TESIS
FTALAT DALAM PARFUM MENURUNKAN KADARTESTOSTERON DARAH TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA
INDRA POLITAN NIM : 0790761045
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 i
TESIS
FTALAT DALAM PARFUM MENURUNKAN KADARTESTOSTERON DARAH TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana
INDRA POLITAN NIM : 0790761045
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 20 April 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Prof.dr. I GustiMade Aman, SpFK SpAnd, FAACS
Mengetahui
Ketua Program Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And,FAACS NIP : 194612131971071001
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP : 195902151985102001
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PENELITIAN TESIS
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada tanggal : 20 April 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 0514/H14.4/HK/2011 Tanggal, 08 Maret 2011
Panitia Penguji Tesis adalah : Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, FAACS Anggota : 1.Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK 2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M. Sc., Sp. And. 3. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF 4. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan yang maha pengasih karena atas berkat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “FTALAT DALAM PARFUM MENURUNKAN KADARTESTOSTERON DARAH TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA” dalam rangka menyelesaikan karya akhir pendidikan di program pascasarjana pada program studi ilmu biomedik kekhususan antiaging medicine. Penulis menyadari tesis ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri, tapi berkat bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp. And, FAACS, sebagai ketua Program Studi Biomedik Kekhususan Anti-Aging Medicine dan sekaligus sebagai pembimbing I, yang telah banyak memberi bimbingan, masukan, saran-saran ilmiah yang sangat bermanfaat bagi penulis sampai selesainya tesis ini. 2. Pro. dr. I. Gusti Made Aman, Sp. FK, sebagai pembimbing ke dua, yang juga telah membantu memberi saran-saran perbaikan yang berguna dalam penyelesaian tesis ini, juga sebagai koordinator Laboratory Animal Unit, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu menyediakan fasilitas tempat, peralatan, dan bantuan teknisi dalam pelaksanaan penelitian hewan ini. 3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M. Sc., Sp. And, sebagai penguji yang dengan bijak dan sabar memberikan masukan yang sangat bermanfaat dalam perbaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M. OH, sebagai penguji yang juga memberikan masukan yang berharga dalam penyusunan dan perbaikan tesis ini. 5. Prof. dr. Ketut Titayasa, MS. AIF, sebagai penguji yang turut memberikan masukan perbaikan yang berharga dalam penyelesaian tesis ini. 6. Drs I. Ketut Tunas, MSI, yang telah banyak membantu dalam penyusunan analisis statistik tesis ini. 7. Prof. Dr. LabaMahaputra, drh., MSc, di Departemen Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabayayang telah membantu dalam perhitungan kadar testosteron darah hewan coba. 8. Pak Gede Wiranatha sebagai staf di Laboratory Animal Unit, yang telah banyak membantu secara teknis dalam pelaksanaan penelitian ini. 9. Bu Ida sebagai staf di Departemen Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya yang telah membantu dalam penyediaan bahan untuk uji kadar testosteron darah hewan coba. 10. Semua guru dan dosen yang telah membimbing penulis dalam pendidikan sejak awal sampai selesainya penulisan tesis ini. 11. Staf administrasi dan teman sejawat mahasiswa Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Anti-Aging Medicine yang telah memberikan motivasi dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 12. Istri tercinta Endang Sugiaty Muchtar yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini. 13. Berbagai pihak lain yang tidak dapat disebut satu per satu, yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan masukan dari berbagai pihak akan diterima dengan terbuka.
ABSTRAK FTALAT DALAM PARFUM MENURUNKAN KADARTESTOSTERON DARAH TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA Kehidupan seks yang harmonis merupakan salah satu tonggak yang penting dalam kehidupan rumah tangga. Testosteron merupakan salah satu hormon yang penting dalam kehidupan seksual baik pada laki-laki maupun perempuan. Defisiensi testosteron (hipogonadisme) menyebabkan sensitivitas insulin berkurang, gangguan metabolisme karbohidrat, peningkatan turn over tulang, kelemahan otot, gangguan fungsi kognitif, motivasi berkurang, lelah,letargi, lemak tubuh meningkat, sertadorongan dan kemampuan seksual menurun. Hipogonadisme pada laki-laki dapat disebabkan oleh obat-obatan (antihipertensi, diuretik, antidepresi, sedatifhipnotik, analgetik narkotik dan non steroid, antihistamin, H2-blocker),alkohol berlebihan,kacang kedele, merokok, olahraga (endurance training, overtraining), estrogen dominan (solar, parfum, zat warna, cat, pelarut, deterjen dll) dan kurang tidur.Parfum mengandung 95% komponen sintetik yang berasal dari petroleum. Ada 2 zat kimia sintetik penting pada kebanyakan parfum yaitu ester ftalat dan musk sintetik.Ftalat merupakan salah satu xenoestrogenyang dapat menurunkankadar testosteron darah. Berdasarkan fenomenona tersebut dilakukan penelitian dengan hipotesis parfum berftalat dapat menurunkan kadar testosteron darah tikus wistar jantan dewasa. Penelitian ini menggunakan pre-test dan post-test control group design. Tikus Wistar jantan dewasa dibagi 3 kelompok, P0 (kontrol), P1 (parfum tanpa ftalat), dan P2 (parfum berftalat). Kelompok P0 disemprot aquadest, P1 dengan parfum tidak berftalat dan P2 dengan parfum berftalat, masing-masing 5 semprotan di bagian punggung sekali sehari selama 2 minggu. Pemeriksaan kadar testosteron darah dilakukan pada semua kelompok sebelum dan setelah perlakuan. Dari 20 sampel yang diperiksa ditemukan rerata testosteronsebelum perlakuanpada kelompok Kontrol 2,190,52ng/ml, kelompok Parfum tanpa Ftalat 3,130,86ng/ml, dan kelompok Parfum dengan Ftalat3,140,66ng/ml. Rerata Testosteron sesudah perlakuan, kelompok Kontrol 2,440,64ng/ml,Parfum tanpa Ftalat 2,110,76ng/ml,Parfum dengan Ftalat 1,450,42ng/ml. Uji perbandingan post test antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar testosteron darah antara kelompok kontrol dengan kelompok P1 (p>0,05), tapi terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok P2 (p<0,05), dan juga antara kelompok P1 dengan kelompok P2(p<0,05). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa parfum berftalat menurunkan kadar testosteron darah tikus wistar jantan dewasa secara bermakna. Kata Kunci : Testosteron total, hipogonadisme, parfum, ftalat
ABSTRACT PHTHALATES IN PERFUMES DECREASE TESTOSTERONE BLOOD LEVEL IN ADULT MALE WISTAR MOUSES Harmony in sexual life is one of the important milestones in household life. Testosterone is one of the important hormone needed for good sexual life in both men and women. Testosterone deficiency (hypogonadism) can cause decreased insulin sensitivity, carbohydrate metabolism derangement, increased bone turn over, muscle weekness, cognitive dysfuction, decreased motivation drive, fatigue and lethargy, increased body fat, and decreased sexual drive and potency. Male hypogonadism can be caused by drugs (antihypertensive, diuretics, antidepressive, sedative-hypnotic, narcotic and nonsteroidal analgetics, antihistamine, H2-blocker), alcohol abuse, soy products consumption, smoking, exercises (endurance training, overtraining), estrogen dominance (diesel, perfumes, colouring agents, paints, solvents, detergences, etc) and lack of sleep.It is known that 95% of the chemicals in fragrances are synthetic compounds derived from petroleum. There are 2 important synthetic chemicals in most fragrances ie phthalate esters and synthetic musk.Phthalates are one of xenoestrogen that can decrease blood testosterone level. Based on this phenomenone, this study was conductedwith hypothesis that phthalates contained perfumes can decrease blood testosterone level in adult male wistar mouses. This study used pre-test and post-test control group design. Adult male Wistar mouses were divided into 3 groups, P0 (control group), P1 (no phthalate contained perfume group), and P2 (phthalate contained perfume group). P0 group were sprayed with aquadest, while P1 and P2 groups were sprayed with perfume, each given 5 spray on the back once daily for 2 weeks. Testosterone blood level was measured in all mouses before and after given perfumes. From 20 samples studied, it was found that mean pre test testosterone blood level for P0 was 2,190,52ng/ml, P1 was 3,130,86ng/ml, and P2 was 3,140,66ng/ml. Mean post test testosterone blood level for P0 was 2,440,64ng/ml, P1 was 2,110,76ng/ml, and P2 was 1,450,42ng/ml. One Way Anova post test for all group showed non significant decrease testosterone blood level between control group and no phthalate contained group (P1) (p>0,05), but there was a significant decrease between control group and phthalate contained group (P2) (p<0,05), and also between P1 and P2 group (p<0,05). Conclusion : Phthalate contained perfume decreasessignificant testosterone blood level Key words : Testosterone, hypogonadism, perfumes, phthalates
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................................
i
PRASYARAT GELAR …………………………………………………………...
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………...
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………………………...
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………………..
v
ABSTRAK……………………………………………………………………….
viii
ABSTRACT……………………………………………………………………...
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..
x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….
xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
xiii
BAB I
Pendahuluan.................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5 1.4.1. Manfaat Ilmiah ........................................................................................... 5 1.4.2. Manfaat Praktis .......................................................................................... 5 BAB II
Kajian Pustaka ............................................................................................ 6
2.1. Testosteron ........................................................................................................ 6 2.1.1. Fisiologi Testosteron …...........................................................................
6
2.1.2. Defisiensi Testosteron (Hipogonadisme) .................................................. 9 2.2. Parfum ……………………............................................................................... 12 2.2.1. Pengaruh Parfum pada Kulit .................... ................................................. 13 2.2.2. Pengaruh Parfum pada Otak dan Sistem Saraf .......................................... 15 2.2.3. Pengaruh Parfum pada Sistem Pernapasan ................................................ 15 2.2.4. Pengaruh Parfum pada Sistem Endokrin dan Reproduksi ......................... 16
2.2.5. Pengaruh Parfum secara Sistemik ............................................................. 18 2.3. Ftalat .................................................................................................................. 18 2.3.1. Struktur Molekul dan Sifat Fisiko-Kimia Ftalat ....................................... 18 2.3.2. Penggunaan Ftalat .................................................................................... 20 2.3.2.1. Produk Industri, Medik dan Rumah Tangga ..................................... 20 2.3.2.2. Parfum dan Produk Perawatan Pribadi ............................................. 22 2.4. Musk Sintetik .................................................................................................... 28 BAB III Kerangka Berpikir, Konsep dan Hipotesis , ............................................... 30 3.1. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 30 3.2. Kerangka Konsep .............................................................................................. 32 3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 32 BAB IV Metode Penelitian ...................................................................................... 33 4.1. Rancangan Penelitian ........................................................................................ 33 4.2. Waktu dan Tempat ............................................................................................ 34 4.3. Penentuan Sampel ............................................................................................. 35 4.4. Prosedur dan Alur Penelitian ............................................................................. 36 4.4.1. Prosedur Penelitian .................................................................................... 36 4.4.2. Alur Penelitian ........................................................................................... 39 4.5. Variabel Penelitian ........................................................................................... 40 4.5.1. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel ......................................................... 40 4.5.2. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 40 4.6. Bahan Penelitian ................................................................................................ 40 4.7. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 41 4.8. Analisis Data ..................................................................................................... 41 BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................. 42 5.1. Data Dasar ........................................................................................................ 42 5.2. Analisis Deskriptif ............................................................................................ 44 5.3. Uji Normalitas Data .......................................................................................... 44 5.4. Uji Homogenitas Data antar kelompok ............................................................. 45
5.5. Testosteron ........................................................................................................ 46 5.5.1. Uji Komparabilitas .................................................................................... 46 5.5.2. Analisis efek Perlakuan ............................................................................. 46 5.5.3. Analisis Komparasi antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan .............. 47 BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 50 6.2. Pengaruh Parfum dengan Ftalat terhadap Testosteron darah ........................... 50 6.3. Pengaruh Ftalat pada Manusia .......................................................................... 50 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 57 7.1. Simpulan ........................................................................................................... 57 7.2. Saran .................................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 59
LAMPIRAN ................................................................................................................ 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Kimia Ftalat ............................................................................32 Gambar 3.1.Skema Kerangka Konsep .................................................................... 45 Gambar 4.1. Skema Rancangan Penelitian .............................................................. 45 Gambar 4.2. Skema Alur Penelitian ......................................................................... 52 Gambar 5.1. Grafik Penurunan rerata Testosteron setelah perlakuan ....................... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Ftalat .................................................................................32 Tabel 2.2.Penggunaan Ftalat pada berbagai produk ..................................................34 Tabel 2.3.Berbagai Produk Perawatan Pribadi dan Rumah Tangga yang mengandung Zat Kimia Parfum...................................................................................36 Tabel 2.4. Xenoestrogen yang Umum Digunakan ....................................................37 Tabel 2.5.Level ofestrogen dominance.........................................................................40 Tabel 5.1. Data dasar hasil pemeriksaan kadar testosteron darah sebelum dan sesudahPerlakuan ................................................................................... .56 Tabel 5.2. Analisis Deskriptif Data Testosteron Tikus Wistar Jantan Dewasa........ 57 Tabel 5.3. Hasil Uji Normalitas Data Testosteron masing-masing Kelompok Baik Sebelum maupun Sesudah Perlakuan ...................................................... …………...58 Tabel 5.4. Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Testosteron Sebelum dan Sesudah Perlakuan .......................................................................................... 58 Tabel 5.5. Rerata Testosteron (ng/ml) antar kelompok sebelum diberikan perlakuan ................................................................................................. …………...59 Tabel 5.6. Rerata Testosteron (ng/ml)antar kelompok sesudah diberikan perlakuan..................................................................................................................... 60 Tabel 5.7. Analisis Komparasi Testosteron (ng/ml) Sesudah Perlakuan antar Kelompok dengan Least Significant Difference-test.............................. ………..…62
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Kehidupan seks yang harmonis merupakan salah satu tonggak yang penting dalam kehidupan rumah tangga di samping hal-hal lain seperti tingkat sosio-ekonomi yang cukup, jaminan kesehatan, hubungan yang akrab dan saling toleran antar pasangan dan anggota keluarga, dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya. Hubungan seks antara pasangan suami istri merupakan aktivitas yang melibatkan fisik dan emosional. Untuk mencapai tingkat kepuasan seks yang sempurna diperlukan komunikasi yang baik antar pasangan, rasa saling menyayangi dan menghormati, dan tentu saja kondisi fisik dan hormonal yang optimal. Testosteron merupakan salah satu hormon yang penting dalam kehidupan seksual baik pada laki-laki maupun perempuan. Testosteron juga mempunyai efek biologik yang penting khususnya pada metabolisme, integritas tulang, otot, sistem kardiovaskuler dan otak (Jones, 2008). Defisiensi testosteron (hipogonadisme) menyebabkan berkurangnya sensitivitas
insulin dan
gangguan metabolisme
karbohidrat, peningkatan turn over tulang, kelemahan otot, gangguan fungsi kognitif, berkurangnya dorongan motivasi, lelah dan letargi, peningkatan lemak tubuh, serta penurunan dorongan dan kemampuan seksual.
