THE ECLIPSE GERHANA MATAHARI TOTAL CATATAN PERISTIWA 9 MARET 2016
PANITIA NASIONAL GERHANA MATAHARI TOTAL 2016
Foto : Dok. LAPAN
Daftar Isi // Daftar Isi Tim Redaksi Sambutan Kepala LAPAN Sambutan Ketua Panitia Nasional Gerhana Matahari Prolog Bab 1. Gerhana dan Peradaban Manusia Bab 2. Menanti Sang Gerhana di Kathulistiwa Bab 3. Lokasi Pengamatan dan Peristiwa Jembatan Ampera, Palembang Pantai Tanjung Kelayang, Belitung Palangkaraya, Kalimantan Tengah Parigi Moutong, Sulawesi Tengah Palu, Sulawesi Tengah Poso, Sulawesi Tengah Ternate, Maluku Utara Maba, Halmahera Gerhana Matahari Sebagian Hasil Penelitian Bab 4. Berbagi Euforia Menyambut Gerhana Tautan Liputan Media di Website LAPAN Ucapan Terima Kasih Tim Penyusun Buku dan Kontributor
i
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
i ii 1 2 3 5 11 56 61 67 73 79 85 93 103 109 117 139 147 159 161 162
Tim Redaksi Penanggung Jawab Ir. Christianus R. Dewanto, M.Eng (Kepala Biro Kerjasama, Humas, dan Umum LAPAN) Pemimpin Redaksi Ir. Jasyanto, MM (Kepala Bagian Humas LAPAN) Redaktur Pelaksana Mega Mardita, M.Si (Kepala Subbagian Publikasi dan Layanan Informasi Publik LAPAN) Anggota Redaksi: Drs. Syaikhun Hadisaputra, MM (LAPAN) Zakaria, S.Sos (LAPAN) Sigid Nur Tito Ahmad, S.Sn (LAPAN) Penyunting Shaka Mahottama (Talemaker Communications) Penata Letak Damara Prasetyo (Talemaker Communications)
The Eclipse - Gerhana Matahari Total: Catatan Peristiwa 9 Maret 2016 diterbitkan oleh: Biro Kerjasama, Humas, dan Umum Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jalan Pemuda Persil No. 1, Jakarta 13220 Telepon (021) 4892802 Fax. 4892815 www.lapan.go.id
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
ii
THE ECLIPSE - GMT
SAMBUTAN KEPALA LAPAN Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Prof. Dr. Thomas Djamaluddin
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, LAPAN telah memberikan sumbangsihnya kepada negara, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Sumbangsih ini berupa edukasi publik dalam rangka Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 pda 9 Maret 2016. GMT 2016 sangat menarik perhatian publik. Hal ini disebabkan, peristiwa astronomi ini merupakan fenomena alam yang langka. Inilah yang melatarbelakangi penyusunan buku The Eclipse - Gerhana Matahari Total: Catatan Peristiwa 9 Maret 2016, yang bertujuan untuk mendokumentasikan peristiwa tersebut. Kali ini, GMT melintasi 11 provinsi di wilayah Indonesia. Media dan masyarakat menghadapi peristiwa ini dengan penuh antusias. Kelompok astronom amatir, mahasiswa dan dosen perguruan tinggi menyiapkan berbagai kombinasi penelitian dalam berbagai tingkatan dengan kegiatan pendidikan publik. Bahkan, fenomena ini juga menjadi perhatian bagi wisatawan domestik dan luar negexri sehingga memberikan efek positif tehadap pariwisata nasional. Pada akhirnya, GMT tersebut telah berdampak baik pada peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap fenomena itu. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan sambutan fenomena yang sama pada 1983. Kala itu, masyarakat merasa ketakutan sehingga sedikit yang menikmati gerhana. Buku ini diharapkan menjadi catatan sejarah pengamatan gerhana Matahari di Indonesia. Saya berharap pula buku ini dapat menjadi wahana edukasi bagi ilmu pengetahuan dan teknologi antariksa, khususnya terkait astronomi. Wassalam Jakarta, Agustus 2016 Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin
1
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
SAMBUTAN KETUA PANITIA NASIONAL GERHANA MATAHARI Assaalamu’alaikum Wr.Wb.
Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc
Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT bahwa Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 telah berlangsung di Indonesia pada Rabu, 9 Maret 2016, dimana peristiwa astronomi yang langka ini juga telah dijadikan sebagai ajang penelitian keantariksaan di LAPAN. Persitiwa GMT telah disaksikan oleh jutaan umat manusia baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri. Dalam kesempatan ini Kedeputian Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer LAPAN bertindak selaku tuan rumah kepanitiaan nasional. Peristiwa ini menjadi momen yang sangat penting untuk mengembangkan hasil penelitian di LAPAN. Momen tersebut sekaligus dapat diajadikan tonggak yang bersejarah bagi peneliti LAPAN. Selain pengamatan GMT, LAPAN juga melaksanakan pengamatan Gerhana Matahari Sebagian (GMS). Di Kantor LAPAN Bandung juga dilaksanakan streaming pengamatan GMT dari berbagai wilayah di Indonesia pada pukul 06.10 hingga 08.32 WIB. Momentum GMT 2016 juga sebagai sumber pengetahuan, pengalaman, dan wawasan tentang pengamatan gerhana matahari. Selain memperkenalkan LAPAN, peristiwa ini juga sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat, terutama dalam meningkatkan pemahaman mengenai fenomena ini. Terkait hal tersebut, maka LAPAN mendokumentasikan GMT sejak mulai proses perencanaan, hitungan mundur, dan pengamatan langsung di lapangan serta hasil penelitian ilmiah Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 dalam buku The Eclipse - Gerhana Matahari Total: Catatan Peristiwa 9 Maret 2016. Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan media massa dalam dan luar negeri, juga seluruh komponen Panitia Nasional Gerhana Matahari yang telah ikut menyukseskan agenda nasional dalam menyambut peristiwa Gerhana Matahari Total dan Sebagian tahun 2016, dan ikut serta berkontribusi dalam penyusunan materi dokumentasi ini. Dokumentasi ini diharapkan dapat berfungsi sebagai catatan sejarah pengamatan ilmiah. Buku ini sekaligus dapat digunakan untuk proses pendidikan dan pembelajaran ilmiah bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat Indonesia. Kami berharap, buku ini dapat disosialisasikan secara berkelanjutan. Tentunya, dokumen ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Wassalam. Jakarta, Agustus 2016 Ketua Panitia Nasional Gerhana Matahari Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
2
THE ECLIPSE - GMT
PROLOG A
Foto : www.rahunas.org
3
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
stronomi seperti halnya ilmu pengetahuan alam lainnya yang serumpun yakni Fisika, Kimia dan Biologi (sedang Matematika adalah ‘Queen of Science’) memiliki satu karakter yang unik yakni predictive power. Melalui metodologi sains yang mendasari pengamatan astronomis, astronom menjelaskan secara ilmiah serta memprediksi dengan intuisi dan logika, fenomena alam yang akan terjadi berdasarkan telaah seksama terhadap periodisitasnya. Metode ini mengandalkan kedisiplinan pengumpulan dan rasionalitas yang tinggi terhadap data dan menjadi landasan empirisme dalam dunia deduksi-induksi dalam sains. Kemampuan prediksi ini dibuktikan dengan begitu cermatnya penentuan waktu gerhana matahari total hingga jangkauan sepersepuluh detik. Akan tetapi dalam sejarahnya, Astronomi sebagai sains tertua didekati melalui berbagai jalur. Manusia sebagai mahluk berakal memiliki khazanah yang luas dalam menafsirkan berbagai fenomena alam. Oleh karena itulah peradaban manusia menyaksikan berbagai asimilasi antara aspek kultural dengan ilmiah dalam mempelajari fenomena alam yang astronomis. Berbagai mitos sekitar peristiwa alam seperti kemunculan komet dan gerhana matahari maupun gerhana bulan pun muncul sebagai akibat perkembangan kebudayaan
manusia. Pendekatan ini berlangsung secara rasional dalam tataran teknik pengukuran dan berakhir pada tafsir pseudo-sains, sesuatu yang sejatinya berbeda dengan nilai sains itu sendiri. Namun, umat manusia cenderung menerima pemikiran mitikal ini, dan mewariskannya pada generasi-generasi berikut. Permasalahannya, pandangan ini akan menjadi bias yang merugikan masyarakat itu sendiri saat telah terlembagakan. Salah satu contoh yang paling mendekati topik ini adalah saat kehadiran peristiwa gerhana matahari total 11 Juni 1983 di Indonesia. Fenomena gerhana ini disambut dengan bersembunyinya sebagian besar penduduk Indonesia di rumah-rumah. Suasana di pedesaan dilaporkan sepi mencekam karena patroli tentara dan polisi mencegah penduduk keluar rumah. Banyak penduduk yang menutup ventilasi di rumahnya dengan menggunakan tikar. Ini bertujuan agar ibu hamil tidak terpapar cahaya matahari dan melahirkan bayi-bayi yang “belang”. Contoh dari sebuah pemikiran mitikal yang tidak berbasis pada sains. Lalu, apakah gerhana matahari atau pun bulan merupakan petanda bencana alam? Zaman telah menjawab bahwa tidak ada korelasi positif di antara keduanya. Namun, manusia cenderung mempercayai dan memperdebatkan ide mitikal secara berulang dari waktu ke waktu. Sikap ini menunjukkan bahwa diperlukan upaya yang keras lagi untuk meningkatkan taraf science literacy di masyarakat. Kini, setelah 33 tahun berlalu, masyarakat Indonesia dihadapkan pada suatu fenomena yang sama tapi dengan jejak dan kala totalitas yang berbeda namun spektakuler karena gerhana matahari total melintasi 11 provinsi yang merentang dari
Bengkulu hingga Maluku Utara. Menariknya, media dan masyarakat seperti gayung bersambut menghadapi peristiwa ini dengan penuh antusias. Kelompok astronom amatir dari Aceh hingga Ambon, mahasiswa, dan dosen perguruan tinggi menyiapkan berbagai kombinasi penelitian dalam berbagai tingkatan dengan kegiatan pendidikan publik (public outreach). Masyarakat berbondong-bondong mencari kacamata gerhana yang sempat menjadi komoditas bernilai tinggi di pasaran. Para pelajar dengan antusias mencari informasi dan ilmu pengetahuan hingga melakuka penelitian dasar mengenai gerhana matahari. Situasi yang sangat berbeda dibandingkan tahun 1983. Keindahan fenomena ini juga menjadikan pengalaman wisata yang tak terlupakan oleh wisatawan asing maupun domestik yang datang ke lokasi-lokasi pengamatan bersama. Para warga dan wisatawan dari berbagai tempat dan kalangan berbaur untuk bersama-sama melihat gerhana matahari. Antusiasme seperti ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia telah selangkah lebih maju dalam menyikapi fenomena ini dan mulai menerima sains dan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari pemahaman terhadap dunia dan semesta. Meski tentunya kampanye science literacy tetap diperlukan dan dilakukan secara konsisten, berbagai reaksi positif media dan publik terhadap gerhana tahun 2016 ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tengah berada di jalur yang benar dalam menerima sains dan ilmu pengetahuan. (Sumber: intisari wawancara Hakim Luthfi Malasan oleh Liputan 6)
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
4
THE ECLIPSE - GMT
Gerhana dan Peradaban Manusia Sepanjang sejarah manusia, gerhana matahari bukanlah sekedar fenomena semesta yang statis. Kepercayaan, religi, dan peradaban manusia di masa lalu sarat pengaruh sang gerhana.
5
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Bab 1
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
6
THE ECLIPSE - GMT
Gerhana dan Peradaban Manusia
Gerhana, sebuah mitos dan legenda Batara Kala. Mitologi Hindu dan pewayangan mempercayai bahwa gerhana matahari disebabkan oleh amarah Betara (Dewa) Kala kepada matahari dan bulan. Diceritakan bahwa matahari dan bulan melaporkan tindakan Kala kepada Dewa Wisnu, yang memberi hukuman dengan memisahkan kepala Kala dari tubuhnya. Kala yang marah terhadap matahari dan bulan bersumpah untuk mengejar dan memakan mereka. Namun karena kepala Kala sudah terlepas dari tubuhnya, maka matahari dan bulan yang dimakan langsung keluar kembali melalui kerongkongannya. Cahaya matahari dan bulan hanya hilang sejenak sebelum kembali bersinar karena telah bebas dari mulut Kala.
7
G
erhana matahari sejak dahulu merupakan misteri bagi manusia. Sebuah fenomena yang sepanjang sejarah ditunjukkan dalam berbagai ekspresi: ketakutan, kekaguman, pemujaan, hingga keingintahuan. Dari mitos, legenda, hingga catatan akademik, setiap pera daban dan zaman memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi gerhana matahari. Meski demikian, dapat dikatakan seluruhnya memiliki pendapat yang sama bahwa itu merupakan fenomena semesta yang istimewa. Gerhana menarik perhatian manusia sejak masa lampau. Sejati nya merupakan spesies yang berpikir dan
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
ingin tahu, manusia memandang gerhana sebagai peristiwa yang harus dicari tahu penyebab dan maknanya. Pemikiran manusia dalam menginterpretasikan gerhana mengikuti norma religi, kepercayaan, dan komunitas di masa ia berada. Seringkali, interpretasi itu menjadi awal dari mitos gerhana matahari. Harus diakui memang, dalam banyak mitos di seluruh dunia gerhana seringkali diasosiasikan peringatan akan munculnya musibah. Pandangan ini juga terjadi di masa Kekaisaran Tiongkok Kuno, pada dinasti apapun. Posisi astronom kekaisaran merupakan jabatan dengan prestise yang sangat tinggi, dan bertugas menganalisis pergerakan benda-benda langit (antariksa) untuk menentukan berbagai macam hal, dari masa tanam dan panen, hingga harihari baik untuk mengadakan upacara ritual. Gerhana matahari umumnya dianggap sebagai peringatan akan ancaman bahaya, dan pihak kekaisaran biasanya mengadakan upacara ritual persembahan untuk menenangkan amarah para dewa. Kegagalan memprediksi gerhana matahari merupakan kejahatan berat dengan ancaman hukuman mati. Masyarakat Yunani Kuno juga demikian. Gerhana matahari juga merupakan peringatan bencana. Matahari yang dianggap sebagai simbol dan panduan untuk sesuatu yang stabil, cerah, dan kekal, seketika menjadi gelap dan menghilang. Gangguan terhadap kestabilan sebagai sebuah sim-
Gerhana dan Peradaban Manusia
Foto : Brunier and Luminet, Glorious Eclipses, Cambridge University Press
bol inilah yang menjadi interpretasi masyarakat Yunani Kuno terhadap gerhana matahari. Beberapa budaya dan peradaban lain bahkan memiliki interpretasi bahwa matahari sedang diserang oleh entitas-entitas tertentu untuk memakannya. Di Vietnam, pelakunya adalah kodok raksasa. Menurut kepercayaan Korea di masa lampau, gerhana matahari menunjukkan bahwa matahari tengah diserang oleh anjing ganas raksasa. Ini hampir mirip dengan budaya Viking Nordik, namun anjing diganti dengan serigala angkasa. Bagi masyarakat tradisional Serrano di California, gerhana matahari merupakan kejadian di mana arwah orang-orang yang sudah meninggal berkumpul dan bersama-sama men-
coba memakan matahari. Indonesia juga memiliki mitos unik mengenai gerhana, dan bentuknya tergantung suku dan masyarakatnya. Suku Da’a di Sigi, misalnya, mengadakan ritual khusus yang dimaksudkan untuk melindungi penduduk di muka bumi dari hal-hal yang tidak diinginkan saat terjadi gerhana. Sementara itu umat Islam di Indonesia, seperti di belahan dunia lainnya, mengadakan salat gerhana sebagai ibadah dan ekspresi kekaguman terhadap ciptaan Tuhan. Berdasarkan mitos Hindu dan pewayangan, gerhana matahari terjadi akibat Raksasa Kala yang tengah marah dan menelan matahari (dan juga bulan untuk kasus gerhana bulan). Namun karena kepala
Pengamatan gerhana. Para ahli astronomi Tiongkok sedang mengamati gerhana matahari sekitar tahun 1840, sementara para pelayan ketakutan dan bersujud ke arah gerhana. Masyarakat Tiongkok memiliki sejarah panjang yang terkait dengan gerhana matahari. Gerhana merupakan perwujudan dari sebuah peringatan akan adanya bahaya. Seiring dengan perkembangan zaman, kaum intelektual Tiongkok mulai meneliti gerhana dari sudut pandang sains. Namun, bagi rakyat jelata, pemikiran bahwa gerhana merupakan tanda dari bencana masih sulit dihilangkan.
Kala sudah terlepas dari tubuhnya, maka matahari langsung keluar kembali melalui kerongkongannya. Inilah yang menyebabkan gerhana matahari total hanya berlangsung beberapa menit saja sebelum cahaya kembali bersinar.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
8
THE ECLIPSE - GMT
Foto : wikipedia.org
Ekspedisi mengejar gerhana
Perkembangan zaman perlahan mengubah paradigma, yang sebelumnya mengedepankan bahwa gerhana adalah fenomena gaib dan berada di luar daya pikir manusia. Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan pola pikir membuat manusia mempertanyakan apa penyebab gerhana matahari, dampaknya, serta apa yang bisa dipelajari dari terjadinya gerhana. Meskipun pengamatan dan ralaman gerhana telah terjadi dari masa kuno (tercatat pertama kali dalam teks kuno Assyria pada 763 SM, juga catatan-catatan masa kekaisaran Tiongkok kuno), pengamatan teleskopik gerhana matahari pertama kali tercatat pada tahun 1706 di Perancis. As-
9
tronom Inggris Edmund Halley kemudian juga mengamati gerhana sembilan tahun kemudian. Lebih dari satu abad kemudian, tepatnya di tahun 1851, gerhana matahari untuk pertama kalinya diabadikan dalam bentuk foto. Semenjak itu, penelitian mengenai gerhana matahari mulai giat dilakukan di berbagai negara. Bahkan, saat terjadinya gerhana matahari yang lintasannya melewati Siam (Thailand) pada tahun 1868, Raja Mongkut yang legendaris memimpin sendiri ekspedisi untuk mengamati gerhana tersebut. Ini membuktikan pentingnya posisi fenomena gerhana matahari sebagai subjek dan prestise dunia penelitian dan akademik waktu itu.
