ii
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
TIM PENYUSUN RISET SEGMENTASI PASAR DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM Pengarah
: Dr. Ing. Abdur Rohim Boy Berawi, M.Sc.
Penanggung Jawab
: Dr. Ir. Wawan Rusiawan, M.M.
Tim Studi
: Dian Permanasari, MIDEC.
Wignyo Parasian
Atikah Nur Pajriyah Raharja
Dyna Herlina, M.Sc.
Kurniawan Adi, Ph.D.
Firly Annisa, MA
Bheti Krisindawati, S.I. Kom.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
iii
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Pertama-tama, Saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada Tim Penyusun Buku Riset Segmentasi Pasar dan Pengambilan Keputusan Penonton Film yang telah dibentuk oleh Direktur Riset dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Saya menyambut baik dengan adanya penyusunan Buku Riset Segmentasi Pasar dan Pengambilan Keputusan Penonton Film ini. Subsektor film di Indonesia sendiri mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa film bahkan dapat meraup jumlah penonton yang sangat banyak, misalnya Film Ada Apa Dengan Cinta 2, Rudi Habibie, dan yang terbaru Warkop DKI Reborn yang mampu mencatatkan rekor jumlah penonton terbanyak dalam sejarah perfilman Indonesia. Namun, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh subsektor ini ke depannya, salah satunya yakni pertumbuhan jumlah penonton yang relatif rendah, dimana di sisi lain pertumbuhan produksi film mengalami peningkatan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penonton yang berpusat pada dua hingga tiga film terlaris, sedangkan puluhan judul film lainnya hanya mampu meraup sedikit kalangan penonton saja. Lebih lanjut, sebagian besar pelaku industri tidak dapat meraih penonton yang banyak karena mereka tidak memiliki basis data yang memadai untuk mengukur selera konsumen. Produser film hanya bergantung dengan kebiasaan dan kebijakan konvensional, sehingga strategi industri sulit untuk berkembang. Oleh karena itu, kehadiran Buku Riset Segmentasi Pasar dan Pengambilan Keputusan Penonton Film ini diharapkan dapat menjadi solusi dari tantangan tersebut. Buku ini dapat memberikan perspektif lain untuk melihat hubungan antar selera, pilihan penonton dengan variasi teknologi, genre, aktor aktris film, hingga saluran penonton guna mendapatkan informasi sebuah film. Buku ini juga dapat memberikan data dasar yang dapat digunakan oleh praktisi film dalam memahami pasar penonton film di Indonesia.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
iv
Semoga buku ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku perfilman di tanah air dalam rangka mendukung peningkatan kualitas film yang dihasilkan. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pengembangan dunia film nasional. Akhir kata, saya mengucapkan selamat kepada Tim Penyusun atas terbitnya Buku Riset Segmentasi Pasar dan Pengambilan Keputusan Penonton Film ini beserta kegiatan yang menyertainya. Terima Kasih
JAKARTA, 10 JANUARI 2017 DEPUTI RISET, EDUKASI, DAN PENGEMBANGAN BADAN EKONOMI KREATIF DR. ING. ABDUR ROHIM BOY BERAWI, M.SC.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ iii DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................. v BAB I.PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1 BAB II.KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 4 BAB III.METODE PENELITIAN ........................................................................................................................... 8 BAB IV.ANALISIS KUANTITATIF ..................................................................................................................... 15 BAB V.ANALISIS KUALITATIF .......................................................................................................................... 27 BAB VI.KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 34
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Film adalah salah satu produk pengalaman, dimana para konsumen mengambil keputusan pembelian dengan cara yang berbeda dari produk fungsional. Konsumen film memiliki kecenderungan untuk membuat pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan emosional (Caru dan Cova, 2003: 268). Oleh karena itu, diperlukan penelitian khusus untuk memahami pasar film sebagai produk yang unik. Industri film di seluruh dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat karena beberapa alasan. Pertama, industri film berkembang menjadi industri besar di era globalisasi ekonomi. Terbukti dengan peningkatan jumlah tenaga kerja dan pendapatan penjualan film di seluruh dunia. Kedua, industri ini secara kultural penting karena mampu menarik perhatian terhadap negara pengekspor film seperti Amerika. Ketiga, banyak data yang tersedia untuk penelitian. Keempat, praktisi perfilman hingga saat ini masih bersandar pada kebiasaan, kebijakan konvensional, dan aturan umum yang seringkali belum dikaji dengan seksama (Eliashberg et al. 2006: 638). Saat ini industri film Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang sangat menggembirakan, hal ini ditunjukkan dengan jumlah produksi film yang mengalami peningkatan signifikan. Namun pertumbuhan produksi tidak dibarengi dengan pertumbuhan jumlah penonton yang cukup besar. Ribuan penonton film hanya berpusat pada dua hingga tiga film terlaris, sedangkan puluhan judul film hanya meraih kurang dari seratus ribu penonton. Lebih lanjut, penonton tersebut terkonsentrasi di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Konsentrasi ini linier dengan situasi ekonomi dan persebaran penduduk dominan yang ada di pulau Jawa, khususnya kota-kota besar di Indonesia. Fenomena itu menunjukan bahwa basis penonton film Indonesia hanya ditopang oleh sedikit sekali judul film. Sebagian besar pelaku industri tidak dapat meraih penonton yang banyak karena mereka tidak memiliki basis data yang memadai untuk mengukur persepsi/selera konsumen. Produser film hanya tergantung dengan kebiasaan dan kebijakan konvensional sehingga strategi industri BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
2
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
sangat sulit berkembang. Di lain pihak, penelitian-penelitian film masih banyak yang hanya mencakup tataran kualitatif melalui analisis teks. Diperlukan perspektif lain untuk melihat keterhubungan antara selera, pilihan penonton dengan variasi teknologi, genre, aktor artis film, bahkan saluran penonton guna mendapatkan informasi sebuah film. Di saat bersamaan, saluran menonton film semakin bervariasi. Meski pendapatan terbesar masih didapatkan dari pemutaran bioskop namun produser dapat pula menjual filmnya di televisi kabel berbayar, televisi nasional, dan situs web. Selain jalur-jalur legal, pembajakan film yang merajalela membuat penonton Indonesia dapat mengunduh konten film secara bebas di internet dan DVD bajakan. Hingga saat ini, belum ada data yang memadai untuk mengukur proporsi konsumsi film di tiap saluran. Dengan memahami proporsi dan kecenderungan penonton mendapatkan film, maka akan dipahami strategi dan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan ketertarikan penonton film Indonesia. Secara umum, khalayak media di seluruh dunia mengalami proses fragmentasi (Webster and Ksiazek, 2012: 39). Jika beberapa dekade sebelumnya khalayak dapat dengan mudah dibagi berdasarkan segmentasi demografis, geografis, dan psikografis, tetapi saat ini kombinasi ketiga faktor itu membentuk fragmen-fragmen yang menyediakan luasan pasar spesifik, tidak lagi bersifat massa. Fragmen pasar film di Indonesia belum terpetakan hingga saat ini. Penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai pijakan awal dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dyna Herlina S (2012, 2013). Dua penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada 9 faktor yang diperhatikan oleh penonton sebelum memilih film: sinopsis dan ulasan film, sutradara dan aktor, genre, film adaptasi, cerita, sumber informasi netral, jadwal pemutaran, efek visual, dan konten sensitif (Herlina S, 2012). Selanjutnya, jika dibagi berdasarkan dimensi perilaku, setidaknya ada dua segmen penonton yang berhasil diidentifikasi yaitu: pengunjung bioskop (movie-goers) dan pecinta film (film-lovers) (Herlina S, 2013). Berdasarkan latar belakang di atas dan penelitian sebelumnya, perlu dikembangkan penelitian yang dapat mengetahui proporsi (outlet) yang dipilih penonton dalam menonton film, faktor apa saja yang memengaruhi penonton dalam
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
3
memilih film, dan segmen apa saja yang terbentuk. Tujuan penelitian untuk memberikan data dasar yang dapat digunakan oleh praktisi film memahami pasar penonton film di Indonesia. Data ini dapat digunakan untuk menyusun strategi produk, distribusi, dan promosi agar sebuah judul film dapat diminati oleh penonton film nasional. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif untuk menangkap kompleksitas faktor yang memengaruhi proses keputusan pemilihan film di bioskop. Penelitian eksploratif adalah tahapan pertama dari sebuah rangkaian penelitian dengan tujuan memahami fenomena secara mendetail sehingga dapat dibangun pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian yang lebih sistematis dan luas (Neuman, 2006: 33). 1.2. Rumusan Masalah Pertanyaan penelitian yang hendak diajukan adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana proporsi saluran (outlet) yang dipilih oleh konsumen dalam menonton film?
2.
Faktor apa saja yang memengaruhi keputusan memilih film?
3.
Segmentasi penonton bioskop seperti apa yang terbentuk berdasarkan faktor yang memengaruhi keputusan memilih film?
1.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah, produsen film, dan pemilik bioskop sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi produk, distribusi, dan komunikasi pemasaran film yang ditujukan untuk konsumen di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. 1.4. Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kota, yakni Jakarta, Bandung dan Surabaya. 1.
Bioskop yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bioskop Jaringan 21, Cinemaxx, dan CGV Blitz yang berada di masing-masing kota. Perinciannya: Jakarta (Jaringan XXI, Cinemaxx, CGV Blitz), Bandung (Jaringan XXI, CGV Blitz), Surabaya (Jaringan XXI dan CGV Blitz).
2.
Konsumen film yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengunjung bioskop Jaringan 21, Cinemaxx, CGV Blitz yang menonton film pada kedua bioskop tersebut selama kurun pengambilan data yaitu bulan Oktober-November 2016.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
4
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penonton Bioskop Indonesia Sebagai dampak dari persaingan bisnis dan politik pada tahun 1970-1980an, bioskop di Indonesia dikuasai oleh satu perusahaan besar yaitu PT Sejahtera Raya Nusantara (Subentra Nusantara) sejak tahun 1990 (Sen, 2012). Perusahaan tersebut mengontrol dua jaringan bioskop besar: Studio 21 and Empire XXI. Studio 21 memiliki 98 bioskop sedangkan Empire XXI terdiri dari 40 bioskop di 31 kota. Setiap bioskop memiliki 4-6 layar/studio. Pada tahun 2006 mulai muncul jaringan bioskop CGV Blitz yang beroperasi di Jakarta lalu merambah ke kota besar lain. Selanjutnya tahun 2014 Cinemaxx juga lahir dan bergerak melebarkan studionya ke beberapa kota di Indonesia. Ketiga bioskop jaringan tersebut: XXI, CGV Blitz dan Cinemaxx yang saat ini menguasai pasar film bioskop. Saat ini ada sekitar 18 juta penonton pergi ke bioskop secara teratur. Ada peningkatan jumlah penonton yang signifikan sejak tahun 2000, namun jumlah itu sebenarnya hanya 7% dari penduduk Indonesia (Kemenkraf, 2012). Konsumsi film di Indonesia per kapita termasuk rendah dibandingkan dengan negara lain di Asia. Indeks Indonesian 0,24 sedangkan indeks Japan and India mencapai 1,49 dan 2,72 (www.tourismnews.co.id). Oleh karena sangatlah penting untuk meningkatkan jumlah orang yang hendak menonton film di bioskop. 2.2. Saluran Menonton Film Secara tradisional film didistribusikan secara eksklusif melalui bioskop lalu dikonversi menjadi hiburan rumah seperti DVD, Blu-ray, unduh, rental, televisi berbayar dan televisi gratis. Eksklusivitas bioskop menciptakan waktu jeda (window time) yang cukup panjang antara pemutaran di bioskop dan pemutaran di media lain sehingga penonton bersedia membayar untuk menonton di bioskop. Kebiasaan tersebut saat ini berubah, penonton dapat mengakses film yang sama melalui berbagai media pada waktu yang hampir bersamaan. Di Indonesia media yang tersedia adalah: layanan internet berbayar, saluran televisi berbayar, DVD/VCD, bioskop alternatif, festival film, program televisi gratis, teknologi peer sharing dan website tidak berbayar. BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Fenomena mendorong terjadinya fragmentasi khalayak. Ada tiga perspektif untuk mempelajari fragmentasi khalayak. Pertama, pendekatan media-centric yang mencoba mengetahui total penonton dari berbagai produk atau saluran. Kedua pendekatan user-centric yang berusaha mengetahui pilihan media dari tiap konsumen media. Ketiga, pendekatan audience-centric yang meneliti fragmentasi berdasarkan data pelacakan piranti lunak tertentu (Webster and Ksiazek, 2012: 39). Secara sederhana, penelitian ini menggunakan pendekatan kedua. 2.3. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Memilih Film Thurau et al. (2001) mengajukan model untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan inovasi jasa, dalam hal ini film bioskop. Ia membangun modelnya berdasarkan ulasan literatur. Ada tiga faktor utama menurut Thurau, yaitu sifat film, kualitas struktur, dan komunikasi yang berkaitan dengan film. Sifat film mencakup genre dan simbolisasi. Kualitas struktur ditentukan oleh orang yang terlibat (bintang film, sutradara, produser), biaya, asal negara, durasi, bahasa. Faktor ketiga, komunikasi berhubungan dengan iklan, publisitas, ulasan film, penghargaan dan komunikasi dari mulut ke mulut.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
5
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
6
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Keberhasilan Film Bioskop
Sumber: Thurau (2001)
Penelitian yang dilakukan oleh Dyna Herlina (2012) di Yogyakarta menunjukan ada delapan belas faktor yang memengaruhi keputusan konsumen memilih film di bioskop. Faktor tersebut yakni: a.
