THE CONFLICTS OF PAPUAN WOMEN IN THE FAMILY IN DOROTHEA ROSA HERLIANY’S ISINGA by Anitalia Stefany Welayana NIM 12210144019 ABSTRACT This study aims to describe the role of Papuan women in the family, the conflicts faced by Papuan women in the family, as well as the causes of the conflict faced by Papuan women in the family in Dorothea Rosa Herliany’s Isinga. This research was a qualitative descriptive study. Subject of this study was Dorothea Rosa Herliany’s Isinga, first printed in January 2015 issued by PT Gramedia Pustaka Utama. The study was focused on issues related to Papuan women character that was studied in sociology of literature and supported by the theory of capitalist patriarchy. The data were obtained by the technique of reading, observing, and noting. The instrument used was human instrument. Data were analyzed by using qualitative descriptive analysis. The validity of the data was obtained through triangulation (referential) and reliability techniques (intrarater and expert judgment). The results of the study are outlined as follow. First, the roles of Papuan women in the family include, (1) economic aspect, fulfilling the family’s daily needs by farming, gardening, gathering firewood, fishing and weaving nets, processing sago, caring for pigs, weaving pandan leaves, and selling farm products and pigs to the market; (2) traditional aspect, keeping the tradition of hunuke and getting a lucrative dowry for family; (3) reproduction aspect, giving birth to many children, especially boys, and independence in conducting deliveries; and (4) aspects of care and education of children, carrying the child in noken while working, and responsible for their education. Second, the conflicts faced by Papuan women in the family were the heavy burden of life; domestic violence; and diseases and severe physical conditions. Third, the causes of the conflicts faced by Papuan women in the family were the stereotypes of Papuan against women, the unequal partition of tasks in households, prostitution, and harsh conditions. Keywords: Papuan women, conflict, the main character, novel
KONFLIK PEREMPUAN PAPUA DALAM KELUARGA PADA NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY oleh Anitalia Stefany Welayana NIM 12210144019 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran perempuan Papua dalam keluarga, wujud konflik yang dihadapi oleh perempuan Papua dalam keluarga, serta penyebab konflik yang dihadapi oleh perempuan Papua dalam keluarga pada novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany, cetakan pertama Januari 2015 yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan tokoh perempuan Papua yang dikaji secara sosiologi sastra dan didukung dengan teori patriarki kapitalis. Data diperoleh dengan teknik baca, simak, dan catat. Instrumen yang digunakan adalah human instrument. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui teknik triangulasi (referensial) dan reliabilitas (intrarater dan expert judgment). Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut. Pertama, peran perempuan Papua dalam keluarga meliputi, (1) aspek ekonomi, yaitu memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dengan berladang, berkebun, mencari kayu bakar, menangkap ikan dan menganyam jala, mengolah sagu, merawat babi peliharaan, menganyam daun pandan, dan menjual hasil ladang dan babi peliharaan ke pasar; (2) aspek tradisi, yaitu menjaga tradisi hunuke dan mendapatkan mas kawin yang menguntungkan keluarga; (3) aspek reproduksi, yaitu melahirkan banyak anak terutama anak laki-laki, dan kemandirian dalam melakukan persalinan; dan (4) aspek pengasuhan dan pendidikan anak, yaitu membawa anak dalam noken ketika bekerja, dan bertanggungjawab terhadap pendidikan anak. Kedua, wujud konflik yang dihadapi oleh perempuan Papua dalam keluarga yaitu, beban hidup yang berat; kekerasan dalam rumah tangga; dan penyakit dan kondisi fisik yang berat. Ketiga, penyebab konflik yang dihadapi oleh perempuan Papua dalam keluarga adalah stereotip masyarakat Papua terhadap perempuan, pembagian tugas dalam rumah tangga yang tidak proporsional, pelacuran, dan kondisi alam yang berat.
