Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah kepulauan yang sebagian besar terdapat pesisir pantai. Kondisi tersebut menjadikan pulau Bali sebagai tempat yang cocok untuk kehidupan penyu terutama pada daerah-daerah pesisir pantai yang berpasir. Banyaknya jenis penyu yang ada di Indonesia yang terdiri dari 6 spesies penyu yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermocelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu pipih ( Natator depresusu). Sedangkan penyu terdapat di pulau Bali diantaranya penyu lekang, penyu hijau, dan penyu sisik. Ketiga jenis penyu ini sangat berpotensi meningkatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. (Sumber : Http// www.bksda-bali.com. Diakses pada 2 Maret 2015) Satu hal yang sangat ironi adalah kekayaan yang besar tersebut tidak sepenuhnya terpelihara kelestariannya. Pembunuhan penyu dan pengambilan telur secara liar telah mendorong menurunnya populasi penyu di Bali. Hal tersebut dikarenakan masyarakat banyak yang tidak tahu tentang keberadaan penyu baik secara biologi maupun ekologi. Selain itu, kurangnya informasi tentang siklus hidup serta kehidupan penyu menjadikan masyarakat masih tetap mengeksploitasi dan mengkonsumsi telur serta daging penyu. Tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur penyu diakibatkan adanya anggapan bahwa telur penyu mampu meningkatkan stamina pria. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pelestarian penyu. Upaya tersebut antara lain dengan melindungi telur penyu di alam dan melepaskan tukik kembali ke laut. Upaya penyelamatan ini harus berkelanjutan meskipun biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini cukup besar. Salah satu penyelamatan tersebut dengan mendirikan Penangkaran Penyu. Di Bali terdapat beberapa tempat penangkaran penyu yaitu penangkaran penyu di Desa Serangan, Tanjung Benoa, Tukad Yeh Gangga, Pantai Kuta, Pantai Lebih dan Pantai Perancak, Pantai Desa Perancak merupakan satu-satunya pantai di Kabupaten Jembrana yang masih dijadikan tempat penyu untuk bertelur. Menurut bapak Anom (ketua kelompok pelestari penyu di Perancak) Penyu yang bertelur dikawasan ini merupakan jenis penyu hijau, penyu lekang, dan penyu sisik yang merupakan binatang yang hidup di air laut. Penyu hijau dapat berkembang sampai mencapai 1 meter panjangnya, lebih dari 200 kg dan hidup lebih Landasan Konsepsual Perancangan-BAB I
1
Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana
dari 100 tahun. Sebelum penyu mulai bertelur disarankan agar tidak menimbulkan kegaduhan atau keributan, dan juga disarankan tidak membawa penerangan dalam bentuk apapun karena hal ini bisa menjadikan penyu enggan bertelur dan kembali lagi ke arah laut. Begitu telur mulai dikeluarkan barulah bisa mendekat dan mengamatinya dengan menggunakan senter atau alat penerangan lain. Nampaknya bila penyu sudah mulai mengeluarkan telurnya, akan mengalami kesulitan untuk berhenti mengeluarkan telurnya, dan jumlah telur yang dikeluarkan dari seekor penyu hijau bisa mencapai 200 butir. Penyu-penyu yang bertelur di kawasan Pantai Perancak untuk saat ini sudah mulai mengalami peningkatan, dari tahun ke tahun mulai dari tahun 1997 sampai tahun 2014, jumlah telur penyu yang menetas tahun 2010 paling banyak mencapai 36400 butir telur dan presentase telur yang menetas 94,35%. Tetapi untuk fasilitas yang terdapat disana tidak memadai seperti bak penampungan tukik masih menggunakan ember sehingga tidak terdapat sirkulasi air yang bagus, bangunan yang terdapat di sana tergolong semi permanen. Kurang baiknya perawatan di sana membuat tukik stress dan bisa mengakibatkan kematian,. Untuk itu perlu dibuatkan tempat penampungan tukik dan penyu yang lebih bagus dan memenuhi standar untuk penangkaran penyu. Selain fasilitas dan perawatan yang kurang di sepanjang pantai perancak sering terjadi abrasi. Ketika air lagi pasang hampir mencapai ke bibir pantai, yang mengakibatkan tersapunya sarang telur penyu dan mengikis pasir yang ada di sana. Akibatnya telur-telur penyu menjadi busuk karena kondisi sarang telur penyu sudah rusak dan telur penyu bisa hanyut terbawa air laut. Disamping mendirikan penangkaran penyu, di Desa Perancak ini juga sudah ada sebuah kelompok pelestari penyu yang mendukung aktifitas di penangkaran. Dengan menciptakan penangkaran penyu, dapat juga meningkatkan perekonimian dan mata pencaharian bagi penduduk di sekitar Desa Perancak. Adanya ikut campur tangan pemerintah yang nantinya bisa mengembangkan penangkaran penyu ini agar bisa dilestarikan kembali di masa yang akan datang tidak hanya di Pantai Desa Perancak saja, melainkan di setiap Kabupaten yang memiliki potensi tempat penyu berkembang biak. Maka dari itu Penangkaran Penyu ini sebagai contoh bagi masyarakat yang tidak peduli akan kehidupan penyu yang dilindungi.
.
Landasan Konsepsual Perancangan-BAB I
2
Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka diperlukan suatu upaya untuk melindungi spesies penyu dengan membangun fasilitas penangkaran sehingga rumusan masalahnya dapat diuraikan sebagai berikut : a. Jenis fasilitas apa saja yang diperlukan dalam penangkaran penyu ? b. Bagaimana sistem pengelolaan penangkaran penyu? c. Bagaimana memulai penangkaran penyu berkaitan dengan kapasitasnya ? d. Bagaimana merumuskan konsep perancangan penangkaran penyu ? e. Pendekatan melalui aspek apa saja yang dilakukan guna mendapatkan suatu konsep perancangan yang tepat ?
