebal penampang gading-gading yang dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 26.
43
Tabel 13 Persentase selisih tebal penampang gading-gading Posisi gadinggading 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Bentuk gadinggading U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V
Tebal penampang Rencana (cm)
Terpasang (cm)
10 10 10 10 10 9 9 9 9 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
10 9 9 10 10 9 9 10 9 9 9 9 9.5 9 9 9.5 9 9.5 9 9 9 9 9 9 9.5 9 8.5 10 9
Selisih (cm) 0 -1 -1 0 0 0 0 1 0 -1 -1 -1 -0.5 0 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0 0 0 0.5 0 -0.5 1 0
Persentase selisih (%)
Zona selisih
0.00 10.00 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11.11 0.00 10.00 10.00 10.00 5.00 0.00 0.00 5.56 0.00 5.56 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.56 0.00 5.56 11.11 0.00
A B B A A A A B A B B B B A A B A B A A A A A A B A B B A
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase selisih tebal penampang gading-gading bentuk U bottom adalah 0.00% - 11.11%, gading-gading bentuk round bottom adalah 0.00% – 10.00%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah 0.00% – 11.11%. Persentase selisih tebal penampang gading-gading dominan berada di zona A (akurat) karena persentase selisih tebal penampang ketiga bentuk
44
gading-gading dominan ≤ 1%. Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara ukuran tebal penampang gading-gading rencana dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran tebal penampang gading-gading tersebut.
Gambar 26 Grafik galat relatif tebal penampang gading-gading.
Berdasarkan grafik galat relatif di atas dapat diketahui bahwa persentase selisih tebal penampang gading-gading dominan berada tepat di 0% (didominasi oleh bentuk round bottom).
Hal ini berarti, tebal penampang gading-gading
konstruksinya cenderung akurat.
5.3.3 Tingkat keakuratan dan galat relatif jarak antar gading-gading Pengukuran tingkat keakuratan dan galat relatif dimensi jarak antar gadinggading dilakukan terhadap dua hal, yaitu jarak antar gading-gading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan.
5.3.3.1 Jarak antar gading-gading bersisian Hasil penelitian yang dilakukan pada jarak antar gading-gading bersisian menunjukkan bahwa jarak antar gading-gading bersisian memiliki tingkat
45
kekurasian yang berbeda-beda pada setiap bentuk gading-gading.
Tingkat
keakuratan jarak antar gading-gading bersisian dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian Posisi gadinggading
Bentuk gadinggading
Jarak antar gading-gading bersisisan Terpasang (cm)
Rencana (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V
25 25 25 25 25 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 25 25 25 25 25 25 25 20 20 20
25 26.5 25 24 25 32 28 29 30 28 30 29 29 29 29.5 29.5 28.5 28.5 28 23.5 24.5 27 27 28 26 21 20 20
Tingkat keakuratan (%) 100.00 106.00 100.00 96.00 100.00 106.67 93.33 96.67 100.00 93.33 100.00 96.67 96.67 96.67 98.33 98.33 95.00 95.00 112.00 94.00 98.00 108.00 108.00 112.00 104.00 105.00 100.00 100.00
46
Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan jarak antar gadinggading bersisian. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan jarak antar gadinggading bersisian pada setiap bentuk gading-gading baik ketepatan, kelebihan , maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian per bentuk gading-gading Posisi gading gading 1-10 11-22 23-29
Bentuk gadinggading U Bottom Round Bottom V Bottom
Tingkat keakuratan > 100%
Tingkat keakuratan < 100%
Tingkat keakuratan 100%
93.33% - 106.67%
6.89%
13.79%
13.79%
34.47%
94.00% - 112.00%
6.89%
31.03%
3.45%
41.37%
100.00% - 112.00%
17.24%
-
6.89%
24.14 %
Total
31.02%
44.82%
24.13%
100%
Range tingkat keakuratan
Total
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jarak antar gading-gading bersisian dari 29 gading-gading memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 31.02% , tingkat keakuratan <100% sebanyak 44.82%, dan tingkat keakuratan 100% sebanyak 24.13%. Tingkat keakuratan <100% didominasi oleh gadinggading bentuk round bottom dan tingkat keakuratan >100% paling banyak pada gading-gading bentuk V bottom. Hal ini berarti, antar gading-gading bersisian kelebihan jarak paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk V bottom dan kekurangan jarak paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk round bottom. Persentase selisih dan grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 27.