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sang Raja yang progresif. Raja Siam, Mongkut, dikenal sebagai sosok yang progresif. Saat terjadinya gerhana matahari tahun 1868, sang raja sendirilah yang memimpin ekspedisi pengamatan gerhana. Dikenal juga sebagai pegiat sains, Raja Mongkut bahkan mampu dengan tepat memprediksi lamanya fase gerhana total tersebut dua tahun sebelumnya.
Gerhana dan Peradaban Manusia
Foto : eclipse-maps.com
Ekspedisi sekaligus penelitian besar di abad ke-20 mengenai gerhana matahari total yang termahsyur dipimpin oleh astronom berkebangsaan Inggris, Arthur Eddington, pada tanggal 29 Mei 1919. Ekspedisi Eddington juga berhasil membuktikan teori relativitas Albert Einstein mengenai pembelokan ruang dan waktu akibat gravitasi. Di wilayah Indonesia sendiri (atau Hindia-Belanda waktu itu), ekspedisi pertama di abad ke-20 dipimpin oleh duet astronom dari Amerika Serikat, Charles D. Perrine dan R.H. Curtiss. Keduanya mengunjungi Sumatra untuk mengamati dan meneliti gerhana matahari total. Tidak hanya mereka, beberapa peneliti lain dan bahkan
wisatawan dari negara-negara Eropa juga datang ke Hindia-Belanda untuk menyaksikan fenomena tersebut. Tujuan utama para peneliti tersebut adalah Kota Padang, Bukittinggi, dan Sawahlunto. Meskipun pada saat itu lintasan gerhana juga melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, Sumatra dianggap sebagai destinasi yang lebih aman. Fase gerhana total pada tahun 1919 berlangsung cukup lama,6 menit 27 detik. Persiapan para astronom dan peneliti itu untuk menyaksikan gerhana di tanah Hindia-Belanda sendiri berlangsung selama enam pekan. (Disarikan dari berbagai sumber)
Ekspedisi masa lalu. Semenjak gerhana matahari dapat diabadikan dengan fotografi, para astronom dan ilmuwan di berbagai negara berlomba-lomba untuk melakukan ekspedisi gerhana. Dengan sokongan dana dari berbagai macam sumber, umumnya institusi akademik, ekspedisi dilakukan dengan melakukan perjalanan ke luar benua Eropa atau Amerika Serikat. Amerika Latin, India, dan Asia Tenggara biasanya menjadi tempat pilihan bagi para ilmuwan itu. Berbeda dengan saat ini di mana perjalanan bisa mudah dilakukan, pada masa lalu perjalanan menuju tempat tujuan bisa memakan waktu berminggu-minggu dengan masa tinggal saat penelitian di lokasi bisa mencapai setengah tahun bahkan lebih.
Saat kehadiran peristiwa gerhana matahari total 11 Juni 1983 yang disambut dengan sembunyinya sebagian besar penduduk Indonesia di rumah-rumah, ditutupnya ventilasi dengan menggunakan tikar agar ibu hamil tidak terpapar cahaya matahari dan melahirkan bayi-bayi yang “belang”.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
10
THE ECLIPSE - GMT
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiw Penduduk di wilayah Nusantara mendapatkan kesempatan langka untuk bisa menyaksikan secara langsung fenomena Gerhana Matahari Total. LAPAN sebagai lembaga terkait menyiapkan segalanya untuk peristiwa di Hari-H. Apa saja yang dilakukan oleh LAPAN untuk menyambut sang gerhana?
11
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
wa
Bab 2
S
ebelum terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT) 9 Maret 2016, wilayah Indonesia sebelumnya pernah mengalami lima kali lintasan GMT yang tercatat sejak masa kemerdekaan. Menariknya, gerhana matahari seringkali diasosiasikan dengan mitos sebagai penyebab kebutaan. Isu ini begitu dominan sehingga pada saat terjadinya GMT pada tahun 1983, pemerintah Indonesia melarang warga untuk melihat peristiwa gerhana secara langsung. Beberapa daerah bahkan membunyikan sirine tanda bahaya dan meminta warga untuk tetap berada di dalam rumah. Terlepas dari kontroversi mengenai penyebab pelarangan, yang pasti mitos penyebab kebutaan secara langsung tidaklah benar. Seiring dengan perkembangan teknologi dan arus informasi, mitos mengenai dampak negatif gerhana matahari mulai berkurang. Namun, masih ditemukan banyak pertanyaan mengenai gerhana matahari yang diajukan oleh masyarakat. Menyongsong GMT tahun 2016, LAPAN melakukan beberapa langkah sosialisasi dan persiapan bagi masyarakat dan para peneliti untuk menyambut gerhana matahari.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
12
THE ECLIPSE - GMT
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa Sosialisasi gerhana matahari dan kacamata gerhana
P
ertanyaan yang muncul dari masyarakat umumnya terkait dengan proses pengamatan gerhana secara langsung. Apakah melihat gerhana dengan mata telanjang itu berbahaya? Apa efeknya? Bagaimana cara mengamati gerhana dengan aman? Gerhana matahari memang memiliki efek negatif apabila dilihat dengan mata telanjang dalam waktu lama, sama dengan cahaya matahari pada saat normal, karena dapat membebani kerja retina. Ketika fase GMT terjadi, pupil mata membesar untuk menangkap cahaya sebanyak mungkin karena suasana yang gelap. Tetapi ketika fase total berakhir dan bulan mulai bergeser, cahaya matahari akan terang kembali dan cahaya yang muncul berdampak negatif bagi retina. Namun, cahaya matahari saat gerhana tidak mengakibatkan kebutaan secara langsung di tempat. Untuk melihat gerhana maSuku Togutil memakai kacamata khusus untuk melihat proses gerhana.
tahari secara aman, dibutuhkan perlengkapan khusus. Salah satu cara teraman untuk melihat langsung gerhana matahari adalah menggunakan kacamata gerhana, kacamata yang dalam konstruksinya memiliki filter berupa film yang mampu menyaring cahaya matahari yang masuk ke mata. Yang membedakannya dengan kacamata hitam atau kacamata film biasa adalah kemampuan penyaringannya yang bisa mencapai sepersepuluh ribu dari cahaya yang masuk ke bumi (dibandingkan kacamata hitam yang hanya menyaring maksimal hingga seperseribu). Terdapat cukup banyak varian instrumen lain untuk melihat gerhana matahari, mulai dari kacamata las industri hingga menggunakan kardus yang dilubangi. Prinsipnya tetap sama, yaitu memenuhi standar untuk secara intensif menyaring cahaya yang masuk ke retina.
Gerhana di pedalaman. Suku Togutil merupakan masyarakat yang tinggal di pedalaman hutan Halmahera Utara. Hidup dengan cara berpindah-pindah, masyarakat ini hidup dengan cara mengandalkan hasil hutan dan belum mengenal huruf meski sudah mengenal peradaban di luar sukunya. Suku Togutil yang tinggal di pedalaman Halmahera Utara juga tidak lepas dari tradisi yang berkenaan dengan gerhana matahari. Mereka masih menganut tradisi bahwa memukulkan alat-alat kayu hingga menciptakan suara lantang dapat mencegah nasib buruk atau kesialan dari menghinggapi anggota suku dikarenakan gerhana matahari. Kru CNN Indonesia memproduksi dokumenter yang mengangkat kehidupan suku Togutil dan tradisi mereka saat terjadi gerhana matahari. Dalam film dokumenter tersebut, suku Togutil akhirnya dapat melihat gerhana secara langsung dengan bantuan kacamata khusus gerhana matahari yang dibagikan oleh tim LangitSelatan. (sumber: tangkapan layar dari CNN Indonesia)
Foto : Video CNN Indonesia
13
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa
Foto : Video CNN Indonesia
Sosialisasi gerhana terhadap Suku Togutil, Halmahera. Saat Gerhana Matahari, kebiasaan yang dilakukan suku Togutil ialah “Toki-toki” (memukul/ membuat bunyi dari sirih pinang yang dipukulkan ke pohon beringin).
Informasi inilah yang harus disosialisasikan LAPAN kepada masyarakat. Memahami pentingnya generasi muda sebagai stakeholder ilmu pengetahuan dan kebijakan di masa depan, LAPAN mengajak para pelajar untuk mempelajari gerhana matahari dengan lebih mendalam. Sosialisasi ini dilakukan baik dengan mengundang perwakilan pelajar ke fasilitas LAPAN di berbagai kota, ataupun mendatangi sekolah-sekolah dan tempat belajar para siswa. Para siswa diberikan pengetahuan mengenai gerhana matahari dan peristiwa antariksa lainnya, serta cara-cara menggunakan berbagai media dan perlengkapan untuk memantau gerhana matahari secara langsung. Dalam hal sosialisasi, LAPAN memboyong fasilitas Planetarium Mini untuk dapat dinikmati oleh para siswa serta masyarakat yang penasaran mengenai tata surya dan antariksa. Ini tentunya disertai juga dengan pemberian pengetahuan tentang gerhana matahari dan juga cara penggunaan instrumen seperti bandul, thermometer, hygrometer, sampai kamera lubang jarum yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian dasar saat terjadinya gerhana matahari. Berbagai permainan
Sosialisai 8 Maret 2016 - Palembang
edukasi dan workshop pembuatan teropong juga merupakan agenda tetap yang diadakan di setiap sosialisasi. Ekspedisi sosialisasi LAPAN mengenai gerhana matahari diantaranya digelar untuk para siswa di SMA Xaverius Palembang, SMK 1 Maba, SMPN 2 Parigi Moutong, SD dan SMP YPP 1 Surabaya, serta perwakilan dari sekolahsekolah di Ternate, Sumedang, Palangkaraya, Pontianak, dan Bandung. LAPAN juga memproduksi ratusan kacamata gerhana untuk dibagikan kepada masyarakat yang ingin menonton langsung gerhana matahari di tempat pengamatan. Produksi kacamata gerhana ini juga dilakukan oleh pemerintah-pemerintah daerah setempat. LAPAN juga mengambil langkah inisiatif untuk masuk ke pusat-pusat perbelanjaan sebagai salah satu bentuk outreach kepada masyarakat. Hal ini direalisasikan dalam bentuk temu wicara atau talkshow mengenai gerhana matahari total yang diselenggarakan di Palembang Indah Mall. Dengan peneliti LAPAN, budayawan, dan pejabat pendidikan setempat yang menjadi narasumber, acara ini mengupas dengan dalam fenomena gerhana matahari baik dari kacamata sains dan budaya atau kelembagaan masyarakat. Dalam Sosialisasi di segala lini. Gerhana matahari 9 Maret 2016 merupakan fenomena cukup langka yang tidak sering terjadi, maka LAPAN sebagai lembaga penelitian antariksa melakukan sosialisasi gerhana di segala lini, dari para pelajar di sekolah dasar hingga para pejabat pemerintahan. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi yang benar mengenai fenomena gerhana matahari hingga berkoordinasi untuk menyukseskan acara-acara pengamatan gerhana matahari di berbagai lokasi di Indonesia. ( Foto : Dok. LAPAN)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
14
THE ECLIPSE - GMT acara ini pula para narasumber berupaya untuk mematahkan mitos dan legenda negatif mengenai gerhana matahari. Dari berbagai sosialisasi yang dilakukan di Palembang, yang paling mengesankan bagi masyarakat dan para pelajar khususnya adalah kehadiran Planetarium Mini milik LAPAN. Planetarium berbentuk tenda besar yang canggih ini bisa memfasilitasi para pelajar yang ingin menonton simulasi fenomena antariksa sama baiknya dengan planetarium permanen. Ini merupakan langkah inovatif LAPAN dalam rangka mendekatkan diri dengan para pelajar serta bentuk outreach, memberikan pengalaman kepada masyarakat untuk merasakan sensasi simulasi planetarium yang belum tentu ada di setiap kota di Indonesia. Selain itu, para personel LAPAN juga giat dalam menjelaskan fenomena gerhana kepada media massa dan para jurnalis. Media massa baik cetak, elektronik, maupun digital, berfungsi untuk menyampaikan informasi dan agenda dari LAPAN. Jangkauan media yang luas merupakan salah satu kunci dari keberhasilan membangun antusiasme masyarakat yang begitu besar di seluruh wilayah Indonesia untuk menyaksikan GMT serta memadamkan mitos negatif yang selama ini melekat pada fenomena gerhana. Sosialisasi mengenai gerhana sendiri juga dilakukan melalui media baru dan internet. Laman mayantara LAPAN (www.lapan.go.id) dilengkapi dengan sublaman dan dokumen-dokumen khusus yang membahas gerhana matahari. Pengetahuan dan informasi lain mengenai gerhana juga dapat dilihat di laman gerhana.info, yang dikelola oleh tim LangitSelatan. Media sosial seperti Facebook dan Twitter juga digunakan untuk memberikan informasi-informasi terbaru terkait dengan persiapan pengamatan gerhana. Untuk memperluas jangkauan sosialisasi yang intensif, LAPAN menggandeng komunitas-komunitas penggemar fenomena antariksa, seperti LangitSelatan, Penjelajah Langit, Komunitas Lubang Jarum, Surabaya Astronomy Club, serta institusi-institusi penelitian dan akademik seperti Kementerian Ristekdikti, Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Melalui kepanitiaan nasional gerhana matahari total, komunitas Komunitas dan lembaga-lembaga ini nantinya juga berkoordinasi dengan LAPAN dalam proses pengamatan dan penelitian GMT di berbagai lokasi di Indonesia. Belajar gerhana itu menyenangkan. Seorang siswi sekolah dasar di SMPN 1 Bangil, Pasuruan tampak tersenyum lebar saat melakukan simulasi pemakaian kacamata gerhana, sementara teman-temannya tampak antusias menanti gilirannya masing-masing. Metode sosialisasi LAPAN dalam memberikan informasi dan pengetahuan melalui praktik langsung dengan instrumen sangat disukai oleh para pelajar.
15
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
16
THE ECLIPSE - GMT
LAPAN goes to mall. Acara talkshow sekaligus sosialisasi mengenai gerhana matahari total yang dilakukan oleh LAPAN di Palembang Indah Mall, 8 Maret 2016. Acara yang dihadiri oleh lebih dari 300 undangan dan dipandu langsung oleh TVRI Sumsel ini menghadirkan para peneliti LAPAN, budayawan dan pejabat pendidikan Sumatera Selatan. Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
17
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa
Foto : Dok. LAPAN
Favorit para pelajar. Planetarium Mini milik LAPAN tengah disiapkan di aula UPTD Graha Teknologi Sriwijaya, tanggal 8 Maret 2016. Planetarium mobile ini menjadi daya tarik utama bagi masyarakat khususnya para pelajar. Berbentuk tenda besar yang diisi perlengkapan sains antariksa, fasilitas ini menjadi favorit bagi para pelajar karena pengalaman unik yang mereka dapatkan saat memasukinya. Dengan posisi tubuh berbaring, mereka dapat melihat simulasi fenomena-fenomena antariksa yang tidak kalah kualitasnya dengan planetarium sungguhan. Terkait dengan momen gerhana, maka pada acara sosialisasi di Palembang simulasi yang diputar juga didominasi oleh fenomena gerhana matahari.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
18
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMT
Palembang
Kegiatan sosialisasi LAPAN mengenai gerhana matahari di Palembang berlangsung di berbagai tempat, dari lingkungan sekolah, media massa, hingga pusat perbelanjaan. Berbeda dengan beberapa wilayah lain di mana sosialisasi secara lokal paling gencar dilakukan pada tanggal 8 Maret 2016, kegiatan di Palembang berjalan selama beberapa waktu. Kuliah umum mengenai gerhana matahari dilakukan di Kampus Universitas Bina Darma. Kegiatan sosialiasi juga masuk ke pusat perbelanjaan, dengan diadakannya talkshow mengenai gerhana di Palembang Indah Mall. Selain itu, beberapa personel LAPAN juga diundang oleh media setempat untuk diwawancarai terkait peristiwa gerhana Maret 2016. Puncak acara sosialisasi bertempat di UPTD Graha Teknologi Sriwijaya. Acara ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan pelajar dari berbagai institusi pendidikan di Palembang. Selain penyampaian pengetahuan mengenai gerhana, kegiatan lain seperti workshop pembuatan kacamata gerhana hingga simulasi fenomena antariksa dengan menggunakan planetarium mini LAPAN dilakukan di acara ini.
Foto : Do
Foto : Dok. LAPAN
19
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
ok. LAPAN
Sosialisasi GMT Palembang
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
20
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Dok. LAPAN
Kadis Pendidikan Sumatera Selatan dan Kabag Humas LAPAN menunjukkan kacamata gerhana dan teleskop yang akan digunakan untuk pengamatan di Jembatan Ampera.
21
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi GMT Palembang
Membuat kacamata gerhana. Para siswa di Palembang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop pembuatan kacamata gerhana. Dalam acara itu, mereka mendapatkan keasyikan tersendiri dalam membuat kacamata di bawah bimbingan para narasumber.
