1 Jurnal Science Midwifery 2010
EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORHOE PRIMER PADA MAHASISWA THE INFLUENCE OF WARM COMPRESS TOWARD PRIMER DYSMENORRHEAL PAIN ON THE STUDENT OF PAMENANG MIDWIFERY ACADEMIC Sukma Amperiana Akademi Kebidanan Pamenang Pare, Kediri
ABSTRAK Dismenorhoe primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Kompres hangat merupakan salah satu cara untuk mengurangi nyeri dismenorhoe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest - post test with control design. Populasi yang diteliti adalah semua mahasiswa Akbid Pamenang Tahun 2010 berjumlah 290 mahasiswa dengan menggunakan teknik accidental sampling diperoleh 30 mahasiswa sebagai responden. Pengukuran menggunakan lembar observasi dan hasilnya dianalisa dengan menggunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan nyeri dismenore primer pada mahasiswa sebelum pemberian kompres hangat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori moderate yaitu 20 responden (66,67%) dan dalam kategori severity sebanyak 10 responden (33,33%). Setelah pemberian kompres hangat diketahui dalam kategori moderate yaitu 19 responden (63,33%), dalam kategori severity sebanyak 8 responden (33,33%) dan dalam kategori Mild 3 responden (10%). Hasil analisis menunjukkan ada efektifitas yang signifikan kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010, dengan selisih skor maksimal setelah perlakuan -4 pada kelompok perlakuan dengan (p value = 0,000 < α=0,05)dan -2 pada kelompok kontrol dengan (p value = 0,836 > α=0,05). Bagi mahasiswa yang mengalami dismenorhoe diharapkan dapat menggunakan metode kompres hangat untuk mengurangi nyeri dismenorhoe yang terjadi. Kata Kunci : Kompres Hangat, Nyeri, Dismenorhoe ABSTRACT Primer dysmenorrheal has high frequent, more than 50% women has possibility and 15% among them has severe pain. The warm compress was a anti pain method. This research goal was determining the influence of warm compress toward primer dysmenorrheal pain on the student of Pamenang Midwifery Academic 2010. This research design was pretest - post test with control design. The Population was all student of Pamenang Midwifery Academic 2010 amount 290 respondents with accidental sampling to get 30 student as respondents, The variables measurement was using observation method and the result was analyzed by t-test. The research result was shown the primer dysmenorrheal on the student before the warm compress giving known most of respondent has moderate pain amount 20 respondents (66,67%), and the severity pain amount 10 respondents (33,33%). After the warm compress giving, the moderate pain was happen on 19 respondents (63,33%), in the severity pain was 8 respondents (33,33%) and the mild pain happen on 3 respondents (10%). The Analysis result shown there was influence of warm compress toward primer dysmenorrheal pain on the student of Pamenang Midwifery Academic 2010, the maximal score gap was 4 on the experiments group with p value = 0,000 < α=0,05 and -2 on control group with p value = 0,836 > α=0,05. For the dymenorrheal students it was suggested to implemented the warm compress method to reduce or avoid the dysmenorrheal pain was happen. Keywords : Warm Compress, Pain, Dysmenorrhea
2 Jurnal Science Midwifery 2010
PENDAHULUAN Wanita usia subur seringkali menjelang menstruasi mengalami suatu keadaan kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenorhoe. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenorhoe dikelompokkan sebagai dismenorhoe primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenorhoe sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (PKBI, 2005). Dismenorhoe primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dismenorhoe primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama (Medicastore, 2008). Hasil penelitian Wahyuti tahun 2001, pada Propinsi Jawa Timur, 46% remaja putri mengalami dismenorhoe. Hasil studi pendahuluan pada kelas V-B Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri pada bulan Desember 2009, dari 46 mahasiswa, diketahui 30 orang (65,21%) mengalami dismenorhoe. Dismenorhoe menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenorhoe juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah. (Junizar, 2007) Nyeri pada dismenorhoe primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. erja prostaglandin, zat seperti hormon yang menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi, merupakan instrumen utama dismenorhoe. Kadar prostaglandin
