Terlibat Kelompok Kecil: Terlibat dalam Saling Memperhatikan Dr. David Platt 19 Agustus 2007 KELOMPOK KECIL: TERLIBAT DALAM SALING MEMPERHATIKAN 2 Korintus 1:3-11 (kecuali disebutkan lain, ayat-ayat di sini menggunakan Alkitab LAI Terjemahan Baru) Saya akan mengundang Anda untuk membuka bersama saya Surat 2 Korintus 1. Jangan ragu untuk menggunakan Daftar Isi apabila Anda membutuhkannya. Sebuah gereja yang dihadiri oleh 4.000 orang lebih pada masa kini adalah jumlah yang sangat besar. Jika kita mau berkata jujur, ini jumlah yang sangat besar. Baru-baru ini saya menerima sebuah surat dari seorang pria yang mengajak keluarganya untuk beribadah di Brook Hills, dan inti dari suratnya adalah bahwa ia ingin mengatakan, “Saya tidak pernah memiliki keinginan untuk bergabung dalam sebuah gereja besar, tetapi saat ini, tampaknya Tuhan sedang menuntun keluarga saya untuk bergabung di Gereja Brook Hills.” Saya tidak tahu apakah Anda pernah berpikir seperti itu juga sebelumnya, jika pernah, dahulu saya pun tidak senang bergabung dengan sebuah gereja besar. Jadi, kita pernah berada pada situasi yang sama, tetapi sekarang kita akan melihati situasi yang berbeda. Dengan empat ribu orang lebih berkumpul bersama di kampus ini, tentulah Anda bisa tenggelam di dalam kerumunan orang banyak, seperti pada malam hari ini. Kadang kala, pengunjung bisa membludak. Anda mulai berpikir, “Apakah saya sungguh-sungguh dibutuhkan dan apakah orangorang di gereja ini bisa memperhatikan kebutuhan yang begitu nyata di dalam kehidupan saya?” Itulah sebabnya saya yakin bahwa misi gereja harus menjadi pusatnya; bahwa memuridkan semua bangsa harus menjadi pusat kegiatan gereja, karena jika tidak, kita bisa tersesat, tidak peduli sebesar apa gereja itu. Ada suatu asumsi di luar sana yang mengatakan, “Baiklah, berada di gereja yang beranggotakan 4.000 orang, dapatkah Anda benar-benar mengembangkan…saya tidak bisa mengembangkan hubungan yang akrab. Namun demikian, di sebuah gereja yang lebih kecil, saya bisa mengembangkan hubungan yang akrab.” Saya pikir kedua pendapat itu tidak benar. @David Platt
1
Menurut saya, adalah mungkin membangun hubungan yang akrab dalam sebuah gereja besar dan tidak membangun hubungan yang seperti itu di sebuah gereja kecil, atau sebaliknya. Adalah mungkin melakukan hal itu di sebuah gereja kecil dan tidak memiliki hubungan yang seperti itu di sebuah gereja besar. Semua tergantung pada misi dari gereja tersebut. Itulah sebabnya kita membahas tentang kelompok kecil karena hal tersebut terkait dengan misi menjadikan semua bangsa murid Kristus, karena ketika kita berjalan bersama dengan orang lain dalam misi gereja, misi kehidupan kita, saling berbagi kehidupan dan mempengaruhi dunia bersama-sama bagi kemuliaan Kristus, maka kita memiliki hak istimewa untuk saling berbagi kehidupan, di mana semua orang dihargai, di mana tidak ada seorang pun yang ditinggalkan, tidak ada seorang pun yang disisihkan; di mana setiap kebutuhan yang diwakili dalam kehidupan kita diperhatikan. Maksud saya, renungkanlah hal itu, bahkan melalui susunan tata ibadah di kebaktian setiap hari Minggu. Cobalah melihat ke luar jendela setelah tiga kali kita berkumpul bersama, Anda melihat banyak pergumulan tertulis di kertas yang ditempel di mana-mana. Apakah yang saya katakan malam ini sungguh-sunguh akan menyentuh setiap kebutuhan tersebut dan setiap pergumulan, dan setiap luka? Saya akan bersikap jujur: Saya tidak sebaik itu. Namun, apa yang terjadi ketika kita mulai berkumpul bersama dalam kelompok kecil yang mengetahui kebutuhankebutuhan tersebut dan mengetahui luka-luka itu dan mengetahui kekhawatiran tersebut dan sungguh-sungguh bisa mengambil bagian untuk membantu di tengah-tengah semua pergumulan itu? Kelompok Kecil dan Penderitaan... Ini adalah gambaran yang akan kita pelajari, dan khususnya malam hari ini, ketika kita membahas tentang kelompok kecil dan penderitaan, dan penderitaan mewakili berbagai pencobaan dan luka-luka dan pergumulan dan sakit hati yang kita alami dalam kehidupan ini. Bagaimana kelompok kecil cocok dengan konteks tersebut? Saya ingin kita melihat pada kitab 2 Korintus karena kitab ini sangat penting. Kita akan membaca mulai dari 1 Korintus 1 sebagai pendahuluannya, yang merupakan sedikit latar belakang yang sangat berguna untuk memahami teks ini. Paulus-lah yang merintis gereja di Korintus. Ia pernah tinggal di sana selama satu setengah tahun untuk berkhotbah, mengajarkan Firman, membangun tubuh Kristus, dan
@David Platt
2
kemudian ia pergi, dan segera setelah ia pergi, mereka mulai mengalami berbagai masalah riil dan perpecahan terjadi di dalam gereja. Maka, yang terjadi adalah Paulus mengutus Timotius ke sana untuk melihat apa yang sedang terjadi. Timotius kembali dan berkata, “Gereja di sana sungguh-sungguh dalam keadaan yang kacau.” Jadi, Paulus mengadakan apa yang disebut “suatu kunjungan yang menyakitkan” ke Korintus. Ia pergi ke sana, dan kemudian kembali, dan ia kemudian menulis surat yang disebutnya “sebuah surat yang keras.” Ini adalah surat yang tidak kita miliki, tetapi ia menulis surat lain kepada mereka dalam jeda waktu antara penulisan 1 dan 2 Korintus yang pada dasarnya membicarakan tentang perpecahan dan pergumulan yang sedang mereka hadapi. Kemudian, setelah ia mengirimkan surat itu melalui Titus...ia telah mengutus rekannya, Titus untuk mengambil surat itu...Titus kembali dan memberi laporan kepada Paulus, “Segalanya sudah membaik. Semuanya baik-baik saja.” Jadi, segala sesuatu tampak membaik dan ia menulis surat ini yang kita kenal sebagai surat 2 Korintus. Tetap masih ada perselisihan antara Paulus dan Gereja di Korintus, dan masalahnya adalah Paulus telah mengalami masa-masa yang sangat berat dan sulit... dan Gereja Korintus juga mengalami masa yang sungguh-sungguh berat dan sulit. Akibatnya,
tema
utama
di
sepanjang
surat
ini
adalah
penghiburan,
dorongan
semangat...Penghiburan Allah dan dorongan semangat dari Allah datang di tengah-tengah masa sulit. Ada enam puluh kali di tempat yang berbeda di Perjanjian Baru Anda melihat kata “menghibur” dalam bahasa aslinya, bahasa Perjanjian Baru...enam puluh kali di seluruh Perjanjian Baru. Tiga puluh diantaranya berada di dalam kitab ini. Jadi, setengah dari penekanan mengenai penghiburan memadati surat yang satu ini. Kita akan membaca ayat 3-11. Saya ingin Anda melingkari setiap kali Anda melihat kata “menghibur/penghiburan”, khususnya ayat 37...Saya ingin Anda melingkari setiap kali Anda melihat kata “menghibur/penghiburan” karena Anda akan melihatnya berulang kali. Di dalam kelima ayat pertama yang akan kita baca ini, Anda akan menemukan kata ini ditulis sepuluh kali. Perhatikanlah dengan saya. Pada ayat 3, Paulus berkata, “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala ...” Ini dia; lingkarilah, “...Allah sumber segala penghiburan yang...” Ada lagi, “...yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” @David Platt
3
