PROPORSI KEPOSITIVAN INFEKSI MYCOPLASMA HOMINIS DAN UREAPLASMA UREALYTICUM PADA WANITA PENJAJA SEKS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN CUCI VAGINA: SEBUAH STUDI DI JAKARTA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MYCOPLASMA SYSTEM PLUS
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Kulit dan Kelamin
Caroline Padang 0806485285
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
JAKARTA MEI 2013
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Caroline Padang
NPM
: 0806485285
Tanda tangan
Tanggal
: 13 April 2013 ii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
: : : :
Caroline Padang 0806485285 Kedokteran, Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Proporsi Kepositivan Infeksi Mycoplasma Hominis dan Ureaplasma Urealyticum Pada Wanita Penjaja Seks Serta Hubungannya Dengan Cuci Vagina: Sebuah Studi di Jakarta Timur Dengan Menggunakan Mycoplasma System Plus
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar spesialis pada Program Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
iii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkatNYA sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya selama menjalani pendidikan dokter spesialis sampai saya dapat menyelesaikan tesis ini. Sebagai manusia saya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu saya juga ingin menyampaikan permohonan maaf yang tulus terhadap semua pihak yang pernah terkait selama menjalani pendidikan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. Terima kasih saya ucapkan kepada Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) sebagai Dekan FKUI saat ini, Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU(K) sebagai Direktur Utama RSCM Jakarta periode terdahulu dan Dr.dr.C.H.Soejono, SpPD-KGer, MEpid, FACP, FINASIM sebagai direktur utama RSCM Jakarta periode saat ini atas izin kepada saya untuk menjalani pendidikan dokter spesialis di Departemen IKKK FKUI-RSCM Jakarta. Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Dr. dr. Tjut Nurul Alam, SpKK(K) atas kesediaannya telah menerima saya untuk dapat mengikuti pendidikan spesialisasi semasa beliau menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM dan sekaligus atas kesediaannya membimbing tesis saya. Terimakasih atas segala didikan, bimbingan, nasihat, dukungan dan teladan kepada saya selama mengikuti pendidikan dan bimbingan, kesabaran dan bantuannya selama pengerjaan tesis ini hingga tesis ini dapat selesai. Terima kasih juga saya ucapkan kepada dr. Shannaz Nadia Yusharyahya,SpKK selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM periode saat ini, serta seluruh ketua divisi, guru besar, dan staf pengajar Departemen IKKK FKUI-RSCM Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu dan pengalaman, serta atas didikan, bimbingan, nasihat, dukungan, dan teladan kepada saya. iv UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Terima kasih sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada dr. Kusmarinah Bramono, SpKK(K), PhD selaku Ketua Program Studi (KPS) pendidikan dokter spesialis IKKK FKUI saat ini, juga anggota Panitia Tetap Penilai Etik Penelitian FKUI, yang telah memberikan bekal ilmu, bimbingan, petunjuk, dukungan dan semangat bagi saya. Terima kasih juga saya sampaikan kepada dr. Sandra Widaty, SpKK(K) selaku Sekretaris Program Pendidikan Dokter Spesialis IKKK FKUI atas bekal ilmu dan bimbingan yang diberikan. Terima kasih dan rasa hormat saya haturkan kepada Prof. Dr. dr. Benny Effendi Wiryadi, SpKK(K) dan dr. Sri Linuwih Menaldi, SpKK(K) sebagai mentor saya selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI yang senantiasa memberikan saya semangat dan bimbingan untuk terus berjuang dalam menyelesaikan studi saya. Kepada Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK(K), saya haturkan terima kasih yang tulus serta ungkapan rasa hormat saya kepada beliau, yang telah memberikan dorongan kepada saya untuk memilih topik penelitian ini serta bimbingan, dukungan, semangat, saran dan koreksi dari awal penelitian hingga selesai tesis ini. Terima kasih karena telah memberikan kesempatan langka kepada saya untuk ikut sebagai anggota tim peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) yang melaksanakan penelitian “survey resistensi N.gonnorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada wanita penjaja seks di Jakarta, Tangerang, dan Palembang”. Tanpa bimbingan, dukungan, kesabaran dan semangat dari beliau, penelitian ini tidak akan dapat terwujud. Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada dr. Hanny Nilasari, SpKK, sebagai
pembimbing
saya,
atas bimbingan, petunjuk,
saran,
dorongan d a n semangat yang diberikan kepada saya sejak awal sampai dengan tesis ini selesai. Terimakasih atas waktu berharga yang diluangkan di tengah-tengah kesibukan
v UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
beliau untuk mensupervisi pengambilan sampel dan koreksi-koreksi yang cermat, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi saya haturkan kepada Dr. dr. Wresti Indriatmi B. Makes, SpKK(K), M.Epid sebagai Koordinator Penelitian Departemen IKKK FKUI atas kebaikan hati, doa dan dukungan dalam memberikan bimbingan kepada saya sejak pertama kali ide penelitian ini dicetuskan sampai selesainya tesis ini. Terima kasih dan penghargaan sekali lagi saya sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Siti Aisah, SpKK(K) untuk asupan dan koreksi saat beliau menjadi penguji proposal penelitian ini. Terima kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada dr. Herman Cipto, SpKK(K) sebagai penguji proposal penelitian ini atas asupan dan koreksi yang telah diberikan. Ucapan terima kasih khususnya saya sampaikan kepada para staf divisi infeksi menular seksual (IMS) Departemen IKKK FKUI-RSCM, Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK(K), dr. Farida Zubier, SpKK(K), Dr. dr. Wresti Indriatmi B. Makes, SpKK(K), M.Epid. dan dr. Hanny Nilasari, SpKK atas bekal ilmu, asupan, dan dukungan yang sangat berarti berkaitan dengan aspek substansi penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Trevino Aristarkus Pakasi M.S., Ph.D sebagai pembimbing statistik saya atas bantuan, asupan, kesabarannya di tengah-tengah kesibukan beliau. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, SpFK selaku ketua Panitia Tetap Penilai Etik Penelitian FKUI atas persetujuan dan keterangan lolos kaji etik penelitian ini. Terimakasih sebesar-besarnya kepada dr. Nelly Puspandari sebagai ketua tim penelitian “survey resistensi N.gonnorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada wanita penjaja seks di Jakarta, Tangerang, dan Palembang”
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) vi UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan dan izin kepada saya untuk bergabung sebagai anggota tim penelitian di Jakarta Timur sehingga penelitian saya ini dapat terlaksana. Terimakasih juga saya sampaikan untuk
dukungan,
semangat,
keakraban yang hangat selama penelitian dilaksanakan di Jakarta Timur. Ungkapan terimakasih juga saya sampaikan kepada rekan tim penelitian “survey resistensi N.gonnorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada wanita penjaja seks di Jakarta, Tangerang, dan Palembang” di Tangerang yakni dr Rina Dewi, SpKK dan dr.Ratri Ainulfa atas kekompakan, kerjasama yang baik, saling mendukung, saling memberi semangat dan bahu-membahu selama dan sesudah penelitian berlangsung. Semoga Tuhan memberikan kemudahan dan kesuksesan dalam segala hal. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada anggota tim peneliti dari Balitbangkes Kemenkes RI yakni dr.Rini, dr. Natalia, dr. Lulu, Ibu Luxi, Ibu Rabea, Ibu Heni, Ibu Wati, Ibu Sundari, Ibu Novi, Ibu Pipi, Bapak Eko, Bapak Kambang, dan drh. Hariri atas segala bantuan, dukungan, kerjasama yang baik, keakraban yang hangat, serta tangan terbuka dalam menerima saya sebagai bagian dari anggota tim peneliti. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Kepala PSKW Mulya Jaya, Kepala Puskesmas pembantu Ciracas, Pasar Rebo beserta perawat dan bidan serta staf jajarannya yang telah membantu
dan
memberikan
dukungan
kepada
tim
peneliti
Balitbangkes Kemenkes RI, sehingga penelitian saya ini pun dapat terwujud. Kepada seluruh staf poliklinik, staf tata usaha, perpustakaan dan staf Rawat Inap Departemen IKKK-RSCM Jakarta, saya ucapkan terima kasih yang tulus atas bantuan dan kerjasamanya selama saya menjalani pendidikan dokter spesialis. Rasa terimakasih juga saya ungkapkan kepada seluruh pasien di Departemen IKKK FKUI-RSCM maupun rumah sakit jejaring yang telah memperkaya wawasan saya sebagai calon spesialis kulit dan kelamin. Ungkapan rasa sayang dan terima kasih yang tak ternilai kepada sahabat satu angkatan dr. Yulia Siskawati, dr. Ratri Ainulfa dr. Adi Satrio, dr. Dewi Hasanah dan dr. S.K.Sulistyaningrum. Terimakasih untuk kebersamaan, kekompakan, keakraban, dan kerjasama saling membantu di kala sulit, serta semangat, doa dan motivasi yang vii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
diberikan selama ini. Semoga kesuksesan dan kebahagiaan menyertai kita semua. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan untuk juga untuk para sahabat, senior serta adik-adik yang saya temui selama masa pendidikan, dr. Nindita Hapsari, SpKK, dr. Deasy, SpKK, dr. Euis Maimunah, SpKK, dr. Nanny Soraya, SpKK, dr. Ni Luh Putu Pitawati, SpKK, dr. Karunia Burhanudin Lubis, SpKK, dr.Catharina, dr. Mardiati Ganjardani, dr. Niken Wulandari, dr. Andina Bulan Sari, dr. Rompu Roger Aruan, dr.Lindayani Halim, dr. Vini Onmaya, dr. Taruli Oliva, dr. Connie Melly dan para sahabat lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, atas pertemanan yang indah, harapan dan doa yang dipanjatkan, kerja sama, dukungan, dorongan, dan nasihat yang diberikan selama ini, serta suka dan duka yang dialami bersama. Terima kasih kepada teman-teman PPDS IKKK lainnya yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu-persatu atas kebersamaan, dukungan, pertemanan, kerja sama, saling memotivasi dan suasana menyenangkan yang tercipta selama ini. Saya doakan agar semua mendapatkan kemudahan serta keberhasilan dalam menjalani pendidikan spesialis ini. Mohon maaf atas kesalahan ataupun hal-hal yang kurang berkenan selama masa pertemanan kita. Saya bersujud di hadapan kedua orang tua saya, Bapak Alexander Padang dan Ibu Titi Yuniarti Padang yang telah memberikan kasih sayang tak terbatas, membesarkan, mendidik, memberikan kasih saying, doa restu, pengertian dan dukungan yang tidak pernah putus hingga saat ini. Kepada adik tercinta, dr. Ratnasari Padang, Bsc (Med) MBBS (Hons 1.), FRACP, PhD Scholar (Sydney University), dan Farmansyah Padang terima kasih atas kasih sayang, pengertian yang luar biasa dan dukungannya selama saya menempuh pendidikan dan menjadi pemberi semangat di kala susah. Kepada ibu mertua Grace Eduardo, adik ipar Sergei dan Wendy, saya ucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya atas dukungan dan pengertiannya selama ini. Kepada suami tercinta, Joel Eduardo dan putri tercinta, Alexa Grace Eduardo, terima kasih dari lubuk hati yang terdalam atas segala doa, pengertian yang luar biasa, kesabaran, pengorbanan dan dukungan yang tiada henti selama pendidikan saya. Terima viii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
kasih telah menjadi tempat bersandar dan berkeluh, pemberi semangat, dan penghibur di kala sulit. Terima kasih karena telah menjadi bagian dari hidup saya, semoga saya dapat menjadi istri dan ibu yang lebih baik lagi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu saya. Harapan saya semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan pelayanan masyarakat. Amin.
Jakarta, 13 April 2013 Penulis
ix UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Caroline Padang
NPM
: 0806485285
Program studi : Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Departemen
: Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas
: Kedokteran
Jenis karya
: Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Proporsi Kepositivan Infeksi Mycoplasma Hominis dan Ureaplasma Urealyticum pada Wanita Penjaja Seks serta Hubungannya dengan Cuci Vagina: Sebuah Studi di Jakarta Timur dengan menggunakan Mycoplasma System Plus beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jakarta Pada : tanggal 11 Januari 2013 Yang menyatakan,
(Caroline Padang)
x UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Caroline Padang
Program Studi
: Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Judul
: Proporsi Kepositivan Infeksi Mycoplasma Hominis dan Ureaplasma Urealyticum pada Wanita Penjaja Seks serta Hubungannya dengan Cuci Vagina: Sebuah Studi di Jakarta Timur dengan menggunakan Mycoplasma System Plus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kepositivan infeksi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum serta hubungannya dengan cuci vagina sebagai faktor risiko terkait pada populasi wanita penjaja seks di Jakarta Timur. Di Indonesia, data dasar mengenai hal ini belum ada, sedangkan data dasar ini sangat penting untuk menyusun standar tatalaksana dan pencegahan infeksi Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis yang optimal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kepositivan infeksi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum di Jakarta Timur tergolong tinggi (130 dari 180 subyek penelitian; 72%). Tidak ada perbedaan antara subyek penelitian yang melakukan cuci vagina atau tidak dengan kejadian infeksi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum.
Kata kunci : Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum, wanita penjaja seks, proporsi infeksi, cuci vagina
xi UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
ABSTRACT Name
: Caroline Padang
Study Program
: Faculty of Medicine, Dermatovenereology Program
Title
: Prevalence of Mycoplasma Hominis and Ureaplasma Urealyticum’ Infection in Female Sex Workers and Its Correlation With Douching: A Study in East Jakarta, Indonesia Using Mcyoplasma System Plus
This study aim to determine the proportion of
Mycoplasma Hominis and
Ureaplasma Urealyticum’ infection and its correlation with vaginal douching in female sex workers in East Jakarta. In Indonesia these data are not yet available, meanwhile these data are needed to set standards management and prevention of Mycoplasma hominis and Ureaplasma urealyticum’ infection. The study design is analytical cross-sectional study. Result shows that the proportion of Mycoplasma Hominis and Ureaplasma Urealyticum’ infection in East Jakarta is high (130 out of 180 subjects; 72%). There is no correlation between vaginal douching and proportion of Mycoplasma Hominis and Ureaplasma Urealyticum’ infection.
Key words : Mycoplasma Hominis and Ureaplasma Urealyticum, female sex workers, infection proportion, vaginal douching
xii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………....
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………….….
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………
iii
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………..…....
iv
ABSTRAK……………………………………………………………...
xi
DAFTAR ISI…………………………………………………..………..
ix
DAFTAR SINGKATAN………………………………………............. xvi DAFTAR TABEL……………………………………………………… xviii DAFTAR DIAGRAM .............................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xix BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………. 1 1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………. 4 1.3. Hipotesis …………………………………………….. 4 1.4. Tujuan Penelitian ……………………………………. 5 1.5.Manfaat Penelitian……………………………………. 5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA………………………………… 6 2.1. Studi Literatur………………………………………… 6 2.1.1. Definisi……………………………………… 6 2.1.2. Epidemiologi………………………………... 6 2.1.3. Mikrobiologi
……………………………… 7
2.1.4. Patogenesis…………………………………. 8 2.1.4.1. Mycoplasma hominis ……………………… 8 2.1.4.2. Ureaplasma urealyticum ………………….. 9 2.1.5. Faktor Predisposisi………………………….. 10 xiii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
2.1.6. Manifestasi dan Diagnosis Klinis…………... 11 2.1.7. Pemeriksaan Laboratorium…………………. 12 2.1.8. Pengobatan…………………………………. 13 2.1.9. Prognosis …………………………………… 14 2.2. Kerangka Teori……………………………………….. 14
BAB 3
2.3. Kerangka Konsep……………………………………
15
METODOLOGI PENELITIAN………………………
16
3.1. Desain Penelitian ….………………………………..
16
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian……………………….
16
3.2.1. Tempat Penelitian…………………………. 16 3.2.2. Waktu Penelitian…………………………..
16
3.3. Populasi Penelitian …………..……………………..
16
3.3.1. Populasi Target……………………………. 16 3.3.2. Populasi Terjangkau……………………….. 17 3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel ……….………. 17 3.5. Seleksi Subyek Penelitian ………..…………………
17
3.5.1. Kriteria Penerimaan……………………….. 17 3.5.2. Kriteria Penolakan………………………… 17 3.6. Estimasi Besar Sampel……………………………...
17
3.7. Bahan dan Cara Kerja………………………………
19
3.7.1. Bahan dan Alat……………………………
19
3.7.2. Cara Kerja…………………………………
20
3.7.2.1. Tahap seleksi subyek penelitian …… 20 3.7.2.2. Anamnesis dan pemeriksaan fisis . 21 3.7.2.3. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen………………………...
