SECRET CHURCH 6 Salib Kristus Dr. David Platt
Saya mau memulai dengan membaca Kisah Para Rasul 20:17. Ayat itu mengatakan, “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: "Jangan ribut, sebab ia masih hidup." Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecahmecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.” Pembahasan kita kali ini akan cukup panjang, dan saya yakin ada hal yang luar biasa yang akan terjadi, seperti yang dituliskan di dalam pembacaan tadi. Dalam pembahasan yang panjang seperti ini, ada hal-hal yang akan anda dapatkan, yang tidak bisa anda dapatkan dalam sebuah Pembahasan Alkitab 20 menitan. Jadi, kita akan mencoba menyelami apa yang bisa kita pelajari, dengan sangat serius, kita akan melihat banyak bagian yang akan mendasari pembahasan kita, dan memang banyak hal yang akan kita bahas. Bagi anda baru pertama kali bergabung dalam program Secret Church ini, selamat datang untuk anda. Beberapa waktu lalu, ketika menyelesikan pembahasan dari surat Galatia, ada sebuah kutipan yang senantiasa saya ingat. Kutipan itu saya ambil dari perkataan seorang hamba Tuhan yang bernama John Piper. Kutipannaya cukup panjang, tetapi saya harap anda memperhatikannya, karena isi kutipan ini sangat penting. Ia mengatakan, “Anda tidak harus mengerti tentang banyak hal untuk membawa perubahan yang berarti di dunia ini, tetapi memang anda harus mengerti halhal yang sungguh-sungguh penting dan siap untuk hidup dan mati untuk hal itu. Orang-orang yang membuat perubahan yang berarti dan bertahan lama di dunia ini bukanlah orang-orang yang menguasai banyak hal, tetapi yang menguasai sedikit hal-hal yang besar. Kalau anda ingin hidup anda menjadi berarti, kalau anda ingin bahwa riak yang anda hasilkan di dalam kehidupan anda bisa menjadi gelombang yang menjangkau ujung dunia dan bergulung menjalani abadabad sampai kekekalan, anda tidak harus memiliki IQ yang tinggi. Anda tidak harus tampan dan kaya. Anda tidak harus berasal dari keluarga yang terpandang atau sekolah yang terkenal. Yang harus anda ketahui adalah sedikit hal yang besar, agung, tidak berubah, jelas, sederhana dan mulia dan kemudian siap untuk dinyalakan oleh apinya.” Ia melanjutkan, “Tetapi saya tahu bahwa tidak semua orang ingin memiliki kehidupan yang membawa perubahan. Ada banyak orang, yang tidak perduli apakah ia membawa perubahan yang berarti untuk sesuatu yang besar atau tidak. Orang-orang ini hanyalah ingin agar orang lain menyukainya, atau bahwa ia merasa cukup bisa bertumbuh dan kemudian mendapatkan pekerjaan yang baik, pasangan yang baik dan beberapa anak yang baik dan kendaraan yang baik dan kesempatan menikmati liburan yang baik dan memiliki beberapa sahabat yang baik, lalu bisa pensiun dengan cepat, mati dengan tenang dan masuk surga, dan kalau bisa mendapatkan semuanya itu, sudah merasa puas.” Ia menutup pernyataannya dengan mengatakan, “Itu tragedi yang masih sedang dibuat.” Kemudian ia memakai dua ilustrasi. Ia adalah seorang gembala, dia mengatakan, “Tiga minggu yang lalu kami mendapat kabar di gereja kami bahwa Ruby Elias dan Laura Edwards baru saja meninggal dunia di Kamerun. Ruby berusia 80 tahun. Ia membujang sepanjang hidupnya, dan ia sudah mencurahkan hidupnya untuk satu hal yang besar, untuk membuat Yesus Kristus dikenal di antara orang-orang yang belum dijangkau, yang miskin dan yang sakit. Laura adalah seorang janda, ia seorang dokter, usianya mendekati 80 tahun dan mendampingi Ruby dalam pelayanan di Kamerun. Rem mobil mereka blong dan mobil mereka terjun ke jurang dan keduanya langsung meninggal di tempat.” John Piper melanjutkan, “Saya bertanya kepada
jemaat saya, “Tragedi yang buruk, bukan? Dua orang yang didorong oleh satu visi besar yang sama, yang melakukan pelayanan yang tidak dikenal kepada orang-orang miskin yang menuju kebinasaan dan semuanya bagi kemuliaan Yesus Kristus, sementara mereka bisa pensiun dua puluh tahun sebelumnya seperti kebanyakan orang-orang Amerika yang pensiun dan kemudian menjalani kehidupan yang teratur di Florida atau New Mexico yang indah?” Tidak. Ini sama sekali bukan tragedi. Ini kemuliaan.” John Piper melanjutkan, “Saya mau menunjukkan apa tragedi itu. Saya akan membacakan sebuah artikel dari Reader’s Digest dan menunjukkan apa yang namanya tragedi itu. Bob dan Penny memutuskan untuk pensiun dini dari pekerjaan mereka ketika mereka berusia 59 dan 51 tahun. Mereka sekarang hidup di Punta Gorda, Florida dimana mereka berkeliling dengan rumah-mobil mereka, dengan bebas bermain softball dan menyalurkan kesukaan mereka mengumpulkan kerang. Sungguh-sungguh kehidupan impian. Tetapi di akhir kehidupan, anda hanya memiliki satu kehidupan saja dan anda sudah melewatkan pekerjaan besar berlalu, dan anda harus menghadap sang Pencipta. Bayangkan kalau di sana anda hanya bisa mengatakan, “Saya berhasil mengumpulkan banyak kerang yang indah. Apakah Engkau mau melihatnya, Tuhan?” Ini baru yang namanya tragedi, dan banyak orang di jaman ini yang menghabiskan begitu banyak uang untuk meraih impian yang tragis seperti itu, dan saya mau memperingatkan anda agar tidak tergoda untuk membelinya juga.” Dan karena itu sekarang saya mau mengatakan kepada anda, dengan menggali dari Alkitab, dan berbicara kepada setiap remaja atau pemuda atau mahasiswa dan semua pria dan wanita, kepada orang-orang dewasa yang mendengarkan program ini. Saya mendorong anda untuk memastikan bahwa anda menjalani kehidupan yang berarti. Kalaupun anda mau terikat kepada sesuatu, atau memburu sesuatu, biarlah sesuatu itu adalah salib Kristus. Dan saya mau mengatakan bahwa kalau kehidupan anda tidak ditundukkan kepada salib Kristus, maka anda akan menyia-nyiakan kehidupan anda. Kehidupan anda akan menjadi tragedi yang menyedihkan. Karena keyakinan akan pentingnya hal ini, maka saya berbicara saat ini. Jadi, kita akan menggali, dan kita akan mencari kebenaran di balik salib Kristus. Kalau anda memiliki catatan dari kami, buka catatan anda, dan anda akan menemukan di sana, “Pentingnya salib Kristus.” Saya ingin meletakkan dasar untuk keseluruhan pembicaraan kita. Pentingya salib Kristus. 1 Korintus 1:18, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” Inilah sebabnya Paulus mengatakan di dalam 1 Korintus 2:2, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Kristus dan kayu salib-Nya adalah segalanya. Jadi, inilah yang akan kita lakukan. Pertama-tama, untuk mengingat sisi sejarah dari kayu salib, mengingat sisi sejarah dari kayu salib. Kita akan berpikir mengenai peristiwa yang nyata di dalam sejarah yang terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu. Ada beberapa kutipan yang saya ambil di bagian awal untuk memberikan kepada anda gambaran mengenai Kristus dan sejarah. Napolen sendiri pernah mengatakan, “Segala sesuatu tentang Kristus menakjubkan saya. RohNya memukau saya. Kehendak-Nya mengherankan saya. Di antara Dia dengan siapapaun di dunia ini, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan-Nya. Saya mencari apapun yang setara dengan Yesus Kristus atau sesuatu yang bisa menyamai Injil, tetapi sia-sia, di dalam sejarah dan di antara manusia atau alam semesta tidak ada yang bisa menunjukkan kepada saya sesuatu yang bisa menyamai atau yang bisa menandingi-Nya. Ia memang sangat luar biasa.” Itulah Pribadi Kristus, dan kita tahu, bahwa orang-orang Kristen yang sekuler sekalipun akan mengakui kebesaran dan betapa pentingnya pribadi Kristus, tetapi makna kayu salib, kayu salib adalah titik pusat dari seluruh sejarah. Robert Leighton mengatakan, "Jika seluruh dunia ini dibandingkan dengan salib Kristus, maka dunia ini menjadi sangat tidak berharga.” Semua yang terjadi di sepanjang sejarah berpusat di sekitar kayu salib, yang akan kita perhatikan saat ini, bukan hanya berkaitan dengan kenyataan sejarah saja.
