APPENDIX 1. Summary in Indonesian
THE USE OF VERBAL AND NON-VERBAL COMMUNICATION AND ITS EFFECTS ON STUDENTS : A CASE STUDY OF ENGLISH CLASSES IN LADYBIRD KINDERGARTEN Amelia Kristanti Sapulette, Irfan Rifai English Department, Bina Nusantara University, Jakarta Jl. Kebun Jeruk Raya No 27 Palmerah, Jakarta 11530, Indonesia; (021) 536969,
[email protected]
ABSTRACT There is a big number of Indonesian children attend a school where English is the main language of instruction. However, since English is not the country’s official language, students who come from non-English speaking families do not have much exposure to use the language. This research is conducted to show the effects on teachers’ verbal and non-verbal communication techniques in teaching English language to kindergarten students in Ladybird School. The data was gathered by observing three Kindergarten teachers while teaching in K-1 and K-2. The analysis will be based on the teaching techniques applied by each teacher which was then matched with verbal and non-verbal communication techniques as stated by several theorists, such as Jim Scrivener, Marsue Ferguson,etc. The result of the research shows that verbal and non-verbal communication help improve students’ enthusiasm in learning which was shown through their mixed responses. The result also shows that the rapport between students and teacher, other than proper teaching techniques create positive atmosphere. It is concluded that successful verbal and non-verbal communication and positive teacher-students relationship enable the studentsto use English language during and outside the classroom. (AKS) Keywords : Verbal Communication, Non-verbal Communication, Teaching Techniques, Interaction, Students’ Response
ABSTRAK Banyak anak-anak Indonesia pergi ke sekolah yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa utama dalam memberikan instruksi. Namun, karena bahasa inggris bukanlah bahasa resmi negara Indonesia, murid-murid yang berasal dari keluarga yang tidak berbicara bahasa inggris tidak akan mendapatkan banyak kesempatan untuk menggunakan bahasa tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan efek-efek yang muncul ketika guru-guru menggunakan teknik pengajaran secara verbal dan nonverbal dalam mengajar bahasa inggris kepada anak-anak TK di sekolah Ladybird. Data dikumpulkan dengan mengobservasi tiga guru TK ketika mengajar TK-A dan TK-B. Hasil analisa berasal dari teknik pengajaran yang ditunjukkan oleh masing-masing guru yang kemudian dicocokkan dengan teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang dinyatakan oleh beberapa ahli seperti Jim Scrivener, Marsue Ferguson, dll. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi secara verbal dan nonverbal membantu meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar yang ditunjukkan melalui respon-respon yang diberikan oleh siswa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selain teknik pengajaran yang tepat, hubungan antara guru dan murid dapat membentuk suasana yang positif. Disimpulkan bahwa keberhasilan komunikasi verbal dan nonverbal dan hubungan guru-murid yang positif memampukan murid-murid untuk terlibat dalam menggunakan bahasa inggris selama dan diluar kelas.