Kadar testosteron yang rendah
dihubungkan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian.Kadar testosteron yang rendah pada laki-laki dihubungkan dengan peningkatan angka kematian oleh berbagai sebab (Jones, 2008). Hipogonadisme dapat bersifat kongenital atau dapatan; bisa primer, sekunder atau tersier. Hipogonadisme pada laki-laki yang sebelumnya normal dapat ditimbulkan oleh obat-obatan yang diminum (antihipertensi, diuretik, antidepresi, sedatif-hipnotik,
analgetik narkotik dan non steroid, antihistamin, penghambat H2), konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi produk kacang kedele, merokok, olahraga (endurance training, overtraining), estrogen dominan (solar, parfum, zat warna, cat, pelarut, deterjen dll) dan kurang tidur (Kustes, 2008; Wilson, 2009). Parfum mengandung 95% komponen sintetik yang berasal dari petroleum. Banyak zat kimia dalam parfum menyerupai zat dalam asap rokok. Ada 2 zat kimia sintetik penting yang terdapat pada kebanyakan parfum yaitu ester ftalat dan musk sintetik. Parfum jarang menimbulkan toksisitas akut, kecuali tertelan dalam jumlah banyak. Umumnya toksisitas berjalan kronik. Zat kimia tersebut dapat terakumulasi dalam sistem organ dan tertimbun dalam jaringan lemak organism hidup (Ferlow, 2009; Smith, 2009).Pada kulit dapat terjadi allergi, iritasi, fotosensitif, dermatitis. Pada otak dan sistem saraf dapat terjadi migrain. Acetyl Ethyl Tetramethyl Tetralin(AETT) dan musk ambrette, zat kimia parfum yang sudah digunakan berpuluh tahun bersifat neurotoksik. Efek neurotoksik yang dapat terjadi antara lain koma, kejang, sakit kepala, depresi, pusing, iriTabel, bingung, serangan panik atau cemas, hilang ingatan, gangguan konsentrasi, mengantuk, insomnia, gangguan penglihatan, stupor, kaku, bicara pelo, kedutan otot lokal, kesemutan di tungkai, hilangnya koordinasi otot. Paparan yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Pada saluran napas parfum dapat merangsang atau memperburuk masalah, dapat terjadi iritasi, hipersensitif, inflamasi, peningkatan produksi sputum, asma, alergi, batuk, tenggorokan kering, iritasi dan inflamasi mukosa hidung, sinus, mulut, tenggorokan dan paru (Ferlow, 2009). Parfum berftalat dapat mengganggu hormon estrogen dan testosteron. Pemberian 2% diethyl phthalate (2000 mg/kgBB) dalam diet selama 1 minggu pada tikus Wistar
jantan berumur 5 minggu menurunkan kadar testosteron testis dan serum sebesar 40% (Sekizawa et al., 2003). Pada suatu penelitian, diethyl phthalate yang paling umum digunakan pada parfum dan produk perawatan pribadi lainnya, dapat merusak DNA sperma lelaki dewasa dan menyebabkan infertilitas; dapat menyebabkan keguguran dan defek kelahiran, dan mungkin menimbulkan kanker dan infertilitas pada keturunannya. Pada penelitian terhadap 464 wanita Mexico, ditemukan kadar mono-ethyl phthalate urin (MEP) lebih tinggi secara bermakna pada 233 penderita kanker payudara dibandingkan 221 kontrol sehat (López-Carrillo, 2009).Ftalat dapat mengganggu fungsi tiroid, perkembangan payudara prematur pada bayi perempuan, dan perkembangan seksual abnormal pada janin atau bayi laki-laki (hipospadia, undescended testis/ cryptorchidism) (Ferlow, 2009). Studi epidemiologi menunjukkan hubungan statistik antara kadar serum ftalat monoester dengan insiden anomali seperti kriptorkhidismus dan pemendekan jarak anogenital (Swan et al., 2005). Pada penelitian ditemukan bahwa campuran lima ester ftalat menghambat produksi testosteron dari testis fetal tikus Sprague-Dawley (Howdeshell et al., 2008). Kadar metabolit ftalat urin dihubungkan dengan peningkatan waist circumference (obesitas abdominal) dan resistensi insulin pada laki-laki dewasa Amerika (Stahlhut et al., 2007). Musk sintetik dapat menyerang jaringan hidup.
Komponen musk sintetik yang
banyak digunakan dalam parfum telah ditemukan pada jaringan manusia, bahkan pada organisme air seperti ikan dan moluska.
Musk polisiklik dan nitromusk dapat
menghambat transporter efluks berbagai obat yang bertanggung jawab untuk resistensi multixenobiotik (multixenobiotic resistance/MXR) pada insang kerang laut Mytilus californianus. Akibatnya xenobiotik dan toksin dengan mudah masuk ke
dalam sel dan menetap lama. Hambatan aktivitas transpor keluar sel oleh musk sintetik berlangsung lama walaupun paparan sudah hilang, sehingga terjadi akumulasi toksin terus menerus.
Relevansi penemuan ini pada kesehatan manusia adalah
kemungkinan paparan dengan berbagai xenobiotik dan obat-obat kimiawi dapat menyebabkan hambatan jangka lama yang serupa terhadap transporter tersebut, dengan akibat paparan yang terus menerus terhadap zat-zat toksik yang masuk (Luckenbach dan Epel, 2005). Penelitian mengenai efek ftalat pada testis fetus tikus jantan sudah diketahui jelas tapi efeknya pada testis tikus yang sudah dewasa belum diketahui jelas. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah paparan parfum pada kelamin jantan yang sudah dewasa masih mempunyai efek negatif seperti penurunan kadar testosteron darah atau tidak.
1.2.RUMUSAN MASALAH Apakah pemberian parfum yang mengandung ftalat dapat menurunkan kadar testosteron total darah tikus wistar jantan dewasa (Rattus norvegicus) ?
1.3.TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui pemberian parfum berftalat dapat menurunkan kadar testosteron total darah tikus wistar jantan dewasa (Rattus norvegicus).
1.4.MANFAAT PENELITIAN
1.4.1.Manfaat Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmiah tentang bahaya parfum yang mengandung ftalat dibalik keharumannya karenamungkin dapat menurunkan kadar hormon testosteron darah pada kelamin laki-laki dewasa dengan segala akibatnya.
1.4.2. Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kewaspadaanakan bahaya parfum yang mengandung ftalat sehingga pemakai dapat lebih berhati-hati menggunakan parfum dan semua produk perawatan pribadi lainnya yang mengandung ftalat. 2. Dari penelitian ini diharapkan pemakai produk perawatan pribadi dapat lebih bijak memilih produkyang mengandung bahan alamiah dan menghindari pemakaian produk yang mengandung ftalat. 3. Agar perusahaan yang bergerak di bidang parfum dan produk perawatan pribadi mulai berpikir untuk mengubah komposisi produknya ke bahan-bahan yang alamiah dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dalam jangka lama.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Testosteron 2.1.1.Fisiologi Testosteron Testosteron (T) merupakan suatu hormon steroid androgen yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal organ kelamin dan reproduksi laki-laki seperti penis, testis, skrotum, prostat, dan vesikula seminalis; membantu perkembangan ciri seks sekunder seperti bentuk otot, masa tulang, distribusi lemak badan, pola rambut/bulu badan, pembesaran laring, dan penebalan pita suara. Testosteron juga penting untuk mempertahankan tingkat energi, perasaan sehat, fertilitas, dan keinginan seksual. Produksinya menurun dengan pertambahan usia. Defisiensi testosteron dihubungkan dengan kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, respiratorik, dan renal, sindrom metabolik dan diabetes, osteoporosis, penyakit Alzheimer, penyakit autoimun, dan infeksi HIV. Tapi tidak jelas diketahui apakah defisiensi testosteron terjadi sebagai akibat keadaan tersebut, mendahului keadaan tersebut atau kombinasi keduanya (Jones, 2008).
Testosteron pada laki-laki sebagian besar dihasilkan oleh testis (95%), sebagian kecil oleh kelenjar adrenal (zona retikularis). Produksinya diatur melalui suatu sistem umpan balik negatif yang melibatkan pituitari anterior, hipotalamus dan testis, disebut hypothalamic-pituitary-gonadal axis atau hypothalamic-pituitary-testicular axis. Secara periodik hipotalamus menghasilkan gonadotropin-releasing hormone (GnRH) secara pulsatil yang kemudian merangsang kelenjar pituitari menghasilkan luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Pelepasan pulsatil GnRH menyebabkan pelepasan LH dan FSH ke sirkulasi dengan pola serupa juga. Pada laki-laki sehat normal terjadi 2-4 pulsasi LH dan FSH tiap periode 6-8 jam, tapi amplitudo pulsasi LH jauh lebih besar dari FSH. Pada testis LH dan FSH akan berikatan dengan receptor jaringan target primernya yang terletak pada membran selnya (LH dengan sel Leydig, FSH dengan sel Sertoli)
membentuk hormone-
receptor complex. Selanjutnya terjadi peningkatan cyclic AMP melalui perantaraan adenyl ciclase, menghasilkan fosforilasi protein intraseluler melalui aktifasi mekanisme protein kinase. Pada sel Leydig aktifasi protein kinase menyebabkan mobilisasi dan aktifasi síntesis pregnenolon dari kolesterol. Pregnenolon merupakan awal pembentukan testosteron.
