TESIS
PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR
LIZA SUZANNA BONORA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR
LIZA SUZANNA BONORA NIM 1390761028
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
LIZA SUZANNA BONORA NIM 1390761028
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof.Dr.dr.Wimpie I.Pangkahila,Sp.And.FAACS
Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK
NIP. 194612131971071001
NIP.194606191976021001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana,
DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK NIP. 195805211985031002
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 14 Agustus 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 2341/UN14.4/HK/2015, Tanggal 3 Agustus 2015
Ketua
: Prof. Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And.,FAACS
Anggota
:
1. Prof. dr. I. Gusti Made Aman, Sp.FK. 2. Prof. DR.dr.N. Adiputra, M.OH 3. DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK 4. DR. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
: dr. Liza Suzanna Bonora
NIM
: 1390761028
Program Studi
: Magister Ilmu Biomedik (Anti-Aging Medicine)
Judul
: Pemberian Makanan Pengganti Cair Meningkatkan Berat Badan Serta Kadar Hormon Estrogen Dan Progesteron Pada Anak Tikus (rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI no.17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.
Denpasar, 14 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
(dr. Liza Suzanna Bonora)
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama
perkenankan
penulis
memanjatkan
puji
syukur
yang
sedalamdalamnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang telah dijalankan oleh penulis untuk memperoleh gelar Magister pada program Magister Studi Ilmu Kedokteran Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan AntiAging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika,Sp.PD. KEMD dan Prof. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai Direktur Program Pascasarjana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Terima kasih kepada Prof. Dr. dr.Wimpie I. Pangkahila, Sp.And. FAACS., selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan petunjuk, dorongan, pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, selaku pembimbing I yang sudah meluangkan waktu dan dengan sabar serta
teliti memberikan arahan, masukan, pengetahuan serta bimbingan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tesis ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para penguji tesis ini, yaitu Prof. DR.dr.N. Adiputra, M.OH., DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK dan DR. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran, sanggahan, bimbingan dan koreksi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I.B. Putra Manuaba, M.Phil dari UPT laboratorium Analitik Universitas Udayana, Bukit Jimbaran., Ferbian Milas Siswanto, SKH serta Prof. DR. drh. Ida Bagus Ardana dari bagian Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, dan Drs. I Ketut Tunas, M.Si yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana atas memberikan ilmu pengetahuan selama masa pendidikan yang sangat bermanfaat untuk masa depan penulis, dan kepada seluruh staf biomedik untuk bantuan yang diberikan kepada penulis selama studi, serta kepada semua temanteman selama perkuliahan, terutama dr. Yenny Astoeti Budiprihatini dan dr. Eveline Margo, yang telah membantu dan mendukung penulis sepanjang menempuh pendidikan dan menyelesaikan penulisan tesis.
Akhirnya penulis juga sampaikan terima kasih kepada pendamping setia Ir. Antonius Bagus Sunartedjo Bajuadji, serta kedua orang tua dan saudara penulis atas doa, pengorbanan dan kesabaran yang luar biasa dalam memberikan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segenap kritik, saran dan masukan sangat diharapkan. Semoga apa yang tertulis dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, 14 Agustus 2015
Penulis
ABSTRAK PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR Anak berusia 1-5 tahun umumnya memerlukan pemenuhan gizi lengkap guna menunjang aktivitas sehari-hari, seperti bermain, belajar dan pertumbuhan. Pada umumnya, anak-anak dengan usia ini mulai memiliki kecenderungan sulit makan, sehingga kecukupan gizi yang diperlukan tidak terpenuhi. Makanan pengganti cair merupakan salah satu cara pemenuhan gizi pada anak. Pada beberapa anak perempuan yang diberikan makanan pengganti cair diketahui mengalami early menarche, dan pada beberapa anak pria berusia 6 tahun tumbuh bulu pada kaki, disebabkan ketidakseimbangan hormonal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemberian makanan pengganti cair dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen serta kadar hormon progesteron pada anak tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. Penelitian ini menggunakan metode post test only control group design. Sampel terdiri dari 30 ekor anak tikus jantan galur wistar usia 21 hari, berat badan 16-20 gr yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kelompok Kontrol diberi pakan berupa pakan ikan, Kelompok Perlakuan 1 diberi makanan pengganti cair PediaSure® dan Kelompok Perlakuan 2 diberi makanan pengganti cair Nutrisure Gold®. Pakan ikan pada Kelompok Kontrol diberikan secara ad libitum (tanpa takaran), dosis pada masing-masing Kelompok Perlakuan berupa 1 gr bubuk makanan pengganti cair yang dilarutkan dengan 2 ml aquabidest sesuai dengan 10% berat badan tikus, diberikan empat kali sehari per oral selama 21 hari. Berat badan tikus ditimbang setiap 3 hari dan pada hari ke 22 diambil darahnya dari medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan kadar hormon estrogen dan progesteron. Analisis data menggunakan uji one way Anova. Hasil analisis data didapatkan rerata berat badan pada Kelompok Perlakuan lebih tinggi bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan Kelompok Kontrol dengan nilai rerata Kelompok Kontrol 76,11±2,32 gr dan rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 78,56±1,74 gr serta rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 78,67±2,00 gr. Tidak terdapat perbedaan rerata berat badan antara nilai rerata Kelompok Perlakuan 1 dan rerata Kelompok Perlakuan 2. Rerata kadar hormon progesteron pada Kelompok Perlakuan lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan Kelompok Kontrol dengan nilai rerata Kelompok Kontrol 38,43±1,96 ng/ml dan rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 41,13±0,54 ng/ml serta rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 45,80±2,51 ng/ml. Rerata kadar hormon estrogen pada Kelompok Perlakuan lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan Kelompok Kontrol dengan nilai rerata Kelompok Kontrol 0,04±0,008 ng/ml dan rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 0,05±0,006 ng/ml serta rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 0,06±0,011 ng/ml . Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian makanan pengganti cair, baik PediaSure® maupun Nutrisure Gold® dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen dan kadar hormon progesteron pada anak tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar. Kata kunci: makanan pengganti cair, estrogen, progesteron, anak tikus jantan
ABSTRACT
ADMINISTRATION OF LIQUID SUBTITUTES MEAL INCREASED BODY WEIGHT, LEVELS OF HORMONES ESTROGEN AND PROGESTERONE IN INFANT MALE WISTAR RATS (RATTUS NORVEGICUS) Children age between 1-5 years old need complete nutrition to maintain daily activities, such as playing, learning and growing up. Mostly children in this crucial ages has tendencies to become a picky eater or fussy eating, lead lack of nutrition. Liquid substitutes meal mostly used to fulfill the needs of nutrition. Some of young girls who consumed liquid substitutes meal suffered an early menarche, while some of young boys age 6 years old found out to have hairy legs, due to hormonal imbalanced. This research aimed to prove that administration of liquid substitutes meal can increased body weight, hormone levels of estrogen levels and progesterone in infant male wistar rats (Rattus norvegicus). This research used post test only control group design. Samples were consists of 30 infant male wistar rats aged 21 days old, weight from 16-20 grams, divided into 3 groups, control group which were given standard fish meal, intervention group 1 were given PediaSure® and intervention group 2 were given Nutrisure Gold®. Fish meal on control group were given ad libitum, on each intervention group were given 1 grams powder of liquid substitutes meal in 2 ml aquabidest equal with 10% rats body weight (grams), given four times a day orally for 21 days. Their body weight were measured every 3 days and at the 22nd day, their blood samples were taken from medial canthus sinus orbitalis to examine the level of estrogen and progesterone hormone. The data was analyzed using one way Anova test. The result of the analysis showed that weight gain on intervention group was significantly higher (p<0.05) than the control group with mean weight gain of 76.11±2.32 gr in the control group, in the intervention group 1 was 78.56±1.74 gr and 78.67±2.00 gr in the intervention group 2. There was no difference between mean weight gain in intervention group 1 and in intervention group 2. The level of progesterone on intervention group was significantly higher (p<0.05) than the control group with mean progesterone level of 38.43±1.96 ng/ml in the control group, in the intervention group 1 was 41.13±0.54 ng/ml and 45.80±2.51 ng/ml in the intervention group 2. The level of estrogen on intervention group was significantly higher (p<0.05) than the control group with mean estrogen level of 0.04±0.008 ng/ml in the control group, in the intervention group 1 was 0.05±0.006 ng/ml and 0.06±0.011 ng/ml in the intervention group 2. It was concluded that the administration of liquid substitutes meal, both PediaSure® and Nutrisure Gold®, increased body weight, levels of hormones estrogen and progesterone on infant male wistar rats (Rattus norvegicus). Keywords: liquid meals substitutes, estrogen, progesterone, infant male rats.
DAFTAR ISI Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................... PERSYARATAN GELAR ............................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
i ii iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................
vi
ABSTRAK
…………………………………………………..
ix
ABSTRACT
…………………………………………………..
x
DAFTAR ISI
…………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………………..
xiv
DAFTAR TABEL
…………………………………………………..
xv
DAFTAR SINGKATAN
…………………………………………………..
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
………………………………………………….
xviii
………………………………….……………….
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….……….…
4
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………….…………
5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.3.1 Tujuan Umum …………………………………….……
5
1.3.2 Tujuan Khusus ……………………………………….…
5
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………..………..
6
1.4.1 Manfaat Ilmiah ……………………..…………..…...…
6
1.4.2 Manfaat Klinis BAB II KAJIAN PUSTAKA
………………………………..…….…
2.1 Makanan Pengganti Cair PediaSure® ……………………....……
6 7
2.1.1 Kandungan Makanan Pengganti Cair Pediasure® …….
11
2.2 Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® ………………………
14
2.2.1 Kandungan Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold®
15
2.3. Anti-aging Medicine ……………………………………………..
16
2.3.1 Konsep Dasar AAM ………………………………..…
16
2.3.2 Teori Proses Penuaan ………………………………....
17
2.3.3 Faktor Yang Mempercepat Penuaan ………………….
18
2.4 Hormon …………………………………….……………….…..
20
2.4.1 Hormon Estrogen ……………………..………..…….…
20
2.4 .2 Hormon Progesteron ………………………………….. .
24
2.4.3 Hormon Implan Pada Ternak ……………….……..…..
25
2.5 Pubertas Precox ………………………………………………...
28
2.6 Obesi tas ……………………………………………………….. 2.6.1 Obesitas Pada Anak …………………………………..
32 34
2.7 Hewan Coba ………………………………………………….…
38
2.7.1 Tikus jantan (Rattus Norvegicus) Galur Wistar …….…
39
2.5 .2 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium …… .
43
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ……………………………………….……..
44
3.2 Konsep Penelitian ………………………………………………
45
3.3 Hipotesis Penelitian …………………………………………..…
46
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………..……....
47
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….…
48
4.2.1 Tempat Penelitian ………………………………..…….
48
4.2.2 Waktu Penelitian ………………………….…...……….
49
4.3 Penentuan Sumber Data ………………………….…………….…
49
4.3.1 Kriteria Sampel Penelitian ……………...………………
49
4.3.1.1 Kriteria Inklusi ……………………..…………………..
49
4.3.1.2 Drop Out ………………………………..……………..
49
4.3.2 B esar Sampel ……………………………… .. ………… 4.3.3 Te hnik Pengambilan Sampel ……………… .. …………
50 50
4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel …………………………..……….
51
4.4.2 Klasifikasi Variabel ………………………….…………
51
4.4.3 Hubungan Antar Variabel ……………………..….……
52
4.4.4 Definisi Operasional Variabel ….………………………
52
4.5 Bahan Penelitian ……………………………………..………….
54
4.6 Instrumen Penelitian
………………………….………………
55
4.7 Prosedur Penelitian ………………………………………………
56
4.7.1 Makanan Standar Kelompok Kontrol …………..………
56
4.7.2 Pembuatan Sediaan Makanan Pengganti Cair PediaSure … 56 4.7.3 Pembuatan Sediaan Makanan Pengganti Cair Nutrisure …
57
4.7.4 Persiapan Hewan Coba ………………………………….. 58 4.7.5 Pemeriksaan Kadar Hormon Estrogen dan Progesteron ….
60
4.7 .6 Alur Penelitian ……………………………………….. .. … 61 4.7.7 Cara Pengumpulan Data ………………………..………… 62 4.8 Analisis Data ……………………………………………..… 62 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Normalitas Data ………………………………………… 64 5.2 Uji Homogenitas Data ……………………………………... . 65 5.3 Berat Badan …………………………………………………. 66 5.4 Progesteron …………………………………………………. 72 5.5 Estrogen …………………………………………………….. 74 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Pengaruh Pemberian Makanan Pengganti Cair ……………… 78 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan …………………………………………………….. 87 7.2 S aran ………………………………………………………… 88 DAFTAR PUSTAKA 89
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2.1 2.2
Makanan Pengganti Cair PediaSure® Tanpa Sure3 System (kaleng 900gr) 13 Makanan Pengganti Cair PediaSure® Dengan Sure3 System (kaleng 1,8 Kg) …………………………………………………….. 13
2.3
Makanan Pengganti Cair PediaSure® (fresh milk) ………………....
14
2.4
Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® (kemasan 400 gr dan 900 gr)
15
2.5
Struktur Estradiol, Estrone dan Estriol ………………………..…
23
2.6
Struktur Progesteron ……………….………………………...……
24
3.1
Bagan Konsep Penelitian ……………… …………………………
45
4.1
Bagan Rancangan Penelitian ………………………………………
47
4.2
Bagan Hubungan Antar Variabel …………………………………
52
4.3
Bagan Alur Penelitian
61
5.1
Perbandingan Berat Badan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok
……………………………………………
Perlakuan …………………………………………...……………… 5.2
Kenaikan Berat Badan Antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan 1 (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan 2 (Nutrisure Gold®) ……
5.3
71
Perbandingan Rerata Progesteron antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan ………………………………………………
5.4
67
73
Perbandingan Rerata Estrogen antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan ……………………………………………...
76
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Kandungan Makanan Pengganti Cair PediaSure® …………………… Informasi nilai gizi Nutrisure Gold ……………..…………………… Perkembangan tikus (Rattus Norvegicus) (rata-rata) ………………… Metabolisme Tikus Jantan (Rattus Norvegicus) (rata-rata) …………. Mineral Dalam Makanan Tikus ……………………………………….
5.1 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan, Progesterone dan Estrogen …. Homogenitas Data Berat Badan, Progesteron dan Estrogen antar Kelompok Perlakuan …………………………………………….......... 65 Perbedaan Berat Badan Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® ……………………… 66 Analisis Komparasi Berat Badan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok … 67 Kenaikan Berat Badan antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan I (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan II (Nutrisure Gold®) ………… 69 Perbedaan Rerata Progesteron Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® .………….. 72 Analisis Komparasi Rerata Progesteron Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ………………………………………………………………. 74 Perbedaan Rerata Estrogen Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® .……………… 75 Analisa Komparasi Rerata Estrogen Sesudah Perlakuan Antar Kelompok 76
5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9
96 98 40 41 42 65
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH AA AAM ADI AHA ASI Balita BB BB/TB BB/U BBI BMI BPOM DBW DES DHA DNA DRIs ELISA FDA FOS FSH GH GnRH Gr HDL IGF-I IU Kkal / kcal LDL LH MCT Ng/ml NHANES Pg/ml RBGH RDA TB/U WHO
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Asam Amino (amino acid) Anti-Aging Medicine Acceptable Daily Intakes Alpha Hydroxy Acid Air Susu Ibu Bawah lima tahun Berat Badan Berat Badan menurut Tinggi Badan Berat Badan menurut Umur Berat Badan Ideal Body Mass Index Badan Pengawas Obat dan Makanan Desirable Body Weight Diethylstilbestrol Docosahexaenoic acid Deoxyribonucleic Acid Dietary Reference Intakes Enzyme-linked Immunosorbent Assay Food and Drugs Administration Fructooligosaccharides Follicle Stimulating Hormone Growth Hormone Gonadotropin-releasing Hormone Grams High Density Lipid Insulin-like Growth Factor 1 International Units Kilogram calorie; kilocalorie Low Density Lipid Luteinizing Hormone Maltodextrine Nanogram per milliliter National Health and Nutrition Examination Picograms per milliliter Recombinant Bovine Growth Hormone Recommended Daily Allowance Tinggi Badan menurut Umur World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Ethical Clearance ……………………………………………….. 94 Lampiran 2 Hasil Analisis Sampel Susu PediaSure® dan Nutrisure Gold …..
95
Lampiran 3 Tabel Kandungan Makanan Pengganti Cair PediaSure® ……….
96
Lampiran 4 Tabel Kandungan Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® …..
98
Lampiran 5 Foto Penelitian …………………………………………………..
100
Lampiran 6 Uji Normalitas Data Berat Badan, Progesteron, dan Estrogen pada Masing - masing Kelompok Perlakuan …………………………..
