THE IMMUNOMODULATORY EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF RED SPINACH LEAVES (Amaranthus tricolor L.) IN MACROPHAGE PHAGOCYTOSIS ACTIVITY
ABSTRACT Dr. Y. L. Aryoko Widodo, Oni Yulianta W, Sugiati Red spinach (Amaranthus tricolor L.) leafes is a plant that contains flavonoid that has adn immunomodulatory effect in macrophage phagocytic activity. The aim of this study is to determine the immunomodulatory effect of the extract of red spinach leaves in macrophage phagocytic activity in male mice of balb / c liheage. This study was an experiment with post test only control design. The samples were 30 male mice of balb / c liheage into divided 5 groups: the negative control, the positive control, extract of red spinach leaf at doses of 4 mg / 20g BW, 6mg / 20gBW, and 8mg / 20gBW. The treatment was done for 7 days. On day 8 the mice were injected by ip 0.5 ml suspension of S. aureus. On day 9 S. aureus confirmation was tested to confirm the presence of bacteria in the blood of mice. On day 11, it took decision peritoneal fluid in mice. The Immunomodulatory effect was determined by macrophage phagocytic activity observed under the microscope. The obtained data were analyzed by using SPSS 17 with ANOVA and followed by post hoc test. The results showed the immunomodulatory effect at every dose of ethanol extract of red spinach leaves at dose of 4 mg / 20g BW with% 88.6% activity, whereas dose 6mg / 20g BW (88.7%) and dose 8 mg / 20g BW(90, 2%).
Keyword: red spinach (Amaranthus tricolor L.), Flavonoid, Immunomodulatory
EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG
INTISARI Dr. Y. L. Aryoko Widodo, Oni Yulianta W, Sugiati
Bayam merah (Amaranthus tricolor L.) merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid yang mempunyai efek imunomodulator terhadap aktivitas fagositosis makrofag. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek imunomodulator ekstrak daun bayam merah terhadap aktivitas fagositosis makrofag pada mencit jantan galur balb/c. Penelitian ini merupakan eksperimental post test only control design. Sampel terdiri dari 30 ekor mencit jantan galur balb/c dibagi 5 kelompok yaitu kontrol negatif, kontrol positif, ekstrak daun bayam merah dosis 4mg/20gBB, 6mg/20gBB, dan 8mg/20gBB. Perlakuan dilakukan selama 7 hari. Hari ke-8 mencit diijeksi i.p suspensi S. aureus 0,5 ml. Hari ke-9 dilakukan uji konfirmasi S. aureus untuk memastikan keberadaan bakteri dalam darah mencit. Hari ke-11 pengambilan cairan peritoneum pada mencit. Efek imunomodulator ditentukan berdasarkan aktivitas fagositosis makrofag yang diamati dibawah mikroskop. Data yang didapatkan dianalisis dengan SPSS 17 dengan uji ANOVA kemudian dilanjutkan uji LSD. Hasil penelitian menunjukan efek imunomodulator pada setiap dosis ekstrak etanol daun bayam merah pada dosis 4mg/20g BB dengan % aktivitas 88,6 %, sedangkan dosis 6mg/20g BB (88,7 %) dan dosis 8mg/20g BB (90,2 %).
Kata kunci : Bayam merah (Amaranthus tricolor L .), Flavonoid, Imunomodulator
PENDAHULUAN Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan tubuh yang bertugas merespon atau menanggapi “serangan” dari luar tubuh kita. Sistem imun dibagi atas dua yaitu sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun nonspesifik tersebut berupa komponen normal tubuh, selalu ditemukan pada individu sehat yang siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Berbeda dengan sistem imun spesifik yang mempunyai
kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Bahan-bahan yang dapat memodulasi sistem imun tubuh dikenal sebagai imunomodulator. Dengan kata lain, bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun nonspesifik (Bratawidjaja, 2009). Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Awwalia.(2013) tentang Aktivitas Imunomodulator Eksrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini L ). Senyawa aktif yang digunakan flavonoid (kuarsetin). Hasilnya menunjukkan bahwa estrak etanol daun jamblang dosis 140mg/kg BB, 210mg/kg BB, 280mg/kg BB mempunyai aktivitas imunomodulator dengan indeks fagositosis 1,2 (imunostimulan lemah), 1,4 dan 1,5 (imunostimulan sedang). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
tertarik untuk meneliti efek
