TESIS
PENGARUH FAKTOR PENGELOLA TERHADAP KEPATUHAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PADA HOTEL BERBINTANG DI KABUPATEN BADUNG
NI LUH PUTU DEVHY
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 1
TESIS
PENGARUH FAKTOR PENGELOLA TERHADAP KEPATUHAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PADA HOTEL BERBINTANG DI KABUPATEN BADUNG
NI LUH PUTU DEVHY NIM 1292161032
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UADAYANA DENPASAR 2014 i
PENGARUH FAKTOR PENGELOLA TERHADAP KEPATUHAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PADA HOTEL BERBINTANG DI KABUPATEN BADUNG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI LUH PUTU DEVHY NIM 1292161032
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
ii
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 3 JULI 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi NIP. 19580741987032001
dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH NIP. 197608182003122003
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. dr. D.N Wirawan, MPH NIP. 194810101977021001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 195902151985102001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 1 Juli 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1959/UN14.4/HK/2014, Tanggal 1 Juli 2014
Ketua : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi Anggota : 1. dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH 2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA(K) 3. Ir. Nengah Sujaya, M.Agr.Sc, PhD 4. Dr. I Putu Ganda, S.Sos, M.M
iv
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: Ni Luh Putu Devhy
NIM
: 12921610032
PROGRAM STUDI : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat JUDUL TESIS
: PENGARUH FAKTOR PENGELOLA TERHADAP KEPATUHAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PADA HOTEL BERBINTANG DI KABUPATEN BADUNG
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 3 Juli 2014 Yang Membuat Pernyataan,
Ni Luh Putu Devhy
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebsesar-besarnya
kepada
Dr.dr.Dyah
Pradnyaparamita
Duarsa
MSi,sebagai
pembimbing I yang telah banyak memberikan saran ,bimbingan dan motivasi. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH, sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Ucapan yang sama pula penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sebagai mahasiswa Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ir. Nengah Sujaya, M.Agr.Sc,PhD, Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA(K), Dr. I Putu Ganda, S.Sos, M.M. selaku penguji tesis yang telah memberikan masukan dan, saran. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada suami, mama dan bapak yang telah mendukung penulis dalam melanjutkan studi di Program Pascasarjana baik berupa dukungan moril maupun finansial. Penulis juga menyampaikan terima kasih pada teman teman MIKM 4 yang selalu memberikan semangat dan dukungan, serta anak-anakku Dhiva dan Dhava yang telah menjadi penghibur dan pembuat tawa. Semoga Ida sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Penulis,
vi
ABSTRAK PENGARUH FAKTOR PENGELOLA TERHADAP KEPATUHAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PADA HOTEL BERBINTANG DI KABUPATEN BADUNG Penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi dampak buruk dari asap rokok dan menyediakan udara bersih dan sehat yang merupakan hak asasi manusia. Hotel berbintang merupakan salah satu KTR yang harus mendapat perhatian penting karena banyak dikunjungi oleh wanita dan anak-anak serta menjadi cerminan kepatuhan di kawasan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pengelola yang mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang. Penelitian ini adalah sebuah penelitian cross-sectional analitik yang dilaksanakan di Kabupaten Badung selama 3 bulan dari Maret sampai Mei 2014. Sampel penelitian berjumlah 104 hotel dan pengelolanya. Data kepatuhan dikumpulkan melalui observasi menggunakan lembar observasi dan data faktor pengelola melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif, bivariat menggunakan Chi square test dan multivariat menggunakan Poisson regresi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 70,2% pengelola adalah laki-laki dan sebagian besar (94,2%) berpendidikan S1/S2. Kepatuhan hotel berbintang terhadap Perda KTR masih rendah (15,4%). Faktor yang meningkatkan kepatuhan adalah pengetahuan yang baik (PR=2,0; 95%CI: 0,8-4,9), sikap yang baik (PR=2,5; 95%CI: 0,8-8,2), dukungan yang nyata terhadap Perda KTR(PR=4,25; 95%CI: 1,03-17,58) dan adanya himbauan organisasi (PR=1,8; 95%CI: 0,7-4,5).Sedangkan perilaku merokok pengelola berpengaruh secara bermakna menghambat kepatuhan. Pengetahuan, sikap, dukungan, himbauan organisasi dan perilaku merokok merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan. Untuk meningkatkan kepatuhan harus dilakukan upaya-upaya seperti sosialisasi, pembinaan dan pendampingan oleh dinas pariwisata, dinas kesehatan dan Satpol PP secara berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, sikap dan dukungan nyata pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR. Kata kunci : Kepatuhan, Perda KTR, Hotel berbintang,Pengelola.
vii
ABSTRACT THE FACTORS OF MANAGER ASSOCIATED TO THE COMPLIANCE OF LOCAL SMOKE-FREE LEGISLATION AT STAR HOTELS IN BADUNG DISTRICT The Increasingof smokersprevalence is an important issue that must be addressed to prevent adverse effects on health. The implementation of local smokefree legislation is one of major program to reduce the harm of secondhand smoke and to provide a clean and healthy air. The hotel is an important smoke-free area because frequently visited by women and children as well as reflected compliance in other areas. This study aimed to identify the factors of manager associated to the compliance of local smoke-free legislation in star hotel. This study was a cross-sectional analytic study conducted in Badung District for 3 months from March to May 2014. Samples numbered 104 hotels and the managers. Compliance data collected through observation using the observation form and the data of managers through interviews using a structured questionnaire. Data were analyzed descriptively, bivariate using Chi-square test and multivariate using Poisson regression. The results shows, 70.2% of 104 subjects are men and 94.2% are high educated (S1/S2). The compliance of star hotel to local smoke-free legislation are low (15.4%). The factors of manager which increasing the compliance are the good knowledge (PR=2.0; 95%CI: 0.8-4.9), the good attitude (PR=2.5; 95%CI: 0.8-8.2), the good support of managers (PR=4.25; 95%CI: 1.03-17.58) and organization order (PR=1.8; 95%CI: 0.7-4.5). While the smoking behavior of managers are significantly hamper the compliance. The factors associated to the compliance are knowledge, attitude, the support of manager and organization order. This finding should be followed with innovative programs such as socializationand mentoring conducted by the department of tourism, department of health and civil police to improve the knowledge, attitudes and the support of managersto implementation of local smoke-free legislation. Keywords: Compliance, Local smoke-free legislation, Star hotel, Manager
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ..... ........................... . ................................................................. i PRASYARAT GELAR .......................... .................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ................... .................................................................. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....... .................................................................. iv UCAPAN TERIMA KASIH .................. .................................................................. v ABSTRAK .................. ........................... .................................................................. vi ABSTRACT................ ........................... .................................................................. vii DAFTAR ISI…. ........ ........................... ……………………………..................... viii DAFTAR GAMBAR .. ........................... .................................................................. ix DAFTAR TABEL....... ........................... .................................................................. x DAFTAR SINGKATAN ........................ .................................................................. xi BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................. .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............ .................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian.............. .................................................................. 6 1.4 Manfaat Penelitian............ .................................................................. 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.... .................................................................. 9 2.2 Kajian Akademis Perda KTR .............................................................. 10 2.3 Sosialisasi Perda KTR ...... .................................................................. 12 2.4 Pelaksana Perda KTR ....... .................................................................. 13 2.5 Pengawasan dan Sanksi Dalam Perda KTR ........................................ 14 2.6Kepatuhan Terhadap Perda KTR ......................................................... 15 2.7 Teori Perilaku ................... .................................................................. 17 2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR ..... 19 2.9 Penelitian Kepatuhan (Compliance Study) Tentang KTR ................... 25
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir ............ .................................................................. 27 3.2 Konsep Penelitian ............. .................................................................. 28 ix
3.3 Hipotesis ........................... .................................................................. 29 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ....... .................................................................. 30 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 30 4.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 30 4.4 Jenis dan Sumber Data ..... .................................................................. 31 4.5 Populasi dan Sampel ........ .................................................................. 31 4.6 Variabel Penelitian ........... .................................................................. 33 4.7Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ........................... 37 4.8Analisis Data ..................... .................................................................. 37 BAB V
HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Hotel Berbintang Di Kabupaten Badung ............... 39 5.2 Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................... 41 5.3 Kepatuhan Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR Di Kabupaten Badung ...... .................................................................. 43 5.4 Pengaruh Pengetahuan Pengelola Terhadap Kepatuhan ..................... 46 5.5 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan ................................ 48 5.6 Pengaruh Komitmen Pengelola Terhadap Kepatuhan ........................ 50 5.8 Pengaruh Perilaku Merokok Pengelola Terhadap Kepatuhan ............. 51 5.7 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan ......................... 54 5.9 Pengaruh Himbauan Organisasi Terhadap Kepatuhan ........................ 56 5.10 Hasil Analisis Multivariat ................................................................. 57 5.11 Analisis Lanjutan Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan dan Perilaku Merokok Pengelola ............................................................. 59
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 63 6.2 Keterbatasan Penelitian .... .................................................................. 79 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan........................... .................................................................. 82 7.2 Saran ..... ........................... .................................................................. 83 DAFTAR PUSTAKA . ........................... .................................................................. 85 LAMPIRAN ................ ........................... .................................................................. 88 x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Bagan Konsep Penelitian ... .................................................................. 29
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Karakteristik Pengelola Hotel Berbintang di Kabupaten Badung 2014 . 42 Tabel 5.2 Kriteria dan Kepatuhan Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014................................................. 44 Tabel 5.3 Kepatuhan Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR Berdasarkan Karakteristik Pengelola di Kabupaten Badung Tahun 2014.......... ........................... .................................................................. 45 Tabel 5.4 Pengetahuan Pengelola Hotel Berbintang Tentang Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 ............................................................. 47 Tabel 5.5 Pengaruh Pengetahuan Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan PerdaKTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 .. 48 Tabel 5.6 Sikap Pengelola Hotel Berbintang Tentang Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 ............. .................................................................. 49 Tabel 5.7 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 .................... 50 Tabel 5.8 Komitmen Pengelola Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014................................................. 51 Tabel 5.9 Pengaruh Komitmen Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 ........... 52 Tabel 5.10 Perilaku Merokok Pengelola Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 .......................... .................................................................. 53 Tabel 5.11 Pengaruh Perilaku Merokok Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung 2014 ............ 54 Tabel 5.12 Dukungan Pengelola Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014.......................................................... 55 Tabel 5.13 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 ........... 56 Tabel 5.14 Pengaruh Komitmen Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 ........... 57 Tabel 5.15 Hasil Analisis Multivariat Faktor Pengelola Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung ... 58 xii
DAFTAR SINGKATAN
BHA
:
Bali Hotel Association
BTCI
:
Bali Tobacco Control Initiative
Fasyankes :
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
IAKMI
:
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
GYTS
:
Global Youth Tobacco Survey
Kemenkes :
Kementrian Kesehatan
KTR
Kawasan Tanpa Rokok
:
Pemprov :
Pemerintah Provinsi
Perda
:
Peraturan Daerah
PPNS
:
Penyidik Pegawai Negeri Sipil
PHRI
:
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia
Puskesmas:
Pusat Kesehatan Masyarakat
Satpol PP :
Satuan Polisi Pamong Praja
Sidak
:
Inspeksi mendadak
SKPD
:
Satuan Kerja Perangkat Daerah
TCSC
:
Tobacco Control Support Center
UKP
:
Universitas Kristen Petra
WHO
:
World Health Organization
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif) tetapi juga pada orang yang tidak merokok yang berada disekitar para perokok (perokok pasif) atau dikenal juga dengan istilah second-hand smoker. Rokok mengandung berbagai macam zat adiktif yang dapat menimbulkan kecanduan dan merupakan faktor risiko terhadap berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke, penyakit paru, berbagai jenis kanker terutama kanker paru dan mulut, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Selain berdampak buruk terhadap kesehatan, rokok juga mempunyai dampak yang besar terhadap kerugian ekonomi. Total kerugian negara per tahun akibat produk tembakau mencapai Rp. 338,75 triliun sedangkan pendapatan dari cukai rokok hanya sebesar Rp. 53,9 triliun (Kosen, 2012). Dari tahun ke tahun jumlah perokok di dunia semakin meningkat. Begitu pula di Indonesia, yang merupakan negara dengan jumlah perokok terbesar ke-3 di dunia. Berdasarkan laporan WHO terbaru tahun 2011 prevalensi perokok usia 10 tahun ke atas di Indonesia sebesar 46,8% pada laki-laki dan 3,1 pada perempuan, dengan jumlah perokok mencapai 62,8 juta dimana 40 persen di antaranya berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah (WHO, 2011). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi penduduk umur lebih dari atau sama dengan 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dimana 81,2 % diantaranya merokok setiap hari dan 85,4% merokok di dalam rumah
1
2
bersama anggota keluarga yang lain. Pada tahun 2010 prevalensi perokok meningkat menjadi 34,7% dimana 81,3% diantaranya merokok setiap hari. Untuk menanggulangi meningkatnya prevalensi perokok dan masalah yang ditimbulkan oleh paparan asap rokok Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengharapkan para kepala daerah baik gubernur maupun bupati/walikota mengembangkan kebijakan kawasan tanpa rokok di daerah masing-masing (Kemenkes RI, 2007 dan 2010). Di Provinsi Bali terjadi peningkatan prevalensi perokok dari 24,9% pada tahun 2007 menjadi 31,0% pada tahun 2010 dimana 68,1% sampai 79% diantaranya merokok di dalam rumah bersama anggota rumah tangga yang lain. Hal ini berarti paparan rokok telah terjadi sejak usia yang lebih awal. Selain itu adanya fakta bahwa sebagian besar dari mereka merokok di dalam rumah menunjukkan durasi paparan yang lebih lama karena rumah yang seharusnya merupakan tempat aman, bebas asap rokok dan tempat dimana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya ternyata tidak aman bahkan menjadi salah satu sumber paparan rokok (Kemenkes RI, 2007 dan 2010). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam pengendalian dampak rokok salah satunya melalui pengembangan kawasan tanpa rokok (KTR) yang dijabarkan dalam UU No. 36 Tahun 2009 dan Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011, PP Nomor 109 tahun 2013. Terkait dengan upaya pemerintah pusat tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Bali telah menetapkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang KTR (Perda KTR). Dalam Perda tersebut KTR meliputi7 kawasan seperti
3
area bermain anak, tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat belajar mengajar, tempat ibadah dan angkutan umum. Tujuan penerapan Perda KTR adalah melindungi orang yang tidak merokok supaya tidak terkena dampak buruk dari asap rokok dan menyediakan udara bersih dan sehat tanpa asap rokok yang merupakan hak asasi manusia (Pemprov Bali, 2011). Tempat umum yang dimaksud dalam perda KTR adalah tempat wisata dan rekreasi, hotel, restoran, pasar, terminal, halte, pelabuhan serta bandara. Keberadaan hotel di Bali sebagai daerah wisata relatif sangat banyak dan berdasarkan data dari Dinas Pariwisata diketahui sebanyak 2212 hotel, dimana sebagian besar (56,6%) berlokasi Kabupaten Badung. Dilihat dari distribusi jenis hotel, hotel berbintang hanya 15,6% dari keseluruhan hotel. Tetapi bila dilihat daya tampung berdasarkan jumlah kamar maka hotel berbintang meliputi 60,1% dari keseluruhan jumlah kamar (Dinas Pariwisata Pemvrov Bali, 2012). Hal ini berarti bahwa hotel berbintang lebih banyak dikunjungi dan pengunjung hotel berbintang lebih banyak keluarga yang membawa serta anak-anak mereka. Selain itu keberhasilan penerapan Perda KTR pada hotel terutama hotel berbintang akan memberikan citra positif bagi pariwisata di Bali selain akan berdampak baik terhadap kesehatan pengunjung dan pekerja. Sejak Perda KTR disahkan pada tahun 2011 penelitian pertama yang pernah dilakukan untuk menilai kepatuhan terhadap Perda ini adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Bali Tobacco Control Initiative (BTCI). Penelitian tersebut menilai 7 jenis kawasan tanpa rokok di seluruh bali dengan melibatkan 1100 kawasan salah satunya adalah hotel. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui
4
kepatuhan
terhadap Perda KTR secara keseluruhan baru sebesar 11,8% dan
kepatuhan pada hotel masih sangat rendah yang hanya sebesar 0,6%. Rendahnya kepatuhan hotel pada penelitian tersebut sebagian besar karena tanda dilarang merokok yang terpasang di hotel belum sesuai standar Perda. Bila kriteria tanda dilarang merokok bisa terpenuhi maka kepatuhan kawasan hotel berdasarkan penelitian tersebut akan menjadi 20,5%. Salah satu kekurangan dalam penelitian tersebut adalah tidak secara khusus mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan suatu kawasan terhadap Perda KTR. Selain penelitian diatas belum ada penelitian lain tentang kepatuhan terhadap terhadap Perda KTR terutama penelitian yang mempelajari khusus pada kawasan tertentu dan faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan tersebut. Hasil penelitian seperti ini sangat penting untuk para penentu kebijakan (pemerintah) dalam merencanakan program selanjutnya. Di dalam Perda KTR dinyatakan bahwa orang yang bertanggung jawab terhadap penerapan di kawasan masing-masing adalah pengelola. Faktor pengelola mendapat perhatian penting karena mereka merupakan penentu kebijakan dan penanggung jawab pelaksanaan kawasan tanpa rokok pada tempat yang dikelola. Dilaksanakan atau tidak perda ini pada suatu kawasan sangat tergantung pada kebijakan pengelola,termasuk pada kawasan hotel. Faktor pengelola hotel dapat meliputi pernah tidaknya mendapat sosialisasi, pengetahuan, sikap, komitmen dan dukungan mereka tentang penerapan Perda KTR. Berbagai penelitian sebelumnya yang dilaksanakan di luar negeri mempelajari tentang sikap pengelola hotel yang dimanipulasi oleh perusahaan rokok bahwa mereka akan kehilangan banyak
5
pendapatan jika menerapkan smoke-free policy. Padahal fakta menunjukkan dari berbagai penelitian, seperti di Hongkong, Mongolia dan Australia mendapatkan bahwa penerapan smoke-free policy tidak akan berdampak negatif terhadap bisnis mereka bahkan justru berdampak positif dan dapat meningkatkan pendapatan dan pronase atau hubungan baik dengan konsumen (Lam et al, 2002 dan Dearlove, et al, 2002). Penelitian lain tentang komitmen dan dukungan pengelola menunjukkan bahwa dukungan pengelola terus mengalami peningkatan setelah mendapat informasi yang benar terhadap tujuan penerapan smoke-free legislation di kawasannya. (Office of tobacco control, 2004).
1.2 Rumusan Masalah Peningkatan prevalensi perokok merupakan masalah penting yang harus ditanggulangi untuk mencegah berbagai dampak buruk terhadap kesehatan. Penerapan Perda KTR merupakan salah satu upaya penting pemerintah untuk mengurangi dampak buruk dari asap rokok dan dalam rangka menyediakan udara bersih dan sehat yang merupakan hak asasi manusia. Masukkan yang menyeluruh dan berbasis bukti sangat diperlukan untuk mendukung kesuksesan penerapan Perda KTR di masa depan. Salah satu kawasan yang penting mendapat perhatian adalah hotel terutama hotel berbintang karena keberadaan dan pengunjungnya relatif banyak terutama di Kabupaten Badung. Berdasarkan masalah yang dihadapi tersebut maka penting diketahui 1. Bagaimanakah pengaruh pengetahuan pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014?
6
2. Bagaimanakah pengaruh sikap pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014? 3. Bagaimanakah pengaruh komitmen pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014? 4. Bagaimanakah pengaruh perilaku merokok pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014? 5. Bagaimanakah pengaruh dukungan
pengelola
terhadap kepatuhan
pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014? 6. Bagaimanakah pengaruh himbauan organisasi tempat bernaung seperti PHRI atau BHA pada pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepatuhan terhadap Perda KTR pada hotel berbintang dan faktor pengelola yang mempengaruhinya di Kabupaten Badung Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh pengetahuan pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung, Provinsi Bali tahun 2014.
7
2. Pengaruh sikap pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung, Provinsi Bali tahun 2014. 3. Pengaruh komitmen pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung, Provinsi Bali tahun 2014. 4. Pengaruh perilaku merokok pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung, Provinsi Bali tahun 2014. 5. Pengaruh dukungan pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung, Provinsi Bali tahun 2014. 6. Pengaruh himbauan organisasi terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung, Provinsi Bali tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan rujukan dalam bidang penelitian kesehatan khusunya mengenai studi kepatuhan Perda KTR. 2. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengalaman dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian kesehatan terutama dalam bidang pengendalian dampak tembakau (tobacco control).
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang gambaran kepatuhan hotel terhadap Perda KTR.