102
Lampiran 7 Uji One Way Anova Data Berat Badan, Kadar Progesteron, dan Kadar Estrogen Antar Kelompok Perlakuan ……………………
103
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anak yang sehat, lincah dan memiliki berat badan di atas rata-rata anak seusianya, selain merupakan impian setiap orang tua, juga menandakan kemampuan tingkat sosial ekonomi orang tua, sehingga memiliki anak yang gemuk merupakan suatu kebanggaan. Anak berusia 1-5 tahun umumnya memerlukan pemenuhan gizi lengkap guna menunjang aktivitas sehari-hari, seperti bermain, belajar dan pertumbuhan. Pada umumnya, anak-anak dengan usia ini mulai memiliki kecenderungan sulit makan, sehingga kecukupan gizi yang diperlukan tidak terpenuhi. Guna memenuhi kecukupan gizi, orang tua berinisiatif menambah pemasukan gizi dengan pemberian susu formula, dan atau makanan pengganti cair. Susu formula yang diproses dari susu sapi, merupakan salah satu komponen nutrisi dasar pada anak, terutama pada anak dengan usia 1-5 tahun. Susu formula saat ini umumnya memiliki komposisi mikro-nutrien (vitamin dan mineral), makronutrien (protein, lemak, karbohidrat) untuk membantu pertumbuhan, prebiotik serta probiotik untuk mempertahankan fungsi saluran cerna, asam linolenat dan asam linoleat
sebagai asam lemak essential, phosphatidilkolin yang berperan sebagai bahan penting dalam membran sel (Judarwanto, 2011).
Hampir semua peternakan yang mensuplai kebutuhan produksi susu dan daging di Amerika Serikat, menggunakan hormone implant untuk mendapatkan hasil produksi susu dan daging yang lebih banyak. Hormone implant yang pertama kali digunakan adalah DES (diethylstilbestrol) yang penggunaannya pada sapi ternak disetujui oleh FDA pada tahun 1954. Menurut perkiraan pada tahun 1956, sekitar duapertiga dari sapi ternak di seluruh negara bagian Amerika menggunakan hormon diesthystilbestrol (Swan et al., 2007). Sesuai dengan survey yang diadakan oleh National Health and Nutrition Examination (NHANES) tahun 1999-2004, usia rata-rata seorang anak wanita menstruasi adalah 12,4-13,3 tahun. Early menarche adalah istilah pada anak wanita yang telah mendapatkan menstruasi sebelum usia 8 tahun dan pubertas dini (precocious puberty) pada anak wanita berusia lebih muda dari 7 tahun, yang telah memiliki tanda-tanda pubertas berupa pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis, berkembangnya payudara, tumbuh jerawat, mudah tersinggung, bau badan dan pertumbuhan badan yang sangat cepat (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014). Dalam 20 tahun terakhir, terdapat kecenderungan peningkatan insidens obesitas pada anak-anak, dimana kondisi ini dihubungkan dengan hiperinsulinemia,
gangguan toleransi glukosa, hipertensi, obesitas, penyakit jantung dan penyakit kronik lainnya pada masa dewasa (Sukmaniah, 2014). Sejak tahun 1970 hingga saat ini, kejadian obesitas pada anak meningkat hingga dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat hingga 3 kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15 tahun meningkat dari 5% pada tahun 1990 menjadi 16% pada tahun 2001 (Sartika, 2011). Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, berkaitan dengan jumlah masa lemak sejak masa gestasi dan bulan pertama kehidupan, dibiasakannya konsumsi susu formula sejak dini, kualitas makanan yang dikonsumsi, perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan (Yussac et al., 2007; Sartika, 2011). Selain susu formula, salah satu pelengkap nutrisi tambahan yang merupakan varian dari susu formula adalah makanan pengganti cair. Penelitian ini menggunakan makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold®, yang berbahan dasar susu sapi. PediaSure dipilih karena merupakan makanan pengganti cair yang paling mudah dan paling banyak ditemukan di pusat-pusat perbelanjaan, baik di kota besar maupun di kota-kota kecil, diproduksi dan disalurkan oleh Abbott Manufacturing Singapore Private Limited, di bawah pengawasan Abbott Laboratories North Chicago, US. Makanan pengganti cair lainnya yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrisure Gold®, diproduksi oleh Wyeth Nutritionals (Singapore) Pte., Ltd.
Nutrisure Gold merupakan makanan pengganti cair selain PediaSure®, yang mudah didapatkan di pusat-pusat perbelanjaan. Berdasarkan pengamatan peneliti, hampir semua anak berusia 1-10 tahun, pernah diberikan makanan pengganti cair, baik secara teratur maupun tidak. Hampir semua anak yang mengkonsumsi makanan pengganti cair secara teratur, terlihat memiliki berat badan berlebih, pada beberapa anak perempuan yang diberikan makanan pengganti cair diketahui mengalami early menarche, dan pada beberapa anak pria berusia 6 tahun tumbuh bulu pada kaki. Dari analisa pada makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,87 pg/g pada PediaSure® dan 4,98 pg/g pada Nutrisure Gold®. Selain estrogen, ditemukan hormon progesteron sebesar 5,11 pg/g pada Pediasure® dan 5,84 pg/g pada Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95). Penelitian ini dilakukan pada anak tikus (rattus norvegicus) jantan usia 21 hari, yang sudah memasuki masa sapih (Armitage, 2004), sehingga dianggap setara dengan anak usia 1-3 tahun. Penelitian dilakukan selama 21 hari, sebelum anak tikus masuk usia pubertas 45 hari (Budhy, 2010).
1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah pemberian makanan pengganti cair PediaSure® meningkatkan berat badan anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar?
2. Apakah
pemberian
makanan
pengganti
cair
PediaSure®
meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar? 3. Apakah
pemberian
makanan
pengganti
cair
PediaSure®
meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar? 4. Apakah pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® meningkatkan berat badan anak tikus jantan galur wistar? 5. Apakah pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar? 6. Apakah pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum : mengetahui efek pemberian makanan pengganti cair pada anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar. Tujuan khusus : 1. Membuktikan
pemberian
makanan
pengganti
cair
meningkatkan berat badan anak tikus jantan galur wistar.
PediaSure®
2. Membuktikan
pemberian
makanan
pengganti
cair
PediaSure®
meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar. 3. Membuktikan
pemberian
makanan
pengganti
cair
PediaSure®
meningkatkan meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar. 4. Membuktikan
pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®
meningkatkan berat badan anak tikus jantan galur wistar. 5. Membuktikan
pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®
meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar. 6. Membuktikan
pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®
meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat ilmiah: Dapat memperoleh informasi ilmiah bahwa pemberian makanan pengganti cair dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen serta kadar hormon progesteron pada anak tikus jantan (rattus norvegicus) galur wistar.
2. Manfaat klinis: Dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut mengenai pemberian makanan pengganti cair, setelah diketahui pemberian
makanan pengganti cair dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen serta kadar hormon progesteron pada tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 MAKANAN PENGGANTI CAIR PEDIASURE® Susu formula adalah sumber protein hewani berbentuk cair, dari susu sapi yang diproses, yang diharapkan dapat dengan mudah dicerna oleh usus. Pada kondisi tertentu, susu formula diperlukan untuk mengganti peran ASI pada bayi. Susu formula diberikan bila ibu sakit dan tidak dapat menyusui bayinya, atau bila ASI yang diproduksi sangat sedikit hingga tidak mencukupi kebutuhan bayi (Kurniasih et al., 2010; Judarwanto, 2011). Sebagian besar susu yang dihasilkan dari peternakan sapi di Amerika dan Kanada, berasal dari sapi yang diberikan Growth Hormone (GH) berupa recombinant bovine growth hormone (RBGH). RBGH diberikan pada sapi ternak dengan tujuan meningkatkan
produksi
susu,
guna
memenuhi
permintaan
konsumen
dan
meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah. Penggunaan Growth Hormone juga meningkatkan kemungkinan sapi perah terkena infeksi. Sebagaimana yang tercatat pada American Cancer Society, banyak sapi perah mengalami mastitis, infeksi pada kelenjar susu. Untuk mengatasi mastitis, peternak memberikan sejumlah antibiotik pada sapi perah peliharaannya. Akibatnya peminum susu akan mengkonsumsi antibiotik sehingga tubuh secara natural akan membentuk resistensi terhadap antibiotik (Ipatenco, 2014; Barnard, 2014)
Susu yang didapat dari sapi perah yang diberi RBGH, memiliki kadar insulin like growth factor-1 (IGF-1) yang tinggi, yang dapat membantu pertumbuhan sel, tetapi juga menyebabkan meningkatnya pembentukan sel kanker, terutama beberapa tipe kanker tertentu seperti kanker payudara, kanker prostat dan kanker usus besar. Hal ini disebabkan karena kadar IGF-1 yang tinggi, menghambat kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan kanker yang masih dalam tahap mikroskopik, sebelum sel kanker tersebut menyebar (Ipatenco, 2014; Barnard, 2014). Salah satu varian dari susu formula, yang juga diproses dari susu sapi, adalah makanan pengganti cair. Makanan pengganti cair merupakan nutrisi pengganti menu makanan lengkap dalam bentuk cair. Nutrisi dalam satu gelas makanan pengganti cair setara kalorinya dengan sepiring nasi lengkap beserta lauknya (Judarwanto, 2011). Pada makanan pengganti cair, 45 gr bubuk susu mengandung 240 kalori, 9 gr lemak dari susu sapi (14% lebih tinggi dari RDA lemak untuk anak), 7 gr protein (14% lebih tinggi dari kebutuhan anak sehari-hari), calcium 25% dari RDA, zat besi 20% dan 40% vitamin C, selain mengandung vitamin B dan mineral lainnya berupa copper dan selenium (PediaSure® team, 2014; Beaudette, 2014). Dengan diperkaya AHA/DHA serta kombinasi zat gizi yang tepat, untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral serta kebutuhan cairan tubuh anak, diperlukan asupan susu atau makanan pengganti cair sebanyak 1-1,5 liter/hari (Judarwanto, 2011). PediaSure® adalah makanan pengganti cair yang paling mudah dan paling banyak ditemukan di pusat-pusat perbelanjaan, baik di kota besar maupun di kotakota
kecil. PediaSure® merupakan nutrisi tambahan yang memberikan nutrisi seimbang dan lengkap untuk anak-anak usia dari 1 tahun hingga 10 tahun. Usia ini merupakan usia spesifik terjadinya tumbuh kembang yang cepat dan pembentukan otak. Bila dikonsumsi dalam jumlah yang mencukupi, PediaSure® memenuhi 100% kebutuhan asupan protein, vitamin dan mineral untuk tumbuh kembang, sesuai dengan Dietary Reference Intakes (DRIs) yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat. PediaSure® juga mengandung
FOS
(fructooligosaccharides),
probiotik
and
minyak
MCT
(maltodextrine). Diformulasi dengan lebih dari 25 nutrisi esensial, PediaSure® secara khusus diformulasikan untuk
membantu meningkatkan berat dan tinggi badan,
mengurangi kemungkinan menderita sakit, mengurangi terjadinya infeksi, serta bebas laktosa. PediaSure® juga mengandung nutrisi seperti Taurine, Choline, Omega 3 and Omega 6 untuk membantu pembentukan otak (PediaSure® team, 2014; Beaudette, 2014). PediaSure® melakukan penelitian pada tahun 2002 dan 2003 terhadap anak yang memiliki resiko kurang gizi akibat sulit makan, dengan memberikan konseling nutrisi bersama-sama dengan pemberian PediaSure®. Pada penelitian ini, anak usia 1-6 tahun diberikan PediaSure® dengan prebiotik dan probiotik. Hasil positif terlihat pada anak usia 3-5 tahun, dimana anak yang sulit makan meningkat berat badannya dalam 60 hari dan status gizi meningkat dalam 90 hari. Angka kesakitan menurun sebanyak 30% (PediaSure® team, 2014).
Diformulasikan dengan Sure3 System, PediaSure® Complete Formula memberikan nutrisi lengkap untuk anak usia 1-10 tahun, untuk membantu proses pertumbuhan, terutama untuk anak yang sulit makan dengan ciri khas makan sangat sedikit, memilih-milih makanan (hanya makan makanan tertentu), hanya makan sedikit sayur dan buah, tidak mau mencoba makanan baru, atau makan sangat lama (PediaSure® team, 2014; Beaudette, 2014). Sure3 System merupakan formulasi yang terdiri dari 3 (tiga) kompleks protein (konsentrat protein susu, konsentrat whey protein dan konsentrat protein kedelai), berbagai jenis karbohidrat untuk meningkatkan daya cerna dan daya serap, serta lemak profil dan MCT disertai AA dan DHA untuk membantu penyerapan nutrien dan perkembangan otak (PediaSure® team, 2014). PediaSure® memiliki berbagai varian rasa vanilla, chocolate, strawberry, pisang dan berry, tetapi di Indonesia hanya ditemukan varian rasa vanila dan coklat. Penambah rasa dari PediaSure® bebas dari gluten, aman diberikan pada anak dengan intoleransi glukosa dan tidak mengandung kacang-kacangan, yang merupakan salah satu sumber alergi. Setiap botol berisi 8 oz (237ml) PediaSure®. Untuk anak dengan usia 1-8 tahun, 4 botol atau 1 liter PediaSure® memberikan 100% kebutuhan RDA dari protein dan 23 vitamin esensial serta mineral. Untuk anak dengan usia 9-13 tahun, diperlukan 1,5 liter PediaSure® untuk memenuhi kebutuhan RDA protein, vitamin dan mineral. Formula PediaSure® juga mengandung prebiotik dan antioksidan (PediaSure® team, 2014).
Kandungan gula yang cukuptinggi di dalam PediaSure®, PediaSure®sebagai
menjadikan
minuman yang mensuplai energi bagi anak-anak. Gula
PediaSure® berupa maltodextrine yang merupakan hasil pengolahan jagung, mudah dicerna sebagai sumber energi. Maltodextrine mengandung fructooligosaccharides, merupakan pemanis buatan yang dapat meningkatkan penyerapan mineral essensial pada anak-anak. Pada pria dewasa, fructooligosaccharides membantu peningkatan penyerapan kalsium (PediaSure® team, 2014; Williams, 2014). PediaSure® merupakan campuran elektrolit yang didapat dari protein, diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel. Sumber protein dalam PediaSure® didapat dari konsentrat protein dalam susu, konsentrat whey protein dan protein kedelai. Dewasa dan anak-anak membutuhkan asam lemak essensial (didapat dari minyak kedelai dan minyak tinggi oleat safflower), asam lemak monounsaturasi membentuk antioksidan. Di dalam PediaSure® juga terdapat beberapa vitamin isolasi seperti thiamine dan vitamin D-3, serta mineral seperti magnesium, potassium, garam, kalsium, and sodium (Williams, 2014). Dari analisa pada makanan pengganti cair yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,87 pg/g dan hormon progesteron sebesar 5,11 pg/g pada makanan pengganti cair PediaSure® (lampiran 2, hal 95).
2.1.1KANDUNGAN MAKANAN PENGGANTI CAIR PEDIASURE® PediaSure® mengandung protein, 25 esensial vitamin dan mineral lengkap sesuai dengan US Dietary Reference Intakes (DRIs) dalam 1.000 ml makanan pengganti cair untuk anak usia 1-8 tahun dan 1.500 ml makanan pengganti cair untuk anak usia 9-13 tahun. PediaSure® juga mengandung FOS (fructooligosaccharides), serat yang tidak dapat dicerna serta penambahan bakteri baik seperti Bifidobacterium lactis dan L.acidophilus, untuk memperbaiki fungsi pencernaan. PediaSure® mengandung 50% kalori lebih banyak dari susu formula lainnya untuk menyediakan energi ekstra pada anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan (densitas kalori – 1 kcal per 1 ml). Bebas laktosa dan bebas gluten sehingga aman bagi anakanak dengan gangguan intoleransi laktosa. Tidak direkomendasikan untuk anak dengan gangguan galaktosemia (PediaSure® team, 2014). Pembuatan sediaan 237 ml PediaSure® : 190 ml air hangat/dingin ditambahkan 5 sendok takar bubuk PediaSure® secara bertahap, diaduk hingga larut. 5 sendok takar bubuk PediaSure® mengandung 45,5 gr bubuk susu dengan energi total 230 kkal. Diberikan 1-4 kali sehari. PediaSure® yang beredar di Indonesia diproduksi dan disalurkan oleh Abbott Manufacturing Singapore Private Limited, 26 Tuas South Avenue 10 Singapore 637437. Di bawah pengawasan Abbott Laboratories North Chicago 60064 IL US. Customer care hotline : 08001-222688 (08001-ABBOTT); Customer care e-line :
[email protected]
Gambar 2.1 Makanan Pengganti Cair PediaSure® Tanpa Sure3 System (Kaleng 900 gr) (PediaSure® team, 2014)
Gambar 2.2 Makanan Pengganti Cair PediaSure® dengan Sure3 System (Kaleng 1.8 kg) (PediaSure® team, 2014)
Powder
:
400 gr, 900 gr, 1.8 kg
Flavor
:
Vanila dan coklat
Gambar 2.3 Makanan Pengganti Cair PediaSure® (fresh milk) (PediaSure® team, 2014)
2.2 MAKANAN PENGGANTI CAIR NUTRISURE GOLD® Nutrisure Gold® merupakan makanan pengganti cair selain PediaSure®, yang mudah didapatkan di pusat-pusat perbelanjaan, ditujukan untuk anak berusia 1-10 tahun, yang mengalami masalah makan. Anak yang hanya mau mengkonsumsi satu atau dua jenis makanan dan menolak makanan lainnya, anak yang menjadikan makanannya sebagai mainan, atau anak yang menghabiskan porsi makannya dalam waktu yang sangat lama, dimasukkan ke dalam golongan “picky eater” atau “fussy eating”. Nutrisi bagi anak yang bermasalah makan bisa diatasi dengan pemberian makanan yang lebih sering dalam porsi kecil, makanan dihidangkan secara menarik, dan pemberian kudapan sehat diantara waktu makan. Secara psikologis, orang tua
dapat memberikan dukungan dengan menemani anak pada saat makan (Wyeth team, 2013). Nutrisure Gold® rasa vanila untuk anak usia 1-10 tahun, kemasan ganda 400 gr, mendapatkan nomor registrasi ML 860817006357 dari BPOM herbal pada tanggal 01 Mei 2013 (Wyeth Indonesia, 2013). Dari analisa pada makanan pengganti cair yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,98 pg/g dan hormon progesteron sebesar 5,84 pg/g pada makanan pengganti cair Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95).