Kedua, untuk menyelidiki rahasia theologis dari kayu salib. Kita akan menemukan, kenyataan sejarah tentang kayu salib, tetapi juga rahasia theologis yang semakin dalam di balik kayu salib, dan di sinilah kita harus sungguh-sungguh menyimak, karena saya yakin bahwa kebanyakan kita sudah mengenal kenyataan sejarah mengenai kayu salib, dan kebanyakan kita bahkan mungkin sudah menyaksikan film The Passion of the Christ. Dan banyak yang mungkin membayangkan film itu ketika kita membahasnya. Alasannya adalah karena gambaran ini yang menempel di dalam pikiran kita, namun kalau hanya itu yang kita miliki mengenai kayu salib, maka pemahaman kita itu sangatlah dangkal. Ada kebenaran-kebenaran yang jauh lebih dalam. Di sinilah semua theologi Kristen bergabung bersama. Doktrin tentang manusia, doktrin keselamatan,semua doktrin itu bergabung bersama di sini, dan kalau doktrin kita salah tentang Allah dan manusia dan Kristus dan keselamatan, maka kita tidak akan pernah bisa memahami kayu Salib, dan kalau pemahaman kita tentang kayu salib itu lemah, maka pemahaman kita tentang Allah juga lemah, dan pemahaman kita akan diri kita juga lemah, dan pemahaman kita tentang apa artinya keselamatan juga akan terhanyut ke dalam berbagai pandangan yang muncul di jaman ini. Semua itu karena kurangnya pemahaman tentang rahasia theologis di balik kayu salib, doktrin kematian yang sebenarnya merupakan inti Injil, dan yang sangat penting bagi kehidupan kekal kita. Saya suka dengan kutipan dari Thomas Brooks, "Darah Kristus adalah kunci ke Surga.” Saya yakin bahwa kita menjadi bagian dari budaya gereja masa kini yang sudah membangun Kekristenan dengan hanya sedikit kayu salib, dan sebagai akibatnya—kita akan membahasnya nanti, tetapi akibatnya saya yakin adalah adanya orang-orang yang menerima Kekristenan tanpa kayu salib, dan akibatnya, kekekalan mereka dan pandangan mereka tentang kekekalan juga keliru karena mereka sudah terjebak ke dalam injil yang sebenarnya bukan Injil yang Alkitabiah. Jadi, tantangan saya sebenarnya, lebih penting dari semua yang akan kita lakukan dalam program kita, adalah untuk menanyakan kepada anda, “Sudahkah anda sungguh-sungguh percaya kepada Kristus di kayu salib?” Dan saat kita memandang kepada kebenaran ini, tanyakan kepada diri anda sendiri, dimanakah kehidupan kekal anda bergantung? Jadi, bagaimana cara kita datang ke dalam pembahasan kita? Kita harus datang dengan kerendahan hati. Ini jelas sekali pengalaman yang sangat menuntut kerendahan hati kita ketika kita mau menyelami dan mempelajarinya. Fakta-fakta di kayu salib. Saya menemukan sebuah kutipan dari Spurgeon, dan kita akan berbicara mengenai rahasia theologis, tetapi di saat yang sama, kita perlu ingat akan kenyataan tentang apa yang kita akan bahas saat ini. Spurgeon mengatakan mengenai Yesus, “Pertama-tama jubah kehormatan-Nya dirampas dan kemudian pakaian-Nya, sampai Ia telanjang dipakukan di kayu salib. Kemudian, Ia mengeluarkan darah kehidupan-Nya, memberikan diri-Nya bagi kita. Akhirnya, mereka membaringkan-Nya di kubur pinjaman. Betapa besarnya kasih sang Penebus kita, bukan? Berdirilah di kaki kayu salib dan hitunglah titik-titik merah yang dengannya anda dibasuhkan; melihat mahkota duri dan punggung yang berbilur, yang masih menitikkan darah. Lihatlah tangan dan kaki-Nya yang ditembuskan oleh paku besi kasar dan bahwa Ia sendiri dihina dan dicemooh. Lihat kepahitan, kesakitan, kepedihan yang ada di dalam batin-Nya, yang nampak jelas di dalam tubuh-Nya. Dengarkan suara-Nya yang berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Kalau anda tidak merendahkan hati anda di hadapan Yesus, maka anda tidak sungguh-sungguh mengenal Dia. Anda begitu terhilang dan tidak ada yang bisa menyelamatkan anda selain pengorbanan Anak Tunggal Allah saat Yesus menjangkau anda, tunduk dengan kerendahan hati di kaki-Nya. Kesadaran akan kasih Kristus yang luar biasa akan membuat kita menjadi semakin rendah hati yang semakin menyadarkan kita akan kesalahan kita. Kesombongan tidak memiliki tempat di bawah kayu salib. Mari kita duduk dan belajar, kemudian mari kita bangkit dan melaksanakannya dalam praktek dan menyimaknya. Jadi, kita datang dengan kerendahan hati, dan kita datang ke kayu salib dengan sangat bergegas. Kita sering memperkecil presentasi kita terhadap Injil sampai menganggap bahwa kalau seseorang bisa memberikan jawaban yang benar atau bisa menaikkan doa yang benar,
maka sudah dianggap bahwa orang itu sudah diselamatkan dari segala dosa mereka sampai kekekalan. Kalau itu yang kita lakukan, kita mengambil urat nadi Injil dan menggantikannya hanya dengan sekedar karet gelang yang tidak berarti. Kita sudah terbiasa mengajak mereka menaikkan doa tertentu, menandatangani formulir tertentu, atau melakukan suatu tindakan tertentu sebagai tanda bahwa mereka sudah diselamatkan. Kita memakai kalimat-kalimat untuk menjelaskan tentang pertobatan yang sebenarnya sama sekali tidak ditemukan di dalam Alkitab. Dan itu karena kita sudah memperkecil kayu salib. Kita sering menganggap Allah sebagai sahabat yang membutuhkan persahabatan kita dan bukannya kita, orang-orang berdosa, yang membutuhkan Dia. Jadi, sekarang, saat kita mengingat semua hal itu, kita melihat betapa seriusnya pembahasan kita, karena inti dari Injil kita temukan dalam pembahasan kita ini. Kita hidup di jaman dimana banyak orang mengatakan, “Dia memang Juruselamat saya, tetapi Dia bukan Tuhan saya, atau saya sudah mengenal Dia sebagai Juruselamat, tetapi Dia bukan Tuhan.” Dan bahkan ada orang Kristen yang berani mengatakan, “Percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat, tetapi anda tidak harus tunduk kepada Dia sebagai Tuhan.” Bagi saya, itu penghujatan. Kalau Dia bukan Tuhan, Dia tidak bisa menjadi Juruselamat. Mustahil. Ada sebuah kutipan Arthur W. Pink yang mengatakan, “Hakekat dari keselamatan di dalam Kristus sangat disalah-artikan oleh banyak penginjil jaman ini. Mereka menganggap Dia sebagai Juruselamat dari hukuman neraka dan bukan Juruselamat dari dosa, dan itulah sebabnya banyak orang yang—banyak orang yang sangat terperdaya, karena ada banyak orang yang ingin bebas dari lautan api neraka tetapi tidak ingin bebas dari hawa nafsu kedagingan dan kehidupan duniawi.” Banyak orang yang mengatakan, “Saya mau menaikan doa untuk bisa masuk surga” tetapi kehidupan mereka sangat jauh dari Allah dan memang tidak mau mendekat kepada Allah. Ini bukan Kekristenan yang Alkitabiah. Dan hal ini mengkerdilkan kuasa salib Kristus. Yang mereka katakan kepada dunia adalah, “Percayalah kepada Kristus, tetapi Ia tidak sungguhsungguh membawa perubahan besar ke dalam kehidupan anda dan anda berjuang melawan dosa dan bergumul melawan ini dan itu.” Salib Kristus lebih dari cukup untuk semua hal itu. Jadi, kita masuk ke dalam pembahasan yang sangat penting. Packer mengatakan, “Untuk mendapatkan kembali Injil yang lama, yang asli dan Alkitabiah, dan untuk membawa kembali pengajaran dan perilaku kita kembali ke jalur yang benar kemungkinan besar adalah kebutuhan yang paling mendesak untuk jaman ini.” Inilah yang disebut kebodohan salib. Kita lebih