Tolong perhatikan bagian akhir dari ayat 4 di mana tertulis “yang kami terima sendiri dari Allah.” Di dalam bahasa asli Perjanjian Baru, kata itu adalah contoh lain dari penghiburan dan sesungguhnya berbunyi seperti ini,”Kita pun telah dihibur oleh Allah,” tetapi saya rasa para penterjemah tidak menempatkan kata itu di sana, padahal seharusnya ada. Ada contoh lain lagi, ayat 5. “Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpahlimpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah. Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu...”, kami mengerti Paulus, penghiburan. “...sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga. Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam...” dalam apa? “... dalam penghiburan kami. Ayat 8 berkata, Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi, karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami. Jadi, gambaran apa yang Paulus berikan kepada gereja di Korintus yang berkaitan dengan Kelompok kecil dan pergumulan dan luka-luka dan berbagai kebutuhan di dalam kehidupan kita? Yang ingin saya lihat adalah beberapa kebenaran penting yang Paulus letakkan sebagai dasar bagi segala hal lain yang ada di dalam surat ini. Kita mengalami penderitaan di dalam Tuhan. Kebenaran pertama adalah ini: Paulus sedang mengatakan bahwa kita mengalami penderitaan di dalam Tuhan. Kita mengalami penderitaan di dalam Tuhan. Yang menarik adalah, @David Platt
4
saya tahu Anda telah melihat kata penghiburan disebutkan berulang kali, tetapi Paulus juga menempatkan penekanan yang sama banyaknya mengenai penderitaan pada bagian pertama ini. Keduanya berjalan paralel. Seperti timbangan yang membuat kedua hal tersebut seimbang. Anda memiliki penghiburan dan penderitaan, penghiburan dan penderitaan, dan demikian seterusnya. Saya mendorong Anda untuk melingkari kata penghiburan setiap kali Anda menemukan kata itu. Marilah mundur sejenak dan izinkan saya menunjukkan kepada Anda beberapa contoh mengenai penderitaan, tekanan, keputusasaan yang disebutkan berulang kali. Anda mungkin bisa menggarisbawahinya atau berikan bentuk kotak untuk menunjukkan kontras di antara kedua hal tersebut. Perhatikanlah ayat 4, “...yang menghibur kami dalam segala...” Apa? “...dalam segala penderitaan kami...” Sebaiknya berikan tanda kotak atau garis bawahi kata itu. “...sehingga kami sanggup
menghibur
mereka,
yang
berada
dalam
bermacam-macam
penderitaan...”
Perhatikanlah penghiburan dan penderitaan disebutkan secara bergantian. Kemudian, dikatakan di dalam ayat 5, ““Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpahlimpah.” Kemudian, Anda turun ke bagian akhir dari ayat berikutnya, akhir ayat 6, apa yang disebutkan di sana? Dikatakan, “...sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga. Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami...” Nah, ada lagi “... kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.” Anda tiba di ayat 8, dan Paulus berkata, “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami...” Kata itu lagi, “...di Asia Kecil.” Dia berkata, “Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.” Sesungguhnya, dalam konteksnya kata itu bermakna, “tidak melihat ada jalan keluar.” Itu hampir merupakan depresi sampai pada titik tidak ada jalan keluar. Kami bahkan telah putus asa akan hidup kami. “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.” Kemudian ia menyebutkan pada ayat 10, “Kematian yang begitu ngeri.” Jadi, yang kita lihat adalah kontras antara penderitaan dan penghiburan, kesulitan dan penghiburan, tekanan, keputusasaan, dan penghiburan. Ada sepuluh kata yang sesungguhnya @David Platt
5
memiliki arti penderitaan dalam bahasa Yunani, dan Paulus memakai lima diantaranya berulang kali di sepanjang kitab ini. Jadi, beginilah gambarannya. Paulus sedang mengekspresikan bahwa ia telah mengalami penderitaan. Gereja di Korintus telah mengalami penderitaan. Penderitaan merupakan suatu kenyataan bagi mereka yang mengikut Tuhan. Itulah kesaksian di seluruh kitab suci. Anda perhatikan Ayub, lihatlah kehidupan Yeremia, Anda mempelajari tentang Daud, para pria dan wanita di seluruh Alkitab, semuanya tiba pada suatu titik di dalam kehidupan mereka di mana mereka akan bertanya, “Mengapa saya menderita seperti ini? Mengapa hal ini terjadi, ya Tuhan?” Bahkan Yeremia, sampai kepada suatu titik di mana ia berkata, “Aku berharap aku tidak pernah dilahirkan.” Alkitab tidak pernah bermain-main dengan fakta bahwa di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, penderitaan adalah suatu kenyataan. Keputusasaan adalah suatu kenyataan. Kesulitan, tekanan, semuanya adalah kenyataan. Alkitab tidak pernah berusaha mengabaikan hal itu. Semuanya sangat jelas. Ada berbagai alasan mengapa kita menderita. Yang paling utama, alasan mengapa ada penderitaan di dalam dunia adalah akibat dosa, dan kita tahu bahwa ketika kita berdosa, ketika kita tidak taat kepada Tuhan, maka ada penderitaan yang mengikutinya karena kita telah menyimpang dari rancangan Allah bagi hidup kita. Tetapi, sesungguhnya bukan penderitaan seperti itu yang sedang Paulus bicarakan di sini, karena ia berkata bahwa penderitaan Kristus mengalir ke dalam kehidupan kita, sedangkan Kristus tidak berdosa. Yang sedang ia bicarakan adalah penderitaan yang kita alami bukan karena kita tidak taat kepada Tuhan, tetapi penderitaan yang kita alami ketika kita taat kepada Tuhan. Pernahkah Anda berpikir tentang hal itu? Dalam rancangan Tuhan, kita mengalami penderitaan, bukan hanya ketika tidak menaati Tuhan, tetapi penderitaan ketika kita menaati Dia. Ya, ini merupakan akibat dosa secara menyeluruh, tetapi bahkan ketika kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita akan mengalami penderitaan. Jadi, inilah kuncinya. Sekarang, saya ingin...hanya sebagai catatan tambahan, inilah kunci agar kita merangkul penderitaan, karena ketika Paulus berbicara mengenai penderitaan, ia sedang berbicara tentang penderitaan yang terjadi ketika kita menaati Tuhan, dan kita akan berbicara sedikit tentang bagaimana Allah memakai penderitaan kita untuk kepentingan orang lain. Bagaimana pun, saya tidak mau Anda menyalahartikan apa yang dikatakan Paulus di sini dengan berpikir, “Semakin saya berdosa, dan akhirnya menderita, maka hal itu semakin baik @David Platt
6