63
64 Kata Kunci : Komunikasi Verbal, Komunikasi Nonverbal, Teknik-teknik Mengajar, Interaksi, Reaksi Murid
PENDAHULUAN Sekarang ini banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa instruksi dalam proses belajar mengajar di kelas dan menjadikan bahasa Indonesia hanya sebagai bagian dari mata pelajaran yang tersedia. Pada sekolah-sekolah dengan standar nasional, mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran yang dianggap penting untuk dipelajari dengan jumlah pertemuan minimal 2x dalam satu minggu, lebih dari pelajaran bahasa asing lainnya yang hanya memiliki pertemuan 1x seminggu didalam kelas. Dengan penambahan pertemuan dalam pelajaran Bahasa Inggris, murid-murid diharapkan untuk mampu menguasai bahasa tersebut secara maksimal. Namun, dikarenakan Bahasa Inggris bukanlah bahasa resmi negara Indonesia maka tentunya murid-murid tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk menggunakan Bahasa Inggris diluar jam pelajaran. Oleh karena itu, pentingnya kesadaran guru untuk menggunakan teknik-teknik pengajaran yang tepat ketika mengajar Bahasa Inggris kepada murid-murid yang tidak berbicara Bahasa Inggris sehari-harinya sangatlah diperlukan. Terlebih lagi apabila pelajaran tersebut diberikan kepada anak-anak dengan usia dibawah 7 tahun. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengajar anak-anak usia dini, yaitu : 1. Anak-anak mencontoh apa yang dilihatnya ataupun yang didengarnya. 2. Anak-anak belajar untuk mengeksplor objek-objek disekelilingnya dengan bermain. 3. Anak-anak memiliki tingkat konsentrasi yang sangat singkat. *Sumber dari Cameron (2002) dan Kang (2006) Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan diatas maka guru memerlukan teknik pengajaran yang tepat dalam mengajar agar anak-anak tidak hanya mampu untuk berkonsentrasi lebih lama dalam pelajaran yang sedang disampaikan, tapi juga dapat menggunakan Bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Kedua teknik yang diperlukan adalah teknik pengajaran secara verbal dan teknik pengajaran secara nonverbal. Topik mengenai teknik pengajaran secara verbal dan nonverbal dipilih karena teknik pengajaran merupakan salah satu faktor yang bisa membawa dampak positif bagi murid dalam belajar namun seringkali terlewatkan oleh para guru, entah dengan adanya alasan-alasan tertentu seperti, sudah nyaman dengan satu teknik mengajar, atau menganggap bahwa variasi teknik dalam mengajar itu sulit untuk dilakukan, dan lain lain. Ada dua pokok permasalahan yang terdapat di skripsi ini, yaitu (1) Bagaimana guru-guru TK mengekspresikan komunikasi verbal dan nonverbal selama proses belajar mengajar? Dan yang kedua (2) Bagaimana respon yang diberikan oleh murid-murid terhadap instruksi verbal dan nonverbal yang diberikan oleh guru-guru? Ruang lingkup penelitian ini melibatkan tiga guru TK dan murid-murid TK-A dan TK-B dari sekolah Ladybird dengan rata-rata usia sekitar 5 sampai 6 tahun. Penulis akan mengobservasi masingmasing guru selama pelajaran berlangsung mulai dari tanggal 06 April-04 Mei 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab pokok-pokok permasalahan yang disebutkan seperti mengidentifikasi teknik-teknik pengajaran verbal dan nonverbal masing-masing guru dan melihat respon yang ditunjukkan anak-anak terhadap teknik-teknik pengajaran yang diberikan oleh masing-masing guru. Melalui penelitian ini, penulis juga berharap agar pembaca (khususnya guru) bisa mendapatkan informasi mengenai pentingnya menggunakan teknik pengajaran secara verbal dan nonverbal yang bervariasi dalam mengajar Bahasa Inggris kepada anak-anak. Ada dua karya ilmiah yang dipakai sebagai dasar penulisan skripsi ini. Karya ilmiah yang pertama ditulis oleh Nia Hidayati pada tahun 2013 dengan judul Teacher’s Method and Student’s Response in English Teaching and Learning of Fifth Grade Student at SDN School Utara 17 Pagi. Penelitian ini membahas tentang persamaan dan perbedaan antara kelas A dan B dalam pengaplikasian Grammar Translation Method. Selain itu, penulis juga membahas mengenai respon yang diberikan murid-murid selama proses belajar berlangsung. Penelitian ini menggunakan teoriteori seperti theory of describing young learners, teaching methodology, classroom management, students’ response, and attitude. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode-metode pengajaran yang dilakukan didalam kelas mendukung proses belajar mengajar dan menciptakan kondisi kelas yang interaktif. Karya ilmiah yang kedua ditulis oleh Suryana pada tahun 2007 dengan judul Instruction Techniques in Relation to Roles of Teacher : a Case Study of Preschool Class at Kairos Gracia Christian School. Dengan teori-teori seperti the roles of teacher dan instruction techniques, penulis merumuskan dua pokok permasalahan yaitu, mengenai teknik instruksi yang diberikan oleh guru
65 didalam kelas dan keuntungan-keuntungan apa yang dihasilkan dari penggunaan teknik-teknik tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini, penulis menemukan bahwa instruksi-instruksi yang disampaikan memberikan dampak dalam proses belajar mengajar selama instruksi tersebut disampaikan dengan jelas. Berdasarkan dua karya ilmiah tersebut, penelitian baru ini muncul dengan judul The Use of Verbal and Non-Verbal Communication and Its Effects on Students : a Case Study of English Classes in Ladybird Kindergarten. Teori-teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain instruction techniques, visual aids, dan theory of interaction.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dimulai dengan pencarian topik yang berhubungan dengan teaching. Kemudian, topik mengenai teknik instruksi dalam mengajar Bahasa Inggris untuk anak-anak dipilih karena hal ini mungkin dianggap kurang penting bagi kebanyakan orang, namun sebenarnya penting untuk membantu murid dalam belajar. Setelah itu, penulis mencari teori-teori yang berkaitan tentang teknik instruksi dalam mengajar seperti theory of instructions, visual aids, dan theory of interactions dari beberapa penulis. Untuk referensi lainnya didapatkan melalui internet. Referensi tambahan berupa buku, artikel, dan jurnal yang berkaitan dengan topik ini. Sebagai ilustrasi dari teknik-teknik pengajaran yang dilampirkan oleh beberapa theorists, penulis mencari sekolah TK untuk mengadakan observasi. Observasi ini dilakukan ini Sekolah Ladybird Preschool and Kindergarten yang berlokasi di Jakarta Barat. Tiga guru wali (Ms. Evi, Ms. Dian, Ms. Tina) kelas TK-A dan TK-B dipilih untuk memberikan variasi dalam penggunaan teknik mengajar yang berbeda-beda. Selanjutnya, penulis menyiapkan daftar kriteria teknik-teknik pengajaran yang digunakan sebagai penilaian masing-masing guru menurut beberapa theorists. Observasi kelas dimulai pada tanggal 06 April hingga 04 Mei 2015 dan dilakukan satu kali dalam seminggu. Berikut dibawah ini merupakan jadwal observasi masing-masing guru beserta daftar kriteria penilaian yang digunakan untuk pengumpulan data : Tabel 3.1 : Jadwal Observasi Ms. Evi No
Tanggal Observasi
Waktu
1
Senin, 06 April 2015
09.50 am-10.30 am
2
Senin, 13 April 2015
09.50 am-10.30 am
3
Senin, 20 April 2015
09.50 am-10.30 am
4
Senin, 27 April 2015
09.50 am-10.30 am
Tabel 3.2 : Jadwal Observasi Ms. Dian No
Tanggal Observasi
Waktu
1
Senin, 06 April 2015
08.30 am-09.10 am
2
Senin, 13 April 2015
08.30 am-09.10 am
3
Senin, 20 April 2015
08.30 am-09.10 am
4
2015 Senin, 27 April 2015
08.30 am-09.10 am
66 Tabel 3.3 : Jadwal Observasi Ms. Tina No
Tanggal Observasi
Waktu
1
Jumat, 10 April 2015
08.30 am-09.10 am
2
Jumat, 17 April 2015
08.30 am-09.10 am
3
Jumat, 24 April 2015
08.30 am-09.10 am
4
Senin, 04 Mei 2015
08.30 am-09.10 am
NO
CRITERIAS VERBAL COMMUNICATION
1
Does the teacher speak clearly to the students? (Besson, 2013)
2
Does the teacher speak slowly to the students? (Sypnieski, 2012)
3
Does the teacher use simple and short sentences? (Scrivener, 2011)
4
Does the teacher use appropriate language in the classroom? (Schmitz, 2012)
5
Does the teacher use drilling in the classroom?
