The Effect of Averrhoa bilimbi Linn. Leaves Extracts toward ALT Levels in Male White Rats of Wistar Strain with Paracetamol Induced. Suhardjono, Agitya Resti E., Depi Yuliana ABSTRACT Flavanoid in Averrhoa bilimbi Linn. leaves that is believed have function as hepatoprotector. This study aims to find out the effect of Averrhoa bilimbi Linn. leaves extract toward Alanin aminotransferase (ALT) levels in male white rats of Wistar strain with paracetamol induced and to find out a correlation between Averrhoa bilimbi Linn. leaves dose and ALT levels. The groups of this study is pre and post test only control group design. The quantity of sample as much as 24 strain Wistar male white rats were randomly divided into 4 groups. The first group as a negative control, the second, third and fourth groups were treated by the extract of Averrhoa bilimbi Linn. leaves with doses 25 mg/ 200 gram BW, 50 mg/ 200 gram BW and 100 mg/ 200 gram BW, respectively for 3 days. Measurement the levels of ALT pre test performed on the ninth day. Measurement the levels of ALT post test performed on the thirteenth day. Data of decrease level percentage of ALT level from pre and post test data and analyzed by SPSS 17.0 with Kruskal Wallis test, T test and linear regression analysis. The results of this study indicate that the extract of Averrhoa bilimbi Linn leaves with 25 mg/ 200 gram BW, 50 mg/ 200 gram BW and 100 mg/ 200 gram BW can decrease levels of ALT compared with control negative consecutively P value 0,000 (P<0,05). Linear regression analysis show results that there is not correlation between the extract of Averrhoa bilimbi Linn. leaves and the Alanin aminotransferase (ALT) levels of strain Wistar male white rats with paracetamol induced. Key
words
:
Ethanol
extract
of
Averrhoa
bilimbi
Linn.
aminotransferase (ALT) , flavonoid, paracetamol
leaf,
Alanin
Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Kadar ALT Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Parasetamol. Suhardjono, Agitya Resti E., Depi Yuliana INTISARI Daun belimbing wuluh mengandung flavonoid yang diduga berfungsi sebagai hepatoprotektor. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek pemberian ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap kadar ALT tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol dan untuk mengetahui hubungan antara dosis ekstrak etanol daun belimbing wuluh dan kadar ALT. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Pre and Post Test Only Control group Design. Sampel meliputi 24 ekor tikus putih jantan galur Wistar dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, ekstrak daun belimbing wuluh dosis 25 mg/ 200 gramBB, 50 mg/ 200 gramBB, dan 100 mg/ 200 gramBB. Pengukuran kadar ALT pre test dilakukan pada hari ke-9. Pengukuran kadar SGPT post test dilakukan pada hari ke-13. Data yang didapat berupa persentase penurunan kadar ALT dari pre dan post test dan dianalisa menggunakan SPSS 17.0 menggunakan metode Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji T dan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh pada dosis 25 mg/ 200 gramBB, 50 mg/ 200 gramBB, dan 100 mg/ 200 gramBB dapat menurunkan kadar ALT dengan nilai signifikansi berturut-turut 0,000 (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil analisa regresi linear menunjukkan tidak ada hubungan antara dosis ekstrak daun belimbing wuluh dan kadar ALT tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi parasetamol. Kata kunci : Ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.), ALT, flavonoid, parasetamol
PENDAHULUAN Hati merupakan organ tubuh yang besar, berwarna coklat kemerah merahan, dan berbobot sekitar 1.4 kg pada manusia dewasa (Stockham dan Scott, 2002). Hati memiliki banyak fungsi penting, karena itulah hati memang sepatutnya perlu diperhatikan. ALT adalah singkatan dari alanin aminotrnsferase yang dulunya disebut dengan istilah SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase. ALT dianggap jauh lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati dibanding AST. ALT meninggi pada kerusakan lever kronis dan hepatitis (Bastiansyah, 2008). Konsumsi obat-obatan seperti parasetamol dalam dosis toksik pada hewan dan manusia dapat mengakibatkan kerusakan hati. Hal ini terjadi karena ikatan kovalen pada N-asetil-p-benzokuinonimina, senyawa radikal hasil oksidasi parasetamol yang mengakibatkan penurunan jumlah glutation (Lee, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh I Putu Tangkas Suwantara (2012) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar (Pomoea batatas Lamk.) yang mengandung fenol dan flavonoid memiliki efek sebagai hepatoprotektor dilihat dari parameter SGPT pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) yang mengandung flavonoid terhadap penurunan kadar ALT tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi parasetamol dan untuk mengetahui hubungan antara dosis ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) dengan kadar ALT tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi parasetamol. BAHAN DAN CARA A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah kandang tikus, timbangan tikus, sonde oral, spektofotometer, sentrifuse, kain flanel, blender, mikro hematokrit, microtube, beker glass, gelas ukur, batang pengaduk, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, pipet tetes, kuvet, mikropipet, kapas steril, ayakan nomor 30 mesh, spatula, labu takar, kompor listrik, waterbath, cawan porselin, timbangan digital. Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah daun belimbing wuluh, aquadest, CMC Na, parasetamol, tikus putih jantan galur Wistar, reagen 1 (Buffer TRIS (Ph 7,5) 100 mmol/l, L-alanine
500 mmol/l, LDH ≥ 600 U/l), reagen 2 (2-oxoglutarate
15 mmol/l, NADH 0,18 mmol/l), metanol, H2SO4, kalium dikromat.