bagi orang lain.” Saya mengatakan hal tersebut karena ada suatu teologi di luar sana dan saya pernah mendengar hal itu. Saya bahkan sering mendengarnya. Ada suatu teologi di luar sana yang berkata bahwa, “Seseorang yang paling baik menolong saya dalam pergumulan saya dengan suatu dosa tertentu adalah orang-orang yang juga pernah bergumul dan jatuh ke dalam dosa yang sama.” Saya ingin mengingatkan Anda malam ini bahwa pernyataan itu sangat tidak alkitabiah, karena jika seperti itu, Anda akan tiba pada kesimpulan logis bahwa kita diperlengkapi paling baik untuk menolong satu dengan yang lain dalam mengatasi dosa dengan cara apa? Dengan cara berbuat dosa. Jika seperti itu kasusnya, maka Yesus Kristus tentulah bukan penolong kita dalam dosa-dosa kita karena Dia tidak pernah berbuat dosa satu kali pun. Jadi, kita tahu itu tidak benar. Itu bukanlah gambaran yang kita dapatkan di sini. Di sini kita sedang membicarakan tentang penderitaan yang terjadi ketika kita mencari Allah dengan sungguh-sungguh. Pada titik inilah kita perlu mengingat...dan kita sudah pernah membahas tentang hal ini sebagian. Kita harus mengingat peran penderitaan dalam strategi dan rencana Allah. Renungkanlah hal itu bersama saya. Saya sudah pernah mengajukan pertanyaan ini sebelumnya. Bagaimana Allah menunjukkan kasih-Nya kepada dunia dengan cara yang paling jelas? Melalui Hamba-Nya yang menderita. Melalui pengorbanan diri Putra Tunggal-Nya. Itulah strategi-Nya. Penderitaan adalah pusat dalam strategi-Nya untuk menunjukkan kasih-Nya paling jelas kepada dunia, dan saya tidak yakin strategi itu telah berubah. Itulah sebabnya Paulus berkata di dalam Filipi 3, “Yang kukehendaki adalah persekutuan dalam penderitaan Kristus.” Itu suatu pernyataan yang aneh. Mengapa ada orang yang mau bersekutu dengan penderitaan Kristus? Paulus berkata, “Yang kukehendaki adalah bersekutu di dalam penderitaan-Nya karena ketika hal itu terjadi, maka aku menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada satu hal pun, tidak ada seorang pun di dunia ini dapat dibandingkan dengan Kristus sebagai harta terbesar, dan ambillah siapa pun atau apa pun yang ada di dalam dunia ini daripadaku maka, selama aku memiliki Kristus, aku bersukacita. Aku memiliki harta yang sesungguhnya.” Dia berkata, “Aku merangkul penderitaan karena harta terbesarku adalah Kristus, dan aku tidak memerlukan siapa pun atau apapun yang lain di dalam dunia ini untuk memuaskan hatiku.” Itu adalah gambaran yang kita peroleh mengenai penderitaan di seluruh kitab suci. Jadi, kenyataannya adalah, ketika Allah menarik masing-masing kita secara individu sebagai suatu keluarga seiman di Brook Hills, ketika Dia menarik kita lebih dekat kepada-Nya, dan ketika kita @David Platt
7
memberikan diri kita lebih dalam lagi kepada misi ini, maka penderitaan adalah hal yang tak terhindarkan. Sebagian dari Anda mungkin sedang berpikir, “Itu bukan kabar baik, Dave.” Memang. Ini menjadi kabar baik ketika Anda menyadari kebenaran yang terkandung di dalam 2 Korintus 1 ini. Saya ingin Anda melihat bagaimana Paulus menunjukkan kepada kita suatu gambaran tentang Allah sejak awal, Allah dalam kaitannya dengan penderitaan kita. Perhatikanlah karakteristik Allah yang disoroti di sini. Pertama, Allah berdaulat atas segala penderitaan. “Terpujilah Allah, Bapa...”Ini adalah sebuah gambaran tentang Pribadi yang memegang kendali, Pribadi yang memiliki segala kuasa, yang kuasa, kasih, dan kebijaksanaan-Nya tidak terbatas, dan Dia adalah Bapa kita yang kemurahan-Nya tidak terbatas. Inilah Allah yang mengatasi segala penderitaan. Tidak ada satu hal pun terjadi di luar kendali-Nya. Kita tidak dikendalikan oleh nasib atau kebetulan. Kita pun tidak memegang kendali atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita. Ada Allah yang berdaulat yang memegang kendali, apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita, betapa pun hal itu membingungkan kita, betapa pun hal itu mendatangkan rasa sakit yang mendalam di hati kita, kita dapat selalu memandang ke atas dan melihat bahwa Bapa kita masih berada di takhta-Nya. Dia tidak terkejut atas apa pun yang terjadi. Dia berdaulat atas segala penderitaan. Saya dan Heather menyewa sebuah film kemarin dulu dan ada sedikit pembicaraan sebelum kami menonton bersama. Kami telah mengadakan perjalanan ke mana-mana, dan kami sedang membicarakan tentang suatu perjalanan misi yang akan saya lakukan tidak lama lagi dan kami pun membahas tentang resiko yang terkandung dalam perjalanan tersebut, dan kami masuk ke dalam diskusi yang saya rasa pernah dibahas oleh semua pasangan suami isteri. Ini menurut perkiraan saya saja. Karena saya rasa setiap pasangan suami isteri pasti sekali-sekali pernah membahas tentang hal ini. Ketika kami mulai berdiskusi tentang, “Apa yang akan kaulakukan jika sesuatu yang buruk terjadi padaku?” Heather berkata, “Apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu, David, sedangkan engkau sudah tidak ada di sini lagi?” Ia pun mulai menanyai saya, “Apa yang akan kaulakukan David, ketika aku tidak berada di sini lagi?” Saya benci percakapan itu. Pernahkah Anda membicarakan hal tersebut? Kita tidak membicarakan hal itu setiap malam, tetapi ketika topik tersebut diangkat, saya benci dengan percakapan seperti itu. “Ayo ganti topik.
@David Platt
8
Ayo membicarakan sesuatu yang menarik. Ayo pergi ke tempat yang menyenangkan, ok? Jangan lagi membicarakan tentang hal itu.” Jadi, itulah latar belakangnya. Kami menyewa film itu, yang sesungguhnya adalah pilihan Heather. Kami duduk, dan menonton film itu dan itu adalah mengenai drama percintaan tentang seorang suami dan isteri, di akhir cerita, segala sesuatu berlangsung baik diantara mereka berdua, tetapi tiba-tiba, sang suami meninggal. Film itu berakhir dengan kematian sang suami yang meninggalkan isteri dan kedua anaknya, dan adegan terakhir menunjukkan sang isteri hamil setelah suaminya meninggal. Maka, saya memandang isteri saya yang sedang hamil berbaring di ranjang dan menangis. Film yang mengerikan. Malam itu bukan malam kencan yang baik. Filmnya mengerikan. Film itu adalah film yang seram karena tidak menyertakan Tuhan. Inti dari film itu adalah bahwa kita dikendalikan oleh nasib atau kebetulan, dan satu-satunya pengharapan yang kita miliki adalah berharap kepada sesuatu yang lebih besar daripada kita di luar sana, apa pun itu, dan itu tidak benar. Bapak-bapak dan ibu-ibu, itu tidak benar. Ada Allah yang adalah Bapa kita, yang berdaulat, dan Dia memegang kendali dan, tidak peduli apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita, kehilangan seperti apa pun yang kita alami, kita dapat selalu melihat ke atas dan mengetahui bahwa Dia peduli kepada kita, Dia memegang kendali. Dia berdaulat atas segala penderitaan. Jangan menonton film itu. Sebuah film yang mengerikan dan tidak menyertakan Tuhan. Bagaimana pun, Allah berdaulat atas segala penderitaan. Dia akrab dengan segala penderitaan. Inilah keindahannya: Dia adalah Allah dan Bapa dari siapa? Dia adalah Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus. Kita tidak memiliki Allah yang jauh di luar alam semesta entah di mana yang merasa asing dengan apa yang sedang kita alami. Kita memiliki Allah yang beserta kita, sungguh-sungguh beserta kita. Dia mengenakan jubah manusia, dan Dia datang ke dalam dunia ini, dan Dia menderita bersama kita. Dia dicemooh, dan Dia dipukuli; Dia dicambuk, diludahi. Dia dipaku di atas kayu salib. Dia akrab dengan penderitaan kita. Tidak ada satu pun tempelan catatan pergumulan di jendela-jendela sana yang tidak Dia ketahui. Ia mengerti apa artinya kesepian. Dia mengerti apa artinya berbeban berat. Dia tahu beban dosa dunia. Dia mengetahui sakit secara fisik melampaui apa yang dapat Anda dan saya pahami. Anda memiliki Allah yang melihat pergumulan-pergumulan Anda, dan Dia mendengar tangisan Anda, dan lebih daripada itu, Dia tahu apa yang Anda rasakan. Anda tidak memiliki Allah di surga yang tidak mampu bersimpati dengan kelemahan-kelemahan kita. Dia akrab @David Platt
