1. Pendahuluan Permasalahan sampah merupakan salah satu hal bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas masyarakat di sebuah perkotaan terlebih kota yang padat oleh penduduk, permasalahan ini berjalan seiring dengan perkembangan budaya masyarakat itu sendiri. Semakin maju tingkat teknologi dan industri, serta semakin majunya kebudayaan bangsa diyakini sampah yang dihasilkannya pun akan semakin bertambah. Karena semakin berkembangnya industri maka akan semakin banyak bahan baku yang digunakan,semakin tinggi produk yang diperoleh maka semakin tinggi pula sampah yang dihasilkan[1]. Kota Semarang merupakan ibukota dari provinsi Jawa Tengah turut memproduksi sampah sebesar 800ton per hari. Namun sebagian besar dari warga Semarang masih kurang memiliki kesadaran didalam pengelolaan sampah tersebut, hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya warga yang membuang sampah ke sungai maupun ke saluran kota. Banyak dari warga berpikir bahwa sungai atau drainase kota merupakan tempat pembuangan sampah masyarakat. Hal ini turut diperparah dengan sampah yang ada kebanyakan didominasi oleh sampah berbahan plastik dan bahan lainnya yang jelas sulit untuk diurai (nondegradable)[2]. Maka tak heran saat debit air hujan tinggi banjir pun tak dapat dihindari dan akan melumpuhkan aktivitas masyarakat akibat aliran air yang tersumbat oleh sampah-sampah plastik tersebut. Segala jenis upaya pun telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mulai dari pemasangan poster larangan membuang sampah di sungai hingga himbauan langsung kepada warga. Namun sepertinya upaya komunikasi tersebut masih saja kurang memberi perubahan. Memanfaatan perkembangan sistem teknologi informasi diharapkan dapat digunakan sebagai alat komunikasi visual dalam penyampaian pesan yang efektif kepada individu maupun organisasi di dalam masyarakat. Menggunakan film sebagai media komunikasi visual akan lebih menarik karena perpaduan gambar dan suara yang ada. Dari sekian banyak genre film yang ada salah satunya yaitu film dokumenter yang mana merupakan rekaman kejadian dalam bentuk audio visual tanpa ada unsur rekayasa dengan asas sinematografi. Berdasarkan permasalahan yang ada maka dirancanglah film dokumenter mengenai Pengaruh Pembuangan Sampah Terhadap Banjir di Wilayah Kota Semarang memaparkan akan pentingnya kesadaran akan sampah yang ada guna mencegah terjadinya banjir datang kembali, oleh karena itu perancangan media film dokumenter ini berusaha membantu dalam sosialisasi atau menyampaikan informasi untuk menghimbau sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat yaitu untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungannya dan juga sebagai media aspirasi rakyat kepada pemerintah. 2. Kajian Pustaka Banyak peneliti yang tertarik mengimplementasikan film dokumenter sesuai tujuan dan manfaat yang di harapkan masing-masing indvidu terhadap dibuatnya media film dokumenter tersebut. Penelitian yang pertama adalah dengan judul “Realita, Peran dan Keberadaan Pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Benowo Melalui Video Dokumenter”, materi isi dari penelitian ini adalah penjabaran masalah tentang persepsi negative dari sebagian besar masyarakat 1
terhadap pemulung dapat sedikit diubah melalui tayangan film dokumenter, dengan menunjukkan beberapa fakta yang terdapat di lapangan [3]. Penelitian menggunakan film dokumenter yang lainnya berjudul “Pembuatan Film Dokumenter Drama Rudat Dengan Menggunakan Pendekatan Rekonstruksi Sejarah”, materi isi dari penelitian ini adalah penjelasan mengenai kurangnya minat masyarakat terhadap budaya Rudat yang menjadi simbol di Nusa Tenggara Barat akibat masuknya budaya asing, dengan menggunakan film dokumenter diharapkan masyarakat mengetahui dan selalu ingat akan kebudayaan tersebut[4]. Perbedaan dari penelitian yang terdahulu dengan yang dilakukan adalah topik yang diangkat mengenai permasalahan banjir di kota Semarang dengan menggunakan media film dokumenter sebagai media informasi. Jalan cerita yang digunakan tidak terlalu rumit sehingga mudah untuk dimengerti agar himbauan yang hendak ditujukan kepada masyarakat lebih mudah diserap, salah satu metode pendekatan dengan menggunakan arsip foto dan juga akan dirancang sebuah merchandise