Kata kunci: perempuan Papua, konflik, tokoh utama, novel
3
Salah satu wilayah di Indonesia
PENDAHULUAN Sastra
yang
menggunakan
yang masih kental dengan budayanya
bahasa sebagai medianya memegang
adalah Papua. Masyarakat Papua
peran yang sangat penting dalam
mewariskan kebudayaannya secara
kehidupan
Sastrawan
turun-temurun melalui cerita lisan.
berusaha mengungkapkan perasaan
Salah satu sastrawan Indonesia yang
dan
bahasa
mengangkat Papua sebagai latar
sastra yang memiliki makna ganda
dalam karyanya ialah Dorothea Rosa
atau multitafsir. Karya sastra juga
Herliany. Salah satu karya Dorothea
merupakan cetusan jiwa pengarang
Rosa Herliany yang bercerita tentang
yang berusaha untuk mencerminkan
fenomena
kehidupan sosial masyarakat ketika
berkembang di Papua adalah novel
karya sastra itu diciptakan.
Isinga.
manusia.
gagasannya
melalui
Esensi dalam suatu karya sastra memiliki
nilai
kelangsungan
tinggi
perjalanan
bagi budaya
kebudayaan
dan
Dalam novel tersebut perempuan Papua
digambarkan
sebagai
perempuan perkasa yang menjalani
bangsa, kiranya perlu digali dan
dua
dikembangkan untuk dapat diresapi
Perempuan Papua bertanggungjawab
dan
Hasil
memberikan banyak keturunan laki-
penggalian dan pengembangan itu
laki, dan bertanggungjawab mencari
akan memberikan kepuasan rohani
nafkah untuk keluarga. Peran ganda
dan kecintaan pada sastra sebagai
yang harus dijalani oleh perempuan
bagian dari kebudayaan. Hal ini
Papua
disebabkan dalam karya sastra itu
menjadikan
tergambar pola hidup, adat istiadat,
sebuah
pandangan dan pola pikir manusia
Ketidakadilan yang terjadi terhadap
dan masyarakat, jadi karya sastra
perempuan Papua disebabkan oleh
adalah sebuah rekaman mengenai
budaya
tata
mengharuskan para istri memiliki
dinikmati
kehidupan
masyarakat.
isinya.
dalam
suatu
peran
dalam
dalam
satu
waktu.
novel
Isinga
perempuan
sebagai
kelas
yang
masyarakat
tertindas.
yang
tanggungjawab yang lebih besar
4
dalam keluarga dibandingkan para
antarklen. Kegiatan kaum laki-laki
suami.
juga lebih terpusat di rumah bujang
Keluarga sebagai
dapat
didefinisikan
sekelompok
orang
(kebudayaanindonesia.net).
yang
Bagi masyarakat Papua, keluarga
bersatu oleh ikatan perkawinan atau
inti
hubungan
memiliki
ekonomi yang terpenting. Berbagai
rumah tangga, dan tradisi atau
bentuk kehidupan masyarakat Papua
kebudayaan tertentu. Bentuk dan
menunjukkan
fitur
berbeda
keluarga inti, baik dalam penataan
antara masyarakat dan kebudayaan
pola permukiman, cara-cara mencari
namun setiap bangsa tetap mengakui
pangan, cara-cara penguasaan harta
keluarga sebagai organisasi sosial
dan tanah, maupun dalam kebebasan
yang
dianggap
yang dimiliki keluarga inti terhadap
sebagai batu dasar dari semua fungsi
unit teritorial yang lebih besar dari
sosial lainnya (biologis, emosional,
trah, dan tampak pada cara-cara
ekonomi,
meneruskan
darah,
keluarga
utama.
yang
mungkin
Keluarga
pendidikan,
dan
kebudayaan) (Liliweri, 2014: 176). Dalam
kehidupan
masyarakat
merupakan unit
peran
sosial
dan
pentingnya
pengetahuan
supranatural (Schoorl, 1997: 17). Dalam
sebuah
keluarga,
Papua, peran kaum laki-laki dan
perempuan (istri) tidak mempunyai
perempuan dalam sebuah keluarga
hak untuk menggugat perceraian
berbeda. Kaum laki-laki memiliki
karena
tugas
dan
orang laki-laki mendapat hak penuh
Pekerjaan
atas diri si perempuan. Bahkan ketika
selanjutnya, mulai dari menumbuk
si perempuan diperlakukan tidak
sampai mengolah sagu dilakukan
baik, ia tidak berhak untuk melarikan
oleh
Secara
diri. Jika ia mencari perlindungan
umumnya, kaum perempuan yang
kepada orang tuanya atau kepada
bertugas melakukan pencarian bahan
saudara
makanan dan menjaring ikan di laut
dikembalikan
atau di sungai. Kaum laki-laki lebih
(Schoorl, 1997: 74).