Komunikasi Pemasaran: iklan (poster, baliho, televisi), cuplikan film (website, televisi)
b.
Sumber informasi netral: berita, sinopsis (website, koran, majalah), ulasan film (koran, majalah, website, radio) dan word of mouth (pembicaraan langsung, jejaring sosial, forum perbincangan di internet).
c.
Karakteristik film: informasi genre (website, aplikasi, koran, majalah), sutradara (nama sutradara, popularitas dan kualitas), karya saduran (remake, komik, serial televisi, novel), sekuel, genre (drama, laga, horror), asal negara (Indonesia, Korea, Hollywood), aktor (nama, popularitas), produksi ulang, rumah produksi (major studio, independent distributor).
d.
Konten: alur, lokasi, akting, musik, cerita, objectionable content, teknologi (animasi, efek visual, 3D)
e.
Kemudahan: jadwal pemutaran (koran, website, aplikasi) dan judul.
Penelitian lain yang berkaitan dengan ini dilakukan oleh Saiful Munjani Research and Consulting yang dipublikasikan pada Oktober 2015. Penelitian ini mengungkap
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
bahwa faktor yang diperhatikan penonton bioskop adalah: cerita, genre, pemain film, word of mouth, trailer, karya adaptasi (buku, novel, kisah nyata). 2.4. Segmentasi Penonton Bioskop Penelitian mengenai segmentasi penonton bioskop seperti yang dilakukan oleh Cuadrado and Frasquet (1999) di Spanyol. Mereka meneliti beberapa faktor demografi seperti usia, pendidikan, tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, tempat tinggal dan tempat bioskop. Selain itu kedua peneliti itu juga menanyakan alasan konsumen memilih bioskop tertentu berkaitan dengan fasilitas bioskop seperti tempat parkir, kemudahan akses, cara pemesanan tiket dan ukuran layar. Penelitian Cuadrado and Frasquet (1999) menyatakan bahwa ada tiga segmen bioskop di Spanyol yaitu: sosial, apathetic (ikut-ikutan), dan pecinta film. Ketiganya memiliki karakteristik perilaku yang berbeda. Terbaru, Cuardado et al (2013) kembali mengeksplorasi segmentasi penonton bioskop di Spanyol. Ia menemukan ada empat jenis penonton segmen, yakni penonton bioskop komersial yang ke bioskop untuk rekreasi dan hiburan (commercial film audience); segmen penonton film yang elitis yang pergi ke bioskop yang memutar film seni (art film audience), segmen pecinta bioskop, yang lebih baik multiplexes di pusat kota (cinema lovers); dan segmen penonton bioskop yang kegiatan menonton film di multiplexes untuk bersosialisasi (film audience).
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
7
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
8
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dikerjakan dengan metode penelitian campuran, khususnya metode triangulasi. Untuk menjalankan hal ini, maka akan dipilih metode triangulasi sekuensial. Peneliti akan menggunakan metode kuantitatif yang kemudian diikuti oleh metode kualitatif dengan penekanan pada metode kuantitatif, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk memperdalam dan memberikan konteks pada temuan kuantitatif (Morgan, 1998 dalam Sale et al. 2002: 49). 3.1. Metode Kuantitatif 3.2.1. Instrumen Metode pengambilan data kuantitatif yang dipilih adalah survei dengan angket tertutup. Alat pengambilan data kuantitatif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut. 1.
Blok 1 mengenai karakteristik demografis responden.
2.
Blok 2 mengenai pilihan saluran (outlet) menonton film oleh responden
3.
Blok 3 mengenai faktor yang digunakan dalam menentukan keputusan memilih film di bioskop. Angket ini dikembangkan dari penelitian serupa yang pernah dilakukan
oleh Dyna Herlina S (2012) ditambah dengan masukan dari pengelola bioskop dan tim peneliti. Kuesioner diuji coba melalui pilot survei kepada seratus responden di Yogyakarta. Uji coba ini bertujuan untuk menguji kesahihan dan reliabilitasnya. Hasil survei pilot memberi informasi mengenai keterbacaan kuesioner, durasi pengisian, dan kesulitan teknis yang mungkin dihadapi surveyor. Kuesioner lengkap terlampir di bagian lampiran. 3.2.2. Metode Pengumpulan Data Target responden yang diharapkan adalah sebanyak 2000 responden yang disebarkan secara proporsional di tiap kota dan tiap jaringan bioskop yang ada di kota tersebut. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari manajemen jaringan bioskop terbesar di Indonesia (XXI) dan pertimbangan tim peneliti, maka pembagiannya sebagai berikut: Komposisi penguasaan pasar di tiga BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
jaringan bioskop: 70% (XXI), 15% (Cinemaxx), dan 15% (CGV Blitz). Jika hanya ada dua jaringan bioskop di suatu kota, penguasaan pasar diambil oleh XXI karena jumlah layarnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, di Surabaya dan Bandung proporsi pasar menjadi 85% (XXI) dan 15% (CGV Blitz). Selanjutnya pengusaha bioskop juga memberikan informasi bahwa proporsi konsentrasi penonton di tiga kota berbeda. Dari populasi ketiga kota, sekitar 60% penonton bioskop terkonsentrasi di Jakarta, 25% di Surabaya, dan Bandung 15%. Informasi ini sejalan dengan jumlah layar yang tersedia di kota tersebut berturut-turut, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Informasi mengenai target responden, penguasaan pasar, dan konsentrasi konsumen berujung pada pembagian jumlah responden di tiga kota. Jakarta ada sebanyak 1200 responden yang tersebar di XXI 840 responden, Cinemaxx 255 responden, dan CGV Blitz 425 responden. Sedangkan di Surabaya terdapat 500 responden yang didapatkan dari XXI 425 responden dan CGV Blitz 75 responden. Di kota Bandung ditargetkan 300 responden yang didapatkan dari 255 responden dari XXI dan 45 dari CGV Blitz. Pembagian responden dicantumkan pada tabel di bawah ini.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
9
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
10
Tabel 3.1. Penyebaran Responden
CGV
XXI
Cinemaxx
70%
15%
15%
100%
60%
840
180
180
1200
Jakarta
15%
255
0
45
300
Bandung
25%
425
0
75
500
Surabaya
100%
1520
180
300
2000
Blitz
Jumlah
Kota
Penguasaan Pasar Nasional Konsentrasi Penonton Total Responden
Setelah menentukan proporsi responden langkah selanjutnya adalah menentukan kerangka sampel. Karena tidak terdapat kerangka sampel yang memuat daftar nama penonton bioskop, tim peneliti memutuskan untuk mendapatkan kerangka sampel slot pemutaran film, yang didapatkan dari masing-masing situs bioskop. Kemudian jadwal masing-masing diurutkan dan diberi nomor berdasarkan jam terpagi secara berurutan hingga jadwal termalam. Apabila dalam satu kota memiliki lebih dari satu gedung bioskop (berbeda mal/pusat perbelanjaan), maka diurutkan mengikuti penomoran selanjutnya (contoh di Surabaya lokasi Cinema XXI ada di banyak mal seperti Ciputra World, Cito 21, Delta, Galaxy, Grand City, Lenmarx, Pakuwon City, Royal, Supermall, Surabaya Town Square, Tunjungan 5 dan Tunjungan Plaza). Data dicuplik dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) dengan peranti lunak SPSS sehingga menghasilkan daftar slot pemutaran terpilih untuk disurvei, sesuai dengan prinsip sistematis dalam penelitian akademis. Daftar bioskop dan jumlah sampel pada masing-masing slot disertakan dalam lampiran.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Slot yang terpilih secara acak kemudian diurutkan. Berdasarkan informasi dari pengelola bioskop diketahui bahwa penonton bioskop 60% jumlah penonton memilih slot akhir pecan, sedangkan 40% sisanya memilih slot di hari kerja. Kategori akhir pekan meliputi Jumat-Minggu, sedangkan hari kerja adalah Senin-Kamis. Berdasarkan informasi tersebut, slot terpilih dibagi secara berurutan dua slot hari kerja dan tiga slot akhir pekan. Pada tiap slot yang telah ditentukan, surveyor harus mendapatkan sepuluh responden. Meskipun sampel diambil dengan metode yang ketat dan sesuai dengan protokol kuantitatif yang semestinya, tetapi terdapat keterbatasan kerangka sampel yang dimiliki, misalnya bioskop tiba-tiba mengubah jadwal tidak seperti yang tertulis di situs bioskop. Apabila terjadi demikian, surveyor mengikuti jadwal yang benar-benar terjadi di lapangan tanpa adanya pengocokan ulang. 3.2.3. Metode Analisis Data Data kuantitatif yang terkumpul dianalisis menggunakan beberapa metode sebagai berikut. 1.
Blok I dan Blok II diolah menggunakan teknik deskriptif kuantitatif
2.
Blok III diolah menggunakan teknik analisis faktor dan segmentasi.