21
xiv UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
3.7.2.4. Pemeriksaan laboratorium………… 22 3.7.3. Interpretasi hasil ……………………………. 22 3.7.4. Tindak lanjut …………………………………22 3.8. Batasan Operasional………………………………… 23 3.9.Akhir Penelitian ….…………………………………… 24 3.10. Kerangka Operasional ……………………………… 24
BAB 4
3.11. Etik Penelitian ……..……………..………………
25
3.12. Pengolahan dan Analisis Data ……………………
25
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............... 26 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian …………………….
26
4.1.1. Karakteristik Sosiodemografis …………..
26
4.1.2. Karakteristik Klinis ………………………
27
4.1.2.1. Karakteristik Keluhan Klinis ……
27
4.1.2.2. Karakteristik Temuan Klinis ……. 28 4.2. Proporsi Kepositivan Infeksi Mycoplasma Hominis dan Ureaplasma Urealyticum pada WPS di Jakarta Timur ……………………………………….
30
4.3. Hubungan Cuci Vagina dengan Proporsi Kepositian Infeksi Mycoplasma Hominis dan Ureaplasma Urealyticum ………………………….. BAB 5
32
IKHTISAR, KESIMPULAN DAN SARAN…………
37
5.1. Ikhtisar………………………………………………
37
5.2. Kesimpulan………………………………………….
40
5.3. Saran………………………………………………… 5.4. Keterbatasan Penelitian ……………………………..
40 40
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
42
xv UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
DAFTAR SINGKATAN AKDR
=
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
BAK
=
Buang air kecil
CFU
=
Colony Forming Unit
CDC
=
Center for Disease Control and Prevention
CO2
=
Karbon dioksida
DKI
=
Daerah Khusus Istimewa
dkk.
=
Dan kawan-kawan
Ditjen PP&PL =
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
DNA
=
FKUI/RSCM =
Deoxyribonucleic acid Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
H2O2
=
Hidrogen peroksida
HIV
=
Human immunodeficiency virus
IGNS
=
infeksi genital non spesifik
IK 95%
=
Interval kepercayaan 95%
IMS
=
Infeksi menular seksual
IUD
=
Intra uterine device
MB
=
Multiple-Banded
PCR
=
polymerase chain reaction
pH
=
Derajat keasaman
PPDS
=
Program Pendidikan Dokter Spesialis
PPLO
=
pleuropneumonia-like organism
RR
=
Relative risk
SD
=
Sekolah Dasar
SLTA
=
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SLTP
=
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SP
=
Subyek penelitian xvi UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
sp.
=
Species
STBP
=
Surveilans Terpadu Biologis dan Prilaku
T-strains
=
Tiny strains
Vaa
=
Variable adherence-associated
VB
=
Vaginosis bacterial
WPS
=
Wanita penjaja seks
WPSTL
=
Wanita penjaja seks tidak langsung
xvii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Karakteristik sosiodemografik subyek penelitian di Jakarta Timur ………………………………………… .……….............
27
Tabel 4.2. Keluhan klinis berdasarkan pada anamnesis pada subyek penelitian di Jakarta Timur …………………………………….
28
Tabel 4.3. Karakteristik temuan pemeriksaan fisis subyek penelitian di Jakarta Timur ……………………………………...
29
Tabel 4.4. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum pada WPS di Jakarta Timur ………………………………………..…
30
Tabel 4.5. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum pada WPS di Jakarta Timur berdasarkan kelompok umur (tahun)..
31
Tabel 4.6. Hubungan mencuci vagina dengan proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum pada WPS di Jakarta Timur ………
33
Tabel 4.7. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum berdasarkan hasil kultur dan tindakan mencuci vagina…………….. 34 Tabel 4.8. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum berdasarkan frekuensi mencuci vagina …………………………….. 34 Tabel 4.9. Jenis kombinasi bahan cuci vagina yang digunakan oleh SP ………. 35 DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1. Frekuensi mencuci vagina yang diilakukan oleh subyek Penelitian ……………………………………………………….. 33
xviii UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian Lampiran 2. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian Lampiran 3. Status Penelitian Lampiran 4. Tabel Induk Lampiran 5. Surat keterangan lolos etik
xix UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah
Bakteri Mycoplasma hominis (M. hominis) dan Ureaplasma urealyticum (U. urealyticum) sering dikaitkan dengan berbagai infeksi urogenital antara lain vaginosis bakterial (VB) dan infeksi genital non-spesifik (IGNS).1,2 Selain VB dan IGNS, kedua bakteri tersebut menyebabkan peradangan panggul, kelahiran prematur dan infertilitas.3,4 Vaginosis bakterial merupakan penyebab tersering keluhan keputihan pada wanita usia reproduksi.57
Kedua bakteri ini dapat ditemukan pada wanita normal yang aktif secara seksual8,
namun jumlahnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pasangan seks. Prevalensi infeksi M. hominis dan U. urealyticum ditemukan lebih tinggi pada WPS dibandingkan dengan populasi normal.2 Infeksi dapat timbul bila pada kultur ditemukan kolonisasi bakteri lebih dari104 colony forming unit (CFU)/ml.8-11 Prevalensi infeksi M.hominis dan U.urealyticum pada wanita dengan VB yang mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi di Portugis masing-masing sebesar 30% dan 20%8, sedangkan pada wanita berperilaku seksual risiko tinggi tanpa VB di Polandia masing-masing sebesar 9,1% dan 59,1%.3 Di negara berkembang seperti Papua Nugini prevalensi infeksi M. hominis pada wanita berisiko tinggi sebesar 7%, U. urealyticum 20% dan infeksi campuran 65%.11 Terdapat peranan M. hominis dan U. urealyticum pada muncul dan kambuhnya VB. Kekambuhan sering disebabkan karena M. hominis yang tidak memberikan respons terhadap pengobatan dengan metronidazol.12 Infeksi kronis oleh U.urealyticum disebabkan karena bakteri ini mampu membentuk biofilm yang dapat menyebabkan infeksi yang kronis. Keberadaan biofilm tersebut sukar untuk dieliminasi tubuh dan ditembus oleh antimikroba.13. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Casari, E. dkk.10 menemukan bahwa keberadaan U. urealyticum pada duh tubuh vagina lebih dari 104 CFU/ml berhubungan dengan turunnya jumlah Laktobasillus sehingga terjadi ketidakseimbangan flora normal vagina.
1 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Bakteri M. hominis lebih sering ditemukan sebagai bakteri penyerta dalam patogenesis VB. Masih terdapat keraguan tentang kemampuan M. hominis untuk menimbulkan infeksi menular seksual (IMS) secara tunggal. Infeksi tunggal oleh M. hominis sering tidak menimbulkan gejala apapun.9,14 Sedangkan infeksi tunggal oleh bakteri U. urealyticum menimbulkan gejala berupa duh tubuh (43,3%), rasa panas dan gatal (18,9%) serta disuria (10,8%). Pada 8,1% wanita ditemukan tanpa gejala.3 Risiko utama munculnya infeksi M. hominis dan U. urealyticum, yaitu mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi, yaitu mempunyai pasangan seksual lebih dari 1, mempunyai pasangan seks baru dalam 6 bulan terakhir, memulai hubungan seks usia dini serta tidak menggunakan kondom dalam melakukan aktivitas seksual.15 Faktor risiko lain adalah usia kurang dari 30 tahun, tingkat pendidikan rendah, kemiskinan, cuci vagina (douching), pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan perokok.16-18 Risiko infeksi M. hominis meningkat sebanyak 1,3 kali pada wanita yang melakukan cuci vagina. Bila cuci vagina dilakukan dalam 1 minggu terakhir, risiko meningkat menjadi 1,7 kali.
19
Sedangkan prevalensi infeksi bakteri U. urealyticum ditemukan lebih tinggi
secara bermakna (33%) pada wanita yang melakukan cuci vagina.20 Hal ini disebabkan karena kekerapan mencuci vagina dapat mengubah keseimbangan flora normal vagina, peningkatan pH vagina sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi M. hominis dan U. urealyticum.21 Penelitian ini dilakukan pada WPS untuk menilai proporsi keposifitan infeksi M.hominis dan U.urealyticum, yang dihubungkan dengan cuci vagina sebagai faktor risiko terkait. Mengingat tingginya prevalensi kedua bakteri tersebut pada wanita berisiko tinggi di negara lain, penting untuk mengetahui pula prevalensi di Indonesia. Hal ini akan bermanfaat untuk penanganan dan pencegahan infeksi M. hominis dan U. urealyticum baik sebagai infeksi tunggal maupun sebagai bakteri penyerta pada IMS lain. Penelitian ini juga bertujuan untuk meneliti faktor risiko yaitu cuci vagina. Pada penelitianpenelitian sebelumnya sedikit disinggung tentang bahan cuci vagina yang dipakai, kekerapan pemakaian per minggu serta hubungannya dengan prevalensi kedua bakteri tersebut. Faktor risiko lain seperti perilaku seksual risiko tinggi, usia kurang dari 30 2 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
tahun, pendidikan rendah dan kemiskinan tidak ikut diteliti dalam penelitian ini mengingat subyek penelitian ini adalah WPS yang cenderung sudah memiliki faktorfaktor risiko tersebut. Pemakai AKDR pada WPS umumnya sedikit dan tidak semua WPS merokok. Dapat pula terjadi kerancuan apabila WPS hanya merokok sesekali dibandingkan dengan perokok rutin. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini hanya meneliti cuci vagina sebagai faktor risiko terkait. Untuk mendeteksi M. hominis dan U. urealyticum dapat digunakan metode kultur standar (pleuropneumonia-like organism/PPLO) dan polymerase chain reaction (PCR).22 PCR terbukti lebih akurat untuk mendeteksi kedua bakteri tersebut. Namun karena harganya mahal, pemeriksaan ini jarang dilakukan.22,23 Penelitian ini mendeteksi bakteri M. hominis dan U. urealyticum menggunakan alat berbasis kultur yaitu Mycoplasma System Plus (Liofilchem). Kelebihan alat ini adalah penggunaannya cukup mudah, tidak begitu mahal bila dibandingkan dengan PCR, hasil sudah dapat dinilai dalam waktu 1-2 hari (lebih cepat dari kultur standar), serta sudah tersedia di Indonesia. Meskipun terdapat pula kekurangannya yaitu, tidak bisa digunakan untuk penapisan masal secara cepat karena sediaan harus dikirim dulu ke laboratorium dan diinkubasi 18-24 jam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liofilchem, alat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas 100% sesuai dengan kultur standar. Mycoplasma System Plus sudah pernah digunakan oleh berbagai peneliti dari Afrika dan Italia. Penelitian yang dilakukan oleh Djigma, F. dkk.20 di Burkina Faso, bekerja sama dengan Camillian Task Force dan University of Catania and Institute of Biomolecular Chemistry, Catania, Italia menemukan bahwa prevalensi VB pada wanita dengan human immunodeficiency virus (HIV) sebanyak 25%. Pada wanita tersebut ditemukan M.hominis sebanyak 16.7% dan U. urealyticum sebanyak 16.3%. Selain itu alat ini pernah digunakan juga pada penelitian yang dilakukan oleh Sagna, T. dkk.24 di Burkina Faso. Pada penelitian ini, prevalensi kedua bakteri tersebut ditemukan sebanyak 25% pada wanita dengan HIV. Daerah Khusus Istimewa (DKI) Jakarta merupakan ibukota negara Republik Indonesia. Sebagai kota metropolitan, Jakarta mempunyai berbagai daya tarik terhadap pendatang dan wisatawan baik lokal maupun internasional. Mobilitas penduduk yang tinggi 3 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
menyebabkan berkembangnya industri seks di kota ini. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian survei resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada Wanita Penjaja Seks (WPS) di Jakarta, Tangerang dan Palembang. Penelitian ini dilakukan oleh Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkugan (DITJEN PP&PL) dan didanai oleh Global Fund. Survei tersebut bertujuan untuk mengetahui data dasar infeksi IMS, mengingat terjadi peningkatan resistensi anitimikroba terhadap Neisseria gonorrhoeae. Adapun penelitian ini dilakukan di Jakarta Timur. 1.2. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi infeksi M. hominis dan U. urealyticum pada WPS, serta menghubungkannya dengan cuci vagina. Di Indonesia, data dasar mengenai hal ini belum ada, sedangkan data dasar ini sangat penting untuk menyusun standar tatalaksana dan pencegahan infeksi M. hominis dan U. urealyticum yang optimal. Perumusan masalah 1. Berapa proporsi infeksi M. hominis pada WPS di Jakarta Timur? 2. Berapa proporsi infeksi U. urealyticum pada WPS di Jakarta Timur? 3. Berapa proporsi infeksi campuran M.hominis dan U.urealyticum pada WPS di Jakarta Timur? 4. Apakah cuci vagina berhubungan dengan kepositivan infeksi M. hominis pada WPS di Jakarta Timur? 5. Apakah cuci vagina berhubungan dengan kepositivan infeksi U. urealyticum pada WPS di Jakarta Timur? 6. Apakah cuci vagina berhubungan dengan kepositivan infeksi campuran M.hominis dan U.urealyticum pada WPS di Jakarta Timur? 1.3. Hipotesis 1. Semakin sering cuci vagina semakin tinggi kepositivan infeksi M. hominis pada WPS di Jakarta Timur 4 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
2. Semakin sering cuci vagina semakin tinggi kepositivan infeksi U. urealyticum pada WPS di Jakarta Timur 3. Semakin sering cuci vagina semakin tinggi kepositivan infeksi campuran pada WPS di Jakarta Timur 1.4. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui proporsi kepositivan infeksi M. hominis pada WPS di Jakarta Timur 2. Mengetahui proporsi kepositivan infeksi U. urealyticum pada WPS di Jakarta Timur 3. Mengetahui proporsi kepositivan infeksi campuran pada WPS di Jakarta Timur 4. Mengetahui hubungan cuci vagina dengan kepositivan infeksi M. hominis dan U. urealyticum pada WPS di Jakarta Timur 5. Mengetahui hubungan cuci vagina dengan kepositivan infeksi U. urealyticum pada WPS di Jakarta Timur 6. Mengetahui hubungan cuci vagina dengan kepositivan infeksi campuran pada WPS di Jakarta Timur 1.5. Manfaat Penelitian 1. Dalam bidang penelitian dan akademik, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi, yaitu sebagai data dasar mengenai infeksi M. hominis dan U. urealyticum pada salah satu kelompok dalam masyarakat. Selain itu juga dapat mengetahui apakah faktor risiko seperti cuci vagina berhubungan dengan ditemukannya bakteri M. hominis dan U. urealyticum pada WPS di Jakarta. Data dari penelitian juga dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya. 2. Dalam bidang pelayanan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya dalam hal penatalaksanaan dan pencegahan infeksi M. hominis dan U. urealyticum yang optimal.