Hormon prolaktin dalam kadar rendah berperan
sebagai potensiator LH pada sel Leydig. Testosteron yang disintesis akan berdifusi ke jaringan vaskuler testis dan sel Sertoli dan memfasilitasi proses spermatogenesis (Wikipedia, 2011). Produksi testosteron normal 4-7 mg perhari. Dalam sirkulasi darah, testosteron terdapat dalam bentuk ikatan dengan protein (protein bound, 96%) dan yang tidak terikat protein (non-protein bound). Keduanya disebut testosteron total. Istilah testosteron dalam literatur umumnya sama dengan testosteron total (Bellmann dan Swierzewski, 2009).Pada laki-laki sekitar 44%
testosteron terikat pada sex hormone binding globulin (SHBG), 50% pada albumin dan 2-3% bebas (free testosterone). Protein pembawa lain yaitu cortisol-binding globulin (CBG). Testosteron bebas merupakan hormon yang paling aktif secara biologik (bekerja langsung pada jaringan target). Testosteron yang terikat pada albumin mudah terlepas dan bekerja sebagai hormon bebas karena itu testosteron yang terikat pada albumin dan yang bebas bersama-sama disebut bioavailable testosterone (Bio-T) (Malkinet al., 2004).Kadar testosteron total darah pada laki-laki normal bervariasi antara 300 -1000 ng/dl (10,434,7 nmol/liter). Kadar testosteron darah laki-laki dewasa menurun rata-rata 1-2% per tahun. Pada usia 80 tahun, lebih dari 50% laki-laki mempunyai kadar testosteron darah pada batasan hipogonadal (Margo dan Winn, 2006). Tidak ada petunjuk konsisten kadar testosteron total darah yang disebut hipogonadisme, tapi kebanyakan penelitian menggunakan definisi dari the American Association of Clinical Endocrinologists (AACE) yaitu kadar testosteron total di bawah 200 ng/dl (6,9 nmol/liter) (AACE, 2002).
2.1.2. Defisiensi Testosteron (Hipogonadisme). Defisiensi testosteron (hipogonadisme) yaitu berkurangnya produksi testosteron normal dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau berkembang kemudian (dapatan/acquired). Defisiensi testosteron dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi kelainannya sepanjang aksis hipotalamus-hipofisis-gonad sebagai berikut : 1.
Primer : kelainan pada organ penghasil testosteron utama (testis, ovarium).
2.
Sekunder : Kelainan pada hipofisis
3.
Tersier : kelainan pada hipotalamus.
Kelainan kongenital yang paling sering menyebabkan defisiensi testosteron adalah sindrom Klinefelter (XXY). Pada penderita
ditemukan infertilitas, bulu wajah )
tubuh jarang, ginekomastia, dan testis kecil. Kelainan hormon kongenital seperti sindrom Kallmann (defisiensi luteinizing hormone-releasing hormone/LHRH dan gonadotropin-releasing hormone/GnRH) juga menyebabkan defisiensi testosteron. Kausa
kongenital
lain
antara
lain
anorchism
(tidak
ada
testis)
dan
cryptorchidism(kegagalan testis turun ke skrotum). Defisiensi testosteron dapatan disebabkan antara lain (Hamda dan Bouloux, 2008; Bellman dan Swierzewski, 2009; Suri, 2009) : 4.
Terapi kanker : kemoterapi, radiasi. Terapi tersebut dapat merusak sel interstisial testis yang penting untuk pembentukan testosteron. Kerusakan dapat bersifat sementara atau permanen.
5.
Kerusakan akibat operasi atau trauma (hipofisis, hipotalamus, testis). Bila terjadi pada ke dua testis dapat menyebabkan penurunan produksi testosteron.
6.
Infeksi (meningitis, sífilis, HIV/AIDS mumps). Peradangan yang terjadi dapat merusak spermatogenesis dan penurunan produksi testosteron baik secara primer, sekunder maupun tersier.
7.
Kanker baik pada testis (primer) maupun otak (sekunder dan tersier) menekan produksi testosteron baik langsung maupun tidak langsung.
8.
Proses menua (Aging). Setelah 30 tahun, kadar testosteron serum umumnya berkurang 1-2% pertahun, walaupun dapat sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah sel Leydig, gangguan mekanisme umpan balik poros hipotalamus-hipofisis-testis, dan berkurangnya bioavailabilitas testosteron. Pada usia 20 tahun, jumlah sel Leydig sekitar 700 juta, selanjutnya berkurang 6-7 juta pertahun(Pangkahila, 2007).
9.
Penyakit kronik (ginjal, hati, jantung, sarkoidosis). Berbagai penyakit kronik dan sistemik menurunkan testosteron melalui pengaruh langsung pada testis dan penurunan sekresi gonadotropin.
10.
Alkoholismus. Alkohol bersifat toksik secara langsung terhadap testis. Alkohol menghambat 3β-hydroxysteroid dehydrogenase, suatu ensim dalam biosintesis testosteron.
11.
Merokok, menurunkan aliran darah ke testis dan mempunyai efek merusak langsung pada sel Leydig di testis sehingga produksi testosteron berkurang (Howe, 2010). Juga nikotin menghambat pulsasi sekresi LH pada laki-laki (Funabashiet al., 2005)
12.
Obat-obatan. Umumnya obat-obatan mengganggu fungsi testikular melalui beberapa mekanisme yaitu : inhibisi sintesis testosteron (ketokonazol, spironolakton,
glukokortikoid),
blokade
aksi
androgen
(ketokonazol,
simetidin), peningkatan kadar estrogen, inhibisi spermatogenesis langsung. 13.
Stres. Pada keadaan stress yang berlebihan baik psikis maupun fisik, terjadi peningkatan hormon stres, adrenalin, noradrenalin, dan kortisol. Hormon stres tersebut akan memacu proses katabolik dan menghambat sintesis testosteron (Cohen, 2009).
14.
Kurang tidur, mengurangi produksi testosteron akibat peningkatan hormon kortisol (Howe, 2010)
15.
Konsumsi produk kacang kedele. Kadar testosteron total dan bebas berhubungan terbalik dengan asupan produk kacang kedele. Konsumsi tahu dapat meningkatkan kadar SHBG secara signifikan
16.
Paparan dengan berbagai xenoestrogen dari lingkungan seperti solar, parfum, zat warna, cat, pelarut, deterjen dll. Xenoestrogen merupakan suatu zat kimia
di lingkungan yang bila masuk ke tubuh kita bekerja menyerupai hormon estrogen (Yegyan, 2009). 17.
Laki-laki dengan obesitas, diabetes, atau hipertensi dua kali lebih sering mengalami defisiensi testosteron.
Jaringan adiposa banyak mengandung
enzim aromatase yang akan mengubah testosteron menjadi estrogen, sehingga pada keadaan obesitas sering terjadi defisiensi testosteron (Norton, 2008).
2.2.Parfum Parfum merupakan suatu zat yang mengeluarkan dan menyebarkan aroma harum atau
menyenangkan,
terutama
berupa
larutan
mudah
menguap
yang
diekstraksi/didistilasi dari bunga-bunga atau dibuat secara sintetik (Wiley, 2010), . Bau parfum membuat orang mengira parfum terbuat dari bunga-bunga, sebaliknya produk-produk berparfum secara konstan terus mengeluarkan zat kimia parfum yang dapat diabsorpsi melalui kulit atau inhalasi.
Iklan bisa menyesatkan kita dengan kata-kata natural, floral, hipoalergenik, aroma natural, dan nama dari bunga-bunga yang membuat kita menganggap produk tersebut aman walaupun mungkin malah sebaliknya. Beberapa produk yang tidak beraroma atau bebas parfum dapat mengandung parfum penutup aroma (masking fragrance) yang menutupi aroma bahan lain (Ferlow, 2009). Parfum jarang menimbulkan toksisitas akut, kecuali tertelan dalam jumlah banyak. Umumnya toksisitas berjalan kronik. Zat kimia tersebut dapat terakumulasi dalam sistem organ dan tertimbun dalam jaringan lemak organism hidup (Ferlow, 2009). Berdasarkan data dari International Fragrance Association,diethyl phthalate didaftar sebagai komponen dalam berbagai produk kosmetik dengan kadar < 0,1% - 28,6%
(97,5 percentile of use). Pada survei terhadap perusahan parfum di Amerika tahun 2001, kadar maksimum diethyl phthalate bervariasi antara 1-11% pada parfum dan maksimal 1% pada deodoran dan produk perawatan pribadi lainnya. Produk tersebut dapat dipakai beberapa kali sehari dalam jangka lama (tahunan) (Sekizawa et al., 2003). Kadar minimal yang dapat menimbulkan efek samping pada tikus sebesar 100 mg/kgBB/hari (Chiang, 2005) dan dosis letal peroral LD50 sebesar 8600 mg/kgBB (Sekizawaet al., 2003).
2.2.1. Pengaruh Parfum pada Kulit Parfum mudah menguap dan bertahan lama di udara, menempel pada kulit, rambut, pakaian, alat dan perabot rumah tangga, makanan dll. Pakaian dan seprei yang dicuci dan dikeringkan dengan produk berparfum dapat terpapar terus dan mengeluarkan zat kimia parfum dan dapat terserap melalui kulit atau inhalasi. Kulit bayi khususnya mudah menyerap zat kimia parfum secara langsung melalui pakaian, kain lampin dan sprei; dan secara tidak langsung melalui udara. Parfum dari produk cucian baju dapat terakumulasi di serat kain dan sangat sulit dihilangkan. Jika kita menggunakan fasilitas cuci pakaian yang dipakai orang lain yang memakai produk parfum, pakaian kita akan menyerap parfum mereka. Pada penelitian terhadap wanita hamil trimester ke tiga yang menggunakan parfum, ditemukan kadar mono ethyl phthalate/MEP (metabolit di ethyl phthalate/DEP) di urin sampel 2,26 kali lebih tinggi dari yang tidak memakai parfum (95%confidence interval 1,51-3,32) (Just et al., 2008). Pada kulit zat kimia parfum dapat mengubah tegangan permukaan sehingga mempermudah penyerapan zat kimia lain. Parfum dapat menjadi alergen kulit, iritan
dan membuat kulit sensitif terhadap sinar matahari (fotosensitif), kulit menjadi kering dan pecah. Sekitar 1-2% populasi alergi terhadap parfum. Ada hubungan antara pemakaian produk berparfum dengan timbulnya alergi terhadap parfum. Dermatitis kontak dapat timbul akibat paparan dengan bahan parfum melalui udara atau permukaan (Ferlow, 2009).
2.2.2. Pengaruh Parfum pada Otak dan Sistem Saraf Zatkimia parfum dapat mempengaruhi otak dan sistem saraf, sebagian bersifat segera dan sementara, sebagian lain dapat berlangsung kronik dan bertahan lama. Efek tersebut dapat terjadi melalui parfum yang diabsorpsi, dihirup atau dimakan. Parfum dapat mengubah aliran darah ke otak, mengubah tekanan darah, nadi dan suasana hati dan mencetuskan serangan sakit kepala migrain. Acetyl Ethyl Tetramethyl Tetralin(AETT) dan musk ambrette, zat kimia parfum yang sudah digunakan berpuluh tahun bersifat neurotoksik. Efek neurotoksik yang dapat terjadi antara lain koma, kejang, sakit kepala, depresi, pusing, iriTabel, bingung, serangan panik atau cemas, hilang ingatan, gangguan konsentrasi, mengantuk, insomnia, gangguan penglihatan, stupor, kaku, bicara pelo, kedutan otot lokal, kesemutan di tungkai, hilangnya koordinasi otot. Paparan yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Beberapa zat kimia parfum mempunyai efek sedatif yang poten. Parfum dibuat secara khusus dan digunakan untuk mengontrol perilaku masyarakat (Ferlow, 2009).