Semua teknik analisis kuantiatif dilakukan dengan piranti lunak SPSS 21.0. Sementara itu, data yang diolah dengan deskriptif kuantitatif disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Data dari blok III diolah dengan Exploratory Factor Analysis (EFA). Analisis faktor merupakan teknik multivariat yang bertujuan menemukan struktur tertentu di antara variabel yang dianalisis (Hair et al. 2010: 93). Tahapan analisis data sebagai berikut. 1. Deskripsi Data: Seluruh data yang terkumpul dimasukan ke dalam tabel data, dengan menggunakan SPSS 21.0 dicari rata-rata dan simpangan baku untuk mengukur penyebaran data. 2. Uji Interdependensi: Ini dilakukan untuk menguji apakah satu variabel dengan variabel lain memiliki keterkaitan. Apabila terdapat variabel tertentu yang memiliki korelasi dengan variabel yang lain maka akan dikeluarkan dari analisis. Pengujian dilakukan dengan melalui pengamatan terhadap ukuran kecukupan sampel, matriks korelasi, nilai determinan, nilai KMO, dan hasil uji Bartlett.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
11
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
12
3. Ekstraksi faktor: metode ini digunakan untuk mendapatkan hasil yang dapat memaksimumkan persentase varian yang mampu dijelaskan oleh model. Hasil ekstrasi adalah faktor-faktor dengan jumlah variabel yang diekstraksi. Pada tahap ini akan diketahui sejumlah faktor yang dapat diterima atau layak mewakili seperangkat variabel. Item yang digunakan dalam penelitian adalah yang mempunyai nilai loading factor > 0.4. Loading factor adalah korelasi sejumlah item pertanyaan dengan konstruk yang diukur. Menurut Hair et al. (2010), loading factor > 0.3 telah memenuhi level minimal, namun sangat disarankan besarnya nilai loading + 0.4. Jika loading suatu item pertanyaan mencapai > 0.5 maka item tersebut sangat penting dalam mengintepretasi konstruk yang diukurnya. 4. Rotasi faktor: metode ini dilakukan karena model awal yang diperoleh dari matriks faktor sebelum dilakukan rotasi belum dapat menerangkan struktur data yang sederhana sehingga sulit untuk dapat diinterpretasi (Hair et al. 2010). Selanjutnya, data yang sama (dari blok III) juga akan diolah dengan teknik klaster. Teknik ini berusaha mengelompokkan responden dalam beberapa kelompok yang memiliki karakteristik serupa (Hair, 2010: 505). Analisis klaster dikerjakan dengan Two Steps Method yang menggunakan Hierarchical Cluster Analysis (HCA) dan K-Means. Metode ini dipilih karena penelitian ini melibatkan lebih dari dua ratus responden dan data yang dianalisis adalah data nominal. Selanjutnya data juga dianalisis dengan menggunakan between group linkagemethod (BIC). Validasi analisis kluster menggunakan ANOVA dan MANOVA. 3.2. Metode Kualitatif 3.2.1. Instrumen Penelitian Tahap kedua penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan perbincangan kelompok terfokus (focus group discussion). Berdasarkan hasil dari analisis data survei, dipilih beberapa topik untuk dibincangkan oleh penonton secara bersama-sama. Perbincangan lisan ini kaya dengan wawasan-wawasan mengenai alasan dan konteks bagi keputusan-keputusan yang terpotret dalam hasil survei.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Perbincangan kelompok terfokus adalah suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 2007). Kekuatan metode ini terletak pada kemampuannya ‘memicu pembicaraan sehari-hari’, yang tidak bisa didekati oleh metode pengambilan data yang lain. Metode ini juga memungkinkan peneliti untuk melihat perbedaan dan persamaan pendapat di dalam kelompok (Morgan, 1997). Metode ini juga membutuhkan upaya dan waktu yang lebih sedikit dibandingkan pengamatan langsung. Meski demikian, karena dipimpin oleh moderator, metode ini memiliki keterbatasan. Jika moderator kurang menguasai diskusi, maka peserta perbincangan tidak bisa leluasa berbicara. Selain itu, informasi yang didapatkan dari perbincangan hanya bersifat verbal. Dalam perbincangan akan ditanyakan beberapa topik yang berkaitan dengan faktorfaktor yang memengaruhi keputusan konsumen ketika melakukan pembelian film di bioskop. Instrumen dilampirkan di bagian lampiran dari laporan ini. 3.2.2. Metode Pengambilan Data Peserta perbincangan kelompok terfokus didapatkan melalui responden yang ditemui oleh surveyor yang bertemu di lapangan saat membagikan kuesioner. Setiap surveyor diminta untuk mendapatkan dua hingga tiga responden yang bersedia menjadi peserta. Meski telah menyatakan kesediaan, tidak semua responden hadir pada saat pelaksanaan yang dilakukan serentak di tiga kota. Di masing-masing kota diselenggarakan dua diskusi secara berurutan dengan peserta masing-masing sebanyak lima hingga tujuh orang. Peserta diskusi di Jakarta berjumlah enam belas orang, peserta diskusi di Bandung sebanyak sebelas orang, dan peserta diskusi di Surabaya sebanyak tiga belas orang. Jumlah keseluruhan peserta adalah empat puluh orang. Semua diskusi dilakukan secara serentak di ketiga kota pada tanggal 27 November 2016. Dalam data kuantitatif mayoritas responden berusia 18-22 tahun, dimana hal ini sejalan dengan peserta perbincangan yang rata-rata berumur 20-21 tahun dengan status mahasiswa dan profesional muda. 3.2.3. Metode Pengolahan Data Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis kuantitatif deskriptif, analisis faktor, dan analisis klaster (Hair et al, 2005). Untuk
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
13
14
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
mendapatkan wawasan konsumen di masing-masing kota, dilakukan perbincangan kelompok terfokus yang diolah menggunakan analytic induction dan logical analysis. Tahap analisis data kualitatif: transkripsi, analisa konten (indeksasi, penyimpanan, pengambilan, dan intrepretasi), penulisan laporan (Bloor, 2002: 59).
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
BAB IV ANALISIS KUANTITATIF 4.1. Karakteristik Responden Kuesioner dibagikan kepada dua ribu responden. Responden adalah penonton bioskop selama bulan Oktober-November 2016. Syarat menjadi responden adalah penonton yang sudah membeli tiket atau sudah selesai menonton, dimana mereka kemudian harus mengisi sendiri pertanyaan dari kuesioner yang telah disiapkan oleh Tim Penyusun. Apabila ada lebih dari satu pengisi kuesioner, maka surveyor wajib memastikan agar mengisi kuesioner sendiri-sendiri/tidak mencontek. Setelah melalui seleksi dan klarifikasi dari dua ribu kuesioner yang terkumpul, ada 1970 kuesioner yang dinyatakan sahih untuk memasuki pengolahan data. Hal ini dikarenakan kuesioner yang dinyatakan sahih harus yang telah diisi oleh responden dengan jawaban lengkap, dan terlihat kesungguhan dalam pengisian (jawaban tidak berpola tertentu, tidak ada jawaban atau tinta jelas terbaca). Informasi karakteristik responden yang ditanyakan adalah usia, pendidikan, frekuensi menonton film di bioskop selama sebulan, rata-rata frekuensi menonton film Indonesia dalam satu bulan terakhir dan pendapatan penonton. Informasi ini digunakan untuk mengetahui data demografis konsumen film bioskop.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
15
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
16
Diagram 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usia 38 Tahun 33-37 Tahun 28-37 Tahun Persentase
23-27 Tahun 18-22 Tahun 17 Tahun 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah terbesar kelompok responden adalah remaja dewasa yang berusia 18-22 sebanyak 794 (40,3%) orang, disusul oleh kelompok dewasa 23-27 tahun dengan jumlah 442 (22,4%). Jumlah terkecil penonton yang mengisi responden berusia > 38 tahun (6,2%). Karakteristik usia responden terbanyak rata-rata sama dengan karakteristik usia partisipan FGD yang bersedia memenuhi undangan diskusi baik pada sesi I dan sesi II di ketiga kota. Diagram 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan (sedang atau sudah selesai)
S3 S2 S1 SMA
Persentase
SMP SD Tidak Menjawab 0
20
40
60
80
100
Data di atas menunjukkan surveyor penelitian ini menemui responden di bioskop mayoritas berpendidikan S1 dengan jumlah 1150 (58,4%). Disusul
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
17
berpendidikan SMA sejumlah 659 (33,5%) dari keseluruhan prosentase responden. Sedangkan penonton dengan pendidikan S2 berjumlah 97 orang (4,9%) dengan menempati urutan ketiga. Penonton berpendidikan SMP diketahui berjumlah 38 orang (1,9%) dan S3 berjumlah 5 (0,3%) orang. Diagram 4.3. Karakteristik Frekuensi Menonton Bioskop Dalam Satu Bulan Terakhir
>6x Sebulan 4-5x Sebulan 3-4x Sebulan
Persentase
1-2x Sebulan Tidak Menjawab 0
20
40
60
80
100
Diagram 4.3. menunjukkan bahwa lebih dari 62,5% responden menjawab satu hingga dua kali menonton film di bioskop dalam satu bulan terakhir dengan perolehan 1231 responden. Menempati tempat kedua 583 responden menjawab tiga hingga empat kali menonton dalam sebulan terhitung dengan perolehan persentase 29,6%. Sedangkan posisi ke tiga dan ke empat berturut-turut di isi responden yang menjawab> 6x sebanyak 72 (3,7%) dan 4-5x sebulan sebanyak 69 (3,5%).