imunomodulator ekstrak daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap aktivitas fagositosis makrofag.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, corong pisah, corong kaca, labu takar), panci, termometer, Waterbath, neraca, cawan porselen, kain flanel, ayakan No. 30, cawan petri, tabung eppendorf, tabung reaksi, gelas piala, autoklaf, batang pengaduk, oven, mikropipet, ose steril, inkubator, alat bedah steril, kaca objek, coverslip, sentrifuge, mikrohematokrit, mikropipet, haemocytometer, mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan meliputi daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.), etanol 70%, aquadest, kloroform, metanol, phosphate buffered saline (PBS), Baird parker agar (BPA), Nutrient Broth (NB) cair, NaOH 4%, FeCl3 1%, minyak imersi, tryplan blue
0,3%, pewarna Giemsa 20%, Meniran, mencit jantan Balb/c yang berumur 8-12 minggu (2-3 bulan) dengan bobot 20-22 gram, dan bakteri Staphylococcus aureus. Prosedur Penelitian 1. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang untuk memastikan kebenaran tanaman. 2. Penyiapan Bahan Baku Daun bayam merah dicuci dengan menggunakan air mengalir sampai bersih lalu ditiriskan, dirajang selanjutnya dilakukan pengeringan. Setelah kering daun bayam merah dibuat serbuk dengan cara diblender sampai halus dan diayak dengan ayakan nomer 30 mesh. 3. Pembuatan ekstrak daun bayam merah Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi, yaitu serbuk daun bayam merah dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70% sehingga diperoleh hasil maserat. Kemudian maserat diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 600C sampai diperoleh ekstrak kental daun bayam merah. 4. Identifikasi senyawa flavonoid 3 tetes ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) ditambahkan dengan 1 tetes NaOH 4%. Senyawa flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya larutan berwarna coklat. untuk lebih memastikan lagi bahwa senyawa yang terkandung dalam daun bayam merah adalah flavonoid, diambil 3 tetes ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) ditambahkan dengan 1 tetes FeCl3 1%. Senyawa flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya larutan berwarna hijau. 5. Uji Efek Imunomodulator Penelitian mengenai efek imunomodulator ekstrak etanol daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan penelitian eksperimental murni pest-test only control group design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit putih jantan galur Balb/c umur 8-12 minggu dengan berat badan 20-22 g dan kondisi sehat. Mencit diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari sebelum digunakan dan mencit dibagi menjadi lima kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit dengan perlakuan sebagai berikut: Kelompok 1 :
Kontrol negatif diberi aquades
Kelompok 2 :
Kontrol positif diberi meniran dosis 0,182 mg/20 g BB
Kelompok 3 :
Kelompok perlakuan 1 diberi ekstrak etanol 70% daun bayam merah dosis 4 mg/20 g BB
Kelompok 4 :
Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak etanol 70% daun bayam merah dosis 6 mg/20 g BB
Kelompok 5 :
Kelompok perlakuan 3 diberi ekstrak etanol 70% daun bayam merah dosis 8 mg/20 g BB
Setelah diberi perlakuan secara oral selama 7 hari, pada hari ke-8 mencit diinjeksi intraperitoneal suspensi Staphylococcus aureus 0,5 ml. kemudian pada hari ke-9 darah diambil melalui plexus retroorbitalis pada mata untuk dilakukan uji konfirmasi keberadaan S. aureus dalam darah mencit. Setelah penanaman pada media BPA, terlihat koloni bakteri S. aureus yang terbentuk tampak berwarna hitam. Selanjutnya pada hari ke-11 sel makrofag diambil dari peritoneum mencit dan dilakukan pengamatan pada mikroskop menggunakan pewarna Giemsa, barulah setelah didapat jumlah makrofag yang hidup dan mati, dihitung % dan total jumlah makrofag yang kemudian dikali 100%.
6. Analisa data aktivitas makrofag dengan perbandingan antara makrofag aktif Data danalisis dengan uji ANOVA satu jalan dilnjutkan uji LSD.
HASIL Hasil determinasi menunjukkan: 1b - 2b - 3b - 4b - 6b - 7b - 9b - 10b - 11b 12b 13b – 14a – 109b - 119b - 120b - 128b – 129b – 135b – 136b – 139b – 140b – 142b – 146a – 147a – 148b – 149a – Farm 41. Amaranthaceae -1b –5a – Genus: Amaranthus – Species: Amaranthus tricolor L. Hasil determinasi yang telah dilakukan dapat diperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah( Amaranthus tricolor L. ) atau tanaman bayam merah.
Identifikasi flavonoid didapatkan hasil warna coklat pada penambahan NaOH 4% dan warna hijau pada penambahan FeCl3.
1.