2.2.3. Pengaruh Parfum pada Sistem Pernapasan Pada saluran napas zat kimia parfum dapat merangsang atau memperburuk masalah. Zat kimia parfum dapat bersifat iritan atau membuat saluran napas lebih sensitif. Iritasi dapat menyebabkan inflamasi dan peningkatan produksi sputum, saluran napas lebih peka terhadap jejas atau alergen, mencetuskan atau mengeksaserbasi serangan asma, alergi, batuk, tenggorokan kering, iritasi dan inflamasi mukosa hidung, sinus, mulut, tenggorokan dan paru (Ferlow, 2009). 2.2.4. Pengaruh Parfum pada Sistem Endokrin dan Reproduksi Zat kimia parfum dapat mengganggu hormon estrogen dan testosteron. Pada penelitian, diethyl phthalate yang umum digunakan pada parfum dan produk perawatan pribadi lainnya, dapat menurunkan testosteron darah, merusak DNA sperma lelaki dewasa, menurunkan jumlah dan kualitas sperma dan menyebabkan infertilitas; dapat menyebabkan keguguran dan malformasi saluran reproduksi lakilaki (Duty et al., 2004; Ferlow,2009), dan mungkin menimbulkan kanker (testis, payudara) dan infertilitas pada keturunannya (Ohlson dan Hardell, 2000; Kim et al., 2004). Pada penelitian terhadap 464 wanita Mexico, ditemukan kadar mono-ethyl phthalate (MEP) urin lebih tinggi secara bermakna pada 233 penderita kanker payudara dibandingkan 221 kontrol sehat (López-Carrilloet al., 2009). Ftalat meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara dalam kultur sel dan menurunkan sensitivitas sel kanker tersebut terhadap obat kemoterapi tamoxifen (Kim et al., 2004). Pemberian 2% diethyl phthalate (2000 mg/kgBB) dalam diet selama 1 minggu pada tikus Wistar jantan berumur 5 minggu menurunkan kadar testosteron testis dan serum sebesar 40%, sebaliknya ester ftalat lain (di-nbutyl phthalate, diisobutyl phthalate, di(2-ethylhexyl
phthalate)
meningkatkan
kadar
testosteron (Sekizawaet
al.,
2003).Perubahan ultrastruktural sel Leydig tikus sudah tampak pada pemberian oral 2000 mg/kgBB (2% diethyl phthalate) selama 2 hari.
Pada sel Leydig terjadi pembengkakan mitokondria, dilatasi fokal dan vesikulasi retikulum endoplasma halus, dan peningkatan aktivitas makrofag di jaringan interstisial (Sekizawa et al., 2003, Guo-Xin et al., 2009). Suatu penelitian lain dengan mengukur kadar metabolit ftalat urin pada ibu-ibu hamil (sekitar 28 minggu usia kehamilan) yang anak-anaknya (74 laki-laki, 71 perempuan) diikuti sampai berusia 3-6 tahun, ditemukan bahwa pada kelompok ibu-ibu dengan kadar metabolit ftalat urin yang tinggi, anak laki-lakinya kurang suka bermain dengan mainan khas anak laki-laki (mobil-mobilan, pistol, perang-perangan) (less maletypical play behaviour). Risiko perubahan pola bermain ini lima kali lebih tinggi dari kelompok ibu-ibu dengan kadar metabolit ftalat yang rendah. Diduga ftalat berpotensimengubah perkembangan otak yang responsif terhadap androgen pada manusia (Swan et al., 2009; Doheny dan Chang, 2009). Ftalat dapat mengganggu fungsi tiroid, perkembangan payudara prematur pada bayi perempuan, dan perkembangan seksual abnormal pada janin atau bayi laki-laki (hipospadia, undescended testis / cryptorchidism, testis kecil) (Swan et al.,2005; Ferlow, 2009; Menon, 2009). Penelitian pada tikus selama masa diferensiasi seksual, paparan terhadap ftalat dapat menghambat produksi testosteron testis fetal, sehingga terjadi pemendekan jarak anogenital, retained nipples(female-like areolas/nipples), hipospadia, undescended testes, kantong vagina (vaginal pouch), agenesis epididimal, dan testis kecil atau tidak ada (Gray et al., 2000).
Suatu studi landmark tahun 2005 mendapatkan bahwa bayi laki-laki dari ibu dengan kadar ftalat urin yang tinggi mempunyai ukuran penis rata-rata lebih kecil dan frekuensi kejadian undescended testis lebih tinggi (Swan et al., 2005; Smith, 2009).
2.2.5. Pengaruh Parfum secara Sistemik Secara sistemik zat kimia parfum dapat menimbulkan gejala rasa lelah (fatique), mual, muntah, nyeri perut, penurunan atau peningkatan tekanan darah, mengganggu reproduksi dan perkembangan, mengganggu fungsi hati dan ginjal, merusak jantung, paru, sistem imun dan mempengaruhi pembekuan darah (CERHR, 2000). Beberapa zat kimia parfum bersifat karsinogen. Banyak penyegar ruangan mengandung pestisida paradichlorobenzene, suatu karsinogen (Ferlow, 2009).
2.3. Ftalat 2.3.1. Struktur Molekul dan Sifat Fisiko-kimia Ftalat Ester ftalat (phthalate esters) merupakan dialkyl- atau alkyl aryl ester dari phthalic acid (1,2-benzenedicarboxylic acid)). Ftalat berupa larutan kental, jernih, tidak berbau, tidak berwarna, sukar larut dalam air, mudah larut dalam minyak, dan sulit menguap.
R and R' = CnH2n+1; n = 4-15 Gambar 2.1. Struktur kimia ftalat
Berbagai jenis ftalat dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Berbagai Jenis Ftalat
Name
Acronym
Dimethyl phthalate DMP Diethyl phthalate DEP Diallyl phthalate DAP Di-n-propyl phthalate DPP Di-n-butyl phthalate DBP Diisobutyl phthalate DIBP Butyl cyclohexyl BCP phthalate Di-n-pentyl phthalate DNPP Dicyclohexyl DCP phthalate Butyl benzyl phthalate BBP Di-n-hexyl phthalate DNHP Diisohexyl phthalate DIHxP Diisoheptyl phthalate DIHpP Butyl decyl phthalate BDP Di(2-ethylhexyl) phthalate
DEHP, DOP
Structural formula
CAS No.
C6H4(COOCH3)2 C6H4(COOC2 H5)2 C6H4(COOCH2CH=CH2)2 C6H4[COO(CH2)2CH3 ]2 C6H4[COO(CH2)3CH3 ]2 C6H4[COOCH2CH(CH3)2]2
131-11-3 84-66-2 131-17-9 131-16-8 84-74-2 84-69-5
CH3(CH2)3OOCC6 H4COOC6H11
84-64-0
C6H4[COO(CH2)4CH3 ]2
131-18-0
C6H4[COOC6 H11]2
84-61-7
CH3(CH2)3OOCC6 H4COOCH2 C6H5 C6H4[COO(CH2)5CH3 ]2 C6H4[COO(CH2)3CH(CH3)2]2
85-68-7 84-75-3 146-50-9 41451-28C6H4[COO(CH2)4CH(CH3)2]2 9 CH3(CH2)3OOCC6 H4COO(CH2)9CH3 89-19-0 117-81-7 C6H4[COOCH2CH(C2H5)(CH2)3CH3]2
Di(n-octyl) phthalate
DNOP
C6H4[COO(CH2)7CH3 ]2
Diisooctyl phthalate
DIOP
C6H4[COO(CH2)5CH(CH3)2]2
n-Octyl phthalate
ODP
CH3(CH2)7OOCC6 H4COO(CH2)9CH3 119-07-3
Diisononyl phthalate
DINP
C6H4[COO(CH2)6CH(CH3)2]2
Diisodecyl phthalate
DIDP
C6H4[COO(CH2)7CH(CH3)2]2
Diundecyl phthalate Diisoundecyl phthalate Ditridecyl phthalate Diisotridecyl phthalate
DUP
C6H4[COO(CH2)10CH3]2
DIUP
C6H4[COO(CH2)8CH(CH3)2]2
DTDP
C6H4[COO(CH2)12CH3]2
DIUP
C6H4[COO(CH2)10CH(CH3)2]2
n-decyl
117-84-0 27554-263
28553-120 26761-400 3648-20-2 85507-795 119-06-2 68515-479
Sumber : Wikipedia, 2011
2.3.2. Penggunaan Ftalat 2.3.2.1. Produk Industri, Medik dan Rumah Tangga Ftalat merupakan suatu komponen sintetik yang secara luas digunakan sebagai plasticizers (pelembut) pada berbagai produk industri dan rumah tangga yang terbuat dari vinil, karet, dan plastik seperti polyvinyl acetate, polyvinyl chloride (PVC lunak), karpet lantai dan mobil, jas hujan, lem, cat, plastik pembungkus makanan, mainan anak (karet, plastik, teethers, dot), sarung tangan, sex toys, produk medikal seperti spuit, medical tubing, kantung transfusi, salut selaput (enteric coating) pada tablet obat, kapsul dll. Sifat plastis membuat bahan polimer organik sintetik lebih fleksibel, lentur, jernih dan awet. Berbagai ftalat dan penggunaannya pada produk industri, rumah tangga, dan medikal dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Penggunaan Ftalat pada berbagai produk
Use
Class of phthalates Di-ethyl-phthalate (DEP)
Personal care products, cosmetics
Butyl benzyl phthalate (BBP)
Vinyl tiles, food conveyor belts, artificial leather PVC plastics, latex adhesives, cosmetics, personal care products,
Di-n-butyl phthalate (DBP)
cellulose plastics, solvent for dyes
Di(2-ethylhexyl)phthalate (DEHP) Building products (wallpaper, wire and cable insulation), car products (vinyl upholstery, car seats), clothing (footwear, raincoats), food packaging, children's products (soft toys, rubber duckies), medical devices
Di-n-hexyl-phthalate (DnHP)
Di-n-octyl-phthalate (DnOP) Di-isononyl phthalate (DINP) Di-isodecyl phthalate (DIDP)
Tool handles, dish-washer baskets, flooring, vinyl gloves, flea collars, conveyor elts used in food processing Garden hoses, pool liners, flooring tiles, tarps Garden hoses, pool liners, flooring tiles, toys PVC plastics, PVC wires and cables, artificial leather, toys, pool liner
Sumber : Shrestha and Monosson, 2008 2.3.2.2. Parfum dan Produk Perawatan Pribadi Ftalat banyak ditemukan pada produk kosmetik dan perawatan pribadi lainnya terutama cat kuku dan pelarut cat kuku, semprotan rambut (hair spray), gel rambut, mousses, deodoran, shaving cream, pelembab, sabun dan parfum (Ferlow, 2009). Pada tahun 2006, EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan suatu penilaian risiko dengan mengusulkan suatu dosis rujukan (reference dose) atau kadar paparan ftalat peroral yang aman sebesar 0,3 mg/kgBB/hari, lebih lemah dibandingkan current agency standard sebesar 0,1 mg/kgBB/hari (EPA, 2006).
Berbagai produk perawatan pribadi dan bahan-bahan dalam rumah tangga yang mengandung zat kimia parfum dapat dilihat pada Tabel 2.3 (Ferlow, 2009).
Tabel 2.3 Berbagai Produk Perawatan Pribadi dan Rumah Tangga yang mengandung Zat Kimia Parfum
Many products can contain fragrance chemicals Fabric softeners Laundry detergents Soaps (bar and liquid) Dishwashing detergents Bleach and bleach powders Air fresheners and deodorizers (in buildings, carsetc.) Disinfectant sprays Pesticides Candles, potpourris Tissues and toilet paper Plastic bags, trash and kitchen Diapers Clothing and fabrics Toys, books Hair products Cosmetics Hand and body lotions
Bath powders and oils Deodorants and anti-perspirants Shaving creams and after shaves Essential oils Perfumes and colognes Nail polish and polish remover Advertising materials Scented papers Marking pens Food additives Etc… Sumber : Ferlow, 2009 Pada parfum ftalat digunakan sebagai pembawa (carrier) atau pelarut untuk musk sintetik. Ftalat memfiksir parfum sehingga baunya bertahan lebih lama. Musk sintetik membuat bau parfum lebih nyata (Shresthadan Monosson, 2008; Ferlow, 2009). Ftalat merupakan salah satu xenoestrogen seperti tampak pada Tabel 2.4 Xenoestrogen merupakan suatu zat kimia di lingkungan yang bila masuk ke tubuh kita bekerja menyerupai hormon estrogen (Yegyan, 2009). Tabel 2.4. Xenoestrogen Yang Umum Digunakan
18. 19. 20. 21.