47
Tabel 16 Persentase selisih jarak antar gading-gading bersisian gadinggading Posisi gading gading 1
Bentuk gadinggading
Rencana (cm)
Jarak antar gading-gading bersisian Terpasang Selisih Persentase (cm) (cm) selisih (%)
U
0
2
U
25
25
0
3
U
25
26.5
1.5
4
U
25
25
0
5
U
25
24
-1
6 7
U U
25 30
25 32
0 2
8
U
30
28
-2
9
U
30
29
-1
10
U
30
30
0
11
Round
30
28
-2
12
Round
30
30
0
13
Round
30
29
-1
14
Round
30
29
-1
15
Round
30
29
-1
16
Round
30
29.5
-0.5
17
Round
30
29.5
-0.5
18
Round
30
28.5
-1.5
19
Round
30
28.5
-1.5
20
Round
25
28
3
21
Round
25
23.5
-1.5
22
Round
25
24.5
-0.5
23
V
25
27
2
24
V
25
27
2
25
V
25
28
3
26
V
25
26
1
27
V
20
21
1
28 29
V V
20 20
20 20
0 0
0.00
Zona selisih A
6.00 0.00
A
0.00 6.67 6.67
B
A B B
3.33
0.00
B A
6.67 0.00
B A
3.33 3.33
B B
3.33 1.67
B B
1.67 5.00
B B
5.00 12.00
B B
6.00 2.00
B B
8.00 8.00
B B
12.00 4.00
B B
5.00 0.00
B A
0.00
A
48
Dari tabel di atas dapat diketahui persentase selisih jarak antar gadinggading bersisian bentuk U bottom adalah 0.00% – 6.67%, gading-gading bentuk round bottom adalah 0.00% - 12.00%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah 0.00% – 12.00%. Hal ini berarti, jarak antar gading-gading bersisian tidak akurat karena persentase selisih dominan berada di zona B (x > 1%). diperjelas pada grafik galat yang disajikan pada Gambar 27.
Kondisi ini Akan tetapi,
walaupun terdapat selisih antara ukuran jarak antar gading-gading bersisian rencana dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran jarak antar gading-gading bersisian tersebut.
Gambar 27 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian.
5.3.3.2 Jarak antar gading-gading berhadapan Hasil penelitian menunjukkan jarak antar gading-gading berhadapan memiliki tingkat kekurasian yang berbeda-beda berdasarkan bentuk gadinggading.
Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan dapat dilihat
pada Tabel 17.
49
Tabel 17 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan gading-gading Posisi gadinggading
Bentuk gadinggading
Jarak antar gading-gading berhadapan Rencana (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
U U U U U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V
125 130 135 145 150 155 160 170 170 175 175 178 175 170 170 160 160 160 160 155 150 145 135 130 125 100 75 45 35
Terpasang (cm) 126 130 130 145 150 160 160 165 170 174 175 178 175 169 167 160 162 160 160 153 147 148 138 135 120 100 77 44 37
Tingkat keakuratan (%) 100.80 100.00 96.30 100.00 100.00 103.23 100.00 97.06 100.00 99.43 100.00 100.00 100.00 99.41 98.24 100.00 101.25 100.00 100.00 98.71 98.00 102.07 102.22 103.85 96.00 100.00 102.67 97.78 105.71
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat besarnya tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan
50
jarak antar gading-gading berhadapan pada setiap bentuk gading-gading baik ketepatan, kelebihan, maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan gading-gading per bentuk gading-gading Posisi gading gading 1-10 11-22 23-29
Bentuk gading gading U Bottom Round Bottom V Bottom
Tingkat keakuratan > 100%
Tingkat keakuratan < 100%
Tingkat keakuratan 100%
96.30% - 103.23%
6.89%
10.34%
17.24%
34.47%
98.00% - 102.07%
6.89%
13.79%
20.68%
41.36%
96.00% - 105.71%
13.79%
6.89%
3.45%
24.13%
Total
27.57%
31.02%
41.37%
100%
Range tingkat Keakuratan
Total
