TESIS
MITOS KOSMOLOGIS DAN PERGULATAN KEHIDUPAN NELAYAN DESA PERANCAK
I MADE AGUS SUWESNAWA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
TESIS
MITOS KOSMOLOGIS DAN PERGULATAN KEHIDUPAN NELAYAN DESA PERANCAK
I MADE AGUS SUWESNAWA 0890261027
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
MITOS KOSMOLOGIS DAN PERGULATAN KEHIDUPAN NELAYAN DESA PERANCAK
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Kajian Budaya Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
I MADE AGUS SUWESNAWA NIM 0890261027
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
LEMBAR PENGESAHAN TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 7 MEI 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A NIP. 195202181980031002
Prof. Dr. Phil I Ketut Ardhana, M.A NIP. 196007291986011001
Mengetahui Ketua Program Studi Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si. NIP.195208151981031004
Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K). NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 7 Mei 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana, No:1227/UN.14.4/HK/2014 Tanggal, 2 Mei 2014
Ketua
: Prof Dr. I Wayan Ardika , M.A
Anggota 1 2 3 4
: Prof. Dr Phil I Ketut Ardhana, M.A Prof. Dr.Emiliana Mariyah,M.S Dr. I Gede Mudana ,M.Si Dr. I Nyoman Dhana, M.A
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA NIM PROGRAM STUDI JUDUL TESIS
: : : :
I MADE AGUS SUWESNAWA 0890261027 MAGISTER KAJIAN BUDAYA MITOS KOSMOLOGIS DAN PERGULATAN KEHIDUPAN NELAYAN DESA PERANCAK
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Kemendiknas RI No. 17 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 20-2-2014
(I Made Agus Suwesnawa)
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankan penulis memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Tesis yang berjudul Mitos Kosmologis dan pergulatan Kehidupan Nelayan Desa Perancak ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.Dr. I Wayan Ardika, M.A, pembimbing I yang dengan penuh perhatian memberikan dukungan dan bimbingan, dan Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A pembimbing II yang telah memotivasi dan mengarahkan penulis dengan penuh kekeluargaan selama proses penulisan tesis ini. Ucapan yang sama juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan serta fasilitas yang diberikan selama menempuh pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K) selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Dr. Gusti Ketut Gde
Arsana, M.Si selaku ketua program studi Kajian Budaya, Dr I Nyoman Dhana, M.S selaku Sekretaris Program studi Kajian Budaya atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Kajian Budaya pada Program Pasca Sarjana di Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S, dan Dr. I Gede Mudana, M.Si selaku Penguji tesis yang telah memberikan arahan demi kesempurnaan tesis ini. Para informan dan masyarakat Desa Perancak yang telah membantu memberikan informasi untuk penulisan tesis ini demikian pula staf administrasi dan staf perpustakaan S2 Kajian budaya yang telah membantu dan memberikan
kemudahan kepada penulis sebagai karya siswa di Program Kajian Budaya. Serta kepada teman-teman Kajian budaya 2008 kelas sore dan pagi yang selalu memberikan masukan dan dukungan moral tidak lupa penulis ucapkan terima kasih. Selanjutnya kepada keluarga di rumah yang selalu mendukung dan dengan sabar menemani selama penulis menempuh studi di Program Kajian Budaya. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun semoga pembaca dapat memaklumi dan memberikan saran, serta masukan yang konstruktif demi penyempurnaannya.