B. Prosedur penelitian 1. Determinasi Tanaman Identifikasi dan determinasi tanaman daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Fakultas MIPA Jurusan Biologi UNDIP. 2. Pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Sebanyak 500 g serbuk simplisia daun belimbing wuluh ditambahkan dengan pelarut etanol 70% sebanyak 3750 ml. Maserasi dilakukan selama 5 hari dalam ruangan yang terlindung dari cahaya sambil sering diaduk kemudian disaring, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya. Setelah itu ekstrak disaring dengan menggunakan kain flanel sampai menghasilkan maserat I. Remaserasi dilakukan selama 2 hari ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 1250 ml dalam ruangan yang terlindung cahaya kemudian disaring dan dihasilkan maserat II. Selanjutnya maserat I dan II dicampur dan diuapkan dengan waterbath pada temperatur 50˚C hingga diperoleh ekstrak kental. 3. Perlakuan hewan uji Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 24 ekor yang diadaptasikan di laboratorium selama 7 hari. Dilakukan pengukuran kadar awal ALT pada hari ke-8 dan dilanjutkan dengan pemberian parasetamol dosis toksik akut 378 mg/200 gramBB. Pada hari ke-9 dilakukan pengukuran kadar ALT yang kedua (pretest). Hewan uji secara acak dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok hewan uji diberi perlakuan sebagai berikut : a. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi perlakuan aquadest+CMC Na 0,5%. b. Kelompok II diberi perlakuan ekstrak daun belimbing wuluh 25 mg/200 gramBB selama 3 hari. c. Kelompok III diberi perlakuan ekstrak daun belimbing wuluh 50 mg/200 gramBB selama 3 hari. d. Kelompok IV diberi perlakuan ekstrak daun belimbing wuluh 100mg/200 gramBB selama 3 hari. Dilakukan pemeriksaan kadar akhir ALT (posttest) pada hari ke-13. e. Penetapan kadar ALT Pemeriksaan kadar ALT dilakukan dengan mengambil serum sebanyak 100μl kemudian ditambahkan reagen ALT R1 sebanyak 1000μl kemudian
dihomogenkan dan ditunggu selama 5 menit pada suhu 37˚C. Setelah sesuai tambahkan 250μl reagen ALT R2 lalu dihomogenkan. Setelah homogen diukur absorbansinya dengan spektrofotometer autoanalizer pada panjang gelombang 340 nm kemudian sentuh tombol otomatisnya dan akan keluar hasil kadar ALTnya pada menit ke-3. f. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis menggunaan SPSS versi 17.0 dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL Kunci hasil determinasi : 1b, 2b, 3b, 4b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16a, ….. Golongan 10 : Tanaman dengan daun tunggal dan berhadapan,… 239b, 243b, 244a, 245b, 246b, 247a, ….. Famili 52 : Lauraceae, 1a, 2a, ….. Genus 1 : Averrhoa …….. Spesies : Averrhoa bilimbi L. (Belimbing wuluh). Berdasarkan reaksi pengamatan warna, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) mengandung senyawa flavonoid. Reaksi kimia identifikasi senyawa flavonoid dalam ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) :
Flavonoid
+
H2SO4
OH HO
OH
H
warna merah
OH +
HO
H OH
H O
OH
-
H
OH H O flavonoid
O
H
kalkon
Tabel I. Hasil Pengukuran Kadar ALT Kelompok perlakuan
Penurunan
% penurunan
1,08±0,15
1,16±0,19
9,60±0,72
9,00±0,62
22,87±6,08
23,00±4,40
43,72±3,86
42,81±4,69
Kontrol negatif Mean ± SD Perlakuan I Mean± SD Perlakuan II Mean ± SD Perlakuan III Mean ± SD Keterangan :Mean SD
: Nilai rata-rata : Standar Deviasi
Kontrol negatif: CMC Na 0,5% 2,5 ml/200 gramBB. Perlakuan I
: Ekstrak daun belimbing wuluh dosis 25mg/200
Perlakuan III
: Ekstrak daun belimbing wuluh dosis 50mg/200grBB.