menebang
membelah
kaum
pohon
batangnya.
perempuan.
sibuk melakukan kegiatan perang
dengan membayar tukon
laki-lakinya, kepada
ia
akan
suaminya
5
Tujuan suatu penelitian haruslah
motivasi untuk meneliti novel Isinga
jelas supaya tepat sasaran. Adapun
karya
tujuan peneliti ini adalah sebagai
dengan pendekatan lain; dan bagi
berikut: (1) mendeskripsikan peran
masyarakat
perempuan Papua dalam keluarga
penelitian ini juga dapat digunakan
pada novel Isinga karya Dorothea
sebagai salah satu sarana untuk
Rosa Herliany, (2) mendeskripsikan
mengapresiasi
wujud konflik yang dihadapi oleh
khususnya
perempuan Papua dalam keluarga
Dorothea Rosa Herliany.
pada novel Isinga karya Dorothea
KAJIAN TEORI
Rosa
1. Sosiologi Sastra
Herliany,
dan
(3)
mendeskripsikan penyebab konflik
Dorothea
Sastra
Rosa
secara
Herliany
umum,
karya
novel
hasil
sastra,
Isinga
merupakan
karya
sebuah
yang dihadapi oleh perempuan Papua
dokumen penting tentang zaman,
dalam keluarga pada novel Isinga
oleh
karya Dorothea Rosa Herliany.
mencatat kejadian zaman. Setiap
sebab
itu
sastra
berusaha
Adapun manfaat penelitian ini
zaman selalu memiliki aneka ragam
terdiri dari, (1) manfaat teoretis, dan
kepentingan. Studi sosiologi sastra
(2) manfaat praktis. Manfaat teoretis
berusaha
dalam penelitian ini adalah dunia
peristiwa yang istimewa di mata
kesusasteraaan
mendapat
sastrawan. Berbagai konteks sosial
masukan pemikiran dari sisi konflik
sering mewarnai setiap zaman yang
perempuan Papua melalui novel
berbeda. Dokumen sosial dan budaya
Isinga
akan mewarnai konteks sastra. Sastra
akan
karya
Dorothea
Rosa
menangkap
Herliany. Manfaat praktis dalam
menjadi
penelitian
ini
kehidupan sosial, oleh sebab itu,
sesudahnya,
penelitian
dijadikan
bagi
referensi
peneliti ini
dokumen
dokumen
dapat
sosiologi
sastra
dalam
mendeskripsikan atas
imajinatif
berupaya dokumen
penyusunan penelitian sesudahnya,
kehidupan
dasar
konteks.
khususnya yang berkaitan dengan
Konteks sosial sering menyertai teks
konflik perempuan; bagi peminat
dan ada kalanya juga tersirat dalam
sastra, penelitian ini dapat dijadikan
teks (Endraswara, 2013: 91).
6
Pendekatan sosiologi sastra yang
terhadap
perbedaan
tersebut
paling banyak dilakukan saat ini
(Sugihastuti & Saptiawan, 2010: 98-
menaruh
99).
perhatian
yang
besar
terhadap aspek dokumenter sastra:
Asumsi yang digunakan oleh
landasannya adalah gagasan bahwa
feminisme sosialis adalah bahwa
sastra merupakan cermin zamannya.
dalam masyarakat, kapitalis bukan
Pandangan ini beranggapan bahwa
satu-satunya
sastra merupakan cermin langsung
keterbelakangan
dari berbagai segi struktur sosial,
wanita. Mereka mengatakan faktor
hubungan
kekeluargaan,
gender, kelas, ras, individu atau
pertentangan kelas, dan sebagainya
kelompok dapat juga berkontribusi
(Damono, 1979: 10).
bagi keterbelakangan wanita (Tong,
2. Teori Patriarki Kapitalis
1998: 21).