Denpasar, Februari 2014
Penulis
ABSTRAK Nelayan Indonesia telah mengalami modernisasi peralatan tangkap sejak tahun 1966 (Revolusi Biru) tetapi, mereka belum mampu meninggalkan cara-cara ‘lama’ dalam hal memandang laut. Perkiraan musim ikan, ramalan cuaca, hingga baik-buruknya hari untuk menangkap ikan masih merupakan hal yang mengedepan bahkan menjadi mitos. Nelayan Perancak yang kesehariannya bergulat dengan laut dihadapkan pada sebuah realitas, dimana mitos kosmologis nelayan sedang tidak bertemu dengan realitas sosial yang memosisikan nelayan pada kondisi marginal. Kondisi termarginalkannya nelayan ini menarik untuk diteliti melalui perspektif kajian budaya. Fokus penelitian ini pada mitos kosmologis nelayan Desa Perancak dan pergulatan yang dialami oleh nelayan. Penelitian ini untuk menjawab tiga masalah yakni pertama, apa peran mitos kosmologis dalam realitas pergulatan kehidupan dan keberadaan nelayan Perancak. Kedua, bagaimana bentuk-bentuk mitos kosmologis dalam realitas pergulatan kehidupan dan keberadaan nelayan Perancak dan ketiga, apa implikasi makna dari mitos kosmologis dalam realitas pergulatan dan kehidupan nelayan Desa Perancak? Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, studi dokumen, dengan analisis data deskriptif kualitatif dan interpretatif. Ada empat teori yang digunakan yaitu, teori hegemoni, dekonstruksi, praktik dan semiotika. Penelitian ini menemukan bahwa peran mitos kosmologis sebagai ‘spirit’ pergulatan tradisi menetap dan tradisi berpindah, dan mitos kosmologis sebagai “imagined” keberlanjutan ekologis dan ketahanan sumber kebutuhan hidup. Mitos kosmologis berperan melegitimasi praktik merkantilisme dan melenyapkan praktik perdagangan yang adil (fair trade). Temuan berikutnya, mitos kosmologis memosisikan nelayan pada situasi marginal. Bentuk-bentuk mitos kosmologis yaitu bentuk kearifan lokal, ideologi dan narasi yang meliputi beberapa unsur seperti, unsur alamiah, unsur nilai budaya, dan unsur pergulatan. Mitos kosmologis dan pergulatan kehidupan nelayan Perancak menimbulkan implikasi makna yakni hegemoni, praktik dan dekonstruksi, yang memosisikan nelayan pada tradisi ketidakpastian, ambigu, karena tidak bertemunya fakta tekstual dengan fakta sosial dan makna ekologi dimana tatanan keteraturan waktu berhadapan dengan perubahan cuaca yang berdampak pada degradasi ekologis. Kata kunci: Mitos kosmologis, dan pergulatan hidup nelayan Perancak
ABSTRACT Indonesian fishermen have experienced the modernization of fishing equipment since 1966, well known as the (Blue Revolution), but they are still unable to abandon ‘old methods’to delve the sea. The prediction of fishing seasons and weather patterns is still based on crucial information derived from mythical facts. The Perancak fishermen who daily wrestle with the sea, are now facing the reality where the cosmological fidelity of myths doesn’t match the social actuality of their lives on land. This situational positioning constrains the fishermen to marginal existance. The marginal conditions experienced by the fishermen of Perancak, have brought up the interest of studying it epistemologically through the lense of cultural studies. The focus of this research is on the cosmological realms of myths influencing the fishing traditions of the fishermen of Perancak village. The aim of the research is to identify and explore three possible points of problem. These are: first exploring the role of cosmological myths in the reality of customs. Second, life and existence of the Perancak fishermen, the enquiry into the relation between the cosmological of myths and with impacting conflicts on the existence of Perancak fishermen. Third, as well as identifying the implication of the interpretations of the cosmology of myths into the reality of life struggles and resilience of the Perancak fishermen. This study uses data collection techniques in the form of interviews, observation, document study, along with qualitative and interpretative descriptive data analysis. There are four theories applied to in this thesis, including the theory of hegemony,deconstruction, the theory of practice and semiotics. This research explores the role of cosmological myths as the spirit of the resilience of steady culture and nomadic culture. The cosmology of myths also plays on role of “Imagined sustainable ecology and livelihood’ as part of the rule that the cosmological aspect of myths legitimizes mercantile