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Bisphenol A (monomer for polycarbonate plastic and epoxy resin; antioxidant in plasticizers) DDT (insecticide) polychlorinated biphenyls / PCBs (in electrical oils, lubricants, adhesives, paints) Alkylphenols (intermediate chemicals used in the manufacture of other chemicals) atrazine (weedkiller) 4-Methylbenzylidene camphor1011 (4-MBC) (sunscreen lotions) butylated hydroxyanisole12 / BHA (food preservative) Dieldrin (insecticide) endosulfan (insecticide) erythrosine / FD&C Red No. 3 ethinylestradiol (combined oral contraceptive pill) (released into the environment as a xenoestrogen) heptachlor (insecticide) lindane / hexachlorocyclohexane (insecticide) metalloestrogens (a class of inorganic xenoestrogens)
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
methoxychlor (insecticide) nonylphenol and derivatives (industrial surfactants; emulsifiers for emulsion polymerization; laboratory detergents; pesticides) pentachlorophenol (general biocide and wood preservative) parabens (lotions) phenosulfothiazine (a red dye) phthalates (plasticizers) DEHP (plasticizer for PVC) Propyl gallate (used to protect oils and fats in products from oxidation) Sumber : Yegyan, 2009
Sumber xenoestrogen yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut (Deeds, 2011) :
1. Commercially raised meat 2. Canned foods 3. Plastics, plastic food wraps 4. Styrofoam cups 5. Industrial wastes 6. Personal care products 7. Pesticides and herbicides 8. Paints, lacquers and solvents 9. Plant estrogens (soy, flaxseeds) 10. Car exhaust and indoor toxins 11. Cosmetics 12. Birth control pills and spermicide 13. Detergents 14. All artificial scents 15. Air fresheners, perfumesetc
Paparan dengan berbagai produk yang mengandung ftalat berpotensi menyebabkan timbulnya gejala-gejala Estrogen Dominance (Gejala yang timbul akibat efek estrogen dalam tubuh menjadi dominan baik karena jumlah estrogen meningkat atau berkurangnya hormon yang menyeimbangkan efek estrogen, seperti progesteron, testosteron, GH, dan tiroid.).
Berbagai kondisi klinik yang disebabkan atau diperburuk oleh estrogen dominan adalah sebagai berikut (Seliman, 1996) :
40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68.
Acceleration of the aging process Allergies Breast tenderness Decreased sex-drive Depression Fatigue Hair thinning Excessive facial hair fibrocystic breasts Foggy thinking Headaches Hypoglycemia Increased blood clotting Increased risk of stroke Infertility Irritability Memory loss Miscarriage Osteoporosis Premenopausal bone loss PMS Thyroid dysfunction Mimicking hypothyroidism Uterine cancer Water retention Bloating Fat gain ( especially around the abdomen, hips and thighs) Gall bladder disease Auto-immune disorders such as lupus and thyroiditis.
Gejala dan tanda estrogen dominan yang ringan sudah tampak pada usia lebih muda, kemudian menjadi sedang pada usia pertengahan sampai akhir 30 tahun, dan bisa menjadi berat pada usia sekitar 40 tahun. Gejala dan tanda tersebut dapat dikelompokkan dari ringan sampai berat seperti tampak pada Tabel 2.5 berikut (Deeds, 2011) :
Tabel 2.5. Level of Estrogen Dominance
MILDMODERATESEVERE
Premenstrual breast tendernessIrregular menstruation Uterine fibroid tumorsPremenstrual mood swingsWeight gainEndometriosis Premenstrual fluid retention, Hair lossFibrocystic breasts weight gain Premenstrual headachesDepressionPolycystic ovary syndrome Menstrual crampsFatigueBreast tumors Thyroid dysfunctionInfertility Adrenal gland fatigueThickened uterine lining Headaches, migrainesAccelerated aging Severe menstrual crampsMiscarriage Heavy periods with clottingAnxiety and panic attacks Joint and muscle painAutoimmune disorders Decreased libidoFibromyalgia Insomnia and restless sleep Dry eyes Sumber : Deeds, 2011
Penelitian pada 36 merek parfum dtemukan hampir semuanya mengandung ftalat dan musk sintetik/artifisial. Mayoritas ftalat yang ditemukan adalah diethyl phthalate dengan konsentrasi median 1073 mg/kg (0,4-22299 mg/kg). Ftalat lain yang juga ditemukan adalah di-butyl phthalate, di-isobutyl phthalate dan di-2-ethylhexyl phthalate.
2.4. Musk Sintetik Komponen musk sintetik merupakan pengganti musk natural. Musk natural merupakan sekresi dari kelenjar perut rusa musk jantan. Sekresi tersebut secara alamiah mengeluarkan aroma yang kuat, hangat, sensual, dan berlangsung lama, dan berfungsi sebagai sinyal seksual untuk menarik lawan jenisnya. Sejak lama musk natural dipakai sebagai bahan dalam parfum, pewangi dalam shampo, pelembut pakaian, deterjen, sabun dll. Musk sintetik dibagi dalam 3 kelompok nitromusks, polycyclic musk dan macrocyclic musk. Nitromusk ditemukan pertamakali oleh Baur tahun 1888. Kemudian ditemukan musk xylene (MX), musk ketone (MK), musk ambrette (MA), musk tibetene (MT) dan moskene (MM). MA tidak digunakan lagi karena menimbulkan fotosensitivitas an bersifat neurotoksik. MK dan MX merupakan komponen nitromusk yang paling umum dalam parfum tapi akan dikeluarkan dari komponen parfum tahun 2010. Pada penelitian Dutch Keuringsdiens tahun 1997, dari 114 sampel parfum, MK merupakan nitromusk terbanyak (ditemukan pada 50% sampel) dengan kadar 1-24000 mg/kg (Peters, 2005). Polycyclic musk dikembangkan pada pertengahan abad 20 dan sejak 10 tahun terakhir perlahan-lahan menggantikan nitromusk. Polycyclic musk yang paling sering digunakan yaitu tonalide (AHTN) dan khususnya galaxolide (HBCD). Walaupun dalam penelitian tidak ditemukan efek toksik dan gangguan kulit, tapi karena penggunaan yang berlebihan, stabilitas kimiawinya, dan sulit diurai (low biodegradability), ditakutkan terjadi bioakumulasi yang berpotensi mengkontaminasi lingkungan. Karena itu, polycyclic musk perlahan-lahan mulai digantikan dengan macrocyclic musk yang lebih mudah diuraikan oleh mikroba. Kelompok macrocyclic musk
sebagian sintetik sebagian natural, misalnya muscone (sekresi rusa musk), exaltolide (juga terdapat pada tumbuhan angelica root oil)ethylene brassilate (paling banyak digunakan), ambrettolide dan civetone (Peters. 2005)
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Berpikir Testosteron darah dipengaruhi oleh berbagai faktor ekternal maupun internal. Faktor ekternal antara lain :
1. Obat-obatan yang diminum (antihipertensi, diuretik, antidepresi, sedatif-hipnotik, analgetik narkotik dan non steroid, antihistamin, H2-blocker). Umumnya obat-obatan mengganggu fungsi testikular melalui beberapa mekanisme yaitu : inhibisi sintesis testosteron (ketokonazol, spironolakton, glukokortikoid), blokade aksi androgen (ketokonazol, simetidin), peningkatan kadar estrogen, inhibisi spermatogenesis langsung. 2.
Konsumsi alkohol berlebihan. Alkohol bersifat toksik secara langsung terhadap
testis. Alkohol menghambat 3β-hydroxysteroid dehydrogenase, suatu ensim dalam biosintesis testosteron. 3.
Merokok, menurunkan aliran darah ke testis dan mempunyai efek merusak
langsung pada sel Leydig di testis sehingga produksi testosteron berkurang. Juga nikotin menghambat pulsasi sekresi LH pada laki-laki. 4. Trauma atau operasi testis, infeksi (meningitis, sífilis, HIV/AIDS mumps), secara langsung atau tidak langsung menurunkan produksi testosteron. 5. Konsumsi produk kacang kedele, Kadar testosteron total dan bebas berhubungan terbalik dengan asupan produk kacang kedele. Konsumsi tahu dapat meningkatkan kadar SHBG secara signifikan. 6. Paparan dengan berbagai xenoestrogen dari lingkungan seperti solar, parfum, zat warna, cat, pelarut, deterjen dll. Xenoestrogen merupakan suatu zat kimia di lingkungan yang bila masuk ke tubuh kita bekerja menyerupai hormon estrogen .
Faktor internal antara lain : 1.
Proses penuaan (Aging). Setelah 30 tahun, kadar testosteron serum umumnya
berkurang 1-2% pertahun, walaupun dapat sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah sel Leydig, gangguan mekanisme umpan balik poros
hipotalamus-hipofisis-testis, dan berkurangnya bioavailabilitas testosteron. Pada usia 20 tahun, jumlah sel Leydig sekitar 700 juta, selanjutnya berkurang 6-7 juta pertahun . 2.
Kurang tidur, mengurangi produksi testosteron akibat peningkatan hormon
kortisol. 3.
Obesitas. Jaringan adiposa banyak mengandung enzim aromatase yang akan
mengubah testosteron menjadi estrogen, sehingga pada keadaan obesitas sering terjadi defisiensi testosteron . 4.
Penyakit kronis (ginjal, hati, jantung, sarkoidosis), menurunkan testosteron
melalui pengaruh langsung pada testis dan penurunan sekresi gonadotropin. 5.
Tumor atau kanker testis menekan produksi testosteron baik langsung maupun
tidak langsung. 6.
Kelainan kongenital antara lain sindrom Klinefelter (XXY), sindrom
Kallmann (defisiensi
luteinizing
hormone-releasing
hormone/LHRH
dan
gonadotropin-releasing hormone/GnRH),anorchismdan cryptorchidism. Kebanyakan parfum mengandung ftalat yang merupakan salah satu xenoestrogen, suatu zat kimia di lingkungan yang bila masuk ke tubuh kita bekerja menyerupai hormon estrogen., sehingga bila parfum yang mengandung ftalat disemprotkan ke tubuh, ftalat akan diabsorpsi ke dalam tubuh dan dapat mempengaruhi hormon testosteron.
3.2. Kerangka Konsep
PARFUM BERFTALAT Faktor Eksternal Obat
Faktor Internal
Alkohol berlebihan Merokok
TIKUS WISTAR JANTAN
Aging Kurang tidur
Trauma Obesitas Infeksi
Penyakit kronis
TESTOSTERON
Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep
3.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Parfum berftalat dapat menurunkan kadar testosteron darah tikus wistar jantan dewasa. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pre-test dan post-test control group design (Pocock,2008). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut : P0 O1
O2
P1
P
S
O3
O4
P2 O5
O6
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan : P : Populasi tikus S : Sampel tikus Wistar Jantan dewasa sehat O1, O3 dan O5 = Kadar testosteron darah tikus sebelum paparan parfum. O2 = Kadar testosteron darah tikus yang tidak terpapar parfum O4= Kadar testosteron darah tikus setelah paparan parfum tidakberftalat tiap hari selama dua minggu. 06 = Kadar testosteron darah tikus setelah paparan parfum berftalat tiap hari selama dua minggu P1 = Pemberian parfum tidak berftalat dengan cara disemprot langsung ke kulit punggung badan tikus yang dicukur bulunya P2 = Pemberian parfum berftalat dengan cara disemprot langsung ke kulit punggung badan tikus yang dicukur bulunya P0 = Pemberian aquadest dengan cara disemprot langsung ke kulit punggung badan tikus yang dicukur bulunya (kontrol)
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - September 2010 di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Pengukuran kadar testosteron darah tikus dilakukan di Departemen Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya
4.3. Penentuan Sampel Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar dengan kriteria sebagai berikut :
A. Kriteria Inklusi : 1.
Tikus wistar jantan dewasa
2.
Umur 2 – 3 bulan
3.
Berat badan 150- 200 gr
4.
Kondisi fisik sehat.
