Tiga Profesor UNAIR Serukan Eksplorasi Tanaman Herbal UNAIR NEWS – Gelar Inovasi Guru Besar UNAIR Seri ke-IV telah digelar, Kamis (27/10). Acara yang berlangsung di Ruang Kahuripan 300, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR tersebut mengusung tajuk “Back to Nature: Pengobatan Herbal sebagai Alternatif Sehat Tanpa Efek Samping”. Acara yang diinisiasi oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR ini diikuti oleh kurang lebih 150 peserta dari berbagai kalangan. Acara yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Sukardiman, Apt., M.S tersebut menghadirkan tiga Guru Besar UNAIR. Ketiganya yaitu, Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR Prof. Mangestuti Agil, Apt., M.S., Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR Prof. Dr. Suhartati, dr., M.S., dan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki., Drs., M.Si., Ph.D. Selaku pembicara pertama, Prof. Hery menyampaikan materi terkait interaksi manusia dengan tumbuhan. Sebagai negara dengan biodiversity terkaya kedua di dunia setelah Brasil, sudah selayaknya Indonesia dapat memanfaatkan tanaman sebagai alternatif untuk kesehatan. Namun nyatanya, masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan bahan tanaman sebagaimana mestinya. “Daun sejenis Ganja itu bisa dijadikan bahan kesehatan kalau digunakan sesuai kebutuhan dan takarannya, sehingga tidak memiliki ketergantungan,” terang Prof. Hery. “Indonesia itu butuh tobat, bukan hanya obat,” ujarnya sembari disambut tawa para hadirin. Prof. Hery mengungkapkan bahwa Ethnobotany (kajian tumbuhan) merupakan sumber energi dan juga kehidupan. Selain itu, tumbuhan juga dapat menghasilkan bahan kimia untuk aktivitas pangan, pertahanan, perlindungan, dan penyebaran biji. Bahkan,
tumbuh-tumbuhan juga memiliki nilai budaya. “Orang mantenan (acara pernikahan, –Red) itu biasanya pakai kalung melati, orang mati dikubur juga ditaburi kembangkembang. Itu semua sudah menjadi budaya dan punya filosofi,” jelas Prof. Hery. Sependapat dengan Prof. Hery, Prof. Mangestuti menambahkan, Indonesia memiliki kurang lebih 1700 bahan resep obat herbal yang kaya akan antioxidant. Namun kurangnya eksplorasi menyebabkan obat-obatan herbal belum dimanfaatkan secara maksimal. “Indonesia itu punya 1700 resep, lho. Lalu orang Jepang bilang kalau Indonesia harusnya gak ada yang sakit ya,” jelas Prof. Mangestuti. Menurut Prof. Mangestuti, banyak masyarakat yang meragukan obat herbal. Pasalnya, respons tubuh terhadap obat alam terjadi lebih lambat dibanding obat yang bersifat supresif, sehingga membuat sikap pasien yang sering kali tidak sabar. “Respon terhadap obat-obatan alam untuk kesehatan terjadi secara perlahan apabila disertai perubahan gaya hidup untuk mengendalikan Mangestuti.
penyakit,
seperti
puasa,”
jelas
Prof.
Prof. Mangestuti mengungkapkan, motto back to nature dapat terlaksana jika ada dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan dukungan ilmiah berupa evidence-based Research. “Kajian filosofi obat herbal begitu lengkap. Tentunya dengan support agen dari para konsumen obat herbal,” pungkas Prof. Mangestuti. Dari aspek klinis, Prof. Suhartati mengungkapkan, obat herbal bisa memberikan terapi bagi konsumennya, khususnya obat herbal yang memiliki kandungan flavonoid, yakni senyawa yang dapat mencegah beragam penyakit.