9
dengan pergumulan-pergumulan kita, sakit hati kita, dan kebutuhan kita. Dia akrab dengan segala penderitaan. Berdaulat, akrab dengan segala penderitaan, Dia adalah sumber segala belas kasihan. Saya suka kalimat ini. Dia adalah Bapa yang penuh belas kasihan, sesungguhnya berarti, “sumber kemurahan.” Segala kemurahan mengalir dari Dia. Itulah gambaran yang kita peroleh. Belas kasihan itu mengalir dari Dia ke dalam hidup kita di titik terdalam kebutuhan kita. Rekan Pendeta kami, Donny Errant, minggu ini menyaksikan ayahnya meninggal dunia dan berada di pemakaman, dan saya diingatkan tentang emosi-emosi, dan segala sakit hati dan rasa sakit dalam kehidupan saya secara pribadi tiga tahun yang lalu yang entah bagaimana menjadi segar lagi dalam ingatan saya pada hari ini. Saya duduk di sana dan diingatkan juga tentang betapa besar berkat, kasih karunia dan kekuatan yang Allah sediakan bagi saya pada saat-saat seperti itu untuk setiap emosi, setiap luka hati dan setiap rasa sakit yang menusuk sampai ke dalam hati Anda. Dia adalah sumber segala belas kasihan, dan Dia mengalirkannya ke dalam kehidupan kita pada titik terdalam kebutuhan kita. Dia sumber segala penghiburan. Dia adalah sumber segala penghiburan. Paulus menggunakan kata ini tiga puluh kali di dalam 2 Korintus, dan kata itu sesungguhnya bermakna...”penghiburan” yang artinya adalah “berjalan di samping dan menolong”. Ini adalah kata yang sama yang digunakan Yesus di dalam Yohanes 14-16 untuk menjelaskan tentang Roh Kudus. Dia adalah Penghibur, Pribadi yang berjalan di samping kita dan menolong kita. Namun, yang saya sukai dari gambaran dan penekanan yang Paulus berikan di sini adalah bahwa penghiburan Allah cukup untuk apa pun dan segala sesuatu. Apa yang ia katakan? Ia berkata, “Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan.” Penekanan yang ingin disampaikan Paulus adalah bahwa semua penghiburan berasal dari Allah, dan tidak ada satu hal pun...sama sekali tidak ada satu hal pun yang melampaui penghiburanNya. Itu selalu cukup. Penderitaan Anda tidak akan pernah lebih berat dibandingkan dengan penghiburan Allah. Bukankah itu sebuah kabar yang baik? Penderitaan Anda tidak akan pernah melebihi penghiburan yang dapat Allah berikan. Inilah gambarannya. Ketika kita mengalami penderitaan, kita mengalami penderitaan di dalam Allah, di dalam rangkulan tangan Pribadi yang berdaulat, Pribadi yang akrab dengan segala penderitaan, Pribadi yang adalah sumber segala belas kasihan @David Platt
10
dan cukup untuk segala penghiburan. Saya tidak berkata bahwa hal tersebut membuat penderitaan kita jadi mudah, dan kita melewati penderitaan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tetapi ada sebuah Batu Karang yang dapat kita jadikan pijakan untuk kita berdiri di tengahtengah penderitaan, sebuah Batu Karang yang teguh yang membuat suatu perbedaan revolusioner dalam cara kita memandang penderitaan di dalam Allah. Kita menyalurkan penghiburan dari Allah. Kita mengalami penderitaan di dalam Allah, dan sebagai akibatnya, Paulus berkata di seluruh perikop ini bahwa ketika ia mengalami penderitaan, ia mengalami penghiburan Allah dengan cara-cara yang tidak akan pernah ia dapatkan dengan cara yang lain. Jadi, penderitaan adalah suatu hal yang baik, karena hal itu memungkinkan kita untuk mengalami penghiburan Allah dengan cara yang tidak pernah kita alami sebelumnya. Namun, tujuan penderitaan lebih dalam daripada itu. Anda tahu bahwa kita mengalami penderitaan di dalam Allah sehingga...dan di sini tujuan penderitaan menjadi lebih dalam...sehingga kita dapat menyalurkan penghiburan dari Allah. Kita mengalami penderitaan di dalam Allah dan ketika kita mengalami penderitaan, kita mengalami penghiburan-Nya, dan akibatnya sekarang kita dimampukan, diperlengkapi untuk menyalurkan penghiburan yang telah kita terima dari Allah ke dalam kehidupan orang-orang lain. Inilah yang dia katakan berulang kali di sini. Paulus sedang mengatakan tujuan dari penderitaan bukan berpusat pada dirinya. Tujuan dari penghiburan Allah tidak berpusat pada dirinya. Itu dimaksudkan untuk orang lain. Dia sedang berkata, “Kita dihibur demi kepentingan orang lain.” Izinkan saya menunjukkan kepada Anda hal ini. Kita dihibur demi kepentingan orang lain. Perhatikan ayat 4, 5 dan 6 kembali, sekali lagi, dan berulang kali, karena ini adalah pengingat, ini adalah inti dari pemuridan. Kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri. Kita hidup demi kepentingan orang lain. Dengarkan apa yang dikatakannya pada ayat 4. Dia berkata, “[Allah] menghibur kami dalam segala penderitaan kami,sehingga...” Di sini ada klausa tujuan, “Mengapa Allah menghiburmu, Paulus?” “...sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” Tujuan penghiburan Allah adalah memampukan kita untuk menghibur orang lain. Ayat 5, “Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, @David Platt
11
demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah” Berlimpah-limpah kepada siapa? Kepada orang-orang di sekeliling kita, demi kepentingan orang lain. Kemudian, ia berkata di ayat 6...ini sangat kuat maknanya. Dia berkata, “Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu...” Apakah Anda menangkap hal itu? Jika aku mengalami masa-masa sulit dan sakit hati serta rasa sakit dan keputusasaan, alasannya adalah untuk penghiburan kamu dan untuk keselamatanmu. Jika kami dihibur, itu adalah untuk penghiburanmu, yang menghasilkan di dalam dirimu kesabaran untuk menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga. Paulus mengatakan hal ini berulang kali di sepanjang kitab ini, ia berkata, “Ketika aku mengalami penderitaan...” Bukalah 2 Korintus 11:22-28, dan Paulus berbicara tentang semua kesulitan dan rasa sakit dan semua pencobaan yang telah ia alami. Kapan pun Anda berpikir bahwa Anda mengalami hari yang buruk, bacalah perikop ini. Itu akan membuat Anda merasa jauh lebih baik. Ia telah mengalami segala macam penderitaan, tetapi yang ia katakan berulang kali adalah, “Hal ini terjadi demi kepentingan gereja. Aku mengalami penderitaan demi kepentingan orang lain.” Betapa hal itu merupakan cara hidup yang sangat radikal di dalam kebudayaan kita, mengalami penderitaan. Ingatlah, bukan menderita karena kita berbuat dosa; menderita karena kita mengikuti Tuhan untuk merangkul penderitaan, karena hal itu memungkinkan kita untuk menjadi saluran penghiburan Allah yang lebih besar bagi orang-orang lain. Sesungguhnya, inilah yang Yesus katakan. Ingatkah ketika Dia mengadakan percakapan dengan Petrus di dalam Lukas 22? Dengarkanlah apa yang Dia katakan, “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur...” Dengarkanlah ini: “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Yesus berkata kepada Petrus, “Aku telah memberikan izin kepada Iblis untuk menampi engkau seperti gandum, sehingga engkau dapat melewati pencobaan dan imanmu tidak akan gugur, dan sebagai akibatnya, engkau akan mampu menguatkan saudarasaudaramu dengan cara-cara yang tidak pernah dapat kaubayangkan.” Suatu gambaran yang menampar individualisme orang Amerika, tepat di depan wajahnya. Individualisme seperti inilah yang merangkak masuk ke dalam gereja yang saya yakin kita serap. Dikatakan, “Segala sesuatu berpusat kepada saya. Menderita, menderita sendiri, penghiburan, itu buat saya.” Bahkan di dalam gereja, ketika kita mengalami penderitaan, @David Platt