Foto : Dok. LAPAN
Peneliti LAPAN memperagakan bagaimana mengamati gerhana matahari dengan menggunakan metode yang sederhana dengan sistem lubang jarum kepada awak media massa. Selain lubang jarum, kacamata gerhana, teleskop, dan peralatan lainnya juga disiapkan untuk acara pengamatan gerhana di Jembatan Ampera, Palembang. Satu unit teleskop bahkan dipinjamkan kepada kru media untuk membantu liputan.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
22
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMT
Palangkaraya
Foto : Dok. LAPAN
Sosialisasi di Palangkaraya diselenggarakan oleh Tim Gerhana Matahari Pussainsa LAPAN tanggal 8 Maret 2016. Selain memperkenalkan LAPAN kepada para peserta yang sebagian besar terdiri dari kalangan pelajar, acara ini juga berfungsi sebagai pemberian informasi dan pengetahuan mengenai gerhana matahari. Setelah acara selesai, para peserta diberikan kacamata gerhana sebagai suvenir serta alat bantu untuk mengamati gerhana esok harinya.
23
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi GMT Palangkaraya
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
24
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi. Deputi Penginderaan Jauh LAPAN, Dr. Orbita Roswintiarti, menyampaikan sosialisasi gerhana matahari dan penginderaan jauh kepada para perwakilan pelajar di Palangkaraya. Sosialisasi kepada para pelajar merupakan salah satu agenda utama LAPAN dalam meyambut gerhana matahari tahun 2016.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
25
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi GMT Palangkaraya
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
26
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMT
Palu dan Parigi
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
27
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi GMT Parigi Moutong Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin mengunjungi Palu kemudian Parigi untuk pengamatan gerhana matahari. Dalam sebuah acara seminar internasional dan workshop mengenai gerhana matahari di Universitas Tadulako, Palu, tanggal 8 Maret 2016, Kepala LAPAN menjadi pembicara bersama dengan tiga orang nara sumber lain yang merupakan para peneliti dari mancanegara. Kepala LAPAN juga memberikan penjelasan kepada pertanyaan awak media massa mengenai gerhana matahari total tahun 2016.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
28
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMT
Poso
Kegiatan di Poso merupakan andil dari tim Universe Awareness (Unawe) Indonesia dan tim Bosscha Observatory ITB. Sosialisasi dilakukan kepada para pelajar di Poso, terutama siswa-siswi sekolah dasar. Tim Unawe-ITB memboyong beberapa alat bantu sosialisasi, di antaranya buku-buku mengenai gerhana matahari dan astronomi, kacamata gerhana, serta bahan-bahan dan peralatan untuk melakukan simulasi pengamatan gerhana. Kegiatan pengamatan gerhana sendiri nantinya akan dilakukan di Desa Kalora di wilayah Poso Pesisir Utara, bersamaan dengan Festival Kawaniya yang diadakan di desa tersebut.
29
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Unawe & Bosscha
Sosialisasi GMT Poso
Foto : Unawe & Bosscha
Foto : Unawe & Bosscha
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
30
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Unawe & Bosscha
Tim Unawe dan ITB melakukan berbagai kegiatan dalam sosialisasinya kepada para pelajar. Mulai dari pemberian materi mengenai gerhana dan fenomena-fenomena astronomi, penggunaan alat peraga, video, hingga simulasi pembuatan dan penggunaan alat bantu pengamatan seperti lubang jarum dan kacamata gerhana.
Foto : Unawe & Bosscha
31
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi GMT Poso
Foto : Unawe & Bosscha
Foto : Unawe & Bosscha
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
32
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMT
Ternate
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
33
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi gerhana matahari di Ternate berlangsung dua kali. Sosialisasi pertama diselenggarakan di SMKN 2 Ternate pada tanggal 7 Maret 2016. Di tempat ini, para pesertanya merupakan perwakilan para pelajar dan guru dari 164 sekolah. LAPAN bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Ternate serta International Astronomical Union, acara ini memberikan informasi dan pengetahuan mengenai gerhana matahari kepada para peserta. Selanjutnya, para peserta dibimbing dalam workshop pembuatan kacamata gerhana matahari. Pada tanggal 8 Maret 2016 sosialisasi kembali dilakukan di tempat yang berbeda, namun kali ini oleh tim gabungan antara LAPAN dan Bakamla. Sosialisasi ini lebih banyak dipersiapkan kepada Laskar Gerhana Matahari yang dikoordinasikan oleh Detik. Com untuk pengamatan gerhana di laut lepas.
Sosialisasi GMT Ternate
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Detik.com
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
34
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMT
Maba Bertempat di SMK 1 Maba, tim LAPAN dan NASA bersama-sama memberikan pemaparan dan informasi mengenai gerhana matahari kepada para pelajar.
35
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi GMT Maba
Foto : Dok. Kompas
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
36
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMS
Foto : Dok. LAPAN
Tetap hadirkan sosialisasi. Para pelajar tengah mencoba menggunakan teleskop untuk melihat ke langit. Meskipun bukan berada di wilayah gerhana matahari total, LAPAN juga tetap mengadakan sosialisasi kepada para pelajar dan masyarakat. Ini sejalan dengan program LAPAN untuk terus memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat dan stakeholder masa depan mengenai pentingnya ilmu dan teknologi keantariksaan.
37
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Fasilitas streaming. Selain bisa mengikuti proses terjadinya gerhana matahari sebagian, masyarakat tetap bisa melihat gerhana matahari total di lokasi-lokasi lain berkat adanya fasilitas streaming yang diadakan baik secara langsung di titik-titik pengamatan milik LAPAN maupun online (daring).
Foto : Dok. LAPAN
Sosialisasi GMS
Road show. Menyambut peristiwa gerhana matahari 9 Maret 2016, para personel LAPAN melakukan kunjungan ke berbagai sekolah di berbagai jenjang untuk memberikan informasi dan pengetahuan terkait fenomena gerhana matahari. Biasanya kunjungan ke sekolah-sekolah ini juga disertai sesi simulasi praktek penggunaan alat-alat bantu pengamatan, seperti teleskop, atau dengan workshop pembuatan alat pengamatan seperti kacamata gerhana dan metode lubang jarum.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
38
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMS Sosialisasi kepada para pelajar di SD dan SMP YPPI 1 Surabaya sebelum terjadinya gerhana matahari sebagian. Sosialisasi ini dibawakan oleh tim LAPAN Pasuruan dan Surabaya Astronomy Club dan membahas astronomi, khususnya tentang gerhana matahari. Kru berita dari CNN Indonesia juga ikut meliput kegiatan ini. Para murid yang didampingi para guru mereka nantinya bergantian melihat matahari menggunakan teleskop maupun kacamata matahari.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
39
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Edukasi dan Streaming GMT. Peserta terdiri dari siswa beserta guru SD, SMP, SMA antara lain SD Karang Pamulang, SD Jaka Purwa, SMPN 13, SMPK Trimulia, SMAN 22, SMAK Bintang Mulia, SMK Daarut Tauhid, mahasiswa Universitas Telkom, mahasiswa ITB dan masyarakat umum, kurang lebih 100 orang.
Sosialisasi GMS
Rapat Persiapan Sosialisasi dan Pemantauan/ Pengamatan Gerhana Matahari di Parepare
Presentasi Materi Gerhana Matahari dan Pengarahan di Parepare
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
40
THE ECLIPSE - GMT
Sosialisasi GMS Selain kalangan pelajar, sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat dari berbagai kalangan. Baik itu berupa koordinasi bersama pegawai pemerintah lembaga lain, komunitas pecinta astronomi dan antariksa, warga yang penasaran mengenai gerhana matahari, hingga kepada media massa. Di ber-bagai kota, sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan informasi yang benar mengenai gerhana matahari, cara-cara dan metode mengamati gerhana, serta mengurangi rasa takut masyarakat terhadap mitos-mitos gerhana matahari yang tidak akurat.
41
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sosialisasi GMS
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
42
THE ECLIPSE - GMT
Inside Indonesia CNN - Gerhana Maba LAPAN
Inside Indonesia CNN - Gerhana Maba LAPAN
Persiapan para peneliti
P
ara peneliti tentunya tidak ingin tertinggal dalam urusan gerhana, terutama LAPAN sebagai lembaga yang bergerak di bidang keantariksaan. Sejak awal, para peneliti LAPAN telah mempersiapkan materi yang akan diteliti saat terjadinya gerhana. Berkenaan dengan GMT, tim LAPAN mengamati dan
43
mengambil data penelitian di bidang radiasi cahaya matahari, ionosfer, geomagnet, dan fotometri korona. Penelitian lain yang cukup unik adalah pengamatan terhadap perilaku fauna saat terjadinya gerhana matahari yang dilakukan oleh Tim Gerhana dari Universitas Ahmad Dahlan.
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Video CNN Indonesia
Foto : Video CNN Indonesia
Peralatan ‘tempur’ peneliti. Para peneliti dari LAPAN mempersiapkan teleskop dan perlengkapan lainnya untuk meneliti gerhana matahari total di Maba, Halmahera. Memastikan perlengkapan dalam kondisi prima merupakan salah satu syarat utama dalam penelitian gerhana yang baik. Tanpa adanya instrumen yang dipersiapkan dengan baik, perolehan data beresiko mengandung kekeliruan yang dapat berdampak pada kesalahan hasil penelitian.
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa
Space Science Center - LAPAN di Ternate
Foto : Video Dok. LAPAN
Peneliti mempersiapkan teropong Vixen di Ternate, Maluku Utara.
LAPAN menetapkan berbagai tempat yang akan menjadi lokasi-lokasi utama dalam pengamatan dan penelitian GMT. Lokasi-lokasi tersebut di antaranya Maba (Halmahera), Parigi Moutong (Sulawesi), Ternate, Palembang, Palangkaraya, dan Pulau Belitung. Lokasi-lokasi ini dinilai sebagai tempat terbaik karena titik pandangnya dianggap maksimal, sesuai dengan lintasan gerhana, dan cuaca yang diperkirakan bersahabat pada saat pemantauan. Untuk mendukung penelitian tersebut, para peneliti dan teknisi LAPAN juga mempersiapkan berbagai perlengkapan yang akan digunakan untuk memantau Gerhana Matahari Total (GMT). Teleskop Takahashi ‘Baby Q’, finder scope, mounting Vixen AXD 2115, serta controller Star Book Ten menjadi salah satu paket andalan untuk mengamati gerhana. Rangkaian lainnya
adalah teleskon Lunt 70D dengan mounting system iOptron Mini Tower II beserta deflektor digital ZWO Optical dan filter lensa khusus. Tentu saja, binokular juga tetap digunakan untuk pengamatan dasar. Tidak hanya bermodalkan kamera dan teleskop canggih, para peneliti LAPAN juga akan menggunakan bantuan komputer analitik untuk membantu mengukur dan menginterpretasikan data yang akan didapat. Selain itu, satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI yang baru saja mengorbit tahun lalu juga akan langsung bertugas untuk memantau dan mendeteksi setiap pergerakan dalam jalur gerhana.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
44
THE ECLIPSE - GMT
Para penelti gerhana. Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin menghadiri acara seminar mengenai gerhana matahari di Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, satu hari sebelum gerhana terjadi. Dalam seminar tersebut, hadir pula para pembicara dari mancanegara yang juga akan melakukan penelitian gerhana pada tanggal 9 Maret 2016, di antaranya Prof. Richard Gelderman dari Western Kentucky University (Amerika Serikat) dan Dr. Miquel Serra Ricart dari Instituto de Astrofisica de Canarias (Spanyol). Foto : Dok. LAPAN
THE ECLIPSE - GMT
Skema Lokasi Pengamatan dan Penelitian LAPAN
Bengkulu Palembang
BMKG Imah Noong UPI ITB TPOA TOASTI Penjelajah Langit UNAWE JAC HAAJ UAD Langit Selatan
47
Bangka Belitung Tanjung Pandan (Belitung) Pangkalan Bun Palangkaraya Balikpapan Penajam (Kaltim) Tanah Paser (Kaltim) Palu Parigi Moutong Poso Ternate Maba
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Tersebar di berbagai lokasi. Dalam proses pengamatan dan penelitian gerhana matahari total, LAPAN bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai komunitas, organisasi, universitas, dan lembaga pemerintah lainnya. Agar bisa mendapatkan data dengan cakupan yang lebih luas, para peneliti disebar di berbagai lokasi pengamatan. Para personel dan peneliti LAPAN sendiri berada di tujuh titik lokasi, yaitu Palembang, Belitung, Palangkaraya, Palu, Parigi Moutong, Halmahera, dan Ternate. Tempat-tempat ini merupakan lokasi yang dilalui oleh lintasan gerhana matahari total dan penentuannya sudah dilakukan sejak lama, sementara survei untuk penentuan titik pengamatan dilakukan berbulan-bulan sebelum terjadinya gerhana.
Tamu Mancanegara Gerhana Matahari Total merupakan fenomena yang memiliki rentang waktu sangat singkat (hanya beberapa menit) dan tidak selalu terjadi secara reguler terutama di wilayah ekuator. Tentu saja bagi para peneliti, setiap kesempatan mengamati GMT tidak dapat dilewatkan. National Aeronautics and Space Administration (NASA), lembaga penelitian antariksa dari Amerika Serikat, secara resmi mengirimkan tim penelitinya untuk datang ke Indonesia dan mengamati GMT. Pengamatan NASA di Indonesia tentunya melibatkan kerjasama dengan LAPAN dan beberapa lembaga lainnya sebagai tuan rumah. Memiliki fokus penelitian yang kurang lebih serupa dengan LAPAN, tim NASA akan memfokuskan pengamatan mereka di Maba, Pulau Halmahera, mengingat tempat tersebut merupakan lokasi yang diprediksi mendapatkan titik pandang paling lama dan terbaik untuk
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa
Foto : Dok. LAPAN
mengamati GMT 2016. Meski demikian, beberapa peneliti NASA juga ditempatkan di lokasi-lokasi lainnya untuk memperbanyak data pengamatan gerhana matahari. Kehadiran para peneliti NASA di Indonesia juga dimaksudkan sebagai ajang percobaan konfigurasi teleskop baru milik mereka. Instrumen baru ini berfungsi mengukur suhu dan pergerakan material di korona matahari, sehingga dapat memberikan informasi lebih jauh kepada para peneliti yang mempelajari suhu atmosfer dan permukaan matahari. Teleskop baru milik NASA ini nantinya akan diterbangkan ke luar angkasa, namun adanya GMT di Indonesia membuka kesempatan untuk uji coba dengan cara
yang lebih praktis dan tidak memakan terlalu banyak biaya. Percobaan ini sekaligus mempersiapkan perlengkapan dan data para peneliti NASA untuk mengamati gerhana matahari besar yang akan terlihat dari wilayah Amerika Serikat di tahun 2017. Selain dari Amerika Serikat, para peneliti dari negara lain juga turut serta dalam meramaikan pengamatan gerhana. Tercatat Jepang, Malaysia, Jerman, Swedia, Australia, Rusia, dan Kanada juga mengirimkan tim penelitian ke Indonesia, dengan lokasi pilihan terbanyak berada di Maba dan Ternate.
Pengalaman langka di Kathulistiwa. Rombongan warga mancanegara yang terdiri dari peneliti dan wisatawan berpose untuk mengabadikan keberadaan mereka di Palu, Maluku Utara setelah usai mengamati gerhana matahari. Bagi mereka, gerhana matahari total merupakan fenomena yang tidak dapat dilupakan dan menjadi pengalaman langka baik bagi peneliti veteran dan wisatawan kasual sekalipun.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
48
THE ECLIPSE - GMT
Ekspedsi bersama. Sosialisasi mengenai gerhana matahari total dengan tema The Space Series: NASA-LAPAN Joint Eclipse Expedition to Halmahera di @america, Pacific Place Mall, Jakarta. LAPAN dan NASA menjalin kerjasama dengan melakukan eskpedisi bersama untuk menyongsong Gerhana Matahari Total yang terjadi pada 09 Maret 2016 di Maba, Halmahera. Tim ekspedisi mengawali kegiatan dengan menyelenggarakan Kegiatan yang dikemas dalam forum talkshow ini diisi dengan pengenalan terkait GMT oleh para ilmuwan NASA, dan pemaparan LAPAN yang disampaikan Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN, Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc. dan Ketua Tim Ekspedisi Maba, Dr. Emanuel Sungging Mumpuni.
49
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
50
THE ECLIPSE - GMT
Skema Lokasi Skema Lokasi Peneliti Luar Negri Peneliti Luar Negri
Amerika Serikat Belitung Balikpapan Tanah Grogot Palu Ternate Halmahera Timur Maba 51
Australia Ternate Maba Austria Ternate Inggris Palu Ternate
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jepang Balikpapan Samarinda Ternate Jerman Belitung Kanada Ternate
Malaysia Palembang Palangkaraya Tanah Grogot Perancis Ternate Maba
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa
Peneliti mancanegara di Indonesia. Sebagai peristiwa semesta yang fenomenal, gerhana matahari total tentunya menarik perhatian para peneliti, terutama dari mancanegara. Tercatat peneliti dari 12 negara hadir untuk ikut serta dalam pemantauan gerhana, dan tersebar di berbagai titik pengamatan. Amerika Serikat melalui NASA mengirimkan tim dengan jumlah terbanyak yang disebar di Belitung, Halmahera, Tanah Grogot, Palu, dan Ternate. Tim peneliti lain datang dari Australia, Austria, Inggris, Jepang, Jerman, Kanada, Malaysia, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Swedia. (INFO GMT LAPAN)
Rusia Ternate Spanyol Ternate Swedia Belitung
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
52
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Dok. LAPAN
Mengamati antariksa di Pasuruan. Wisata astronomi merupakan salah satu sub-bidang pariwisata yang tengah naik daun, dengan penggemar yang semakin banyak di negara-negara Eropa. Di Indonesia sendiri, bentuk paling dasar dari wisata antariksa adalah acara melihat bintang di malam hari, baik dengan teleskop maupun mata telanjang, seperti yang terlihat pada gambar, merupakan wisata astronomi dini hari sebelum terjadinya gerhana matahari sebagian di Pasuruan. Wisata gerhana matahari sendiri merupakan salah satu turunan dari wisata astronomi, dengan subjek utama tentu saja peristiwa di mana cahaya matahari tertutup oleh bulan.
