Timur Tengah Dalam Pusaran Konflik Penulis: Tim HI UMM Desain Cover: Abi Zaidan Editor: Gonda Yumitro Ikhrotul Fitriyah Diterbitkan Oleh GRE PUBLISHING Karangwaru Kidul TR II/506 Yogyakarta 55241 E-mail:
[email protected] Bekerjasama dengan Center of Middle East Studies Laboratorium Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang E-mail:
[email protected] Situs: http://lab-hi.umm.ac.id Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian Atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Cetakan Pertama 2013 X 376hlm.15 x 21 cm ISBN 978-602-7677-38- 8 ii
PENDAHULUAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, tulisan dari mahasiswa hubungan internasional akhirnya terselesaikan. Tulisan-tulisan ini membahas isu-isu yang terjadi di dunia Islam khususnya terhadap konflik dan kepentingan asing yang ada di dalamnya. Dengan mengangkat tema Timur Tengah Dalam Pusaran Konflik, para penulis mampu mengajak kita untuk menerawang dan mengetahui berbagai persoalan yang membelit negara-negara dengan mayoritas penduduknya Islam tersebut. Timur tengah merupakan suatu istilah yang pertama kali digunakan oleh orang-orang inggris pada tahun 1850-an untuk menyebut wilayah sekeliling teluk yang berada di antara “near east” dan “far east”. Tetapi kemudian setelah perang dunia kedua makna tersebut meluas meliputi Negara-negara asia barat daya, semua bangsa arab, bahkan Israel, Turkey, Iran, Israel dan Cyprus. Negaranegara yang termasuk di wilayah afrika pun mulai disebut timur tengah karena budaya arab mereka yang kental, seperti sudan, mesir, dan libya. Bahkan sekarang semua Negara Afrika utara dikategorikan sebagai wilayah timur tengah. Negara timur tengah berdasarkan atlas cambridge terdiri dari 22 negara. Wilayah timur tengah ini meliputi 10,3 persen luas permukaan daratan di bumi, dan penduduknya merupakan 5,8% penduduk dunia. Adapun secara wilayah dari timur ke barat membentang sejauh 8370 km, sementara dari utara ke selatan sejauh 4.180 km. Negara-negara tersebut sangat beragam dari segi wilayah, penduduk, sumber daya alam, dan sistem politik yang dianut, tetapi mereka mempunyai persamaan dalam hal sejarah, bahasa, dan agama iii
secara umum. Selain itu mereka juga sama dalam hal iklim yang panas, dan ketergtungan yang kuat terhadap asing. Hampir semua negara timur tengah pernah dijajah, kecuali beberapa daerah yang tidak merupakan wilayah luas, terutama di daerah hijaz, yang dikuasai oleh wahabi. Wilayah ini kaya minyak dan berada di antara lima laut dan 2 samudra. Wilayah timur tengah sangat strategis, baik secara geografis, budaya, agama, maupun kekayaan alam. Secara geografis timur tengah terletak di jalur penghubung antara eropa, afrika dan asia. Oleh karena itu sering dijadikan sebagai rebutan negara-negara lain, contohnya Amerika serikat. Paling tidak amerika telah menempatkan pangkalan militernya di berbagai negara seperti Marokko, Mesir, Turkey dan Oman. Secara budaya dan agama, timur tengah merupakan pusat 3 agama besar di dunia, yaitu yahudi, kristen dan islam. Kota yang menyatukan ketika agama tersebut adalah yerusalem, yang sekarang justru menjadi sumber konflik berkepanjangan. Diperkirakan 93 % atau lebih dari satu milyar penduduk timur tengah beragama islam. Adapun kristen, yahudi dan agama lainnya hanya sekitar 7 persen saja. Meskipun demikian, secara garis besar, islam di timur tengah terdiri dari islam sunni dan syiah. Selain itu, legitimasi pemerintah juga cenderung rendah, serta ikatan masyarakat lebih kepada suku. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan berbagai konflik selalu berlangsung di wilayah tersebut dan sulit diselesaikan.