6
Does the teacher check the students’ understanding? (Scrivener, 2011)
7
Does the teacher give a demonstration to the students? (Scrivener, 2011)
8
Does the teacher play with intonation? (Besson, 2013) NON-VERBAL COMMUNICATION
9
Does the teacher use various tone of voice? (Besson, 2013)
10
Does the teacher sit at the same level with the students? (Besson, 2013)
11
Does the teacher stand in confidence in front of the students? (Besson, 2013)
12
Does the teacher make eye contact with more than one student? (Moore, 2009)
13
Does the teacher use hand gesture? (Besson, 2013)
14
Does the teacher show different facial expressions? (Besson, 2013)
15
Does the teacher use visual aids? (Kang, 2006)
Setelah mengumpulkan data, langkah selanjutnya adalah analisa. Analisa akan dibagi menjadi dua bagian. Pada bagian yang pertama, penulis akan menjabarkan hasil observasi masingmasing guru berdasarkan teknik pengajaran secara verbal, nonverbal, dan penggunaan visual aids selama proses belajar berlangsung. Lalu pada bagian kedua, penulis akan memaparkan hasil observasi terhadap respon yang diberikan murid-murid didalam dan diluar jam pelajaran. Bagian ini akan dibagi menjadi dua, yaitu : interaksi para murid dalam belajar (interaksi guru-murid) dan interaksi dalam bersosialisasi (interaksi murid-murid).
67
HASIL DAN BAHASAN Hasil penelitian dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah verbal komunikasi. Pada bagian ini, verbal komunikasi dijabarkan dalam beberapa sub bab. Sub bab yang pertama adalah, speaking clarity, dimana penampilan masing-masing guru diamati berdasarkan volume dalam berbicara, penyusunan kalimat, dan pengurangan kata fillers. Pada penampilan guru yang pertama yaitu, Ms. Evi, ia mampu mengatur volume suaranya dengan tepat. Dalam percakapan biasa ia akan menggunakan volume yang sedang, namun ketika memberikan arahan kepada murid-murid, ia akan menggunakan volume yang lebih keras. Ms. Evi juga merendahkan volume suaranya untuk menarik perhatian murid, contohnya : “Can you spell me fly?”. Ketika ia mengucapkan “fly” ia merendahkan volume suaranya agar murid-murid memperhatikan dengan baik apa yang diucapkan olehnya. Penampilan guru yang kedua yaitu, Ms. Dian, menunjukkan bahwa ia seringkali menggunakan volume suara yang keras ketika mengajar. Hal ini disebabkan karena Ms. Dian memiliki tipe suara yang halus, sehingga apabila ia mengecilkan volume suaranya, murid-murid mulai kehilangan konsentrasi dalam belajar. Penampilan guru yang ketiga, Ms. Tina, lebih sering menggunakan volume yang sedang ketika berbicara. Beberapa kali ia juga menaikkan volume suaranya untuk menarik perhatian muridmurid. Misalnya, ketika awal pelajaran dimulai, ketika akan memulai aktivitas, tapi ketika masuk kedalam penjelasan, ia akan kembali menggunakan volume suara yang sedang. Dalam penyusunan kalimat, ketiga guru ini memiliki persamaan dalam memulai pelajaran. Semuanya selalu diawali dengan ucapan selamat pagi kemudian bernyanyi, setelah itu masuk kepada topik pelajaran. Sedangkan untuk perbedaan ketiga guru ini terdapat pada cara mereka memberikan kalimat penuntun untuk masuk ke topik pelajaran. Ms. Evi, biasanya akan memberikan informasiinformasi kepada murid-murid. Contohnya : “Look, Auntie Evi has brought some insects and small creatures here. They are real, you know.”. Kemudian Ms. Dian dalam memberikan kalimat penuntun biasanya akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada murid-murid seperti, “Do you have a mouth? Do you have legs?”