Perlakuan III
: Ekstrak daun belimbing wuluh dosis 100mg/200grBB.
Tabel II. Hasil Uji T Kelompok
Nilai signifikansi
Keterangan
K (-) Vs PI
0,000
Berbeda signifikan
K (-) Vs PII
0,000
Berbeda signifikan
K (-) Vs PIII
0,000
Berbeda signifikan
PI Vs PII
0,000
Berbeda signifikan
PI Vs PIII
0,000
Berbeda signifikan
PII Vs PIII
0,000
Berbeda signifikan
PEMBAHASAN Pada penelitian efek pemberian ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap kadar ALT, hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar sebanyak 24 ekor berumur 2-3 bulan dengan berat rata – rata 180 – 200g. Sampel yang diukur berupa serum darah tikus yang didapat dari hasil sentrifuge darah tikus yang diambil melalui vena retroorbitalis mata sebanyak 2 – 3ml.
Kadar ALT yang diukur adalah kadar ALT awal yakni kadar ALT tikus sebelum diberi perlakuan untuk mengetahui kadar normal ALT masing-masing tikus, kadar ALT pretest yakni kadar ALT setelah dipejani parasetamol dosis toksik dimana kadar ALT tikus meningkat akibat dari radikal NAPQI hasil metabolit parasetamol, dan kadar ALT posttest setelah diberi ekstrak daun belimbing wuluh. Data hasil pengukuran kadar ALT selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS 17,0 untuk dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro wilk dan didapat nilai signifakansi berturut – turut adalah lebih besar dari 0,05 yang artinya data terdistribusi normal sedangkan pada uji homogenitas dengan Levene test didapatkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan data memiliki varian yang tidak homogen. Kemudian dilakukan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah kelompok perlakuan ada perbedaan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Didapatkan nilai signifikansi 0,000 ( p<0,05 ) yang berarti ada pengaruh berbeda signifikan diantara kontrol negatif dengan kelompok perlakuan. Uji dilanjutkan dengan uji T dimana nilai signifikansinya berturut – turut adalah 0,000 (p<0,05) berarti ada perbedaan yang signifikan antara semua peringkat dosis ekstrak daun belimbing wuluh dengan kelompok kontrol negatif. Analisis data untuk mengetahui bagaimana hubungan antara dosis ekstrak etanol daun belimbing wuluh dengan penurunan ALT, digunakan analisis regresi linier dengan perolehan nilai signifikansi p=0,058 (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besarnya dosis ekstrak daun belimbing wuluh terhadap penurunan kadar ALT tikus. Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar ALT adalah dengan bertindak sebagai penangkal radikal bebas (NAPQI) hasil metabolit dari parasetamol dengan menyumbangkan atom H kepada radikal bebas NAPQI menjadi senyawa yang nonradikal sehingga kadar ALT dapat diturunkan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil penelitian ini terbukti bahwa ekstrak daun belimbing wuluh dapat menurunkan kadar ALT pada tikus putih jantan galur Wistar. 2. Secara statistik peningkatan dosis ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) tidak berhubungan dengan besarnya respon penurunan kadar ALT.
B.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar toksik dari ekstrak daun belimbing wuluh 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap kadar ALT tikus yang diinduksi parasetamol dengan penambahan variasi dosis yang lain
UCAPAN TERIMA KASIH 1.
Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
2.
Para dosen dan Staf Pengajar STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini
DAFTAR PUSTAKA 1.
Stockham, S.L., dan Scott M.A., 2002, Fundamentals Of Veterinary Clinical Pathology. 1th Ed. 433-486, State Pr. Blackwell Publishing, Iowa.
2.
Bastiansyah, E., 2008, Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan, Cetakan 1, 53-54, Penebar Plus, Jakarta.
3.
Lee, J.I., 2003, Apoptosis Of Hepatic Stellate Cells In Carbon Tetrachloride Induced Acute Liver Injury Of The Rat: Analysis Of Isolate Hepatic Stellate Cells, J: Ethnopharmacol, 39, 960-966.
4.
Suwantara, I. P. T., 2012, Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamk.) Sebagai Hepatoprotektor Terhadap Kadar SGPT Serum Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, Skripsi, Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo, Ungaran.