8
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk Dinas Kesehatan dan Dinas Pariwisata sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait di Provinsi Bali untuk meningkatkan kepatuhan hotel terhadap Perda KTR.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dalam Perda, kawasan tanpa rokok yang selanjutnya disingkat KTR didefinisikan sebagai ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok
atau
kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau. Sedangkan rokok didefinisikan sebagai salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana, tabacum,
nicotiana, rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Pemprov Bali, 2011). Tujuan ditetapkannya kawasan tanpa rokok adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas kerja yang optimal, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok, menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula dalam rangka mewujudkan generasi muda yang sehat (Pemprov Bali, 2011). Kawasan tanpa rokok dibagi mejadi 7 tempat meliputi: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Tempat umum yang dimaksud dalam Perda KTR adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum
9
dan atau
tempat
yang
dapat
10
dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan/atau masyarakat. Tempat umum meliputi: pasar modern, pasar tradisional, tempat wisata, tempat hiburan, hotel, restoran, tempat rekreasi, halte, terminal angkutan umum, terminal angkutan barang, pelabuhan dan bandara (Pemprov Bali, 2011). Latar belakang lahirnya Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) seperti tertuang dalam penjelasan umum perda tersebut adalah bahwa bahaya yang ditimbulkan rokok tidak hanya terhadap perokok aktif tetapi juga sangat berbahaya bagi perokok pasif. Rokok mengandung berbagai zat adiktif yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut, impotensi, kelainan kehamilan dan janin. Selain dampak kesehatan asap rokok orang lain juga akan berdampak terhadap ekonomi individu, keluarga dan masyarakat akibat hilangnya pendapatan karena sakit dan tidak dapat bekerja, pengeluaran biaya obat dan biaya perawatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia setiap orang. Hak azasi masyarakat yang tidak merokok atas lingkungan hidup yang sehat, termasuk bersih dari cemaran dan risiko kesehatan dari asap rokok juga harus dilindungi (Pemprov Bali, 2011).
2.2 Kajian Akademis Perda KTR Kajian akademis Perda KTR secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, data hasil survei dan kajian hukum. Kajian data dan kondisi situasi terkini bersumber dari berbagai survei yang dilakukan baik di tingkat nasional maupun international. Pada tingkat nasional terutama dilakukan oleh Kementrian Kesehatan
11
RI melalui Riskesdas dan penelitian oleh para akademisi. Pada tingkat internasional, kajian akademis berasal dari berbagai survei seperti yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS). Data pendukung yang digunakan dalam Perda KTR diantaranya data kandungan zat yang ada dalam rokok dimana telah diketahui bahwa rokok mengandung 4000 zat berbahaya dan 250 diantaranya diketahui bersifat karsinogenik atau memicu pertumbuhan sel-sel kanker. Paparan zat yang terkandung dalam rokok selain memicu sel kanker juga dapat menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut, impotensi, kelainan kehamilan dan ganguan pada janin serta menimbulkan berbagai penyakit pada bayi. Selain itu data lain yang digunakan sebagai kajian akademis adalah tentang terjadinya epidemi (wabah) tembakau di dunia yang telah mengakibatkan lebih dari 5 juta orang meninggal setiap tahunnya. Jika dibiarkan terus tanpa upaya penanggulangan maka diproyeksikan akan terjadi 10juta kematian pada tahun 2020 yang berhubungan dengan bahaya rokok dimana 70% diantaranya terjadi dinegara sedang berkembang. Indonesia merupakan negara terbesar ke-7 di dunia yang memproduksi tembakau. Dari segi jumlah perokok, Indonesia merupakan negara terbesar ke-3 di dunia setelah China dan India. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa (15 tahun ke atas) pada tahun 2007 sebesar 33,08%. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan lebih dari 37,3% pelajar 13-15 tahun mempunyai kebiasaan merokok (Pemprov Bali, 2011).
12
Kajian akademis Perda KTR yang tidak kalah pentingnya adalah kajian tentang payung hukum disusunnya Perda KTR itu sendiri. Payung hukum tertinggi yang menaungi Perda KTR adalah Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) bab XA pasal 28. Pada pasal 28H butir 1 dijelaskan bahwa hak mendapatkan lingkungan yang sehat merupakan hak dasar setiap orang dalam hidup dan mempertahankan kehidupannya sehingga dapat menikmati hak hidup yang dimuat dalam Pasal 28 A. Berdasarkan penjelasan tersebut maka jelas bahwa negara menjamin lingkungan yang sehat termasuk lingkungan yang bebas dari bahaya asap rokok (Kemenkes RI, 2009). Selain UUD 1945, payung hukum Perda KTR antara lain Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk mengatur penetapan Kawasan Tanpa Rokok. Pengaturan ini bertujuan untuk mencegah dan mengatasi dampak buruk dari asap rokok. Pasal 115 ayat (2) menentukan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya (Kemenkes RI, 2009).
2.3 Sosialisasi Perda KTR Sosialisasi Perda KTR merupakan salah satu bagian penting dari tahaptahap implementasi Perda itu sendiri. Sosialisasi merupakan bagian dari pembinaan, pengawasan dan koordinasi penerapan Perda KTR. Sosialisasi tertuang pada BAB V Pembinaan, Pengawasan dan koordinasi pasal 15 ayat 2 yang menyebutkan bahwa pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a.
13
sosialisasi dan koordinasi; b. pemberian pedoman; c. konsultasi; d. monitoring dan evaluasi. Berdasarkan pasal 15 ayat 2 tersebut jelas dapat diinterpretasikan bahwa sosialisasi merupakan bagian dari pembinaan dan pengawasan. Orang yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab terhadap sosialisasi Perda KTR adalah gubernur, sesuai dengan pasal 15 ayat 1, akan tetapi tersebut dapat didelegasikan kepada pejabat di Lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing (Pemprov Bali, 2011). Dalam dua tahun pertama penerapan Perda KTR sejak ditetapkan tahun 2011, diamanat untuk melaksanakan sosialisasi yang meliputi pembinaan, pengawasan dan koordinasi terlebih dahulu baru kemudian melaksanakan penegakkan. Pembinaan, pengawasan dan koordinasi pelaksanaan Perda KTR pada masing-masing kawasan dilakukan oleh SKPD yang membawahi setiap kawasan. Seperti pada kawasan tempat fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh dinas kesehatan, di tempat proses belajar mengajar dan tempat bermain anak dilakukan oleh dinas pendidikan pemuda dan olah raga. Semua kegiatan tersebut dikoordinasi oleh Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Bali (Pemprov Bali, 2011).
2.4 Pelaksana Perda KTR Pelaksana Perda KTR pada masing-masing kawasan adalah pengelola, pimpinan
dan/atau penanggung jawab gedung. Dalam Perda KTR pengelola
didefinisikan sebagai orang dan/atau badan yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau usaha di tempat atau kawasan
14
yang ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok, baik milik pemerintah maupun swasta (Pemprov Bali, 2011). Pengelola mempunyai tugas utama untuk mengembangkan kawasan tanpa rokok di kawasannya masing-masing. Dalam mengembangkan kawasan tanpa rokok, pengelola wajib melaksanakan langkah-langkah kegiatan mulai dari melaksanakan analisis situasi atau pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan kawasan tanpa rokok untuk memperoleh data sebagai dasar untuk membuat kebijakan. Setelah melakukan analisis situasi, pengelola membentuk komite atau kelompok kerja penyusunan kebijakan kawasan tanpa rokok. Pengelola menyampaikan maksud dan tujuan kebijakan, membahas rencana penerapan kebijakan, meminta masukan tentang penerapan kebijakan, menetapkan penanggung jawab penerapan dan membahas cara sosialisasi dan pengawasan internal (Pemprov Bali, 2011).
2.5 Pengawasan Dan Sanksi Dalam Perda KTR Pengawasan terhadap pelaksanaan Perda KTR dibagi menjadi pengawasan umum dan pengawasan internal. Pengawasan umum dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Untuk hotel pengawasan umum dilaksanakan oleh SKPD di bidang pariwisata. Hasil pengawasan wajib dilaporkan kepada Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Bali. Apabila terdapat pelanggaran maka penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) dapat mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Pemprov Bali, 2011).
15
Pengawasan internal dalam pelaksanaan Perda KTR merupakan tanggung jawab dari pengelola atau pimpinan. Pelaksanaan pengawasan internal mengacu pada lembar pengawasan dan pengelola atau pimpinan wajib melaporkan hasil pengawasan internal setiap 6 bulan sekali. Mekanisme yang diterapkan pengelola atau pimpinan dalam melaksanakan pengawasan adalah dengan melarang semua orang baik pengunjung, pengguna dan pegawai untuk merokok. Selain itu pengelola wajib menegur memperingatkan dan/atau mengambil tindakan apabila ada yang merokok di kawasan tanpa rokok. Mekanisme pengawasan juga dapat dilakukan oleh semua orang atau masyarakat umum, dimana mereka berkewajiban melaporkan kepada pengelola bila ada yang merokok di kawasan tanpa rokok dan pengelola wajib mengambil tindakan atas laporan tersebut (Pemprov Bali, 2011). Ketentuan Pidana dalam Perda KTR diatur dalam Bab VII, Pasal 18, ayat (1) dan (2). Pada Pasal 18, ayat (1) secara jelas tercantum bahwa setiap orang dan/atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 12 dan Pasal 13 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Pada ayat (2) tercantum bahwa tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelanggaran (Pemprov Bali, 2011).
2.6 Kepatuhan Terhadap Perda KTR Kepatuhan terhadap Perda KTR pada masing-masing kawasan dapat dinilai dari kepatuhan terhadap definisi kawasan tanpa rokok. Diamanatkan dalam Perda bahwa pada kawasan tanpa rokok tidak boleh ada kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau kecuali untuk pasar modern, pasar tradisional, tempat hiburan dan hotel masih
16
diperbolehkan ada promosi dan penjualan rokok. Untuk menilai kepatuhan terhadap Perda KTR maka dibuat indikator yang terdiri dari: ada tanda larangan merokok yang mudah terlihat, tidak ada orang merokok di dalam gedung, tidak ada area atau ruang merokok di dalam gedung, tidak ada asbak atau sarana merokok, tidak ada promosi dan penjualan rokok kecuali pada tempat yang masih diperbolehkan. Selain 5 indikator diatas ada juga 2 indikator tambahan yang meliputi: tidak ada bau asap rokok di dalam gedung dan tidak ada puntung rokok di gedung yang telah ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok (Kemenkes RI 2011). Agar dapat melakukan penilaian kepatuhan terhadap Perda KTR secara lebih objektif dan adil maka setiap kawasan memiliki cara, tempat-tempat tertentu dan waktu khusus dilakukan observasi. Seperti di hotel, tentu tidak setiap tempat dan setiap waktu bisa di observasi. Mempertimbangkan luasnya area hotel maka observasi difokuskan pada tempat-temapat tertentu seperti lobi, restoran, ruang tunggu, ruang rapat, business centre, minimal 2 kamar kecil umum, ruang kebugaran, minimal 1 lantai kamar, minimal 4 kamar hotel dan tempat lainnya sesuai kebutuhan. Selain itu bisa juga dilakukan observasi pada bar dan spa centre bila ada. Waktu yang cocok untuk melakukan observasi di hotel adalah pukul 07.00 – 10.00 pagi atau pukul 13.00 – 20.00. Saat-saat tersebut adalah saat dimana aktifitas di hotel akan lebih ramai dari pada waktu yang lain (TCSC-IAKMI, 2011). Untuk mencapai kepatuhan yang berkesinambungan terhadap Perda KTR penilaian tidak hanya dilakukan sesaat seperti diatas tetapi juga dikembangkan indikator jangka pendek yang dinilai selama 4 – 6 bulan dan indikator jangka panjang yang dinilai 1 – 3 tahun. Indikator jangka pendek meliputi: adanya tanda
17
kawasan tanpa rokok yang dipasang, adanya ruangan khusus untuk merokok yang dibuat sesuai ketentuan dan adanya media promosi kawasan tanpa rokok. Sedangkan indikator jangka panjang meliputi: kebijakan kawasan tanpa rokok diterima dan dilaksanakan oleh pengelola dan pengunjung tempat umum, dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas pendukung, tidak ada yang merokok, penjual rokok dan asap rokok di dalam kawasan tanpa rokok (Kemenkes RI, 2011).
2.7 Teori Perilaku Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang perilaku di bidang kesehatan, seperti Teori ABC yang dicetuskan oleh Sulzer, Azaroff dan Mayer tahun 1977, Teori Reaction-action yang dicetuskan oleh Fesbein dan Ajzen pada tahun 1980, Teori Thought anf Feeling yang dirumuskan oleh WHO tahun 1984 dan Teori Preced-Proceed yang dicetuskan oleh Lawrence Green tahun 1991. Dari sekian banyak teori perilaku kesehatan yang ada, Teori Lawrence Green merupakan yang paling populer dan paling banyak digunakan karena mudah dimengerti. Teori Lawrence Green membagi faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat menjadi 3 faktor utama, faktor predisposisi(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor) (Notoadmojo S, 2003). Untuk mempelajari faktor yang mempengaruhi kepatuhan pelaksanaaan Perda KTR teori yang paling cocok digunakan adalah Teori Lawrence Green tentang perilaku kesehatan. Kepatuhan tehadap Perda KTR pada dasarnya merupakan perilaku orang-orang yang berada pada suatu kawasan untuk tidak merokok di dalam ruangan. Kepatuhan pelaksanaan Perda KTR sangat dipengaruhi
18
oleh perilaku masyarakat yang merupakan pengunjung atau pengguna dan faktor pengelola yang merupakan penanggung jawab pelaksanaan Perda KTR pada masing-masing kawasan. Faktor pengelola memiliki peran yang sangat penting karena bila mereka telah mampu secara konsisten melaksanakan amanat Perda KTR maka masyarakat pengguna, mau tidak mau akan patuh terhadap penerapan Perda KTR di kawasan yang dikelolanya (Kemenkes RI, 2011). Dalam pendekatan menggunakan teori Lawrence Green faktor pengelola termasuk kedalam faktor predisposisi yang meliputi: keterpaparan informasi, pengetahuan tentang pelaksanaan, sikap, persepsi, komitmen, dukungan, prilaku merokok pengelola itu sendiri dan adanya himbauan dari organisasi tempat bernaung, seperti Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) atau Bali Hotel Association (BHA). Faktor pemungkin lebih pada adanya dukungan eksternal, ketersediaan sumber daya dan adanya sarana dan prasarana yang tersedia. Faktor pemungkin dapat berupa: dukungan organisasi seperti PHRI dan BHA, penyediaan fasilitas pendukung dari SKPD terkait seperti:pemberian stiker tanda dilarang merokok, leaflet dan poster,serta sumber daya yang dimiliki seperti keberadaan staf yang mendukung. Faktor himbauan dan dukungan organisasi terbagi dalam kelompok berbeda karena walaupun terkesan mirip tetapi kedua faktor ini pada hakekatnya bebeda. Dukungan merupakan sikap resmi dari organisasi sedangkan himbauan dapat didefinisikan sebagai anjuran yang diterima oleh pengelola dari organisasi dan merupakan salah satu bentuk tindakan nyata dari organisasi setelah mendukung keberadaan perda. Selain kedua kelompok faktor tersebut, dalam teori Lawrence
19
Green ada kelompok faktor ketiga yang disebut sebagai faktor penguat. Faktor penguat lebih pada keberadaan aturan pendukung yang meliputi: adanya aturan khusus di suatu tempat yang mendukung pelaksanaan Perda KTR seperti kebijakan smoke-free hotel dan adanya sistem pengawasan internal yang dikembangkan pada masing-masing kawasan (Notoadmojo, 2003).
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi KepatuhanPelaksanaan Perda KTR 2.8.1 Pengetahuan tentang pelaksanaan Perda KTR Menurut Notoatmojo pengetahuan adalah proses yang dihasilkan karena belajar tentang sesuatu hal, dari tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi prilaku seseorang karena prilaku terbentuk didahului oleh pengetahuan dan sikap yang positif (Notoatmojo S, 2003). Pengetahuan tentang pelaksanaan Perda KTR bisa didapat melalui penglihatan seperti melihat dan membaca berita tentang Perda KTR melalui media massa. Selain itu bisa juga didapat melalui mendengarkan sosialisasi yang diberikan oleh team KTR. Pengetahuan tentang pelaksanaan Perda KTR merupakan faktor selanjutnya setelah keterpaparan informasi yang mempengaruhi pelaksanaan Perda KTR. Berbeda dengan keterpaparan informasi yang hanya dinilai apakah pengelola mendapat informasi yang cukup, pengetahuan dinilai menggunakan pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan pengelola tentang pelaksanaan Perda KTR di kawasan yang dikelola. Pengetahuan pengelola meliputi tujuan pelaksanaan Perda KTR, tempat-tempat yang diatur, kriteria kepatuhan dan sanksi terhadap
20
pelanggaran.Pengelola yang telah mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang cukup diharapkan kawasan yang dikelolanya akan patuh terhadap Perda KTR. Penelitian tentang pengetahuan dan perilaku dibidang kesehatan sudah sangat umum dilakukan tetapi yang khusus mempelajari tentang pengetahuan terhadap kepatuhan kebijakan kawasan tanpa rokok masih belum ada. Penelitian kesehatan di bidang pengendalian dampak tembakau yang dapat digunakan sebagai rujukan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Nyi Nyi Naing tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada laki-laki dewasa di Kelantan, Malaysia. Penelitian ini mendapatkan bahwa proporsi merokok pada lelaki dewasa yang memiliki pengetahuan baik tentang dampak buruk merokok 17,6% lebih rendah dibandingkan pada yang pengetahuannya kurang. Perbedaan proporsi tersebut secara statistik bermakna. (Naing, et al, 2004). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Andi Muhamad Wahidien dan kawan-kawan tentang perilaku merokok pengemudi ojek di perumahan taman telkomas Kota Makassar mendapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku inisiasi merokok, ketergantungan merokok, persepsi dampak merokok dan usaha berhenti merokok merupakan faktor yang kompleks dimana salah satu yang mempengaruhi adalah pengetahuan (Wahidien, Sudirman Nasir, & Rachman, 2007).
2.8.2 Sikap tentang pelaksanaan Perda KTR Sikap adalah respon seseorang terhadap adanya rangsangan, objek atau situasi tertentu. Sikap merupakan pendapat seseorang terhadap suatu keadaan atau situasi tertentu. Dalam kontek kesehatan, sikap dapat berupa pendapat seseorang terhadap program atau upaya kesehatan yang sedang diterapkan. Ungkapan
21
pendapat dapat berupa pernyataan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang dan mau atau tidak mau. Sikap juga merupakan kesiapan seseorang untuk berprilaku. Sikap yang positif terhadap sesuatau (setuju, senang, mau) akan memicu prilaku yang postif pula (Notoatmojo S, 2010). Sikap tentang Perda KTR adalah sikap pengelola terhadap penerapan Perda KTR di hotel yang meliputi pendapat pengelola terhadap dampak asap rokok terhadap orang disekitarnya, kebijakan pelarangan kegiatan merokok di dalam ruangan di tempat manapun, tujuan pelaksanaan Perda KTR, pendapat tentang tanggung jawab mereka sebagai pelaksana kebijakan kawasan tanpa rokok dikawasan yang dikelola dan pendapat mereka terhadap dampak pelaksanaan Perda KTR terhadap pendapatan (pemasukkan) dan kelangsungan bisnis hotel di masa depan. Pengelola yang mempunyai sikap postif terhadap pelaksanaan Perda KTR diharapkan kawasan yang dikelolanya akan patuh pula terhadap Perda KTR. Berdasarkan penelusuran penelitian kesehatan yang mempelajari tentang pengaruh sikap terhadap perilaku belum ada penelitian yang khusus mempelajari tentang pengetahuan terhadap kepatuhan kebijakan kawasan tanpa rokok masih belum ada. Penelitian kesehatan di bidang pengendalian dampak tembakau yang dapat digunakan sebagai rujukan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Karina Avianti tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap gaya hidup sehat mahasiswa. Penelitian ini mendapatkan bahwa mahasiswa yang memiliki sikap yang baik tentang kesahatan maka akan memliki perilaku atau gaya hidup sehat yang lebih baik pula termasuk untuk tidak merokok (Avianti K, 2009). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nyi Nyi Naing tentang faktor yang berhubungan
22
dengan perilaku merokok pada laki-laki dewasa di Kelantan, Malaysia juga menyebutkan bahwa proporsi merokok pada lelaki dewasa yang setuju bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan 13,6% lebih rendah dibandingkan pada yang tidak setuju bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. Perbedaan proporsi tersebut secara statistik bermakna. (Naing N, et al, 2004).