Teori yang dikemukakan oleh feminisme sosialis dikenal sebagai
penyebab
utama
wanita
sebagai
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
teori patriarki kapitalis, yakni teori
pendekatan kualitatif dengan metode
yang
penelaahan dokumen
menyamakan
struktur
kelas
dialektika
dengan
struktur
yang akan
menghasilkan data deskriptif berupa
hierarki seksual (Fakih, 2010: 91).
teks-teks
Teori ini dikemukakan oleh Zillah
penelitian
Eisenstein. Teori patriarki kapitalis
tertulis hasil kesusastraan berupa
melihat perempuan sebagai sebuah
novel Isinga karya Dorothea Rosa
kelas
bahwa
Herliany dengan tebal halaman 209
perempuan
halaman, cetakan pertama bulan
terjadi di semua kelas. Teori patriarki
Januari tahun 2015 yang diterbitkan
kapitalis
oleh PT Gramedia Pustaka Utama,
dan
penindasan
menganggap terhadap
menganggap
bahwa
ketidakadilan terhadap perempuan tidak semata-mata disebabkan oleh perbedaan disebabkan
biologis, oleh
tetapi penilaian
tertulis. ini
Sumber
adalah
data
dokumen
Jakarta. Pengumpulan
data
dilakukan
lebih
dengan teknik baca, simak, dan catat.
dan
Teknik baca, simak, dan catat adalah
anggapan akibat konstruksi sosial
teknik
yang
digunakan
untuk
7
mengungkap suatu masalah yang
melakukan
terdapat di dalam suatu bacaan
menggunakan buku-buku mengenai
dengan cara memberikan perhatian
teori sastra, feminisme, dan budaya
yang
Papua.
benar-benar
terfokus
pada
pengecekan
Reliabilitas
data
yang
objek. Setelah kegiatan pembacaan,
digunakan adalah intrarater dan
dilakukan juga kegiatan pencatatan
expert
untuk mendokumentasikan data yang
dilakukan dengan cara membaca dan
diperoleh.
mengkaji subjek penelitian berulang-
Analisis data dilakukan dengan teknik
analisis
menggunakan konten.
Dalam
konten,
data
judgment.
Intrarater
ulang sampai mendapatkan data yang
kualitatif
dengan
konsisten.
metode
analisis
judgment, dilakukan dengan cara
analisis
pengecekan
metode harus
merupakan
Reliabilitas
expert
sejawat
dengan
mendiskusikan hasil sementara yang
informasi yang tepat, artinya, data
diperoleh
mengandung
antara
dengan ahli bidang tersebut, yaitu
sumber informasi dan bentuk-bentuk
Dr. Nurhadi dan Kusmarwanti, M.A..
simbolik yang asli pada satu sisi dan
HASIL
di sisi lain pada teori-teori model dan
PEMBAHASAN
pengetahuan mengenai konteks data
1. Peran
hubungan
(Zuchdi, 1993: 29).
ini
dilakukan
dengan
menggunakan teknik triangulasi dan reliabilitas.
Dalam
mendapatkan
keabsahan
penelitian,
perlu
pengecekan
terhadap
bentuk
diskusi
PENELITIAN
Perempuan
DAN
Papua
dalam Keluarga pada Novel
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif
dalam
upaya data
dilakukan data
yang
Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany Peran perempuan Papua dalam keluarga
meliputi,
(1)
aspek
ekonomi, yaitu memenuhi kebutuhan keluarga
sehari-hari
dengan
berladang, berkebun, mencari kayu
ditemukan. Dalam penelitian ini, uji
bakar,
keabsahan
menganyam jala, mengolah sagu,
triangulasi
data
menggunakan
pemeriksaan
melalui
sumber lain, yaitu dengan cara
menangkap
merawat
babi
menganyam
daun
ikan
dan
peliharaan, pandan,
dan
8
menjual
hasil
ladang
dan
babi
bercocok tanam berbagai tanaman
peliharaan ke pasar; (2) aspek tradisi,
untuk
yaitu menjaga tradisi hunuke dan
mereka. Makanan pokok masyarakat
mendapatkan
pegunungan adalah ubi. Sebelum
mas
kawin
yang
mempertahankan
menguntungkan keluarga; (3) aspek
masuknya
reproduksi, yaitu melahirkan banyak
masyarakat
anak terutama anak laki-laki, dan
keladi (Suroto, 2010: 22). Orang
kemandirian
melakukan
Papua pertama kali memanfaatkan
persalinan; dan (4) aspek pengasuhan
keladi untuk diambil kandungan
dan
yaitu
tepung dari akar umbinya pada fase-
membawa anak dalam noken ketika
fase awal bercocok tanam (Muller
bekerja,
via Suroto, 2010).