53
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Wisata gerhana
Antusiasme masyarakat yang besar membentuk potensi baru dalam menyambut Gerhana Matahari Total, yaitu pariwisata. Dikenal dengan konsep astrotourism atau pariwisata astronomi, pariwisata jenis ini mengedepankan pemandangan antariksa sebagai daya tarik utama. Kegiatan paling umumnya berbentuk acara melihat bintang di malam hari baik secara langsung maupun menggunakan perlengkapan, dan tengah naik daun di Chile, India, Inggris, dan Irlandia. Dengan adanya GMT di Indonesia, maka secara alamiah para penggemar astrotourism atau astrotourist tidak akan melewatkan pemandangan gerhana matahari di ekuator. Beberapa fasilitas penginapan bahkan telah terpesan penuh beberapa bulan sebelum tanggal 9 Maret 2016, dan ini terjadi di hampir setiap kota atau lokasi yang telah ditunjuk sebagai tempat pengamatan bersama. Maka, tidak hanya peneliti saja
Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa
Foto : ANTARA NEWS
yang datang ke Indonesia untuk GMT, namun juga wisatawan dan penggemar antariksa mancanegara. Berbeda dengan tahun 1980-an di mana warga ragu-ragu untuk keluar rumah dan diimbau untuk tidak mengamati gerhana matahari total, kini animo masyarakat begitu besar sehingga wisatawan domestik juga membanjiri lokasi-lokasi pengamatan. Bagi para pelaku usaha di lapangan, GMT menjadi berkah tersendiri karena mendorong angka penjualan dan pemasukan mereka, baik di bidang perhotelan, kuliner, hingga ritel.
Sambut gerhana. Kota Palangkaraya menggelar festival rakyat untuk menyambut datangnya gerhana matahari. Dalam acara tersebut, terdapat tarian lokal yang dilakukan oleh peramal Suku Dayak untuk menyambut gerhana. Festival rakyat ini dihadiri ribuan warga dan wisatawan, menjadikannya acara pariwisata yang menarik.
(sumber: materi sosialisasi GMT LAPAN)
Para pelajar di Palembang saat mengikuti sosialisasi gerhana dan workshop pembuatan kacamata gerhana. Kegiatan edukatif seperti ini juga bisa dijadikan sebagai salah satu dari program wisata edukasi dalam bidang astronomi.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
54
ECLIPSE - GMT
55
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Bab 3
Lokasi Pengamatan dan Peristiwa F
enomena Gerhana Matahari Total dan Sebagian (GMT dan GMS) tahun 2016 yang lintasannya melalui garis kathulistiwa Indonesia merupakan fenomena yang tergolong langka, dan baru akan terjadi di lintasan yang sama lebih dari 300 tahun lagi. Ini menjadi perhatian berbagai lapisan masyarakat dan peneliti baik domestik maupun mancanegara . Dengan antusiasme yang begitu besar, lokasi-lokasi pengamatan dipadati oleh masyarakat, peneliti, dan media yang berbondong-bondong ingin menyaksikan peristiwa
gerhana langka ini. Pekik kekaguman disertai suasana sakral menjadi warna dari reaksi mereka saat detikdetik GMT terjadi. Ada yang menganggapnya dengan konteks religius sebagai kebesaran Tuhan, ada pula yang menilainya sebagai bukti kompleksitas sistem alam semesta yang bekerja secara indah. Terlepas dari perbedaan pandangan itu, mereka yang bersama-sama mengamati proses gerhana sepakat bahwa mereka tengah menyaksikan fenomena yang luar biasa.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
56
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Dok. LAPAN
THE ECLIPSE - GMT
LOKASI PENGAMATAN ILMIAH GERHANA MATAHARI TOTAL 2016 80%
90%
100%
90%
80%
Gerhana lintasi kathulistiwa. Gerhana matahari total yang terjadi pada 9 Maret 2016 dapat dinyatakan istimewa karena lintasannya berada di garis ekuator. Sebagai negara yang wilayahnya membentang di kathulistiwa, Indonesia mendapatkan kesempatan langka karena lintasan gerhana ini mencakup 12 provinsi. Dari 12 provinsi tersebut, terdapat 15 lokasi pengamatan gerhana matahari total resmi yang ditetapkan oleh berbagai pihak. Di 15 lokasi itulah persebaran peneliti dan juga warga yang ingin melihat gerhana secara langsung terkonsentrasi. LAPAN sendiri melakukan pengamatan GMT di enam lokasi: (1) Jembatan Ampera, Palembang; (2) Pantai Tanjung Kelayang, Belitung; (3) Palangkaraya; (4)Parigi Moutong; (5) Maba, Halmahera; dan (6) Ternate. Pada prakteknya, tidak semua lokasi tersebut bisa mendapatkan gambaran langsung yang jelas akan gerhana total. Ini terutama dikarenakan cuaca yang bisa berubah, seperti turunnya hujan atau pembentukan awan yang membuat matahari terhalang dari pandangan.
59
TOTAL ECLIPSE PALEMBANG 1 MENIT 52 DETIK
Start Max End
06:20 WIB 07:20 WIB 08:31 WIB
BELITUNG
2 MENIT 10 DETIK
Start Max End
Start Max End
08:36 WITA 09:51 WITA 11:03 WITA
Start Max End
BALIKPAPAN Start Max End
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
1 MENIT 9 DETIK
07:25 WITA 08:33 WITA 09:53 WITA
Start Max End
1 MENIT 36 DETIK
08:37 WITA 09:54 WITA 11:24 WITA
Start Max End
Start Max End
07:28 WITA 08:38 WITA 10:02 WITA
06:23 WIB 07:28 WIB 08:26 WIB
2 MENIT 8 DETIK
06:20 WIB 07:21 WIB 08:33 WIB
LUWUK
POSO
2 MENIT 40 DETIK
2 MENIT 29 DETIK
PALU & PARIGI Start Max End
BANGKA
MABA
TERNATE
2 MENIT 39 DETIK
06:21 WIB 07:22 WIB 08:35 WIB
PALANGKARAYA
Start Max End
2 MENIT 50 DETIK
07:38 WITA 08:41 WITA 10:07 WITA
2 MENIT 4 DETIK
07:27 WITA 08:37 WITA 10:00 WITA
SAMPIT
Start Max End
2 MENIT 8 DETIK
06:23 WIB 07:27 WIB 08:44 WIB
Lokasi Pengamatan dan Peristiwa
Fase-fase gerhana. Gerhana matahari secara dasar dapat didefinisikan sebagai saat-saat di mana matahari, bulan, dan bumi berada dalam garis sejajar yang menyebabkan cahaya matahari terhalang oleh bulan dan tidak bisa masuk ke bumi. Dalam gerhana matahari total, terdapat empat fase yang terjadi secara berurutan. Fase disebut kontak pertama adalah saat bayangan bulan mulai tampak menutupi permukaan matahari, pada saat ini gerhana baru dimulai. Kontak kedua terjadi saat bulan bergerak hingga nampak menutupi seluruh permukaan matahari. Pada titik puncaknya, matahari benar-benar tidak lagi terlihat karena tertutup oleh bulan. Inilah yang disebut totalitas atau puncak gerhana matahari total. Setelah itu, pergerakan bulan berangsur membuka kembali bagian yang tadinya tertutup. Ini merupakan kontak ketiga. Kontak keempat terjadi saat pergerakan bulan sudah lepas dari pandangan areal permukaan matahari. Cahaya matahari kembali bersinar dan gerhana matahari telah selesai.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
60
THE ECLIPSE - GMT
Jembatan Ampera Palembang
Foto : Dok. LAPAN
61
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jembatan Ampera, Palembang
Foto : Dok. LAPAN
G
erhana Matahari Total (GMT) yang dapat disaksikan di Palembang hanya berlangsung 1 menit 52 detik dan terhalang oleh awan. Namun antusiasme untuk menyaksikan fenomena tersebut luar biasa. Jembatan Ampera tempat yang dipilih sebagai lokasi pengamatan oleh LAPAN dan Pemprov Sumatra Selatan membludak dipenuhi para penduduk yang ingin melihat gerhana. Sebagian bahkan hadir semenjak pukul 4 pagi. Jembatan Ampera sendiri ditutup selama 12 jam untuk acara ini. Selain penduduk Palembang, wisatawan domestik, mancanegara, dan para peneliti astronomi juga memantau proses gerhana berlangsung. Sejumlah nama tenar seperti Gubernur Alex Noerdin, Hatta Rajasa, dan Siti Hediati Hariyadi juga ikut bergabung dengan kerumunan untuk menyaksikan gerhana. Seiring dengan jumlah pengunjung yang makin banyak, Jembatan Ampera menjadi sesak oleh puluhan ribu manusia. Aktivitas dalam mengamati gerhana di Palembang telah disiapkan sejak awal tahun 2016. Dengan menggunakan teleskop Vixen buatan Jepang, tim LAPAN menentukan lokasi terbaiknya di Jembatan Ampera. Pada hari-H, LAPAN menempatkan lima teleskop yang dipergunakan untuk mengamati gerhana matahari di Jembatan Ampera.
Dalam peristiwa ini, Peneliti atmosfer LAPAN berencana mengamati respon atmosfer Bumi saat gerhana, bagaimana dampak GMT terhadap perubahan intensitas radiasi matahari dan parameter fisik seperti temperatur, serta penelitian terkait dampak GMT terhadap laju fotosintesis yang diamati dengan perubahan pola-pola diurnal karbondioksida. Proses GMT di Palembang dimulai pada pukul 07.20 hingga 07.22 Waktu Indonesia Barat (WIB). Sayangnya, bersamaan dengan terjadinya proses GMT pemandangan langit saat di Palembang terselimuti awan. Ini membuat adanya rasa ketidakpuasan dan kekecewaan sebagian masyarakat warga dan wisatawan. Namun, rasa takjub mereka tidak dapat disembunyikan saat gerhana total terjadi, di mana langit berubah seketika. Palembang yang sebelumnya terang oleh sinar matahari tiba-tiba diselimuti oleh kegelapan. Berdasarkan catatan media dan observasi, banyak pengunjung acara di Jembatan Ampera yang merasa merinding karena terkejut dengan perubahan itu. Namun kekaguman terhadap fenomena tersebut lebih besar, dan membuat mereka langsung bersorak, berteriak gembira, hingga mengabadikan momen dan pengalaman tersebut dengan kamera dan ponsel pintar masing-masing.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
62
THE ECLIPSE - GMT
Dari dalam dan luar negeri. Para jurnalis tengah menanti momen-momen gerhana dari atas Jembatan Ampera dengan melakukan peninjauan ulang terhadap perlengkapan mereka. Peristiwa GMT dan GMS pada tahun 2016 mengundang ketertarikan pihak media massa dari dalam dan luar negeri.
Teknologi mengabadikan gerhana. Kru jurnalistik dari situs berita viva.co.id tengah mempersiapkan drone yang akan diterbangkan untuk membantu peliputan gerhana. Seiring dengan perkembangan teknologi, peralatan yang digunakan untuk meliput fenomena-fenomena alam juga semakin canggih.
63
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Jembatan Ampera, Palembang
Penempatan kamera. Kamera dan lensa jarak jauh tengah disiapkan agar dapat mengambil gambar gerhana dengan sempurna. Penempatan kamera dan teleskop dalam pengamatan gerhana sangat krusial untuk bisa mendapatkan pandangan luas yang tidak terhalang.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
64
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Video Youtube
65
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Kolase fase-fase gerhana yang terjadi di Palembang yang ditangkap melalui kamera khusus. Terlihat pergerakan bulan yang menghalangi cahaya yang terpancar dari permukaan matahari, dan kemudian kembali bergerak menjauhi matahari. Sayangnya pemandangan ini tidak dapat dilihat langsung oleh warga dan wisatawan yang datang di Jembatan Ampera karena terhalang oleh awan.
Jembatan Ampera, Palembang
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Terang dan gelap. Jembatan Ampera sebelum dan sesudah terjadinya totalitas gerhana matahari. Perbedaan yang paling mencolok di mana langit menjadi gelap seperti malam saat gerhana total, padahal sebelumnya masih terang seperti umumnya. Jembatan Ampera sendiri penuh sesak dipadati para pengunjung yang merasakan suasana perubahan langit tersebut.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
66
THE ECLIPSE - GMT
Pantai Tanjung Kelayang
Belitung Foto : Dok. LAPAN
67
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pantai Tanjung Kelayang, Belitung
Foto : Dok. LAPAN
P
engamatan Gerhana Matahari Total (GMT) 9 maret 2016 di Belitung dipusatkan di Pantai Tanjung Kelayang. Sejak pukul 04.00 WIB masyarakat berbondong-bondong menuju ke Pantai Kelayang dengan sangat antusias untuk menyaksikan Gerhana Matahari. Bahkan diinformasikan jalur menuju Tanjung Kelayang dari arah Tanjung Pandan macet sepanjang lebih dari dua kilometer sejak dini hari. Pantai Tanjung Kelayang dipilih sebagai pusat pengamatan karena menghadap ke arah timur, memiliki sudut pandang horizon yang luas, dan tidak banyak penghalang pandangan. Selain Tanjung Kelayang, terdapat juga 11 titik khusus pengamatan lainnya. Enam lokasi di Kabupaten Belitung, sementara lima lainnya di Belitung Timur. Animo masyarakat sangat spektakuler. Diperkirakan jumlah pengunjung Pantai Kelayang pada hari-H berjumlah hingga 50 ribu orang, sehingga pantai itu terlihat penuh sesak dan bahkan hampir sulit melihat sejengkal pasir pantai pun karena tertutup kerumunan massa. Sekitar pukul 06.22 WIB langit Belitung mulai me-
merah, lalu kuning, dan kemudian mulai tampak berubah keperakan di balik awan putih yang membayang. Sementara itu matahari mulai tampak meninggi, namun belum terjadi perubahan alam. Pukul 06.45 matahari mulai tertutup bulan. Sayangnya, meskipun cuaca cerah, di awal fase gerhana, fenomena ini tertutup oleh awan. Kondisi ini sempat membuat para pengunjung Pantai Kelayang kecewa. Namun awan segera bergerak sehingga pada pukul 06.55 WIB terlihat sedikit demi sedikit, Matahari tertutup oleh bayangan bulan sehingga membentuk mirip seperti bulan sabit. Antusiasme masyarakat meningkat dan bersorak menyaksikan kejadian alam yang begitu fantastis. Langit Belitung mulai seperti senja menjelang matahari terbenam kemudian perlahan gelap layaknya malam hari. Pada pukul 07.22 WIB Langit Belitung gelap dan bintang-bintang terlihat di langit. Durasi GMT sekitar 2 menit 10 detik. Setalah fase GMT, perlahan-lahan langit Belitung mulai cerah kembali.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
68
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Dok. LAPAN
Totalitas gerhana di Belitung. Dalam foto ini terlihat posisi gerhana matahari total di langit Belitung. Saat terjadinya totalitas gerhana, langit menjadi gelap dan tampak seperti malam hari. Belitung termasuk lokasi yang dapat melihat totalitas gerhana dengan jelas, dan fenomena ini disaksikan oleh lebih dari 50.000 orang yang berkumpul di Pantai Tanjung Kelayang untuk secara khusus menyaksikan momen ini.
69
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pantai Tanjung Kelayang, Belitung
Narasumber bagi media. Personel LAPAN juga berperan sebagai narasumber bagi media massa yang meliput. Dalam liputan media di Belitung kali ini, LAPAN memberikan sosialisasi penggunaan kacamata gerhana yang baik dan benar, serta tata caranya untuk melihat gerhana matahari dengan cara yang tidak membahayakan mata. Foto : Dok. LAPAN
Pembesaran dari foto gerhana sebelumnya. Tampak terbentuknya korona yang berbentuk cincin di seputaran matahari saat terjadinya totalitas. Fase ini bertahan selama kurang lebih dua menit sebelum bulan kembali bergerak menjauhi matahari.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
70
THE ECLIPSE - GMT
Tanjung Kelayang penuh sesak. Kurang lebih diperkirakan 50.000 orang memadati Pantai Tanjung Kelayang pada tanggal 9 Maret 2016, jauh meningkat dibanding dengan jumlah pengunjung pada hari-hari biasa yang hanya mencapai lima ribu orang. Angka ini menunjukkan antusiasme warga lokal maupun wisatawan terhadap fenomena gerhana matahari. Foto : Dok. LAPAN
Bersiap semenjak subuh. Para pengunjung Pantai Tanjung Kelayang nampak menikmati fase kontak pertama gerhana matahari. Untuk mendapatkan tempat pandangan terbaik, para pengunjung harus rela untuk datang sangat awal. Sebagian pengunjung bahkan telah tiba di pantai sejak pukul 4 pagi
Foto : Dok. LAPAN
71
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pantai Tanjung Kelayang, Belitung
Foto : Dok. LAPAN
Tidak selalu terlihat. Pada fase-fase sebelum dan sesudah totalitas, gerhana matahari tidak dapat disaksikan dengan mata telanjang atau lensa kamera sekalipun. Diperlukan filter film khusus untuk melihatnya. Apabila tidak menggunakan filter, maka yang nampak adalah cahaya terang namun dengan suasana langit yang mulai gelap.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
72
THE ECLIPSE - GMT
Palangkaraya
Kalimantan Tengah Foto : Dok. LAPAN
73
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Foto : Dok. LAPAN
L
APAN beserta beberapa instansi lainnya menggelar acara pengamatan dan nonton bareng gerhana di halaman kampus Universitas Palangka Raya (UPR). Acara ini juga terbuka untuk umum. Sayangnya, cuaca mendung dan turunnya gerimis walaupun hanya sebentar membuat momen gerhana total tidak maksimal. Namun, para pengunjung tetap dapat memantau peristiwa gerhana di tempat lain melalui fasilitas streaming yang memang telah disediakan sebelumnya. Di tempat lain, masyarakat yang berkumpul di Bundaran Besar Palangkaraya tidak dapat menikamti gerhana secara maksimal karena langit yang tertutup oleh awan tebal. Namun, pada detik-detik terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT), awan sempat bergeser sehingga momen
tersebut dapat dilihat langsung oleh masyarakat yang hadir. Antusiasme ini ternyata juga diikuti oleh para wisatawan dari Jepang yang datang bersama dengan kru dari kantor berita NHK untuk meliput peristiwa GMT di langit Palangkaraya. Selama dua menit sejak pukul 07.26 WIB, Kota Palangkaraya diselimuti kegelapan seperti malam hari karena terhalangnya cahaya matahari. Uniknya, pada saat gelap, warga mulai menabuhkan gendang musik tradisional setempat, membuat suasana menjadi semakin sakral sampai saat matahari tidak lagi terhalang dan langit kembali terang.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
74
THE ECLIPSE - GMT
Melindungi peralatan. Kondisi langit Palangkaraya yang tidak kondusif membuat para personel di lapangan harus menggunakan payung untuk melindungi peralatan elektronik yang rentan terhadap air hujan.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
75
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Foto : Dok. LAPAN
Sabar tak beranjak. Meski cuaca yang kurang baik, puluhan orang yang hadir di acara tersebut tetap sabar menanti cuaca kembali normal. Para personel juga tetap mempersiapkan alat-alat mereka agar dapat segera mengambil momen gerhana apabila cuaca membaik seketika.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
76
THE ECLIPSE - GMT
Nyaris tertutup sepenuhnya. Gerimis dan awan mendung merupakan ‘musuh terbesar’ dalam pengamatan gerhana, dan sayangnya itulah yang terjadi di Palangkaraya. Matahari nyaris selalu tertutup oleh awan, namun proses gerhana total sempat tertangkap oleh kamera meskipun tidak dalam keadaan sempurna.