. Lalu, kalimat penuntun yang diberikan Ms. Tina lebih kepada praktek dimana ia akan meminta murid-murid untuk berhitung bersama atau individu. Penggunaan kata fillers jarang ditemukan pada ketiga guru ini. Namun, apabila ketiganya dibandingkan, Ms. Dian adalah pengguna fillers terbanyak. Ms. Dian menggunakan fillers pada minggu pertama dan kedua. Contoh fillers yang dipakai olehnya adalah “so” dan “uh”. Sedangkan fillers tidak ditemukan pada kedua guru lainnya sepanjang observasi. Sub bab yang kedua adalah tempo saat berbicara. Menurut Tobias (2008) orang dewasa ratarata berbicara sekitar 170 kata per menit dalam L1, sedangkan anak-anak usia 5-7 tahun dapat berbicara sekitar 120 kata dalam 1 menit. Berdasarkan hasil observasi, ketiga guru ini berbicara kurang dari 170 kata dalam waktu 1 menit. Tempo yang mereka gunakan ketika menyampaikan pelajaran tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Ketiga adalah, penggunaan kata-kata yang sederhana. Secara keseluruhan ketiganya menggunakan kalimat-kalimat sederhana dalam penyampaian pelajaran sehingga anak-anak pun mudah untuk mengerti apa yang diucapkan oleh guru. Pada sub bab ini, penulis juga mengamati jenis kalimat yang digunakan oleh masing-masing guru. Hasilnya ditemukan bahwa Ms. Dian dan Ms. Tina menggunakan jenis kalimat yang complex walaupun bentuk kalimatnya sederhana dan dipahami oleh anak-anak. Sedangkan complex sentences tidak ditemukan pada Ms. Evi. Keempat adalah, penggunaan kata-kata yang pantas. Bagian ini dibagi menjadi dua yaitu, kepantasan kalimat berdasarkan tingkat kesulitan dan kepantasan kalimat berdasarkan nilai-nilai moral. Selama observasi tidak ditemukan adanya penggunaan idiom atau kata-kata yang sulit untuk dimengerti. Hanya ditemukan beberapa kesalahan grammar pada masing-masing guru. Ketiga guru ini menunjukkan kata-kata yang termasuk dalam kategori sopan seperti, “please”, “thank you”, “sorry”, dan bahkan salah satu guru tersebut, Ms. Tina, menerapkan tingkat kedisiplinan yang cukup tinggi untuk anak-anak TK-B. Sub bab yang kelima adalah, teknik drilling yang digunakan untuk membantu anak-anak mengingat vocabulary atau benda-benda. Teknik ini digunakan oleh ketiga guru tersebut dengan cara yang berbeda. Contohnya, teknik drilling yang digunakan Ms. Evi dan Ms. Dian adalah pengulangan kalimat menggunakan kalimat lengkap seperti “It’s a green grasshopper” atau “He is listening to the music”. Pengulangan kalimat-kalimat tersebut dilakukan secara bersama-sama. Sedangkan Ms. Tina melakukan teknik drilling secara bersamaan kemudian dilakukan kembali per kelompok dalam satu meja.
68 Sub bab keenam merupakan pemeriksaan pemahaman murid, dimana ketiga guru ini melakukan dengan cara yang berbeda-beda. Ms. Evi sengaja menyebutkan kata yang salah pada objek yang ia maksud untuk melihat apakah murid-murid sadar bahwa itu tidak benar. Ms. Dian melakukan tes secara individu dengan memanggil satu persatu murid untuk mengeja kata atau maju kedepan dan menulis kata. Ms. Tina melakukan pengecekan secara bersama-sama kemudian ia akan memilih beberapa murid yang dianggap kurang mengerti untuk menjawab sendirian. Sub bab ketujuh adalah teknik demonstrasi dimana guru akan memberikan penjelasan dan contoh sebelum murid melakukan aktivitas. Dalam memberikan instruksi, Ms. Evi menjelaskan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan. Setelah itu, ia akan bertanya kepada murid-murid apa yang harus dilakukan untuk menjawab soal selanjutnya. Teknik demonstrasi yang digunakan Ms. Dian dan Ms. Tina hampir sama yaitu, menjelaskan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan tapi mengecek ulang apakah murid-murid sudah benar-benar mengerti dalam menjawab soal-soal tersebut. Sub bab kedelapan adalah