B. Kriteria Eksklusi : Tikus tidak lincah, bulu rontok, tidak mau makan C. Kriteria Drop Out : Tikus menjadi sakit, luka atau mati selama penelitian
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) : 2 σ2 n
= ----------------- X ƒ(α,β) (µ2 - µ1)2
Keterangan : n
= Jumlah sampel
µ2 = harapan reratakadar testosteron total darahsesudah perlakuan µ1 = harapan rerata kadar testosteron total darah sebelum perlakuan σ = Simpangan baku sebelum perlakuan ƒ (α,ß ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock Besar sampel akan ditambah 10% untuk antisipasi bila ada tikus yang sakit, luka atau mati selama penelitian. 2 (1,21)² Besar Sampel : n =
x 10,4 (3,14 – 0,88)²
= 6,05 + 10% = 6,65 = 7
4.4. Prosedur dan Alur penelitian 4.4.1.Prosedur Penelitian 1.
Tikus percobaan dibagi menjadi 3 kelompok P0 (6 ekor), P1 (7 ekor) dan P2 (7
ekor) secara acak dan diberi tanda sesuai kelompok masing-masing. Kelompok P0 hanya 6 ekor karena keterbatasan kit pemeriksaan testosteron. Satu kit dapat memeriksa 40 sampel, 20 sampel sebelum perlakuan, 20 sampel setelah perlakuan. 2.Pengambilan sampel darah pada semua tikus dari sinus orbitalis mata kanan sebanyak 1 cc dimasukkan ke evendof, disentrifuge, serum diambil lalu di simpan dalam evendof pada suhu - 21° C
3.1. Kelompok P0 a. Bulu di bagian punggung dicukur sampai kulit tampak bersih selebar 3x3 cm. b. Ekor tikus dipegang dengan tangan kiri tanpa menyakiti sambil sedikit menahan bagian badan agar tidak bergerak. c.Aquadest di semprotkan sebanyak 5 semprotan ke bagian punggung tersebut sekali sehari. d.
Tikus –tikus tersebut dilepaskan kembali ke kandangnya dan dirawat sesuai
standar perawatan tikus normal. 3.2. Kelompok P1 a. Bulu di bagian punggung dicukur sampai kulit tampak bersih selebar 3x3 cm. b. Ekor tikus dipegang dengan tangan kiri tanpa menyakiti sambil sedikit menahan bagian badan agar tidak bergerak. c.
Parfum tidak berftalatdisemprot sebanyak 5 semprotan ke bagian punggung
tersebut d.
Tikus –tikus tersebut dilepaskan kembali ke kandangnya dan dirawat sesuai
standar perawatan tikus normal. 3.3. Kelompok P2 a. Bulu di bagian punggung dicukur sampai kulit tampak bersih selebar 3x3 cm. b. Ekor tikus dipegang dengan tangan kiri tanpa menyakiti sambil sedikit menahan bagian badan agar tidak bergerak. c. Parfum berftalat disemprot sebanyak 5 semprotan ke bagian punggung tersebut. d.
Tikus –tikus tersebut dilepaskan kembali ke kandangnya dan dirawat sesuai
standar perawatan tikus normal. 4. Selama dua minggu tikus dirawat sesuai standar perawatan tikus normal sbb : - Makanan : Makanan ayam kecil merek HBS Pelet 511 bravo
- Minuman : air putih matang. - Penerangan : pagi tanpa lampu, malam lampu kuning 10 watt. - Kandang berukuran 60x40x60 cm, satu kandang untuk tiap 6-7 ekor tikus. Alas kandang : sekam dan serbuk gergaji. - Perawatan dilakukan secara higienis. 5.
Masing-masing kelompok tikus dipelihara pada kandang terpisah sesuai
kelompoknyadi laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 6. Setelah 2 minggu perlakuan, darah sampel diambil kembali seperti prosedur awal. 7. Semua sampel yang terkumpul dikirim ke laboratoriumDepartemen Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya untuk analisis kadar testosteronnya.
4.4.2. Alur Penelitian Tikus P0, P1 dan P2 sesuai kriteria inklusi
Pemeriksaan kadar testosteron total darah sebelum perlakuan
Pencukuran bulu punggung kelompok P0, P1 dan P2 selebar 3x3 cm
Aquadest disemprot 5 semprotan ke punggung kel P0
Parfum tidak berftalat disemprot 5 semprotan ke punggung kel P1
Parfum berftalat disemprot 5 semprotan ke punggung kel P2
Pemeriksaan kadar testosteron total darah seluruh kelompok setelah perlakuan selama 2 minggu
Analisis Gambar 4.2 Skema Alur Penelitian 4.5. Variabel Penelitian 4.5.1. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel a. Variabel bebas: parfum berftalat dan tidak berftalat b. Variabel tergantung: testosteron total darah tikus Wistar jantan dewasa c. Variabel Kendali : tikus wistar jantan : berat badan, umur, nutrisi, stres 4.5.2. Definisi Operasional Variabel
1.
Parfum : Pada penelitian ini merek yang digunakan adalah Charlie dari Revlon
sebagai parfum berftalat.Parfum ini mengandung diethylphtalate sebesar 48000 ppm (setara 48000 mg/kg atau 48000 mg/liter atau 4,8%) (Archeret al., 2008). Rata-rata 1 semprotan mengandung 0,2 ml cairan parfum setara dengan 11,2 mg per semprotan. Parfum tidak berftalat yang dipakai adalah merek Poison dari Christian Dior. 2.
Testosteron total : jumlah hormon testosteron yang terikat pada protein plasma
dan yang bebas, diukur dengan alat spectrofotometer 450 nM dengan metode indirek (ELISA). 3.
Tikus sehat : tampak lincah, mulus, bulu putih mulus, berat 150-200 gr, nafsu
makan baik, dapat menghabiskan 5-8 gr (5 gr/100 grBB) makanan per hari, minum 20-30 ml (8-11 ml/100 grBB) air per hari (Kusumawati, 2004).
4.6. Bahan Penelitian Parfumberftalat merek Charliedari Revlon dan parfum tidak berftalat merek Poison dari Christian Dior, aquadest.
4.7 Instrumen Penelitian Alat yang dipakai untuk pengukuran kadar hormon testosteron total darah yaitu spectrofotometer 450 nM di laboratorium veteriner FK UNAIR, Surabaya. Kitnya GBC, Taiwan. Pemeriksaan dengan metode indirek (ELISA).
4.8 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif. 2. Analisis normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk. 3. Uji kehomogenitas variasi dengan Levene’s Test. 4.
Analisis Komparasi. Data berdistribusi normal dan homogen maka dipakai
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova. 5. Analisis efek perlakuan setelah perlakuan dilanjutkan dengan Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova. 6.
Uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD) untuk mengetahui
beda nyata terkecil kadar testosteron.
BAB V HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan sebanyak dua puluh ekortikus wistar jantan dewasa (Rattus norvegicus) sebagai sampel,yang dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok Kontrol, kelompok Parfum tanpa Ftalat,kelompok Parfum dengan Ftalat.Kelompok kontrol berjumlah 6 ekor, kelompok parfum, masing-masing berjumlah 7 ekor. 5.1. Data dasar. Hasil pemeriksaan kadar testosteron darah pada ke tiga kelompok sampel disajikan pada Tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1 Data dasar hasil pemeriksaan kadar testosteron darah sebelum dan sesudah perlakuan.
Kelompok Sampel
No Perlakuan
Pre test (ng/ml)
Post test (ng/ml)
3
0,3
2
4
3,6
0,5
5
4,8
4,8
6
0,4
0,3
1
0,25
3,6
2
2
2
3
3,6
4,8
1
0,4
6
2
3,6
1
P0
P1
P2
4
4,8
2
5
0,4
0,5
6
6
2
7
4,8
0,25
1
4,8
1
2
0,5
0,4
3
2
1
4
3,6
2
5
0,25
0,15
6
6
2
7
4,8
3,6
Dalam pembahasan ini akan diuraikan analisis deskriptif, uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas,dan uji efek perlakuan.
5.2.Analisis Deskriptif Tabel 5.2. Analisis Deskriptif Data Testosteron Tikus Wistar Jantan Dewasa
Kelompok Subyek
n
Rerata Testosteron
SB
Kontrol Pre
6
2,19
0,52
Parfum tanpa Ftalat Pre
7
3,13
0,86
Parfum dg Ftalat Pre
7
3,14
0,66
Kontrol Post
6
2,44
0,64
Parfum tanpa Ftalat Post
7
2,11
0,76
Parfum dg Ftalat Post
7
1,45
0,42
5.3 Uji Normalitas Data Data
testosteron baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuanpada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Data Testosteron masing-masing Kelompok Baik Sebelum maupun Sesudah Perlakuan
Kelompok Subyek
n
p
Keterangan
Kontrol Pre
6
0,546
Normal
Perlakuan 1 Pre
7
0,231
Normal
Perlakuan 2 Pre
7
0,213
Normal
Kontrol Post
6
0,132
Normal
Perlakuan 1Post
7
0,543
Normal
Perlakuan 2 Post
7
0,214
Normal
5.4.Uji Homogenitas Data antar Kelompok Data testosteron antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Testosteron Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
Kelompok Subjek Sebelum Perlakuan
F
p
0,311
Setelah Perlakuan
0,651
Keterangan Homogen
0,277
0,762
Homogen
5.5.Testosteron 5.5.1 Uji Komparabilitas Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata testosteronantar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5. Rerata Testosteron (ng/ml) antar kelompok sebelum diberikan perlakuan
Kelompok Subjek
n
Rerata Testosteron
SB
Kontrol
6
2,19
0,52
Parfum tanpa Ftalat
7
3,13
0,86
Parfum dengan Ftalat
7
3,14
0,66
F
0,88
p
0,434
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa rerata testosteronkelompok Kontrol adalah 2,190,52, rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat adalah 3,130,86, kelompok Parfum dengan Ftalat adalah 3,140,66. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,88
nilai p =0,434. Hal ini berarti bahwa
rerata testosteron pada ketiga kelompok adalah sama (p > 0,05). 5.5.2 Analisis Efek Perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata testosteronantar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6. Rerata Testosteron (ng/ml) antar kelompok sesudah diberikan perlakuan
Kelompok Subjek
n
Rerata Testosteron
SB
Kontrol
6
2,44
0,64
Parfum tanpa Ftalat
7
2,11
0,76
Parfum dengan Ftalat
7
1,45
0,42
F
p
6,25 0,018
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata Testosteron kelompok Kontrol adalah 2,440,64, rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat adalah 2,110,76, kelompok Parfum dengan Ftalat adalah 1,450,42. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 6,25 nilai p = 0,018. Hal ini berarti bahwa rerata Testosteron pada ketiga kelompok berbeda secara bermakna.
5.5.3. Analisis Komparasi antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan. Uji perbandingan setelah perlakuan antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar testosteron dalam darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1);berbeda bermakna antara kontrol dengan kelompok perlakuan 2 (P2), dan juga antara kelompok P1 dengan kelompok P2.
Rerata Testosteron 3.5 3 2.5
3.14
3.13
2.19
2.44 2.11
2
1.45
1.5
Sebelum Perlakuan
1
Sesudah Perlakuan
0.5 0 Kontrol
Parfum tanpa Ftalat
Parfum dengan Ftalat
Gambar 5.1 Grafik Penurunan rerata Testosteron setelah perlakuan
Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa pemberian Parfum dengan Ftalatmenurunkan testosteron lebih besar dibandingkan dengan Parfum tanpa Ftalat. Uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD) digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil kadar testosteron. Hasil uji disajikan pada Tabel 5.7di bawah ini.
Tabel 5.7 Analisis Komparasi Testosteron (ng/ml) Sesudah Perlakuan antar Kelompok dengan LSD – test
Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Parfum tanpa Ftalat
0,33
0,359
Tidak bermakna
Kontrol dan Parfum dgFtalat
0,99
0,011 Berbeda Bermakna
Parfum tanpa Ftalat dan dg Ftalat
0,66
0,036 Berbeda Bermakna
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1. Rerata Testosteron kelompok Kontrol tidak berbeda bermakna dengan kelompok Parfum tanpa Ftalat (rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat lebih rendah daripada rerata kelompok Kontrol). 2. Rerata Testosteron kelompok Kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok Parfum dengan Ftalat (rerata kelompok Parfum dengan Ftalat lebih rendah daripada rerata kelompok Kontrol). 3. Rerata Testosteron kelompok Parfum tanpa Ftalat berbeda secara bermakna dengan kelompok Parfum dengan Ftalat (rerata kelompok Parfum dengan Ftalat lebih rendah daripada rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat).
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Subyek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian parfum yang mengandung ftalat terhadap penurunan kadar testosteron total darah tikus wistar jantan dewasa (Rattus norvegicus)
maka dilakukan penelitian pada tikus wistar jantan dewasa yang
disemprot 5 semprotan ke punggung kelompok P1 dan yang berftalat ke punggung kelompok P2, semprotan sekali sehari tiap pagi selama 2 minggu. Sebagai hewan coba digunakan tikus wistar jantan dewasa, umur 2 – 3 bulan, berat badan 150- 200 gr, dan kondisi fisik sehat. Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini sebanyak 20tikus wistar jantan dewasa sebagai sampel,yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok Kontrol, kelompok Parfum tanpa Ftalat, dan kelompok Parfum dengan Ftalat. Pengambilan waktu 2 minggu didasarkan atas bahwa dalam waktu 2 minggu telah terjadi penurunan kadar testosteron dalam darah tikus yang signifikan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis (Politan, 2010).