Foto : Dok. LAPAN
Kegelapan menyelimuti. Warga yang hadir mencoba mengabadikan kondisi langit saat terjadinya gerhana matahari. Meskipun gerhana tidak terlihat karena mendung, namun kegelapan layaknya mulai menyelimuti lokasi seiring dengan terjadinya totalitas gerhana.
Foto : Dok. LAPAN
77
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Foto : Dok. LAPAN
Tak lihat gerhana langsung, streaming pun jadi. Para pengunjung acara nonton bareng memang tidak bisa melihat gerhana matahari secara langsung. Namun, mereka tetap bisa menikmati gerhana total yang ada di lokasi-lokasi pengamatan lainnya. Melalui fasilitas streaming, peristiwa gerhana di satu tempat bisa dinikmati di tempat lain secara langsung. Dengan cara ini, para pengunjung sedikit terpuaskan karena bisa melihat fenomena alam semesta yang unik meskipun hanya melalui layar.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
78
THE ECLIPSE - GMT
Parigi Moutong Sulawesi Tengah
Foto : Dok. LAPAN
79
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Parigi Moutong, Sulawesi Tengah
Foto : Dok. LAPAN
P
arigi Moutong, Sulawesi Tengah, merupakan salah satu lokasi pengamatan Gerhana Matahari Total (GMT) yang ditentukan oleh LAPAN. Mirip dengan lokasi lainnya, animo masyarakat dalam menanti datangnya gerhana sangat tinggi. Proses pengamatan diawali dengan dilaksanakannya shalat gerhana yang diikuti oleh sebagian dari ribuan warga yang telah datang ke lokasi sejak pagi buta. Dengan berbekal kacamata gerhana serta penyediaan gadget (gawai) rekam swadaya, mereka beramai-ramai mendokumentasikan proses gerhana di lokasi Sail Tomini, titik pengamatan yang telah ditentukan beberapa hari sebelumnya. Proses gerhana sendiri berlangsung dari pukul 07.28 Waktu Indonesia Tengah (WITA) hingga pukul 10.01 WITA, dengan peristiwa GMT berlangsung selama satu setengah menit dimulai dari pukul 07.38. Cuaca pada saat itu bersahabat, dengan kondisi cerah dan sedikit awan yang membuat proses pengamatan bisa berjalan dengan lebih jelas dan lancar. Dengan jumlah personel 10 orang, tim LAPAN di Parigi mengamati peristiwa gerhana ini dengan menggunakan teleskop dan direkam menggunakan kamera CCD. Persiapan dimulai sejak pukul 06.30 pagi. Teleskop yang dipakai adalah teleskop Lunt dengan mounting Ioptron dan dilengkapi kamera CCD ZWO Optical serta penapis cahaya matahari. Dengan cara ini citra matahari yang ditangkap menggunakan teleskop diteruskan oleh kamera ke monitor laptop sehingga proses terjadinya kontak 1 sampai kontak 4 bisa diikuti secara berkesinambungan tanpa harus melakukan pe-
ngamatan menggunakan lensa okuler. Proses gerhana dimulai dengan sisi kanan atas matahari mulai tertutup bulan sebelum secara berangsur kondisi piringan matahari makin menipis. Cahaya matahari menjadi sangat menyilaukan, dan dalam hitungan detik lingkaran yang berbentuk seperti cincin tersebut makin meredup. Saat detik terjadinya GMT, matahari tampak seperti cincin permata (diamond ring) karena menyisakan celah cahaya terang di lembah bulan, sebelum bulan menutup sempurna. Selain cincin permata, cerbagai fenomena lain seperti merjan Baily dan korona dapat dilihat dengan jelas menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Suasana yang semula gelap dan senyap tiba-tiba berubah menjadi riuh oleh teriakan orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Reaksi warga yang hadir saat terjadi gerhana total pun bermacam-macam, dari teriakan takbir hingga kekaguman dan tangis terharu. Suhu udara yang menurun sekitar 2 derajat celcius dapat dirasakan oleh mereka yang hadir di sana. Proses GMT diabadikan setiap orang yang mendokumentasikan di lokasi. Proses kegiatan pengamatan GMT oleh peneliti LAPAN dilakukan dengan menggunakan teleskop. Mereka merekam pergerakan gerhana tahapan demi tahapan, mulai dari rangkaian gerhana sebagian pra-total, munculnya cincin permata pertama, GMT, cincin permata terakhir, sampai dengan gerhana sebagian pasca-total. Dalam satu bidikan foto, bahkan planet Venus dan Merkurius ikut terekam keberadaannya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
80
THE ECLIPSE - GMT
Korona. Palu dan Parigi Moutong termasuk lokasi yang diberkahi oleh cuaca yang cerah. Oleh karena itulah, proses gerhana termasuk totalitasnya dapat dinikmati dengan sangat jelas di kedua lokasi tersebut. Di Parigi, korona matahari tampak dengan sangat jelas dan indah.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
81
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Khutbah gerhana. Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin memberikan ceramah pasca shalat gerhana di Parigi Moutong. Dalam ceramahnya, dijelaskan bahwa gerhana hanyalah salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, serta hubungan erat antara penciptaan fenomena semesta dengan sains.
Parigi Moutong, Sulawesi Tengah
Foto : Dok. LAPAN
Melihat melalui floppy disk. Selain dapat dinikmati dengan kacamata gerhana, ternyata gerhana matahari juga dapat dilihat dengan isi disket. Tampak bintik putih disebelah kiri yang menunjukkan piringan matahari.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
82
THE ECLIPSE - GMT
Mempersiapkan peralatan. Para peneliti dan teknisi mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk memantau gerhana matahari. Penempatan teleskop dan kamera tidak semudah kelihatannya karena harus memperhitungkan posisi pandang yang baik dan tidak terhalang oleh apapun saat mengintai matahari.
Foto : Dok. LAPAN
Potret dan pandang. Fenomena istimewa seperti gerhana matahari tentunya membuat banyak orang ingin menikmatinya secara langsung. Umumnya terdapat dua aktivitas yang biasa dilakukan, yaitu memandang gerhana secara langsung dengan kacamata gerhana dan instrumen lainnya, atau mengeluarkan alat rekam yang mampu merekam atau mengambil gambar gerhana dan mengabadikannya. Tentu saja, melakukan keduanya secara bergantian pasti lebih memuaskan.
83
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Dok. LAPAN
Parigi Moutong, Sulawesi Tengah
Foto : Dok. LAPAN
Totalitas sempurna. Gerhana matahari total di Parigi Moutong dapat dikatakan sebagai gerhana yang sempurna. Fenomena-fenomena yang biasanya mengiringi gerhana matahari total seperti cincin permata (diamond ring), merjan Baily, dan Korona dilaporkan dapat terlihat seluruhnya.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
84
THE ECLIPSE - GMT
Palu
Sulawesi Tengah
Foto : commons.wikimedia.org
85
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Palu, Sulawesi Tengah
Foto : Dok. BMKG
K
egiatan pengamatan gerhana matahari di Palu diselenggarakan di Lapangan Kota Palu, Sigi. Acara yang dikoordinasikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ini dihadiri oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang didampingi oleh Menpan-RB Yuddy Chrisnandi, Menkominfo Rudiantara, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, serta Ketua Komisi V DPR, Muhidin Said. Pengamatan di Sigi dihadiri oleh ribuan warga serta wisatawan domestik dan mancanegara. Demikian pula para ilmuwan dan peneliti yang tertarik mengamati hasil dari fenomena di mana matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu kedudukan yang lurus. Selain Lapangan Kota Palu, kegiatan pengamatan gerhana juga dilakukan di Anjungan Pantai Talise, dan jumlah warga yang hadir juga mencapai ribuan orang. Dimulai dari pukul 08.40 WITA, gerhana matahari total di Palu berlangsung selama dua menit 15 detik.
Pada rentang waktu itu, cahaya di langit Palu meredup sebelum secara perlahan kembali bersinar terang seiring dengan selesainya fase-fase gerhana matahari. Tentu saja, warga dan wisatawan yang menyaksikan fenomena tersebut merasa telah menyaksikan fenomena semesta yang luar biasa. Pada saat terjadinya awal gerhana total, dilaporkan bahwa hampir seluruh pengunjung Lapangan Kota maupun Anjungan Pantai Talise sempat terdiam kagum sebelum suasana kembali riuh dengan suara tepuk tangan, teriakan, maupun takbir. Kesempatan itu tidak disia-siakan mereka untuk merekam memori fenomena dan suasana tersebut dengan kamera dan alat rekam lain yang mereka bawa. (sumber: disarikan kembali dari laman BMKG dan laman media lainnya)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
86
THE ECLIPSE - GMT
Terpukau. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan beserta istri, Mufidah Jusuf Kalla, turut menyaksikan gerhana matahari bersama di Kota Palu. Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla sempat terpukau saat menyempatkan diri melihat langsung gerhana matahari melalui kacamata gerhana. Foto : Dok. BMKG
THE ECLIPSE - GMT
Penjelasan acara. Wapres Jusuf Kalla mendapatkan penjelasan dari Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng mengenai acara pengamatan gerhana matahari di Lapangan Dolo Sigi, Palu. Acara ini juga dihadiri Menteri PU Mochamad Basuki Hadimuljono, Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandi, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Pangdam VII Wirabuana Agus Surya Bakti.
Foto : Dok. BMKG
Tim BMKG. Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng berpose bersama jajarannya. Acara pengamatan gerhana matahari total di Palu dapat dikatakan sukses karena berjalan dengan lancar dan proses gerhana bisa dinikmati oleh para pengunjung lokasi pengamatan.
Foto : Dok. BMKG
89
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Palu, Sulawesi Tengah
Foto : Dok. BMKG
Bagai artileri. Dua teleskop BMKG terpasang bak artileri yang diarahkan menuju sasaran. Kali ini, sasarannya adalah posisi matahari yang akan mengalami gerhana. Teleskop canggih merupakan salah satu ‘senjata’ utama para peneliti dalam mengamati gerhana matahari.
BMKG bersiap. Personel BMKG mempersiapkan teleskop, komputer, dan peralatan lainnya yang akan digunakan untuk memantau gerhana matahari. Dengan peralatan yang lengkap dan dalam kondisi prima, data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan diharapkan bisa lebih akurat.
Foto : Dok. BMKG
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
90
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Dok. BMKG
Via Streaming. Selain menggunakan kacamata gerhana, warga yang tidak memiliki instrumen untuk mengamati matahari secara langsung dapat mengikuti proses gerhana melalui fasilitas streaming. Tayangan yang kemudian direkam ini nantinya juga dapat berguna dalam proses analisis penelitian gerhana matahari total.
Sama seperti yang terjadi di Parigi, gerhana matahari total di Palu juga berlangsung dengan sempurna. Korona matahari terlihat sangat jelas dan cerah. Kondisi cuaca yang kondusif dengan proses gerhana yang berlangsung tanpa hambatan merupakan situasi sempurna bagi para pemburu dan peneliti gerhana.
Foto : Dok. BMKG
91
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Palu, Sulawesi Tengah
Foto : Dok. BMKG
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
92
THE ECLIPSE - GMT
Poso
Sulawesi Tengah
Foto : Unawe & Bosscha
93
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Poso, Sulawesi Tengah
Foto : Unawe & Bosscha
P
engamatan gerhana matahari total di Poso dikoordinasikan bersama oleh tim Universe Awareness (Unawe) Indonesia yang bekerja sama dengan Bosscha Observatory dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Poso dipilih sebagai salah satu lokasi pengamatan karena posisinya yang strategis dan dilewati oleh lintasan gerhana matahari. Bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Poso serta Institut Mosintuwu, agenda ekspedisi pengamatan gerhana ini masuk di dalam kegiatan Festival Kawaninya yang diselenggarakan di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Pada tanggal 8 Maret, tim Unawe dan Bosscha mengadakan sosialisasi gerhana terutama kepada kalangan anak-anak dan pelajar. Selain memberikan pengarahan dan pengetahuan, mereka juga mengadakan workshop dan simulasi penggunaan berbagai macam metode untuk melihat gerhana matahari, di antaranya kacamata gerhana dan lubang jarum. Saat Hari-H (tanggal 9 Maret 2016), ribuan warga datang dan memadati lokasi pemantauan di Desa Kalo-
ra. Sebagian bahkan datang sejak pagi dan banyak juga yang berjalan kaki dari tempat tinggalnya cukup jauh. Tim Unawe dan Bosscha kemudian membagi-bagikan kacamata gerhana untuk para pengunjung Kompas.Com (9/3/2016) melaporkan bahwa terdapat enam teropong pemantau yang telah disiapkan bagi para warga yang ingin mengamati langsung proses gerhana matahari. Gerhana total terjadi sejak pukul 08.30 Wita selama 2 menit 52 detik. Dalam suasana gelap dikarenakan tertutupnya sinar matahari tersebut, ribuan warga, wisatawan lokal dan mancanegara yang hadir menunjukkan rasa kagum mereka dengan mengabadikan fenomena tersebut dengan menggunakan kamera foto, ponsel, dan telepon pintar. Dalam pengamatan di Desa Kalora, cuaca sangat bersahabat sehingga proses gerhana bisa disaksikan dengan sempurna oleh para pengunjung dan warga desa.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
94
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Unawe & Bosscha
Penantian di Desa Kalora. Ratusan warga berkumpul di tenda utama yang memutarkan simulasi gerhana matahari melalui fasilitas video dan layar monitor. Suasana Desa Kalora di malam hari menjelang gerhana di keesokan harinya cukup semarak. Ini dikarenakan Festival Kawaniya telah berlangsung dari tanggal 8 Maret 2016, dan direncanakan berlangung sampai keesokan hari sekaligus menyambut datangnya sang gerhana.
95
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Poso, Sulawesi Tengah
Foto : Unawe & Bosscha
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
96
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Unawe & Bosscha
97
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Poso, Sulawesi Tengah
Foto : Unawe & Bosscha
Barisan teleskop. Pada Hari-H, tim Unawe-Bosscha mempersiapkan sejumlah teleskop dari berbagai ukuran dan kategori teknologi untuk membantu pengamatan gerhana. Beberapa dari teleskop itu nantinya dapat digunakan oleh warga dan pengunjung Desa Kalora secara bergantian untuk melihat proses gerhana matahari. Foto : Unawe & Bosscha Foto : Unawe & Bosscha
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
98
THE ECLIPSE - GMT
99
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Poso, Sulawesi Tengah
Proses gerhana matahari yang terlihat di langit Desa Kalora, Poso. Tampak keseluruhan fase dari kontak pertama hingga keempat. Fenomena korona matahari dan diamond ring dapat disaksikan di saat terjadinya gerhana matahari total.