sepertinya tidak berhubungan dengan tingkat dismenorhoe; beberapa wanita terlihat memiliki kadar prostaglandin tinggi tanpa efek-efek sampingan, dimana yang lain dengan kadar normal menderita gejala yang berat. Faktor-faktor lain, termasuk perbedaan anatomi, kecenderungan genetik, dan stres, juga dapat memainkan peran (Junizar, 2007). Dismenorhoe salah satu bentuknya adalah kram pada perut bawah, maka untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan kompres hangat di daerah perut (Medicastore, 2007). Kompres hangat cukup efektif untuk mengurangi nyeri saat dismenorhoe karena fungsi dari kompres hangat di daerah perut akan memberikan efek pelebaran pembuluh darah sehingga dapat mengurangi nyeri inflamasi (Sulanto, 2007). Penggunaan kompres hangat masih jarang dilakukan untuk itu diperlukan sosialisasi kepada remaja putrid tentang cara penanganan ini yang terbilang cukup mudah untuk dilaksanakan melalui penyuluhan maupun konseling di sekolah. Berdasarkan masalah di atas, maka perlu untuk mengetahui efektifkah kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan Quassy Experimental dengan rancangan pretest - post test with control design yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari perlakuan tertentu. Dimana responden dilakukan perlakuan yaitu kompres hangat dan variabelvariabel lain dilakukan dengan musik saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010 Akbid Pamenang tahun 2010. Populasi yang digunakan adalah Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Akbid Pamenang Tahun 2010 berjumlah 290 mahasiswa dalam pengambilan sampel disesuaikan kreteria inklusi dan eksklusi sejumlah 15 mahasiswa diberi
3 Jurnal Science Midwifery 2010
perlakuan kompres hangat (kelompok perlakuan) dan 15 mahasiswa tidak diberi perlakuan kompres hangat (kelompok kontrol) dengan menggunakan teknik sampling accidental sampling. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data terdiri dari dua macam yaitu Data Umum dan Data Khusus. Data Umum menyajikan karakteristik secara global meliputi data tentang riwayat obstetric, frekwensi disminorhoe. Sedangkan Data Khusus menyajikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari data nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa sebelum pemberian kompres hangat pada kelompok perlakuan, nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa sebelum pemberian kompres hangat pada kelompok kontrol, nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa setelah pemberian kompres hangat pada kelompok perlakuan, nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa setelah tanpa pemberian kompres hangat pada kelompok kontrol dan efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010.
Gambar2.Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Dismenorhoe di Akademi Kebidanan Pare Kediri Tahun 2010 Berdasarkan gambar 2. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami dismenorhoe kadang kala yaitu 15 responden (50%), sedangkan sebagian kecil responden selalu mengalami dismenorhoe adalah 6 (20%). No.
Kategori Nyeri
1
No Pain
0
0,00
2
Mild
0
0,00
3
Moderate
13
86,67
4
Severity
2
13,33
15
100
Jumlah
Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Obstetri di Akademi Kebidanan Pare Kediri Tahun 2010 Berdasarkan gambar 1. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki riwayat obstetri yaitu 23 responden (77%), sedangkan sebagian kecil responden memiliki riwayat obstetri adalah 7 responden (23%).
Frekuensi Prosentase
Tabel 1 Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Sebelum Pemberian Kompres hangat pada Kelompok Perlakuan Di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori moderate yaitu 13 responden (66,67%) dan tidak ada (0%) responden yang mengalami nyeri dalam kategori Nopain dan Mild.
4 Jurnal Science Midwifery 2010
No.
Kategori Nyeri
Frekuensi Prosentase
No.
Kategori Nyeri
Frekuensi
Prosentase
1
No Pain
0
0,00
1
No Pain
0
0,00
2
Mild
0
0,00
2
Mild
0
0,00
3
Moderate
7
46,67
3
Moderate
7
46,67
4
Severity
8
53,33
4
Severity
8
53,33
Jumlah
15
100
15
100
Jumlah
Tabel 2 Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Sebelum Pemberian Kompres hangat pada Kelompok Kontrol Di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010 Berdasarkan table 2 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori severity yaitu 8 responden (53,33%) dan tidak ada (0%) responden yang mengalami nyeri dalam kategori Nopain dan Mild. No.
Kategori Nyeri
Frekuensi
Prosentase
1
No Pain
0
0,00
2
Mild
3
20,00
3
Moderate
12
80,00
4
Severity
0
0,00
15
100
Jumlah
Tabel 3 Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Setelah Pemberian Kompres hangat Pada Kelompok Perlakuan Di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori moderate yaitu 12 responden (80,00%) dan tidak ada responden mengalami nyeri dalam kategori no pain.
Tabel 4 Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Setelah Tanpa Pemberian Kompres hangat Pada Kelompok Kontrol Di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori severity yaitu 8 responden (53,33%) dan tidak ada responden mengalami nyeri dalam kategori no pain.
5 Jurnal Science Midwifery 2010
Kelompok Kontrol Kode Resp.