6.2. Pengaruh Parfum dengan Ftalat terhadap TestosteronDarah Hasil penelitian dan analisis data Testosteron darah pada kelompok kontrol, kelompok P1, dan P2 menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levene test) untuk kelompok pre dan post-test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan berupa penyemprotan parfum antara ketiga kelompok menggunakan uji One Way Anova. Rerata testosteron kelompok kontrol adalah 2,190,52, rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat adalah 3,130,86, kelompok Parfum dengan Ftalat adalah 3,140,66. Uji perbandingan pre test antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar testosteron dalam darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1) maupun kelompok perlakuan 2 (P2) ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa kadar testosteron dalam darah pada ketiga kelompok adalah
sama atau dengan kata lain ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan kadar testosteronnya tidak berbeda (p > 0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan perlakuan berupa penyemprotan parfum pada punggung tikus antara ketiga kelompok menggunakan One Way Anova. Rerata kadar testosteron kelompok kontrol adalah 2,440,66, rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat adalah 2,110,76, kelompok Parfum dengan Ftalat adalah 1,450,42. Uji perbandingan setelah perlakuan antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar testosteron dalam darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1);berbeda bermakna antara kontrol dengan kelompok perlakuan 2 (P2), dan juga antara kelompok P1 dengan kelompok P2.
Lebih lanjut dapat dijelaskan perbedaan masing-masing kelompok sebagai berikut: rerata kadar testosteron kelompok kontrol tidak berbeda bermakna dengan kelompok Parfum tanpa Ftalat (rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat lebih rendah daripada rerata kelompok Kontrol). Rerata testosteron kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok Parfum dengan Ftalat (rerata kelompok Parfum dengan Ftalat lebih rendah daripada rerata kelompok Kontrol).Rerata Testosteron kelompok Parfum tanpa Ftalat berbeda secara bermakna dengan kelompok Parfum dengan Ftalat (rerata kelompok Parfum dengan Ftalat lebih rendah daripada rerata kelompok Parfum tanpa Ftalat). Rerata penurunan Testosteron untuk kelompokParfum tanpa Ftalat sebesar 1,02 (32,5%) (p>0,05), kelompok Parfum dengan Ftalat sebesar 1,69 (53,8%) (p<0,05), antara kelompok parfum tanpa ftalat dan dengan ftalat 0,66 (31,28%) (p<0,05).
Penurunan pada kelompok parfum dengan ftalat mungkin disebabkan oleh ftalat. Ftalat merupakan salah satu xenoestrogen yaitu suatu zat kimia di lingkungan yang bila masuk ke tubuh kita bekerja menyerupai hormon estrogen (Yegyan, 2009).Estrogen yang berlebihan diduga menghambat perkembangan, pertumbuhan dan fungsi sel Leydig, mengakibatkan supresi produksi androgen (Vincenzoet al., 2009).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mendapatkan pemberian 2%
diethyl phthalate (2000 mg/kgBB) dalam diet selama 1 minggu pada tikus Wistar jantan berumur 5 minggu menurunkan kadar testosteron testis dan serum sebesar 40% (Sezikawa et al., 2003).Walaupun cara pemberian ftalatnya berbeda yaitu peroral, sedangkan pada penelitian ini melalui kulit. Pada suatu penelitian in vitro ditemukan absorpsi kulit diethyl phthalate yg direkatkan dengan zat kontras (14C-DEP) melalui kulit punggung tikus jantan sekitar 35,9%, sedangkan absorpsi melalui kulit dada manusia sekitar 3,9% setelah paparan selama 72 jam dalam kondisi tertutup. Tingkat penyerapan tetapdiethyl phthalate melalui kulit tikus sebesar 41,37 g/cm², lebih tinggi dari manusia dengan
tingkat
penyerapan tetap sebesar 1,27 g/cm².Tingkat penyerapan DEP melalui kulit dihubungkan dengan panjang rantai alkylnya. Makin pendek makin mudah penyerapannya. Diethyl phthalate memiliki rantai alkyl yang paling pendek (Human Health Hazard Assessment, 2007). Pada penelitian lain ditemukan campuran lima ester ftalat menghambat produksi testosteron dari testis
fetal tikus Sprague-Dawley (Howdeshell et al., 2008).
Penelitian pada tikus selama masa diferensiasi seksual, paparan terhadap ftalat dapat menghambat produksi testosteron testis fetal, sehingga terjadi pemendekan jarak anogenital, retained nipples(female-like areolas/nipples), hipospadia, undescended testes, kantong vagina (vaginal pouch), agenesis epididimal, dan testis kecil atau tidak
ada (Gray et al., 2000). Penelitian lain dengan pemberian diethyl phthalate peroral 3000 dan 15000 ppm pada tikus juga menurunkan kadar testosteron serum (Fujii et al., 2005). Penurunan pada kelompok tanpa ftalat walaupun tidak bermakna mungkin disebabkan oleh kandungan zat kimia lain selain ftalat. Seperti diketahui suatu parfum dapat mengandung sampai lebih dari 800 jenis zat. Zat-zat yang terkandung dalam suatu parfum dapat berasal dari alam seperti bunga, rumput, rempah, buah, kayu, akar, resin, balsam, daun, gum, dan sekresi binatang; tapi juga bisa dari sumber lain seperti alkohol, petrokimia, coal, dan coal tars (Green, 1991). Poison dari Christian Dior mengandung zat-zat orange blossom, honey, cinnamon, coriander, pepper, plum, rosewood, rose, tuberose, wild berries, cistus labdanum, carnation, jasmine, cedar, sandalwood, vetiver, musk, vanilla, heliotrope and opopanax (Robin, 2006).Plum, rosewood, rose, wild berries (Weed, 2002), cinnamon (Ulibarri, 2009) mengandung zat yang bersifat sebagai estrogen (suatu fitoestrogen). Apakah hal ini yang menyebabkan penurunan kadar testosteron darah belum diketahui jelas. Weber et al (2001) mendapatkan pada penelitiannya bahwa pemberian diet tinggi fitoestrogen yang mengandung 600 microgr/gr isoflavon selama lima minggu pada tikus Sprague-Dawley jantan dewasa menurunkan kadar testosteron dan androstenedion plasma secara signifikan (sekitar 50%). Svechnikov et al (2010) mengelompokkan fitoestrogen sebagai salah satu komponen pengganggu endokrin (endocrine disrupting compounds / EDCs) di samping pestisida, ftalat, dioxin, dan analog resveratrol sintetik.
Untuk itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
6.3. Pengaruh ftalat pada Manusia
Penelitian pemberian ftalat pada manusia secara langsung dan pengukuran kadar hormon untuk menilai dampaknya belum pernah dilakukan. Umumnya penelitian dilakukan secara tidak langsung dengan mengamati hasil metabolit ftalat dalam urin dan dihubungkan dengan kondisi klinik yang ditemukan. Kecenderungan ftalat berpengaruh pada kesehatan reproduksi manusia serupa dengan yang ditemukan pada binatang percobaan yang terpapar ftalat. Walaupun hubungan sebab akibat belum dapat dipastikan, tapi karena ftalat ditemukan pada berbagai produk perawatan pribadi yang selalu digunakan sehari-hari, dan hampir tidak mungkin menghindarinya, maka risiko paparan yang terus menerus akan selalu ada.Produk perawatan pribadi apapun yang berisi kata fragrance pada label kandungannya (ingredient) hampir pasti mengandung ftalat kecuali produk tersebut 100% organik atau diberi label phthalate free (Calef, 2010). Pada penelitian, diethyl phthalate yang umum digunakan pada parfum dan produk perawatan pribadi lainnya, dapat menurunkan testosteron darah, merusak DNA sperma lelaki dewasa, menurunkan jumlah dan kualitas sperma dan menyebabkan infertilitas (Rozati et al., 2002); dapat menyebabkan keguguran dan malformasi saluran reproduksi laki-laki (Duty et al., 2004; Ferlow,2009), dan mungkin menimbulkan kanker (testis, payudara) dan infertilitas pada keturunannya (Ohlson dan Hardell, 2000; Kim et al., 2004).Ftalat sebagai suatu xenoestrogen dapat menghambat perkembangan, pertumbuhan dan fungsi sel Leydig, mengakibatkan supresi produksi androgen (Vincenzoet al., 2009). Pengaruh ftalat lebih tampak pada paparan selama perkembangan janin dalam kandungan dari pada paparan terhadap orang dewasa seperti tampak pada peningkatan kejadian hipospadia dan tanda-tanda demaskulinisasi (Gray et al.,2000; Colborn et al., 2006; Guo-Jin et al., 2009), kerusakan sel Sertoli yang sedang berkembang,
mengakibatkan gangguan spermatogenesis dan akan berlangsung sampai dewasa (Colborn et al., 2006). Suatu studi landmark tahun 2005 mendapatkan bahwa bayi laki-laki dari ibu dengan kadar ftalat urin yang tinggi mempunyai ukuran penis rata-rata lebih kecil dan frekuensi kejadian undescended testis lebih tinggi (Swan et al., 2005; Smith, 2009). Ftalat juga dapat mengganggu kesehatan wanita. Ftalat menyebabkanperkembangan payudara prematur pada bayi perempuan(Swan et al., 2005; Ferlow, 2009; Menon, 2009);dihubungkan dengan peningkatan kejadian endometriosis (Calef, 2010), dan kanker payudara pada wanita.
Pada penelitian terhadap 464 wanita Mexico,
ditemukan kadar mono-ethyl phthalate (MEP) urin lebih tinggi secara bermakna pada 233 penderita kanker payudara dibandingkan 221 kontrol sehat (López-Carrilloet al., 2009). Ftalat meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara dalam kultur sel dan menurunkan sensitivitas sel kanker tersebut terhadap obat kemoterapi tamoxifen (Kim et al., 2004). Walaupun hubungan sebab akibatnya belum bisa dipastikan, sampai terbukti aman, ftalat sebaiknya dianggap sebagai suatu bahan yang berpotensi berbahaya bagi kehehatan (Houlihan et al., 2002). Untuk itu masih diperlukan penelitian yang lebih dalam pada manusia.
BAB VII SIMPULANDAN SARAN 7.1.SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada tikus wistar jantan dewasa (Rattus norvegicus) dengan Kontrol, Parfum tanpa Ftalat, dan Parfum dengan Ftalat, diet normal selama 15 hari didapatkansimpulan sebagai berikut: Parfum berftalat menurunkan kadar testosteron darah tikus wistar jantan dewasa secara bermakna.
7.2. SARAN Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: 1. Disarankan kepada pemakai parfum yang berftalat untuk berhati-hati menggunakannya, karena dapat berpengaruh terhadap kadar testosteron darah. 2. Usahakan paparan dengan semua produk berparfum yang belum jelas kandungannya sejarang mungkin, agar risiko paparan dengan ftalat dapat seminimal mungkin. 3. Perusahaan yang bergerak di bidang parfum dan produk perawatan pribadi lainnya mulai berpikir untuk mengubah komposisi produknya ke bahan-bahan yang alamiah dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dalam jangka lama. 4. Penelitian lanjut diperlukan untuk mencari zat lain dalam parfum selain ftalat yang dapat juga menurunkan hormon testosteron dalam darah. 5. Penelitian dengan sampel yang lebih besar dan waktu yang lebih lama diperlukan agar hasil yang ditemukan lebih bermakna. 6. Bila memungkinkan penelitian dilakukan pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA AmericanAssociation of Clinical Endocrinologists.American Association OfClinicalEndocrinologists medical guidelines for clinical practice For the evaluation and treatment ofhypogonadism in adult malpatients— 2002 update. Endocr Pract. 2002;8:440–56. Available from : www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/15260010 Archer, L., Brody, C., Malkan,S., and Sarantis, H. 2008. A little Prettier. A Follow-Up tothe2002 “Not Too Pretty” Report. Available from : www.safecosmetics.org/article.php?id=367 Bellman, G.C.andSwierzewski, S.,J. 2009. Testosterone deficiency. Availablefrom :www.urologychannel.com/testosteronedeficiency /index. Shtml Calef, H. 2010. Phthalates andFemale Infertility – Infertility.Available from : www.bellaonline.com/articles/art57317.asp
Center for the Evaluation of Risks to Human Reproduction (CERHR). 2000. NTP-CERHRexpert panel report on di (2-ethylhexyl) phthalate (DEHP). Available from :cerhr.niehs.nih.gov/chemicals/dehp/pubcomm/ McKee_2004.pdf Chiang, E. 2005.What are Phthalates. Available from : www.docstoc.com/docs/23886243/What-are-Phthalates Cohen, R. 2009. Maintaining Healthy Level of Testosterone. Available from : www.thehormoneshop.com/maintainingtestosterone.htm Colborn, T., Dumanoski, D.,and Myers , J.,P. 2006. Our Stolen Future: What are phthalates and why arethere health. Available from : www.ourstolenfuture.org/NEWSCIENCE/oncompounds/phthalates /phthalates.htm Deeds, J. 2011. EstrogenDominance.Availablefrom : www.energeticnutrition.com/vitalzym/estrogen_dominance.html - 85k Doheny, K.AndChang,L. 2009.Phthalates Affect Way Young BoysPlay: BoysWith High Phthalate Exposure in Womb Show Less Masculine Play.Availablefrom : WebMDHealth News children.Webmd.com /news/... /phthalates-affect-way-young-boys-play.