5 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi literatur 2.1.1. Definisi Istilah Mikoplasma digunakan untuk semua bakteri yang merupakan kelas Mollicutes. Terdapat 7 jenis mikoplasma yang telah diisolasi dari genital manusia, yaitu Mycoplasma hominis, Mycoplasma genitalium, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma fermentans, Mycoplasma penetrans, Mycoplasma primatum dan Mycoplasma spermatophilum. Mikoplasma biasanya terdapat pada organ atau jaringan secara spesifik. Namun terdapat pula pengecualian seperti M.pneumonia pernah ditemukan pada traktus genital dan M.genitalium pernah ditemukan pada traktus pernafasan.25-27 Pada tinjauan pustaka ini akan difokuskan kepada M.hominis dan U.urealyticum. 2.1.2. Epidemiologi M. hominis dan U. urealyticum merupakan bakteri yang dapat ditemukan pada traktus urogenital wanita yang normal. Dengan dimulainya aktivitas seksual, pevalensi ditemukannya bakteri-bakteri ini di traktus urogenital meningkat dengan drastis.28 Kolonisasi meningkat secara bermakna dengan bertambahnya jumlah pasangan seksual.29 Kedua bakteri tersebut dapat ditemukan pada wanita normal yang aktif secara seksual.8 Infeksi dapat timbul bila ditemukan kolonisasi lebih dari 104 CFU/ml.3,8,11 M. hominis dan U. urealyticum ditemukan lebih sering pada wanita dengan VB dibandingkan dengan wanita tanpa VB.30,4 Pada sebuah penelitian yang dilakukan di Guine-Bissau, Portugis, Domingues, D.dkk.8 menemukan prevalensi infeksi M. hominis pada wanita dengan VB yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi sebanyak 30% dan U. urealyticum sebanyak 20%. Prevalensi infeksi U. urealyticum pada wanita berisiko tinggi tanpa VB di Poland sebesar 59,1% dan M. hominis 9,1%.3 Di negara berkembang seperti Papua New Guinea prevalensi infeksi M. hominis pada wanita berisiko tinggi sebesar 7%, U. urealyticum 20% dan infeksi campuran 65%.11 6 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
2.1.3. Mikrobiologi Mikoplasma dibedakan dengan bakteri jenis lainnya karena ukurannya yang paling kecil (0,2-0,3 µm), tidak adanya dinding sel dan membran selnya mengandung sterol. Tidak adanya dinding sel menyebabkan mikoplasma resisten terhadap antimikroba yang bekerja dengan cara mengganggu sintesis dinding bakteri, misalnya penisilin, sefalosporin dan vankomisin.31 Bakteri ini mempunyai kemampuan biosintesis yang terbatas dan perlu media pertumbuhan yang kompleks untuk dibiakkan in vitro. Oleh karena tidak adanya dinding sel, mikoplasma tidak dapat diwarnai oleh pewarnaan Gram, berbentuk pleomorfik dan sangat rentan dehidrasi. Kolesterol sangat penting untuk pertumbuhan dan biasanya diambil dari sel epitel. Selain itu ureaplasma juga membutuhkan urea untuk hidup. Semua mikoplasma adalah bakteri fakultatif anaerob kecuali M.pneumoniae.32,33 Mikoplasma tumbuh secara lambat dan dapat memperbanyak dirinya sendiri dengan cara membelah dua (binary fission).31 Mycoplasma hominis merupakan bakteri mikoplasma yang pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1937.
26,34
Bakteri ini dapat
ditemukan pada vagina normal, tumbuh dalam waktu 1-4 hari memetabolisme arginin dan membentuk koloni dengan gambaran fried-egg pada medium agar. Meski sering ditemukan pada VB, perannya masih belum jelas. Koloni ureaplasma sangat kecil dan dinamakan T-strains (tiny strains).31,35 Mikoplasma mempunyai kemampuan untuk melekat pada epitel mukosa. Hal ini berperan penting untuk kolonisasi dan menimbulkan penyakit. Kemampuan perlekatan ini dikarenakan adanya variable adherence-associated (Vaa) antigen, protein perlekatan spesifik yang terdapat pada permukaan M.hominis. Sifat keberagaman antigen tersebut penting untuk adaptasi dan perlekatan pada pejamu. Sedangkan antigen pada ureaplasma dinamakan Multiple-Banded (MB) antigen. Ureaplasma dapat melekat pada eritrosit, sperma dan epitel uretra.36
7 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Kolonisasi mikoplasma pada bayi baru lahir dapat terbentuk pada saat persalinan normal. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena pajanan terhadap kanal vagina yang mengandung mikoplasma. Mikoplasma jarang ditemukan pada persalinan sesar. Kolonisasi pada bayi ini bersifat sementara dan akan berangsur menghilang seiring pertambahan usia. Umumnya setelah usia 3 bulan, kolonisasi tersebut akan menghilang.37 Setelah pubertas, pengalaman seks terutama banyaknya pasangan seksual ikut menentukan banyaknya koloni mikoplasma.33,36,38 2.1.4. Patogenesis 2.1.4.1. Mycoplasma hominis Hingga sekarang masih terdapat ketidaksesuaian pendapat mengenai infeksi genital oleh M. hominis. Bakteri ini lebih sering ditemukan sebagai bakteri penyerta (co-infection) dalam patogenesis VB. Masih terdapat keraguan tentang kemampuan M. hominis untuk menimbulkan IMS secara tunggal. Infeksi tunggal M. hominis tidak dikaitkan dengan gejala klinis apapun.9,14 Vaginosis bakterial merupakan infeksi multi-bakteri. Mekanisme terjadinya VB masih belum diketahui dengan jelas.39 Selain Gardnerella vaginalis (G. vaginalis), mikoplasma genital (M.hominis dan U. urealyticum) serta bakteri anaerob lain merupakan bakteribakteri yang berperan penting dalam patogenesis VB. Namun bakteri-bakteri mana saja yang mutlak harus ditemukan untuk dapat menyebabkan VB sampai sekarang masih belum diketahui.26 Munculnya VB ditandai dengan berkurangnya atau hilangnya laktobasilus penghasil hydrogen peroksida (H202) dan meningkatnya bakteri anaerob. Sampai saat ini masih belum diketahui kejadian mana yang timbul terlebih dahulu: apakah terdapat faktor-faktor tertentu yang menyebabkan laktobasilus menjadi berkurang sehingga bakteri anaerob bertumbuh pesat atau bakteri anaerob tiba-tiba masuk dalam jumlah banyak sehingga laktobasilus tersingkirkan.40 Laktobasilus sebagai mikrorganisme utama dalam flora normal vagina, berperan dalam mencegah proliferasi mikrorganisme patogen berlebih. Banyak mikrorganisme komensal yang dapat ditemukan pada vagina normal selain laktobasilus, contohnya U. urealyticum 8 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
dan M. hominis. Keberadaan mikrorganisme tersebut tidak menimbulkan penyakit, namun bila keseimbangan flora normal vagina
terganggu, terjadi proliferasi
mikrorganisme secara berlebih sehingga menimbulkan penyakit.10 Infeksi dapat timbul bila ditemukan kolonisasi lebih dari 104/ml. Keberadaan U. urealyticum pada duh tubuh vagina lebih dari 104/ml terbukti berhubungan dengan turunnya jumlah Laktobasilus.9,10 Kemampuan laktobasilus untuk mengatur keseimbangan flora normal vagina dikarenakan kemampuannya untuk melekat secara spesifik ke sel epitel vagina, memproduksi zat-zat yang bersifat antimikroba seperti H2O2, asam organik dan bakteriosin.40,41 Fungsi bakterisidal H2O2 disebabkan adanya aktivitas oksidasi terhadap bakteri patogen. Bakteri patogen tidak menghasilkan katalase
sehingga tidak dapat mendegradasi H2O2.
Akibatnya, radikal bebas akan terbentuk yang kemudian akan merusak sel bakteri (termasuk deoxyribonucleic acid/DNA).42 Vagina normal mempunya pH 3,8 – 4,5. Dengan menggunakan glikogen yang terdapat pada epitel vagina, laktobasilus memproduksi asam organik yang dapat mempertahankan pH vagina di bawah 4,5. Suasana asam ini berperan penting dalam proteksi vagina. Sehingga bila laktobasilus menurun/menghilang, bakteri anaerob akan meningkat.40 U. urealyticum dan M. hominis lebih sering ditemukan pada pH vagina yang tinggi oleh karena pH optimum untuk U. urealyticum adalah 5-6 dan untuk M. hominis pH netral. M. hominis dapat mendekarbosilasi arginin dan U. urealyticum menghidrolisis urea. Produksi asam amino oleh kedua bakteri ini menyebabkan bau amis pada vagina.1 Hasil metabolisme arginin oleh M.hominis dan urea oleh ureaplasma dapat bersifat toksik untuk pejamu dan dapat merusak jaringan. Amonia sebagai hasil metabolisme menyebabkan pH meningkat.32,36,43 Selain amonia, mikoplasma juga menghasilkan radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan pada membran sel pejamu.26 2.1.4.2. Ureaplasma urealyticum U. urealyticum merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada traktus urogenital. Prevalensi bakteri ini dapat mencapai 80% pada traktus urogenital orang normal. Wanita dengan banyak pasangan seks, status sosial ekonomi yang rendah, merokok serta 9 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
pemakai AKDR mempunyai jumlah kolonisasi yang lebih tinggi.13 Infeksi dapat timbul bila ditemukan kolonisasi lebih dari104/ml.8,11 Infeksi bakteri U. urealyticum dapat ditemukan pada IGNS dan VB.13 Walaupun U. urealyticum juga ditemukan lebih banyak pada pasien dengan VB, namun tidak terdapat perbedaan statistik bermakna dengan prevalensi pasien tanpa VB. Sehingga sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat tentang peranan U. urealyticum pada VB.30 Prevalensi IGNS yang disebabkan oleh U. urealyticum adalah sebesar 10-20%.13 Ureaplasma membutuhkan urea sebagai sumber energi. Virulensi ureaplasma diperantari oleh IgA protease, adhesin, urease, fosfolipase A1, A2, C, hemolisin dan H202. Secara in vitro, ureaplasma mampu membentuk biofilm. Biofilm terdiri dari sel bakteri yang tersusun padat beserta matrix ekstraselular sehingga sistem imun tubuh tidak mampu untuk mencapai bakteri ureaplasma. Keberadaan biofilm ini menyebabkan infeksi yang kronis karena selain sukar untuk dieliminasi oleh tubuh, biofilm sukar ditembus oleh anitimikroba.13 2.1.5. Faktor predisposisi Faktor-faktor risiko munculnya M. hominis dan U. urealyticum adalah ras Afrika Amerika atau Meksiko Amerika, usia 16-25 tahun, memulai aktivitas seksual usia dini (< 17 tahun), pendidikan rendah, kemiskinan, cuci vagina (douching), mempunyai 3 atau lebih pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir, hubungan seks tanpa kondom, pemakaian AKDR dan merokok.15,19,44 Usia <30 tahun, memulai aktivitas seksual usia dini, pendidikan rendah, kemiskinan, mempunyai lebih dari 3 pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir dan hubungan seks tanpa kondom merupakan faktor risiko IMS pada umumnya. Hal ini umumnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai hubungan seks yang aman, cara menjaga kebersihan vagina, dapat merupakan sasaran subyek kekerasan seksual, lemahnya kekuatan untuk negosiasi pemakaian kondom dan sebagainya.20,45 Merokok terbukti meningkatkan risiko terjadinya infeksi mikoplasma dan ureaplasma.46 Hal yang mungkin menyebabkan hal ini adalah karena asap rokok mengandung berbagai bahan kimia seperti nikotin, cotinine, benzo(a)pyrene diol epoxide yang dapat ditemukan pada 10 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
sekret serviks wanita yang merokok. Keseimbangan flora normal vagina kemungkinan berubah karena hal ini, sehingga risiko terjadinya VB meningkat.47 Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kaliterna, V. dkk.48 prevalensi U. urealyticum ditemukan lebih tinggi secara bermakna (65%) pada pemakai AKDR dibandingkan dengan yang tidak memakai AKDR (21,7%). Hal ini dikarenakan AKDR yang terdapat dalam rahim menjadi basis bagi U. urealyticum untuk menempel pada epitel mukosa di sekitar AKDR dan membentuk biofilm. Perlekatan bakteri lain seperti Escherichia coli juga dimudahkan pada mukosa tersebut sehingga infeksi cenderung menjadi kronik. Pada penelitian ini, prevalensi M. hominis ditemukan hanya sebesar 1,7% pada pemakai AKDR. Pada wanita yang tidak memakai AKDR, M. hominis tidak ditemukan. Risiko infeksi M. hominis meningkat sebanyak 1,3 kali pada wanita yang melakukan cuci vagina. Bila cuci vagina dilakukan dalam 1 minggu terakhir, risiko meningkat menjadi 1,7 kali.19 Sedangkan prevalensi infeksi bakteri U. urealyticum ditemukan lebih tinggi secara bermakna (33%) pada wanita yang melakukan cuci vagina.20 Hal ini disebabkan karena kebiasaan mencuci vagina yang sering dapat mengubah keseimbangan flora normal vagina sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi M. hominis dan U. urealyticum.21 2.1.6. Manifestasi dan diagnosis klinis Infeksi M. hominis secara tunggal tidak dikaitkan dengan gejala klinis apapun. Bakteri ini lebih sering ditemukan sebagai bakteri penyerta dalam VB.9,14 Vaginosis bakterial itu sendiri dapat simtomatik atau asimtomatik.49 Penelitian yang dilakukan oleh CedilloRamirez, L. dkk.1 mendapatkan hubungan antara keberadaan bakteri M. hominis dan U. urealyticum dengan pHlebih dari4,5, whiff test positif, ditemukan clue cell dan duh tubuh homogen putih abu-abu. Kedua bakteri tersebut ditemukan pada pH lebih dari 4,5 karena pH optimum U. urealyticum untuk tumbuh 5-6 dan M. hominis pH netral. Gejala klinis dapat berupa duh vagina berlebih berwarna putih keabuan homogen dan berbau amis. Bau amis ini disebabkan karena adanya produksi amine (trimethylamine, putrescine, 11 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
cadaverine) oleh bakteri anaerob. Produksi amine meningkat bila pH meningkat, sehingga pasien merasa gejala bertambah setelah berhubungan seksual (oleh karena adanya semen) tanpa menggunakan kondom dan saat haid (oleh karena adanya darah).40,50 Infeksi oleh bakteri U. urealyticum menimbulkan gejala berupa duh tubuh (43,3%), rasa panas dan gatal (18,9%) serta disuria (10,8%). Pada 8,1% wanita ditemukan tanpa gejala.3 Selain itu, pada wanita bakteri ureaplasma dapat menyebabkan peradangan panggul, infertilitas, endometritis, korioamnionitis, kelahiran prematur, kematian janin dan sebagainya. Infeksi ureaplasma selain pada traktus urogenital sudah pernah dilaporkan, namun kasus ini sangat jarang, contohnya: infeksi ureaplasma pernah dilaporkan pada mediastinitis pasca operasi, perikarditis paska transplantasi, meningitis pada orang imunosupresi dan sebagainya. 13 2.1.7. Pemeriksaan laboratorium Diagnosis laboratorium M. hominis dan U. urealyticum bisa dibuat berdasarkan kultur ataupun PCR. Mikoplasma diisolasi dengan menggunakan medium kultur khusus yang mengandung serum kuda, ekstrak ragi, beef heart infusion, pepton, natrium klorida. Ekstrak ragi, beef heart infusion, pepton bertujuan untuk menyediakan nitrogen, asam amino, vitamin pada medium kultur. Serum kuda merupakan sumber asam lemak termasuk kolesterol, yang dibutuhkan oleh mikoplasma untuk sintesis membran. Medium kultur ini bisa didapat secara komersial sebagai PPLO (pleuropneumonia-like organism) broth atau dalam bentuk agar.33,51,52 Pada medium agar, mikoplasma dibiakkan dalam kondisi atmosfer yang mengandung nitrogen 95% dan CO2 5%. Sebagai indikator pH biasanya digunakan fenol merah. Penambahan arginin dan urea akan membantu pertumbuhan M.hominis dan U.urealyticum. Mycoplasma hominis memetabolisme arginin dan ureaplasma urea sehingga terjadi perubahan warna dari kuning ke merah. Perubahan warna ini akan jelas untuk ureaplasma dalam waktu 48 jam, namun untuk mikoplasma dapat mencapai 1 minggu. Koloni M.hominis akan identik membentuk fried-egg (ukuran 200-400 µm) 12 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
berwarna coklat, sedangkan ureaplasma akan membentuk koloni lebih kecil (15-60 µm) dan tidak mempunyai kekhasan.33,53 Mycoplasma system plus yang diproduksi oleh Liofilchem, Itali, merupakan sistim deteksi cepat untuk mendeteksi M. hominis dan U. urealyticum, menghitung jumlah kolonisasi dan menilai sensitivitas terhadap berbagai anitimikroba bakteri mikoplasma/ureaplasma. Dasar pemeriksaan ini adalah degadrasi urea oleh ureaplasma dan arginin oleh M. hominis. Kit ini juga dapat mendeteksi kerentanan bakteri terhadap anitimikroba tetrasiklin, ofloksasin, doksisiklin, pefloksasin, eritromisin, klaritromisin, minoksiklin, klindamisin dan azitromisin. Sampel dapat berasal dari swab vagina, uretra atau semen. Kit ini terdiri dari 24 sumur dan harus diinkubasi pada suhu 36º+/- 1°C selama 24-48 jam. Kit ini mempunyai spesivisitas dan sensitivitas yang sama dengan kultur.54 Pada penelitian ini, tidak dilakukan pemeriksaan sensitivitas terhadap anitimikroba. 2.1.8. Pengobatan Pengobatan M. hominis dan U. urealyticum yang muncul sebagai bakteri penyerta pada VB sama dengan terapi VB pada umumnya. Pengobatan terutama ditujukan pada wanita yang menunjukkan gejala klinis. Tujuan pengobatan pada wanita tidak hamil adalah untuk meredakan gejala klinis, mengurangi tanda-tanda infeksi serta menurunkan risiko tertularnya HIV dan penyakit seksual lainnya.55 Terapi yang dianjurkan oleh Center for Disease Control and Prevention (CDC) 2010 adalah metronidazol 500 mg per oral 2 kali/hari selama 7 hari atau metronidazol gel 0,75% intravagina 1 kali/hari selama 5 hari atau krim klindamisin 2% intravagina malam hari selama 7 hari. Pasien diminta untuk tidak berhubungan seksual atau menggunakan kondom selama pengobatan.55 Klindamisin lebih efektif terhadap M.hominis dan G. vaginalis dibandingkan metronidazol. Namun kelebihan metronidazol adalah tidak mempunyai efek terhadap laktobasillus.6 Tidak ada anjuran untuk mengobati pasangan seksualnya oleh karena belum terbukti efektif dapat mencegah kekambuhan VB.56 Pilihan terapi utama untuk infeksi tunggal U. urealyticum sebagai penyebab IGNS adalah doksisiklin 100 mg, 2 kali per hari selama 7 hari atau azitromisin 1 gram dosis tunggal. Azitromisin mempunyai efek anti mikroba dan anti peradangan. Pada ureaplasma yang 13 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
membentuk biofilm, klaritromisin merupakan pilihan terapi utama. Klaritromisin dapat menembus biofilm, membran bakteri dan mencapai ribosom sehingga menghambat pembentukan biofilm.13,57 2.1.9. Prognosis Resistensi M. hominis dan U. urealyticum terhadap berbagai antimikroba telah dilaporkan dalam berbagai penelitian. Namun resistensi umumnya berbeda secara geografis. Populasi yang berbeda mempunyai angka resistensi yang berbeda.13 Sepengetahuan penulis sampai saat ini penelitian mengenai resistensi mikoplasma genital di Indonesia jarang atau bahkan belum pernah dilakukan. Angka kesembuhan setelah terapi VB tidak lebih dari 60-70% setelah di follow up 4 minggu. Pada sebuah studi yang melakukan follow up 6 bulan pada penderita VB yang tidak mendapatkan pengobatan, 78% mengalami resolusi spontan.58 Livengood, C.H.40 mengatakan sekitar dua pertiga pasien VB mengalami kegagalan pengobatan standar atau mengalami rekurensi. 58 2. 2. KERANGKA TEORI • • • • • •
Hubungan seks usia dini Pasangan seksual multipel Hubungan seks tanpa kondom Pendidikan rendah, kemiskinan Ras kulit hitam, merokok Pemakaian AKDR
Cuci vagina: gangguan keseimbangan flora normal vagina
Bakteri dapat diperiksa dengan: kultur standar, kultur dengan Mycoplasma System Plus, PCR
U. urealyticum ↑ Perempuan
IGNS
WPS M.hominis ↑
• • •
Vaginosis bakterial (VB)
↓ Laktobasillus penghasil H202 pH ↑ ↑ Bakteri penyebab VB lain: G. vaginalis dan bakteri anaerob
Terapi
14 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
2. 3. KERANGKA KONSEP Cuci vagina
U. urealyticum ↑ WPS M.hominis ↑
Deteksi bakteri dilakukan dengan Mycoplasma System Plus dan dinyatakan infeksi bila kolonisasi lebih dari 104
15 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1.
