TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Maya Silfia Dani Charlina Hermandra Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau-Pekanbaru ABSTRAK Penelitian ini berjudul tindak tutur dalam interaksi mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Masalah yang diteliti berkaitan dengan penelitian ini adalah bentuk tindak tutur lokusi, bentuk tindak tutur ilokusi, dan bentuk tindak tutur perlokusi. Adapun tujuan dari penelitian ini ini untuk mengetahui bentuk tindak tindak lokusi, tindak ilokusi, dan bentuk tindak perlokusi yang digunakan mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode identifikasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan teknik simak, teknik rekam, dan teknik catat. Untuk menganalisis data penelitian pada tindak tutur mahasiswa ini menggunakan analisis pragmatik yaitu berdasarkan pada sudut pandang pragmatik. Analisis ini berupaya menentukan maksud penutur baik secara diekspresikan secara tersurat maupun secara tersirat dibalik tuturan. Hasil dari penelitaian ini menunjukkan bahwa banyak tuturan mahasiswa yang terdapat tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk memahami tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Hal tersebut dilakukan untuk menambah kekayaan pembaca dalam bahasa.
Kata Kunci : Tindak Tutur, Interaksi, Ilokusi, Lokusi, Perlokusi
TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Maya Silfia Dani Charlina Hermandra Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau-Pekanbaru ABSTRACT The study is titled “Interaction of speech acts within students of Indonesian language and Literature program studies.” This research is a form of speech act locutions, bumping ilocusion speech acts and speech act perlocution form. The purpose of this research is to determine the form of locutions acts, acts and forms of perlocution ilocution used by students of Indonesian language and Literature education. The methods that have been used in this research are the descriptive and identification methods. Data collection techniques in this study used the techniques of referring, recording and notes taking. To analyze the research data on student speech acts, the researcher used pragmatic analysis that is based on a pragmatic viewpoint. This analysis seeks to determine whether the intention of speakers expressed explicitly or implicitly reversed speech. The results of this study show that many students who are speech speech act locutions, bumping ilocution speech acts and speech act perlocution form. This study is expected to provide benefits for the reader to understand the speech act locutions, ilocution and perlocution. This is done to increase the richness of reading among students.
Keywords : Act of Speech within, Interaction, speech act locutions, bumping illocution, speech act perlocution
PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak cara yang dapat digunakan, tetapi yang paling sempurna adalah bahasa. Mengingat peranan bahasa yang begitu besar bagi kehidupan maka dalam merumuskan pengertian bahasa, para ahli sering memasukkan unsur-unsur fungsi bahasa tersebut. Integrasi antara bahasa dan proses berfikir tidak terlepas dari prinsip untuk apa bahasa itu digunakan. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, manusia harus menguasai keterampilan berbahasa. Tarigan (1986 : 2) mengatakan bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat macam, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan bahasa mempunyai hubungan yang erat dan konsep berpikir yang mendasari bahasa.Bahasa seseorang mencerminkan pikiran, Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula pikirannya. Selain itu, manusia dapat mengemukakan ide-idenya, baik secara lisan maupun secara tulisan atau simbol-simbol bahasa. Oleh Karena itu, bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Chaer (dalam Sulas, 2004 : 2) mengatakan, dilihat dari sudut penutur maka maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pendengar juga dapat menduga penutur sedih, marah atau gembira, sedangkan jika dilihat dari pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan yang diharapkan pembicara. Lain halnya dangan Kridalaksana (1984 : 28), mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang arbiter yangdigunakan untuk bekerja sama, berinteraksi, atau mengidentifikasikan diri. Untuk meningkatkan bahasa sebagai lambang makna dalam bahasa lisan lambang itu diwujudkan dalam bentuk tindak ujar dan dalam bahasa tulis wujud simbol tulisan dan keduanya memiliki tempat masing-masing. Baik bahasa lisan maupun tulisan digunakan manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi secara langsung, misalnya ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Sedang yang melalui media, contoh iklan di televisi, siaran di radio, penulisan opini atau artikel di majalah, surat kabar, dan lain -lain. Bahasa lisan dan tertulis dapat diungkapkan atau diwujudkan dengan menggunakan berbagai sarana, sarana yang digunakan untuk merealisasikan tuturan tersebut dapat diungkapkan melalui media massa, yakni melalui media elektronik maupun media cetak. Media massa sebagai sarana komunikasi tidak hanya berarti pemberitahuan, namun berarti pula pengumuman, penerangan, penjelasan, penyuluhan, perintah, intruksi, nasehat, ajakan, rayuan, dan sebagainya (Effendi 1992 : 61). Berdasarkan hal di atas, Keraf (1987 : 6) mendefinisikan bahasa sebagai, “Alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan alat ucap manusia”. Bahasa mampu menjadi medium untuk menggungkapkan