12
pertanyaan yang selalu kita ajukan adalah, “Apa yang Allah ingin ajarkan kepada saya melalui hal ini? Apa yang sedang Allah tunjukkan kepada saya melalui hal ini?” Itu sama sekali bukan pertanyaan yang buruk untuk diajukan. Itu adalah pertanyaan yang perlu kita ajukan, tetapi bukan itu satu-satunya pertanyaan yang perlu kita ajukan. Bagaimana jika kita mulai bertanya, “Apa yang sedang Allah lakukan melalui hal ini yang memampukanku untuk lebih efektif mengajarkan kepada orang lain tentang siapa Diri-Nya? Apa yang sedang Allah lakukan dalam kehidupanku yang ingin Dia tunjukkan kepada orang-orang di sekitarku ketika aku berjalan melalui penderitaan ini?” Itu merupakan cara hidup yang berbeda secara radikal, yaitu hidup yang merangkul penderitaan, karena hal itu menjadikan Anda sebuah saluran dari penghiburanNya. Bagaimana jika...bagaimana jika Allah menghibur kita, bukan untuk membuat kita merasa nyaman, tetapi untuk menjadikan kita penghibur-penghibur? Renungkanlah hal itu. Bagaimana jika Allah menghibur kita, bukan untuk membuat kita merasa nyaman? Itu bukan akhir permainan, tetapi Dia menghibur kita untuk menjadikan kita penghibur bagi umat-Nya. Inilah gambaran yang kita lihat di dalam 2 Korintus 1 ini. Kita dihibur demi kepentingan orang lain, sehingga kita mempedulikan rasa sakit yang dialami orang lain. Kita harus mempedulikan rasa sakit yang dialami orang lain. Itulah gambarannya. Paulus sedang berkata, “Aku mampu memperhatikan kalian di Korintus dengan lebih baik karena aku telah mengalami masa-masa yang mengerikan.” Itulah yang ia katakan. Perhatikan, izinkan saya menunjukkan kepada Anda hal ini; Lihatlah 2 Korintus 7; Lihatlah 2 Korintus 7. Baliklah beberapa halaman ke sebelah kanan dan Anda akan tiba pada ayat 5. 2 Korintus 7:5. Paulus...kita akan masuk ke tengah-tengah dia yang sedang membicarakan tentang sebagian penderitaan yang ia alami. Sekarang, saya ingin Anda melihat gambar ini. Ini merupakan gambaran yang luar biasa. Dengarkanlah 2 Korintus 7:5. Dia sedang membicarakan tentang penderitaannya. Dia berkata, “Bahkan ketika kami tiba di Makedonia, kami tidak beroleh ketenangan bagi tubuh kami. Di mana-mana kami mengalami kesusahan: dari luar pertengkaran dan dari dalam ketakutan.” Jadi, dia sedang bergumul. Dengarkanlah ini, “Tetapi Allah, yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus. Bukan hanya oleh kedatangannya saja, tetapi juga oleh penghiburan yang dinikmatinya di tengah-tengah kamu. Karena
ia
telah
memberitahukan
kepada
kami
@David Platt
tentang
kerinduanmu,
keluhanmu, 13
kesungguhanmu untuk membela aku, sehingga makin bertambahlah sukacitaku.” Apakah Anda menangkap hal itu? Ingatlah, Paulus sebenarnya mengutus Titus untuk menghibur gereja di Korintus. Tetapi “Gereja di Korintus menghibur Titus,” demikian kata Paulus. Karena Titus terhibur, maka di tengah kesulitan yang dialaminya, Paulus, akan juga dihibur oleh Titus. Terjadilah lingkaran penuh dimana mereka saling menghiburkan. Di sini Anda melihat saling menghibur terjadi sehingga membentuk suatu lingkaran. Ini seolah-olah seperti Anda siap menantikan gaung suara Michael W. Smith sebagai latar belakang. Lagu, “Friends are friends forever” diputar. Inilah gambarannya. Namun, ini dimaksudkan untuk menjadi realitas gereja, bahwa Allah akan bekerja dalam penderitaan saya untuk mengalirkan penghiburan-Nya ke dalam kehidupan Anda, sehingga penghiburan Anda akan mengalir masuk ke dalam kehidupan saya. Inilah gambaran tentang gereja di sini; Kita peduli terhadap luka-luka batin orang lain. Perhatikanlah berbagai catatan pergumulan yang ditempelkan di seluruh ruangan ini, dan saya mengingatkan Anda bahwa Allah telah merancang...Allah telah merancang agar tidak seorang pun di ruangan ini menjalani rasa sakit itu sendirian. Tidak ada seorang pun yang terluka yang harus menjalani hal tersebut sendirian di dalam keluarga iman ini. Dia telah merancang hal ini sehingga kita akan peduli terhadap rasa sakit yang dirasakan oleh orang lain. Bukan hanya mempedulikan rasa sakit yang dirasakan oleh orang lain, tetapi sesungguhnya, Allah telah merancangkan hal itu sehingga kita akan saling menanggung beban; kita akan saling memikul beban satu dengan yang lain. Dengarkanlah ayat 11. Kembali ke 2 Korintus 1:11. Ini merupakan sebuah perkataan yang luar biasa. Dikatakan...Paulus sedang membicarakan tentang bagaimana Allah akan melepaskan mereka, dan ia berkata, karena kamu juga turut membantu kami.... Inilah kata “membantu”, kata yang kehilangan keindahan maknanya. Dalam bahasa asli Perjanjian Baru, mari berpindah sejenak ke dalam kelas bahasa Yunani. Bukan hanya untuk sekedar bersenangsenang. Ini merupakan sebuah kata yang luar biasa. Kata ini sesungguhnya adalah satu kata panjang dalam bahasa Yunani yang terdiri dari tiga kata Yunani yang lebih kecil. Ikuti saya saja, ya. Tiga kata Yunani yang lebih kecil yang menyatu di dalam satu kata ini, dan tiga kata bahasa Yunani yang lebih kecil adalah...yang pertama adalah “dengan”, yang kedua adalah kata “di bawah” dan ketiga adalah “bekerja”. Jadi, yang Anda dapatkan adalah sebuah kata yang menggabungkan kata “dengan” dan “di bawah” dan “bekerja” di sini.
@David Platt
14
Saya pikir ini merupakan suatu gambaran yang luar biasa mengenai gereja. Ikuti saya di sini. Apa yang dibicarakan dalam kata “membantu”, adalah berbicara tentang orang-orang yang bekerja dengan Anda di bawah beban kehidupan kita, bekerja sama dalam suatu misi. Bukankah itu merupakan suatu gambaran yang luar biasa mengenai gereja? Berjalan bersama dengan sesama di bawah beban kehidupan ini; bekerja sama dalam suatu misi. Inilah gambarannya di sini. Itulah sebabnya di dalam Galatia 6:2, Paulus berkata, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu.” Itu merupakan suatu perintah. Kita saling menanggung beban dengan cara ini. Anda akan memenuhi hukum Kristus. Kita saling menanggung beban. Allah tidak merancang satu pun dari luka-luka, beban, kekhawatiran, pergumulan tersebut untuk ditanggung sendirian. Kita memiliki tanggung jawab ilahi untuk memikul bersama-sama beban yang ada di seluruh ruangan ini. Inilah rancangan Allah dalam penderitaan dan dalam penghiburan-Nya, dan ini merupakan suatu pengingat, ketika kita datang ke gereja, kita adalah persekutuan orang-orang yang hancur hati. Kita adalah persekutuan orang-orang yang hancur hati. Inilah gambaran di sini. Anda tiba pada ayat 7 di dalam 2 Korintus 1, dikatakan, “Karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.” Kata untuk “turut mengambil bagian” adalah kata...kita telah membahas
kata
itu
sebelumnya...”koinonia”.
