THE IMPACT OF LESSON STUDY FOR SCIENCE TEACHING AND LEARNING IN JUNIOR HIGH SCHOOL AT PASURUAN DISTRICT Lia Yuliati Physics Department, Malang State University e_mail:
[email protected] Abstract Lesson study is an in-service training program for teacher Lesson study has done at Pasuruan District, East Java. It purposed to improve science teaching and learning in Junior High School. That activity has done using MGMP concept and consist of eight homebase. Achievement of lesson study purpose has measured with participative monitoring and evaluation (monev). The method monev was using observation and inteview to teachers and students.The result showed that the most of teachers (81.20%) could demonstrate a good science teaching and learning. Science teacher demonstrated high motivation to implementation science teaching similary when they followed lesson study. But, the most of teacher still need training in concept achievement and teaching and learning method. For student, science subject satisfy because science teacher teach different from the others. Science teacher always use instrument, experiment and be connected with daily life. How the teacher teach to cause student brave to ask if they got difficulty. Key words : lesson study, science teaching and learning
Pendahuluan Pendidikan di sekolah merupakan proses yang melibatkan berbagai faktor, diantaranya kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, menyajikan materi pembelajaran, memilih metode pembelajaran, dan menggunakan media pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas guru menjadi fondasi peningkatan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas guru, khususnya guru IPA SMP/MTs, telah dilakukan di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Upaya tersebut dilakukan dengan melaksanakan lesson study sebagai salah satu metode pengembangan professional guru. Kegiatan ini didukung berbagai pihak, yaitu Diknas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, FMIPA Universitas Negeri Malang, serta pihak
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
JICA yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya pada bidang studi IPA di SMP/MTs. Lesson study dipilih sebagai suatu wahana pengembangan profesional guru karena lesson study telah dilaksanakan di Jepang dan hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan guru dapat berkembang dengan baik dan sangat signifikan peningkatannya. Lesson study juga telah dilaksanakan di beberapa sekolah (SMP dan SMA) di Kota Malang dan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Kegiatan lesson study di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan dalam wadah MGMP yang dipartisi menjadi 8 wilayah. Pemecahan sub-MGMP ini dilakukan dengan pertimbangan lokasi dan jumlah guru yang ikut-serta dalam kegiatan lesson study. Dalam kurun waktu 2 tahun, pelaksanaan lesson study di Kabupaten pasuruan ini berdampak pada berbagai aspek, terutama guru dan siswa, baik pada saat maupun setelah pelaksanaan lesson study. Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan lesson study dan dampaknya pada pembelajaran IPA di SMP dilakukan monitoring dan evaluasi (monev).
Kegiatan monev ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan lesson study, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA, respon guru dan siswa terhadap pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan metode ilmiah. IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk meliputi kumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta, konsep dan prinsip IPA. IPA
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
sebagai proses meliputi keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk mencapai produk IPA (Sund & Trowbridge, 1973:2; Trowbridge et.al., 1981:40; Dahar & Liliasari, 1986:11). Berdasarkan cakupannya, IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda.
Siswa harus
memaknai alam yang berubah secara cepat dan kompleks, dengan cara menggunakan pengetahuan yang telah dipahaminya dalam memecahkan masalah (Reif, 1995). Pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar. Pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20). Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran di sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan cara ini diharapkan pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan, aktivitas siswa sering diartikan sempit. Bila siswa aktif berkegiatan, walaupun siswa sendiri tidak mengetahui (merasa pasti) untuk apa berbuat sesuatu selama pembelajaran, maka dianggap pembelajaran sudah menerapkan pendekatan yang aktif.
Lesson study Lesson study merupakan salah satu metode pengembangan profesional guru (guru dan dosen) melalui rangkaian siklus yang terjadi secara berulang-ulang, terencana dan berkelanjutan. Lesson study dilakukan di dalam kelas dengan tujuan untuk memahami siswa dengan lebih baik dan dilakukan secara bersama-sama dengan guru lain (Rahayu. 2006). Kelompok guru mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama dan menentukan salah satu guru untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, sedangkan guru lainnya mengamati belajar siswa selama pembelajaran
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru tersebut berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi (Richardson, 2004). Lesson study merupakan siklus kegiatan kelompok guru yang bekerja bersama dalam menentukan tujuan pembelajaran, melakukan “research lessons,” dan secara berkolaborasi mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut (Lewis, 2002:1). Lesson study adalah kegiatan bersama yang mengembangkan pembelajaran melalui rangkaian siklus PlanningDoing-Seeing.
