Terbitan Khusus BER ITA
an tro po lo g i
Nomor
BUGIS - MAKASSAR M AN U S1A
DAN
KEBUDAYAANNYA
0 Ieh D rs. IVJattulada
16
DAFTAR
ISI HALAMAH x
KATA EEKGANTAR ........................................ ........ BAGIAN I s MANUSIA DAN KEBUDAYAAN BUGIS - MAKASSAR BAB s I : LOKASI, LIWGKUWGAW ALAM DAN DATA - DATA DEMOGRAPIS......... II j
III
1
SEJARAH SULAWESI SELATAW ................................ .............. .....................
11
SISTIM KEKERABATAN .....................................
20
BENTUK - BEWTUK KERAJAAW, WEGERI DAW DESA
.................
26
VI s
ADAT ISTIADAT DAW AGAMA.................................
30
VII s
FOLKLORE DAW KEEERCAYAAW RAKYAT.................... ... 38
ï
IV : V :
HSLAPISAH MASYARAKAT
4
VIII : KESUSASTERAAW BUGIS MAKASSAR KLASIK.................
.... ' 50 7
■T } _
BAGIAN II s ELITE Dl SULAWESI SELATAN BAB :
I : II s III ! IV
ï
B3KDAHULÏÏAW............................................
55
FERKEMBAWGAW ELITE DI SULAWESI SELATAW
gg
...................
ELITE SESUDAH EERAWG DAW KEMERDEKAAW .................... I ÏEWUTUP DAW KESIMPULAW - KESIMPULAW .............
',-iS u S T A K A A N PUSAT m *™S1TAS INDONESIA
7A
PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITA5- V -:^ ÖNES!A Pon;bCff .. :z.i\ dari
J
.'rtma tg|; 00005241
ERPUSTAKAAN PUSAT J Tanggal: <5?-|i~ >99; j Nomer : % m ( Pui /
\
K A T A PEUGkHTAR jitesiadan KebudayaanBugis-Ifekassai yang menjadi isi dari BeritaAntro^ £ nomor ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah bahan kuliah yang diberikan oleh Drs. Mattulada selama semester I
tahun 1974
di Jmrusan
Antropologi Falcultas Sastra Universitas Indonesia, sedangkan bagian kedua merupakan sebuali ceramah yang diberikan beliau di Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional (LIPl) pada tanggal 8 Juni 1974 y Z ig lalu. Mata kuliah manusia dan kebudayaan dari suatu suku bangsa atau suatu daerah tertentu memang telah lama menjadi buah pemikiran para pembina Juxusan Antropologi
FSUI „ Mata kuliah ini sangat perlu diberikan kepada mahasiswa ant--
ropologi untuk mengimbangi 5 sekaligus untuk memperdalam, terhadap mata kuliah
Indonesia yang bersifat sangat umum. Sebagaimana diketahui pada masa permulaan berdirinya Jixrusan Antropologi FSUI, disim hanya diajarkan satu mata kuliah Manusia dan Kehnfla^r, Indone sia (dulu bemama ttao^anjndonesd^). Dalam mata kuliah ini d i a j ^ T ^ " hal yang berhubungan dengan manusia dan kebudayaan dari berbagai suku-bano-sa di Indonesia oleh seorang pengajar selama dua semester (satu tahun). Bagx mahasiswa antropologi, yang justru bidang pokoknya yaan5 tentu saja bahan kuliah semacam ini
adalah kebuda-
tidak memuaskan dan
sangat tidak
mendalam s sehingga mulai tahun 1 968 yang lalu mata lculiah ini dipecah menjadi , tiga* yaitu : Manusia dan Kebudayaan Indonesia Bagian Barat, Manusia dan Ke Indonesia Bagian Timur, dan Manusia dan Kebudayaan Irian Jaya di mana tiap-tiap mata kuliah diberikan oleh seorang pengajar khusus Nampaknya pemecahan seperti ini masih belum memberikan kepuasan yangmendalam, karena belum memberikan kemungkinan bagi seorang mahasiswa untuk mem perdalam pengetahuan tentang manusia dan kebudayaan suatu suku-bangsa terten tu. Maka atas^alasan diatas, pada tahun 1974 ini, mulai aiselenggarakan suatu ma a kuliah pilihan Manusia dan Kebudayaan Bugis~Ma.Vaoonr Pilihrn terhadap auku-bang,* Bugis-I!akaSSar pada tahun ini berkebetula‘£“ e m ter“
w a kesempatan seorang ahli dalam Sllku-bangsa lni ^
ajar dl Patultas Sastra U.I., yaitu Brs. Mattulada. S e iB n S
Pada tahun 197 4 ± . ®“
“ «“«adakan penelitian perpustakaan di Jakarta
untuk ,n6m 1 ^ memPersiap~
kan. disertasi untuk mencapai gelar doktor dalam ilmu antropologie
Mattulada
adalah Saxjana Sastra TJniversitas Hasanuddin (1964) yanê' sekarang masih menjabat sebagai Lektor Kepala dan Dekan pada Fakultas Sastra disana„ Karangannya sampai sekarang meliputi beberapa karangan ilmiah, diantaranya dua jilid buku La-Towa; Satu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politis Prang Bugis, , Seandainya pada tahun-tahun mendatang, Jurusan Antropologi FSTJI mempunyai cukup biaya, maka kemungkinan besar dapat pula diselenggarakan mata kuliah manusia flan kebudayaan suku-sulcu bangsa lain atau manusia dan kebudayaan golongan Tiong-Hoa di Indonesia. iviu.dah.-iraidah.an barapan ini dapat menjadi kenyataan karena makin lama ke— butuhan kita terhadap pengetahuan mengenai latar belakang kebudayaan dari six— atu suku bangsa atau suatu golongan masyarakat Indonesia makin mende sale ju— ga. Masalah pembangunan di negeri kita bukan hanya untuk meningkatkan GUP, mengixrangi
pengangguran ,t atau pembagian pendapatan yang merata,
untuk pembinaan kerukunan dan integrasi nasional.
tetapi juga
Dengan memperdalam penge-
tahuan mengenai berbagai suku-bangsa dan golongan masyarakat tujuan ini sedikit banyak akan dapat didekati „
Amri Marzali.
di
Indonesia,
M A NI JS I A DAN K E B U D A Y A A N BUGIS - M A K A S S A R
1. Orang Bugis - Makassar adalah sukubangsa Indonesia yang menjadi pen duduk terbesar jazirah Selatan pulau Sulawesi.Dalam pembahaglan wilayallRepublik Indonesia Sulawesi-Selatan ada lah sebuah Propinsi yang dipimpin oleh seorang Gubemur / Kepala Daerah. Daerah Propinsi Sulawesi-Selatan dibagi lagi atas 23 buah Kabupaten, diantaraKabupaten/ ICota Madya 1 . K.M. Ujungpandang
2. K.M. Pare-Pare 3 . Kabo G 0 w a 4 . Kabo Maros 5 . Kab. Pangkajene 6 . Kab. Jeneponto 7 . Kab. Takalar 8 . Kab. Banta Eng 9 . Kab. Selayar 10. Kab. Bulukumba 11„ Kab. Sinjai 12. Kab. Wajo 1 3 . Kab» Soppeng 14. Kab. B o n e 15. Kab. Barru 16. Kab. Sidenreng/Rappang 17 . Kab. Pinrang 18. Kab. Enrekang 1 9 . Kab. Luwu* 20. Kab. Tana Toraja 21. Kab. Mamuju 22. Kab. Majene (Mandar) 2 3 . Kab. Polewali-Mamasa Jumlah
nya 2 buah kota-Madya, yang dipimpin masing - masing oleh Bupati / ¥alikota/ KDH. Kabupaten-kabupaten dibagi lagi atas Kecamatan-kecramatan , dan Kecamatan-kecamatan dibagi lagi atas desadesa, sehingga situasi pembahagian daerah itu dapat dil-ukiskan sebagai berikut s
Jumlah Kecamatan 8
3 8
4 9 5 6
3 5 7 5 10
5 21 5 7 7 5 16 9 5 4 8 165
Jumlah Desa 44 x) 12 x) 56 46 83
28 35 12 20
43 33 51 26 206
25 32 37 30
143 65 23 20 83 1.158
Penduduk= 700.000 85.000
349.629 181.366
195-280 271.893
155.441 84.176 102.257 247.979 145.178 4 1 6 .850 235.060 7860254 171.119 196.387
250.589 180.797 352.705 327.142 70.722
81.040 311.537 5 .643.067
Luas daerah Propinsi Sulawesi - Be- duk rata-rata. dalam -tahun -1971 .dip&T. latan, kl. 100 „457 KM2. Kenaikan jum- kirakan 63 orang per km2. Rendahnya lah penduduk rata-rata, diperhitung- angka-angka pertambahan jumlah penducan selama 10 tahun terakhir kira-ki- duk disebabkan oleh berbagai sebabs :?a hanya sekitar 1fo. Kepadatan pendur- antara lain oleh besamya jumlah penx).
Dalam kota-Madya Ujung-Pandang dan Pare-pare, desa-desa disebut lingkungan o Dengan perluasan Kota Madya Ujung PancLang Ice Selatan meliputi beberapa buah Kecamatan Gowa? ke Utara meliputi beberapa Kecamatan Maros dan pulau-pulau Spermonde yang tadinya menjadi daerah Pangkajene. x x P e r i n c i a n jumlah penduduk kabupaten-kabupaten ini, berdasar laporan Bhg. Statistik dan Sensus Kantor Gub. Sul.Sel. (Des. 1969). xxxjo Menurut sensus th. 1971 jumlah penduduk 5„189.227 jiwa-
_^cLuk yang berpindah ke daerah lain tale di d a e r a h - d a e r a h ini; b a h w a buk^ik pada masa-masa kekacauan (1950 - lan yang m e n g a n d u n g bunyi R terdapat 5^5) maupun oleh tabiat penduduk yang hujan. (ERE., axtinya air). Maka mereka m e n a m a k a n bulan - bulan yang ber R ^Smiliki sifat suka merantau; dll. Daerah - daerah. kabupaten yang agak itus J a n i r e r u , Pabireru, Marusu, AmPadat penduduknya adalah kabupaten- ■parilïT a d a l a h musim hujan p e r m u l a a n kabupaten sebelah selatan dengan ke- tahun.. Mei, Juni, Juli, Aisuttusu1 5 tak Padatan 100 sampai 300 jiwa per km2 . ada R ( aïr"X itulah musim kemarau. Makin ke utara penduduk makin jarang. Dan Katember; Katobere, Nopembere dan Kabupaten Luwu dan Mamuju misalnya, Desembere, semuanya ber R inilah mu ^empunyai kepadatan penduduk kuxang sim h u j a n akhir tahun. daxi 1 5 jiwa per km2. Sulawesi Sela- d). Curahan hujan yang meliputi dae tan secara keseluruhan, terutama darah-daerah Sinjai, Bone dan Bululam. hubungan pembangunan proyek-prokumba. Musim kemarau dan musin hujanyek besax di bidang industri, pertam- nya sangat jelas. Musim kemarau terbangan dan pertanian selalu merasakan jadi pada permulaan dan akhir tahun kekurangan tenaga kerja. dan musim hujan, terjadi pada perte2 . Iklim dan lingkungan alam. ngahan tahun. Tlrlim daerah Sulawesi Selatan ada Musim hujan dan curah hujan menjadi lah ikl im t.ropis^- Daerah ini pada u- pedoman kaum tani untuk melakukan penrumnya hanya mengenal 2 musim- yaitu kerjaan di sawah-sawah untuk penanammusim hu jan dan musim kemarau. JTempe- an padi. Adapun tentang angin yang bertiup ratur dan tekanan udaranya tidak memdi daerah Sulawesi Selatan dapat pul a perXlh.atkan.adanya. fluktuasi yang bë._sac . Sulawesi Selatan, digolongkan kepada dua macam, sbb; mempunyax^ëHcaharian hidup utama da- a).Angin musim barat; Bara1 ( Mk ) dan fanTdan, pelayaran laut, maka Bare' (Bg). Angin musim barat ini. soal hu.ian dan angirL.mendapat perha- membawa hujan yang tidak terlalu ber'tXahZüesar-^bagr~perrduduk. kesan. Anginnya lembab, kecuali yangIdapun curah hujan di daerah Su bertiup dari Barat-dsya seperti di Tala w e si Selatan dapat dlbagi atas 4 kalar, angin musim in i bertiup tanpa wilsyah curahan. halangan gunung. Angin bertiup bergana). Cur ahan hujan yang meliputi dae- tian dari barat-daya, barat dan baratrah-daerah Mamuju., Palopo dan se- laut, adakalanya kencang juga. Di PaJcitamya» Curah hujan pada umumnya re-pare bertiup angin barat-daya, se tingel dan hampir merata sepanjang ta- ring sampai ke Rappang dan Singkang hun. Satas antara musim hujan dan mu (Wajo). sim kemarau tak dapat dinyatakan de- b) .Angin musim Timur % Timoro 1 (Mk ) dan Timo1 ( Bg V. Angin musim ini, ngsn tegas » bertiup meliputi daerah - daerah yang b)» Curahan hujan yang meliputi dae- lebih luas di pantai Selatan, sekitar rah-daerah Polewali,, Soppeng, WaJeneponto sampai Takalar „ Pada bulanjo, pare-pare, Pinrang dan BantaEng. bulan Juni - Juli dan Agustus bertiup Curah hujan pada umumnya tinggi, akan angin timur yang berkepanjaxigan dan tetapi adanya musim kemarau dan musim seringkali sangat kencangnya, sehingga hujan, dapat dinyatakan lebih tegas» menumbangkan pohon-pohon besar. Di se Fluktuasi hujan tidak besar. belah utara Takalar, kecepatan angin menurun dan mengarah dari selatanc). Curahan hujan yang meliputi dae Ujung Pandang terletak kl. pada batas rah-daerah Ujungpandang, Maros, daerah angin timur yang bertiup pada Takalar, Pangkajene dan Barru» Musim kemarau dan musim hujsnnya sangat je- daratan pantai dan anginBaxubu (yai^ ^aS° ^ujan jatuh pada permulaan tiupan angin P ^ as dan k^ing) dan akhit tahun.. Musim kemarau jatuh datang melalui gunung; Angin pada pertengahg^ tahun» Menurut folk ini bertiup tidak menetap arahny» dan
banyak tertimpa di daerah Maros, kira- telah digali, yaitu di Malili. Sumkira dalam bulan Juli, sebagai angin ■^Ber-sumber General di Sulawesi Selatan timur-laut yang panas dan kering. Berseluruhnya masih merupakan sumtiupnya pada tengah hari dan baru ber- hampir ber-sumber mineral potensiil yang ba~ henti menjelang terbenamnya mata-hari. ru berada pada tahap eksplorasi. BaRata-rata temperatur sepanjang ta han-bahan pertambangan yang terpenting hun di Sulawesi Selatan, .adalah 26°C diantaranya, besi, nikkel, minyak bua 27°C maksimum 32°C dan minimum 18°C. mi, tembaga, gips dan timah-hitam. "Temperatur di daerah-daerah pegünungSulawesi_ Se1atan mempunyai „4 buah an tergantung pada letak ketinggian- danau,-yaitu. ^ " nya. Tiap - tiap ketinggian 100 meter di atas permukaan laut, temperatumya 1. Danau Tempe, dengan luas kl „ 15.000 ha yang dari hari ke hari mengalami turun dengan 0.6°C.Misalnya suatu tempendangkalan. Banyak menghasilkan ikan pat di Mai akaji dengan ketinggian 750 M di atas permukaan laut, bertemperatur tawas (puntius yavanicus), udang, se— ( tahunan ) rata-rata ? 27°C - (750 x pat siam, tambakan gabus dan betek. 0..6°C)=kl. 23°C. Selisih antara tem 2. Danau Sidenreng, dengan luas kl. peratux tertinggi dan ter-rendah se 12.500 ha. Keadaan dan hasil ikanpanjang hari rata-rata 5 - 8°C. nya sama dengan Danau Tempe. ^Sulawesi Selatan dikenal sebagai jsalah satu daerah lumbung padi Indone 3- Danau Towuti, dengan luas kl. 60.000 ha. Danau ini aimya jemih, tidak sia- -Luas panenan tahun 1971s 464.000 mengandung lumpur lagi dalam. Akan teha dengan produksi 1.683.000 ton pa tapi tidak mengandung ikan. di kering. Luas sawah seluruhnya 515.000 ha diantaranya 115°600 ha de 4= Danau Mat ana, dengan luas kl. 15.000 ngan pengairan teknis, 59*500 ha de ha. Keadaannya sama dengan danau ngan pengairan setengah teknis dan se- Towuti, juga tidak menghasilkan ikan. lebihnya kl. 300.000 ha sawah tadah Potensi pengembangan sungai-sungai hujan. Produksi pangan 1ainnya ialah, yang penting guna pengairan dan tena jagang, ubi_ kayu,_ubi jalar dan ka- ga listrik, adalah ; sungai Walanae, cang-kacangan. Sumpang Kax-ama' (S o p p e n g ), sim gai L aProduksi pertanlan lainnya, adalah rona (Luwu1), sungai Jene'berang (Gohasil-hasil perkebunan antara lain ke- wa) dan sungai Sa'dang (Tana-Toraja)» merunakan hasil- Masaalah utama yang dihadapi Sulawe hasil- eksport. Juga produksi perilcan- si Selatan, adalah masaalah tara-air. an darat dan perikanan laut, cukup po- Hal ini disebabkan oleh semakin keciltensiil. Sulawesi Selatan juga baik nya areal hutan yang ada. Areal hutan untuk petemakan, terutama untuk sapi yang ada, hanyalah kira-kira 22$ dari dankerbau. Pada waktu ini, sedang di- seluruh luas daerah, sedang areal yang mulai proyek-proyek petemakan di Wa- diperlukan untuk fungsi hydro-orolojo dan Soppeng. gis, ialah kl. 3 0$° Daerah-daerah yang Di bidang perindustrian, tingkat dengan keras terancam oleh kekurangan produksi pada umumnya masih jauh di- air, adalah daerah-daerah bahagian se bawah kapasitas potensiil. Industri latan yang padat penduduknya. Tanahtekstii 20/^, industri ringan dan kera- tanah gundulpun mulai kelihatan di maJinan. 50% dan industri assembling be- na-mana. Bukit-bukit subur, yang pada kerja dengan kapasitas 35$. Industri zaman lalu datumbuhi hutan - hutan lekimia. bekerja dengan 50% kapasitas po- bat, kini menjadi bukit-bukit gundul tensiil. Hal-hal itu terjadi karena ti- dengan tanah-tanah gersang. Yang demidaic dikuasainya bahan balcu, kesulitan kian itu dapat dijumpai di Kabupatenm° Z ’ 'terbatasnya tenaga kerja, sa- kabupaten Mandar, Polewali - Mamas a 9 ingan dengan barang-barang import (da Tana-Toraja, Enrekang, Jeneponto, Talam aan lUar negeri) dan ongkos ang- kalar, Bone, Sinjai dan Bulukumba, yangmeliputi areal seluas kl. 840.000 amat t;Lnggi» 1)1 Diaan^ p^r^rr^ Rrigan, nikkel _aha0 Fungsi hydro-orologis boleh dikadalah. satu-satunva bahan tambang yang' takan tidak ada, teristimewa untuk 4
\y
_ 4 _
lerah aliran sungai Saddang.
dan Makassar.
. Ethnic-groups. (Suku-suku bangsa) . 3). Toraja, ialah penduduk di bahagian tengah pulau Sulawesi. Karena pemPenduduk Propinsi Sulawesi Selatan bahagian pulau Sulawesi atas beberapa ang her jumlah hampir 6 juta jiwa itu Propinsi (Selatan, Tenggara, Tengah ardiri atas 4 suku bangsa, yaitu ; dan Utara), maka orang Toraja berdiam ). Bugis, her jumlah kira-kira 3-g- juta baik di Sulawesi Selatan, maupun Su orang, mendiami Kabupaten-kabupa- lawesi Tengah. Orang Toraja di Sula en Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, wesi Selatan mendiami Kabupaten Tanaajo, Sid. Rap», Pinrang, Polewali- Toraja dan Mamasa. Mereka itu biasa amasa, Enrekang, Luwu’, Pare-Pare , nya disebut Toraja Sa-dan atau sering arru, Pangkajene dan Maros. Kedua ka- juga Toraja Tae', berjumlah kira-kiupaten disebut terakhir, merupakan juta orang. .aerah-daerah peralihan yang penduduk.ya, pada umumnya mempergunakan baik I^)yMandar, yang ber jumlah kira-kira -g- juta orang, mendiami Kabupateniahasa Bugis maupun bahasa Makassar, Majene dan Mamuju. Orang Mamuju biasa 'abupaten Enrekang, merupakan daerah nya tidak mau disebut orang Mandar. >eralihan Bugis-Toraja, yang pendudukKeduanya mempunyai dialek sendiri „ Wa lya sering disebut orang Duri atau laupun suku-bangsa ini mempunyai baha— Iassenrengpulu, mempunyai dialek khuius, ialah bahasa Duri dan Enrekang. sa sendiri ialah bahasa Mandar dan Ma )apat dimengerti baik oleh orang Tora- muju, tetapi kebudayaan mereka, pada dasarnya tidaklah amat berbeda dengan ia maupun orang Bugis. kebudayaan orang Bugis - Makassar Se jY.Makassar, ber jumlah kira-kira 1-§juga kebudayaan Toraja’Sa«juta orang, mendiami kabupaten-ka- benamya da^L, -wa.lau.pu2a mertunj-uickan beberapa Dupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Ban- b u t y a n g k t a s u s , t e t a p i p a d a d a ï a z S l taEng, Maros dan Pangkajene (yang di- sama dengan kebudayaan Bugi3_Maka ^ a itas,merupakan daerah peralihan antara Perbedaan-perbedaan variasi keburW laerah Bugis dan Makassar). Penduduk an Toraja Sa'dan dengan yang lain pulau Selayar dan pulau-pulau sekitar- sebabkan karena letak Tana l o r a j a V ™ ! iya, walaupun mengucapkan suatu dia- terpencxl sejak beberapa abad i ï * ë Lek khusus, biasanya dianggap orang Dikalangan kaum bangsawan fekassar juga. Sedang penduduk Ujung- sar, terdapat kepercayaan b£w« Pandang (dulu disebut kota Makassar), ka mempunyai h u b u n g a n d S a h d ^ mere~ cebanyakannya terdiri dari orang Bugis rang Sangalla (Toraja) dengan °~ II, SEJARAH SULAWESI SELATAN. /
Sejarah Sulawesi Selatan belum ba- Lah menemukan fosil-fncn i „ yak diketahui orang sebagaimana mes- Ja eadahdisalah S ^ f inya. Buku-buku sejarah tentang Su- /gunungan Soppeng. Penemuan - penL?6" awesi Selatan yang ditulis oleh ka- /belxau itu menunjukkan adanva ^ angan ilmiawan, terutama yang me- dabandi tempat itu kl„ 5000 perayangkut abad—abad sebelum abad ke XIII, t lu. Henkeren menamakan p e r a d a b ^ f : ak memberikan gambaran yang memadai , di Soppeng itu dengan Kebudayam ■• B l o c k m e n e r b i t k a n bukunya, bennge (tempat ditemukannya fosii ? °~ udul Hi H-hn-rv o f the Island of Celebeg sil seperti disebut diatas), Dalam Negara... Kartagama. P r a ^ Lalam tahun 1 8 1 7 menceritakan tentanig 'itabulnya kerajaan-kerajaan Bugis-Mc/- ada juga menyebut - nyebut tentan^Tb ^aasar sekitar abad ke XIV. Tentang berapa buah negeri ^di daratan Sulat,^ jarah purbakala Sulawesi - Selatan— si Selatan, Negeri -negeri yang, Dun belxom banyak diketahui. Dr van but itu, ialah Bantayan dan lekeren, seorang arkeolog berkebang- sebagai negeri-^egeri yang d i l c ^ ^ S saan Belanda, berulang kali telah me- oleh armada MaJapahit dalam abad ke akukan survey di daerah itu, dan te~ XIV
res, Soma Oriental, yang ditulisnya ngandung kepercayaan Aluk Tudolo, dipada aval abad ke XVI, ada juga dise- ceriterakan dan dihafalkan turun-tebut-sebutnya tentang orang Bugis-Ma- murun oleh pemimpin agama/kepercayaan kassar yang mempunyai perahu - perahu orang Toraja yang disebut Tomena, layar dan meramaikan pelabuhan-pelaNaskah-naskah tua (Lontara ') di da lbuhan jauh di daerah-daerah barat Fu- erah Sulawesi Selatan yang m e n c a t a t \santara dalam abad ke XV= Dikatakan kembali mitologi orang Bugis-Makassar, \bahwaorang-orangBugis-Makassar, .ada- dapat memberi petunjuk tentang keadaan VLah pelayar-pelayar cekatan dan peda- masyarakat dan kebudayaan Sulawesigang-pedagangulung. Juga terdapat pem- Selatan, diperkirakan dapat membuka ■fyajak-pembajak laut orang Bugis-Makas tabir-tabir gelap sejarah daerah ini sar yang sangat disegani. sekitar abad V s/d X. Tokoh-tokoh yang Menurut ceritera - ceritera rakyat disebut dalam mitologi orang Bugis(folk-tale) Tana Tora.ja, yang diang- Makassar itu, terhimpun dalam ceritera v gap sebagai penduduk tertua daratan legendaris yang, disebut Sure Galigo, Sulawesi Selatan, bahwa Puang Matoa al. Batara Guru, Batara Lattu, Sawe(Dev/a tertinggi) di langit pertama- rigading, La Galigo Fati Yang Jala tama mengutus Tamboro-Langi untuk me- dll. dapat memberi petunjuk tentang ngatur kehidupan manusia di atas du~ kepercayaan-kepercayaan rakyat yang nia ini. Tamboro Langi 1 lah yang di~ deka£ kepada kepercayaan - kepercayaan percaya oleh orang Toraja meletakkan- Hindu. Nama-nama tempat yang disebut"Aluk Tudolo11 (aturan-aturan orang da- sebut dalam Galigo, seperti Senrijala huluyang dianggap sebagai agama)„ Tam (Sriwijaya ?J; Mancapai (Mojopahit ?) boro ’ Langi,tiba di puncak Gunung Lan- dsb.nya, kiranya dapat membawa dan timojong. Diceritakan bahwa pada ma- membuka jalanke arah ditemukannya husa itu bahagian terbesar daratan Su bungan-hubungan sejarah daerah ini delawesi Selatan masih digenangi air. ngan kerajaan-kerajaan Husantara lainYang nampak di permukaan laut, hanya- nya di masa silam, seperti Sriwijaya, lah pimcak-puncak gunurig Bawakaraeng Mojopahit dll dalam abad-abad sepuluhdi sebelah selatan, Latimojong di te- an. (Galigo, sebagai hasil kesusastengah dan Kandora di sebelah utara. Tam raan klasik, akan dibicarakan pada ba boro Langi kawin dengan seorang perem- hagian lain). puan / dewi yang timbul dari busa air Masa Dewa-dewa yang disebut dalam sungai Sa'dan, yang bernama Lando Be- epos Galigo itu, dimulai dengan daiu.ak atau Tandi Bilik atau sering ju tangnya Tomanurung (yang ke-2 ? setega dinamakan Lando Rrnidun. Nama-nama lah Tamboro Langi) yang dinamakan Ba- ■ ini memberi petunjuk bahwa perempuan tara Guru, putera To PalanroB (orang itu berambut panjang dan menghuni bi- yang mencipta) yang"bert"empat tinggal liko Dari perkawinan ini lahirlah se~ di Boting Langi (puncak langit ). Ba orang laki-laki yang diberi nama San- tara Guru kawin dengan We Nyili' Tidaboro. Sandaboro kemudian dalam per- mo', puteri yang berasal dari Paratiwi. kawinannya dengan seorang puteri bumi, (Dunjabawah bumi). Dari p erk a w i n a n i n i roenurunkan Laki-padada. T.aki padada lahirlah seorang putera yang dinamakan inilah yang meletakkan dasar-dasar ter- jBatara Lattu. B a t a r a Lattu k a w i n de ciptanya negeri-negeri yang kemudian ngan We Opu S e n g n g e n g . y a n g m e l a h i r hari menjadi tiga buali kerajaan suku- kan^ SAWERIGADIKG. Sawerigadinglah. y a n g angsadi Sulawesi Selatan, yaituRong- mengembangkankerajaan tertua S u l a w e s i kong yang menjadi pangkal Negeri To- Selatan, yaitu Kerajaan Luwu, yang me ra0a5 Luvu- yang menjadi asal negeri- liputi negeri-negeri yangdidiarni oleh negeri dan kerajaan-kerajaan orang Bu orang Toraja, orang Bugis dan. orang gis, dan Gowa(ri) yang menjadi pang Makassar. . kal negeri_negeri dan kerajaan orang Periode kekuasaan Dewa-dewa yar;g dileMakassar,, Polk_tale orang Toraja ini taldcan dasar - dasamya oleh Sawerigabelum dituliskaai karena orang Toraja ding diakhiri dengan lcembali^a semua tidak mempunyai sistim tulisan tersen- keturunan langit itu kembali ke la diri. Folk-tale semacam ini yang me- ngit. Maka terjadilah kekosongan pe-
guasa langit sampai tujuh tuxunan la- terbesax pada zamannya. Kerajaan Buanya di Sulawesi Selatan. Selama itu gis ini bersaingan. terus menerus de èkuasaan dalam kexa jaan-kexa jaan yang ngan kerajaan orang Makassar di sela nflah ada dikendalikan oleh' oxang-o- tan yaitu kerajaan Gowa. Peperangan nng bumi sendixi, yang - pada akhix- antaxa kexa jè^-kéxa jaan ini berkepaniya menimbulkan kekacauan yang dise- jangan dan. baru berakhir dalam abad nit oleh oxang-Bugis Sianre baleni tauwe ke XVI setelah kekuasaan Kompeni Be'orang iiidup terkam menéxkam sebagai landa mulai melebaxkan kekuas aannya cehidupan ikan. yang be sar memakan yang ke wilayah ini. ceoil). ,Periode selanjutnya adalah periode 4 » Di Soppengs turun Tomanuxungdi Sekkajili *, yang menuxunkan Raja-xaja PrtTOgfrmrung yang ke-3 (sekitar abad Soppeng. Kerajaan Soppeng adalah kexaar
puteri itu ialah We Tadampali. We Ta- bersekutu bukan saja dengan B o n e , medampali yang meninggalkan negerinya lainkan juga dengan Gowa, sehingga daitu dengan mempergunakan sebuah rakit, lam persengketaan antara Bone dan Go— terdampar di pantai yang ditumbuhi se- wa seringkali terjepit antara dua kebatang pohon besar yang bemama pohon kuataji yang membawa aicibat buruk bag! WajOo Dari naraa mxlah kemudian negeri Wajp_. Ketika perang Gowa dalam abad itu disebut. Setelah sembuh dari pe- ke-XFI menghadapi Kompeni B e la n d a , Wanyakitnya, berkat mu'jizat air liur jo memihak Gowa dan Bone (Aruppalaka) seekor kerbau balar (putih hitam) , ma- memihak Kompeni. ^•a He-. dikawini oleh La MaiEnam buah Kerajaan Bugis Makassar lu Toangingraja, (Raja) kepala kaum di inilah a.i. yang telah menghiasi ke— Bettempola. ^ hidupan sejarah di Sulawesi Selatan Dari situlah mulai perkembangannya ke— sampai lahimya Republik Indonesia pa— ra'jaan Wajo, yang memiliki bentuk pe- da pertengahan abad kë XX (1945). merintahan yang mendekati bentuk ReLuwu-Bone dan Gowa merupakan kerapublik dengan tata-kekuasaan yang de- jaan tertua di daerah Sulawesi Selatan mokratis»x' Dalam perkembangan selan- yang dapat dianggap sebagai peletak jutnya, Kerajaan Wajo selalu berusaha dasar adat-istiadat orang Bugis-Makasx)
Karena disebut bahwa Wajo memiliki karakteristik tersendiri dalam kehidupan ketata-negaraannya, maka secara ringkas dapat dilukiskan garis-garis besarnya yang karakteristik itu sebagai berikut„ Pemimpin Pemerintahan pada pusat Kerajaan (Republik ), disebut Arung Matowa, seperti telah disebut dibahagian atas. Arung Matowa. seba'gai Ke pala Negara dan Kepala Pemerintahan tertinggi di Wajo, adalah semacam Pre siden yang dipilih oleh Petta Ennennge, yaitu 6 kepala-kepala dan pembesar Negeri (daerah) yang masing-masing bemama? 1). Ranreng Betteng Pola, 2). Ranreng Toa, 3). Ranreng Talo' tenreng, 4 ). Pattola, 5). Pilla' dan 6 ). Cakkuriai. Arung Matowa Wa.jo boleh pula dipilih dari orang-orang luar Wajo. Dimaksudkan agar Arung Matowa itu, dalam pertimbangan-pertimbangannya trntulc kepentingan daerah - daerah bawahannya tidak bersikap berat sebelah. Ditetapkan juga dalam syarat - syarat pemilihan Arung Matowa Wajo bahwa orang yang akan menjadi Arung Matowa harus orang jujur, bijaksana, budiman, dan mempunyai sifat-sifat yang baik. Arung Matowa itu harus dipilih, dengan tidak menentukan lama masa jabatannya. Putera-putera Arung Matowa tidak mempunyai hak pusaka atas Kekuasaan Kerajaan, sehingga di Wajo tidaklah dikenal adanya putera/puteri Mahkota, seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar lainnya. Oleh sebab itu ketika Puang ri Maggalatung„ Arung Matowf. W§jo ke-4 (abad ke XVIl), hendak mengakhiri masa kekuasaannya, maka beliauberpesan agar anaknva vang bernama Tenripakado Tonampe 1 menggantiks-inya sebagai Arung Matowa Wajo. Mendengar permintaan Puang ri Maggalair-^ng itu, maka, bersusah hatilah orang Wajo., Bila permintaan itu dipenuhi 1>erarti menyalahi Adef tana-Wajo.Kalau ditolak, terasa berat juga, mengi:-igat jasa-jasa Puang ri Maggalatung sebagai Kepala Negara yang Adil, juju > dan sangat dicintai oleh rakyat. Oleh karena itu vakil-wakil rakyat Wajc itupun menjawab s "Kami setuju dengan maksud Tuanku, untuk menyerahkaii. Wajo kePada anak Tuanku. Yang kami maksud dengan Anak Tuanku* ialah yanj berPegang teguh kepada keadilan dan yang menjalankan teladan-teladai baik yang Tuanlcu telah tunjukkan kepada rakyat Wajo. Anak Tuanku yans tidak mHiki keadaan dan kemampuan yang demikian, bukanlah Anak Tuarku ia ^anyalah keturunan Tuanku. ~~ ■ - 5 Mendengar jawaban itu,- Arung Matowa Puang ri Maggalutung-pun berdiam airi dan membenarkan kata orang Wajo itu.