Secara keseluruhan jarak antar gading-gading berhadapan dari 29 buah gading-gading terdapat tingkat keakuratan >100% sebanyak 27.57% dan tingkat keakuratan <100% sebanyak 31.02%, serta tingkat keakuratan 100% sebanyak 41.37%. Pada konstruksi jarak antar gading-gading berhadapan didominasi oleh tingkat keakuratan tepat 100% pada bentuk gading-gading round bottom, yaitu sebanyak 20.68%. Sedangkan tingkat keakuratan >100% paling banyak pada bentuk V bottom, yaitu sebanyak 13.79%. Hal ini berarti, jarak antar gadinggading berhadapan yang tidak sesuai dengan yang direncanakan paling banyak terdapat pada bentuk V bottom. Sementara itu, kesesuaian jarak antar gadinggading berhadapan dengan yang direncanakan
paling banyak terdapat pada
bentuk round bottom. Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan gadinggading Posisi gadinggading 1 2 3 4
Bentuk gadinggading U U U U
Jarak antar gading-gading berhadapan Rencana Terpasang Selisih Persentase (cm) (cm) (cm) selisih (%) 125 126 1 0.80 130 130 0 0.00 135 130 -5 3.70 145 145 0 0.00
Zona selisih A A B A
51
Tabel 19 Lanjutan Posisi gadinggading 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Bentuk gadinggading U U U U U U Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round Round V V V V V V V
Jarak antar gading-gading berhadapan Rencana Terpasang Selisih Persentase (cm) (cm) (cm) selisih (%) 150 150 0 0.00 155 160 5 3.23 160 160 0 0.00 170 165 -5 2.94 170 170 0 0.00 175 174 -1 0.57 175 175 0 0.00 178 178 0 0.00 175 175 0 0.00 170 169 -1 0.59 170 167 -3 1.76 160 160 0 0.00 160 162 2 1.25 160 160 0 0.00 160 160 0 0.00 155 153 -2 1.29 150 147 -3 2.00 145 148 3 2.07 135 138 3 2.22 130 135 5 3.85 125 120 -5 4.00 100 100 0 0.00 75 77 2 2.67 45 44 -1 2.22 35 37 2 5.71
Zona selisih A B A B A A A A A A B A B A A B B B B B B A B B B
Berdasarkan tabel di atas, persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan bentuk U bottom adalah 0.00% - 3.70%, gading-gading bentuk round bottom adalah
0.00% – 2.07%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah
0.00% - 5.71%. Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan dominan berada di zona A, yang berarti cenderung akurat. Kondisi ini lebih diperjelas pada grafik galat relatif pada Gambar 28. Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara ukuran jarak antar gading-gading berhadapan rencana dan yang terpasang,
52
pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran jarak antar gading-gading berhadapan tersebut.
Gambar 28 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading berhadapan.
Berdasarkan tingkat keakuratan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa keempat dimensi gading-gading cenderung tidak akurat.
Hal ini dibuktikan
dengan persentasi selisih keempat dimensi tersebut dominan berada di zona B. Dimensi gading-gading yang paling akurat adalah dimensi tebal penampang gading-gading.
Dari 29 gading-gading, terdapat 56,80% gading-gading yang
ketebalannya akurat 100%. Selain itu, berdasarkan analisis galat relatif persentase selisih pada dimensi tebal penampang dominan berada di zona A.
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1)
Ukuran dimensi lebar penampang, tebal penampang, jarak antar gadinggading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan cenderung tidak akurat.
Ketidakakuratan antara ukuran yang direncanakan dengan yang
terpasang sebesar 79.31% untuk lebar penampang, 41.37% untuk tebal penampang, 72,41% untuk jarak antar gading-gading bersisian, dan 48.27% untuk jarak antar gading-gading berhadapan. 2)
Meskipun terdapat perbedaan antara ukuran yang direncanakan dengan ukuran yang terpasang pada keempat dimensi gading-gading, tidak pernah dilakukan pengkoreksian oleh pembuat kapal.