“Hal tersebut terjadi karena falvonoid memiliki gugus-gugus reaktif yang bisa meningkatkan enzim,” jelasnya. Prof. Suhartati juga mengungkapkan, banyak dokter yang menganjurkan untuk tidak banyak mengonsumsi serbuk. Sehingga, hal itu memengaruhi jumlah konsumen produk herbal atau obat tradisional. “Kita harusnya mengkaji dulu, apa kandungan yang ada di serbuk yang dimaksud itu, lalu bagaimana dengan kualitasnya, takarannya, semua harus diperhitungkan,” pungkas Prof. Suhartati. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Binti Q. Masruroh
Pengurus IKA-UA Jember Dilantik, UNAIR-Pemkab Jember Jalin MoU UNAIR NEWS – Dua acara penting Universitas Airlangga terlaksana di Jember, Senin (24/10) kemarin. Acara pertama pengukuhan Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) Cabang Jember periode 2016-2021, serta dilaksanakan penandatangan kerjasama kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Pemerintah Kabupaten Jember yang dilakukan oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh Nasih, SE., MT., Ak., MCA dengan Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR. Kedua acara tersebut diselenggarakan di Pendapa Wahyawibawagraha Pemkab. Jember. Karena itu, selain dihadiri Rektor dan Bupati, acara ini juga dihadiri unsur pimpinan kedua pihak. Antara lain Wakil Rektor
IV (Bidang kerjasama) Junaidi Khotib, S.Si., Apt., M.Kes., Ph.D., M.Sc., Ketua Harian IKA-UA Drs. Ec. Haryanto Basyoeni bersama jajaran pengurus lain. Sedang IKA-UA Cabang Jember dipimpin Ketua Umum Drs. Sumpono, M.Si., dengan Sekretaris Umum Dr. Maulana, SK., MS. Bagi kedua belah pihak, jalinan sinergi kerjasama di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan sumberdaya ini akan membawa kemanfaatan yang sama-sama diharapkan. Bagi Pemkab Jember, misalnya seperti disampaikan Bupati dr. Faida, MMR, pihaknya sedang membangun program-programnya baik tentang kesehatan, perekonomian, pendidikan dan pembangunan SDM, semua itu membutuhkan bantuan tenaga-tenaga ahli dari kalangan perguruan tinggi dan lulusan perguruan tinggi. ”Kami membuka pintu lebar-lebar untuk UNAIR dan alumninya, bahkan tidak hanya pintu, jendela-jendelanya pun kami buka lebar-lebar agar anginnya juga masuk semua ke Jember,” kata dr. Faida, yang alumni FK UNAIR tahun 1994 ini dalam sambutannya. Bagi UNAIR, seperti disampaikan Rektor Prof. Moh Nasih, keberadaan peran serta alumni di dalam masyarakat juga sangat penting untuk menunjang target harapan yang dibebankan pemerintah kepada UNAIR untuk masuk ke dalam jajaran 500 perguruan tinggi terbaik dunia. Dengan dikukuhkannya IKA-UA Cabang Jember maka memperluas jaringan alumni Universitas Airlangga, selain bisa menyatukan alumni untuk bersinergi bersama Pemkab Jember.
BUPATI Jember dr. Faida, MMR memberi ucapan selamat kepada Ketua IKA-UA atas peresmian pengurus IKA-UA Cabang Jember. (Foto: Trisna Rahardi) “Saya berharap alumni-alumni UNAIR di Jember dapat bersinergi dengan Pemkab Jember untuk mengembangkan Jember menjadi lebih baik lagi, terutama dalam hal kesehatan dan pendidikan,” ujar Prof. Moh Nasih. Pemkab Jember bahkan juga sangat berkeinginan agar KKN Tematik mahasiswa UNAIR kedepan bisa dilaksanakan di Kab. Jember. Pada pelaksanaan, jika KKN mahasiswa tersebut dilaksanakan bersamasama para alumni (IKA-UA Cabang Jember), maka sinerginya akan lebih baik. Ketua Harian IKA-UA Drs. Ec. Haryanto Basyoeni, dalam sambutannya mengucapkan selamat atas terbentuknya IKA-UA Cabang Jember. Keberadaannya akan sangat berarti, karena perguruan tinggi (almamater) akan mempunyai reputasi baik bila ada sinergi antar-sivitas akademika: para pengajar, karyawan, mahasiswa dan para alumni. Terutama kiprah alumni dalam pengabdian yang luhur terhadap nusa bangsa dan masyarakat di sekitarnya.
”Semoga langkah mulia ini mendapatkan ridho-Nya, dan saya berharap kepada pengurus IKA-UA Jember yang baru dilantik, segera dapat menghimpun alumni yang ada di Jember untuk dapat menunjukkan kontribusinya secara nyata untuk mendukung program-program Pemkab Jember yang sangat bagus,” kata Haryanto Basyoeni, alumnus FEB UNAIR ini. (*) Penulis: Faridah Hariyani Editor : Bambang Bes
Esti Yunitasari Wisudawan Terbaik FKM, Dessy Wulansari S1 Psikologi UNAIR NEWS – Berawal dari profesinya saban hari, timbul motivasi besar dari Esti Yunitasari untuk mengambil tema disertasinya tentang kesehatan perempuan dalam kaitan dengan penyakit kanker serviks. Ternyata, disertasi itulah yang ikut mengantar Esti menjadi wisudawan terbaik S-3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Ia meraih IPK 3,96.