Skor Sebelum
Skor Sesudah
1
15
15
2
12
3
Kelompok Perlakuan Selisih
Kode Resp.
Skor Sebelum
Skor Sesudah
Selisih
0
16
11
10
-1
13
-1
17
11
9
-2
13
15
-2
18
11
8
-3
4
14
12
2
19
11
8
-3
5
13
13
0
20
11
10
-1
6
13
13
0
21
13
9
-4
7
12
11
1
22
13
11
-2
8
13
11
2
23
12
9
-3
9
13
13
0
14
12
9
-3
10
11
11
0
15
12
10
-2
11
11
11
0
16
12
9
-3
12
10
10
0
17
12
10
-2
13
12
14
-2
18
11
10
-1
14
10
10
0
19
11
9
-2
15
14
14
0
30
10
8
-2
Tabel 5 Efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010 di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010. Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa untuk kelompok kontrol ada responden yang mengalami penurunan nyeri, nyerinya tetap dan peningkatan nyeri. Kondisi pada kelompok perlakuan menunjukkan seluruh responden mengalami penurunan nyeri dismenorhoe.
6 Jurnal Science Midwifery 2010
Analisa Data Hasil analisa data dengan menggunakan uji T pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah pemberian kompres hangat adalah nilai t adalah 9,934 dengan p=0,000 pada α = 0,05. Karena p < α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010 di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010 Hasil analisa data dengan menggunakan uji T pada kelompok gabungan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum dan setelah pemberian kompres hangat adalah nilai t adalah 0,211 dengan p=0,836 pada α = 0,05. Karena p < α maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010 di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010 Untuk melihat efektifitas dilakukan perbandingan antara kelompok perlakuan dengan kelompk kontrol terhadap nilai skor nyeri post test dengan menggunakan t test independence sampel yang hasilnya adalah nilai t test adalah 6,033 dengan p-value = 0,000 pada α = 0,05. Karena p < α maka dapat dinyatakan bahwa pemberian kompres hangat efektif untuk penurunan nyeri dismenorhoe. Pembahasan Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Sebelum Pemberian Kompres hangat Pada Kelompok Perlakuan Nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa sebelum pemberian kompres hangat di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri pada kelompok perlakuan diketahui bahwa diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori moderate yaitu 13 responden (66,67%) dan tidak ada (0%) responden yang mengalami nyeri dalam kategori Nopain dan Mild. Kerja prostaglandin, zat seperti hormon yang menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi, merupakan instrumen utama dismenorhoe. Kadar prostaglandin sepertinya tidak berhubungan dengan tingkat dismenorhoe; beberapa wanita terlihat memiliki kadar prostaglandin tinggi tanpa efek-efek sampingan, dimana yang lain dengan kadar normal
menderita gejala yang berat. Faktor-faktor lain, termasuk perbedaan anatomi, kecenderungan genetik, dan stres, juga dapat memainkan peran (Juliana, 2006). Sebelum dilakukan pemberian kompres hangat diperlihatkan kondisi dismenorhoe pada mahasiswa Akademi kebidanan Pamenang Pare Kediri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dismenorhoe yang terjadi semua pada tingkat moderate yang berarti cukup parah dan sudah sangat mengganggu aktifitas mahasiswa. Hal ini apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan gangguan pada proses belajar mahasiswa dan bahkan dapat mengganggu prestasi mahasiswa tersebut. Kondisi ini tentunya sangat merugikan apalagi berdasarkan data umum dismenorhoe yang terjadi sudah sering terjadi. Berdasarkan hasil data umum diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki riwayat obstetri yang berarti kemungkinan besar terjadinya dismenorhoe merupakan dismenorhoe primer, sehingga proses penyembuhannya dapat dilakukan sendiri oleh responden. Kondisi ini ditegaskan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada yang menderita nyeri dalam kategori mild dan no pain. Hal ini berarti proses dismenorhoe pada mahasiswa Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri tidak ada yang ringan. Sebagai mahasiswa kebidanan, aktifitas yang dilakukan cukup padat sehingga menurunkan resistensi nyeri, akibatnya kontraksi uterus sebagai efek dari peningkatan hormon protagaldin akan sangat terasa sehingga setiap dismenorhoe tidak ada yang dalam tahap ringan. Untuk mengurangi terjadinya nyeri dalam kategori moderate atau severity dapat dihindari dengan menghindari stress dank ram, serta jika perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui anatomi responden agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut jika ditemui permasalahan kelainan anatomi (Perry, 2007). Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Sebelum Pemberian Kompres hangat pada Kelompok Kontrol Nyeri dismenorhoe primer pada kelompok kontrol sebelum pemberian kompres hangat diketahui bahwa sebagian besar responden (53,33%) mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori severity dan tidak ada responden yang