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
18
Diagram 4.4. Karakteristik Frekuensi Menonton Film Indonesia Dalam Satu Bulan Terakhir
Persentase > 6 Kali 5 - 6 Kali 3 - 4 Kali
Persentase
1 - 2 Kali Tidak Menjawab 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Menariknya untuk pertanyaan seberapa sering responden menonton film Indonesia dalam satu bulan terakhir, 87 (4,4%) orang memilih untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut, sebagaimana dapat dilihat pada diagram 4.4. Melalui diagram tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden memang tidak pernah menonton film Indonesia di bioskop atau dengan sengaja melewati pertanyaan tersebut. Lebih dari ⅔ responden menjawab satu hingga dua kali yaitu 1672 orang (84,9%) menjadikan jawaban ini berada di nomor urut pertama. Kemudian 169 (8,6%) responden menyatakan 3-4 kali menonton film Indonesia di bioskop dengan persentase 8,6%. Selanjutnya 28 (1,4%) responden menonton 4-5 kali. Paling sedikit, hanya 14 orang menjawab >6 kali menonton film Indonesia dalam satu bulan terakhir dengan perolehan 0,7% dari keseluruhan persentase.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
19
Diagram 4.5. Karakteristik Rata-rata Pendapatan Penonton Dalam Satu Bulan Terakhir
> 9.000.000 7.001.000 - 9.000.000 5.001.000 - 7.000.000 3.001.000 - 5.000.000
Persentase
1.001.000 - 3.000.000 < 1.000.000 Tidak Menjawab 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sesuai prediksi peneliti, pertanyaan kuesioner mengenai pendapatan dihindari oleh responden. Ini tergambar melalui diagram 4.5. yang menjelaskan bahwa 9.1% dari keseluruhan responden memilih untuk tidak mengisi pertanyaan tersebut. Dalam pertanyaan ini jumlah responden yang memilih tidak menjawab sebanyak 180 orang, ini adalah jumlah responden terbanyak yang tidak menjawab dibandingkan dengan 53 pertanyaan lainnya. Ada 29,9% responden yaitu 590 orang menjawab berpenghasilan kurang dari satu juta, disusul 25% responden menjawab berpendapatan 3.001.000 - 5.000.000 sebanyak 493 orang. Hanya 6,8% responden yang menuliskan berpenghasilan lebih dari 9.000.000. 4.2. Persentase Saluran Salah satu konsekuensi semakin luasnya pertumbuhan digital media adalah terjadinya fragmentasi penonton. Konsekuensi yang logis adalah semakin banyak pilihan-pilhan yang diberikan, pola-pola konsumsi yang didistribusikan yang semakin luas, tetapi penonton akan terbagi-bagi melalui saluran permintaan yang dapat mereka akses berdasarkan kemampuan ekonomi, adaptasi teknologi maupun pengaruh lingkungan. Fragmentasi penonton menawarkan metodemetode baru untuk memahami fenomena ini, dan dugaan mengenai konsumsi media di masa depan mengenai loyalitas penonton dan perhatian publik melalui
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
20
digital media. Untuk itulah pertanyaan mengenai pilihan saluran penonton dalam mengakses film di susun dalam blok II. Berikut hasil olah data kuantitatifnya. Diagram 4.6. Internet Berbayar
Tidak
Persentase Ya
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Diagram 4.6. menunjukkan bahwa 1146 (58,2%) responden menjawab tidak menggunakan layanan internet berbayar, sedangkan 820 (41,6%) orang menjawab menggunakan layanan tersebut, 3 orang memilih untuk tidak menjawab. Layanan internet berbayar yang dimaksud berarti berlangganan layanan menonton film (seperti Netflix, HBO Demand, Google Play atau Itunes), bukan pada persoalan berlangganan sambungan internet. Layanan ini dapat ditonton menggunakan berbagai peranti, seperti pesawat televisi, layar komputer, tablet, dan telepon pintar. Diagram 4.7. Televisi Berbayar
Tidak Persentase Ya
0
10
20
30
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
40
50
60
70
80
90 100
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
21
Diagram 4.7. menunjukkan kecenderungan responden menggunakan saluran televisi berbayar sebagai sarana menonton film. 54,2% responden menjawab menonton film melalui salauran tv berbayar, sedangkan 45,7% menjawab tidak. Diagram 4.8. Media Portable DVD/VCD
Tidak Persentase Ya
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Saluran menonton film lain yang perlu diketahui adalah apakah responden menonton film menggunakan media portable (yang mudah dipindah) seperti DVD/VCD, Blue Ray, dan HD DVD termasuk dalam pilihan ini. Diagram 4.8. menunjukkan lebih dari 58% responden masih menggunakan media portable untuk menonton film sedangan 41,9% menjawab tidak, sisanya hanya dua orang yang tidak menjawab pertanyaan ini. Diagram 4.9. Bioskop Alternatif
Tidak Persentase Ya
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
22
Diagram 4.9 menunjukkan kecenderungan responden menonton di bioskop alternatif. Bioskop alternatif adalah tempat menonton bioskop yang bukan gedung bioskop biasa. Tempat ini tidak selalu semata-mata digunakan untuk menonton film, semisal untuk diskusi, pameran dan lain-lain semisal Kinosaurus, Paviliun 28, Moviebox, Kinekuru, Wisma Jerman, Goethe Institute, dll). Jumlah sangat besar responden ada dalam jawaban tidak pernah menonton film di bioskop alternatif yaitu sebanyak 1512 orang, terhitung jumlah ini mencapai hampir 76,8 dari keseluruhan total persentase. Sebaliknya hanya 23% saja responden menjawab menonton film melalui saluran bioskop alternatif yaitu sebanyak 454 orang. Diagram 4.10. Festival Film
Tidak Persentase Ya
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pertanyaan selanjutnya apakah responden menonton film melalui festival film. Diagram 4.10. memperlihatkan bahwa terdapat lima orang yang tidak menjawab pertanyaan tersebut. Sejumlah 315 (16%) orang menjawab pernah menonton festival film sedangkan mayoritas 1650 (83.8%) responden menjawab tidak pernah. Festival film adalah kegiatan sementara (rentang waktu terbatas) dan diselenggarakan oleh panitia, bukan kegiatan sehari-hari. Festival film bisa mencakup taraf internasional, nasional ataupun setempat. BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
23
Diagram 4.11. Program Televisi
Tidak Persentase Ya 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pertanyaan kemudian berkaitan apakah responden menonton film melalui program televisi. Diagram 4.11. memperlihatkan bahwa 1688 (85,7%) orang menjawab iya sedangkan hanya 280 (14,2%) orang yang tidak menonton film melalui program televisi. Program televisi adalah mata acara televisi yang biasa memutar film. Acara ini disiarkan melalui saluran televisi terestrial diselingi iklan, contohnya Bioskop Trans TV atau Big Movies Global TV. Diagram 4.12. Peer Sharing
Tidak
Persentase Ya
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100
Teknologi Peer Sharing semisal Bittorent dan The Pirate Bay menjadi pertanyaan yang diajukan kepada responden selanjutnya. Teknologi ini adalah berbagi berkas (file) dengan sesama pengguna internet secara langsung tanpa melalui server. Biasanya ini membutuhkan peranti lunak khusus. Diagram 4.12. BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
24
menunjukkan 1631 (82,8%) orang menyatakan tidak menonton film melalui saluran tersebut, 338 (17,2%) menjawab pernah dan 1 orang tidak menjawab pertanyaan. Diagram 4.13. Website Tidak Berbayar
Tidak
Persentase Ya
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100
Website tidak berbayar seperti ganool.tv dan nontonfilm323.com dalam mengakses teknologi ini memerlukan akses internet yang cepat karena film diputar secara streaming. Diagram 4.13. memperlihatkan bahwa 1040 (52,8%) orang menajawab ya menggunakan saluran ini dalam menonton film dan 929 (47,2%) orang menjawab tidak. Diagram 4.14. Aspek Saluran Media/Outlet 100 80 60 40 20 0
Persentase
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
25
Diagram 4.14. merupakan kompilasi jawaban total 1970 responden berdasarkan saluran-saluran menonton film berdasarkan jawaban mereka. Kompilasi gambar tersebut berguna sebagai perbandingan saluran menonton film tertinggi dan sebaliknya yang terendah. Saluran menonton film terpopuler adalah melalui program televisi 85,7%, disusul media DVD/VCD sebanyak 58%, dan selisih tipis di bawahnya saluran tv berbayar 54,2% dan web tidak berbayar 52,8%. Di sisi lain, festival film dengan 83,8%, peer sharing 82,8%, dan bioskop alternatif 76,8% berturut turut berada di posisi teratas saluran film yang tidak di gunakan oleh responden dalam menonton film. 4.3. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pada rotasi pertama, terbentuk enam belas faktor. Berdasarkan syarat factor loading di atas ada tujuh item yaitu: trailer website, berita, ulasan website, ulasan televisi, nama pemain film, studio minor dan judul. Pada rotasi kedua, terbentuk empat belas faktor. Mengikuti syarat factor loading yang ditentukan maka dihapus lima item yaitu: trailer televisi, sinopsis website, remake, adaptasi komik, dan studio mayor. Pada rotasi ketiga, terbentuk empat belas faktor dengan nilai KMO Bartlett 0.801. Nilai mencerminkan validitas yang tinggi. Faktor yang terbentuk sebagai berikut. a.