6.2
Saran Sebaiknya industri galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung didukung
dengan kemampuan manajerial yang baik sehingga dapat mempermudah galangan tersebut untuk memperoleh bantuan dan dukungan dari pemerintah baik dari segi permodalan maupun teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Askabul. 1984. Konstruksi Kapal Ikan Serba Guna di Galangan Kapal Kayu CV. Tarsis Bagansiapiapi, Riau [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 5-12. Ayuningsari, D. 2007. Tekno Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. [BKI] Biro Klasifikasi Indonesia. 1989. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia. 112 hal. Chindhambaram, K. 1960. Topographical Factors in Fishing Boat Design. Fishing Boat of The World II. London: Fishing News Books. Ltd. Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Farnham, Surrey, England: Fishing News Books Ltd. Hal 21-118. Iskandar, BH. 1990. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet di Indramayu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 153 hal. Iskandar, BH. dan Pujiati, S. 1995. Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Beberapa Wilayah Indonesia [Laporan Penelitian]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 11-42 Kalyana, LA. 2008. Tekno Ekonomi Kapal Gillnet di Kalibaru dan Muara Angke Jakarta Utara [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 6-10. Mandang, IY dan pandit, IKN. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Bogor: Yayasan Prosea dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kelautan. 62 hal. Munir, R. 2003. Metode Numerik. Bandung: Penerbit Informatika Bandung. Nomura, M and Yamazaki, T. 1977. Fishing Techniques I. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. Hal 175-206 Pasaribu, BP. 1985. Keadaan Umum Kapal Ikan di Indonesia. Prosiding Seminar Kapal Ikan di Indonesia dalam Rangka Implementasi Wawasan Nusantara. Institut Pertanian Bogor. 106 hal. Pasaribu, BP. 1987. Material Kayu Utuh dan Kayu Sambungan untuk Konstruksi Kapal Penangkap Ikan. Buletin PSP Volume I No.2. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 30-46.
55
Purba, RFB. 2004. Kajian Tekno-ekonomi Kapal Gillnet Material Kayu di Karangantu, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 9-10. Rouf, ARA. 2004. Bentuk Kasko Kapal dan Pengaruhnya Terhadap Tahanan Kasko Kapal Ikan [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 3-9. Sinaga, T. 1998. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Purse Seine di Bancar, Jawa Timur [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 5-9. Soegiono. 2006. Kamus Teknik Perkapalan Edisi Keempat. Surabaya: Airlangga University Press. Soekarsono, N.A. 1994. Pengantar Bangunan Kapal dan Ilmu Kemaritiman. Jakarta: Pamator Pressindo. Hal 99-136. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Baru. Cetakan ke-10. Jakarta: Balai Pustaka. 1208 hal. Umar, H. 2005. Metode Penelitian: untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 7. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yatnaningsih. 1998. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Dogol di Bancar, Kab. Tuban, Jawa Timur [Skripsi]. (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 34.
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia No
Jenis kayu
Sifat kayu
Kegunaan
1
Balam seminai (Palaquium ridleyi K)
KA II, KK I, BJ 1.04 (0.90-1.12), keras, sukar digergaji
Dek
3
Bangkirai (Shorea laevifolia Endert)
KA I-III, KK I-II, BJ 0.91 (0.60-1.16), sangat keras, sukar digergaji
Bagianbagian keras (utama) kapal
4
Bayur (Pterospermun spp)
KA IV-V, KK III-IV, BJ 0.44-0.53, lunak sampai agak keras, mudah dikerjakan
Kano
5