intonasi. Bagian ini dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah attitudinal function yaitu intonasi yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan dari pembicara. Contoh : Ms. Evi Ticia screamed to YOU? (mengekspresikan perasaan ragu dengan pernyataan murid) Ms. Dian Let’s go HOME? (memberikan kesan bercanda dan tidak serius) Ms. Tina SHAWN, the number BETWEEN 99 and 101? (menunjukkan mood sebagai controller bahwa pertanyaan hanya ditujukan untuk murid yang namanya dipanggil) Bagian yang kedua adalah grammatical function yaitu penjelasan bentuk kalimat untuk mengetahui apakah kalimat itu berupa pertanyaan, statement, atau persetujuan. Pada contoh yang terdapat diatas, kalimat Ms. Evi ingin murni hanya pertanyaan. Kalimat yang diucapkan oleh Ms. Dian merupakan kalimat pertanyaan yang mengarah kepada persetujuan. Sedangkan kalimat yang diucapkan Ms. Tina merupakan kalimat penegasan bahwa pertanyaan tersebut hanya dikhususkan untuk Shawn. Sub bab kesembilan adalah tone suara Dari hasil observasi menunjukkan bahwa ketiga guru memakai tone suara yang bervariasi seperti antusias, senang, marah, mengerikan, penasaran, dan sebagainya. Dari ketiga guru tersebut, ditemukan bahwa Ms. Evi paling sering menggunakan tone suara yang beragam. Sedangkan Ms. Dian dan Ms. Tina beberapa kali menggunakan tone suara selama proses belajar berlangsung. Bagian selanjutnya adalah komunikasi nonverbal yang terdiri dari posisi tubuh, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata. Untuk posisi tubuh, ketiga guru tersebut terlihat percaya diri berhadapan dengan murid-murid didepan kelas selama mengajar. Kesamaan yang terlihat diantara mereka adalah guru-guru ini akan duduk didepan pada awal pelajaran untuk menyapa murid-murid. Selanjutnya, Ms. Evi akan langsung berdiri dan berpindah-pindah posisi agar murid-murid mendapatkan perhatian yang sama. Sedangkan Ms. Dian dan Ms. Tina biasanya akan duduk lebih lama dan beberapa saat berdiri walaupun seringkali mereka hanya berdiri disatu tempat saja yaitu ditengah. Selanjutnya ada gerak tubuh dimana ketiga guru ini sering menggunakan tangan sebagai pendukung dalam mengajar. Ketiganya menggunakan gerakan yang bervariasi. Gerakan-gerakan yang dilakukan seperti melambai, tepuk tangan, atau menaruh satu jari didepan mulut dapat menciptakan respon yang berbeda-beda terhadap murid. Dalam bermain ekspresi wajah, Ms. Evi memberikan beragam ekspresi yang dapat menarik perhatian murid-murid. Contohnya, ekspresi ketakutan, terkejut, dan sebagainya. Ms. Dian dan Ms. Tina juga menampilkan beberapa ekspresi wajah meskipun jarang dilakukan. Komunikasi nonverbal yang terakhir adalah kontak mata. Ditemukan bahwa kontak mata yang diberikan masing-masing guru seimbang untuk semua murid. Karena jumlah murid yang tidak banyak (13 dan 12), kontak mata yang diberikan pun sama. Tidak ditemukan adanya kontak mata yang mengintimidasi murid seperti kontak mata yang terlalu lama pada satu murid ketika mengerjakan aktivitas atau lainnya. Penggunaan visual aids didalam kelas juga mendukung proses belajar mengajar karena dengan adanya objek yang dapat dilihat dan disentuh murid, mereka tidak perlu bingung membayangkan seperti apa objek yang disebutkan oleh guru. Ketiga guru ini menggunakan visual aids yang berbeda-beda seperti, Ms. Evi yang menggunakan mainan serangga dan binatang-binatang kecil, mainan dinosaurus, dan serangga-serangga hidup. lalu, Ms. Dian yang menggunakan objekobjek didalam kelas dan flashcards. Kemudian, Ms. Tina yang juga menggunakan mainan dinosaurus dan serangga-serangga, dan flashcards tentang serangga dan binatang kecil.