Esti Yunitasari wisudawan terbaik S-3 Fakultas Kesehatan Masyarakat
(FKM)
dengan IPK 3,96. (Foto: Istimewa) Dosen Fakultas Keperawatan UNAIR yang mengampu mata kuliah Maternity Nursing ini, mengangkat disertasi “Pengembangan Model Asuhan Keperawatan Koping Berbasis Adaptasi Roy dalam Upaya Meningkatkan Resiliensi Pasien Kanker Serviks Post Radikal Histerectomy yang mendapatkan Kemoterapi.” “Sebagai perawat saya punya empati terhadap perempuan yang terkena kanker serviks. Jadi saya berusaha meningkatkan resiliensi terhadap kondisinya. Harapan saya meski perempuan itu menjadi survivor cancer tetapi secara peran fungsi sebagai perempuan tidak terganggu,” jelasnya. Melihat perkembangan penyakit kanker serviks di Indonesia yang menduduki peringkat pertama penyebab kematian perempuan, Esti berhasil meningkatkan resiliensi dengan menggunakan pengembangan Model Adaptasi Roy. Yakni dengan model ini berhasil meningkatkan resiliensi pasien kanker yang bertujuan dapat digunakan sebagai upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bagi perempuan yang menderita kanker serviks.
Esti menjalankan peran sebagai seorang ibu, istri, dosen, perawat, dan aktif dalam organisasi perawat maternitas Jatim. Meski demikian, tak menghalanginya untuk berprestasi di bidang akademik. Meski banyak kendala yang ia alami saat perkuliahan, ia optimis dengan yang dijalani. Sebab ia percaya, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan doa dan usaha. “Selama kuliah S-3, ini pasti ada masalah dan kendala. Tapi saya terus berikhtiar mencari inspirasi untuk memecahkan masalah. Sebab, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Jadi harus semangat, berusaha dan berdoa. Sejatinya berprestasi bukan hanya sekedar prestasi akademik semata, tetapi juga prestasi dalam bidang lainnya,” tambahnya. Makanan Instan’ Tak Menyehatkan
Dessy Wulan Sari wisudawan terbaik S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dengan IPK 3,68. (Foto: Istimewa) SEDANGKAN Dessy Wulan Sari tertarik dengan topik work engagement sebagai satu aspek penting mendorong keberhasilan perusahaan/organisasi.Dari skripsinya yang berjudul “Hubungan
antara Persepsi pada Leader -Member Exchange (LMX) dengan Work Engagement pada Karyawan Tetap Non-Manajerial di Rumah Sakit Bedah Surabaya” ikut mengantarkan meraih predikat wisudawan terbaik S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Ia meraih IPK 3,68. Dalam penelitiannya, dara kelahiran Surabaya tahun 1993 ini mengungkap, isu kepemimpinan menjadi hal yang cenderung dikeluhkan banyak karyawan. Sebanyak 43% dari karyawan responden merasa tidak puas dengan pimpinannya. Karena itu ia tertarik mengkaji hubungan antara persepsi pada LMX dengan tingkat work engagement pada karyawan tetap non-manajerial di Rumah Sakit Bedah Surabaya. “Orang tua terus menyemangati saya untuk segera menyelesaikan studi,” kata anggota Paduan Suara UNAIR ini. Diakui, bukan hal mudah meneliti work engagement dalam instansi/perusahaan. Sebab penelitian ini berkaitan dengan data krusial, seperti turnover, review kinerja karyawan, feedback customer, dan beberapa data lain. Tapi akhirnya pihak RS bersedia. Saat presentasi hasil skripsinya, Dessy sempat merasa kurang percaya diri dengan penelitian ini dan beberapa kali mengalami kejadian tidak mengenakkan, diantaranya kehilangan data kuantitatif yang sudah diolah. “Saya sangat bersyukur karena semua hambatan bermunculan, kini terbayar dengan hasil akhirnya. Melelahkan, tapi pengalaman saya dua semester melakukan penelitian itu cukup membuat saya berproses,” paparnya. Pesan Dessy kepada mahasiswa yang masih berproses, bahwa apapun yang kita kerjakan, nikmatilah prosesnya. Karena ‘makan yang instan’ itu tak selalu menyehatkan. Jadi berproseslah. ”Making a mistake is a proof that we have tried. Itu wajar. Tapi jangan terus bertoleransi dengan kesalahan yang sama. Itu menunjukkan kita tidak belajar dari pengalaman,” tuturnya. (*) Penulis: Disih Sugianti & Lovita Marta Fabela
Editor: Bambang ES
Nadia Wisudawan Terbaik S2 FKG, Eri Susanto Ingin Sempurnakan KBBI UNAIR NEWS – “Karakteristik Scaffold Bovine Hydroxyapatite Gelatin Kitosan Terhadap Viabilitas dan Perlekatan Bone Marrow – Mesenchymal Stem Cell Tikus”, adalah judul tesis Nadia Kartikasari, M.Kes. Penelitian tesis itu ikut mengantarkannya menjadi wisudawan terbaik S-2 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga dalam wisuda September 2016 lalu.