Foto : Unawe & Bosscha
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
100
THE ECLIPSE - GMT
101
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Poso, Sulawesi Tengah
Foto : Unawe & Bosscha
Foto : Unawe & Bosscha
Foto : Unawe & Bosscha
Gerhana matahari sempurna. Cuaca yang cerah dan bersahabat di Poso membuat gerhana matahari total terlihat dengan sangat jelas dan membuat momennya dapat tertangkap lensa kamera. Korona matahari terlihat dengan jelas. Bentuk korona tersebut kemudian disimulasikan dengan menggunakan benang dan tali yang dibentuk sedemikian rupa di sekitar bulatan. Simulasi ini dapat membantu para tuna netra dalam memahami bentuk dari gerhana matahari total dan koronanya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
102
THE ECLIPSE - GMT
Ternate
Maluku Utara Foto : Dok. LAPAN
103
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Ternate, Maluku Utara
Foto : Dok. LAPAN
S
ebagai salah satu wilayah yang akan dilintasi fenomena Gerhana Matahari Total (GMT), pantai-pantai Ternate menjadi pusat perhatian masyarakat untuk dijadikan tempat mengamati fenomena tersebut. Meski sehari sebelum terjadinya gerhana wilayah ini sempat terguyur oleh hujan, pada Hari-H cuaca kembali bersahabat sehingga membangkitkan kembali semangat masyarakat dan para peneliti untuk bisa mengamati GMT. Di wilayah Ternate, pengamatan GMT dilakukan di darat dan di laut. Di darat, para personel LAPAN dan masyarakat yang antusias menyaksikan proses gerhana di Pantai Falajawa. Sementara itu, di Selat Mare, dua kapal milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) menjadi tulang pung-
gung dari proses pemantauan. Pemantauan di laut ini merupakan hasil koordinasi dari Tim Gerhana Matahari dari Detik.Com, yang mengajak LAPAN, BMKG, dan Bakamla untuk melakukan perburuan gerhana bersama di tengah lautan. Kapal Gajah Laut dan Kuda Laut menjadi markas terapung bagi para peneliti LAPAN, BMKG, serta para pemburu gerhana dalam mengamati GMT. Kontak pertama bayangan bulan dengan matahari terjadi tepat pukul 08.36 WIT dan menutupi matahari tepat pukul 09.51 WIT, dengan GMT yang berlangsung selama tiga menit.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
104
THE ECLIPSE - GMT
Saatnya bekerja. Saat gerhana total terjadi dan langit menjadi gelap layaknya malam, di saat itulah kemampuan terbaik sebuah teleskop dapat dikeluarkan. Dengan berbagai kecanggihan teknologi di dalamnya, teleskopteleskop seperti ini menjadi sahabat setia bagi para peneliti dan pemburu gerhana dalam mengamati fenomena alam semesta tersebut.
Foto : Dok. LAPAN
105
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Ternate, Maluku Utara
Foto : Dok. LAPAN
Gerhana total. Gambar gerhana matahari total yang ditayangkan melalui layar besar. Masyarakat dapat menyaksikan gerhana matahari total di Ternate, dan ini sebuah perkembangan yang melegakan setelah sehari sebelumnya hujan masih mengguyur lokasi.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
106
THE ECLIPSE - GMT
Berpendar di langit Falajawa. Foto gerhana total yang tertangkap kamera di langit Pantai Falajawa, Ternate. Cuaca yang cerah merupakan kabar yang sangat baik bagi peneliti, pemburu gerhana, dan masyarakat yang hadir setelah sehari sebelumnya cuaca masih diwarnai oleh turunnya hujan. Dengan langit yang bersih dan cerah, baik peneliti maupun masyarakat umum bisa mengabadikan jalannya proses gerhana dengan lancar. Foto : Dok. LAPAN
Berburu gerhana di lautan. Salah satu dari dua kapal milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) yang menjadi tulang punggung perburuan gerhana di lautan. Tim LAPAN termasuk dari salah satu rombongan yang ikut serta dalam perburuan di laut ini.
Foto : Dok. LAPAN
107
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Ternate, Maluku Utara Putri Thailand. Peristiwa gerhana matahari total di Ternate ternyata tidak luput dari perhatian anggota kerajaan Thailand. Putri Raja Thailand, Maha Chakri Sirindhorn, ikut mengamati proses gerhana matahari dari halaman depan Kesultanan Ternate. Selain mengamati gerhana, agenda lain Sang Putri di Indonesia adalah memberikan bantuan kepada sejumlah sekolah di Ternate.
Foto : Video NET.
Fase-fase gerhana matahari total di Ternate seperti yang terekam melalui teleskop Vixen dan kamera DSLR Canon 760D. Terlihat pergerakan bulan dan proses tertutupnya matahari dari kontak pertama hingga kontak keempat.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
108
THE ECLIPSE - GMT
Maba
Halmahera Foto : Dok. LAPAN
109
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Maba, Halmahera
Foto : Dok. LAPAN
M
aba, Halmahera, merupakan salah satu dari beberapa lokasi yang dipilih untuk menjadi tempat pemantauan Gerhana Matahari Total (GMT). Dalam pengamatan gerhana di Maba, terdapat kegiatan yang dilakukan oleh dua tim, yaitu tim LAPAN dan NASA yang dilakukan di Pendopo kota – Alun-alun Jiko Mobon, serta tim LangitSelatan yang melakukan pengamatan dari SMK 1 Maba. Salah satu pertimbangan memilih Halmahera sebagai lokasi pengamatan adalah ketinggian Matahari pada jam gerhana dan pola cuaca pada bulan tersebut. Lokasinya yang menghadap Samudera Pasifik menjadi salah satu alasan pemilihan tempat ini, karena potensi pemantauan menjadi lebih maksimal karena perkiraan totalitas gerhana paling lama serta kondisi cuaca yang umumnya lebih cerah dibandingkan tempat lainnya. Hal ini pula yang menyebabkan para peneliti National Aeronautics and Space Administration (NASA) memilih Maba sebagai konsentrasi aktivitasnya, bekerja sama dengan LAPAN. Mereka ingin mengamati fase-fase terjadinya gerhana, mulai dari pergerakan piringan bulan yang sedikit demi sedikit menutup piringan matahari, sampai membentuk cincin, hingga memasuki fase total. Bagi NASA sendiri, peristiwa ini merupakan kesempatan untuk menguji coba teknologi teleskop barunya yang akan digunakan untuk memantau Gerhana Matahari Besar di Amerika Serikat yang akan terjadi pada tahun 2017. Sayangnya, pemantauan langsung GMT tidak maksimal karena langit tertutup awan. Pada pukul 08.30 WIT (satu jam menjelang GMT) langit tertutup awan tebal, sehingga menghalangi pengamatan. Menjelang pukul 09.30 beberapa kali matahari tampak jelas di sela-sela awan, namun hanya berlangsung beberapa saat
dan segera tertutup awan kembali. GMT terjadi pada pada pukul 09.37 hingga 09.40 WIT. Dikarenakan cuaca yang kurang mendukung, GMT terekam secara kurang jelas di balik awan. Peneliti LAPAN yang memantau gerhana di Maba hanya mendapatkan data totalitas selama 60 detik. Pantauan Tim LangitSelatan Sementara itu, di tempat lain, tim LangitSelatan melakukan pengamatan gerhana di halaman SMK Negeri 1 Maba. Proses gerhana dimulai sejak pukul 08.37 hingga 11.32 Waktu Indonesia Timur (WIT), sementara GMT terjadi selama 3 menit dari 09.52 hingga 09.55 WIT. Namun, meski sebelumnya diprediksi cerah, cuaca di Maba berubah seiring dengan turunnya hujan. Ini menyebabkan pemantauan langsung GMT di Maba menjadi tidak maksimal karena langit tertutup awan. Bahkan, beberapa menit sebelum kontak dua, hujan sempat turun, mengakibatkan teropong harus ditutup dengan plastik. Akhirnya setelah hujan berhenti, pengamatan GMT pun dilakukan sambil melihat Matahari yang muncul dan menghilang bersama bergeraknya awan. Meskipun demikian, antusias warga yang datang ke lokasi SMKN 1 untuk melakukan pengamatan tidak surut. Saat totalitas gerhana berlangsung, suasana menjadi berubah. Temperatur lokasi dirasakan menurun dan kegelapan yang menyelimuti Halmahera mengundang fauna seperti jangkrik bersuara dengan kencang. Para pengunjung yang mengalami secara langsung suasana gelap seketika saat terjadinya gerhana total menunjukkan ekspresi terkejut namun kagum terhadap fenomena tersebut. Mereka terus berada di lokasi hingga selesainya proses gerhana.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
110
THE ECLIPSE - GMT
Lokasi yang tepat. Pemilihan Maba sebagai lokasi pengamatan bukan kebetulan. Survei telah dilakukan beberapa bulan sebelum Hari-H di berbagai lokasi di Halmahera, mencari tempat terbaik untuk melakukan pengamatan. Lokasi Maba yang menghadap ke arah Samudera Pasifik dengan perkiraan cuaca yang cerah memberikan rasa optimis kepada tim ekspedisi untuk menjadikan tempat ini titik pengamatan. Pada lokasi inilah, totalitas gerhana matahari diprediksi dapat dilihat dengan rentang waktu yang paling lama dibandingkan dengan titik-titik pengamatan lainnya.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
111
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Maba, Halmahera
Foto : Dok. LAPAN
Takahashi sang primadona. Para personel penelitian tengah mempersiapkan teleskop Takahashi yang akan digunakan untuk pengamatan gerhana matahari. Diproduksi oleh Takahashi Seisakusho, perusahaan manufaktur spesialis teleskop dan perlengkapannya, teleskop ini menjadi salah satu pilihan favorit bagi para peneliti untuk mengamati fenomena antariksa. Teleskop ini juga memiliki fungsi rekaman video, sehingga dapat digunakan pula sebagai alat bantu tayang apabila dihubungkan ke CCTV dan layar besar.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
112
THE ECLIPSE - GMT
Para peneliti dan pengejar gerhana menyiapkan perlengkapan lainnya di titik pengamatan, di Pendopo kota, Alun-alun Jiko Mobon
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
113
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sempat hujan. Para peneliti, pemburu gerhana, dan masyarakat yang hadir di lokasi sempat kecewa karena hujan turun pada saat kontak kedua terjadi. Meski demikian, antusiasme mereka tidak surut dan tetap menanti hingga hujan berhenti untuk dapat mencoba mengamati gerhana meski terhalang oleh awan. Antusiasme mereka terbayar pada saat totalitas gerhana terjadi, di mana mereka mendapatkan pengalaman unik merasakan hari yang menjadi gelap seketika seperti malam ketika hari masih siang.
Maba, Halmahera
Foto : Dok. LAPAN
Gerhana di balik awan. Cuaca di Maba berubah menjadi kurang kondusif setelah sebelumnya diprediksi akan cerah. Ini membuat pandangan terhadap proses gerhana menjadi tidak maksimal. Meski demikian, para peneliti tetap mampu mendapatkan gambar dan data dengan memanfaatkan saat-saat di mana matahari muncul sebentar sebelum menghilang lagi di balik awan. Kondisi ini berlangsung hingga beberapa kali. Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
114
THE ECLIPSE - GMT
Fase gerhana di langit Maba. Foto yang diambil dan disunting oleh tim LangitSelatan ini menunjukkan fase gerhana matahari total yang berada di langit Maba. Dapat terlihat proses yang terjadi dari kontak pertama, kedua, totalitas, kontak ketiga, hingga keempat.
Foto : DOK. LangitSelatan
115
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Maba, Halmahera
Foto : DOK. LangitSelatan
Tim Ekspedisi Maba. Para anggota tim ekspedisi yang terdiri dari peneliti LAPAN dan NASA berpose bersama setelah menyelesaikan tugas mereka. Nampak sang teleskop Takahashi juga ikut terfoto, sebagai anggota ‘tidak resmi’ juga telah menjadi bagian integral dari kerja tim ini.
Kacamata barong. Kacamata gerhana dengan motif barong menjadi salah satu keunikan yang dimiliki oleh tim LangitSelatan. Kacamata gerhana ini dibagikan ke masyarakat Maba untuk membantu mereka melihat proses gerhana secara langsung.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
116
THE ECLIPSE - GMT
Gerhana Matahari Sebagian
G
erhana matahari tahun 2016 tidak hanya memberikan pandangan Gerhana Matahari Total (GMT), namun juga Gerhana Matahari Sebagian (GMS). Fenomena ini bisa dilihat di hampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak langsung dilewati oleh lintasan gerhana. Meski hanya sebagian, hal ini tidak menyurutkan minat masyarakat yang ingin melihat gerhana secara langsung. LAPAN melalui beberapa fasilitasnya yang tidak dilalui lintasan gerhana juga memberikan kesempatan bagi warga yang ingin datang untuk melihat gerhana bersama. Fasilitas nonton bareng baik melihat GMS secara langsung atau GMT melalui streaming juga disiapkan, seperti di Sumedang, Surabaya, Pasuruan, Pontianak, dan Biak. Gerhana matahari sebagian di seluruh Indonesia. Tabel di atas menunjukkan wilayah mana saja yang dapat melihat terjadinya gerhana matahari sebagian, dari Padang hingga ke Ambon.
117
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Gerhana Matahari Sebagian
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
118
THE ECLIPSE - GMT
Agam Semua dikerahkan. Agam termasuk salah satu fasilitas LAPAN yang memiliki perangkat teknologi terlengkap, diantaranya berbagai macam radar dan alat pengukur. Dalam momen gerhana matahari total, tidak ada satu pun dari perangkat tersebut yang beristirahat. Semuanya dikerahkan untuk mendapatkan data terbaik dari fenomena gerhana matahari sebagian yang sempat dirasakan di Agam.
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
119
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Dok. LAPAN
Gerhana dan teknologi. Pengunjung fasilitas Balai Agam mengamati dan mencoba untuk mengabadikan peristiwa gerhana matahari. Bagi para pengunjung saat itu, keberadaan mereka di Agam menjadi berkesan karena mereka bisa memantau gerhana matahari sebagian serta mengamati berbagai peralatan radar dan alat pengukur milik LAPAN.
Gerhana Matahari Sebagian
Penampakan gerhana matahari sebagian di Agam, serta suasana hari yang mulai menggelap seiring pergerakan bulan yang semakin menutupi cahaya matahari.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
120
THE ECLIPSE - GMT
Rumpin, Bogor
Foto : Dok. LAPAN
Euforia pengamatan gerhana matahari di Pusat Teknologi dan Penerbangan (Pustekbang) LAPAN di Rumpin, Kabupaten Bogor, sudah mulai terlihat sejak pukul 5.30 WIB. Lebih dari 200 orang yang merupakan perwakilan pelajar di Kecamatan Rumpin telah datang sejak pagi dan memenuhi Jalan Boulevard Pustekbang. Saat gerhana berlangsung, para pelajar didampingi oleh para perekayasa Pustekbang melakukan pengamatan gerhana dengan melalui proyeksi lubang jarum yang dipantulkan ke media stereoform atau karton putih.
121
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Gerhana Matahari Sebagian
7.20
7.32
7.07
7.43
7.15
7.48
7.20
Foto : Dok. LAPAN
Penampakan fase-fase gerhana matahari sebagian di Rumpin. Saat puncak gerhana, langit Rumpin dan sekitarnya terlihat remang- remang selama beberapa menit. Ketika gerhana berlangsung, matahari juga nampak menyerupai sabit putih, tidak seperti lingkaran kuning sebagaimana biasa terlihat. Matahari mulai tertutup bulan pukul 06.20 WIB dan bergerak hingga puncaknya pukul 07.20 WIB dan berakhir pada pukul 08.30 WIB.
7.32
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
122
THE ECLIPSE - GMT
Sumedang
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
123
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Menanti gerhana. Para pelajar dan warga di Sumedang melakukan simulasi untuk mengamati gerhana dengan instrumen-instrumen seperti kacamata gerhana, lubang jarum, hingga topeng las. Walaupun mereka hanya bisa menikmati gerhana matahari sebagian, para pelajar juga tetap antusias karena mendapatkan kesempatan untuk mencoba beberapa peralatan seperti teleskop milik LAPAN dan juga mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai gerhana matahari. Fasilitas lain yang dimanfaatkan oleh para pengunjung antara lain adalah stand pengamatan bayangan proyeksi lubang jarum, siaran streaming melalui proyektor, serta live streaming dari beberapa titik lain yang mengalami GMT dan GMS .
Foto : Dok. LAPAN
Gerhana Matahari Sebagian
Penampakan fase-fase gerhana matahari sebagian di Sumedang.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
124
THE ECLIPSE - GMT
Bandung Bersama-sama melihat gerhana sebagian. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Bandung memiliki komunitas penggemar antariksa yang cukup signifikan. Ini terlihat dari antusiasme pengunjung yang hadir di rooftop kantor LAPAN Bandung untuk bersama-sama melihat secara langsung gerhana matahari sebagian, mulai dari para pelajar hingga warga sekitar. Mereka tetap bersemangat walaupun harus bergantian menggunakan binokular.
Foto : Dok. LAPAN
Menggunakan teleskop. Perlengkapan yang digunakan untuk mengamati gerhana matahari di Bandung adalah teleskop Takahashi BabyQ dan Vixen. Sekolah Trimulya yang juga mengirimkan para muridnya untuk melihat gerhana matahari sebagian juga membawa satu unit teleskop yang dapat membantu warga lainnya untuk melihat proses gerhana.
Foto : Dok. LAPAN
125
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Foto : Dok. LAPAN
Gerhana Matahari Sebagian
Penampakan fase-fase gerhana matahari sebagian di Bandung
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
126
THE ECLIPSE - GMT
Pameungpeuk, Garut
Foto : Dok. LAPAN
Acara kegiatan di Pameungpeuk, Garut, berlangsung selama dua hari. Hari pertama, tanggal 8 Maret 2016, diselenggarakan sosialisasi mengenai gerhana matahari oleh LAPAN Garut. Di hari kedua, tanggal 9 Maret sekaligus Hari-H, aktivitas pengamatan gerhana matahari sebagian dilakukan di Masjid Agung Istiqomah Kecamatan Pameungpeuk. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kacamata gerhana atau melalui teleskop yang digunakan secara bergantian oleh para jemaah masjid dan para pengunjung. Di wilayah Garut lainnya, media massa melaporkan bahwa kondisinya hampir mirip dengan hari raya Idul Fitri, di mana gema takbir, tahlil, dan tahmid bergema di sejumlah masjid di berbagai tempat.
Foto : Dok. LAPAN
127
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Gerhana Matahari Sebagian
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
128
THE ECLIPSE - GMT
Pasuruan & Surabaya
Foto : Dok. LAPAN
Para peneliti dan pemburu gerhana tengah mempersiapkan teleskop dan kamera untuk mengamati gerhana matahari di Pasuruan. Untuk memfasilitasi minat dan antusiasme publik, LAPAN mengadakan acara pengamatan bersama yang bertempat di atap gedung LAPAN Pasuruan. Di lokasi tersebut, LAPAN menyiapkan setidaknya tujuh teleskop yang akan digunakan sebagai alat penelitian dan juga pengamatan gerhana. Ketujuh teleskop tersebut terdiri dari dua teleskop flare dan lima teleskop portabel, yang juga digunakan secara bergantian oleh warga yang hadir untuk ikut mengamati proses gerhana matahari.