Gambar 2.4 Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® kemasan 400 gr dan 900 gr (Wyeth team, 2013)
KANDUNGAN MAKANAN PENGGANTI CAIR NUTRISURE GOLD® Nutrisure Gold® mengandung susu, kedelai, jagung/pati jagung sebagai nutrisi pendukung untuk tumbuh kembang anak usia 1-10 tahun yang memiliki masalah makan. Nutrisure Gold® mengandung makronutrien (protein, lemak dan karbohidrat) selain mengandung 18 mikronutrien lainnya : vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin C, asam Folat, zat besi, kalsium, seng, iodium, kolin 60 mg/saji, asam linoleat (Omega 6) 1.560 mg/saji, asam linolenat (Omega 3) 173 mg/saji (Wyeth team, 2013). Pembuatan sediaan 200 ml Nutrisure Gold® :175 ml air hangat atau dingin ditambahkan 5 sendok takar bubuk susu, diaduk sampai larut, diberikan 1-4 kali sehari. 5 sendok takar Nutrisure Gold® mengandung 45 gr bubuk susu dengan energi total 200 kkal. Diberikan 1-4 kali sehari. Nutrisure Gold® yang beredar di Indonesia, diproduksi dan disalurkan oleh Wyeth Nutritionals (Singapore) Pte., Ltd.
Wyeth
care
line
:
0800-1821-526
(www.wyethindonesia.com) 2.3 ANTI-AGING MEDICINE Anti-Aging Medicine (AAM) adalah bagian dari ilmu kedokteran yang menggunakan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan dan perbaikan kekeadaan semula berbagai disfungsi, kelainan dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, dengan tujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat (Pangkahila, 2011).
2.3.1KONSEP DASAR AAM Ilmu Kedokteran Anti-Aging Medicine (AAM) membawa konsep baru yang menyebabkan terjadinya perubahan paradigma dalam dunia kedokteran. Pertama, penuaan dianggap sebagai suatu penyakit, sehingga dapat dicegah, diobati, dan bahkan dapat dikembalikan kekeadaan seperti waktu muda. Ke dua, manusia bukanlah orang hukuman yang terperangkap dalam takdir genetiknya. Ke tiga, manusia mengalami keluhan atau mengalami gejala penuaan karena level hormonnya menurun, bukan sebaliknya, level hormon menurun karena manusia menjadi tua. Bila berbagai faktor penyebab dapat dihindari, maka proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, bahkan dapat dihambat, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan hingga usia harapan hidup. Dalam upaya memperlambat proses penuaan tersebut, maka sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin, sehingga fungsi berbagai organ tubuh dapat dipertahankan tetap optimal, dengan demikian kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik (Pangkahila, 2011)
2.3.2TEORI PROSES PENUAAN Pada dasarnya, teori proses penuaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori pakai dan rusak (wear and tear theory) dan teori program. Prinsip teori pakai dan rusak menyatakan tubuh menjadi lemah dan kemudian meninggal sebagai akibat dari terlalu sering digunakan dan disalahgunakan. Penyalahgunaan organ tubuh dapat membuat kerusakan organ lebih cepat dari waktu sebenarnya. Teori ini meyakini
dengan pemberian suplemen dan pengobatan yang tepat dapat membantu mengembalikan proses penuaan dengan cara merangsang kemampuan tubuh untuk memperbaiki dan mempertahankan organ tubuh. Teori pakai dan rusak terdiri dari kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas. Teori program meyakini dalam tubuh manusia terdapat jam biologis, yang dimulai dari proses konsepsi sampai kematian sebagai suatu hal yang sudah terprogram. Program ini dimulai dari sel sampai embrio, janin, masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan menjadi tua sampai akhirnya meninggal. Teori ini terdiri dari teori terbatasnya replikasi sel, proses imun dan teori hormon (Pangkahila, 2011)
2.3.3FAKTOR YANG MEMPERCEPAT PENUAAN Faktor-faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003) yaitu: 1. Faktor lingkungan
a. Pencemaran lingkungan, misalnya: bahan-bahan polutan dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga akan mempercepat penuaan. b. Pencemaran lingkungan dengan suara bising. Suara bising mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
c. Kondisi lingkungan hidup yang tidak higenis serta kurangnya penyediaan air bersih akan meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan tubuh. d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak sesuai dengan dosis dan indikasi yang seharusnya, sehingga menyebabkan turunnya kadar hormon tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung melalui mekanisme umpan balik hormonal. e. Paparan sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit dengan berkurangnya elastisitas kulit dan rusaknya kolagen kulit. 2. Faktor diet/makanan
Jumlah nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, jenis, dan kualitas makanan yang tidak baik serta mengandung pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun di dalam makanan tersebut dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ hati. 3. Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus,
radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh. 4. Faktor psikis
Faktor stres mampu memacu proses apoptosis di berbagai organ/jaringan tubuh. 5. Faktor organik
Secara
umum,
faktor
organik
adalah
:
rendahnya
kebugaran/fitness, pola makan kurang sehat, penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-I), penurunan testosteron, penurunan melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). 2.4 HORMON Hormon diproduksi oleh beberapa kelenjar yang terdapat di dalam tubuh, yaitu hipofise anterior, hipofise posterior, tiroid, paratiroid, medulla adrenalis, cortex adrenalis, pankreas, ovarium, testis, pineal body dan thymus.
Hormon hipofise anterior menghasilkan hormon estrogen dan progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropic Hormone, Prolactin, Luteinizing Hormone dan Follicle Stimulating Hormone (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014a; Sridianti, 2014b). 2.4.1 HORMON ESTROGEN Hormon estrogen memiliki peran yang besar dalam tubuh manusia. Estrogen merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh indung telur pada wanita, dan sedikit dihasilkan oleh testis pada pria, selain juga diproduksi oleh sel lemak. Pria umumnya hanya memiliki sedikit estrogen di dalam darah, yang dapat meningkat jumlahnya akibat ketidakseimbangan hormon atau kondisi tertentu seperti kegemukan. Kadar estrogen yang tinggi pada pria dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi (Tremblay, 2013). Pada pria, kadar estrogen yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya gynecomastia (pembesaran kelenjar payudara), umumnya terjadi pada pria dengan berat badan berlebih. Meningkatnya kadar estrogen pada pria juga memicu terjadinya kanker prostat, infertilitas dan disfungsi ereksi (Tremblay, 2013; Holland, 2015). Selain organ seksual dan reproduksi, estrogen juga memiliki peran terhadap otak, hati, kulit, tulang dan pembuluh darah. Tiga jenis estrogen utama dalam tubuh adalah estron, estradiol dan estriol (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014a). Kadar normal estrogen 2-3 hari menjelang siklus menstruasi sekitar 25-75 pg/ml, kadar estrogen yang lebih tinggi pada masa ini, menunjukkan kemungkinan perimenopause.
Kadar estradiol menurun saat menopause hingga kurang dari 32 pg/ml, terkadang mencapai 10 pg/ml. Selama siklus menstruasi, estradiol meningkat hingga 200-300 pg/ml untuk setiap folikel yang matang (Robin, 2011). Estrogen berpengaruh pada masa pubertas, memiliki peran penting dalam pembentukan karakteristik seks sekunder seperti payudara, dan pertumbuhan rambut pubis. Estrogen juga meregulasi siklus menstruasi, mengkontrol pembentukan dinding rahim pada awal siklus menstruasi. Bila ovum tidak dibuahi, kadar estrogen akan menurun tajam dan menstruasi dimulai. Bila terjadi pembuahan, estrogen bersama-sama dengan progesteron dan hormon lainnya, menghentikan proses ovulasi selama masa kehamilan. Estrogen mengontrol laktasi dan perubahan lainnya pada payudara, terutama pada masa pubertas dan masa kehamilan (Rettner, 2014). Kadar estrogen yang tinggi, ditemukan pada wanita yang sangat gemuk, memiliki tekanan darah tinggi atau menderita penyakit kencing manis (Ratini, 2014). Kadar estrogen juga meningkat selama kehamilan serta pada penderita tumor indung telur, tumor testis atau tumor kelenjar adrenal (Tremblay, 2013; Ratini, 2014). Estron merangsang jaringan rahim dan payudara. Sebelum menopause estron diproduksi di ovarium, kelenjar adrenalis, hepar dan sel lemak. Di dalam ovarium, estron dikonversi menjadi estradiol. Setelah menopause, hanya sedikit estron dikonversi menjadi estradiol karena menurunnya fungsi ovarium (Pangkahila, 2011). Estradiol adalah jenis estrogen yang paling kuat, merupakan estrogen utama yang diproduksi di ovarium, sebelum menopause. Kadar estradiol yang tinggi dikaitkan
dengan risiko terjadinya kanker rahim dan payudara. Estradiol membantu penyerapan kalsium, magnesium dan zinc, meningkatkan kadar kolestrol HDL, menurunkan kolestrol total, menurunkan trigliserida, meningkatkan Growth Hormone, serotonin dan endorphin (Pangkahila, 2011). Estriol memiliki pengaruh rangsangan yang paling lemah terhadap rahim dan payudara, serta tidak merangsang terjadinya kanker payudara. Estriol berperan mengendalikan gejala menopause, meningkatkan kadar kolestrol HDL dan menurunkan kadar kolestrol LDL, mempertahankan pH vagina guna mencegah infeksi
saluran
kemih,
membantu
usus
mempertahankan
lingkungan
berkembangnya laktobasilus dan mengurangi bakteri patogen (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014a).
Gambar 2.5 Struktur Estradiol, Estrone dan Estriol (Rice, 2014)
bagi
Kadar estrogen yang tinggi di dalam darah, menimbulkan gejala : perut kembung, payudara terasa bengkak dan lunak, berkurangnya libido, haid tidak teratur, sakit kepala, emosi labil, berkembangnya jaringan fibrokistik pada payudara, meningkatnya berat badan, tangan dan kaki terasa dingin, mudah lelah, sulit konsentrasi dan imsomnia. Pada pria gejala tingginya hormon estrogen meliputi : rendahnya kadar sperma dalam cairan semen, pembesaran payudara, kesulitan mempertahankan ereksi dan meningkatnya faktor risiko terkena kanker payudara (Holland, 2015). 2.4.2 HORMON PROGESTERON Hormon progesteron adalah hormon gestasi yang mempersiapkan lapisan endometrium pada rahim bagi ovum yang telah dibuahi dan mempertahankan kehamilan. Progesteron berasal dari corpus luteum yang dibentuk di dalam ovarium dari folikel yang lepas. Progesteron juga diproduksi di dalam placenta dan diproduksi oleh cortex adrenalis. Progesteron merupakan precursor hormone yang dapat dikonversi oleh tubuh menjadi hormon steroid lain. Progesteron berfungsi menormalkan kadar gula darah, mengatur siklus menstruasi, menjaga kehamilan, mengurangi
retensi
air,
meningkatkan
fungsi
tiroid,
antidepresan
alami,
meningkatkan libido, mengurangi kontraksi rahim serta meningkatkan pematangan sel secara alami (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014b).
Gambar 2.6 Struktur Progesteron (Nicoll, 2010) Kadar progesteron sebelum ovulasi 1,5 ng/ml. Pada masa ovulasi, kadar progesteron meningkat hingga 20 ng/ml dan pada masa kehamilan 300 ng/ml (Lind, 2011; Robin, 2011) . Di luar masa ovulasi, tingginya kadar progesteron dalam darah menyebabkan kerja otak melambat, tubuh menjadi lemah, kista indung telur terbentuk, pelumas vagina berkurang, depresi, dan menurunnya libido. Pada pria, meningkatnya hormon progesteron menyebabkan meningkatnya produksi estrogen, gangguan jantung, depresi, lemah, pembesaran kelenjar prostat, sulit berkemih dan disfungsi ereksi (Lind, 2011; Nall, 2013; Ray, 2013).
2.4.3 HORMON IMPLAN PADA TERNAK Diethylstilbestrol (DES) merupakan hormon estrogen sintetik generasi pertama. Digunakan secara luas pada tahun 1940 hingga tahun 1971 untuk mencegah keguguran. Penggunaan diethylstilbestrol dikemudian hari ditemukan bahwa
penggunaan pada 5 bulan pertama kehamilan menyebabkan gangguan sistem reproduksi pada janin. Pada anak perempuan yang ibunya diberikan diethylstilbestrol selama masa kehamilan, ditemukan meningkatnya risiko kanker terutama adenokarsinoma vagina dan leher rahim. Selain itu ditemukan juga kelainan anatomi pada vagina, leher rahim dan rahim serta meningkatnya risiko kehamilan ektopik, mandul, keguguran dan kelahiran prematur. Pada anak pria yang ibunya diberikan diethylstilbestrol selama kehamilan, ditemukan abnormalitas testikel (testis kecil, testis gagal turun ke kantung buah zakar), serta meningkatnya resiko kanker testis (Roberts, 2012). DES (diethylstilbestrol) merupakan hormon implan yang pertama kali digunakan pada sapi ternak pada tahun 1954 atas persetujuan FDA. Hampir semua peternakan yang mensuplai kebutuhan produksi susu dan daging di Amerika Serikat, menggunakan diethylstilbestrol untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih banyak (Swan et al., 2007). Saat ini ada 6 jenis anabolik steroid yang diberikan pada sapi ternak yang terdaftar di Amerika dan Kanada : - 3 natural steroid : estradiol, testosteron dan progesteron
- 3 sintetik hormon : estrogen dalam bentuk zeranol, androgen trenbolone acetate dan progestin melengestrol acetate Anabolik steroid umumnya digunakan dalam bentuk kombinasi. Kadar hormon estrogen dan progesteron di luar ambang batas umumnya ditemukan pada
daging, lemak, hati, ginjal dan organ lainnya dari sapi yang sudah dipotong (Swan et al., 2007). Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika (FDA) telah menetapkan dosis asupan harian yang dapat diterima (ADI/acceptable daily intakes) untuk penggunaan produk ini. Pemberian diethylstilbestrol pada ternak sapi menjadi dasar penelitian konsekuensi konsumsi daging sapi pada wanita hamil. Rata-rata wanita hamil mengkonsumsi 4,3 porsi daging sapi per minggu. Peneliti membagi group menjadi tinggi konsumsi daging sapi (konsumsi lebih dari 7 porsi per minggu) dan rendah konsumsi daging sapi (konsumsi kurang dari 7 porsi per minggu). Peneliti memeriksa kualitas dan kuantitas sperma pada 773 anak pria dari wanita hamil yang diteliti. Konsentrasi (volume) dan kualitas sperma ternyata 24,3% lebih tinggi pada pria yang lahir dari group ibu hamil yang rendah konsumsi daging sapi. Hampir 18% pria yang lahir dari ibu yang tinggi konsumsi daging sapi, memiliki konsentrasi sperma di bawah ambang batas WHO untuk subfertilitas. Hasil penelitian ini diduga terkait dengan anabolik steroid dan xenobiotic pada sapi ternak (Swan et al., 2007). Kadar hormon yang tinggi dalam tubuh manusia, dapat menimbulkan berbagai penyakit. Belum diketahui apakah hormon yang didapat dari asupan makanan dan minuman yang diproduksi oleh hewan ternak, dapat dicerna oleh tubuh manusia dan meningkatkan kadar hormon dalam tubuh manusia, atau tidak terserap oleh metabolisme tubuh manusia, serta berapa banyak hormon yang mungkin tertinggal di dalam tubuh manusia. Beberapa jenis hormon merupakan jenis hormon
yang spesifik terdapat pada hewan, dan beberapa jenis hormon lainnya mirip dengan hormon yang terdapat dalam tubuh manusia. Semua produk makanan dan minuman yang dihasilkan dari ternak yang diberikan hormon selama masa pemeliharaan, dinyatakan aman oleh FDA (Swan et al., 2007; Barret, 2014) Susu yang dihasilkan dari sapi ternak yang diberi hormon RBGH mengandung kadar hormon yang lebih tinggi, dibandingkan dengan susu yang dihasilkan dari sapi ternak yang tidak diberi hormon RBGH. Menurut FDA, RBGH tidak berbahaya bagi manusia, sehingga tidak ditemukan bukti adanya zat aktif biologi yang terserap oleh tubuh manusia. RBGH meningkatkan kadar IGF-1 dalam darah (Barrett, 2014). IGF-1 alami terdapat baik dalam tubuh hewan ternak, maupun pada manusia. Berperan penting dalam produksi susu, pertumbuhan tulang dan pembelahan sel.Karena IGF-1 juga terdapat pada manusia, diasumsikan tubuh manusia dapat menyerap kelebihan IGF-1 dari susu. Tingginya kadar IGF-1 dalam darah dapat meningkatkan kadar estrogen dan meningkatkan faktor risiko kanker payudara serta kanker indung telur (Barrett, 2014). Dari analisa pada makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,87 pg/g pada PediaSure® dan 4,98 pg/g pada Nutrisure Gold®. Selain estrogen, ditemukan hormon progesteron sebesar 5,11 pg/g pada Pediasure® dan 5,84 pg/g pada Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95).