Bedaru (Cantleya carniculata Howard)
KA I, KK I, BJ 1.04 (0.84-1.15), keras, mudah retak
Bagianbagian keras (utama) kapal
6
Belangeran (Shorea balangeran Burck)
KA II-(I-III), KK II-(I), BJ 0.86 (0.73-0.98), keras, mudah retak
Lunas
7
Benuang (Octomeles sumatrana Mig)
KA V, KK IV-V, BJ 0.33 (0.16-0.48), lunak dan rapuh, mudah dikerjakan
Perahu, kano
8
Bintangur (Calophyllum spp)
KA II-IV, KK II-III, BJ 0.54-0.77, agak keras sampai keras, Calophyllum inophyllum sukar dikerjakan, tetapi jenis yang lain umumnya mudah
Gading, tiang layar, dayung
9
Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers)
KA II-III, KK II-III, BJ 0.69 (0.58-0.81), agak keras, mudah dikerjakan
Gading, badan kapal
10
Cengal (Hopea sangal Korth)
KA II-III, KK II-III, BJ 0.84 (0.51-0.89), agak keras, mudah dikerjakan
Perahu
11
Dungun (Heritiera littoralis Dryand)
12
Durian (Durio spp)
13
Gerunggang (Cratoxylon arborescens Bl)
KA I-II, KK I, BJ 0.98 (0.88-1.23), keras, sukar dikerjakan KA IV-V, KK II-III, BJ 0.57-0.61, lunak atau agak lunak, mudah dikerjakan KA IV, KK III-IV, BJ 0.47 (0.36-0.71), lunak, mudah dikerjakan
Bagianbagian keras (utama) kapal
Daerah penyebaran Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Seluruh Kalimantan Seluruh Sumatera, Jawa dan Sulawesi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan Sumatera Selatan (Bangka dan Belitung), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tenggara Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Palembang, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur Jambi, Sumatera Selatan (Palembang), Lampung, Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur Seluruh Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Hampir di seluruh Indonesia terutama di daerah pantai yang berawa
Konstruksi ringan setelah diawetkan
Seluruh Indonesia
Konstruksi ringan
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur
58
Lampiran 1 Lanjutan No
Jenis kayu
14
Gia (Homalium foetidum Renth)
16
Gisok (Shorea guiso Bl)
19
Kapur (Dryobalanops spp)
21
Keruing (Dipterocarpus spp)
22
Kuku (Pericopsis mooniana Thw)
24
25
Sifat kayu KA I-II, KK I-II, BJ 0.91 (0.77-1.06), keras, sukar dikerjakan
Kegunaan Bagianbagian (utama) kapal
KA II-III, KK I-II, BJ 0.83 (0.73-0.97), keras, mudah dikerjakan
Kerangka kapal, tiang layar
KA II-IV, KK I-III, BJ 0.59-0.84, keras, sukar dikerjakan KA III-IV, KK I-III, BJ 0.66-0.92, keras sampai sangat keras, sifat pengerjaan tegantung pada kadar silika dan damar yang dikandung
Semua bagian kapal
Seluruh Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya Sumatera Utara, Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, seluruh Kalimantan
Dek, badan kapal
Seluruh Sumatera, Jawa dan Kalimantan
KA II, KKI II, BJ 0.87, sangat keras, agak sukar dikerjakan
Dek
Sumatera Selatan (Palembang), Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian Jaya
Lara (Metrosideros spp)
KA I, KK I, BJ 1.15-1.20, sangat keras, sukar dikerjakan
Tiang kemudi jangkar
Seluruh Sulawesi, Maluku, Irian Jaya
Mahoni (Swietenia spp)
KA III, KK II-III, BJ 1.15-1.20, agak keras, mudah dikerjakan
Bagunan tambahan, dek, lapisan kedap air, badan kapal
Seluruh Jawa
Matoa (Pametia spp)
KA III-IV, KK I-III, BJ 0.77-0.80, agak keras sampai keras, mudah dikerjakan
Dek, badan kapal
27
Melur (Dacrydium spp, Podocarpus spp, Phyllocaldus spp)
KA IV, KK II-IV, BJ 0.52-0.62, agak lunak sampai agak keras, mudah dikerjakan
Dek, dayung
28
Mentibu (Dactylocladus stenestachys Oliv)
29
Merawan (Hopen spp)
31
Mersawa (Anisoptera spp)
26
Daerah penyebaran
KA IV-V, KK III, BJ 0.53 (0.41-0.57), lunak sampai agak keras, mudah dikerjakan KA II-III, KK II-III, BJ 0.66-0.72, agak keras, mudah dikerjakan KA IV, KK II-III, BJ 0.61-0.73, agak keras, sukar dikerjakan