2.8.3 Komitmen pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR Komitmen pengelola mempunyai pengaruh yang besar dalam mewujudkan kepatuhan kawasan terhadap Perda KTR. Dalam buku pedoman pengembangan KTR disebutkan bahwa melakukan advokasi untuk membangun komitmen bersama antara segenap masyarakat, pemerintah dan pengelola kawasan sangat penting dalam kesuksesan pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok. Contoh sukses pelaksanaan kawasan tanpa rokok karena adanya komitmen yang tinggi dari semua komponen adalah Universitas Kristen Petra (UKP). Komitmen yang tinggi tercermin dari segala upaya yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan KTR, seperti: tidak tersedia tempat khusus untuk merokok di kawasan kampus, tidak ada poster dan segala bentuk promosi rokok baik yang secara nyata maupun terselubung. Selain itu dilakukan penolakan segala bentuk kerjasama dengan perusahaan rokok termasuk sponsor untuk kegiatan seni, olahraga dan kegiatan lain. Penolakan juga dilakukan terhadap beasiswa yang ditawarkan oleh perusahaan untuk mahasiswa. Sehingga Kampus UKP berhasil menjadi satusatunya kampus di Surabaya yang menerapkan kawasan tanpa rokok (Kemenkes RI, 2011). Komitmen pengelola tempat umum seperti hotel juga sangat penting dalam kesuksesan pelaksanaan Perda KTR. Komitmen pengelola hotel dapat dinilai dari
23
kesediaan mereka memenuhi undangan acara sosialisasi Perda KTR, kesediaan mengikuti pendampingan pelaksanaan Perda KTR dan kesediaan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menyukseskan Perda KTR di kawasan yang anda kelola. Semakin baik komitmen pengelola maka diharapkan kepatuhan kawasan yang dikelolanya pun akan semakin baik pula.
2.8.4 Dukungan pengelola terhadap Perda KTR Dukungan masyarakat dan pengelola sangat penting dalam pelaksanaan Perda KTR. Dukungan muncul setelah seseorang paham dengan tujuan ditetapkannya Perda KTR. Dukungan muncul secara tulus setelah pengelola paham dampak positif yang didapat setelah melaksanakan kebijakan kawasan tanpa rokok. Dukungan bisa juga muncul setelah pengelola membuktikan sendiri manfaat yang didapat dari pelaksanan Perda KTR. Untuk menilai dukungan adalah dengan ditanyakan langsung kepada pengelola hotel apakah mendukung pelaksanaan Perda KTR. Faktor dukungan dari pengelola berbeda dengan sikap, dukungan selain dinyatakan dalam pernyataan resmi juga ditunjukkan dari kebijakan atau keputusan yang diambil dalam pengelolaan hotel yang mendukung penerapan kawasan tanpa rokok. Sedangkan sikap berupa pendapat secara personal atau pribadi. Diharapkan pengelola hotel yang mendukung pelaksanan Perda KTR maka hotel yang dikelola akan lebih patuh dengan kriteria kawasan tanpa rokok.
24
2.8.5 Perilaku merokok pengelola Perilaku merokok dari pengelola merupakan faktor yang dapat menghambat pelaksanaan Perda KTR di kawasan yang dikelola. Pengelola adalah role model atau teladan bagi bawahannya sehingga seorang pengelola yang dikenal mempunyai perilaku merokok tidak akan bisa menjadi contoh yang baik. Pengelola tersebut akan kehilangan wibawa saat menginisiasi pelaksanaan Perda KTR di kawasannya. Selain itu, dalam melakukan tindakan pengawasan akan cendrung tidak tegas dan sangat mungkin tidak dituruti oleh orang lain. Penilaian terhadap prilaku merokok dapat dilakukan dengan bertanya langsung apakah merokok atau tidak, apakah merokok ditempat kerja atau di rumah. Walaupun jawaban pengelola bisa saja berbohong tapi ini merupakan cara yang paling mudah dibandingkan mengoobservasi atau mengikuti kemana-mana.
2.8.6 Himbauan Organisasi (PHRI/BHA) Himbauan dari organisasi tempat pengelola bernaung menyumbang peran yang besar dalam kepatuhan pelaksanaan Perda KTR.Pengelola akan melaksanakan jika mendapat himbauan dari organisasi yang melampaui. Himbauan organisasi dapat berupa surat resmi, surat elektronik (email) dan sosialisasi bersama instansi terkait. Dapat tidaknya himbauan dari organisasi yang menaungi
tentang
pelaksanaan Perda KTR dinilai dengan bertanya langsung kepada pengelola. Diharapkan sebagian besar pengelola telah mendapat himbauan minimal 1 kali dari PHRI atau BHA sejak Perda KTR diberlakukan sehingga peluang untuk patuh akan semakin tinggi pula.
25
Contoh nyata dari besarnya pengaruh institusi terhadap kepatuhan kawasan tanpa rokok adalah hasil penelitian kepatuhan yang dilakukan oleh Bali Tobacco Control Initiative (BTCI), didapatkan tingkat kepatuhan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang berada di bawah Pemerintah Provinsi Bali relatif sangat tinggi mencapai 85,7%. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh himbauan dari Pemerintah Provinsi Bali kepada SKPD-SKPD di bawahnya untuk menyukseskan pelaksanaan Perda KTR dan menjadi contoh kepada institusi lainnya. Selain itu, pada penelitian tersebut juga diketahui bahwa tingkat kepatuhan kawasan yang termasuk dalam fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) seperti rumah sakit dan puskesmas, adalah yang paling tinggi dibandingkan semua kawasan lainnya. Tingkat kepatuhan pada kawasan fasyankes mencapai 54,2% jauh lebih tinggi dari tingkat kepatuhan semua kawasan yang hanya 11,8%. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh himbauan dari Kementrian Kesehatan sebagai lembaga yang menaungi agar semua fasyankes dapat menjadi contoh terdepan dalam penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok.
2.9 Penelitian Kepatuhan (Compliance Study) Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian kepatuhan (compliance study) tentang kawasan tanpa rokok didapatkan ada beberapa tempat yang sudah pernah melakukan. Seperti penelitian tentang kepatuhan terhadap kebijakan kawasan tanpa rokok di Kota Bogor yang dilakukan oleh oleh komunitas No Tobacco Community (NoTC) pada Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kepatuhan kawasan di Kota Bogor sejak mulai diterapkannya Perda KTR tingkat Kota sejak tahun 2009. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
26
didapatkan bahwa tingkat kepatuhan pada awal Tahun 2011 hanya sebesar 26%, sedangkan pada akhir tahun 2011 meningkat menjadi 78%. Penelitian ini memonitor semua jenis kawasan dengan jumlah gedung yang diobervasi sebanyak 4.453 gedung yang ada di Kota Bogor. Penelitian serupa juga dilakukan di wilayah Provinsi Bali oleh Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (PSIKM FK Unud). Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kepatuhan kawasan terhadap Perda KTR tingkat provinsi yang mulai ditetapkan tahun 2011. Setelah berhasil mengobservasi 1394 gedung secara acak maka didapatkan tingkat kepatuhan yang masih relatif rendah yaitu 11,8%. Selain di dalam negeri ada pula penelitian yang dilakukan di luar negeri, salah satunya adalah penelitian tentang kesuksesan kebijakan kawasan tanpa rokok dilima provinsi di Yunani. Berbeda dengan penelitian di Indonesia yang menggunakan observasi terhadap kriteria KTR, disana kesuksesan kebijakan kawasan tanpa rokok dinilai menggunakan kualitas udara dengan indikator particulate matter berukuran kurang dari 2,5 mikrometer (PM2,5). Penelitian tersebut mendapatkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan kebijakan kawasan tanpa rokok yaitu tidak disediakannya asbak dan pemasangan tanda dilarang merokok. Bebagai penelitian yang diuraikan diatas bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kepatuhan secara umum. Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian bersifat analitik, yang mempelajari faktor yang mempengaruhi kepatuhan terutama faktor pengelola dan penelitian ini lebih khusus meneliti pada kawasan hotel berbintang di Kabupaten Badung.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian pada kajian pustaka maka dapat dibuat kerangka berpikir tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR. Kerangka berpikir pada penelitian ini dibuat menggunakan pendekatan teori Lawrence Green. Faktor yang mempengaruhi prilaku kesehatan, dalam hal ini kepatuhan, dibagi menjadi 3, yaitu: faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi meliputi: keterpaparan informasi, pengetahuan tentang pelaksanaan, sikap, persepsi, komitmen, dukungan, prilaku merokok pengelola itu sendiri dan adanya himbauan dari organisasi seperti Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) atau Bali Hotel Association (BHA). Faktor pemungkin terdiri dari:dukungan organisasi penyediaan fasilitas pendukung dari SKPD terkait, sumber daya yang dimiliki. Faktor penguat terdiri dari: adanya aturan khusus di suatu tempat yang mendukung pelaksanaan Perda KTR seperti kebijakan smoke-free hotel dan adanya sistem pengawasan internal yang dikembangkan pada masing-masing kawasan. Ketiga kelompok faktor (variabel bebas) diatas, peneliti fokus untuk mempelajari faktor predisposisi yang dalam penelitian ini disebut sebagai faktor pengelola karena variabel-variabel yang termasuk dalam faktor predisposisi sesuai teori Lawrence Green merupakan variabel yang melekat pada pengelola. Pengukuran atau penilaian terhadap variabel yang diteliti tersebut melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan pengelola hotel.
27
28
3.2 Konsep Penelitian Konsep pada penelitian ini menjelaskan tentang faktor-faktor atau variabel bebas apa saja yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pelaksanaan Perda KTR. Tidak semua faktor yang diuraikan dalam kerang berpikit akan diteliti. Variabel bebas yang akan diteliti adalah faktor pengelola dimana dalam pendekatan menggunakan teori Lawrence Green termasuk dalam faktor predisposisi, meliputi: keterpaparan informasi, pengetahuan, sikap, komitmen, dukungan, prilaku merokok dan adanya himbauan dari organisasi PHRI/BHA. Konsep penelitian ini lebih jelas digambarkan pada Gambar 3.1. Faktor predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Komitmen 4. Prilaku merokok 5. Dukungan Faktor pemungkin: 1. Penyediaan fasilitas pendukung dari SKPD terkait 2. Sumber daya yang dimiliki Faktor Penguat: 1. Himbauan organisasi 2. Dukungan organisasi 3. Aturan khusus mendukung kebijakan KTR 4. Pengawasan internal Gambar 3.1. Bagan Konsep Penelitian Keterangan: Cetak tebal
= Faktor atau variabel yang diteliti
Cetak biasa
= Faktor atau variabel yang tidak diteliti
Kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang
29
3.3 Hipotesis Berdasarkan konsep penelitian yang digunakan, maka dapat disusun enam buah hipotesis yang terdiri dari: 1. Pengetahuan pengelola tentang pelaksanaa Perda KTR mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2014. 2. Sikap pengelola terhadap Perda KTR mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2014. 3. Komitmen pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2014. 4. Prilaku merokok pengelola mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2014. 5. Dukungan pengelola terhadap Perda KTR mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2014. 6. Himbauan PHRI/BHA kepada pengelola tentang pelaksanaan Perda KTR mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2014.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional dengan rancangan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel tergantung adalah cross-sectional analitik. Keuntungan dari penggunaan rancangan penelitian ini adalah waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian lebih singkat dan mengidentifikasi suatu faktor risiko. Sedangkan kelemahan dari rancangan ini adalah syarat hubungan temporal dalam mengidentifikasi faktor tidak terpenuhi karena antara variabel bebas dan tergantung diukur pada waktu yang bersamaan.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Badung, Provinsi Bali selama 3 bulan dari Bulan Maret sampai dengan Bulan Mei Tahun 2014.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian kesehatan masyarakat dibidang pengendalian dampak tembakau (tobacco control). Penelitian ini terbatas pada upaya menurunkan dampak buruk merokok terhadap kesehatan melalui implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
30
31
4.4 Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari observasi terhadap hotel. Data yang dikumpulkan melaui observasi adalah data tentang kepatuhan masing-masing kriteria KTR dan kepatuhan secara umum. Selain itu dikumpulkan juga data variabel bebas yang merupakan data tentang faktor pengelola. Dilihat dari jenis datanya, data faktor pengelola ini merupakan data primer yang bersumber dari wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dengan pengelola hotel.
4.5 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah semua hotel berbintang dan pengelolanya yang berada di wilayah Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Pengelola hotel pada penelitian ini meliputi general manager, operational manager, pemilik atau jabatan lain yang mempunyai wewenang sebagai pengambil keputusan dalam operasional sehari-hari. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih secara systematic random sampling. Populasi hotel dan pengelolanya yang didapat dari Dinas Pariwisata Kabupaten Badung digunakan sebagai kerangka sampel (sampling frame). Kemudian ditentukan nilai interval (k) dengan rumus k = N/n, dimana N adalah jumlah populasi dan n adalah jumlah sampel penelitian yang didapat dari perhitungan besar sampel. Setelah itu dipilih satu sampel pertama secara random dari kerangka sampel. Selanjutnya dipilih mengikuti sampel pertama dengan menambahkan nilai interval sampai terpilih sejumlah sampel yang diinginkan. Bila telah sampai pada bagian akhir kerangka sampel belum terpilih sampel sejumlah
32
yang ditentukan maka pemilihan dimulai kembali dari bagian awal kerangka sampel sesuai dengan interval. Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel dari S.K. Lwanga dan S. Lameshow (1997) untuk estimasi perbedaan 2 proporsi dengan hipotesis 2 sisi. Adapun rumus besar sampel tersebut adalah:
n
( 2PQ P1Q1 P2Q2 )2 ( P1 P2 )2
Keterangan : n
= Besar sampel untuk 1 kelompok
α
= Batas kemaknaan yg diinginkan (5%)
1-β = Kekuatan penelitian yg diinginkan (80%) Zα = Angka galat baku normal untuk α (1,96) Zβ = Angka galat baku normal untuk 1-β (0,84) P2 = Proporsi hotel yang patuh terhadap Perda KTR pada populasi. Berdasarkan penelitian kepatuhan Perda KTR di Provinsi Bali oleh Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat didapatkan proporsi hotel yang patuh sebesar 21%. P1 = Proporsi hotel yang patuh terhadap Perda KTR pada populasi yang mengalami faktor risiko. Dilakukan estimasi (analogi) bahwa proporsi hotel yang patuh bila ada faktor pendukung dari pengelola sebesar 30% lebih tinggi dibandingkan P2 sehingga didapat P1 sebesar 51%. Q = 1-P Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah sampel minimal untuk satu kelompok sebanyak 52 sehingga total sampel sebanyak 104 hotel dan pengelola.
33
4.6 Variabel Penelitian Variabel
Definisi Operasional
Cara dan Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Variabel Tergantung Kepatuhan hotel terhadap 6 kriteria kawasan tanpa rokok yang meliputi adanya tanda dilarang merokok di tempat-tempat yang mudah terlihat, tidak adanya orang yang merokok di dalam gedung, tidak ditemukan puntung di dalam gedung, tidak
Observasi dan
Kepatuhan
disediakan asbak atau sarana merokok lainnya di
wawancara
pelaksanaan Perda
dalam gedung, tidak tercium bau asap rokok dan
menggunakan lembar
KTR
tidak adanya tempat khusus merokok di dalam
observasi dan
gedung yang meliputi lobi, restoran, ruang tunggu,
kuesioner
bar (jika ada), ruang rapat, business centre, spa centre (jika ada). Waktu dilakukan observasi di hotel adalah pukul 07.00 – 10:00 pagi dan/atau pukul 13.00 – 20.00.
1 = Patuh Nominal 2 = Tidak
34
Variabel Bebas Pengetahuan pengelola tentang pelaksanaan Perda KTR yang meliputi tujuan pelaksanaan Perda KTR, Pengetahuan tentang
tempat-tempat yang diatur, kriteria kepatuhan,
pelaksanaan Perda
tanggung jawab pelaksanaan Perda KTR pada
KTR
masing-masing kawasan dan sanksi terhadap pelanggaran. Pengetahuan dinilai menggunakan 8
Wawancara terstruktur
1 = Baik
menggunakan
2 = Kurang
Nominal
kuesioner
pertanyaan tentang pengetahuan sikap pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR di hotel yang meliputi pendapat pengelola terhadap dampak asap rokok terhadap orang disekitarnya, Sikap tentang Perda KTR
kebijakan pelarangan kegiatan merokok di dalam ruangan di tempat manapun, tujuan pelaksanaan Perda KTR, tentang tanggung jawab mereka sebagai pelaksana kebijakan KTR dan pendapat mereka terhadap dampak pelaksanaan Perda KTR terhadap pendapatan (pemasukkan) dan kelangsungan bisnis
Wawancara terstruktur
1 = Baik
menggunakan
2 = Kurang
kuesioner
Nominal
35
hotel di masa depan. Sikap dinilai dengan 6 pertanyaan skala sikap. komitmen pengelola yang dinilai dari pertanyaan tentang kesediaan mengikuti kegiatan dalam
Wawancara
Komitmen dalam
penerapan Perda KTR seperti sosialisasi,
terstruktur
1 = Baik
penerapan Perda KTR
pendampingan dan memanfaatkan sumber daya yang
menggunakan
2 = Kurang
dimiliki untuk menyukseskan Perda KTR.
kuesioner
Nominal
Komitmen diukur menggunakan 3 pertanyaan. Pernyataan atau jawaban dari pengelola bahwa
Wawancara
Dukungan dalam
mendukung sepenuhnya penerapan Perda KTR dan
terstruktur
1 = Baik
penerapan Perda KTR
adanya kegiatan atau kebijakan yang dibuat di Hotel
menggunakan
2 = Kurang
yang dikelola mendukung perda KTR.
kuesioner
Nominal
Perilaku atau status merokok dari pengelola pada saat wawancara dilakukan, sedang sebagai perokok
Wawancara
Perilaku merokok
aktif atau tidak (meliputi pernah menjadi perokok
terstruktur
1 = Ya
pengelola
tapi sudah berhenti atau tidak pernah sama sekali
menggunakan
2 = Tidak
menjadi perokok aktif). Perilaku ini dinilai dari
kuesioner
pertanyaan apakah dia saat wawancara dilakukan
Nominal
36
masih mempunyai kebiasaan merokok (sebagai perokok). Pengelola hotel pernah mendapat paling sedikit
Wawancara
Mendapat himbauan
sekali himbauan dari organisasi yang menaungi
terstruktur
1 = Ya
dari PHRI/BHA
seperti PHRI atau BHA untuk menerapkan Perda
menggunakan
2 = Tidak
KTR.
kuesioner
Nominal
37
4.7 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data Data variabel tergantung dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan form observasi (terlampir) untuk menilai kepatuhan suatu hotel berbintang terhadap Perda KTR. Data semua variabel bebas dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner (terlampir) terhadap pengelola. Observasi dan wawancara dilakukan oleh surveyor yang sudah dilatih sebelumnya.
4.8 Analisis Data Data yang dikumpulkan akan dianalisis dalam 3 tahap, analisis secara univariat, bivariat dan multivariat. 1. Analisis univariat, bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subjek penelitian (pengelola hotel) dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi. 2. Analisis bivariat, adalah analisis untuk menilai pengaruh satu varibel bebas dengan variabel tergantung. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masing-masing faktor pengelola yang mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan perda KTR. Hasil analisis bivariat akan ditampilkan dalam tabel 2x2 dengan row percentage. Ukuran asosiasi yang digunakan untuk menilai pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung pada analisis ini adalah crude proporsi ratio (CPR) dan uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan menapilkan confident interval pada confident level 95% (95% CI). 3. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh murni masingmasing variabel bebas terhadap variabel tergantung dengan mengontrol adanya variabel bebas yang lain. Uji statistik yang digunakan adalah Regresi
38
Poisson dan ukuran asosiasi akan ditampilkan dalam bentuk adjusted proporsi ratio (APR) dan 95% CI disertai pula dengan hasil peritungan nilai p. Penggunaan uji statistik ini didasari alasan bahwa ukuran asosiasi yang dihasilkan adalah adjusted incidence rate ratio, dimana bila diterapkan pada penelitian dengan desain cross-sectional maka nilainya akan equivalen dengan adjusted proporsi ratio. Untuk mendapatkan model terbaik dalam menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan peaksanaan Perda KTR maka teknik eleminasi yang digunakan adalah Stepwise. Teknik eleminasi ini dimulai dengan memasukkan semua variabel bebas yang memiliki pengaruh bermakna secara statistik ke dalam model kemudian variabel bebas yang lain dimasukkan satu per satu dengan kriteria tetap berada dalam model jika nilai p < 0,1.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Dilihat dari perekonomian masyarakatnya, mata pencaharian penduduk Kabupaten Badung sebagian besar dalam sektor pertanian, perdagangan dan jasa terutama jasa dibidang pariwisata. Kabupaten Badung merupakan kabupaten/kota dengan pendapatan asli daerah tertinggi di Provinsi Bali. Pendapatan asli daerahnya sebagian besar dari sektor pariwisata. Terdapat perbedaan mata pencaharian penduduk berdasarkan pembagian wilayah di kabupaten ini. Di Kabupaten Badung bagian utara, yang meliputi Kecamatan Petang dan Abiansemal mata pencaharian penduduknya didominasi aktifitas perkebunan yang diarahkan pada komoditi ekspor dan penunjang pariwisata, potensi alam untuk obyek pariwisata, konservasi air dan tanah, industri kecil serta kerajinan rumah tangga. Pada wilayah Badung bagian tengah (Kecamatan Mengwi) yang merupakan daerah persawahan, perekonomian penduduknya didominasi sektor pertanian disamping juga pariwisata yang menitikberatkan pariwisata budaya. Sedangkan wilayah Badung bagian selatan yang terdiri dari Kecamatan Kuta, Kuta Utara dan Kuta selatan didominasi aktifitas pariwisata, perdagangan dan pusat pendidikan. Fasilitas pariwisata di Kabupaten Badung paling banyak dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali dengan jumlah hotel berbintang sebanyak 98, hotel melati sebanyak 365 dan pondok wisata sebanyak 167. Jumlah kamar hotel berbintang sebanyak 15.652, jumlah kamar hotel melati sebanyak 9.604 dan pondok wisata sebanyak 792 kamar. Total kamar yang ada untuk mendukung
39
40
akomodasi pariwisata sebanyak 26.048 kamar. Berdasarkan distribusi jumlah kamar tersebut, terlihat bahwa hotel berbintang mendominasi fasilitas akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung. Selain itu jumlah akomodasi di kabupaten ini meliputi 56,6% dari total fasilitas akomodasi pariwisata di Provinsi Bali (Dinas Pariwisata Pemvrov. Bali, 2012). Dalam upaya pengendalian dampak buruk tembakau (tobacco control), Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten dari 4 kabupaten/kota lainnya yang telah memiliki Perda KTR di tingkat kabupaten. Perda KTR kabupaten Badung disahkan sebagai Peraturan Daerah Kabupaten Badung nomor 8 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Salah satu kawasan penting yang diatur di dalam Perda KTR ini adalah tempat-tempat umum dimana salah satunya adalah hotel. Berdasarkan data Bali Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, jumlah penduduk Kabupaten Badung hasil sensus penduduk Tahun 2010 sebanyak 543.332 jiwa yang terdiri dari 277.536 laki-laki dan 265.796 perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 142.503. Sex ratio penduduk kabupaten ini sebesar 104,4% yang artinya setiap 104 laki-laki akan ada 100 perempuan atau jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu maka Kabupaten Badung adalah kabupaten/kota dengan kepadatan penduduk kedua terpadat di Bali setelah Kota Denpasar dengan kepadatan penduduk sebesar 1.298 jiwa/Km 2. Pada Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Badung akan diproyeksikan sebanyak 578.275 jiwa.