dalam
pendidikan
dan
anak,
bertanggung
jawab
terhadap pendidikan anak.
dikatakan
hidup
makanan
sebagai
pokok
pegunungan
Aktivitas
Kebanyakan orang Papua Nugini dapat
ubi,
hidup
adalah
perempuan
Papua
sepanjang hari di bidang pertanian adalah
menanam,
masyarakat hortikultura dan agraris
menyimpan,
karena
pertanian. Di bidang perkebunan, ada
mereka
mengkonsumsi
dan
menuai,
menjual
makanan yang mengandung tepung
sebagian
dari olahan sagu, sukun, ubi jalar,
aktivitas menanam coklat. Untuk
talas, dan beras dilengkapi dengan
sampai di kebun, mereka harus
beberapa varietas pisang, kelapa,
berjalan kaki selama satu hingga
mangga, dan buah-buahan lainnya.
lima jam. Bagi seorang ibu yang
Domestikasi hewan mereka peroleh
memiliki
dari berburu unggas, daging babi,
dilakukannya
daging burung, dan kura-kura laut.
anaknya di dalam noken. Beban
Di daerah pantai dan sungai mereka
perempuan cukup luar biasa setiap
juga suka menangkap ikan dan
harinya, karena selain beban bayi di
kerang (Liliweri, 2014: 453).
dalam noken ditambah dengan beban
Masyarakat dataran tinggi Papua cenderung Masyarakat
menjadi pegunungan
perempuan
hasil
bayi,
semua
dengan
melakukan
aktivitas membawa
hasil kebun berupa sayuran, tomat,
petani.
cabe, jagung dan ubi untuk konsumsi
Papua
keluarga (Liauw, 2010: 192).
9
Pada umumnya di saat tertentu ada
upacara
untuk
bertemu/kembali ke rumah orang tua,
memasak
sering dipukul oleh suami, dan rasa
makanan seperti pemanasan dari
putus asa dan ingin bunuh diri karena
batu.
juga
sering bertengkar dengan suami; dan
makanan
(3) penyakit dan kondisi fisik yang
yang bervariasi namun seringkali
berat, meliputi keguguran dalam
bersifat
misalnya
kehamilan, terkena wabah malaria
pembatasan pada perempuan hamil
karena pekerjaan yang berat dan
atau anak-anak yang mengalami
kondisi tubuh yang lemah, dan
inisiasi. Orang Papua Nugini terkenal
terkena
dalam acara-acara seremonial di
tertular dari suami yang
mana ratusan babi atau barang
pelacuran.
Beberapa
mempunyai
komunitas
pantangan
sementara,
berharga lainnya dibagikan kepada
penyakit
Perempuan
sifilis
karena pergi ke
sering mengalami
para tamu. Pesta seperti ini biasanya
kekerasan seksual atau dipaksa untuk
berlangsung
berhubungan
selama
berhari-hari
seks.