maksud atau keinginan seseorang menerima umpan balik terhadap tingkah laku dan memodifikasikan tingkah laku sampai orang lain mempersepsikan sebagaimana yang kita maksud. Untuk mencapainya diperlukan pengetahuan tentang konteks situasi komunikasi itu. Semua aspek bahasa tersebut dikaji dalam bidang ilmu yang disebut pragmatik. Di dalam kegiatan bertutur, penutur tidak sekedar menyampaikan pesan, tetapi ia juga membangun hubungan sosial dengan petutur (mitra tutur). Penutur perlu memilih strategi bertutur yang dapat mengungkapkan pesan secara tepat dan tuturan itu dapat membangun hubungan sosial. Dengan kata lain, penutur tidak „asal buka mulut dalam bicara‟ tetapi ia harus memikirkan terlebih dahulu tuturan yang akan dituturkannya. Anjuran bahwa sebelum orang bertutur, orang perlu memikirkan apa yang akan dituturkannya. Untuk mencapai tujuan bertutur yang , yaitu membangun hubungan sosial, penutur kadang-kadang bertutur dengan mengabaikan makna referensial ujaran yang dituturkan atau penutur sekadar melakukan komunikasi fatis (bertutur sekadar untuk basa-basi). Walaupun ribuan kalimat tentang beragam topik dari berbagai sumber yang didengar oleh manusia setiap hari, mereka selalu berusaha untuk memahaminya. Mereka tidak mengalami kesulitan untuk memahami apa yang didengarnya, dan mereka cenderung menganggap bahwa pemahaman adalah hal yang sederhana saja. Pemahaman merupakan proses mental yang dialami oleh pendengar dalam menangkap bunyi-bunyi yang diucapkan oleh si pembicara dan menggunakan bunyi-bunyian itu untuk menciptakan terjemahan dari apa yang difikirkan mengenai apa yang dimaksud oleh si pembicara. Namun demikian, memahami ujaran bukanlah hal yang mudah. Disaat memahami ujaran seseorang sering melakukan kesalahan sehingga terbukti bahwa pemahaman terhadap ujaran adalah persoalan yang sulit. Untuk memahami sebuah ujaran, seseorang harus memahami dahulu urutan-urutan kata-kata yang mereka dengar dan melihat bahwa kata-kata itu membuat suatu kelompok. Akhirnya pendengar membuat terjemahan untuk kalimat tersebut. Batasan tentang pragmatik diberikan oleh Lyon (Ibrahim, 1993 : 279) yang mengatakan bahwa pragmatik mengkaji makna tuturan dengan mempertimbangkan hubungan kompleks bentuk gramatikal kalimat yang diucapkan dengan situasi tuturan. Kajian mengenai tindak tutur ini selanjutnya dikembangkan oleh austin, yang membagi tindak tutur atas tiga bagian yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur tersebut membentuk sikap yang terekspresi dan yang akan memberi ruang terjadinya berbagai tindak. Tindak ini dikenal sebagai tindak lokusi (perbuatan bertutur), ilokusi (perbuatan yang ada dalam otak tentang sesuatu atau efek yang ada dalam otak dalam mengujarkan sesuatu), dan tindak perlokusi (efek yang ditimbulkan oleh tuturan yang membuat orang lain melakukan sesuatu atau reaksi terhadap prang lain dari tuturan). Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usiasekitar1830tahun.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17844/3/Chapt er%20II.pdf). Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa menurut Knopfemacher, (1978) merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannyadengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual yang akan menjadi penerus bangsa. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17844/3/Chapter%20II.pdf) Dari pendapat pakar di atas dapat dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual. Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang mempertimbangkan status penutur dan petutur. Bahasa telah berkembang menjadi media yang teramat halus untuk mengkomunikasikan informasi yang menuju tingkat afiliasi atau jarak antara penutur dan petutur. Keberhasilan penggunaan strategistrategi ini menciptakan suasana kesopanan yang memungkinkan transaksi sosial berlangsung tanpa mempermalukan penutur dan petutur (Ismari 1995 : 35). Melihat luasnya kajian yang dilakukan dalam tindak tutur mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia maka penelitian ini hanya membatasi bentuk tindak tutur baik lokusi, ilokusi, maupun perlokusi yang dilakukan mahasiswa bahasa indonesia dalam interaksi komunikasi. Berkenaan dengan tindak tutur mahasiswa ini mencakup beberapa aspek yaitu: Pertama, sifat hubungan tindak tutur (Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi). Lokusi merupakan tindak mengatakan sesuatu yang menghasilkan serangkaian bunyi kalimat tertentu. Ilokusi merupakan daya yang ditimbulkan oleh penuturnya sebagai perintah, keluhan, pujian, dan lain-lain. Untuk menandai tindak tutur Searle (Bustanul, 2000 : 139) mengklasifikasikan dalam kategori yaitu, asersif (lokusi ini pembicaraan terikat pada kebenaran, proposisi yang diungkapkan), direktif (lokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh pendengarnya), komisif (lokusi ini penutur terikat pada sesuatu tindakan di masa yang akan datang), ekspresif (ilokusi ini mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan), dan deklaratif (menghasilkan pelaksanaan, ilokusi, ini menyebabkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitasnya).