41
5.2 Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini diawali dengan mencari data jumlah dan nama hotel berbintang di Kabupaten Badung. Berdasarkan data pada buku direktori tahun 2012 yang diberikan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali jumlah hotel berbintang yang terdaftar di Kabupaten Badung sebanyak 98 hotel. Selain itu dilakukan cross check data jumlah hotel melalui website resmi Pemerintah Kabupaten Badung dan ternyata jumlah hotel berbintang tercantum sebanyak 94 hotel terdiri dar 3 hotel bintang 1, 23 hotel bintang 2, 20 hotel bintang 3, 21 hotel bintang 4 dan 27 hotel bintang 5. Perbedaan jumlah hotel tersebut menujukkan ketidaksesuaian data antar instansi dan kurang valid dan kurang diperbaharuinya data fasilitas wisata khususnya hotel di Provinsi Bali. Mengingat jumlah sampel minimal pada penelitian ini sebanyak 104 hotel maka semua hotel yang terdaftar pada buku direktori Dinas Pariwisata Provinsi Bali tahun 2012 dipilih menjadi sampel. Dengan asumsi bahwa ada pertumbuhan jumlah hotel berbintang di wilayah Kabupaten Badung maka pada saat pelaksanaan penelitian, selain dilakukan survei kepatuhan pada hotel yang sudah terdaftar juga diidentifikasi hotel disekitarnya yang memenuhi kriteria dan dipilih sebagai sampel. Dari 98 hotel berbintang yang disurvei ada 4 pengelola yang tidak bersedia diwawancara sedangkan 94 pengelola hotel yang lain bersedia diwawancara. Untuk memenuhi jumlah sampel sampai menjadi 104, surveyor berhasil mengidentifikasi dan mensurvei 10 hotel berbintang lain yang masih berada di wilayah Kabupaten Badung tetapi hotel tersebut ternyata belum tercantum di buku direktori. Pengelola hotel pada penelitian ini meliputi general manager, operational manager, pemilik
42
atau jabatan lain yang mempunyai wewenang sebagai pengambil keputusan dalam operasional sehari-hari. Adapun karakteristik 104 pengelola dan hotelnya yang berhasil diwawancarai serta diobservasi disajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karakteristik Pengelola Hotel Berbintang Di Kabupaten Badung 2014 No. 1.
2.
3.
4.
5.
Karakteristik
n = 104
%
< 40 tahun
51
49,0
≥ 40 tahun
53
51,0
Perempuan
31
29,8
Laki-laki
73
70,2
SMA
6
5,8
S1/S2
98
94,2
2 dan 3
40
38,5
4 dan 5
64
61,5
Manager
41
39,4
Pemilik
3
2,9
Lainnya
60
57,7
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Bintang Hotel
Jabatan
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi subjek berdasarkan kelompok umur relatif seimbang antara subjek yang berumur lebih dari atau sama dengan 40 tahun yang sebanyak 51,0% dibandingkan yang berumur kurang dari 40 tahun sebanyak 49%. Sedangkan berdasarkan distribusi jenis kelamin, sebagian besar pengelola hotel adalah laki-laki sebanyak 73 orang ( 70,2%) dan sisanya sebanyak 31 orang (39,8%) adalah perempuan. Berdasarkan pendidikan, hampir semua pengelola hotel
43
berpendidikan sarjana sebanyak 98 orang (94,2%). Karakteristik hotel dilihat dari bintang, pada penelitian ini sebagian besar bintang 4 dan 5 sebanyak 64 (61,5%) sedangkan sebanyak 40 hotel (39,5%) berbintang 2 dan 3. Walaupun terdaftar ada 3 hotel bintang 1 ternyata setelah dilakukan survei hotel tersebut telah menjadi hotel dengan bintang yang lebih tinggi. Karakteristik bintang hotel pada penelitian ini menunjukkan status bintang terkini. Berdasarkan jabatan, tidak semua pengelola yang diwawancara adalah manager, sebagian besar dikategorikan lainnya yang terdiri dari front office 26 orang, human resource department (HRD) 31 orang, room division 2 orang dan marketing serta chief akuntan masing-masing 1 orang. Walaupun demikian semua orang yang termasuk kategori lainnya sesuai dengan kriteria pengelola karena mempunyai wewenang sebagai pengambil keputusan dalam operasional sehari-hari.
5.3 Kepatuhan Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR Di Kabupaten Badung Kepatuhan hotel berbintang terhadap pelaksanaan Perda KTR dinilai menggunakan 6 kriteria kawasan tanpa rokok yang meliputi adanya tanda dilarang merokok di tempat-tempat yang mudah terlihat, tidak adanya orang yang merokok di dalam gedung, tidak ditemukan puntung di dalam gedung, tidak disediakan asbak atau sarana merokok lainnya di dalam gedung, tidak tercium bau asap rokok (TCSC-IAKMI, 2011). Gambaran kepatuhan hotel berdasarkan masing-masing kriteria, kepatuhan secara keseluruhan dan gambaran kepatuhan berdasarkan karakteristik pengelola dan hotel dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan 5.3.
44
Tabel 5.2 Kriteria dan Kepatuhan Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 No.
Kriteria Kepatuhan (n=104)
f
%
1.
Ada tanda dilarang merokok
41
39,4
2.
Tidak ada orang merokok di dalam gedung
73
70,2
3.
Tidak ada tempat khusus merokok di dalam gedung
74
71,2
4.
Tidak disediakan asbak di dalam gedung
47
45,2
5.
Tidak ditemukan puntung rokok di dalam gedung
84
80,8
6.
Tidak tercium bau asap rokok di dalam gedung
94
90,4
7.
Kepatuhan
16
15,4
Berdasarkan Tabel 5.2 terlihat bahwa kriteria yang paling sedikit dipatuhi adalah ada tanda dilarang merokok di tempat-tempat yang mudah terlihat hanya sebanyak 41 (39,4%) dan yang kedua adalah tidak disediakan asbak di dalam gedung sebanyak 47 (45,2%) atau dengan kata lain masih sebagian besar (53,8%) hotel melakukan pelanggaran menyediakan asbak pada tempat yang tidak diperbolehkan atau masih di dalam gedung dengan batas cucuran atap. Kriteria lain yang relatif belum banyak (lebih dari 80%) terpenuhi adalah tidak ada orang merokok di dalam gedung sebanyak 73 (70,2%) dan tidak ada tempat khusus merokok di dalam gedung sebanyak 74 (71,2%) atau dengan kata lain pelanggaran ada orang merokok di dalam gedung sebanyak 31 (29,8%) dan pelanggaran hotel menyediakan tempat khusus merokok di dalam gedung sebanyak 30 (28,8%). Kepatuhan terhadap pelaksanaan Perda KTR secara keseluruhan dinilai menggunakan 6 kriteria diatas. Dinyatakan patuh jika memenuhi semua kriteria
45
kepatuhan tersebut dan dinyatakan tidak patuh jika tidak memenuhi salah satu dari keenam kriteria tersebut. Secara keseluruhan kepatuhan hotel berbintang terhadap pelaksanaan perda KTR masih relatif rendah hanya 16 (15,4%) hotel yang patuh atau 88 (84,6%) dinyatakan tidak patuh. Tabel 5.3 Kepatuhan Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR Berdasarkan Karakteristik Pengelola di Kabupaten Badung Tahun 2014 Kepatuhan No.
1.
2.
3.
4.
Karakteristik
Umur
Nilai p Patuh, f(%)
Tidak, f(%)
< 40 tahun
10 (19,6)
41 (80,4)
≥ 40 tahun
6 (11,3)
47 (88,7)
Perempuan
8 (25,8)
23 (74,2)
Laki-laki
8 (11,0)
65 (89,0)
SMA
0 (0,0)
6 (100)
S1/S2
16 (16,3)
80 (83,7)
2 dan 3
3 (7,5)
37 (92,5)
4 dan 5
13 (20,3)
51 (79,7)
0,242
Jenis Kelamin
0,055
Pendidikan
0,587
Bintang Hotel
0,098
Tabel 5.3 menunjukan kepatuhan hotel berbintang terhadap pelaksanaan Perda KTR berdasarkan karakteristik pengelola dan hotelnya. Berdasarkan kelompok umur, kepatuhan pada kelompok pengelola hotel dengan umur kurang dari 40 tahun sebesar 19,6%, lebih tinggi dibandingkan pada kelompok lebih dari atau sama dengan 40 tahun dengan kepatuhan sebesar 11,0% walaupun demikian secara statistik tidak bermakna dengan nilai p = 0,242. Berdasarkan jenis kelamin, kepatuhan pada pengelola hotel perempuan mencapai 25,8% lebih tinggi
46
dibandingkan pada pada laki-laki yang hanya sebesar 11,0% walaupun demikian secara statistik tidak bermakna dengan nilai p = 0,055. Berdasarkan pendidikan, kepatuhan pada pengelola dengan tingkat pendidikan menamatkan perguruan tinggi (S1/S2) sebesar 16,3% sedangkan pada pengelola dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan SMA tidak ada yang patuh (0%). Walaupun demikian secara statistik tidak bermakna dengan nilai p = 0,282. Perbedaan kepatuhan juga terlihat bila dipilah berdasarkan bintang, pada hotel bintang 2 dan 3 kepatuhan terhadap pelaksanaan Perda KTR hanya sebesar 7,5% sedangkan pada hotel bintang 4 dan 5 kepatuhan mencapai 20,3%. Walaupun demikian perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna dengan nilai p = 0,098.
5.4 Pengaruh Pengetahuan Pengelola Terhadap Kepatuhan Pengetahuan
pengelola
tentang
pelaksanaan
Perda
KTR
diukur
menggunakan 8 pertanyaan yang meliputi poin-poin penilaian tentang tujuan pelaksanaan Perda KTR, tempat-tempat yang diatur, kriteria kepatuhan, tanggung jawab pelaksanaan Perda KTR pada masing-masing kawasan dan sanksi terhadap pelanggaran. Pengetahuan secara keseluruhan dikategorikan menjadi 2, baik dan kurang. Pengetahuan pengelola tentang Perda KTR dinyatakan baik bila mengetahui minimal 4 dari 5 poin untuk menilai pengetahuan tersebut dan dinyatakan kurang bila hanya mengetahui 3 atau kurang. Gambaran pengetahuan pengelola hotel tentang Perda KTR berdasarkan masing-masing poin penilaian dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan 5.5.
47
Tabel 5.4 Pengetahuan Pengelola Hotel Berbintang Tentang Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 No.
Penilaian Pengetahuan (n=104)
f
%
1.
Tahu tentang tujuan Perda KTR
64
61,5
2.
Tahu tentang tempat-tempat yang termasuk KTR
53
51,0
3.
Tahu tentang kriteria kepatuhan
51
49,0
4.
Tahu tentang penanggungjawab pelaksanaan KTR
74
71,2
5.
Tahu tentang sanksi Perda KTR
85
81,7
6.
Pengetahuan
Baik
41
39,4
Kurang
63
60,6
Berdasarkan Tabel 5.4 terlihat bahwa poin penilaian pengetahuan yang masih relatif sedikit diketahui oleh pengelola adalah tentang tempat-tempat yang termasuk KTR hanya 51 atau 49,0% pengelola yang tahu, kriteria kepatuhan dengan jumlah pengelola yang tahu sebanyak 53 (51,0%) dan yang ketiga adalah tujuan dibuatnya Perda KTR dimana jumlah pengelola yang tahu baru mencapai 64 orang (61,5%). Berdasarkan penilaian pengetahuan secara keseluruhan diketahui bahwa masih sebagian kecil pengelola hotel berbintang yang mempunyai pengetahuan tentang Perda KTR yang tergolong baik atau sebanyak 41 (39,4%).
48
Tabel 5.5 Pengaruh Pengetahuan Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 Kepatuhan Variabel
Kategori
PR Patuh, f(%)
Tidak, f(%)
Baik
9 (22,0)
32 (78,0)
2,0
Kurang
7 (11,1)
56 (88,9)
1
Pengetahuan
95%CI
Nilai p
0,8 – 4,9
0,134
Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis pengaruh pengetahuan pengelola tentang Perda KTR terhadap kepatuhan. Terlihat ada perbedaan kepatuhan berdasarkan tingkat pengetahuan pengelola. Pada pengelola dengan tingkat pengetahuan baik memiliki kepatuhan sebesar 22,0% sedangkan pada pengelola dengan pengetahuan kurang hanya 11,1%. Perbedaan ini menghasilkan prevalens ratio (PR) sebesar 2,0 yang menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel dengan pengetahuan tentang Perda KTR yang baik 2 kali dibandingkan pengelola dengan pengetahuan kurang. Walaupun demikian secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna dengan 95%CI dari PR: 0,8 – 4,9 dan nilai p = 0,134.
5.5 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan Penilaian sikap pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR di hotel diukur menggunakan 5 poin penilaian skala sikap yang meliputi pendapat pengelola terhadap dampak asap rokok terhadap orang disekitarnya, kebijakan pelarangan kegiatan merokok di dalam ruangan di tempat manapun, tujuan pelaksanaan Perda KTR, tentang tanggung jawab pengelola sebagai pelaksana kebijakan KTR dan
49
pendapat mereka terhadap dampak pelaksanaan Perda KTR terhadap pendapatan (pemasukkan) dan kelangsungan bisnis hotel. Sikap secara keseluruhan dikategorikan menjadi 2, sikap baik dan kurang. Sikap pengelola dinyatakan baik bila mempunyai pendapat yang baik terhadap semua penilaian skala sikap sedangkan jika berpendapat negatif pada salah satu saja dari spoin skala penilaian maka sikapnya akan dianggap kurang. Gambaran sikap pengelola hotel terhadap Perda KTR berdasarkan masing-masing poin penilaian dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan 5.7. Tabel 5.6 Sikap Pengelola Hotel Berbintang Tentang Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 No.
Penilaian Sikap (n=104)
F
%
1.
Setuju rokok berdampak buruk pada orang sekitar
101
97,1
2.
Setuju larangan merokok di dalam ruangan
95
91,4
3.
Setuju Perda KTR untuk mengatur perokok
96
92,3
4.
Setuju bahwa pengelola bertangung jawab terhadap pelaksanaan Perda KTR
74
71,2
5.
Setuju bahwa Perda KTR tidak berdampak negatif terhadap pendapatan hotel
94
90,4
6.
Sikap
Baik
66
63,5
Kurang
38
36,5
Berdasarkan Tabel 5.6 terlihat bahwa sebagian besar pengelola memberikan pendapat yang positif pada semua poin penilaian sikap, hampir semuanya diatas 90% kecuali pada poin penilaian tanggung jawab pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR. Pada poin ini yang berpendapat posistif atau setuju bahwa pengelola
50
bertangung jawab terhadap pelaksanaan Perda KTR sebanyak 74 orang (71,2%). Penilaian sikap secara keseluruhan mendapatkan bahwa sebagian besar pengelola hotel berbintang yang mempunyai sikap yang baik terhadap Perda KTR, sebanyak 66 orang (63,5%). Tabel 5.7 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 Kepatuhan Variabel
Kategori Baik
PR Patuh, f(%)
Tidak, f(%)
13 (19,7)
53 (80,3)
2,5
3 (7,9)
35 (92,1)
1
Sikap Kurang
95%CI
Nilai p
0,8 – 8,2
0,159
Tabel 5.7 menunjukkan hasil analisis pengaruh sikap pengelola tentang Perda KTR terhadap kepatuhan. Terlihat ada perbedaan kepatuhan berdasarkan kategori sikap pengelola. Pada pengelola dengan sikap yang baik memiliki kepatuhan sebesar 19,7% sedangkan pada pengelola dengan sikap kurang hanya 7,9%. Perbedaan ini menghasilkan prevalens ratio (PR) sebesar 2,5 yang menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang memiliki sikap baik 2,5 kali dibandingkan pengelola yang memiliki sikap kurang. Walaupun demikian secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna dengan 95%CI dari PR: 0,8 – 8,2 dan nilai p = 0,159.
5.6 Pengaruh Komitmen Pengelola Terhadap Kepatuhan Penilaian komitmen pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR di hotel diukur menggunakan 3 poin penilaian yang meliputi pertanyaan tentang kesediaan
51
mengikuti kegiatan dalam penerapan Perda KTR seperti sosialisasi, pendampingan dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menyukseskan Perda KTR. Komitmen secara keseluruhan dikategorikan menjadi 2, komitmen baik dan kurang. Komitmen pengelola dinyatakan baik bila menjawab bersedia semua penilaian tentang komitmen sedangkan jika menjawab tidak bersedia salah satu saja dari 3 pertanyaan komitmen maka komitmennya akan dianggap kurang. Gambaran komitmen pengelola hotel terhadap Perda KTR berdasarkan masing-masing pertanyaan penilaian dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan 5.9. Tabel 5.8 Komitmen Pengelola Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 No.
Penilaian Komitmen (n=104)
f
%
1.
Bersedia ikut acara sosialisasi Perda KTR
95
91,4
2.
Bersedia mengikuti pendampingan (supervisi)
98
94,2
3.
Bersedia memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menyukseskan pelaksanaan Perda KTR
99
95,2
4.
Komitmen
Baik
93
89,4
Kurang
11
10,6
Berdasarkan Tabel 5.8 terlihat bahwa sebagian besar pengelola menjawab bersedia pada semua pertanyaan penilaian komitmen, semuanya menjawab bersedia diatas 90%. Penilaian komitmen secara keseluruhan mendapatkan bahwa sebagian besar pengelola hotel berbintang yang mempunyai komitmen yang baik terhadap pelaksanaan Perda KTR atau sebanyak 93 orang (89,4%).
52
Tabel 5.9 Pengaruh Komitmen Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTP Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 Kepatuhan Variabel
Kategori
PR Patuh, f(%)
Tidak, f(%)
Baik
14 (15,1)
79 (84,9)
0,8
Kurang
2 (18,2)
9 (81,8)
1
Komitmen
95%CI
Nilai p
0,2 – 3,2
0,676
Tabel 5.9 menunjukkan hasil analisis pengaruh komitmen pengelola terhadap kepatuhan. Terlihat hanya ada sedikit perbedaan kepatuhan berdasarkan kategori komitmen pengelola. Pada pengelola dengan komitmen yang baik memiliki kepatuhan sebesar 15,1% dan pada pengelola dengan komitmen yang kurang hanya 18,2%. Perbedaan ini menghasilkan prevalens ratio (PR) sebesar 0,8. Nilai PR yang mendekati 1 menunjukkan kecilnya (tidak ada) pengaruh komitmen terhadap kepatuhan dan secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna dengan 95%CI dari PR: 0,2 – 3,2 dan nilai p = 0,676.