sar. Raja Luwu digelar Datu Mappajung dalam memperebutkan keunggulan diselunge ri Luwu. (Datu yang berpayung (me- ruh daratan dan lautan Sulawesi Selatan. ïindungi) di Luwu) . Raja Bone, digelar Untuk menghadapi ekspansi kerajaan Gowa, iLrung Mangkau' ri Bone (Raja yang ber- maka Kerajaan-kerajaan Bugis, yaitu Bo daulat di Bone)^ Raja Gowa, digelar ne, Soppeng dan Wajo, dalam tahun 1582 KaraBng Sombaya ri Gowa (Raja yang di- menggalang persekutuan tiga kerajaan dengan harna TellumpoccoE dengan persembah di Gowa). Bone-Sopjgeng dan Wajo, dalam per- janjian LamumpatuE ri Timuxung, seper kembangannya biasa juga disebut Tel- ti telah disebutkan di atas. Pada saluiapoccoE (tiga punock) adalah perse- at berlangsungnya peristiwa Lamum kutuan tiga buah Kerajaan Bugis yang patuE ri Tirmrrung itu, yang menjadi diletakkan dalam satu perjanjian per- Raja di Gowa ialah Raja Gowa ke XII sekutuan "LamumpatuE ri Timurung" (Per- yang bernama I Tajibarani Daeng Manjanjian 3 buah kerajaan yang dikokoh- rompa KaraEng ri Data. Baginda adalah kan dengan menanam sebuah tonggak batu putera Raja Gowa ke XI yang digelar di Timurung) dilakukan dalam tahun 1582. Tunibatta. Tunibatta menjadi raja ke Perjanjian itu dilakukan untuk mela- XI menggantikan saudaranya yaitu Tuniwan ekspansi. Kerajaan Gowa, yang se- galangga, Manggorai Daeng MajnmetrT^lalu berusaha menanamkan kekuasaannya raEng Bontolangkasa,(Ra.ia Onwa Vp y) . ke daerah.-daerah. orang Bugis. Dalam masa kekuasaan Raja Gowa ke XI Tiap - tiap kerajaan Bugis-Malcassar Tunibatta terjadi penyerbuan oleh 0-“ mengalami pertumbuhan dalam sejarahnya sendiri-sendiri. Akan tetapi pada rang Gowa ke Bone. Penyerangan itu di~ garis besamya semua kerajaan itu mem- lakukannya melalui Soppeng. Dibakaxpunyai kecenderungan dan niat untuk nya negeri Bukaka di Bone. Akan tetapi pada tiap kesempatan memperbesar pe- serangan orang Gowa itu dapat dipatahngaruh dan daerah-daerah kekuasaannya kan, dan Raja Gowa Tunibatta dipengdengan jalan penaklukan atau bujuk-bu- gal këpalanya. Ia memangku kerajaan jukan. Usaha untuk memperebutkan hege- hanya selama 40 hari. Setelah itu Tunijaaio naik takhta kerajaan Gowa, men moni keknasaan di Sulawesi Selatan sejadi raja Gowa ke XII. Sebelumnya itu jak abad ke XV dilakukan ”oleh_kera- baginda berdiam di Bone, sehingga ba jaan-kerajaan terkemuka Gowa dan Bone, ginda mempunyai hubungan erat dengan dan melibatkan kerajaan - kerajaan së?°ne°* Ba^indalah yang merintis kutunya masing-masing. Oleh karena itu kPmb kembali perdamaian antara Bone dan Go ada baiknya apabila kita membicarakan wa. Satu..perjanjian perdamaian antara serbasedikit tentangkeadaan itu, yang Bone dan Gowa diadakan dals™ ^ kejadiannya sekitar abad ke-XVI kare 1565 -. Per janjian p e r d a ^ i ^ na pada masa itulah hubungan kita di but Oap^E ri.CaleBea. Berkat perjankepulauan Indonesia dengan orong-orang »an p e U B , ™ itu t e r j a l i m ^ perdari Eropa sudah mulai memasuki babak- damaian antara Bone dan r . .an baru dalam sejarah nasional. sepuluh tahun. °0Wa selaffia j* Pada permulaan abad ke XVI (1525Dalam tahun 1585 terjadi lagi pe1550) kerajaan Gowa telah berkembang rang antara Bone dan Gowa, selama bedengan pesatnya. Kerajaan diperintah berapa tahun, yang memperpanjang dan oleh Tumapa1risi-kalionna.. Ia sangat mengobarkan dendam kesumat a^Sfa ke terpüji karena kelakuan dan kecerdas- dua kerajaan dengan kelanjutan peranganrt-a° Di pedalaman Sulawesi Selatan perang yang tak berkeputusa n , sampai pun j-Cerajaan Bone mengembangkan diri datangnya Islam ke wilay^ ± [ ; K erajaan yang_ mula - raula m;nerima dengcn menaklukkan negeri-negeri seIslam dengan resmi di Sulawesi Selatan kitainya yang penduduknya berbahasa " Bugis. Kerajaan Bone ketika itu di-' ialah kerajaan kembar Gowa-5>a]_^0 o Tang perin^ah oleh rajanya yang bemama La gal resmi penerimaan Islam. 4 tu fflenUrut Tenga ra^Bongkangn ge. Lontara ialah malam Djum'at, 22 Sep Baik Gowa (dipïhak orang Makassar), tember 1605j bertepatan dengan 9 Ju“ Uiaupu/iBone (dipihak' orang Bugis) ber- madilawal 1014 • Raja yang meneriha, keras untuk salingatas mengatasi ma Islam sebagai agamanya pada hari
itu ialah Raja Tallo yang bemama I Mallingkaang daeng Mannyonri. Baginda Raja Tallo ini juga merangkap jabatan sebagai Tumabbicara Butta(Mangkubnm-i) kerajaan Gowa. Baginda diberi nama Islam yaitu Sul tan Abdullah Awalul Islam. Setelah itu menyusul pula Raja Gowa ke-XEY raemeluk agama Islam. Baginda bemama I Mangngerengi daeng Manrabbia, sultan Alauddin. Dua tahun kemudian seluruh rakyat Gowa dan,Tallo selesai di Islamkan, dengan diadakannya sembahyang jemaat Jum'at yang pertama di Tallo, pada tanggal 9 Nopember 1607, atau 19 Rajab 1016H. Orang yang telah berjasa meng-Islamkan lcedua orang Raja dan rakyatnya itu, ialah Abdulkadir Khatib Tunggal. Di Makassar ulama'ini dikenal dengan nama Dato1 ri Bandang. Dia berasal dari Minangkabau, Kota-Tengah, Sumatera Barat. Kemungkinan besar beliau belajar di Jawa Timur sebagai murid salah seorang wali Jawa yang tersohor, yakni Sunan Giri. Orang inilah yang telah memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Sulawesi — Selatan khususnya dalam lapangan pengajaran tentang hukum syareat dan ilmu kalam. Beliau bermakam di Tallo, dipinggiran utara kota Ujung Pandang sekarang. Sesudah kerajaan Gowa dan Tallo menerima Islam sebagai agama resmi kera jaan, maka kedua kerajaan kembar Ma kassar itu, menjadi pusat penyiaran Islam keseluruh Sulawesi-Selatan. Politik-peng-~^ïB±Hnian 3ijalankan Raja Go wa dan Tallo dengan kuatnya. Hal itu didasarkan atas perjanjian yang sudah pemah disepakati sebelumnya oleh Gowa dan kerajaan - kerajaan Bugis Makassar lainnya yang berisi ketentuans barangsiapa yang menemukan jalan yang lebih baik, maka ia berjanji akan membertahukan (tentang jalan yang baik itu) kepada raja-raja yang menja di sekutunya, " Serbian peng-Islaman itu oleh beberapa kerajaan kecil diterima d-ongan baik, dan berlangsunglah pengIslaman itu dengan damai. Akan tetapi kerajaan-kerajaan Bugis yangkuat, se perti Bone, Soppeng? Wajo, Sidenreng dll. menolak ajakan Gowa tsb. dengan keras, sehingga Gowa memaklumkan perang kepada mereka. Empat_j£ali Gowa mengirimkan pasuLcannya ke Tana ïïgi'
(kerajaan-kerajaan Bugis )o Pertama lea— linya dalam tahun 1608, tentara Gowayang dilcirim itu dikalahkan oléh ten tara Tana Ugi1 yang bersatu. Akan tapi tahun—tahun berikutnya, kerajb.bx$— kerajaan bugis itu ditaklukkan demi satu. Maka tersebarlah agama Is lam di negeri-negeri Bugis. Sidenreng dan Soppeng dalam tahun 1609, Wajo da lam tahun 1610, dan terakhir Tana Bone, dalam tahun 1611 (Noorduyn, 1 9 6 4 s 89). Setiap perang meninggalkan bekas dan dendam berlarut - larut, menunggu tibanya kesempatan untuk berkobar menuntut pembalasan. Pada waktu. Tana Bo ne diperintah oleh Raja Bone ke XIII yangjbernama La Maddaremmeng, pecah— lah pula perang antara Bone dan Wajo, dalam tahun 1643- Sebahagian wilayah Wajo, yaitu Peiieki yang diduduki Bo ne, menjadi sebab ledakan perang itu. Sesungguhnya telah terjadi sengketasengketa politik sebelumnya, berhubung eratnya pertalian persahabatan antara Wajo dan Gowa. SecLangkan cLendam kesunat antara Bone dan Gowa, belumlah berakhir, malahan semakin meluap jugalah adanya. Arung Matowa Wajo yang bernama Lalsigajang, memerintahkan serangan terhadap kekuatan-kekuatan Bone yang menduduki wilayah Peneki. Orang Bone meninggalkan Peneki setelah membumi hanguskan negeri itu. Arung Matowa Wa.jo La Isigaj ang memimpin sendiri penyerangan itu. Ia terpukul mund.ur dan ditewaskan, ditetak kepalanya. Karena itu ia digelar Matinrowe ri Pattila (A.R. Patunru, 1 9 6 4 ). Arung Matowa. Wa.io yang m e n g g a n t i kannya, ialah La MaVk-araka To Patemmuir'~Ia bersama-sama Raja Gowa ke XV I Mannuntungi daeng Mattola, menyerang Tana Bone, dalam tahun 1643° Dalam pe rang ini, Tana Bone mengalami kekalahanyang sangat parah. Raja Bone ke-XIII La Maddaremmeng ditawan oleh orang Gowa dan dibawa ke Gowa dalam tahun 1644 = Tumabbicara Butta (Mangkubumi) Go wa yang bemama KaraEng Tumenanga ri BontobiraEng, memerintahkan kepada Arung-Pitu (Tujuh. rajabawahan Tana Bo ne) untuk mencari pengganti Raja Bon©» dari keturunan Raja Bone yang tertawan* Setelah merundingkan masalah pengS3^ ' tian Raja mereka selama 5 hari? kem''
; balijah Arung-Pitu Tana Bone mengha-- sendirilah yang langsung menjadi Raja j dap Tfamabbicara Butta Gowa, menyampai- di Tana Bone „KaraEng-Smanna-vans' mpr>_ kan ftasil kata. sepakat mereka- Mereka jalahkan pemerintahan sehari - harinya berKatas "Kami'telah mencari keturun- atas Tana Bone. (g .J. Wolhoff, Bing; an "Raja Bone, yang kami anggap sanggup kisan, p.58). Pemerintahan orang Gowa nr-n^iidupkan kembali Tana Bone, akan atas Tana BoneT~berlarigsung 17 tahun tetapi tak dapat kami menemukannya. lamaoya, sampai takhtakerajaan Bone Kami usulkan menjad.ikan Raja ( Gowa ) direbut kembali dengan kekerasan oleh sebagai Raja kami (Bone)." Akan tetapi La^enritatta, ih^alakka Petta Mp I Raja Gowa menolak permintaan Ade1 Pitu Tana Bone tsb. Tumabbicara Butta Gowa, Tumenangari BontobiraEngberkata; "Me- terlibat Sultan HaiSBmdÉtia nurut ade'tana (hukum negara ) kita, dan Kompeni Belanda a Gowa apabila kita orang Gowa memilih Raja Tenritatts , 7 S memtantu La kita5 maka orang Bone tak boleh men- xenritatta, menduduki takhta Tana Tv T 116 ooWa campurinya." XjcL TS ïIT*! fof+ft < ■ Karena tak ditemukan jalan keluar, berhasil mer'ibïïtl^^ maka Raja Gowa memerintahkan Ka.-raiRng Raja Bone keXIV S ^ v ri Sumanna1 (seorang bangsawan Gowa) menjadi usaha mempersatukan Vo v? ^er” menjalankan pemerintahan Tana Bone. Untuk mendampingi beliau ditunjuklah patue ri Tinm-mn r* «_?. LamumJennang Bone I To Bala di saxnping jabatannya sebagai Khadi Bone. Berkataketaasaa^nya TMla ^ ai~ lah selanjutnya Tumabbicara Butta Go- bawah lar ÏS*u t S ’ Bf “ gga ta digewa, kepada Ade1 Pitu Tana Bones "Apa K e r a l S T s s I f — -5® " (EaJa bila kalian mengangkat raja, dan hal itu tidak kalian beritahukan sebelumbuka b a t e £ f r ,ulaleii ternya kepada kami, maka kamipun tak da pat menghindari baliaya lagi, dan kami akan memerangi kalian!" Setelah itu „ Sekelumit P2 i S selesailah permusyawaratan. Tiga tahun kemudian, orang Bone meng ?°wa yaig terakhir inTa perang Bone" ^ere at at da.angkat Raja-nya kembali, tanpa pembe- lam sekian banyak ritahuan lebih dahulu kepada Raja Go tulisan^tulisan oran^*?’ baik dalam wa. Raja yang diangkat itu, ialah sau- dalam lontara-lonta-rf ®elandas maupun dara Raja Bone yang ditawan dalam pe~ ¥aJ°> dapat dirine-Va i Wa? Bone dan/ ^ rang yang lalu. La Tamoaji namanya. t Waa tahS La Tenritatta ' ( Bone ke XXV Orang Gowa menamakannya I La Aji To )5 bersama Sariman#. OrangBone mengetahui, bahwa negeri-negeri Ugi <" dibantu oleh kekua+a-n dengan keadaan itu akan berakibat perang. Perdibawah pimgilah orang Bone ke Passempe' untuk Pinan Admiral Speelt nyerangan terhadap^f1’ m6laku^ ^ pemempersiapkan peperangan. Apa yang me masa itu dibawah T n r n ra^aanGowa yang reka duga temyata benar. Raja Gowa sanuddin. Gowa Sulta^ Habersama Tumabbicara Gowa memimpin senjrung Matowa Japat Mantuan daxi tiiri penyerangan ke kubu-kubu pertahanan orang Bone yang dipersiapkan lasykar Wa,jo se-jvirnT enSnseng dengan di Passempe ’. Serbuan orang Gowa ter- Perang ini dimena^S^. 10 "°0 0 orang. hadap benteng-benteng pertahanan orang1 leh Raja Bone LaTenritg ^ u £±hsk °“ Bone di Passempe1 memusnahkan seluruh dapatnya ia dengaKlc^T^-^i^ 5 dengan kemkekuatan bertahan orang Bone, Pada ke- ball takhta Bone, kalahan perang ini, orang Gowa meram- menguatkan perselcutuan t erkese®pa-tan » daxi pasi orang Bone, akan tetapi barang- dil9-in fihak oleh Kompenf? ^ barang rampasan itu kemudian dikemdimulainya penanalr1^ de“ balikan juga kepada orang Bone, Sete ^ Penguasaan atas jala^JkekYasaan lah kekalahan perang ini, Raja Gowa 1 bahagian Timxrr Indonesiaerniagaan p
Jatuhnya Makassax, sebaeai
a d
a
a
t
h
i r
-
lintas pemiagaan di bahagian Timur lalah kembali Tana Ugi, yang dengan su~ Nusantara. Peperangan ini ditutup de sah payah telah dirintis pembangunanngan perjanjian perdamaian di Bungaya nya oleh La. Tenritatta. Pihak Belanda (Cappaya ri Bungaya) pada tanggal 18 menyebut La. Tenritatta,Koning der BoeNopember 1667ginezen, dan menghormati Negaranya se Arung1 Matowa Wajo,Tosengngeng, ti bagai sebuah negara merdeka yang berdak mau menerima perjanjian perdamaian sahabat dengan negeri Belanda. itu, dan tidak ikut serta menandaRaja Bone setelah La Tenritatta. tanganinya. Ketika Sultan Hasanuddin yang banyale memberikan Iconsessi kepameminta beliau agar kembali saja ke da Belanda dalam menanamkan dan meleWajo, malca beliaupun menjawabs ,!Apa- barkan kelcuasaan di Sulawesi-Selatan, bila lasykar saya 10»000 ini, sudah ialah Raja Bone ke XXXIX, yang bema— tewas semuanya, barulah saya akan me- ma Arupalakka Toapatunru „ Petta Matinnyerah." Raja Gowa mendesak juga dan rowe ri Lalebbata ( 1~81pTlfl~p>) m , aichirnya kembalilah Arung Matowa Wajo nyebabkan makin berantakannyakekuatanke negerinya, bersama 10.000 orang kekuatan perlawanan terhadap maksud lasykamya itu, Belanda menguasai seluruh wilayah Su Setelah perjanjian perdamaian Bu- lawesi-Selatan. Li samping raja-raja ngaya ditanda-tangani,berkatalah Raja yang^ memihak kepada Belanda, tiada seBone La Tenritatta kepada Raja Gowa dikit pula raja dan rakyat, baik di Sultan Hasanuddin: "Perang kita sudah Bone maupun. di Gowa yang mengobarkan berakhir, KaraEng. Akan tetapi perang perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan saya dengan keluarga kita orang Wajo, kolonial Belanda, sehingga barulahbelum selesai!” pada permulaan abad ke-XX daerah Su Da,lam tahun 1670, Wajo diserang o- lawesi-Selatan sepenuhnya dikuasaileh AngkatanPerajigBorie, dibawah pim- °leh pemerintahan jajahan Hindia Be pinan La Tenrit^ttaT^ perang itu ber landa. akhir dengan dirand-a^tanganinya per Dalam tahun I906 , setelah ekspedisi janjian perdamaian, pada tanggal 23 terakhir tentara Belanda ke Sulawesi Desember 1670 , didalam Benteng Ujung- Selatan, untuKi memadamkan perlawanan Pandangyang telah dirobah namanya men baik di Bone maupun di Gowa terhadap jadi Fort Rotterdam, antara Wajo dan kekuasaan Belanda, maka pada dua ke V0C. Pada hakekatnya yang mengalahkan rajaan Bone dan Gowa (sebagai 2 buah Tana Wajo, adalah Raja Bone La Tenri kerajaan Bugis - Makassar yang utama) tatta. Maka semenjak itu beliaulah se- ketiadaan raja lagi. KaraEng Lembang caradefakto menjadi psnguasa di Wajo. Parang, Raja Gowa, dalam perlawanannyaMaksud La Tenritatta membangun kekuat- terhadap Belanda gugur dalam perteman Tana Ugi yang bersatu, makin nam- puran. Dan LaPawawoj, Raja Bone, terpak juga dalam tmdakan - tindalcan po- tawan dan diasingkan ke pulau Jawa. litiknya. Akan tetapi, rencananya un- (J.H. Priedericy, 1933 ). uk membangun Tana Ugi yang bersatu Baru kemudian dalam.tahun 1931, Bo an merdeka, berdaulat diba^wah pimpin- ne dan Gowa dalam status Swapraja (Zelf an Bone, belum sempat terjelma, keti besturende Landschappen) mendapat raja ka ia berpulang ke Rahmatullah. Sete kembali dalam rangka kekuasaan Feme! lah beliau mangkat, berpecah-belali pu- rintahan Hindia Belanda. III.
masyarakat
PELAPISAN MASYARAIvAT,
ataii strati-
sds Ïl§1", f. bias any.a::-:di'aö^, a^)--'=puia
S.angat- pejating-^xBi-t^xk-dipergunakan.da™ roer-ca.ri .latar-belakang...pandangan atau sifat-sifat mendasar dari suatu. masyarakat.- Malahan lebih jaun clari pada itu, akan dapat diung-kapkan dalam wama hubungan-hubungan-
nya.
r £entang peiapisan masyarakat ora«<, Bugxs-Kajcassar, Friedericy tel-h ê ^lis^ disertasi,__dalam mana bellar, ^ enxL _usaha menggambarkan keadaan v e l a r ^ ^ ' masyarakatdi Suïawesi-Sela+an / 5 lsan' -a^ah Itu .dikuasai qgginxah Hindia-Belanda dengan PERPUSTAKAAN
PUSAT
gunakan banyak bahan-bahan mitologis. Mallinckrodt membicarakan dan menggambarkan pelapisan masyarakat Mandar dan van Rhijn tentang pelapisan masyarakat Wajo-. Semuanya itu terdapat da lam karya Friedericy ( Friedericy, 1933 ). Sebelum kita membidarakan bagaima-
na pendapat Priedericy dll. mengenai hal itu, baiklah apabila kita memperhatikan gambaran umum tentang pelapis an masyarakat Gowa, Bone, Wajo dan Mandar pada masa dahulu, ketika kera jaan-kerajaan Bugis-Makassar itumasih dalam keadaan jaya, (abad XIV s/d per mulaan abad XX).
GOWA (jRepresentasi pelapisan Masyarakat Makassar) A.I.
.M A ’ KARAENG RI GOWA
(= (= (= (=
a. Ana’ T i ' n o . 1 . A n a 1 Pattola 2 , Ana’ Manrapi1 (A.I.a.
Q.A.I. a . )
A n a k raja-raja Gowa) A n a k (bangsawan) penuh) Anak/putera Mahkota) Anak/Putera R a j a lainnya y a n g s e der a j at) TJhtuk A.I.a. 1 «. dan 2 . (Pattola d a n M a n rapi) h a n y a ana'.ti'no laki-laki, kar e n a y a n g boleh jadi r a j a laki-laki saja.
b. A n a 1 Sipuwe (A.I.a. &
B.) juga
?
(A.I.a.
9
A.I.b.)
(A. I « a . 4
9
A.I.e.)
(A.I.a.^
9
A.I.d.)
9
B.)
(A.I.a. $
9
A.II.)
(A.I.b.£
9
A. I I . )
Ad a k a l a n y a . ....(A.I.b . 4
c. Ana' Cera'
(dari ana'karaeng p e merintah) i d e m
(= Anak bangsawan berda x a h campuran)
(A.I.a.#
9
C.)
(A.I.b.#
9
G.)
d. A n a ’ K a r aEng Sala
(= Anak bangsawan salah/keliru)
( A . I.b.£
9
B.)
(A. I.e. $
Q
C.)
A.II. AKA' KARA E N G MARAENGANITAYA.
(— Bangsawan atau anak raia~raja y a n g tidak termasuk dalam gol.A.I. A — sal T umanurung).
B.
M A R A D E K A T. Tu-baji' II. T u - s a m a r a ’
(= Ora n g Merdeka) (= O r a n g baik-baik) (= Orang kebanyakan)
C.
A T A T. Ata sossorang 1 1 . Ata n i b u w a n g
(= Sahaya) (= Sahaya warisan) (= Sahaya baru)
Beberapa keterangan tentang lapisan masyarakat Wajo, seperti yang digambarkan di atas, dikemukakan sbbs
1. Seorang laki-laki dari lapisan ter" tentu bo l e b mengawini s e o r a n g Pe^ rempuan dari lapisan yang s a m a 5 ata
dari lapisan yang lebih rendah, tapi terlarang ia kawin dengan seorang perempuan dari lapisan yang lebih tinggi2. Hanya golongan dari lapisan A.I.a. 1.2. (Ana' Ti’no) yang boleh men jadi Somba ( Raja ) di Gowa. Itupun hanya yang laki-laki saja. A.I. dianggap masih berdarah Tu-Manurung. 3. Puteri-puteri A.I.a. (Ana1 Ti'no) dari luar Gowa, yang dapat dijadikan permaisuri sederajat dengan A.I.a. (Ana1 Karaeng ri Gowa), hanyalah pu teri-puteri raja-raja dan permaisuri yang memerintah di Bone, Luwu', Sop peng, Wajo' dan Sidenreng. 4» Ana' Manrapi' (A.I.a.2. ) yang tidak menjadi Raja Gowa, menjadilah golongan/lapisan bangsawan tinggi, yang menduduki tempat-tempat tertinggi da lam hierarchi-birokrasi kerajaan, se perti Tumabbicara-Buuta, Tu-mailalang, Tumakkajannangang, dll. 5» A. 2. (Ana'karaeng Maraengannaya ), adalah raja-raja bawahan dalam da erah Kerajaan Gowa, yang tetap dipertahankan tidak diduduki oleh bangsawan dari lapisan A.I. Sebelum Tu-manurung menjadi raja Gowa, ■ maka Gowa adalah suatu federasi dari 9 negeri yang bergabung, di bawah pimpinan seorang ke— tua yang disebut ' ’’Paccallaya". Setelah Gowa menjadi kerajaan dipimpin oleh Tu-manurung ( Somba ri Gowa ), maka lembaga Paccallaya ditiadakan. Sembi-
lan kepala-kepala Negeri dijadikan lembagaDewan Kerajaan yang dieebut "Bate Salapang" (=Sembilan panji-panji). Bilamana terdapat Raja baw^ai yang berasal dari !apisan A.I. ia tidak termasuk dalam "Bate Salapang'% untuk mereka disebut Bate ana' kaxaEng. " Jadi dapat dikatakan bahwa lapisan A.II. adalah lapisan bangsawan rakyat. Raja-raja . 3111 , iuar keraÖaan - kerajaan utaroa seperti Bone, Luwu, Soppeng, Wajo dan Smdereng disederajatkan dengan lapis an A.II. seperti misalnya raja-raja Lamatti dsb*nya0 BantaEn&= Gantarang, 6. Golongan bangsawan dari lapisan d" mereka itulah menjadi abdi-abdi dalam istana, menjadi golong an bangsawan yang mengelilingi raja. f. Ketika sebutan "Andi'; mulai dipergunakan sebagai tanda kebangsawanan kira-kira sekitar tahun 1930 -an, biasanyadi Gowa hanya bangsawan pada la pisan A.I.a dan b yangmenggunakannya. Golongan bangsawan dari lapisan A.I.c dan A II biasanya hanya menggunaic^n nama ke.II yaitu Daeng. Misalnya Abd. DaEng. Patunru. Daengta Kaliya (Kadhi Gowa), Daengta Gallarang Mang ngasa (Raja bawahan di Minahasa) dll nya. Sedangkan untuk lapisan A.I dapat dipersunakan nama yai^g pmjangseperti. ilndilaoaan riu daeng Marola, KalaEng ta ri Bura'ne, Tu-mailalangi ri Gowa. &
(Representasi pelapisan Masyarakat Bugis) ✓
BONE A. MAKARÜNG TO BONE.
I . Anaksrang laatase1 (Ana’ Arung)
a Ai-L Ia__ t,~ . . a. Ana'Arung Mattola. h. An.akarung Matase1
(= Anak Raja bertakhta) (= Putera/Puteri Mahkota) (= Putera/Puteri Raja).
(A d I “ 4 __ ______p A.I.)
I I . Anakarun-g.
1«■ Andcarung ri bolang (A.!. 4 ^A 'I «
p A. I I . 1 .) ______ 9 A . I I . 2 .)
2» Anakarung si-~puwe (A *1 *
(= Bangsawan) (= Bangsawan dalajn istana),
4 _ _.
(A.II. 1 .^
Q B.) (j)B . )
(a.ii.2 . ^ _ _ 9
b")
( Bangsawan separu).
3» Ana' era' (A.I.
4
9
cO
(a .ii. 1.4
9
c.)
(A.II.2.4
9
c.)
9
c.)
3.4
(A.II.
B. TO-MARADEKA. I. To-Deoeng. II. To-Sama1 C. A T A . X. A.'ta.-lA.an.a1
II.
(= Bangsawan berdarah campuran)
lita-Mabuang
(-
Orang merdeka) (= Kepala-kepala kaum/Anang) (= Rakyat jelata/jemma'). (= Sahaya) (= Sahaya warisan) (= Sahaya baru.
Beberapa keterangan tentang pelapisan Bone selanjutnya, kepala-kepala Kaum masyarakat Bone, seperti yang digam- (matowa-matowa Anang) yang disebut da barlcan di atas, dikemukakan sbbs -1. Seorang laki-laki dari lapisan ter- lam skema Lapisan B. lambat laun ditentu, boleh mengawini seorang pe- gantikan oleh orang-orang dari lapisrempuan dari lapisan yang sama, atau 311 A.I/II. Persekutuan-persekutuan Anang, dijadikan Wanua yang diperintah lapisan yang lebih rendah dari lapisannya, tapi terlarang ia kawin dengan oleh raja-raja bawahan yang berasal dari lapisan A.I. Tujuh buah wanua perempuan lapisan atasnya. inti kerajaan, raja-rajanya duduk da 2, Hanya golongan dari lapisan (Ana lam Dewan Kerajaan yang disebut "Ade' karung Matase1) laki-laki atau pe pitu" Tana Bone. rempuan yang boleh menjadi mangkau1(ifeja) di Bone. Mereka ini dianggap masih Dengan demikian, melalui proses yangpanjang, seluruh jaringan- jaringan keberdarah To--Manurung. Orang Bugis me- kuasaan dalam kerajaan, mulai pada nyebutnya To-maddara takku' 3. Puteri-puteri dari luar Tana Bone, tingkat atas sampai ke desa-desa yang tersebar luas dalam daerah kerajaan, yang dapat dijadikan permaisuri, se- dikuasai oleh anasir lapisan A. yang derajat dengan A.I. (Anakarung Matase'), setia kepada figuur central yang di hanyalah puteri-puteri Mahkota dari sebut Mangkau1 (Yang berdaulat) di Luwu, Gowa, Soppeng, Wajo dan Siden Bone. reng. 6.» Ketika sebutan andi mulai dipergu4* Anakarung Matase' (A.I.b. ) lainnya, nakan sebagai tanda k e b a n g s a w a n a n , dipersiapkan menjadi raja-raja ba- setelah diadakannya Raja Bone kembali wahan, yang merangkap Ade' pitu (Dev/an (.bulan April 1931 )s maka semua anggoKerajaan yangterdiri atas 7 orang ra ta lapisan A.I dan II menggunakan se ja-raja bawahan yang menjadi daerah butan itu didepan namanya. Sebelumnya inti kerajaan Bone). Lari lapisan ini itu, orang Bone mempergunakan istilah puialah yang menduduki tempat-tempat "Puatta" atau "Petta" untuk m e n u n j u k penting dalam birokrasi kerajaan, se kan bahwa seseorang itu dari lapisan perti PakkadattanaE, Tomarilaleng, bangsawan berkuasa. Misalnya Petta Ponggawa (Panglima Tentara), dls.nya. Mangku'E ri Bone, Petta PonggawaE, La 5° Sebelum Bone menjadi kerajaan yang Tenritatta Petta MalampeE Gemme’na. diperintah oleh To-Manurung, maka Dengan dipergunakannya istilah andi? Bonepun merupakan federasi dari per maka seorang bangsawan Bone, dapat se ^ uan kaum, yang disebut Anang dan dipimpin °leh Ketua Anang masing-masing saja menyebut atau menulig n a m a n y a sbb s Andi Mungke’ce Petta Lav/a dsb°Matowa) Dalam pertumbuhan kerajaan nya.
WAJO
. (Satu model tersendiri)
A. AKA1 MATTOLA.
1= Ana1 Mattola. a.. (A.I.a. A b. (A.I.
Z ^_
(= Anak penyusul. Yang dipersiapkan untuk dapat menjadi Arung (Raja) di negerinyas juga dapat menjadi Calon Arung Matowa Wajo). _9 A.I.a.)
= /ma'mat tola
_9 A.II. )
= Ana'mattola
j? A . m . )
(= Anak raja) (= Anak Raja)
II. Ana1 Sangaji. (A.I. III. Ana' Rajeng.
0 A.IY.a) (A.I. Q b. Ana' Rajeng (biasa)„ (A.II. Ana' Cera' a. Ana' Cera Sawi.
0 A.IY.a) (= Berdarah campuran)
(A.I. 4 _? D ”) b. Ana.' cera' Puwa' 9 E.I.) (A.I. 4 c. Ana.' Cera' Ampulajeng. (A.I. 4 ^ 0 E.II.) d. Ana' cera' Iyatang Dapurang. (A.I. 4
_0
E ?)
B. AMKARUNG.
(A.II.III.IV. 4 _____
(= i\nak "bangsawan) _9
*
d.)
C. TAU DECENG
(= Orang baik-baik)
I • Tau deceng.
(B. D.) 1 1 ° Tau dec eng Kg.ra.ja (C.I. _________
T
A.
° Ata man a.; II • 'Ata Mabuwang
(= Orang merdeka) (-
Orang merdeka tetap)
(= Orang Merdeka yang berasal dari sahaya yang dimerdekakan) „ (= Sahaya) (= Sahaya v;arisan) (= Sahaya baharu)
Beberapa keterangan tentang lapisan masyarakat Wajo, seperti yang digambarkan di atas, dikemukakan sbbs 1. KarenaWajo tidak mengenai Tu-manu rung, maka pelapisan masyarakatnya, tersusun dari keadaan enam buah negeri yangbergabung membentuk satu kesatuan bersama yang disebut Wajo. Wajo dipimpin oleh seorang Arung Mato (Ra ja Yang dituakan) , dipilih antara me reka ber-enam, baik di antara mereka, maupun dari luar kalangan mereka» 2. Pada tiap-tiap negeri yang mendukung kesatuanWajo itu, dari awalnya te lah terdapat lapisan-lapisan masyara kat, seperti Ana' Mattola yang digambarkan sebagai lapisan A. sesuai de ngan peranannya dalam kekuasaan ne geri. 3» Untuk jabatan Arung Mattowa sendiri, tidak ditentukan lebih dahulu, adanya Putera Mahkota atau semacamnya, ■yaaStg sfecaxa. ‘ Laacigs'ong dan &.exig2n senairInya diambil dari putera Arung Matowa dan Permaisurinya. 4. Distribusi kekuasaan-kekuasaan jabatan kerajaan di pusat dan di daerah-daerah bawahan ditentukan dari bawah, menurut jenjang kekuasaan. Ja
MANDAR
. (Satu model dari pengaruh Gowa.)
Ao TODIANG LAYANA. I. Arajang II» Ana1 mattola pajung. III. Mara'dia Tallu parapa1 (A.I. 5 A.II. IV. Puwa Sasigj (A. II.
§ _______ 9 %
II.
Tau samara.
C. B A T U ¥ A . 1• Batuwa Sasorang -afawa ni a l j
(Orang yang memiliki solidaritas / ke(— Orang yang memerintah) setiaan. ) (« ^ g s a w ^ l f 1 yanS
B.I,a.)
9 B.I.b.)
V. Puwa siparapa' (aVii. Q ______ J? B. TAÏÏ MARADEKA. I. Tau Pea a. Tau Pea Nae b. Tau pea.
batan-jabatan tinggi kerajaan di tempati melalui saluran-saluran dari ba wah, untuk sampai ke pusat-pusat ke kuasaan. Tentu saja yang mendapat peluang-peluang tersebut adalah dari la pisan A akan tetapi selalu saja terda pat kemungkinan untuk persaingan dari lapisan-lapisan B, C, dan D sesuai de ngan kemampuannya. Hal demikian dapat dengan mudah terjadi karena mobilitas sosial yang bersifat fertikal dimungkinkan secara luas, baik melalui perkawinan maupun melalui jasa dan pengabdian kepada Negeri. 5° Penggunaan gelar andi dan petta menunjukkan keadaan yang amat luas sehingga dapat merambat sampai ke la pisan C. Rupanya atribut—atribut ke—bangsawanan dapat lebih merata, lebih luas baik pada lapisan-lapisan maupun bahagian-bahagian kerajaan dan negerinegeri yang meliputinya. Satu hal yang menunjukkan wataknya yang lebih demokratis. Sesuai dengan semboyan orang Wajo sbbs Maradeka To Wajo'E, Ade'na-mi napopuang. (=Orang Wajo aaalah orang-orang Merdeka. Adat-(hukumj lah pertuanan mereka.)
(= Bangsawan
2'
(= Bangsawan i)
C.) = Orang merdeka) ICepala kaum) (= Kepala kauia yang besar rakyatnya) (= Kepala kaum yang kecil rakyatnya) (= Rakyat jelata) (= Sahaya) (= Sahaya waxisan) (= Sahaya yang baru/dibeli).