Nadia Kartikasari, M.Kes. wisudawan terbaik Fakultas
S-2
Kedokteran Gigi (FKG) (Foto: Istimewa) Peraih IPK 3,93 ini menjelaskan, hilangnya struktur normal pembentuk bagian tubuh pada tulang masih menjadi tantangan
besar di bidang kedokteran gigi. Penggunaan bahan graft sebagai salah satu metode yang banyak digunakan saat ini masih banyak memiliki kekurangan. “Sebab kekurangan itu, saat ini mulai dikembangkan rekayasa jaringan. Komponen utama yang digunakan dalam rekayasa jaringan adalah scaffold. Pada penelitian ini saya menggunakan scaffold yang terbuat dari bovine hydroxyapatite yang dibuat oleh Bank Jaringan, RSUD Dr. Soetomo, yang dikombinasi dengan gelatin dan kitosan,” kata perempuan penghobi nonton dan jalan-jalan ini. Menjalani studi dengan prinsip manajemen waktu, ternyata tidak menunda pekerjaannya. Sebab ia harus melakoni beragam aktivitas seperti kuliah, tugas, praktik, dan urusan lain. “Selama kuliah saya sibuk di kampus dan tempat praktik. Pagi kuliah dan malam bekerja di tempat praktik,” jelasnya. Sebelum meraih gelar lulusan terbaik jenjang Magister, Nadia juga pernah menjadi wisudawan terbaik S1 FKG UNAIR pada 2013. Selain itu, ia juga pernah mendapat beasiswa pertukaran pelajar untuk program short stay 6 months di Universitas Hiroshima, Jepang. Ditanya pengalamannya selama menempuh studi, ia mendapatkan banyak teman baru dari disiplin ilmu berbeda dalam satu kelas, seperti perawat gigi, kesehatan masyarakat, dan perawat umum. “Walaupun kami berbeda disiplin ilmu tapi kami tetap kompak mendukung satu sama lain,” pungkasnya. Perduli Terhadap Kesempurnaan KBBI
Eri Susanto, M.Hum wisudawan terbaik S-2 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) (Foto: Istimewa) SEMENTARA itu, dalam kamus pun ternyata juga tak lepas dari kekurangan. Kekurangan dalam setiap kamus diperbaiki dalam penyempurnaan atau revisi yang selalu dikerjakan oleh tim editor, dari waktu ke waktu. Hal tersebut dikarenakan oleh bahasa sumber kamus yang berkembang sepanjang waktu. Hal itu menggelitik Eri Susanto, M.Hum untuk melakukan penelitian untuk tesisnya “Evaluasi Kelas Kata pada Lema KBBI IV: Kajian Linguistik Korpus”. Hasilnya? Dari tesis itu ikut menunjang Eri lulus terbaik S-2 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dalam wisuda September 2016. Ia merengkuh IPK 3,86. Dalam penelitiannya, Ia berusaha mendapatkan lema-lema (kata/frase masukan dalam kamus diluar definisi) yang mengalami perkembangan dalam pembagian kelas kata lema di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dan menjelaskan pengaruh frekuensi penggunaan dengan perkembangannya. Selama meneliti, pria asal Grobogan Jateng ini tak mengalami kesulitan, meski butuh waktu dan tenaga. Meraih data-data juga dengan mudah. “Penelitian ini butuh waktu dan tenaga yang lumayan. Penyediaan data sangat mudah, namun pengelompokan dan selanjutnya, seperti telaah data, membuat tertekan dengan diperparah oleh waktu. Namun hasilnya memuaskan,” pungkas pengajar Bahasa Prancis di IFI Surabaya ini.