Flavonoid
Kuinoid
2. OH OH
Flavonoid
Pirokatekin
Data hasil perhitungan rata-rata aktivitas fagositosis makrofag dapat dilihat pada tabel I. Jenis perlakuan kontrol negatif kontrol positif Ekstrak bayam merah dosis 4 mg/20 g BB Ekstrak bayam merah dosis 6 mg/20 g BB Ekstrak bayam merah dosis 8 mg/20 g BB
Mean %aktivitas ± SD 42,8 89,3 88,6 88,7 90,2
Tabel II. Uji LSD Pasangan Perlakuan Kontrol Negatif vs kontrol positif Kontrol Negatif vs Dosis 4 mg Kontrol Negatif vs Dosis 6 mg Kontrol Negatif vs Dosis 8 mg Kontrol Positif vs Dosis 4 mg Kontrol Positif vs Dosis 6 mg Kontrol Positif vs Dosis 8 mg Dosis 4 mg vs Dosis 6 mg Dosis 4 mg vs Dosis 8 mg Dosis 6 mg vs Dosis 8 mg
Sig 0,000 0,000 0,000 0,000 0,846 0,860 0,829 0,986 0,682 0,695
Kesimpulan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda tidak signifikan Berbeda tidak signifikan Berbeda Tidak signifikan Berbeda Tidak signifikan BerbedaTidak signifikan Berbeda Tidak signifikan
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil determinasi diperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek imunomodulator daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap aktivitas fagositosis makrofag. Persen aktivitas fagositosis makrofag, dianalisa menggunakan SPSS 17,0 for windows menunjukkan bahwa nilai persen aktivitas fagositosis makrofag pada kontrol negatif yaitu 42,8 %,
kontrol positif yaitu 89,3 %. Pada ekstrak daun bayam merah dosis 4 mg/20 g BB yaitu 88,6 %, dosis 6 mg/20 g BB yaitu 88,7 %, dosis 8 mg/20 g BB yaitu 90,2 %. Hal itu dikarenakan pada kelompok kontrol
negatif perlakuannya hanya diberikan
aquades. Sedangkan untuk nilai tertinggi dari persen aktivitas fagositosis makrofag didapatkan pada perlakuan pemberian ekstrak etanol daun bayam merah pada dosis 8 mg/20 g BB yaitu sebeasr 90,2 %. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak yang diberikan persen aktivitas fagositosis makrofagnya semakin naik, hal ini dapat dilihat dari kurva diatas. Hal ini membuktikan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun bayam merah yaitu flavonoid terbukti dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag. Dari data hasil uji LSD menunjukkan bahwa, diperoleh aktivitas fagositosis pada kelompok kontrol positif dengan ekstrak daun bayam merah dosis 4 mg, 6 mg, dan 8 mg, dosis 4 mg dengan dosis 6 mg, dosis 4 mg dengan 8 mg, dosis 6 mg dengan 8 mg memiliki pengaruh yang berbada tidak signifikan, hal ini karena diperoleh nilai signifikan p> α (0,05) hal ini menunjukkan bahwa dalam dosis tersbut memiliki efek sebagai imunomodulator. Sedangkan untuk pasangan perlakuan lainnya memiliki pengaruh yang berbeda secara signifikan karena diperoleh nilai signifikan p < α (0,05) ini menunjukkan bahwa dalam dosis tersebut tidak memiliki efek imunomodulator karena pada kontrol negatif tidak diberi perlakuan ekstrak daun bayam merah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ekstrak daun bayam merah memiliki efek imunomodulator terhadap
aktivitas
fagositosis makrofag. 2. Pada dosis 4 mg/kg BB, 6 mg/kg BB, 8 mg/kg BB ekstrak daun bayam merah mempunyai efek imunomodulator terhadap aktivitas fagositosis makrofag berbeda tidak bermakna dengan Phyllanthus niruri dosis 9,1 mg/kg BB dengan P> 0,05.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian imunomodulator daun bayam merah (Amaranthus tricolor L. ) dengan menggunakan fraksi n-butanol. 2. Perlu dilakukan penelitian efek imunomodulator daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap kapasitas fagositosis makrofag yang diinduksi bakteri Staphylococcus aureus.
DAFTAR PUSTAKA Awwalia, N., 2013, Aktivitas Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini L.) Terhadap Respon Imun Non Spesifik Mencit Jantan Galur Balb/c, Skripsi Baratawidjaja, K.G., dan Rengganis, I., 2009, Imunologi Dasar, Edisi VIII, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Baratawidjaja, K.G., dan Rengganis, I., 2006, Imunologi Dasar, Edisi VII, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 9-10, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, oleh Kosasih Padmawinata, Edisi V, Penerbit ITB, Bandung Trihendradi, C., 2004, Memecahkan Kasus Statistik: Deskriptif, Parametrik, dan NonParametrik Dengan SPSS 1, 102-105, Andi press, Yogyakarta