menyukai berita yang berpusat kepada manusia, budaya yang berpusat kepada manusia, dan di dalam proses itu, mencemarkan kuasa salib itu. Apakah berita yang besar ini, yang untuknya orang-orang percaya di abad pertama rela memberikan hidupnya dan orang-orang percaya di seluruh dunia juga siap memberikan hidup mereka? Sebenarnya, apa yang bisa kita harapkan. Kita akan diperhadapkan kepada beratnya dosa kita. Kita perlu melihat ke dalam diri kita dalam terang salib Kristus. Saya ingin anda berpikir tentang narasi belas kasihan, peristiwa-peristiwa yang menuju ke kayu salib. Dengan siapa anda menyejajarkan diri anda dalam keseluruhan narasi itu? Mungkin dengan Petrus, yang menangis tersedu-sedu ketika menyadari betapa buruknya penyangkalan anda akan Kristus, atau mungkin anda adalah Simon Kirene, anda menggambarkan diri anda memikul salib Yesus bagi Dia. Mungkin anda adalah wanita yang berdiri dari kejauhan, mungkin anda adalah Maria, yang berdiri di kaki salib, memandang kepada Anaknya. Mungkin Yohanes, yang kepadanya Yesus berbicara dari atas kayu salib. Mungkin anda menggambarkan diri anda sebagai salah satu pencuri di sisi Yesus, atau perwira pasukan yang berseru, “Sesungguhnya Dia ini adalah Anak Allah,” setelah melihat Yesus mati. Anda tahu dengan siapa saya menyejajarkan diri? Saya lebih merasa sama dengan orang banyak yang berseru, “Salibkan Dia!” Dan saya yakin bahwa kalau kita jujur terhadap diri kita sendiri, kita semua juga akan merasa demikian. Jim Haney pernah mengatakan bahwa kalau kita tidak berpikir demikian, maka kita sedang melebih-lebihkan diri kita. Sebuah lagu rohani di kalangan orang kulit hitam di Amerika mengajukan pertanyaan ini, “Dimanakah engkau ketika
mereka menyalibkan Tuhan” dan jawabannya adalah ya, kita memang ada di sana. Bukan sebagai penonton, tetapi sungguh-sungguh terlibat aktif, sebagai peserta yang ikut bersalah. Sampai anda melihat kayu salib yang anda buat itu, anda tidak akan bisa menghargai apa yang dilakukan kayu salib itu untuk anda. Jadi, lihat diri anda dalam kisah itu. Penyair besar dari Scotlandia, Horatius Bonar, pernah menuliskan, “Apakah aku yang mencurahkan darahNya yang kudus. Aku memakukan-Nya di kayu kasar. Aku menyalibkan Kristus sang Allah, aku ikut mencemooh-Nya. Dari antara banyak orang yang berseru, aku salah satunya, dan di antara suara-suara kasar itu, aku mengenali suaraku sendiri. Di antara kerumunan di sekitar salib itu, yang mengejek seruan sengsara itu, tetap saja nampaknya, aku yang mencemooh sendirian.” Saat ini kita akan melihat betapa beratnya dosa kita, dan pada saat yang sama, kita akan mengagumi keagungan Allah kita. Kemuliaan Allah. McCheyne mengatakan, “Luka-luka Kristus adalah pernyataan yang terbesar yang pernah ada dari kemuliaan-Nya.” Calvin mengatakan, “Tidak ada kehormatan yang begitu agung, tidak ada tahta yang begitu megah, tidak ada kemenangan yang begitu mulia, tidak ada kereta perang begitu jaya seperti kayu salib yang dipakai Kristus untuk menundukkan maut dan si jahat.” Dan inilah tujuan kita, setelah menyelesaikan pembahasan kita. Dua hal. Setelah menyelesaikannya, kita akan menjalani kehidupan yang bangga akan salib Kristus. Kita akan menyadari bahwa satu-satunya yang kita banggakan di dunia ini adalah salib Kristus, dan kita akan melihat bahwa Kekristenan bukan hanya datang kepada Kristus dan meninggalkan kayu salib di belakang dan berusaha menemukan kebenaran yang lebih besar lagi, Kekristenan berpusatkan kepada salib Kristus dari awal sampai akhir sampai kekekalan, karena sampai kekekalan salib Kristus tetap menjadi pusat segalanya. Dan bukan hanya sekedar pusat. Tidak ada yang akan terjadi dahulu atau kapanpun yang kita pahami di dalam kehidupan kita. Salib Kristus adalah dasar yang di atasnya kita menjalani kehidupan kita hari demi hari demi hari. Anda melihatnya. Kita tidak akan membaca kutipannya, tetapi ada satu kutipan dari tradisi Celtic yang mengatakan bahwa Kristus di atas segala sesuatu. Kristus di dalam segala sesuatu. Salib Kristus adalah segalanya. Kita akan menjalani kehidupan dengan membanggakan salib Kristus, dan yang kedua, kita akan pergi kepada bangsa-bangsa dengan membawa salib kita. Inilah doa saya. Dsa saya adalah agar Allah akan membuat waktu kita bersama menjadi berarti dan bahwa Ia akan memunculkan di dalam diri kita keinginan yang membara untuk membawa salib kepada bangsa-bangsa, dan bahwa saya bisa meyakinkan anda untuk melakukannya. Saya ingin membagikan dengan anda apa yang saya doakan yaitu agar Allah memanggil orangorang dan keluarga-keluarga untuk siap meninggalkan kesenangan pribadi dan siap pergi kepada bangsa-bangsa untuk memperkenalkan salib Kristus, berdoa agar Allah melakukan hal itu sekarang ini. Saya berdoa agar Allah membukakan hati kita sehingga kita bisa mengatakan, “Kristus, saya ingin melihat Engkau dalam semua kemuliaan-Mu, dan sementara itu, saya siap melakukan apapun yang Engkau kehendaki untuk saya lakukan, dan siap menyerahkan diri saya tanpa syarat.” Dan apakah itu berarti bahwa Ia akan memimpin anda menuju ke tempat yang berada di luar kota anda, atau apakah anda harus pindah ke dalam situasi kehidupan yang sama sekali berbeda, anda melakukannya karena salib Kristus sudah mengubahkan kita, saya berdoa agar Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang dengan penuh semangat pergi ke antara bangsa-bangsa memberitakan kabar baik salib Kristus. Isaac Watts, anda tahu bahwa ia adalah seorang penulis lagu rohani. Ia mengatakan, “Aku pahlawan salibkah? Pengikut Domba-Nya, dan apakah aku takut melakukan pekerjaan-Nya atau malu menyebut nama-Nya?” Saya suka sekali bagian yang mengatakan, “Bolehkah aku ke surga dengan senang saja? Sedang yang lain mend’rita prang, capai berkat surga? Tak adakah musuh yang kulawan? Tidakkah darah harus kucurahkan? Apakah dunia ini sahabat kalau aku
mau mendapat anugerah Allah? Karena aku harus berjuang, kalau hujan turun, beranikan aku, Tuhan. Akan kutanggung kesusahan, kutahan kesakitan dengan kekuatan dari Firman-Mu.” Di sini saya mau mengingatkan anda bahwa tujuan dari kebersamaan kita bukanlah untuk sekedar mendengar saja. Tujuannya tentu saja bukan agar anda dihiburkan. Ada banyak hal lain yang lebih menghiburkan anda daripada mendengarkan program ini. Tujuannya bukan untuk menghibur. Tujuannya adalah untuk memperlengkapi. Tujuannya juga bukan untuk membuat anda memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang salib Kristus. Tujuannya adalah agar anda yang mendengarkan program ini akan diperlengkapi dengan Firman Allah agar dapat mengajar bangsa-bangsa tentang salib Kristus, agar anda diperlengkapi untuk membawanya ke keluarga anda, ke tempat anda bekerja, ke lingkungan anda, ke kampus atau sekolah anda, dan di antara bangsa-bangsa lain di antara mereka yang belum terjangkau atau yang sedang teraniaya sehingga anda bisa semakin diperlengkapi untuk mengajar orang-orang lain tentang kemuliaan Kristus di kayu salib. Jadi, itulah sebabnya buku panduan dibuat seluas mungkin, dan bahkan ada catatan yang tidak terbahas karena tidak ada waktu yang cukup bagi kita, dan