Beberapa keterangan tentang pelapisan 1 . Hubungan kekuasaan Mandar dan Gowa ffiasyarakat Mandar, seperti digaxnbarkan pada masa lalu, eratSekalio Hu~ as, dikemu^a^^ gbbs hungan kekuasaan itu, bukan bersi^t
yang satudikuasai oleh yang lain, melainkan yang satu menganggap dirinya ber-kesetiaan kepada yang lain» Demikian itulah hubungan Mandar sebagai kerajaan yang selalu setia kepada ke pada Gowa. Menganggap Gowa sebagai ke rajaan Be sar yang memberi perlindungan kepada Kerajaan Mandar» 2. Susunan pelapisan masyarakat orang Mandar, dapat disamakan dengan yang terdapat pada skema pelapisan masya rakat di Gowa, yang sejajar dengan la pisan A.2. (Ana' karaEng Maraengannaya. ) 3. Or^ g Mandar memanggil Rajanya de ngan sebutan kehormatan " Daeng u „ Demikianlah gambaran seoara garis be sar tentang pelapisan masyarakat orang Bugis Makassar di Sulawesi - Selatan. Beberapa peneliti dan penulis menyebut tentang masih adanya satu lapisan lagi yang dapat dijabarkan dengan lapisan Ata. Lapisan yangdimaksud itu, di Go wa disebut Tu-mangnginrang atau Tumangngempoang 5 di Bone disebut To-ripasanrai di Wajo disebut Sanra? di Mandar disebut Batuwa inranan. Lapis an ini oleh orang Belanda biasa dise but " Pandeling " atau orang ber-utang yang menyerahkan dirinya untuk beker ja pada seseorang atax>. sesuatu keltiarga., sampai tertebus utangnya. Dan setelah itu, iapun merdeka dan kembali kepada golongan/lapisannya. Oleh karena itu menurut hernat saya ia tidak membentuk sesuatu lapisan tersendiri yang mempunyai arti baik politis, maupun derajat sosial. Bilaman kita memperhatikan gambaran-gambaran pelapisan masyarakt seperti yang disajilcan diatas, maka dapatlah diletakkan satu gambaran umum (generalisasi) pelapisan itu kedalam tiga lapisan, dengan melepaskan variasibentuk;-bentuk antara pada. tiap - tiap lapisan. Ketiga lapisan itu ialah s
1 • Anakarung (_ Lapisan Ra ja dan ke— rabat-keluarganya.) — (Bangsawan). 2. Maradeka (= Lapisan Rakyat jelata atau orang kebanyakan) 3 . Ata (= Sahaya)o x) Menurut Eriederioy, lapisan-lapisan masyarakat di Sulawesi-Selatan itu pada hakekatnya ada dua lapisan saja, yaitu lapisan Anakarung dan Maradeka. Adapun A t a hanya merupakan lapisan sekunder, yang terjadi mengikuti pertunibuh— an kehidupan kerajaan - kerajaan itu (l'riedericy, 1 9 3 3 )» Didalam mencari latar belakang terjadinya pelapisan masyarakat ini, Prie~ dericy menganalisa asal-usul dan hubungan-hubungan ke kerabatan dalam tokoh-tokoh yang memegang peranan dalam mitologi Galigo. Berdasar analisa itu, beliau menarik kesimpulan bahwa orang Bugis—Makassar,hidup dalam masyarakat yang mempunyai bangunan strukturil sbbs a. Masyarakat orang Bugis - M a k a s s a r , terdiri dari dua golongan yang bersifat eksogam. b. Pertalian ke kerabatan didalam dua golongan itu, dihitungmenurut prin— sip keturunan matrix-lineal, namuD. p e ï kawinan bersifat patrilokal. c. Hubungan antara kedua g o l o n g a n berdasarkan anggapan, bahwa golorihan satu adalah lebih tinggi dari pada golongan yang lain, karena g o l o n g a n pertama berasal dari langit dan go longan ke-dua berasal dari dunia bawaho d. Semua gejala alam, tumbuh-tumbuhan binatang dan sebagainya di klasifikasi kedalam pengertian baik dan buruk, yang masing-masing merupakan aspek langit dan aspek dunia bawah. Ke percayaan orang B u g i s -Makassar tentang ke-dua golongan tsb„ menyebabkan pe-
C — i!redericy9 menterjemahkan ATA itu dengan De Slaven. Kalau kita menter je^ahksnnya kedalam bahasa Indonesia, ialah Budak. Saya tidak mempergunakan istilah Budalc, karena konotasi istilah itu terlalu dekat kepada suatu sistim eksploitasi tenaga manusic. untuk kepentingan ekonomi dan politik. Saya pergunakan istilah sahaya untuk pengertian ATA yaitu sejumlah orang yang mengabdikan dirinya kepada sesuatu lembaga atau orang, kaxena ia dengan sadar telah melakukan pelanggaran-pelanggaran dan yang harus ditebusnya dengan pengabdian atau melepaskan kemerdekaannya.
x).
lapisan masyarakat, tersusun dalam dua realistik. Mitos Galigo yang sukar un tuk: difahami, hanya menjadi ajimat sulapisan utama» Terjadinya lapisan ata menurut pan- ci di istana-istana raja-raja dan go dangan beliau, pada hakekatnya sama longan anakarung, tidak meresap dikadengan apa yang disebut dalam Latoas ' langan rakyat kebanyakan, terutama da antara lain dalam Lontara La Towa. lam hubungan alasan untuk menciptakan Lontara itu menyebut tentang terjadi- atau terciptanya lapisan-1apisan ma syarakat o nya ata, karena % (a). peperangan, ^ Pada hemat saya, yang mungkin dapat (b). perampasan, dijadikan latar belakang untuk mene(c). peradilan. rangkan tentang pelapisan masyarakat Lontara La Towa menyatakan bahwa yang tersusun kedalam tiga lapisan useseorang dapat disebut ata, kalaus tama yaitu? a. Anakarung, (a). Seseorang yang kalah perang dijub. Maradeka dan al oleh yang menang (perang) ke Co A *fc a9 pada orang lain, sebagai hasil ialah legenda kedatangan To-manurung kemenangan perang. dan pertumbuhan kerajaan-kerajaan BuMenjual diri. gis-Makassar, sekitar abad ke-XIIl Tawanan perang, dan Dalam legenda-legenda Tomanurung ini* Berbuat salah kepada Panggader- sangat jelas ditampakkan adanya peranreng (Adat tata-tertib dalam per- an manusia, atau telah ikut sertanva sekutuan hidup). manusia dalam menentukan nasibnya. Pelapisan masyarakat, seperti di- Orang banyak sudah ikut berbicara da gambarkan Friedericy, walaupun pada lam urusan nasib mereka. Sudah jelas dewasa ini, tak banyak artinya lagi, di dalam legenda-legenda yang disebut namun masih perlu mendapat sorotan, dalam lontara - lontara itu rakyat (ountuk menemukan jawaban - jawaban atas rang banyak) sudah ikut berperanan da beberapa perkembangan pada zaman se- lam menentukan siapa yang menjadi pekarang ini. mimpinnya, walaupun pemimpin atau raApabila Friedericy mengambil mitos Galigo sebagai latar belakang untuk Da itu, masih (harus ) disembunyikan asai kedatangannya, dengan menyebutnya menerangi terjadinyaT pelapisan masya io-manurung (orang yang menurun dari rakat orang Bugis-Makassar itu, maka kayangan ?)„ Hal ini berarti perkemdapat dikemukakan beberapa hal yang °ara berpikir. Kalau kurang mendukung pemilihan latar be pada Galigo, dalam digambarkan bahwa seeala lakang itu sbbs sesuatunya sudah ditentukan oleh la1 . Periode Galigo, sebagai periode Den g i t, dan manusia tidak memberikan pe/ wa-dewa sudah terlampau jauh mening ranan apa-apa, maka pada legenda To galkan kenyataan. Tokoh-tokoh yang di manurung, rakyat (sekurang-kurangnya sebut dalam Galigo, berputus pada su- parapenump^1 yang berasal dari rakyat) atu masa tentu, sehingga datangnya pe Jerbicara untuk menentukan riode lain yang sangat berbeda. Periode urusan mereka yang diserahkan kepada Tomanurung yang dimulai pada permulaan To-manurung„ * abad ke XTY telah membawa revolusi Yang penting bagi tokoh To-manuberpikir, melahirkan periode yang saya rung, ialah penggambaran tentang cara ingin namakan periode Lontara. kedatangannya/atau kehadirannya yane 2. Mitos Galigo, memiliki ciri khas luar biasa* Cara kehadiran yang luar dan sukar difahami oleh rakyat ke- biasa itu, memberikan kepadanya kewibabanyakan. Tempatnya digantikan oleh waan yang ampuh dalam men^adapi rakyat. lontara - lontara yang sudah difahami Kelahiran seseorang raja yang dicerioleh ralqyat karena sifat yang lebih terakan orang sebagai kelahiran yang •)•
Sebuah L o n t a r a sosicii 0
m eng ena i b e rb ag a i h a l m engenai p em erin tah an dan
kehidupan
luar "biasa, tiada lain tujuannya agar (b). ia adalah sudah menjadi ata, da— raja itu kemudian dalam melakukan keri orang yang menjualnya „ wajibannya sebagai raja mempunyai wiYang melakukan kesalahan pada pangbawa yang tinggi dan tak terbantah. ngaderreng, dan selaku hukuman, ia di Bilamana kita berpangkal pada le- jual o Orang itupun disebut ata. Orang genda-legenda Tomanuxung, sebagai la- itu menjadi ata, karena memperbuat ke tax belakang terjadinya pelapisan ma salahan dan harus di jalani hukumannya, syarakat anakarung itu, niscaya dapat selaku orang bersalah. Ia rela meneridikatakan bahwa sebelum datang Toma- manya, sebagai tebusan atas dosanya. nurung-Tomanuxung di kalangan oraaig Bahwa orang men jadikan dirinya ata, Bugis-Makassar, tidak terdapat pelapis- karena menjual dirinya sendiri kepada an-pelapisan masyarakat seperti digam- orang lain, merupakan hal istimewa, barkan diatas. Masyarakat diliuni oleh ^apabila hal itu dilihat menurut ukuran anggota-anggota masyarakat yang hom©-- pengertian seseorang yang menjabaxkan gin. Masyarakat dipimpin oleh kepala isi pengertian ata dengan perbudakan, kaum tertua» Sebagai kelompok-kelom- yang kita fahami dari peradaban lain. pok anang (= kaum) yang mempunyai hu- Dalam hal seseorang bersalah kepada bungan antara satu dengan lainnya se panngaderreng, apabila Ade1 hanya me— bagai satuan - satuan masyarakat yang nyuruh kepadanya untuk pergi menca— saling bermusuhan dan mengisolasikan ri uang, dan setelah dapat, ia memediri antara kelompok yang satu terha nuhi pembayaran seperti diminta oleh dap kelompok yang lain. Ade1, maka orang itu bukan ata. Kenyataan-kenyataan zaman mutakhir Semua ata yang terjadi karena pemdalam lapangan kehidupan Politik-Eko- belian, disebut ata—rielli. Ata rielli nomi-Sosial, masalah bangsawan dan itu dapat_ diwariskan, pada ketika ia rakyat kebanyakan, tidaklah- menjadi diwariskan menjadilah ia ata-mana' problim yang sangat mengganggu, malah- (ata warisan). an dilalui dengan sewajarnya. Hal ini Dengan memperhatikan proses terja membuktikan bahwa latar belakang pe dinya seseorang disebut ata, dapatlah lapisan masyarakat orang Bugis-Makas kita memperoleh kesan, bahwa peranan I sar, bukanlah mendasar pada latar be uang atau hartal ah yang banyak menen— > lakang mitologis/religius yang menda-' tukan, disamping sebuah sebab lain,ya- j lam» Masalah adanya hanya dilatar be- itu kekalahan dalam peperangan. Sebab lakangi oleh keadaan pragmatis. itu, yang menjadi ata, sangat sedikit Demikian pula adanya dengan lapis kemungkinannya terjadi dari orang-orang an yang disebut A t a. Saya setuju de berhaxta, atau dari lingkungan keluarngan Friedericy, bahwa terjadinya ataj ga berharta, melainkan mereka niscaya itu adalah dalam nerkembangan masya- , terdiri dari orang-orang miskin. Dalam rakat kemudiannya, setelah .lembaga-~T hal dikalahkan atau ditawan dalam pe— lembaga kekuasaan dalam kerajaan-kera-." rang seseorang yang demikian itu, jujaan Bugis-Makassar telah berkembango ga disebut ata. Ata oleh karena itu harus dipandang Marilah kita memeriksanya lebih lanjut, berdasar atas keterangan - kete bukan sebagai satu lapisan sosial yang rangan yang dikandung oleh berbagai fundamentil. Ata hanya dapat dipandang Lontara Bugis-Makassar. Sebab seseo- sebagai salah satu aspek daxi Pannga— orang menjadi a t a , adalah karena- derreng, untuk mencegah orang Bugisperistiwa jual-beli „ Yang kalah perang Makassar, untuk s atau yang dijual kepada orang lain, 1) o menerima atau menyerah kepada nasib, tanpa usaha. Orang harus bera. au karena sebab lain, menunjukkan bahwa orang yang dijual itu, berada- usaha keras, untuk tidak menjadi mis dalam keadaan tergantung pada orang kin, karena kemiskinan mendekatkan ke lain, yaitu orang yang menjualnya, ka pada kemungkinan menjadi a t a , yang rena s berarti kehilingan SIRI' (usw0 kita (a), ia dikalahlcan (dirampas), menye- artikan siri’ dengan harga diri. Ten rah.s tak mampu melakukan perla- tang siri' akan dibicarakan tersendiri wanan, atau; dalam seksi lain).
2). menyerah dalam pèrang, tanpa perlawanan habis-habisan, karena ditawan berarti a t a, dan a t a berarti ketiadaan siri’. Pada zaman kekuasaan raja - raja, ketika kerajaan—kerajaan Bu^p-s—Makas— sar' masih kedaulatannya maRing-masingj ma>a secara umum dapat dikatakan bahwa pelapi’ san sosial itu padahakekatnya’dua saja.’Lapisan penguasadan iapisan rakyat kebanyakan yang dikuasai. Karena sistim'mobilitas sosial orang Bugis-Makassar memiliki semanam sifat yang fleksible, maka dalam lapisan apa yang disebut lapisan HPenguasa11, tidak hanya tërdiri dari golongan yang berasal dari lapisan Anakarung. Dalam lapisan_^Penguasa” yang dapat disebut juga iEliteT\dari masyarakat itu, dapat juga terjaai dari orangorange-dsxaHlapisan rakyat kebanyakan ( Tomaradeka ) yang telah menunjukk'an prestasi sosial sbbs (15. To-pahrita, yaitu orang-orang baik anakarung maupun maradeka, yang menjadi eendekiawan, pemimpin agama dan orang-orang berilmu lainnya yang bekerja untuk kemeslahatan masyarakat. (2). Tosugi (Bg), TUkalumannyang (Mk), ialah orang—orang kaya baik anakarung maupun maradeka, yang karena keuletan dalam usahanya dapat menjadi usahawan yang kaya dan terpandang dalam mengatur kesejahteraan masyarakat pada umumnya. (3). Towarani (Bg), Tubarani (Mk), ialah orang ~ orang pemberani yang tampil ujituk membelakepentingan negara dan rakyat dalam peperangan. Meireka ini baik anakarung maupun maradeka disebut Towarani atau Tubarani yang dihargai dan dipandang sebagai orang-orang terhormat. (4 ). Tosulêsana(Bg), Tumangasseng(Mk), adalah orang-orang yang berkeakh-
lian khusus, semacam tekhnokrat-tekhnokrat yang tak kering - kering daya karsanya untuk menoari usaha perbaikan negara dan masyarakat. Ke-empat jenis orang-orang tsb. ditempatkan dalam lapisan elite sosial baik ia berasal dari lapisan anakarung maupun tomaradeka. Maka ter jadilah mobilitas sosial yang vertikal dari ka1angan maradeka, dan mobilitas horizontal dikalangan anakarung dan maradeka yang-mamrni Ramppj kelapisan .el±±p itu. Oleh karena itu, maka sejak 1906» setelah apa yang disebut ata dengan resmi dihapuskan dan peranan anakarung menjadi kurang penting, maka perbedaan antara lapisan anakarung dan tomaradeka dalam kehidupan masyarakat juga menjadi berkurang dengan cepatnya. Kawin, mawin antara kalangan anakarung dan tomaradeka yang dapat sampai pada jenjang Topanrita, Tosugi, Towarani dan Tosulesana, lambat laun meniadakan klasifikasi atau pelapisan Anakarung dan Tomaradeka dalam kehidupan masyarakat. Adapun gelar-gelar anakarung seperti KaraEngta, Puatta, indi dan Daeng, walaupun memang seringkali masih dipa— kai, tetapi tokh tidak lagi mempunyai arti seperti dahulu. Sekarang maiaVipy! sering dengan senga ja diperkecilkan axtinya dalam proses perkembangan sosialisasi dan dalam demokratisasi masyarakat Indonesia. Stratifikasi sosial"' lama, sekarang pada umumnya dianggap sebagai hambatan untuk kemajuanj na~ mun suatu stratifikasi sosial yangbaru yang condong untuk berkembang atas dasar tinggi - rendahnya pangkat dalam sistim birokrasi kepegawaian(sipil dan militer), atau atas dasar pendidikan formil, belum juga berkembang dan mencapai wujud yang mantap.
XV. SISTIM KEKERABATAN. '/ ^istim kgkegabo.tan dalafflr-jcalagLgan^
membentuk keluarga baru. Hal ini penting karena dalam- hubungan sistim ini— lah banyak timbul ke jadian - ke jadian seperti nembunuhan-pembunuhan yang me— nyangkut tentang siri1> Bilamana kita kembali ^ memeriksa statement Friedericy (hi.21) bahwa mar., syarakat orang Bugis-Makassar terdiri-
dari dua golongan yang1bersifat^eksoxgaro^~~pertaiian kekerabatan dihitung menurut-''prinsip keturunan matri line al, tetapi perkawinan bersifat patrilokal, dan bahwa kedua golongan yang berhubungan didasari pada anggapan yang satu lebih tinggi ( asal langit ) dari pada yang lain (asal dunia bawah), maka dalam kenyataan statement itu kelihatan tidak terjadi lagi semenjak periode Tomanurung (Abad XIII). Mungkin statement itu cocok bilamana la tar belakangnya dicari pada mitologi Galigo. Apa yang terdapat dalam masyara kat Bugis - Makassar semenjak periode Tomanurung._( Abad XIII ), yaitu zaman ke jayaan kerajaan-kerajaan Bugis-Makas
sar, adalah kecenderungan untuk mencari jodoh dalam lingkungan keluarg'a yang lebih dekat, baik keluarg'a dari pihak ayah» maupun dari lingkungan ke luarga dekat fihak ibu. Didalam menen tukan anggota-anggota dalam pelapisan sosial temyata kedua orang tua (bapak dan ibu) ikut diperhitungkan. Demikian juga yang diperhitungkan menjadi anggota keluarga dalam jaringan kekeluargaan yang mempunyai posisi yang harus diperhitungkan dalam Ade1Akkalabinengeng adalah keluarga dari kedua orangtua. Oleh karena itu maka selalcu sistimkekeluargaan orang Bugis-Makas sar, adalah sesuai dengan sistim pa rental , atau bilineal.
Daftar nama yang terhisab dalam keluarga Seyajing (Bugis) atau Bija (Makasar) dalam sistim kekerabatan Orang Bugis--Makasar. No.
Bugis
1 . Kajao
Nama Makassar
Keker ab a t an Indonesia
Boe'
Orang tua dan saudara- saudara dari kakek.
2.
Nene'
Nene/ toa
Orang tua dan saudara-saudara orang tua.
34°
Amang/Ambe'(o')
Amang/Mangge
Ayah
Inang/lndo'
Amma'/Anrong
Ibu
5"
Amaure
Purina bura'ne
Saudara-saudara laki-laki dan sepupu-sepupu laki-laki sederajat ke-3 dari orang tua.
6.
Inaure
Purinna bura'ne
7» Matua 8 = la'lakkai 9. Ia'baine 10. Padaoroane
Matoang — ■
Saudara-saudara perempuan dan sepupu-sepupu perempuan sederajat ke-3 dari orang tua. Mertua.
Nakke Bura'ne
Suami.
Nakke Baine Saribbattang Burané
Isteri.
11.
Ana Burane
Saribbattang Bura'ne
Saudara-saudara laki-laki is teri.
12.
Ana'Darakku
Saribbattang Baine
Saudara perempuan suamic
13-
Padakkunrai Ipa'
Saribbattang Baine
Saudara perempuan isteri.
Ipara'
Saudara-saudara dan sepupu—se—
14°
Saudara-saudara laki-laki suami c
sampai dengan derajat ke~3*
Baiseng Sapposiseng
Besang Cikali
Mertua anak-anak.
Sappokkarua Sappokkatelu Ana'Oroane
Pindu -Pinta.
Sepupu dua kali. Anak laki-laki.
20. ' Ana'Oroane;
Ana' Bura'he Ana' Baine
21.
Anaeru
Kamanakang
22.
Menettu
Mintu
23 0
Eppo
Cucu
24-
Eppo ri Uttu
Cucu Kulantu
Kemenakan-kemenakan (anak-anak da-j ri saudara - saudara dan anak - anak] sepupu sampai dengan deraj at ke-3 )M Menantu (suami/isteri anak-anak an tau suami/isteri kemenakan-kemena kan sampai dengan derajat ke-3)0" ' Anak-anak dari anak-anak dan paral kemenakan sampai dengan deraj at] ke-3 • Anak-anak dari cucu.
Semua yang tersebut diatas disebut "Se.yajing" (Bg.) = "Bi.ja pammanakang11 (Mk.)» yang ikut serta dalam berbagai musyawarah keluarga, bilamana hendak melakukan sesuatumusyawarah, terutama
dalam menentukan perjodohan. A^apunl keluarga yang dianggap paling rapatJ "£.aPP,e.'" (Bg), ” Bi.ja’ mambani » (Mk)| adalah yang termasulc dalam generasi! Ill, I?, Y , dalam diagram.
15° 16. 17. 18.
19.
Sepupu sekali. Sepupu tiga kali. Anak perempuan.
1.
3. rappe' 4.' 5.
Terdapat semacam kecenderungan dilvf 311 orang Bugis-Makassar untuk me akukan perkawinan dalam lingkungan jceiuarga sendiri, baik yang dihitung
dari garis keturunan ayah maupun ibu< Dalam hal mencari jodoh didai^ kalangan keluarga terdapat tiga jenis perjodohan yang dianggap ideal, yaiiru :
I. Aasialang marola (Bugis) = Passialleang Baji'na (Makassar), yaitu per kawinan antara sepupu sekali, baik parallel maupun cross-cousin. A tL
r
p
3
f
H e Aasialanna Memeng (Bg. ) = Passialleanna memang (Mk.), yaitu perka winan antara sepupu dua-kaliv dari ke dua belah fihak.
III- Ripaddeppe’mabelaE (Bugis)=Nipakambani bellaya (Makassar), yai tu perkawinan antara sepupu tiga-kali dari kedua belah fihak. A
Perkawinan yang dilangsungkan " s&cara adat atau kebiasaan yang berlaJcu sampai sekarangj. adalah melalui deret— an kegiatan—kegiatan seperti berikut » (1 ) ° Mappuc e-puc e (Bg „) = Akkus sis sing (Mk) , ialah kun jungan dari kelu— arga pihak laki-laki kepada keluarga sigadis, untuk memeriksa kemungkinan? apakah peminangan dapat dilakukan^ Yang melakukan kegiatan ini, biasanya ha— nya seorang dua orang tua yang berpengaruh dikalangan keluarga» Kalau ke-* mungkinan itu adas maka dilakukan ke— giatan berikut. (2). Madduta atau Massurn ( B g .) = Assuro (Mk. )v yaitu kun jungan utusan pihak: keluarga laki-laki kepada kelu arga sigadis untuk membicarakan langkah-langkah pelaksanaan upacara per kawinan .Dibicarakanlah tentang Balan ce (Bg) Balanja (Me) belanja perkawinan, yaitu jumlah uang tertentu untuk mem" biayai semua pesta dan keramaian per— kawinan menjadi beban pihak laki-laki» Tentang uang mahar Sunreng / Sunrang (Bg.Mk) akan diikuti menurut kebiasaan yang terdapat dalam keluarga wanita* sesuai dengan kedudukan keluarga itu menurut lapisan kemasyarakatannya» (Tentang sunrang ini akan dibicarakan dalam seksi khusus). Setelah tercapai persepakatan, maka masing—masing ke luarga melakukan kegiatan berikut.
(3)- Nadduppa (Bg) , Mappaiaseng (Bg) = Ammuntuli (Mk), ialah pemberian tahu kepada semua kaum kerabat,mengenai f perkawinan yang akan datang/ Pemberis tahuan itu juga berarti undangan untuk ikut serta dalam proses perkawinan» Pemberian bantuan tenaga, harta dsbnya dari kaum kerabat. T (4)« Mappaenre’ balanca. (Bg.) = Appa- - f nai 1 leko (Mk. )0yaitu satu upacara Perkawinan antara. saudara-saudara iring - iringan pri a.-wanita, muda-mudi sepupu tsb. walaupun dianggap ideal, dari keluarga pihak laki-laki, membawa akan tetapi bukanlah suatuTTal yang belanja perkawinan beserta jenis-jenis diwajibkan, sehingga banyak jejaka da- buah-buahan,kue-kue, perangkat-perang pa saja kawin dengan gadis-gadis yang kat pakaian perlengkapan wanita (pengan tin). Pihak keluarga wanita, menerima Afl-saudara sepupu*iya« dpun perkawinan - perkawinan yang rombongan itu dengan upacara memberi di arangkarena dianggap sumbang, “Simg- jamuan/ Beberapa hari kemu&ian, menyU'' Ï salimara' adalah s Perkawinan an sul acara. tara ? Cn~~anak - ibu/ayah. (2). Sau(5)» Menre'alena (Bg) = Naiki kalenna/ darakandung/se~ayah atau se-ibu. (3 ). Leko’ Lompona (Mk:)» YaltiTketika menantu - mertua. (4 ). paman/bibi - ke pengantin laki-laki dengan arak-arakan rnei}akan, (5 ). nenek CUCUo keluarga pria wanita, tua muda dari
I
pihak keluarga laki-laki diantar ke- Silariang biasa terjadi, karena penorumah pengantin perempuan. Arakan-arak lakan pinangan oleh keluarga pihak waan ini membawa "Sunreng/Sunrang” (Bg, nita, sedangkan kedua remaja telah sa Mk) . Setelah arak-arakan dan pengantin iling jatuh cinta. lelaki diterima kedalam keluarga waniKawin Silariang, menimbulkan perista, dilangsungkanlah upacara Akad ni- tiwa Siri1. Semua anggota kerabat ke luarga pihak wanita yang dibawa lari kah. x) (6 ) . Aggaukeng (Bg) = Pa1gaukang (Mk) , atau minggat bersama lelaki itu, meiiialah upacara keramaian yang di- jadi To-marisi' . To-Marisi ' ini teruadakan baik oleh keluarga fihak pengan tama isdah keluarga wanita yang ter tin perempuan maupun laki-laki, ditem- dekat, yaitu ayah, paman-paman, sauda patnya masing-masing, atau digabungkan ra-saudara, dan sepupu-sepupunya, Sebadalam satu pesta bersama-sama pada- satu gai To-marisi1 mereka meras a berkewawaktu dantempatc Pada pesta perkawin- jiban untuk membunuh lelaki yang mela an itu, hadirlah undangan kerabat-ke- rikan itu, bilabertemu ditempat urnum* luarga dan handai tolan, menyarapaikan To-marisi' tidak boleh melakukan pernhadiah perkawinan yang disebut "Solo- bunuhan atas lelaki yang membawa lari reng" (Bg), "Panngiori" (Mk). itu, bilamana lelaki' itu melakukan peTT) ‘ Marola (Bg) = Nilëkka' (Mk), ialah kerjaan di sawah, atau telah menyesuami-isteri baru, berkunjung ke- rahkan diri dibawah perlindungan sese rumali orang tua pihak suami. Mereka orang yang terpandang dalam negeri. menginap beberapa hari di rumah itu. Dalam keadaan bersembunyi, yang se Dalam kunjungan itu, si-isteri memba ring bisa berlangsung berbulan •-bulan wa pemberian - pemberian untuk semua malahan bertahun-tahun lamanya, silelaanggota keluarga suaminya. Hadiah-ha- ki kemudian (senantiasa) berusaha mendiah itu berupa sarung dari keluarga cari perlindungan pada orang-orang terperempuan. Setelah itu maka suami-is kemuka dalam masyarakat. Orang terketeri baru itupun kembali ke rumah is- muka itu, kalau ia sudi, akan memperteri, untuk tmggal beberapa lamanya gunakan kewibawaannya untuk meredakan disana, "peristiwa siri" itu, dengan mengusaBarulah setelah itu suami isteri hakan agar To-masiri1 dapat raenerima dapat mencinpati rumah mereka sendiri laki-laki itu, suami-isteri, dalam ke (rumah tanggc, baru) , sebagai keluar luarga melalui satu cara tertentu yang ga baru. Nalaoanni alena (Bg.) = Maen- disebut Maddeceng (Bg) atau Aba.ji 1 (Mk) , tengammi kalenna ÏMk) 5 berarti mereka artinya berbaik kembali. Kalau To-masudah berdiri sendiri.' £isi' dapat menerima mereka kembali 9 .Pembentuican keluarga yang tidale me maka'keluarga pihak .laki - laki akan lalui cara-cara seperti yang’disebutkan mengambil inisiatip untuk melaksanadiatas (dengan kemungkinan penyederha- kan upacara maddeceng atau ma’baji’ ----- naan-penyederhanaan tata-caranya yang tsb, dapat dilakukan berdasar persepakatan Satu jenis perkawinan lainnya yang kedua pihak keluarga) ,.antara,.lain de bisa juga terjadi yaitu yang disebut ngan membawa lari perempuan, Hallari- Erangkale (Bg.Mk) „ Erangkale artinya. ang (Bg) - Allariang (Mk), atau bersa- pihak wanita akhirnya mengambil inisi ma-sama melarikan diri (Ri lariang-Bg- atip, Mlc)3 cara ini sangat berbahaya. Kawin Wanita (gadis) dengan membawa songkok x).
1 • Upacara 4 dan 5 pada waktu sekarang,
biasanya digabung saja menjadi satukegiatan? untuk tujuan praktis dan penghematan. Ada juga semacamper awinan yang disebut Kawissoro, berarti setelah pernikahan d i l a ^ ^ ^ ke dua ranS suami-isteri itu, belum boleh serumah. Baru setelah pesta-perkawin3X1 y^ \ d^lakl:iJcan beberapa bulan kemudian selesai suami-isteri dapat bersatu. a® sebelum pernikahan, diadakan upacara Mappa°ci (BS« ) = Akkorongtigi (Mk,), yaitu upacara pacaran (memerahlcan kuku). Dilakukan baik d i r ™ 8*1 Wanita, maupun di rumah- pria.
atau keris lelaki yang p e m a h menggaulinya kerumah penghulu, untuk meminta dinikahi oleh lelaki yang disebutnya. Erangkale dapat terjadi kalau s 1 e. Perempuan merasa diri terdesak oleh keadaan, misalnya karena’ dianggap lelaki yang dikasihinya, tidak bertanggung jawab dalam percintaannya. 2 e» Perempuan merasa diri dihinakan o-
a. Sompa To-Selli', hanya p e m a h ter jadi bagi pengantin To-mariurung;. Jumlah mahamya, ialah 100 kati emas atau 8000 real» b. Sompa To-leba, diberikan kepada pe ngantin perempuan anak raja penuh dari Datu Luwu 1 . Jumlah m a h a m y a 50 kati emas, atau 4000 real. c. Sompa To-Luwu1 , diberikan kepada pengantin anak bangsawan Luwu 1 , seleh seorang'lelakio banyalc 10 kati emas + 1 0 tai' , atau 3 e. Takut diketahui oleh. keluarganya. 880 real. Carapenyelesaiannya, bila lelaki yang &. Sompa Ujung-aju, diberikan kepada ditunjuknya merasa bertanggung jawab, pengantin anak-anak bangsawan de dia nikahi perempuan itu» lalu melangan penyederhanaan dengan perhikukan usaha perbaikan seperti pada situngan bulat 880 real. lariang. 'Atau lelaki sebelum nikah, Sejak tahun 1875, bagi orang-orang meminta perempuan itu kembali kerumahbangsawan dan to-deceng, sunrang itu nya, untuk dipinang seperti jalan bitak lebih lagi 3 kati emas, atau 264asa. Sompa - Sunreng (Bg. ) = Sunrang (Mk. ), real. Selanjutnya dibiasakan sampai sekarang sunrang itu sebesar 88 real ialah uang mahar atau mas kawin. saja„ Bagi yang bukan bangsawan 44 s Uang mahar itu bertingkat - tingkat sesuai dengan derajat sosial dari ga 22, atau 20 real. dis yang dipinang dan dihitung dalam 3° TellumpaccoE (Bone,. Waio dan So£peng). Patroon orang Bugis» nilai real (Rella1 Bg. = Reala1 Mk.), ialah nilai nominal P.2 .- (dua gulden- a» Sompa bocco, diberikan kepada R a j a zaman Hindia-Belanda). Beberapa ke ja raja puteri ke-tiga raja (telJüS" poccoE) yang memegang kekuasaan ke dian terakhir, 1 real diberi nilai no rajaan» Jumlah sunrang, ialah 14 minal Rp. 100,- Rp. 159'“ Mas kawin yang diberi nilai nomi " kati doi lama» Nilai nominal 1 doi lama = 88 real + 8 o a n g + 8 doi • nal menurut jumlah real itus dapat Bersama itu, diserahkan pula seo saja terdiri atas sawah, kebun, keris rang Ata dan seekor kerbau» pus aka dls . yang semuanya mempunyai b. Sompa ana1 bocco, diberikan kepada makna yang penting dalam perkawinan. Dahulu kala sompa = sunrang/sunreng menurut derajat-derajat sosial gadis yang dipinang ituv diperhitungkan de ngan sangat teliti, karena .sangat menyangkut tentang derajat sosial kelu arganya. Garis besar dari keadaan itu diikuti juga sampai saat ini, walaupun tidak diperhitungkan seteliti dahulu kala. Adapun tingkat-tingkat sunrang/ sunreng itu, menurut daerah kebiasaan berlakunya sbb £ ^ ) • & 0 W A (patroon orang Makssar). Sunrang tertinggi yang berlaku ^ a_ Ana1Ti 'no, adalah 80 réala. Dibawah itu, berlaku bagi para Ana*-ana1 karaEng, adalah 4 4 , 40 , 28, sesuai dengan öerajatnya masing - masing. Bagi lapisan Tu-ba.ii 2 0 , atau 16 réala, dan ^u~~sam?»-rpi1 14 réala» 2 ).
(
puteri -rputeri darali penuh ) darx tiga Raja, atau bangsawan tingg1 ° Jumlah mahar itu, ialah 7 kati dxo
lama, , o» Sompa-kati, diberikan kepada put ri-puteri raja-raja bawahan. Jum nya 1 kati doi lama, atau 88 rea ^ 8 oang+ 8 doi1» Bersama itu seoranto ata. (Kecuali di Wajo, ata ditia a kan) . <3.° Sompa ana 1 mattola, diberikan da puteri-puteri ana1 I-lattola? lahnya, 3 kati doi lama» ^ e. Sompa raj eng, untuk anak- an — _ jeng, 2 kati doi lama. f . Sompa cera' sawi, untuk cera— sa— .? 1 kati doi lama. go Sompa tau deceng, untuk tau_deceng? -jV kati doi lama» L TJ W U . Terdapat tingkat-tingkat h. Sompa tau maradeka, untuk tau mgggr deka, kati doi lama. sunreng atau sompa sbbs
Demikianlah mengenai uang mahar, atau sunrang atau sompa yang berlaku pada perkawinan orang Bugis Makassar» Sesungguhnya^.nilai nominal sunrang atau " sompa Ini pada waktu sekarang tidaklah "banyak, karena ukurannya adalah tetap. Pada waktu ini yang amat
mahal adalah uang belanja, untuk di— pergunakan membiayai pesta perkawinan.^ Makin besar pesta perkawinan itu, ma~ kin mempertinggi deraj at sosial geseorang, walaupun harus dibelinya dengan kebangkrutan, atau utang-utang yang sukar dilunasi.