1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai acuan desain dari penangkaran penyu di Desa Perancak Kabupaten Jembrana yang nantinya akan ditransformasikan pada tahapan desain fisik, yaitu : a. Merancang sebuah Penangkaran Penyu yang berfungsi untuk mewadahi spesies penyu yang hampir punah di habitat liarnya. b. Penyediaan fasilitas dan kapasitas bagi Penangkaran Penyu. Pembahasan hanya ditinjau dari segi arsitektur yang meliputi aspek planning, programming dan design.
Landasan Konsepsual Perancangan-BAB I
3
Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana
1.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penyimpulan. Sesuai dengan tahap-tahap tersebut maka dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Jenis data a. Data kualitatif (data berupa bukan angka) Data kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung (Amirin, 2000). Penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyelidikan (Miles, 1992). Dari sebuah penyelidikan
akan
dihimpun
data-data
utama
dan
sekaligus
data
tambahannya. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan (Moleong, 2007). Data yang dicari seperti: informasi tentang perkembangan penyu bertelur di sepanjang Pantai Perancak. Kemudian juga melakukan observasi ke penangkaran yang sudah adan di Bali yang memiliki konteks tentang penangkaran penyu
b. Data kuantitatif (data berupa angka) Data kuantitatif adalah data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data angka atau numerik. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantitas maupun angka sebagai hasil konversi dari suatu kualitas, yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan. Data yang dicari seperti: jumlah penyu yang bertelur dipantai perancak. 2) Sumber data a. Data primer Merupakan data-data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumbernya, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data (Wasito, 1992). Data primer ini dapat diperoleh melalui : 1. Studi Literatur Studi literatur dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan proses masalah yang ada, dari buku-buku yang dianggap relevan untuk Landasan Konsepsual Perancangan-BAB I
4
Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana
melakukan analisis terhadap permasalahan yang timbul. Baik literatur yang bersifat umum seperti standar maupun literatur kusus terkait masalah penangkaran penyu, serta melalui peraturan-peraturan dan kebijakan pemerintah yang ada. Adapun tinjauan teori yang didapat dari : a. Buku tentang penangkaran penyu b. Intansional (RTRW Kabupaten Jembrana, BKSDA Provinsi Bali).
2. Teknik Observasi Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung serta pencatatan secara sistematik berbagai proses serta kejadian-kejadian yang terdapat dalam proses perencanaan kususnya mengenai kegiatan Penangkaran Penyu. Missal pengamatan lokasi, karakteristik lokasi, pontensi laut dan lingkungan perencanaan. 3. Teknik wawancara dan diskusi Menurut Esterberg (2002), Teknik wawancara dan diskusi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab guna mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan ini baik masalah teknis maupun masalah nonteknis sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan
penulis
dengan
pihak-pihak
terkait
yang
mengenai
Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kabupaten Jembrana. b. Data sekunder Merupakan data-data yang dikumpulkan oleh pihak lain, yang kemudian digunakan oleh peneliti sebagai pertimbangan dalam penelitiannya (Wasito, 1992). Data sekunder diperoleh dari: Studi Kepustakaan Merupakan teknik pengumpulan data melalui dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental yang lain. Dokumen yang dipilih memiliki kredibilitas yang tinggi yang memiliki keterkaitan dengan judul Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana.
Landasan Konsepsual Perancangan-BAB I
5
Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana
Studi Instansional Studi instansional dilakukan dengan mencari data di Bappeda Kabupaten Jembrana terkait dengan peraturan yang diperlukan dalam perencanaan dan perancangan tentang penangkaran penyu. Data tersebut berupa peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Jembrana seperti peraturan-peraturan di bidang Pembangunan, RTRW,
1.4.2 Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik analisis, yaitu menguraikan permasalahan yang timbul dengan mencari sebab dan akibat
dari
permasalahan
tersebut
dan
mencari
alternative
pemecahannya berdasarkan teori-teori dan pedoman-pedoman kerja yang ada yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Data-data hasil dari observasi, wawancara dan kajian pustaka yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis. Metode yang digunakan dalam tahap analis data, antara lain: 1.
Analisis kualitatif Menganilisis data mengenai pengertian, fungsi, tujuan, kegiatan serta fasilitas yang ada pada Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kabupaten Jembrana. Selain itu analisis juga dilakukan terhadap lingkup pelayanan maupun system pengelolaannya dengan cara mendeskripsikan data yang berkaitan. 2.
Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengalisis kebutuhan ruang yang menyangkut dimensi dan luasan ruang yang diperlukan dalam Penangkaran Penyu. Hal ini didasarkan atas standar yang berlaku dan perbandingan terhadap proyek sejenis.
Landasan Konsepsual Perancangan-BAB I
6
Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana
1.4.3 Teknik Penyimpulan Data Teknik penarikan simpulan yang digunakan adalah metode deduksi, yaitu pengambilan suatu kesimpulan, terlebih dahulu menguraikan hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Dari hasil analisis yang telah dilakukan akan ditarik suatu kesimpulan sehingga akan didapat jenis-jenis fasilitas apa sajakah yang dibutuhkan dalam mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada yang selanjutnya akan dibuatkan suatu program baik program ruang maupun program tapak sehingga dapat disusun suatu konsep perancangan dalam Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kabupaten Jembrana.
Landasan Konsepsual Perancangan-BAB I
7