yang dapat mendukung pesan yang hendak disampaikan dari film dokumenter yang dirancang. Film merupakan karya cipta manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan, merupakan sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup dan dibuat bedasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektonika dengan atau tanpa suara, yang dapat ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik maupun sistem yang lainnya. Selain untuk komoditi jasa kreatif yang dinikmati masyarakat luas film juga memiliki fungsi sebagai media pengantar informasi kepada masyarakat karena Informasi yang tersaji dalam film memberikan sebuah pengetahuan baru bagi masyarakat. Sebagai dokumen sosial, melalui film masyarakat mampu mengetahui secara nyata apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada masa tertentu[5]. Film dokumenter merupakan salah satu dari berbagai macam genre film yang ada, istilah ini dipelopori oleh Lumiere Bersaudara yang mana karyanya berkisah tentang perjalanan mereka (travelogues) yang dibuat sekitar pada tahun 1890-an. Kelanjutan dari istilah dokumenter kembali digunakan oleh seorang kritikus serta pembuat film asal Inggris, ialah John Grierson dalam memberikan pendapat untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson menjabarkan definisi atau kriteria film dokumenter merupakan sebuah “laporan aktual yang kreatif’ (creative treatment of actuality). Meskipun mendapat banyak pertentangan mengenai masalah kriteria yang ditetapkan oleh Grierson, hingga kini dunia masih menggunakan istilah tersebut. Karena memang tak dapat dipungkiri bahwa film dokumenter memiliki poin atau tujuan untuk memberikan gambaran permasalahan yang ada tanpa mengurangi nilai-nilai kebenarannya[6]. Film dokumenter berbeda dengan film fiksi, film dokumenter berisi mengenai rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang benar-benar nyata terjadi. Sudut pandang yang unik terhadap sebuah fakta peristiwa dan penyajiannya yang kreatif menjadi hal menarik dalam mengindikasi kualitas sebuah karya dokumenter. Terlebih lagi kekuatan film dokumenter dalam meyakinkan pola pikir penonton agar setuju atau tidaknya terhadap sebuah fakta yang ditampilkan
2
dapat menjadi tanda bahwa film dokumenter tesebut memiliki kualitas atau tidak[7]. Sinematografi, kata sinematografi berarti bidang ilmu terapan yang membahas mengenai teknik menangkap gambar yang kemudian gambar-gambar tersebut digabungkan agar dapat merangkai gambar yang mampu menyampaikan ide ataupun dapat mengemban sebuah cerita. Terdapat beberapa aspek penting dalam sinematografi didalam produksi film dokumenter, yaitu : A. Shot bisa berarti sebagai bagian dari adegan , misalnya dalam produksi film dokumenter yang hendak menceritakan keceriaan, maka dapat diambil gambar suasana pagi yang cerah. B. Scene bisa dengan mudah dipahami sebagai sebuah shots yang digabungkan atau dirangkai satu dengan yang lain. Dalam perangkaian ini dikenal istilah transisi yang digunakan untuk menggabungkan shots menjadi scene yang memiliki fungsi untuk membangun suasana dalam gambar yang ditampilkan. C. Sequence berbagai scene jika ditata menjadi sebuah kesatuan akan menghasilkan sequence sehingga penonton akan paham atas kejadian tersebut secara utuh. Rangkaian scene bisa menjadi sequence karena adanya persamaan kesatuan lokasi atau kesatuan waktu yang saling berhubungan[8]. Sudut kamera adalah sudut pandang dari penonton terhadap obyek dalam frame, penempatan sudut pandang kamera pun akan juga mempengaruhi sudut pandang dari penonton. Secara teknis ada tiga sudut kamera yang lazim digunakan, antara lain : A. Straight On Angle posisi ini menempatkan kamera sejajar lurus dengan mata obyek. B. Low Angle posisi ini menempatkan kamera berada lebih bawah daripada obyek, sehingga menciptakan kesan lebih besar, dominan, dan kuat dari obyek yang ditampilkan. C. High Angle posisi ini menempatkan kamera berada lebih tinggi daripada obyek, sehingga menciptakan kesan bahwa obyek tampak lemah, kecil dan terintimidasi[9]. Proses produksi film dokumenter juga dikenal istilah Shot Size, masingmasing dari jenis shot size memiliki tujuan yang berbeda dalam mempresentasikan gambar kepada penonton, yaitu ialah Extreme Long Shot (ELS), Very Long Shot (VLS), Long Shot (LS), Medium Long Shot (MLS), Medium Shot (MS), Medium Close Up (MCU), Close Up (CU), Big Close Up (BCU), Extreme Close Up (ECU) dan Over Shoulder Shot (OSS). Terdapat juga istilah menggerakan kamera didalam produksi film dokumenter, antara lain Panning/Pan, Tilting/Tilt, Dolly/Track, Pedestral, Crab, Crane, Zoom, Rack Focus dan Trucking/Arc[8]. Komposisi merupakan suatu cara untuk meletakan obyek gambar di dalam layar sehingga gambar tampak menarik, menonjol dan bisa mendukung alur cerita, komposisi yang baik akan memberikan gambar yang lebih hidup dan bisa menarik perhatian penonton terhadap obyek di dalam gambar. Ada tiga dasar dari teori komposisi, yaitu:
3
A. Intersection of Thirds atau komposisi sepertiga membagi layar menjadi tiga baik secara vertikal dan horizontal untuk menentukan titik perhatian atau points of interest. B. Golden Mean Area komposisi yang baik untuk mengambil gambar Close Up yang berguna untuk menonjolkan ekspresi atau detail muka seseorang. C. Diagonal Depth komponen penting dalam memberikan kesan Depth atau kedalaman sehingga mampu memberikan kesan tiga dimensi[10]. Banjir suatu bencana alam yang benar-benar membuat penduduk banyak yang menderita, hampir setiap tahun melanda daerah-daerah maupun provinsi-provinsi di Indonesia. Jika ditengok dari sistem ekologis merupakan peristiwa fisik yang terjadi di dalam lingkungan hidup manusia. Antara manusia dan banjir terdapat hubungan yang erat, banjir akan mempengaruhi kehidupan manusia sedangkan manusia memiliki andil dalam terjadinya dan surutnya banjir itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia dan banjir memiliki ikatan ekologis, bahkan pasa daerah tertentu manusia dan banjir tersebut akan membentuk ekosistem [11]. Sampah merupakan sebuah material sisa yang tidak diinginkan lagi setelah,melalui sebuah proses.dalam proses alam tidak ada sampah karena sampah merupakan hasil dari konsep buatan manusia. Sampah mampu berada dalam setiap fase materi :padat, cair, ataupun gas. Ketika dilepas dalam bentuk gas sampah dapat dikatan sebagai emisi, dan emisi meupakan kaitan dengan polusi. Bedasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua. Sampah organik, yakni sampah yang dapat diurai (degradable) berupa seperti sisa-sisa hasil makanan dari rumah tangga maupun hasil dari kegiatan pasar. Kemudian sampah anorganik, yakni sampah yang sulit terurai (undegradable) sekalipun sangat sulit lapuk namun akan bisa lapuk perlahan-lahan secara alami, masih dibedakan lagi dengan sampah anorganik yang bisa terbakar seperti kertas dan yang tidak bisa terbakar seperti kaleng dan kawat[12]. 3. Metode Strategi Metode Strategi yang digunakan dalam film dokumenter tentang dampak pembuangan sampah terhadap banjir di kota Semarang adalah Linear Strategy. Metode Linear Strategy atau strategi garis lurus merupakan strategi yang menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan sudah dipahami komponennya. Strategi garis lurus ini sangat sesuai dan cocok untuk tipe perencanaan yang telah berulang kali dilaksanakan karena suatu tahap akan dimulai setalah tahap sebelumnya diselesaikan terlebih dahulu begitu juga dengan seterusnya. Setiap tahapan yang ada dalam metode Linear Strategy ini dapat dilihat pada Gambar 1 [13].
Gambar 1 Metode Linear Strategy [13]
Tahap awal dimulai dari penentuan masalah yang ada di kota Semarang, setelah itu dilanjutkan dengan pengumpulan berbagai data sebagai sumber bukti yang ada untuk digunakan sebagai penguat topik permasalahan yang diangkat dalam bentuk data verbal maupun visual. Setelah berbagai data telah terkumpul kemudian masuk kedalam tahap perancangan media yang mana merupakan tahap 4