Y. BENTUK-BENTUK KERAJAAN, NEGERI DAN DESA. Bentuk-bentuk kerajaan, negeri dan b. Tu-mailalang Toa, adalah semacam desa-desa di Sulawesi-Selatan, dalam Menteri Kerajaan yang mengatur h.uhubungan tata-pemerintahan, telah mengbungan kekuasaan antara raja kepa alami sekurang-kurangnya tigakali perda raja-raja bawahan dalam keraja obahan besar-besaran, dihitung mulai an. Dia menyampaikan titah raja ke dari zaman kerajaan - kerajaan Bugispada rakyat. Makassar, ke zaman kekuasaan Hindia- c. Tu-mai1alang Lolo, adalah semacam Belanda dan terakhir zaman Republik Menteri Kerajaan yang menyalurkan Indonesia. Perobahan-perobahan itu mekehendak rakyat kepada Raja. Dialah liputi luas wilayah, .sebutan wilayah yang berbicara atas nama rakyat un dan nama-nama serta bentuk-bentulmya. tuk membela kepentingannya dalam Pada zaman kerajaan-kerajaan Bugismusyawarah kerajaan. Dalam garis Makassar, tigabuah kerajaan yang terbesar tugasnya, ialah yang mengatur sohor saja yang menjadi pembicaraan kesejahteraan rakyat. Sebelum jakita, yaitu Kerajaan Gov/a, Kerajaan batan "Sabannaraka ri Gowa" (Syah.~ Bone dan Kerajaan Wajo. Kerajaan-kera bandar, yang meraungut cukai, meng jaan itu dalam istilah mnum orang Buatur perbendaharaan kerajaan) di-gis-Makassac disebut TAKA (Bg.) dan jadikan jabatan tersendiri, maka BUTTA (Mk.)* Dengan mempergmskan isTu-mailalang Lolo ini 1ah yang juga txlah it u mSJca orang Bugis menyebut menjadi Sabannara. kerajaan-kerajaan itu; Tana Bone, Ta d. Tu-Makkajannangang, adalah semacam na Gowa dan Tana —Öïang MakasSaa?-__ Menteri Kerajaan yang memegang u.menamakannya Butta Gowa, Butta Bone rusan keamanan dalam negeri. Dia dan Butta Wajo. Istilah Butta atau Ta menjadi penuntut umum kerajaan dan na, dapat diartikan sebagai bentuk umengatur tata- tertib dalam lingmum dari satu wilayah dengan batas-bakungan pejabat istana. tas tertentu, mempunyai rakyat dan ke— e* Pati-Matarango adalah semacam Kentinggi yang ditaati. Itulah gambaran teri Kerajaan yang mengatur urusan. sederhana dari suatu negara, yang lapertahanan dan peperangan. Dialah. zim disebut kerajaan-kerajaan lokal. yang menyusun lasykar - lasykar un 1). Butta Gowa. tuk dikerahkan dalam medan perang. Butta Gowa, sebagai satu kerajaan Wilayah Butta Gowa, dibagi kedadiperintah oleh seorang raja yang di lam beberapa Negeri (bawahan) yang pa sebut Sombawa ri Gowa (=yang disembah da zaman dahulu disebut ” bate " (pandi Gowa) „ Raja ini didalam menjalankan ji atau tanda) .Negeri-negeri bahagian kekuasaan sehari-hari didampingi oleh pembesar-pembesar kerajaan, serupa de ini yang menjadi daerah kerajaan di ngan menteri - menteri kerajaan yang pimpin oleh seorang Kepala Negeri. Ke terdiri dari s pala-kepala Negeri ini disebut menurut a° j^-aabbicara Butta. , adalah senacam gelamya m a s i n g - masing. Ada yang di Mangkubumi5 atau Perdana Menteri. sebut Gallarang; ada disebut KaraEng. Dialail yang memimpin penyelengga- Sembilan buah negeri ( bawahan-) yang ra?1,kekuasaan, membagi kekuasaan menjadi negeri - negeri asal Kerajaan untuk diselenggarakan atau dijalan- Gowa, para KaraEng dan Gallarangnya ican oleh pembesar-pembesar lainnya disatukan kedalam satu Dewan Kerajaan dalam kerajaan. yang disebut "'Rate Salajpanga ri Gowa" «
Dewan Kerajaan inilahseolah-olah men jadi Dewan Perwaikilah kakyat menetapkan aturan-aturan penyelenggaraan ke kuasaan pemerintahan dinegeri masingmasing°" Wilayah-wilayah baru diperintah. oleh keturunan "bangsawan ana’ karaEng di Gowa, disebut bate Ana* KaraEng. . ' Negeri - negeri ini dibagi lagi atas desa^desa. Jtesa-desa di Gowa itu berbagai rupa pula namanya, seperti s Kampong, Lembqng, Bori' dls.nya. Kam pong itu dipimpin oleh seorang kepala kampong, yeng berjenis-jenis pula gelarannya, sepertis Matoa, Jahnang. Anrong Guru, Kapala dan sebagainya. Dai am kekuasaan Hindia Belanda5 Ke rajaan Gowa menjadi daerah Swapraja yang disebut Zelfbesturende Landschap pen, dengan status administratif On der - afdeling Gowa dalam lingkungan Afdeling Makassar. Raja Gowa dalam menjalankan pemerintahan. disamping pembesar-pembesar kerajaan dengan perobahan fungsi-fungsinya, terdapat se orang Controleur Belanda yang menjadi superviser. Pada zaman sekarang Kerajaan Gowa, baik sebagai kerajaan maupun sebagai swapraja tidak ada lagi .Kini Gowa men jadi daerah kabupaten dengan seorang bupati . sebagai kepala daerahnya. Ne~ .geiri bawahannya menjadi keoamatan dibawah pimpinan seorang camat flan dae rah terkecil adalah desa—desa dipimpin oleh kepala-kepala desa. 2). Tana Bone-
Tana Bone, sebagai satu kerajaan .diperintah oleh seorang raja yang di— sebut .Mangfcau* e ri Tana Bone (yang berdaulat di Bone). •?rp rH menjalankan kekuasaan sehari-hari didampingi oleh pembesar-pembesar kera jaan, serupa dehgan menteri - menteri kerajaan yang terdiri dari % a° To~makkadangig;e Tana,adalah semèioam Mangkubumi, atau Perdana Menteri. Dialah yang memimpin penyelenggaraaa kekuasaan pemerintahan danmempaga. kekuasaan untuk diselenggarakan atau dijalankan oleh pêmbesar^ pembesar lainnya dalam kerajaan. Dia pulalah bertindak sebagai Wakil Raja,
disebut " M e 1 pitu Tana Ic • Ade1 pitu, pada' awal kejadiannya a— dalah 7 kepala wan.ua (negeri ) yang menggabungkah negerinya masing-ma”' sing, membentuk Tana Bone . ;.pada perkembangan' selanjutnya,. ke-7 kepala wanua itu, dengan membawa nama wa— nuanya duduk dalam dewan kerajaan dengan membagx tugas pemerintahan sbb i c. 1.) Arung Macege', urusan pemerxntahan/admxnis trasi umum kerajaan « c .2 .) Arung Ponceng, .uxusan keamanan/ pertahanan kerajaan c •5 •) Arung Tibqj ong. 'urysan kehakiman. °-4.) Arung Tanete ri Attang. urusanPembangunan/ Pekerjaan Tforum. c*5•) ArungTanete ri Awan^. imiaari geuangan/Ekonomil " c.6.) Arung Ta *, urusan pendidikan dan pengajaran. . c•7•) Arung ïïjungg-urusan Agama <*«tv Pe-
nerangan.
d-o To—marilaleng Loio.•dia. T^w-rtg«ag me— ngawasi daerah — daerah bawahan yang diperintah oleh Raja - raja bawahan (Arung Palili1). e . Ponggawa, Panglima An^catan PerangKerajaan, .menyuaun kekuatan perta hanan dan perlawanan. Dibawah pimpin— an Ponggawa ini. terdapat tiga. prang Panglima,bawahan , yang disebut dulung> yai*fcu s e. 1.) Dulung Awang Tanrfca'. e.2..; Dulung Ajang Ale». ^.V Dulung Lamuru. Wilayah Tana: Bone, dibagi kedalam beberapa Negeri ( bawahan ) yang disebut Wanua. Kepala-kepala •wahua itu di— sebut Arung Palili.’ Wanua—wanua itu dibagi atas desa-desa« Desa - désa di Boiiè itu diselnxt pada umumnya Kampong. Kampong itu' dipimpih oleh seorang Kepala Kampühg, yang biasanya disebut s Jermang, Macóa, Kapala, To'dö* dsb.nya.
Dalam kekuasaanSindia, Belanda, Bone men jadi daerah Swapicaja Zeifbestxucendelansohappen dalam status ajflministratif Onder-afdeling Bone, dalam lin^cungan Afdeling Bone. Raja Bone dalam menja lankan pemerintahan disamping bo To-marilaleng, dialah yang memim terdapat seorangControleur BelaaadajF®^ pin Dewan exekutif kerajaan yang menjadi superviser.
Kini Bone adalah sebuah kabupaten, dipimpin oleh seorang bupati sebagai kepala daerah. Negeri bawahannya men jadi kecamatan yang dipimpin oleh camat dan desa-desanya dipimpin oleh pa ra kepala desa. 3) .Tana Wa.jo. Tana Wajo, adalah sebuah Republik Aristokratis. Diperintah oleh seorang ketua republik yang disebut Arung Matoa Tana Wajo (Raja yang Tua di Wajo). Amng Matoa Wajo dalam menjalankan pemerintahan didampingi oleh tiga orang pembesar yang disebut Paddanreng atau Ranreng (= kembara),- yaitu s (1) „ Paddanreng Benteng Pola. (2 ). Paddanreng Talo' Tenreng. (3). Paddanreng Tua-. • Ketiga orang Paddanreng itu, ada lah kepala-kepala pemerintahan negeri bawahan yang membentuk Tana Wajo. Disamping Paddanreng yang tiga itu terdapat lagi tiga orang pejabat tingg ± T a n a Wajo yang disebut Pabbate Lompo atau Bate Lompo, yaitu t (1). Bate Lompo Betteng Pola, bergelar Pilla1,(= me^rah) (2). Bate Lohtdq Tal n 1 Tanreng, ber~ gelar Patola (= aneka wama). (3)" Bate Lompo Tua. bergelar Cakkuridi (= kuning) . Gelar-gelar itu, adalah sesuai dengan ■warna Bate atau Panji masing-masing. Pada pexmulaannyamereka bertugas khusus untuk urusan-urusan keamanan dan peperangan dalam wilayahnya masing-masing. Lambat laun karena pertumbuhan k e p e n tingan administrasi kekuasaan, maka merekapun ikut menjalankan peme rintahan dan bertugas laksana menterimenteri pembantu Arung Matoa. Ketiga orang Paddanreng bersama t i g a orang Bate Lompo. b e r s a m a - s a m a merupakan sebuah d e w a n yang d i s e b u t "Arung Ennennge,,a t a u "Petta Ênnêrmge” (Dewan p e r t u a n a n yang 6 ) . B i ï a m a n a Arung Matowa i k u t hadir d a l a m D e w a n i t u , m a k a k e t u j u h n y a d i s e b u t “Petta Wajo", a t a u p e r t u a n a n Tana Wajo, sebagai puc u k p i m p i n a n kekuasaan Tana Wajo, yang tertinggi,
Dibawah ’'Petta Wa/io", terdapat sehuah lembaga yiï^dï^ebut Arung Mabbi^vaolabxiya 30, orang, masing-magitig ,u °^ang menjadi pendamping dari masiïlê‘ "masiI1g Paddanreng yang tiga o-
rango Lembaga Arung Mabbicara ini, da pat dianggap sebagai parlemen Tana Wa jo, yang bertugas s a. Maddette1 bicara, atau menetapkan hukum-hukum/undang-undang. b. Mattetta, mappano 1 pate 1 bicara, atau mengawasi, mengusulkan dan me nyampaikan hal ihwal tentang penyelenggaraan dan pelanggaran hukumhukum dan aturan - aturan untuk ditangani oleh Petta Wajo. , Selain lembaga-lembaga Petta Wajo? sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tertinggi Tana Wajo, dan Arung Mabbi cara sebagai badan legislatif Tana Wa jo, terdapat lagi lembaga yang disebut Suro ri bateng. Suro ri bat eng inipun. 3 orang anggotanya yang berasal dari 3 wanua. Mereka adalah semacam duta, yang melaksanakan tugas-tugas s 1). Menyampaikan kepada rakyat hasilhasil permufakatan dan perintah dari para paddanreng. 2 ). Menyampaikan kepada rakyat perintah-perintah dari para Bate Lompo. 3). Menyampaikan kepada rakyat, hasil permufakatan dan perintah-perintah dari "Petta Wajo". Seluruh pranata sosial Tana Wajo, yaitu Arung Matoa ( 1 orang ), Arung Ennennge ( 6 orang ), Arung Mabbicara (30 orang), Suro ri bat^g (^ Qrang)7 jumlah seluruhnya 40 (empat puluh o~ rang), adalah badan pemerintahan T a n a Wajo, disebut juga "Arung PatappuloE ” (= Pertuanan 40 orang), atai disebut juga "Puang ri Wajo" (= Penguasa T a n a Wajo). Dalam Ade' Tana (hulcum negaxa Tana Wajo) dikatakan bahvra "Puang ri Wa^o" inilah yang Paoppang pelene-enfigi Tana Wa.io (= yang menelungkupkan dan menengadahkan Tana Wajo, artinya ggg^ .ri_Jfajo atau Arung PatappuleE xtulah yang memangku kedaulatan rak yat Wajo. Dibawah tiap - tiap Paddanreng (Ke pala Wanua), terdapat Punggawa, atau Matowa, yang mengepalai tiap-tiap perkampungan asal, yaitu Majau]o>ig Sa*bangparu dan Tekkalala1„ P u n g g a w a ini sering juga disebut "Inanna tau mae_gaE (= induk dari orangba^Ü^)" o Pa ra Punggawa menjalankan pemerintahan langsung atas rakyat ^ dalam v x la y s h masing-masing dan menjadi pengfrubung
antara "Petta Wajo" dengan Arung Lili (Raja-raja bawahan ), di seluruh. Tana Wajo. Pada zaman kekuasaan Hindia Belan da, Wajo menjadi daerah Swapraja, Selfbesturende-Landschappen, dalam status administratif Onder-Afdeling Wa.ioa da lam lingkungan Afdeling Bone, Arung Matowa Wajo menjalankan Pemerintahan didampingi oleh Arung Ennennge. ïïntulc superviser ditempatkan juga seorang Controleur Belanda. Wanuwa-wanuwa di jadikan distriko Ki'ni Wajo adalah sebuah Kabupaten, di pimpin oleh seorang bupati, sebagai kepala daerah. Negeri-negeri bawahan/ wanua menjadi kecamatan yang dipimpin oleh para camat dan desa-desanya di pimpin oleh para kepala desa. Bentuk-bentuk umum desa-desa di Su lawesi-Selatan . Desa - desa di Sulawesi Selatan sekarang, merupakan kesatuan - kesatuan administratif yafig ,terbawah dalam struk tur ke-negaraan Republik Indonesia. Desa-desa itu adalah gabungan-gabungan sejumlah kampong-kampong lama. Se telah . penggabungan - penggabungan itu maka disebutlah desa (gaya-baru). De sa- gaya-baru yang ada sekarang dibentuk berdasarkan 'ourat keputusan Gubernur Sulawesi Selatan, tgl. 20 Desember 1965, No. 450/XII/1965. •' Sebuah kampong dalam .gaya:lama bi asanya terdiri dari sejumlah keluarga yang mendiami diantara sepuluh sampai-dua ratus rumah-tangga. Rumah-rumah biasanya terletak berderet menghadap ke selatan atau lce barat. Kalau ada suiigai di desa maka akan di usahakan.rumah - rumah dibangun dengan membelakangi sungai. Pusat kampong la ma merupakan suatu tempat keramat (pos si tanah) dengan suatu pohon waringin yang besar. kadang-kadang dengan sebu ah rumah pemujaan atau saukang. Kecuali tempat keramat pada tiap kampong pada umumnya terdapat langgar atau musolla/mesjid. .. Sebuah kampung gaya lama dipimpin oleh seorang kepala kampung yang digebut Matoa, Jannang, Lompo', Arrong Guru? To'do' dsb.nya, dengan dua orang pembantunya yang disebut Sariang atau paremrung. Suatu gabungan kampung da
lam struktur asli disebut Wanua, yangdipimpin oleh seorang; Kepala Wanua, disebut Arung, Gallararig atau KaraEngRumah—rumah tempat ïkediaman pendu— duk didalam kebudayaan| Bugis -Makassar dibangun diatas tiang (rumah panggung) yang terdiri atas tiga tingkat / bahagian atas, tengah dan bawah, yang ma" sing-masing mempunyai fungsi - fungsi khusus s a. Rakkeang (Bg). Pammakkang (Mk), adalah bahagian atas rumah, dibawah atap. Tingkat/bahagian ini, dipakai untuk menyimpan padi dan lain-lain persediaan pangan dan juga untuk menyimpan benda-benda pusaka. b. Alebola (Bg) Kale-balla (Mk:), ada lah ruangan-ruangan tempat tinggal manusia, yang terbagi-bagi kedalam ruang-ruang khusus, untuk m e n e r i m a tamu, untuk tidur, untuk makan dan untuk dapur.c. Awasao (Bg) Passiringang (l4k) , ada lah bahagian bawah lantai panggungs yang .dipakai untuk menyimpan a l a t alat pertanian dan untuk kandang ayam, kambing atau ternak lainnyaPada zaman sekarang, bahagian bawah rumah ini, sering ditutup dengan dinding, den sering dipakai u n t u k tempat tinggal marrusia pula. Rumah-rumah juga
orang
Bugis-Makassar 5
digolong-golongkan menurut
an s o s i a l d a r i p e n g h u n i n y a . kan hal itu, m a k a a d a t i g a mah,
ialah
lapis
Berdasar macam
ru
?
a).Sao-raja ( Bg ). Balla’lompo (Mk )» adalah rumah besar, yang didiami ol.eh keluarga raja atau kaum bang sawan. Ciri-cirinya al. sbbs Berpe talc 5 5 7 s atau 9 | bubungan (Timpa laja' (Bg) Sambu L a y a n g / ' T i m b a '1aya (Mk)', bersusun 5 bagi raja berkuasa dan bersusun 3 bagi bangsawan lainnya; mempunyai sapana (BG-Mk) yai tu tangga beralas, dan diatapi di~ atasnya. Pada orang Bugis, rumah ”sauraja.u yang berpetak lebih dari tujuh, disebut juga "salassa’” . b)
.Sao-piti' (Bg) , Tarata'(ï'lk), lah rumah temoat kediaman, "bentuk nya lebih kecil, berpetak tak lebih. dari empat ? berhubungan satu atau tiga, tidak mempunyai sapana», Bia~
sanya didiami oleh orang baik-baik yang kaya atau berkedudukan dan ter.pandang dalam masyarakat. c) .Bola (Bg) . Balia' (Mk) , adalah ru mah tempat kediaman buat rakyat pa da umumnya. Rata-rata berpetak ti ga, berhubungan lapis dua, tidak bersapana. Semua rumah tradisionil orang Bugis-Makassar, mempunyai panggung le bih rendah dari ale-bola- ( Bg ) Kaleballa (Mk), yang terletak dibalik pintu, dibahagian atas dari tangga. Pang gung rendah itu disebut Tamping (BgMk), adalah tempat bagi para tamu un tuk menunggu, sebelum dipersilahkan oleh tuan rumah, masuk kedalam ruangan tamu. Pada permulaan membangun rumah, se orang akhli-adat dalam hal membangun rumah (panrita-bola), menentukan tanah
tempat rumah itu akan didirikan. Ber— bagai macam ramuan, berupa buah—buah— an dan daun - daunan diletakkan pada tempat itu. Setelah kerangka rumah didirikan, maka dibahagian atas tiang digantungkan juga berbagai ramuan dan sajian-sajian berupa buah-buahan dan pisang batu, untuk menolak bala, mencegah mala petaka yang mungkin dapat menimpa rumah itu beserta penghuninya. Sebelum rumah baru itudinaiki, diadakan upacara 11 Passili " (Bg-Mk) un tuk mengusir roh-roh jahat yang berdiam disekitar tempat berdirinya ru mah itu, Didalam rumahpun diadakan upacara yang sama, untuk mengusir rohroh jahat yang meiicoba ikut berdiam dalam rumah baruitu. Selesai Passili' lalu diadakan makan bersama dengan ke luarga yang lebih luas.
YT v. ADAT ISTIADAT DAN 1 . Adat istiadat.
Orang Bugis-Makassar, terutama yang hidup di desa-desa, dalam kehidupannya sehari-hari, masih banyak terikat oleh sistim norma dan aturan-aturan a~ datnya yang dianggap luhur dan keramat. geseluruhan sistim norma dan aturanaturan adatnya itu disebut? Panngadêr rêng (Bg) 5 Panngadakkang (Mk) . Panngariêrrêng atau Panngadakkang ini P ldapat diartikan sebagai keseluruhan normayang meliputi bagaimana seseorang ha rus bertingkah-laku terhadap sesamanya manusia dan terhadap pranata sosialnya secara timbal balik, dan yang menyebabkan adanya gerak .(dinamik) masyara kat . Sistim Pannagadêrrêng ■=• Panngadakkang;yang selanjutnya kita sebut sistim adat Bugis-Makassar itu, terdiri atas lima unsur pokok ialah ; (1). Ade’ (Bg)= A d a ’ (Mk); (2 ), Bica-
AGAMA.
Bugis-Makassarsyangmemberi dasar senmen wargaan masyarakat dan rasa ^ 1 semuanya terkandung dalam konsep S I R I (Tentang kondaïam s ^ s f S r J S ï ) ? ^ ^ ’ B u J r L ^ 131^ pokok sistim adat orang
ikut; U
r i S SSars/ apat ditera^ékan de~ persatu sebagai ber-
A d a 1 ('MU-'' Terdapat kebiasaan, untuk menterie-
i tu denean itu telah membawa banyak salah pensertian^ yang dapat mengeiirukan. Dan akan leoin keliru lagi, apabila Ade’/Ada’ itu, diterjemahkan dengan hufcum a d a t atau hukum kebiasaan. Untuk menghindari hal xtu, maka adalah lebih baik apabxla dikatakan bahwa Ade1 /Ada » me liputi semua usaha orang Sugig—Makas— sax dalam memperistiwakan diri dalam ra (Bg) + (Mk); (37"»" Rapang ( Bg.Mk. j°, kehidupan bersama dalam semua lapangX A h ^ari ’(BG'.Mk) dan (5)7 Sara1 (Bg- an kebudayaan „®Tiap-tiap segi kebuda I4k)° -fangdisebut terakhir ini, adalah yaan mengandung aspek Ade1 / , ^ian tuisur pokok dari sistim adat Bugis-Ma- Ade 1/Ada1 itulah memberikan*!^ k e p a d a jcassar yangberasal dari ajaran Islam, Panngadêrrêng/Panngadakkang.. Apabilay g i t u syareat. atau hukum syareat I.sPanngadêrrêng/Panngadakkang ada IS0° unsu5--unsur pokolc tsb. terjalin lah kumpulan dari seluruh aspek Adel/ gatu s a m a iain sebagai satu kesatu- Ada’, maka dapatlah dikatakan bahwa ^ 0r g 8 ^ ls dalam alam pikiran orang Panngadêrrêng/Panngadakkang adalah vni-
jud kebudayaan pada orang Bugis-Makasyek dan subyek lainnya, dan menensar, dan Ade1/Ada1 adalah konkritisasi tukan pola-pola tingkah laku dalam atau penjelmaan sesuatu aspek kebuda melakukan hubungan itu. yaan dari orang Bugis-Makassar^ Kare b . Norma-norma yang mengatur pelaksa— na-itu, secara garis besarnya dalam naan hak dan kewajiban dua subyek lingkungan Panngadêrrêng / Panngadaksecara timbal balik. ~Ricaxa-T^na, kang, dalam arti menurut polanya, ada mengenai aspek-aspek hukum tata-nelah Ade1 /Ada1 dalam arti sesungguhnya, gara, mengatur bagaimana negara dan seperti s warga-negara beraksi secara timbal— balik dalam memenuhi B.ak dan kewa— 1.1.) Ader Akkalabinengeng (Bg.) Ada1 jibannya masing—masing. Passikalabineng (Mk) , ialah yang c. Norma-norma yang mengatur pola kemenerangkan tentang hal-ihwal manusia hidupan negara, bagaimana seharus— berumah-tangga, 'di dalamnya tercakup nya negara.itu memperlakukan diri antara lain s seperti diharapkan oleh pola-pola a. norma-normamengenai keturunan yang ideal tentang diadakannya negara boleh atau tidak boleh saling kaitu. "Rapang Tana11, yaitu aspek iwin-mengawini.> ¥ari 'Akkalabineng, deal dalam pola kehidupan negara mengenai aspek genealogis dan ketermasuk didalamnya etika dan pen dudukan sosial dalam perkawinanX didikan insan politik. b. norma-norma mengatur hubungan hakkewajiban dalam hidup rumah-tangga. d. Norma-norma yang mengatur kedirian dan kepribadian khas dari negara y,"bicara akkalabineng",mengenai as dan warganya, agar Wari1, Bicara pek hukum perkawinan .X dan Rapang Tana/Butta itu tersec. norma-norma mengatur pola perkawin lenggara sebagaimana me stinya. "Si-_ an sebagaimana diharapkan oleh tiri1Tana", yaitu aspek stabilisator ap-tiap perkawinan "Rapang akkaladan dinamisator dalam semua kegiatbineng'V yaitu aspek ideal dalam an negara kedalam dan keluar. pola lcehidupan rumah-tangga termasuk didalamnya etika dan pendidikan Pengawasan dan pembinaan Ade1 dalam berkeluarga. masyarakat orang Bugis - Makassar, bi~ d. norma-norma kedirian dan harga di asanyadilakukan oleh beberapa pejabat ri dari suatu perkawinan agar Wari ’, adat,' seperti s Pakkatermi Ada1 (Bg)» Bicara dan Rapang akkalabineng itu Tumanggala1 Ada1 (Mk') , arta-nva pexneterpelihara sebagaimana patutnya, gang Adat ? Puang Ade1(Bg) , KaraEng maka semuanya disandarkan kepada Ada1 (Mk), artinya pertuanan Adat? Pa Siri1 Akkalabineng, sebagai aspek rewa Ade1 (Bg.Mk) dls.nya. stabilisator dalam hubungan perka 2. Bicara (Bg-Mk). winan kedalam rumah-tangga dan inBicara, adalah unsur pokok dari tegrasinya keluar rumah-tangga itu sistim adat orang Bugis-Makassar, yang sendiri. mengenai_semua aitivitas dan kohsep1*2.) Ade1 Tana (Bg), Ada1 Butta (Mk), konsep yang bersangkut paut dengan adalah norma-norma mengenai hal- peradilan, yang kurang lebih sama de ihwal bernegara dan memerintah negara ngan hukum acara, menentukan prosedur dan berwujud sebagai hukum negara, hu serta hak-hak dan kewajiban seseorang kum antar negara, serta etika dan pem- yang mengadukan sesuatu perkara. Sebinaan insan politik. Hal-hal itu me laindari pada itu,/Bicarapun berfungsi repressip terhadap pelanggaran Panliputi antara lain s " a. Norma-norma yang mengatur atau me ngadêrrêng/Panngadakkang pada umumnya)1 ngatur hubungan status kekeluarga- Dalam hal ini bicara menempatkan di 3X1 antar negara, mengatur syarat- ri pada batasan sebagai reaksi formil syarat ketemurunan pemangku jabatan dari pada Ade1terhadap segala sesuatu negeri. "Wari* tana", mengenai as dalam linglcap hidup masyarakat yang pek kelteluargaan antara sesuatu sub- memolakan diri pada sxiatu. sistim k®"
masyarakatan yang disebut Panngadêr- tim yangberlaku dalam bicara, dan anrêng/Panngadakkang. caman-ancaman hukuman yang disediakan Pengawasan dan pembinaan “bicara da bagi tiap-tiap pelanggaran atau kejalam masyarakat orang Bugis - Makassar hatan yang terjadi, pada kita segera dilakukan oleh pejabat - pe jabat Adat akan timbul kesan bahwa ancaman-ancamyang disebut? PabbicaraE, TomabbicaraE an hukuman itu seolah -olah menjadi (Bg), atau Pabbicaraya, Tumabbicaraya alat untuk menakut - nakuti orang se— (Mk), dapat diartikan sebagai Hakim. hingga tak beranilah orang melakukan Bicara, selaku salah satu unsur po- kejahatan atau pelanggaran terhadap kok dari Panngadêrêng/Panngadakkang , Panngadêrrêng. Dengan demikian orang dengan sendirinya tak muagkin melepas dapat mengatakan bahwa ancaman atau kan diri dari pada landasan kejiwaan ketakutanlah yang menyebabkan sese— keséluruhan sistim.Karena itu tak da orang itu taat pada Panngadêrrêng» -Di— pat dipisahkan secara tegas batas-ba- lihat dari segi ancaman hukuman ini, tas kegiatan sesuatu aspek dari aspek kecenderungan untuk membenarkan anglainnya, tanpa menyinggung segi-segi gapan itu adalah beralasan juga. lainnya yang akan tetap masuk-memasuki Akan tetapi apabila dilihat lebih kegiatan integral hidup kemasyarakatan jauh, bahwa ancaman-ancaman demikian itu. Akan tetapi, sesuatu aspek karena berat itu dan yang kebanyakannya ter— sudah. menya-fcalcazidiri dalam suatu sis- tuju kepada hukuman mati, atau pembol ucapan bicara, maka niscaya se- buangan / pengusiran dan berlakunya ajak dari awalnya telah menonjolkan se- sas legalitas, maka dapat dipandang gi-seginya yangkhas dan mengambil pe- bahwa ancaman-ancamanhukuman itu, buraharl lebih kuat dari aspek-aspek la kan sekadar ancaman agar orang takut in yang terdapat dalam sistim yang bu- melanggamya, melainkan juga suatu per— lat itu. y ^ nyataan bahwa yangbersalah itu, telah Oleh karena bicara merupakan aspek melepaskan diri dari sistim PanngaPanngaderreng/Panngadakkang yang ber- derreng/Panngadakkang itu sendiri. Ti fungsi repressip, maka ia akan banyak dak memiliki lagi siri1 pada dirinya menampilkan kenyataan - kenyataan yang sehingga hukuman yang dijalaninya amudah diamati realitasnya dalam kehi kan diterimanya dengan mata terbuka. dupan, bila dibandingkan dengan aspek- dengan menerima hukuman itu sebagai aspek laxnnya. Ade1/Ada1 menurut lingkewajaran dan tanpa penyesalan, berkupnya adalah lebih luas dari pada bi arti ia menunjukkan bahwa baginya ma cara. Karena itu ade'/ada’ lebih bersi— sih ada rasa harga diri yang menja fat preventif. Ade'/Ada'memellhara sta di unsur penting dalam siri 1 . Dengan bilitas masyarakat ,mencegah perbuatan- menjalani hukuman itu dia merasa bah perbuatan jahat dari para penjahat, wa ia ikut menegakkan Panngadêrrêng menghalangi perbuatan sewenang-wenang 'Panngadakkang yang telah dilanggamya ( aniaya ) dari orang-orang kuat, dan itu.v gal itu dapat dibandingkan de melindungi orang-orang yang lemah. Bi ngan pendapat Malinowski dll. bahwa cara adalah lebih bersifat represip, semua aktivitas kebudayaan (institu menyelesaikan sengketa, mengembalikan tion dan customs) mempunyai fungsi undan memulihkan sesuatu ketidak wajar- tuk memenuhi suatu kompleks kebutuhan an kepada keadaannya yang wajar. an naluri manusia untuk secara timbal Bicara dalam laku operasionilnya, balik dengan sesama manusianya dalam sebagai tindakan represip, harus berpi- masyarakat, menerima dan menunaikan jak pada keadaan objektip, oleh karena kewajiban, menurut suatu prinsip yang itu menimbang sama berat dan sama ri- disebut principle of recj-proo.i +^r Cus ngannya kedua fihak yang bersengketa- tom yang bersifat demikian, disebut tentang saksi dan pendirian kedua be- Malinowski effective oustoma. dan ini^ h -•‘•carg bertujuan menetapkan lah yang termasuk lapangan hukum y a n g * ^ au memulihkan kembali yang menjaga ketertiban masyarakat. (KoeniSSgeng (Bg) = tojeng (Mk) . tjaraningrat, Metode Ant„ pp„3 1 8-319)» fiilam akita memperhatikan sistim-sisSeseorang yang menerima h-ukumanny3-
engaEL^kesadaran 'bahwa dengaii hukuman sistim panngadêrrêng-nya, tentul ah bu kan ketókutan yang mendoronghya untuk menaati Panngadêrrêng / Panngadakkang, melainkan.tentuoya oleh suatu kesadaran”yang sangat mendalam ’yang diterimanjra dari dalam panngadêrrêng/panngadak kang itu sendiri. Dengan demikian seo^ang Bugis-Makassar yang taat pada sistim Panngadêrrêng, setelah berbuat kesalahan yang tak dapat dihindarinya, segera menyerahkan diri untuk menerima hukumannya.
magi yang berfungsi s c . 1. melindungi milik- umum dari gang— guan-gangguan perseorangan. c . 2. melindungi orang seorang' Hari ke adaan berbahaya.
Dengan deinikian dapat disimpulkaa. bahwa rapang dalam wujud sebagai kias atau perumpamaan menun jukkan kelakuan— kelakuan ideal dan etika dalam lapangan - lapangan hidup tertentu, aeperti lapangan hidup kekerabatan, lapangan këhidüpan politik dan memerintah ne gara dsb.nya. Di samping itu rapang, ^VTr a p a n g (Bg-Mk). juga berwujud sebagai pandangan-panRapang menurut- arti leksikalnya-, dangan sakral untuk meneegah tindakan-. adalah contoh, misal, umpama, perum - tindakan
§’riëdéricy menter jemahkan -ïr» qtahden. bahasa Bugis-Makassar. Undang-undang wari ’ itu dengan indeel Hal itu benar, tetapi kecuali itu, wa lebih tertentu batas pengertiannya, ri1 meliputi banyak hal lain lagiXMiyaitu hukum tertulis, sedang rapang, lingkupnya sangat luas, namun penger salnya untuk mèmelihara, tata-susunan dan tata penempatêSThal^aïlLinr’beSaatian undang-undang sudah tercakup da benda dalam kehidupan masyarakatÓ~Tfotuk lam konsep rapang itu.' memelihara jalur dan garis keturunan Adapun kandungan isi dari pada, ra yang, mewujudkan lapisan sosialV^TJhtuk pang» meliputi beberapa fungsi % memelihara hubungan kekerahatan anta a. Stabilisator? sebagai sifatnya undang—undang yang men jaga ketetapan, uniformitas dan kontinutas sesuatu tindakan dari waktu yang luas sam pai masa kini. b. Membanding, dalam keadaan tidak ada atau belum ada norma-norma atau undang-undang yang mèngatur sesuatu» maka rapang dibéri fungsi membanding atas, sesuatu kete;t£pan dimasa lampau yang p e m a h terjadi, atau semacam yurisprudensi., "Taro wettiT palalo. •bekka-1 temmakkasage" ^Lontara, Hukum Pêlayaran Amanna Gappa), artinya == Ketetapan waktu yang lalu, walaupm sempit akah tetapi tidak menyobék)« c. Melindungis berwujud dalam pemali— pemali atau paseng, atau sejenis
ra raja-raja dan hubungan negara-negara, sehingga dapat diketahui inana yang tua msgia,y^gjmuda, kebesaran. _ ■ Dalam hidup kejiegaraaii,' ada disebut wari1 tana. Itu berarti tata - negara, juga dalam penatakn hukum dan penata— ah hubungan kekelüargaan ditentukan menurut wari',yang dalam garis besarnya dapat dakemukakan sebagai contoh s a. wari* tana, iaiah.tata-kekuasaandan tata-pemerintéhaa. dalam' hal menge nai dasar-dasarnya.^ Bagaimana raja memperiakukan diri terhadap rakyat, ■^bagaimana rakyat memperlakukan <üri terhadap rajanya, hal itu semua tërmasuk dalain lin^cup wari» tana.. Ba gaimana hubungan ker^a antara Pam^ pawa ide1 dengan raja, selahju'W^3,
dengan rakyat secara timbal bal ik , séiöua diatux dalam wari1 tana. Ta— -fca-acaxa mënghadap ra ja, meny'ertai ra ja d ? ~ i perjalanan dengan ketertiban dan tata-caxanya masing-ma sing itupun disebut wari* daxi panr\p^A êircêng/panngadakkang , wari» assëa.1ingeng (Bg), waxi‘passibi.iaeng (Mk) , adalah tata-tertib ' yang mènentukan garis keturünan dan kekeluargaan o >2)alam wari1 inilahdibicaxakan siapa niehempati golong•'art- awat'ahing. siapa to-maxadeka, siapa ata, sehinggaXia merupakan tata-tertib tentang sendi-sendi pe lapisan ma^parakat •• Dalam hubungan kawin-mawjja,. wari *lah memégang pe— ranan penting» Apabila wari * dika— caukan, maka tak menentulah keturtman danhubungan kekeluaxgaan da lam masyarakat, dan dengan demikian katiaiu balauilah maöyaxakat itu. ya-pi * ttengpiciseng, ialah mengenai tata-uimtan ( volg-orde ) daxi pada hukum, suatu sistim tata—hukum«Ini— lain yang mènentukan sesuatu ketentuan unsfcaing:- undang atau hukum ba tal atau berlafcu, dilihat daxi sudut jenis kekuatan foxmil dan ma•teriilnya.X MEsalnya disebut dalam üontaxa s
nm P a *
arung? tenrusa* taxo
■ ade’^ . ruaa* taxo- ade »»
rapang, dan wari1.Apabila ade * berfung'si preventif dalam pergaulan hidup un tuk menjaga kelangsungan masyarakat dan kebudayaan, bicara berfungsi rep resip, untuk mengembalikan sesuatu pa da tempatnya, rapang berfungsi stabi lisator, untuk kesinainbungan pola peradaban, maka vaxi1 memberikan peranan— nya dalam "mappallaiseng”. yaitu mengatur kompetisi masing-masing, sehingga tak terjadi saling bentrokan. Wari' memberikan ukuran keserasian dalam per jalanan hidup kemasyaxakatan dalam panngadêrrêng / panngadakkang se cara keseluruhan,, Dengan perkataan lain Ade' memberikan tuntutan hidup, bicaxa mémulihkan ke tidak wajaxan këpada kewajaran, Rapang mempertahankan pola •untuk kelanjutannya, sedang wari ' memberikan keseimbangan antaxa opposisi-opposisi yang terjadi dalamjnasyaJucu£cLu0 ^ 5). S a r a ' (Bg-MkV Sara', demikianlah orang Bugis-Ma kassar menyebut pranata Islam (hukum x'yanè menggenapkan ke-empat ..Lapngadërren^ panngadakkajig. liSa»x sehingga tersusunlah v S ^ ~ Se kéhidupan masyaxakat dan °rÖng BuSis-Makassax atas SfEang, Waxi. dan Sara». adat i ^ SeP apat paxa éhl± hukum adat_pada umumnya, bahwa hukum Islam
tenrusa1 taxo
ruga* .taro anang» tenrusa* taxo to-maega". Artinyas "batal ketetapan raja, tak batal ketet&pan ade ’, batal ketetapan ade', tak batal ketetapan kaum, featal ketetapan kaum, tak batal ketetapan rakyat". ^ MénenttaJcan tingkat-tingkat berlakunya;sesuatu ketentuan, itulah men— jadi cakupan Wari’o têtëialimengetaii-ui garis-besar mak na ’ " panngadêrrêng . wari1dalam /; . _ * maka akan tampaklah betapa sa! isi mengisinya. sendi-séndi pekok ysng empat itü, ialah ade *, bioaxa1
“^ y ^ a t d a n k e b u d a laA (termas'* masyaxakat Bu^s-mcassar), hanyalah diperlakukan dalam. kwantum yang kedua, dibandingkan dengan apa yang disebut hukum-adat.