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi M.hominis dan atau U.urealyticum serta hubungannya dengan cuci vagina sebagai faktor risiko terkait. Untuk memperoleh hasil tersebut, desain penelitian ini dianalisis menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2.
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
3.2.1. Tempat penelitian 1.
Anamnesis, pemeriksaan fisis, pengambilan spesimen duh tubuh vagina dilakukan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) ”Mulya Jaya”, puskesmas Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Pemilihan tempat pada penelitian ini mengikuti penelitian ”survei resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada WPS di Jakarta, Tanggerang dan Palembang”. Pengambilan sampel di Mulya jaya dilakukan selama 1 hari, puskesmas Pasar Rebo 2 hari dan daerah Ciracas selama 4 hari.
2.
Pemeriksaan
dan
penilaian
Mycoplasma System Plus
dilakukan
di
Laboratorium Patologi Klinik FKUI RSCM Jakarta 3.2.2. Waktu penelitian Penilitian dilakukan pada bulan April 2012 sampai April 2013. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Oktober-November 2012. Penundaan pengambilan sampel terjadi karena keterlambatan pengiriman medium JEMBEC untuk penelitian ”survei resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada WPS di Jakarta, Tanggerang dan Palembang”. Penelitian ini mengikuti jadwal penelitian tersebut. 3.3.
POPULASI PENELITIAN
3.3.1. Populasi target Populasi target adalah semua WPS di Indonesia.
16 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
3.3.2. Populasi terjangkau Populasi terjangkau adalah semua WPS di Jakarta Timur (subyek penelitian “survei resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada WPS di Jakarta, Tanggerang dan Palembang”). 3.4.
SAMPEL DAN CARA PEMILIHAN SAMPEL
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, dipilih secara berurutan hingga tercapai besar sampel yang diperlukan. 3.5.
SELEKSI SUBYEK PENELITIAN
3.5.1. Kriteria penerimaan: Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani formulir persetujuan tindakan medis. 3.5.2. Kriteria penolakan: a. Minum antibiotik jenis metronidazol, doksisiklin, azitromisin secara teratur sesuai dosis terapi dalam waktu 2 minggu sebelum pemeriksaan (lihat definisi operasional). b. WPS yang masuk dalam populasi terjangkau penelitian sedang hamil, menstruasi atau perdarahan pervaginam lainnya 3.6. 1.
ESTIMASI BESAR SAMPEL Untuk tujuan penelitian 1 besar sampel dihitung dengan rumus : n=
Zα2 PQ --------------d2
Keterangan: n
= besar sampel minimal
ά
= tingkat penolakan, untuk ά = 0,05 maka Zά = 1,96
d
= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 5% = 0,05
P
= proporsi kepositivan M. hominis pada wanita yang mempunyai perilaku seksual risiko tinggi di Papua Nugini sebesar 7%11
Q
= 1-P = 93
17 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Besar sampel untuk proporsi kepositivan M.hominis pada WPS: n=
1,962 (0,07x0,93)
= 100,03
0,052 2.
Untuk tujuan penelitian 2, besar sampel dihitung dengan rumus : n=
Zα2 PQ ----- ---d2
Keterangan: n = besar sampel minimal ά = tingkat penolakan, untuk ά = 0,05 maka Zά = 1,96 d
= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 7% = 0,07
P
= proporsi kepositivan U. urealyticum pada wanita yang mempunyai perilaku seksual risiko tinggi di Papua Nugini sebanyak 20%.11
Q = 1-P = 80% Besar sampel untuk proporsi kepositivan U. urealyticum pada WPS: n=
1,962 (0,2x0,8)
= 125,44
0,072 3.
Untuk tujuan penelitian 3, besar sampel dihitung dengan rumus : n=
Zα2 PQ ----- ---d2
Keterangan: n = besar sampel minimal ά = tingkat penolakan, untuk ά = 0,05 maka Zά = 1,96 d P
= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 7% = 0,07 = proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U. urealyticum pada wanita yang mempunyai perilaku seksual risiko tinggi di Papua Nugini sebanyak 65%.11
Q = 1-P = 35%
18 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Besar sampel untuk proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U. urealyticum pada WPS: 1,962 (0,65x0,35)
n=
= 178,36
2
0,07 4.
Perhitungan besar sampel untuk faktor risiko yang berhubungan menggunakan rumus “rules of thumb”: n= jumlah variabel bebas x 10 Faktor risiko yang diteliti (variabel bebas) = 1, dengan demikian: n=1x10 = 10 Variabel yang diteliti: a.
Variabel terikat: Kepositivan infeksi M. hominis dan U. urealyticum
b.
Variabel bebas: Pemakaian cuci vagina
Besar sampel minimal yang akan diteliti untuk penelitian ini adalah 178,36 atau 180 orang. 3.7.
BAHAN DAN CARA KERJA
3.7.1. Bahan dan alat a. Mycoplasma System Plus, terdiri atas 24 sumur, masing-masing secara berurutan mengandung medium kultur untuk mycoplasma (1-GR+, 2-GR++, 3-GR+++), medium kultur dengan substrat untuk dekarboksilasi arginin (4-ADC), hidrolisis urea (5-UR), medium kultur untuk isolasi Trichomonas vaginalis/candida spp. (6TR/YE), 4 ul/ml tetrasiklin (7-TE), 8 ul/ml tetrasiklin (8-TE), 8 ul/ml pefloxacin (9-PEF), 16 ul/ml pefloxacin (10-PEF), 1 ul/ml ofloxacin (11-OFX), 4 ul/ml ofloxain (12-OFX), 4 ul/ml doksisiklin (13-DO), 8 ul/ml doksisiklin (14-DO), 8 ul/ml eritromisin (15-E), 16 ul/ml eritromisin (16-E), 8 ul/ml klaritromisin (17CLA), 16 ul/ml klaritromisin (18-CLA), 4 ul/ml minosiklin (19-MN), 8 ul/ml minosiklin (20-MN), 4 ul/ml klindamisin (21-CD), 8 ul/ml klindamisin (22-CD), 4 ul/ml azitromisin (23-AZM), 8 ul/ml azitromisin (24-AZM). Yang akan dipakai untuk penelitian ini hanya sumur no 1-5 sebagai medium untuk deteksi M.hominis dan U.urealyticum. 19 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
b. Spekulum steril c. Kapas yang sudah dibasahi larutan NaCl (sesuai protokol penelitian survei resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa anitimikroba pada WPS di Jakarta, Tangerang dan Palembang untuk membersihkan genitalia eksterna) d. Swab dacron steril untuk pengambilan spesimen vagina e. Medium transport (mycoplasma transport broth) f. Cool box untuk transportasi spesimen g. Botol larutan fisiologis (7 ml) yang terdiri dari NaCl 9 gram, air 1000 ml, pH 6,8±0,2 h. Pipet i. Meja ginekologis j. Lampu pemeriksaan k. Sarung tangan l. Inkubator 3.7.2.
Cara kerja
3.7.2.1. Tahap seleksi subyek penelitian Dilakukan seleksi WPS sesuai kriteria penerimaan dan penolakan, kemudian diberikan penjelasan secara lisan mengenai tujuan, cara dan manfaat pemeriksaan yang akan dilakukan. Bila bersedia, dimasukkan sebagai SP dan diminta untuk menandatangani formulir persetujuan. WPS yang menolak tidak dimasukkan sebagai SP.
20 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
3.7.2.2. Anamnesis dan pemeriksaan fisis Anamnesis dan pemeriksaan Anamnesis dicatat pada status penelitian dan pertanyaan ditanyakan dalam bentuk kuesioner. Pencatatan meliputi: •
Identitas subyek dan karakteristik sosiodemografik: nama (inisial), umur dan tingkat pendidikan
•
Keluhan subyektif pada genitalia
•
Berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan pemakaian cuci vagina
Pemeriksaan fisis Melakukan pemeriksaan fisis pada genitalia dan dicatat pada status penelitian (lihat lampiran 3). 3.7.2.3. Pengambilan dan pengiriman spesimen Cara pengambilan spesimen: •
Subyek penelitian berbaring di meja ginekologis dengan posisi litotomi
•
Genitalia eksterna dibersihkan dengan kapas basah
•
Spekulum dimasukkan dengan hati-hati melalui introitus vagina
•
Swab dacron steril dimasukkan ke dalam vagina, kemudian diputar pada dinding vagina kanan dan kiri.
•
Swab dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam botol mycoplasma transport broth, tunggu beberapa menit.
•
Swab kemudian ditekan-tekan ke dinding botol lalu swab dibuang ke tempat sampah infeksius.
Cara penyimpanan dan pengiriman spesimen untuk pemeriksaan dengan Mycoplasma System Plus: •
Botol mycoplasma transport broth ditutup dan diberi label sesuai dengan nomor kode spesimen dan ditempatkan pada suhu 2-8ºC.
•
Dalam waktu 24-48 jam setelah pengambilan spesimen, botol sudah harus dikirimkan ke Laboratorium Patologi Klinik FKUI RSCM untuk dilakukan pemeriksaan Mycoplasma System Plus
3.7.2.4. Pemeriksaan laboratorium 21 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Pemeriksaan M. hominis dan U. urealyticum dengan Mycoplasma System Plus •
Dengan menggunakan pipet, ambil 1 ml sediaan dalam botol mycoplasma transport broth ke dalam botol larutan fisiologis (lihat halaman 20)
•
Kocok dengan hati-hati kemudian tunggu 5 menit.
•
Dengan menggunakan pipet, teteskan 0,2 ml spesimen yang telah berada dalam botol larutan fisiologis ke dalam setiap sumur (sumur 1-5)
•
Tutup setiap sumur (sumur 1-5) dengan 3 tetes vaseline oil
•
Tutup kit Mycoplasma system plus dengan menggunakan penutup yang telah disediakan. Inkubasi pada suhu 36 ± 1ºC selama 18-24 jam.