pengolahan data yang telah diperoleh kedalam bentuk film dokumenter yang mana dimulai dari proses konsep hingga proses editing. Kemudian memasuki tahap pengujian awal sebagai evaluasi sebelum film dokumenter digunakan secara luas, dan pada tahap terakhir melakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan hasil penilaian dari pengujian media informasi. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam perancangan film dokumenter dengan topik Pengaruh Pembuangan Sampah Terhadap Banjir di Wilayah Kota Semarang dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, observasi, dan analisis foto. Data yang diperoleh dari hasil studi pustaka melalui surat kabar harian maupun online menyatakan bahwa kota Semarang yang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah turut memproduksi sampah sebesar 800ton per harinya namun tidak diimbangi oleh ketaatan masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya itu terbukti dari masih banyaknya sampah di aliran sungai sehingga menghambat laju air dan terjadi banjir setiap tahun. Data yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan secara langsung kepada Bapak Kumbino. S. T. M. M. selaku Kabid Tata Air dan Bapak Sagi selaku Staff Bidang Tata Air di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kota Semarang membenarkan jika sampah merupakan salah satu penyebab banjir karena menutup saluran dan menghambat laju air sungai, kebanyakan sampah yang ada merupakan hasil limbah masyarakat terlebih masyarakat pemukiman sekitar sungai. Data yang diperoleh dari observasi yaitu ketika turun ke lapangan saat banjir melanda beberapa daerah di kota Semarang yang diakibatkan oleh beberapa sungai yang terhambat karena sampah yang menumpuk, kebanyakan sampah tersebut berbahan dasar plastik yang jelas sulit untuk diurai. Sedangkan analisis foto merupakan bukti yang mampu melengkapi data tekstual, foto-foto bukti banyaknya sampah yang menumpuk di sungai didapatkan dari hasil dokumentasi yang dimiliki oleh dinas terkait. Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan dalam proses produksi film dokumenter ini menggunakan dari proses produksi film dokumenter, yakni : pra produksi, produksi dan pasca produksi. Seperti yang dapat dilihat pada fase-fase yang ada dalam gambar 2, yaitu :
Gambar 2 Bagan metode perancangan film dokumenter
5
A. Pra Produksi Data informasi yang telah didapatkan diolah di fase pra produksi, meliputi beberapa tahapan yaitu perancangan Ide cerita, Storyline, Treatment, Stroryboard. B. Produksi Setelah fase pra produksi berupa ide cerita telah matang kemudian dilanjutkan ke dalam fase produksi, yang mana merupakan fase eksekusi pelaksanaan dari konsep cerita yang telah direncanakan. Pada fase produksi terdapat dua tahapan,yaitu Shooting dan Voice Recording. C. Pasca Produksi Setelah proses fase produksi terlaksana, maka fase selanjutnya yaitu fase pasca produksi. Pada fase ini terdapat dua tahap Editing, yaitu tahap Editing Video dan Editing Voice. Kemudian merupakan penyatuan antara video dan suara narasi yang telah direkam dan telah melalui proses sound editing sebelumnya. Karena dalam perancangan film dokumenter sering terjadi perbaikan guna untuk mendapat hasil terbaik maka pada fase ini sering diadakan revisi atas hasil yang ada. Pra Produksi Pada tahap pra produksi merupakan tahapan awal dalam perencanaan pembuatan sebuah film. Tahapan ini meliputi sebuah treatment yang telah dipersiapkan terlebih dahulu guna sebagai panduan dalam proses produksi. Pada proses pra produksi meliputi : Ide Cerita Ide cerita merupakan inti dari film yang akan diungkapkan menggunakan kalimat singkat mengenai isi cerita dari film tersebut. Ide cerita dari film dokumenter Pengaruh Pembuangan Sampah Terhadap Banjir di Wilayah Kota Semarang yaitu menceritakan kota Semarang yang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah memiliki penduduk yang sangat padat sehingga menyebabkan minimnya lahan hijau sebagai tempat penyerapan air hujan. Banyak kawasan sekitar aliran sungai menjadi perumahan warga, namun sangat disayangkan minimnya kesadaran yang ada menyebabkan sungai menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Akibatnya sungai menjadi terhambat akibat sampah tersebut sehingga menyebabkan banjir setiap tahunnya. Storyline Storyline merupakan sebuah naskah alur cerita dalam bentuk teks yang merupakan inti dari gagasan alur cerita utama. Pada proses pra produksi dalam pembuatan film dokumenter Pengaruh Pembuangan Sampah Terhadap Banjir diperlukan adanya storyline agar proses produksi berjalan dengan maksimal. Berikut adalah storyline dari film dokumenter Pengaruh Pembuangan Sampah Terhadap Banjir di Wilayah Kota Semarang : “Bermula dari gambaran singkat berlanjut ke judul utama. Masuk ke mengenai kota Semarang, mulai dari penampakan suasana kota Semarang.