Hpjy L L ? v JCTipfJlya paa?a Penyelidik ï S P 1 itu berasal darx bahasa Arab, yaitu Syariahs Svara' atau hukum Islam., Dengan demiki£ jelaslah. bahwa Saxa* sebagai salah satu .sendi.yangdxterima kedalan Panngadêrren^/Panggadakkartf?[, dipastikan bahwa peranan Islam dalam sendi ini, sangat menonjol dibandingkan dengan yang ter dapat dalam sendi-sendi lainnya? Dengan diterimanya Saxa« at au °hukum Islam kedalam panrigaaerrengA,»^ ^ kang, sebagai salgh .satu unsur pokok, dan kemudian dalam pertumbuhannya malahan men jiwainya, sehingga ditegaskan bahwa orang Bugis-Makassar adalah identik dengan Islam. Orang Bugis-Makassar
yang tidak Islam berarti keluar dari Panngadêrrêng/Panngadakkang, berarti bukan orang Bugis - Makassar lagi. hal ini masih akan dibicarakan dalam seksi berikut yaitu Agama dan keperca yaan orang Bugis-Makassar. 2.' Agama dan kepercayaan. Religi orang Bugis - Makassar dalam zaman pra-Islamm seperti al. yang di sebut dalam Sure' Galigo, sebenaraya telah mengandung suatu kepercayaan ke pada satu dewa yang tunggal, yang di sebut dengan beberapa nama seperti % Patoto 'E (Dia yang menentukan nasib) j To-palanroE ( Dia yang menciptakan )? Dewata seuaE (Dewa yang tunggal) 5 TuriE A 'ra'na (kehendak yang tertinggi) 5 Pnang Matüa (Tuahan yang tertinggi). Sisa-sisa keperoayaan lama yang mempergunakan- konsep - konsep ini, masih tampak'jëlas, misalnya pada ;• a. To-LOtang,yang berdiam di kabupaten Sidenreng-Rappang. Mereka menamakan kepercayaan mereka, agama to-riolo atau agama To-lotang. Dewasa ini, pemerintah R.I. (Dep. Agama) memasrikkan kepercayaan To-Lotang, keda lam golongan Agama Hindu-Tolotang. Konsep Tuhan tertinggi mereka di sebut To-PalanroEo b. To-Ra.ja,yang berdiam di kabupatenTaiia-Toraja. Mereka menamakan ke percayaan mereka » Aluk To-dolo 11, dengan konsep tuhan yang tertinggi yang disebut Puang-Matua, asal se gala kejadian dan aluk (aturan ketertiban). c. Amma Toa,yang berdiam di Kajang, Kabupaten Bulukumba. Mereka mena makan kepercayaan mereka’ "Patuhtung", dengan konsep tuhan tertingginya yang disebut "TuriE'a'ra'na". Sumber segala kejadian dan penentu segala nasib dalam kehidupandi dunia. Waktu agama Islam masuk ke, Sulawe si-Selatan pada permulaan abad ke-jZ. ? maka ajaran Tauhid. (Ke-e’saan Allah) dalam Islam, dapat •mudah .diterima dan proses itu dipercepat dengan . adanya kontak terus menerus dengan pedagang-pedagang Melayu Isjam. yang su dah menetap di Makassar, maupun de
ngan kunjurigan-kunjungari niaga orang Bugis-Makassar ke negeri-negeri lain yang penduduknya sudaii ber agama-Is lam. Seperti télah disebut di bahagian atas bahwa setelah S^areat Islam- siidah diintegrasikan menjadi salah sartu sendi dari - Paongadêrrêng/Panngadakkang maka beberapa kelakuan yang-bèriasal dari kepercayaan lama seperti caracara pemujaan dan upacara bersemadi, bersesaji untuk roh nenek' moyang yang disebut "attoriolong" (Bg), patturiolong (MkX memelihara tempat keramat atau saukang, upacara turun ke- ' sawah, upacara mendirikan dan mërèsmikan pemakaian rumah baru dari sebagainya, semuanya diarahkan.sêhingga dijiwai olëh'könsep-konsep .dari aga ma Islam, „s.ekurang - kuqcangnya tidek berlawanan dengan ajaxan Tauhid Is lam. Dalam sistim kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, sampai zaman keraja an - kerejaan itu. menjadi swaprajaswapraja di bawah kekuasaan pemerintah jajahan Hindia - Belanda. Saraj itu disusun menurut organisasi A^g., dan berkembanglah suatu pembahagia*1 lapangan, dimana Sara* mengatur kehidupan ke-agamaan ( Islam }. dan Ad%l mengatur kehidupari duniawi dan poli tik negara. ' Demikianlah maka dalam tiapr.tiap diadakan seorang -pejabat Bara' tertthggi yang disebut Kali (Kadhi). "IDntuk'TëMh.’ffigpi.jelaskah tentang perpaduan antara pranata Sara1 dan M e itu, dapat dikemukakan beberapa contoh s Organisasi Sosial di Wajo, baik pemerint ahannya maupun rakyatnya terbagi atas tiga bahagian yang disebut ^"LySr po". Setiap Limpo itu mempunyaa. raja dan pe jabat - pejabatnya sendiri. Ke seluruhan pe jabat Ade1 itu berjuml 39 orang. Mereka memilih &T,1irtg Matowa, dan genaplah 40 orang Pliang seperti telah disejbut terdahulu. Sesuai dengan organisasi HV*-» maka or ganisasi SARA1 juga terbagi tiga menurut tiga limpo itu. Menurut ceritera peng-Islaman di Wajo oleh. Dato Su.” laiman (Dato* ri Bandang ), menvtnj-0^ pe jabat - pe jabat Sara* yakni untuk
tiap- Limpo dua orang khatib, dua orang bilal', seorang pen^iulu dan seorang amil. Untuk seluruh Tana-Wajo ditetapkan seorang Kali.ITntuk menyatakan de ngan jelas kedudukan Sara' dalam hidup'politik Negara, maka dalam musyawarah Ade1, Arung Matowa duduk ditengah, para pejabat Ade* disisi kiri, pejabat Sara’ disisi kanan, menurutaturan derajat kepangkatan masing-masing. Juga ditunjuk 40 orang mukim, yang bertugas untuk selalu mengahdiri salat Jum’at, agar salat itu selalu sah adanya. ‘ DiBulo-Bulo, Kabupaten Sinyai, se mua pejabat Sara' berjumlah 40 orang, yang disebut "Parewa-Sara'11, yaitu 2 orang kali, 8 orang khatib, 8 orangbilal, 8 orang mukim dan 7 orang wakil mukim. Ke-delapan pejabat yang khusus disebut mukim’itu, tugasnya menghadiri salat Jum’at dan mengatur perayaan Maulid dan hari Raya Id, dan untuk berdoa berganti-ganti selama 100 ha ri kalau rajamangkat ( Noorduyn, pp. 86 dst.) Dahulu pejabat - pejabat Sara' itu, terutama Kali ( Kadhi ) adalah orang terkemuka atau ulama, malahan dari kalangan anakarung. Tetapi karena orang pandai, orangkaya dan orang pemberani yang berjasa kepada negara mendapat perlakuan sama dengan golongan anakarung, maka tidaklah menjadi ketentuan yang’rnutlak pejabat Sara1 itu harus dari golongan anakarung, Seorang pejabat Sara’ dengan sendirinya orang berilmu, oleh karena itu tidak terpandang talc wajar apabila mereka ikut dalam musyawarah Ade ' atau duduk bersama de ngan Raja dalam upacara. Kesatuan yangketat antara Ade 1 dan Sara’ berkembang terus, terutama dipandang dari sudut pranata - pranata panngadêrrênff/panngadakkang» dan orga nisasi kemasyarakatan dan kekuasaan. Metode antropologi budaya yang telah berjasa banyak dalam penyelidikan aga^a-agama kuno di Indonesia, dipelopori oleh ahli-ahli antropologi seperti E. Durkheim dan Levy Bruhl. Banyak diantara paxa peneliti kemudiannya seperti van Ossenbruggen, Rassers, Piegeaud, Swellengreben, j.B.p. de Josselin de J o n g 9 Held, Scharer, Ph.O.L.Tobing,
Downs dll. telah mempergunakan dasardasar teori Durkheim dan Levi Bruhl dalam mempelajari latar belakang ma syarakat dari agama-agama kuno di In donesia. Mereka pada umumnya menunjukkan bahwa struktur sosial sangat mem berikan corak pada agama, sehingganyar ta-nyata kebanyakan anggapan-anggapan ke-agamaan bersifat anggapan-anggap an kolektip yang sering terikat kepa da sistim klasifikasi bersahaja, yang berdasarkan organisasi kemasyarakatan kuno. Jalan pikiran yang diliputi dongeng-dongeng mitologis dan pola pikir dalam hidup kebudayaan seluruhnya berlatar belakang pada struktur sosial kuno. Sesuai dengan teori itu, maka se gala sesuatu yang menjadi atribut panngaderreng / panngadakkang, . masih tetap berlangsung terus, disamping dikembangkannya pula tata - cara ibadat menurut Islam. Beberapa bahagian terten cu dari pada atribut panngaderreng/pan** ngadakkangyang bersumber dari keperca yaan masa silam, dimana, agama dan ke budayaan adalah kesatuan yang menjadi latar belakang lcenyataan sosial, se perti misalnya pemujaan atau pemberian korban kepada attau-riolong. Saukang dsb.nya, upacara - upacara turun kesawah 5 menunjukkan keadaan - keadaan yang sebenarnya oleh Islam dipandang perbuatan musyrik. Akan tetapi pada permulaan penyiaran Islam, hal-hal se perti itu tidaklah ditentang dengan larangan yang keras. Pada umumnya se gala ihwal yang menyangkut sebagai at ribut £agngadêzrê^p ^ ngaAakkangq tep er ampmgan dengan damai sebagai ua aspek kebudayaan yang ternyata pa da peng-organisasiannya. Dipan|ang dari sudut kepercayaan? seo o terjadi Islam-campuran sakepercayaan sinkritis. Akan tetapi apabila dilihat dari seginyayang lain? yaitu terutama, dari sudut ilmu kebudayaan, maka cara-cara penyebaran yatf-^ dilakukan oleh muballig_mu];)allig Isl®111 ketika itu, adalah tepat, karena meia" kukan pendekatan melalui pemahaman ata0 struktur sosial dan dari adaptasi turil (bukan adaptasi iman), dapat de" ngan mudah apa yang dimilikinya heï" kembang menurut jalan sebenarnya. ^
yang dicapai dalam adaptasi kulturil itu, seperti telah dikatakan di atas, ialah orang Bugis - Makassar telah merasakan identitasnya sebagai Islam, Bugis-Makassar Islam., Geralcan-gerakan pemumian. ajaranajaran Islam, seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah, sejak tahun 1930an, lambat laun dapat menyusun keseluruh daerah pedalaman Sulawesi-Selatan, dan kegiatan-kegiatan itu berjalan terus dalam rangka program sosialisasi kegiatan Islam, untuk membangun masya rakat Islam yang bersendi kepada Iman Tauhid yang berdasarkan Al-Kuran, Hadits, Qias dan Ijma'. Kejika— lembaga^,- lembaga panngadêr reng/panngadakkang yang asli, yaitu Ade1, Bioara,Rappang, dan Wari1,tidak lagi memegang peranan dalam hidup kemasyarakatan dan politik, baik sebagai organisasi kekuasaan, maupun sebagai kaidah-kaidah sosial, dengan telah hapusnya kerajaan-kerajaan dengan segala aparatumya, maka Sara1 pun meninggalkan gelanggang formilnya sebagai pranata Panngadêrrêng/Panngadakkang. Pada waktu ini, terdapat kira-kira JOfo penduduk Sulawesi - Selatan yang menjadi pemeluk Agama Islam. Kira-kira 1öfo lainnya memeluk agama Kristen baik ICatolik maüpün Erotestan dan Keperca yaan-kepercayaan lama, seperti Aluk Todolo, Patuntung dan kepercayaan Tolotang (Hindu). Psngabar-pengabar Injil kebanyakannya beroperasi dikalangan orang Toraja yang masih menganut kepercayaan lama. x
3» S I H I ^ (Bg-Mk). Ketika dibicarakan tentang Panngadêrrêng / Panngadakkang. telah disebut tentang Konsep Siri', yang mengintegrasikan secara organis semua unsur pokok ^dari panngadêrrêng/panngadakkang. Dari hasil penelitian para ahli ilmu sosial dapat diketahui bahwa konsep siri' itu, telah diintegrasikan yang bermacam-macam, menurut lapangan keahlian para ahli tadi masing - masing. Hal itu menun jukkan bahwa konsep siri* itu meliputi banyak aspek dalam kehidupan masyarakat dan kébudayaan orang Bugis-Makassar. B.F.Matthes, misalnya menterjemahkan istilag siri * itu dengan "malu"9
"beschaamd", "schroomvallig". "verle gen", "schaamte", "eergevoel", "schan de". Diakui oleh beliau, bahwa pen ja— baran baik dengan bahasa Indonesia ma— upun dengan bahasa Belanda, tidak menekapi maknanya secara tepat (Matthes, 1872, hal. 211). . ■ C.H. Salambasjah dkk. (19 6 6 ,him.5) memberikan batasan atas kata Siri • de ngan memberikan tiga golongan penger tian s 1. Siri *itu sama artinya dengan malu, lain (Jawa), shame (inggeris). . Siri'merupakandayapendoronguntuk melenyapkan (membunuh), mengasingkan, mengusir dsb.nya, terhadap baxang siapa yang menyinggung perasaan mereka. Hal ini merupakan kewajiban adat, ke wajiban yang mempunyai sanksi adat, yaitu hukuman menurut norma-norma adat, jika kewajiban itu tidak dilaksana— kan. 3“ êiïi.' itu sebagai daya pendorong, bervariasi ke arah sumber pembang— kitan tenaga untuk membanting tulang bekerja mati-matian, untuk sesuatu pekerjaan atau usaha.^ Menurut Casutto, Siri * merupakan pembalasan yang berupa kewajiban moril untuk membunuh pihak yang melanggar adat .^.Natsir Said_(19 6 2 ,him. 50 ) , menetapkanbatasannya^bahwa Siri' itu, adalah perasaan malu (krenking/beledi ging) yang dapat menimbulkan sanksi dari keluarga/ famili /verwantengd?öëp, yang dilanggar norma adatnya'/ Dapatlah ditarik kesan, bahwa un tuk'mendekati batasan Siri ' itu,"' tak mungkin orang memandang dari satu as— peknya saja, menrperhatikan perwujudannya saja. Hal itu mudaK dimengerti karenajirif adalafc suatu hal yang abl strak dan. hanya akibatnya yang berwu- \-
2
dan diobseryasi. Dalafrlfcenyataan so sial dapat diobservasi orang^-orang Bu gis-Makassar yang cepat merasa tersinggung, lekas mempergunakan kekerasan dan membalas dendam dengan pembunuhan. Hal itu memang banyak terjadi terutama dalam soal perjodohan, yaitu salah satu pranata sósial, atau aspek dalam p a n n g a d ê r r ê n g / p ^ g a ^ ^ g „ ^ masih dapat bertahan, dibandinekan a* ngan aspek-aspek l a i n ^ s*“
nya, ditegakkan kembali martabat . karang dari hari.kehari toh. juga mengdirinya. alami peobahan. Namun demikian, masih mempunyai arti yang esensiil untuk d±Banyak terjadi, sampai sekarang ifahami, karena terdapatnya anggapan nipun dalam masyarakat orang Bugishahwa siri1 itu bagi orang Bugis masih Makassar peristiwa bunuh-membunuh de masih tetap merupakan sesuatu yang le- ngan "jallo'" itu dengan latar belakat kepada martabat kehadirannya se kang siri1. Secara lahir, sering tambagai manusia pribadi dan sebagai war- pak seolah-olah orang Bugis - Makassar ga dari sesuatu persekutuan, Orang Bu yang karena alas an Siri' dan sanggup gis-Makassar menghayati siri' itu se membunuh atau dibunuh, memperbuat se bagai panggilan yang mendalam dalam _ suatu yang vatal karena alas an-alasan diri pribadinya, untuk mempertahankan sepele, atau karena masalah perempuan nilai sesuatu yang dihormati, dihargai yang sesungguhnya harus dapat dipan dan dimilikinya. Sesuatu yang dihor dang biasa saja. Akan tetapi pada hamati 9 dihargai dan dimilikinya mempu- kekatnya apa yang kelihatannya s e p e l e nya arti essensiil, baik bagi dirinya dan biasa tadi, sesungguhnya hanya me maupun bagi persekutuannya» rupakan salah satu alasan lahir s a j a Berbagai ungkapan dalam bahasa Bu dari suatu kompleks sebab - sebab lain gis dan Makassar, yang terwujud da- yang menjadikan ia merasa kehilangan lam kesusasteraan, pasêng, dan amanat- martabat dan harga diri,yang juga men amanat dari nenek-moyang, dapat dike- jadi identitas sosialnya. mukakan beberapa untuk sekedar mengDisamping konsep 3 iri’ itu, terda antar, untuk memahami konsep siri 1 itu pat lagi semacam konsep yang dianggap sbb s . sedikit lebih rendah dari konsep siri' ^ siri r emmi ri onroang ri lino (.Bg;. itu, ialah yang disebut "Pesse" ( Bg ) Artinya, hanya dengan siri'itu saja atau "Pacce" (Mk). Menurut arti leklah kita hidup didunia. Dalam ung- sikalnya Pêsse/Pacce itu dapat diter-’ Itapan ini, termaktub axti siri'. se jemahkan dengan "Pedis11 atau ;iPedih" bagai hal yang memberi identitas Sebuah ungkapan dalam amanat orang-tua sosial dan martabat kepada seseo- tua menerangkan konsep pêsse / pacce rango Hanya' kalau martabat, ma itu sbb ; "Ia sempugikku rekkua de 1 ka itulah hidup yang ada artinya. na siri'na, engkamêssa pêssena" (Bgj, 2 . Mate ri siri’ na ( Bg-Mk ), artinya artinya "mereka sesama saya orang Bu mati dalam sirlT, atau mati untuk gis, bilamana Siri ' itu padanya takmenegakkan martabat diri, yang di- ada lagi, akan tetapi niscaya m a s i h anggap satu hal yang terpuji dan ada pêsse-nya. 11 "Ikambe Mangkasaraka, terhormat. punna tasiri1 pacce - seng ni pabbulo 3„ Mate siri 1 (Bg-Mk), artinya orang sibatanngang.", artinya kita orang Ma yang sudah hilangmartabat dirinya» kassar, kalau bukan karena siri ’, maadalah sebagai bangkai hidup. De- ka pacce-lah yang memhuat kita bersamikian orang Bugis - Makassar yang tu. Dengan ungkapan ini, dapatlah-dimate siri ', akan melakukan jallo' taxikkesan bahwa Pêsse/Pacce itu ada (amuk), hingga ia mati sendiri. Jallo* yang demikian itu disebut lah semacam daya dorong untuk menimnapatettonngi siri'na ( Bg ) atau bulkan rasa solidaritas yang kokoh di"nappaentengi siri'na” (Mk), arti- kalangan orang Bugis-Makassar. a
d
a
KEEERCAYAMJ , FOLKLORERAKYAT. DAW Istilah Folk-lore dalam pengertian tertentu dalam menghadapi sesuatu Pe~ ilmiah adalah perbuatan-perbuatan,ben- ristiwa. Seseorang menari—nari karena benda, ceritera—ceritera rakyat- bergembira, atau karena melakukan Pe~ yaxig ^icatat atau dituliskan, ^a" mujaan dan tingk3^ laku itu m e n j a d i diwariskan dalam persekutu2.ginhubungan dengan perbuatan-perbuat- milik anhidup, selagi belum ‘üxecord, ia bi^ seperti kebiasaan bertingkah laku VII
y
a
n
g
Ceritera tentang Possi-tana, ada lah satu konsep ceritera rakyat yang dapat di jumpai pada aetiap tempat (de sa atau kecamatan) di Sulawesi Selatan» Tiap - tiap desa atau daerah lain, be sar atau kecil yang mempunyai konsep Possi-Tana, dapat dijadikan petunjuk bahwa desa atau daerah itu mempunyai sejarah yang sudah tua. Bahwa ditempat itu pada zaman dahulukala telah didiann oleh sekelompok manusia atau kaum yang biasanya disebut Anang. Diceriterakan tentang orang pertaina yang hidup di desa atau tempat itu yang m e n j a d i nenek moyang kaumnya. Biasanya yang disebut r -nossi-tana itu, terletak di tengah - tengah def3& (lama) diberi tanda berupa benda-benda alam yang dianggap keramat, seperti batu besar, pohon beringin tua, ta nah berlubangseperti gua dsb.nya. Dekat tempat yang disebut Possi-tana 1 tu, biasanya didirikah rumah kecil un tuk pemujaan, dengan meletakkan sesajen. Rumah - rumah kecil itu'dianggap sebagai tempat roh yang empuny# t a w bersemayam,' disebut saukang (Bg-Htw Penghuni saukang yaitu roh, dise u^ •punna tana-B (Bg), pat anna ~pa ras^. ngang (mJT~ . ■ Disekitar possi-tana. itu, penduduk sa melakukan pesta pelepasan^G^ biasanya setelah musim panen. *:3"' ° nya disekitar tempat itu ) lakukan penyabungan ayam ( yang amatramai dikunjungi oleh _ duk sekitar desa tempat possi-taga. 1 * Bagaimana terjadinya BSgS1 ta 1. Folk-tale. tu, terdapat berbagai - macam 5 Folk-tale, dimaksudkan^disini ada setempat, yang dapat _dikeniuk3^311 lah bahagian dari folk-lore yang ter- tara lain sbb i wujud sebagai ceritera-ceritera lisan } rakyat. Kita dapat membatétsinya lagi a;l. DidesaSisampole dapat Possi-tana ( kepada pengertiannya yang lebih sempit, yaitu ceritera- ceritera rakyat yang berupa tanah berlotaneyang semenyangkut kepercayaan rakyat yang da Diceriterakan batora kala disekitar tempat itu D . o . lam membentuk tingkah laku tertentu atau sikap tertentu dalam kehidupan orang petani yang masyarakat sehari-hari. Batasan itu Ketika jagungpya sudah berbu > lebih dipersempit lagi, dengan pemi-. diketahuinya bahwa pada tiap ma lihan lokasi tertentu, dan dalam hal gung itu dirusaikkan oleh a i ini ialah folk-tale yang paling umum muncul dengan tiba-tiba. Pa a^3 U ^ dikalangari masyarakat Bugi9 -Makassar. hari petani itu meminjam tombak — a. Possl-Tana (Mk.) atau Pooci-Tana dari pemimpin kaumnya untuk kan menombak babi yang merusak tan
asanya digolongkan kedalam folk-lore. Ceritera-ceritera, baik ia berupa ce— ritera -ceritera sacral atau profaan yang tersebar menjadi milik masyarakat yang belum dituliskan itupun disebut bahagian folk-lore yang disebut folk tale. Benda-benda kebudayaan, seperti bentuk-bentuk rumah, alat-alat kehidupan seperti perahu, alat-alat pertanian, alat-alat penangkap ikan yang dipergunakan oleh orang-orang dalam su atu persekutuan hidup/masyarakat, selama belum dicatat menurut cara tertentu, itupun disebut folk-lore.Oleh karena péngertian fólk-lore yang demikian, yaitu yang menekankan tentang barang sesuatu yang belum di catat, ditulis, direcord dan semacamnya, maka iambat-laun semakin sukarlah untuk dinyatakan sesuatu itu masih tetap folk-lore, karena dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pencatatan-pencatatan macam cara dan teknilc, arti folk-lore' dengan demikian semakin mengabur. Akan tetapi untuk kepentingari pengenalan . lebih banyak tentang tingkah laku manusia dan hidup kebudayaannya, tentu saja masih mempunyai guna yangpenting untuk membicarakan apa-apa yang tercalcup dalam •Polk-lore walaupun sebahagiannva st^dah ditulis atau; direcord, akan tetapi tetap menjadi milik rakyat yang dilaIcukan atau dibicarakan dan dengan de mikian tetap mengalami perkembangan dengan variasi-variasi yang serba-neka, menurut waktu dan tempatnya.
nya. Pada malam terang bulan ditunggunya kedatangan "babi itu. Ketika muncul, ditombaknyalah dan babi itupun mengerang sambil berlari. Tombak kanjai yang mengenai tubuhnya tak dapat terlepas, dibawanya berlari memasuki lo bang tanah yang tsb. diatas. Maka bersusah hatilah petani itu, karena mata tombak yang dipin jamnya tak dapat ditemulcannya lagi. Karena takut dimarahi oleh pemixnpin kaumnya, maka dengan mempergunakan tali rotan, petani itu pun ketika mata-hari telah terbit, menuruni lobang tana yang sangat dalam. Akhimya sampai juga petani itu kedunia dibawah bumi „ Dilihatnya penduduk dunia bawah itu, berbadan sebagai badan manusia akan tetapi kepalanya se perti kepala babi. Dari salah seorang penduduk diperoleh keterangan bahwa mereka sementara berduka cita karena putera raja mereka sedang sakit keras, karena badannya terkena benda tajam yang tak dapat dikeluarkan. Tahulah petani itu bahwa tombaknya me ngenai "badan babi yang di tombaknya semalam, itulah yang terdapat pada tubuh anak raja itu. Maka menyamarlala ia menjadi dukun yang sanggup mengobati anak raja mereka. Rajapun berkenan mengundang padanya untuk melakukan pengobatan. Apa yang diduganya ternyata benar. Tombak kan.jai masih. tertanam di punggung manusia babi itu. Maka dipintanya tintuk digantungi kelambu tujuh lapis, dan diminta pula untuk disediakan tu juh. bakul bi ji kunyir. Maka dioperasinyalah anak raja itu untuk mengeluarkan mata tombaknya. Banyak darah yang keluar akan tetapi dengan melumatkan kunyir pada darah itu tidaklsh kentara bahwa banyak darah yang keluar» Petani itupun berhasil melepaskan mata tombak dari bad an manusia babi itu. Setelah dia keluar dari lcelambu yang berlapis tujuh, iapun berpesan kepada raja, bah wa anaknya akan sembuh berangsur-angs^ . Setiaph.ari selapis kelambu dapat ■iitanggalkan = Setelah tujuh hari baru ^°leh anak raja itudilihat. Segera sedisajjjpo^ikgj^ pösanannya, petani i— tUpvuri meninggaikan tempat itu tergesagesa, dan sampailah. ia kembali kebumi. Petani itu sebelum meninggalkan yang kena tombak, audah mengetahui bahwa ma
nusia babi itu tidak bemyawa lagi.Semenjak itu, tak ada lagi babi yang mengganggu tanaman para petani, karena setiaphendak dimulai penanaman jagung, mata tombak kanjai direndam dalam air kunyir, lalu air kunyir bekas me rendam besi/tombak dituangkan kedalam lobang tanah. Lobang tana itu dipercaya sebagai jalanan menuju ke pertiwi, dan babi takut kepada air kunyir. a. 2. Di Butta-toa/Kajang (Bulukumba), terdapat Possi-tana, berupa gua berlobangyang diceritakan bahwa lobang itu menembus sampai ke laut selat Bo ne. Diceritakan bahwa di tempat itulah mula-mulanya Pong-Mul a-Tau (manusia pertama) muncul dari bumi pertiwi, di bawah bumi kita. Pong-Müla-Taulah yang melebarkan bumi ini kesegenap penjuru dan terjadilah dunia. Oleh karena itu, maka tempat ini, dianggap tempat keramat. Semua orang yang berdosa dibersihkan dosanya di tempat ini, dengan menerjurikarmya .kedalam possi-tana. Pa da upcara - upacara tertentu kedalamlobang possi-tana ini dipersembahkan hewan-hewan piaraan, seperti kerbau atau kambing untuk menyatakan terimakasih kepada Pong-Mula-Taua. 3= Di Tammalate (Gowa), terdapat Pos si-Butta, terletak di atas bukit tempat pelantikan raja-raja Gowa. Batu datar tempat raja-raja Gowa itu dilantik, diceritakan sebagai pusat—bumiDi atas batu itulah, Tu—Manurung berdiri ketika ditemui oleh rakyat Gowa yang sementara mencari tokoh ( Raja ) yang dapat mengembalikan ketenteraman di kalangan rakyat, ketika orang Gowa masih terpecah belah. Tempat itu tetap dianggap tempat keramat dan dipelihara sebagai tempat yang bersejarah sampai sekarang. Di sekitar tempat itulah ra ja-raja Gowa dimakamkan, di antar anya mskam Sultan Hasanuddin. 2. Nama-nama Negeri, menurut,Foi k--.-t-.aie. Berbagai nama negeri di Sulawesi Selatan, terjadi selain mengikuti ke adaan alam yangmeliputinya, juga adakalanya naxaa negeri itu, dihubungkan dengan peristiwa - peristiwa tertentu. Nama-nama negeri itu di Sulawesi-Sela tan dapat memberi petunjuk tentang ke-
adaan umum nëgeri itu, baik mengenai Setêlah itu'orang Tora;ja' itü' berkumpul letaknya maupun méngenai potensi-pö-' di daerah Kotu atau Bamba-Puang di se tensi alamnya. Berhubüng karena keada belah utara kota Enrekang- sekaxaög. an itu» maka banyak saja negeri atau Daerah. Bamba Puang 'inilah yang perdesa-desa yang mémpunyai keadaan alam tama-tama men jadi püsat kebudayaan-odan sitüasi, tejinpat yang sama mempergu- rang Toraja/ Kini, dal’am jipacaro. penakan nama yang sama. Seperti nama -Ta- nguliuran jenazsöi orang .Toraja dalam néte. Banyak negeri di Sulawesi-Sëla- pembahagian daging yaiig disembelih &atan mëmpergunakan nama itu. Indikasi- lam upacara itu, pértama-tama menyenya adalah tariah yang luas, yang ba- but Bamba-Puang dan diberikan bahagus untuk pertanian. Semaa negeri yang gian daging. Dari daerah Bamba-Puang bemama Tanete, niscaya adalah negeri dalam kabupaten Enrek&ng sekarang/ o~yang mempunyai potensi pertanian atau rang Toraja itu menyebar ke Utara-menpersawahan. Demikian pula halnya de diami daerah - daerah Makale-Rantepao, ngan BantaÉng. BantaEng berarti'lem- Suppiran • (Pinrang-)-, * Mamasa (Polmas.) bah atau tanah datar dekat gunung a- Galumpang-Makki (Mamuju), Pantilang, tau bukit, yang "baik Untuk dijadikan Rongkóng, Seko"- (Juwu) . negeri. Dengan demikian, nama seperti c. Sinjai. BantaEng, Banta-bantaEng, Bentenglohe, Ketika terjadi peraing. .antara Bóne semuanya itu menunjukkan negeri yang dan Gowa, dalam pelayaran RajaGówa berlokasi pada lembah-lembah pegunmgkembali ke Gowa melalui selat\3pne, an« pada malam hari dia 'mélihat banyak kèDibawah ini, akan di ceriterakanlap-kelip lampudi daratèn d^ërah Sinbeberapa buah negeri yang namanya dihubungkan dengan peristiwa tertentu jai sekarang, Bagindapuri bei*tan^..Men jadi kebiasaan orang— orang bangsawan atau keadaan alam tertentu yang dice- Gowa, mengajukan' pertanyaan* berganda» riterakan sebagai Folk-tale (Geritera dan.biasanya yang dij,awab adalah pètrakyat). tanyaan terakhir. Begini pertanyaan baginda Raja. Gowa. '."£pakaii nspa nëgea. fPora.ia dan.Luwu» Nama Toraja, dipergunakan oleh o- ri yang banyak lampiinya itu?‘»\ «Sërirang-orang yang berdiam di daerah pe- mai mana dèngah Maccini - sötóaUti'” dalamanLuwu, yaitu negeri-negeri yang (Salah satu negeri pelabi&an'Gowa). di sebelah barat Luwu, dengan Maka menjawab perwira kapal yang disebutan To-ri-aja. .Orang-orang yang tanya. "S a n j a i " sombajigjni. ’'Jirlanya b e r d i a m di daerah-daerah pantai, yaitu "Sama banyaknya, Tuanku». 'iïfelèkètljëh daerah -daerah. sebelah timur daerah- nama "Sanjai itu karena bagihda mëng^ daerah yang. •didiami oleh orang Tora ulang-ulanginya. 0, San jai. Dari 'sija, disebutnya To Luwu. To artinya a- tulah negeri itu dinamai óïeh bicang ' * rang, dan Loo1 atau Lau artinya laut. Gowa SanjaiDengan demikian maka Toraja berarti d. Bulukumba. ' orang - orang yang berdiam.di sebelah Juga ketika terjadi" perang antara barat dan. To Luwu, berarti orang.yang Göwa dan Bone-. Raja .Bone melakükan pe— berdiam di dekat laut (sebelah timur). nyerangan kembali melalui jalan sela Maka negeri - negeri inipun dinamakan tan. Ketika diperkirakan bahwa sudah Tana Toraja dan Tana Luwu. hampir sampai kebatas- negeri yang te t e r i e t a k
b. Enrekang dan Mengkendek. Diceritakan oleh. folk-tale .. orang Toraja, • dari daerah selatan, éeïatan melalui Sa’dan. Mereka berlayar menyüsuri sungai itu daxi laut dengan perahu sampai ke Enkerang dan seterusnya menyebar ke utara ke nëgeri Mengïteridek. Enkérang dan Mengkendek-, këduaiiya ber arti "keluar dari air dan *haik kedarat ".