Dek, dayung
Semua bagian kapal Dayung, badan kapal
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh Sulawesi, Nusa Tenggara Timur Seluruh Sumatera kecuali Lampung, seluruh Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya Seluruh Kalimantan Seluruh Sumatera, Jawa Barat, seluruh Kalimantan, Maluku, Irian Jaya Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, Jawa Barat, seluruh Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya
59
Lampiran 1 Lanjutan No
32
Jenis kayu Nyateh (Ganua spp, Palaquium spp, Payane spp)
Sifat kayu KA II-IV, KK II-III, BJ 0.56-0.87, lunak sampai agak keras, umumnya mudah dikerjakan
33
Palapi (Heritiera spp)
KA II-IV, KK I-IV, BJ 0.74-0.75, agak keras, agak sukar dikerjakan
34
Petanang (Dryobalanors oblongitolia Oyer)
KA III, KK II, BJ 0.75 (0.62-0.91), agak keras sampai keras, sukar dikerjakan
35
Puspa (Schima wallichii Korth)
36
Rengas (Gluta spp, Mellanorrhoea spp)
37
Resak (Vatica spp)
38
Tembesu (Fargraea spp)
39
Tempinis (Sloetia elongate Kds)
KA III, KK II, J 0.67 (0.56-0.82), agak keras, mudah dikerjakan KA II, KK II, BJ 0.660.69, agak keras sampai sangat keras, agak mudah dikerjakan KA II-III, KK I-III, BJ 0.60-0.86, keras sampai sangat keras, agak sukar dikerjakan KA I-III, KK I-III, BJ 0.66-0.81, agak keras sampai keras, mudah dikerjakan KA I, KK I, BJ 1.10 (0.92-1.20), sangat keras, sukar dikerjakan
Kegunaan
Daerah penyebaran
Dayung kano, dek kapal
Seluruh Indonesia
Badan kapal
Seluruh Sumatera kecuali Jambi, Jawa Barat, seluruh Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, Irian Jaya
Dek, gading, badan kapal
Riau, Jambi, Sumatera Selatan (Palembang)
Dek, gading
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, seluruh Jawa, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur
Lunas
Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, Jawa, Kalimantan
Lunas, gading
Seluruh Sumatera kecuali Lampung, seluruh Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, Irian Jaya
Semua bagian kapal
Seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, Irian Jaya
Lunas, gading
Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi
Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis (Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007)
60
Lampiran 2 Kuesioner penelitian KUESIONER
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN
Nama Responden: …………………….. Pekerjaan: …………………….
Tanggal
: ……………………
Pewawancara : .………………….. Lokasi
: ……………………
61
1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 Nama Responden
: ……………………….
1.2 Jenis Kelamin
: Pria/ Wanita
1.3 Umur
: ……. tahun
1.4 Pendidikan Terakhir
: SD/ SLTP/ SLTA/ SM/ S1 ; Tamat/ Tidak
1.5 Asal Daerah
: ……………………….
1.6 Status Nelayan
: 1). Pemilik Galangan 2). Pembuat Kapal
1.7 Status Pekerjaan
: Penuh/ Sambilan Utama/ Sambilan Tambahan
2. GALANGAN KAPAL 2.1 Keadaan Umum Lokasi 1). Letak: 2). Kelurahan: 3). Kecamatan: 4). Kota: 5). Kondisi:
2.2 Identitas Galangan 1). Nama usaha/ Nama galangan: 2). Tahun berdiri: 3). Jenis usaha: 4). Kondisi galangan: 5). Kepemilikan lahan: 6). Ukuran kapal yang dibuat: 7). Jenis kapal yang dibuat berdasarkan mesin: 8). Jenis kapal berdasarkan bahan atau material: 9). Bentuk/ Status Usaha
: 1). Perseorangan 2). Badan Hukum Usaha (CV, PT, BUMN) 3). Koperasi 4). Yayasan
62
2.3 Tenaga kerja 1). Jumlah tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
2). Pendidikan terakhir tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
3). Apakah ada pembagian kerja secara khusus kepada setiap tenaga kerja : (Ya/ Tidak). Jika Ya, sebutkan:
4). Apakah ada keahlian lain atau pekerjaan lain selain pembuat kapal : (Ya/ Tidak). Jika Ya, sebutkan:
5).