iv
Dalam konteks politik, Timur Tengah identik dengan wilayah yang senantiasa mengalami konflik berkepanjangan, baik antara bangsa Arab dengan non Arab, atau bahkan sesama bangsa Arab sendiri. Belum lagi berkaitan dengan konflik yang disebabkan oleh intervensi kelompok asing yang mempunyai berbagai kepentingan strategis di kawasan. Hal ini dikarenakan secara geografis, timur tengah memang mempunyai potensi yang luar biasa, baik dalam konteks geopolitik, sumberdaya, politik dan budaya. Bahkan dalam Heartland theory disebutkan bahwa siapa yang ingin menguasai dunia, maka ia harus menguasai Eropa, tetapi Eropa tidak akan pernah dikuasai tanpa bisa menguasai wilayah Timur Tengah. Penguasaan terhadap Eropa tanpa Timur Tengah ibarat mempunyai teknologi, tetapi tidak punya minyak untuk menjalankannya. Kepentingan berbagai pihak di kawasan ini menjadi semakin serius ketika berkaitan dengan politik kawasan Timur Tengah yang rawan dalam konteks keamanan. Tingkat integritas sesama bangsa Arab sangat lemah. Mereka banyak terpengaruh dengan perasaan kesukuan semata yang membuat mereka mudah berpecah belah dan diintervensi oleh pihak luar. Berbagai upaya untuk melakukan v
integrasi kebangsaan dengan identitas kearaban pun seringkali tidak menemukan titik terang. Apalagi keberadaan Israel di kawasan ini cukup kuat, bahkan pernah memporakporandakan aliansi bangsa Arab untuk menentang ekesistensi bangsa Yahudi. Pada akhirnya, nuansa konflik senantiasa menjadi karakter kawasan ini sejak dulu sampai sekarang, terutama pasca berdirinya bangsa Israel di kawasan. Pola dan keadaan yang sampai sekarang menarik untuk dikaji, terutama dalam konteks kekinian. Bahkan belum lama ini, sejak abad ke 21 yang disebut abad milinium, yang asumsinya manusia semakin maju dan beradab, terjadi sederet persoalan terus berkembang dan menghiasi berbagai media massa berkaitan dengan konflik di Timur Tengah, mulai dari isu ketidakberdayaan organanisasi regional yang dibangun, invasi Amerika ke Irak, isu nuklir Iran, dan yang terhangat adalah berkaitan dengan Arab Spring dan konstelasi politik Timur Tengah terkini. Berbagai kondisi tersebut seakan ingin membenarkan pameo yang menyebutkan bahwa Timur Tengah tidak akan pernah aman sampai terjadi hari kiamat. Berkaitan dengan berbagai persoalan tersebut, maka buku yang merupakan kumpulan tulisan dari alumni mahasiswa Hubungan Internasional yang kami tambahkan dengan artikel yang kami muat di dalamnya, dimaksudkan untuk memberikan sumbangsih terhadap pemahaman ilmiah berkaitan dengan berbagai persoalan yang berkembang di kawasan Timur Tengah terkini. Sebagaimana biasanya kumpulan tulisan, maka logika yang dipakai dalam pengumpulan naskah adalah dengan mencoba untuk menggambarkan secara umum terlebih dahulu berbagai isu yang mencakup wilayah Timur Tengah secara keseluruhan. Baru kemudian tulisan ini akan berbicara berbagai isu yang dikaji berdasarkan urutan waktu kejadian, mulai dari Isu Irak yang diinvasi oleh Amerika, isu nuklir Iran, dan terakhir berkaitan dengan berbagai vi
kejadian pasca Arab Spring, baik di Mesir, Tunisia, Bahrain dan Suriah. Pada berbagai isu tersebut, maka jika diikuti dengan seksama, peran Amerika dan konstelasi politik kawasan Timur Tengah akan terlihat jelas. Untuk itu, secara detail buku ini akan diawali oleh tulisan Faridi yang mencoba untuk menggambarkan dan menganalisa peranan World Islamic Economic Forum (WIFE) pada negara-negara Islam di dunia melalui agenda-agenda tahunan dalam platform bisnis internasional yang diselenggaran di beberapa negara. Tujuan dari agenda ini adalah untuk mengembangkan kemitraan di antara pengusaha Muslim dan pengusaha non-Muslim yang nantinya akan menerapkan sistem ekonomi