7 Jurnal Science Midwifery 2010
mengalami nyeri dalam kategori Nopain dan Mild. Kerja prostaglandin, zat seperti hormon yang menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi, merupakan instrumen utama dismenorhoe. Kadar prostaglandin sepertinya tidak berhubungan dengan tingkat dismenorhoe; beberapa wanita terlihat memiliki kadar prostaglandin tinggi tanpa efek-efek sampingan, dimana yang lain dengan kadar normal menderita gejala yang berat. Faktor-faktor lain, termasuk perbedaan anatomi, kecenderungan genetik, dan stres, juga dapat memainkan peran (Juliana, 2006). Nyeri menstruasi merupakan suatu permasalahan serius yang dihadapi kebanyakan wanita pada saat sebelum, sedang, atau sesudah menstrulasi. Nyeri dapat dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung. Disebut juga dismenore. Nyeri ini sebenarnya wajar apabila masih dalam batasbatas tidak mengganggu aktivitas kita dalam arti kata nyerinya masih ringan. Tetapi lain halnya jika nyeri ini sangat hebat dan sampai mengganggu aktivitas bahkan sampai tidak dapat melakukan aktivitas. Dismenore timbul akibat kontraksi otot uterus oleh rangsangan hormon prostaglandin. Dismenore yang paling sering adalah dismenore fungsional (nyeri ringan/masih wajar) yang terjadi pada hari pertama atau pada saat menjelang hari pertama menstrulasi akibat penekanan kanalis servikalis. Biasanya akan membaik bahkan menghilang seiring hari berikutnya menstrulasi. Dismenore merupakan proses yang alamiah jadi tidak ada cara pencegahannya. Salah satu caranya adalah mengalihkan rasa nyeri itu dengan melakukan kegiatan lain misalnya dengan meletakkan benda hangat di atas perut. Tetapi jika tidak teratasi dapat diberikan obat pereda nyeri. Dismenore yang nonfungsional (abnormal) yaitu nyeri yang dirasakan sangat hebat dan terus-menerus baik sebelum, sedang, bahkan sesudah menstrulasi. Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Setelah Pemberian Kompres hangat pada Kelompok Perlakuan Nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa setelah pemberian kompres hangat di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori moderate yaitu 12 responden (80,00%) dan tidak ada responden mengalami nyeri dalam kategori no pain.
Wanita usia subur seringkali menjelang menstruasi mengalami suatu keadaan kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenorhoe. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenorhoe dikelompokkan sebagai dismenorhoe primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenorhoe sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (Depkes RI, 2005). Pada seluruh responden yang mengalami dismenorhoe primer kemungkinan untuk meredakan nyeri yang dialami semakin besar, karena pada dismenorhoe primer tidak ada perubahan fisik yang mengakibatkan munculnya dismenorhoe. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa nyeri dismenorhoe yang terjadi berada dalam kategori yang cukup membuat responden menderita, karena pada taraf moderate, aktifitas mahasiswa sudah terganggu. Hal ini disebabkan karena kondisi perkuliahan masiswa yang padat sehingga cukup menyerap tenaga. Hal ini dapat menurunkan resistensi nyeri akibat dismenorhoe pada mahasiswa. Hasil penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa setelah pemberian kompres hangat, baik pada kelompok control maupun kelompok perlakuan tidak ada yang nyerinya tidak terasa sama sekali (no pain). Hal ini menunjukkan pemberian kompres hangat tidak berfungsi untuk mengeliminasi nyeri, namun berfungsi untuk mengurangi nyeri dismenorhoe. Nyeri Dismenorhoe Primer Pada Mahasiswa Setelah Tanpa Pemberian Kompres hangat pada Kelompok Kontrol Nyeri dismenorhoe primer pada kelompok kontrol setelah tanpa pemberian kompres hangat diketahui bahwa sebagian besar responden (53,33%) mengalami nyeri dismenorhoe dalam kategori severity dan tidak ada responden yang mengalami nyeri dalam kategori Nopain dan Mild. Dismenorhoe menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.