Planning
merupakan
kegiatan
merencanakan
pembelajaran
yang
akan
diimplementasikan di kelas pembelajaran. Termasuk dalam tahap ini adalah membuat kesepakatan seorang guru yang diberi tugas mengimplementasikan rancangan pembelajaran, penentuan fokus pengamatan (research lesson) pembagian tugas observer pada saat Do-See, penentuan moderator dan notulen pada saat refleksi. Doing merupakan kegiatan mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang dihasilkan pada tahap planning di kelas. Seeing merupakan kegiatan mengamati pembelajaran oleh guru lain (observer). Pengamatan dilakukan oleh seluruh anggota kelompok (guru yang tidak bertugas mengajar, dosen dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan planning). Fokus pengamatan kegiatan ini adalah perilaku siswa (aktivitas, sikap dan cara berpikir siswa) selama pembelajaran. Refleksi dilakukan dengan tanya jawab atau diskusi untuk membahas kekurangan dalam mengimpelemtasikan rancangan pembelajaran yang dihasilkan pada tahap planning yang ditemukan selama pengamatan. Meskipun fokus pengamatan dilakukan pada perilaku siswa, hasil refleksi merupakan perbaikan terhadap cara guru untuk membelajarkan siswa. Langkah-langkah pelaksanaan lesson study mencakup tujuh (7) kegiatan. Kegiatan tersebut adalah 1) pembentukan kelompok lesson study, 2) penentuan fokus lesson study, 3) perencanaan lesson study, 4) persiapan observasi, 5) pelaksanaan dan observasi pembelajaran, 6) tanya jawab (diskusi) tentang pembelajaran yang dilaksanakan, dan 7) refleksi dan perencanaan langkah berikutnya (Richarson, 2004). Pembentukan kelompok lesson study dilakukan dengan merekrut guru yang tertarik terhadap kegiatan lesson study. Pada tahap penentuan fokus lesson study , kelompok guru melakukan pemilihan tema penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi guru tersebut di sekolah. Selanjutnya kelompok guru mengidentifikasi unit atau pelajaran yang menjadi fokus lesson study. Melalui suatu diskusi ditentukan materi dan penyelesaian yang akan dilakukan. Guru tersebut
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
menyusun fokus dengan mengajukan pertanyaan krusial: what do we want student to know and be able to do when this lesson is conclude?
Metode Pengukuran pencapaian tujuan pelaksanaan lesson study, yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, dilaksanakan dengan Metode monev partisipatif yang melibatkan semua pihak, berupa suatu kolaborasi 'outsider' dan 'insider', yang secara bersama-sama memonitor kemajuan kegiatan/program, dan menentukan tindak lanjut langkah perbaikannya (corrective action). Metode ini tidak mencari-cari kesalahan, tetapi memberdayakan berbagai aspek agar dapat dicarikan corrective action sehingga kegiatan lesson study dapat berjalan dengan baik, transparan, sahih dan obyektif serta mampu memuaskan semua pihak yang terkait. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi pelaksanaan lesson study, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran guru, dan pedoman wawancara dengan guru dan siswa. Lembar observasi pelaksanaan lesson study mencakup panduan penilaian kegiatan tahap perencanaan (plan), pembelajaran (do-see), dan perenungan (refleksi). Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran guru mencakup panduan penilaian kemampuan guru melaksanakan pembelajaran IPA di luar siklus lesson study. Pedoman wawancara mencakup daftar pertanyaan dengan guru dan siswa yang dilaksanakan di luar jadwal pelaksanaan siklus lesson study. Pengumpulan data dilaksanakan selama pelaksanaan dan akhir kegiatan lesson study. Hal ini dilakukan untuk memonitor kemajuan pelaksanaan lesson study dan mendeskripsikan dampak lesson study terhadap kemampuan pelaksanaan pembelajaran IPA. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung pelaksanaan lesson study dan pembelajaran IPA pasca lesson study, perekaman audio-visual pelaksanaan pembelajaran IPA, wawancara dengan guru dan siswa. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan pada data hasil observasi pelaksanaan lesson study, data kemampuan pelaksanaan pembelajaran guru IPA, dan data hasil wawancara dengan guru dan siswa. Analisis kuantitatif dilakukan pada data hasil observasi kemampuan melaksanakan pembelajaran guru. Secara keseluruhan, analisis data difokuskan pada proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPA berdasarkan rambu-rambu kurikulum IPA dan rambu-rambu pelaksanaan lesson study.