Duty, S.,M., Calafat, A.,M.,Silva,M.,J.,59 Brock, J.,W., Ryan, L. and Chen, Z. 2004. The relationship between environmental exposure to phthalates Andcomputer-aided sperm analysis motionparameters. Journalof Andrology, 25(2):293-302.Availablefrom:www.andrologyjournal. org/ cgi/reprint/25/2/293.pdf Environmental Protection Agency (EPA). 2006.Draft Toxicological Review of Dibutyl Phthalate (Di-n-Butyl Phthalate): In Suppor tof the Summary Information in the Integrated Risk Information System (IRIS). Federal Register: June 27, 2006 (Volume 71, Number 123). Available from : edocket.access.gpo.gov/2006/E6-10103.htm Ferlow,K. 2009.Fragrance:A Growing Health and Environmental Hazard. Part 1. Available from : stason.org/.../Fragrance-A-GrowingHealth-and-Environmental-Hazard-Part-1.html Fujii, S., Yabe, K., Furukawa M., Hirata, M., Kiguchi, M., and Ikka, T. 2005 A two-generation reproductive toxicity study of diethyl phthalate (DEP) in rats. J Tox Sc, 30: 97-116. Funabashi,T., Sano,A., Mitsushima,D. 2005. Nicotine inhibits pulsatile Luteinizing hormone secretion in human males but not in human Females and tolerance to this nicotine effect is lost within one week of Quitting smoking. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism
2005;90:3908-3913. Gray, L.E., Ostby,J., Furr, J., Price, M., Rao-Veeramachaneni, D.N. and Parks, L. 2000. Perinatal Exposure to the Phthalates DEHP, BBP, and DINP,but Not DEP, DMP, or DOTP, Alters Sexual Differentiation of The Male Rat.Toxicological Sciences, 58: 350-365. Available from : toxsci.oxfordjournals.org/ cgi/content/abstract/58/2/350 Guo-Xin, H., Qing-Quan, L., Ren-Shan G., Hardy, D.,O. and Xiao-Kun L. 2009. Phthalate-inducedtesticulardysgenesis syndrome: Leydig cell influence. Trends in Endocrinology&MetabolismVolume 20, Issu3, April 2009, Pages139-145. Available from : linkinghub.elsevier.com/ retrieve/pii/S1043276009000198 Hamda, A. and Bouloux, P.,M. 2008. PrimaryHypogonadism. In Jones, T.,H ed.Testosteron deficiency in man. 1 st ed.Oxford University Press.4: 37-47 Houlihan, J., Brody, C., and Schwan,B.2002. Not Too Pretty: Phthalates, Beauty Products and the FDA. Availablefrom: www.safecosmetics. org/downloads/NotTooPretty_report.pdf. Howdeshell, K..L., Wilson, V.,S., Furr, J.,Lambright,C.,R., Rider, C.,V., Blystone, C.R., Hotchkiss, A.K.andGray, L.E.Jr. 2008. "A Mixture OfFive Phthalate Esters Inhibits Fetal TesticularTestosterone Production inthe Sprague-Dawley Ratin a Cumulative, DoseAdditive Manner." Toxicol. Sci. 105(1): 153-165. Available from : www.toxsci.oxfordjournals.org/cgi/reprint/105/1/153 Howe, A. 2010. Treatment toLower High Male Testosterone. Available From :www.ehow.com/about_6739205_treatment-lower-high-maletestosterone.html Human HealthHazard Assessment, 2007. Diethyl phthalate. Available From :nicnas.gov.au/Industry/.../DEP hazard assessment 30-4-07.pdf Jones, T.,H. 2008. Testosteron deficiency:an overview.In Jones,T.,H ed. Testosteron deficiency in man. 1st ed. Oxford University Press. 1: 1-8 Just, A.,C.,Adibi, J.,J., Rundle, A.,G.,Calafat, A.,M., Hauser, R.AndWhyat, R.,M. 2008. Urinary Mono-Ethyl Phthalate Concentrationsand Reported Use of PersonalCare Products Among Pregnant Women. Vol 19 - Issue 6 - pp S250-S251. Available from : journals.lww.com › Home › November 2008 - Volume 19 - Issue 6 Kim, I.,Y., Han, S.,Y.and Moon, A. 2004. Phthalates inhibit tamoxifenInduced apoptosis in MCF-7 human breast cancer cells. Journal of Toxicology and Environmental Health, 67(23-24):2025-35. Available from : oeconline.org/our-work/kidshealth/.../report/references
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Kustes, S. 2008. Eight Ways To Lower YourTestosterone Levels. Available from : fitnessspotlight.com/2008/09/26/eight-ways-tolower-your-testosterone-level... López-Carrillo, L., Hernández-Ramírez,R.,U., Calafat,A.,M., TorresSánchez, L., Galván-Portillo, M., AndNeedham, L.L. 2009. Exposure ToPhthalates and BreastCancer Risk in Northern Mexico. Environ Health Perspect :-. doi:10.1289/ehp.0901091. Available from : ehp03.niehs. nih.gov/.../fetchArticle.action;...?articleURI. Luckenbach,T. AndEpel,D.2005. Nitromusk and polycyclic musk Compounds as long-term inhibitors of cellular xenobiotic defense Systems mediated by multidrug transporters. Environ Health Perspect. 2005 Jan;113(1):17-24.Availablefrom : ehp.niehs.nih.gov/members/ 2004/7301/7301.html Malkin, C.,J., Morris, P.,D., Channer, K.,S. andJones, T.,H. 2004. An appraisal of biochemical assessmentof hypogonadism and bioavailable testosterone inadult men.Endocrine Abstracts.7: P17. Availablefrom : www.endocrine-abstracts.org/ea/0007/ea0007p17.htm Margo, K. and Winn, R. 2006. Testosterone Treatments:Why, When, and How ?. Available from : www.aafp.org › Vol. 73/No. 9 (May 1, 2006) Menon, S. 2009. Phthalates. Available from : www.simplesteps.org Norton, K..2008. Testosterone Deficiency andObesity. Available from : www.selfgrowth.com/article/testosteronedeficiency_and_obesity.html Ohlson, C.,G.and Hardell, L. 2000.Testicular cancer and occupational exposures with a focus on xenoestrogens in polyvinyl chloride plastics,” Chemosphere,40 (May-June):1277-1282. Available from : oeconline. org/our-work/kidshealth/.../report/references Pangkahila, W. 2007. Anti-Aging Medicine : Peranan Hormon. Jakarta: PB Kompas. Bab 4,hal : 70-80 Peters, R.J.B. 2005.Phthalates and Artificial musks inPerfumes. Available from :greenpeace.org/raw/.../phthalates-and-artificialmusk.pdf Pocock, S.J.2008.Clinical Trial.A Practical Approach. John Wiley and Son. Chichester Politan, I. 2010. Penyemprotan parfum berftalatselama 2 minggu menurunkan kadar testosteron darah tikus Wistar jantan dewasa. Laporan Pendahuluan. Unpublished
Robin. 2006. TheChristian Dior Poisons, part 1: Poison and Tendre Poison.Availablefrom : www.nstperfume.com/2006/05/17/the-christiandior-poisons-part-1-poison-and-tendre-poison
Rozati,R., Reddy,P.,P., Reddanna, P., and Mujtaba, R. 2002. Role of Environmental estrogens in the deterioration of male factor fertility. Fertility and Sterility 78: 1187-1194. Available from : www.ourstolenfuture.org/NewScience/reproduction/sperm/2002/20021215rozatietal.htm Sekizawa,J., Dobson,S., and Touch III, R.J. 2003. Diethyl Phthalate. Concise International Chemical Assessment Document 52. Available From :www.inchem.org/documents/cicads/cicads/cicad52.htm Seliman, S.1996. HormoneHeresy. Available from : www.hallgold.com/ neways_training_hormone_heresy.htm Shrestha,P.And Monosson, E. 2008.Phthalates- Encyclopedia on Earth. Available from : www.eoearth.org/article/Phthalates Smith E. 2009. Xenoestrogens. Available from : www.augmentinforce. 50webs.com/Xenoestrogens.htm Stahlhut, R.,W., Van Wijngaarden, E., Dye, T.,D., Cook, S. and Swan, S.,H. 2007.Concentrations of Urinary Phthalate Metabolites Are Associated with Increased Waist Circumference and Insulin Resistance in AdultU.S. Males. Environ Health Perspect 115:876– 882.Available from :http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender. artid1892109&blobtype Suri,S. 2009. Natural ways to increase testosterone. Available from : www.ayurhelp.com/testosteron.htm Svechnikov, K., Izzo,G., Landreh, L., Weisser, J., and Sӧder, O. 2010. Endocrine disruptors and Leydig cell function. J Biomed Biotechnol. 2010;2010. pii: 684504. Epub 2010 Aug 25 Swan,S.,H., Liu, F., Hines, M., Kruse,R.,L., Wang,C.,Redmon,J.,B., Sparks,A. and Weiss,B. 2009.Prenatal phthalate exposure and Reduced masculine play in boys.Int J Androl. 2009 Nov 16. [Epub Ahead of print]. Available from : www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?db =pubmed&cmd... Swan, S.,H., Main, K.,M., Liu, F., Stewart, S.,L., Kruse, R.,L. andCalafat, A.,M.2005. Decrease in anogenital distanceamong male infants with Prenatal phthalate exposure. EnvironmentalHealth Perspectives, 113(8): 1056-1061. Available from :ehp.niehs.nih.gov/members/ 2005/8100/ 8100.html Ulibarri, S. 2009. PhytochemicalsThat Mimic the Effect of Estrogen in
The Body. Availablefrom:www.ehow.com/about_5432025_phytochemicalsmimic-effect-estrogen-body.html Vincenzo, R., Bruno, M., Zirilli, L., and Cesare, C. 2009. Estrogens And Male Reproduction. Available from : www.endotext.org/male/male17/ maleframe17.htm Weed,S. 2002. Phytoestrogens – Friends or Foes ?. Available from : www.fwhc.org/health/phytoestrogens.htm Weber, K.,S., Setchell, K.,D., Stocco,D.,M., Lephart, E.,D.2001.Dietary soy-Phytoestrogensdecrease testosteronelevels and prostate weight without altering LH, prostate 5alpha-reductaseor testicular steroidogenic acute regulatory peptidelevels in adult male Sprague-Dawley rats.J Endocrinol. 2001 Sep;170(3):591-9 Wikipedia. 2010.Phthalate. Available from:en.wikipedia.org/wiki/ Phthalate Wikipedia. 2011. Testosterone – Wikepedia. Availablefrom: en. wikipedia.Org/wiki/Testosterone Wiley, J. 2010. Webster’s NewWorld CollegeDictionary. Wiley Publising, Inc, Cleveland, Ohio. Available from : www. Yourdictionary.com/perfume Wilson, D.,M. 2009. Low Testosterone level. Avoid 5 deadly mistakes. Available from : http://EzineArticles.com/?expert=D._Mark_Wilson Yegyan.2009. Xenoestrogenand Weight Loss. Available from: www.natural-weight-loss-myths-revealed.com/xenoestrogen.html