8 Jurnal Science Midwifery 2010
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenorhoe juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah. (Junizar, 2007) Gejala utama adalah nyeri dismenore terkonsentrasi di perut bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Hal ini juga sering dirasakan di perut kanan atau kiri. Hal itu dapat memancarkan ke paha dan punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan.Gejala dismenore sering dimulai segera setelah ovulasi dan dapat berlangsung sampai akhir menstruasi. Ini karena dismenore sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormon dalam tubuh yang terjadi dengan ovulasi. Penggunaan beberapa jenis pil KB dapat mencegah gejala dismenore, karena pil KB berhenti dari terjadi ovulasipai terjadi muntah. Selama siklus menstruasi wanita, endometrium menebal dalam persiapan untuk kehamilan potensial. Setelah ovulasi, jika sel telur tidak dibuahi dan tidak ada kehamilan,molekul senyawa yang disebut prostaglandin dilepaskan selama menstruasi, karena penghancuran sel endometrium, dan pelepasan resultan isinya. Prostaglandin dan mediator inflamasi lainnya dalam rahim menyebabkan uterus untuk kontrak. Zat tersebut diduga menjadi faktor utama dalam dismenore primer. Ketika kontrak otot rahim, mereka membatasi pasokan darah ke jaringan dari endometrium, yang, pada gilirannya, rusak dan mati. Ini kontraksi rahim terus karena mereka memeras jaringan, tua endometrium mati melalui leher rahim dan keluar dari tubuh melalui vagina. Kontraksi ini, dan hasil sementara kekurangan oksigen ke jaringan di dekatnya, yang bertanggung jawab atas rasa sakit atau “kram” berpengalaman selama menstruasi. Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual,maka istilah dismenorrea hanya dipakai jika nyeri haid sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari,untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010 Kompres hangat efektif terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010 di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010. Dismenorhoe salah satu bentuknya adalah kram pada perut bawah, maka untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan kompres hangat di daerah perut (Medicastore, 2007). Kompres hangat cukup efektif untuk mengurangi nyeri saat dismenorhoe karena fungsi dari kompres hangat di daerah perut akan memberikan efek pelebaran pembuluh darah sehingga dapat mengurangi nyeri inflamasi (Sulanto, 2007). Melalui pemberian kompres hangat akan melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan toleransi nyeri. Meningkatnya toleransi nyeri tersebut akan mengurangi rasa nyeri mahasiswa, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalani penurunan tingkat nyeri sampai 1 level dibawahnya. Kondisi tubuh mahasiswa yang belum mengalami penuaan menyebabkan perlakuan yang diberikan akan dapat direspon secara cepat oleh tubuh sehingga dapat mengurangi nyeri dismeore. Pada kelompok kontrol kondisi yang dijumpai ada yang mengalami penurunan nyeri, peningkatan nyeri ataupun skor nyerinya tetap. Hal ini disebabkan karena banyak hal, karena nyeri dismenorhoe yang disebabkan oleh kontraksi uterus sebagai respon terhadap perubahan kadar hormon prostagaldin, hal ini menyebabkan naik turunnya nyeri yang terjadi pada kelompok kontrol. Tanpa melakukan pengendalian nyeri dismenorhoe maka kondisi seorang remaja penderitanya akan sangat terganggu karena nyeri dismenorhoe dapat muncul dengan tiba-tiba ataupun hilang tibatiba. Keadaaan ini akan sangat merugikan terutama bagi responden yang diteliti sebagai mahasiswa kebidanan yang memiliki kesibukan cukup tinggi. Pada kelompok control dan kelompok perlakuan memiliki perbedaan yaitu untuk kelompok kontrol ada responden yang mengalami penurunan nyeri, nyerinya tetap dan peningkatan nyeri. Kondisi pada kelompok perlakuan menunjukkan seluruh responden
9 Jurnal Science Midwifery 2010
mengalami penurunan nyeri dismenorhoe. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan kompres hangat dapat secara efektif menurunkan nyeri dismenorhoe.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Bismar, Murti. 2005. Metodologi Penelitian. Surakarta : UNS Press
Kesimpulan
2.
Darmadjati, Widya. 2008. Pengobatan Dismenore dengan Akupuntur. Jakarta : Jurnal Cermin Dunia Kedokteran.
3.
Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Depkes RI
4.
Fitria, Fajar. (2007). Remaja Putri dan Siklus Menstruasi. http://medicastore.com/artikel/249/Remaj a_Putri_dan_Siklus_Menstruasi.html (download : 11 Nopember 2009)
Kompres hangat efektif terhadap penurunan nyeri dismenorhoe primer pada mahasiswa Akbid Pamenang tahun 2010 di Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri Tahun 2010.
10 Jurnal Science Midwifery 2010