atlernatif setelah terjadinya krisis keuangan global yang diharapkan akan membentuk aliansi baru dalam dunia Islam pada bidang kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi serta menciptakan produk halal global. Selanjutnya Wisnu Ario Windra pratama mengangkat kelemahan Liga Arab sebagai organisasi regional dalam menangani konflik di Timur Tengah. Ia menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan tersebut diantaranya faktor internal dan faktor eksternal sebab kita tahu sendiri bahwa konflik di Timur Tengah tak terlepas dari keterlibatan negara-negara di luar kawasan (intrusive system). Faktor internal yang melemahkan Liga Arab berasal dari aspek institutional, aspek konstitusional, dan aspek kelemahan politik Liga Arab sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang melemahkan Liga Arab berasal dari berbagai permasalahan dan perbedaan yang ada di kawasan Timur Tengah, seperti konflik etnis, budaya, sosial, ideologi keagamaan, ideologi politik, sumber daya alam, permasalahan perbatasan, permasalahan perlombaan senjata, serta terbentuknya organsiasi-organisasi lain yang serupa dengan Liga Arab. vii
Kondisi organisasi kawasan yang tidak begitu terkelola tersebut menjadi semakin kompleks dan memungkinkan pihak asing melakukan intervensi dalam politik kawasan. Hal ini bisa dibaca dalam tulisan Achmad Muflichin yang menganalisa invasi AS ke irak dari segi penggunaan Private Military Company (PMC). Ia mengulas lebih dalam mengenai keterlibatan PMC dalam invasi AS ke Irak tidak terlepas dari kepentingan bisnis dan korporasi bisnis militer swasta. Ia juga menjelaskan Penggunaan PMC dalam invasi AS ke Irak disebabkan adanya pengaruh dari sistem politik dalam negeri yang memiliki hubungan erat antara PMC dan Partai Republik yang memberikan donasi untuk kampanye kemenangan Partai Republik, juga memiliki hubungan dengan elit politik yang saling menguntungkan dalam pemerintahan Bush, di tambah lagi dengan adanya kedekatan PMC dengan para elit politik di AS. Selain dari segi politik, AS juga bisa mengkalkulasi efesiensi ekonomi dari anggaran yang ia keluarkan untuk keperluan perang. Sebagai upaya untuk memperkuat justifikasi dan legalitas invasi ke kawasan Timur Tengah, khususnya Irak, Amerika menggunakan upaya untuk membangun opini publik. Hal ini bisa terlihat dalam tulisan Tri Jayanti Purbasari yang mengulas tentang pemberitaan CNN yang mampu membentuk opini publik masyarakat Amerika melalui berita yang dilaporkan. Media ini digunakan untuk membentuk dukungan atas kebijakan pemerintah terlebih kebijakan luar negeri dalam invasi Irak. Dukungan opini publik ini kemudian menjadi terlegitimasi atas sebijakan yang berkaitan dengan aksi militer. Dengan acuan tersebut, pemerintah AS mendapatkan legitimasi masyarakat untuk menginvasi Irak tahun 2003. Menurutnya, polularitas CNN menjadi penting bagi pemerintah sebab masyarakat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pemberitaan tersebut terutama peristiwa/berita internasional, hal ini lah yang kemudian menjadi salah satu alat bagi viii
pemerintah AS mengeluarkan kebijakan invasi Irak dengan diperkuat isu-isu internal Irak saat itu. Kebijakan Amerika tersebut dinilai mengancam nilai-nilai kemanusiaan karena akibat konflik Iran tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya, bahkan sangat parah dan terus berlangsung sampai sekarang. Puspita Imani menganalisa ancaman keamanan manusia dalam rekonstruksi AS melalui intervensi kemanusiaan di Irak ini dengan cantik. Dengan menggunakan pendekatan Humanitarian Intervention dan Human Security, penulis menggambarkan adanya perubahan pasca invasi baik dari segi politik maupun ekonomi yakni usaha AS untuk