69 Penulis juga membahas mengenai respon yang diberikan murid-murid terhadap instruksi guru-guru. Respon para murid ini dibagi menjadi dua yaitu respon ketika pelajaran berlangsung dimana keaktifan murid dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan diamati, antusiasme mereka dalam mendapatkan nilai 100, sekaligus kerajinan murid dalam pengumpulan pr setiap minggunya. Dan respon yang kedua dilihat berdasarkan interaksi sesama murid menggunakan Bahasa Inggris serta kondisi kelas selama pelajaran berlangsung. Di kelas TK-A dengan wali kelas Ms. Evi dan Ms. Dian ditemukan bahwa hampir semua murid aktif melibatkan diri mereka dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Sedangkan di kelas TK-B dengan wali kelas Ms. Tina ditemukan bahwa sebagian murid memang aktif didalam kelas namun beberapa murid tidak mau untuk terlibat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dalam meraih nilai yang tinggi kedua kelas ini menunjukkan antusiasme yang sama. Bahkan sebelum tes diberikan beberapa murid akan berbicara kepada teman-temannya bahwa mereka akan mendapatkan nilai 100. Memang kebanyakan dari mereka mendapatkan nilai 100, tapi ada juga murid-murid yang yakin bahwa dirinya bisa mendapatkan nilai 100 namun tidak berhasil. Setiap minggunya para murid mendapatkan pekerjaan rumah dari guru-guru. Tugas yang diberikan wajib untuk dikerjakan dan dikumpulkan setiap hari senin. Pada kelas TK-A seluruh murid mengumpulkan tugas-tugas tanpa terkecuali. Ketika mereka masuk ke kelas, mereka akan langsung mengumpulkan pr mereka. Sedangkan pada kelas TK-B ada satu atau dua murid yang setiap minggunya lupa membawa pekerjaan rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari murid ingin mendapatkan predikat yang baik dimata gurunya. Respon murid juga diberikan melalui interaksi dengan sesamanya menggunakan Bahasa Inggris. Dengan teknik instruksi secara verbal dan nonverbal, murid-murid didorong untuk berbicara menggunakan Bahasa Inggris setiap hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa seluruh murid baik TK-A dan TK-B berinteraksi menggunakan Bahasa Inggris. Dengan adanya teknik pengajaran yang bervariasi, suasana didalam kelas juga berbeda-beda. Di kelas Ms. Evi, suasana kelas akan terasa penuh semangat dan ceria. Ketika pelajaran Ms. Dian, suasana kelas akan berubah menjadi cukup tenang dan nyaman. Di kelas Ms. Tina, suasana kelas terlihat cukup serius selama pelajaran berlangsung. Sehingga ditemukan bahwa teknik pengajaran juga akan mempengaruhi respon murid-murid didalam kelas.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa masing-masing guru memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan pelajaran. Guru yang pertama, Ms. Evi, sering menggunakan teknik nonverbal ketika mengajar. Ia mampu bermain dengan intonasi, expresi wajah, gerak tubuh, bahkan penggunaan kalimat-kalimat sederhana dalam menjelaskan suatu topik. Sehingga penggabungan kedua teknik inilah yang sepertinya menjadikan murid-murid terasa antusias belajar dengan Ms. Evi. Guru yang kedua, Ms. Dian lebih sering menggunakan teknik instruksi secara verbal. Ia tidak menggunakan banyak ekspresi wajah atau tone suara. Terlepas dari teknik pengajaran, guru ini mampu untuk membuat anak-anak merasa nyaman sepanjang pelajaran berlangsung karena ia memiliki kedekatan emosional dengan para murid. Guru yang ketiga, Ms. Tina, juga lebih banyak menggunakan teknik instruksi verbal dibandingkan teknik nonverbal. Ketika berada didalam kelas, ia akan memeriksa apakah murid-murid sudah mengerti pelajaran yang disampaikan. Ia juga mengajarkan murid-murid TK-B untuk disiplin dengan peraturan. Untuk respon yand ditunjukkan murid-murid juga bervariasi. Ada murid-murid yang memang semangat dan rajin dalam belajar, antusias untuk mendapatkan nilai 100, tapi sebaliknya ada juga murid-murid yang sepertinya tidak ingin terlibat dalam proses belajar dan menjadi pasif. Para murid juga seluruhnya percaya diri berbicara menggunakan Bahasa Inggris baik itu dengan guru maupun dengan sesama murid. Sugesti yang dapat diberikan adalah ada baiknya apabila guru melibatkan seluruh murid dalam proses belajar mengajar. Kemampuan guru-guru dalam menggunakan teknik verbal dan nonverbal juga dapat terus dilatih melalui evaluasi pribadi maupun training dengan pakar yang profesional. Selain itu, guru-guru juga diharapkan untuk dapat membangun hubungan yang baik dengan muridmurid. Berusahalah untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman sehingga murid-murid memiliki inisiatif untuk melibatkan dirinya dalam proses belajar. Guru-guru juga dapat memberikan pujian sehingga murid-murid yang kurang percaya diri bisa berubah menjadi lebih percaya diri, namun gunakan pujian secukupnya.