Bagaimana
prosedur
pemberian
(perhari/ perminggu):
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
6). Berapa upah yang diterima tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
7). Kesejahteraan tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
upah
kepada
tenaga
kerja
63
2.4 Teknologi 1). Berdasarkan apa ukuran dimensi utama kapal ditetapkan:
Perhitungan pengrajin kapal/ kepala tukang:
Permintaan pemesanan:
Lainnya, sebutkan:
2). Dimensi utama kapal:
GT
LOA :
LPP
LWL :
B
:
D
:
d
:
Jenis mesin (inboard/ outboard):
Kekuatan mesin:
:
:
3). Apakah pembangunan kapal dilengkapi dengan gambar perencanaan (Ya/Tidak):
Rancangan umum (Ya/Tidak)
Lines plan (Ya/Tidak)
Detail konstruksi (Ya/Tidak)
Perhitungan kapal (Ya/Tidak)
Data fisik (gambar dan dokumentasi) perencanaan pembangunan kapal (Blue print lines plan)
4). Jika dilengkapi perencanaan, siapa yang membuat:
5). Jika tidak dilengkapi, pembuatan kapal berdasarkan apa:
64
6). Bagaimana tahapan pembangunan kapal tersebut:
7). Ukuran konstruksi kapal ditetapkan berdasarkan apa:
Peraturan
Kebiasaan/pengalaman
Lainnya, sebutkan:
8). Berapa jumlah gading-gading kapal:
9). Bagaimana cara pembuatan setiap gading-gading:
Dari satu kayu
Dari dua kayu
Lainnya:
10). Bagaimana teknik pemotongan setiap gading-gading:
Searah serat
Memotong arah serat
Tidak ada aturan
11). Bagaimana cara membuat lengkungan gading-gading:
Gambar lengkung gading-gading dicetak ke batang kayu kemudian di potong
Batang kayu langsung dipotong sesuai ukuran yang diinginkan
Lainnya:
12). Alat-alat apa saja yang digunakan dalam pembangunan kapal secara keseluruhan:
65
13). Alat-alat apa yang digunakan untuk membuat gading-gading:
14). Cara penyambungan bagian gading-gading, apakah menggunakan:
Lem
:
Baut
:
Paku
:
Pasak :
Lainnya, sebutkan:
(Jawaban dapat lebih dari satu)
15). Metode yang digunakan untuk membengkokkan/ melengkungkan kayu pada pembuatan gading-gading kapal:
16).
Pemanasan:
Penjepitan dengan klep besi atau clamp:
Lainnya, sebutkan:
Apakah pernah terjadi kesalahan ketika pemotongan gading-gading dilakukan : (Ya/Tidak). Jika Ya, sebutkan jenis kesalahannya:
Potongan terlalu lengkung
Potongan terlalu pendek
Lainnya:
17). Jika terjadi kesalahan seperti pada no. 12, tindakan apa yang dilakukan:
Mengganti dengan kayu yang baru
Menambah potongan dengan potongan kayu lainnya
Lainnya:
66
18). Cara membuat kelengkungan gading-gading baik menggunakan busur, klep, pemanasan, atau alat bantu lainnya:
19). Berapa panjang lunas kapal:
20). Cara penyambungan gading-gading ke lunas yang dilakukan, apakah menggunakan:
Lem
:
Baut
:
Paku
:
Pasak :
Lainnya, sebutkan:
(Jawa dapat lebih dari satu)
21). Apakah terdapat perbedaan ukuran antara konstruksi gading-gading yang direncanakan dengan yang telah dibuat (Ya/Tidak): Jika Ya, sebutkan bagian yang mana saja :
Lebar gading-gading
Tinggi gading-gading
22). Perbedaan apa yang terjadi antara konstruksi jadi dengan yang konstruksi direncanakan (lebih besar/kecil), berapa cm perbedaannya:
Lebar:
Tinggi:
Lainnya:
23). Jika terjadi ketidaksesuaian ukuran gading-gading, apa yang dilakukan: Pemakalan
67
Penambalan atau penyusupan Lainnya, sebutkan:
24). Jika terjadi kelebihan ukuran pada gading-gading terhadap gading-gading lainnya, tindakan apa yang dilakukan:
25). Jika terjadi kekurangan atau ukuran gading-gading lebih kecil dari yang sebenarnya, tindakan apa yang dilakukan:
26). Apakah pernah terjadi kesalahan pada saat pemasangan gading-gading pada lunas: (Ya/tidak). Jika Ya, sebutkan jenis kesalahannya:
27). Apa tindakan yang dilakukan ketika terjadi kesalahan seperti pada no. 26:
Membongkar gading-gading kemudian memasang kembali
Gading-gading dipaksa miring sesuai yang dikehendaki
Gading-gading bawah tetap, hanya gading-gaing atas yang dibongkar lalu dipasang kembali
28). Bagaimana
Lainnya:
pengaruh
perbedaan
ukuran
konstruksi
berdasarkan gambar rencana dengan bentuk jadinya konstruksi kapal:
gading-gading
terhadap kekuatan
68
29). Data konstruksi gading-gading: No.