5.7 Pengaruh Perilaku Merokok Pengelola Terhadap Kepatuhan Perilaku merokok pengelola dinilai dari pertanyaan apakah dia saat wawancara dilakukan masih mempunyai kebiasaan merokok. Variabel perilaku merokok dibagi menjadi 2 kategori, mempunyai kebiasaan merokok (ya) dan tidak mempunyai kebiasaan merokok. Gambaran perilaku merokok pengelola dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan 5.11.
53
Tabel 5.10 Perilaku Merokok Pengelola Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 No.
Penilaian Perilaku Merokok (n=104)
1.
Mempunyai kebiasaan merokok
2.
Jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari,
f
%
22
21,2
8,2±8,2 n = 22 (rerata±SD) 3.
Merokok saat ada di ruang kerja (n=22)
5
22,7
4.
Merokok saat berada di dalam rumah (n=22)
14
63,6
Berdasarkan Tabel 5.10 terlihat bahwa pengelola hotel yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 22 orang (21,2%) dengan rerata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari sebanyak 8,2 batang. Dari 22 pengelola hotel yang merokok ternyata sebanyak 5 orang (22,7%) biasa merokok di tempat kerja dan sebanyak 14 orang (63,6%) juga biasa merokok di dalam rumah. Tabel 5.11 Pengaruh Perilaku Merokok Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung 2014 Kepatuhan Variabel
Perilaku merokok
Kategori Ya
PR Patuh, f(%)
Tidak, f(%)
0 (0,0)
22 (100)
-
16 (19,5)
66 (80,5)
-
95%CI
Nilai p
0,021 Tidak
Tabel 5.11 menunjukkan hasil analisis pengaruh perilaku merokok pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR. Terlihat ada perbedaan
54
kepatuhan berdasarkan perilaku merokok pengelola. Pada pengelola dengan perilaku merokok tidak ada yang patuh terhadap Perda KTR atau kepatuhannya 0% sedangkan pada pengelola yang tidak memiliki perilaku merokok kepatuhannya mencapai 19,5%. Perbedaan prevalensi ini tidak bisa menghasilkan prevalens ratio (PR) karena salah satunya bernilai 0 tetapi pengaruh perilaku merokok tetap dapat diinterpretasikan.
Berdasarkan
perbedaan
prevalensi
tersebut
dapat
diinterpretasikan bahwa peluang patuh pada pengelola yang memiliki perilaku merokok adalah 0% sedangkan pada pengelola yang tidak mempunyai perilaku merokok kepatuhannya mencapai 19,5% atau dengan kata lain perilaku merokok pengelola berpengaruh mencegah kepatuhan pelaksanaan Perda KTR di hotel yang dikelolanya. Berdasarkan hasil uji statistik, perbedaan kepatuhan berdasarkan perilaku merokok pengelola dinyatakan bermakna dengan nilai p = 0,021.
5.7 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan Dukungan pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR di hotel dinilai melalui pernyataan atau jawaban pengelola bahwa mendukung sepenuhnya penerapan Perda KTR dan adanya kegiatan atau kebijakan yang dibuat di hotel yang dikelola mendukung pelaksanaan Perda KTR. Dukungan dikategorikan menjadi 2, dukungan baik dan kurang. Dukungan pengelola dinyatakan baik menyatakan mendukung sepenuhnya pelaksanaan Perda KTR dan pernah melaksanakan kegiatan atau kebijakan yang mendukung pelaksanaan Perda KTR sedangkan jika menyatakan tidak mendukung atau hanya menyatakan mendukung tapi tidak pernah melaksanakan kegiatan atau kebijakan yang mendukung maka pengelola tersebut
55
dianggap memiliki dukungan kurang. Gambaran dukungan pengelola dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel 5.12 dan 5.13. Tabel 5.12 Dukungan Pengelola Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 No.
Penilaian Dukungan (n=104)
f
%
102
98,1
1.
Mendukung sepenuhnya penerapan Perda KTR
2.
Alasan pengelola yang tidak mendukung penerapan Perda KTR a. Berpengaruh pada pendapatan hotel karena tamu suka merokok b. Takut melanggar HAM tamu untuk merokok
3.
Ada kegiatan atau kebijakan yang pernah dibuat untuk mendukung pelaksanaan Perda KTR (n=102)
62
60,8
4.
Dukungan
Baik
62
59,6
Kurang
42
40,4
Berdasarkan Tabel 5.12 terlihat bahwa hampir semua atau sebanyak 102 (98,1%) pengelola menyatakan mendukung sepenuhnya pelaksanaan Perda KTR, hanya 2 orang (1,9%) yang tidak mendukung dengan alasan berpengaruh pada pendapatan hotel karena tamu suka merokok dan takut melanggar HAM tamu untuk merokok. Dari 102 pengelola yang mendukung ternyata tidak semua pernah membuat kegiatan atau kebijakan yang mendukung Perda KTR. Penilaian dukungan berdasarkan kedua pertanyaan tersebut maka dapat diketahui pengelola dengan dukungan baik terhadap Perda KTR sebanyak 62 orang (59,6%).
56
Tabel 5.13 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 Kepatuhan Variabel
Kategori Baik
PR Patuh, f(%)
Tidak, f(%)
14 (22,6)
48(77,4)
4,7
2 (4,8)
40 (95,2)
1
Dukungan Kurang
95%CI
Nilai p
1,1 – 19,8
0,014
Tabel 5.13 menunjukkan hasil analisis pengaruh dukungan pengelola pada pelaksanaan Perda KTR terhadap kepatuhan. Terlihat ada perbedaan kepatuhan berdasarkan kategori dukungan pengelola. Pada pengelola dengan dukungan yang baik memiliki kepatuhan sebesar 22,6% sedangkan pada pengelola dengan sikap kurang hanya 4,8%. Perbedaan ini menghasilkan prevalens ratio (PR) sebesar 4,7 yang menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang memiliki dukungan baik 4,7 kali dibandingkan pengelola yang memiliki dukungan kurang. Berdasarkan hasil uji statistik, pengaruh dukungan terhadap kepatuhan dinyatakan bermakna dengan 95%CI dari PR: 1,1 – 19,8 dan nilai p = 0,014.
5.9 Pengaruh Himbauan Organisasi Terhadap Kepatuhan Himbauan organisasi dinilai menggunakan pertanyaan apakah pengelola hotel pernah mendapat paling sedikit sekali himbauan dari organisasi yang menaungi seperti PHRI atau BHA untuk menerapkan Perda KTR. Variabel himbauan organsisasi dibagi menjadi 2 kategori, pernah dan tidak. Pengaruh himbauan organisasi terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel 5.14.
57
Tabel 5.14 Pengaruh Komitmen Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 Kepatuhan Variabel
Himbauan organisasi
Kategori
PR Patuh, f(%)
Tidak, f(%)
Pernah
7 (22,6)
24 (77,4)
1,8
Tidak
9 (12,3)
64 (87,7)
1
95%CI
Nilai p
0,7 – 4,5
0,185
Tabel 5.14 menunjukkan hasil analisis pengaruh himbauan organisasi terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR. Terlihat ada perbedaan kepatuhan berdasarkan pernah tidaknya pengelola mendapat himbauan organisasi. Pada pengelola yang pernah mendapat himbauan organisasi memiliki kepatuhan sebesar 22,6% sedangkan pada pengelola yang tidak pernah mendapat himbauan organisasi kepatuhannya hanya 12,3%. Perbedaan ini menghasilkan prevalens ratio (PR) sebesar 1,8 yang menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang pernah mendapat himbauan organisasi 1,8 kali dibandingkan pengelola yang tidak pernah mendapat himbauan organisasi. Walaupun demikian secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna dengan 95%CI dari PR: 0,7 – 4,5 dan nilai p = 0,185.
5.10 Hasil Analisis Multivariat Analisis multivariat yang digunakan pada penelitan ini adalah Poisson Regresion Model. Analisis ini untuk mengetahui faktor pengelola yang secara mandiri (independent) berpengaruh terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang. Metode eleminasi yang digunakan dalam analisis ini adalah
58
stepwise, dimana variabel pada tahap pertama yang masuk kedalam model adalah variabel yang mempunyai pengaruh yang bermakna secara statistik berdasarkan uji Chi square. Hasil analisis sebelumnya menunjukkan ada 2 variabel yang secara statistik bermakna mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR, yaitu dukungan dan perilaku merokok pengelola, sehingga model dasar dari analisis multivariat hanya diisi oleh kedua variabel tersebut. Model dasar hasil analisis multivariate menggunakan Poisson Regresi dapat dilihat seperti pada Tabel 5.15. Tabel 5.15 Hasil Analisis Multivariat Faktor Pengelola Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung 95% Confident Interval Variabel Dukungan
PR
nilai p batas bawah
batas atas
1,029
17,583
4,25
R2
0,046 0,14
Perilaku merokok
5,75 x 10
-8
2,96 x 10
-8
1,12 x 10
-7
<0,001
Tabel 5.15 menujukkan model dasar dari hasil analisis multivariat. Dari model dasar ini kemudian mulai dimasukkan satu per satu ke dalam model dasar variabel bebas lain yang mempunyai nilai p hasil uji Chi square < 0,25. Urutan variabel bebas dari yang pertama masuk ke dalam model sampai yang terakhir adalah dimulai dari nilai p uji Chi square terkecil. Setiap variabel bebas yang masuk ke dalam model kemudian dilihat perubahan nilai p variabel yang masuk tersebut, apakah secara bermakna mempengaruhi kepatuhan dengan batas nilai p untuk tetap berada di dalam model adalah 0,1. Secara berurutan variabel yang pertama dimasukkan ke dalam model mulai dari jenis kelamin, bintang hotel, pengetahuan, sikap, himbauan organisasi dan
59
yang terakhir adalah variabel umur. Setelah satu per satu variabel bebas tersebut dimasukkan dan dilihat perubahan nilai p nya saat berada dalam model, ternyata tidak satu pun mempunyai nilai p ≤ 0,1. Sehingga model dasar seperti yang terlihat pada Tabel 5.15 merupakan model yang paling valid. Berdasarkan model tersebut dapat diinterpretasikan bahwa faktor pengelola yang secara mandiri (independent) mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR adalah dukungan pengelola dan perilaku merokok pengelola. Dukungan pengelola yang baik akan meningkatkan peluang terjadinya kepatuhan sebesar 4,25 kali dibandingkan pengelola yang tidak baik dan secara statistik pengaruh tersebut bermakna dengan 95%CI dari PR: 1,029 – 17,583 dan nilai p = 0,046. Perilaku merokok pengelola akan menghambat atau mencegah terjadinya kepatuhan dan secara statistik pengaruh perilaku merokok terhadap kepatuhan bermakna dengan nilai p < 0,001.
5.11 Analisis Lanjutan Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan dan Perilaku Merokok Pengelola Analisis lanjutan pasca analisis multivariat dilakukan untuk lebih memperdalam hasil penelitian dengan mengidentifikasi apakah ada hubungan antar variabel yang membentuk suatu mekanisme tertentu dalam pengaruhnya terhadap kepatuhan. Misalnya bila hasil analisis multivariat menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap kepatuhan hanya dukungan dan perilaku merokok pengelola bukan berarti variabel lainya tidak ada pengaruhnya. Kemungkinan ada pengaruh tidak langsung dari variabel pengetahuan, sikap, komitmen dan himbauan organisasi. Untuk itu analisis lanjutan ini mencoba mengidentifikasi apakah ada pengaruh variabel pengetahuan, sikap, komitmen dan
60
himbauan organisasi terhadap dukungan dan perilaku merokok pengelola. Hasil analisis faktor yang mempengaruhi dukungan dan perilaku merokok pengelola dapat dilihat pada Tabel 5.16 dan 5.17. Tabel 5.16 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Pengelola Terhadap Pelaksanaan Perda KTR di Kabupaten Badung Tahun 2014 Dukungan Variabel
Kategori
PR Baik, f(%)
Kurang, f(%)
Baik
30 (73,2)
11 (26,8)
1,4
Kurang
32 (50,8)
31 (49,2)
1
Baik
43 (65,2)
23 (34,8)
1,3
Kurang
19 (50,0)
19 (50,0)
1
Baik
55 (59,1)
38 (40,9)
0,9
Kurang
7 (63,6)
4 (36,4)
1
Pernah
24 (77,4)
7 (22,6)
1,5
Tidak
38 (52,1)
35 (47,9)
1
Pengetahuan
Sikap
Komitmen
Himbauan organisasi
95%CI
Nilai p
1,1 – 2,0
0,023
0,9 – 1,9
0,129
0,6 – 1,5
1,000
1,1 – 2,0
0,016
Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa ada perbedaan prevalensi dukungan baik antar kategori pengetahuan. Hal ini menujukkan ternyata pengaruh pengetahuan terhadap dukungan dengan nilai PR sebesar 1,4 dan secara statistik pengaruh pengetahuan terhadap dukungan pengelola dinyatakan bermakna dengan 95%CI dari PR: 1,1 – 2,0 dan nilai p = 0,023. Selain itu diketahui pula bahwa himbauan organisasi ternyata juga mempengaruhi dukungan pengelola dengan PR = 1,5 dan pengaruh himbauan organisasi secara statistik dinyatakan bermakna dengan 95%CI dari PR : 1,1 – 2,0 dan nilai p = 0,016. Kedua temuan ini
61
membuktikan bahwa ada pengaruh secara tidak langsung pengetahuan dan himbauan organisasi terhadap kepatuhan melalui mekanisme meningkatkan dukungan pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR. Tabel 5.17 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pengelola Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014 Perilaku Merokok Variabel
Kategori
PR Ya, f (%)
Tidak, f (%)
Baik
8 (19,5)
33 (80,5)
0,9
Kurang
14 (22,2)
49 (77,8)
1
Baik
11 (16,7)
55 (83,3)
0,6
Kurang
11 (28,9)
27 (71,1)
1
Baik
20 (21,5)
73 (78,5)
1,2
Kurang
2 (18,2)
9 (81,8)
1
Pernah
5 (16,1)
26 (83,9)
0,7
Tidak
17 (23,3)
56 (76,7)
1
Pengetahuan
Sikap
Komitmen
Himbauan organisasi
95%CI
Nilai p
0,4 – 1,9
0,741
0,3 – 1,2
0,140
0,3 – 4,4
1,000
0,3 – 1,7
0,414
Tabel 5.17 merupakan hasil analisis pengaruh variabel pengetahuan, sikap, komitmen dan himbauan organisasi terhadap perilaku merokok pengelola. Berdasarkan hasil analisis, keempat variabel bebas tersebut tidak ada yang mempunyai pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap perilaku merokok. Terlihat ada perbedan prevalensi perilaku merokok pengelola berdasarkan kategori sikap dimana pada pengelola dengan sikap baik prevalensi perilaku merokok pengelola hanya 16,7% sedangkan pada pengelola dengan sikap baik prevalensi perilaku merokok mencapai 28,9%. Perbedaan ini menghasilkan PR 0,6 yang
62
artinya sikap yang baik mencegah perilaku merokok pengelola. Walaupun demikian, hasil uji statistik menujukkan pengaruh tersebut tidak bermakna dengan 95%CI dari PR: 0,3 – 1,2 dan nilai p = 0,140.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian 6.1.1 Kepatuhan Hotel Berbintang Terhadap Pelaksanaan Perda KTR Di Kabupaten Badung Hasil penilaian kepatuhan pelaksanan Perda KTR pada hotel berbintang pada penelitian ini menunjukkan angka yang relatif rendah hanya sebesar 15,4% masih jauh dibandingkan target yang ingin dicapai 80%. Salah satu penyebab rendahnya kepatuhan hotel karena kawasan ini mempunyai konsep dan kebijakan yang berbeda dibandingkan kawasan lainnya. Hotel cendrung kurang tegas dalam penerapan kebijakan KTR dilingkungannya, lebih mengutamakan pelayanan dan kepentingan konsumennya. Sebagian besar hotel tentu takut untuk bertindak tegas dan tidak bisa melaksanakan Perda KTR secara kaku sesuai yang diamanatkan Perda. Pengelola hotel lebih berhati-hati dalam menerapkan kebijakan KTR di kawasannya. Dalam hal pemasangan tanda dilarang merokok, ada perbedaan konsep tentang tanda dilarang merokok antara Perda KTR dengan kebijakan pemasangan tanda dilarang merokok pada hotel. Perda KTR menyebutkan bahwa tanda KTR harus jelas terlihat berwarna merah dengan dasar putih dengan ukuran diagonal minimal 10 cm (Pemvrov. Bali, 2011). Sedangkan pada hotel tentu akan mengutamakan desain dan estetika supaya sesuai dengan interior hotel, enak dipandang dan tetap terkesan ramah serta tidak menyebabkan ketidaknyamanan terhadap tamu yang berkunjung. Terbukti berdasarkan hasil observasi terhadap
63
64
kriteria ini, baru sebagian kecil (39%) hotel sesuai dengan kriteria kepatuhan yang pertama yaitu terpasang tanda dilarang merokok yang sesuai dan pada tempattempat yang mudah terlihat. Keberadaan tanda dilarang merokok sangat penting terutama sebagai pemberitahuan dan peringatan kepada tamu dan pengunjung bahwa hotel yang mereka datangi merupakan KTR sehingga tidak diperbolehkan merokok disembarang tempat. Selain itu keberadaan tanda sangat penting pada fase awal penerapan peraturan apapun, untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang mulai berlakunya suatu aturan. Bila aturan sudah terus menerus diterapkan dengan konsisten maka suatu saat norma akan terbentuk, dalam hal ini norma bahwa merokok di dalam ruangan itu tidak benar. Ketidakberadaan tanda dilarang merokok yang jelas terlihat akan menyebakan ketidaktahuan dan ketidakperhatian tamu dan pengunjung bahwa hotel merupakan KTR sehingga akan memicu adanya pelanggaran merokok ditempat yang tidak semestinya. Terbukti masih ada 29,8% hotel berbintang yang ditemukan ada orang merokok di dalam gedung. Berdasarkan hasil observasi ternyata masih banyak hotel menyediakan asbak yang tidak pada tempatnya seperti di meja makan yang berada dalam area gedung walaupun dengan dinding terbuka, di meja makan yang berada di teras gedung dan di meja yang masih berada pada area lobi. Padahal secara jelas diamanatkan dalam Perda KTR bahwa asbak hanya boleh disediakan di tempat khusus merokok, tidak boleh disediakan di tempat yang masih dalam area gedung utama dengan batas cucuran atap. Penyediaan tempat khusus merokok pun masih banyak yang tidak sesuai dengan kriteria KTR dimana masih ada sebanyak 30
65
(28,2%) hotel yang membuat atau menyediakan tempat khusus merokok di dalam gedung dengan alasan sudah diisi exhausts fan. Hal ini jelas merupakan pelanggaran karena pada Perda KTR secara jelas diatur bahwa tempat khusus merokok harus terpisah dari gedung utama, jauh dari pintu masuk dan jauh dari orang yang lalu lalang. Adanya kedua jenis pelanggaran ini menunjukkan ada salah persepsi dari pengelola hotel tentang konsep KTR yang bertujuan untuk melindungi orang yang tidak merokok dari paparan asap rokok orang lain. Hal ini juga mengindikasikan bahwa pengelola hotel berbintang cendrung lebih ramah terhadap tamu yang merokok dan mengutamakan kenyamanan tamu termasuk dalam memfasilitasi tamu dalam hal merokok. Berbagai penelitian tentang pemantauan kualitas udara dalam ruangan menujukkan bahwa keberadaan tempat khusus merokok di dalam gedung walaupun sudah dilengkapi dengan exhaust fan tetap akan berpengaruh terhadah rendahnya kualitas udara dan tentu akan membahayakan orang-orang yang berada di dalam gedung tersebut. Hal seperti inilah yang perlu disampaikan dan ditekankan bila ingin memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada pengelola gedung tentang pentingnya pelaksanaan Perda KTR. Jangan sampai maksud baik untuk ramah dan memberikan rasa nyaman pada tamu yang merokok justru membahayakan tamu yang tidak merokok dan juga membahayakan karyawan sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan pentingnya pemberian sanksi kepada para pelanggar untuk menyukseskan penerapan kebijakan KTR. Kebijakan KTR yang sudah ditetapkan dalam peraturan daerah bersifat mandatori, harus diikuti oleh
66
semua masyarakat baik pengelola, karyawan dan pengunjung hotel. Sehingga dalam penerapannya penting dilakukan inspeksi disertai pemberian sanksi agar memberikan efek jera dan dikemudian hari tidak mengulangi perbuatannya (BaronEpel, Satran, Cohen, Drach-Zehavi, & Hovell, 2012). Di dalam Perda KTR diatur bahwa instansi yang berhak melakukan penegakan adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Untuk itu mereka perlu melakukan inspeksi mendadak secara berkelanjutan disertai pemberian tindak pidana ringan kepada para pelanggar (tipiring). Penilaian kepatuhan yang ketat menggunakan 6 kriteria dimana bila salah satu kriteria dinyatakan tidak sesuai maka akan langsung dinyatakan tidak patuh memberi dampak terhadap rendahnya hasil kepatuhan. Pada beberapa penelitian tentang kepatuhan di negara lain seperti penelitian kepatuhan kebijakan tanpa rokok pada bar dan restoran di Jerman menggunakan pengukuran kualitas udara partikel matter (PM) 2,5µ sebagai indikator kepatuhan sedangkan keberadaan tanda dan asbak sebagai faktor yang mempengaruhi (Vardavas et al, 2013). Batas nilai pengukuran kualitas udara menggunakan PM 2,5µ untuk dinyatakan patuh adalah kurang dari 25. Penilaian kepatuhan menggunakan pengukuran kualitas udara dalam jangka waktu tertentu lebih objektif dan sesuai dengan konsep kebijakan KTR untuk melindungi orang yang tidak merokok dari paparan asap rokok orang lain (CDC, 2004). Perlu dipertimbangkan dan dikaji metode untuk menilai kepatuhan yang lebih relevan karena bila tetap menggunakan 6 kriteria tersebut secara ketat maka akan sulit untuk mencapai target kepatuhan 80%. Metode selanjutnya bisa menggunakan kombinasi dari pengukuran kualitas udara PM 2,5µ
67
dan hasil observasi pada kriteria tertentu saja yang membuktikan tidak adanya orang merokok yang terdiri 3 kriteria, terdiri dari tidak ada orang merokok di dalam gedung, tidak ditemukan asbak didalam gedung dan tidak tercium bau asap rokok didalam gedung.