hanya saya beri catatan di sampingnya. Kalau perlu, buat catatan tambahan di sana yang akan menolong anda untuk lebih diperlengkapi untuk mengajarkan Firman Kristus kepada orang-orang lain, dan karena itu, demi orang-orang lain yang akan anda ajar, perhatikan apa yang akan kita bahas. Inilah pembahasan kita. Kita akan menggali beberapa hal yang akan saya sebutkan garis besarnya. Kenyataan tentang salib Kristus, sejarah dan makna salib—baik, kalau anda harus memberikan penjelasan singkat tentang arti salib, apakah penjelasan anda, dan kemudian dari sana kita akan memasuki perjalanan di dalam salib. Kita akan melihat empat peristiwa mulai dari hari Kamis Putih sampai hari Jumat Agung—empat peristiwa berkaitan dengan narasi tentang Belas Kasih yang akan memberikan kepada kita sudut pandang yang berbeda dalam memahami salib Kristus. Itu perjalanan di dalam salib. Kemudian, kita juga akan melihat lima bagian dari pandangan Calvin, yaitu kerusakan total, pilihan tak bersyarat, penebusan terbatas, anugerah yang tak dapat ditolak, dan ketekunan orang-orang kudus. Di antara semua itu, rasanya doktrin penebusan terbatas yang paling banyak diperdebatkan. Kita akan mencoba melihatnya. Baik, mari kita mulai dengan Kenyataan salib. Kita akan membahasnya dengan cepat, tetapi pada dasarnya, saya ingin memberikan kepada anda catatan dari Alkitab, dan kebanyakan diambil dari kitab Markus. Ada beberapa gambaran yang bekaitan dengan Injil Yohanes, tetapi kebanyakan dari Markus. Ini lebih menjelaskan mengenai urutan waktu menuju penyaliban yang akan menolong anda melihat gambaran tentang apa yang terjadi selama beberapa minggu sekitar dua ribu tahun yang lalu. Pada hari Sabtu anda melihat Yesus diurapi. Kita tidak akan membaca bagian ini di dalam Alkitab, kita akan membahasnya dengan cepat. Pengurapan Yesus, Yesus di Betani, dan Ia diurapi oleh Maria, yang mengambil parfum mahal dan mencurahkannya di kaki Yesus. Hari Minggu, Yesus masuk ke Yerusalem. Ini adalah hari Minggu palma ketika Yesus masuk ke Yerusalem. Kemudian di hari Senin, Ia kembali ke Yerusalem lagi, dan masuk ke Bait Allah. Yesus marah di sana. Ini adalah kemarahan kudus, ketika Ia datang ke pelataran Bait Allah dan mulai membongkar meja-meja pedagang dan kemudian mulai mengajar banyak mengenai penyembahan dan kehendak Allah dan menubuatkan mengenai apa yang terjadi akan Bait Allah berkaitan dengan keseluruhan gambaran mengenai bangsa Israel. Hari Selasa, kita melihat Yesus mengajar, dan ada banyak hal yang terjadi dalam pengajaran dan percakapan-Nya pada saat itu. Sebagai kesimpulan di sini, otoritas Yesus, otoritas-Nya ditantang, dan kita melihat, khususnya para imam dan ahli Taurat menantang otoritas-Nya dan Ia menegaskan otoritas-Nya atas mereka. Jadi, ada panggung yang mulai dibangun di sini, dan jelas sekali muncul ketegangan antara para pemimpin agama dengan Yesus.
Selasa atau Rabu, tidak pasti di hari yang mana, ada pengkhianatan terhadap Yesus. Ini adalah ketika Yudas Iskariot datang kepada para imam kepala untuk mengkhianati Yesus dan kemudian mencari kesempatan untuk menyerahkan Dia. Ini terjadi hari Selasa atau Rabu. Lalu Kamis, Kamis Putih, kita melihat Yesus berkumpul untuk makan perjamuan terakhir dengan para muridNya—jadi, mendekati masa Paskah. Kita akan memperhatikan hal ini. Kita tentu saja melihat di sini kerendahan hati Kristus, dimana Ia membasuhkan kaki para murid-Nya. Saya pernah membaca sebuah narasi dengan anak-anak saya, dan kisahnya adalah mengenai Allah dalam rupa manusia, membasuh kaki para murid-Nya seperti seorang hamba. Setelah pembasuhan kaki itu, ada peristiwa dimana Yesus bernubuat, Ia mengatakan mengenai penyangkalan Petrus, dan kemudian Kristus memberikan penghiburan. Ini secara jelas dituliskan dalam Yohanes 14, 15, dan 16. Ia menjanjikan Roh Kudus. Ia menguatkan mereka. Ia membangun mereka karena apa yang akan terjadi kepada mereka, dan kemudian doa yang dinaikkan Kristus dalam pasal 17 saat Ia menaikkan syafaat untuk para murid-Nya. Kemudian kita masuk ke Taman Getsemani, hari Kamis malam. Kita melihat tiga doa yang menunjukkan kesesakan, tiga kali Ia menyingkir, dan kita bisa melihat hal itu terjadi di taman itu. Ini adalah salah satu bagian dari perjalanan salib yang juga akan kita gali secara mendalam. Tiga doa yang penuh kesakitan, dan sementara itu juga, tiga murid yang sangat kelelahan. Setiap kali Yesus mendatangi mereka, mereka sedang tertidur. Semua yang terjadi di hari Kamis malam itu berujung kepada penangkapan Yesus. Penangkapan Yesus. Yudas datang dan mencium Kristus di pipi dan kemudian Yesus ditangkap di sana. Itu membawa kepada kejadian-kejadian di hari Kamis malam yang panjang dan hari Jumat paginya. Jejak Yesus sebenarnya bisa dibagi dalam dua kelompok pada bagian ini: (1) di depan para penguasa Yahudi. Kita melihat enam gambaran yang berbeda di sini: tiga kali di di hadapan penguasa Yahudi, pendahuluan di hadapan Hanas, dan ditanyai oleh Kayafas, yang juga nanti akan kita bicarakan, dan kemudian ada pengadilan di depan mahkamah agama. Kemudian, setelah semuanya itu, Markus 15:1 mengatakan, “Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.” Ini membawa Yesus ke hadapan para penguasa Romawi. Jadi, Yesus diserahkan kepada para penguasa Romawi, dan Ia pertamatama ditanyai oleh Pilatus lalu ditanyai oleh Herodes dan kemudian ditanyai lagi oleh Pilatus, dan pada waktu ditanyai oleh Pilatus untuk terakhir kali itu, kita melihat dalam Markus 15, “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?" Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!” "'Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!” Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.” Ini membawa kita kepada penganiayaan Yesus. “Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan.” Penyaliban Yesus, kita melihat tiga jam pertama dalam penyaliban-Nya, pada jam ketiga ketika mereka menyalibkan-Nya, disebutkan bahwa Ia disalibkan pada pukul tiga, dan mereka menaruh tulisan ini di atas kepala-Nya, “Raja orang Yahudi.” Yang bisa kita lihat juga adalah bahwa Yesus berbicara dari atas kayu salib beberapa kali. Pertama-tama, dalam Lukas 23, Ia berdoa untuk mereka yang menyalibkan Dia, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Kemudian, ada janji untuk pencuri yang di sisi-Nya, “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Kemudian, kepedulian-Nya kepada ibu-Nya, “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” – dan tiga jam selanjutnya, dimana