merekonstruksi kembali Irak sebagai bentuk tanggung jawabnya. Namun program-program yang direncanakan tidak berjalan sesui rencana akhirnya menimbulkan ancaman bagi keamanan manusia di Irak. Hal ini terbukti dengan tidak terjaminnya keamanan rakyat di Irak. Program-program tersebut diantaranya adalah pembangunan dan pemulihan citra AS di Irak. Rupanya mulai terbongkar bahwa berbagai kebijakan Amerika yang tidak manusiawi tersebut berkaitan dengan dengan setting politik setting kawasan yang dijalankan oleh kelompok AIPAC (American-Israel Public Affairs Committee). Mereka bahkan mempunyai fakta melakukan lobby yang kental dalam isu konflik Israel Palestina dan isu nuklir Iran. Hal ini misalnya bisa dibaca dalam tulisan Nurlita Aprilinasari, yang membahas strategi AIPAC terkait konflik Israel-Palestina. Pasalnya konflik yang tak kunjung usai ini tak terlepas dari intervensi AS melalui kebijakan politik luar negeri khususnya di era George W. Bush yang cenderung membela dan mendukung setiap serangan yang dilakukan Israel ke Palestina. Kontribusi terbesar dari AIPAC yakni mampu mempengaruhi kebijakan luar negeri AS tersebut yakni melobi dengan cara pendistribusian anggotanya ke dalam badan pemerintahan AS untuk ix
mempengaruhi opini publik agar kebijakan yang dikeluarkan AS data sesuai dengan tujuan APIPAC yaitu untuk tetap menjaga eksistensi Israel di Palestina. Begitu juga dengan tulisan Waidatun Hasanah yang menggambarkan signifikansi AIPAC dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk menghentikan program nuklir Iran termasuk dengan menjatuhkan sanksi dengan menjatuhkan sanksi ekonomi maupun militer. Dalam penelitiannya ia juga menggambarkan AIPAC menggunakan berbagai cara untuk mencapai kepentingannya. Salah satu cara yang dipakai oleh AIPAC yaitu mengontrol media massa dan mengirimkan anggotanya menduduki pemerintahan, hal itu anggap sebagai ancaman dikarenakan Iran tidak mau menghentikan program nuklirnya. Namun pada masa Obama, Amerika mulai melakukan jalur diplomasi, dan ini terlihat penurunan signifikansi AIPAC pada masa Obama. Hal itu terlihat dari di bukanya jalur diplomasi dan keengganan Amerika untuk melakukan serangan militer terhadap Iran, walaupun tekanan dari AIPAC datang secara terus- menerus. Karena konflik Iran dan Amerika tersebut, maka isu nuklir Iran dinilai mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Amerika terhadap kawasan Timur Tengah. Pendapat ini bisa dibaca dalam artikel Arif Adi Bahtiar yang menganalisa isu nuklir Iran terhadap kebijakan keamanan AS di Timur Tengah. Menurut analisanya, akan muncul hegemoni baru dan kekuatan baru di Iran yang bisa mengubah tatanan dunia. Baik itu dari segi militer maupun kekuatan politiknya. Untuk itu AS dan mengubah haluan kebijakan luar negerinya dan mengajak serta para sekutunya untuk membelence keamanan terhadap kawasan Timur Tengah atas nuklir Iran yang menurutnya akan dijadikan Weapon Mass Destruction. Isu nuklir Iran yang kemudian menjadikan posisi AS harus menjaga hubungan perpolitikannya di Timur Tengah dengan merancang KTT untuk x
membahas bagaimana solusi yang hendak diterapkan untuk menjamin keamana dari pembangunan nuklir Iran. Dengan adanya program nuklir Iran yang mendapat kecaman dari berbagai negara teruma Amerika dengan menjatuhkan sanksi ekonomi, Iran kemudian merubah haluan kebikjakan luar negerinya dengan membangun kerjasama ekonomi dengan China. Hal ini terlihat dari tulisannya Ramzatul Widad yang menganalisa rasionalitas Iran dalam meningkatkan kerjasama ekonomi dengan China dengan menggunakan rational choice theory yang menjelaskan bahwa pilihan rasional suatu negara lebih didasarkan pada maksimalisasi keuntungan dan minimalisasi