Foto : Dok. LAPAN
129
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Gerhana Matahari Sebagian , Pasuruan & Surabaya
Foto : Dok. LAPAN
Penampakan fase-fase gerhana matahari sebagian di Pasuruan.
Streaming gerhana di Surabaya. Tidak semua wilayah Indonesia dapat menyaksikan totalitas gerhana, namun tetap akan dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian dengan persentase minimal 60%. Surabaya pun demikian, walau hanya dapat menikmati gerhana matahari sebagian, namun Surabaya cukup beruntung bisa menikmati gerhana ini hingga persentase 83%. Surabaya juga dijadikan salah satu titik streaming karena telah memenuhi kriteria yang sebelumnya telah diajukan oleh LAPAN. Kegiatan ini dilakukan di Anjungan Nelayan, Kenjeran Park. https://www.youtube.com/ watch?v=koRjCWM1Prc
Foto : Dok. LAPAN
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
130
THE ECLIPSE - GMT
Pontianak Cuaca tak bersahabat. Gerhana matahari total yang diperkirakan dapat terlihat di Pontianak menarik minat masyarakat untuk memantau bersama jalannya proses gerhana. Namun, kondisi cuaca yang berawan tebal membuat momen totalitas tidak dapat disaksikan. Meski demikian, penduduk Pontianak yang hadir masih bisa melihat proses terjadinya gerhana di tempat lain melalui layanan video streaming yang disediakan oleh LAPAN.
Foto : Dok. LAPAN
Detik-detik kontak terakhir. Proses gerhana di Pontianak baru dapat dipantau secara langsung melalui kacamata gerhana menjelang detik-detik akhir saat cuaca kembali menjadi cerah. Kontak posisi akhir gerhana matahari sebagian di Pontianak dapat terlihat dengan menggunakan Kacamata dan kamera capture dari pukul 08.14 hingga pada pukul 08.22 WIB, dan dapat disaksikan juga melalui lensa teropong. Foto : Dok. LAPAN
131
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Gerhana Matahari Sebagian
Capture gerhana matahari sebagian di Pontianak di foto menggunakan kamera digital. Capture streaming gerhana matahari sebagian di Pontianak menggunakan teropong.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
132
THE ECLIPSE - GMT
Parepare
Foto : Dok. LAPAN
Antusiasme di Parepare dalam menanti gerhana matahari sebagian sangat tinggi. Ini terlihat dari para pengunjung yang datang ke fasilitas milik LAPAN di Parepare yang mencapai lebih dari 250 orang. Umumnya, para pengunjung didominasi oleh pelajar yang ingin mengamati langsung fenomena gerhana matahari. Para personel LAPAN memandu mereka dalam setiap tahapan pengamatan gerhana matahari, terutama bagi para pelajar. Instrumen utama yang digunakan untuk memantau proses gerhana adalah kacamata gerhana.
133
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
6:45:10 AM
Penampakan fase-fase gerhana matahari sebagian di Parepare. Langit Parepare sempat gelap sejenak pada saat bulan menutupi matahari hingga berbentuk sabit.
Gerhana Matahari Sebagian
6:45:10 AM
7:22:56 AM 7:48:56 AM
7:22:56 7:48:56 AMAM
8:07:30 AM
8:18:46 AM Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
134
THE ECLIPSE - GMT
Ambon Sosialisasi di Ambon. Para pelajar SMP dan SMA serta kelompok belajar HEKALEKA di Ambon diberikan informasi dan ilmu mengenai penggunaan instrumen pengamatan matahari.
Foto : Amboina Astronomy Club
Belajar di pantai. Terbatasnya ketersediaan teleskop di kota Ambon membuat proyektor lubang jarum menggunakan kardus yang mudah diperoleh menjadi sarana utama dalam pendidikan pengamatan gerhana matahari. Dalam sosialisasi, para peserta diajak untuk membuat proyektor lubang jarum untuk mengamati gerhana matahari dengan aman. Ide proyektor lubang jarum ini sangat sederhana. Bermodalkan karton atau kardus yang dilubangi jarun dan ditempeli kertas sebagai layar pada sisi lainnya, seseorang bisa menikmati proyeksi Matahari pada layar dan melihat keseluruhan proses gerhana. Setelah para siswa mempelajari cara membuat proyektor lubang jarum, mereka pun mencobanya sendiri di luar ruangan.
Foto :Amboina Astronomy Club
135
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Gerhana Matahari Sebagian
Pengamatan si kecil. Seorang ibu membantu anaknya yang tampak penasaran melihat gerhana matahari sebagian melalui teleskop Vixen. Acara pengamatan gerhana matahari bersama di Ambon dilaksanakan di Lapangan Merdeka. Antusiasme masyarakat kota Ambon untuk melihat gerhana sangat tinggi, dan dilaporkan adanya antrian yang mengular layaknya antrian tiket konser untuk menanti giliran melihat gerhana melalui teleskop.
Foto : Amboina Astronomy Club
Gambar hasil pe ngamatan gerhana matahari sebagian di ambon.
Foto : Stanley Ferdinandus/HekaLeka
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
136
THE ECLIPSE - GMT
Biak Menonton gerhana bersama. Warga menghadiri acara nonton bareng gerhana matahari sebagian di Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh LAPAN, Biak. Di acara itu, para pengunjung sangat antusias melihat gerhana dengan menggunakan kacamata gerhana. Jumlahnya terbatas, tapi itu tidak membuat mereka jenuh untuk bergiliran memakai kacamata gerhana matahari itu.
Foto : Dok. LAPAN
Kalibrasi. Para peneliti dan teknisi mengatur kalibrasi dan kesiapan lensa, teleskop, serta peralatan penunjang lain seperti notebook sebagai alat bantu penyimpanan data dan analisa.
Foto : Dok. LAPAN
137
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Gerhana Matahari Sebagian
Penampakan gerhana yang terlihat di Biak.
matahari
sebagian
Foto : Dok. LAPAN
Berpose bersama streaming. Sepasang ayah dan anak dengan antusias berpose di depan layar streaming di dalam ruangan nobar di Balai Kendali Satelit LAPAN di Biak. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan peristiwa gerhana matahari yang tidak selalu terjadi setiap tahunnya di tempat yang sama.
Foto : Dok. LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
138
THE ECLIPSE - GMT
Hasil Penelitian Meski berawan, pengamatan Maba tetap berikan hasil enomena GMT memiliki berbagai aspek yang dapat diteliti. Para peneliti LAPAN memanfaatkan peristiwa ini untuk menyelidiki mengenai Korona Matahari. Penelitian tersebut berlangsung di Maba, Halmahera. Tim dibagi menjadi dua yaitu untuk mempelajari aspek fotometri dan spektroskopi korona. Penelitian mengenai Korona Matahari ini juga merupakan kerja sama dengan NASA. Pengamatan ini sekaligus untuk menguji peralatan yang nantinya dapat dikembangkan di observatorium nasional. GMT merupakan saat yang langka dan cocok untuk meneliti mengenai korona matahari, terutama mengenai corona mass ejection (lontaran massa korona). Melalui LACoLitth tersusun dari sebuah teleskop bertipe peGMT pula dapat diteliti mengenai temperatur dan ke- mantul dengan diameter 25 centimeter, dilengkapi oleh cepatan gerak lontaran massa korona tersebut. Selain alat pengurai cahaya (spektrograf) beresolusi mencapai itu, melalui peristiwa ini, maka dapat diteliti mengenai R ~ 18000 dengan desain Littrow. Alat ini dilengkaaspek kecerahan dan suhu matahari. pi kamera perekam CCD berukuran 2125 ×1472 px2, Pada saat Gerhana Matahari total, suatu fitur mataha- 6.8m (Gambar 4). Penyelidikan terhadap korona, yaitu ri yang bisa dilihat dari permukaan Bumi adalah dikenal pada temperatur dan laju elektron di korona dengan persebagai korona. Dari penyelidikan tersebut diharapkan alatan polarisasi. banyak hal yang bisa dikuak mengenai misteri MatahaSayangnya, saat GMT cuaca di Maba kurang berri. Mempelajari Matahari sangat penting bagi manusia sahabat untuk penelitian matahari. Awan tebal terus karena benda antariksa ini merupakan bahan bakar bagi menggayut di atas Maba sehingga momen kontak perkehidupan di planet Bumi. tama gerhana pada pukul 08:37 WIT terlewati. Bahkan Studi spektroskopi korona diharapkan dapat men- mendekati saat-saat totalitas gerhana, hujan sempat jawab berbagai pertanyaan mendasar seperti, akankah mengguyur. Akibatnya, Data diperoleh tidak seperMatahari berada pada keadaan tenang (dikenal sebagai ti yang diharapkan. Namun data tersebut tetap dapat Akhir Siklus ke-24 Matahari)? Bagaimanakah un- memberikan hasil yang berharga bagi ilmu pengetasur-unsur penyusun korona tersebut ‘berperilaku’ pada huan. saat keadaan Akhir Siklus ke-24 tersebut? Meskipun tidak mendapatkan data yang diinginSementara itu, untuk mendukung pembangunan ob- kan, namun penelitian GMT kali ini telah membuktikan servatorium nasional, LAPAN melakukan pengujian bahwa peralatan yang dimiliki LAPAN, baik perangkat peralatan eksperimen observatorium nasional. Peneliti keras aupun lunak, bekerja dengan sangat memuaskan. melakukan pengujian peralatan eksperimen diharap- Keseluruhan sistem teleskop dapat tracking (menjejak) kan ke depan peralatan eksperimen tersebut dapat di- gerak semu Matahari dengan sempurna. Sistem peranggunakan untuk mengamati gerhana, peralatan tersebut kat lunakpun tidak mengalami gangguan dan perekadinamakan LAPAN Compact Littrow Spectrograph man berjalan sempurna. (LACoLitth).
F
139
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Hasil Penelitian
Sebelum Gerhana A
Saat Totalitas Gerhana B
A
B
Dari proyeksi citra dengan sumbu tegak menyatakan kualitas gambar (Counts Average) terlihat bahwa kualitas gambar saat totalitas (B) sangat menurun dikarenakan informasi yang diperoleh kurang memadai (sebagaimana yang diharapkan pada A). Untuk mendapatkan informasi yang lebih baik, perlu dilakukan kajian pada rekonstruksi data B.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
140
THE ECLIPSE - GMT
Fotometri Korona Pusat Sains Antariksa mengirimkan sebuah tim yang berisikan dua orang peneliti untuk melakukan pengamatan fotometri korona saat gerhana matahari total 9 Maret 2016. Pengamatan dilaksanakan di Maba, Halmahera Timur karena daerah tersebut mengalami totalitas yang cukup lama sekitar 3 menit 17 detik serta prakiraan cuaca yang cukup cerah. Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan untuk memperoleh fase dan amplitudo aktivitas matahari dengan menggunakan data pengamatan white-light saat terjadi Gerhana Matahari Total. Instrumen yang digunakan untuk pengamatan GMT 2016 adalah dua teleskop optik yang berbeda tetapi dipasang dalam satu sistem mounting (penyangga). Mounting tersebut mendukung untuk menempatkan dua teleskop secara simultan dalam melakukan pengamatan. Sistem ini mampu beroperasi dengan tidak menggunakan jaringan listrik PLN dan hanya menggunakan baterai. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi ketiadaan listrik di lokasi pengamatan karena daerah Maba hanya dialiri listrik pada malam hari saja. Pengamatan matahari dilaksanakan di lapangan pendopo Kabupaten Halmahera Timur. Saat pelaksanaan pengamatan GMT pada 9 Maret 2016 kondisi langit berawan tebal. Ketika Matahari telah tertutup Bulan 40 persen, awan masih tebal menutupi langit. Dalam proses menuju totalitas, sempat turun hujan yang kemudian berhenti menjelang totalitas tetapi kondisi langit masih sangat berawan. Pengamatan dilanjutkan dengan kondisi berawan tebal saat menjelang totalitas. Meskipun demikian, akuisisi data tetap dilakukan saat awan tidak terlalu mengganggu pengamatan. Berikut adalah hasil potret citra korona menggunakan kamera CCD QHY.
Citra korona saat totalitas yang dipotret menggunakan CCD QHY.
Citra korona matahari yang diliputi beberapa lidah api, dipotret dengan kamera DSLR.
141
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Hasil Penelitian
Gangguan Geomagnet Saat Gerhana Dalam peristiwa GMT, Matahari, Bulan, dan Bumi berada dalam satu garis. Tentunya kejadian ini akan mempengaruhi proses fisika yang terjadi di lapisan ionosfer dalam lintasan tersebut. Hal ini juga akan mempengaruhi medan geomagnet. Untuk itu, fenomena GMT merupakan saat yang baik untuk meneliti mengenai gangguan geomagnet yang bersumber dari luar Bumi. Sinar matahari yang menuju bumi terhalang oleh bulan, hal ini akan mengakibatkan proses radiasi atau ionisasi di lapisan ionosfer mengalami penurunan. Dengan turunnya proses ionisasi maka arus di ionosfer mengalami perubahan. Perubahan arus ini dapat mempengaruhi variasi harian geomagnet. Variasi geomagnet menggambarkan fluktuasi medan geomagnet khususnya variasi hari tenang. Flutuasi tersebut banyak dipengaruhi oleh proses pemanasan dan ionisasi di lapisan ionosfer. Pada saat berlangsungnya gerhana matahari total, proses ionisasi akan mengalami gangguan. Gerhana matahari mengubah proses ionosfer lapisan E dan sebagai hasilnya mempengaruhi variasi harian geomagnet atau variasi hari tenang, yang berasal terutama dalam ionosfer. Hal ini terjadi karena sifat ionosfer yang erat kaitannya dengan radiasi matahari. Hal ini diperkirakan karena tertutupnya sinar matahari selama gerhana. Efek terhadap ionosfer selama gerhana matahari tergantung pada beberapa faktor seperti tingkat aktivitas matahari dan tingkat gangguan geomagnet. Hasilnya yaitu ditemukan anomali positif di komponen Y (TimurBarat) dan penurunan komponen X (horizontal). Penelitian geomagnet tersebut dilaksanakan pada 5
Plot variasi komponen medan magnet Bumi pada hari gerhana matahari 9 Maret 2016.
hingga 10 Maret 2016. Peralatan yang digunakan untuk pengamatan geomagnet di Ternate ini berupa fluxgate magnetometer Magson. Memiliki akurasi 0,1 nanotesla, alat ini dioperasikan dalam frekuensi 1 Hz. Alat ini mengukur komponen magnet yaitu komponen H (horizontal), D (deklinasi) dan Z (vertikal) serta F (total). Lokasi pengamatan yang dipilih berada di lingkungan Stasiun meteorologi Kelas I Babullah Ternate, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (0° 49’ 45,20” LU dan 127° 22’ 54,00” BT). Hasil perekaman data geomagnet yang dilakukan menunjukkan adanya kelainan data variasi yang didapat. Dari gambar komponen H biasanya variasinya secara berangsur naik hingga tengah hari waktu lokal. Sesuai dengan dugaan awal bahwa peristiwa gerhana matahari total akan berdampak terhadap variasi harian geomagnet. Variasi harian geomagnet terganggu sekitar 5 nT.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
142
THE ECLIPSE - GMT
Gangguan Ionosfer saat Gerhana
Beberapa saat setelah totalitas, terjadi penurunan tajam kerapatan elektron maksimum lapisan F2 di atas Biak.
G
MT ternyata juga mempengaruhi kondisi lapisan ionosfer. Hal tersebut diperoleh dari penelitian riset yang dilakukan LAPAN di pada 9 Maret 2016 untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lapisan tersebut akibat penutupan lapisan ionosfer oleh bayangan bulan. Pengamatan ionosfer di lakukan di Balai Penjejakan dan Kendali Wahana Antariksa Biak, Manado, dan Pontianak. Ketiga lokasi ini dipilih untuk membandingkan kondisi atmosfer di wilayah yang mengalami GMT dan yang tidak. Pengamatan di stasiun Biak dan Pontianak dilakukan menggunakan ionosonda tipe Canadian Advanced Digital Ionosonde) (CADI). Pengamatan di Manado menggunakan GISTM GPS Ionospheric Scintillation and TEC Monitor (GISTIM). Sementara itu, komunikasi radio otomatis digunakan untuk sirkit komunikasi Biak-Manado.
143
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Hasil pengamatan ionosfer yang telah dilakukan menujukkan bahwa pada saat GMT lapisan ionosfer yang tertutup oleh bayangan bulan mengakibatkan penurunan ionisasi di lapisan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari penurunan kerapatan elektron maksimum lapisan ionosfer di atas Biak dan penurunan kandungan elektron total atau Total Electron Content (TEC) hasil pengamatan GISTM di stasiun Manado. Selain itu, GMT juga menyebabkan penurunan kerapatan elektron di lapisan D pada ketinggian sekitar 60 km yang mengakibatkan kenaikan kuat signal komunikasi digitas antara Biak dan Manado.
Hasil Penelitian
Gangguan ionosfer juga dapat dilihat dari pengukuran Total Electron Content di Manado.
Penguatan sinyal komunikasi Biak-Manado sebagai indikasi penurunan lapisan D ionosfer.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
144
THE ECLIPSE - GMT
Meski berawan, pengamatan Maba tetap berikan hasil
P
usat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada fenomena Gerhana Matahari 2016 ini membentuk tim khusus yang disebut dengan Tim Gerhana (TIGER). TIGER ini beranggotakan dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang bahu membahu mengabarkan liputan kegelapan ke seluruh pelosok nusantara. TIGER terdiri atas TIGER
Yogyakarta yang bertugas di Yogyakarta dan TIGER Ternate yang bertugas di Ternate. Tim ini juga melaksanakan penelitian tentang tingkat kecerlangan langit dan perilaku hewan. Pengamatan perilaku fauna dilakukan terhadap ternak di Ternate dengan menggunakan kamera. Hasil penelitian masih dikaji lebih lanjut.