2.5 PUBERTAS PRECOX Pubertas merupakan suatu proses alamiah dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi orang dewasa dan memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testis) menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan otak, tulang, otot, kulit serta organ reproduksi, seperti organ genitalia (penis dan vagina). Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis secara sosial (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014). Pubertas precox adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu sebelum usia 8 tahun pada anak wanita dan sebelum usia 9 tahun pada anak pria, ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan berakhirnya masa pertumbuhan. Produksi berlebihan gonadotropin-releasing
hormone
(GnRH)
menyebabkan
kelenjar
pituitary
meningkatkan produksi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Peningkatan jumlah LH menstimulasi produksi hormon seks steroid oleh sel Leydig pada testis atau sel granul pada ovarium. Peningkatan kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik berubah dan mengalami perkembangan dini. Peningkatan kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan membantu pematangan folikel pada ovarium serta spermatogenesis pada testis (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014). Insiden pubertas precox lebih dominan terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan pada anak pria, disebabkan sifat genetik autosomal dominan. Pubertas
Precox dapat pula diakibatkan paparan hormon estrogen dini pada masa bayi, atau anak yang mengalami obesitas (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014). Gejala pubertas precox pada anak wanita adalah tumbuhnya buah dada dan menstruasi pertama (menarche). Pada anak pria gejala pubertas precox berupa pembesaran testis dan penis, tumbuhnya rambut pada wajah (rambut wajah yang pertama tumbuh umumnya adalah kumis) dan perubahan suara menjadi lebih dalam. Gejala pubertas precox pada anak pria dan anak wanita, termasuk tumbuhnya rambut pubis dan rambut di bawah lengan, pertumbuhan badan yang sangat cepat, jerawat serta bau badan (Staff of Mayo Clinic, 2014). Terdapat 2 jenis pubertas precox : pubertas precox sentral dan pubertas precox perifer. Pada pubertas precox sentral, pubertas terjadi terlalu cepat tetapi pola dan proses pubertas normal. Mayoritas anak dengan kondisi ini, tidak ditemukan kelainan medis dan tidak ditemukan penyebab terjadinya pubertas precox sentral. Tumor, cacat lahir (hydrocephalus atau tumor hamartoma), radiasi, trauma pada otak atau susunan syaraf pusat, diduga dapat menyebabkan terjadinya pubertas precox sentral. Penyebab lainnya adalah McCune-Albright syndrome (penyakit genetik yang mempengaruhi tulang dan warna kulit akibat gangguan hormonal), Congenital adrenal hyperplasia (kelainan genetik yang disebabkan oleh produksi hormon androgen yang tidak normal oleh kelenjar adrenal), hypothyroidism (kelenjar tiroid tidak memproduksi cukup hormon) (Sinha, 2013; Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). Pubertas precox perifer tidak dipicu oleh GnRH pada otak, tetapi disebabkan oleh estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium, testikel, kelenjar adrenal atau kelenjar
pituitari yang tidak normal. Penyebab pubertas precox perifer diantaranya : tumor kelenjar adrenal atau kelenjar pituitari yang mengeluarkan estrogen atau testosteron, McCune-Albright syndrome, kista ovarium, tumor ovarium, tumor sel leydig yang menghasilkan testosteron, mutasi gen (gonadotropin-independent familial sexual precocity, cacat pada gen yang menyebabkan produksi dini testosteron pada anak pria berusia 1-4 tahun) atau terpapar estrogen dan testosteron secara eksternal (Sinha, 2013; Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). Faktor resiko terjadinya pubertas precox meliputi : jenis kelamin (anak wanita lebih berisiko menderita pubertas precox), ras (lebih sering ditemukan pada ras African-American), kegemukan, terpapar hormon seks (kontak dengan krim topikal yang mengandung hormon estrogen atau testosteron, atau substansi lain yang mengandung hormon seperti obat, makanan atau minuman), McCune-Albright syndrome atau congenital adrenal hyperplasia (produksi abnormal hormon androgen), radiasi pada susunan syaraf pusat (Sinha, 2013; Kaplowitz, 2014). Komplikasi pada penderita pubertas precox berupa : - Tubuh pendek. Pada awalnya anak-anak dengan pubertas precox tumbuh sangat cepat, lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Karena pematangan tulang lebih cepat, pertumbuhan juga berhenti lebih cepat dari yang seharusnya, sehingga saat dewasa, tubuh anak-anak dengan pubertas precox lebih pendek (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014).
- Masalah sosial dan gangguan emosi. Anak-anak yang menderita pubertas precox memiliki rasa kesadaran diri yang sangat tinggi terhadap perubahan yang terjadi pada diri mereka. Ini akan berakibat pada rasa percaya diri yang rendah, meningkatkan risiko depresi dan kekerasan seksual (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). - Risiko kanker payudara meningkat pada anak-anak wanita yang menderita pubertas precox (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). Meningkatnya body mass index (BMI) dan berat badan yang berlebihan pada anak usia 5 tahun, diperkirakan dapat mempercepat pubertas. Paparan dari lingkungan seperti asupan estrogen atau androgen, obat krim kulit, obat perawatan rambut dan vitamin, atau kontrasepsi oral yang mengandung senyawa estrogen dapat mempercepat pubertas (Sinha, 2013). Pada anak pria yang dicurigai menderita pubertas precox, diperiksa kadar testosteron pagi hari. Kadar testosteron pagi pada pria diawal masa pubertas, lebih tinggi dari kadar testosteron sore hari, karena kadar luteinizing hormone (LH) dan testosteron meningkat saat tidur. Tingkat pubertas diindikasikan dengan kadar testosteron sebesar 11-30 ng/dL merupakan pubertas dini, kadar testosterone 30 ng/dL prepubertas, kadar testosterone 30-100 ng/dL pubertas, kadar testosterone 100-300 ng/dL mid pubertas, dan kadar testosteron lebih dari 300 ng/dL terdapat pada pria dewasa. Pada anak wanita, meningkatnya estradiol merupakan indikator dari tingkat pubertas. Kadar estradiol di atas 20 pg/mL
merupakan indikasi pubertas, walaupun pada beberapa anak wanita yang sudah mengalami pubertas kadar estradiolnya kurang dari 20 pg/mL. Kadar estradiol dapat berfluktuasi dari hari kehari. Anak wanita yang menderita tumor indung telur atau kista sering kali kadar estradiolnya lebih dari 100 pg/mL (Kaplowitz, 2014).
2.6 OBESITAS Obesitas dan kelebihan berat badan ditetapkan dengan mengasosiasikan berat tertentu dengan efek kesehatan yang dapat merugikan di masa depan. Parameter utama untuk menggolongkan kategori kelebihan berat badan dengan menggunakan indeks massa tubuh / Body Mass Index (BMI), yang didapat dengan mengukur berat dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Untuk orang dewasa, BMI <18,5 kg/m² merupakan berat badan kurang, BMI 18,5 - 24,9 kg/m² adalah berat badan normal, BMI 25 - 29,9 kg/m² digolongkan sebagai kelebihan berat badan, dan BMI ≥30 kg/m² terhitung obesitas. Untuk anak-anak dan remaja, BMI antara persentil ke-85 dan ke-95 dianggap berisiko kelebihan berat badan, dan BMI ≥ persentil ke-95 dianggap kegemukan / obesitas (Gardner dan Shoback, 2011). Ketetapan konvensional untuk dewasa kelebihan berat badan (BMI ≥25 kg/m²) dan obesitas (BMI ≥30 kg/m²) tidak sesuai dengan risiko metabolik yang sama absolut atau relatif dalam semua kelompok etnis. Ukuran dan bentuk tubuh bervariasi antara ras/etnis antara orang dewasa Asia Timur yang memiliki bingkai tubuh lebih kecil dari pada orang dewasa dari ras/etnis kaukasia. Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization/WHO) dan International Obesitas Task Force menetapkan nilai BMI yang lebih rendah untuk menentukan obesitas pada ras/etnis di Asia Selatan dan Asia Timur yaitu: 23 kg/m² untuk kelebihan berat badan dan 25 kg/m² untuk kegemukan/obesitas (Gardner dan Shoback, 2011). Penjelasan yang mungkin untuk meningkatnya kasus kelebihan berat badan dan obesitas, dimulai dengan perubahan perilaku gaya hidup, terutama kurangnya aktivitas fisik secara teratur dan meningkatkan asupan kalori yang berakibat pada ketidak-keseimbangan neraca energi. Realitas faktor mempromosikan obesitas epidemi jelas lebih kompleks dan melibatkan beberapa lapisan penentu termasuk norma-norma sosial dan nilai-nilai, pengaruh dari media industri makanan atau hiburan, pengaturan perilaku termasuk pekerjaan/rumah/lingkungan, faktor individu yang mencakup faktor genetik, sosial ekonomi, budaya, dan psikososial (Kurniasih et al., 2010). Obesitas adalah peningkatan energi yang tersimpan sebagai lemak yang terjadi ketika asupan kalori melebihi pengeluaran kalori. Sistem fisiologis mengendalikan asupan makanan dan pengeluaran energi terdiri dari: 1. sinyal aferen jangka pendek dan jangka panjang yang mendeteksi status energi individual 2. Mengintegrasikan pusat otak, dalam hipotalamus, yang menentukan tingkat respon eferen
3. sinyal eferen termasuk yang mengatur intensitas rasa lapar, berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran energy Salah satu kesalahpahaman umum adalah bahwa sistim fisiologis ini didedikasikan untuk pencegahan obesitas. Sebaliknya peran penting sistem ini adalah dalam pencegahan kelaparan yaitu, memastikan asupan energi yang cukup untuk mengimbangi kebutuhan energi metabolisme basal, aktivitas fisik, pertumbuhan, dan reproduksi. Akibatnya, sistem fisiologis ini lebih kuat terhadap pencegahan kekurangan energi daripada kelebihan penyimpanan (Gardner dan Shoback, 2011)
2.6.1OBESITAS PADA ANAK Kecenderungan obesitas paling mencolok terdapat pada anak-anak dan remaja dengan kenaikan dua hingga tiga kali lipat selama tiga dekade terakhir di semua kelompok umur. Sejak tahun 1970 hingga saat ini, kejadian obesitas pada anak meningkat hingga dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat hingga 3 kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15 tahun meningkat dari 5% pada tahun 1990 menjadi 16% pada tahun 2001 (Sartika, 2011). Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, berkaitan dengan jumlah masa lemak sejak masa gestasi dan bulan pertama kehidupan, dibiasakannya konsumsi susu formula sejak dini, kualitas makanan yang dikonsumsi,
perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan (Yussac et al., 2007; Sartika, 2011) Berat badan yang meningkat dengan cepat pada masa awal pertumbuhan, menyebabkan meningkatnya resiko kegemukan pada anak yang minum susu formula. Meningkatnya berat badan disebabkan asupan makronutrien dosis tinggi, dalam jumlah besar dan dengan kadar susu yang kental, dari susu formula yang dikonsumsi (Hester et al., 2012; Sukmaniah, 2014). Di dalam ASI (air susu ibu) rata-rata jumlah lemak yang terdapat dalam kolostrum sekitar 2,5-3,8 gr / 100 ml. Jumlah karbohidrat yang dikandung dalam ASI sekitar 4,1-6,8 gr / 100 ml, sementara konsentrasi ratarata protein dalam ASI semakin berkurang sesuai dengan lamanya masa ibu menyusui, rata-rata jumlah protein dalam ASI sekitar 1,4-6,5 gr / 100 ml (Hester et al., 2012). Obesitas pada anak dapat meningkatkan resiko terjadinya Diabetes Melitus tipe 2, kegemukan pada usia dewasa, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit gangguan pembuluh darah jantung dan penyakit jantung. Obesitas juga menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menurun, anak cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Yussac et al., 2007; Sartika, 2011). Seorang anak perempuan yang memiliki body mass index (BMI) bernilai obesitas dan peningkatan kadar hormon estrogen seringkali memicu terjadinya pubertas dini (Sinha, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014).
Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian status gizi pada anak. Salah satunya adalah dengan sistem antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Umur Umur memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Kurniasih et al., 2010) b. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (berat badan menurut umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Kurniasih et.al., 2010; Mann dan Truswell, 2014). c. Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan yang dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau indeks BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat penyakit yang menahun (Kurniasih et al., 2010; Mann dan Truswell, 2014). Berat badan dan tinggi badan merupakan salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U (berat badan sesuai umur), TB/U (tinggi badan sesuai
umur) dan BB/TB (berat badan sesuai tinggi badan) merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (Mann dan Truswell, 2014). Ketentuan WHO 2008 untuk berat badan ideal (DBW/desireable body weight) bagi anak balita (1-5 tahun) menggunakan rumus BBI = (usia dalam tahun x 2) + 8 (Judarwanto, 2011). Kebutuhan energi/kalori pada anak balita dapat dilakukan dengan rumus : a. Kebutuhan energi = 1000 + (100 x usia dalam tahun)
b. Kebutuhan energi usia 1-3 tahun = 100 kalori/kg BBI
c. Kebutuhan energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kg BBI
d. Kebutuhan protein adalah sebesar 10% dari total kebutuhan energi sehari, dapat dihitung : (10% x Total Energi Harian) : 4 = x gram e. Kebutuhan Lemak yaitu sebesar 20% dari total energi harian yaitu : (20% x Total
Energi Harian) : 9 = x gram f. Kebutuhan Karbohidrat adalah sisa dari total energi harian dikurangi prosentase protein dan lemak (Judarwanto, 2011)
2.7 HEWAN COBA Pada penelitian obat atau alat baru terdapat tahap dimana zat atau alat baru tersebut harus diujikan terlebih dahulu pada hewan coba sebelum diujikan pada manusia. Hewan coba yang banyak digunakan adalah mencit dan tikus putih karena mudah didapat dalam jumlah banyak, memiliki respon cepat, dapat memberikan gambaran ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia dan harganya relatif murah (Ngatidjan, 2006). Tikus yang akan digunakan untuk penelitian, harus dilakukan proses adaptasi terhadap jenis makanan yang akan diberikan. Komposisi diet harus diperhatikan terutama protein, dimana protein nabati tertentu memiliki nilai nutrisi tersendiri dan tidak digunakan sebagai sumber energi (Hoag dan Dickie, 2007). Pada hewan uji tikus dengan berat rerata 100 gr, maksimal pemberian peroral adalah 5,0 ml/hr, berdasarkan kapasitas maksimal lambung hewan uji. Lama pemberian bahan uji ditentukan selama kurang lebih 2 minggu, untuk pemberian dengan dosis terbagi dalam 1 hari (Ngatidjan, 2006). Penelitian ini dilakukan pada anak tikus (rattus norvegicus) jantan usia 21 hari, yang sudah memasuki masa sapih (Armitage, 2004), sehingga dianggap setara dengan anak usia 1-3 tahun. Penelitian dilakukan selama 21 hari, sebelum anak tikus masuk usia pubertas 45 hari (Budhy, 2010).
2.7.1 TIKUS JANTAN (RATTUS NORVEGICUS) GALUR WISTAR Penelitian dengan menggunakan tikus (rattus norvegicus) galur wistar lebih banyak dilakukan oleh para peneliti karena banyak yang menganggap aspek perilaku dan fisiologis tikus lebih relevan dengan manusia, lebih mudah diamati, lebih mudah dipelihara bila dibandingkan dengan mencit. Pemeliharaan dan makanan tikus lebih mahal dari pada mencit, tapi tikus dapat berkembang biak sebaik mencit. Tikus (rattus norvegicus) galur wistar juga lebih besar daripada mencit, maka untuk beberapa macam percobaan, tikus lebih menguntungkan. Terdapat beberapa galur tikus yang dapat digunakan untuk percobaan, antara lain : Wistar Albino, LongEvans, Sprague Dawley, namun yang banyak digunakan berasal dari tikus Wistar Albino (Budhy, 2010). Tikus (rattus norvegicus) galur wistar lebih besar dari pada famili tikus pada umumnya, dimana tikus ini dapat mencapai panjang 40 cm, diukur dari hidung sampai ujung ekor, dengan berat 140-150 gram. Tikus betina biasanya mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada tikus jantan dan memiliki kematangan seksual pada umur 4 bulan serta dapat hidup selama 4 tahun (Budhy, 2010) Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak tikus jantan (rattus norvegicus) galur wistar usia 21 hari, yang sudah memasuki masa sapih (Armitage, 2004), sehingga dianggap setara dengan anak usia 1-3 tahun. Penelitian dilakukan selama 21 hari, sebelum anak tikus masuk usia pubertas 45 hari (Budhy, 2010).