kita melihat pada jam keenam kegelapan melanda seluruh tanah itu sampai jam sembilan, dan yang kita lihat kemudian adalah tangisan penuh sengsara, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Kemudian, fase yang lain dari perjalanan ini yang akan kita lihat, pengakuan akan rasa haus-Nya, “Aku haus.” Dan kemudian seruan kemenangan. Ketika menerima minuman itu, Yesus mengatakan, “Sudah selesai.” Dan kemudian seruan penyerahan, “Bapa, ke dalam tangan-Mu Aku serahkan Roh-Ku” setelah itu Ia menghembuskan nafas-Nya yang terakhir. Jadi, itulah perjalanan secara sepintas melintasi kayu salib. Itulah rangkaian waktunya, tragedi yang terjadi. Beberapa orang menyangkali peristiwa ini—tidak ada sejarawan yang sungguhsungguh serius yang menyangkali peristiwa penyaliban ini, tetapi tetap saja ada kelompokkelompok yang tidak mau mengakui kebenarannya. Bahkan dalam salah satu Kitab Suci agama lain disebutkan, “Ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keraguraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa kepadaNya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Mereka melihat kayu salib sebagai sebuah gagasan yang sangat tidak masuk akal. Salah seorang ahli di kalangan mereka pernah menuliskan, “Kami menghormati Yesus lebih dari yang dilakukan orang-orang Kristen. Kami tidak mau percaya bahwa Allah mau membiarkan Dia menderita sampai mati di kayu salib.” Mereka mengatakan bahwa yang kita bicarakan sekarang mengenai Yesus yang mati di kayu salib adalah merendahkan Yesus. Dalam hal ini, kita perlu sungguh-sungguh memahami kebenaran dalam arti yang sebenarnya. Karena keyakinan kita akan hal ini merupakan inti dari seluruh kebenaran yang membedakan antara Kekristenan dengan keyakinan-keyakinan lainnya di dunia ini. Ini bukan mengenai apa yang kita sukai atau tidak sukai, tetapi mengenai berpegang kepada kebenaran. Bahkan, ini bukan mengenai apa yang kita anggap sebagai benar atau tidak benar, tetapi mengenai apakah Yesus sungguhsungguh mati di kayu salib atau tidak. Kalau Ia tidak mati di kayu salib, maka kita hanya membuang-buang waktu saja, dan kita menjadi orang-orang yang bodoh karena mengikuti Kekristenan. Alkitab sendiri mengatakan demikian. 1 Korintus 15, "Kalau Ia tidak mati di kayu salib”—Kalau Ia sungguh-sungguh mati, maka ini menjadi sebuah titik balik yang sangat besar bagi seluruh kehidupan kita di sepanjang kekekalan, dan karena itu, kita perlu sungguh-sungguh yakin tentang apakah Ia mati atau tidak mati di kayu salib. Ini bukan sebuah perbedaan kecil, bukan kebenaran yang kecil. Ini perbedaan yang sangat besar. Beberapa orang menyangkali kenyataan akan salib. Tetapi apapun yang mereka katakan, kayu salib merupakan kenyataan sejarah. Orang-orang Kristen dan orang-orang bukan Kristen memberikan laporan yang sama, bahwa memang Yesus yang mati di kayu salib. Beberapa orang menyangkal salib Kristus, tetapi bahkan di antara orang-orang yang sungguhsungguh menerima kenyataan akan kayu salib itu, banyak juga yang melewatkan makna sesungguhnya dari salib Kristus. Saya mengutip sedikit perkataan Gandhi, “Saya menerima Yesus mati sebagai martir, sebagai perwujudan dari korban dan guru yang Ilahi, tetapi bukan sebagai manusia yang paling sempurna yang pernah dilahirkan. Kematian-Nya di kayu salib adalah teladan terbesar bagi dunia bahwa kalau ada sesuatu nilai yang penuh rahasia atau ajaib di dalamnya, hati saya tidak bisa menerimanya.” Tetapi sebenarnya, apakah Gandhi atau guru agama manapun ataupun di antara jutaan orang yang sudah menonton film The Passion of Christ, mereka tidak menangkap apa sebenarnya yang terjadi di kayu salib, karena sangat mudah untuk melewatkannya. Tadi sebuah contoh, kebanyakan orang memang kehilangan makna salib, yang akan kita pelajari dalam pembahasan kita. Kita semua membutuhkan kebenaran kayu salib. E. Stanley Jones
mengatakan, “Salib adalah kunci. Tanpa itu maka saya tidak akan menangkap apa-apa. Dunia memang tidak akan terbuka untuk saya, tetapi dengan kunci itu, saya memegang rahasianya.” Salib bukan hanya sekedar peristiwa yang perlu dibicarakan, dan salib juga bukan sekedar gambar untuk dilihat. Salib mewakili kebenaran yang harus diyakini. Kebenaran yang harus diyakini, diimani dan dipercayai dengan seluruh kehidupan anda. Jadi, apakah kebenaran itu? Berbicara mengenai sejarah salib di sini. Yang mau saya lakukan adalah memberikan sebuah sinopsis singkat tentang sejarah gereja dan bagaimana orang-orang Kristen di dalam gereja memandang salib itu. Satu kata, dan kata kunci theologis di sini adalah penebusan. Penebusan. Gambarannya adalah bagaimana Allah yang kudus dan manusia yang penuh dosa bisa ada bersama-sama, dipersatukan bersama, dalam penebusan? Apakah syarat atau harga yang harus dibayar? Apa yang harus terjadi agar hal itu bisa terlaksana, agar Allah dan manusia bisa bersama-sama? Bagaimana kayu salib menyediakan keselamatan bagi manusia? Jawabannya memiliki banyak penjelasan, seperti yang akan kita lihat dalam pembahasan kita, tetapi ada banyak sekali teori yang berbeda di dalam gereja mengenai “Apakah pentingnya kayu salib itu?’ Ada banyak teori. Salah satu teori—yang akan kita lihat secara cepat—teori membayar harga tebusan. Para Bapa gereja, mulai dari Origenes sampai theolog abad 20 seperti Gustaf Aulen, yang pada dasarnya mengatakan, “Di kayu salib Yesus membebaskan kita dari kuasa si jahat dengan membayar harga tebusan kepada si jahat.” Jadi, gambarannya adalah kita ditawan oleh si jahat dan Allah membayar harga tebusan kepada si jahat itu berupa kematian Anak-Nya untuk membeli kita sehingga kita lepas dari perbudakan kita. Kalau anda pernah membaca atau menyaksikan film dari novel C. S. Lewis yang berjudul Chronicles of Narnia, anda akan melihat gambaran ini juga. Penyihir jahat di dalam film itu— saya tahu bahwa kalau anda belum membaca atau belum pernah menyaksikan filmnya, sulit untuk membayangkannya—tetapi pada dasarnya, penyihir jahat di dalam kisah itu mengatakan, “Ya, ada harga yang harus dibayarkan kepadaku, baru nanti Edmund aku lepaskan.” Jadi, Aslan harus membayar sejumlah harga itu. Ini gambarannya di sini, dan yang ditonjolkan adalah peranan Kristus sebagai Pemenang. Ia adalah Pribadi yang menaklukan Iblis, membayar harga kepada Iblis untuk melepaskan kita. Saya melihat ada kebenaran di sini, tetapi kita juga harus berhati-hati ketika kita melihat teori ini adalah adanya ide kalau Iblis memiliki hak prerogatif untuk membuat tuntutan kepada Allah. Bahwa Allah berhutang kepada Iblis sesuatu. Ini bertentangan dengan banyak kebenaran yang kita lihat di dalam Alkitab, dan karena itu kita perlu juga hati-hati memandang sebuah teori. Kita melihat teori yang kedua, teori pengaruh moral. Pendukung utamanya, Aberald, seorang teolog abad ke-12. Juga Bushnell, yang sering dianggap sebagai Bapa dari liberalisme modern, liberalisme Amerika. Inti teori ini adalah bahwa sebenarnya tidak diperlukan adanya pembayaran bagi dosa. Kayu salib hanyalah menunjukkan kepada kita bagaimana Allah mengasihi kita, agar kita juga terdorong untuk mengasihi Allah. Allah begitu mengasihi kita, tidak ada harga yang harus dibayar bagi dosa-dosa kita. Ia mengasihi kita, dan karena itu, ketika kita melihat kayu salib, kita bisa melihat bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi kita, dan Ia sungguh-sungguh perduli kepada kita. Teori ini sangat mirip dengan ajaran Injil modern, kasih, kasih, kasih, perduli, kasih yang perduli, dan tidak ada tempat bagi penghakiman dan tidak menampakkan seriusnya dosa. Tidak demikian. Dosa adalah penyakit dan karena itu kita harus disembuhkan darinya, dan Allah sangat mengasihi anda, sehingga Ia menyembuhkan anda. Tetapi inti teori ini adalah : Allah itu kasih, teori pengaruh moral. Kemudian, teori teladan. Socinianisme mengikuti pandangan theolog abad ke-16, Faustus Socinus, yang mengatakan, “Tidak perlu ada pembayaran bagi dosa.” Sekali lagi, ini seperti teori pengaruh moral, tetapi perbedaannya adalah di sini kayu salib hanya menunjukkan Kristus