Komunikasi Pemasaran: poster film, baliho, dan iklan televisi
b.
Informasi: Sinopsis website, Sinopsis koran, Sinopsis majalah, ulasan koran, ulasan majalah, dan ulasan radio
c.
Word of Mouth: rekomendasi teman, sosial media, dan forum
d.
Genre: Genre website, genre koran, genre aplikasi, genre koran, genre majalah
e.
Sutradara: nama sutradara, popularitas sutradara
f.
Sekuel
g.
Genre yang disukai: horor, drama, laga
h.
Asal Negara: Hollywood dan Korea
i.
Popularitas pemain film
j.
Karya adaptasi: novel dan serial
k.
Konten: alur, lokasi, akting, musik.
l.
Konten yang dihindari: kekerasan, seks
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
26
m. Konten: animasi, efek visual, tiga dimensi n.
Jadwal: hari libur, malam libur, jadwal koran, jadwal web, jadwal aplikasi Berdasarkan hasil rotasi ketiga tersebut, dapat diidentifikasi faktor-faktor
yang menurut penonton bioskop penting untuk diperhatikan sebelum memilih film. Penjelasan lebih rinci mengenai faktor-faktor tersebut dieksplorasi dalam FGD. 4.4. Segmentasi Penonton Melalui analisis kluster dapat diidentifikasi 2 segmen penonton bioskop. Kluster 1 berjumlah 1224 (64.2%) dan Kluster 2 berjumlah 683 (35.8%). Perbedaan diantara kedua kluster cukup signifikan meskipun kecil. Secara demografis: usia, pendidikan, frekuensi menonton bioskop, frekuensi menonton film Indonesia dan pendapatan tidak ada perbedaan diantara 2 kluster. Kluster 1 mencari informasi lebih intensif dibandingkan kluster 2. Ada tiga faktor yang paling membedakan kedua kluster berikut yaitu: ulasan koran, genre majalah, dan ulasan majalah. Secara sederhana kluster 1 membaca media massa konvensional (koran dan majalah) lebih intensif daripada kluster 2.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
27
BAB V ANALISIS KUALITATIF Perbincangan kelompok terfokus (FGD) dilakukan dengan melibatkan empat puluh penonton film dari ketiga kota yang disurvei. Topik-topik yang diperbincangkan disarikan dari temuan dalam analisis statistik terhadap data survei. Tujuan dari perbincangan adalah mendapatkan wawasan lebih mendalam mengenai bagaimana dan pertimbangan-pertimbangan penonton memilih film. Bagaimana penonton memilih film mengacu kepada strategi penonton menghadapi kesulitan dalam memilih film. Pertimbangan
mengacu
kepada
hal-hal
yang
dipertimbangkan
dan
cara
mempertimbangkannya. Kedua hal ini akan dibahas secara terpisah. Keempat puluh peserta perbincangan secara demografis sama dengan responden survei. Mereka berusia muda (umur 23-32 tahun), terdidik (S1 dan SMA), serta berpendapatan menengah bawah (5 juta ke bawah). Dari segi pekerjaan, mereka umumnya adalah mahasiswa dan bekerja di masa awal karir. Keadaan ini berhubungan dengan dua “biaya” utama yang dikeluarkan dalam mengonsumsi film, yaitu waktu dan uang. Dari segi waktu aktual, waktu yang dapat mereka belanjakan untuk menonton adalah sisa dari waktu untuk kuliah dan/atau bekerja. Dari segi keuangan, secara umum pendapatan mereka tidak cukup banyak untuk dibelanjakan menonton film. Bagi yang sudah bekerja, tiket bioskop tidaklah mahal, tetapi ini juga bukan pengeluaran yang bisa dilakukan tanpa berpikir. Bagi mahasiswa, menonton film adalah keputusan yang hatihati. Kedua biaya ini (waktu dan uang) menjadi kondisi penting bagi pengambilan keputusan penonton. Selain soal waktu dan uang, ada satu kondisi lagi yang terungkap dalam perbincangan, yaitu bahwa menonton adalah kegiatan sosial. Ini berarti bahwa si penonton sedang menjalankan peran sosial tertentu saat memutuskan film yang ditonton dan peran itulah yang mengondisikan pilihannya. Menonton juga merupakan kegiatan sosial karena waktu yang dipakai saat menonton adalah waktu bersama (jalanjalan, kencan, dan lain-lain) yang turut mengondisikan pilihan film penonton. Uang, waktu, dan matra sosial ini bersifat ekstrinsik karena bukan bagian dari film itu sendiri, namun penting untuk memahami keputusan penonton dan terangkai dengan bagaimana unsur-unsur film ditimbang oleh penonton. Dari perbincangan dengan penonton, ditemukan beberapa strategi untuk memutuskan pilihan film, yaitu
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
28
strategi evaluatif, komparatif, dan antisipatif. Bagian berikutnya akan menjelaskan satu demi satu. Strategi evaluatif dilakukan penonton dengan cara belajar dari keputusan mereka sendiri sebelumnya atau keputusan orang lain, baik positif (puas) ataupun negatif (kecewa). Penonton menyampaikan bahwa apa yang mereka keluarkan (waktu dan uang) seharusnya sepadan dengan apa yang mereka dapat (hiburan atau renungan). Film horor Indonesia, sebagai contoh, mendapat nilai buruk dari penonton karena tidak memberi nilai yang setimpal dan ini menjerakan mereka. Penonton juga bertanya terlebih dulu dengan teman mereka yang sudah lebih dulu menonton. Tentu apa yang dikatakan tidak serta-merta diikuti, tetapi ini adalah cara mereka menilai, secara tidak langsung, apakah yang didapat sebanding dengan yang dibayarkan. Strategi komparatif dilakukan secara lebih kuat ketika ada banyak saluran menonton film. Penonton dapat menonton film dari banyak media (televisi, komputer, tablet, ponsel) melalui berbagai saluran (saluran televisi, situs streaming, layanan berbayar, mengunduh berkas, dan lain-lain) dan di waktu yang mereka tentukan. Mereka membandingkan apakah menonton di film akan lebih baik dari ini semua. Film Indonesia, bagi sebagian penonton, tidak terpilih dalam strategi ini karena menurut mereka film tersebut akan bisa ditonton di situs internet atau di televisi, dan mereka merasakan akan kehilangan kualitas tontonannya di layar yang lebih kecil dan tata suara yang lebih sederhana. Film-film Hollywood menjanjikan kualitas yang tidak bisa didapatkan dari medium lain. Strategi antisipatif adalah ketika penonton mempersiapkan diri mereka untuk menikmati film. Caranya adalah dengan mencari informasi dari cuplikan, atau trailer iklan film, maupun sinopsis. Untuk film-film yang diadaptasi dari bentuk lain (semisal novel), penonton juga mengantisipasi apa yang akan mereka dapat dari film, apakah ceritanya lengkap, apakah sama bagus, dan lain-lain. Hal ini berkaitan erat dengan rasa penasaran yang, secara tidak sengaja, mereka bangun sendiri dari mengumpulkan berbagai informasi untuk mengetahui sedikit informasi tentang apa yang akan mereka alami, apa yang akan mereka dapat. Banyak penonton berpendapat bahwa kejutan (cerita yang tidak dapat ditebak) adalah nilai yang sepadan untuk rasa penasaran mereka. Berkaitan dengan antisipasi penonton, cerita yang disukai oleh mereka adalah cerita yang “bikin penasaran” sebelum dan selama menonton dan “endingnya nggak
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ketebak”. Kedua hal ini sering dijadikan alasan penonton untuk tidak menonton film Indonesia karena mereka tidak merasa penasaran dan merasa bisa menebak akhir film, meski ini hanyalah anggapan dari mereka sendiri saja. Cerita film yang memiliki struktur jelas (awal, tengah, akhir) dan memiliki bagian-bagian yang terhubung sebabakibat yang jelas juga disukai. Penonton ingin mereka dapat mengikuti cerita sampai mereka merasa hidup di dalamnya. Cerita ini yang paling penting dan membuat hal-hal lain (teknologi, efek, lokasi pengambilan gambar, bintang film, genre) tidak penting, sejauh cerita itu sendiri bagus. Meski demikian, tetap ada satu atau dua penonton yang sangat peduli dengan tempat (semisal kuil-kuil di film The Mummy), meskipun cerita dalam film itu biasa saja. Dalam menggolongkan film, penonton membaginya menjadi dua, yaitu film “menghibur” dan “membuat mikir”. Film menghibur terutama dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari yang melelahkan, sedangkan film yang membuat merenung dikaitkan dengan kebutuhan untuk pengayaan pemikiran dan batin. Ketiga strategi di atas, apabila berhasil, dapat menghasilkan pola tertentu. Sebagai misal, pemain tertentu (Reza Rahadian atau Tom Hanks) atau sutradara tertentu (Steven Spielberg) akan cenderung dipilih oleh penonton yang pernah dipuaskan oleh mereka. Selain mendapat gambaran umum mengenai bagaimana cara penonton memilih film, perbincangan yang dilakukan juga memberi wawasan perihal perkembangan mutakhir dunia menonton di Indonesia. Ada tiga hal yang menonjol, yaitu kegiatan menonton yang semakin terpecah-pecah ke banyak saluran (fragmentasi), proses mengambil keputusan yang semakin bertumpu pada informasi tentang film, dan penyempitan segmentasi penonton pada kelompok muda dengan pendapatan menengah ke bawah. Gejala pertama, fragmentasi, adalah ketika kegiatan menonton film semakin tersebar di banyak saluran (outlet), sehingga masing-masing saluran bersaing memperebutkan waktu penonton. Gejala kedua terjadi ketika peranti mengakses informasi selalu tersedia kapan saja dan selalu terhubung, yaitu ponsel, sehingga penonton semakin intensif memanfaatkannya untuk mengambil keputusan. Gejala ketiga, yaitu sempitnya segmen umur dan pendapatan penonton film, perlu diperiksa lebih cermat untuk melihat secara aktual bagaimana keputusan pemilihan film dikondisikan oleh jadwal sehari-hari dan kemampuan ekonomi. Temuan dalam perbincangan dengan penonton akan dikelompokkan ke dalam ketiga tema tersebut secara berurutan di bawah ini:
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
29
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
30
5.1. Fragmentasi Banyak penonton sebenarnya menonton film melalui berbagai saluran, seperti saluran televisi berbayar, siaran televisi terestrial, membeli DVD bajakan, menonton dari situs web (streaming), ataupun mengunduh/menyalin berkas digital dari teman/warnet. Karena saluran menonton film ada cukup banyak dan bisa diakses sesuai kehendak penonton, maka sebenarnya kekurangan dari menonton di berbagai saluran ini hanyalah pada mutu penayangan dan lambatnya ketersediaan. Mutu penayanganlah yang dicari penonton dengan menonton di bioskop. Mutu ini meliputi kenyamanan tempat (kursi empuk, layar lebar, posisi duduk terhadap layar), mutu suara dan gambar, juga letak tempat itu (seberapa dekat dan seberapa mudah didatangi). Karena semua film pada akhirnya bisa ditonton di saluran lain, maka penonton akhirnya berpikir apakah ia akan menonton di saat yang sama dengan orang-orang lain, atau di kemudian hari pun tidak masalah. Dalam hal inilah film Indonesia tidak cukup menarik bagi penonton, lebih-lebih, karena mereka merasa film Indonesia dalam beberapa bulan saja sudah dapat ditonton di televisi. 5.2. Pencarian Informasi Perbincangan dengan penonton di tiga kota memberikan wawasan bahwa penonton di jaman sekarang hampir selalu mencari informasi tentang film yang akan ia tonton. Menonton tiba-tiba dan spontan ketika sedang berjalan-jalan memang terjadi, tetapi itu bukan skenario yang sering terjadi. Yang lebih umum adalah keinginan mereka terpantik oleh informasi yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari (siaran radio saat di kendaraan, televisi tayangan terbatas di kereta, status di media sosial, atau percakapan dengan teman) atau secara sengaja mencari informasi karena ingin menonton. Informasi dari berbagai sumber dicari dan dibandingkan serta dinilai. Beberapa kiat sederhana yang mereka gunakan untuk membantu memutuskan misalnya genre, bintang film, sutradara, peringkat di situs pemeringkat, dan selera teman/orang pemberi saran. Film Indonesia dalam hal informasi ini kalah bersaing dengan film Barat karena bahkan untuk dicari tahu pun susah. Informasi mengenai film yang akan diputar terbatas (sinopsis saja, dan trailer). Ulasan dari wartawan dan kritikus tidak banyak, tidak cepat, tidak lengkap, dan tidak mudah dicari. Dalam persaingan di BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
era informasi, kehadiran di benak penonton sama dengan jumlah dan mutu informasi tentang film itu. Informasi sedikit dan tidak/kurang bermutu membuat film bahkan tidak masuk pertimbangan penonton. 5.3. Waktu dan harga tiket Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, biaya menonton adalah waktu dan uang. Diskusi mengungkapkan bahwa waktu yang tersisa pada penonton, setelah bebas dari kuliah atau bekerja, adalah sore hari, dan uang yang dapat mereka belanjakan untuk menonton adalah sebesar 25-35 ribu. Oleh karena itu menonton di hari kerja adalah pilihan bagi kebanyakan dari mereka. Sementara itu, menonton di akhir pekan tidaklah murah dari segi uang. Oleh karena itu, film atau kegiatan menonton itu sendiri haruslah istimewa. Dengan kata lain, apakah filmnya yang benar-benar mereka pilih atau justru kegiatan menonton itu sendiri yang istimewa. Hanya ada sangat sedikit penonton yang menonton tanpa peduli waktu ataupun harga tiket; mereka umumnya tidak terikat dengan jam kerja/kuliah dan harga tiket yang mahal pun tidak masalah.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
31
32
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini hendak menjawab tiga pertanyaan penting. Pertama, Bagaimana proporsi saluran (outlet) yang dipilih oleh konsumen dalam menonton film? Hasil penelitian menunjukan bahwa penonton memiliki beberapa alternatif saluran menonton film. Secara berturut-turut saluran yang paling populer adalah: program televisi gratis, televisi berbayar, website gratis, layanan internet berbayar, bioskop alternatif, peer sharing dan festival film. Hasil pendalaman dalam FGD menunjukan bahwa terjadi fragmentasi khalayak film. Lebih jauh, bioskop masih dipilih karena kenyamanan fisik, mutu suara dan gambar, serta lokasi. Penonton membuat prioritas film yang ditonton di bioskop dan saluran lain, tetapi film Indonesia seringkali ditempatkan pada prioritas terakhir karena dalam waktu dekat dapat tersedia di saluran non-bioskop.
Pertanyaan kedua yang diajukan adalah: faktor apa sajakah yang memengaruhi
keputusan memilih film? Hasil survei menunjukan dari 54 faktor yang diajukan ada 44 faktor yang diperhatikan oleh konsumen sebelum memilih film. Faktor tersebut dikelompokan menjadi empat belas faktor berikut: Komunikasi Pemasaran (poster film, baliho, iklan televisi), Informasi (sinopsis website, sinopsis koran, sinopsis majalah, ulasan koran, ulasan majalah, ulasan radio), Word of Mouth (rekomendasi teman, sosial media, forum), Genre (genre website, genre koran, genre aplikasi, genre koran, genre majalah), Sutradara: nama sutradara, popularitas sutradara, Sekuel, Genre yang disukai (horor, drama, laga), Asal Negara (Hollywood dan Korea), Popularitas pemain film, Karya adaptasi (novel dan serial), Konten (alur, lokasi, akting, musik), Konten yang dihindari (kekerasan, seks), Konten (animasi, efek visual, tiga dimensi), dan Jadwal (hari libur, malam libur, jadwal koran, jadwal web, jadwal aplikasi). Dari seluruh faktor tersebut, simpulan FGD menunjukan bahwa cerita/konten adalah faktor terpenting yang dijadikan indikator dalam memilih film.
Hasil analisis faktor di atas juga menunjukan bahwa penonton film bioskop
intensif mencari informasi sebelum memilih film. Informasi didapatkan dari berbagai saluran media dan sosial. Ketika ditelusuri lebih lanjut dalam FGD, diketahui bahwa ketersediaan informasi mengenai Film Indonesia sangat sedikit dibandingkan informasi mengenai Film Asing, terutama Hollywood.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
33
Pertanyaan ketiga yang diajukan adalah segmentasi penonton bioskop seperti apa yang terbentuk berdasarkan faktor yang memengaruhi keputusan memilih film? Hasil survei mengindikasikan ada dua kluster yang terbentuk, yang artinya terdapat dua segmen penonton bioskop. Kluster 1 berjumlah 1224 (64.2%) dan Kluster 2 berjumlah 683 (35.8%). Secara demografi, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kluster. Perbedaannya adalah kluster pertama mempertimbangkan media massa konvesional (koran dan majalah) dalam mencari informasi, sedangkan kluster 2 bergantung pada media digital. Temuan FGD menyatakan perbedaan kluster tersebut terdorong oleh ketersediaan sumber daya, yaitu uang dan waktu. Ada lebih sedikit konsumen yang dapat menonton film bioskop tanpa memedulikan waktu dan uang, sedangkan sebagian besar sisanya memiliki keterbatasan dengan waktu dan uang.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
34
DAFTAR PUSTAKA Bloor, Michael. (2002), Focus Group Discussion for Social Research, London: Sage Publication. Caru, Antonell, and Cova, Bernard. (2003), “Revisiting consumption experience: a more humble but complete view of the concept,” Marketing Theory, Vol 3. No 2, pp 267286. Eliashberg, Jehoshua., Elberse, Anita. and Leenders, Mark, A.A.M. (2006), “The Motion Picture Industry: Critical Issues in Practice, Current Research, and New Research Directions,” Marketing Science, Vol 25, No 6, pp 638-661. Hair, Joseph F., Black, Bill., Babin, Barry., Anderson, Rolph E. and Tatham, Ronald. (2010), Multivariate Data Analysis, 7th ed. Prentice Hall. Herlina S, Dyna. 2012. Identifying Key Factors Affecting Consumer Decision Making Behavior in Cinema Context: A Mix Method Approach, Proceeding International Conference on Contemporary Business and Management – Chulalangkorn Business School. Herlina S, Dyna. 2013. Cinema Audience Segmentation Analysis: A Mix Method Approach. Penelitian Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, tidak diterbitkan. Webster, J. G., & Ksiazek, T. B. (2012). The dynamics of audience fragmentation: Public attention in an age of digital media. Journal of communication, 62(1), 39-56.