•
Setelah diinkubasi, dilakukan penilaian hasil dengan cara melihat perubahan warna. Dilakukan interpretasi hasil untuk melihat positif atau negatif (keberadaan M. hominis dan U. urealyticum)
dan jumlah bakteri-bakteri
tersebut. Sumur 1 (GR +) menandakan jumlah kolonisasi 104 CFU/ml, sumur 2 (GR ++) 104-105 CFU/ml, sumur 3 (GR +++) lebih dari105 CFU/ml, sumur 4 menandakan keberadaan M. hominis dan sumur 5 U. urealyticum. 3.7.3. Interpretasi hasil Dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat perubahan warna dari kuning menjadi merah untuk sumur ke 1-5. Perubahan warna dari kuning menjadi merah menandakan hasil positif untuk sumur tersebut. Perubahan warna ini terjadi karena adanya kemampuan degradasi arginin oleh M.hominis dan urea oleh U.urealyticum. 3.7.4. Tindak lanjut Subyek penelitian yang menderita infeksi M.hominis dan atau U.urealyticum dirujuk kepada tim dokter PSKW “Mulya Jaya”, Puskesmas Pasar Rebo dan Ciracas yang ikut serta dalam penelitian “survei resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotik pada WPS di Jakarta, Tangerang, dan Palembang” untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai. 3.8. BATASAN OPERASIONAL Umur Umur SP dalam tahun pada saat pengambilan sampel, dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir (sesuai anamnesis atau tanda pengenal) dan dibulatkan ke bawah. 22 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Status Pernikahan Status pernikahan saat pemeriksaan, digolongkan atas: (a) menikah, (b) lajang Pendidikan Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diperoleh subyek. Pendidikan dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu: 1)tidak pernah sekolah, 2)SD/sederajat, 3)SMP/sederajat, 4)SMA/sederajat, 5)Akademi/Perguruan Tinggi. Wanita penjaja seks (WPS) Wanita penjaja seks dalam penelitian ini merupakan kelompok WPS tidak langsung (WPSTL) di Jakarta Timur. WPSTL adalah wanita yang bekerja secara terselubung sebagai penjaja seks komersial. Mereka biasanya menjalankan pekerjaannya di bar, panti pijat dan sebagainya. Pemakaian cuci vagina (douching) Semua jenis cairan yang dipakai atau dimasukkan ke dalam vagina untuk membersihkan vagina dianggap sebagai tindakan mencuci vagina. Tindakan cuci vagina yang dilakukan 1 minggu terakhir dikelompokkan menjadi ya atau tidak. Bila ya dicatat frekuensi cuci vagina dalam seminggu serta bahan yang digunakan. Keteraturan Minum Antimikroba Definisi minum obat secara teratur, yaitu bila obat diminum sesuai dosis terapi: metronidazol 500 mg, 2 kali sehari selama 7 hari; doksisiklin 100 mg, 2 kali sehari selama 7 hari; azitromisin 1 gram dosis tunggal Subyek Penelitian Terinfeksi Subyek penelitian dikatakan terinfeksi oleh M.hominis dan atau U.urealyticum bila hasil kultur dengan Mycoplasma System Plus menunjukkan jumlah bakteri lebih dari 104 CFU/Ml (perubahan warna menjadi merah pada sumur 1 hingga 2 atau sumur 1 hingga 3). Perubahan warna dari kuning menjadi merah pada sumur ke 4 menunjukkan SP terinfeksi M.hominis, sumur ke 5 U.urealyticum, dan infeksi campuran bila terjadi perubahan warna pada sumur ke 4 dan 5. 3.9. AKHIR PENELITIAN Penelitian dinyatakan selesai bila jumlah sampel yang dibutuhkan dan pemeriksaan yang diperlukan telah diperoleh. 23 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
3.10. KERANGKA OPERASIONAL WPS di Jakarta Timur
Kriteria penerimaan dan penolakan
Tidak memenuhi kriteria penelitian
Memenuhi kriteria penelitian
Anamnesis, pemeriksaan fisis, pengambilan spesimen
Bukan subyek penelitian
Pemeriksaan laboratorium dengan Mycoplasma System Plus. Infeksi bila lebih dari 104 CFU/ml
Cuci vagina
M. hominis
+
-
+
-
U. urealyticum
+
-
Campuran
+
-
Analisa statistik
24 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
3.11. ETIK PENELITIAN Permohonan izin etik penelitian diajukan kepada Panitia Kaji Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penjelasan mengenai tujuan penelitian dan
pemeriksaan
yang
akan
dilakukan,
diberikan
kepada
SP
sebelum
menandatangani persetujuan tertulis. 3.12. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Data seluruh subyek penelitian dikumpulkan dan dicatat dalam status penelitian. Kemudian dilakukan editing, coding, serta data entry menggunakan program Stata™ versi 12 (Stata Corp.). Data disajikan dalam bentuk teks dan tabel. Data deskriptif dinilai dalam bentuk persentase. Dilakukan analisis regresi logistik, diawali dengan analisis univariat untuk mendapatkan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian infeksi M.hominis dan U.urealyticum.
25 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian ini merupakan bagian dari penelitian survey resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa antimikroba pada WPS di Jakarta Timur yang dilakukan oleh DITJEN PP&PL dan didanai oleh Global Fund. Pengambilan sampel untuk penelitian dengan judul “Proporsi Kepositivan Infeksi Mycoplasma Hominis dan Ureaplasma Urealyticum Pada Wanita Penjaja Seks Serta Hubungannya Dengan Cuci Vagina: Sebuah Studi di Jakarta Timur Dengan Menggunakan Mycoplasma System Plus” dilakukan pada bulan Oktober dan November 2012 di panti rehabilitasi Departemen Sosial (PSKW “Mulya Jaya”), puskesmas Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan, didapatkan 180 WPS yang memenuhi kriteria penelitian (seluruhnya WPS tidak langsung). Kegiatan yang dilakukan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, pengambilan duh tubuh vagina serta pemeriksaan M.hominis dan U.urealyticum dengan Mycoplasma System Plus di Patologi Klinik FKUI RSCM, Jakarta. Hasil penelitian didapatkan sebagai berikut: 4.1. KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN 4.1.1. Karakteristik Sosiodemografi Karakteristik sosiodemografik SP pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1. Subyek penelitian termuda berusia 13 tahun dan tertua 55 tahun, masing-masing sebanyak 1 orang. Rerata umur responden 30 tahun ± 8,7 tahun.
Sebaran SP pada tabel 4.1.
memperlihatkan bahwa kelompok usia terbanyak adalah 25-29 tahun, yaitu sebanyak 40 orang (22,4%). Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Prilaku (STBP) 2011 pada WPS di Indonesia mendapatkan kelompok usia 20-29 tahun merupakan kelompok usia terbanyak, tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian ini.59,60 Berdasarkan status pernikahan, sebagian besar SP berstatus menikah, yaitu sebanyak 121 orang (67,3%). Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapatkan pada STBP 2011, yaitu sebagian besar WPS berstatus menikah (49% pada WPS tidak langsung dan 71% pada WPS langsung). 26 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar SP (46,1%) berpendidikan setingkat SD, diikuti tingkat pendidikan SMP (33,9%). Hal ini mempunyai kemiripan dengan temuan Astuti, A.T.61 pada tahun 2005 yaitu sebanyak 56,25% berpendidikan rendah (tidak pernah sekolah sampai SLTP tidak tamat). Tabel 4.1. Karakteristik sosiodemografi subyek penelitian (N=180) di Jakarta Timur NO 1
2
3
Karakteristik Kelompok umur (tahun): • <20 tahun • 20-24 tahun • 25-29 tahun • 30-34 tahun • 35-39 tahun • 40-50 tahun • >50 tahun Status pernikahan • Lajang • Menikah Tingkat pendidikan • Tidak sekolah • SD • SMP • SMA • Akademi/ Perguruan Tinggi
N
Persentase (%)
17 32 40 34 31 24 2
9,4 17,7 22,2 18,9 17,3 13,4 1,1
59 121
32,7 67,3
10 83 61 23 3
5,5 46,1 33,9 12,8 1,7
Keterangan: N=Jumlah SP 4.1.2. Karakteristik Klinis 4.1.2.1. Karakteristik Keluhan Klinis Gambaran karakteristik keluhan klinis yang didapat pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2. Secara umum, keluhan keputihan dialami hampir 2/3 SP yaitu sebanyak 113 orang (62,8%). Sebanyak 37,2% tidak mengeluh tentang keputihan. Dari 113 orang tersebut, sebanyak 41 SP (36%) mengeluhkan keputihan yang berbau amis. Hasil penelitian yang dilakukan pada WPS di Dhaka, Bangladesh, menunjukkan prevalensi keluhan keputihan sebanyak 69%, mirip dengan yang ditemukan pada penelitian ini.62 Secara terperinci keluhan subyektif yang dialami oleh SP berupa keputihan saja sebanyak 57 orang (31,7%), keputihan berbau amis 24 orang (13,3%), gatal 7 orang (3,9%), nyeri 27 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
saat buang air kecil/BAK 3 orang (1,7%), keputihan serta gatal 12 orang (6,8%), keputihan serta nyeri saat BAK 5 orang (2,7%), keputihan berbau amis serta gatal 5 orang (2,7%), keputihan berbau amis serta nyeri BAK 5 orang (2,7%), keputihan berbau amis disertai gatal dan nyeri BAK 8 orang (4,5%). Sebanyak 54 orang (30%) asimtomatik. Tabel 4.2. Keluhan klinis berdasarkan pada anamnesis subyek penelitian (N=180) di Jakarta Timur Keluhan klinis
N
Persentase (%)
•
Keputihan
57
31,7
•
Keputihan berbau amis
24
13,3
•
Gatal
7
3,9
•
Nyeri BAK
3
1,7
•
Keputihan +gatal
12
6,8
•
Keputihan + Nyeri BAK
5
2,7
•
Keputihan berbau amis +gatal
5
2,7
•
Keputihan berbau amis +nyeri BAK
5
2,7
•
Keputihan berbau amis +gatal +nyeri
8
4,5
54
30
180
100%
BAK •
Asimtomatik
Total
Keterangan: N=Jumlah SP 4.1.2.2. Karakteristik Temuan Klinis Gambaran karakteristik temuan klinis yang didapat pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Pada pemeriksaan fisis, gambaran peradangan vulva dialami oleh sebagian kecil SP berupa: eritema 3,3%, edema 0,6%, erosi 2,8%. Gambaran vaginitis berupa hiperemis ditemui pada 18,3% SP, erosi 6,1% dan edema 8,3%. Duh vagina merupakan temuan klinis terbanyak (86%) dengan konsistensi mukopurulen (53%), seropurulen (43%), dan serous (4%). Gambaran klinis serviks dengan pemeriksaan spekulum adalah edema (69%), eritema (68%), erosi (36%), dan adanya duh serviks (79,4%), dengan konsistensi mukopurulen (41,1%), seropurulen (33,3%) serta serous (5,6%). Pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk menegakkan diagnosis,
28 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
sehingga interpretasi terhadap keluhan subyektif dan obyektif yang ditemukan pada penelitian ini perlu dilakukan dengan hati-hati. Tabel 4.3. Karakteristik temuan pemeriksaan fisis subyek penelitian di Jakarta Timur (N=180) Temuan Klinis Vulva: -Eritema Ya Tidak -Edema Ya Tidak -Erosi/Ekskoriasi Ya Tidak • Vagina: -Hiperemis Ya Tidak -Erosi Ya Tidak -Edema Ya Tidak -Duh Ya Tidak -Konsistensi Mukopurulen Seropurulen Lainnya (seroid) • Serviks: -Edema Ya Tidak -Eritema Ya Tidak -Erosi Ya Tidak -Duh Ya Tidak -Konsistensi Mukopurulen Seropurulen Lainnya (seroid) Keterangan: N= Jumlah SP
N
Presentase (%)
6 174
3,3 96,7
1 179
0,6 99,4
5 175
2,8 97,2
•
18,3 81,7
33 147 11 169
6,1 93,9
15 165
8,3 91,7
155 25
86 14
95 77 8
53 43 4
124 56
69 31
123 57
68 32
65 115
36 64
143 37
79,4 20,6
74 60 10
41,1 33,3 5,6
29 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
4.2. PROPORSI KEPOSITIVAN INFEKSI MYCOPLASMA HOMINIS DAN UREAPLASMA UREALYTICUM PADA WPS DI JAKARTA TIMUR Pada tabel 4.4. dapat dilihat hasil kultur dari bahan duh vagina dengan menggunakan Mycoplasma System Plus. Infeksi ditegakkan bila pada hasil kultur ditemukan jumlah bakteri lebih dari 104 CFU/ml. Dari 180 SP, terdapat 130 SP (72%) yang terinfeksi M.hominis dan U.urealyticum. Sedangkan sisanya 50 SP dinyatakan tidak terinfeksi. Secara terperinci, proporsi kepositivan infeksi M.hominis pada SP di Jakarta Timur ditemukan sebanyak 5 orang (2,7%), infeksi U.urealyticum 65 orang (36,1%), sedangkan infeksi campuran M.hominis dan U.urealyticum 60 orang (33,3%). Tabel 4.4. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis, U.urealyticum atau keduanya pada WPS di Jakarta Timur (N=180) N (Persen)
Jumlah Bakteri dalam CFU/ML (Persen) Negatif <104 104-105 >105
Kultur • M.hominis • U.urealyticu m • Campuran • Negatif
10 (5,6) 80 (44,4) 63 (35) 27 (15)
27(15)
5 (50) 15 (18,8) 3 (4,8) -
4 (40) 63 (78,8) 45 (71,4) -
1 (10) 2 (2,5) 15 (23,8) -
Total
180 (100)
27(15)
23 (12,8)
112 (62,2)
18 (10)
Keterangan: N= Jumlah SP Secara keseluruhan hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pingmin, W.dkk.2 pada WPS di Cina yang menemukan total prevalensi infeksi M.hominis dan U.urealyticum sekitar 80%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan infeksi U.urealyticum ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan M.hominis. Penyebab ditemukan U,urealyticum lebih banyak dari M.hominis tidak diketahui. Pada wanita normal M.hominis ditemukan dalam jumlah yang kecil. Namun umumnya jumlah M.hominis meningkat pada infeksi VB.9 Sebagai data tambahan, proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan atau U.urealyticum berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 4.5. Dari tabel tersebut terlihat bahwa proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum terbanyak pada kelompok 30 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
umur 25-29 tahun. Secara terperinci, pada kelompok umur kurang dari 20 tahun sebanyak 15 orang (11,5%) terinfeksi M.hominis dan U.urealyticum, pada kelompok umur 20-24 tahun 24 orang (18,5%), 25-29 tahun 28 orang (21,5%), 30-34 tahun 22 orang (17%), 35-39 tahun 25 orang (19,2%), 40-50 tahun 15 orang (11,5%) dan lebih dari 50 tahun 1 orang(0,8%). Tabel 4.5. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis, U.urealyticum atau keduanya (N=130) pada WPS di Jakarta Timur berdasarkan kelompok umur (tahun). Kelompok umur (tahun) • • • • • • •
<20 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40-50 tahun >50 tahun
N
Presentase (%)
15 24 28 22 25 15 1
11,5 18,5 21,5 17 19,2 11,5 0,8
Keterangan: N= Jumlah SP yang terinfeksi M.hominis dan U.urealyticum Proporsi kepositian infeksi M.hominis dan U.urealyticum ditemukan tinggi pada penelitian ini. Kedua bakteri ini dapat ditemukan pada wanita normal yang aktif secara seksual8, namun jumlahnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pasangan seks. Prevalensi infeksi M. hominis dan U. urealyticum ditemukan lebih tinggi pada WPS dibandingkan dengan populasi normal.2 Hal ini mungkin disebabkan oleh efek dari cairan sperma yang menyebabkan peningkatan pH vagina sehingga menjadi lebih basa dan pertumbuhan M.hominis dan U.urealyticum optimum pada pH tersebut. Semen mempunyai pH normal 7,2-8. Semakin banyak pasangan seks yang dimiliki atau hubungan seks yang dilakukan, semakin basa pH vagina.63 Penelitian yang dilakukan pada WPS di Asia seperti Cina dan Jepang dilaporkan infeksi M. hominis sebanyak 19,6%-35% dan infeksi U.urealyticum antara 10,2%-72%.2,64 Penelitian serupa yang dilakukan di Polandia pada wanita berisiko tinggi menemukan infeksi M.hominis sebanyak 9,1% dan U.urealyticum 59,1%.3 Penelitian di Cina, Jepang dan Polandia
tersebut menggunakan dasar metoda deteksi secara PCR dan tidak
disebutkan persentase infeksi campuran. Sedangkan prevalensi infeksi M.hominis pada 31 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
wanita berisiko tinggi di Papua Nugini ditemukan sebanyak 7%, U.urealyticum 20% dan infeksi campuran 65%.11 Pada penelitian tersebut digunakan kit yang mirip dengan penelitian ini (Mycoplasma IST Kit). Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum ditemukan beragam pada berbagai penelitian, mungkin karena adanya perbedaan geografis serta metoda penelitian. Perbedaan metoda penelitian, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu pemeriksaan dilakukan dengan cara PCR yang tidak menyebutkan jumlah infeksi campuran, penelitian dilakukan pada wanita berisiko tinggi yang bukan WPS. Perbedaan geografis umumnya menentukan prevalensi penyakit tertentu. Wanita ras Afrika Amerika mempunyai risiko untuk terinfeksi M. hominis dan U. urealyticum lebih tinggi dibandingkan ras lain.65 Alasan yang dikemukakan pada penelitian tersebut, kemungkinan karena pH vagina normal wanita ras Afrika Amerika
lebih basa
dibandingkan dengan ras lain Kedua bakteri ini dapat ditemukan pada wanita normal yang aktif secara seksual8, namun jumlahnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pasangan seks. Prevalensi infeksi M. hominis dan U. urealyticum ditemukan lebih tinggi pada WPS dibandingkan dengan populasi normal.65,66 Tingginya penemuan proporsi kepositivan infeksi M. hominis atau dan U. urealyticum pada penelitian ini harus mendapat perhatian khusus, mengingat peran kedua bakteri ini merupakan pencetus untuk terjadinya IGNS, kelahiran prematur, peradangan panggul serta infertilitas, sehingga perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan rutin terhadap kedua bakteri ini terutama pada wanita berisiko tinggi. 4.3.