suasana saat musim hujan tiba kemudian dalam intro sebagai pengenalan awal icon-icon bangunan kota yang ada dan Kemudian berlanjut kedalam salah satu
6
masalah utama yang dihadapi, yaitu kepadatan penduduk. Banyaknya jumlah perumahan tak sebanding dengan jumlah kawasan hijau yang mampu untuk digunakan sebagai lahan serap air hujan. Hal ini juga turut diperparah oleh minimnya kesadaran masyarakat di dalam menjaga kebersihan lingkungan, banyak terlihat sampah menumpuk di sepanjang aliran sungai. Masuk ke penjelasan mengenai sungai yang terhambat oleh sampah juga dijelaskan oleh Bapak Kumbino selaku Kepala Bidang Tata Air dan Bapak Sagi selaku Staff Tata Air(Dinas PSDA ESDM Kota Semarang) juga disertai oleh fotofoto dokumentasi yang menggambarkan bukti dari banyaknya sampah yang ada di sungai. Kemudian adegan berlanjut saat memasuki musim hujan, hujan turun dengan sangat deras sekali sehingga banjir yang terjadi di beberapa ruas kota Semarang tak dapat dihindari. Masyarakat sendiri yang kena dampaknya juga akibat dari banjir tersebut, misalnya seperti susahnya dalam transportasi seharihari, kesusahan dalam beraktifitas akibat jalanan yang ada tergenang oleh air dan mengakibatkan segalanya menjadi terhambat dan tak hanya itu banjir juga merusak sarana jalan yang ada menjadi berlubang yang jelas sangat membahayakan masyarakat terlebih disaat berkendara. Kemudian adegan dilanjutkan pada wawancara salah satu warga dampak yang dirasakan akibat tejadinya banjir di kota Semarang. Masuk ke penjalasan yang diberikan oleh Bapak Kumbino mengenai upaya apa saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah guna untuk mencegah banjir dan diperjelas dengan foto-foto dokumentasi yang ada.kemudian masuk kedalam closing yang berupa himbauan kepada masyarakat maupun pemerintah untuk selalu bekerja bersama dalam menangani masalah banjir ini bersama, Kemudian ditutup dengan sebuah Tagline mari budayakan membuang sampah pada tempatnya untuk masa depan yang lebih baik.” Treatment Treatment merupakan pengembangan dari tahap storyline, berbentuk kerangka yang telah lengkap dengan berisikan adegan-adegan di suatu tempat, oleh sebab itu keterangan tempat dan waktu ikut disertakan dalam sebuah treatment. Berikut adalah treatment dari film dokumenter Pengaruh Pembuangan Sampah Terhadap Banjir di Wilayah Kota Semarang : Scene 1 : Opening film, Day Shot : MS, LS, ECU Lokasi : Kota Semarang Menampilkan matahari terbit diatas kota Semarang yang kemudian dilanjutkan dengan pengenalan singkat kota Semarang. cut to Scene 2 : Gambaran permasalahan yang dihadapi oleh kota Semarang, Day Shot : ECU, MCU, MS Lokasi : Kota Semarang Menampilkan suasana macet lalu lintas dan lingkungan daerah-daerah suburban yang padat pemukiman penduduk. cut to Scene 3 : Penjelasan dari Kabid Tata Air kota Semarang, Day
7
Shot : CU Lokasi : Kantor Dinas PSDA ESDM Menampilkan penjelasan dari Bpk. Kumbino. S. T. M. M. yang menjelaskan kondisi umum kota Semarang. cut to Scene 4 : Penjelasan tentang sampah yang menumpuk di aliran sungai, Day Shot : MS, LS, CU Lokasi : Kota Semarang Menampilkan gambaran sampah yang begitu banyak menumpuk di sungai kemudian dilanjutkan ke penjelasan dari Bpk. Kumbino. S. T. M. M. Yang menjelaskan bahwa sampah merupakan salah satu penyebab banjir. cut to Scene 5 : Penjelasan mengenai sampah yang ada oleh staff penjaga pintu air, Day Shot : LS, MS, CU Lokasi : Kota Semarang Menampilkan penjelasan dari tumpukan sampah yang ada kemudian dilanjutkan ke penjelasan dari Bpk. Sagi yang menjelaskan sampah yang ada kebanyakan merupakan sampah kegiatan masyarakat. cut to Scene 6 : Suasana ketika musim hujan tiba, Day Shot : MS, LS Lokasi : Kota Semarang Menampilkan suasana ketika musim hujan tiba hingga banjir yang merugikan kegiatan masyarakat. cut to Scene 7 : Tanggapan dan harapan dari masyarakat mengenai banjir di kota Semarang, Day Shot : CU Lokasi : Kota Semarang Menampilkan tanggapan dan harapan dari masyarakat kepada pemerintah seputar banjir di kota Semarang. cut to Scene 8 : Penjelasan dari Kabid Tata Air kota Semarang, Day Shot : MS,CU Lokasi : Kantor Dinas PSDA ESDM Menampilkan penjelasan dari Bpk. Kumbino. S. T. M. M. yang menjelaskan mengenai upaya pemerintah dalam menjaga kebersihan sungai. cut to Scene 9 : Himbauan Storyboard Storyboard merupakan gambar ilustrasi yang disusun berurutan guna untuk menerjemahkan ide cerita sesuai dengan naskah skenario yang telah dibuat. Sebuah storyboard dapat menyampaikan informasi tentang pelaku, lokasi, properti yang digunakan serta tata letak visual yang terlihat dari mata lensa. Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan storyboard yang telah dirancang berdasarkan 8
treatment untuk mempermudah eksekusi dalam pengambilan gambar film dokumenter Pengaruh Pembuangan Sampah Terhadap Banjir di Wilayah Kota Semarang.