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAMPIRAN
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
OLAH DATA BLOK I USIA Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
2
.1
.1
.1
≤17
262
13.3
13.3
13.4
18-22
794
40.3
40.3
53.7
23-27
442
22.4
22.4
76.1
28-32
217
11.0
11.0
87.2
33-37
130
6.6
6.6
93.8
≥ 38
123
6.2
6.2
100.0
Total
1970
100.0
100.0
Menjawab
PENDIDIKAN Cumulative Frequency
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
Percent
Valid Percent
Percent
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Valid
Tidak
8
.4
.4
.4
SD
13
.7
.7
1.1
SMP
38
1.9
1.9
3.0
SMA
659
33.5
33.5
36.4
S1
1150
58.4
58.4
94.8
S2
97
4.9
4.9
99.7
S3
5
.3
.3
100.0
1970
100.0
100.0
Menjawab
Total
FREKUENSI MENONTON BIOSKOP Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
15
.7
.7
.7
1-2 kali
1231
62.5
62.5
63.2
3-4 kali
583
29.6
29.6
92.8
Menjawab
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
5-6 kali
69
3.5
3.5
96.3
>6 kali
72
3.7
3.7
100.0
1970
100.0
100.0
Total
FREKUENSI MENONTON FILM INDONESIA
Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
87
4.4
4.4
4.4
1-2 kali
1672
84.9
84.9
89.3
3-4 kali
169
8.6
8.6
97.9
5-6 kali
28
1.4
1.4
99.3
>6 kali
14
.7
.7
100.0
1969
99.9
100.0
1970
100.0
Menjawab
Tidak Menjawab Total
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
PENDAPATAN Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
183
9.3
9.3
9.3
< 1.000.000
590
29.9
30.0
39.2
1.001.000 –
350
17.8
17.8
57.0
493
25.0
25.1
82.0
121
6.1
6.1
88.1
100
5.1
5.1
93.2
133
6.8
6.8
99.9
1970
100.0
100.0
100.0
Menjawab
3.000.000 3.001.000 – 5.000.000 5.001.000 – 7.000.000 7.001.000 – 9.000.000 > 9.000.000 Total
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
OLAH DATA BLOK II
Internet_Berbayar Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
4
.2
.2
.2
820
41.6
41.6
41.8
1146
58.2
58.2
100.0
100.0
100.0
menjawab Ya Tidak Total
1970
Televisi_Berbayar Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
3
.2
.2
.2
1067
54.2
54.2
54.3
Tidak
900
45.7
45.7
100.0
Total
1970
100.0
100.0
menjawab Ya
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Media_Portabel
Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
2
.1
.1
.1
1142
58.0
58.0
58.1
Tidak
826
41.9
41.9
100.0
Total
1970
100.0
100.0
menjawab Ya
Bioskop_Alternatif Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
4
.2
.2
.2
454
23.0
23.0
23.2
Tidak
1512
76.8
76.8
100.0
Total
1970
100.0
100.0
menjawab Ya
Festival_Film Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
5
.3
.3
.3
315
16.0
16.0
16.2
Tidak
1650
83.8
83.8
100.0
Total
1970
100.0
100.0
menjawab Ya
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Program_Televisi Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
2
.1
.1
.1
1688
85.7
85.7
85.8
Tidak
280
14.2
14.2
100.0
Total
1970
100.0
100.0
menjawab Ya
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Peer_Sharing
Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
1
.1
.1
.1
338
17.2
17.2
17.2
Tidak
1631
82.8
82.8
100.0
Total
1970
100.0
100.0
menjawab Ya
Website_Gratis Cumulative Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid Percent
Percent
1
.1
.1
.1
1040
52.8
52.8
52.8
Tidak
929
47.2
47.2
100.0
Total
1970
100.0
100.0
menjawab Ya
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
OLAH DATA BLOK III ANALISIS FAKTOR ROTASI 1 Rotated Component Matrix
a
Component 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
POST_FILM
.003
.072
.642
-.054
.014
.101
.061
.109
.076
-.010
.294
.026
-.063
.084
.189
-.055
BLHO_JALN
.185
.099
.734
-.052
.034
.015
.026
.110
.107
.066
.192
-.109
-.018
.031
.047
-.093
IKLN_TV
.204
.081
.743
.084
.105
.045
-.096
.079
.069
.081
-.142
-.005
.084
.136
.013
.047
TRAI_WEBS
.045
.162
.309
.447
-.097
-.176
.073
-.167
.179
-.014
.013
.376
.037
.108
-.113
.249
TRAI_TV
.359
.107
.509
.161
.133
-.063
.010
-.013
.033
.143
-.147
.220
.164
-.038
-.166
.289
SINP_WEBS
.241
.160
-.059
.576
-.107
.159
.051
-.166
.150
.000
-.057
.083
.032
.096
-.060
.245
SINP_KORN
.742
.086
.108
.144
-.041
-.020
.024
.001
.014
-.092
.096
.165
.157
-.005
.000
.105
SINP_MAJL
.782
.072
.084
.111
-.027
-.021
.056
-.029
.067
-.063
.056
.090
.143
.067
-.044
.109
BRTA
.150
.057
.170
.092
-.017
.063
.365
.139
.498
-.190
-.037
.027
.055
.006
-.046
-.040
ULAS_WEB
.460
.150
-.043
.173
-.182
.099
.388
-.010
.293
.032
-.097
-.209
-.213
.240
.092
.108
.701
.162
.034
.064
-.005
.088
.291
.049
.058
.056
-.095
-.174
-.153
.179
.172
-.024
S ULAS_KOR N
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ULAS_MAJL
.747
.115
.037
.022
-.085
.039
.236
.047
.082
-.004
-.017
-.148
-.107
.241
.202
.001
ULAS_RADI
.624
.128
-.011
-.003
.147
.001
.004
.092
.207
.202
-.125
-.257
-.089
-.117
.060
-.168
ULAS_TV
.498
.117
.249
.037
.214
-.120
.022
.145
.225
.205
-.267
-.083
.025
-.119
-.065
-.032
-.086
.093
-.063
.261
-.012
.170
-.124
.023
.512
.071
-.056
.131
.155
.143
.072
-.102
.020
.015
.114
.067
.166
.080
-.012
.026
.742
.191
.043
.093
-.025
.008
.072
.138
.287
.062
.128
.000
.043
.083
.039
.055
.633
.149
.233
-.037
-.038
-.031
-.111
.058
-.044
.037
.034
.024
-.012
.750
-.013
.043
-.018
.149
-.019
.100
.088
.142
-.025
.113
.087
.184
-.002
.172
.026
.792
.053
.075
.150
-.002
.018
.043
.026
-.022
-.116
.045
.211
.014
.095
.180
.208
.695
.006
-.010
.193
.012
.092
.084
-.030
-.100
.013
-.060
.695
.080
.199
-.080
.135
.245
-.004
.084
-.006
-.022
.240
.174
.015
-.052
.028
-.198
.667
.130
.197
-.145
.153
.206
.026
.091
-.018
-.010
.229
.166
.090
-.005
.006
-.065
.220
.172
-.028
.084
.031
-.081
.742
.050
.006
.067
.111
.032
.010
.025
.012
-.030
WORD_MO UT WORD_SO CM WORD_FOR U GENR GENR_WEB S GENR_APP S GENR_KOR N GENR_MAJ L SUTR
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
SUTR_MUT
.021
.082
-.032
.001
.261
.065
.742
-.048
-.015
.170
.077
.061
.103
.013
-.017
.062
RMAK
.137
.026
.287
-.065
.264
.104
.001
.071
-.059
.210
.004
-.014
-.060
.589
-.030
.006
SEKL
.067
.156
.059
.130
.112
-.039
.121
.067
.171
-.093
.217
.245
.197
.634
-.068
-.074
-.021
-.037
-.029
-.046
.091
.101
.010
.130
.066
.042
.015
-.047
-.085
-.043
.074
.798
.134
.125
-.034
.020
.129
-.070
.000
.011
.030
-.036
.056
.063
.111
.020
.682
.052
.151
.124
-.092
-.053
-.035
.092
-.003
.093
.057
.246
-.035
.640
-.241
.239
-.035
-.160
ASAL_INDO
.198
.064
.145
.013
.276
-.103
-.184
.305
-.177
.231
-.090
-.185
.053
.269
.206
.027
ASAL_HOLL
-.057
-.021
.001
.130
.110
.269
.122
.040
.108
.113
.080
.660
-.119
-.050
.165
.046
ASAL_KOR
.021
.049
.140
.027
-.031
-.033
.025
.036
-.021
.054
.006
.011
.098
-.060
.755
.012
.037
.234
.033
.042
.477
.087
.284
-.106
.106
-.065
.018
.239
.024
.168
.183
-.114
-.062
.089
.121
.008
.604
.137
.439
.030
.028
.049
-.111
.165
-.048
.041
.102
-.010
.087
.148
-.045
.196
.632
.089
.030
-.040
.038
.020
.203
-.017
.106
.178
.074
.123
.117
.150
.124
.014
.663
.000
.027
.178
.090
.056
.142
-.086
-.004
.010
-.071
.053
U
GENR_HOR R GENR_DRM A GENR_LAG A
E NAMA POPS_MUT U ADAP_NOV L ADAP_SERI
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ADAP_KOMI
.099
.033
.182
.070
.058
.006
.098
.032
.089
.345
.559
-.048
-.034
.303
.018
-.098
STUD_MAY
.156
.207
.105
.214
.247
.009
.248
-.060
.150
.207
.527
.171
-.054
.061
.034
-.073
STUD_MINR
.160
.312
.075
.073
.271
.060
.000
.071
.029
.106
.483
.033
-.082
-.023
.047
.163
ALUR
.139
.592
.157
.168
.043
.009
.064
-.070
-.011
.140
.094
.137
.087
-.101
.024
-.036
LOKA
.135
.706
-.002
-.115
.117
.050
.055
.144
.037
.042
.087
.036
.073
.216
.023
.057
AKTI
.105
.719
.041
-.028
.209
.108
.065
.052
.115
.107
-.083
.019
.036
.010
.084
-.033
MUSI
.085
.714
.114
.057
.063
.065
.178
.119
.024
.065
.172
-.083
.103
.065
.095
-.037
HIND_KEKR
.099
.181
.070
-.050
.004
.022
.166
.074
.011
-.020
.078
-.176
.741
.104
.148
-.003
HIND_SEKS
.040
.089
-.017
-.001
.043
.074
-.059
.115
.042
.148
-.129
-.050
.758
-.022
.112
-.077
ANIM
.088
.040
.068
-.083
.001
.042
-.037
-.015
.146
.682
.190
.029
.123
.120
.017
.043
EFEK_VISU
-.054
.188
-.022
.184
.086
.132
.156
.013
.081
.657
-.010
.115
-.047
-.042
-.032
-.054
TEKN_TIGA
.064
.196
.204
.057
-.001
.027
.205
.188
.030
.527
.129
.169
.108
-.013
.063
.147
-.011
.324
.089
.068
.033
.077
.020
.438
.052
.033
.352
-.040
.130
-.184
.098
.185
HARI_LIBR
.128
.130
.131
-.017
.043
.021
.012
.818
.107
.048
.062
.057
.130
.021
.010
.030
MALM_LIBR
.097
.019
.065
.048
.036
.071
.019
.839
.030
.022
-.051
.026
.010
.103
.009
.048
JADW_KOR
.550
-.122
.025
.185
.159
-.058
-.164
.141
-.102
.192
.127
-.002
.059
.022
.001
.047
R
JUDL
N
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
JADW_WEB
.011
-.043
-.023
.795
.155
.082
.067
.078
.059
.049
.052
-.033
.007
.027
.027
-.091
.112
-.013
.051
.728
.088
.169
.018
.094
.055
.049
.120
.035
-.082
-.067
.079
-.075
S JADW_APP S
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
9250.741
df
1431
Sig.
.000
.831
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Rotasi 2 Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
POST_FILM
.007
.092
.686
.091
-.036
.054
.076
.057
.082
.055
-.083
.040
.185
-.156
BLHO_JALN
.194
.122
.756
-.009
-.038
.087
.058
.029
.114
.112
-.024
-.117
.029
-.095
IKLN_TV
.194
.073
.726
.032
.061
.023
.088
-.090
.067
.076
.145
.057
-.036
.154
TRAI_TV
.327
.088
.495
.006
.136
.128
.084
.014
-.051
-.003
.158
.146
-.136
.393
SINP_WEBS
.250
.140
-.062
.129
.543
-.023
-.049
.041
-.175
.196
.074
.143
-.098
.175
SINP_KORN
.740
.096
.167
-.017
.186
-.030
-.054
-.001
-.049
-.011
.113
.158
-.010
.114
SINP_MAJL
.783
.085
.129
-.029
.139
-.029
-.008
.030
-.050
.056
.119
.118
-.062
.092
ULAS_KORN
.737
.133
.012
.027
.032
.007
.036
.243
.081
.066
-.021
-.035
.073
-.010
ULAS_MAJL
.786
.085
.041
-.034
.001
-.039
-.014
.198
.081
.110
.011
.028
.098
-.066
ULAS_RADI
.639
.112
-.079
.030
-.037
.124
.098
.001
.095
.210
-.050
-.285
.058
-.040
WORD_MOUT
-.081
.091
-.043
.171
.241
-.003
-.032
-.070
.026
.564
.159
.211
.067
-.062
WORD_SOCM
.031
.014
.149
.104
.068
.174
.105
.049
.032
.763
-.045
.049
.065
.170
WORD_FORU
.292
.093
.181
.122
.016
.179
.043
.074
.065
.637
-.104
-.114
-.087
-.029
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
GENR
-.044
-.008
.023
.715
-.005
.107
.003
.025
.060
.043
.164
.169
-.076
.046
GENR_WEBS
.080
.184
-.003
.788
.173
-.017
.011
.060
.079
.159
.038
.013
-.125
.027
GENR_APPS
.195
.038
.086
.738
.193
.037
.192
-.004
-.016
.151
-.079
-.040
.064
-.031
GENR_KORN
.685
.107
.219
.325
-.048
.077
.130
-.031
.071
-.078
-.087
.038
.101
-.204
GENR_MAJL
.652
.161
.224
.271
-.116
.079
.190
-.005
.066
-.083
-.005
.073
.080
-.109
SUTR
.244
.193
-.006
-.056
.088
.052
-.025
.772
.052
.013
-.010
.028
.018
-.075
SUTR_MUTU
.039
.092
-.023
.090
.000
.119
.187
.823
-.047
.027
.080
.043
.006
.050
RMAK
.165
-.022
.257
.009
-.122
.147
.448
.014
.107
.026
.077
.300
-.113
-.130
SEKL
.082
.147
.123
-.070
.108
-.094
.301
.156
.062
.220
.220
.567
-.079
-.326
GENR_HORR
-.022
-.024
.001
.028
-.008
.063
.129
.034
.130
.104
-.064
-.051
.041
.621
GENR_DRMA
.140
.128
-.022
-.065
.017
-.040
.156
.013
-.023
.040
.108
.076
.709
.022
GENR_LAGA
.147
.125
-.082
.136
-.061
.261
-.031
-.020
.077
.029
-.271
.663
-.008
-.036
ASAL_HOLL
-.088
-.001
.060
.355
.182
.181
-.027
.156
-.005
.036
-.209
.524
.229
.161
ASAL_KORE
.036
.041
.117
-.039
.018
.045
-.058
.039
.063
.002
.114
-.050
.757
.006
POPS_MUTU
-.046
.112
.078
.178
.007
.061
.522
.436
.031
-.026
-.076
.063
.121
.173
ADAP_NOVL
.080
.161
-.012
.074
.214
.047
.717
.066
-.071
.055
.096
.062
.106
.029
ADAP_SERI
.104
.177
.139
.031
.039
.090
.686
.048
.150
.053
-.041
-.122
-.009
.076
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ADAP_KOMI
.109
.040
.261
-.031
.100
.460
.199
.114
.078
.112
-.029
.055
-.001
-.427
STUD_MAYR
.153
.188
.189
.075
.236
.319
.243
.322
-.071
.139
-.099
.133
.084
-.272
ALUR
.121
.581
.163
.083
.155
.154
-.016
.095
-.097
-.021
.054
.045
.073
-.037
LOKA
.148
.725
.024
.009
-.102
.045
.156
.074
.159
.075
.085
.134
-.002
-.023
AKTI
.110
.732
.030
.090
-.021
.090
.180
.035
.030
.092
.054
.032
.072
.098
MUSI
.106
.735
.131
.032
.073
.112
.076
.162
.117
.024
.110
-.056
.067
-.102
HIND_KEKR
.102
.182
.101
.003
-.041
-.002
.033
.151
.076
.003
.759
-.093
.121
-.088
HIND_SEKS
.020
.093
-.033
.110
-.007
.136
.012
-.091
.090
-.007
.758
-.051
.128
.029
ANIM
.098
.030
.073
.020
-.091
.721
.057
-.039
.009
.179
.143
.033
-.014
-.031
EFEK_VISU
-.050
.209
-.077
.141
.171
.664
.076
.107
-.020
.041
-.046
.064
-.018
.070
TEKN_TIGA
.067
.216
.214
.011
.071
.556
.029
.178
.145
.031
.082
.137
.068
.157
HARI_LIBR
.124
.147
.154
.056
.000
.087
.053
-.007
.816
.063
.121
.027
.040
.042
MALM_LIBR
.100
.035
.070
.066
.056
.004
.059
.011
.874
.029
.046
.052
.010
.081
JADW_KORN
.531
-.121
.071
-.070
.218
.215
.153
-.146
.145
-.076
.062
.001
-.010
.043
JADW_WEBS
.012
-.025
-.017
.067
.799
.042
.133
.077
.066
.081
.016
-.018
.008
-.068
JADW_APPS
.111
.024
.066
.149
.768
.096
.057
-.002
.075
.033
-.104
-.009
.077
-.034
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
Extraction Method: Principal Component Analysis. a
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 13 iterations.