HUBUNGAN CUCI VAGINA DENGAN PROPORSI KEPOSITIVAN
INFEKSI MYCOPLASMA HOMINIS DAN UREAPLASMA UREALYTICUM Kebiasaan mencuci vagina (lihat definisi operasional cuci vagina) dilakukan oleh sebagian besar SP yaitu sebanyak 134 orang (74,4%). Frekuensi mencuci vagina bervariasi antara 1 hingga 31 kali per minggu. Sebagian besar SP (106 orang atau 58,9%) mencuci vagina 1 hingga 14 kali perminggu. Sebanyak 26 SP (14,4%) mencuci vagina 15 hingga 28 kali per minggu, 2 SP (1,1%) mencuci vagina lebih dari 28 kali per minggu 32 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
dan 46 SP (25,6%) tidak mencuci vagina (Diagram 4.1). Bahan-bahan yang dipakai untuk mencuci vagina antara lain sabun bayi, odol, sabun sirih, betadin, albotil, larutan PK dan jamu-jamuan. Banyak SP yang mencuci vagina memakai lebih dari satu macam bahan. Diagram 4.1. Frekuensi mencuci vagina yang dilakukan oleh subyek penelitian
Hubungan mencuci vagina dengan proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum dapat dilihat pada tabel 4.6. Berdasarkan tabel 4.6. terlihat bahwa dari 134 SP yang melakukan cuci vagina, ditemukan sebanyak 93 orang (69,4%) terinfeksi M.hominis dan U.urealyticum. Sedangkan dari 46 orang yang tidak melakukan cuci vagina, terdapat 37 orang (80,4%) yang terinfeksi. Kemaknaan positif diperlihatkan oleh hubungan antara variable tergantung dengan variable bebas yang memberikan nilai odds ratio (OR)>1 dengan interval kepercayaan (IK) 95%>1 atau nilai OR<1 dengan interval kepercayaan 95% antarai 0 dan 1. Sehingga berdasarkan perhitungan statistik, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara SP yang melakukan cuci vagina maupun tidak dengan kedua infeksi bakteri tersebut (p=0,149; OR 0,552; IK 0,244-1,248) Tabel 4.6. Hubungan mencuci vagina dengan proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum pada WPS di Jakarta Timur (N=180)
Mencuci vagina Tidak
mencuci
Jumlah SP Terinfeksi (%) 93 (69,4)
Jumlah SP Tidak Terinfeksi (%) 41 (30,6)
Total 134 (74,4)
37 (80,4)
9 (19,6)
46 (25,6)
vagina Total
180 (100)
p=0,149 ; OR:0,552; IK:0,244-1,248
33 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Secara terperinci, proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum berdasarkan hasil kultur dan tindakan mencuci vagina dapat dilihat pada tabel 4.7. Dari 93 orang yang terinfeksi dan melakukan cuci vagina, proporsi kepositivan infeksi M.hominis didapatkan sebanyak 4 orang (4,2%), U.urealyticum 47 orang (50%) dan infeksi campuran 42 orang (45,8%). Sedangkan dari 37 orang yang terinfeksi dan tidak melakukan cuci vagina, didapatkan proporsi kepositivan infeksi M.hominis sebanyak 1 orang (2,7%), U.urealyticum 18 orang (50%) dan infeksi campuran 18 orang (47,3%). Tabel 4.7. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum berdasarkan hasil kultur dan tindakan mencuci vagina (N=180) Mencuci vagina
Ya Tidak Total
Hasil Kultur Jumlah Infeksi Jumlah Infeksi U.urealyticum campuran
Jumlah Infeksi M.hominis 4 1 5
47 18 65
42 18 60
Total Tidak Terinfeksi 41 9 50
134 46 180
Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum berdasarkan frekuensi mencuci vagina dapat dilihat pada tabel 4.8. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan p=0,7615. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering cuci vagina (douching) yang dilakukan, proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum tidak semakin meningkat. Tabel 4.8. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum berdasarkan frekuensi mencuci vagina (N=180) Frekuensi mencuci vagina (douching) per minggu • Tidak pernah • 1-14 kali • 15-28 kali • >28 kali
Jumlah Infeksi M.hominis (%) 1 (20) 4 (80) 0 (0) 0 (0)
Hasil Kultur Jumlah Infeksi Jumlah Infeksi U.urealyticum Campuran (%) (%)
Nilai p Tidak terinfeksi(% )
18 (27,7)
18 (30)
9 (18)
35 (53,8) 11 (16,9) 1 (1,6)
35 (58,3) 6 (10) 1 (1,7)
32 (64) 9 (18) 0 (0)
0,7615
34 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Pada tabel 4.9. dapat dilihat 35 jenis kombinasi bahan cuci vagina yang digunakan oleh SP. Tindakan mencuci vagina terbanyak dilakukan dengan sabun sirih (34,33%), diikuti dengan sabun mandi 15,7%, sabun bayi 11,2%. Sedangkan penggunaan bahan-bahan lainnya beserta persentase penggunaannya dapat dilihat pada table 4.9. Tabel 4.9. Jenis kombinasi bahan cuci vagina yang digunakan oleh SP (N=134) Jenis Bahan Cuci Vagina
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Jumlah SP yang menggunakan bahan cuci vagina terlampir
Persentase
46 21 15 6 6 4 3 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34,33 15,7 11,2 4,5 4,5 2,8 2,22 1,5 0,75 0,75 0,75 1,5 0,75 0,75 0,75 0,75 1,5 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 1,5 1,5 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Sabun sirih Sabun mandi Sabun bayi Betadin Odol Air sirih Absolut Jamu Albotil Lactacyd Sabun dettol Sabun antiseptik Absolut, larutan PK Air garam, air sirih Air sirih, jamu Albotil, betadin Betadin, sabun sirih Jamu, odol Jamu, sabun Lactacyd, betadin Lactacyd, sabun bayi Odol, absolut Odol, sabun mandi Odol, sabun sirih Odol, air sirih Odol, sabun bayi Sabun bayi, jamu Sabun bayi, sabun sirih Betadin, sabun mandi Sabun mandi, sabun sirih Sabun mandi, shampoo Sabun sirih, absolut, sabun mandi Sabun sirih, albotil Sabun, betadin Sabun, shampoo
35 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Ness, R.B.dkk.19, Djigma, F.dkk.20 yang mengatakan cuci vagina meningkatkan munculnya infeksi M.hominis dan U.urealyticum. Menurut penelitian-penelitian tersebut, kebiasaan mencuci vagina dapat mengubah pH vagina, keseimbangan flora normal vagina sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi M. hominis dan U. urealyticum.21 Adanya perbedaan hasil pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan bahan cuci vagina yang digunakan oleh masing-masing SP. Efek penggunaan bahan cuci vagina terhadap vagina bergantung pada jenisnya, misalnya Onderdonk dkk.67 menemukan bahwa wanita yang mencuci vagina dengan asam asetat 4% mengalami penurunan sementara dari bakteri vagina. Namun ketika povidon iodin digunakan, terdapat penurunan drastis dari bakteri vagina termasuk Laktobasilus. Hal ini dikatakan sebagai efek antiseptik dari cuci vagina. Penelitian lebih lanjut oleh Monif dkk.68 menemukan penurunan bakteri akibat pemakaian povidon iodin hanya bertahan selama 120 menit, kemudian bakteri akan muncul kembali. Kedua penelitian tersebut tidak meneliti efek dari tindakan mencuci vagina secara berulang dan efek dari penggunaan berbagai bahan cuci vagina. Sejumlah SP pada penelitian ini memakai lebih dari 1 bahan untuk cuci vagina per minggu. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan untuk cuci vagina pada penelitian ini bukan bahan yang lazimnya dipakai oleh SP di penelitian lain terutama di luar negeri, seperti odol, sabun mandi, sabun sirih, albotil, larutan PK dan jamu-jamuan. Sampai saat ini sepengetahuan penulis, belum ada yang meneliti efek penggunaan berbagai macam bahan cuci vagina secara rutin serta cara penggunaan bahan-bahan pencuci tersebut, sehingga peneliti berasumsi bahwa tidak ditemukannya hubungan antara tindakan mencuci vagina dan kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan oleh SP pada penelitian ini tidak mempengaruhi pH vagina, keseimbangan flora normal vagina atau kolonisasi bakteri M.hominis dan U.urealyticum.
36 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
BAB V IKHTISAR, KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Ikhtisar Bakteri M.hominis dan U.urealyticum sering dikaitkan dengan berbagai infeksi urogenital antara lain VB dan IGNS.1,2 Vaginosis bakterial merupakan penyebab tersering keluhan keputihan pada wanita usia reproduksi.5-7 Jumlah kedua bakteri ini meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pasangan seksual. Prevalensi infeksi M.hominis dan U.urealyticum ditemukan lebih tinggi pada WPS dibandingkan dengan populasi normal.2 Selain VB dan IGNS, kedua bakteri tersebut menyebabkan peradangan panggul, kelahiran premature, dan infertilitas.3,4 Risiko infeksi M.hominis dan U.urealyticum ditemukan lebih tinggi pada wanita yang melakukan cuci vagina.19,20 Di Indonesia, belum ada data dasar mengenai proporsi kepositivan M.hominis dan U. urealyticum. Hal ini sangat disayangkan mengingat tingginya prevalensi kedua bakteri tersebut pada wanita berisiko tinggi di negara lain. Pengetahuan tentang hal ini akan bermanfaat untuk penanganan dan pencegahan infeksi kedua bakteri tersebut. Deteksi M.hominis dan U. urealyticum pada penelitian ini menggunakan alat berbasis kultur yaitu Mycoplasma System Plus (Liofilchem). Penggunaan alat ini mudah, relatif murah dibandingkan dengan PCR, serta penilaian dapat dilakukan dalam waktu 1-2 hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liofilchem, alat ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas 100% sesuai dengan kultur standar. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian survei resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap beberapa anitimikroba pada WPS di Jakarta, Tangerang dan Palembang yang dilakukan oleh Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan bekerja sama dengan DITJEN PP&PL dan didanai oleh Global Fund. Survei tersebut bertujuan untuk mengetahui data dasar infeksi IMS, mengingat terjadi peningkatan resistensi anitimikroba terhadap Neisseria gonorrhoeae. Adapun pengambilan sampel untuk penelitian dengan judul “Proporsi Kepositivan Infeksi Mycoplasma Hominis dan Ureaplasma Urealyticum Pada Wanita Penjaja Seks Serta Hubungannya Dengan Cuci Vagina: Sebuah Studi di 37 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Jakarta Timur Dengan Menggunakan Mycoplasma System Plus” dilakukan pada bulan Oktober dan November 2012 di panti rehabilitasi Departemen Sosial (PSKW “Mulya Jaya”), puskesmas Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan pada WPS serta dihubungkan dengan cuci vagina sebagai faktor risiko terkait. Pada bulan Oktober-November 2012 dilakukan pengambilan spesimen pada 180 orang WPS di Jakarta Timur sesuai kriteria penerimaan dan penolakan yang telah ditentukan. Dari spesimen cairan dinding vagina dilakukan pemeriksaan kultur dengan Mycoplasma System Plus. Setelah dilakukan pengamatan, pencatatan, perhitungan dan analisis, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Karakteristik sosiodemografik subyek penelitian: a. Karakteristik sosiodemografik SP: 1. Umur SP termuda adalah 13 tahun dan tertua 55 tahun. Kelompok usia terbanyak adalah 25-29 tahun (22,4%). 2. Berdasarkan status pernikahan, sebagian besar SP memiliki status menikah (67,3%). 3. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar SP (46,1%) memiliki tingkat pendidikan SD. b. Karakteristik klinis: Keluhan keputihan dialami dialami sebagian besar SP (62,8%). Dari 113 orang yang mengalami keputihan tersebut, sebanyak 36% mengeluhkan keputihan yang berbau amis. Secara terperinci, keluhan keputihan semata dialami oleh 57 orang (31,7%), keputihan berbau amis 24 orang (13,3%), gatal 7 orang (3,9%), nyeri BAK 3 orang (1,7%), keputihan serta gatal 12 orang (6,8%), keputihan serta nyeri BAK 5 orang (2,7%), keputihan berbau amis serta gatal 5 orang (2,7%), keputihan berbau amis serta nyeri BAK 5 orang (2,7%), keputihan berbau amis disertai gatal dan nyeri BAK 8 orang (4,5%). Sebanyak 54 orang (30%) asimptomatik. Dari pemeriksaan fisis dan inspekulo, gambaran peradangan pada vulva dialami oleh sebagian kecil SP berupa: eritema vulva 3,3%, edema vulva 0,6%, erosi vulva 2,8%. Gambaran peradangan vagina berupa hiperemis vagina ditemui pada 38 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
18,3% SP, erosi vagina 6,1% dan edema vagina 8,3%. Duh vagina merupakan temuan klinis terbanyak (86%) dengan konsistensi mukopurulen (53%), seropurulen (43%), dan seroid (4%). Gambaran klinis serviks adalah edema (69%), eritema (68%), erosi (36%), dan duh serviks (79,4%), dengan konsistensi mukopurulen (41,1%), seropurulen (33,3%) serta seroid (5,6%). 2. Proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum: Total proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum sebesar 72%. Secara terperinci, infeksi tunggal M.hominis ditemukan pada 2,7%, U.urealyticum 36,1% dan infeksi campuran M.hominis dan U.urealyticum 33,3%. Sebagai data tambahan, proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum, pada kelompok umur kurang dari 20 tahun sebanyak 15 orang (11,5%), pada kelompok umur 20-24 tahun 24 orang (18,5%), 25-29 tahun 28 orang (21,5%), 30-34 tahun 22 orang (17%), 35-39 tahun 25 orang (19,2%), 40-50 tahun 15 orang (11,5%) dan lebih dari 50 tahun 1 orang(0,8%). 3. Hubungan cuci vagina dengan temuan infeksi M.hominis dan U.urealyticum: Kebiasaan mencuci vagina dilakukan oleh sebagian besar SP yaitu sebanyak 134 orang (74,4%). Frekuensi mencuci vagina bervariasi antara 1 hingga 31 kali per minggu. Sebagian besar SP (106 orang atau 58,9%) mencuci vagina 1 hingga 14 kali perminggu. Sebanyak 26 SP (14,4%) mencuci vagina 15 hingga 28 kali per minggu, 2 SP (1,1%) mencuci vagina lebih dari 28 kali per minggu dan 46 SP (25,6%) tidak mencuci vagina. Dari 134 SP yang melakukan cuci vagina, ditemukan sebanyak 93 orang (69,4%) terinfeksi M.hominis dan U.urealyticum. Sedangkan dari 46 orang yang tidak melakukan cuci vagina, terdapat 37 orang (80,4%) yang terinfeksi. Sehingga berdasarkan perhitungan statistik, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara SP yang melakukan cuci vagina maupun tidak dengan kedua infeksi bakteri tersebut (p=0,149; OR 0,552; CI 0,244-1,248). Dari 93 orang yang terinfeksi dan melakukan cuci vagina, proporsi kepositivan infeksi M.hominis didapatkan sebanyak 4 orang (4,2%), U.urealyticum 47 orang (50%) dan infeksi campuran 42 orang (45,8%). Sedangkan dari 37 orang yang terinfeksi dan tidak melakukan cuci vagina, didapatkan proporsi kepositivan infeksi M.hominis sebanyak 1 orang (2,7%), U.urealyticum 18 orang (50%) dan infeksi 39 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
campuran 18 orang (47,3%). Terdapat 35 jenis kombinasi bahan cuci vagina yang digunakan oleh SP. Tindakan mencuci vagina terbanyak dilakukan dengan sabun sirih (34,33%), diikuti dengan sabun mandi 15,7%, sabun bayi 11,2%. 5.2. Kesimpulan 1. Pada WPS di Jakarta Timur, tidak terdapat hubungan bermakna antara cuci vagina dengan infeksi M.hominis, U.urealyticum dan keduanya. Semakin tinggi frekuensi mencuci vagina, proporsi kepositifan infeksi M.hominis, U.urealyticum atau keduanya tidak semakin meningkat. 2. Pada WPS di Jakarta Timur, total proporsi kepositivan infeksi M.hominis dan U.urealyticum sebesar 72%. Secara terperinci, proporsi kepositivan infeksi tunggal M.hominis sebanyak 2,7%, U.urealyticum 36,1% dan infeksi campuran M.hominis dan U.urealyticum 33,3% 5.3. Saran 1. Dengan ditemukannya total prevalensi infeksi M.hominis dan U.urealyticum yang cukup tinggi pada penelitian ini, perlu dipertimbangkan melakukan pemeriksaan rutin kedua bakteri ini terutama pada wanita berisiko tinggi. 2. Meneliti efek penggunaan berbagai macam bahan cuci vagina seperti odol, sabun mandi, sabun sirih, albotil, larutan PK serta jamu-jamuan terhadap pertumbuhan M.hominis dan U.urealyticum. 3. Penggunaan alat Mycoplasma System Plus dapat dipertimbangkan untuk penapisan infeksi M. Hominis dan U.urealyticum pada populasi risiko tinggi karena cukup mudah digunakan, relatif murah dan hasil dapat dibaca dalam waktu relatif cepat. 5.4. Keterbatasan penelitian 1. Tidak diukurnya pH vagina pada awal penelitian ini sehingga tidak dapat menentukan apakah pH vagina pada WPS di Jakarta Timur lebih basa dibandingkan dengan pH vagina populasi normal.