Eri berharap hasil penelitiannya bisa menyumbang bagi penyempurnaan KBBI, khususnya terkait kelas kata. “Ambil berkah setiap ilmu. Hormati. Laksanakan sebaik mungkin. Terlaksana lebih baik daripada sempurna, karena kesempurnaan sejati adalah kematian diri,” katanya. (*) Penulis: Lovita Marta F & Nuri Hermawan Editor: Bambang Bes
Impor Guru Selektif
Besar
Harus
NEWS UNAIR – Wacana “impor” Guru Besar yang dilontarkan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) direspon positif oleh Rektor UNAIR Prof Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA. Ditemui awak media di ruang kerjanya Rabu pagi (19/10), lelaki kelahiran Gresik itu mengungkapkan, asalkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak dibebani anggaran untuk mereka, tidak ada alasan untuk takut. Yang tak kalah penting pula, jangan sampai kehadiran mereka menghambat proses pengangkatan Guru Besar di PTN masingmasing. Prof. Nasih menuturkan, kehadiran Guru Besar atau Profesor dari luar negeri justru memiliki dampak positif. Mereka bisa melakukan riset atau publikasi bersama akademisi PTN. Sehingga, para dosen yang bertitel Doktor dapat ikut mendapat manfaat. Sebab, proses mereka menuju gelar profesor dapat lebih dipercepat. Transfer ilmu dari para profesor “impor” itu pun dapat menjadi pelecut dan katalisator dalam tubuh PTN. “Kehadiran mereka untuk riset dan publikasi juga bisa menjadi
sarana menguji tingkat kecemburuan para profesor lokal. Maksudnya, para profesor di PTN yang sudah jarang mengajak juniornya melakukan riset dan publikasi mestinya peka. Kalau mereka sudah tidak cemburu dan peka atas kehadiran profesor luar negeri yang ada di kampus, kecintaan mereka pada almamater perlu mulai dipertanyakan,” ungkap dia. Seperti ramai diberitakan di media massa, Menristekdikti M. Nasir mewacanakan masuknya 500 profesor dari luar negeri. Dengan dalih, sebagai pemicu suasana akademik di segala aspek pada perguruan tinggi dalam negeri. Kabarnya, bila kebijakan itu jadi direalisasikan, ada kemungkinan enam sampai sepuluh guru besar akan diterjunkan ke UNAIR. Bila memang demikian, bidang atau fakultas yang menurut Prof. Nasih perlu mendapat “asupan” profesor asing guna penguatan riset dan publikasi antara lain yang berkaitan dengan Humaniora. Keberadaan profesor asing akan membantu jaring relasi internasional pula. “Bahkan, diberi lima puluh guru besar pun kami siap. Asalkan, sekali lagi, kami tidak dibebani anggaran. Bayangkan saja, kalau dari lima puluh profesor itu, setahun bisa menghasilkan publikasi internasional seratus judul, dan itu riset bersama para Doktor kami, manfaatnya sudah pasti besar,” papar dia. (*)v Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Darurat Narkoba Di Indonesia,
Farmasi UNAIR Adakan Seminar NAPZA & PREKURSOR UNAIR NEWS – Departemen Farmasi Klinik UNAIR mengadakan acara Seminar dan Pelatihan NAPZA & PREKURSOR bertajuk “From Regulation, Basic Science, to Clinical Practice”. Sedikitnya ada tiga sesi diskusi dalam acara tersebut dan satu sesi sebagai pelatihan. Para pembicara yang diundang antara lain Prof. Dr. Siti Sjamsiah, Apt., Mahardian Rahmadi,S.Si, Ph.D, Apt., dr. Agus Ali Fauzi, PGD, Pal.Med.ECU., dr. Roni Subagyo, Sp.KJ, Kombes Pol. Kuswardani, S.Si., M.Farm., Apt., dan Dr. Suharjono, MS, Apt. Acara yang berlangsung pada Sabtu (15/10), di ruang RK3.1 Fakultas Farmasi UNAIR dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Farmasi, Dr. Umi Athiyah, MS, Apt. Setidaknya 300 peserta dengan latar belakang disiplin ilmu farmasi memadati ruang seminar. “Peserta secara keseluruhan 90 persen adalah apoteker. Selebihnya adalah mahasiswa profesi, S1, S2 atau S3, bahkan juga ada peserta dari wilayah lain yaitu