kepada kita untuk menunjukkan bagaimana caranya kita menjalani kehidupan kita. Ia menunjukkan teladan kepada kita tentang bagaimana mengasihi orang-orang lain. Jadi, Kristus mengajarkan kepada kita bagaiamana kita mengasihi orang-orang lain sebagaimana Ia sudah mengasihi kita. Selanjutnya, teori pemerintahan, yang diangkat oleh Hugo Grotius pada abad ke-17. ia mengatakan, “Tidak perlu ada pembayaran bagi dosa. Kayu salib menunjukkan keadilan Allah ketika hukum dilanggar agar Ia bisa mengajak kita untuk menjauh dari dosa kita.” Bukannya berpusat kepada kasih Allah, Grotius, dalam teori pemerintahan, berpusat kepada penghakiman Allah dan mengatakan, hal ini bukannya harga yang harus dibayar bagi dosa-dosa manusia, bagi dosa manusia secara khusus, tetapi salib merupakan cara Allah mengatakan, “Aku sangat serius mengenai dosa sebagai hakim atas alam semesta, dan Aku akan menunjukkan hal itu di dalam cara kematian Kristus di kayu salib.” Teori pemerintahan, Allah adalah Hakim. Selanjutnya, teori pemuasan, yang diajarkan oleh beberapa pemimpin Gereja latin, yang menjadi tanggapan dalam beberapa bagian kepada teori harga penebusan, dan mereka mengatakan, “Tidak, Iblis tidak menuntut apapun dari Allah. Allah adalah penguasa alam semesta, dan kayu salib memuaskan kehormatan Allah melalui pengorbanan Anak Allah.” Dan kemudian, Anselmus berbicara mengenai bagaimana Allah memulihkan kemuliaan-Nya dan menunjukkan kebesaranNya di kayu salib. Itu intinya. Menunjukkan penguasaan-Nya, pemerintahan-Nya atas segala ciptaan, dan satu hal yang baik di sini adalah Anselmus mulai memusatkan perhatian kepada pemahaman yang berpusat kepada Allah di dalam pemahaman tentang salib. Ini membawa kita kepada teori terakhir yang akan saya sampaikan kepada anda, teori hukuman pengganti, yang pada dasarnya merupakan pemahaman para reformator yang melihat kepada pandangan Anselmus tadi dan mengatakan, “Ya, di sini ada cara pandang yang berpusat kepada Allah. Fokus tentang apa yang terjadi di kayu salib adalah Yesus membayar hukuman yang nyata dari orang-orang berdosa bagi mereka, sebagai pengganti sehingga kebenaran-Nya bisa dikenakan kepada mereka.” Jadi, Yesus mati sebagai pengganti orang-orang berdosa. Sekarang, kita menampung semuanya, dan kita melihat ada banyak teori yang berbeda yang menjelaskan mengenai penebusan, dan saya rasa cukup aman untuk mengatakan bahwa di setiap teori ada kebenaran yang bisa kita serap. Saya sudah mendaftarkan beberapa di sini. Kayu salib tidak diragukan lagi adalah kemenangan atas kuasa Iblis, dosa dan maut. Tidak diragukan lagi. Salib mengkomunikasikan jangkauan kasih Allah kepada kita, tidak diragukan lagi bahwa di sana kita bisa melihat kasih Allah kepada kita. Salib juga menunjukkan kepada kita bagaimana mengasihi seperti Kristus mengasihi. Ia yang tahu bagaimana mengasihi. Itulah yang dijelaskan dalam 1 Petrus 3: kayu salib menunjukkan pentingnya penghakiman Allah. Kita sangat jelas melihat penghakiman Allah dinyatakan di kayu salib. Kayu salib menghargai karakter Allah seperti yang ditunjukkan Anselmus kepada kita, menunjukkan kemuliaan Allah dan menunjukkan pentingnya pengganti bagi kita. Tetapi kalau anda mau mengolah semuanya itu, dan memang kita mau mengolah semua kebenaran itu, untuk menemukan satu kebenaran inti yang menyatakan tentang makna penebusan, maka saya mau mengatakannya kepada anda, dan kemudian nanti saya akan menjelaskan beberapa bagian Firman Allah yang mendukung penjelasan saya. Satu kebenaran inti mengenai penebusan adalah: Pemuasan melalui penggantian. Saya bisa mengatakan bahwa inilah inti dari penebusan, inti dari apa yang terjadi di kayu salib: Pemuasan melalui Penggantian. Baik, mari kita menggali tentang hal ini: Makna kayu salib. Pemuasan melalui penggantian dan anda bisa melihatnya di dalam 1 Timotius 2, ayat 5 dan 6. Anda bisa memperhatikan di sana. Packer pernah mengatakan demikian, “Kedua ayat itu adalah kunci, bukan hanya untuk Perjanjian Baru, tetapi untuk keseluruhan Alkitab. Semuanya mengkristal dalam satu frase, kesimpulan dan hakekat dari berita yang ada.” Jadi, dua ayat ini menjadi ayat-ayat yang akan sangat menjadi penuntun bagi pembahasan kita..
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” Baik, yang akan kita lakukan adalah membahas ayat-ayat ini, frase demi frase. Kita akan memulai dengan Pemuasan Ilahi. Ada satu Allah. Ini kuncinya. Ketika kita datang kepada kayu salib, kecenderungan kita adalah untuk bertanya, “Apa artinya salib Kristus bagi saya?” Kita memang sangat berpusat kepada diri sendiri. Bukankah itu memang hakekat dosa? Berpusat kepada saya. Berpusat kepada diri kita sendiri, kepada hakhak kita, apa artinya ini bagi saya? Kayu salib, tidak diragukan lagi, memang berguna bagi kita, tetapi ini bukan pertanyaan yang paling utama. Demikian juga, pertanyaannya bukanlah, “Apa yang dilakukan kayu salib itu kepada Iblis atau bagaimana salib Kristus berpengaruh kepada Iblis?” Ini bagian dari gambaran besarnya. Tetapi pertanyaan yang paling utama adalah, “Bagaimana kayu salib itu mempengaruhi Allah?” Saya mau mulai membawa pikiran dan hati kita tertuju kepada pemahaman yang berpusat kepada Allah dalam kaitannya dengan salib Kristus. Pemahaman yang berpusat kepada Allah dalam hubungannya dengan kayu salib yang kadangkala memang berbeda dengan pemahaman tentang kayu salib yang dijelaskan kepada kita atau yang kita pahami. Jadi, mari kita mulai dengan Firman Allah ini: Satu Allah. Apa artinya Pemuasan Ilahi? Ada sebuah frase yang bisa menjadi kesimpulannya: Allah harus bertindak. Ketika saya berbicara mengenai Pemuasan Ilahi, Allah harus bertindak di setiap waktu dalam konsistensi yang mutlak dengan kesempurnaan Pribadi-Nya. Allah, di dalam hakekat-Nya, harus bertindak sesuai dengan hakekat-Nya itu setiap waktu. Satu theolog pernah mengatakan—ini tidak ada dalam catatan anda—, “Sebuah kesalahan untuk menganggap kalau Allah bertindak di suatu waktu seturut dengan salah satu sifat-Nya dan kemudian di waktu yang lain seturut dengan sifat-Nya yang lain. Ia bertindak dalam kesetaraan dengan keseluruhan sifat-Nya setiap waktu.” Jadi, semua yang dilakukan Allah adalah dalam konsistensi yang mutlak dengan kesempurnaan keseluruhan Pribadi-Nya. Oleh hakekat-Nya, Ia harus bertindak demikian, bukan karena Ia didesak dari luar untuk melakukannya, tetapi memang seturut dengan hakekat-Nya sendiri. Ketika anda membaca Keluaran 3:14 Ia mengatakan, “AKULAH AKU.” Maleakhi pasal 6 mengatakan, “Ia tak pernah berubah.” Yakobus 1:17 mengatakan, “Pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Kita perlu berpikir demikian tentang kepribadian Allah. Sekali lagi, saya sudah mengatakannya, tetapi kalau kita memiliki pandangan yang rendah tentang Allah, maka kita juga akan memiliki pandangan yang rendah tentang salib Kristus. Kalau Allah