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
Hasil dan Pembahasan Dampak Lesson study pada Pembelajaran IPA Lesson study di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur
dilaksanakan sesuai penjadwalan
pendampingan oleh dosen pada guru-guru IPA dalam MGMP wilayah. Alur kegiatan dilaksanakan dengan mengikuti siklus lesson study yang berupa tahap perencanaan (plan), pelaksanaan dan observasi (do-see), dan refleksi (reflection). Tahap perencanaan lesson study dilaksanakan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan, menentukan jadwal pelaksanaan lesson study dan menentukan personil yang terlibat langsung dalam kegiatan do-see,
seperti guru model, moderator dan notulen.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pada saat tahap perencanaan (plan) lesson study dilakukan diskusi untuk menentukan materi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di sekolah. Pada kegiatan ini ditentukan lokasi pelaksanaan pembelajaran, guru model, moderator dan notulen, materi yang akan dibelajarkan serta penyusunan perangkat pembelajaran. Pada saat menyusun perangkat pembelajaran, hampir seluruh (85%) guru yang hadir membawa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang biasa digunakan di sekolahnya masingmasing dengan pertimbangan dapat menjadi masukan pada saat menyusun RPP untuk. Dengan kata lain, RPP untuk lesson study disusun berdasarkan revisi dari draf RPP yang sudah ada dan hasil diskusi guru. Kesulitan terjadi pada saat menyusun langkah-langkah pembelajaran dan LKS. RPP dan LKS yang disusun masih terfokus pada kegiatan guru sehingga dosen memberi masukan bahwa RPP dan LKS hendaknya difokuskan pada kegiatan siswa. Kegiatan ini juga disertai dengan melaksanakan simulasi pembelajaran dengan media yang tersedia. Secara keseluruhan, kegiatan perencanaan berjalan baik. Diskusi berlangsung dinamis. Guru bebas mengemukakan pendapat bahkan dilakukan simulasi media pembelajaran dengan komputer sehingga guru tetap termotivasi dan semangat sampai kegiatan berakhir. Tahap pelaksanaan lesson study dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Perangkat pembelajaran seperti RPP, LKS, alat dan bahan untuk praktikum, media pembelajaran, telah siap untuk digunakan. Guru yang tampil sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Hasil pengamatan terhadap observer menunjukkan bahwa observer mengamati belajar siswa dari dekat berdasarkan kelompok siswa. Terdapat pembagian tugas observer untuk mengamati belajar siswa. Aktivitas observer terfokus pada kegiatan belajar siswa terutama pada Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
saat kegiatan praktikum. Secara keseluruhan, observer dapat melaksanakan pengamatannya sesuai tata tertib lesson study, tidak melakukan interaksi dan mengganggu kegiatan siswa. Kegiatan tahap refleksi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran. Pada awal kegiatan refleksi, moderator mengenalkan seluruh tim lesson study dan memberi kesempatan pada guru model untuk
mengemukakan perasaan, kesulitan, dan pendapatnya tentang pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukannya. Selanjutnya moderator memberi kesempatan kepada semua observer untuk mengemukakan pendapat dan hasil pengamatannya. Komentar dari observer, hampir seluruhnya (95%) didasarkan pada bukti-bukti konkret yang diamati setiap observer. Komentar yang bersifat solutif dan konstruktif muncul dari observer berdasarkan kekurangan yang teramati oleh observer. Komentar observer terfokus pada aktivitas belajar siswa dan kebenaran konsep yang diajarkan. Melalui pengamatan pada cara belajar siswa, observer teurtama guru menyadari bahwa perlu tindakan-tindakan khusus bagi beberapa siswa agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.guru juga menyadari pentingnya peran guru pada saat penelolaan kelas. Sementara itu, dosen juga menyadari peliknya mengelola kelas pada siswa yang memiliki kemampuan dan aktivitas yang beragam. Dengan kata lain, observer, baik guru maupun dosen, dapat memahami tindakantindakan yang sebaiknya diberikan pada siswa agar belajar siswa berlangsung secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara dan sebaran angket, guru IPA SMP/ MTs wilayah kabupaten Pasuruan menyatakan bahwa kegiatan MGMP pola lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA secara keseluruhan. Hal ini dimungkinkan, karena dengan meningkatnya keterampilan dan motivasi mengajar guru, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, dengan pola lesson study, siswa diajak belajar dengan berbagai metode yang sesuai dengan kemampuannya, dan siswa benar-benar diawasi. Siswa juga menjadi lebih terbuka dan berani mengemukakan pendapat.