Tabel 2.3 Perkembangan tikus jantan (rattus norvegicus) (rata-rata) (Armitage, 2004; Budhy, 2010; Anonim, 2014) Kematangan seksual tikus betina Kematangan seksual tikus jantan
: :
90 hari 70 hari
Masa kehamilan
:
28 hari
Masa penyapihan
:
21 hari
Berat saat lahir
:
5,81 gr
Berat saat disapih
:
20-35 gr
Berat dewasa
: 300 gr Tabel 2.4 Metabolisme tikus jantan (rattus norvegicus) (rata-rata) (Armitage, 2004; Budhy, 2010; Anonim, 2014)
Tipikal suhu tubuh
:
37.1ºC 98.8ºF
Basal metabolic rate
:
1.4040 W
Massa tubuh
:
206,9 gr
Metabolic rate per massa tubuh
:
0.006786 W/g
atau
Berat tikus jantan (rattus norvegicus) galur wistar umur 4 minggu kira-kira 20-40 gr (jantan) dan 18-35 gr (betina). Kecepatan pertumbuhan berat badan tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar yang normal untuk tiap harinya adalah 1 gr/ekor/hari. Hal ini terkait dengan konsumsi pakan setiap harinya kurang lebih
sebanyak 10% dari bobot tubuhnya jika pakannya berupa pakan kering. Sedangkan kebutuhan minum seekor tikus setiap hari kira–kira 15 – 30 ml air (Budhy, 2010). Pakan yang dibuat murni sangat penting untuk hewan pengerat karena mengandung berbagai macam sumber gizi dalam bentuk murni, sumber karbohidrat berupa disakarida yaitu pati, sumber lemak berupa lemak nabati dan mineral sebagai sumber garam–garaman. Makanan yang berkualitas bagus akan mudah dicerna, enak dan tikus mau mengkonsumsinya. Bahan pakan untuk tikus harus kering sebelum disimpan agar tidak cepat rusak dan untuk mengurangi kecepatan pertumbuhan cendawan atau jamur, sehingga pakan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama (Ngatidjan, 2006; Budhy, 2010). Kualitas makanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan tikus mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berbiak dan hidup lama. Makanan tikus dewasa terdiri dari: protein 20-25% (hanya 12% bila protein terdiri dari 20 asam amino esensial dengan konsentrasi yang benar); lemak 5%; pati 45-50%; serat kasar 5%; abu 4-5%, vitamin A 4.000 IU/kg; vitamin D 1.000 IU/kg; alfa-tokoferol 30 gr/kg; asam linoleat 3 gr/kg; tiamin 4 mg/kg; riboflavin 3 mg/kg; vitamin B-12 50 ug/kg; biotin dan kolin 1.000 mg/kg. Tikus dewasa makan 12-20 gr/hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Tabel 2.5 Mineral Dalam Makanan Tikus (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988) JENIS Kalsium Fosfor
JUMLAH 0,5% 0,4%
Magnesium 400 mg/kg Kalium
0,36%
Natrium
0,05%
Tembaga
5 mg/kg
Yodium
0,15 mg/kg
Besi
35 mg/kg
Mangan
50 mg/kg
Seng
12 mg/kg
2.7.2 PEMANTAUAN KESELAMATAN TIKUS DI LABORATORIUM Pemantauan keselamatan tikus di laboratorium antara lain (Ngatidjan, 2006) : 1. Kandang tikus sebaiknya dari bahan yang kuat, tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali seminggu), tidak berkarat, mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas. Ukuran kandang harus diperhatikan, agar tikus bisa bergerak bebas tanpa ada ketegangan yang diakibatkan oleh kandang yang terlalu sempit
2. Alas tidur harus dapat menyerap air kemih supaya kandang tetap kering. Syarat bahan alas tidur adalah dapat menghisap air, tidak melukai hewan coba, tidak menarik untuk dimakan, tidak berbau dan tidak mengandung zat yang dapat mengganggu kesehatan hewan coba. Umumnya dipakai sekam padi atau serbuk gergaji. 3. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologi tikus (suhu, kelembaban, dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari) 4. Tikus harus diperlakukan dengan kasih sayang
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Pemenuhan gizi dan nutrisi seimbang pada anak, terutama anak berusia 1-5 tahun, sering kali menemui banyak hambatan. Seiring dengan bertambahnya usia maka anak menjadi lebih peka terhadap warna makanan, rasa makanan dan jenis makanan. Anak cenderung untuk memilih makanan jenis tertentu saja, yang dirasakan enak, tetapi mungkin tidak memiliki nilai gizi yang cukup. Untuk mengatasi kemungkinan ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia 1-5 tahun dapat diantisipasi dengan pemberian makanan pengganti cair, yang dipercaya memiliki komponen nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian nutrisi seorang anak. Terapi pemberian makanan pengganti cair selain meningkatkan berat badan, diduga dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron yang memiliki efek samping berupa pubertas dini pada anak usia 8-9 tahun. Untuk data kuantitatif dilakukan pengukuran kadar hormon estrogen dan progesteron.
3.2. Konsep Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kajian pustaka maka disusun konsep sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah : 1. Pemberian makanan pengganti cair PediaSure® dapat meningkatkan berat badan pada anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar. 2. Pemberian makanan pengganti cair PediaSure® dapat meningkatkan kadar hormon estrogen pada anak tikus jantan galur wistar. 3. Pemberian makanan pengganti cair PediaSure® dapat meningkatkan kadar hormon progesteron pada anak tikus jantan galur wistar. 4. Pemberian
makanan
pengganti
cair
Nutrisure
Gold®
dapat
meningkatkan berat badan pada anak tikus jantan galur wistar. 5. Pemberian
makanan
pengganti
cair
Nutrisure
Gold®
dapat
meningkatkan kadar hormon estrogen pada anak tikus jantan galur wistar. 6. Pemberian
makanan
pengganti
cair
Nutrisure
Gold®
dapat
meningkatkan kadar hormon progesteron pada anak tikus jantan galur wistar.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan posttest only control group design (Federer, 2011)
P0 R
O1 P1
P
S
O2 P2 O3
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian
Keterangan : P
= Populasi
S
= Sampel
R
= Randomisasi
P0
= Perlakuan pada Kelompok Kontrol dengan pemberian pakan ikan dan aquabidest.
P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan pertama dengan pemberian makanan pengganti cair PediaSure® P2
= Perlakuan pada Kelompok Perlakuan ke dua dengan pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®
O1 = Pemeriksaan post-test berat badan dan kadar hormon estrogen serta progesteron Kelompok Kontrol dengan pemberian pakan ikan dan aquabidest O2 = Pemeriksaan post-test berat badan dan kadar hormon estrogen serta progesteron Kelompok Perlakuan dengan pemberian makanan pengganti cair PediaSure® O3 = Pemeriksaan post-test berat badan dan kadar hormon estrogen serta progesteron
kelompok
perlakuan
dengan
pemberian
makanan
pengganti cair Nutrisure Gold® 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Untuk pemeliharaan anak tikus dan mengukur berat badan anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar selama proses penelitian dilakukan di Bagian Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Pemeriksaan darah anak tikus untuk mengukur kadar hormon estrogen dan progesteron dalam darah, dilakukan di Laboratorium Analitik, Universitas Udayana.
4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) minggu dengan rincian sebagai berikut: 1. Satu minggu untuk mencari dan mempersiapkan anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar sehat, usia 21 hari. 2. Tiga minggu untuk perlakuan.
3. Satu minggu untuk pemeriksaan kadar hormon estrogen dan progesteron di laboratorium, analisis statistik serta penyusunan usulan kelayakan.
4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Kriteria Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar dengan kriteria berikut: 4.3.1.1 Kriteria inklusi •
Anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar
•
Umur 21 hari (sesuai dengan anak usia 1-3 tahun)
•
Berat badan 16 gr - 20 gr
•
Sudah disapih
•
Sehat
4.3.1.2 Drop out Tikus yang mati saat penelitian berlangsung 4.3.2 Besar Sampel Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus Federer (Federer, 2011) (n-1) (1-l) ≥ 15 (n-1) (3-l) ≥ 15 2n-2 ≥ 15 2n ≥ 17 n ≥ 8,5 = 9 Keterangan : n
= banyaknya sampel setiap perlakuan
l
= banyaknya perlakuan berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, maka diperoleh n = 9. Pada
penelitian ini terdapat tiga kelompok, maka jumlah sampel seluruhnya adalah 27. Selama penelitian sampel ditambah 10% untuk menjaga kemungkinan drop out, sehingga jumlah keseluruhan sampel menjadi 30.
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Oleh karena sampel bersifat homogen, yaitu: anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar usia 21 hari yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi, diambil secara acak sederhana untuk mendapatkan jumlah 30 sampel. Sampel yang dipilih dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Kelompok Kontrol dengan pemberian pakan ikan serta aquabidest, Kelompok Perlakuan pertama dengan pemberian makanan pengganti cair PediaSure® dan Kelompok Perlakuan ke dua dengan pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel Variabel yang akan diukur adalah total setelah perlakuan 21 hari. 4.4.2 Klasifikasi Variabel •
Variabel bebas adalah variable yang akan mempengaruhi hasil penelitian secara langsung, yaitu : makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold®
•
Variabel tergantung adalah variabel yang merupakan hasil perlakuan variabel bebas, yaitu : berat badan, kadar hormon estrogen dan kadar hormon progesteron
•
Variabel kendali adalah variabel yang dapat dikendalikan, antara lain : strain tikus, usia tikus, lingkungan (suhu, cahaya, kelembaban), kesehatan tikus, dan makanan/minuman.
4.4.3 Hubungan Antar Variabel Variab el bebas
Variab el tergantung
Makanan pengganti cair
Berat badan
PediaSure®
Hormon estrogen dan
Makanan pengganti cair
progesteron
Nutrisure Gold Variabel kendali 1. Jenis Tikus 2. Umur Tikus 3. Lingkungan 4. Kesehatan 5. M akanan/minuman
Gambar 4.2 Bagan Hubungan Antar Variabel
Definisi Operasional Variabel 1. Makanan yang diberikan pada tikus kontrol adalah pakan ikan merk Takari, diproduksi oleh PT Central Proteinaprima Tbk, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Pakan terdiri dari fish meal, shrimp meal, soybean
meal, vitamin and mineral premix, pigment enhancer, antioxidants. Serta diperkaya oleh vitamin A, D3, E, B1, B2, B6, B12, niacin, biotin, panthotenic, choline. Protein (min) 30%, crude fat (min) 3%, crude fiber (max) 4%, crude ash (max) 12%. Produk ini dipilih karena besar pelet cukup halus untuk dapat dicerna oleh tikus yang baru masuk masa sapih, serta mencantumkan komposisi isi. Makanan dan air diberikan secara ad libitum (tanpa takaran). 2. Makanan pengganti cair PediaSure® adalah sediaan makanan pengganti cair dalam bentuk bubuk susu yang dilarutkan dengan air hangat yang diberikan empat kali sehari dengan dosis maksimal 10% dari berat badan tikus, yang dilarutkan dalam air hangat secara oral (Ngatidjan, 2006). 5 takar bubuk susu (45,5 gr) dilarutkan dengan 190 ml menghasilkan kalori 230 kkal. Pemberian makanan pengganti cair PediaSure® sebanyak 1 gr bubuk susu yang dilarutkan dengan 2 ml air (± 5,2 kkal), diberikan dengan menggunakan sonde (force feeding), 2 ml per kali pemberian sebanyak 4 kali per hari dengan jarak pemberian 4 jam sekali, setiap hari selama 21 hari. 3. Makanan pengganti cair Nutrisure Gold® adalah sediaan makanan pengganti cair dalam bentuk bubuk susu yang dilarutkan dengan air hangat yang diberikan empat kali sehari dengan dosis maksimal 10% dari berat badan tikus, yang dilarutkan dalam air hangat secara oral
(Ngatidjan, 2006). 5 takar bubuk susu (45 gr) dilarutkan dengan 175 ml menghasilkan kalori 200 kkal. Pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® sebanyak 1 gr bubuk susu yang dilarutkan dengan 2 ml air (± 5,2 kkal), diberikan dengan menggunakan sonde (force feeding), 2 ml per kali pemberian sebanyak 4 kali per hari dengan jarak pemberian 4 jam sekali, setiap hari selama 21 hari. 4. Kadar hormon estrogen dan progesteron dalam darah anak tikus diperiksa dengan pemeriksaan laboratorium menggunakan metode ELISA. 5. Cahaya, suhu, dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang dialami tikus, pada penelitian ini kondisi lingkungan dibuat sama. Cahaya yang digunakan berupa cahaya lampu neon 10 watt, suhu kamar 25ºC, dan kelembaban 70%. 6. Umur anak tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat pada kandang percobaan. 7. Anak tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak tikus (rattus norvegicus) jantan usia 21 hari, sehat dan telah disapih, karena dianggap setara dengan anak usia 1-3 tahun. 8. Berat badan : berat badan tikus ditimbang setiap tiga hari sekali dengan menggunakan timbangan gram.
4.5 Bahan Penelitian Bahan atau materi : •
Anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar usia 21 hari, sehat dan sudah disapih.
•
Makanan dan minuman tikus berupa pakan ikan dan air minum
•
Makanan pengganti cair PediaSure®
•
Makanan pengganti cair Nutrisure Gold®
•
Kapas
•
Aquadest steril
•
Kit ELISA untuk pemeriksaan hormon estrogen dan progesteron
4.6 Instrumen Penelitian Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah sebagai berikut: •
Kandang tikus terbuat wadah / bak plastik dengan tutup terbuat dari kawat aluminium, kandang harus cukup hangat.
•
Makanan pengganti cair PediaSure® yang telah dilarutkan dengan air hangat
•
Makanan pengganti cair Nutrisure Gold® yang telah dilarutkan dengan air hangat
•
sonde 1 cc untuk pemberian air dan makanan pengganti cair PediaSure® per oral
•
sonde 1 cc untuk pemberian air dan makanan pengganti cair Nutrisure Gold® per oral
•
Perangkat pengambilan darah, terdiri dari seperangkat alat suntik, rak, dan tabung reaksi.
•
Sentrifus dan tabung sentrifus untuk pemisahan serum tikus.
•
Vial untuk penyimpanan serum tikus (Eppendorf tube).
•
Perangkat pemeriksaan ELISA.
•
Jam untuk mengukur waktu.
•
Timbangan.
4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Makanan Standar Kelompok Kontrol Makanan standar yang diberikan adalah pakan ikan merk Takari, diproduksi oleh PT Central Proteinaprima Tbk, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Pakan terdiri dari fish meal, shrimp meal, soybean meal, vitamin and mineral premix, pigment
enhancer, antioxidants. Serta diperkaya oleh vitamin A, D3, E, B1, B2, B6, B12, niacin, biotin, panthotenic, choline. Protein (min) 30%, crude fat (min) 3%, crude fiber (max) 4%, crude ash (max) 12%. Produk ini dipilih karena besar pelet cukup halus untuk dapat dicerna oleh tikus yang baru masuk masa sapih, serta mencantumkan komposisi isi. Makanan dan air diberikan secara ad libitum (tanpa takaran).
4.7.2 Pembuatan Sediaan Makanan Pengganti cair PediaSure® Untuk anak usia 1-3 tahun dengan status BB kurang (± 10 Kg BB) diberikan makanan pengganti cair PediaSure® sebanyak 5 takar bubuk susu (45 gr) dilarutkan dengan 190 ml air untuk mendapatkan 237 ml makanan pengganti cair. Makanan pengganti cair diberikan 4 kali sehari (± 1.000 ml) untuk memenuhi kecukupan gizi harian. Perhitungan sesuai tabel konversi : BB anak ± 10 kg Dosis tikus 20 gr adalah 1/12 dosis manusia dewasa dengan BB 60 kg → 1/12 dikalikan dengan berat badan anak (1/6 dosis berat dewasa) → 1/12 X 1/6 = 1/48 (Reagan-Shaw et al., 2007; Shin et al., 2010; Freireich, 2014) 1 kali pemberian bubuk susu pada anak adalah 45 gr 1/48 X 45 gr ≈ 1 gr bubuk susu per kali
→
Dosis pada tikus : 1 gr bubuk susu diencerkan dengan 2 cc air sesuai besar lambung tikus (10% dari total berat badan tikus) (Ngatidjan, 2006), diberikan 4 kali per hari (sesuai dengan aturan dosis minum untuk anak). Makanan pengganti cair PediaSure® sebanyak 1 gr dilarutkan dengan 2 ml air hangat menghasilkan ± 5,2 kkal. Dosis yang digunakan adalah 1/12 dosis anak dengan berat badan 10 kg, dimana untuk berat badan tikus dengan rata-rata 20 gr maka dosis yang diberikan adalah 1 gr/kali yang dilarutkan dengan 2 ml air, diberikan dengan menggunakan sonde (force feeding) sebanyak 2 ml per kali pemberian, 4 kali per hari dengan jarak pemberian 4 jam sekali, setiap hari selama 21 hari.