lah direbut orang Gowa^: maka raja Bon é p m bertanya. "Gterung yang. terietak di depan kita itu„masih kepunyaan kita?" Pemimpin pasuksen bagindapun menjawab bahwa gunung. itu masih dj. kekuasaan Baginda'. Maka Bagindap^ mengulanginyaderigaii berkata ’’Bulu'kuémpa". Artinya "Masih gunung saya"T jadilah nama;itu meiekat.
iya. Pada malam terang bulan ditunggu- nusia babi itu tidak bemyawa lagi.Se lya kedatangan babi itu. Ketika muncul, menjak itus tak ada lagi babi yang J-tombaknyalah. dan babi itupun menge- mengganggu tanaman para petani , karena ■ang sambil berlari. Tombak kan jai setiaphendak dimulai penanaman jagung, ‘ang mengenai tubuhnya tak dapat ter- mata tombak kanjai direndam dalam aepas, dibawanya berlari memasuki lo- ir kunyir, lalu air kunyir bekas me iang tanah yang tsb. diatas. Maka ber- rendam besi/tombak dituangkan kedalam usah hatilah. petani itu, karena xnata lobang tanah. Lobang tana itu diper;ombak yang dipinjamnya tak dapat di- caya sebagai jalanan menuju ke pertiemukannya lagi . Karena takut dimaxahi wi , dan babi takut kepada air kunyir. leh pemimpin kaumnya, maka dengan a. 2. Di Butta-toa/Kajang (Bulukumba), .empex'gunakan tali rotan, petani itu terdapat Possi-tana, berupa gua un ketika mata-hari telah terbit5 me- berlobangyang diceritakan bahwa lobang .uruni lob ang tana yang sangat dalam. itu menembus sampai ke laut gelat Bo khixnya samp ax juga petani itu ke u- ne, Diceritakan bahwa di tempat itulah i a dibawah b u m i . Dilihatnya penduduk mula-mulanya Pong-Mul a-Tau (manusia .unia bawah. itu, berbadan sebagai a— pertama) muncul dari bumi pertiwi, di .an manusia akan tetapi kepalanya se- bawah bumi kita. Pong-Mula-Taulah yang >exti kepala babi • Daxi salah. seorang melebarkan bumi ini kesegenap penjuru >enduduk diperoleh keterangan wa dan ter jadilah dunia. Oleh karena itu, ïereka s e m e n t a r a berduka cita arena maka tempat ini, dianggap tempat ke )utera raja mereka sedang sakx eras, ramat. Semua orang yang berdosa diberr.arena badannya terkena benda ta^am sihkan dosanya di tempat ini, dengan rang tak dapat dikeluarkan« mener junkannyakedalam possi-tana. Pa Paliulah. petani itu bahwa tombaknya me- da upcara - upacara tertentu kedalamigenai badan babi yang di tombaknya selobang possi-tana ini dipersembahkan malam, itulah. yang terdapat pada tubun hewan—hewan piaraan, seperti kerbau aaak raja itu. Maka menyaaaxlah ia men atau kambing untuk menyatakan terimajadi dukun yang sanggup mengobati an c kasih kepada Pong-Mul a-Tan . raja mereka. Rajapun berken an mengundang padanya untuk melakukan pengo a - a. Jo Di Tammalate (Gowa), terdapat Pos aoa. A.pa. yang diduganya t e m y a t a benar. ai-Butta, terletak di atas bukit ’Tomoais: ^an.jai masih. tertanam dl pung~ tempat pelantikan raja-raja Gowa. Batu g^ung manusia babi itu. Maka dipintanya datar tempat raja-raja Gowa itu dilan■untuk digantungi kelambu tujuh lapis i tik, diceritakan sebagai pusat—bumi” dan diminta pula untuk disediakan tu Di atas batu itulah, Tu—Manurung ber— juh. bakul biji kunyir. Maka dioperasi- diri ketika ditemui oleh rakyat Gowa nyalah anak raja itu untuk mengeluar- yang sementara mencari tokoh ( Raja ) kan mat a tombaknya. Banyak darah yang yang dapat mengembalikan ketenteraman keluar akan tetapi dengan melumatkan di kalangan rakyat, ketika orang Gowa kunyir pada darah itu tidaklah kentara masih terpecah belah. Tempat itu tetap bahwa banyak darah yang keluar. Petani dianggap tempat keramat dan dipelihaxa itupun berhasil melepaskan mata tombak sebagai tempat yang bersejarah sampai dari badan manusia babi itu. Setelah sekarang. Di sekitar tempat itulah ra dia keluar dari kelambu yang berlapis ja-raja Gowa dimakamkan, di ant arany a tujuh, iapun berpesankepada raja, bah- mskam Sultan Hasanuddin. anaknya akan sembuh berangsur-angsux. Setiaphari selapis kelambu dapat 2. Nama-nama Negeri, menurut Folk-tale. Berbagai nama negeri di Sulawesi ditanggalkan - Setelah tujuh hari baru °°leh anak raja itudilihat. Segera ae- Selatan, terjadi selain mengikuti keelah disampaikan pesanannya, petani i— adaan alam yangmeliputinya, juga adaUpuja meninggalkan tempat itu tergesa- kalanya nama negeri itu, dihubungkan &esa, dan sampailah ia kembali kebumi. dengan peristiwa - peristiwa tertentu. tani itu sebelum meninggalkan yang Nama-nama negeri itu di Sulawesi-Sela K e n a tombak, sudah mengetahui bahwa ma tan dapat memberi petunjuk tentang ke-
adaan umum negeri itu, baik mengenai Setelah itü orang Toraja itu berkumpul letaknya maupun mengenai potensi-po-' di daerah Kotu atau Bamba-Puang di se tensi alamnya.. Berhubung karena keada belah utara kota Enrekang- sekarang. an itu, maka banyak saja negeri atau Daerah- Bamba Puang inilah yang perdesa-desa yang mempunyai keadaan alam tama-tama menjadi pusat kebudayaan odan sitüasi tempat yang sama mempergu rang Toraja* Kini, dalam jipacara penakan nama yang sama. Seperti nama Ta nguburan jenazah orang Toraja dalam nete. Banyak negeri di Sulawesi-Sela- pembahagiah daging yang disembelih da tan mempergunakan nama itu. Indikasi- lam upacara itu, përtama-tama mienyenya adalah tanah yang luas, yang ba- but Bamba-Puang dan diberikan bahagus untuk pertanian. Semua negeri yang gian daging. Dari daerah Bamba-Puang bernama Tanete, niscaya adalah negeri dalam kabupaten Enrekang sekarang, oyang mempunyai potensi pertanian atau rang Toraja itu menyebar- Ice Utara menpersawahan. Demikian pula halnya de diami daerah-daerah Makale-Rantapao, ngan BantaEng. BantaEng berarti lem- Suppiran' (Pinrang), Mamasa (Polmas) bah atau tanah datar dekat gunung a- Galumpang-Makki (Mamuju), Pantilang, tau bukit, yang baik untuk dijadikan Rongkong, Seko" (juwu). negeri. Dengan demikian, nama seperti c. Sinjai. BantaEng, Banta-bantaEng, Bentenglohe, Ketika terjadi perahg antara Bone semuanya itu menunjukkan negeri yang dan Gowa, dalam pel ayaran Raja Gowa berlokasi pada lembah-lembah pegunungkembali ke Gowa melalui selat Bone, an. Dibawah ini, akan di ceriterakan- pada malam hari dia mélihat banyak kebeberapa buah negeri yang namanya di- lap-kelip lampudi daratan daerah Sinhubungkan dengan peristiwa tertentu jai sekarang. Bagindapuri bertanya.Men atau keadaan alam tertentu yang dice- jadi kebiasaan orang -orang bangsawan riterakan sebagai Folk-tale (Ceritera Gowa, mengajukan pertanyaan berganda;, dan biasanya yang dijawab adalah perrakyat). tanyaan terakhir. Begini pertanyaah a. Toraja dan Luwu. baginda Raja Gowa. "Apakah nama nege Nama Toraja, dipergunakan oleh o- ri yang banyak lampunya itu?1» "Serarang-orang yang berdiam di daerah pe- mai mana dengan Maccini - sombala?" dalamanLuwu, yaitu negeri-negeri yang (Salah saitu. negeri pelabuhan Gowa). . terletak di sebelah barat Luwu, dengan Maka menjawab. perwira kapal yang disebutan To-ri-aja. Orang-orang yang tanya. "Sanjai1», sanbangku. ^tiiiya berdiam di daerah-daerah pantai, yaitu "Sama banyaknya, Tuanku". .ïfelèkètiëh daerah - daeïah sebelah timur daerah- nama "Sanjai" itu karena baginda” mehg— daerah yang didiami oleh orang Tora ulang-ulanginya. 0, “San.iai. Dari slja, disebutnya To Luwu. To artinya a- tulah negeri itu dihamai oleh orangrang, dan Loo' atau Lau artinya laut. .Gowa San jai. ':^ Dengan demikian maka Toraja berarti d. Bulukumba. • orang - orang yang berdiam di sebelah Juga ketika terjadi perang antara barat dan. To Luwu, berarti orang yang Gowa dan Bone*. Raja Bone melaktikan peberdiam di dekat laut (sebelah timur). nyerangan kembali melalui Jéilan aelaMaka negeri - negeri inipun dinamakan tan. Ketika diperkirakan bahwa sudah Tana Toraja dan Tana Luwu. hampir sampai kebatas- negeri.yang te lah direbut orang Gowa,: maka raja Bob. ttnrekang dan Mengkendek. Diceritakan oleh.foik-taler orang nepun bertanya. .‘’Gaming yang, terletak Toraja, dari daerah selatan, selatan di depan kita itu^maoih keptinyaan ki melalui Safdan. Mereka berlayar menyti- ta?" Pemimpin pasukan bagindapun men_ suri sungai itu dari laut dengan perahu jawab bahwa. gunun@>ituHasih di sampai ke Enkerang dan seterusnya me— kekuasaan Baginda. Maka Bagin^ap^ nyebar ke utara ke négeri Mengkendek. ngulanginya dengan berkata "Bulu'kuÖBEnkérang dan Mengkendek» kêduaiiya ber— £a". Artinya "Masih p n u n g g a ya HT lS ^ !' arti "kéluar dari air dan 'haikkedar&t". jadilah hama>£tu melekat
negeri yang terletak di lereng gununs itu Bulukumba.
ap-tiap Pemmali atau Kasipalli mempu nyai latar belakang ceritera rakyat, yang memudahkan orang mengingati Pematau Kasipalli itu. Pada umumnya --.ïï?mf' x- a^au Kasipalli itu mempunyai moi ^ sa^cral (keramat ) dan berfungsi ari (protection).Dalam hubung-,.0 ale yanSfflenyangkut soal peinatau ^asipalli itu dapat dicfe^^ara la m sebagai berikut 2
e. Takalar. Negeri ini diberi nama menurut keadaan alamnya. Dahulukala negeri ini adalah rawah yang ditumbuhi oleh ta naman pantai yang disebut alara yang luas sekali. Daerah yang lüas digenangi air dengan tetumbuhan rumput pantai. yang disebut alara itu, disebut taka' artinya daerah yang luas digenangi air. Maka dinamakanlah tenmat ï tu taka'alara1. (Takalar). f• Jene'ponto. Negeri ini adalah. .negeri kering yang sangat sukar untuk memperoleh jernih untuk diminum. 0ieh karena itu penduduk mengambil air untuk keperluan minum mereka di lereng - lerenekit, yang dalam bahasa Makassar dise but |onto. Air dalam bahasa MakassJS ralah je^e. Maka penduiiuk s“ > ngambU « dari bukit/banto itj, H ' namakan airnya Jene'bontoa^, mel^atnama igne'ponto bagi „egerl ™ sampai sekarang. ? ë
B o r i 1sallo.
m
V KasrpalIi,mengeluarkan pa, di dari lumbung»
(EakkeanB1^ ™ t u malam S-
r
bangkan Kerajaan berarti ne^eri inmn v
kan W» a t e « p a t Ï Ï £ T u jad i negeri orang Gowa. hc Pangkajene.
£ £ ,““ g ”' .— ü — gg-llo, Z u S T ^ '
men'
da^ , langkay* 1 MK) pada wak-
s e b S r i e n d a r ^ 6; ^ 1 bah“ ^ liki sifat-sifa? i f fliewa'iet'a’ m em ~ dimuliakan. P a d i ■1 ' aan JSXlg harUS duga beristirahat Pada malam ^ mujaan atau semadi U melakukan pe' keselamatan baai t menSharaPkaJl lakukannya d a m mafUsia yang memperdiufTk^Suatu wakiu tidak memperlït ada keluarga langkayannva rif lakuk:an padi di atas Keluarga itu m e n S S i ^ ataU hormat” ngan semena-mena’^
Wama sebuah negeri dipegununpan Go wa, jalanan ke ïfelino.
s
a p+311
S
“lnd£ÜC p M i de'
n^a dengan kaJr ^ ^ ^ ^ “lemparkan^^i langkavan ^ menurunkannya fflenangisig^ pad? malam hari. Maka pada dewa agar memoilon ke" ka^hukuman. Tak i Uarga itu mendapatmaka padi itunn 8fapa lama kemudian? nya dan keluare-P ,^enyaP dari tempat" Pa<ü di sawahnva 1+ pun ^atuh miskin^encanapun mem'm^ h
,
mau ‘t'umtuh
darl
n keluarga itu b- ÏHïïsOi^ip^, . ®a ltu, ne&eri yang- disesuaikan denaan — =i’ memukul kucin£ letaknyayang terletak pada p e r s i n g " kukannya dengan ka atau memperlaan sungaiyangmembelah dua a l i r S f gap binatang rumahSar,> Kucinê: diang" berarti cabang dan jene < S ' ^'M-ya dengan Dewa *^anS' erat hubung’ " b ™ rg. Sangiassêrr-1 » Q, Padi? yang disebu^ harus dianggap w _ kaa?ena itu kucira^ Bemikianlah beberapa negeri di q„ e-dewataan yan^- v. memPunyai aspe^ lawesi-Selatan yang namanya diambil sebagai sesuatu van ^iperlalcuka1 ---a,6ctx sesuatu van afUS T aiperlakuK^1 dan berbagai keadaan seki+^Tambl1 soal kucingini S g,keramat. Mengen^ peristiwa-peri stiwa tertentu va ma^pun di kalajagan petani ^Tapatlah ? ap.atlaii folk-tal® Óadi sekitar negeri - negeri itu^ ^ disebut "Meong Pal n v "MeongPain ir ^ s~^akassar yan£ ysftë lceriterakan turun temurun ’ berbelang'l^^TT-^feeUaE'' (=kuci^ ce^ e r a RaJ,yato ^ se^gai ya-t tentang Meonff p f® ceritera raK' disebutkan h ^ p ^ g - p ^ karellaE itu, 3" ■ nusia itu memperla>nvS8ha:i?Usnya ma", rangan berartfTa: menjadi pengawal Spts ^ kucinê‘ atau m e n g a 4 ï T nga? ™ tl* bert^ t S ^aKan sesuatu.. Biasanya tiSangiasserri1.Kelua-nS 11 dewa P®lakUkalmyaaengi £ iy® e tlii* ”ef b Daik akan diting'
galkan oleh Sangiasserri'dan pada da lam negeri akan tidak menjadi. Folk tale tentang Meong Palo KarellaE. se telah dituliskan dalam Lontara1 men jadi bacaan yang dilagukan dalam bentup proza lirik yang dibaca dengan upacara, setelah musim panenan. c” Perama-li/Kasipalli, mengucapkan kata-kata terten tu pada tempat dan waktu tertentu, se perti adanya kata-kata tertentu keti ka berlayar atau sedang menanam padi„ Pemmali atau Kasipalli mengucapkan kat^-kata "api", "tidak ada11, "batu"dan sebagainya ketika sedang dalam pelayaran. Untuk kata-kata itu diadakan kata-kata pengganti yang khusus berlaku dalam pelayaran, sepertis tambo£a' untuk api» Masenrpo untuk "tidakada»j djjlu-dulu1 untuk "batu" dan sebagaxnya. Demikian pula dalam masya rakat petani banyak sekali kata-kata e*" en^ pemali diucapkan di sa wah, bila sementara melukuh atau pe^erjaan lain dalam mengolah sawah. Kata-icata tertentu seperti Meong = Kuavaf (?-sel?ut -°'ridaw'5Untuk Manu' = ayam: disebut "To-ritangke" . -untuk bu„r .uaya’ disebut To-rije ’ne1 dan kata8^ llya' dari kataltU’ bahwa JeP e r S ? / ^ a4a dengan pertaman, ü b e n naaa To atauTu, ber-
anggap menguasai alam semesta dan se— gala sesuatu di atas dunia ini. Taritari pujian itu, yang ditujukan kepada dewa-dewa menunjukkan semacam gerekangerakan anggota badan yang lemah gemulai,diiringi oleh bunyi-bunyian yang merayu-rayu, untuk membujuk atau mempengaruhi sang dewa untuk memenuhi permintaan manusia agar usahanya berhasil. Tari-tari seperti itu, dilakukan sebelum orang memulai sesuatu pekerjaan seperti sebelum orang memulai pekerjaan di sawah, dilakukanlah tari - tari "Mappalili1* (Sigeri), ’’Mangampo" (dibeberapa negeri Bugis), "Appassili " di beberapa negeri Makassar. Pada umumnya tari-1ari. seperti ini, dilakukan oleh paraj' bissu (=wadam) yang menjadi dukun-dukun istana, atau perawat alatalat kerajaan-. Disamping tari untuk maksud pemuja an atau pembujukan kepada dewa - dewa untuk berhasilnya sesuatu pekerjaan, terdapat juga berbagai tari-tarian di Sulawesi-Selatanyang dikembangkan se bagai tari-tari hiburan, baik untuk menghormati tamu-tamu yang datang, maupun untuk hiburan umum dalam kalangan masyarakat. Tiap-tiap daerah mempunyai jenis tari-tarian yang seolah-olah melukiskan watak manusia daerah itu. Ta ri-tari itu mempunyai namanya sendiri. Dilakukan oleh gadis-gadis remaja, dxiringi oleh genderang, gong dan bunyibunyian lain. Tarian-tarian dari tiap-tiap daerah, yang menunjukkan identifikasi khusus daerahnya adalah berupa tari - tarian klasik, dapat disebut antara lain se bagai berikut s
cine) >!?’ ®eperti ^°-ri-daB~ (kudanS’ * ^ berdiam dl t’erti berarti ° r ™ g yang roxam dx dahan-dahan kayu. Kasi 0rtn ?ra~ceritera tentang Pemmali/ daiamkal angan orang Bugis/ da cjo-K 4. S°-*-onSkaJi kedalam apa yang lajj, ^ — ^pang" (perumpamaan atau te- a. Pagellu1, tarian khas dari daerah s°al pertaliannya dengan Toraja. Penarinya terdiri dari gadis-gadis remaja. Berbaju putih li/ka • PeJ-anggaran atas pemma- dengan hiasan ke-emasan, mulai dari /Kasxpailiyangmenyangkut kepenting kepala sampai sarung yang menutup rapan.Um? seperti adanya pemmali/kasi- pat bahagian tubuh sebelah bawah. Met^jj~ ®ene^ang pohon pada suatu tempat makai kalung manik-manik yang teranyam ada+8n ^aPat dianggap pelanggaran indah, dan memakai dua bilah keris di Inim ’ yan& "boleh jadi akan berat hu- bahagian depan. Gerakan tangannya, Se_ «ümannya. perti burung yang sementara terban dengan tenangnya dan gerakan kalci^ tari di PSnlawesi-Selatan.C' menggambarkan perjalanan naik turn 9 da m6?1 tar. i Sulawesi Selatan, pa- lembah dan bukit, yang melukiskan ke au .U-Lanya juga bersumber dari rangkaiadaan alam Tana-Toraja. GenderanK drm emujaan kepada dewa-dewa yang ditanyi - tamyian yang menglkuti tarian
itubemada tinggi (mono-toon) archaic. b. Pajaga, tariankhas tana-Luwu* . Penarinya terdiri dari gadisgadis remaja. Berpakaian baju yang mirip baju bodo, wama wami dengan sarung ke-emasan. Bari kepala sampai ke ujung-ujung tangannya dibubuhi hiasanhiasan ke-emasan. Geralcan-gerakan tarinya, banyak diletakkan pada gerakan tangan yang diserasikan dengan gerak kaki yang menimbulkan gerakan-gerakan pinggul yang lembut. Type archais yang mengutamakan ketenangan nampak- pada tari Pajagaini. Tari Pajaga pada zaman dahulu, ditarikan oleh gadis-gadis istana di penghadapan raja-raja pada pesta - pesta kerajaan. Bunyi-bunyian yang mengiringinya. juga mono-toon.
bunga emas yang disebut pinang-goyang. Sarungnya adalah sarung- sarung sutra yang ditenun dengan benang-benang keemasan dengan cure1 tu Gowa (motivemotive orang Gowa) „ Mereka menari de ngan mempergunakan kipas yang dibuka dan dikatup, sesuai dengan irama gen derang dan pui'-pui' ( seruling ) yang mengiringinya. Apa yang khas pada tari — karena ini ialah adanya seolah-olah keadaan yang kontras antara gerakangerakan tangan yang sangat halus dedan of!1 ^ “S^akan penabuh genderang n S r X yang sangat lincah, serta buDahulu Vaian^+yanS'meme^akkan telinga. d S S k S ,l-taïiaa pateena ^ haSya aitarikan di pen^iadapan raia dan pa da Pesta-pestakeraiaar, ! P ®
- keramaian M v t m °
l“ r a m a i -
c. Pajoge, tariankhas dari Tana-Bone. Bering tiadakan, ^ L ^ k a r e n a - p u n Penarinya terdiri dari ga keadaan tetapi dengan dis-gadis remaja, berpakaian bajo bodo, karena pada yajag ^at kerasnya, wama merah atau hijau. Dihiasi de seringkali ter iadT?1an~k e r ^ ngan hiasan-hiasan emas bergelang pan- yang dapat jang (potto kati) . Bersarung lipa1s.ab^ be ( sarung sutera ) yang ditenun de menimbulkan banyak ngan benang - benang emas. Di bahagian t » tan toas Manaar^ kepalanya terdapat sanggul tinggi (simya terdiri atas polong têttong) dengan jumbai-jumbai Puteri-puteri re^ erPakaian khas menggambarkan pengaruh dari penari- Mandar, yaitu v penari Cina. Di tangannya terdapat ki- bodo dengan -naVa-:°? inas^ antara bajupas,yang cLLbuka dan dikatupkan sesuai f * * » « kifet dengan gerakan-gerakanyangmenyertai- archais, merah tua as‘ Wamanya nya„ Ada semacazi tari Pajoge yang1ti ^ dengan sarung M ^ C°klat kemerah" dak terdapat pada tari-tari lain, ya halus tenunannva ^ yan& sangat itu yang disebut » ballung 11. Ballune pada dasarnya .. ar^ Patuddu1 ini itu dilakukan sementara (gerakan) du- mulaian duk, dengan seolah-olah menyandarkan anny a m e m erlukan keinn^ * 0erak a n - g e r a k kepala penari kebelakang, hampir me- 311 gerak yang ^ . ^ sa;n dan kehalusnyentuh penonton yang sedang duduk. nyian genderang oleh bunyi-buGenderang dan gong, serta bunyi seru- ngatkan orang berlm &°ng yang mengiling yang menyertainya, menggambarkan f*1’ tanpamemperdulS? dalam ketenangpaduan gerak dan bunyi yang cenderung bang yang menderu-dSf g®muruh gelomuntuk menggembirakan para penonton. tang angin sepo-i ! Gambaran tenTari Pajoge selain dilakukan di ista- P^esikan oleh paraSS^ ^ ^asa3 dieks^P®tani dengan sana, juga dapat dilakukan pada kera- ngat hati-hati maian umum. tangan pelaut-pei ^ mena^ t i kedad.
Pakarena, tarian khas dari Butta Gowa. Penarinya terdlrl dari gadis - gadis remaja, "berpakaian P. aju,bodo;warna merah atau hijau. Memakai gei^g panjang (potto katij deI ngan Jcalung emas teranyam menutupi bah a g ia n dada penari. Kepalanya dihiasi d e n g an .Sjff'faoleng-'tinggi, dengan bunga-
r antau. Penari -pena-r>,n^ a kemkali dari ri para remaja puteri terdir i darus terdiri dari sadi mauimya ha~ dan ditarikan di s"Sadis istana, -óa
dl
tari Patuddu» yario. ls-tana. TariJePan keramaian umum di J * boleh t e r d i r i S Penariï^ a tentu tana, p
isari-penari rak-
yat juga, dan sangat menarik umum un tuk menontonnya. Pada zaman dahulu kala tari Patuddu1 ini "biasanya ditarikan oleh sekurang-kuxangnya 14 orang putera dan puteri, yang belum kawin. Pasanganpasangan tari seperti inis tak terda pat pada tari-tari lainnya seperti di sebut di atas. Pada zaman mutakhir, telah timbul berbagai macam tari-tariankreasi baru, seperti tari pa'ddupa untuk menghormat kunjungan tamu-tamuj tari petênnung menggambarkan dalam bentuk ta~ ri-tarian perempuan bertenun kain 5 tari batara, yang menggambarkan pemujaan terhadap dewata dan banyak; jenis lainnya yang diciptakan pada tahun-tahun terakhir o Agar tari-tarian kreasi baru itu tetap mempertahankan identitasnya sebagai tari-tari daerah, maka pada umumnya para pencipta mentransformasikan dasar - dasar gerakan tari klasik daerah yangtersebut diatas ke dalam tari-tarian kreasi baru mereka, ditambah dengan anasir baru yang di~ apatkan dari variasi gerakan-gerakan tari dari daerah-daerah lain. _ Seperti disebut pada permulaan sekS1 ini> bahwa pada mulanya seni-tasuku-suku bangsa Indonesia di Sul. elatan juga bersumber dari rangkaian gerakan-gerakan tubuh dan bunyi-bunyi^ ^"tuk pemujaan kepada dewa-dewa menf . '^^i-'tari demikian yang biasa^ a, ^ut juga "tari - tari rituil” dances), masih dapat dijumpai ^ ^nyataan - pernyataannya pada suku angsa Toraja yang masih menganut ke-P ^cayaan lama yang disebut aluk-tuS2±o.^Tari-tari rituil itu, ada kala:fa^dilakukan secara masal dipimpin ° eh pemuka kepercayaan aluk-tudolo ang disebut To-mêna. Tari-tarian dan ^irnyi-bunyian rituil yang masih dapat loumpai di kalangan orang Toraja sarnpada hari ini, dapat disebut an^ a lain sebagai berikut :
naiki tongkanan (rumah adat) yang ba ru dibangun. 2. Manimbong. Tarian ini juga adalah tarian masal yang dilakukanhanya oleh kaumpria. Dilakukan dalam rangka pesta merok,yaitu semacam pesta penyelesaian sesuatu pekerjaan, atau. perdamaian kembali antara keluar ga yang pemah berselisih, atau penye lesaian sesuatu pekerjaan berkebmi, perbaikan tonkanan dan sebagainya yang semuanya beraifat rehabilitasi. 3 - M§£o, tari ini dilakukan dalam rang
ka penyembuhan atau pengobatan bagi seseorang yang sakit, Para penari yang terdiri dari orang - orang tua yang mengetahui seluk - beluk tari untuk mengusir roh jahat yang dianggap menjadi penyebab penyakit itu, adalah orang-orangberpengalaman dan dianggap dukun-dukun yang sakti. 4» Ma'bugi, adalah semacam tarian rituil, dilakukan oleh penari-penari baik perempuan maupun la ki-laki. Tarian ini dilakukan dalam rangka pesta mensyukuri hasil panenan yangdialami tahun panenan yang berlalu. Sesudah tari Ma 1bugi dilakukan se cara masal, maka biasanya pesta itu ditutup dengan melakukan tari Maro. B. Tari-tarian rituil untuk pesta-pesta kematian.
B .1. Ma'badong, adalah semacam tarian masal yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun oleh perem puan (bersama-sama), dalam rangka pes ta kematian yang terkenal ramainya di Tana Toraja. Orang-orang yang ikut dalam Ma 1badong, sementara melakukan gerakan-gerakan tari juga menyanyi de ngan nyanyian-nyanyian yang nadanya seperti orang meratap. Ma'raltka, juga semacam tarian ri tuil massal yang dila kukan oleh kaum wanita, dalam rangka £a?j-- 1 arjan_jcitui 1 untuk pernyata- pesta kematian. Sementara melakukan. gerakan-gerakan tari s Para penari menya^^sjQjkur kepada p'ewa-dewa. A -j , nyi dengan nyanyian yang bemada ra° 'dandan. Tarian ini dapat di- tapan yang amat memilukan hati„ d., katakan tarian masal, Dalam rangka pesta-pesta rituil itu d a n d S ^ ^ hanya oleh kaum wanita” ^lakukan dalam rangka pesta terdapat juga alat-alat 'b-anyi-bnnyiari yang dibunyikan (ditiup atau dipalu), ''■Panenan), atau pada pesta me-
baik untuk mengiringi tari-tarian mauTari - taxian yang bersifat kegempun dibunyikan tersendiri terlepas da biraan duniawi, atau taxi pergaulan xi tari-taxian.. Alat-alat itu dapat yangmenjadi media pergaulan dalam pes disebut antara lain sebagai berikut % ta-pesta, dimanapaxa pengunjung dapat ikut serta dalam macam taxian (pergaul 1 ). nra^barrung, adalah meniup semacam seruling yang terbuat an) tertentu, seperti taxi-taxi Modero dari batangpadi yang dibentuk seperti dan Malulo yang terdapat di Sulawesiterompet.Alat ini ditiup menjelang di- Tengah dan Sulawesi-Tenggaxa, tidak lakukannya pesta-pesta dan .tari-tari ditemukan di Sulawesi Selatan. Akan tetapi pada tahun-tahun terakhir baik an rituil. Modero maupun Malulo dilakukan juga 2 ). ma'gesoV, adalah menggesek alat- oleh nruda-Hmudi Sulawesi Selatan, terbunyi-bunyian yang se- utama dikalangan para pelajax-mahasisrupa dengan rebab, akan tetapi yang wa. Adapun taxi-taxi seperti tersebutmempunyai seutas tali gesekan. Ma*ge- diatas baik yang klasik maupun yang so hanya dilakukan pada saat menung- telah dibentuk dalam kreasi baru, pa gu mayat, menjelang dilakukannya upa- da umumnya adalah taxi-taxian panggung cara atau pesta kematian. yang dilakukan secara berkelompok di depan penonton, yang pasip. 3 ) 0 massuling, adalah alat bunyi—bu— nyiari yang ditiup. Massuling hanya dilakukan dalam rang- 5• Ajat-alat pencahaxian biflup- ^ Mata pencahaxian hidup orang Sula ka pesta kematian 9 baik menjelang pes wesi Selatan yang terkenal semenjak ta maupun sesudah pesta kematians undahulu kala, adalah bertani bagi yang tuk xnengantar . para tanxu kembali .ke— berdiam di pedalaman dan daerah pegutempatnya masing-masing. nungan dan berlayax atau menanekap4) • m a 1bombongan ? adalah pcnukulan gong ikan dengan berperahu bagi yang berbesax. Pukulan gong diam di daerah—dacrch pesisir/pantai. itü yang bertalu-talu, menunjukkan di- Oleh karena itu, maka peralatan-pernruali dan'se'dahgberlangsungnya upaca- alatan untuk melaksanakan mata pencara/pesta kematian bagi orang mati yang arian hidup dalam dua lapangan inis clisebut to—dirapai ( diadakan pesta menjadi benda - benda kebudayaan yang kematian yang mengorbankan banyak he■wari, yaitu babi dan kerbau). Ma'bom- Makassar.1^ ^ kalan^an oran^ Bugisbonpan memberi petunjuk bahwa keluarga yang kematian itu adalah keluarga ter- 1). Alat-alat pencahaxian hidup di la^u /air. Yang termasuk dalam golong kemuka dalam masyarakat. •Gong dipalu an ini adalah alat-alat utama seperti sampai berakhirnya upacara. perahu untuk pengangkutan baxang-ba5)o ma'gandang, adalah pemukulan gen- rang niaga dan alat - alat penangkap derang yang menyertai ikan, sebagai nelayan, dapat disebutma ’bombongan dengan fungsi yang sama. kan antara lain jenis-jenisnya seba Ma'gandang hanya dilakukan pada pesta gai berileut s to-di -ra-pai „ adalah jenis perahu dagang Baik tari-taxian më-Upun btinyi-butakassax dalam ukuran besax *>yian rituil itu5 mënampilkan situasi (20 sampai 100 ton). Jenis perahu ini yang archais. Gerakan-gerakan tari a- mengaxungi laut-laut besar, dalam abad dalah gerakan-gerakan yang minim sta- abad lalu, menghubungkan Makassax de tis, bergoyang: badan ke kiri ke kanan ngan kepulauan Nusantara baik di tinrur Pemindahan kaki kesisi kiri-kanan maupun di barat. Jenis perahu ini mem gej*1 ke®wka dan kebelakang dilakukan punyai 2 buah tiang agung dengan layar roaj.^ask3&-serempak dalam tempo yang a- yang berlapis-lapis di bahagian depan, HadaPS dan Óaralc yans amat dekat. dan 2 buah layar utama masing - masing “ bunyi - bunyiaönyapun amat pada dua tiang agung, ditambah dua mono-toon y&aag meng-ekspresikar* situ- buah layar kecil pada masing - masing asi^situasi sakxal. “puiicak tiang agung. Kemudinya yang ter-
pasang di belakang ada dua buah. Dahulu kala perahu jenis ini dipakai juga oleh armada - armada perang orang Bugis-MakasBar untuk mengangkuttenaga-tenaga perang dan perlengkapan. Hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut. Karena untuk penyerangan dan peperangan dilaut dipergunakan je nis lain yang lebih lincah dan lebih kecil.
Penisi, selaku perahu niaga, di pimpin oleh seorang Ana'koda (Nakhoda) 5 jurumudi, juru-batu dan awak pe rahu lainnya yang disebut Sawi. Perahu dagang jenis Penisi, sampai sekarang masih dipergunakan untuk pelayaran ni aga inter insuler yang dapat dijumpai di semua pelabuhan di negeri kita.
b. Lambo1 (Palaxi), adalah .ienis pex-a- ngangln^t barang-barang niaga antar pu hu c^agang Bugis- ien. Bedanya dengan penisi, Lambo1 paMakassar dalam ukuran lebih kecil dari lari,hanya mempunyai satu tiang agung, penisi (10 sampai 50 ton). Sama halnya dengan layar berlapis-lapis di bahagi-. dengan penisi, jenis inipun dapat me- an depan, layar utama dan layar tamngarungi laut yang jauh-jauh untuk me- bahan di puncak tiang agung.
Lambo oalabai. adalah. jenis perahu — dagang Bugis - Makassax, yang berbentuk badan seperti bentuk kapal-kapal biasa. Tiang layar
(tiang agung)nyas biasanya hanya sebuah, dan kemudinya hanya sebuah. Model layar seperti yang dipergunakan ole^ Penisi atau Lambo1 Palari.
'd. J a r a n g k a 1, adalah juga jenis perahu dagang oïang Bugis-Makassar yang berukuran rata.-rata kec i l , dan dipergunakan hanya ■untuk, pelayaran sekitar pantai Sulawesi-Selatan* Perahu jënls'ini? memp^r-
gunakan layar segi empat dan lincah dalam menghadapi berbagai situasi di laut. Perahu jenis inilah dahulu di pergunakan untuk menjadi perahu-perahu perang dan kaval pantai , karena lincah dan 3 ^-ju.,
®.o S o p -p e 1, adalah. juga jenis pe- barang-barang dagangan antar i->ulau serahu dagang orang Bu- kit ar pantai-pantai Sulawesi Selatangis-I4akassar, dalam ukuran kecil (1 s/d Juga biasa dipergunakan untuk ^engang" 10 ton), Dipergunakan untuk angkutan kut penumpang antar pul au.