practices and erases the legitimacy of fair trade. Further explored is the cosmology of myths ruling and positioning fishermen of marginal condition. Cosmological myths are realized in the form of local wisdom and ideology, where some narative stories encompass factors of nature, culture values and values of resilience and struggles. The cosmological of myths and the struggles of Perancak fishermen deconstruct the meaning of hegemony, and subsequently, the positioning of the fishermen in regards to the unpredictable traditions. It also puts the fishemen in ambiguious conditions somewhere between the textual facts and the reality they face. Other meanings to emerge include the meaning of ecology, where the time pattern of climate change impacts on the degradation of the ecology. Keywords: Cosmology of myths, Perancak fishermen, and life struggles
RINGKASAN Kosmologi adalah pengetahuan tentang alam maupun dunia yang titik tolaknya adalah kesatuan manusia dengan alam termasuk cara memandang dunia. Kosmologi melahirkan cara pandang terhadap dunia dalam struktur ketersusunan yang baik, melahirkan harapan-harapan bagi pengikut yang mempercayai struktur yang dimaksud (Barker :2008). Sebagai nelayan yang telah mengalami modernisasi perikanan sejak 1966 (blue revolution) ternyata belum mengubah prilaku yang secara historis memiliki kepercayaan terhadap mitos kosmologis. yakni, suatu cara pandang nelayan terhadap dunianya baik secara empiris maupun gaib. Mitos kosmologis yang menjadi spirit praktik sosial budaya nelayan menghadirkan jejak-jejak kepercayaan dan tatanan berpola dari penggambaran kosmos. Kepercayaan terhadap siklus ikan, siklus cuaca bahkan kekuatan gaib dari seseorang atau benda-benda tertentu, yang bisa dipakai sebagai sarana menangkap ikan adalah contoh perwujudannya. Mitos kosmologis juga menghadirkan pola keteraturan kerja serta tatanan kedisiplinan bagi nelayan seperti, mengelola laut dengan bijak, menghormati hak dan teritorial tangkap dan penggunaan peralatan tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama dalam menangkap ikan. Mitos kosmologis yang telah menjadi ruh dari praktik sosial nelayan, saat ini sedang berhadapan dengan sebuah kenyataan faktual dimana terjadinya perubahan
tatanan kosmos (cuaca)
yang terkait dengan musim sekaligus
berdampak pada kondisi laut (gelombang, badai dan siklus ikan). Perubahan pada tatanan kosmos ini memengaruhi perilaku manusia atau pada konteks ini adalah nelayan, atau mereka yang menggantungkan hidupnya dari pengelolaan laut. Melaut dengan tatanan hari baik bisa terabaikan, karena ada tuntutan ekonomi yang mengharuskan mereka untuk mendapat penghasilan. Badai dan angin keras bisa terabaikan karena ada ‘jaminan tradisi’ yang menyatakan saat itu adalah hari yang baik untuk menangkap ikan. Dari kompleksitas tekanan ekonomi dan jaminan tradisi, pergulatan demi pergulatan rasionalitas menjadi tidak penting
bermunculan. Pada kondisi ini
sebab keyakinan akan janji tradisi
tidak
mengonstruksi pikiran menuju benar atau tidak benar melainkan, percaya dan tidak percaya. Kajian ini terfokus mengungkap mitos kosmologis dan pergulatan kehidupan nelayan Desa Perancak (2008-2014) yang menyangkut peran mitos kosmologis, bentuk-bentuknya, dan implikasi pemaknaannya terhadap pergulatan kehidupan nelayan. Peran mitos kosmologis yang telah menjadi ‘spirit’ praktik sosial nelayan, peran mitos
kosmologis sebagai ‘konsep imajiner’ tentang
keberlangsungan lingkungan dan ketahanan sumber kehidupan nelayan. Peran berikutnya yaitu mitos kosmologis yang melegitimasi praktik merkantilisme dan melenyapkan
konstruksi perdagangan yang adil yang
sekaligus
memosisikan nelayan pada kondisi marginal. Bentuk-bentuk mitos kosmologis yang hadir dalam pergulatan nelayan yaitu: (1) Kepercayaan, percaya dengan kekuatan gaib pada suatu benda, percaya pada sihir, percaya
pada kemampuan
seseorang yang bisa tahu letak ikan,
percaya dengan adanya kekuatan besar di laut serta percaya dengan laut yang ada penghuninya. (2) norma dan etika, larangan dan kewajiban yang harus dilakukan oleh nelayan misalnya, tidak boleh memakai peralatan tangkap jenis pukat, nelayan tidak boleh memakai bom ikan, racun, serta melakukan penangkapan di areal terlarang karena penghuni laut akan marah. (3) Sistem organisasi, atau pengorganisasian. Dalam proses penangkapan ikan perahu nelayan digerakkan oleh sistem pengorganisasian yang ketat dan dengan hirarki berbasis kompetensi. artinya, orang yang diposisikan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan keahliannya. Komando tertinggi dipegang oleh nahkoda, walaupun nahkodanya berstatus pekerja, ketika pemilik perahu atau bos/ juragan ikut melaut, selama dia di atas perahu harus menuruti apa yang diperintahkan oleh nahkoda. (4) Sistem peralatan tangkap, membuat