Foto : TIGER UAD
145
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Mengamati fauna. Para mahasiswa dari Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan tengah me ngamati perilaku ikan di kolam milik warga setempat saat terjadinya gerhana matahari.
Hasil Penelitian
Foto : commons.wikimedia.org
Gelap dan bunyi jangkrik. Jangkrik merupakan salah satu spesies serangga yang aktivitasnya terpengaruh oleh keberadaan gerhana. Pengamatan tim LangitSelatan di Maba menunjukkan bahwa kawanan jangkrik yang berada di sekitar lokasi pengamatan berbunyi sangat kencang saat totalitas gerhana terjadi dan langit menjadi gelap, seperti layaknya mereka bersuara di malam hari.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
146
THE ECLIPSE - GMT
Meny
147
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Bab 4
Berbagi Euforia yambut Gerhana P
eristiwa langka seperti Gerhana Matahari Total (GMT) di tahun 2016 pastinya menarik perhatian banyak orang. Teknologi media baru dan internet memudahkan setiap orang untuk berbagi pengalamannya dengan orang lain. Ini pula yang terjadi saat lintasan GMT melewati Indonesia. Lini massa media sosial seperti Twitter dan Facebook dipenuhi dengan cuitan dan status mengenai GMT. Tidak hanya di Indonesia, gerhana matahari saat itu menjadi trending topic di dunia. Dengan
menggunakan tagar #GMT2016, #GerhanaMatahariTotal, serta #SolarEclipse2016, netizen di seluruh dunia berbicara tentang gerhana matahari, terutama pemandangan fase gerhana total yang dapat dilihat dari Indonesia. Media massa juga tidak kalah ramai memberitakan GMT. Berita mengenai gerhana pada tanggal 9 Maret 2016 menghiasi media cetak, elektronik, dan digital. Tidak hanya di Indonesia saja, media internasional juga tidak ketinggalan memberitakan fenomena ini.
Foto : Dok. Lapan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
148
THE ECLIPSE - GMT
Trending topic dunia. Gerhana matahari total yang terlihat di Indonesia merupakan fenomena tersendiri di media sosial. Tercatat tagar #GMT dan #GMT2016 menjadi trending topic nasional bahkan dunia (bersama dengan tagar #SolarEclipse2016) di Twitter. Lini masa Twitter, Facebook, dan Path dipenuhi oleh gambar gerhana yang diambil sendiri oleh para netizen yang seakan beradu foto. Sosial media memiliki peran sangat penting dalam penyampaian dan berbagi informasi mengenai gerhana matahari pada tanggal 9 Maret 2016.
149
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Berbagi Euforia Menyambut Gerhana
Selfie, atau Eclips-fie? Telepon pintar (smartphone) yang dilengkapi dengan kamera menjadi alat favorit para penikmat gerhana untuk mengabadikan momen unik tersebut. Ada yang mengakalinya denga menempelkan filter film agar kameranya bisa menangkap gambar gerhana. Bahkan, beberapa hari sebelum Hari-H, banyak pula situs maupun blog yang memberikan tips-tips cara mengambil gambar gerhana dengan menggunakan smartphone. Bagi mereka yang hobi fotografi dengan menggunakan kamera SLR, gerhana matahari ini juga menjadi momen yang tepat untuk memuaskan kegemaran mereka mencari gambar yang sempurna. Pada hari terjadinya gerhana, tidak sedikit pula yang melakukan selfie atau wefie dengan latar belakang gerhana matahari atau sekedar berpose menggunakan kacamata gerhana untuk kemudian diunggah ke internet.
Foto : Tempo.co
Foto : wartaislami.com
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
150
THE ECLIPSE - GMT
151
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Berbagi Euforia Menyambut Gerhana
Euforia media. Tangkapan layar dan hasil kliping dari tajuk media massa mengenai gerhana matahari. Tidak hanya dari Indonesia saja, media luar negeri juga tidak kalah dalam menerbitkan artikel gerhana. Tercatat media-media besar seperti BBC, Telegraph, New York Times, dan lain-lain menayangkan artikel gerhana di Indonesia. Selain media cetak dan internet, kru berita dari berbagai stasiun televisi di dunia seperti NHK Jepang juga ikut hadir di Indonesia untuk meliput secara langsung fenomena semesta ini.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
152
THE ECLIPSE - GMT
Kacamata LangitSelatan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kacamata gerhana merupakan salah satu instrumen paling populer saat terjadinya gerhana matahari 9 Maret 2016. Banyak sekali warga masyarakat yang mencari kacamata gerhana terutama di kota-kota besar, dan stoknya yang terbatas seringkali membuatnya menjadi langka dan harganya sempat menjadi mahal. Lalu bagaimana dengan mereka yang ada di pedesaan dan pelosok nusantara. Tim La-ngit Selatan melalui ekspedisinya membagikan kacamata gerhana di berbagai lokasi di Indonesia. Tampilan kacamatanya yang unik membuatnya sangat disukai oleh semua kalangan termasuk anak-anak dan orang dewasa.
153
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Berbagi Euforia Menyambut Gerhana
Wawancara pakar. Gerhana matahari membuat media massa mencari pakar dan peneliti astronomi untuk dijadikan narasumber. Salah satunya adalah dosen jurusan astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Hakim Luthfi Malasan, yang masuk ke dalam rubrik “Sosok” di surat kabar Kompas edisi 10 Maret 2016. Para personel LAPAN juga seringkali menjadi narasumber di media massa baik cetak maupun elektronik, dan biasanya memberikan informasi mengenai gerhana matahari dan tata cara penggunaan instrumen pengamatan yang baik dan benar.
Ritual gerhana. Pontianak Post mengangkat tajuk utama yang berisikan mengenai ritual umat Islam dalam situasi gerhana matahari yaitu melakukan shalat gerhana berjamaah. Nampak foto ribuan jamaah memadati Masjid Raya Mujahidin di Pontianak.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
154
THE ECLIPSE - GMT
Wisata dan edukasi. Gerhana matahari total 9 Maret 2016 mengingat- kan bahwa peristiwa astronomi memiliki potensi untuk menjadi sarana wisata dan edukasi sekaligus. Tema ini juga diangkat dalam berbagai artikel di surat kabar dan internet. Potensi edukasi gerhana matahari sudah jelas dengan adanya sosialisasi maupun pengetahuan dan kreativitas dalam pembuatan instrumen pengamatan. Potensi lain adalah di bidang wisata antariksa atau astro-tourism, yang kini tengah naik daun di beberapa negara luar seperti Chile dan Irlandia. Potensi Indonesia dalam hal ini tentulah besar, karena lonjakan jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara membuat para pelaku pariwisata di lokasi gerhana menjadi kewalahan.
155
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Berbagi Euforia Menyambut Gerhana
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
156
THE ECLIPSE - GMT
Website dan Facebook LAPAN. Era internet mewajibkan lembaga pemerintah untuk mengelola situs resmi sebagai bentuk layanan kepada masyarakat. LAPAN sebagai lembaga pengusung sains dan teknologi tentu saja tidak ketinggalan dengan adanya situs dan laman Facebook resmi yang digunakan sebagai medium antara LAPAN dengan netizen secara khusus dan masyarakat umumnya. Melalui situs ini hadir berbagai macam berita, informasi, dan pengetahuan mengenai aktivitas dan bidang keilmuan yang terkait dengan keberadaan LAPAN. Terkait dengan gerhana matahari, situs LAPAN memiliki bagian tersendiri yang didedikasikan untuk menyampaikan informasi gerhana dan juga layanan streaming untuk melihat proses terjadinya gerhana matahari total dan sebagian di berbagai wilayah di Indonesia. Laman Facebook milik LAPAN juga tidak kalah sibuk dengan membagikan foto-foto, informasi, dan gambar mengenai gerhana matahari. Untuk lebih lanjut, kunjungi http://www.lapan.go.id untuk situs resmi, atau https://www.facebook.com/ LapanRI untuk laman Facebook.
157
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Berbagi Euforia Menyambut Gerhana
Website khusus gerhana. Selain situs LAPAN, masyarakat juga bisa mengunjungi situs yang beralamatkan di http://gerhana.info, sebuah situs yang dikelola oleh tim LangitSelatan yang didedikasikan khusus untuk fenomena gerhana matahari. Kedua website ini (LAPAN dan Gerhana. Info) sering menjadi rujukan mengenai informasi gerhana.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
158
THE ECLIPSE - GMT
TAUTAN LIPUTAN MEDIA DI WEBSITE iNewsTV : Live Event GMT 2016 Parigi Moutong http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/116 GMS Pasuruan 9 Maret 2016 http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/115 RUAITV : WARTA INSPIRASI 09 MARET 2016 http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/114 PALTV News : LAPAN Akan Rilis Hasil Penelitian GMT http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/113 Metro TV : Selamat Pagi Indonesia 9 Maret 2016 http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/112 MetroTV : Live Gerhana Matahari Total di Palembang http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/111 TVRI Wawancara Eksklusif Kepala LAPAN Mengenai GMT 2016 http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/110 TVOne Apa Kabar Indonesia Pagi GMT 9 Maret 2016 http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/108 TVOne Apa Kabar Indonesia Pagi Live GMT Palembang http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/107 MetroTV 8-11 Jelang GMT http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/106 Tribun Sumsel : Ini Penjalasan LAPAN Akibat GMT Tak Terlihat di Ampera http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/105 MetroTV Metro Kini : Jelang Gerhana Matahari Total 8 Maret 2016 http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/104 MetroTV News : Euforia Gerhana Matahari 2016 http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/103 NETTV NET16 : Jelang Gerhana Matahari Total http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/100 Tribun Sumsel - Ingat Ya, 9 Maret Pagi Datang Ke Ampera Saksikan Gerhana Matahari http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/99 Netizen News MetroTV : Cara Aman Menyaksikan Gerhana Matahari Total http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/98 Mengenal Fenomena 33 Tahun, Gerhana Matahari Total http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/97 CNN Indonesia: Inside Indonesia: Eps. Memahami Sihir Gerhana https://www.youtube.com/watch?v=OEVvwsSuyd4 CNN Indonesia: Insight with Desi Anwar https://twitter.com/CNNIDinsight/status/707232990754181120 CNN Indonesia: Tech News DK Show : Gerhana Matahari Total Bag 1: https://www.youtube.com/watch?v=R4oKAOi5Oak Bag 2: https://www.youtube.com/watch?v=SEKpvvBETFA Bag 3: https://www.youtube.com/watch?v=ta68a4vd_QU Bag 4: https://www.youtube.com/watch?v=C4wNxe0csBI Bag 5: https://www.youtube.com/watch?v=dfaurs6UAK8 Live Event iNewsTV: Bag 1: https://www.youtube.com/watch?v=xDWrxDz6T44 Bag 4: https://www.youtube.com/watch?v=YISp8mjH9ws Bag 5: https://www.youtube.com/watch?v=k17sxAabiMk Bag 6: https://www.youtube.com/watch?v=eDxi2fFfKf4 Bag 7:https://www.youtube.com/watch?v=NRvFIVYw_V0 Learning Space eps. 108: Solar Eclipse https://www.youtube.com/watch?v=u1hB_iqkY_k
159
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
http://www.suara.com/tekno/2016/03/09/133128/lapan-tangkap-lima-kali-pencahayaanmenuju-puncak-gmt http://www.mediaindonesia.com/news/read/32977/peneliti-berbagi-hasilpengamatan/2016-03-08 http://sutrisno-budiharto.blogspot.co.id/2016/03/live-streaming-gmt-palembang.html http://surabayanews.co.id/2016/03/06/46882/boleh-lihat-gerhana-tapi-ini-syaratnya.html http://waktoe.com/lembaga-penerbangan-dan-antariksa-nasional-pamerkan-hasilpenelitian-dan-pengembangan/ https://www.mindtalk.com/channel/fyi/post/gerhana-matahari-total-anak-sekolah-bikinkacamat-707375386454929507.html http://www.rmolsumsel.com/read/2016/03/09/46998/Soal-Asap-Pabrik-PT-Pusri-Saat-GMT,Ini-Kata-Harnojoyohttp://astronesia.blogspot.co.id/2016/03/satelit-buatan-lapan-juga-amati-gmt-2016.html http://medanmetropolitan.com/gayahidup/-Saatnya-Pemburu-Gerhana-Matahari-TotalBeraksi http://www.rri.co.id/post/berita/249515/teknologi/persiapan_gmt_lapan_edukasi_pelajar_ membuat_kacamata_gerhana.html http://www.unisifm.com/fast-break-8-maret-2016-jam-17-00/#.VufBgvm22D8 http://www.jakartapers.com/berita/Gerhana-Matahari-Total-Menarik-69-Peneliti-AsingDatang-Di-Indonesia http://m.harianjogja.com/baca/2016/03/12/gerhana-matahari-total-satelit-lapan-rekamjalur-bayangan-bulan-saat-gmt-700021 http://w.antaramaluku.com/en/berita/82101/indonesia-to-host-asia-pacific-aeronauticsforum-2015 http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/02/18/217081/lapan-akan-laksanakanekspedisi-ilmiah-tentang-gmt/#.VufEgPm22D8 http://korem143.kodam-wirabuana.mil.id/2016/03/07/732/ http://ristekdikti.go.id/fenomena-gerhana-matahari-sarana-edukatif-alamiah-bagiindonesia/ http://www.jawapos.com/read/2016/03/06/20081/mitos-lihat-gerhana-butakan-mata-inikata-lembaga-antariksa http://cikalnews.com/read/32734/09/3/2016/asap-pabrik-ganggu-suasana-gerhanamatahari-di-palembang http://kendaripos.co.id/2016/03/gerhana-matahari-boleh-dilihat-jangan-ditatap/ http://www.harianjateng.com/2016/03/lapan-rekam-bayangan-gerhana-bulan.html
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
160
THE ECLIPSE - GMT TERIMA KASIH KEPADA SELURUH PIHAK YANG TELAH MENYUKSESKAN PERISTIWA PENGAMATAN GERHANA MATAHARI 9 MARET 2016
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumatra Barat
Bengkulu
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
161
Jambi
Kalimantan Timur
THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Sumatra Selatan
Sulawesi Barat
Bangka Belitung
Sulawesi Tengah
Kementerian Pariwisata
Kalimantan Barat
Maluku Utara
Tim Penyusun Buku dan Kontributor Tim Penyusun Buku
Pengarah Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (Kepala LAPAN) Koordinator Penyusunan Drs. Afif Budiyono, MT (Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer) Ketua Tim Pelaksana Dra. Clara Yono Yatini, M. Sc. (Kepala Pusat Sains Antariksa) Wakil Tim Pelaksana Ir. Christianus R. Dewanto M. Eng. (Kepala Biro Kerjasama, Humas, dan Umum) Pelaksana Penyusunan Buku
• Kepala Pusat Teknologi Penerbangan • Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pasuruan • Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang • Kepala Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut • Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam • Kepala Balai Penginderaan Jauh Parepare • Kepala Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh Biak • Ketua Tim Pengamatan GMT Palembang Ir. Halimurrahman, MT • Ketua Tim Sosialisasi GMT Palembang Ir. Jasyanto, MM • Ketua Tim Sosialisasi GMT Belitung, Mega Mardita, M.Si • Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Palangkaraya, Drs. Bambang Suhandi, M.Si • Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Parigi, A. Gunawan • Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Ternate, Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc • Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Maba, Dr. Emmanuel Sungging • Leo Kamilus J. Rijadi, M.Kom (LAPAN) • Drs. Syaikhun Hadisaputra, MM (LAPAN) • Rhorom Priyatikanto, S.Si (LAPAN) • Happy Rumiris Simanungkalit, S.Sos (LAPAN) • Erni Sri Sinta Pakpahan, MH (LAPAN) • Zakaria, S.Sos (LAPAN) • Elly Nurnazilly, SAP (LAPAN) • Dra. Elly Kuntjahyowati, MM (LAPAN) • Drs. Firmanullah (LAPAN) • Dr. Teguh Harjana, M.Sc (LAPAN) • Tri Widodo, S.Sos (LAPAN) • Anggrayani Susilowati (LAPAN) • Sunerti (LAPAN) • Ronaldo Treagan (LAPAN) • Bhintary Fauzya (LAPAN) • Andriati Setyaningrum, M.TI (KEMENKOMINFO) • M.H. Munzaer, M.TI (KEMENKOMINFO) • Rini Muliahati, M.TI (KEMENKOMINFO) • Bintang Rehari, ST (KEMENKOMINFO)
• Doni Marshal Rangga, S.Kom (KEMEN KOMINFO) • Dra. Ratna Suranti, MA (KEMENPAREKRAF) • Nurdiansah, ST (LIPI) • Dr. Yudhiakto Pramudya (UAD) • Eko Nursulistyo, M.Pd (UAD) • Oki Mustava, S.Pd, M.Pd.Si (UAD) • Prof. Dr. Taufiq Hidayat (PAKAR ASTRONOMI) • Dr. Hakim L. Malasan (ITB) • Dr. Mahasena Putra (BOSSCHA-ITB) • Dr. Premana W. Premadi (UNAWE, ITB) • Yatny Yulianty, M.Si (UNAWE) • Dr. Budi Dermawan (HAI, ITB) • Avivah Yamani Riyani, M.Si (LangitSelatan) • Dr. Jaya Murjaya, M.Si (BMKG) • Harris Iskandar, Ph.D (KEMENDIKBUD) • Didik Suhardi, Ph.D (KEMENDIKBUD)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT
162
THE ECLIPSE - GMT
Foto : Dok. LAPAN
7:22:56 AM
7.20
7:4 7.32
7.43
ISBN : 978-979-1458-98-6