Dampak Lesson study pada Kinerja Guru IPA Kinerja guru mencakup motivasi dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA. Setelah mengikuti kegiatan lesson study guru merasa memperoleh tambahan wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran IPA, cara memperlakukan siswa selama pembelajaran. Melalui kegiatan lesson study guru termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran IPA yang ditunjukkan dalam kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
secara bersama-sama dengan guru lain. Pada kegiatan tersebut, guru dapat belajar dari pengalaman guru lain, baik dalam hal penguasan konsep IPA maupun metode pembelajaran. Hal ini didukung oleh masukan dan saran-saran dari dosen pendamping yang selalu mendampingi guru setiap kegiatan. Guru termotivasi untuk menerapkan pembelajaran IPA yang diperoleh dalam lesson study dalam pembelajaran di kelasnya masing-masing, terutama di SMP Negeri. Setelah bergabung dalam MGMP untuk mengikuti kegiatan lesson study, guru-guru IPA SMP/MTs wilayah Kabupaten Pasuruan merasa mendapatkan wawasan tentang materi, variasi penggunaan alat-alat peraga dan bermacam-macam metode/model pembelajaran, dan penggunaan media. Dalam mengajar guru-guru IPA juga menjadi lebih percaya diri, lebih terbuka terhadap kritik dan saran dari guru lain maupun dosen pendamping, serta banyak pengalaman berharga, misalnya cara menyusun RPP yang mengaktifkan siswa, teknik penilaian, pemahaman materi IPA dan model pembelajaran. Guru IPA SMP/MTs wilayah Kabupaten Pasuruan menyatakan bahwa ada hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi untuk mengajar lebih baik, yaitu adanya keinginan untuk mencoba atau mengimplementasikan metode/ model-model pembelajaran yang bervariasi, keinginan untuk meningkatkan kualitas sekolah dan siswa, keinginan untuk membuat alat-alat yang serupa dengan alat-alat yang pernah dibuat bersama-sama dalam lesson study, keingin untuk mengajar lebih baik dengan menggunakan metode/ model-model pembelajaran yang lebih bervariasi dan tidak monoton. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran mencakup persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. Sebagian besar guru (83,3%) sudah melakukan persiapan pembelajaran terutama dalam hal memeriksa kesiapan ruang, alat/media pembelajaran dan siswa terutama guru-guru di sekolah negeri. 72,92% guru melakukan kegiatan membuka pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran baik secara tertulis maupun lisan. Beberapa guru tidak melaksanakan kegiatan apersepsi dan memotivasi pada awal pembelajarannya dengan melaksanakan demonstrasi. 85,2% guru melaksanakan kegiatan inti pembelajaran dengan baik. Hal ini didukung oleh penguasaan materi yang cukup baik walaupun masih ada beberapa yang konsep yang harus diperbaiki Strategi/model pembelajaran yang dilakukan guru yaitu interaktif langsung dan kerja kelompok dengan penggunaan media yang relevan dengan materi yang dibahas. Hasil pengamatan menemukan bahwa masih banyak guru yang tidak terampil dalam menggunakan alat dan akhirnya berdampak pada siswa yang tidak memperoleh bimbingan yang optimal dari guru. Hal lain yang
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
masih perlu dibenahi adalah kemampuan melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Sebagian besar guru melaksanakan kegiatan mengakhiri pembelajaran dengan membuat rangkuman yang melibatkan siswa, memberikan arahan dan tugas sebagain bagian remidi atau pengayaan. Model pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru-guru IPA SMP/MTs wilayah Kabupaten Pasuruan adalah metode demonstrasi dan eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif dan kontekstual. Metode atau model pembelajaran ini digunakan karena menurut guru jika tanpa eksperimen siswa akan sulit memahami materi pembelajaran IPA. Selain itu, dengan eksperimen siswa punya pengalaman langsung dan lebih interes terhadap materi, serta siswa lebih mudah dalam memahami konsep-konsep dalam IPA. Dengan demikian, pemahaman guru IPA pada hakekat IPA dan pembelajaran IPA tidak hanya pada tataran teoritis tetapi sudah diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Secara keseluruhan, guru-guru IPA yang mengikuti lesson study (81.2%) menunjukkan kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa lesson study memberikan kontribusi yang positif terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu melaksanakan pembelajaran IPA.