70 Untuk mereka yang ingin melakukan penelitian menggunakan teknik instruksi dan interaksi, penulis menyarankan agar penelitian dapat dilakukan pada level kelas yang berbeda. Selain itu, penelitian juga dapat dikembangkan melalui penjelasan yang lebih mendalam baik itu dari tipe-tipe, fungsi, ataupun subjek tertentu.
REFERENSI Arrends, R. I. (2008). Learning to Teach (8th ed.). New York City: McGraw-Hill. Barros, D. (2009). Everyday English Expressions in Class. Porto: CFR VIGO. Besson, C. (2013). The Importance of Non-Verbal Communication in Professional Interpretation. The AIIC Webzine , 4-10. Bradshaw, W. B. (2013, October 19). Why Grammar Is Important. Retrieved June 30, 2015, from Huffington Post: 1 Cohen, S. (2015). Tips on Public Speaking : Eliminating The Dreaded 'Um'. Communicating With Influence , 1-2 BIBLIOGRAPHY Darn, S. (2006, June 8). Teaching English. Retrieved June 30, 2015, from British Council: https://www.teachingenglish.org.uk/article/checking-understanding Ferguson, M. (2009). Becoming a Creative Teacher. Central Jakarta: Regional English Language Office. Grady, W. (2007). How Children Learn Language. Cambridge: Cambridge University Press. Kang, J. (2006). Ten Helpful Ideas for Teaching English to Young Learners. English Teaching Forum , 2-7 BIBLIOGRAPHY Kapalka, G. (2009). 8 Steps to Classroom Management Success : a Guide for Teachers of Challenging Students. Thousand Oaks, California: Corwin. Lloyd-Hughes, S. (2015). How clarity clearly clears up confusion and clutter. London: Ginger Press. McCLaren, R. (2012). Active Learning in the Classroom:Common Understandings . Oklahoma: Heartland Press. Nitsche, P. (2012). Non-verbal Classroom Management : Group Strategies That Work. Talk Less, Do More , 1-7. Rambo, R. (2015, January 26). English Composition 1 : Sentences : Simple, Compound, and Complex. Retrieved June 30, 2015, from 2.ivcc.edu: http://www2.ivcc.edu/rambo/eng1001/sentences.htm Schmitz, A. (2012). Improving Verbal and Nonverbal Group Interactions . An Introduction to Group Communication , 195-225. Scrivener, J. (2011). Learning Teaching : The Essential Guide to English Language Teaching. Oxford: Macmillan Education. Sengupta, S. (2012). Verbal Communication Skills. Academia Education , 15-22. Sypnieski, L. (2012, March 12). Do's & Don'ts For Teaching English-Language Learners. Retrieved June 30, 2015, from Edutopia: http://www.edutopia.org/blog/esl-ell-tips-ferlazzo-sypnieski# BIBLIOGRAPHY Tice, J. (2004, October 18). Drilling 1. Retrieved June 30, 2015, from British Council: https://www.teachingenglish.org.uk/article/drilling-1 Tobias, S. (2008, August 22). Speaking Slowly Helps Children Learn. Retrieved June 30, 2015, from Bridges 4 Kids: http://www.bridges4kids.org/articles/9-08/WichitaEagle8-22-08.html
RIWAYAT PENULIS Amelia Kristanti Sapulette lahir di kota Jakarta pada 23 Oktober 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang sastra pada 2015. Saat ini bekerja sebagai guru di Sekolah Dian Harapan.