hanya sekedar sahabat yang juga bisa melakukan beberapa kekeliruan, maka keselamatan menjadi murah dan salib Kristus bukan hal besar. Namun, Allah adalah Raja yang Mahamulia, yang sampai selamanya murka terhadap dosa, sampai selamanya melawan dosa. Kalau demikian maka kayu salib menjadi sesuatu yang luar biasa besar. Jadi, kepribadian Allah, overview: Siapakah Allah? Allah adalah berdaulat atas segala sesuatu. Allah berdaulat atas segala sesuatu. Kita akan membawa beberapa kebenaran yang pernah kita pelajari beberapa saat yang lalu, kalau anda mengikuti pembahasan secret Church sejak awal, yaitu ketika kita membahas kebesaran Allah. Ia berdaulat atas segala sesuatu. Ia menciptakan segala sesuatu. Ia menciptakan langit, bahkan langit yang tertinggi, semua bintang-bintang, semua alam semesta dan yang ada di dalamnya. Ia menciptakan semuanya. Ia mengetahui segala sesuatu. Ayub 37 mengatakan, “Ia sempurna dalam pengetahuan-Nya,” 1 Yohanes 3, “Ia mengetahui segala sesuatu,” Ia menciptakan segala sesuatu. Ia mengetahui segala sesuatu. Ia memelihara segala sesuatu. Mazmur 36 mengatakan, “Manusia dan hewan Kauselamatkan.” Anda melihat di dalam Mazmur 104:24-30, yang berbicara mengenai semua makhluk yang diciptakan Allah. Di sana dikatakan, “Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan. Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu.” Semua yang kita miliki, semua yang kita terima berasal dari Allah. Keseluruhan
pemeliharaan yang kita terima berasal dari Allah. Ia memiliki segala sesuatu. “Punya Tuhan Allahmulah langit. Bumi dan segala isinya adalah milik-Nya.” Ia adalah sang pencipta dalan penciptaan, yang berarti Ia memiliki kedaulatan di atas semua ciptaan itu. Ia memiliki semuanya. Semuanya adalah milik Allah, jadi Ia berdaulat atas semuanya. Yang kedua, Dia kudus melebihi semuanya. Ia terpisah. Ia sepenuhnya beda, sepenuhnya murni. “Tidak ada yang kudus seperti TUHAN.” 1 Samuel 2. Yesaya pasal 6 dan Kitab Wahyu 4, keduanya memberikan kepada kita perkataan ini, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan. Ia kudus lebih dari semuanya.” Jadi, Ia berdaulat atas semuanya, dan Ia kudus di atas semuanya. Ketiga, Ia adil dalam segala jalan-Nya. Artinya adalah Ia benar dalam segala sesuatu yang dilakukan-Nya. Kejadian 18 mengatakan, “Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Ulangan 32, “segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.” Mazmur 145, “TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya.” Banyak orang kadangkala menjadi marah kepada Allah karena mereka berpikir bahwa Ia tidak adil, tetapi kita tidak akan pernah bisa mengatakan demikian kepada Allah karena semua yang dilakukan Allah itu adil. Semua yang dilakukan Allah itu benar. Ia selalu adil dalam segala jalanNya. Bermula dari itu, Ia adil di dalam segala murka-Nya karena Ia kudus dan adil. Ia tidak bisa membiarkan dosa. Keadilan-Nya mengalir dari kebenaran-Nya. Murka-Nya mengalir dari kekudusan-Nya, dan kita harus sangat berhati-hati karena kalau kita mengecilkan murka Allah, seperti yang sering dilakukan orang Kristen jaman ini, kalau kita mengecilkan murka Allah, maka kita menurunkan kekudusan Allah. Kalau kita mengecilkan murka Allah, maka kita menurunkan kekudusan Allah, dan karena itu ada beberapa ayat yang saya angkat untuk memastikan bahwa kita memiliki gambaran yang benar mengenai kenyataan bahwa Allah itu adil dalam murka-Nya. Roma 3, 5 dan 6 berbicara mengenai bagaimana Allah adil dalam membawa murka-Nya kepada kita. Bagian itu merupakan kelanjutan dari Roma 2 dimana Paulus berbicara mengenai “kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.” Allah akan menyatakan keadilan hukuman-Nya, dan Ia menimbun murka-Nya. 2 Tesalonika 1:5-10, di pertengahan pembicaraan mengenai Yesus menghukum orang-orang yang tidak mengenal Allah dan yang tidak taat kepada Injil Tuhan Yesus. Kita akan dihukum dengan kebinasaan kekal dan terbuang dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kuasa-Nya. Ini kenyataan yang mengerikan. Saudara, Allah akan menghakimi anda, dan Ia akan adil dalam penghakiman-Nya. Ini kenyataan yang mengerikan. Yang diajarkan di dalam Kitab Suci adalah bahwa Allah sangat tegas terhadap dosa. Kekudusan tidak bisa bersandingan dengan dosa. Ia membenci kejahatan. Mazmur 45 mengatakan, “Engkau membenci kefasikan. Engkau tidak bisa membiarkan kesalahan.” Ia tegas terhadap dosa, dan Allah tidak membiarkan pelaku kejahatan. Ia tidak menyukai pelaku kejahatan. Ini membawa kita kembali kepada ungkapan klise yang sering kita dengar, dan kita sudah membahasnya ketika berbicara mengenai karakter Allah. Ungkapan itu mengatakan—bukankah Allah membenci dosa, tetapi Ia mengasihi orang-orang berdosa? Alkitab memberikan jawaban untuk hal itu. Mazmur 5:5 dan 6 mengatakan, “Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan.” Empat belas kali dalam 50 Mazmur pertama kita melihat Alkitab berbicara mengenai Allah membenci pembuat kejahatan, murka Allah terhadap pendusta dan pernyataan yang sejenis itu. Inilah yang kita lihat di dalam Alkitab, dan bukan hanya di dalam Perjanjian Lama saja. Dalam Perjanjian Baru, Roma 1:18, “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.” Yohanes 3:36, “Murka Allah tetap di atas orang berdosa.” Inilah gambarannya, dan ini yang harus kita hadapi. Anda bisa melihat sekarang mengapa di dalam Perjanjian Lama, dalam Nehemia, bangsa itu bersujud ketika menyembah Allah, dengan muka sampai ke tanah. Anda juga melihat Ezra bersujud demikian, orang-orang di dalam Ezra 10 menangis di hadapan Allah, hal-hal yang jarang kita lihat dalam penyembahan
saat ini karena kita tidak pernah berpikir bahwa kita mungkin tidak diterima di hadapan Allah hanya karena kita memakai musik yang hebat dalam ibadah. Mereka menangis di hadapan Allah. Ada ketakutan yang kudus di sana, dan ada keseriusan dalam mendekat kepada Allah karena Ia tegas terhadap dosa dan tidak membiarkan orang-orang berdosa. Di sinilah kita sering tidak bisa paham. Ketika anda melihat Alkitab pikirkan mengenai bagian-bagian di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang kita bergumul atasnya. Saya mendaftarkannya di sini. Kejadian 19, ingat murka Allah atas Sodom dan Gomora dan Lot serta istrinya ketika mereka melarikan diri. Allah mengatakan, “Jangan menengok ke belakang.” Istri Lot menoleh ke belakang, dan ia langsung mati, menjadi tiang garam. Hukuman mati hanya untuk menengok sesaat. Lalu di dalam Imamat 10, anak-anak Harun, kesalahan dalam ibadah, hukuman mati. Melakukan penyembahan dengan cara sembarangan, anda akan mati di dalam Perjanjian Lama. Bilangan 15, "Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Orang itu pastilah dihukum mati.” Allah mengatakan, “Orang itu harus dihukum mati.” Segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa. Mati dirajam karena mencari kayu bakar. Bilangan 20, Musa sendiri melakukan satu kesalahan ini dan tidak taat kepada Allah, dan ia dianggap tidak layak masuk ke Tanah Perjanjian. Yosua 7, dosa Akhan, “Seperti engkau mencelakakan kami, maka TUHAN pun mencelakakan engkau pada hari ini." Lalu seluruh Israel melontari dia dengan batu, semuanya itu dibakar dengan api dan dilempari dengan batu.” Ia menyembunyikan sesuatu di tendanya. 