40 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
2. Belum adanya data tentang berbagai bahan cuci dan cara menggunakan bahan tersebut yang dihubungkan dengan kedua infeksi M.hominis dan U.urealyticum, maka tidak dapat dipastikan apakah bahan-bahan tersebut betul-betul tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian infeksi kedua bakteri tersebut. 3. Terdapat perbedaan karakteristik WPS pada penelitian ini. WPS di Mulya Jaya umumnya tidak terpajan dengan perilaku seksual risiko tinggi selama beberapa waktu, sedangkan WPS tidak langsung dari Pasar Rebo dan Ciracas masih aktif bekerja dan terpajan dengan berbagai faktor risiko M.hominis dan U.urealyticum dalam waktu yang singkat.
41 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Cedillo-Ramirez L, Gil C, Zago I, Yanez A, Giono S. Association of Mycoplasma hominis and Ureaplasma urealyticum with some indicators of nonspecific vaginitis. Rev Latinoam Microbiol. Jan-Mar 2000;42(1):1-6. Pingmin W, Yuepu P, Jiwen Z. Prevalence survey on condom use and infection of urogenital mycoplasmas in female sex workers in China. Contraception. Sep 2005;72(3):217-220. Zdrodowska-Stefanow B, Klosowska WM, Ostaszewska-Puchalska I, Bulhak-Koziol V, Kotowicz B. Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis infection in women with urogenital diseases. Adv Med Sci. 2006;51:250-253. Hay P. Recurrent Bacterial Vaginosis. Curr Infect Dis Rep. Dec 2000;2(6):506-512. Schwebke JR. New concepts in the etiology of bacterial vaginosis. Curr Infect Dis Rep. Mar 2009;11(2):143-147. Wilson J. Managing recurrent bacterial vaginosis. Sex Transm Infect. Feb 2004;80(1):811. Sherrard J, Donders G, White D, Jensen JS. European (IUSTI/WHO) guideline on the management of vaginal discharge, 2011. Int J STD AIDS. Aug 2011;22(8):421-429. Domingues D, Tavora Tavira L, Duarte A, Sanca A, Prieto E, Exposto F. Genital mycoplasmas in women attending a family planning clinic in Guine-Bissau and their susceptibility to antimicrobial agents. Acta Trop. Apr 2003;86(1):19-24. Patel MA, Nyirjesy P. Role of Mycoplasma and ureaplasma species in female lower genital tract infections. Current infectious disease reports. Nov 2010;12(6):417-422. Casari E, Ferrario A, Morenghi E, Montanelli A. Gardnerella, Trichomonas vaginalis, Candida, Chlamydia trachomatis, Mycoplasma hominis and Ureaplasma urealyticum in the genital discharge of symptomatic fertile and asymptomatic infertile women. New Microbiol. Jan 2010;33(1):69-76. Clegg A, Passey M, Yoannes M, Michael A. High rates of genital mycoplasma infection in the highlands of Papua New Guinea determined both by culture and by a commercial detection kit. Journal of clinical microbiology. Jan 1997;35(1):197-200. Botha DJ. Antibiotic Therapy in Gynaecology. In: Kruger TF, Botha MH, eds. Clinical Gynaecology. 3 ed. Cape Town: Juta&Co. Ltd; 2007:143-158. Juhasz E, Ostorhazi E, Ponyai K, Sillo P, Parducz L, Rozgonyi F. Ureaplasma: From Commensal Flora to Serious Infections. Reviews in Medical Microbiology. 2011;22:7383. van der Schee C, Sluiters HJ, van der Meijden WI, et al. Host and pathogen interaction during vaginal infection by Trichomonas vaginalis and Mycoplasma hominis or Ureaplasma urealyticum. J Microbiol Methods. May 2001;45(1):61-67. Tibaldi C, Cappello N, Latino MA, Masuelli G, Marini S, Benedetto C. Vaginal and endocervical microorganisms in symptomatic and asymptomatic non-pregnant females: risk factors and rates of occurrence. Clin Microbiol Infect. Jul 2009;15(7):670-679. Peerayeh SN, Sattari M. Detection of Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis in endocervical specimens from infertile women by polymerase chain reaction. Middle East Fertility Society Journal. 2006;11(2):104-108. Volgmann T, Ohlinger R, Panzig B. Ureaplasma urealyticum-harmless commensal or underestimated enemy of human reproduction? A review. Arch Gynecol Obstet. Dec 2005;273(3):133-139. Liepmann MF, Wattre P, Dewilde A, Papierok G, Delecour M. Detection of antibodies to Ureaplasma urealyticum in pregnant women by enzyme-linked immunosorbent assay
42 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
19. 20. 21. 22.
23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
using membrane antigen and investigation of the significance of the antibodies. J Clin Microbiol. Oct 1988;26(10):2157-2160. Ness RB, Hillier SL, Richter HE, et al. Douching in relation to bacterial vaginosis, lactobacilli, and facultative bacteria in the vagina. Obstetrics and gynecology. Oct 2002;100(4):765. Djigma F, Ouedraogo C, Sagna T, et al. HIV-infected women of Burkina Faso: a "reservoir" of mycoplasma infection. Journal of infection in developing countries. Mar 2011;5(3):176-181. Holzman C, Leventhal JM, Qiu H, Jones NM, Wang J. Factors linked to bacterial vaginosis in nonpregnant women. Am J Public Health. Oct 2001;91(10):1664-1670. Sha BE, Chen HY, Wang QJ, Zariffard MR, Cohen MH, Spear GT. Utility of Amsel criteria, Nugent score, and quantitative PCR for Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, and Lactobacillus spp. for diagnosis of bacterial vaginosis in human immunodeficiency virus-infected women. J Clin Microbiol. Sep 2005;43(9):4607-4612. Modak T, Arora P, Agnes C, et al. Diagnosis of bacterial vaginosis in cases of abnormal vaginal discharge: comparison of clinical and microbiological criteria. J Infect Dev Ctries. May 2011;5(5):353-360. Sagna T, Djigma F, Zeba M, et al. Human papillomaviruses prevalence and genital coinfections in HIV-seropositive women in Ouagadougou (Burkina Faso). Pakistan journal of biological sciences: PJBS. Oct 1 2010;13(19):951-955. Goulet M, Dular R, Tully JG, Billowes G, Kasatiya S. Isolation of Mycoplasma pneumoniae from the human urogenital tract. J Clin Microbiol. Nov 1995;33(11):28232825. Uuskula A, Kohl PK. Genital mycoplasmas, including Mycoplasma genitalium, as sexually transmitted agents. Int J STD AIDS. Feb 2002;13(2):79-85. Taylor-Robinson D. The role of mycoplasmas in non-gonococcal urethritis: a review. The Yale journal of biology and medicine. Sep-Dec 1983;56(5-6):537-543. Baka S, Kouskouni E, Antonopoulou S, et al. Prevalence of Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis in women with chronic urinary symptoms. Urology. Jul 2009;74(1):62-66. McCormack WM. Genital mycoplasmal infections: their relation to prematurity and other abnormalities of reproduction. J Clin Pathol Suppl (R Coll Pathol). 1976;10:95-98. Keane FE, Thomas BJ, Gilroy CB, Renton A, Taylor-Robinson D. The association of Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma genitalium with bacterial vaginosis: observations on heterosexual women and their male partners. Int J STD AIDS. Jun 2000;11(6):356-360. Murray PR, Rosenthal KS, Pfaller MA. Mycoplasma and Ureaplasma. Medical Microbiology. 6 ed. Philadelphia: Elsevier; 2009:421-426. Waites KB, Katz B, Schelonka RL. Mycoplasmas and ureaplasmas as neonatal pathogens. Clin Microbiol Rev. Oct 2005;18(4):757-789. Hartmann M. Genital mycoplasmas. J Dtsch Dermatol Ges. Apr 2009;7(4):371-377. Taylor-Robinson D, Furr PM. Update on sexually transmitted mycoplasmas. Lancet. 1998;351 Suppl 3:12-15. Arya OP, Tong CY, Hart CA, et al. Is Mycoplasma hominis a vaginal pathogen? Sex Transm Infect. Feb 2001;77(1):58-62. Waites KB, Schelonka RL, Xiao L, Grigsby PL, Novy MJ. Congenital and opportunistic infections: Ureaplasma species and Mycoplasma hominis. Semin Fetal Neonatal Med. Aug 2009;14(4):190-199. Foy HM, Kenny GE, Levinsohn EM, Grayston JT. Acquisition of mycoplasmata and Tstrains during infancy. J Infect Dis. Jun 1970;121(6):579-587.
43 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
55. 56. 57.
McCormack WM, Rosner B, Lee YH. Colonization with genital mycoplasmas in women. Am J Epidemiol. Apr 1973;97(4):240-245. Hill GB. The microbiology of bacterial vaginosis. Am J Obstet Gynecol. Aug 1993;169(2 Pt 2):450-454. Livengood CH. Bacterial vaginosis: an overview for 2009. Rev Obstet Gynecol. Winter 2009;2(1):28-37. Martin R, Soberon N, Vazquez F, Suarez JE. [Vaginal microbiota: composition, protective role, associated pathologies, and therapeutic perspectives]. Enferm Infecc Microbiol Clin. Mar 2008;26(3):160-167. Pascual L, Barberis L. Prevention Strategy of Urogenital Infections by Using Lactobacilli with Probiotic Properties. In: Tenke P, ed. Urinary Tract Infection. Rijeka: InTech; 2011:245-264. Glass JI, Lefkowitz EJ, Glass JS, Heiner CR, Chen EY, Cassell GH. The complete sequence of the mucosal pathogen Ureaplasma urealyticum. Nature. Oct 12 2000;407(6805):757-762. Harrison HR, Alexander ER, Weinstein L, Lewis M, Nash M, Sim DA. Cervical Chlamydia trachomatis and mycoplasmal infections in pregnancy. Epidemiology and outcomes. JAMA. Oct 7 1983;250(13):1721-1727. USAID. USAID’s HIV/AIDS Web site for Pakistan. 2010; http://www.usaid.gov/our_work/global_health/aids/Countries/asia/pakistan.html. Accessed 17 April, 2012. Hellberg D, Nilsson S, Mardh PA. Bacterial vaginosis and smoking. Int J STD AIDS. Sep 2000;11(9):603-606. Smart S, Singal A, Mindel A. Social and sexual risk factors for bacterial vaginosis. Sex Transm Infect. Feb 2004;80(1):58-62. Kaliterna V, Kucisec-Tepes N, Pejkovic L, Zavorovic S, Petrovic S, Barisic Z. An intrauterine device as a possible cause of change in the microbial flora of the female genital system. J Obstet Gynaecol Res. Aug 2011;37(8):1035-1040. Klebanoff MA, Hauth JC, MacPherson CA, et al. Time course of the regression of asymptomatic bacterial vaginosis in pregnancy with and without treatment. Am J Obstet Gynecol. Feb 2004;190(2):363-370. Sumati AH, Saritha NK. Bacterial vaginosis with special reference to anaerobes. Indian J Pathol Microbiol. Jan-Mar 2009;52(1):56-58. Chanock RM, Hayflick L, Barile MF. Growth on artificial medium of an agent associated with atypical pneumonia and its identification as a PPLO. Proc Natl Acad Sci U S A. Jan 15 1962;48:41-49. Morton HE, Smith PF, Williams NB, Eickenberg CF. Isolation of pleuropneumonia-like organisms from human saliva: a newly detection member of the oral flora. J Dent Res. Jun 1951;30(3):415-422. Taylor-Robinson D, McCormack WM. The genital mycoplasmas (first of two parts). N Engl J Med. May 1 1980;302(18):1003-1010. Brocco S, Brocco F, Di Pasquale A, Demetrio F. Mycoplasma System plus: Description and Comparative Evaluation with Conventional Methods for Identification and Susceptibility Testing of urogenital mycoplasmas. Roseto Degli Abruzzi: Laboratory Clini. Lab.Liofilchem; 2008:1-5. Workowski KA, Berman S. Sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2010. MMWR Recomm Rep. Dec 17 2010;59(RR-12):1-110. Schwebke JR. Bacterial Vaginosis. Curr Infect Dis Rep. Feb 2000;2(1):14-17. Garcia-Castillo M, Morosini MI, Galvez M, Baquero F, del Campo R, Meseguer MA. Differences in biofilm development and antibiotic susceptibility among clinical
44 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68.
Ureaplasma urealyticum and Ureaplasma parvum isolates. J Antimicrob Chemother. Nov 2008;62(5):1027-1030. Larsson PG, Forsum U. Bacterial vaginosis--a disturbed bacterial flora and treatment enigma. APMIS. May 2005;113(5):305-316. Indonesia KKR. Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku 2011. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;2011. Indonesia KKR. Laporan Hasil Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks di Jayapura, Papua, Indonesia, 2005: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;2005. Astuti AT, Wiryadi BE, Makes WIB, Daili SF. Proporsi Kepositivan Serologik HBsAg Pada Wanita Penjaja Seks Di Jakarta Barat. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Universitas Indonesia; 2005. Sarkar S, Uddin Z, Ahmed Y, et al. Women in Need: Pattern of STD Infection among Street-based Sex Workers of Dhaka City. Journal of Diarrhoeal Diseases Research. 1998;16(2):126-127. Tevi-Benissan C, Belec L, Levy M, et al. In vivo semen-associated pH neutralization of cervicovaginal secretions. Clinical and diagnostic laboratory immunology. May 1997;4(3):367-374. Deguchi T, Yasuda M, Yokoi S, et al. Failure to detect Mycoplasma genitalium in the pharynges of female sex workers in Japan. J Infect Chemother. Dec 2009;15(6):410-413. Newton ER, Piper JM, Shain RN, Perdue ST, Peairs W. Predictors of the vaginal microflora. American journal of obstetrics and gynecology. Apr 2001;184(5):845-853; discussion 853-845. Stevens-Simon C, Jamison J, McGregor JA, Douglas JM. Racial variation in vaginal pH among healthy sexually active adolescents. Sexually transmitted diseases. May-Jun 1994;21(3):168-172. Onderdonk AB, Delaney ML, Hinkson PL, DuBois AM. Quantitative and qualitative effects of douche preparations on vaginal microflora. Obstet Gynecol. Sep 1992;80(3 Pt 1):333-338. Monif GR, Thompson JL, Stephens HD, Baer H. Quantitative and qualitative effects of povidone-iodine liquid and gel on the aerobic and anaerobic flora of the female genital tract. Am J Obstet Gynecol. Jun 15 1980;137(4):432-438.