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.813 7445.855
df
1035
Sig.
.000
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ROTASI 3 Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
POST_FILM
.036
.080
.060
.764
-.028
.047
.079
.050
.028
.021
-.023
.126
.102
.017
BLHO_JALN
.208
.120
-.025
.789
-.022
.029
.052
.078
.096
.111
-.001
-.087
-.003
-.056
IKLN_TV
.199
.081
.046
.674
.084
-.090
.050
.044
.099
.102
.110
-.008
-.002
.019
SINP_WEBS
.252
.149
.149
-.101
.555
.029
-.063
-.012
-.174
.193
.051
.109
-.073
.164
SINP_KORN
.758
.080
-.020
.131
.169
-.025
-.034
-.019
-.046
-.002
.128
.162
-.029
.121
SINP_MAJL
.796
.086
-.026
.087
.125
.014
-.008
-.039
-.045
.071
.122
.109
-.064
.117
ULAS_KORN
.724
.149
.036
.022
.060
.265
-.003
.018
.084
.060
-.038
-.093
.086
-.032
ULAS_MAJL
.778
.117
-.023
.050
.025
.220
-.074
-.053
.071
.100
-.003
-.020
.111
.004
ULAS_RADI
.610
.111
.019
-.064
-.017
.040
.103
.140
.114
.233
-.071
-.327
.081
-.186
WORD_MOUT
-.094
.095
.178
-.061
.234
-.068
-.041
-.012
.051
.568
.143
.210
.088
-.104
WORD_SOCM
.022
.004
.101
.150
.077
.046
.105
.187
.034
.762
-.038
.050
.060
.141
WORD_FORU
.287
.090
.107
.180
.000
.074
.072
.137
.054
.657
-.085
-.061
-.095
.012
-.038
.021
.736
.016
.008
.026
-.045
.099
.060
.034
.136
.124
-.051
.086
GENR
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
GENR_WEBS
.079
.189
.799
-.014
.169
.055
.018
-.025
.077
.157
.023
.010
-.109
.026
GENR_APPS
.198
.031
.726
.096
.182
-.006
.223
.033
-.017
.159
-.073
-.010
.057
-.056
GENR_KORN
.697
.103
.298
.225
-.074
-.032
.153
.048
.067
-.055
-.061
.083
.078
-.170
GENR_MAJL
.666
.157
.245
.217
-.144
-.008
.210
.054
.062
-.057
.017
.118
.059
-.067
SUTR
.235
.199
-.055
-.013
.084
.776
-.003
.029
.045
.024
-.017
.060
.032
-.062
SUTR_MUTU
.033
.099
.092
-.025
.009
.820
.183
.121
-.046
.035
.075
.049
.017
.044
SEKL
.099
.188
-.085
.143
.106
.164
.202
-.144
.042
.212
.236
.608
-.097
-.107
GENR_HORR
-.001
.003
.068
-.018
-.009
-.010
.088
.046
.084
.057
-.059
-.070
.030
.892
GENR_DRMA
.132
.126
-.066
-.029
.002
.014
.177
-.046
-.014
.045
.099
.095
.722
-.004
GENR_LAGA
.158
.098
.119
-.084
-.070
-.015
-.019
.302
.096
.038
-.271
.654
-.025
-.141
ASAL_HOLL
-.064
-.043
.346
.051
.157
.115
.024
.226
.003
.026
-.182
.555
.190
.126
ASAL_KORE
.024
.069
-.020
.122
.033
.050
-.085
.031
.059
-.005
.084
-.078
.793
.031
POPS_MUTU
-.047
.075
.158
.104
.020
.439
.555
.124
.041
-.027
-.059
.077
.090
.033
ADAP_NOVL
.095
.153
.050
.009
.193
.055
.731
.028
-.073
.058
.132
.130
.065
.085
ADAP_SERI
.109
.160
.011
.128
.008
.038
.731
.062
.178
.088
-.019
-.071
-.024
.005
ALUR
.121
.578
.089
.125
.140
.077
.016
.140
-.078
.005
.041
.051
.096
-.100
LOKA
.148
.750
.019
.028
-.102
.073
.110
.022
.142
.060
.081
.132
-.001
.107
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
AKTI
.098
.721
.097
.017
-.011
.038
.187
.121
.045
.096
.038
.002
.086
-.009
MUSI
.106
.746
.031
.162
.079
.159
.061
.099
.092
.004
.120
-.033
.051
.007
HIND_KEKR
.110
.180
-.005
.119
-.046
.146
.030
-.012
.058
-.010
.787
-.049
.086
.004
HIND_SEKS
.023
.069
.102
-.042
-.010
-.097
.034
.163
.106
.002
.772
-.052
.112
-.063
ANIM
.102
.050
.005
.090
-.083
-.025
.038
.697
.009
.206
.139
.026
-.011
-.023
EFEK_VISU
-.049
.194
.120
-.037
.192
.119
.097
.709
-.020
.047
-.046
.056
-.036
-.028
TEKN_TIGA
.082
.217
.008
.219
.075
.168
.031
.558
.135
.035
.087
.140
.053
.185
HARI_LIBR
.123
.137
.049
.155
-.015
-.009
.066
.081
.822
.073
.131
.041
.029
.029
MALM_LIBR
.094
.039
.073
.063
.050
.019
.048
-.005
.884
.035
.034
.034
.022
.058
JADW_KORN
.542
-.112
-.081
.060
.212
-.149
.137
.206
.158
-.053
.067
-.015
-.014
.047
JADW_WEBS
.011
-.024
.056
.006
.812
.085
.142
.047
.058
.080
.016
.008
.006
-.089
JADW_APPS
.117
.032
.150
.077
.771
-.006
.066
.080
.064
.024
-.100
.014
.072
.007
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.801 6599.789
df
861
Sig.
.000
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
OLAH DATA BLOK III ANALISIS KLUSTER Cluster Distribution N Cluster
% of Combined
% of Total
1
1224
64.2%
62.1%
2
683
35.8%
34.7%
1907
100.0%
96.8%
Combined Excluded Cases Total
63
3.2%
1970
100.0%
ANOVA Sum of Squares USIA
PEND
FREK_NONT
FREK_INDO
PDPT
Between Groups
df
Mean Square
5.150
1
5.150
Within Groups
3468.131
1905
1.821
Total
3473.281
1906
.012
1
.012
Within Groups
897.874
1905
.471
Total
897.886
1906
3.479
1
3.479
Within Groups
1065.880
1905
.560
Total
1069.359
1906
1.903
1
1.903
Within Groups
456.942
1905
.240
Total
458.845
1906
2.782
1
2.782
Within Groups
5072.410
1905
2.663
Total
5075.191
1906
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
F
Sig.