Balikpapan, Pontianak, Solo, Yogyakarta dan juga perwakilan dari KEMENKES,“ tutur Dr. Suharjono, MS, Apt. Selaku ketua acara, Suharjono menuturkan bahwa Indonesia saat ini sedang terjadi darurat narkoba dengan tersangka dari berbagai kalangan. “Selebritis, oknum aparat PNS, pejabat bahkan juga oknum DPRD,” jelasnya. Melalui seminar dan pelatihan tersebut, Suharjono berharap agar para peserta mampu menambah wawasan intelektual, khususnya terkait jenis-jenis narkoba yang baru. “Dalam hal ini, apoteker lebih tahu dan memahami kejadian di lapangan, sehingga perlu waspada dan mengamankan akan adanya obat
narkotika psikotropika legal atau prekursor yang kemungkinan dapat disalahgunakan,” pungkasnya. (*) Penulis : Akhmad Janni Editor : Dilan Salsabila
Dosen UNAIR Jadi Pembicara dalam Legal Preventive Program Pertamina UNAIR NEWS – Iman Prihandono, Ph.D, Ketua Departemen Hukum Internasional, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, diundang sebagai pembicara pada acara Legal Preventive Program (LPP). Acara ini diselenggarakan oleh Pertamina Refinery Unit VII Kasim bertempat di Sorong, Papua Barat, pada Selasa (18/10). Pada kesempatan ini, Iman menyampaikan materi seputar ‘Audit Bisnis dalam Industri Hilir Migas Ditinjau dari Perspektif Hukum’ kepada sekitar 35 peserta. Mereka diantaranya terdiri dari general manager hingga supervisor lapangan Pertamina Refinery Unit VII Kasim, Sorong, Papua Barat. General Manajer Pertamina RU VII Kasim, I Gusti Bagus Prihanta menyampaikan, kegiatan legal preventive program ini rutin diselenggarakan dua kali dalam satu tahun. Dengan berlangsungnya kegiatan, diharapkan dapat membantu Pertamina untuk meningkatkan kepatuhan hukum dalam menjalankan operasi usahanya. Lokasi Pertamina RU VII yang berada di Kasim, yakni sekitar hampir 100 kilometer dari kota Sorong, memerlukan pengetahuan khusus dalam bidang hukum, terutama hukum yang berkaitan
dengan keadaan sosial. Sebab, letak dan jarak wilayah ini menyebabkan masyarakat dan lingkungan memiliki penanganan yang bersifat khusus. Iman dalam materinya mengemukakan, hadirnya instrumen internasional berkaitan dengan tanggungjawab sosial, masyarakat, dan lingkungan perusahaan. Salah satu diantara instrumen internasional tersebut adalah United Nations Guiding Principles 2011 dan ISO 26000 Guidance on Social Responsibility. Kedua instrumen ini masih bersifat sukarela, dan belum menjadi wajib secara hukum bagi korporasi di Indonesia. Meskipun belum wajib, kedua instrumen ini sangat bermanfaat dalam membantu mengidentifikasi risiko yang dapat ditimbulkan oleh perusahaan, dan bagaimana perusahaan dapat mengambil langkah yang sesuai untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh Febriyani S. Rahayu, S.H. selaku Junior Legal Counsel Dispute Management Pertamina RU VII Kasim yang juga alumnus FH UNAIR, dikemukakan berbagai tantangan yang ditemukan di lapangan. Secara umum, kegiatan ini mendapatkan sambutan yang baik dari karyawan Pertamina RU VII, baik di tingkat manajer sampai pengawas lapangan. Subandi Z selaku Senior Supervisor Legal Counsel Pertamina RU VII Kasim, mengapresiasi kerjasama dengan UNAIR dalam program ini. Ke depan, pihaknya juga akan melanjutkan kerjasama untuk kegiatan LPP lainnya. (*) Editor
: Binti Q. Masruroh
Rita Yuliana Lulus Terbaik S3 FEB, Hafizh Mohammad Ingin Jadi Peneliti UNAIR NEWS – Habis gelap terbitlah terang. Itu yang dirasakan Dr. Rita Yuliana, SE., MSA., Ak, CA., saat ia dinyatakan sebagai wisudawan terbaik S3 (Doktoral) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, dalam wisuda September 2016 lalu. Pasalnya, wisudawan dari prodi Ilmu Akuntansi ini mengaku sempat melakoni pengalaman pahit selama menjalani perkuliahan.