perahu, jaring, pancing, dan
rumpon haruslah disesuikan dengan hari baik serta dilakukan dengan berbagai ritual dan melibatkan ‘orang pintar’ guna mendapatkan hasil yang maksimal.
(5) Narasi atau cerita cerita yang terkait dengan kondisi alam Perancak yang mengandung nilai norma yang ditujukan kepada nelayan. Cerita buaya yang menghuni muara Perancak yang digambarkan bisa marah apabila nelayan melakukan penangkapan ke luar wilayah, cerita tentang
Kaki Juling, yang
digambarkan mampu menarik perahu nelayan apabila nelayan dalam bahaya dan digambarkan dalam cerita sebagai makhluk besar bermata satu yang tinggal di atas pohon dan tidak pernah tertidur. (6) Visual atau gambar-gambar seperti gambar Kiai yang dipercaya sebagai orang yang tahu letak ikan, Dewa-dewa yang diyakini memberi berkah dan memudahkan nelayan dalam proses menangkap ikan serta stilirisasi bentuk mata satu (visualisasi dari narasi Kaki Juling) hadir pada bagian depan perahu nelayan. Implikasi pemaknaan dari mitos kosmologis adalah, Nelayan mengalami pergulatan dalam tradisi ketidakpastian, sebab tradisi sebagai penjamin ketepatan makna terkait dengan musim ikan serta cuaca sedang tidak mendiami posisinya. Implikasi makna berikutnya yakni mitos kosmologis yang menawarkan tatanan keteraturan serta pandangan dunia berpola kini akibat dari prilaku manusia pola tersebut tidak lagi teratur. Pemaknaan musim panen ikan pada bulan ke empat (sasih kapat) dalam perhitungan tradisional Bali, juga tidak
lagi mendiami
tempatnya karena siklus cuaca dan siklus ikan telah berubah tentunya musim panen pun tidak sama. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi, studi dokumen, dengan analisis data deskriptif kualitatif dan interpretatif. Empat teori yang digunakan yakni teori hegemoni, dekonstruksi, praktik, dan semiotika. Teori hegemoni Gramsci digunakan untuk mengungkap sketsa hegemoni antara juru panggung, kyai, balian be, cukong perahu,dan tengkulak terhadap nelayan buruh. Teori praktik (Bourdieu dalam Fasri, 2007:98) dipergunakan untuk membahas praktik sosial nelayan yang bersumber pada habitus. yaitu, suatu kondisi ketidaksadaran dimana segala hal yang dilakukan seolah olah wajar dan alamiah. Teori ini juga dipakai untuk memetakan jaringan modal yang berkontestasi dalam aktivitas nelayan. Teori
dekonstruksi (Derrida) digunakan untuk menyimak konstruksi kepercayaan (believe system) nelayan yang tetap berlangsung meskipun kebenaran yang diwakilinya telah bergeser atau tidak berada disana lagi. Dalam bahasanya Derrrida laksana “ilusi historis” Teori semiotika (Barthes) dipakai untuk melihat dan membaca tanda-tanda yang hadir selama penelitian dilakukan seperti, seorang nelayan muslim yang taat dan mempercayai Al Qur’an, tiba-tiba mengkultuskan seorang Kiai/ juru panggung dengan menggambar wajahnya pada tiang atas perahu di bawah hiasan kubah. Hasil temuan dari penelitian ini yakni, mitos kosmologis telah memosisikan nelayan pada kondisi terhegemoni dan ketidakpastian. Terdapat pula jebakan multi arah dimana nelayan dimarginalkan secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Bentuk-bentuk mitos kosmologis telah menyusup ke pelbagai lini kehidupan yang kehadirannya mewarnai praktik sosial dan terdapat pula unsurunsur alamiah, nilai budaya, kreativitas manusia yang memainkan peran. Implikasi dari makna mitos kosmologis yakni, nelayan bergulat pada tradisi ketidakpastian, tidak bertemunya antara fakta tekstual dan fakta sosial, serta hilangnya keteraturan dalam memahami tatanan waktu yang merupakan praktik hidup berpola.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ...................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN PEMBIMBING ..................................................
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...........................................................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................
vii
ABSTRACT .....................................................................................................
viii