4.7.3 Sediaan Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® Untuk anak usia 1-3 tahun dengan status berat badan kurang (± 10 Kg BB) diberikan makanan pengganti cair Nutrisure Gold sebanyak 5 takar bubuk susu (45,5 gr) dilarutkan dengan 175 ml air untuk mendapatkan 230 ml makanan pengganti cair. Makanan pengganti cair diberikan 4 kali sehari (± 1.000 ml) untuk memenuhi kecukupan gizi harian. Perhitungan sesuai tabel konversi : BB anak ± 10 kg Dosis tikus 20 gr adalah 1/12 dosis manusia dewasa dengan BB 60 kg → 1/12 dikalikan dengan berat badan anak (1/6 dosis berat dewasa) → 1/12 X 1/6 = 1/48 (Reagan-Shaw et al., 2007; Shin et al., 2010; Freireich, 2014)
1 kali pemberian bubuk susu pada anak adalah 45,5 gr → 1/48 X 45,5 gr ≈ 1 gr bubuk susu per kali Dosis pada tikus : 1 gr bubuk susu diencerkan dengan 2 cc air sesuai besar lambung tikus (10% dari total berat badan tikus) (Ngatidjan, 2006), diberikan 4 kali per hari (sesuai dengan aturan dosis minum untuk anak). Makanan pengganti cair Nutrisure Gold sebanyak 1 gr dilarutkan dengan 2 ml air hangat menghasilkan ± 5,2 kkal. Dosis yang digunakan adalah 1/12 dosis anak dengan berat badan 10 kg, dimana untuk berat badan tikus dengan rata-rata 20 gr maka dosis yang diberikan adalah 1 gr/kali yang dilarutkan dengan 2 ml air, diberikan dengan menggunakan sonde (force feeding) sebanyak 2 ml per kali pemberian, 4 kali per hari dengan jarak pemberian 4 jam sekali, setiap hari selama 21 hari.
4.7.4 Persiapan Hewan Coba 1. Anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar, usia 21 hari dengan berat badan 16-20 gram, sudah disapih dan sehat digunakan sebagai hewan percobaan. 2. Kandang yang digunakan untuk memelihara anak tikus berupa bak plastik dan pada bagian atas diberi penutup kawat serta pada dasar bak diberikan sekam untuk menyerap kotoran tikus. 3. Anak tikus dilakukan aklimatisasi selama satu minggu di tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan.
4. Anak tikus ditimbang berat badannya lalu dikelompokkan secara random menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: Kelompok P0 (Kelompok Kontrol dengan pemberian pakan ikan dan aquabidest), Kelompok P1 (Kelompok Perlakuan pertama dengan pemberian makanan pengganti cair PediaSure® dan aquabidest) dan kelompok P2 (Kelompok Perlakuan ke dua dengan pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® dan aquabidest) kemudian dimasukkan dalam kandang masingmasing. 5. Tikus pada Kelompok Kontrol (P0) diberikan pakan ikan dan aquabidest selama 21 hari. Pakan ikan serta air diberikan secara ad libitum (tanpa takaran). Berat badan tikus ditimbang setiap 3 hari sekali. 6. Tikus pada Kelompok Perlakuan pertama (P1) diberikan makanan pengganti cair PediaSure® sebanyak 1 gr bubuk susu yang dilarutkan dengan 2 ml air, diberikan dengan menggunakan sonde (force feeding), 2 ml per kali pemberian sebanyak 4 kali per hari dengan jarak pemberian 4 jam sekali, setiap hari selama 21 hari. Air diberikan secara ad libitum (tanpa takaran). Berat badan tikus ditimbang setiap 3 hari sekali. 7. Tikus pada Kelompok Perlakuan ke dua (P2) diberikan makanan pengganti cair Nutrisure Gold® sebanyak 1 gr bubuk susu yang dilarutkan dengan 2 ml air, diberikan dengan menggunakan sonde (force
feeding), 2 ml per kali pemberian sebanyak 4 kali per hari dengan jarak pemberian 4 jam sekali, setiap hari selama 21 hari. Air diberikan secara ad libitum (tanpa takaran). Berat badan tikus ditimbang setiap 3 hari sekali. 8. Tikus yang sakit selama masa penelitian diperiksa dan dirawat oleh dokter hewan. 9. Pada hari ke 15, seluruh anak tikus ditimbang berat badannya dan diambil darah kurang lebih 1 ml dari medial canthus sinus orbitalis serta diperiksa kadar hormon estrogen serta progesteron di laboratorium. Setelah itu anak tikus akan dikembalikan lagi ke Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana untuk diberi minum, serta vitamin secukupnya. Anak tikus yang telah digunakan sebagai hewan coba, kemudian disumbangkan ke Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
4.7.5 Pemeriksaan Kadar Estrogen dan Progesteron Pemeriksaan kadar Estrogen dan Progesteron dengan menggunakan teknik ELISA
4.7.6 Alur Penelitian Anak tikus jantan usia 21 hari; 30 ekor
Kontrol 10 ekor
Pemberian pakan ikan dan air selama 21 hari
Pemeriksaan post test Kontrol
Perlakuan Kelompok pertama 10 ekor
Perlakuan Kelompok kedua 10 ekor
Pemberian makanan pengganti cair PediaSure® selama 21 hr
Pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® selama 21 hari
Pemeriksaan post test Perlakuan Kelompok I
Pemeriksaan post test Perlakuan Kelompok II
Berat badan Estrogen dan progestron
Analisis Data
Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian
4.7.7 Cara Pengumpulan Data Data yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh dari: 30 ekor anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar usia 21 hari, dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok. Terhadap ke 10 ekor anak tikus dari masing-masing kelompok, dilakukan pengukuran berat badan setiap 3 hari sekali dan pengambilan sampel darah pada akhir penelitian, sejumlah 1 ml dari bagian medial canthus sinus orbitalis serta dilakukan pemeriksaan kadar hormon estrogen dan progesteron di laboratorium.
4.8 Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian di laboratorium ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS for window versi 16.0. Analisis data sebagai berikut (Dahlan, 2012): 1. Analisis deskriptif
2. Uji normalitas dan homogenitas
a. Uji Normalitas data dengan menggunakan Test Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <30 dan data berdistribusi normal dengan (p >0,05). b. Uji homogenitas data dengan Levene’s Test, varian data pada masingmasing kelompok homogen dengan (p>0,05).
3. Uji komparasi
a. Karena data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji one way Anova untuk mengetahui perbedaan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan setelah perlakuan (post-test). b.
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol dilakukan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD)
BAB V HASIL PENELITIAN
Penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design, menggunakan 30 ekor anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar usia 21 hari yang sehat dengan berat badan 16-20 gram sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu Kelompok Kontrol dengan pemberian pakan ikan dan aquabidest, Kelompok Perlakuan pertama dengan pemberian makanan pengganti cair PediaSure®, Kelompok Perlakuan ke dua dengan pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data Data berat badan, progesteron, dan estrogen diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan, Progesteron, dan Estrogen Kelompok Subjek Berat badan kontrol Berat badan perlakuan 1 Berat badan perlakuan 2 Progesteron kontrol Progesteron perlakuan 1 Progesteron perlakuan 2 Estrogen kontrol Estrogen perlakuan 1 Estrogen perlakuan 2
n
p
10 10 10 10 10 10 10 10 10
0,433 0,430 0,709 0,083 0,914 0,736 0,113 0,159 0,889
Ket. Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
5.2 Uji Homogenitas Data Data berat badan, progesteron, dan estrogen diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Homogenitas Data Berat Badan, Progesteron dan Estrogen antar Kelompok Perlakuan Variabel Berat badan Progesteron
F 0,57 1,45 1,12
p 0,573 0,223 0,342
Keterangan Homogen Homogen Homogen
Estrogen
5.3 Berat Badan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata berat badan antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa makanan pengganti cair PediaSure® dan
Nutrisure Gold®. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Perbedaan Berat Badan Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® Kelompok Subjek
Kontrol Perlakuan 1 (PediaSure) Perlakuan 2 (Nutrisure)
n
Rerata Berat Badan (gr)
10 10 10
76,11 78,56 78,67
SB
2,32 1,74 2,00
F
4,55
p
0,021
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan Kelompok Kontrol adalah 76,112,32 gr, rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 78,561,74 gr, dan rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 78,672,00 gr. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 4,55 dan nilai p = 0,021. Hal ini berarti bahwa berat badan pada ke tiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
Gambar 5.1 Perbandingan Berat Badan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan Kelompok Kontrol perlu dilakukan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini.
Tabel 5.4 Analisis Komparasi Berat Badan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
Kontrol dan Perlakuan 1 Kontrol dan Perlakuan 2 Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
2,44 2,56 0,11
p
Interpretasi
0,018 0,013 0,909
Berbeda Berbeda Tidak Berbeda
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1. Rerata berat badan Kelompok Kontrol berbeda bermakna dengan Kelompok Perlakuan 1 (rerata berat badan Kelompok Perlakuan 1 lebih tinggi daripada rerata berat badan Kelompok Kontrol). 2. Rerata berat badan Kelompok Kontrol berbeda bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2 (rerata berat badan Kelompok Perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata berat badan Kelompok Kontrol). 3. Rerata berat badan Kelompok Perlakuan 1 tidak berbeda dengan Kelompok Perlakuan 2 (rerata berat badan Kelompok Perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata berat badan Kelompok Perlakuan 1).
Tabel 5.5 Kenaikan Berat Badan antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan 1 (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan 2 (Nutrisure Gold®) Descriptives 95% Confidence Interval for Mean
N Kontrol
Hari Ke-1
Mean
Std. Deviation
Lower Bound
Std. Error
Mini Maxi Upper Bound mum mum
10
18.30
1.703
.539
17.08
19.52
16
20
Hari Ke-4
10
35.40
2.366
.748
33.71
37.09
31
39
Hari Ke-7
10
41.00
1.491
.471
39.93
42.07
39
43
Hari Ke-10
10
48.50
1.581
.500
47.37
49.63
46
51
Hari Ke-14
10
57.00
2.211
.699
55.42
58.58
55
61
Hari Ke-17
10
65.50
2.550
.806
63.68
67.32
61
69
Hari Ke-21
10
75.70
2.541
.803
73.88
77.52
72
79
70
48.77
18.132
2.167
44.45
53.09
16
79
Pediasure Hari Ke-1
10
18.30
1.337
.423
17.34
19.26
16
20
Hari Ke-4
10
36.20
2.898
.917
34.13
38.27
31
40
Hari Ke-7
10
41.70
1.636
.517
40.53
42.87
39
44
Hari Ke-10
10
49.40
1.897
.600
48.04
50.76
47
53
Hari Ke-14
10
58.70
1.567
.496
57.58
59.82
57
62
Hari Ke-17
10
68.60
1.430
.452
67.58
69.62
67
71
Hari Ke-21
10
78.20
2.201
.696
76.63
79.77
74
81
70
50.16
19.052
2.277
45.61
54.70
16
81
Nutrisure Hari Ke-1
10
18.30
1.252
.396
17.40
19.20
16
20
Hari Ke-4
10
35.80
3.084
.975
33.59
38.01
32
40
Hari Ke-7
10
41.20
1.549
.490
40.09
42.31
39
44
Hari Ke-10
10
50.00
1.944
.615
48.61
51.39
47
53
Hari Ke-14
10
58.30
1.636
.517
57.13
59.47
56
61
Hari Ke-17
10
68.20
1.398
.442
67.20
69.20
66
70
Hari Ke-21
10
78.70
2.497
.790
76.91
80.49
75
82
70
50.07
19.160
2.290
45.50
54.64
16
82
Total
Total
Total
Dari tabel 5.5 didapatkan hasil : 1. Rerata berat badan kenaikan berat badan pada Kelompok Kontrol, adalah : 2,733 gr/hari 2. Rerata berat badan kenaikan berat badan pada Kelompok Perlakuan I/PediaSure®, adalah : 2,852 gr/hari 3. Rerata berat badan kenaikan berat badan pada Kelompok Perlakuan II/Nutrisure Gold®, rata-rata : 2,876 gr/hari
4. Pada Kelompok Perlakuan pertama terjadi peningkatan berat badan sebesar 3,22%, dibandingkan dengan Kelompok Kontrol 5. Pada Kelompok Perlakuan ke dua terjadi peningkatan berat badan sebesar 3,36%, dibandingkan dengan Kelompok Kontrol
90
gr BB 68,60 68,20 65,50
80 70
50,00 49,40 48,50
60 50
36,20 35,80 35,40
40
20
58,70 58,30 57,00
41,70 41,20 41,00
30
18,30
78,70 78,20 75,70
Kelompok Kontrol Kelompok Pediasure Kelompok Nutrisure
10 0
hari-1
hari-4
hari-7
hari-10
hari-14
hari-17
hari-21
Hari
Gambar 5.2 Kenaikan Berat Badan antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan 1 (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan 2 (Nutrisure Gold®)
Gambar 5.2 di atas menunjukkan : 1. Hari ke-1 : anak tikus dibagi secara random menjadi tiga kelompok : Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan I (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan II (Nutrisure Gold®) 2. Hari ke-4 : anak tikus pada Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan I (PediaSure®)
dan
Kelompok
Perlakuan
II
(Nutrisure
Gold®)
mengalami kenaikan berat badan yang cukup tinggi. Anak tikus mulai beradaptasi dengan jenis pakan yang diberikan.
3. Hari ke-14 : kenaikan berat badan pada Kelompok Perlakuan I (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan II (Nutrisure Gold®) lebih tinggi dibandingkan dengan Kelompok Kontrol. 4. Hari ke-17 : kenaikan berat badan pada Kelompok Perlakuan I (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan II (Nutrisure Gold®) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Kelompok Kontrol. 5. Hari ke-21 :
kenaikan berat badan pada Kelompok Perlakuan II
(Nutrisure Gold®) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan Kelompok Perlakuan I (PediaSure®) 5.4 Progesteron Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata progesteron antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold®. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.6 berikut Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Progesteron Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® Kelompok Subjek
n
Kontrol
10 10 10
Perlakuan 1 (PediaSure) Perlakuan 2 (Nutrisure)
Rerata Progesteron (ng/ml) 38,43 41,13 45,80
SB
F
p
1,96 0,54 2,51
36,01
0,001
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata progesteron Kelompok Kontrol adalah 38,431,96 ng/ml, rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 41,130,54 ng/ml, dan rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 45,802,51 ng/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 36,01 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa Progesteron pada ke tiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
ng/ml
Gambar 5.3 Perbandingan Rerata Progesteron antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan Kelompok Kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). disajikan di bawah ini.
Hasil uji
Tabel 5.7 Analisis Komparasi Rerata Progesteron Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok Kontrol dan Perlakuan 1 Kontrol dan Perlakuan 2
Beda Rerata 2,70 7,37 4,67
p 0,005 0,001 0,001
Interpretasi Berbeda Berbeda Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
Hasil uji lanjutan di atas menunjukkan bahwa: 1. Rerata progesteron Kelompok Kontrol berbeda bermakna dengan Kelompok Perlakuan 1 (rerata progesteron Kelompok Perlakuan 1 lebih tinggi daripada rerata progesteron Kelompok Kontrol). 2. Rerata progesteron Kelompok Kontrol berbeda bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2 (rerata progesteron Kelompok Perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata progesteron Kelompok Kontrol). 3. Rerata progesteron Kelompok Perlakuan 1 berbeda bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2 (rerata progesteron Kelompok Perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata progesteron Kelompok Perlakuan 1).
5.5 Estrogen Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata estrogen antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold®. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.8 Perbedaan Rerata Estrogen Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® Kelompok Subjek Kontrol Perlakuan 1 (PediaSure) Perlakuan 2 (Nutrisure)
n
Rerata Estrogen (ng/ml)
SB
10 0,008 10 0,04 0,05 0,06 0,006 10 0,012
F
p
11,52
0,001
Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata estrogen Kelompok Kontrol adalah 0,040,008 ng/ml, rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 0,050,006 ng/ml, dan rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 0,060,011 ng/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 11,52 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa Estrogen pada ke tiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
ng/ml
Gambar 5.4 Perbandingan Rerata Estrogen antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan Kelompok Kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini. Tabel 5.9 Analisis Komparasi Rerata Estrogen Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Perlakuan 1
0,01
0,015
Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2
0,02
0,001
Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
0,01
0,041
Berbeda
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1. Rerata estrogen Kelompok Kontrol berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (rerata estrogen kelompok perlakuan 1 lebih tinggi daripada rerata estrogen kelompok kontrol). 2. Rerata estrogen Kelompok Kontrol berbeda bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2 (rerata estrogen Kelompok Perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata estrogen kelompok kontrol). 3.
Rerata estrogen Kelompok Perlakuan 1 berbeda bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2 (rerata estrogen Kelompok Perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata estrogen Kelompok Perlakuan 1).
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Pengaruh Pemberian Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® Uji perbandingan antara ketiga kelompok sesudah perlakuan berupa pemberian makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® menggunakan uji One Way Anova. Rerata berat badan Kelompok Kontrol adalah 76,112,32 gr, rerata Kelompok Perlakuan pertama adalah 78,561,74 gr, dan rerata Kelompok Perlakuan ke dua adalah 78,672,00 gr. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 4,55 dan nilai p = 0,021. Hal ini berarti bahwa berat badan pada ke tiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Tikus dewasa makan sebanyak 12-20 gr/hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Kecepatan pertumbuhan berat badan tikus dewasa (rattus norvegicus) galur wistar yang normal untuk tiap harinya adalah 1 gr/ekor/hari. Hal ini terkait dengan konsumsi pakan setiap harinya kurang lebih sebanyak 10% dari bobot tubuhnya jika pakannya berupa pakan kering. Sedangkan kebutuhan minum seekor tikus setiap hari kira–kira 15 – 30 ml air (Budhy, 2010). Pada penelitian ini, rerata berat badan kenaikan berat badan pada Kelompok Kontrol, adalah : 2,733 gr/hari, rerata berat
badan kenaikan berat badan pada Kelompok Perlakuan I/PediaSure®, adalah : 2,852 gr/hari dan rerata berat badan kenaikan berat badan pada Kelompok Perlakuan II/Nutrisure Gold®, rata-rata : 2,876 gr/hari. Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa pada Kelompok Perlakuan pertama dan Kelompok Perlakuan ke dua terjadi peningkatan berat badan sebesar 3,22% dan 3,36% dibandingkan dengan Kelompok Kontrol.