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap “Tindak Tutur Interaksi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia” karena dalam percakapan mahasiswa tersebut terdapat keunikan dan disetiap penyampaian ide dan gagasan diungkapkan melalui tindak tutur yang beragam. Percakapan yang disampaikan penutur dengan variasi, sehingga percakapan berjalan dengan tidak membosankan. Tuturan memunyai tujuan dan maksud tertentu untuk menghasilkan komunikasi. Tujuan tuturan merupakan salah satu aspek yang harus hadir didalam suatu tuturan. Karena yang dimaksud dalam tujuan tuturan tersebut yakni upaya untuk mencapai suatu hasil yang dikehendaki oleh penutur kepada mitra tutur. Tujuannya yaitu untuk menyampaikan informasi, menyampaikan berita, membujuk, menyarankan, memerintah dan sebagainya. Dalam hal ini seorang penutur harus mampu menyakinkan mitra tuturnya atas maksud tuturannya Rustono (1999 : 29) mengemukakan bahwa
tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Tujuan tuturan ini merupakan hal yang melatar belakangi tuturan. Tuturan seseorang memiliki sebuah tujuan. Hal ini berarti tidak mungkin ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan. METODOLOGI PENELITIAN Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis pragmatik yaitu berdasarkan pada sudut pandang pragmatik. Analisis ini berupaya menentukan maksud penutur baik diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapan secara tersirat dibalik tuturan. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dan metode identifikasi. Metode identifikasi adalah metode yang dilakukan dengan cara menetapkan sesuatu tindak tutur berdasarkan jenis tindak tuturnya, aspek-aspek situasi tuturnya dan cara penyampaiannya. Kegiatan analisis data tersebut dilakukan dalam satu tahap, yaitu: menentukan bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi mahasiswa PSPBSI. Pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan yang berupa mengungkapkan sesuatu secara apa adanya (Sudaryanto, 1992 : 62). Pada dasarnya fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturpenuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa pribahasa yang biasa dilakukan sifatnya seperti potret, yaitu paparan seperti metode deskriptif yaitu dalam pemberian tidak mempertimbangkan benar salahnya penggunaan bahasa oleh penutur-penuturnya. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah paparan tindak tutur yang digunakan secara apa adanya. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang dinyatakan dalam sejumlah mahasiswa PSPBSI mengandung tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Sumber data adalah semua informasi yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilah oleh peneliti. Data dalam penelitian ini, penelitian mengumpulkan sejumlah percakapan yang memiliki aspek tindak tutur dan bentuk tuturan : teknik simak, rekam, dan catat. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian tentang tindak tutur mahasiwa program studi pendidikan bahasa sastra indonesia, dapat diketahui beberapa hasil penelitian ini sebagai berikut. Hasil penelitian di uraikan beberapa rumusan masalah yang telah dikemukan pada bagian sebelumnya. Secara terperinci, berikut paparan hasil penelitian tindak tutur dalam interaksi mahasiwa. Dalam tuturan tindak tutur ini memiliki 3 aspek tuturan yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Bentuk tindak lokusi dalam penelitian ini terdapat mahasiwa yang sedang berkumpul didalam ruang seminar dan tuturan tersebut disampaikan oleh mahasiwa yang sedang mendengarkan dosen menerangkan pelajaran. Bentuk tuturan lokusi “ menteri luar negeri republik indonesia hasan wirayuda mengatakan bahwa hubungan antara RI dan malaysia semkin renggang akhir-akhir ini. Selanjutnya tindak tutur ilokusi, merupakan daya yang ditimbulkan oleh penuturnya sebagai perintah. Tindak ilokusi ini terdiri dari beberapa kategori tindak tutur yaitu, tindak tutur asersif, tindak tutur direktif, tindak