RINGKASAN .................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii GLOSARIUM ..................................................................................................
xix
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM .................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................
16
1.3
Tujuan Penelitian ..................................................................................
16
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................
16
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................
16
1.4
Manfaat Penelitian ................................................................................
17
1.4.1 Manfaat Teoretis ..................................................................................
17
1.4.2 Manfaat Praktis.....................................................................................
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1.
Kajian Pustaka ......................................................................................
18
2.2
Konsep ..................................................................................................
26
2.2.1 Mitos .....................................................................................................
26
2.2.2 Kosmologis ...........................................................................................
28
2.2.3 Pergulatan .............................................................................................
32
2.2.4 Kehidupan Nelayan Perancak ..............................................................
35
2.3
Landasan Teori .....................................................................................
36
2.3.1 Teori Hegemoni ....................................................................................
36
2.3.2 Teori Praktik .........................................................................................
40
2.3.3 Teori Dekonstruksi ...............................................................................
48
2.3.4 Teori Semiotika ....................................................................................
53
2.4
59
Model Penelitian ..................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian ...........................................................................
63
3.2
Lokasi Penelitian ..................................................................................
64
3.3
Jenis dan Sumber Data .........................................................................
65
3.3.1 Jenis Data .............................................................................................
65
3.3.2 Sumber Data .........................................................................................
66
3.4
Teknik Penentuan Informan .................................................................
67
3.5
Instrumen Penelitian .............................................................................
67
3.6
Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
68
3.6.1 Teknik Wawancara ...............................................................................
68
3.6.2 Teknik Observasi ..................................................................................
69
3.6.3 Teknik Dokumentasi ............................................................................
69
3.7
Analisis Data ........................................................................................
70
3.8
Teknik Penyajian .................................................................................
70
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1
Desa Perancak ......................................................................................
72
4.1.1
Letak Geografis ...................................................................................
76
4.1.2 Sejarah ..................................................................................................
79
4.1.3 Keadaan Penduduk ..............................................................................
87
4.1.3.1 Mata Pencaharian .................................................................................
87
4.1.3.2 Sistem Religi ........................................................................................
88
4.1.4 Sistem Pemerintahan ...........................................................................
94
4.2
Perkembangan Tradisi Maritim Desa Perancak ...................................