Gambar 3 Storyboard 1
Gambar 4 Storyboard 2
Produksi Setelah seluruh konsep matang pada tahap pra-produksi, maka selanjutnya yaitu tahap produksi. Dalam tahap ini dilakukan shooting gambar dan recording untuk narasi cerita. Shooting merupakan proses pengambilan gambar dalam bentuk video sesuai daftar shootlist yang telah dirancang pada tahap pra-produksi, hasil shooting dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5 Hasil Shooting
Gambar 6 Hasil Shooting
9
Setelah proses shooting selesai maka akan dilanjutkan pada proses recording narasi cerita. Proses recording narasi cerita merupakan proses dimana narator membaca narasi cerita yang telah disiapkan pada tahap pra-produksi. Proses recording dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Proses Recording narasi
Pasca Produksi Tahapan terakhir dalam proses pembuatan film yaitu tahap pasca produksi. Dalam tahap ini terdapat dua proses, yakni proses video editing dan sound editing. Video Editing Video yang telah diambil kemudian digabung menjadi satu kesatuan dalam sebuah scene yang mana video tersebut dapat menjadi sebuah film dokumenter yang berfungsi sebagai media informasi bagi penontonnya. Proses video editing dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8 Proses Video Editing
Sound Editing Merupakan proses lanjutan dari tahap proses recording, rekaman suara narasi yang telah dihasilkan kemudian masuk dalam proses sound editing agar menjadi lebih baik. Meliputi boost dan noise reduction, boost berfungsi untuk menambah atau mengurangi frekuensi suara narator agar suara yang dihasilkan tidak terlalu keras maupun kecil, sedangkan noise reduction berfungsi untuk mengurangi gangguan-gangguan suara yang ada pada rekaman suara narator agar suara yang dihasilkan lebih jelas dan jernih. Proses sound editing dapat dilihat pada gambar 9. 10
Gambar 9 Proses Sound Editing
Terdapat penambahan backsound pada proses terakhir, tahap ini agar film dokumenter yang dihasilkan menjadi lebih dinamis. Volume dari backsound akan disesuaikan dengan scene yang ada agar suara dari backsound dan suara dari film bisa berjalan selaras. Proses penambahan backsound dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10 Proses Backsound
4.
Hasil Film Dokumenter Film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana” berisi tentang pesan untuk tidak membuang sampah secara sembarangan terlebih lagi kedalam sungai yang ada di kota Semarang. Gambar 11 hingga Gambar 18 merupakan beberapa potong adegan dari setiap scene yang ada didalam film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana” yang telah dirancang sesuai perencanaan awal.
Gambar 11 Scene 1
11
Gambar 11 merupakan beberapa potongan scene yang ada pada bagian adegan opening film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang Terencana. Gambar 11 menampilkan matahari yang terbit diatas kota Semarang. Dilanjutkan dengan menampilkan beberapa icon dan pengenalan singkat seputar wilayah kota Semarang. Terdapat beberapa jenis shot dalam scene 1 seperti medium shoot hingga long shot sehingga penonton dapat lebih merasakan gambaran sekilas tentang suasana kota Semarang.
Gambar 12 Scene 2
Gambar 12 merupakan beberapa potongan scene yang ada pada bagian adegan scene 2. Pada adegan ini berisikan tentang penjelasan seputar permasalahan kepadatan penduduk yang dialami oleh kota Semarang. Terdapat beberapa jenis shoot dalam scene 2 ini seperti extreme close up maupun medium shoot. Terdapat high angle juga yang digunakan untuk pengambilan gambar suasana padat kota Semarang. Eye angle juga ada dalam scene ini disaat menampilkan daerah-daerah perumahan pinggiran sungai agar penonton seperti merasakan secara langsung atas gambar yang disajikan.
Gambar 13 Scene 3
Scene 3 merupakan penjelasan dari Kabid Tata Air PSDA ESDM, yaitu Bapak Kumbino. S. T. M. M. mengenai faktor pemicu banjir di kota Semarang. Menggunakan shoot close up dan eye angle. Juga menggunakan komposisi sepertiga sehingga memungkinkan ruang kosong disebelah kanan layar digunakan untuk keterangan dari yang diucapkan oleh narasumber.
12
Gambar 14 Scene 4
Gambar 14 merupakan beberapa potongan scene yang ada pada bagian adegan scene 4. Penjelasan mengenai dampak pembuangan sampah di sungai dapat menyebabkan banjir di kota Semarang. Terdapat beberapa jenis shot dalam scene 4 seperti medium shoot hingga long shot sehingga penonton dapat lebih merasakan gambaran sekitar atas gambar yang ditayangkan.
Gambar 15 Scene 5
Gambar 15 merupakan beberapa potongan scene yang ada pada bagian adegan scene 5. Penjelasan pemerintah mengenai sampah-sampah yang menumpuk di sungai kebanyakan merupakan limbah dari kegiatan masyarakat. Terdapat beberapa jenis shot dalam scene 5 seperti medium shoot hingga close up saat wawancara narasumber.