Sesungguhnya
kata
itu
diterjemahkan
“persekutuan” di berbagai tempat di Kisah Para Rasul dan pada kitab lain di dalam Alkitab, tetapi ini berbicara tentang di mana letak kesamaan dari semua ini. Kita sama-sama menderita. Tidak satu pun dari antara kita...kita mungkin ingin mengedepankan seolah-olah segala sesuatu selalu baik-baik saja, tetapi tidak seorang pun dari kita yang tidak memiliki kebutuhan dan lukaluka dan pergumulan dalam kehidupan kita. Hal-hal tersebut terwakili di seluruh ruangan ini. Jadi, kita saling berbagi penderitaan, tetapi keindahan dari hal itu adalah bahwa Allah merancangkan hal itu sehingga kita saling berbagai dalam penghiburan kita. Jadi, kita saling berbagi kehidupan. Itulah sebabnya kita banyak membicarakan tentang kelompok kecil, karena kita ingin membagi kehidupan kita dengan orang lain, dan hal itu tidak mungkin terjadi dengan 4.000 orang. Hal itu tidak mungkin terjadi dengan 100 orang atau 50 orang lain untuk berbagi tentang penderitaan dan berbagi tentang penghiburan yang sama. Bagaimana kita tiba pada titik di mana kita menyadari apa yang disadari oleh gereja Perjanjian Baru, bahwa kita saling menanggung beban dan kita memiliki kepedulian yang rela berkorban bagi orang lain? @David Platt
15
Kita bukan hanya duduk bersebelahan dalam sebuah ruangan satu kali seminggu. Kita tidak hanya menyembah bersama atau mengadakan Pendalaman Alkitab bersama. Kita berjalan bersama menjalani kehidupan ini, dan kita mengalami segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita bersama, dan kita saling berbagi dalam penderitaan di tengah-tengah kehidupan ini, dan akibatnya, kita berbagi penghiburan. Jika satu anggota tubuh menderita, apa yang Paulus katakan di dalam 1 Korintus 12:24-26? Jika satu anggota tubuh menderita, maka semua angota turut menderita, dan jika satu anggota bersukacita, setiap anggota bersukacita bersama. Inilah desain gereja. Kekristenan bukanlah orang yang sendirian bersekutu dengan orang yang sendirian. Kekristenan adalah sebuah persekutuan diantara orang-orang yang hancur hati di mana kasih Allah menembus masuk ke dalam kehidupan kita masing-masing dan mengalir ke dalam kehidupan satu dengan yang lain. Kita harus mengawal ini. Kita harus mengawal ini dalam kita bergereja. Sebagai catatan tambahan…catatan tambahan, inilah juga sebabnya mengapa kita di Gereja Brook Hills akan dengan sungguh hati terlibat dalam mendukung gereja-gereja yang teraniaya di seluruh dunia. Seharusnya gereja malu jika saudara-saudari kita yang menderita karena terbelenggu dan berada dalam sel penjara pada hari ini tidak menerima penghiburan yang mengalir dari kita. Allah ingin agar penghiburan-Nya di dalam kehidupan kita mengalir kepada mereka, bukan tetap tinggal di kursi empuk yang indah. Keindahan dari hal itu adalah, jangan lewatkan ini, mereka telah mengalami penderitaan yang besar. Akibatnya, mereka telah memperoleh penghiburan yang besar, dan Allah rindu agar penghiburan mereka mengalir ke dalam kehidupan kita. Tidak perlu berjalan lama melalui desa-desa yang hancur akibat perang di Sudan, untuk mendengar mereka mengatakan, “Allah Mahakuasa,” berulang kali, sehingga hal itu membawa penghiburan yang radikal bagi Anda di tengah-tengah pencobaan dan pergumulan yang sedang Anda hadapi. Ini adalah gambaran mengenai gereja, dan kita perlu merangkul hal itu dengan segala sesuatu yang kita miliki. Kita bersukaria dalam kemuliaan Allah. Kita mengalami penderitaan di dalam Tuhan sehingga kita dapat saling menyalurkan penghiburan dari Tuhan kepada orang lain. Kita dihibur demi kepentingan orang lain. Semuanya berujung pada kebenaran terakhir ini. Kita bersukaria dalam kemuliaan Allah. Ketika dua kebenaran ini menjadi kenyataan, hal itu akan menuntun kita untuk melihat dan mengalami dan @David Platt
16
mengecap kemuliaan Allah dengan cara-cara yang belum pernah kita alami sebelumnya. Itulah sebabnya gereja dirancang seperti ini. Ketika Paulus tiba pada ayat 8 sampai dengan 11, ia mulai berbicara tentang…ia berkata, “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil.” Kita tidak mengetahui secara pasti penderitaan seperti apa yang Paulus maksudkan, dan ini ironis, karena ia berkata bahwa ia tidak ingin kita tidak mengetahui hal itu, tetapi dia tidak memberitahu kita, tetapi ia melanjutkan dengan menyebutkan beberapa hal…dan ini diilhami oleh Roh Kudus, jadi kita terima saja hal itu. Ia sedang mengalami masa paling sulit di Asia, dan berdasarkan 2 Korintus 11:23-28, kita tahu bahwa hal itu kemungkinan termasuk rasa sakit secara fisik, dipukuli, bahkan mungkin juga dipenjarakan. Ia tiba pada titik ini…inilah yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Kami telah putus asa juga akan hidup kami.” Ia berada di titik terendah dalam kehidupannya. Namun demikian, saya ingin Anda melihat gambaran mengenai penderitaan dan penghiburan yang ia jabarkan sampai dengan titik ini berujung di mana. Dengarkanlah kesimpulannya. Dia berkata pada pertengahan ayat 9, “Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” Kalimat yang luar biasa. “Aku mengalami pemukulan dan pemenjaraan sehingga aku tidak lagi bergantung pada diriku sendiri, tetapi kepada Allah, yang membangkitkan orang mati.” Apa yang sedang dikatakan Paulus di sini adalah bahwa di tengah titik terdalam dari penderitaannya, ia tahu bahwa Allah adalah kemenangan-Nya, bahwa kuasa yang membangkitkan Kristus dari kematian adalah kuasa yang menghibur dia di tengah keputusasaannya. Itulah gambarannya. “Allah adalah kemenangan kita,” kata Paulus. Bukan hanya kemenangan kita, Dia adalah penyelamat kita. Ia melanjutkan dengan berkata, “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami.” Paulus mengungkapkan keyakinan yang besar di sini, walaupun ia berada di tengah keputusasaan, bahwa Allah akan menyelamatkan. Allah selalu menyelamatkan. “Selalu, David?” Ya, selalu. Di sini saya akan mundur…membawa kita kembali ke Kisah Para Rasul 12. Anda ingat Petrus dan Yohanes sedang berada di dalam penjara. Petrus bebas dari penjara dengan cara yang ajaib melalui pertolongan malaikat yang membawanya keluar. Yakobus dipenggal di dalam penjara. Jadi bagaimana tentang hal itu? Apakah Petrus diselamatkan sedangkan Yakobus tidak? Tentu saja bukan seperti itu. Ketika Yakobus dipenggal, bukan berarti bahwa hidupnya berakhir. @David Platt
17