kerugian dengan perhitungan untung rugi dari setiap alternatif yang ada. Sebab kebangkitan ekonomi China serta China sebagai negara pengembang nuklir menjadikannya menarik bagi Iran. Bahkan bentuk penentangan Iran terhadap Amerika pun ditunjukkan dengan sikap pemimpin Negara Parsi ini yang dengan tegas memberikan dukungan terhadap Bashar Al Ashad dalam konflik Suriah. Dengan menggunakan kerangka konstruktivis Tuniyati menganalisa alasan Iran memberikan dukungan terhadap Bashar Al-Assad yang dituntut untuk mundur dari kekuasaannya tersebut menjadikan konflik Suriah di maknai oleh Iran tidak hanya terbatas konflik domestik saja melainkan perang antar Sunni dan Syiah. Sebagai negara dengan identitas Syiah, Iran memandang rezim Suriah sebagai teman yang memiliki persamaan identitas. Normanorma yang ada dalam ajaran Syiah juga telah mempengaruhi tindakan Iran dalam merespon konflik Suriah selain itu adanya faktor sejarah yang dialami oleh Syiah Iran dan rezim Suriah membuat mereka berupaya untuk mempertahankan kekuasaan Syiah di Suriah. Hanya saja, Gonda Yumitro mencoba menawarkan persepektif yang lain, dimana konflik yang terjadi antara Iran dan Amerika ini tidak bisa dilihat sekedar mendasarkan data dari xi
berbagai media massa yang dibaca. Ia mencoba untuk mengkonstruksi peta politik kawasan sebagai hasil dari adanya aliansi rahasia yang dilakukan oleh Amerika, Iran, dan Israel. Sebagai Negara-negara yang punya kepentingan dan bisa terancam jika tidak menyesuaikan diri dengan kawasan Timur Tengah yang notabene bangsa Arab, maka dengan leluasa ketiga Negara tersebut memperjuangkan kepentingan mereka. Bahkan gerakan mereka jarang disadari oleh banyak pemimpin atau pun pengamat politik kawasan Timur Tengah. Karena itu, ia menyebut perseteruan Iran dan Amerika hanyalah sebuah mitos. Lebih lanjut, salah satu isu kawasan Timur Tengah yang belum lama berlangsung terkait dengan Arab Spring. Dalam konteks ini, M. Afdaluddin Effendi membahas demokratisasi di Mesir dengan menganalisa pergerakan sosial yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin dalam melawan rezim Husni Mubarak di Mesir. Dalam tulisannya, ia menjelaskan pergerakan Ikhwanul Muslimin sebagai gerakan sosial politik mampu mempengaruhi massa dan memobilisasi masyarakat dalam menggulingkan rezim Mubarak. Pencapaian tersebut dijelaskan menggunakan konsep gerakan sosial dan gerakan neo revivalisme, Ikhwanul Muslimin tidak hanya mampu mempengaruhi massa dan masyarakat saja melainkan juga memiliki pengaruh yang sangat kuat di tataran parlemen Mesir dalam melawan Khusni Mubarak. Najamuddin Khairurrijal pun mencoba melihat isu demokratisasi kawasan ini dengan perspektif lain. Ia mencoba membandingkan keterlibatan militer dalam transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir tahun 2011. Dengan menggunakan metode analisa perbandingan perspektif hubungan sipil-militer dengan 3 indikator sikap, posisi dan peran militer pada tiap fase. Penulis menemukan fase lain selain tiga fase yang dikemukakan oleh Huntington bahwa terdapat fase keempat transisi demokrasi di Mesir yakni mengakhiri xii
kekuasaan milter atau disebut dengan delayed Democracy sedangkan di Tunisia disebut democratic competitive. Demikian juga dengan Ade Marsid Thahara yang tetap mengangkat isu berkaitan dengan politik Syiah sebagai kelompok oposisi di Bahrain. Menurutnya, dinamika perpolitikan di Negara Bahrain menimbulkan gejolak-gejolak sosial antara elit politik dengan masyarakat di Bahrain, dimana kelompok Syiah sebagai kelompok oposisi di Bahrain mendapatkan dukungan dari masyarakat untuk menjatuhkan pemerintahan Hammad bin Isa Al Khalifa yang cenderung diskriminatif. Kelompok Syiah banyak melakukan tekanan terhadap pemerintahan Al Khalifa dimana masyarakat Bahrain yang mayorits Syiah ingin menumbangkan pemerintahan yang mayoritas Sunni dengan cara mendirikan partai politik dan aksi demonstrasi. Akhirnya, kami berharap semoga buku ini bermanfaat dan memberikan wawasan dan analisa yang memadai untuk memahami politik kawasan Timur Tengah. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, dengan harapan karya-karya yang lebih baik ke depannya bisa bermunculan. Amien ya Rabbal Alamien,,. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Malang, Desember 2013 Editor
xiii
Daftar isi Peran World Islamic Economic Forum (WIEF) Pada NegaraNegara Islam di Dunia Oleh : Faridi ............................................................................................................... 1 Kelemahan Liga Arab Sebagai Organisasi Regional Dalam Menangani Konflik-Konflik Di Timur Tengah Oleh : Wisnu Ario Windra Pratama ....................................................................... 15 Penggunaan PMC (Private Military Company) Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Pada Tahun 2003 Oleh : Achmad Muflichin .......................................................................................... 39 Pengaruh Pemberitaan CNN terhadap Legitimasi Masyarakat Atas Kebijakan A.S dalam Invasi Irak Tahun 2003 Oleh : Tri Jayanthi Purbasari .................................................................................. 95 Ancaman Keamanan Manusia Dalam Rekonstruksi Amerika Serikat Melalui Intervensi Kemanusiaan Di Irak Oleh : Puspita Imani ................................................................................................. 113 Strategi AIPAC (American-Israel Public Affairs Committee) Terhadap Kebijakan Luar Negeri AS Era George Walker Bush Terkait Konflik Israel Dan Palestina Oleh : Nurlita Aprilinasari ...................................................................................... 135 The Significanceof AIPAC InfluencesinU.S Foreign Policy Toward Iranian Nuclear Program Oleh : Waidatun Hasanah ......................................................................................... 172 xiv
Pengaruh Isu Nuklir Iran Terhadap Kebijakan Politik dan Keamanan Amerika Serikat Atas Iran di Timur Tengah Oleh : Arif Adi Bachtiar ........................................................................................... 195 Rasionalitas Iran dalam Meningkatkan Kerjasama Ekonomi dengan China di Tengah Embargo Ekonomi AS pada Era Mahmud Ahmadinejad Oleh : Ramzatul Widad ............................................................................................. 220 Kebijakan Iran Mendukung Pemerintah Bashar Al-Assad Dalam Konflik Suriah Oleh : Tuniyati ........................................................................................................... 245 Mitos Perseteruan Iran-Amerika Oleh : Gonda Yumitro .............................................................................................. 264 Gerakan Sosial Politik Ikhwanul Muslimin Dalam Melawan Rezim Husni Mubarak Tahun 2011 Oleh : M. Afdaluddin Effendi ................................................................................... 287 Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir Tahun 2011 Oleh : Najamuddin Khairurrijal ............................................................................. 314 Peran Politik Syiah Sebagai Kelompok Oposisi di Bahrain Pada Masa Pemerintahan Hammad Bin Isa Al Khalifa Oleh : Ade Marsid Thahara ..................................................................................... 341 Tentang Penulis .................................................................................................. 373
xv