tutur komisif, tindak tutur ekspresif dan tindak tutur deklaratif. Tindak tutur asersif juga mempunyai 5 data tuturan asersif yaitu : tindak tutur asersif menyatakan, pada ilokusi asersif ini pembicaraan terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Bentuk tindak lokusi asersif menyatakan “ kami melakukan terapi medis maupun spriritual juga mendorong mereka gemar beribadah dan bekerja”. Dalam tuturan ini menyatakan yang dituturkan mahsiswa mempunyai maksud yang mendorong temantemannya agar ikut beribadah bersama-sama. Bentuk tindak tutur asersif melaporkan “ aku lagi sedih nih “ tuturan ini melaporkan kepada temannya agar temannya tahu kalau dia sedang lapar. Tuturan mahasiswa ini termasuk tindak asersif melaporkan. tindak asersif mengakui merupakan tuturan yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, mengakui untuk diri sendiri dan orang lain akan sesuatu hal dan dentuk tuturan mengakui “iya aku tahu. Tapi aku sedang membutuhkan file itu”. Pada tuturan ini penutur mengakui kepada mitra tutur bahwa penutur dapat berkata demikian karena penutur sedang membutuhkan file tersebut. Tindak tutur direktif memiliki 8 data, yaitu tindak tutur deirektif mengajak. Bentuk tuturan ini “ met kepuswil yuuk” tuturan ini menyatakan ajakan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur. Bentuk tindak tutur direktif meminta “ sorry ya” tuturan direktif ini menyampaiakan kata maaf dari penutur kepada mitra tutur bahawa dia bersalah. Masih banyak lagi bentuk tuturan direktif. Dalam tuturan direktif ini peneliti tidak semua data ditemukan. ”Ohh... okelah aku bantuin besok”dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur dengan maksud untuk menyatakan kesanggupan atas apa yang telah diujarkan, yaitu ia sanggup membantu penutur untuk pindah kos. Oleh karena itu, percakapan ini merupakan tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan sebab berisi pernyataan kesanggupan mitra tutur untuk membantu penutur. Tindak tutur ekspresif mengeluh adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yangdisebutkan di dalam tuturan mengeluh. Tuturan mengeluh adalah tuturan yang dilakukan untuk menyatakan susah karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan. Tuturan berikut merupakan tindak tutur ekpresif mengeluh dalam tuturan ekspresif bentuk tuturan ekspresif mengeluh Bentuk tuturan ekspresif memuji Tuturan”Heheh...makasi adek cantik” dituturkan oleh Wenny kepada temannya dengan maksud untuk memujinya. Oleh karena itu, percakapan ini merupakan tindak tutur ekspresif memuji karena tuturan tersebut berisi sifat baik hati temannya. Tuturan di atas yang menunjukan tindak ilokusi ekspresif mengkritik terdapat pada tuturan “Kenapa kamu, lik ? Datang-datang kok langsung sewot gitu” maksudnya penutur mengkritik kepada lilik (mitra tutur) bahwa mengapa datang-datang kok langsung sewot (marah) terdapat pada konteks tuturan. Maksud penuturyaitu bahwa segala masalah pasti ada jalan keluarnya tapi kenapa harus dengan marah-marah. Tutur Ilokusi Derklaratif merupakan tindak tutur yang dimaksudkanyang bila performasiannya berhasil akan menyebabkan korespodensi yang baik antara isi proposional dengan realitasnya. Dalam tuturan deklaratif terdapat tindak tutur mengucilkan. Tuturan yang dikatakan Ani “Si onya kalau berpakaian kayak mau
lepas yaa” ini merupakan tindak tutur yang mengucilkan. Ia mengatakan itu kepada lawan tutur nya kalau temannya Onya memakai pakaian kebesaran. Penelitian tindak tutur dalam interaksi mahasiwa ini banyak terdapat tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Peneliti menemukan 31 data tuturan mahasiwa, didalamnya memiliki bentuk tuturan lokusi, bentuk tuturan ilokusi, dan bentuk tuturan perlokusi. Data terebut peneliti dapatkan dengan langsung ikut berinteraksi dan brkumpul bersama mahasiswa-mahasiswa tersebut. Agar, data yang didapatkan falid. Tuturan dalam penelitian ini banyak didapatkan pada saat mahasiswa sedang berkumpul pada saat menunggu perkuliahan. Bentuk tuturan perlokusi merupakan tuturan atau ujaran yang diucapkan oleh