Itu adalah saat ketika kehidupannya dimulai, karena ada pribadi Allah yang membangkitkan orang mati, yang telah mengalahkan kematian dan dosa dan kubur. Bukan masalah bagi Yakobus. Ia memiliki kekekalan dengan kemuliaan Allah berada di depannya. Kadang kala Allah meluputkan kita dari pencobaan. Kadang kala Allah melepaskan kita di tengah-tengah pencobaan. Dia adalah kemenangan kita, Dia adalah penyelamat kita, dan Dia adalah pengharapan kita. Pengharapan kita…dengarkanlah apa yang ia katakan. Ia berkata, “Kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi.” Ini bukanlah suatu harapan bahwa mungkin segalanya akan beres pada akhirnya. Paulus memiliki pengharapan teguh bahwa Allah memiliki suatu tujuan dalam penderitaan, bahkan dalam hal-hal yang paling sulit yang dialaminya dalam kehidupan ini, dan inilah gambaran dari kitab ke kitab di dalam Alkitab. Kejadian 50, “Dunia memang mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allah menggunakannya untuk untuk kebaikan. Pengharapannya adalah fakta bahwa Allah memiliki suatu tujuan bahkan di tengah masa terkelam dalam kehidupan kita, dan di sinilah inti dari seluruh perikop ini. Apakah pengharapan itu? Pengharapan itu adalah ini: Pengharapan adalah bahwa Allah menggunakan penderitaan demi kepentingan kita, bahwa Allah menggunakan penderitaan dalam hikmat-Nya yang tak terbatas untuk memperlihatkan Diri-Nya kepada kita dengan cara yang tidak pernah dapat kita lihat melalui cara yang lain. Saya tidak mau mengatakan bahwa itu adalah kebenaran yang mudah untuk diterima, tetapi itu alkitabiah, tercatat di seluruh Alkitab. Malcolm Muggeridge mengungkapkannya dengan baik sekali. Ia berkata, Berlawanan dengan apa yang kita harapkan, saya mengingat kembali pengalamanpengalaman yang pada saat itu terasa begitu menyusahkan dan menyakitkan. Saya mengingat kembali pengalaman-pengalaman tersebut dengan kepuasan yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Yang dapat saya katakan dengan kebenaran yang sempurna adalah bahwa segala sesuatu yang telah saya pelajari dalam 75 tahun masa hidup saya di dunia ini, segala sesuatu yang telah sungguh-sungguh memperbesar dan memberi penerangan bagi keberadaan saya, adalah melalui penderitaan dan bukan melalui kebahagiaan. Tidakkah Anda bersyukur bahwa kita memiliki Allah yang membalikkan hal-hal yang paling sulit dalam kehidupan kita menjadi hal yang paling berharga dalam pengenalan kita tentang Dia dan pengenalan akan tujuan hidup kita yang telah ditetapkan oleh-Nya? @David Platt
18
Allah menggunakan penderitaan untuk kepentingan kita dan penghiburan-Nya mengalir ke dalam hidup kita. Namun, bukan hanya demi kepentingan kita, Dia menggunakan penderitaan untuk kepentingan orang lain. Tujuan-Nya melalui penderitaan adalah untuk memampukan kita menghibur orang lain, karena ketika kita bersama-sama menjalani penderitaan, kita juga saling menghibur dan itulah sebabnya kita membuat kelompok-kelompok kecil, dan kita akan memberikan diri kita kepada kelompok-kelompok kecil, karena setiap kebutuhan, setiap luka hati, dan setiap pergumulan itu penting. Ada keluarga-keluarga yang membutuhkan perhatian dan dukungan dan ada banyak pernikahan yang membutuhkan dukungan, dan ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan dukungan. Kita semua memiliki beban yang tidak dimaksudkan Allah...tidak pernah dimaksudkan oleh Allah untuk ditanggung sendirian. Kita harus memperhatikan hal ini. Saya pikir di dalam gereja kita memiliki kecenderungan untuk melewatkan hal ini pada satu atau dua ekstrim. Pada ekstrim yang satu, ketika mengalami masa-masa sulit dan pergumulan dan pencobaan, kita memiliki suatu kecenderungan untuk menutup diri. Saya ingin mengatakan hal ini sesensitif mungkin. Kita memiliki suatu kecenderungan untuk mulai berkubang dalam sikap mengasihani diri sendiri dan individualisme terisolir yang tidak pernah dimaksudkan oleh Allah bagi kita. Bukan maksud saya mengecilkan luka hati itu, tetapi saya sedang mengatakan ini: Jika kita berusaha untuk menjalani penderitaan sendirian, kita kehilangan keseluruhan makna dari rancangan Allah dalam keadaan kita. Ekstrim lain yang seringkali kita jalani di gereja adalah…dan sekarang saya menyadarinya...saya sungguh-sungguh menyadari bahwa di seluruh ruangan ini ada banyak diantara kita yang telah menceritakan penderitaan dan luka hati kita di gereja, dan akibatnya, kita malah lebih terluka daripada sebelumnya. Saya rasa ada kisah-kisah seperti itu di ruangan ini. Saya tidak bermaksud untuk mengecilkan rasa sakit yang diakibatkan oleh hal itu, tetapi pada saat yang sama, saya tidak ingin mengatakan bahwa kita tidak dapat menerima hal itu dan menarik diri serta mengisolir diri kita dalam individualisme. Kita perlu datang bersama dan melihat gambaran gereja yang saling berbagi dalam penderitaan dan berbagi dalam penghiburan satu dengan yang lain. Untuk itulah kita menjalaninya ketika kita berbicara tentang kelompok kecil, karena ini adalah jenis komunitas yang Allah ingin kita miliki. Kita menderita untuk kepentingan orang lain. Allah menggunakan penderitaan untuk kepentingan orang lain, dan akhirnya, Allah menggunakan penderitaan untuk Diri-Nya. Ini @David Platt
19
adalah pengharapan Paulus, bahwa ketika Allah menghibur kita dalam penderitaan kita, dan Ia mampu untuk mencurahkan penghiburan itu ke dalam kehidupan orang lain, hasilnya adalah orang itu mendapatkan penghiburan yang besar di dalam Allah dan memberikan kemuliaan yang besar kepada Allah. Inilah alasan mengapa saya ingin ada kelompok kecil. Itulah sebabnya kita akan berbagi kehidupan bersama seperti yang digambarkan dalam 2 Korintus 1, karena kita ingin orang-orang di seluruh Birmingham dan di segala bangsa tahu bahwa penghiburan Allah itu luar biasa, dan kita menginginkan hal itu mengalir ke dalam kehidupan kita, sehingga mereka melihat kemuliaan-Nya yang besar. Saya tidak berkata bahwa kebenaran-kebenaran ini mudah kita terima di dalam pikiran, hati atau pun membuat Anda merasa nyaman, tetapi saya ingin Anda merenungkan bersama saya tentang bagaimana salib merupakan contoh untuk gambaran ini; menyoroti, mendemonstrasikan gambaran ini. Yesus, Anak Allah, Allah di dalam daging yang tidak satu kali pun berbuat dosa, mengalami penderitaan di atas kayu salib sehingga, terpujilah Nama-Nya, Dia dapat menyalurkan kepada kita semua penghiburan dari Allah. Dia menderita demi kita sehingga 2.000 tahun kemudian, kita dapat memberi-Nya kemuliaan yang besar karena penghiburan yang telah Dia berikan kepada kehidupan kita. Salib adalah gambaran di mana semua hal ini menyatu, jadi melalui salib, marilah kita bangkit sebagai gereja dan menjadi gereja yang saling memperhatikan satu dengan yang lain. Ya Tuhan, jadikanlah kami suatu komunitas yang benar-benar peduli terhadap kebutuhan orang lain, benar-benar peduli akan kebutuhan di Birmingham dan kebutuhan segala bangsa dan melakukannya dengan suatu cara di mana Engkau mendapatkan kemuliaan melalui penghiburan besar yang mengalir dari kehidupan kami. Kita tidak dapat berdiri teguh dengan cara duduk dalam kebaktian dan mengunjungi gereja itu lagi. Bahkan kita tidak dapat berdiri teguh dengan melakukan hal itu dan mengikuti Pendalaman Alkitab dan merasa sudah selesai. Ini bukan poin penting dari Perjanjian Baru. Poin pentingnya adalah kita merupakan suatu komunitas iman, dan kita saling berbagi kehidupan bersama-sama. Kita memikul berbagai beban dan luka hati serta pergumulan bersama-sama, dan kita saling memperhatikan satu dengan yang lain, dan kita saling menanggung beban satu dengan yang lain, dan akibatnya, Allah mendapatkan kemuliaan di dalam gereja-Nya. Jadi Apa Yang Perlu Anda Lakukan Saat Ini? Saya ingin menantang kita; Saya ingin menantang Anda. Tantangan saya bagi setiap orang yang datang untuk beribadah di dalam ruangan ini, kecuali Anda yang sudah tergabung dengan @David Platt