45 UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Lampiran 1
LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Saudari yang terhormat, Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman yang dapat menyebabkan keputihan, contohnya kuman Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum.. Gejala yang ditimbulkan dapat bermacam-macam seperti keputihan yang berbau amis terutama setelah berhubungan seksual atau tidak berbau, rasa panas dan gatal, nyeri saat berkemih, meskipun juga dapat tidak bergejala. Infeksi ini dapat mengalami kekambuhan dan menular. Saat ini kami sedang melakukan penelitian untuk mendeteksi keberadaan kuman tersebut dan hubungannya dengan cuci vagina. Bahan pemeriksaan didapatkan dengan melakukan pemeriksaan dengan spekulum (cocor bebek) yang dimasukkan ke vagina, kemudian mengambil usapan cairan vagina. Adapun usapan cairan vagina tersebut akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium Patologi Klinik RSCM. Penyakit ini sering menyebabkan berbagai kelainan saluran reproduksi dan sulit diobati. Oleh karena itu kami undang saudari untuk mengikuti penelitian ini, baik yang mempunyai gejala infeksi maupun tidak. Kami mohon saudari meluangkan waktu untuk pengambilan cairan vagina saudari dan pengisian lembar kuesioner mengenai penyakit saudari. Pemeriksaan ini dilakukan secara cuma-cuma. Efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa tidak nyaman sementara pada vagina saat spekulum dimasukkan, namun kami akan berusaha melakukannya dengan baik dan secepat mungkin. Apabila saudari terbukti menderita infeksi tersebut, maka saudari akan dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk diobati. Partisipasi saudari bersifat sukarela dan apabila saudari tidak ingin berpartisipasi pada penelitian ini, saudari tidak akan dikenakan sanksi ataupun kehilangan hak saudari. Kepada pertisipan, kerahasiaan data dan kelainan yang diderita akan dijaga. Bila dibutuhkan informasi lebih lanjut, saudari dapat menghubungi dr. Caroline Padang di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RS dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponogoro No. 71, Jakarta Pusat, telpon (HP) 081510666659. Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya. Peneliti
dr. Caroline Padang
UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN Semua penjelasan telah disampaikan dan saya mengerti. Dengan demikian maka saya menyatakan bersedia mengambil bagian dalam penelitian ini dengan cara bersedia diperiksa dan diambil cairan vagina saya untuk digunakan sebagai bahan pemeriksaan biakan bakteri pada penelitian yang dimaksud. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju diikutsertakan dalam penelitian ini secara sukarela dan tanpa paksaan. Jakarta, ………………………………… 2012 Saya yang membuat pernyataan,
Tanda tangan tanpa menuliskan nama Peneliti
Saksi
Nama jelas: dr. Caroline Padang
Nama jelas:
Alamat/telp: 081510666659
UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
Lampiran 3
STATUS PENELITIAN PENAPISAN: KRITERIA INKLUSI 1. Bersedia dilakukan pemeriksaan duh tubuh vagina yang diambil dengan swab, dengan persetujuan tindakan medis. KRITERIA EKSKLUSI 1. Subyek penelitian sedang hamil, menstruasi atau perdarahan per-vaginam lainnya a.
Ya, hamil/menstruasi/perdarahan per-vaginam (lingkari yang sesuai)
b.
Tidak
2. Pemakaian antibiotik dalam 2 minggu terakhir secara teratur sesuai dosis terapi:* a. Ya, nama, dosis, lama pemakaian …….…………………………………. *Bila subyek meminum metronidazol 2x500 mg selama 1 minggu ATAU doksisiklin 2x100 selama 1 minggu ATAU azitromisin 1 gram dosis tunggal (2 tablet sekaligus), maka subyek tidak dimasukkan sebagai subyek penelitian Tanggal pemeriksaan
:
1. No. Urut Penelitian
:
1
IDENTITAS/SOSIODEMOGRAFIK 2.
Usia (tahun)
:
3. Status pernikahan
:
2 1. Menikah
3
2. Lajang (belum menikah/cerai) 4. Pendidikan
:
1. Tidak pernah sekolah
4
2. SD/sederajat 3. SLTP/sederajat 4. SLTA/sederajat 5. Akademi/Perguruan tinggi
UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
ANAMNESIS 5. Apakah anda menggunakan sabun cuci vagina atau bahan lain
5
yang dimasukkan ke dalam vagina untuk membersihkan vagina dalam 1 minggu terakhir? 1. Ya, berapa kali dalam seminggu ………………………………… Menggunakan bahan …………………………………………….. 2. Tidak KELUHAN YANG DIALAMI 6. Keluhan dalam 3 bulan terakhir: Ya
Tidak
a. Keputihan
1
2
6
b. Keputihan berbau tidak sedap (amis)
1
2
7
c. Gatal atau rasa panas pada kemaluan
1
2
8
d. Nyeri saat buang air kecil
1
2
9
e. Tidak ada keluhan
1
2
10
PEMERIKSAAN FISIS Status dermatovenerologis 7. Eritema vulva
: 1. Ada
11
2.Tidak ada 8. Edema vulva
: 1. Ada
12
2.Tidak ada 9. Erosi/ekskoriasi vulva
: 1. Ada
13
2.Tidak ada 10. Hiperemis vagina
: 1. Ada
14
2.Tidak ada 11. Edema vagina
: 1. Ada
15
2.Tidak ada 15. Erosi vagina
: 1. Ada
16
2. Tidak ada
UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
12. Duh vagina
: 1. Tidak ada
17
2.Ada 13. Bila ada duh vagina, konsistensi :1. Mucopurulent
18
2.Seropurulent 3.Lainnya,…………………………………. 17. Edema serviks
: 1. Ada
19
2. Tidak ada 18. Eritema serviks
: 1. Ada
20
2. Tidak ada 19. Erosi serviks
: 1. Ada
21
2. Tidak ada 20. Duh serviks
: 1. Ada
22
2. Tidak ada 21. Bila ada duh serviks, konsistensi : 1. Mukopurulen
23
2. Seropurulen 3. Lainnya ……………………………………..
PEMERIKSAAN PENUNJANG 22.Hasil kultur dengan Mycoplasma System Plus :
24
1. Mycoplasma hominis 2. Ureaplasma urealyticum 3. Campuran 4. Negatif 23.Jumlah Mycoplasma hominis dan atau Ureaplasma urealyticum:
25
4
1. <10
2. 104 - 105 3. >105
UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
LAMPIRAN 4. TABEL INDUK PENELITIAN G
H
I
J
K L
N M
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
3
1
3
air sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
21
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
3
1
8
betadin, sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
3
2
2
28
2
2
1
14
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
4
6
40
2
2
2
1
2
2
1
7
16
2
4
1
1
odol
1
1
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
3
1
2
1
1
1
2
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
8
13
2
2
1
1
odol
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
3
3
9
16
2
2
1
14
sabun mandi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
3
10
30
2
2
1
1
odol
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
4
11
30
2
2
1
14
sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
12
20
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
13
19
2
4
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
3
2
14
46
2
4
15
27
2
3
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
16
20
2
3
1
1
betadin
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
17
16
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
18
23
2
4
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
3
2
19
30
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
4
20
22
1
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
21
18
1
1
1
14
sabun sirih
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
22
30
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
23
16
1
3
1
1
betadin
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
24
25
1
3
1
14
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
3
2
A
B
C
D
E
F
1
30
2
2
2
2
34
2
4
3
37
2
4
19
5
O
P Q
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
25
41
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
1
26
21
2
2
1
7
air sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
4
27
29
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
3
2
28
33
2
2
1
7
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
3
2
29
20
2
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
30
31
2
3
1
14
sabun mandi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
3
3
31
37
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
2
32
35
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
3
2
33
38
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
3
2
34
22
2
2
1
14
sabun mandi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
35
22
2
3
1
21
odol, sabun sirih
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
3
3
36
23
1
3
1
7
sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
37
30
2
2
1
1
jamu
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
3
2
38
21
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
3
2
39
17
2
3
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
1
3
2
40
21
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
3
2
41
35
1
2
1
14
odol, sabun mandi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
42
26
2
2
1
1
sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
4
43
38
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
3
1
44
30
1
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
45
18
2
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
46
26
2
3
1
14
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
47
20
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
48
23
1
3
1
4
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
3
2
49
23
2
4
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
3
3
50
32
2
3
1
7
sabun sirih
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
3
3
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
51
35
1
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
3
2
2
52
30
1
2
1
3
air sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
2
1
1
3
2
53
25
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
3
2
54
49
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
3
3
1
55
38
2
1
1
7
air sirih
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
3
1
1
2
1
3
2
2
56
15
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
4
57
26
2
4
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
58
19
2
3
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
3
2
2
59
17
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
3
3
3
60
22
1
2
1
14
sabun mandi
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
3
3
61
33
1
3
1
24
odol, absolut
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
62
43
1
3
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
2
1
63
37
2
5
1
7
absolut
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
64
41
2
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
2
65
42
2
3
1
14
sabun mandi
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
2
66
36
2
4
1
25
sabun bayi, sabun sirih
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
1
1
67
31
1
2
1
7
sabun bayi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
4
68
38
2
2
1
10
sabun antiseptik
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
69
28
2
4
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
70
27
2
3
1
28
absolut
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
1
1
1
1
3
2
1
71
29
2
2
1
2
sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
2
72
26
1
2
1
14
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
2
2
1
3
2
2
73
46
2
2
1
14
sabun sirih
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
4
74
51
1
4
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
2
2
1
3
2
2
75
39
2
3
1
19
sabun mandi
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
76
55
2
2
1
26
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
4
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
77
44
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
2
78
43
2
3
1
4
betadin
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
79
30
2
3
1
3
odol
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
4
80
30
1
2
1
14
sabun sirih
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
4
81
33
2
3
1
2
betadin
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
82
44
1
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
83
46
2
3
1
15
sabun mandi
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
3
2
84
28
2
2
1
3
sabun mandi, sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
4
85
35
1
2
1
14
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
86
24
2
2
1
15
sabun bayi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
4
87
26
2
2
1
7
lactacyd, sabun bayi
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
3
2
88
29
1
4
1
15
sabun bayi
1
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
89
35
2
4
1
22
odol
1
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
90
21
2
2
1
23
jamu, odol
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
91
27
1
4
1
14
albotil, betadin
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
3
3
92
33
2
3
1
1
betadin
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
93
37
1
4
2
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
2
3
2
94
27
2
3
1
17
sabun bayi, jamu
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
95
32
2
3
1
20
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
4
96
43
2
3
1
2
jamu
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
3
2
97
29
2
3
1
21
sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
3
3
98
27
1
3
1
22
sabun mandi
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
3
2
99
39
2
2
1
14
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
3
1
100
27
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
101
40
2
2
1
2
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
3
2
102
32
2
5
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
3
2
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
103
33
1
4
1
31
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
104
28
2
2
1
7
sabun bayi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
4
105
26
1
2
1
3
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
3
3
106
38
1
5
1
7
sabun bayi
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
107
35
1
2
1
3
sabun bayi
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
108
40
2
2
1
2
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
109
22
1
3
1
4
sabun dettol
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
4
110
38
1
4
1
15
sabun bayi
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
2
2
111
29
2
2
1
21
sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
112
42
2
2
1
14
sabun mandi
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
4
113
34
2
4
1
7
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
3
2
114
39
1
2
1
14
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
3
2
115
48
1
4
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
4
116
39
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
117
38
1
2
1
10
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
118
43
1
2
1
14
sabun bayi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
119
45
2
2
1
2
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
120
30
2
2
1
14
sabun bayi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
121
30
1
2
1
22
sabun bayi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
122
28
1
4
1
14
sabun bayi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
2
123
34
1
3
1
3
betadin
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
124
22
1
2
1
14
lactacyd, betadin
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
3
2
125
17
2
3
1
24
sabun sirih
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
126
20
2
1
1
21
sabun bayi
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
3
2
127
39
2
4
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
3
3
128
33
2
3
1
29
sabun bayi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
3
3
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
129
23
2
2
1
14
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
130
21
1
3
1
14
sabun sirih
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
131
20
1
3
1
14
sabun sirih
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
132
25
1
4
1
14
sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
133
23
2
2
1
16
absolut
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
134
27
1
2
1
14
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
135
31
2
3
1
14
shampoo. Sabun sabun sirih, absolut, sabun mandi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
136
31
2
2
1
24
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
3
2
137
40
2
2
1
2
sabun, betadin
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
3
2
138
40
2
3
1
7
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
3
2
139
15
2
3
1
14
sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
140
26
1
3
1
14
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
1
1
141
27
2
2
1
14
sabun mandi, shampoo
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
4
142
47
1
3
1
7
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
3
2
143
39
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
144
15
2
3
1
14
betadin, sabun sirih
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
3
2
145
28
2
3
1
4
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
146
28
2
3
1
1
sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
4
147
47
2
3
1
4
sabun antiseptik
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
148
20
2
3
1
7
odol, sabun bayi
1
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
149
20
2
3
1
22
sabun bayi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
4
150
20
2
2
1
14
odol
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
151
44
1
3
1
22
jamu, sabun
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
4
152
30
2
2
1
14
sabun mandi
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
3
2
153
38
2
2
1
14
sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
2
154
50
1
2
1
7
odol, air sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
1
3
2
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
155
36
2
2
1
7
sabun mandi
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
3
2
156
25
2
3
1
7
absolut, PK
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
1
157
32
2
3
1
14
lactacyd
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
3
158
36
2
3
1
14
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
2
3
2
159
22
2
2
1
14
odol, sabun sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
3
3
160
30
2
3
1
14
sabun sirih, albotil
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
161
30
1
2
1
24
sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
162
26
1
4
1
14
sabun sirih
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
163
38
2
2
1
14
sabun mandi
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
164
32
1
2
1
7
sabun sirih
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
165
26
2
2
1
5
air sirih, jamu
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
4
166
38
2
3
1
14
Betadin, sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
4
167
23
2
2
1
14
sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
168
26
2
2
1
7
sabun sirih
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
169
25
1
3
1
14
sabun bayi
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
170
26
2
2
1
1
sabun sirih
1
2
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
2
171
32
2
2
1
1
air garam, air sirih
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
3
2
172
28
1
4
1
1
sabun sirih
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
173
39
1
2
1
7
sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
174
22
2
3
1
14
sabun mandi
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
2
175
27
2
2
1
14
sabun mandi
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
4
176
18
2
3
1
1
albotil
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
177
24
1
2
1
14
sabun mandi
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
3
2
178
25
2
2
1
14
sabun sirih
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
179
24
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
4
180
34
2
2
1
14
odol, sabun mandi
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
Keterangan Tabel Induk Identitas
A. No SP = nomor subyek penelitian B. Usia SP C. Status pernikahan
(1) menikah (2) lajang (belum menikah/cerai)
D. Pendidikan
(1) Tidak pernah sekolah (2) SD/sederajat (3) SLTP/sederajat (4) SLTA/sederajat (5) Akademi/Perguruan Tinggi
vagina? E. Apakah SP melakukan cuci Anamnesis
(1) Ya
(2) Tidak
Bila pertanyaan E dijawab Ya, berapa frekuensi dalam 1 minggu terakhir? F. G. Bila pertanyaan E dijawab Ya, apa bahan yang digunakan?
Pemeriksaan Fisis M.Eritema vulva (1) Ya (2) Tidak N. Edema vulva (1) Ya (2) Tidak 0. Erosi/ekskoriasi vulva (1) Ya (2) Tidak P. Hiperemis vagina (1) Ya (2) Tidak Q. Edema vagina (1) Ya (2) Tidak R. Erosi vagina (1) Ya (2) Tidak S. Duh vagina (1) Ada (2) Tidak ada
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Z. Hasil kultur dg Mycoplasma System Plus :
(1) Mycoplasma hominis (2) Ureaplasma urealyticum (3) Campuran (4) Negatif
AA. Jumlah M. hominis dan atau U. urealyticum
(1) <10^4 cfu/ml (2) 10^4 -‐ 10^5 cfu/ml cfu/ml
(3) > 10^5 cfu/ml
UNIVERSITAS INDONESIA
T. Bila ada duh vagina, konsistensi:
Keluhan Yang Dialami
H. Apakah SP mengalami keputihan? (1) Ya 2) Tidak I. Apakah SP mengalami keputihan yang berbau amis? (1) Ya
J. Apakah terdapat gatal/panas pada kemaluan? (1) Ya (2) Tidak K. Nyeri saat BAK? (1) Ya (2) Tidak L. Tidak ada keluhan (1) Ya (2) Tidak (2) Tidak
(1) Mukopurulen (2) Seropurulen (3) Seroid
(1) Ada (2) Tidak V. Edema serviks (1) Ada (2) Tidak W. Erosi serviks (1) Ada (2) Tidak X. Duh serviks? (1) Ada (2) Tidak Y. Bila ada duh serviks, konsistensi: U. Eritema serviks
(1) Mukopurulen (2) Seropurulen (3) Seroid
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Proporsi kepositivab.., Caroline Padang, FK UI, 2013