97
4.3
Kemunculan Mitos Kosmologis Nelayan dan Perkembangannya .......
108
BAB V PERAN MITOS KOSMOLOGIS DALAM REALITAS PERGULATAN KEHIDUPAN NELAYAN DESA PERANCAK 5.1
‘Spirit’ Pergulatan Tradisi Menetap dan Tradisi Berpindah. ..............
5.2
“Imagined” Kelangsungan Lingkungan dan Ketahanan Sumber Kebutuhan Hidup ................................................................................
112
121
5.3
Legitimasi Praktik Merkantilisme dan Hilangnya Perdagangan yang Adil .............................................................................................
125
5.4
Cikal Bakal Keterpinggiran Nelayan ...................................................
131
5.5
Kerangka Acuan Adaptasi dan Mitigasi ..............................................
137
BAB VI BENTUK-BENTUK MITOS KOSMOLOGIS DALAM REALITAS PERGULATAN KEHIDUPAN NELAYAN DESA PERANCAK 6.1
Identifikasi Nelayan Lokal dalam Kaitannya dengan Kepercayaan Terhadap Mitos Kosmologi ............................................
6.2
142
Unsur-unsur Mitos Kosmologis yang Mengonstruksi Kearifan Lokal Nelayan ......................................................................................
145
6.2.1 Unsur Alamiah .....................................................................................
153
6.2.2 Unsur Nilai Budaya ..............................................................................
155
6.2.3 Unsur Kreativitas Manusia ...................................................................
157
6.3
Mitos Kosmologis yang Memengaruhi Pergulatan Nelayan ................
158
6.4
Ideologi di Balik Mitos Kosmologis ....................................................
162
BAB VII IMPLIKASI PEMAKNAAN MITOS KOSMOLOGIS DALAM REALITAS PERGULATAN KEHIDUPAN NELAYAN DESA PERANCAK 7.1
Pergulatan Dalam Tradisi Ketidakpastian ............................................
170
7.2
Tidak Bertemunya antara Fakta Tekstual dan Fakta Sosial ................
177
7.3
Dari Mitos Kosmologis Keteraturan Menuju Ketidakteraturan Tatanan Cuaca ......................................................................................
179
7.4
Degradasi Ekologi dan Kesulitan Sumber Ekonomi. ..........................
181
7.5
Refleksi .................................................................................................
186
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1
Simpulan ..............................................................................................
190
8.2
Saran .....................................................................................................
192
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
194
LAMPIRAN ....................................................................................................
205
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1
Peta Pulau Bali .........................................................................
72
Gambar 4.2
Peta Kabupaten Jembrana ........................................................
74
Gambar 4.3
Peta Kawasan atau Citra Satelit Desa Perancak Kecamatan Jembrana ................................................................
77
Gambar 4.4
Beberapa Jenis Tanaman di desa Perancak .............................
78
Gambar 4.5
Beberapa Jenis Burung di Desa Perancak ...............................
79
Gambar 4.6
Perahu Nelayan Bajo, Madura dan Perancak ...........................
82
Gambar 4.7
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Perancak .......................
87
Gambar 4.8
Mata Pencaharian Penduduk Desa Perancak. ...........................
88
Gambar 4.9
Jumlah Pemeluk Masing-masing agama di Desa Perancak......
90
Gambar 4.10 Ornamen dan Hiasan Perahu Nelayan Perancak ......................
93
Gambar 4.11 Kantor Kepala Desa Perancak ..................................................
95
Gambar 4.12 Rajah sisik pada Baling-baling ...............................................
102
Gambar 5.1
Perahu Nelayan dan Bendera Partai .........................................
134
Gambar 5.2
Jaring Pukat Pantai ...................................................................
136
Gambar 7.1
Jimat Mancing ..........................................................................