Rita Yuliana wisudawan terbaik S3 (Doktoral) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) (Foto: Istimewa) “Saat ujian proposal saya tidak lulus. Jadi harus mengulang. Waktu itu saya sempat merasa terpuruk. Namun Alhamdulillah, kondisi itu tak sampai lama. Dengan pengalaman pahit itu, saya berhati-hati dalam menyelesaikan disertasi, hingga akhirnya selesai dengan lancar,” ,” ujar wanita asal Madura ini yang
lulus dengan IPK 3,88. Ia mengaku senang dan bersyukur, karena tidak menduga ia menjadi wisudawan terbaik. Baginya, ini satu kejutan hadiah dari Allah SWT yang datang bertubi-tubi pasca kelulusannya itu. Terkait disertasinya, Rita meneliti tentang praktik manajemen laba riil pada pasar modal syariah di Indonesia. Praktik manajemen laba riil di pasar modal syariah itu tidak berbeda dengan pasar modal konvensional. “Namun investor pada pasar modal syariah memiliki kemampuan lebih baik dalam mendeteksi risiko yang terkandung dalam praktik tersebut, apalagi dengan dibantu informasi tentang kualitas audit,” kata wisudawan kelahiran Blitar 1 Juli 1980 ini. Apa kiat-kiatnya dalam meraih prestasi akademik ini?. “Kuncinya akrab dengan semua ketidaknyamanan dan berjuang mengalahkan egoisme diri. Dua hal itu harus diusahakan maksimal. Setidaknya ini bukti bahwa hasil itu tak akan mengkhianati usaha. Semoga rezeki ini semakin menjadikan saya sebagai pribadi yang lebih baik dan berguna untuk semua,” katanya. Setelah lulus ini, dosen Universitas Trunojoyo, Madura, ini masih ingin mengejar mimpinya menjadi seorang professor. “Alhamdulillah, ijazah S-3 ini sudah menjadi salah satu bekal penting saya untuk mengejar mimpi itu. Belajar di UNAIR juga memberi bekal tentang penulisan karya ilmiah serta pondasi ilmu akuntansi yang kuat,” katanya bangga. Hafizh Muhammad Terinspirasi Ingin Jadi Peneliti
Hafizh Mohammad wisudawan terbaik Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga. (Foto: Istimewa) SEMENTARA itu Hafizh Muhammad Noor, S.Pi., menjadi wisudawan terbaik Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga dengan IPK 3,89. Laki-laki asal Sragen (Jateng) ini selama kuliah aktiv di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan kegiatan pengabdian masyarakat di fakultasnya. Kendati aktif dalam organisasi, ia mengaku masih sering melakukan penelitian. Kegemarannya pada penelitian itu maka ia sering dalam magang di beberapa penelitian dosen. Salah satu hasil penelitiannya berjudul “Identifikasi Bakteri Produk Perikanan di Surabaya Timur” sudah terdaftar di salah satu jurnal di FPK UNAIR. Terkait kegemarannya meneliti ini, ia mengaku karena terinspirasi oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Mohammad Amin Alamsyah, yang menjadi pembimbing skripsinya. Mengapa? Karena banyaknya penelitian Prof. Amin yang sudah dipublikasikan. Terkait penelitian skripsinya, Hafizh mengulas karakterisasi
karagenan dari kappaphycus alvarezii dengan pelarut berbeda. Dalam penelitian itu ia jelaskan tentang pengolahan modern rumput laut dengan cara sederhana yang bisa dijadikan suatu produk dengan nilai jual cukup tinggi. Hafizh mengaku tak punya kiat khusus untuk lulus terbaik ini. Ia hanya memaksimalkan kemampuan sebagai mahasiswa, baik saat belajar maupun diluar kuliah. ”Sebenarnya predikat wisudawan terbaik itu berasal dari parameter yang ada, tidak hanya tingginya IPK, tapi juga aktif di beberapa organisasi, bersosialisasi dan bila perlu di kancah internasional dengan mengikuti student exchange,” ujarnya. Karena dukungan keluarga dan para dosennya, Hafizh ingin memperdalam ilmu dengan melanjutkan ke jenjang magister. Kedepan ia berharap bisa aktif melakukan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. “Saya ingin menjadi peneliti. Prof. Amin menginspirasi saya untuk memecahkan beragam masalah perikanan yang ada di Indonesia. Saya berharap bisa melakukannya,” katanya. (*) Penulis: Farida Hariadi dan Dilan Salsabila Editor: Bambang ES
Tim Futsal UNAIR Melaju ke Final Nasional LIMA 2016 UNAIR NEWS – Tim Futsal Universitas Airlangga berhasil melenggang ke babak final nasional ajang LIMA (Liga Mahasiswa) setelah menang tipis dengan skor 7 – 6 atas tim Universitas Negeri Sebelas Maret Solo. Tim futsal UNAIR mengalahkan tim UNS di liga final regional, Rabu (12/10), di pertandingan yang dilangsungkan di Gedung Olahraga Ki Bagoes Hadikoesomo