Respon Siswa terhadap Pembelajaran IPA Mata pelajaran IPA di SMP Kabupaten Pasuruan bukan lagi merupakan pelajaran yang sulit lagi bagi siswa. Sebagian besar (60%) siswa menyatakan bahwa IPA mudah dimengerti dan dipelajari. Hal ini disebabkan IPA berhubungan dengan alam dan adanya kegiatan percobaan dalam IPA serta karena cara guru menjelaskannya menyenangkan dan mudah dimengerti siswa. Kesabaran guru dan adanya kegiatan praktikum ini pula menyebabkan siswa menyatakan suka pada pelajaran IPA di sekolah (83%). Kegiatan pembelajaran IPA di kelas dilaksanakan guru berdasarkan RPP. Berdasarkan cara mengajar guru IPA di kelas, hampir seluruh siswa (97%) menyatakan suka dengan cara gurunya mengajar. Rasa suka tersebut muncul karena ketika mengajar guru IPA menggunakan alat peraga dan menjelaskan materi secara detil. Penjelasan guru yang mudah dimengerti siswa dengan bahasa yang sederhana dan selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan pemahaman siswa terhadap IPA menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan 97% siswa menjadi lebih paham setelah mengikuti mata pelajaran IPA.
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
Menurut siswa, cara mengajar guru IPA berbeda dengan guru lain (guru bahasa indonesia, bahasa inggris, IPS). 68% siswa menyatakan cara mengajar guru IPA lebih bervariasi antara ceramah, diskusi dan praktikum, sering menggunakan alat peraga dan LKS yang mengajar siswa melakukan praktikum. Pada saat pembelajaran IPA, alat peraga cukup sering digunakan guru. 51% siswa menyatakan bahwa guru IPA menggunakan alat peraga 1 – 3 kali dalam satu semester, 29% lebih dari 3 kali dalam satu semester dan hanya 20% guru IPA yang tidak pernah menggunakan alat peraga. Guru IPA juga kreatif dalam penyediaan alat peraga.. Kesulitan yang sering dialami siswa pada saat belajar IPA lebih banyak pada saat menemui soal hitungan pada bidang IPA dan istilah-istilah asing pada bidang biologi. Ketika mengerjakan soal hitungan IPA siswa kesulitan menerapkan rumus-rumus IPA pada soal. Siswa merasa terbebani dengan banyaknya rumus-rumus tersebut . Hal yang perlu diperhatikan adalah siswa juga mengalami kesulitan pada saat praktikum terutama pada saat mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS.
Penutup Pelaksanaan lesson study di Kabupaten Pasuruan memberikan dampak positif pada pembelajaran IPA dan kinerja guru IPA. Kegiatan lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA secara keseluruhan karena dengan meningkatnya keterampilan dan motivasi mengajar guru, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Siswa diajak belajar dengan berbagai metode yang sesuai dengan kemampuannya, lebih terbuka dan berani mengemukakan pendapat.
Guru IPA menunjukkan motivasi melaksanakan pembelajaran IPA
dengan menunjukkan keinginan untuk mencoba atau mengimplementasikan metode/model-model pembelajaran yang bervariasi, embuat alat-alat peraga. Guru IPA yang mengikuti lesson study menunjukkan kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA dengan baik. Bagi siswa SMP Kabupatena Pasuruan, mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang menyenangkan. Hal ini disebabkan cara guru melaksanakan pembelajaran IPA berbeda dengan guru mata peajaran lain. Guru IPA selalu menghubungkan materi yang diajarkan dengan kejadian seharihari, menggunakan media pembelajaran dan sering melaksanakan kegiatan penyelidikan/parktikum.
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008
Daftar Pustaka Dahar, R. W.& Liliasari. 1986. Buku Materi Pokok: Interaksi Belajar Mengajar IPA. Universitas Terbuka. Jakarta: Penerbit Karunika. Lewis, C. C. 2002. Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philedelphia, PA: Research for Better School, Inc. National Research Council. 1996. National Academy Press.
National Science Education Standard. Washington DC:
Rahayu, S. 2006. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Lesson study. Makalah. Disajikan dan Workshop Lesson study yang diselenggarakan oleh FMIPA Universitas Negeri Malang, 6 April 2006. Reif, F. 1995. Millikan Lecture 1994: Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. American Journal of Physics. 63 (1). p. 17-32. Richardson, J.. 2004. Lesson study: Teacher learn how to improve instruction. National Staff Development Council (NSDC) (tersedia http://www.nsdc.org). Trowbridge, L. W., Bybee, R. W. & Sund, R. B. 1981. Becoming a Secondary School Science Teacher. Third Edition. Columbus, Ohio: A Bell & Howell Company. Sund, R. B. & Trowbridge, L. W 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Second Edition. Columbus, Ohio: A Bell & Howell Company.
Faculty of Mathematics and Science Education Indonesia University of Education July 31 – August 01, 2008