172
GLOSARIUM air sambetan :
Air yang diberikan doa oleh orang pintar digunakan untuk menyiram perahu
angin blisung :
Angin Topan
Archipelago state:
Negara laut utama yang ditaburi pulau-pulau
balian be :
Dukun yang ahli tentang ikan
banten :
Sarana upacara untuk orang Hindu
betara tengahing segara : Sebutan tuhan penguasa laut bagi nelayan Perancak bhairawa :
Nama sekta Siwa yang pernah berkembang di Perancak
blabar ke dasa :
Banjir musim ke-10 pada perhitungan kalender Bali
candra pralingga :
Perkiraan musim berdasarkan pada posisi bulan
capil :
Topi
dauh ayu :
Waktu yang baik untuk memulai sesuatu
dedemit laut :
Makhluk halus yang dipercaya menghuni laut
jukung layar :
Perahu layar
juru panggung :
Orang yang mengetahui letak ikan dan biasanya memberi petunjuk arah tangkap pada nelayan
kaki juling :
Makhluk gaib yang dipercaya nelayan perancak yang membantu nelayan saat kesusahan di laut
karawika :
Nama Bintang (Taurus)
kyai:
Ulama dan sekaligus orang yang memiliki keahlian dalam hal melaut
melekan :
Upacara begadang semalaman/kawin dengan perahu
metaphrastic :
Perubahan dari suatu frase ke frase lain
mrecika:
Nama bintang (Scorpio)
ngeneng :
Moratorium
nyabis :
Upacara mohon berkah untuk nelayan Madura
nyai roro kidul :
Sebutan untuk penghuni Laut Selatan
nyepi pasih :
Suatu kesepakatan kultural yang menyepakati untuk pemberhentinya aktivitas yang terkait dengan laut
padewasaaan :
Perencanaan hari untuk melakukan sesuatu
pakraman :
Desa adat
palelintangan :
Ramalan baik buruknya hari untuk melakukan sesuatu
patron klien:
Relasi antara tuan dan hamba
pasih gelah :
laut milik bersama
Pasih druwe:
laut milik bersama dan yang memilikinya memiliki tanggung jawab menjaganya
pengalu :
Tengkulak
pengasihan be :
Jampi-jampi ikan
petawuran :
Penebar jaring
pranata mangsa :
Ramalan tetang tatanan musim
pukat harimau :
Nama/jenis jaring
purse seine :
Nama/jenis jaring
rasi :
Bintang
revolusi biru :
Motorisasi perikanan
ruh :
Spirit atau jiwa
sang hyang wenang :
Sebutan/nama tuhan yang memiliki sifat dan bisa melakukan apa saja
sasih :
Sebutan untuk bulan dalam Bahasa Bali dan Bahasa Jawa
sekeha :
Sebutan untuk kelompok kerja di Bali
semer bajo :
Sumur Suku Bajo
semo bajo :
Kuburan Suku Bajo
sowan :
Mulut sungai atau muara sungai
surya pralingga :
Perkiraan musim berdasarkan posisi matahari
tika :
Kalender tradisional Bali
trawl :
Jenis jaring pukat
tri hita karana :
Tiga hubungan yang harmoni yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, dengan manusia dan dengan lingkungan
uger uger anaken tahun:
Petunjuk dan aturan yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan dalam waktu setahun
useran yeh :
Pusaran air
utung utung :
Anak dari kepiting
wariga gemet :
Nama lontar yang memuat tentang hari baik melakukan upacara
wariga dewasa :
Nama lontar yang memuat tentang hari baik melakukan aktivitas
wewaran :
Neptu hari berdasarkan perhitungan Kalender Jawa dan Bali
wuku :
Perhitungan Kalender Tradisional Jawa dan Bali yang 1 wuku terdiri dari 7 hari
wuluku :
Nama bintang (Orion)
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM
1. BMKG
: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
2. GPS
: Global Position System
3. HNSI
: Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
4. ICCSR
: Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap
5. LSM
: Lembaga Swadaya Masyarakat
6. UNFCCC
: United Nation Convention on Climate Change
7. USAID
:United States Agency for International Development