2.829
.093
.025
.875
6.219
.013
7.935
.005
1.045
.307
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
POST_FILM
BLHO_JALN
IKLN_TV
TRAI_WEBS
TRAI_TV
SINP_WEBS
SINP_KORN
SINP_MAJL
BRTA
Between Groups
88.458
1
88.458
Within Groups
1472.621
1905
.773
Total
1561.079
1906
213.401
1
213.401
Within Groups
1492.767
1905
.784
Total
1706.168
1906
198.283
1
198.283
Within Groups
1592.822
1905
.836
Total
1791.104
1906
50.816
1
50.816
Within Groups
1203.653
1905
.632
Total
1254.469
1906
214.369
1
214.369
Within Groups
1530.437
1905
.803
Total
1744.805
1906
83.958
1
83.958
Within Groups
1661.430
1905
.872
Total
1745.389
1906
221.757
1
221.757
Within Groups
1585.008
1905
.832
Total
1806.765
1906
259.109
1
259.109
Within Groups
1577.060
1905
.828
Total
1836.169
1906
177.796
1
177.796
Within Groups
1545.172
1905
.811
Total
1722.968
1906
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
114.431
.000
272.333
.000
237.144
.000
80.426
.000
266.834
.000
96.267
.000
266.526
.000
312.989
.000
219.200
.000
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ULAS_WEBS
ULAS_KORN
ULAS_MAJL
ULAS_RADI
ULAS_TV
WORD_MOUT
WORD_SOCM
WORD_FORU
GENR
Between Groups
242.437
1
242.437
Within Groups
1579.730
1905
.829
Total
1822.167
1906
314.758
1
314.758
Within Groups
1308.469
1905
.687
Total
1623.226
1906
285.570
1
285.570
Within Groups
1312.918
1905
.689
Total
1598.488
1906
231.088
1
231.088
Within Groups
1610.910
1905
.846
Total
1841.998
1906
217.742
1
217.742
Within Groups
1577.288
1905
.828
Total
1795.030
1906
53.310
1
53.310
Within Groups
1737.929
1905
.912
Total
1791.239
1906
129.620
1
129.620
Within Groups
1184.962
1905
.622
Total
1314.582
1906
190.258
1
190.258
Within Groups
1442.250
1905
.757
Total
1632.508
1906
61.517
1
61.517
Within Groups
1397.276
1905
.733
Total
1458.793
1906
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
292.356
.000
458.256
.000
414.352
.000
273.276
.000
262.982
.000
58.434
.000
208.384
.000
251.302
.000
83.871
.000
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
GENR_WEBS
GENR_APPS
GENR_KORN
GENR_MAJL
SUTR
SUTR_MUTU
RMAK
SEKL
GENR_HORR
Between Groups
140.371
1
140.371
Within Groups
1248.439
1905
.655
Total
1388.810
1906
179.326
1
179.326
Within Groups
1331.353
1905
.699
Total
1510.679
1906
300.152
1
300.152
Within Groups
3065.914
1905
1.609
Total
3366.066
1906
306.055
1
306.055
Within Groups
1398.767
1905
.734
Total
1704.822
1906
249.992
1
249.992
Within Groups
1914.681
1905
1.005
Total
2164.672
1906
187.511
1
187.511
Within Groups
2030.813
1905
1.066
Total
2218.324
1906
96.773
1
96.773
Within Groups
1550.722
1905
.814
Total
1647.496
1906
123.209
1
123.209
Within Groups
1589.489
1905
.834
Total
1712.697
1906
12.780
1
12.780
Within Groups
2839.946
1905
1.491
Total
2852.726
1906
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
214.192
.000
256.593
.000
186.499
.000
416.821
.000
248.728
.000
175.894
.000
118.882
.000
147.665
.000
8.573
.003
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
GENR_DRMA
GENR_LAGA
ASAL_INDO
ASAL_HOLL
ASAL_KORE
NAMA
POPS_MUTU
ADAP_NOVL
ADAP_SERI
Between Groups
84.573
1
84.573
Within Groups
1972.975
1905
1.036
Total
2057.548
1906
27.819
1
27.819
Within Groups
1807.654
1905
.949
Total
1835.474
1906
59.732
1
59.732
Within Groups
1615.236
1905
.848
Total
1674.968
1906
14.691
1
14.691
Within Groups
1540.832
1905
.809
Total
1555.524
1906
81.742
1
81.742
Within Groups
2230.476
1905
1.171
Total
2312.218
1906
181.364
1
181.364
Within Groups
1549.103
1905
.813
Total
1730.467
1906
153.310
1
153.310
Within Groups
1554.699
1905
.816
Total
1708.009
1906
156.011
1
156.011
Within Groups
1278.697
1905
.671
Total
1434.708
1906
142.387
1
142.387
Within Groups
1247.300
1905
.655
Total
1389.687
1906
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
81.659
.000
29.318
.000
70.447
.000
18.164
.000
69.814
.000
223.032
.000
187.854
.000
232.425
.000
217.468
.000
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ADAP_KOMI
STUD_MAYR
STUD_MINR
Between Groups
109.729
1
109.729
Within Groups
1402.631
1905
.736
Total
1512.361
1906
165.214
1
165.214
Within Groups
1351.702
1905
.710
Total
1516.917
1906
Between Groups
131.571
1
131.571
Within Groups
980.603
1905
.515
1112.174
1906
142.810
1
142.810
Within Groups
1284.415
1905
.674
Total
1427.225
1906
213.323
1
213.323
Within Groups
1391.488
1905
.730
Total
1604.811
1906
190.781
1
190.781
Within Groups
1507.862
1905
.792
Total
1698.643
1906
239.179
1
239.179
Within Groups
1488.107
1905
.781
Total
1727.287
1906
98.808
1
98.808
Within Groups
2028.659
1905
1.065
Total
2127.467
1906
49.704
1
49.704
Within Groups
2245.276
1905
1.179
Total
2294.980
1906
Between Groups
Total ALUR
LOKA
AKTI
MUSI
HIND_KEKR
HIND_SEKS
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
149.030
.000
232.842
.000
255.600
.000
211.811
.000
292.047
.000
241.029
.000
306.186
.000
92.785
.000
42.171
.000
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
ANIM
EFEK_VISU
TEKN_TIGA
JUDL
HARI_LIBR
MALM_LIBR
JADW_KORN
JADW_WEBS
JADW_APPS
Between Groups
48.760
1
48.760
Within Groups
1534.904
1905
.806
Total
1583.664
1906
41.471
1
41.471
Within Groups
1494.371
1905
.784
Total
1535.842
1906
142.220
1
142.220
Within Groups
1586.430
1905
.833
Total
1728.650
1906
88.594
1
88.594
Within Groups
1774.430
1905
.931
Total
1863.024
1906
133.904
1
133.904
Within Groups
1758.984
1905
.923
Total
1892.888
1906
98.764
1
98.764
Within Groups
1690.315
1905
.887
Total
1789.079
1906
212.745
1
212.745
Within Groups
1964.498
1905
1.031
Total
2177.243
1906
28.814
1
28.814
Within Groups
1468.429
1905
.771
Total
1497.243
1906
46.135
1
46.135
Within Groups
1643.147
1905
.863
Total
1689.282
1906
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
Between Groups
60.517
.000
52.866
.000
170.779
.000
95.113
.000
145.020
.000
111.308
.000
206.301
.000
37.381
.000
53.487
.000
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
SURVEI PENONTON BIOSKOP
2016
REPUBLIK INDONESIA BADAN EKONOMI KREATIF
· Kegiatan ini tidak memungut biaya apa pun · Pelaksanaan kegiatan ini berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Pasal 11. · Kerahasiaan data yang diberikan dijamin oleh Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Pasal 21. · Setiap responden wajib memberikan keterangan yang diperlukan
BLOK I: ASPEK DEMOGRAFI Petunjuk: Jawablah pertanyaan ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jawaban disilang (X). 1. Usia □ ≤17 tahun □ 18-22 tahun □ 23-27 tahun □ 28-32 tahun □ 33-37 tahun □ ≥ 38 tahun 2. Pendidikan □ SD □ SMP □ SMA (sedang atau sudah □ S1 □ S2 □ S3 selesai) 3. Rata-rata □ 1-2 kali □ 3-4 kali frekuensi □ 5-6 kali □ > 6 kali menonton bioskop dalam sebulan
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
4. Rata-rata frekuensi □ 1-2 kali □ 3-4 kali menonton film □ 5-6 kali □ > 6 kali Indonesia dalam satu bulan terakhir 5. Judul film __________________________ Indonesia yang terakhir ditonton 6. Pendapatan □ < 1.000.000 □ 1.001.000 – 3.000.000 □ 3.001.000 – 5.000.000 □ 5.001.000 – 7.000.000 □ 7.001.000 – 9.000.000 □ > 9.000.000 7. Lokasi
□ Jakarta
□ Surabaya
□ Bandung
BLOK II: ASPEK SALURAN MEDIA/OUTLET
Petunjuk: Jawablah pertanyaan ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jawaban disilang (X). 1. Saya menonton film melalui layanan internet berbayar (semisal: Netflix, HBO Demand, Google Play, Itunes dll.) a. Ya b. Tidak 2. Saya menonton film melalui saluran televisi berbayar (semisal: Indie Home, Indovision, Transvision, dll.) a. Ya b. Tidak 3. Saya menonton film melalui DVD/VCD a. Ya b. Tidak 4. Saya menonton film melalui bioskop alternatif (semisal: Kinosaurus, Paviliun 28, Moviebox, Kinekuru, Wisma Jerman, Goethe Institute, dll.) a. Ya b. Tidak 5. Saya menonton film melalui festival film (semisal: Festival Film Perancis, Festival Film Jerman, Festival Film Surabaya, Festival Film Bandung, Eksperimental Film Festival dsb) a. Ya b. Tidak
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
6. a. 7. a. 8. a.
Saya menonton film melalui program televisi (semisal: Bioskop Trans TV, Big Movie Global TV, dsb.) Ya b. Tidak Saya menonton film melalui teknologi peer sharing (semisal: Bittorrent, The Pirate Bay) Ya b. Tidak Saya menonton film melalui website tidak berbayar (semisal: ganool.tv, nontonfilm323.com) Ya b. Tidak
BLOK III: KEPUTUSAN KONSUMEN MEMILIH FILM DI BIOSKOP Petunjuk: Pernyataan-pernyataan berikut menyangkut STRATEGI atau CARA Anda memilih film di bioskop. Nyatakanlah seberapa mirip pernyataan di bawah ini dengan Anda, dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan SS: Sangat Setuju S: Setuju N: Netral TS: Tidak Setuju STS: Sangat Tidak Setuju No
Pernyataan
SS
S
N
TS STS
1.
Saya memperhatikan poster sebelum menentukan pilihan film di bioskop
2.
Saya memperhatikan baliho di jalanan sebelum menentukan pilihan film di bioskop
3.
Saya memperhatikan iklan televisi sebelum menentukan pilihan film di bioskop
4.
Saya melihat trailer (cuplikan film) di website sebelum menentukan pilihan film di bioskop
5.
Saya melihat trailer (cuplikan film) di televisi sebelum menentukan pilihan film di bioskop
6.
Saya membaca sinopsis film di website sebelum menentukan pilihan film di bioskop
7.
Saya membaca sinopsis film di koran sebelum menentukan pilihan film di bioskop
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
8.
Saya membaca sinopsis film di majalah sebelum menentukan pilihan film di bioskop
9.
Berita tentang film mempengaruhi keputusan saya memilih film di bioskop
10. Saya membaca ulasan film yang ditulis kritikus film di website sebelum menentukan pilihan film yang akan ditonton di bioskop
11. Saya membaca ulasan film yang ditulis kritikus film di koran sebelum menentukan pilihan film yang akan ditonton di bioskop
12. Saya membaca ulasan film yang ditulis kritikus film di majalah sebelum menentukan pilihan film yang akan ditonton di bioskop
13. Saya mendengarkan ulasan film yang disiarkan di radio sebelum menentukan pilihan film yang akan ditonton di bioskop
14. Saya menonton ulasan film di acara televisi sebelum menentukan pilihan film yang akan ditonton di bioskop
15. Rekomendasi dari teman dalam pembicaraan sehari-hari mengenai film tertentu membuat saya tertarik memilih film tersebut
16. Pembicaraan mengenai film tertentu di media jejaring sosial (semisal: Facebook, Instagram, Twitter, dll.) membuat saya memilih film tersebut ketika hendak menonton bioskop
17. Pembicaraan mengenai film tertentu di forum perbincangan website (semisal: Kaskus, Forum Detik, dll.) membuat saya memilih film tersebut ketika hendak menonton bioskop
18. Saya memilih film berdasarkan genre yang saya sukai 19. Informasi mengenai genre film yang saya ketahui dari website mempengaruhi pilihan menonton film di bioskop
20. Informasi mengenai genre film yang saya ketahui dari aplikasi telepon genggam/tablet mempengaruhi pilihan menonton film di bioskop
21. Informasi mengenai genre film yang saya ketahui dari koran mempengaruhi pilihan menonton film di bioskop
22. Informasi mengenai genre film yang saya ketahui dari majalah mempengaruhi pilihan menonton film di bioskop
23. Nama sutradara menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
24. Sutradara film yang terkenal menunjukkan kualitas film 25. Film yang diproduksi ulang (remake, seperti Warkop DKI Reborn) menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
26. Film yang diproduksi berseri (sekuel, seperti AADC dan Harry Potter) menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
27. Di antara genre film yang lain, saya lebih memilih film horor
28. Di antara genre film yang lain, saya lebih memilih film drama
29. Di antara genre film yang lain, saya lebih memilih film eksyen/laga
30. Di antara negara-negara film lain, saya lebih memilih film dari Indonesia
31. Di antara negara-negara film lain, saya lebih memilih film dari Amerika/Hollywood
32. Di antara negara-negara film lain, saya lebih memilih film dari Korea
33. Saya memperhatikan nama pemain film dalam menentukan pilihan film di bioskop
34. Popularitas pemain film menunjukkan kualitas film
35. Film adaptasi dari novel menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
36. Film adaptasi dari serial televisi menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
37. Film adaptasi dari komik menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
38. Film produksi studio mayor/studio besar (seperti MGM, Paramount, Sony) menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
39. Film produksi studio independen (seperti Haxan Film yang membuat Blair Witch Project) menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
40. Saya memperhatikan alur film sebelum memilih film yang akan ditonton di bioskop
41. Saya memperhatikan lokasi pembuatan film sebelum memilih film yang akan ditonton di bioskop
42. Saya memperhatikan akting pemain film sebelum memilih film yang akan ditonton di bioskop
BADAN EKONOMI KREATIF © 2017
LAPORAN RISET SEGMENTASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENONTON FILM
43. Saya memperhatikan musik film sebelum memilih film yang akan ditonton di bioskop
44. Saya menghindari film yang banyak menampilkan adegan kekerasan
45. Saya menghindari film yang banyak bermuatan adegan seks
46. Saya memilih film yang bermuatan animasi
47. Saya memilih film yang bermuatan efek visual yang bagus
48. Film yang ditayangkan dengan teknologi 3D (tiga dimensi) menjadi pertimbangan dalam memilih film di bioskop
49. Saya memilih film berdasarkan judulnya
50. Saya biasanya memilih film yang ditayangkan di hari libur
51. Saya biasanya memilih film yang diputar pada malam menjelang hari libur
52. Saya memeriksa jadwal pemutaran film di koran sebelum memilih film yang akan ditonton di bioskop
53. Saya memeriksa jadwal pemutaran film di website sebelum memilih film yang akan ditonton di bioskop
54. Saya memeriksa jadwal pemutaran film di aplikasi telepon genggam/tablet sebelum memilih film yang akan ditonton di bioskop
Penjelasan lebih lanjut hubungi: Direktorat Riset dan Pengembangan - Badan Ekonomi Kreatif RI
Gedung Kementerian BUMN, Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Jakarta 10110 Telepon/Fax: (021) 31922937 E-mail:
[email protected]