’
Pajala?
adalah jenis perahu yang pantai. Awak—a,wak perahu Pa jala; aga-k umum dipergunakan oleh ne- berbeda dengan perahu dagang. layan lepas pantai» (Menangkap ikan Perahu nelayan semacam ini, dipimpinjauhketengah laut) „ Mempergunakan la oleh seorang Punjala (memimpin dan meyar segi empat dan lincah bergerak. ngemudikan perahu), dan yang lainnya Jenis ini juga dipergunakan untuk me- disebut saja sawi, yang bias anya se~ nangkap ikan terbang jauh ketengah laut luruhnya terdiri atas 5 sampai 10 odan berhari-hari lamanya meninggalkan rang. v "-
Adapun jenis - jenis alat penangkap pergunakan tangan untuk membuangraya < • ikan yang sampai kini masih diperguna kan di Sulawesi Selatan, dapat disebut (3)- Pulca! (Pukat), juga adalah alat penangkap ikan se antara lain sebagai berikut ; macam jaring-jaring yang memergok i~ (1). Jala rompong; adalah jenis jaring kan-ikan memasuki daerah penangkapan» yang pan jangnya kl. Alat ini dipergunakan di pantai-pantai kl. 50 meter. Dipergunakan untuk me- pada kedalaman air tertentu. Para ne nangkap ikan di laut dalam lepas pan layan tidak perlu selalu mempergunalcan tai, yang sudah dipergunakan lebih da perahuhulu dengan pemberian tanda-tanda dan (4 ) - Panambe, adalah alat penangkap ialat-alat pengumpul ikan yang disebut kan yang dapat menangkap n Rompong 11. Rompong itu terbuat dari ikan di daerah laut berbatu lcarang yang sejumlah daun kelapa yang diikat de dangkal. Jaring-jaringnya tidak terngan rotan, sehingga menjadi sebagai lalu lebar sehingga tak mencapai batutumbuhan laut yang disukai oleh ikan- batu karang. Bahagian jaring yang me" ikan yangberombongan sejenis. Rompong n g a p u n g ' d i s e t a k - s e t a k m e n y e b a b k a n ilcan itu diikatkan pada batu dan pada per- menubruk jaring dan tertangkaplah ikan mukaan air terdapat bambu yang cliberi ikan itu. tanda kepunyaan dari nelayan tertentu. Sekitar Rompong itulah pada waktu fa- (5). B a n d o n g , a l a t p e n a n g k a p i k a n ini? jar diturunkan jala rompong dan de banyak dijumpai diping ngan teknik-teknilc tertentu ikan atau gir-pinggir pantai. Bandong merupalcan rombongan ikan sejenis itu memasuki jala segi empat yang p e n j u r u - p e n j u r u jaringan dan tertangkap secara besar- nya ditempatkan pada tiang-tiang? besaran. mudian jala itu ditenggelamkan (2), Jala buang; adalah jenis alat pe lam air. Orangmengawasi masuknya 1 ^ nangkap ikan dengan kejala yang dibenamkan itu dari a __ mempergunakan jaring yang pada kaki- sebuah pondolc-pondok bertiang ^ Apabila ikan-ikan itu sudah maS, . nya dibubuhi alat-alat pemberat dari ,u^ timah. Jala ini dipergunalcan di pesi- daerah jala, maka jala itixpun sir atau di sungai-sungai dengan mem kat dan tertangkaplah ikan-xkan
Pada dasamya sama pu-iamru storm k in g dengan Bandong, akan tetapi letaknya agak lepas pantai kan - ikan berkerumun ke daer dan. dilakukan penangkapan pada waktu maka tertangkaplah mereka, kaxena malam hari dengan mempergunalcan lam- rikan cahaya lampu yang terang Denae(6). B a g a n g_
rang. Pada malam hari di pantai Ma di Sulawesi-Selatan belum memperkassar kelihatan dari darat deretan- wahan gunakan pengairan teknis. Disamping deretan lampu-lampu bagang yang menammempergunakan lukuh atau bajak, di be bah indaimya kota pantai Makassar. berapa tempat, tanah sawah yang berair itu untuk menjadikannya baik un2). Alat-alat pertanian tuk ditanami padi, maka kedalam peAlat - alat pertanian orang Bugis- tak-petak sawah dikerahkan kerbau un Makassar, khususnya untuk pengolahan tuk menginjak-injaknya. Setelah tanah tanah persawahan (padi), dipergunakan menjadi lembut berlumpur, maka dilaalat-alat yang pada umumnya sama de kukanlah pembersihan kemudian dita ngan alat-alat pertanian daerah-daerah nami. lain di Indonesia. b a J r ! ! clan linggis juga dikenal seAlat utama pada pembajakan sawah SelSa^ p'J i PertaniandiSulaweaidipergunakan lukuh; (Sakkala Bg. paj, tuk mem'h tanah-tanah tegalan unjeko Mk.) yang .ditarik oleh kerbau. lin g ffL s k e m ^ t a n a h d ip e r g u n a k a n Sistim pengairanpun dikenal, walaupun masih lebih dari sepaxuh tanah persa- ngaf^acS ^ S a S T ^ f ^ k a W a Oagung atau p a S S j a 61111^ 311 ditanaml
V III. KESUSASTERMN BUGIS MAKASSAR KLASIK. :^
g^ a sa. dan.,tanda - tan d a j ^ ^ ,
an dan p e n c i l ^
----
pengembangan a d ^ d ^ T * dalam ran®ka
'
Bahasa-bahasa Bugis dan Makassar, serta ..bahasa-bahasa daerah lainnya di Sulawesi-Selatan, buiawesi-beiatan, tergolong dalam rumpun bahasa-bahasa Melayu - Polinesia. Seperti telah disebutkan pada seksi lain di depan, suku-suku bangsa Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar, masing mempunyaibahasasukunya masing-masing yang disebut menurut nama suku-suku itu„ ialah bahasa-bahasa Bugis, Makassar. 'TWr-fl-i*. sar, Toraja
A
v
^
sebagai BatuT^flol !percayaail itU? “^anya kesugagf1® * 90* Jadi Pada kas sar.yang• dituv•^u 0rang assar yang ditui s Bugis Malontara adalp>,wvA 1 3*1 dalam Lontara-*-ontara adalah ruPa wantera-oanjfUsas^eraan suci, bekepercayaan mitnl8^ dan kepercayaans^l~hagii kesuaa + 0Lambat laun haProfaan kedunia^ v ^ yanS bersifat suai dengan -np-nV f^^bang juga ses i k a p h i d u p L o n t a r a dan
dan Mandat ^
^ “^ y a r a k a t i.,.
Ü --S Oy'UCbur. ScuisaT K : a y
ra aksara Lon ra jyang a n g ssama, a a a.yang y^ didisebut se bu t aksara lo„. l o g i s ^ H S ^ tara. Adapun suku-suku bangsa lainnya tidaklah memiliki aksara sendiri, un sistim tuk menuliskan hasil-hasil kesusaste kesusaste- ^ raannya. Hasil-hasil kesusasteraan Bu- flïrdP _Jrcf~??Ea!s kara^~~Trf
inya sebagai
yaan ff® u Janngadak-
* . Makassar yang telah d i t u U s S i l t S T Z g " ? ^ lam aksara Lontara, dalam kepustakaan- sa-r bahT“ J" berasal kepustakaan mereka yang juga disebut qpv,-, ^ 51 ° Di dala™ ®aBugis-Makas“Lontara itu, telah dimulai penulisan- da sis-tim’ di da] a bahwa ade • «ya dalam rtad ke X U , yaitu £ £ £ £ f S w * * * *er2 » Islam dipeluk seoara M u m oleh yang l i e ^ ^ s’“ -'lnsur ^yaaj^fcat Sulawesi-Selatan. ■, ^al itu adalav» j Islam tanda-tanda bunyi atau aksara v f tll^ a h adanya, «p-h at ^ P 931' r a ^ ^ ^ aupun hasil-hasil kesusaste in? ^ b e r l a n g a u n ? ^ ^ i‘batT nva ^ftgis-Makassar, erat hubune- da ï-8® mitologi Bugig,.»» ,an^pai k8^3"
d®nêSïl masalah adef (panngader ^ Ï lstilail“istilah dea+?CaSSa:c,ter'' r e ^ P ^ gaa^ g)ffia-ï^andengS kel ^ afeila kata^flr§?+at^ & percayaan, makakelahiran kesusastera- k Ï Ï ^ 8^ 8, Lont^ a /< v / ^ Uli/S d®“ la daP ^ dibaca denffan^? ^ ^ maT ngaïl bunyi-bunyi
sebagai berikut t /dewata/ /dewatang/ tak wujud. Melalui hukum metatetis dan /atau/ de'watang/ dsb.nya. Berhu- tanggalan tengah, maka ia 'diucapkan bung dengan kemungkinan - kemungkinan adde'e. Itulah asal kata ade 'e atau bunyi ucapan menurut tanda-tanda bunyi hal ADE' . Anggapan ini didasarkan ke itu, maka kini orang pada umumnya mem- pada kepercayaan lama (sebelum Islam) bunyikannya dengan /dewata/, Hal itu yang kemudian lebih diperjelas dalam dihubungkan dengan dewata yang dikenal sistim kepercayaan monoteisme Islam; dalam agama-agama alam, atau dewa. bahwa segala sesuatu, termasuk segala Akan tetapi apabila ucapan - ucapan tata-tertib, dalam segala apa yang wu itu kita dengar, terutama dari ahli- jud berasal dari De'watang (tak wujud), ahli lontara, orang-orang tua yang be yang disebut addewatangeng itulahlum mendapat banyak pengaruh dari tata- Ade'. ucapan dari bahasa-bahasa lain, mereBerhubung dengan penciptaan tandaka yang disebut Passure galigo (=yang tanda bunyi yang kemudian disebut Lonpandai tentang Galigo), maka ucapan taxa, maka terdapat anggapan dikalang itu dapat didengar sebagai /de'watang/ an orang Bugis-Makassar ,bahwa hal ituyang berasal dari kata /de'batang/ pun' berpangkal pada kepercayaan ; dan artinya tanda wujud. Perobahan bunyi pandangan monologis orang Bugis-Makas dari /ba/ ke/ wa/ (batang ke watang/, sar yang memandang alam semesta ini, mengikuti hukum B.W. dalam bahasa-ba sebagai segi-empat belah ketupat suhasa nusantara. (The Law of the ten lapa' Eppa' bolasuji.■Sarwa alam ini, dency of interchange among belabial adalah satu kesatuan, dinyatakan da glide, belabial stop and belabial na lam simbol bunyi / <^> / = Sa yang ber sal). arti /< Q /; tunggal atau esa. De'watang atau Be'batang, berarti tanpa wujud, yang dipuja, dipercaya sulapa1eppa1 sebagai asal dari segala sesuatu de bola-suji ngan menyebutnya De'watasseuae, atau addewatasseuae, ialah yang tak wujud yang tunggal. Suatu kepercayaan seba lambang bunyi sa gai tokoh dewa-1 ertinggi seperti da] arq (Aksara lontaraj agama-agama alam lainnya. /De'watang/ yang tertinggi itu Yang Maha MenjadiSimbol / <0» / ini, dalammenyimbolkan /pabbinru'/; Maha-Mengatur / mapPallakke'e/ 5 Maha Mengadakan /mappas- kan mikro-kosmos sulapa* eppa1ria taue sakke'e/; Yang Menciptakan /to-palan- = (segi empat tubuh manusia), dipuncak •£°E/, semuanya itu disebut /adde'wa- terletak kepalanya, tangan kiri,tangan tangeng/yaitu hal-hal yang berhubung- kanan, dan ujung bawah adalah' kakinya. 811 dengan ke /de'watang/ itu, terma- Simbol / (j> / itu menyatakaii dirinya suk tata-tertib untuk seluruh yang wu- secara konkrit pada bahagian kepala / 3ud, yaitu manusia dan masyarakatnya. manusia yang disebut sawwangf /A berarti mulut. Dari mulutlah. sëgala / iko de'watang seua / sesuatu dinyatakan yang disebut / /dengan definit artikel E dijadikan. menjadi /^\v>.<<■*/ itulah yang menjadi . _Kaa?ena De'watangitu adalah tak wu- pangkal daxi k a t a / ada». Ade' waka disebut juga de'e. Hal-hal adalah sabda (penertib) yang meliputi. ^ f ^ ^ - u b u n g a n dengan prihal de' itu eDut adde'de'e artinyahal-halyang sarwa alam / O / maka disebut dalam
kata-kata hikmat paseng sbbs / sadda mappabbati' ada / / ada mappabbati1 gau' / / gau' mappabbati’ tau /
bunyi mewujudkan kata, kata mewujudkan perbuatan, perbuatan mewujudkan manusia.
Demikian pulalah maka segala tandatandabunyi dalam aksara lontara' ber-
X A
vi/ O 'A 0
vy
(/CM C>0)
xr\
('è ')
) (.<X>
)
Aksara Lontara yang tercatat di atas, adalah sistim huruf Lontara yang telah disederhanakan oleh syahbandar Kerajaan Gowa yang bernama DaEng Pamatte .Se jak zaman itu sistim yang sudah disederhanakan itulah yang dipakai da lam menulis Kronik-kronik dalam baha sa Bugis atau Makassar. Sejak abad ke17 waktu agama Islam mulai berpengaruh di Sulawesi-Selatan, maka berbagai hasil kesusasteraan Bugis 'Makasar ditu lis dalam huruf Arab, yang disebut aksara Serang. Menurut dugaan, kata Sevan g itu berasal dari kata Seram. ïJahuiu kat anya orang Bugis-Makassar pa da mula-mulanya banyak hubungan dengan orang Seram yang lebih dahulu menerima agama Islam. Di Seram sendiri memang huruf Arab itulah yang biasanya dipakai sebagai tulisan dalam hubung an dengan penyebaran agama Islam. Bahasa Bugis dan bahasa Makassar? pemah dipelajari dengan teliti dan mendalam oleh seorang ahli bahasa ber kebangsaan Belanda, bernama Dr. B.F„ Matthes, dengan sebahagian sumber kesusast eraan tertulis yang sudah dimiliki oleh orang Bugis dan Makassar se jak berabad— abad lamanya. Matthes pernah m e n g u m p u l k a n banyak sekali naskahnaskah kesusasteraan yang tercantum da lam berbagai Lontara. Kaskah-naskah lontara itu sekarang ada yang dioimpan
Tanda bunyi dalam kuxung, adalah gunakan dalam lontara' orang Bugis
!>
sumber pada / / Sa (segi empat be lah ketupat itu). ka
ga
nga
(nka)
pa
ba
ma
(mpa)
ta
da
na
(nra)
ca
nya
(nca)
ya
da ra
wa
sa
la
(ha) dalam perpustakaan Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan Tenggaia di Ujung Panflülf™ ' df
’’f f * duea disimpan “ Unlï«3itas leiden
perpustSaan r o p S Matthes berbasai d ix -ipcii psxnsii ïïiSPn^ ^ropah. » _senqpT '^i4.1»._■ si dari kesiwa^+o ' 3 yan®memuat selek itu, dan s e Z l T i t 5X1 -Makassar an U S C e^ ahasil penelitisebuah karmis’-n • Pernak menerbitkan kamus Makassa^Sl ~B^l£mda daJ1 sebuah bal. blanda yang tebal-teMapun naskah yang ditulis di a naskaii Lontara kuno sudah sukar :iri+1aUn Lontar, sekarang naskah - naskah ^^Pat. Sekarang Makassar,hanya tin ° dfri oranS Bugisdiatas kerta* ƒ ada ditupena atau lidi ■ .eil®’ an mempergunakan aksara Lontara1 a?* (kall^g:) dalai» rang. Diantayn -u fu da^-am aksara Se" kesusasteraan Bn ^ P ^ i n g dalam buku Sure' Gali 018 ~ Makassar, adalah besar dari mitof°’-Satu himPunan a®®"*5 orang Bugis-Maka^ yang bagi banyak nilai keramat i<-p,nSaf masih mempunyai lain-Iain terdapat & isinya mempunyai -p esu-sasteraan yang man dan tata-kel nv!*11®81 sebagai pedo" orang, seperti miq?? baei keh±önV8ïl an amanat - amanat 'a Ï T buku himpxm^ aari nenek moyang , mbangan kemudian
tanda-tanda bunyi 0, E, E
yang hanya dipe3-' i ü
(Paseng), buku himpunan Undang-undang, peraturan-peraturan dan keputusan - ke putusan pemimpin - pemimpin adat (Ra pang) dsb.nya. Kemudian ada juga himpunan-himpunan kesusasteraan yang me ngandung bahan-bahan sejarah dan sebagainya. Untuk selcadar lebih terperinci jenis - jenis Lontara itu, dapat disebut antara lain sbbs 1. Pasang (Mk ) = Paseng (Bg) 5 ialah kumpulan amanat keluarga atau orang-orang bijaksana yang tadinya diamanatkan turun-temurun dengan ucapanucapan yang dihafal. Kemudian paseng itu disuratkan atau dicatatkan dalam Lontara dan dijadilcanlsh semacen pusaka turun-temurun. Paseng yang demi kian dipelihara dan menjadi kaidah hi dup dalam masyarakat yang sangat dihormati. Paseng ini dapat berupa perjanjian antara dua atau beberapa pihak yangditaati oleh semua yang mengikatkan diri. Dapat juga berupa amanat sepihak kepada keluarga turun-temurun, seperti: a. Perjanjian Tomanurung dengan rak yat, ketika Tomanurung dijadikanraja. Raja-raja kemudian mengucapkan Pasêng itu, pada waktu pelantikannya. Tak dibolehkan mengawini keturunan bekas tuen, seperti disebutkan dalam lontara. G' Mengikat persaudara,an turun-temuantara kaum dengan kaum.
nya ceritera-ceritera tentang To-Mamirung dalam hubungan berdirinya sebuah kerajaan. Dalam pau-pau ri-kadong digambarkan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang ada kalanya tidak masuk akal, tetapi yang diakui sendi ri bahwa hal itu tidak masuk akal. Su atu usaha untuk melukiskan peristiwaperistiwa luar bias a dengan bumbu-bumbu legandaris, untuk memberinya daya tarik untuk pendidikan yang selalu memenangkan yang baik, yang jujur dan yang benar atas yangburuk, yang culas dan yang salah. Berbeda halnya dengan sure1 Galigo, yang dipandang tetap mempunyai nilai religius dan mltologis, pau-pau ri Ka dong dalam artian Lontara', melukiskan sesuatu dengan berbagai macam gaya fantasi, semata-mata untuk memberi daya tarik. Dituliskan dalam Lontara untuk bahan bacaan pendidikan. Contoh, sebuah pau-pau ri Kadong, se lalu dimulai dengan s Englca-engka gare' (bg) ri wanua tenri isseng belle upau belle pasi to kkadoE dst.nya. artinya s adalah gerangan di negeri entah berentah dusta yang kulcatakan lebih berdusta lagi yang mengiakan. 4 . Pau-Pau atau Talo1; ialah ceritera-
2 • ^ttoriolong (Bg ) - Patturioloang (Mk) 5 ialah kumpulan catatan-catat-an mengenai asal-usul ( silsilah ) tu^n-temurun raja-raja atau keluargakeluarga tertentu. Dari attoriolong ij-ni, biasanya diambil bahan-bahan un^ menyusun sejarah atau menyusun stam-boom seseorang. Attoriolong se^'wngguhnya adalah catatan-catatan per^-sxiwa yang lalu, yang dilakukan aatau yang dialami oleh orang dahulu ka la.
ceritera rakyat juga, akan tetapi biasanya menceriterakan se-seorang tokoh yang sungguh - sungguh pemah ada. Cara penyajiannya, adakalanya disertai bumbu-bumbu seperti pada Pau-pau ri Kadong, akan tetapi lebih banyak mengandung fakta yangmasuk akal, seper ti :
£au^au ri kadong, ialah ceriteraoeritera "rakyat yang mengandung Sifat-sifat legendaris, mengenai ket i w a?~kejadian atau peristiwa-perisd-i-ram yia:i? "^iasa, tetapi peristiwa itu sukaai tentang kebenarannya. Misal-
b. Pau-Pauna Sultanul Injilai, sehu.ah ceritera atau hikayat tentang Sultanul Injilai. Ceritera ini susun kembali dalam v ersi Bugis dari Hikayat Melayu, Hikayat Puspa Wiraja.
a. Tolo1na Bone, ialah ceritera atau hikayat tentang perang dan pahlawan. Bone.
5 • Papanngaja1, adalah'kumpulan pedoman hidup atau nasehat •yang diberi-kan oleh orang dahülu kala kepada keturunannya.'Sebuah pappannga.ja*yang ter kenal dikalangan orang Bugis-Makassar, ialah yang disebut ” budi istirahat ”. Apa yang disebut-dalam budi-istirahat, sesungguhnya adalah salinan dari se macam hikayat orang Melayu yang asalnya dari- kepustakaarr Arab.
semacam kumpulan jurisprudensi yang di jadikan pedoman untuk menetapkan sesua tu perkara. Di Bone terdapat Lontara1 semacam ini yang disebut Rapang ri la~ lenna ri Bone ri Palili'na, yaitu rapang yang berlaku di Tana Bone dan negeri-negeri bawahannya.
10. Pau kotika,ialah kumpulan catatan catatan tentang waktu - waktu yang baik dan yang buruk untuk melalcukan 6„ TJlu-ada, ialali c'atatan catatan me- sesuatu perbuatan. Memberi petunjuk ngenai perjanjian-perjanjian antar tentang waktu-waktu atau ketika-ketinegara. TJlu-ada ini adalah nama/istilah ka, nahas .atau nakas, pada waktu-waktu tunum. bagi kontrak- kontrak, traktat- mana orang dilarang berbuat sesuatu. traktat.antar negara yaiig. diberikan Didalamnya ditentukan waktu-waktu yang nama-nama khusus sesuai dengan peris- sebaik - baiknya turun ke sawah, memtiwa-peri stiwa kontrak-kontrak,'trak- bangun.rumah, menurunkan perahu dsb* tat-traktat tsb. seperti s nya. Juga dapat dijeniskan kedalamny»» pedoman-pedoman untuk mengetahui arti a. Lamumpatue ri Tiraurung, adalah ulu-: ada (per janjian ) antara Bone-Wajo mimpi.
dan Soppeng, untuk melawan.bersama- 11. Sure1 Eja, ialah kumpulan elo2& sama kemungkinan ’ agresi kerajaan (syair-syair atau proza lirikjy311^ Gowa. dinyanyikan dalam upacara-upacara ter b* Cappae ri Cenrana, adalah ulu-ada tentu. Didalamnya mengandung pedoro^ tentang sikap tingkah lalcu dan keharusyang dilakukan antara Wajo dan Bone,” disatu tempat yang disebut Cenrana, an-keharusan yang dilakukan oleh sese' orang dalam sesuatu peristiwa, sepe:c untuk tidak saling menyerang. ti ; 7♦ Sure' bicara Attoriolong, adalah kumpulan peraturan ^ perattiran, un- a. Elong osong = nyanyi perang» dang-undang yang berlaku dalam negara- b. Elong padodo ana1 ana' = syair-sy ir yang dinyanyikan untuk rneni^ negara yang berasas pada Ade1atoriokah anak-anak. loog (Adat leluhur). Jadi dapat disebut peraturan-peraturan dari leluhur, yang c. Elong massagala, syair yang nyikan untuk mengusir p e n y a k i t s ditaati berdasarkan kebajikan yang dirampah (pokken/cacar). limpahkan oleh leluhur berupa ade1 atau petunjuk - petunjuk normatip dalam 12. Sure1 bawang, ialah kumpulan kehidupan masyarakat.Yang termasuk da ritera-ceritera roman dalam lam jenis ini seperti Lontara Latoa, la macam jenisnya, seperti xornan yakni kumpulan ucapan-ucapan atau ke~ syarakat, roman perang dan sebagaaJW tentuan-ketentuan yang menjadi pedoman Segala macam hasil kesusaste? ^ hidup yang diletakkan oleh orang daseperti yang disebutkan sebahag^, hulu kala. jenis - jenisnya diatas, disebutP dalam arti__^ .^/ 8. Ade(Allopi-loping bicaranna Pa*ba- umumnya Lontara', lu'e, ialah suatu peraturan khusus sastra atau kepustakaan .orang tentang pelayaran dan undang- undang Makassar. ■Untuk memperoleh ga® perniagaan dengan mempergunakan pera- yang lebih baik tentang bahagi3^ y hagian kesusasteraan itu, di T v ? hu. ni dikemukakan beberapa contoh? 9* Rapang ri laleiPPQJffl^ “ R&pang asli maupun terjemahannya. palang pa'rasangang (Mk)* ialah peratiujgj^ - peraturan khusus mengenai B. Sure* Galigo. Thema dari Sure’Galigo, adai-^ ^ peristiwa-peristiwa dalam negeri, yang nunjukkan seluruh thema peri ode dikumpulkan sejak dahulü kala. Inilah
ligo yaitu pelukisan peristiwa-peris- Sulawesi Selatan. tiwa manusia luar biasa. Dilukiskan R.A. Kern, mengemukakan pendapatnya tentang permulaan terciptanya dunia tentang Sure! Galigo itu, bahwa apa yang dihuni oleh manusia-manusia he- yang akhirnya telah dikumpulkan oleh bat, intersse dewa-dewa yang menempati Matthes, telah ber jumlah 2848 muka folangit dengan segala keajaibannya. Pe- lio. Kalau ditambahkan dengan apa yang megang peranan (Kultur Hero ) Saweri- telah dikumpulkan kemudian (antaranya gading, digambarkan sebagai tokoh ma oleh Prof.Dr. J.C.G. Jonker), maka anusia istimewa, penitisan dan hubung kan dicapai jumlah paling sedikit 7.000 an kekerabatannya dengan Patoto 'E (Yang muka folio. Oleh karena itu, menurut menentukan nasib), untuk kerinduannya R.A.Kern, Sure' Galigo termasuk hasil menempatkan para keturunan dewa-dewa kesusasteraan dunia yang paling besar. itu mensejarahlcan diri diatas bumi. (Ds-H.van den Brink, 1943» P»79.) Sepanjang kisahnya tidaklah terda Bahagian pembukaan Sure1 Galigo de pat adanya perlibatan manusia (biasa), ngan terjemahan bebas kl. sbb % dia hanya, sekedar dilibatlcan dan tak memegang peranan dalam perlibatan itu. ketika fa jar sedang menyingsing Manusia-manusia dewa yang digambarkan, bangkitlah to-palanroE puang patotoE turun atau diturunkan dari langit. Me bangkit dari tidumya reka tak mampu mengatasi kesepiannya memandang kebawah dan merekapun mendapatkan orang-orang berpaling kepada pengawalnya bumi yang digambarkan sebagai orang- seraya bertanya orang luar-biasa pula, yang datang ke- mengapakah telah tiga hari tiga malam perntukaan dunia setelah menembus dari Rukkelengpoba sekeluarga dunia bawah, sehingga terjadi perte- telah meninggalkan Botillangi* muan antara tokoh-tokoh istimewa yang Sebelum terjawab oleh pengawal ditunjuk untuk menguasai dunia. Maka datanglah Rukkelengpoba tunduk takluklah setiap orang yang ti Sangiangpaju dak masuk pada golongan mereka, mene- Rumamakompo5 rima nasib sebagaimana yang menimpanya. Balasariwu' Bagi mereka tiadatertib, kecuali ter- ber sama keluarganya tib manusia istimewa itu. Tiada keba- Dalam keadaan masih nrurka. jikan kecuali kebajikan-kebajikan ma bertanyalah Patoto ‘E nusia-manusia istimewa itu. Demikian Dari manakah englcau, hai Rumamakkompo1 penting orang-orang yang tidak ber- sehingga telah tigahari tiga malam aaa dalam golongan istimewa itu, se engkau talc menampaklcan dirirau hingga dalam Galigo, seolah-olah talc di Botinglangi ? ada bayanganpun mengenai mereka, nama Bersujud sembah Rumamakompo' ffiereka-pun tak ada„ Bagaimanakah hen- seraya berkata dak melukiskan watak perlambangan me- Ampun tuanku beribu-ribu ampun £eka dari sudut mereka, karena yang patik datang dari bawah langit ada hanya watak manusia istimewa, yang diatas pertiwi Dentuk peranan dan segala peri-lakunya, menghembuskan angin . adalah peri-laku dalam peranan dewa- menggelegarkan ombak meledakkan petir dewa belaka. Segala sesuatu mulai diletakkan dari atas? menurut kehendak menyalakan api dewata. (kilat) sang dewata, segala nasib berada di- sudilah tuanku menurunkan putera seorang tangannya. Manusia biasa yang niscaya adalah golongan terbesar diantara pen- untuk menghuni bumi • dud^ bumi, walaupun telah diikutkan agar bumi ^ t u k menghilangkan kesepian sang ma tidak tinggal lengang kesepian nusia dewata, namun peranannya sangat ®cl1- Itulah thema dalson periode Ga- sudilah tuanku J-igo, dalam mana Sawerigading ditempat- menurunkan seorang putera ta+ïSai tokoh utama, dalam perwujudan kebawah langit tertib dan penataan masyarakat
diatas pertiwi ■untuk bersembah sujud pada batara.
kepada pengiring-pengiringnya tentang nama dan a s a l usul puteri itu. Di j a wab oleh para pengiring bahwa puteri itu bernama We Tenriabeng, tidak diketahui nama kedua orang tuanya. Sete lah Sawerigadingtibakembali di Ware1, dikumpulkannya semua orang-tua.-tua d a lam negeri, dan disampaikannyalah has ratnya untuk mempersunting We T e n r i a beng, puteri yang dijumpainya dalam perjalanan. Orang Tua-tua sepakat m e nyampaikan, bahwa sesungguhnya puteri itu adalah saudara lcembar S a w e r i g a d i n g sendiri.Akan tetapi Sawerigading tetap berkeras, untuk melaksanakan h a s r a t nya, karena semenjak kecil i a tak p©r nah mengingat, bahwa i a mempunyai sau dara. Kajeng Ma'dope, sebagai ketua dari orang-tua-tua Tana Luwu yang b e r k e r a s hendakmenghalangi maksud S a w e r i g a d i n g untuk mengawini saudaranya sendiri> terpaksa menjalanihukuman mati. O r a ng banyakpun menjadi gempar, dan akhimya berita itupun sampailah ketelinga We Tenriabeng.
Begitulah mulanya To-PalanroE (Yang Maha Pencipta) akhimya berkenan menurunkan puteranya yang bernama Batara Guru, ke atas bumi untuk menghuni dunia. Secara ringkas bahagian permulaan dari epos Galigo ini, dapat diceriterakan sebagai berikut ; Malta sampailah Batara. Guru, menjejakkan kakinya di negeri Ware (Kemudian menjadi ibu negeri Tana Luwu). Batara Guru kawin dengan We-nyili1 Timo, puteri dari pertiwi (dunia bawah) yang menurunkan seorang putera yang diberi nama Batara Lattu. Batara Lattu kemudian kawin dengan We Opu Senngeng dari Masyrilc. Pasangan Batara Lattu We Opu Senngeng; kemudian melahirkan anak kimbar,seorang putera bernama Sawerigading dan seorang puteri bern'ama We r Jenriabeng. Sesudah mengadakan upac'ara-upacara sebagaxmana layaknya raja-raja menerima kehadiran putera-puteri yang baru lahir, maka ke dua suami - isteri Batara Guru dan We We Tenriabeng, mengutus inang peng" Opu Senngeng, lenyaplah dari bumi dan asuh dan beberapa orang dayang-dayang" kembali ke Boting Langi: (Puncak la nya berangkat untulc menghadap S a w e r i ngit ). gading. Dengan membawa sebuah g e la n g ’ Orang dalam negeripun bersusahleh sebentuk cincin dan sehelai rariibut sang dengan. lenyapnya raja mereka, dengan puteri serayaberkata kepada utusan meninggalkan dua. orang anaknya yang "Hai inang pengas-uh yang setia, per" masili kecil. Maka bersepakatlah para sembahkanlah benda, - benda ini kepada orang tua untuk membuat ke 2 putera saudaraku yang bernama Sawerigading» • itu masing-masing sebuah mahligai, dan Katakan kepadanya, bahwa n i a t n y a unt^ menempatkannya pada tempat yang ber- menjadikan saya isterinya talc mung’ ^i^ jauhan letaknya. terkabul, karena saya adalah saudar^ Sawerigading, yang disebut juga kandungnya". "Anjurkan kepada saudara O p u n n a - w a r e (Pertuanan d i Ware1), cliku Sawerigading, agar dia berlaya^ lc® pelihara oleh 30 orang pemuda yang ca- negeri Cina(Pammana)5karena di temp^ kap dan tegap-teg&p, dan We Tenria itu terdapat seorang sepxipu kamic beng diasuh oleh ~j>0 orang putera-pu- orang puteri sangat jelita, berna# _ teri rupavan dan cekatan. We Cudai.We Cudai yang rupawan, Pada suatu hari ketika Sawerigading nyai bentuk tubuh dan wajah yang telah menjadi pemuda remaja, dengan dengan saya. Hanya warna Iculitnya ^ diiringi oleh para pembesar negeri Wa mi yangberbeda. Warna kulit saya? P re, iapun melakukan perjalanan ke se- tih ke kuning-kuningan, sedang ^ luruh negeri bawahan Tana Luwu. Maka dai berkulit putih gemilajig. Adapyg, sampailah ia kesebuah negeri dan dili- malcsud gelang, cincin dan rambut s hatnya sebuah mahligai yang besar lagi itu, agar Sawerigading dapat indah, dihuni oleh seorang puteri yang nya dalam pelayaran dan lcelak amat cantiic d 8 H rupawan. Timbullah bertemu dengan We Cudai, agar ygi hasrat Sawerigading- untuk mempersun- cokkannya dengsn gelang, cincin i i n g puteri jelita itu. Ditanyalcannya rambut kepunyaan We Cudai„ SefflU
y
akan serupa.'-' sastra. Ialah yang.menciptakan hasil Setelah segalanya rampung, berang- kesusasteraan yang besar, dan menamakatlah utusan itu, menemui Saweriga*- kannya i!Sure ; Galigo11. ding. Segala pesan We Tenraben disamDalam Sure' Galigo, tercantum syairpaikannya dengan sejela.s - jelasnya. syair yang mengandung makna yang nmat Sawerigading-pun menerima dan menye- dalam dan kebi jaksanaan yang amat ting tujui amanat saudaranya,. Setelah itu gi. Ditulisnya peraturaj?.-peraturan dan berangkatlah Sawerigading kenegeri Ci ketentuan - ketentuan yaxig menjadi pona, memenuhi permintaan We Tenriabeng. kok-pokolc kebi jaksanaan, adat-istiadat Setelah. mencocokkan segala bawaannya yang berlalcu di dalam kekuasaan kera dengan kepunyaan Me Cudai, maka kaviin- jaan Sawerigading, dimana-mana, Menu lah Sawerigading dengan puteri Cina rut kepercayaan orang Bugis-Makassar, itu. Adapun Me Teriabeng, 3etolah men- 'Sure' Galigo" itu adalah tajuk kesu dengar berita perka\d.nan saudaranya sasteraan Sulawesi-Selatan yang dija dengan Me Cudai, melayanglah ia kem- dikan pedoman hidup, selama matahari dan bulan bersinar.. bali ke Boting-langi ‘. Dari perkamnan antara Sawerigading Periode kekuasaan Sawerigading, atau dan Me Cudai, lahirlah tiga orang pu dinasti Sawerigading berajhir setelah tera/puteri, salah seorang diantaranya, diputuskannya tangga yang menghubungseorang putera diberi nama La Galigo. kan langit dan bumi. Sebelum tangga Putera ini tidak diberikan warisan un- itu diputuskan, maka semua keturunan .tuk duduk di atas singgasana kekuasa dari langit itu pada kembali, maka an Pemerintahan, tetapi Dewata membe berputuslah keturunan langit memerinrikan kepadanya kepandaian-kependaian tah di atas bumi ini, sampai 7 ketu-dan kebi jaksanaan dalam lapangan ilmu runan lamanya,. Silsilah dinasti Sawerigading; PatotoE
Datu Palinge -0
Guru ri Selleng A— —
ABatara- -Guru
Sinauttoja„ ---„„0
We Nyili!Timo! A----- -— 0 Batra Lattu’A We Öpu Senngeng
Suami-isteri ini men,, r P Z "" 0 . -A iad.x penguasa langit we Cudai/\\ Sawerigading We Tenri \\Remmangri Langi. Abeng. 0----- ---------La Galigo \ Simporo Toja. Lette Pareppê> xxDcc:cxx3QCXX5COX3cx3Cxxxx5co3cxxx3{X5ck: Batas dinasti Langit ",‘^ 3Dcsxncxxxxxx3i —A Simpuru1 siang Patiyang Jala A ----- — 0 Ana'Kaji We Tappa-cina 0 *-- — : ^ We Mattennga/yPunoang kuli! Empong Is "0 0 I laki-la]£i„ La Malala Dalaiya ____ peremPuan
~ huburiro .... • = hnx perkawinan.. n u b - u n „ — ^an saudara.