Perempuan
bersama dengan pembayaran belis
biasanya tidak memiliki hak untuk
pengantin atau urusan adat lainnya
menolak
(Liliweri, 2014: 453-454).
berhubungan seks. Hubungan seks
2. Wujud Konflik yang Dihadapi
bagi banyak suami (98%) hanya
oleh Perempuan Papua dalam
dilakukan dengan satu tujuan yaitu
Keluarga pada Novel Isinga
ingin memiliki anak (Yasumat &
Karya Dorothea Rosa Herliany
Yahukimo
Wujud konflik yang dihadapi
Kebiasaan membayar mas kawin
oleh
perempuan
Papua
dalam
yang
apabila
via
suami
Liauw,
bermakna
umum
mau
2010).
bahwa
keluarga yaitu, (1) beban hidup yang
perempuan adalah milik laki-laki,
berat,
mengharuskan
yaitu
melakukan
semua
perempuan
untuk
pekerjaan rumah tangga seorang diri;
selalu berbakti kepada suami dan
(2) kekerasan dalam rumah tangga,
keluarga (Liauw, 2010: 197).
meliputi korban pemerkosaan oleh
Tugas laki-laki adalah berperang
suami karena keinginan memiliki
atau menjaga keamanan terhadap
banyak
musuh dari luar, maka perempuan
anak,
terhalangi
untuk
10
menjadi pendukung domestik yang
memprotes, tidak membantah, tidak
utama: menjaga ketersediaan pangan,
banyak
menjaga
mengeluh, bersuara lembut, selalu
kesehatan
anak,
dan
bicara,
menyediakan tubuhnya bagi alat
menyiapkan
reproduksi.
keluarga,
Perempuan
menjadi
tidak
pernah
makanan
untuk
menghidangkan
hasil
over-loaded karena tugasnya yang
kebun dengan setulus hati, dan
berat dan pada ujungnya adalah
mengurus
kerentanan. Ketika malaria datang
dengan
menyerang (sering terjadi ketika air
menghasilkan banyak anak, terutama
pasang
ini
anak laki-laki; (2) pembagian tugas
dua
dalam rumah tangga yang tidak
minggu, dan jika tidak kuat, maut
proporsional meliputi pengasuhan
mengakhiri hidupnya. Semua yang
anak, ketersediaan makanan, dan
menjadi tanggungannya diambil alih
tugas
oleh keluarga perempuan lainnya
tanggung
(Solaiman, 2010).
tempat pelacuran; dan (4) kondisi
naik)
tumbang:
mama-mama
terbaring
selama
suami baik.
dan
keluarga
Perempuan
rumah
tangga
jawab
harus
menjadi
perempuan;
(3)
yang
alam yang berat, meliputi jarak
Perempuan
antara rumah dengan kebun dan
Papua dalam Keluarga pada
ladang berjauhan, terletak di daerah
Novel Isinga Karya Dorothea
lereng gunung yang ketika terjadi
Rosa Herliany
kemarau
Penyebab konflik yang dihadapi
tanah
3. Penyebab
Konflik
Dihadapi
oleh
oleh
perempuan
keluarga
adalah,
Papua (1)
dalam stereotip
panjang
mengakibatkan
longsor,
sehingga
tidak
tersedia makanan yang cukup untuk seluruh anggota keluarga.
masyarakat
Papua
terhadap
Stereotip mengenai perempuan
perempuan.
Adapun
stereotip
tersirat melalui nasihat dalam bentuk
tersebut ialah orang tua memberikan
nyanyian
nasihat
nasihat
kepada
para
perempuan
para
mama.
tersebut
Adapun
mengharuskan
untuk menjadi istri yang baik melalui
perempuan menjadi seorang yang
nyayian para mama. Perempuan
pendiam/penurut, tidak memprotes,
harus
tidak
pendiam/penurut,
tidak
membantah,
tidak
banyak
11
bicara,
tidak
pernah
mengeluh,
menggunakan budaya Papua sebagai
bersuara lembut, selalu menyiapkan
latar
makanan
keluarga,
sosiologi sastra sebagai pendekatan
menghidangkan hasil kebun dengan
yang tepat untuk mengkaji karya
setulus hati, dan perempuan juga
fiksi tersebut. Fokus cerita pada
harus mengurus suami dan keluarga
tokoh
dengan baik (Rahmayati, 2015: 306).