Universitas Islam Indonesia. Tim futsal yang digawangi oleh Dwi Puji Laksono (Fakultas Hukum), Tommy Arif Nugroho (Fakultas Vokasi), Lucky Darmawan (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Chairil Usman Ohorella (Fakultas Vokasi), dan beberapa pemain lainnya, akan bertanding pada tanggal 15 – 22 Oktober 2016 di GOR Ki Bagoes Hadikoesomo UII. Di babak final, tim futsal UNAIR akan bertemu dengan delapan tim dari universitas lainnya. Kapten futsal, Dwi, mengaku mereka mulai mempersiapkan kekuatan fisik dan teknik-teknik pertandingan. “Persiapan tim UNAIR hanya menambahkan semangat dan tentunya karna kita di sini membawa nama almamater tercinta, dengan sepenuhnya bakal berjuang dengan sepenuh hati,” ujar Dwi. Beberapa anggota tim futsal UNAIR seperti Tommy dan Lucky sebelumnya turut memperkuat skuat futsal Jawa Timur dalam laga PON XIX dan mendapatkan medali perunggu. Tidak hanya itu, dalam laga final futsal Kaskus Central Java Yogyakarta and Nusantara Conference lalu, Tommy mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik putra. Di final, nantinya tim futsal UNAIR akan memberangkatkan setidaknya 20 pemain di laga final nasional. Dwi juga berharap dengan usaha dan persiapan yang sudah matang ini bisa memberikan terbaik untuk almamater. (*) Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S
Ajak Masyarakat Kampus Peduli Lingkungan UNAIR NEWS – Perguruan tinggi memiliki peran dan tanggung jawab dalam membangun dan menciptakan lingkungan dengan civitas yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Sebab, solusi terhadap permasalahan lingkungan bukan hanya persoalan yang mesti diselesaikan oleh para pakar di bidang lingkungan, melainkan persoalan yang mesti kita hadapi bersama-sama. Itulah yang disampaikan Listiyono Santoso., S.S., M.Hum selaku dosen pengampu Mata Kuliah Wajib Universitas (MKWU) yang berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Universitas Airlangga. Kali ini, MKWU UNAIR mengadakan serangkaian acara yang dikemas dalam pekan ilmiah kebangsaan. Pekan ilmiah kebangsaan ini diadakan dengan tujuan menumbuhkan kepekaan dan kepedulian sivitas terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Salah satu acara yang dilangsungkan adalah seminar “Lingkungan Sehat Menuju Bangsa Berkarakter”. Para pembicara pada seminar kali ini adalah orang-orang yang memiliki kepedulian tinggi kepada lingkungan yang meraih penghargaan hingga tingkat internasional. Mereka adalah Prigi Arisandi, S.Si, M.Si (aktivis lingkungan) alumnus Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR, Andi Fadly Arifuddin (musisi dan pemerhati lingkungan) alumnus Fakultas Ekonomi UNAIR, dan Wiwiek Suharti pegiat lingkungan di Surabaya. Seminar dilangsungkan di Aula Kahuripan 300, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR, Senin (10/10). “Persoalan lingkungan bukan hanya persoalan teman-teman yang bergelut pada studi Biologi dan Teknik Lingkungan, tapi persoalan semua anak bangsa. Dan mahasiswa sebagai masyarakat yang terpelajar juga memberikan teladan yang baik dalam rangka membuat lingkungan yang baik dan sehat. UNAIR punya apresiasi dan kepedulian untuk itu,” ujar Listiyono.
Ia menambahkan, masyarakat berkarakter bukan hanya masyarakat yang peduli dengan persoalan politik dan ekonomi, namun masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang sehat. “Karakter bangsa itu terkait dengan persoalan-persoalan yang kita alami setiap hari. Kepedulian terhadap lingkungan itu bagian penting kepedulian terhadap bangsa dan negara. Itu yang betul-betul kita gerakkan,” tambahnya. Dalam rangka menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan, Wiwiek memiliki semboyan yang ia namai dengan 3J. “Jangan tunggu orang lain, mulailah dari diri sendiri. Jangan ingin langsung memiliki dampak besar, mulailah dari hal kecil. Dan jangan tunggu besok, mulailah dari sekarang,” tegasnya. Fadly eks personel Padi alumnus FE jurusan Ekonomi Pembangunan itu, saat ini juga menjadi aktivis urban farming, dengan spesifikasi aquaponik. Ia sering diundang untuk memberikan pelatihan urban farming untuk siswa sekolah maupun para purnabakti untuk mengembangkan kegiatan. “Akuaponik merupakan gambaran sederhana mengenai cara menanam tumbuh-tumbuhan yang tidak membutuhkan lahan lebar dan dengan perawatan yang mudah. Menjadi satu kekurangan dari kota-kota besar yang minim lahan untuk menanam sayuran organik. Akuaponik dapat menjadi salah satu cara yang bisa di lakukan untuk menanam tumbuh-tumbuhan organik dan ramah lingkungan,” ujar Fadly. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S