Gambar 16 Scene 6
Gambar 16 merupakan beberapa potongan scene yang ada pada bagian adegan scene 6. Berisi tentang penjelasan banjir yang terjadi di kota Semarang, dengan menggunakan berbagai macam shoot ketika suasana banjir terjadi sehingga penonton tak jenuh dan dapat merasakan pesan yang hendak disampaikan. Pada scene ini juga menampilkan Bpk. Sagi selaku staff tata air dalam memberikan penjelasan dampak banjir dengan menggunakan close up shoot.
13
Gambar 17 Scene 7
Gambar 17 merupakan potongan adegan scene 7 yang berisikan harapan dari salah satu masyarakat kota Semarang, yaitu Bapak Kartubi. Pada scene ini menampilkan harapan dari masyarakat kota Semarang terhadap pemerintah atas banjir yang terjadi tiap tahunnya. Pengambilan video ini menggunakan jenis shot close up dan eye angle serta dengan komposisi sepertiga, sehingga penonton bisa melihat lingkungan sekitar dan memahami apa yang disampaikan oleh Bapak Kartubi. Pada scene ini juga dimunculkan suasana banjir agar lebih menguatkan pesan yang disampaikan oleh Bapak Kartubi.
Gambar 18 Scene 8
Gambar 18 merupakan potongan adegan scene 8 yang menampilkan tentang penjelasan dari Kabid Tata Air PSDA ESDM upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan banjir dan sampah yang menumpuk di sungai. Pengambilan video ini menggunakan jenis shot close up dan eye angle serta dengan komposisi sepertiga. Sedangkan untuk penggambaran suasana upaya yang dilakukan pemerintah menggunakan sejumlah foto dokumentasi yang dimiliki oleh dinas terkait. Scene terakhir merupakan himbauan terkait untuk menjaga kebersihan dan merubah pola pikir masyarakat terhadap lingkungan, scene ini merupakan bagian closing dari film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana”. Perancangan Media Perancangan film dokumenter ini sebagai media informasi tentang dampak membuang sampah di sungai akan diserahkan kepada instansi pemerintah dan
14
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air kota Semarang yang akan ditayangkan pada saat digelarnya event didalam melakukan sosialisasi pada masyarakat. Target Audience Target audience dari film dokumenter ini yaitu pria maupun wanita, masyarakat kota Semarang pada umumnya, dan khususnya masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai kota Semarang. Pengujian Film Dokumenter Film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana” diujikan menggunakan dua metode, yaitu metode Kualitatif dan Kuantitatif. Metode Kualitatif dengan melakukan wawancara kepada Bapak Kumbino. S. T. M. M. selaku kepala bidang tata air di dinas PSDA ESDM kota Semarang, wawancara yang dilakukan untuk mengevaluasi apakah isi konten dalam film dokumenter telah baik dan sesuai harapan. Wawancara kedua kepada bapak George Nicholas H., S.pd., M.I.Kom. selaku praktisi di bidang program televisi dan juga pengajar Sinematografi, Storyboard dan Audio Video di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, wawancara yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari segi aspek teknik dalam pembuatan film dokumenter tersebut. Kemudian pengujian metode Kuantitatif dengan media kuesioner yang dibagikan kepada 40 orang responden. Pengujian Kualitatif Fim Dokumenter Pengujian Kualitatif pertama dilakukan bedasarkan wawancara yang dilakukan bersama Bapak Kumbino. S. T. M. M. selaku kepala bidang tata air di dinas PSDA ESDM kota Semarang, hasil dari wawancara yang dilakukan adalah bahwa isi konten dari film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana” sudah baik dan sesuai dengan harapan yang ingin disampaikan kepada masyarakat sehingga bisa digunakan sebagai media informasi. Pengujian Kualitatif kedua dilakukan bedasarkan wawancara yang dilakukan kepada Bapak George Nicholas H., S.Pd., M.I.Kom. selaku praktisi di bidang program televisi dan juga pengajar Sinematografi, Storyboard dan Audio Video di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dari hasil wawancara yang dilakukan dinyatakan bahwa film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana” sudah mampu menyampaikan pesan informasi dan sudah layak dijadikan sebagai alat himbauan untuk masyarakat karena dari segala aspek penilaian teknik dalam film telah cukup baik. Tabel Pengujian Kuesioner Tabel 1 merupakan tabel jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada kuesioner. Pengujian dilakukan kepada 40responden yang merupakan mahasiswa FTI-DKV UKSW dan masyarakat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi menyangkut pesan informasi yang disampaikan, kualitas sinematografi, latar musik, visualisasi dan narasi (voice) yang diaplikasikan dalam film dokumenter. Pengolahan hasil data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang maupun kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang digunakan[14].