6.1.2 Pengaruh Pengetahuan Pengelola Terhadap Kepatuhan Hasil penelitian mendapatkan bahwa masih sebagian kecil (39,4%) pengetahuan pengelola hotel berbintang tentang Perda KTR tergolong baik. Materi yang ditanyakan untuk mengukur pengetahuan adalah materi yang diberikan saat sosialisasi dan seharusnya memang diketahui oleh seorang pengelola suatu kawasan. Hal ini menunjukkan masih kurangnya sosialisasi Perda KTR terutama terhadap pengelola hotel berbintang. Sosialisasi, pembinaan, pendampingan dan bahkan penegakan Perda KTR terhadap semua hotel sangat penting terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka. Kegiatan-kegiatan ini harus dilakukan secara berkala dan berkelanjutan supaya pemahaman dan pengetahuan pengelola hotel semakin meningkat. Selain itu sosialisasi internal oleh pengelola hotel sangat penting dilakukan karena berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh Bali Tobacco Control Innitiative (BTCI), sosialisasi oleh BHA dan team belum cukup kalau tidak ditindaklanjuti dengan sosialisasi di internal hotel sendiri. Salah satu contoh hotel yang sukses menerapkan Perda KTR adalah Hotel Sanur Paradise yang telah mendapatkan penghargaan karena dengan inisiatif sendiri berkonsultasi dan mengundang dinkes mensupervisi mereka dalam penerapan Perda KTR. Peran pengetahuan dalam perubahan perilaku dibidang kesehatan sangat penting. Hampir semua upaya pencegahan penyakit yang melalui perubahan
68
perilaku yang lebih baik didahului dengan peningkatan pengetahuan. Hasil penelitian mendapatkan adanya perbedaan peluang kepatuhan hotel antara hotel berbintang dengan pengelola yang memliliki pengetahuan baik dibandingkan hotel berbintang dengan pengelola yang memliliki pengetahuan kurang. Hal ini menujukkan pengetahuan pengelola yang baik akan meningkatkan kepatuhan hotel yang dikelolanya terhadap pelaksanaan Perda KTR. Walaupun berdasarkan uji statistik adanya pengaruh pengetahuan secara langsung terhadap kepatuhan tidak bermakna tetapi setelah dilakukan analisis bivariat faktor yang mempengaruhi dukungan, ternyata pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap dukungan pengelola dalam pelaksanaan Perda KTR. Pengetahuan pengelola yang baik akan cendrung diikuti dukungan yang baik dan dukungan yang baik akan diikuti kepatuhan hotel yang dikelola terhadap pelaksanaan Perda KTR. Temuan ini sangat menarik dan sesuai dengan teori perubahan perilaku dimana perilaku yang baik dalam hal ini adalah bentuk dukungan yang kongkrit dari pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR didahului oleh pengetahuan dan pemahaman yang baik pula tentang Perda KTR. Salah satu bentuk dukungan yang yang dinilai adalah pernah tidaknya pengelola membuat kebijakan yang mendukung Perda KTR seperti membuat aturan atau kebijakan larangan merokok dikawasan yang dikelolanya. Hasil ini didukung oleh penelitian lain yang mempelajari tentang pengetahuan dan perilaku dibidang kesehatan. Penelitian kesehatan tentang pengetahuan pada pengendalian dampak tembakau salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nyi Nyi Naing. Penelitian ini mempelajari faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada laki-laki dewasa di
69
Kelantan, Malaysia. Penelitian ini mendapatkan bahwa proporsi merokok pada lelaki dewasa yang memiliki pengetahuan baik tentang dampak buruk merokok 17,6% lebih rendah dibandingkan pada yang pengetahuannya kurang (Naing N, et al, 2004). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Andi Muhamad Wahidien dan kawan-kawan tentang perilaku merokok pengemudi ojek di perumahan taman telkomas Kota Makassar mendapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku inisiasi merokok, ketergantungan merokok, persepsi dampak merokok dan usaha berhenti merokok merupakan faktor yang kompleks dimana salah satu yang mempengaruhi adalah pengetahuan (Wahidien, Sudirman Nasir, & Rachman, 2007). Hasil penelitian ini mempunyai implikasi yang besar dalam penguatan program implementasi Perda KTR di masa depan. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman pengelola mempunyai peran penting dalam kesuksesan pelaksanaan Perda KTR. Untuk itu segala bentuk kegiatan yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman seperti sosialisasi berupa leaflet, brosur, pemberian dan pemasangan tanda KTR, pembinaan dan pendampingan dalam melaksanakan Perda KTR di masing-masing kawasan, inpeksi mendadak (sidak) dan kegiatan lain untuk penegakkan Perda sangat penting untuk terus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
6.1.3 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan Hasil penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar (63,5%) sikap pengelola hotel berbintang tentang Perda KTR tergolong baik. Hal ini tentu merupakan hasil yang positif mencerminkan pendapat dan persepsi pengelola yang
70
baik terhadap pelaksanaan Perda KTR. Teori tentang terjadinya perilaku menyebutkan bahwa terbentuknya perilaku didahualui terbentuknya sikap dan didahului adanya pengetahuan. Walaupun ada perbedaan dengan hasil penilaian pengetahuan dimana masih sebagian kecil pengelola dengan pengetahuan baik, bukan berarti hasil penilaian sikap ini tidak valid. Seseorang dengan pengetahuan yang kurang belum tentu akan bersikap yang negatif (kurang). Bila suatu hal memang dianggap baik seperti tentang Perda KTR yang bertujuan untuk melindungi orang-orang dari bahaya asap rokok tentu akan sangat wajar jika sebagian besar dari mereka mepunyai sikap yang baik. Sikap pengelola yang sebagian besar baik ini tentu merupakan suatu potensi yang besar dalam menyukseskan penerapan Perda KTR. Berdasarkan hasil analisis terbukti ada perbedaan peluang kepatuhan hotel antara hotel berbintang dengan pengelola yang memliliki sikap baik dibandingkan hotel berbintang dengan pengelola yang memliliki sikap kurang. Perbedaan peluang ini tercermin dari nilai perbandingan prevalen atau prevalen ratio (PR) sebesar 2,5 Walaupun secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna tetapi bukan berarti kita bisa abaikan begitu saja. Sebagai praktisi kesehatan masyarakat sangat penting menilai besarnya pengaruh melalui prevalens ratio dibandingkan hanya melihat kemaknaan. Nilai prevalens ratio yang sebesar itu menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang memiliki sikap baik 2,5 kali dibandingkan pengelola yang memiliki sikap kurang. Pengaruh sikap yang baik terhadap perubahan perilaku kearah yang lebih baik sudah dibuktikan pada beberapa penelitian kesehatan. Berdasarkan hasil
71
penelusuran belum ada penelitian sejenis (mirip), yang meneliti pengaruh sikap terhadap kepatuhan Perda KTR. Walaupun demikian salah satu penelitian yang dilakukan oleh Karina Avianti tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap gaya hidup sehat mahasiswa dapat digunakan untuk bahan bahasan. Penelitian ini mendapatkan bahwa mahasiswa yang memiliki sikap yang baik tentang kesahatan maka akan memliki perilaku atau gaya hidup sehat yang lebih baik pula termasuk untuk tidak merokok (Avianti K, 2009). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nyi Nyi Naing tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada laki-laki dewasa di Kelantan, Malaysia juga menyebutkan bahwa proporsi merokok pada lelaki dewasa yang setuju bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan 13,6% lebih rendah dibandingkan pada yang tidak setuju bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. (Naing N, et al, 2004). Hasil penelitian ini yang didukung beberapa hasil penelitian lainnya tentang pengaruh sikap tentu akan sangat bermanfaat. Temuan ini mempunyai implikasi dalam penguatan program implementasi Perda KTR di masa depan. Sosialisasi tidak terbatas hanya memberi pengetahuan tentang penerapan Perda KTR tetapi diberikan juga pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dan tujuan implementasi Perda KTR supaya dapat memperbaiki sikap pengelola. Selain itu dalam setiap berakhirnya sosialisasi penting dievaluasi peningkatan sikap pengelola dan selanjutnya menilai kepatuhan mereka.
6.1.4 Pengaruh Komitmen Pengelola Terhadap Kepatuhan Komitmen pengelola yang mencerminkan kesediaan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan upaya untuk mendukung pelaksanaan Perda KTR mencapai
72
89,4% tergolong baik. Ini berarti komitmen yang baik dari hampir semua pengelola sangat potensial dimanfaatkan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung penerapan Perda KTR pada masing-masing kawasan. Untuk itu harus diikuti oleh respon yang positif oleh SKPD terkait yaitu dinas pariwisita dan juga harus didukung oleh dinas kesehatan. Hasil analisis pengaruh komitmen terhadap kepatuhan mendapatkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara peluang kepatuhan pada hotel yang memiliki komitmen baik dibandingkan kepatuhan hotel yang memiliki pengelola dengan komitmen kurang. Dengan kata lain, berdasarkan data yang dikumpulkan pada penelitian ini tidak ada pengaruh antara komitmen pengelola terhadap kepatuhan. Hasil ini lebih disebabkan karena memang sudah hampir semua pengelola mempunyai komitmen yang baik sehingga pada hasil tabulasi silang, distribusi frekuensi yang dihasilkan menyebabkan seolah-olah tidak ada perbedaan proporsi (peluang kepatuhan). Dalam kasus-kasus seperti ini dimana salah satu proporsi kategori variabel bebas terlalu tinggi mencapai hampir 90% maka desain penelitian ini akan sangat terbatas dalam memperoleh hasil tabulasi silang yang baik untuk menggambarkan hubungan kausa. Dalam berbagai telaah literatur didapatkan komitmen pengelola mempunyai pengaruh yang besar dalam mewujudkan kepatuhan kawasan terhadap Perda KTR. Salah satu contoh sukses penerapan kebijakan KTR yang didasari komitmen yang tinggi dari pihak pengelola adalah penerapan kebijakan KTR di Universitas Kristen Petra (UKP). Komitmen yang tinggi tercermin dari segala upaya yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan KTR, seperti: tidak tersedia tempat khusus untuk
73
merokok di kawasan kampus, tidak ada poster dan segala bentuk promosi rokok baik yang secara nyata maupun terselubung. Selain itu dilakukan penolakan segala bentuk kerjasama dengan perusahaan rokok termasuk sponsor untuk kegiatan seni, olahraga dan kegiatan lain. Penolakan juga dilakukan terhadap beasiswa yang ditawarkan oleh perusahaan untuk mahasiswa. Sehingga Kampus UKP berhasil menjadi satusatunya kampus di Surabaya yang berhasil menerapkan kawasan tanpa rokok (Kemenkes RI, 2011). Implikasi hasil ini terhadap program penanggulangan dampak rokok melalui penerapan Perda KTR bukan berarti dapat mengabaikan faktor komitmen. Justru temuan yang mendapatkan komitmen yang baik dari hampir semua pengelola harus diakomodir dan harus dimanfaatkan dalam melaksanakan berbagai kegiatan seperti sosialisasi dan pendampingan penerapan KTR pada masing-masing kawasan. Dengan modal komitmen yang baik, berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan akan ramai diikuti oleh para pengelola hotel. Sehingga tujuan untuk meningkatkan penegetahuan, sikap dan dukungan pengelola terhadap pelaksanaan Perda KTR lebih cepat tercapai.
6.1.5 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan Penilaian dukungan pengelola merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR. Berbeda dengan beberapa survei kepatuhan yang pernah dilakukan dimana penilaian dukungan hanya menanyakan apakah pengelola mendukung sepenuhnya penerapan Perda KTR, pada penelitian ini dukungan pengelola juga dinilai ada tidaknya dukungan
74
berupa kegiatan atau kebijakan yang dibuat di hotel yang dikelola mendukung pelaksanaan Perda KTR. Salah satu bentuk kebijakan yang dibuat mendukung Perda KTR adalah adanya kebijakan atau aturan lokal yang berlaku di hotel tersebut agar tamu, pengunjung dan karyawan supaya tidak merokok disembarang tempat, baik dengan atau tanpa disertai denda. Dengan kata lain hasil penilaian dukungan pada penelitian ini lebih kongkrit dengan mencerminkan adanya aspek perilaku. Dengan penambahan kriteria untuk menilai dukungan tersebut maka hasil penelitian ini sedikit berbeda dimana pengelola dengan dukungan baik sebesar 59,6%. Pada penelitian lain seperti di Kota Bogor dukungan pengelola semua kawasan mencapai lebih dari 90% dan di Provinsi Bali penelitian yang dilakukan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unud pada tahun 2013 mendapat dukungan pengelola hotel di Bali mencapai 78,6%. Hasil ini dapat mencerminkan bahwa sebagian besar pengelola hotel berbintang di Kabupaten Badung telah mempunyai dukungan yang lebih kongkrit dalam bentuk kegiatan atau kebijakan lokal yang mendukung pelaksanaan Perda KTR. Dukungan pengelola terbukti mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR. Kepatuhan hotel berbintang dengan pengelola yang memiliki dukungan baik mencapai 22,6% sedangkan kepatuhan hotel dengan pengelola yang memiliki dukungan baik hanya sebesar 4,8%. Berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan Cox Regresi didapatkan pengaruh independent dukungan terhadap kepatuhan sangat kuat yang tercermin dari prevalens ratio sebesar 4,25 yang artinya peluang patuh pada hotel dengan dukungan pengelola yang baik 4,25 kali dibandingkan peluang patuh pada hotel
75
dengan dukungan pengelola yang kurang. Berdasarkan hasil uji statistik, pengaruh dukungan pengelola ini dinyatakan bermakna. Selain itu, berdasarkan analisis tambahan ternyata dukungan pengelola yang baik dipengaruhi oleh faktor pengetahuan pengelola yang baik dan adanya himbauan dari organisasi yang menaungi seperti PHRI dan BHA agar menerapkan Perda KTR. Hasil penelitian ini mempunyai implikasi penting terhadap program pengendalian
dampak
rokok
melaui
implementasi
Perda
KTR.
Perlu
dipertimbangkan berbagai strategi untuk mendorong pengelola membuat kegiatan atau membuat kebijakan lokal yang mendukung KTR seperti adanya denda terhadap tamu, pengunjung dan karyawan yang kedapatan merokok ditempat yang tak semestinya. Membentuk tim pengawas internal yang berfungsi sebagai teladan, melakukan pembinaan dan menegakkan kebijakan KTR pada kawasannya. Pengawasan internal sebenarnya sudah diamanatkan dalam Perda KTR sebagai salah satu komponen pembina dan penegak Perda KTR pada masingmasing kawasan. Pada penelitian ini didapatkan baru sebagian kecil (28,9%) hotel berbintang melakukan kegiatan berupa pengawasan internal terhadap pelaksanaan Perda KTR. Hal ini perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut dari SKPD yaitu dinas pariwisata dan didukung oleh dinas kesehatan agar secara berkala mengadvokasi pengelola hotel agar membentuk tim pengawas internal pada masing-masing hotel yang dikelolanya. Penting dipertimbangkan melakukan pendampingan pada masing-masing hotel dalam pembentukan dan pelaksanaan pengawasan internal agar sesuai seperti yang diamanatkan Peda KTR.
76
6.1.6 Pengaruh Perilaku Merokok Pengelola Terhadap Kepatuhan Perilaku merokok pengelola sangat menarik untuk diteliti karena tentu sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan Perda KTR pada kawasan yang dikelolanya. Hasil penelitian mendapatkan 22 orang (21,2%) pengelola hotel berbintang merokok dan ternyata semua pengelola yang mempunyai kebiasaan merokok ini adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil studi prevalensi merokok Riskesdas tahun 2010 bahwa prevalensi merokok di Provinsi Bali sebesar 31% dan sebagian besar perokok berjenis kelamin laki-laki. Perilaku atau kebiasaan merokok pengelola mempunyai pengaruh negatif atau menghambat kepatuhan hotel. Tidak ada hotel berbintang yang patuh terhadap pelaksanaan Perda KTR jika dikelola oleh orang meroko, dengan kata lain peluang hotel patuh jika pengelolanya merokok sebesar 0,0%. Sedangkan peluang patuh pada hotel yang pengelolanya tidak merokok mencapai 19,5%. Pengaruh negatif dari perilaku merokok pengelola terhadap kepatuhan bermakna secara statistik. Dengan kata lain hampir tidak mungkin hotel akan patuh terhadap pelaksanaan Perda KTR jika pengelolanya mempunyai kebiasaan merokok. Temuan ini didukung hasil penelusuran terhadap tempat-tempat dimana biasanya merokok. Diketahui bahwa 22,7% dari pengelola yang merokok tersebut merokok ditempat kerja dan 63,6% merokok di dalam rumah. Menimbang jumlah pengelola yang memiliki perilaku merokok cukup banyak maka temuan ini memberi tantangan tersendiri dalam upaya meningkatkan kepatuhan hotel terhadap pelaksanaan Perda KTR. Perlu langkah jitu untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada pengelola yang merokok
77
tentang bahaya asap rokok baik terhadap diri sendiri maupun orang disekitarnya. Harapannya, dengan memberikan pemahaman tersebut mereka akan secara suka rela dan muncul niat yang serius dari dalam diri mereka untuk berhenti merokok. Kalaupun belum bisa untuk berhenti merokok setidaknya mereka akan lebih sadar bahwa orang lain yang tidak merokok harus dilindungi haknya menghirup udara bersih dan sehat tanpa asap rokok. Dengan demikian, hotel yang dikelola bisa patuh terhadap pelaksanaan Perda KTR.
6.1.7 Pengaruh Himbauan Organisasi Terhadap Kepatuhan Peran pernah tidaknya pengelola mendapat himbauan organisasi tempat mereka bernaung sangat penting dalam upaya yang dilakukan untuk kepatuhan pelaksanaan Perda KTR. Hal ini sama seperti himbauan oraganisasi profesi dokter (IDI) yang sangat kuat pengaruhnya terhadap para dokter berpartisipasi dalam suatu program kesehatan dan peran penting himbauan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) agar para bidan berperan aktif dalam upaya kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Himbauan dari organisasi seperti Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) atau dari Bali Hotel Association (BHA) agar anggotanya melaksanakan Perda KTR menujukkan kepedulian mereka terhadap permasalahan di masyarakat. Selain itu dapat menjadi indikator apakah SKPD terkait sudah mengadvokasi organisasi-organisasi ini supaya mendorong anggotanya melaksanakan Perda KTR. Karena bila SKPD terkait sudah melakukan advokasi yang benar pada suatu organisasi maka tentu akan diteruskan dan dihimbau kepada semua anggotanya agar ikut berpartisipasi.