Kenaikan berat badan yang cukup bermakna pada Kelompok Perlakuan pertama dengan pemberian PediaSure® dan Kelompok Perlakuan ke dua dengan pemberian Nutrisure Gold® dapat disebabkan tingginya kadar gula, lemak dan karbohidrat dalam makanan pengganti cair. Di dalam ASI (air susu ibu) rata-rata jumlah lemak yang terdapat dalam kolostrum sekitar 2,5-3,8 gr/100 ml. Jumlah karbohidrat yang dikandung sekitar 4,1-6,8 gr/100 ml, sementara konsentrasi rata-rata jumlah protein dalam ASI sekitar 1,4-6,5 gr/100 ml (Hester et al., 2012). PediaSure® dalam setiap 1 botol makanan pengganti cair (237ml) mengandung 9 gr lemak, 2 gr lemak poliunsaturasi, 6 gr lemak monounsaturasi (14% lebih tinggi dari RDA lemak untuk anak), 7 gr protein (14% lebih tinggi dari kebutuhan anak sehari-hari), 33 gr karbohidrat (11% lebih tinggi dari kebutuhan anak sehari-hari) dan 18 gr gula (PediaSure® team, 2014; Beaudette, 2014). Nutrisure Gold® dalam setiap 1 botol makanan pengganti cair (200ml) mengandung 7 gr lemak total (11% lebih tinggi dari RDA lemak untuk anak), 28 gr karbohidrat (9% lebih tinggi dari kebutuhan anak
sehari-hari), 7 gr protein (14% lebih tinggi dari kebutuhan anak sehari-hari), 13 gr gula laktosa dan 4 gr gula sukrosa (Wyeth team, 2013). Kandungan gula yang cukup tinggi, kurang lebih 18 gr dalam 237 ml PediaSure® dan 17 gr dalam 200 ml Nutrisure Gold®, menjadikan makanan pengganti cair sebagai minuman yang mensuplai energi bagi anak-anak (Wyeth team, 2013; PediaSure® team, 2014; Williams, 2014). Kadar gula yang terlalu tinggi dicurigai dapat meningkatkan kelebihan berat badan pada anak. Dari analisa pada makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon progesterone sebesar 5,11 pg/g pada Pediasure® dan 5,84 pg/g pada Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95). Pada penelitian ini rerata progesteron pada Kelompok Kontrol adalah 38,431,96 ng/ml, rerata pada Kelompok Perlakuan pertama adalah 41,130,54 ng/ml, dan rerata pada Kelompok Perlakuan ke dua adalah 45,802,51 ng/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 36,01 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa progesteron pada ke tiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa dibandingkan dengan Kelompok Kontrol, terjadi peningkatan kadar progesteron sebesar 7,02% dan 19,17%. Progesteron adalah hormon gestasi yang mempersiapkan lapisan endometrium pada rahim bagi ovum yang telah dibuahi dan mempertahankan kehamilan.
Progesteron berasal dari corpus luteum yang dibentuk di dalam ovarium dari folikel yang lepas. Progesteron juga diproduksi di dalam placenta dan diproduksi oleh cortex adrenalis. Progesteron merupakan precursor hormone yang dapat dikonversi oleh tubuh menjadi hormon steroid lain, berfungsi menormalkan kadar gula darah, mengatur
siklus
menstruasi,
menjaga
kehamilan,
mengurangi
retensi
air,
meningkatkan fungsi tiroid, antidepresan alami, meningkatkan libido, mengurangi kontraksi rahim serta meningkatkan pematangan sel secara alami (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014b). Di luar masa ovulasi, tingginya kadar progesterone dalam darah menyebabkan kerja otak melambat, tubuh menjadi lemah, kista indung telur terbentuk, pelumas vagina berkurang, depresi, dan menurunnya libido. Pada pria, meningkatnya hormon progesterone menyebabkan meningkatnya produksi estrogen, gangguan jantung, depresi, lemah, pembesaran kelenjar prostat, sulit berkemih dan disfungsi ereksi (Lind, 2011; Nall, 2013; Ray, 2013). Dari analisa pada makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,87 pg/g pada PediaSure® dan 4,98 pg/g pada Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95). Pada penelitian ini rerata estrogen pada Kelompok Kontrol adalah 0,040,008 ng/ml, rerata pada Kelompok Perlakuan pertama adalah 0,050,006 ng/ml, dan rerata pada Kelompok Perlakuan ke dua adalah 0,060,011 ng/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F =
11,52 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa estrogen pada ke tiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian di atas, dibandingkan dengan Kelompok Kontrol, terjadi peningkatan estrogen sebesar 27,24% dan 49,58%, dibandingkan dengan Kelompok Kontrol. Estrogen merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh indung telur pada wanita, dan sedikit dihasilkan oleh testis pada pria, selain juga diproduksi oleh sel lemak (Tremblay, 2013). Kadar estrogen yang tinggi di dalam darah, menimbulkan gejala : perut kembung, payudara terasa bengkak dan lunak, berkurangnya libido, haid tidak teratur, sakit kepala, emosi labil, berkembangnya jaringan fibrokistik pada payudara, meningkatnya berat badan, tangan dan kaki terasa dingin, mudah lelah, sulit konsentrasi dan imsomnia (Holland, 2015). Kadar estrogen yang tinggi pada pria dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi (Tremblay, 2013).
Pada pria, kadar
estrogen yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya gynecomastia, terjadinya pembesaran kelenjar payudara, umumnya terjadi pada pria dengan berat badan berlebih. Meningkatnya kadar estrogen pada pria juga memicu terjadinya kanker prostat, rendahnya kadar sperma dalam cairan semen, pembesaran payudara, infertilitas dan disfungsi ereksi (Tremblay, 2013; Holland, 2015). Ditemukannya hormon estrogen dan progesterone pada hasil analisa makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana (lampiran 2, hal 95), mungkin disebabkan oleh pemberian anabolik steroid pada sapi ternak. Diethylstilbestrol (DES) merupakan
hormon estrogen sintetik generasi pertama, digunakan secara luas pada tahun 1940 hingga tahun 1971 untuk mencegah keguguran, merupakan hormone implant yang pertama kali digunakan pada sapi ternak, yang penggunaannya disetujui oleh FDA pada tahun 1954. Hampir semua peternakan yang mensuplai kebutuhan produksi susu dan daging di Amerika Serikat, menggunakan hormone implant untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih banyak. Menurut perkiraan pada tahun 1956, sekitar duapertiga dari sapi ternak di seluruh negara bagian Amerika menggunakan hormon diesthystilbestrol (Swan et al., 2007). Saat ini ada 6 jenis anabolik steroid yang diberikan pada sapi ternak yang terdaftar di Amerika dan Kanada : - 3 natural steroid : estradiol, testosteron dan progesterone
- 3 sintetik hormon : estrogen dalam bentuk zeranol, androgen trenbolone acetate dan progestin melengestrol acetate. Anabolik steroid umumnya digunakan dalam bentuk kombinasi. Kadar hormon estrogen dan progesteron di luar ambang batas umumnya ditemukan pada daging, lemak, hati, ginjal dan organ lainnya dari sapi yang sudah di potong (Swan et al. 2007). Badan Pengawasan Makanan dan Obat (Food and Drugs Administration / FDA) telah menetapkan dosis asupan harian yang dapat diterima (ADI / acceptable daily intakes) untuk penggunaan produk ini.
Penggunaan Diethylstilbestrol dikemudian hari ditemukan bahwa penggunaan pada 5 bulan pertama kehamilan menyebabkan gangguan sistem reproduksi pada janin. Pada anak perempuan yang ibunya diberikan Diethylstilbestrol selama masa kehamilan, ditemukan meningkatnya resiko kanker terutama adenokarsinoma vagina dan leher rahim. Selain itu ditemukan juga kelainan anatomi pada vagina, leher rahim dan rahim serta meningkatnya resiko kehamilan ektopik, mandul, keguguran dan kelahiran prematur. Pada anak pria yang ibunya diberikan Diethylstilbestrol selama kehamilan, ditemukan abnormalitas testikel (testis kecil, testis gagal turun ke kantung buah zakar), serta meningkatnya resiko kanker testis (Roberts, 2012). Pemberian Diethylstilbestrol pada ternak sapi pada tahun 1954 atas persetujuan FDA, menjadi dasar penelitian konsekuensi konsumsi daging sapi pada wanita hamil. Rata-rata wanita hamil mengkonsumsi 4,3 porsi daging sapi per minggu. Peneliti membagi group menjadi tinggi konsumsi daging sapi (konsumsi lebih dari 7 porsi per minggu) dan rendah konsumsi daging sapi (konsumsi kurang dari 7 porsi per minggu). Peneliti memeriksa kualitas dan kuantitas sperma pada 773 anak pria dari wanita hamil yang diteliti. Konsentrasi (volume) dan kualitas sperma ternyata 24,3% lebih tinggi pada pria yang lahir dari group ibu hamil yang rendah konsumsi daging sapi. Hampir 18% pria yang lahir dari ibu yang tinggi konsumsi daging sapi, memiliki konsentrasi sperma di bawah ambang batas WHO untuk subfertilitas. Hasil penelitian ini diduga terkait dengan anabolik steroid dan xenobiotic pada sapi ternak (Swan et al., 2007).
Belum diketahui apakah hormon yang didapat dari asupan makanan dan minuman yang diproduksi oleh hewan ternak, dapat dicerna oleh tubuh manusia dan meningkatkan kadar hormon dalam tubuh manusia, atau tidak terserap oleh metabolisme tubuh manusia, serta berapa banyak hormon yang mungkin tertinggal di dalam tubuh manusia. Beberapa jenis hormon merupakan jenis hormon yang spesifik terdapat pada hewan, dan beberapa jenis hormon lainnya mirip dengan hormon yang terdapat dalam tubuh manusia. Semua produk makanan dan minuman yang dihasilkan dari ternak yang diberikan hormon selama masa pemeliharaan, dinyatakan aman oleh FDA (Swan et al., 2007; Barret, 2014) Susu yang dihasilkan dari sapi ternak yang diberi hormon RBGH mengandung kadar hormon yang lebih tinggi, dibandingkan dengan susu yang dihasilkan dari sapi ternak yang tidak diberi hormon RBGH. Menurut FDA, RBGH tidak berbahaya bagi manusia, sehingga tidak ditemukan bukti adanya zat aktif biologi yang terserap oleh tubuh manusia. RBGH meningkatkan kadar IGF-1 dalam darah (Barrett, 2014). IGF-1 alami terdapat baik dalam tubuh hewan ternak, maupun pada manusia. Berperan penting dalam produksi susu, pertumbuhan tulang dan pembelahan sel. Karena IGF-1 juga terdapat pada manusia, diasumsikan tubuh manusia dapat menyerap kelebihan IGF-1 dari susu. Tingginya kadar IGF-1 dalam darah dapat meningkatkan kadar estrogen dan meningkatkan faktor risiko kanker payudara serta kanker indung telur (Barrett, 2014).
Anak yang memiliki body mass index (BMI) bernilai obesitas, mendapat paparan hormon estrogen eksternal pada masa balita, dapat menderita pubertas precox (Marcovecchio dan Chiarelli,
2013; Staff of Mayo Clinic, 2014). Faktor resiko
terjadinya pubertas precox diantaranya : obesitas, tumor kelenjar adrenal atau kelenjar pituitari yang mengeluarkan estrogen atau testosteron, McCune-Albright syndrome, kista ovarium, tumor ovarium, tumor sel leydig yang menghasilkan testosteron, mutasi gen (gonadotropin-independent familial sexual precocity, cacat pada gen yang menyebabkan produksi dini testosteron pada anak pria berusia 1-4 tahun) atau terpapar estrogen dan testosteron secara eksternal berupa kontak dengan krim topikal yang mengandung hormon estrogen atau testosteron, atau substansi lain yang mengandung hormon seperti obat, makanan atau minuman (Sinha, 2013; Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). Komplikasi pada anak yang menderita pubertas precox dapat berupa : - Tubuh pendek. Pada awalnya anak-anak dengan pubertas precox tumbuh sangat cepat, lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Karena pematangan tulang lebih cepat, pertumbuhan juga berhenti lebih cepat dari yang seharusnya, sehingga saat dewasa, tubuh anak-anak dengan pubertas precox lebih pendek (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). - Masalah sosial dan gangguan emosi. Anak-anak yang menderita pubertas precox memiliki rasa kesadaran diri yang sangat tinggi
terhadap perubahan yang terjadi pada diri mereka. Ini akan berakibat pada rasa percaya diri yang rendah, meningkatkan risiko depresi dan kekerasan seksual (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). - Meningkatnya risiko kanker payudara pada anak wanita yang menderita pubertas precox (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). Pada anak pria, meningkatkan risiko terkena kanker prostat, rendahnya kadar sperma dalam cairan semen, pembesaran payudara, infertilitas dan disfungsi ereksi (Tremblay, 2013; Holland, 2015).
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian makanan cair pengganti PediaSure® dan Nutrisure Gold® didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Pemberian makanan cair pengganti PediaSure® meningkatkan berat badan anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar. 2. Pemberian makanan cair pengganti PediaSure® meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar. 3. Pemberian makanan cair pengganti PediaSure® meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar. 4. Pemberian makanan cair pengganti Nutrisure Gold® meningkatkan berat badan anak tikus jantan galur wistar. 5. Pemberian makanan cair pengganti
Nutrisure Gold® meningkatkan
kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar. 6. Pemberian makanan cair pengganti
Nutrisure Gold® meningkatkan
kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar. 7. Peningkatan berat badan tidak berbeda bermakna antara Kelompok Perlakuan yang diberikan makanan cair PediaSure® dan Kelompok Perlakuan yang diberikan makanan cair Nutrisure Gold®.
8. Peningkatan
hormon,
baik
hormon
estrogen
maupun
hormon
progesteron, lebih tinggi pada Kelompok Perlakuan dengan pemberian makanan cair Nutrisure Gold®, dibandingkan dengan Kelompok Perlakuan yang diberikan makanan pengganti cair PediaSure® 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: 1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek pemberian makanan pengganti cair pada organ tubuh lainnya, yang berkaitan dengan meningkatnya kadar progesteron serta kadar estrogen dalam darah. 2. Perlu dilakukan clinical trial penggunaan makanan pengganti cair, sesuai dengan etika penelitian, guna mencegah paparan
hormon
progesteron serta hormon estrogen yang terlalu dini. 3. Perlu dilakukan edukasi gizi dan pengawasan penggunaan makanan pengganti cair di masyarakat, guna mencegah paparan hormon progesteron dan estrogen pada anak usia balita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. An Age entry for Rattus norvegicus: An Age Classification (HAGRID: 03502). Available from AnAge: The Animal Ageing and Longevity Database. Accessed on February 10, 2015 Armitage, D. 2004. Rattus norvegicusbrown rat (Also: Norway rat). Available from http://genomics.senescence.info/species/. Accessed on January 5, 2015 Barnard, M. 2014. Protecting Children from Human Growth Hormone Risks. Available from www. The Physicians Committee. Accessed on October 10, 2014 Barret, A. 2014. The Controversy Over Added Hormones In Meat And Dairy : Hormones And Steroids Used In Cattle. Available from http://www.scasouthjersey.com/apps/healthgate/Article.aspx?chunkiid=90869. Accessed on April 21st, 2015 Beaudette, S.M. 2014. Can PediaSure Help My Child Gain Weight. Available from www.livestrong.com. Accessed on March 8, 2015 Budhy. 2010. Laporan Lengkap Pemeliharaan Mencit. Available from http://budhymcn.blogspot.com/2010/12/laporan-lengkap-pemeliharaan-mencit.html. Accessed on March 07, 2015 Dahlan, M.S. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. hal:1-80. Federer, W.T. 2011. Statistical Design and Analysis for Intercropping Experiments. New York : Springer. p. 30-33 Freireich, E.J. 2014. Equivalent Surface Area Dosage Conversion Factors. Available from http://dtp.nci.nih.gov. Accessed on April 15, 2015 Gardner, D., Shoback, D. 2011. Greenspan's Basic and Clinical Endocrinology, Ninth Edition. San Francisco, USA: penerbit Mc Graw Hill - LANGE Clinical Medicine. Page 699-709
Hester, S.N. , Hustead, D.S., Mackey, A.D., Singhal, A., and Marriage, B.J. 2012. Academic Editor Rondó, P.H.C. Is the Macronutrient Intake of Formula-Fed Infants Greater Than Breast-Fed Infants in Early Infancy? Journal of Nutrition and Metabolism Volume 2012 (2012), Article ID 891201, p1-13. Available from http://dx.doi.org/10.1155/2012/891201. Accessed on April 29th, 2015 Hoag, W.G., Dickie, M.M. 2007. Nutrition. In : Green, E.L editor. Biology Of The Laboratory Mouse. 2nd edition. New York : Dover Publications inc. p. 123-136 Holland, K. 2015. Medically Reviewed by Mahnensmith, R. Signs and Symptoms of High Estrogen. Available from http://www.healthline.com/health/highestrogen. Accessed on May 19th, 2015 Ipatenco, S. 2014. The Effects of Drinking Milk That Contains Growth Hormones. Available from http://www.livestrong.com/article/375661-the-effectsof-drinkingmilk-that-contains-growth-hormones/. Accessed on October 28, 2014. Judarwanto, W. 2011. Inilah Susu Formula Terbaik Bagi Anak. Available from http://growupclinic.com. Accessed on March 5, 2015 Kaplowitz, P.B, 2014. Precocious Puberty Workup. Chief Editor: Kemp, S. Available from http://emedicine.medscape.com/article/924002-workup. Accessed on January 28th, 2015 Kurniasih, D., Hilmansyah, H., Astuti, M.P., Imam, S. 2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Editor : Soekirman., Afriansyah, N., Erikania, J. Jakarta : PT Penerbitan Sarana Bobo Kompas Gramedia. Hal 7-120 Lind, M. 2011. Risks of Men Taking Female http://www.livestrong.com/article/54614-risks-men-taking-female-hormones/ Accessed on March 11th, 2014
Hormone.