2 Samuel, Uzza mengulurkan tangannya menyentuh tabut perjanjian yang hampir jatuh, dan ia langsung mati. Bukan hanya di Perjanjian Lama, tetapi juga di Perjanjian Baru. Anda kenal Ananias dan Safira, keduanya datang dan berbohong dan langsung mereka mati di tempat. Bagaimana menurut anda kalau hal itu dihubungkan dengan pertumbuhan gereja? Maksud saya, kalau itu terjadi di gereja anda? Mungkin minggu depan tidak ada lagi yang masuk ke gereja. Kita sudah melihat ke dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tidakkah hal itu membuat kita berpikir di dalam hati dan pikiran kita, “Apakah tidak terlalu kejam di sini?” Apakah Allah berlebihan? Merajam orang yang mencari kayu bakar? Mati di tempat karena berdusta di dalam gereja? Di sinilah kita memahami bahwa kita menganggap kejadian itu begitu kejam karena kita memiliki cara pandang yang sangat berpusat kepada manusia tentang dosa. Maksud saya, kalau ada orang yang berbohong kepada kita, kita tidak akan berpikir, “Rajam dia.” Namun yang menjadi persoalan, dosa adalah dosa tidak perduli besar atau kecilnya dosa itu. Yang paling penting adalah kepada siapa anda melakukan dosa itu. Kalau anda bersalah kepada batu, anda sangat bersalah. Kalau anda bersalah kepada Allah, kesalahan anda tidak terbatas. Satu dosa adalah kesalahan yang tak terhingga dalam pandangan Allah yang kudus melebihi segalanya dan adil dalam segala jalan-Nya dan benar dalam segala murka-Nya. Satu dosa. Bayangkan tentang hal itu. Satu dosa yang terjadi di dalam Kejadian 3, dan itu mendatangkan semua gambaran tentang dosa dan penderitaan yang ada di dunia sekarang ini. Kejahatan moral dan bencana alam, baik itu Holocaust atau pembantaian atau tsunami atau gempa bumi atau badai, semua berasal dari satu dosa. Roma 5, “Satu dosa membawa kutuk bagi semua manusia.” Semua itu dari satu dosa, sedangkan kita sudah melakukan ribuan dosa. Demikianlah gambaran keseriusannya. Allah adil dalam segala murka-Nya. Satu lagi sifat Allah, Ia mengasihi ciptaan-Nya. “Allah itu kasih,” 1 Yohanes 4. Lalu apa artinya? Adil dalam murkaNya dan penuh kasih? Apakah anda melihat ada pertentangan di sini? Resapi pertentangan itu.
Rasakan dan resapi pertentangan itu. Itulah sifat Allah, dan keberdosaan manusia. Keberdosaan manusia. Dosa bukanlah masalah psikologis. Dosa bukan sekedar penghalang untuk peningkatan diri. Dosa adalah pelanggaran tak terhingga kepada Allah. Kita melanggar kedaulatan-Nya. Inilah yang dijelaskan Kejadian 3. Tidak perduli apapun yang sudah dilarang untuk dimakan. Kalau saya mau makan, maka saya akan memakannya. Itu berarti mengabaikan kedaulatan-Nya atas diri saya. Dan yang kita bicarakan ini hanya satu dosa saja, satu dosa. Allah mengatakan kepada semua ciptaan-Nya, dan semua tunduk. Ia mengatakan kepada samudera, “Berhenti di situ.” Ia mengatakan kepada gunung, “Pindah ke sana.” Ia mengatakan kepada setiap tetes air hujan, “Meneteslah di sana. Meneteslah di sini.” Ia mengatakan kepada semua ciptaan, “Lakukan ini,” dan dengan seketika hal itu dilakukan. Ia memandang kepada manusia dan mengatakan, “Lakukan ini,” tetapi kita memandang kepadaNya dan mengatakan “Tidak.” Tidak, saya mau melakukan keinginan saya sendiri. Kita sudah mengabaikan kedaulatan-Nya. Kejahatan dan pemberontakan kita dikatakan di dalam Imamat 16, “Kami sudah melanggar kekudusan-Mu.” Yehezkiel 36, “Kamu sudah mencemarkan namaKu yang kudus,” Roma 1, “Kamu menukar kemuliaan-Ku dengan barang fana.” Kita sudah menghina kekudusan-Nya. Kita sudah meremehkan kebenaran-Nya. Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Kita sudah mengubah kebenaran menjadi kecemaran, kata surat Roma. Kita sudah mengabaikan murka-Nya. Kita sudah mengecilkan atau mengabaikan semuanya itu. "Orang yang harus dimurkai” Efesus 2:3, “mengabaikan murka-Nya” dengan tidak menjelaskan mengenai murka-Nya, yang kurang diminati dalam pembicaraan jaman ini. Jarang ada buku yang menjelaskan mengenai murka Allah, dan kita menolak kasih-Nya. Kita justru menunjukkan penolakan, Roma 2:4, “kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya.” Saudara, masalah kita bukan karena kita sudah melakukan kesalahan di hadapan Allah. Masalah kita adalah karena kita sudah menganggap sepi kedaulatan Allah, meremehkan kekudusan Allah, mengabaikan kebenaran Allah. Kita layak menerima murka Allah, namun, kita mendiamkannya, dan kita mengabaikan kasih-Nya. Inilah masalah dosa, yang membawa kepada dilema Ilahi. Di sinilah kedua hal itu bergabung. Masalahnya adalah bagaimana Allah yang benar bisa bersikap baik kepada orang-orang berdosa pemberontak yang layak menerima murka-Nya? Perhatikan Amsal 17:15. Ini pertanyaan yang sangat penting di dalam Alkitab. Perhatikan Amsal 17:15 itu, sebagai salah satu contoh, “Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN.” Allah memandang sebagai kekejian orangorang yang membenarkan orang fasik. Ia juga memandang sebagai kekejian orang-orang yang menghukum orang-orang benar. Apakah anda menangkap kebenaran di sini? Jadi, bagi Allah untuk mengabaikan dosa dan kesalahan kita di hadapan-Nya, untuk membenarkan dosa kita, merupakan tindakan kekejian bagi diri-Nya. Apakah anda memahaminya? Inilah pertanyaan yang diajukan Alkitab di sini. Bagaimana mungkin Allah mengasihi orang-orang berdosa yang bersalah dan tidak menjadikan diri-Nya sendiri cemar? Bagaimana bisa Allah memuaskan semua karakteristik dan sifat yang ada di dalam diri-Nya dengan orang-orang berdosa yang bersalah di hadapan-Nya? Sayangnya ini bukanlah yang menjadi pergumulan kita. Tidak ada satupun orang di dalam budaya saat ini yang tidak bisa tidur memikirkan bagaimana mungkin Allah baik kepada orang-orang berdosa. Bagaimana Allah bisa baik kepada kita? Tidak demikian. Kita justru menudingkan jari kita kepada Allah, “Mengapa Engkau melakukan hal ini kepadaku?” Pertanyaan di dalam Alkitab adalah, “Bagaimana mungkin Engkau, ya Allah, membiarkan pemberontak masuk ke dalam surga-Mu yang kudus?” Ini dilema Ilahi. Anda bisa merasakan ketegangannya di sini. Bagaimana Allah bisa menyatakan kekudusan-Nya tanpa menghukum kita di dalam dosa-dosa kita? Bagaimana Allah bisa menyatakan kekudusan-Nya tanpa menghukum kita di dalam dosa-dosa kita? Bagaimana Allah menyatakan kasih-Nya tanpa menegur kita atas dosa-dosa kita? Inilah pertanyaan Alkitab. Bagaimana Allah bisa menghukum dosa dan sekaligus juga membenarkan orang-orang berdosa? Bagaimana Allah memuaskan kehendak-Nya dan sekaligus menyelamatkan kita?
Anda bisa melihat ketegangan itu di dalam Hosea 11, “Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan engkau, hai Israel? Masakan Aku membiarkan engkau seperti Adma, membuat engkau seperti Zeboim? Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengahtengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan.” Apakah anda merasa ketegangan di sini antara belas kasihan Allah dan kemarahan serta murka Allah? Bagaimana Allah bisa memuaskan kehendak-Nya dan sekaligus menyelamatkan kita?