20
keluarga iman lain, dan jika demikian ikutlah terlibat dalam berjalan dan berbagi kehidupan dengan kelompok kecil orang percaya di sana. Namun, bagi yang lain, tantangan saya bagi setiap orang yang menghadiri kebaktian di sini adalah, selama Musim Gugur ini, Anda membuat suatu komitmen delapan minggu untuk berjalan bersama dengan sebuah kelompok kecil; hanya delapan minggu. Rencananya adalah tanggal 9 September, kami akan mengumumkan seluruh pemimpin kelompok kecil yang baru. Kami akan mengumumkan kembali kelompok kecil yang sudah berjalan dan dimulai pada tanggal 9 September sampai dengan akhir Oktober, delapan minggu, kita akan berjalan bersama dalam kelompok-kelompok kecil, memuridkan bersamasama. Kita akan belajar seperti apa hidup bersama, dan kita akan menjalani kehidupan bersamasama. Tantangan saya bagi setiap orang diantara kita adalah membuat sebuah komitmen saja, dan setelah delapan minggu, Anda mempunyai banyak pilihan. Anda bisa terus melanjutkan berjalan bersama dengan kelompok kecil itu atau Anda dapat berkata, “Ini tidak berpengaruh apa-apa. Mungkin ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan suatu gambaran mengenai hal ini dalam kehidupan saya atau kehidupan keluarga saya.” Anda akan memiliki pilihan itu, tetapi ini hanya komitmen selama delapan minggu. Saya ingin mendorong Anda untuk mengambil bulletin gereja sekali lagi, dan di dalamnya, ada sebuah kartu yang bertuliskan “Terhubung dengan Komunitas”, terhubung dengan komunitas. Malam ini dan selama dua minggu ke depan, tantangan saya bagi Anda, berdasarkan pada apa yang baru saja saya katakan, dan tantangan saya bagi Anda adalah mengisi kartu itu, memasukkannya kembali dan berkata, “Baiklah, saya mau menjadi bagian dari sebuah kelompok kecil selama delapan minggu. Saya akan berjalan bersama dengan sebuah kelompok kecil dalam rangka pemuridan.” Ada informasi di sini yang saya ingin menantang Anda, dan Anda jika Anda bisa mengisi semuanya pada malam ini, lakukanlah. Anda mempunyai tiga minggu ke depan untuk melakukan hal ini, tetapi lebih cepat lebih baik. Akan diperlukan kerja keras untuk mengkoordinir semuanya. Tetapi itu layak dilakukan. Bagaimana pun, lebih cepat lebih baik, dan apa yang Anda peroleh dari kartu itu, izinkan saya menjelaskannya secara cepat kepada Anda. Setengah bagian pertama sesungguhnya hanyalah informasi demografi, cukup mendasar, dan kemudian di bagian bawah kartu itu, tertulis, “Kelompok kecil seperti apa yang Anda minati?”
@David Platt
21
Sekarang, pada titik ini, saya ingin mengatakan ini. Jika saat ini Anda sudah bergabung dengan sebuah kelompok kecil di Brook Hills, dan Anda senang dengan kelompok kecil itu; jika Anda senang berada dalam kelompok itu, Anda tidak perlu mengisi apa-apa pada kartu itu. Itu tidak perlu. Namun, jika Anda belum bergabung dengan kelompok kecil, yaitu dua pertiga dari orang-orang yang berkumpul dalam ibadah ini, atau jika Anda berada dalam sebuah kelompok kecil dan Anda menginginkan suatu perubahan kecil dalam hal kecepatan atau menginginkan sedikit perubahan, itu boleh-boleh saja. Maka, Anda mengisi kartu itu dan menuju ke bagian bawah, di mana tertulis, Kelompok kecil seperti apa yang Anda minati? Ada berbagai pilihan di sana. Saya ingin Anda mengetahui bahwa ada pilihan penitipan anak yang tersedia bagi kelompok kecil tengah minggu, kelompok kecil Minggu pagi, dan kelompok kecil Rabu pagi. Ada pilihan penitipan anak yang tersedia untuk hal itu, jadi jika Anda berpikir tentang keluarga, anak-anak, penitipan anak tersedia bagi kelompok kecil tersebut; kelompok kecil tengah minggu mau pun Minggu pagi dan Rabu pagi. Kemudian, Anda ke bagian bawah lagi, ada tertulis, “Kelompok/pemimpin tertentu: Saya lebih senang berada satu kelompok dengan…” Kemudian ada tempat kosong di sana. Jika Anda mengenal seseorang yang adalah pemimpin kelompok kecil, dan Anda ingin menjadi bagian dari kelompok kecil mereka, tuliskanlah di sana. Itu luar biasa. Atau, jika Anda kenal, jika Anda mempunyai seorang teman atau keluarga lain dan Anda ingin berada satu kelompok dengan mereka, mungkin mereka tidak memimpin, tetapi Anda ingin bergabung dengan mereka, maka Anda pun boleh mengisinya di tempat kosong tersebut, dan kami akan menyesuaikan segalanya. Juga, pada bagian belakang, ada yang kami sebut “Kelompok Kecil Unik” yaitu kelompok kecil yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kesamaan hobi atau kesamaan dalam hal apa pun, bisa kelompok kecil para orang tua angkat, atau kelompok kecil para pecinta sepeda…atau mungkin juga kelompok kecil jaket kulit. Jika Anda mau menjadi bagian dari kelompok tersebut, Anda mengisi di tempat kosong di sana. Kemudian Anda tiba pada bagian akhir, di mana tertulis, “Masukkan formulir yang sudah diisi ke dalam kantong persembahan atau masukkan ke dalam kotak khusus di lobby.” Pada malam, ini, kita akan mulai mengumpulkannya dan minggu depan pun demikian. Ini merupakan tanggapan kita terhadap Firman yang ingin kita terapkan, bukan? Kita akan mengadakan komunitas alkitabiah secara serius.
@David Platt
22
Jadi, yang ingin saya lakukan adalah mengundang para pemimpin pujian untuk maju ke depan dan memimpin kita menyanyikan pujian ketika kita mengakhiri Firman Tuhan, dan saya ingin mengundang Anda di seluruh ruangan ini untuk mulai mengisi formulir tersebut. Jika Anda bisa mengisi seluruhnya, itu baik sekali. Anda bisa memasukkannya ke dalam kantong persembahan yang akan kami kumpulkan pada malam ini. Jika tidak bisa, dan Anda harus berdiskusi dahulu dengan isteri atau suami Anda atau mempertimbangkan berbagai hal, itu juga tidak apa-apa. Isilah sebanyak yang Anda bisa isi dan siapkanlah itu ketika Anda Anda berbakti lagi. Apakah Anda mengisi formulir itu malam ini atau tidak, ketika para pemimpin pujian menyanyi, saya ingin kita semua berdoa; berdoa agar Tuhan akan menjadikan kita suatu komunitas yang saling memperhatikan satu dengan yang lain. Saya ingin Anda merenungkan sejumlah kebutuhan dan luka hati dan pergumulan yang tertulis pada kertas tempel yang ada di jendela di seluruh ruangan ini, dan saya ingin kita merenungkan fakta bahwa Allah telah merancang masing-masing kita untuk menanggung semua itu bersama dengan orang-orang lain. Ini adalah rancangan Allah bagi hubungan di dalam gereja, dan ketika mereka bernyanyi, saya ingin kita berdoa agar Allah akan menjadikan kita sebuah komunitas seperti di dalam 2 Korintus 1, di mana kita saling berbagi dan menderita bersama, dan akibatnya, kita berbagi penghiburanNya bersama-sama. Kemudian kita akan menutup ibadah ini.
@David Platt
23