15
Tabel 1. Hasil kuisioner
No 1
2
3
4
5
6 7 8
Pertanyaan Setelah Anda menonton film dokumenter tersebut apakah Anda dapat menangkap pesan dari film dokumenter tersebut? Menurut Anda apakah makna pesan film tersebut telah tersampaikan dengan baik? Bagaimana dengan visualisasi film dokumenter tersebut sudahkah jelas? Bagaimana menurut Anda dengan cinematography dari film dokumenter tersebut? Apakah kualitas pencahayaan dari film dokumenter tersebut sudah baik? Apakah narasi dari film dokumenter tersebut sudah jelas? Apakah backsound dari film dokumenter tersebut telah sesuai? Apakah menurut Anda film dokumenter tersebut dapat digunakan sebagai himbauan untuk masyarakat? TOTAL
A 17
Jawaban B C D 21 2 -
Total -
40
16
22
2
-
-
40
14
21
5
-
-
40
11
23
6
-
-
40
7
29
4
-
-
40
14
17
7
2
-
40
13
21
5
1
-
40
22
18
-
-
-
40
114
172
31
3
0
320
E
Kemudian data ata dari hasil Tabel 1 akan direpresentasikan kedalam bentuk diagram diagram, yang dapat dilihat pada Diagram 1.
Diagram 1 A
B
10%
C
D
E
1% 0% 35%
54%
Diagram 1 Diagram Hasil Kuesioner
16
Perhitungan persentase dari Diagram 1 adalah sebagai berikut : Jawaban A didapatkan dari perhitungan : (
x 100 % = 53.8 %
)
x 100 % = 9,7 %
Jawaban D didapatkan dari perhitungan : (
)
Jawaban C didapatkan dari perhitungan : (
x 100 % = 35.6 %
Jawaban B didapatkan dari perhitungan : (
)
)
x 100 % = 0,9 %
Jawaban E didapatkan dari perhitungan : (
)
x 100 % = 0 %
Hasil dari perhitungan di atas menunjukkan jawaban A = 35.6 % dan B = 53.8%, maka dapat disimpulkan bahwa responden menilai cinematography, backsound, visualisasi dan narasi (voice) dari film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana” dinilai telah cukup baik sehingga dapat digunakan oleh Dinas PSDA ESDM Kota Semarang sebagai media informasi, sedangkan 9,7% respoden ragu-ragu dan 0.9% responden beranggapan sebaliknya 5.
Kesimpulan Melalui perancangan film dokumenter Investasi Sampah Bencana yang “Terencana” dapat diambil kesimpulan bahwa film dokumenter ini dapat digunakan menjadi media penyampaian informasi tentang dampak sampah yang dibuang di sungai. Sehingga dapat meningkatkan kesadaran warga untuk lebih taat dalam membuang sampah. Pesan dari film tersebut juga dapat tersampaikan dengan baik kepada responden dimana dalam film tersebut diperkuat dengan pesan informasi yang tersampaikan, kualitas sinematografi, latar musik, visualisasi dan narasi (voice) yang sudah baik. Saran yang diperoleh dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya yaitu agar bisa lebih memaksimalkan dalam hal produksi sehingga akan tercipta visualisasi gambar yang lebih menarik untuk ditonton. 6. Daftar Pustaka [1] Sa’id, E. Gumbira. 1987. Sampah Masalah Kita Bersama. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. [2] Arrosyid, Muhajir. 2014. Pengelolaan Sampah Kota. Suara Merdeka. Rabu. 30 April. [3] Abidin, Achmad. 2011. Realita,Peran dan Keberadaan Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Benowo Melalui Video Dokumenter. Surabaya: D4 Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya. [4] Yolanda, Okky. 2012. Pembuatan Film Dokumenter Drama Rudat Dengan Menggunakan Pendekatan Rekonstruksi Sejarah. Surabaya: D4 Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya. 17
[5]
[6] [7] [8] [9] [10] [11] [12]
[13] [14]
Naibaho, Kalarensi, 2008, Film : Aset Budaya Bangsa Yang Harus Dilestarikan!, Visi Pustaka Vol.10 No.2 ,http://www.pnri.go.id/majalahonlineadd.aspx?id=85. Diakses tanggal 10 Maret 2014. Ayawaila, Gerson. R. 2008. Dokumenter dari Ide sampai Produksi. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi, IKJ Press. Purwaningsih, Ike. 2014. Bermula Dari Flaherty. Suara Merdeka. Minggu. 20 April. Junaedi, Fajar. 2011. Membuat Film Dokumenter. Yogyakarta: Lingkar Media. Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Semedhi, Bambang. 2011. Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. Amsyari, Fuad. 1986. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Surabaya: Ghalia Indonesia. Suwartiningsih, Sri. 2010. Absennya Negara dan Survival Strategy Komunitas Terabaikan ( Studi: Pemulung di TPA Sampah Jatibarang Semarang). Salatiga: Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Satya Wacana Press. Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta – ANDI. Riduwan, Akdon. 2008. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
18