78
Hasil penelitian menunjukkan hanya 31 orang dari 104 atau 29,8% hotel yang pengelolanya merasa mendapat himbauan dari organisasi yang menaungi untuk melaksanakan Perda KTR. Hal ini mencerminkan masih kurangnya upaya untuk mendekati dan melakukan advokasi terhadap organisasi potensial serta kurangnya respon dari organisasi yang menanungi untuk menyampaikan pelaksanaan Perda KTR kepada anggotanya. Padahal berdasarkan analisis pengaruh himbauan organisasi terhadap kepatuhan ada perbedaan kepatuhan hotel berbintang antara pengelola yang pernah mendapat himbauan oraganisasi sebesar 22,6% dibandingkan kepatuhan hotel berbintang yang pengelolanya belum pernah mendapat himbauan organisasi, sebesar 12,3 %. Hal ini menujukkan adanya himbauan organisasi akan meningkatkan kepatuhan hotel yang dikelolanya terhadap pelaksanaan Perda KTR. Berdasarkan uji statistik adanya pengaruh himbauan organisasi secara langsung terhadap kepatuhan tidak bermakna tetapi penting melihat hasil analisis tambahan yang mendapatkan bahwa ternyata himbauan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap dukungan pengelola yang baik dalam pelaksanaan Perda KTR. Adanya himbauan organisasi kepada pengelola akan diikuti dukungan yang nyata berupa pembuatan kegiatan dan kebijakan lokal yang mendukung pelaksanaan Perda KTR. Hasil ini mempunyai implikasi yang penting dalam memberi masukkan untuk menyukseskan implementasi Perda KTR di masa depan. Untuk itu segala bentuk kegiatan pendekatan dan advokasi terhadap organisasi yang menanungi suatu kawasan wajib dilakukan. Dalam melakukan kegiatan sosialisasi, pemberian dan pemasangan tanda KTR, pembinaan dan pendampingan dalam melaksanakan
79
Perda KTR di masing-masing kawasan, inspeksi mendadak (sidak) dan kegiatan lain untuk penegakkan Perda sangat penting melibatkan dan mengikutkan perwakilan dari pengurus organisasi. Tidak hanya tim pembina dari SKPD yang berbicara dam setiap kegiatan tetapi perwakilan organisasi harus diberikan kesempatan untuk mengisi materi, berbicara dan menghimbau anggotanya dalam setiap kegiatan.
6.2 Keterbatasan Penelitian Dalam setiap penelitian tentu tidak akan bisa sepenuhnya bisa terbebas dari berbagai keterbatasan, begitu pula dengan penelitian ini. Sangat penting dibahas terlebih dahulu tentang keterbatasan penelitian sebelum lebih jauh membahas tentang hasil penelitian. Pembahasan tentang keterbatasan penelitian akan meliputi keterbatasan sebagai akibat pemilihan rancangan penelitian dan pembahasan tentang kualitas data yang dihasilkan. Sedangkan kemungkinan adanya bias baik bias seleksi maupun bias pengukuran, karena hal ini akan mempengaruhi hasil penelitian akan dibahas pada sub bab pembahasan hasil penelitian.
6.2.1 Rancangan penelitian Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan yang digunakan adalah cross-sectional analitik. Pertimbangan pemilihan rancangan penelitian karena waktu penelitian yang jauh lebih singkat, biaya yang diperlukan lebih murah dan bisa digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadinya variabel tergantung (kepatuhan terhadap Perda KTR). Keterbatasan penelitian sebagai
80
akibat dari pemilihan rancangan penelitian ini adalah tidak mampu membuktikan salah satu kriteria hubungan kausa adanya temporal relationship. Walaupun penelitian ini memiliki kelemahan tidak bisa menjelaskan adanya hubungan temporal tetapi masih bisa membuktikan beberapa kriteria AB Hill lainnya. Salah satu kriteria hubungan kausa yang bisa dibuktikan adalah kriteria hubungan kausa yang pertama yaitu membuktikan kuatnya hubungan berdasarkan ukuran asosiasi. Ukuran asosiasi yang digunakan pada penelitian ini adalah prevalen ratio yang membandingkan dua buah prevalensi. Prevalen ratio pada penelitian ini adalah perbandingan prevalensi terjadinya kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada masing-masing kelompok faktor pengelola. Selain itu kriteria hubungan kausa yang lain seperti adanya konsistensi, spesifik, koheren dan analogi bisa terpenuhi.
6.2.2 Kualitas data Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan kuesioner terstruktur. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi yang telah baku digunakan untuk mengukur kepatuhan terhadap Perda KTR di beberapa kabupaten/kota di Indonesia yang telah mempunyai Perda KTR. Lembar observasi ini juga telah 2 kali digunakan di Provinsi Bali untuk mengukur kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PSIKM) FK Unud. Kuesioner yang digunakan untuk wawancara dengan pengelola telah dikembangkan berdasarkan definisi operasional yang jelas dan setiap pertanyaan telah mewakili poin-poin yang harus diukur pada
81
masing-masing variabel. Pertanyaan pada kuesioner sebagian besar adalah pertanyaan tertutup dengan 2 atau 3 pilihan jawaban sehingga memudahkan responden untuk menjawab. Sebelum turun kelapangan kuesioner telah dicobakan pada saat latihan surveyor. Hasilnya semua pertanyaan bisa dimengerti dengan baik dan tidak memberikan makna ganda atau ambigu. Berdasarkan penilaian terhadap instrumen yang digunakan maka data yang dihasilkan dapat dijamin kualitasnya. Dilihat dari surveyor yang mengumpulkan data, mereka merupakan mahasiswa strata 1 di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PSIKM) FK Unud dan telah berpengalaman dalam 2 kali penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan Perda KTR di beberapa kawasan di Provinsi Bali sebelumnya. Selain itu 8 orang surveiyor yang mengumpulkan data merupakan surveyor yang diseleksi dan dilatih untuk melakukan observasi serta wawancara dengan pengelola sebelum turun ke lapangan. Mempertimbangkan hal tersebut maka dilihat dari personil pengumpul data dapat dikatakan bahwa kualitas data yang berhasil dikumpulkan dapat dijamin validitasnya.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat dibuat beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Pengetahuan pengelola yang baik tentang Perda KTR meningkat kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang sebesar 2 kali. 2. Sikap pengelola yang baik terhadap Perda KTR meningkatkan kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang sebesar 2,5 kali. 3. Komitmen pengelola tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang. 4. Perilaku merokok pengelola sangat menghambat kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang. 5. Dukungan pengelola yang nyata terutama berupa adanya kegiatan, kebijakan lokal dan pengawasan internal meningkatkan kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang sebesar 4,25. 6. Himbauan organisasi meningkatkan kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang sebesar 1,8 kali.
7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan terutama pembahasan implikasi hasil penelitian terhadap upaya menyukseskan implementasi Perda KTR dan berdasarkan simpulan yang diambil maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut:
82
83
1. Untuk meningkatkan kepatuhan pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang berdasarkan kriteria yang belum sesuai, penting untuk meningkatkan cakupan keberadaan tanda yang memenuhi syarat dan mengadvokasi pengelola supaya tidak menyediakan asbak dan tidak membuat tempat khusus merokok di dalam gedung. Selain itu perlu disepakati mekanisme siapa yang mengadakan tanda dan menditribusikan, Dinas Pariwisata, BHA atau masing-masing hotel buat sendiri. 2. Segala upaya dan kegiatan menyukseskan implementasi Perda KTR seperti sosialisasi, pembinaan dan pendampingan wajib dilakukan oleh dinas pariwisata, dinas kesehatan dan Satpol PP secara berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, sikap dan dukungan nyata pengelola terhada pelaksanaan Perda KTR. 3. Perlu melakukan pendekatan, diskusi terarah dan advokasi tentang bahaya rokok kepada pengelola terutama yang mempunyai perilaku merokok supaya timbul keinginan untuk tidak atau berhenti merokok. Sehingga bisa menjadi role model dan bisa meningkatkan komitmen dalam upaya penerapan KTR 4. Sangat penting melibatkan dan mengikutkan perwakilan dari pengurus organisasi tempat pengelola bernaung dalam kegiatan menyukseskan implementasi Perda KTR yang diselenggarakan tim pembina. Pada kegiatan-kegiatan tersebut penting perwakilan organisasi diberikan kesempatan berbicara dan menghimbau anggotanya untuk memberikan dukungan nyata dalam pelaksanaan Perda KTR. Organisasi seyogyanya
84
menghimbau anggota untuk menyebarluaskan informasi terkait KTR dan penerapannya kepada semua stakeholder dari hotel yang dikelolanya 5. Penting
melakukan
evaluasi
secara
berkala
terhadap
kepatuhan
pelaksaanaan Perda KTR melalui studi kepatuhan atau studi analitik dalam bentuk penelitian operasional yang bertujuan memberi masukan dan memperbaiki upaya menyukseskan implementasi Perda KTR. 6. Sanksi yang tercantum bagi pelanggar Perda KTR harus ditegakkan terutama saat inpeksi mendadak (sidak) yang dilakukan pada Satpol pada 7 kawasan. Tindak pidana ringan (tipiring) agar secara tegas diberikan kepada para pelanggar supaya memberi efek jera.
85
DAFTAR PUSTAKA Avianti K, 2009. Hubungan Pengatahuan dan Sikap dengan Gaya Hidup Mahasiswa S1 Peminatan Promosi Kesehatan.Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Baron-Epel, O., Satran, C., Cohen, V., Drach-Zehavi, A., & Hovell, M. F. (2012). Challenges for the smoking ban in Israeli pubs and bars: analysis guided by the behavioral ecological model. Israel Journal of Health Policy Research, 1(1), 28. doi:10.1186/2045-4015-1-28 CDC, 2004. Indoor air quality in hospitality venues before and after implementation of a clean indoor air law—western New York, 2003. MMWR 2004;53:1038–41. Chang, S.-H., Delgermaa, V., Mungun-Ulzii, K., Erdenekhuu, N., Odkhuu, E., & Huang, S.-L. (2009). Support for smoke-free policy among restaurant owners and managers in Ulaanbaatar, Mongolia. Tobacco control, 18(6), 479–84. Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2012), Direktori 2012: Hotel Bintang, Hotel Melati Dan Pondok Wisata, Denpasar, Fabian, L. E. a, Bernat, D. H., Lenk, K. M., Shi, Q., & Forster, J. L. (2011). Smoke-free laws in bars and restaurants: does support among teens and young adults change after astatewide smoke-free law? Public health reports (Washington, D.C. : 1974), 126(5), 669–76. Retrieved from http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?arti d=3151184&tool=pmcentrez&rendertype=abstract International Union Against Tubreculosis and Lung Desease, John Hopkins Bloomberg School of Public Health, 2011, Assessing Compliance with Smoke-Free Laws: A “How-to” Guide for Conducting Compliance Studies. Kemenkes RI, Pusat Promosi Kesehatan 2011, Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, edisi kedua, Jakarta Kemenkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2008, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta. Kemenkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2011, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta. Kosen S, 2012. Current Burden and Economic Costs of Major Tobacco Attributed Diseases in Indonesia. Presented at The World Conference on Tobacco or Health (WCTOH) 2012, Sdafingapore 20-24 march 2012.
86
Liu, R. L., Yang, Y., Travers, M. J., Fong, G. T., Connor, R. J. O., Hyland, A., Jiang, Y. 2010. A cross-sectional study on levels of second-hand smoke in restaurants and bars in five cities in China, 19(Suppl 2), 24–29. Lwanga S.K. dan Lameshow S., 1997, Sample Size Determination in Health Studies: A Practical Manual, WHO, Geneva, pp 56-60. Naing, N., et.al. 2004. Factors Related to Smoking Habits of Male Adolescent. Tobacco Induced Diseases Vol. 2, No.3: 133-140 (2004). (diakses tanggal 5 Pebruari 2014)] Available from: http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1617-9625-2-3133.pdf Notoadmojo, S., 2003, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Cetakan Kedua. Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta. Notoadmojo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Office of tobacco control, 2004, Smoke-Free Workplace Legislation Implementation Report, May 2004, Clane, Co Kildare. Pemerintah Daerah Provinsi Bali, 2011, Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Denpasar. Reimondos A. Dkk, 2010, Merokok dan Penduduk Dewasa Muda di Indonesia, The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Survey: Policy Background No. 2. Setiadji, B. 2009. Pengaruh promosi kesehatan terhadap perilaku merokok pada pekerja informal : studi kasus tukang ojek. Disertasi Fakultas kesehatan masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. Scollo, M., Lal, a, Hyland, a, & Glantz, S. (2003). Review of the quality of studies on the economic effects of smoke-free policies on the hospitality industry. Tobacco control, 12(1), 13–20. Retrieved from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1759095&tool=pmcen trez&rendertype=abstract TCSC-IAKMI, 2011, Buku 1: Pedoman, Pengawasan/Penegakan Hukum Perda Kawasan Tanpa Rokok, Jakarta. Tobacco Control Support Centre (TCSC) Indonesia, 2010, Buku Kendali Tembakau Tani, Jakarta.
87
Lam TH, M Janghorbani, A J Hedley, S Y Ho, S M McGhee, B Chan (2002) Public opinion on smoke-free policies in restaurants and predicted effect on patronage in Hong Kong. Tob Control 2002;11:195-200 doi:10.1136/tc.11.3.195. Vardavas CI, Agaku I, Patelarou E, Anagnostopoulos N, Nakou C, et al. (2013) Ashtrays and Signage as Determinants of a Smoke-Free Legislation’s Success. PLoS ONE 8(9): e72945. doi:10.1371/journal.pone.0072945. Wahidien, A. M., Sudirman Nasir, & Rachman, W. A. (2007). Perilaku Merokok Pengemudi Ojek di Perumahan Taman Telkomas Kota Makassar. Wakefield, M., Siahpush, M., Scollo, M., Lal, A., Hyland, A., McCaul, K., & Miller, C. (2002). The effect of a smoke-free law on restaurant business in South Australia. Australian and New Zealand journal of public health, 26, 375–382. WHO (World Health Organisation) (2011). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2011. Accessed 11 December Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789240687813_eng.pdf WHO (World Health Organisation), 2012, WHO Global Report: Mortality Attributable to Tobacco.
88 Form Observasi Survei Kepatuhan Perda Pemprov Bali No.10 Tahun 2011 Tentang KTR No. observer : [
]
Tgl berkunjung: ___:___:___
No. kuesioner : [ Jam : ___:___ Hasil observasi :
] [
]
Alasan bila tidak lengkap : 1. Tidak diijinkan memasuki gedung 2.Lainnya_______________________ [
]
Dilakukan pengambilan foto :
[
]
[
]
1. Ya
1. Lengkap
0. Tidak lengkap
0.Tidak
A. Informasi Umum A.1. Jenis KTR:________________________ [
]
A.2. Nama Institusi :_____________________
A.3. Alamat:___________________________
A.4. Desa:_____________________________
A.5. Kecamatan:_______________________
A.6. Kabupaten:________________________
A.7. Jumlah gedung di KTR
[
]
B. Indikator KTR Gedung Indikator Dalam Ruangan A* B.1
Ada tanda dilarang merokok di pintu masuk utama
B.2
Ada tanda dilarang merokok di dalam gedung
B.3
Tertulis Perda KTR pada tanda tersebut
B.4
Tertulis sanksi bagi pelanggar pada tanda tersebut
B.5
Ada tempat khusus merokok di dalam gedung
B.6
Ada orang yang merokok di dalam gedung
B.7
Ada puntung rokok yang terlihat di dalam gedung
B.8
Ada asbak atau sejenisnya di dalam gedung
B.9
Tercium bau asap rokok di dalam gedung
B.10
Ada item atau barang apapun dengan promosi rokok (seperti serbet, gelas, tatakan gelas, poster, banner, dll)
B.11
Ada kegiatan menjual rokok di dalam dan luar gedung
Keterangan**
B*
Keterangan**
C*
Keterangan**
C. Wawancara dengan pengelola C.1
Apakah anda sudah pernah mendapat informasi tentang Perda KTR sebelumnya?
[
]*
C.2
Apakah anda tahu bahwa Perda KTR melarang merokok di dalam ruangan di tempat apapun?
[
]*
C.3
Apakah anda mendukung penerapan Perda KTR di tempat yang dikelola?
[
]*
C.4
Apakah anda tahu bahwa Perda KTR harus diterapkan oleh pengelola gedung?
[
]*
C.5
Apakah anda sudah mulai menerapkan KTR di tempat yang dikelola?
[
]*
C.6
Apakah dalam melaksanakan Perda KTR ada sistem pengawasan internal yang diterapkan
[
]*
C.7
Apa saja hambatan dalam menerapkan Perda KTR
C.8 Apa solusi yg mungkin untuk menerapkan Perda KTR
1.
1.
2.
2.
3.
3.
Bila jawaban Tidak lonjat ke C.7
*Tulis 1 bila Ya, 0 bila tidak dan 9 bila tidak diobservasi ; **tuliskan tempat ditemukan seperti lobby, ruang kerja, pantry, toilet, dll Catatan***: …………………………………………………………………………………………………….... …………………………………………………………………………………………………….... Petugas (observer)
(
Penerima
)
(
)
89 Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap, Komitmen dan Dukungan Pengelola Hotel Terhadap Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Nama hotel:___________________________ A. Karakteristik 1. Umur
:
th
2. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Pendidikan
:
1. SD
2. SMP
3.SMA.
4. Jabatan
:
1. Manager
2.Pemilik
3. Lainnya, sebutkan_________________
4. S1
5.S2
6.S3
B. Pengetahuan 1. Menurut anda, apakah Perda KTR bertujuan untuk melarang orang merokok? 1. Ya
2. Tidak
2. Menurut anda, tempat apa saja yang masuk dalam KTR? (Biarkan responden menyebutkan terlebih dahulu, bila sudah diam baru diprobing) a. Tempat pelayanan kesehatan?
1. Ya
2. Tidak
b. Tempat belajar mengajar?
1. Ya
2. Tidak
c. Tempat anak bermain?
1. Ya
2. Tidak
d. Tempat ibadah?
1. Ya
2. Tidak
e. Angkutan umum?
1. Ya
2. Tidak
f. Tempat kerja?
1. Ya
2. Tidak
g. Tempat umum?
1. Ya
2. Tidak
3. Menurut anda apakah hotel termasuk dalam KTR? 1. Ya
2. Tidak
4. Menurut anda, apa saja kegiatan yang dilarang dalam perda KTR? a. Merokok di dalam gedung?
1. Ya
2. Tidak
b. Menyediakan asbak di dalam gedung?