Mann, J., Truswell, A.S. 2014. Alih bahasa Hartono, A. Editor Rachmat, M. Buku Ajar Ilmu Gizi edisi 4 (Essentials of Human Nutrition). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 473-486 Marcovecchio, M.L., Chiarelli F. 2013. Obesity and Growth During Childhood and Puberty. World Review Nutrition Diet.
http://www.researchgate.net/publication/235689372_Obesity_and_Growth_du ring_C hildhood_and_Puberty. Accessed on February 1st, 2015 Nall, R. 2013. Symptoms of High Progesterone. Available from http://www.livestrong.com/article/236331-symptoms-of-high-progesterone/ Accessed on March 19th, 2014 Ngatidjan, 2006. Metode Laboratorium Dalam Toksikologi. Yogyakarta : Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran UGM. Hal 68-136 Nicoll, L M. 2010. The Gynecologist : Progesterone In Your Pill: If the shoe fits, wear it! Available from http://drnicoll.com/tag/progesterone/. Accessed on Augustus 21st, 2014 Pangkahila, W. 2011. Anti-Aging Tetap Muda dan Sehat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hal 1-243 Pediasure team, 2014. About Pediasure. Available from http://pediasure.com.my/aboutPediasure/glance. Abbott Nutrition Malaysia. Accessed on September 30, 2014 Ratini, M. 2014. Normal Testosterone and Estrogen Levels in Women. Available from http://www.webmd.com/women/guide/normal-testosterone-andestrogen-levelsin-women?page=3. Accessed on February 18th, 2015 Ray, L. 2013. High Progesterone Levels in Men. Available http://www.livestrong.com/article/290358-high-progesterone-levels-in-men/ Accessed on March 19th, 2014 Reagan-Shaw, S., Nihal, M., Ahmad, N. 2007. Dose Translation From Animal to Human Studies Revisited. The FASEB Journal, Life Sciences Forum, vol. 22. Department of Dermatology, Paul P. Carbone Comprehensive Cancer Center, University of Winconsin, Madison, Winconsin, USA Rettner, R. 2014. What Is Estrogen. http://www.livescience.com/38324-whatisestrogen.html. Accessed on April 1st, 2015
from
Rice, V. 2014. Know Your Estrogens And Your Body. available from https://www.kingsrxandwellness.com/know-your-estrogens-and-your-body/. Accessed on December 14th, 2014 Roberts, R. 2012. Definition Of Diethylstilbestrol. Available from http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=2990. Accessed on April 2nd, 2015 Robin, S. 2011. List of Normal Hormone Levels in Women. Available from http://www.livestrong.com/article/63806-list-normal-hormone-levels-women/. Accessed on April 01st, 2015 Sartika, R.A. 2011. Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Makara, Majalah Kesehatan, volume 15, nomor 1, Juni 2011. Available from journal.ui.ac.id/health/article/download/796/758. Accessed on April 2nd, 2015 Shin, Jang-Woo., Seol, In-Chan., Son, Chang-Gue. 2010. Interpretation of Animal Dose and Human Equivalent Dose for Drug Development. The Journal of Korean Oriental Medicine, vol. 31, no. 3, p1-7 Sinha, S. 2013. Precocious Pseudopuberty. Chief Editor Kemp, S. Available from http://emedicine.medscape.com/article/923876-overview. Accessed on Januari 15th, 2015 Smith, J.B., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta : penerbit Universitas Indonesia (UIPress). Hal 43-45 Sridianti. 2014a. Apa Fungsi Hormon Estrogen. Available from http://www.sridianti.com/apa-fungsi-hormon-estrogen.html. Accessed on March 30th, 2015 Sridianti. 2014b. Apa Fungsi Hormon Progesteron. Available from http://www.sridianti.com/apa-fungsi-hormon-progestrogen.html. Accessed on March 30th, 2015 Staff of Mayo Clinic, 2014. Definition of Precocious Puberty. Available from http://mayoclinic.com/article/precociouspuberty-definition. Accessed on March 10th, 2015.
Sukmaniah, S. 2014. Dampak Nutrisi Awal Kehidupan Pada Gangguan Metabolisme di Masa Dewasa. Naskah lengkap The 1st Jakarta Annual Meeting Of Clinical Nutrition 2014. Jakarta 1-2 November. Swan, S.H., Liu, F., Overstreet, J.W., Brazil, C., Skakkebaek, N.E. 2007. Growth Hormones Fed to Beef Cattle Damage Human Health : "Semen quality of fertile US males in relation to their mothers' beef consumption during pregnancy". Available from Journal: Human Reproduction. Accessed on September 15th, 2014 Tremblay, S. 2013. Effects of Female Hormones on Men. Available from http://www.livestrong.com/article/133992-effects-female-hormones-men/. Accessed on September 3rd, 2014 Wibowo, 2003. The Concepts of Anti Aging and How To Make Without Disorder. Jakarta: FKUI. Hal 11-17 Williams, J. 2014. Ingredients in www.livestrong.com. Accessed on March 8th, 2015
Pediasure.
Available
from
Wyeth Indonesia, 2013. Resigtrasi BPOM herbal. Available from www.bpomherbal.com/7626/04/20/s-26-nutrisure-gold-pt-wyeth. Accessed on April 2nd, 2015 Wyeth team, 2013. Picky eaters. Available nd https://www.wyethnutrition.co.id/produk. Accessed on April 2 , 2015 Yussac, M.A.A., Cahyadi, A., Putri, A.C., Dewi, A.S., Khomaini, A., Bardosono. S., Suarthana. E. 2007. Prevalensi Obesitas Pada Anak Usia 4-6 tahun Dan Hubungannya Dengan Asupan serta pola Makan. Majalah Kedokteran Indonesia, volume 57, nomor 1, Januari 2007. Available from mki.idionline.org/index.php?uPage=mki. Accessed on April 2nd, 2015
from
Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik
Lampiran 2. Hasil Laboratorium Analisis PediaSure® dan Nutrisure Gold®
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS UDAYANA UPT. LAB. ANALITIK Kampus Bukit Jimbaran, Telp. 0361701954, HP.081803134550
Nomor Hal
: 95/UN.14.24/UPTLA/2015 : Hasil Laboratorium
KEPADA YTH: dr.Liza S. Bonora di tempat Jenis sampel: Susu Jumlah sampel:2 sampel
No
PARAMETER
SATUAN
SAMPEL PS
NSG
METODE
1 Somatropin
pg/g
ttd
ttd
ELISA
2 Estrogen
pg/g
4,87
4,98
ELISA
3 Progesteron
pg/g
5,11
5,84
ELISA
Keterangan PS = pediasure NSG = nutrisure gold Ttd = tidak terdeteksi Bukit Jimbaran, 27 Maret 2015 Kepala UPT Laboratorium Analitik Universitas Udayana
(Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Putra Manuaba, M.Phil)
Lampiran 3. Tabel Kandungan Makanan Pengganti Cair PediaSure® Tabel 2.1 Kandungan Makanan Pengganti Cair PediaSure® Informasi Nutrisi : PediaSure® (Retail) Vanila Sediaan : 1 botol susu (8 fl oz/237 ml) ____________________________________________________________________ Jumlah dalam satu sediaan % DV* % DV* Kalori : kolestrol : Lemak kalori : Sodium : Lemak : Potassium : Lemak saturasi: Karbohidrat : Lemak trans : Dietary Fiber : Lemak poliunsaturasi: Gula : Lemak monounsaturasi: Protein : Vitamin A : Biotin : Vitamin C : Asam pantotenat : Kalsium : Phosphorus : Besi : Yodium : Vitamin D : Magnesium : Vitamin E : Zinc : Vitamin K : Selenium : Thiamin : Copper : Riboflavin : Mangan : Niacin : Chromium :
240 5mg 80 90mg 9g 350mg 1g 33g 0g 1g 2g 18g 6g 7g
2% 4% 14% 10% 5% 11% 4%
14% 10% 15% 40% 25% 25% 20% 15% 15% 40% 10% 20% 10% 20% 10% 40% 10% 30% 20% 10% 10%
Vitamin B6 : 30% Molybdenum : 10% Folat : 15% Chloride : 8% Vitamin B12 : 25% Choline : 15% ____________________________________________________________________ Kandungan : Water, Sugar, Corn Maltodextrin, Milk Protein Concentrate, High Oleic Safflower Oil, Canola Oil, Soy Protein Isolate. Zat-zat berikut ini terdapat kurang dari 0.5% : Short-Chain Fructooligosaccharides, Natural & Artificial Flavor, Cellulose Gel, Potassium Chloride, Magnesium Phosphate, Potassium Citrate, Calcium Phosphate, Tuna Oil, Calcium Carbonate, Potassium Phosphate, Salt, Cellulose Gum, Choline Chloride, Ascorbic Acid, Soy Lecithin, Monoglycerides, Potassium Hydroxide, mInositol, Carrageenan, Taurine, Ferrous Sulfate, dl-Alpha-Tocopheryl Acetate, LCarnitine, Zinc Sulfate, Calcium Pantothenate, Niacinamide, Manganese Sulfate, Thiamine Chloride Hydrochloride, Pyridoxine Hydrochloride, Riboflavin, Lutein, Cupric Sulfate, Vitamin A Palmitate, Folic Acid, Chromium Chloride, Biotin, Potassium Iodide, Sodium Selenate, Sodium Molybdate, Phylloquinone, Vitamin D3, and Cyanocobalamin. Keterangan : Sumber tabel : Pediasure Team, 2014
Lampiran 4. Tabel Kandungan Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® Tabel 2.2 Informasi Nilai Gizi Nutrisure Gold® Takaran saji 45 gr (200 ml) Jumlah sajian per kemasan : 9 Jumlah persajian : energi total 200 kkal dan energi dari lemak 60 kkal ____________________________________________________________________
Lemak total Lemak trans Asam linoleat Asam linolenat Protein Karbohidrat total Laktosa Sukrosa Serat pangan larut Natrium Kalium Vitamin A Vitamin C Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B6 Vitamin B12 Niasin Asm folat Asam pantotenat Kalsium Fosforus Magnesium Mangan Zat besi Seng Iodium
7g 0g 1560mg 173mg 7g 28g 13g 4gr 0,6g 95mg 380mg
%AKG* 11%
12% 9%
2,4% 4% 8% 25% 35% 40% 15% 25% 25% 25% 20% 20% 10% 15% 15% 25% 25% 8% 11% 15% 20% 20%
Selenium 20% Per sajian mengandung : AA 5,2mg DHA 3,6mg Oligofruktosa 0,6g Nukleotida 5,2mg Taurin 9,4mg L-Karnitin 3,4mg Biotin 4,9mg Inositol 15mg Kolin 60mg Tembaga 175mcg Klorida 220mg *Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal ____________________________________________________________________ Komposisi : Susu bubuk tanpa lemak, minyak-minyak nabati [kedelai, oleat (bunga matahari), kelapa sawit], mengandung antioksidan tokoferol, konsentrat whey protein, maltodekstrin, sirup jagung padat, sukrosa, laktosa, oligofruktosa, pengemulsi lesitin kedelai, pengemulsi monogliserida, perisa artifisial (etil vanillin), taurin, asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang berasal dari sel tunggal [asam arakhidonat (AA), asam dokosaheksaenoat (DHA)], pengatur keasaman (asam sitrat), 5 nukleotida (sitidin-5’monofosfat, dinatrium uridin-5’-monofosfat, adenosine-5’monofosfat, dinatrium guanosin-5’-monofosfat, dinatrium inosin-5’-monofosfat), Lkarnitin, antioksidan (konsentrat campuran tokoferol dan askorbil palmitat), mineral dan vitamin.
Keterangan : Sumber tabel : Wyeth team, 2013
Lampiran 5. Foto Penelitian
Lampiran 6 Uji Normalitas Data Berat Badan, Progesteron, dan Estrogen pada MasingMasing Kelompok Perlakuan Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Berat_badan
Progesteron
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kontrol
.237
10
.154
.925
10
.433
Pediasure
.156
10
.200*
.924
10
.430
Nutrisure Kontrol
.186
10
.200* .952
10
.709
.256
10
10
.083
Pediasure Nutrisure
.138
10
.091 .854 .200* .972
10
.914
.156
10
.954
10
.736
Kontrol
.204
10
.867
10
.113
.200* .200*
Estrogen Pediasure
.188
10
.200*
.881
10
.159
Nutrisure
.200
10
.200*
.969
10
.889
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 7 Uji One Way Anova Data Berat Badan, Kadar Progesteron, dan Kadar Estrogen Antar Kelompok Perlakuan Descriptives 95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Std. Deviation Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimu Maxim m um
Berat_bad Kontrol an Pediasure
10
76.11
2.315
.772
74.33
77.89
72
79
10
78.56
1.740
.580
77.22
79.89
76
81
Nutrisure
10
78.67
2.000
.667
77.13
80.20
76
82
30
77.78
2.293
.441
76.87
78.68
72
82
Total Progester Kontrol
10 38.43000
on
10 41.12667
Pediasure Nutrisure Total
Estrogen
1.957722 .652574 36.92516 39.93484 .543208 .181069 40.70912 41.54421
34.830 40.350
10 45.79556 2.507041 .835680 43.86847 47.72264
40.890 48.940
30 41.78407 3.580233 .689016 40.36778 43.20037
34.830 48.940
40.330 41.970
Kontrol
10
.04078
.007839 .002613
.03475
.04680
.023
.049
Pediasure
10
.05189
.006274 .002091
.04707
.05671
.040
.058
Nutrisure
10
.06100
.011811 .003937
.05192
.07008
.039
.078
30
.05122
.012039 .002317
.04646
.05598
.023
.078
Total
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Berat_badan
.570
2
27
.573
Progesteron
1.450
2
27
.223
Estrogen
1.122
2
27
.342
ANOVA Sum of Squares Berat_badan
Between Groups
F
2
18.778
99.111
27
4.130
Total
136.667
29
Between Groups
249.966
2
83.304
27
333.270
29
Between Groups
.002
2
.001
Within Groups
.002
27
.000
Total
.004
29
Within Groups Total Estrogen
Mean Square
37.556
Within Groups
Progesteron
df
124.983
Sig.
4.547
.021
36.008
.000
11.524
.000
3.471
Post Hoc Tests Multiple Comparisons LSD
95% Confidence Interval Dependent Variable
(I) (J) Mean Difference Kelompok Kelompok (I-J) Std. Error Sig.
Berat_badan Kontrol
Pediasure Nutrisure
Pediasure Kontrol Nutrisure Nutrisure
Kontrol Pediasure
Progesteron Kontrol
Pediasure Nutrisure
Lower Bound
Upper Bound
-2.444*
.958
.018
-4.42
-.47
-2.556*
.958
.013
-4.53
-.58
2.444*
.958
.018
.47
4.42
-.111
.958
.909
-2.09
1.87
2.556*
.958
.013
.58
4.53
.111
.958
.909
-1.87
2.09
-2.696667* .878256
.005
-4.50930
-.88404
-7.365556* .878256
.000
-9.17819
-5.55292
2.696667* .878256
.005
.88404
4.50930
-4.668889* .878256
.000
-6.48152
-2.85626
Kontrol
7.365556* .878256
.000
5.55292
9.17819
Pediasure
4.668889* .878256
.000
2.85626
6.48152
-.011111* .004219
.015
-.01982
-.00240
-.020222* .004219
.000
-.02893
-.01151
.011111* .004219
.015
.00240
.01982
-.009111* .004219
.041
-.01782
-.00040
Kontrol
.020222* .004219
.000
.01151
.02893
Pediasure
.009111* .004219
.041
.00040
.01782
Pediasure Kontrol Nutrisure Nutrisure
Estrogen
Kontrol
Pediasure Nutrisure
Pediasure Kontrol Nutrisure Nutrisure
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.