Posisi gadinggading
Dimensi utama Lebar Rencana
Terpasang
Tebal Rencana
Terpasang
Jarak antar gading-gading Jarak antar gading-
Jarak antar gading-gading
gading bersisian
berhadapan
Rencana
Terpasang
Rencana
Terpasang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Dst.
68
69
Lampiran 3 Alat yang digunakan dalam pembangunan kapal di UD. Semangat Untung
a) Kapak b) Gergaji kayu
c) Gergaji besi
d) Pahat
e) Palu Besi
f) Palu Kayu
70
Lampiran 3 Lanjutan
g)
h) Golok
P
i) Alat ukur
i) G
j) Singkolo
l) Kapak duduk
k) Bacci
71 75 Lampiran 4 Kayu yang digunakan untuk membuat gading-gading di galangan yang diteliti
a) Kayu untuk gading-gading bentuk V
b) Kayu untuk gading-gading bentuk V, round dan U
76 72
Lampiran 5 Pengertian dari dimensi-dimensi kapal 1) LOA (length over all). LOA adalah panjang kapal yang diukur dari ujung haluan sampai ujung buritan. 2) LWL (length water line) LWL adalah panjang garis air yang diukur antara titik perpotongan Lwl pada badan kapal bagian haluan dan buritan 3) LPP (length between perpendicular) LPP adalah panjang kapal yang diukur dari fore perpendicular (FP) sampai after perpendicular (AP). FP adalah garis tegak lurus pada perpotongan antara Lwl dan badan kapal pada bagian haluan. AP adalah garis tegak lurus pada perpotongan antara Lwl pada bagian buritan kapal 4) B (breadth) Breadth adalah lebar maksimum kapal yang diukur antara sisi lambung kapal pada bagian terlebar. 5) D (depth) Depth adalah dalam kapal yang diukur secara vertikal dari dasar (base line) sampai deck freeboard pada penampang melintang tengah kapal. 6) d (draugth) Draugth adalah dalam benam kapal (sarat) yang diukur dari base line sampai load water line.
76 73
Lampiran 6 Foto pencetakan mal besi ke batang kayu lengkung pada proses pembuatan gading-gading
74 Lampiran 7 Foto-foto konstruksi gading-gading
Gading-gading
a)
Konstuksi gading-gading bagian haluan kapal
Gading-gading
b)
Konstruksi gading-gading bagian tengah kapal
75
Lampiran 7 Lanjutan
Gading-gading
c) Konstruksi gading-gading bagian buritan kapal
76
Lampiran 8 Kulit kayu (barru) yang digunakan sebahai bahan pakal pada kapal yang dibuat di galangan UD. Semangat Untung
77
Lampiran 9 Contoh perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih a)
Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading Posisi gading-gading 1, bentuk U bottom Lebar rencana = 8 cm ; lebar terpasang = 8 cm Dimensi gading-gading terpasang Tingkat keakuratan
=
x 100% Dimensi gading-gading rencana 8 cm =
x 100% 8 cm
= 100% (Tingkat keakuraian = 100%).
b)
Persentase selisih lebar penampang gading-gading Posisi gading-gading 1, bentuk U bottom Lebar rencana = 8 cm ; lebar terpasang = 8 cm Gading-gading rencana – Gading-gading terpasang
Persentase selisih =
x 100% Gading-gading rencana 8 cm – 8 cm
=
x 100% 8 cm
= 0% (Persentase selisih akurat, berada pada zona A (0% < x < 25%).