penutur yang mempunyai efek atau daya pengaruh kepada mitra tutur. Bentuk tuturan perlokusi ini, peneliti hanya mendapat 4 data yaitu bentuk tuturan perlokusi “Rumah saya jauh” dalam tuturan ini penutur menjelaskan bahwa dia tidak dapat berpergian agar temannya dapat mengerti alasannya. Bentuk tuturan“gak apalah, aku mengerti. Setidaknya kamu mengingatnya”, tuturan konteks ini merupakan kalimat perlokusi dari kalimat ilokusi “Kemarin aku sibuk.” penutur memaklumi alasan temannya yang tidak datang ke rumah yang disebabkan sangat sibuk kemarin. Percakapan tersebutlah yang merupakan contoh perlokusi yaitu tindakan yang secara langsung dipahami oleh salah satu pembicara. Tuturan ini termasuk tindak tutur perlokusi, bahwa tuturan “Surat lamaran ke primagam udah aku antar tadi say..” memberitahukan sesuatu kepada Lilik bahwa dia telah mengantar surat keprimagama. Bentuk tuturan lainnya, “ agh... aku malas nemanin kamu” dinyatakan penutur bahwa dia tidak dapat mengantar. Sehubungan dengan tindak tutur dalam interaksi mahasiswa ini dapat di lihat bahwa tindak tutur lokusi dan perlokusi juga dapat masuk dalam kategori tindak perlokusi bula memiliki daya ilokusi yang kuat yaitu mampu menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur. SIMPULAN Berdasarkan penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa penelitian tentang tindak tutur dalam interaksi mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia menemukan beberapa tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dimana tuturan tersebut merupakan tiga aspek bentuk-bentuk tindak tutur.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Bustanul dan Abdul Rani. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi, Departeman Pendidikan Nasional. Chaer, Abdul dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Effendi , S. 1992. Adverbial Cara dan Adverbial Sarana dalam Bahasa Indonesia. Disertasi Uiversitas Indonesia Gunarwan, Asim. 1994. Kesantunan Negatif dan Kalangan Dwibahasawan Indonesia. Jakarta: Unika Atmajaya Press. Ibrahim, Abd. Syukur.1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional Indonesia. Ismari. 1995. Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press. Keraf, Gorys. 1987. Komposisi. Jakarta: Nusa Ende. Kridalaksana, Harimukti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey.1996. Prinsip-Prinsip Pragmatik.Terj.Dr.MD. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia. Leech, Geoffrey. Terjemahan Oka, M.D.D. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Lubis, A. Hamid Hasin. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Putri, Adestika. 2004. Tindak Tutur Dalam Komik Paman Gober Edisi Nostalgia Subjudul Paman Gober Jadi Actor (skripsi). Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press Siregar, Betaria. 2000.Tindak Ujar Ilokusi Berbahasa Indonesia Masyarakat Batak di Kelurahan Labuh Baru Barat Kecamatan Payung Sekaki Pekanb aru (skripsi). Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sitorus, Berman. 2003.Tindak Tutur Bahasa Indonesia Pada Para Remaja Batak Toba De Kecamatan Toba Propinsi Sumatera Utara (skripsi). Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sudaryanto.1993.Metode dan Aneka Analisis Bahasa.Yogyakarta : Duta Wacana Press. Sudaryat, Yayat.2009.Makna dalam Wacana:Prinsip-Prnisip Pragmatik Bandung. Yrama Widya.
Semantik
dan
Sulas. 2004. Tindak Tutur Lukosi dalam Bahasa Batak (skripsi). Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Setiawan, Soni. 2005 : Tindak Tutur dan Pilihan Kata dalam Bahasa Humor Rubrik Komedi Misteri pada Majalah Wahana Mistis Edisi Oktober-Desember 2004. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JBSI FBS UNESA. Tarigan, Hendy Guntur. 1986. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi Artikel.“Tindak Tutur Lokusi”. http://ghamblang.blogspot.com/p/tutur-lokusi-ilokusidan-perlokusi.html. 27/02/2013. 22.00 Pisipop.“PerlokusiTindakTutur”.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/178 44/3/Chapter%20II.pdf. 28/02/2013. 19.00