Ongge, menjadikan teori patriarki
untuk
Kaum
perempuan
terbebani
dengan tugas-tugas keluarga yang cukup
berat
karena
cerita
menjadikan
utama
kapitalis
teori
perempuan,
sebagai
Irewa
pendukung
pendekatan sosiologi sastra.
kondisi
Sosiologi
sastra
menaruh
medannya, seperti hutan yang lebat,
perhatian yang besar terhadap aspek
sungai yang penuh buaya, jalan yang
dokumenter sastra yang menganggap
terjal, dan peralatan yang masih
bahwa sastra merupakan cermin
terbatas
seperti
parang,
tuk-tuk
zamannya. Melalui sosiologi sastra,
(perahu
kecil),
dan
sebagainya.
sebuah novel dapat dijadikan sebagai
adalah
cermin struktur sosial masyarakat.
menyediakan kayu bakar, mencari
Tentu saja hal ini tidak dapat terlepas
ubi, mengambil air, mengolah sagu,
dari
dan
masyarakat tersebut.
Tugas
perempuan
menjaga
anak-anak
kecil.
fakta
sosial
yang
ada
di
Perempuan menjadi penduduk yang
Melalui teori patriarki kapitalis
sangat rentan: kelelahan berjalan
dapat dilihat bahwa beban pekerjaan
naik turun bukit berhari-hari sambil
perempuan yang berat diakibatkan
menggendong bayi dalam noken,
oleh sistem tatanan masyarakat itu
mengusung
kepala,
sendiri. Bagi masyarakat Papua,
menyusui, memasak makanan, dan
sejak zaman nenek moyang pada diri
mengasuh
perempuan
sudah
ditanamkan
(Solaiman, 2010).
pengertian
bahwa
penyediaan
PENUTUP
makanan
kayu
di
anak-anak
yang
lain
Berdasarkan uraian-uraian pada
dan
pengasuhan
anak
adalah tugas mereka. Perempuan
bagian sebelumnya dapat diketahui
(istri)
bahwa
melakukan segala pekerjaan untuk
novel
Isinga
yang
memiliki
kewajiban
12
suaminya. Hal tersebut sesuai dengan
Rahmayanti,
Rahmi.
stereotip-stereotip yang membentuk
“Representasi
pemikiran
Perempuan
masyarakat
yang
2015. Stereotip
Papua
Dalam
digambarkan Dorothea melalui novel
Roman Papua Isinga Karya
Isinga.
Dorothea
Rosa
DAFTAR PUSTAKA
(Kajian
Kritik
Damono, Sapardi. 1979. Sosiologi
Feminis)”.
ADOBSI,
Sastra hlm.
Sastra: Sebuah Pengantar
301-306,
Ringkas.
Diunduh pada tanggal 11 Mei
Jakarta:
Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan
http://adobsi.org//.
2016.
Bahasa,
Schoorl, J.W. 1997. Kebudayaan dan
Departemen Pendidikan dan
Perubahan Suku Muyu dalam
Kebudayaan.
Arus Modernisasi Irian Jaya.
Endraswara,
Suwardi.
Sosiologi Teori,
Sastra: dan
2013.
Jakarta: PT Gramedia.
Studi,
Solaiman, Antie. 2011. “Perempuan
Intepretasi.
di
Yogyakarta: Penerbit Ombak. Fakih,
Herliany
Mansour. Gender
2010.
dan
Pedalaman
Pengamatan
di
Papua: Dabra
–
Mamberamo”,
Analisis
Transformasi
http://www.leimena.org//.
Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Diunduh pada tanggal 18 Mei
Pelajar.
2016.
http://kebudayaanindonesia.net//.
Sugihastuti & Itsna Hadi Saptiawan.
“Sistem Kekerabatan Suku
2010. Gender dan Inferioritas
Asmat”.
Perempuan: Praktik Kritik
Diunduh
pada
tanggal 24 Juni 2016.
Sastra Feminis. Yogyakarta:
Liauw, Gasper. 2010. The Papua Paradox.
Yogyakarta:
Penerbit Andi. Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan.
Bandung:
Penerbit Nusa Media.
Pustaka Pelajar. Suroto,
Hari.
2010.
Prasejarah
Papua.
Bali:
Universitas
Udayana Press.
13
Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist
Thought.
Yogyakarta: Jalasutra. Zuchdi, Darmiyati. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta:
Lembaga
Penelitian IKIP Yogyakarta.
14