1. Ya
2. Tidak
5. Menurut anda apakah diperbolehkan membuat area khusus merokok didalam gedung pada KTR? 1. Ya
2. Tidak
6. Menurut anda siapakah yang bertanggung jawab dalam penerapan Perda KTR di tiap kawasan? 1. Pengunjung
2. Pengelola
3. Lainnya, sebutkan____________ 4. Tidak tahu
90 7. Menurut anda apakah pelanggar Perda KTR dapat dikenakan sanksi? 1. Ya
2. Tidak
8. Bila ada pelanggaran terhadap Perda KTR dalam gedung yang dikelola, Apakah pengelola bisa kenakan sanksi? 1. Ya
2. Tidak
C. Sikap 1. Asap rokok tidak hanya berdampak pada perokok tetapi juga pada orang disekitarnya 1. Setuju
2. Tidak Setuju
2. Kegiatan merokok di dalam ruangan di tempat apapun harus dilarang 1. Setuju
2. Tidak Setuju
3. Perda KTR dibuat bukan untuk melarang orang merokok tetapi untuk mengatur. 1. Setuju
2. Tidak Setuju
4. Penerapan Perda KTR pada masing-masing kawasan merupakan tanggung jawab pengelola 1. Setuju
2. Tidak Setuju
5. Menurut pendapat anda bagaimanakah dampak penerapan Perda KTR terhadap pendapatan hotel 1. Meningkat 2. Menurun
3. Tidak berdampak apa-apa
6. Menurut pendapat anda bagaimanakah dampak penerapan Perda KTR terhadap kelangsungan bisnis hotel di masa depan? 1. Positif
2. Negatif
3. Tidak berdampak apa-apa
D. Komitmen 1. Bila suatu saat diundang mengikuti acara sosialisasi Perda KTR, apakah anda akan datang? 1. Ya
2. Tidak
2. Bila Team Perda KTR datang melakukan pendampingan pelaksanaan KTR di tempat yang anda kelola, apakah anda bersedia mengikuti? 1. Ya
2. Tidak
3. Apakah anda akan berupaya memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menyukseskan pelaksanaan Perda KTR di kawasan yang anda kelola? 1. Ya
2. Tidak
91 E. Dukungan 1. Apakah anda mendukung sepenuhnya penerapan Perda KTR di Hotel? 1. Ya
2. Tidak
2. Bila Tidak, apa alasan anda tidak mendukung? .............................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................. 3. Bila Ya, apakah ada kegiatan atau kebijakan mendukung Perda KTR yang pernah dibuat dalam mengelola hotel? 1. Ya
2. Tidak
F. Himbauan Organisasi 1. Apakah anda pernah mendapat himbauan dari organisasi yang menaungi (seperti PHRI dan BHA) agar menerapkan Perda KTR? 1. Ya
2. Tidak
2. Bila Ya, dalam bentuk apa himbauan tersebut 1. Surat resmi
2. Email
3. Selebaran
4. Lainnya, sebutkan________
G. Prilaku merokok 1. Apakah anda merokok? 1. Ya
2. Tidak
2. Bila Ya, Berapa batang rokok yang dikonsumsi tiap hari? _____________batang 3. Apakah anda juga merokok saat berada di dalam ruang kerja? 1. Ya
2. Tidak
4. Apakah anda juga merokok saat berada di dalam rumah? 1. Ya
2. Tidak
92 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------name:
log: C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\UP Devhy\Data\hasil analisis stata.log log type: text opened on: 2 Jun 2014, 09:44:19 . tab umur umur | Freq. Percent Cum. ------------+---------------------------------->=40th) | 53 50.96 50.96 <40th | 51 49.04 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab jeniskel jeniskel | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Perempuan | 31 29.81 29.81 Laki-laki | 73 70.19 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pendidikan pendidikan | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------SMA | 6 5.77 5.77 S1 | 96 92.31 98.08 S2 | 2 1.92 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab bintang bintang | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------2 | 1 0.96 0.96 3 | 39 37.50 38.46 4 | 44 42.31 80.77 5 | 20 19.23 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab jabatan jabatan | Freq. Percent Cum. ------------------------+----------------------------------Manager/Asisten Manager | 41 39.42 39.42 Pemilik | 3 2.88 42.31 Lainnya | 60 57.69 100.00 ------------------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab a43sebutka
93
a43sebutka | Freq. Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------FO | 26 42.62 42.62 HRD | 31 50.82 93.44 MARKETING | 1 1.64 95.08 Room division | 2 3.28 98.36 chif akuntan | 1 1.64 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 61 100.00 . tab tanda Ada tanda | dilarang | merokok | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 63 60.58 60.58 Ya | 41 39.42 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab b6 Ada orang | yang | merokok di | dalam | gedung | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 73 70.19 70.19 Ya | 31 29.81 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab b5 Ada tempat | khusus | merokok di | dalam | gedung | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 74 71.15 71.15 Ya | 30 28.85 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab b7 Ada puntung | rokok yang | terlihat di | dalam | gedung | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 84 80.77 80.77
94 Ya | 20 19.23 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab ada asbak variable ada not found r(111); . tab b8 Ada asbak | atau | sejenisnya | di dalam | gedung | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 47 45.19 45.19 Ya | 57 54.81 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab b9 Tercium bau | asap rokok | di dalam | gedung | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 94 90.38 90.38 Ya | 10 9.62 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab patuh patuh | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 88 84.62 84.62 Ya | 16 15.38 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab umur patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ | patuh umur | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+--------->=40th) | 47 6 | 53 | 88.68 11.32 | 100.00 -----------+----------------------+---------<40th | 41 10 | 51
95 | 80.39 19.61 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact =
1.3711
Pr = 0.242 0.285 0.184
. tab jenis patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ | patuh jeniskel | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------Perempuan | 23 8 | 31 | 74.19 25.81 | 100.00 -----------+----------------------+---------Laki-laki | 65 8 | 73 | 89.04 10.96 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact =
3.6849
Pr = 0.055 0.075 0.056
. tab pendidikan patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ Enumerating sample-space stage 3: enumerations = stage 2: enumerations = stage 1: enumerations =
combinations: 1 1 0
| patuh pendidikan | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------SMA | 6 0 | 6 | 100.00 0.00 | 100.00 -----------+----------------------+---------S1 | 80 16 | 96 | 83.33 16.67 | 100.00 -----------+----------------------+---------S2 | 2 0 | 2
96 | 100.00 0.00 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(2) = Fisher's exact =
1.5758
Pr = 0.455 0.704
. tab bintang2 patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ | patuh bintang2 | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------2 dan 3 | 37 3 | 40 | 92.50 7.50 | 100.00 -----------+----------------------+---------4 dan 5 | 51 13 | 64 | 79.69 20.31 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact =
3.1041
Pr = 0.078 0.098 0.066
. tab pc1blk Tahu tujuan | Perda KTR | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 40 38.46 38.46 Ya | 64 61.54 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pc23 Tahu | tentang | tempat-temp | at KTR | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 51 49.04 49.04 Ya | 53 50.96 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pc45 Tahu |
97 tentang | kriteria | Patuh thd | Perda KTR | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 53 50.96 50.96 Ya | 51 49.04 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pc6blk Tahu | penangung | jawab | pelaksanaan | Perda KTR | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 30 28.85 28.85 Ya | 74 71.15 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pc78 Tahu | tentang | sanksi bagi | pelanggar | KTR | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 19 18.27 18.27 Ya | 85 81.73 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pengetahuan pengetahuan | pengelola | tentang | Perda KTR | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Kurang | 63 60.58 60.58 Baik | 41 39.42 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pengetahuan patuh, r chi +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ pengetahua |
98 n | pengelola | tentang | patuh Perda KTR | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------Kurang | 56 7 | 63 | 88.89 11.11 | 100.00 -----------+----------------------+---------Baik | 32 9 | 41 | 78.05 21.95 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) =
2.2419
Pr = 0.134
. cs patuh pengetahuan | pengetahuan pengelola | | tentang Perda KTR | | Exposed Unexposed | Total -----------------+------------------------+-----------Cases | 9 7 | 16 Noncases | 32 56 | 88 -----------------+------------------------+-----------Total | 41 63 | 104 | | Risk | .2195122 .1111111 | .1538462 | | | Point estimate | [95% Conf. Interval] |------------------------+-----------------------Risk difference | .1084011 | -.040174 .2569762 Risk ratio | 1.97561 | .7983727 4.888737 Attr. frac. ex. | .4938272 | -.2525478 .7954482 Attr. frac. pop | .2777778 | +------------------------------------------------chi2(1) = 2.24 Pr>chi2 = 0.1343 . tab pd1 Asap | rokokberdamp | ak juga pada | orang | disekitarnya | Freq. Percent Cum. -------------+----------------------------------Tidak Setuju | 3 2.88 2.88 Setuju | 101 97.12 100.00 -------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pd2 merokok di dalam ruangan di tempat apapun harus
| | | | |
99 dilarang | Freq. Percent Cum. -------------+----------------------------------Tidak Setuju | 9 8.65 8.65 Setuju | 95 91.35 100.00 -------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pd3 Perda KTR | dibuat bukan | untuk | melarang | orang | merokok | tetapi untuk | mengatur | Freq. Percent Cum. -------------+----------------------------------Tidak Setuju | 8 7.69 7.69 Setuju | 96 92.31 100.00 -------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pd4 enerapan | Perda KTR | pada | masing-masin | g kawasan | merupakan | tanggung | jawab | pengelola | Freq. Percent Cum. -------------+----------------------------------Tidak Setuju | 11 10.58 10.58 Setuju | 93 89.42 100.00 -------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pd6blk Perda KTR | Tidak | berdampak | negatif thd | pendapatan | hotel | Freq. Percent Cum. -------------+----------------------------------Tidak Setuju | 10 9.62 9.62 Setuju | 94 90.38 100.00 -------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab sikap sikap | Freq. Percent Cum. ------------+-----------------------------------
100 Kurang | 38 36.54 36.54 Baik | 66 63.46 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab sikap patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ | patuh sikap | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------Kurang | 35 3 | 38 | 92.11 7.89 | 100.00 -----------+----------------------+---------Baik | 53 13 | 66 | 80.30 19.70 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact =
2.5804
Pr = 0.108 0.159 0.090
. cs patuh sikap, exact | sikap | | Exposed Unexposed | Total -----------------+------------------------+-----------Cases | 13 3 | 16 Noncases | 53 35 | 88 -----------------+------------------------+-----------Total | 66 38 | 104 | | Risk | .1969697 .0789474 | .1538462 | | | Point estimate | [95% Conf. Interval] |------------------------+-----------------------Risk difference | .1180223 | -.0106519 .2466966 Risk ratio | 2.494949 | .7588292 8.203128 Attr. frac. ex. | .5991903 | -.3178197 .8780953 Attr. frac. pop | .4868421 | +------------------------------------------------1-sided Fisher's exact P = 0.0897 2-sided Fisher's exact P = 0.1586 . tab pe1 diundang mengikuti acara sosialisasi
| | | |
101 Perda KTR, | apakah anda | akan datang | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 9 8.65 8.65 Ya | 95 91.35 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pe2 Team Perda | KTR datang | melakukan | pendampinga | n | pelaksanaan | KTR di | tempat anda | ikut | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 6 5.77 5.77 Ya | 98 94.23 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pe3 anda akan | berupaya | memanfaatka | n sumber | daya yang | dimiliki | untuk | menyukseska | n pel | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 5 4.81 4.81 Ya | 99 95.19 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab komit komitmen | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Kurang | 11 10.58 10.58 Baik | 93 89.42 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab komit patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency |
102 | row percentage | +----------------+ | patuh komitmen | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------Kurang | 9 2 | 11 | 81.82 18.18 | 100.00 -----------+----------------------+---------Baik | 79 14 | 93 | 84.95 15.05 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact =
0.0739
Pr = 0.786 0.676 0.533
. cs patuh komit, exact | komitmen | | Exposed Unexposed | Total -----------------+------------------------+-----------Cases | 14 2 | 16 Noncases | 79 9 | 88 -----------------+------------------------+-----------Total | 93 11 | 104 | | Risk | .1505376 .1818182 | .1538462 | | | Point estimate | [95% Conf. Interval] |------------------------+-----------------------Risk difference | -.0312805 | -.270514 .2079529 Risk ratio | .827957 | .2160719 3.172615 Prev. frac. ex. | .172043 | -2.172615 .7839281 Prev. frac. pop | .1538462 | +------------------------------------------------1-sided Fisher's exact P = 0.5327 2-sided Fisher's exact P = 0.6762 . tab pf1 Apakah anda | mendukung | sepenuhnya | penerapan | Perda KTR | di Hotel | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 2 1.92 1.92 Ya | 102 98.08 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pf2 Alasan bila pf1 dijawab tidak |
Freq.
Percent
Cum.
103 ----------------------------------------+----------------------------------BERPENGARUH KE INCOME HOTEL, TAMU SUKA | 1 50.00 50.00 TAKUT MELANGGAR HAM TAMU UNTUK MEROKOK | 1 50.00 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 2 100.00 . tab pf3 apakah ada | kegiatan | atau | kebijakan | mendukung | Perda KTR | yang pernah | dibuat | dalam | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 40 39.22 39.22 Ya | 62 60.78 100.00 ------------+----------------------------------Total | 102 100.00 . tab c7 Melakukan | pengawasan | internal | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 74 71.15 71.15 Ya | 30 28.85 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab duk dukungan | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Kurang | 42 40.38 40.38 Baik | 62 59.62 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab duk patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ | patuh dukungan | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------Kurang | 40 2 | 42 | 95.24 4.76 | 100.00 -----------+----------------------+----------
104 Baik | 48 14 | 62 | 77.42 22.58 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact =
6.1070
Pr = 0.013 0.014 0.011
. cs patuh duk, exact | dukungan | | Exposed Unexposed | Total -----------------+------------------------+-----------Cases | 14 2 | 16 Noncases | 48 40 | 88 -----------------+------------------------+-----------Total | 62 42 | 104 | | Risk | .2258065 .047619 | .1538462 | | | Point estimate | [95% Conf. Interval] |------------------------+-----------------------Risk difference | .1781874 | .0557965 .3005783 Risk ratio | 4.741935 | 1.13606 19.79293 Attr. frac. ex. | .7891156 | .1197645 .9494769 Attr. frac. pop | .6904762 | +------------------------------------------------1-sided Fisher's exact P = 0.0110 2-sided Fisher's exact P = 0.0137 . tab pg1 pernah | mendapat | himbauan | dari | organisasi | yang | menaungi | (seperti | PHRI dan | BHA) ag | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 73 70.19 70.19 Ya | 31 29.81 100.00 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . tab pm1 Memiliki | kebiasaan | merokok | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 82 78.85 78.85 Ya | 22 21.15 100.00
105 ------------+----------------------------------Total | 104 100.00 . sum pm2 Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max -------------+-------------------------------------------------------pm2 | 22 8.227273 8.176225 1 32 . tab pm3 merokok | saat berada | di dalam | ruang kerja | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 17 77.27 77.27 Ya | 5 22.73 100.00 ------------+----------------------------------Total | 22 100.00 . tab pm4 merokok | saat berada | di dalam | rumah | Freq. Percent Cum. ------------+----------------------------------Tidak | 8 36.36 36.36 Ya | 14 63.64 100.00 ------------+----------------------------------Total | 22 100.00 . tab pm1 patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ Memiliki | kebiasaan | patuh merokok | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------Tidak | 66 16 | 82 | 80.49 19.51 | 100.00 -----------+----------------------+---------Ya | 22 0 | 22 | 100.00 0.00 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact =
5.0732
Pr = 0.024 0.021 0.016
106
. cs patuh pm1, exact | Memiliki kebiasaan | | merokok | | Exposed Unexposed | Total -----------------+------------------------+-----------Cases | 0 16 | 16 Noncases | 22 66 | 88 -----------------+------------------------+-----------Total | 22 82 | 104 | | Risk | 0 .195122 | .1538462 | | | Point estimate | [95% Conf. Interval] |------------------------+-----------------------Risk difference | -.195122 | -.2808967 -.1093472 Risk ratio | 0 | . . Prev. frac. ex. | 1 | . . Prev. frac. pop | .2115385 | +------------------------------------------------1-sided Fisher's exact P = 0.0157 2-sided Fisher's exact P = 0.0208 . tab pg1 patuh, r chi exact +----------------+ | Key | |----------------| | frequency | | row percentage | +----------------+ pernah | mendapat | himbauan | dari | organisasi | yang | menaungi | (seperti | PHRI dan | patuh BHA) ag | Tidak Ya | Total -----------+----------------------+---------Tidak | 64 9 | 73 | 87.67 12.33 | 100.00 -----------+----------------------+---------Ya | 24 7 | 31 | 77.42 22.58 | 100.00 -----------+----------------------+---------Total | 88 16 | 104 | 84.62 15.38 | 100.00 Pearson chi2(1) = Fisher's exact = 1-sided Fisher's exact = . cs patuh pg1
1.7568
Pr = 0.185 0.236 0.152
107
| pernah mendapat himbauan| | dari organisasi yang | | menaungi [seperti PHRI | | dan BHA] ag | | Exposed Unexposed | Total -----------------+------------------------+-----------Cases | 7 9 | 16 Noncases | 24 64 | 88 -----------------+------------------------+-----------Total | 31 73 | 104 | | Risk | .2258065 .1232877 | .1538462 | | | Point estimate | [95% Conf. Interval] |------------------------+-----------------------Risk difference | .1025188 | -.0628625 .2679001 Risk ratio | 1.831541 | .7492009 4.477495 Attr. frac. ex. | .4540117 | -.3347555 .7766608 Attr. frac. pop | .1986301 | +------------------------------------------------chi2(1) = 1.76 Pr>chi2 = 0.1850 . poisson patuh duk pm1, irr robust Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration
0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8:
log log log log log log log log log
pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood
= = = = = = = = =
-40.007922 -39.614194 -39.5885 -39.582204 -39.580858 -39.580515 -39.58045 -39.580438 -39.580437
Poisson regression
Number of obs Wald chi2(2) Prob > chi2 Pseudo R2
Log pseudolikelihood = -39.580437
= = = =
104 2556.54 0.0000 0.1386
-----------------------------------------------------------------------------| Robust patuh | IRR Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------dukungan | 4.25363 3.08 2.00 0.046 1.029 17.58345 pm1 | 5.75e-08 1.95e-08 -49.18 0.000 2.96e-08 1.12e-07 _cons | .0645368 .0443373 -3.99 0.000 .016789 .2480791 -----------------------------------------------------------------------------. poisson patuh duk pm1 bintang2, irr robust Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration
0: 1: 2: 3: 4: 5: 6:
log log log log log log log
pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood
= = = = = = =
-39.459966 -39.068894 -39.043176 -39.036892 -39.035551 -39.035216 -39.035149
108 Iteration 7: Iteration 8:
log pseudolikelihood = -39.035135 log pseudolikelihood = -39.035132
Poisson regression
Number of obs Wald chi2(3) Prob > chi2 Pseudo R2
Log pseudolikelihood = -39.035132
= = = =
104 2192.21 0.0000 0.1505
-----------------------------------------------------------------------------| Robust patuh | IRR Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------dukungan | 3.771411 2.833069 1.77 0.077 .8651366 16.44081 pm1 | 1.70e-07 5.97e-08 -44.38 0.000 8.54e-08 3.38e-07 bintang2 | 1.888625 1.14558 1.05 0.295 .5752196 6.200943 _cons | .0442578 .0299857 -4.60 0.000 .0117295 .1669934 -----------------------------------------------------------------------------. poisson patuh duk pm1 jenis, irr robust Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration
0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8:
log log log log log log log log log
pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood
= = = = = = = = =
-39.466764 -39.094391 -39.066503 -39.060111 -39.058996 -39.058741 -39.058678 -39.058666 -39.058663
Poisson regression
Number of obs Wald chi2(3) Prob > chi2 Pseudo R2
Log pseudolikelihood = -39.058663
= = = =
104 2223.94 0.0000 0.1500
-----------------------------------------------------------------------------| Robust patuh | IRR Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------dukungan | 4.286999 3.036588 2.05 0.040 1.069612 17.18227 pm1 | 2.39e-07 9.42e-08 -38.71 0.000 1.11e-07 5.17e-07 jeniskel | .598383 .259018 -1.19 0.235 .2561683 1.397762 _cons | .0856076 .0662229 -3.18 0.001 .0187955 .3899162 -----------------------------------------------------------------------------. poisson patuh duk pm1 umur, irr robust Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration
0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8:
log log log log log log log log log
Poisson regression
pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood
= = = = = = = = =
-39.207099 -38.820282 -38.795677 -38.789676 -38.788359 -38.78804 -38.787975 -38.787964 -38.787963 Number of obs
=
104
109 Wald chi2(3) Prob > chi2 Pseudo R2
Log pseudolikelihood = -38.787963
= = =
2505.26 0.0000 0.1558
-----------------------------------------------------------------------------| Robust patuh | IRR Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------dukungan | 4.202935 2.996326 2.01 0.044 1.03925 16.9975 pm1 | 5.32e-08 1.85e-08 -48.10 0.000 2.69e-08 1.05e-07 umur | 1.893146 .8596735 1.41 0.160 .7774194 4.610127 _cons | .0459867 .0298029 -4.75 0.000 .0129118 .1637859 -----------------------------------------------------------------------------. poisson patuh duk pm1 sikap, irr robust Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration
0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8:
log log log log log log log log log
pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood
= = = = = = = = =
-39.537768 -39.144084 -39.11782 -39.111127 -39.110018 -39.109753 -39.109693 -39.10968 -39.109678
Poisson regression
Number of obs Wald chi2(3) Prob > chi2 Pseudo R2
Log pseudolikelihood = -39.109678
= = = =
104 2398.28 0.0000 0.1488
-----------------------------------------------------------------------------| Robust patuh | IRR Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------dukungan | 3.941528 2.906109 1.86 0.063 .9291149 16.72091 pm1 | 8.10e-08 2.85e-08 -46.31 0.000 4.06e-08 1.62e-07 sikap | 1.803289 1.065907 1.00 0.319 .5661453 5.743844 _cons | .0440025 .0307947 -4.46 0.000 .0111628 .173453 -----------------------------------------------------------------------------. poisson patuh duk pm1 penget, irr robust Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration
0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8:
log log log log log log log log log
pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood
Poisson regression Log pseudolikelihood = -39.321397
= = = = = = = = =
-39.737484 -39.353355 -39.32901 -39.323094 -39.321787 -39.321473 -39.321409 -39.321398 -39.321397 Number of obs Wald chi2(3) Prob > chi2 Pseudo R2
= = = =
104 2580.29 0.0000 0.1442
110 -----------------------------------------------------------------------------| Robust patuh | IRR Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------dukungan | 3.815288 2.882942 1.77 0.076 .8676304 16.77722 pm1 | 5.79e-08 1.99e-08 -48.55 0.000 2.96e-08 1.13e-07 pengetahuan | 1.445324 .6719762 0.79 0.428 .5810519 3.595136 _cons | .0586388 .0396969 -4.19 0.000 .0155576 .2210169 -----------------------------------------------------------------------------. poisson patuh duk pm1 pg1, irr robust Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration Iteration
0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8:
log log log log log log log log log
pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood pseudolikelihood
Poisson regression Log pseudolikelihood = -39.513605
= = = = = = = = =
-39.929974 -39.546722 -39.52148 -39.51533 -39.514017 -39.513688 -39.513623 -39.513609 -39.513605 Number of obs Wald chi2(3) Prob > chi2 Pseudo R2
= = = =
104 2293.58 0.0000 0.1401
-----------------------------------------------------------------------------| Robust patuh | IRR Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------dukungan | 4.006409 3.1077 1.79 0.074 .8759785 18.32386 pm1 | 1.58e-07 5.44e-08 -45.33 0.000 8.00e-08 3.10e-07 pg1 | 1.208615 .576594 0.40 0.691 .4744662 3.078724 _cons | .0628637 .0420811 -4.13 0.000 .0169279 .2334512 -----------------------------------------------------------------------------. log close name: log: C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\UP Devhy\Data\hasil analisis stata.log log type: text closed on: 2 Jun 2014, 09:58:10 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------93