C, Syair-syair Bugis klasik. Syair-syair Bugis klasik, mempu nyai bentuk; dan isi yang lain dari bentuk-bentuk isi syair klasik nusan tara,, Sejumlah. syair- syair dianggap gubahan Galigo, untuk memahaminya diperlukan analisa yang cukup teliti dan pengetahuan logat yang tinggi. Kebanyakan syair - syair Bugis yang masih dipergunakan oleh masyarakat sekarang, baik dalam melagulcannya/menyanyikannya untuk berbagai kepentingan (menidurkan anak-anak, mendidik dsb.nya), adalah peninggalan dari syair - syair klasik Bugis yang masih diingat. Sangat kecil jumlah kesusasteraan Bugis yang dilahirkan oleh angkatan sekarang. Bahkan terdapat dugaan yang kuat bahwa syair - syair Bugis yang istimewa/jfeu De'ga pasa.’ ri lipumu balanca ri kampommu mulinco' mabela ?
lenyap semuanya, berhubung karena kurangnya minat ^ dan perhatian angkatan sekarang, baik untuk mempelajarinya maupun untuk mengkrier ciptaan-ciptaan baru» r
Vi ,,
upacara - upacara perkawinan ^ Bugis’ sekali-sekar / ls -^u masih dinyanyikan
a s a n y r d i T d ^ 60^ 810178' Upacaj:a* Bi" balas roembalas “ fa f f Ï S i n Ui „ v arl fihaJc PU». ^ ~
i
n
perea-
tawa, apabila salah s a ^ f l S ? 5 mampu memberi balas™ !! dilontarkan oleh fi£k ^ Syair yan§ Contoh dari svair. ln‘ dalam ucapan itu a b b T
artinya m a k a ^ ^ S ^ 8^
dineSerimu,
™tuk berbela^jfe?bara jauhp Pihak satunya akan menjawab, dengan Engka pasa' ri lipuku Balanca ri kampckku Hyawami kusappa1
artinya
S p a f b e S dl tetapi yano, >, Ja
dl kampungku, kucari adalah budi. K±asiic itu, l-cu, terdiri teraxri daaa- diri dirj atas 8 Syair Bugis klasik ri tigabaris, yang masing-masing ter- toh 7» dan 6 suku kata s Conrek-ku-a ma-ru1-da-ni-ko (8 suku kata) blla engkau rindu co-nga -ko ri-ke-teng-nge (7 suku kata) ^ngadahl^ kp ta-si-dup-pa ma-ta (g sulca kata) kita bertpmi bulan* ertemu uciau pandang. pandatiff dijadikan contoh diatas, lain yang^
m e n g l k a t i ^ t i ^ a t 31^ bahagian be3ar
s0lw i i
kali^t ^ fahani bila aï' ^ ^ e n ^ i S
P da suatu pengertian tidak mempergunav ^erapa syair yang Z H Ï H S O l te jo m p i’e arti logat . Tak m l u 911 logat bias*. taniattaro jelle bukan ia itu’ > naia makkalu' tetapi dia y a ^ ° ïatar (jenjangat melingkar. Ki asan akan tumbuhan yang meling- seoran^ fp _ yang memetiv -u kar, merambati tatar yang bukan ia senyang bukan ia send' • asil sesuatu1 memasangnya, ditujukan kepada se- nya»° lri mengusahakan" duai kuala sappo a^ti logat dua hal yang kuia^-n»y^ganna panasae bunga nangka, dan ^ pagar? bel° tanukue hiasan kuku, tak adalal-uf+1 loff^ saja, ma]^ aiteliti ba^-q 0iehsyair ^ / s r s f s r s
r
•
‘a ~
a^ - rls k" hal yang kujadikanpagar„_ p3.
selaludianggap pembatasan, atau pe- pengalas meriam. nentuan kepunyaan, atau penjaga diri» Yang menjadi teka-teki dalam syair Maka kalimat ini dapat diberi makna ini, ialah kalimat "seperti yang di sementara ( Dua hal yang saya sajikan jadikan pengalas meriam", apakah itu? penjaga diri saya ). Alas meriam (pada zaman dahulu) ada 2 . "bunga nangka",bahasa Bugisnya "Ulah roda, yang menggerakkannya kemana nganna panasaE". Tak mungkin bunga mana. Roda dalam bahasa Bugis disebut nan^ca dapat dijadikan penjaga, atau padati. Padati, adalah paduan dari batasan apapun terhadap diri saya. Oleh dua kata yaitu pada dan ati, pada ati, karena itu harus dicari lebih jauh. Bu berarti sama-hati, atau setia kawan. nga nangka,, disebut dalam bahasa Bugis Maka syair ini dapat diartikan sbb; Unga panasa, mempunyai sinonim dengan Yang selalu kucari, adalah seorang (salempu. Lempu kalau dibunyikan pada su habat atau kekasih) yang setia. ku bunyi akhir dengan glottal stop, akan berbunyi "Lempu111dan "Lempu1 itu nyili'ka buaja-bulu' berarti "jujur" atau "kejujuran"? a~ patompang aje tedong tau juga;ikeadilan" . Maka kalimat yang kusala ri majeng menjadi baris kedua ini, dapat diberi arti logat-nya 5 arti sementara? (kejujuran). ”belo kanulcuE", atau hiasan kuku. Aku melihat buaya gunung, Sama seperti makna baris ke-2 hi bekas-bekas tapak kaki kerbau, asan kuku tentu tak mungkin menjadi aku tersalah ingatan penjaga diri saya. Tentu. ada kandungSyair ini seperti yang lairmya di an lain, mungkin arti sinonimnya "be-- atas, harus dicari maknanya dari berlo kanuku" itu ada dalam bahasa Bugis. bagai keterangan. Alcu melihat '!buayaKita lalu dapat menemukannya, bahwa gunung"» Buaya gunung ialah biawak, "Belo kanuku" atau alat untuk menghi- yang bahasa Bugisnya ” Paraxang u /'V askulcu, atau memerahkan kuku, disebut <^ ^./yang dapat diartikan dengan^Pa’juga dalam bahasa Bugis "p a c c i;i. dara" yaitu "Ana’ dara" atau gadis. Pacci itu, kalau ditulis dengan aksa Bekas-bekas tapak kaki kerbau, ialah ra Bugis / /-\> '/-n)/dapat berbunyi "pac- tanah yang berhamburan seperti "Pasir'i cing". Maka dapatlah diberikan arti Pasir dalam bahasa Bugisnya " Kessi " sementara atas baris lce-5 ini.dengan? //>/ V\ /dapat dibaca dengan "Kessing", paccing, yaitu bersih, suci, tak ber- artinya cantilc. Aku tersalah ingatan, noda, dan kita pilih (suci atau kesu- tentu maksudnya, bingung, atau pingcian). san atau terpesona. Maka dapatlah sya Maka dengan pengertian sementara i- ir ini diartikan sbb s Karena aku me tu, kita menyusun kembali terjemahan- lihat seorang gadis yang cantik, ma nya; ka sayapun terpesona. 1• Dua hal yang saya jadikan penja mapanrena ritu jemmang ga diri, yaitu paka ati goari 2. kejujuran, dan to mate nasuro 3» kesuci an. arti logatnyas Sehingga syair yang tiga baris itu, seluruhnya dapat diberi arti, bahwa pandai benar orang itu, a&a dua perkara yang saya pegang te- berhati uerxia,0JL bilik ua.j_j.jx ê^h dalam hidup ini, ialah berusaha orang mati yang disuruh. fflempertahankan ke jujuran dan kesucian. Pandai benar orang itu, kalimat ia t.eppaja kusappa' tentu berarti "Orang yang pandai” s ^apanna ri alaE memakai hati bilik, tentu Pallangga mariang arti tertentu, Orang yang mem'bikirl ha^ ti kita tenteram dalam "bl.Xi.3s:s atau. ^ti. logatnya: yang menghiasi bilik ( rumah. ) . Granr lino kucari, yang menghiasi rumah., tentu seoraxi 1 yang dijadikan.
gadis. Orang mati yang disuruh, apa*kah pula itu? Orang yang disuruh ber arti pembawa pesan, atau araanat. Te tapi pembawa amanat itu adalah barang yang tak hidup, jadi tentu benda„ Dan benda yang dapat membawa pesan, tentu surat, Maka dapatlah. di art ikan syairitu sbb; "Orang yang bijaksana, menghubungi gadisnya, dengan surat.” makkepanni1pi bojoE nrenreppi Icua dongi kunappa massenge’ arti logatnya %
kalau siput telah. bersayap, terbang bagai burung pipit, baru aku merindukanmu. Kalau siput telah. bersayap, adalah hal yang tak mungkins dan lebih tak nyiypgVi n lagi 9 siput itu dapat terbang seperti burung pipit. Maka ke-dua baris syair itu, menyatakan sesuatuirYang tak nrungkin" • Baris ketiga menjelaskan apa yang tak mungkin itu, ialah: "Saya sudah melupakanmu!” geil an.g ri vat a majjekko inanrena menre'e bali ulunna bale artinya : Gelang/kawat dibentuk menjadi bengkok, m a k a n a n orang ïïandar, 1 av/an dari kepala ikan o
Tentu saja arti logat syair ini, sangat lucu kedengarannya. ^e^a„ pi apabxla kita pikirkan maknanya de ngan ^m e m p erhi turban kemungkinan-kemtmgkinarmya, m a k a akan jelaslah apa y a n g dixaaksudnya „ Gelang / kawat yang dibentuk membengkok, terjadilah "matakail”, yang disebut dalam bahasa Bu gis " H e n g ' / / Inanrena Menre 'E, atau makanan orang Mandar. Makanan pokok orang- Mandar, ialah pisang. BahasaBugisnya ,’Loka"/''vvV'v // /„Lawan da ri kepala ikan, ialah ekor ikan, ba hasa Bugisnya f'ikko " atau " ri ikko " f\ • Mari lah. kita tulis t u l i s a n Lontara ini, bersambung / \y/XX\ // ^-vt\ / / - \ / b'acas "Melokari ko»" ar tinya !,Saya cinta padamu". Demikian i t u beberapa buah syair dalam gtibahsn o r a n g B u g i s ? sering ka
li mengandung arti yang bèrselubung. Akan tetapi tidak berarti bahwa seluruh hasil cipta kesusasteraannya bersifat demikian. Dalam ciptaan-ciptaan lain misalnya dalam bentulc prosa lirik, atau syair - syair hertenden terdapat juga keterus - terangan yang bersifat natural. Kita kemukakan contoh dari Lontara Wajo, sbb ; 1. Arengkalingamanekko 2 o Riase’, riawa, urai’ 3„ Alau'; maniang; manorang 4- Sini llolo', sini lluttu* 5. Sini maklcaja ri tasi' 6. Sini makkaja ri dare' 7 . Upasawe’ manettokko 8. Puang-nene'mangkau'ku. 9 . Angkanna malliwennge 10. Rigosali padang lupa 11. Llisuga pangali'ku 12. ÏJatu1duannge solo? 13. Naleng llisu gau' maja'lcu 1 4 . Apa' iapu Arung 15» Pperajai tana, pura 16o Nanange-nangei maja'e 17- Haciukennge gau' maja’e (Noorduyn, 1 9 5 5 S p-58.) artinya % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dengarkanlah, engkau semua, Diatas dan dibawah di barat, Timur, selatan dan utara, S e m u a y a n g m e r a y a p d a n y a n g terbang»
Semua yang mengembara di laut, Semua yang mengembara di darat, Saya menyeru kepada kalian,
8. Nenek moyang pertuananku, 9. h in g g a raereka Yang telah berpulang* 10. lcekerajaan maut, padang balangtaï>a, 11. Akan kembalikan sarung & bajuku, 12. -Yang dibawa hanyut arus ? 1 3 . Dan kembali pula kelakuan burukku’ 1 4 . Karena baru patut ia menjadi r&j^ 15. Mengembangkan Negara makmux, 16. Yang pemah bergumul dengan 7 ^ buruk-buruK. 17. Tetapi meninggalkan yang burulc & e ngan sada^' D. Pcintun orang Makassar.
^
Pantun orang Makassar, pada umtuiw^ didasarkan atas perbandingan - Pertr ^ dingan dengan alam sekitamya. FaXi atau kelong orang Makassar itu, juga yajig berupa kelong si sil.a
artinya pantun sindir-menyindir 5 yang ia tollalo inengeritik peristiwa dengan tajamnya konténg makkale-kalea melalui pantun-pantun■ artinya : Dengan kelong itu orang Makassar, mencurahkari isi hatinya, dengan kelong Aku tak ingin dirambati, meréka bersenda - gurau antara mereka, Perahu yang ada sampannya, antara nnida dan mudi dalam pergaulan Móga-moga saja, yang dibatasi masing-masing oleh !1siri". (saya dapatkan) perahu yang sendirian. Kelong Makassar itu, terdiri dari Maksud kelong ini, ialah bahwa ga 4 baris, yang tiap-tiap barisnya ter dis yang dipinang itu, tak mau dimadu diri pula dari 8, 8, 5 s dan 8 suku kata. karena ia mengharapkan datangnya penmDisajikan beberapa contoh sbb; da yang masih bujangan. Akan tétapi An-jo to-pe tas-sam-pe-a untuk men jawab sindiran itu,. pihak le te-a-ko jal-lling ma-ta-i laki menyampaikan kelong balasannya nia pa-tan-na sbb ; ta-na-ka-lim-bu'-na ma-mi nia'jantu parekanna artinya s konteng niaka sampanna tatta' ranranna ‘ Sarung yang tergantung itu, namammanyu' kale-kale Jangan kau tumpahkan kerling mata, (keurena) telah ada yang empunya; artinya : ’ hanya belum diselimutinya. Ada saja caranya, Maksud kelong ini, ialah memper- perahu yang ada sampannya, ' ingatkan kepada seorang pemuda bahwa putuskan talinya, , gadis yang dilihatnya itu, jangan me- dan hanyutlah ia sendiriah. nyebabkan ia jatuh hati, karena sudah Maksudnya, ada saja caranya kalau ada yang menyimpannya ( bakal suami), hanya menunggu hari pernikahannya. Men- perahu itu mempunyai sampan, diputusdengar sindiran itu, maka sang jejaka kan saja talinya, supaya sampan itu hanyut sendiri. Apa bila gadis itu mau menjawab pula dengan kelong sbb 2 dikawini, mudah saja jalannya, yaitu Susatongi takujailing isteri tua diceraikan.. anjo tope tassampea Bilamana seorahg gadis dilamar oleh anjo patanna dua orang jejaka, sehingga orang tua tena tompa tantuanna si gadis sukar menentukan siapa yang akan diterimanya,. maka iapun menyataartinya ; kan pantunnya sebagai berikut s Susah juga aku tak mengerlingnya, tanngassengama' lakkana itu sarung yang tergantung, liumi nawa-nawangku Kaxena yang (akan) mempunyainya lease're inru* Belum juga berketentuan, narua tanrang tattanjeng Kelong yangberupa jawaban ini mem artinya t bawa arti bahwa susah bagi pemuda itu untuk tidak berusaha untuk méndapat- Tak pandai lagi saya berkata, . kannya, karena apa yang disebut orang tersumbatlah pikiranku, yang menyimpannya, belum juga ada ke- karena sebatang saja pohon enau, sedang dua tangga tersandar,. pastiannya. Apabila ada seorang gadis yang di pinang oleh seorang. laki- laki, dan ucapan orang tua gadis itu, memberilaki-laki itu diketahui sudah mempu kan pula jiandangannya berupa pant-n~" nyai isteri, maka gadis itu menyindir jawaban sebagai berikut % dengan kelong sbb s .
Pihak utusah jejaka yang mendengar
Tea! nakke narollei kont eng niaka sampana
nia'jantu parekanna tanrang ruaya tattanjeng
rabbai se're nanuambi ’ karo-karo artinya s Ada saja jalan. keluamya, dua tangga yang tersandar rebahkan (yang) satu, segerakan pan jat (yang lainnya).
jaka itu mencalonlcan seseorang gadis lain yang cantik tanpa cacat untuk menjadi isterinya.Bila jejaka itu hendak menolaknya maka iapun menyatakan dalam bentuk pantun sbb :
sassa’lalangi lammone tope talla lango-lango kania tommo Adapun maksudnya, apabila ada dua tope bakko ta’lopo'ku orang yang datang melamar, dan harus artinya j menolak salah satu diantaranyap segeralah laksanakan perkawinan dengan je Penyesalan akan menjelma, jaka satu lainnya, agar lelaki yang bilamana menerima sarung wama, ditolakpinangannya tidak berdaya upa- karena sudah ada juga, ya membawa lari gadis itu. sarungku merah jambu muda. Apabila seorang laki-laki pergi meKelong (pantun) Makassar itu juga rantauj dan meninggalkan isteri ditelah mengalami berbagai fase perkem kampungnya, dan hendak beristeri di- bangan, akan tetapi tetap mempertarantau. Setelah kawin dirantau itu, hankan corak kelong itu sebagai sindan isterinya yang baru tak mengetahui diran. Lambang-lambangyang diperguna bahwa suaminya mempunyai isteri dikan untuk kiasan dalam sindiran, dikampungnya, maka isteri baru itu mesesuaikan dengan benda-benda kebudaya nyindir sebagai berikut ; an yang sedang populer pada zamannya.
nia paeng batara’nu pasai' boko rinrinnru poro inakke nusare simpung pa’mai artinya t Rupanya engkau mempunyai jagung, tersimpan dibalik dindingmu, dan bagi-kulah, engkau berikan gunda-gulana. Seorang lelaki yang mendengar sindiran demikian itu, dan bertegah hati untuk tetap pada pendirian yang telah diucapkannya, maka iapun berkata s lcontoi bulu' tinggina otere' nidarning tallu najarrekinna kananna lebbaka ssulu'
artinya s Bagaikan gunung tingginya, tali dipilin tiga, demikian itu teguhnya, itecar yang telah diucapkan.
Umpamanya kelong-kelong sebelum Islam mempergunakan passapuQdestar), untuk menunjukkan seorang jejaka, maka pada zaman sesudahnya, ia diganti oleh song" ko' (kopiah), umpamanya sbb s (zaman passapu = destax) kapassapu patonro’ku tanarunang anging sarro ia kanangku eja tompiseng nadoang artinya s Sedangkan destarku yang tinggi, tak roboh oleh angin kencang, apapula pendirianku kalau merah barulah udang.
Maksudnya sedangkan destar saya? yang menjulang tinggi, tak akan roboh oleh angin kencang, apa pula pendiri~ anku tak mungkin lagi saya obah. Kal&u ia kemudian ternyata salah, alcu talc akan menyesal menerima akibatnya. (zaman songko* gudang = kopiah)
Songko' gudang bella sako ^Isjnana seorang jejaka yang sudah Jongkoro' alle kalennu me^P^ayai pilihan hati kepada seorang mantamasai gaais teijtentu, akan tetapi pilihan pakeang sanggapuraya hatxnya -5^ ^ airesmikan oleh oyang anya> Suatu waktu orang tua je artinya 2
Hal, songkok kopiah men-jauhlah,.. pantalon, tarik dirimu, biaxkan masuk, pakaian sanggapura. Adapun maksudnya, agar menjauh orang-orang yang tak banyak kemampuannya, tidak menghaabat di depan pintu, karena ada orang kaya yang hendak datang meminang. Untuk menyatakan keteguhan hati se orang gadis ( perempuan ), dalam menghadapi bujukan seorang laki-laki, yang menjanjikan kemewahan dan kekayaan, supaya gadis itu bersedia lari-kawin (meninggalkan orang tuanya), gadis itu .dapat menolaknya dengan mengucapkan kelong sbb s manna nusukkika1 intang nukayao baraling kuntungangku lloyo kalaeroka lasappe artinya %
'
Walau engkau menjolok dengan intan, mengkapai dengan berlian, kalau terpaksa aku layu, tetapi tak mungkin aku patah.
caulu1 tinang nipake nanilcakkasang namajaija kekke *na artinya : Dikatakan dirinya sutra cina,’ kain berkembang tak pemah dipakai, (tetapi) ketika dihampaxkan, kelihatanlah banyak sobeknya. Apabila seorang laki.- laki mening galkan isterinya yang setia^ yang sederajat dengan dia dan tidak mempunyai cacat, lalu merigawini perempuan yang tidak gepadan dengan dirinya, maka ke pada laki-laki téb dapat disindir, agar menyadaxi .perbuatannya dengan ke long sbb s ;: .“T* bulaeng ti'no' nusalai intang tumbu* nuteai ' tambaga cere’ '• tanupakkaddangang mata
•
artinya i Buah m u mi engkau tinggallean, intan berkilau engkau tolak, loyang digosok. membuat engkau tak tertidur.
-
Sebuah pantun ( kelong ) Makassar, Kalau seorang laki-laki dan seo rang perempuan, sudah berteguh-teguh yang menggambaxkan seorang gadis yang janji, akan tetapi kemudian temyata dikabarkan (dari jauh) sangat êloknya, salah seorang diantaranya kelihatan tetapi pada kenyataannya setelah memungkir dari janjinya, karena terpikat nanggalkan segala make up,- tak lebih pada orang lain, maka yang merasa di- daxi seseorang wanita jorok; Ataü -ga khianati janjinya itu, menyampaikan dis yang demikian itu, kelong menvindirnya sbb ; kelongnya sbb % krucini' bella na bombong • Runtung keloro'ko sallang kuseppe' na maxawanting '. Lelasa' pangke duriang.. battua mange punna inakke kaxoppo' toanamami‘ lanuboko ri pa'mai artinya s artinya % Dari jauh kulihat pucuk mekax, Engkau kan luruh seperti daun kelor, kuhampiri bagai bunga sedang kuncup, ^oboh bagai dahan durian,’ kutiba padanya, M i a terhadap saya ■ tak lebih seperti daun kering. engkau merobah janji. Sebuah kelong Makassar yang po-pul^-r» Bilamana seorang gadis, selalu me^atakan dirinya suci dan bersih dari dinyanyikan di mana - mana yang dicipnoda-noda pergaulan, akan tetapi kemu- takan pada zaman reyolusi, membuat ko£ian temyata bahwa apa yang dinyata- ta Makassar disebut juga Kota Anging Jfn^y-a itu tidak benar, maka iapun di- I-lamairi \ sbb ; Ariging mamiri ’ kupasang ln dengan kelong sbb; nakana kalenna cinde
pitujui toutonganna namanngu *rangi totenaya pa'risina artinya s
Angin "bertiup kupesan, tujukan ke jendelanya, agar ia teringat, orang yang tak punya rasa pedih. Orang Makassar terkenal sebagai pelaut s yang sslalu berurusan dengan ge— lombang dan angin» Maka sifat - sifat laut yang tak p ê m a h teriang, membuat jiwa orang Makassar selalu siaga, dan teguh dalam sikap—sikapnya. Sifat—sifat demikian itu tercermin pula dalam kelong-kelongnya, sebagai contoh ber ikut i . takkun junga' bangunturu* nakugunciri ' gulingku Eualleanna tellanga natoalia
artinya .5 Tak semudah itu aku ikati arah angin, tak semudah itu aku memutar kemudi, Akan lebih kupilih, ^ tenggelam dari pada berbaiuc. E ’ salah Sa 4 l ^ i i k e s u a^teraan k l a -
sik S r m * * * ? > « £ • , ’ Z s S Z y Z senangi sampai , itu adalah
ma ffeso1-keso1 (semacam rebab). Pada zaman lampau, Sinrili1 diper gunakan untuk membangkitkan semangat perlawanan, alat pendidikan, supaya penruda-pemuda Makassar memiliki keluhuranbudi dalam melakukan per juangannya. Kebanyakan Sinrili1 bertema sejarah, Kisah perlawanan tokoh - tokoh sejarah dalam kehidupannya. Sinrili' yang sa ngat dikenal di kalangan orang Bugis/ Makassar, antara lain ialah : 1. Sinrili'na I Datu Musêng. 2. Sinrili'na I Maddi' Daeng ri Makka. 3. Sinrili'na Kappala' Tallumbatua ,* dsbnya. Orang yang menceriterakan Sinrili' dengan mempergunakan Keso'-kesrT»— bagai pengiringnya, disebut paiceso'keso1 (Dia berceritera dan dia pula membunyikan rebab). Pakeso'-kPRn mP. nyanyikan ceritera Si S' li ' itu, menurut irama yang mono-toon, Lambat atau cepatnya ucapan kata, seringjcali tergantung pada thema ceritera yang dike•nat adais>i diucaIl3£an dengan cepat adalah biasanya pengulangan-pengulangan untuk menarik perhatlan padfthema-thema berikut. Jika sedang mem bicarakan tentang dua orang yang se dang bersoal-jawab, atau menceSterakan seseorang yang •sementara dalamperaaianan, maka lagu Sinrili» bat-lambatkan dengan mi^jaraHgkS b L nyi gesekan rebab. Jika kan +pn+aw r* ~ I mencenterakan^tentangpertempuran atau perkelahian, maka logu ^.an gesekan ■» v v
disebut Sinrili, . poetis, ceritera ^ang disusun s^ ceriterakan atau prosa link yang oleh menjadi keras t e w e o S S ^ t ^ - S " ” dengan jalan menyaByx, <*“ ^ erna_ rengi dengan semangat melua^ f^’ ^ pakeso'-kftsni ë meiuap-luap dari sebuah. alat xmisik gesek,
Dai'tar buku yang dipergunakan. Abdurrazak Dg.Patunxu, Sejarah Wa.io. JKSST. MaJcaasar. (1964)
Abdurrazak Dg.Patunru, Sejarah Gowa, JKSST. MaicM««r. (1967) Block, R., History of the Island of Celebes, (1817) Gazette Press, (Deel TVj.
■ ; '
"
' .
Fredericy, De' standen bij De Boeginezen en Makassaxen, “ (1933) BKI. deel 90. ' H van den Brink,Ds., Maitthes, Amsterdam.' (•1943) M.Matzir Said, Siri' dalam Hubungannya dengan Perkawinan (1962) Masyarakat Makassar, Makassar. .... .. P Noorduyn» J., (1955)
Een Achttiende Eeuwsw Kroniek van Wadjo» •
Salam Basjah» C.H., Semangat Paduan Rasa Suku Bug!s-Makassar (1966 ) Jajasan Tifa Sirik Ekasila, Surabaya.• Wolhoff, G.J., Sejarah Gowa, Bingkisan, JKSST. Makassar.^ (1964) : • • : .• •
E L I T E Dl S U L A W E S I S E L A T A N
PENDAEIULUAtlo 1, Dalam pengertian sehari-hari, kata Elite itu difahami sebagai segolongan orang-orang yang menempati jenjang tertinggi dari suatu piramida sosial» Golongan orang-orang Elite itu dipandang sebagai orang-orang terkemuka dalam masyarakat. Mereka adalah orangorang yang berkuasa, kaya dan berkehidupan mewah,melebihi rata-rata pendu duk uiaum dalam masyarakat» 2° Secara etimologis, kata Elite berasal dari bahasa Latin eligere yang berarti memilih. Kata itu dipergunakan dalam bahasa Perancis sekitar abad ke1 4 s yang mengandung pengertian "memi lih" juga. Peneterapan istilah itu terjadi pada pemilihan atas orang-orang yang mula-mula dalam terminologi militer, seperti s hommes d 1 élite dan companie d 1 élite. Tetapi dalam abad ke-15 Froissar telah menggunakannya dalam arti meilleur des meilleur yang berarti "yang terbaik diantara yang terbaik”o Dalam abad 18 pengertian inilah yang umum diwakili oleh kata Elite itu. Dalam bahasa Ing~ geris, kata ini dipergunakan untuk pettama kalinya dalam Byron* s Don Juan; "at once the lie and the elite crowds." Secara berangsur-angsuz, kandungan atau isi kata itu bergeser dari "pemi lihan" kepada "keunggulan dan keutamaan".
orang Elite itu adalah orang-orangyang paling berpengaruh, dan mungkin juga ditaati oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih besar jumlahnya. Rumusan tersebut dapat dilengkapi dengan keterangan Lasswell, bahwa2 "The influential, are those who get the most of what there is to get.. Those who get the most are the elite 5 the rest are mass." (i960 , him. 1 3 ).
5» Dalam sosiologi, Parento adalah sa lah seorang diantara pemakai-pemakai pertama kata Elite itu dalam bukunya Trattato di Sociologia Generale » Bagi Parento, Elite dan C l a s s secara P^aktisnya adalah sinonim. Hal itu daPat dilihat dalam statement - nya, als "Let us then take a class of people vho have the highest indices in the branche of activity with which ^ e y concerned, and give that class e name of elite." (ThomKerstiens, 1962., him. 4 - 6 ). Maka orang-orang dari go^°ngan Elite yang dapat dirumuskanunkeperluan tulisan ini, ialah o^ang-orang pilihan, orang-orang utama, ba^aeian yang terbaik dari orang-orang iam ^syarakat dan kebudayaan. Orang-
4 , Anal isa mengenai Elite di Sulawesi
Selatan adalah berkenaan dengan adanya sekian banyak lapangan kegiatan kemasyarakatan, yang masing-masing mempunyai kelompok orang-orangnya yang berpengaruh dalam lapangan itu akan tetapi belum tentu berpengaruh dalam lapangan - lapangan lain. Maka rumusan SuzannaKeller (1963, him.20), rupanya dapat dipergunakan pula untuk tujuan melengkapi batasan kita tentang Elite itu. Ia mengemukakan bahwa harus dibedakan antara berbagai macam Elite, karena tidak semuanya mempunyai impact sosial yang mencakup sebahagian besar dari anggota"masyarakat secara terus menerus«pendapat-pendapat, keputusankeputusan dan tindakan-tindakan kelom pok Elite ini, mempunyai akibat penting dan menentukan bagi lcehidupan ba nyak warga masyarakat-masyarakat yang bersangkutan itu. Kelompok Elite ini oleh Keller dinamakan sebagai "strate gic elites," yang terdapat di semua lapangan kehidupan masyarakat, poli tik, ekonomi, militer, agama, kesenian, ilmu-pengetahuan dan lain sebagainya» 5 . Dalam sekian banyak lapangan Eliteelite itu belum menggambarkan ten tang kemungkinan adanya atau supereliteWj yaitu sekelompok orang-orang yang tidak hanya berpengaruh dalam sa^ tu bidang tertentu dalam kegiatan masyarakat, tetapi secara menyeluruh dalam masyarakat, padatimumnya. Superelite ini, beradadiatas stratum Eli te-elite Strategist Di Sulawesi Sela tan, Super Elite inilah yang memperoleh perhatian utama dalara tulisan ini * ■
mengenai perkembangannya, pergantianpergantiannya dan dalam kedudukan legalitas se.rta kenyataan-kenyataan aktuilnya. 6, Adapun elite-elite-strategis, yang pada dewasa ini dianggap ikut me nen tukan perkembangan masyarakat, di.pilih lapangan-lapangan strategis yang paling menonjol, yang menurut perurutannya adalali sebagai berikuts 1o Lapangan M l iter (ABRl). 2. Lapangan administrasi - pemerin tahan sipil.. 3 o Lapangan pendidikan / cendekia wan,
dan 4 . Lapangan usaha dan niaga. Terbentuknya Elite-elite tersebut, ba ik Elite-strategis, maupun (dan) terutama Super-elite, kebanyakannya ditentukan o le h dan dari pihak (pimpinan) atasan, menurut legalitas tertentu dan akseptabilitas-nya dalam masyara kat 3 terutama diperlancar oleh legali tas tersebut. Di sana-sini soal kapabilitas tokoh-tokoh dalam Elite terse but dapat menumbuhkan suasana kevemimpinan yang charisma tis 2 ), seperti akan nyata dalam uraian-uraian selan jutnya.
II. PERKEMBANGAN ELITE DI SULAWESI SELATAN* 1 „ Pada zaman sebelum perang-dunia ke- kang terjadinya pelapisan m a s y a r a k a t itu, Friedericy berpedoman kepada pe II, Friedericy (1933) melukiskan tentang pelapisan masyarakat Sulawesi ranan tokoh-tokoh mitologis yang dise Selatan s yang mengambil altar - akamya but dalam epos Galigo. Beliau mengam dari zaman jauh sebelumnya yang ter bil kesimpulan bahwa masyarakat orang sebut dalam- epos orang Bugis Makassar, Bugis-Makassar pada mulanya hanya teryaitu Sure 'Galigo, suatu hasil kesu- diri dari dua lapisan, sedangkan la sasteraan Bugis-Makassar, tentang mi~ pisan ata itu merupakan suatu p e r k e m tologi merelca. Menurut Friedericy, da bangan kemudian yang terjadi dala^ hulu kala ada tiga-lapisan pokok dalam zaman pertumbuhan pranata-pranata, ma masyarakat Bugis-Makassar, yaitu; (1 ) syarakat yang bercorak feodal di Su Arung dan Anakarung (Raja dan kerabat- lawesi Selatan. Pada hemat kami} keluarganya)! (*2) To - Maradeka, yang bagi orang Bugis-Makassar tak dapat merupakan'bahagian terbesar warga ma disebut satu lapisan khusus dalam Pe" syarakat dan (3 ) ata, ialah orang-o lapisan masyarakat, karena jumlahny^ rang sahaya atau budak, karena kalah sangat kecil. Ata lebih banyak berarti perang, melanggar peraturan-peraturan/ suatu atribut status elite bagi pemi" norma - norma adat dan atau tak menbayar liknya. utang pada. orang- lain* Dalam usaha untuk mencari latar bela- 2. Dari lapisan kerabat-keluarga ra
1) Istilah Super Elite dipergunakan oleh Koentjaraningrat dan M.G. Tan dala^
sebuah paper Masai ah Kepeiaimpinan Dalam Pembangunan Nasional, Januari . di Jakarta? maksudnya adal&h suatu Elite diatas segala Elite-elite yang 2) ïengertian charismatis disini kern sesuaikan dengan yang dikemukakan _ol®i Bartono Kartodirdjo, yaitu adanya charisma mumi, yaitu charisme priba ^ yang dimixiki oleh pimpinan dalam menduduki jabatan tertentu. Adapun bila ^ sudah _diean-tikan oleh keturunannya, maka charisma itu menjadi charisma r° ^ ne. Lihat !lKepemimpinan Dalam Sejaran Indonesia", ceramah Sartono, $ x Harapan 24 Mei 1 9 7 4 ,
raja yang disebut anakarung itu de ngan derajat-nya masing-masing, po tensiil muncul sebs,gai warga elite yang mempunyai pengaruh dalam semua lapisan dan kegiatan kemasyarakatan. Elite ini dihormati, malah dipuja, karena ada nya kepercayaan bahwa mereka adalah penitisan dewa - dewa dari Botillangi (puncak langit). Karena kedewaannya itulah naka mereka dipandang dan diperlakukan sebagai orang-orang terba ik dan lebih mulia dari orang-orang kebanyakan. Bagi mereka diberikan kedud'tücan yang wajar untuk berkuasa dan memimpin seluruh. persekutuan hidup da lam masyarakat. Terhadap Elite ini, tak ada ukuran lain baginya kecuali ulniran kepercayaan bahwa mereka adalah /ors^g_r_ orang--istimewa yang dilaJiirlcan ■untuk berkuasa atas manusia kebanyakan lainnya. Kaidah kemasyarakatan seperti itu di Sulawesi Selatan tergambar da lam Sur6 1 Galigo, yaitu zaman ke-ma■^arajaan Sawerigading di Tana Warê' (tj1ivu ') 0 Zaman itu yang kami sebut Pe riode Galigo, yang sampai pada zaman kita sekarang masih merupakan bahagian Celap dari sejarah Sulawesi Selatan, artinya masih berada pada tinglcatan dugaan-dugaan yang bersumber pada mitologi asal usul raja-raja Bugis-Ma kassar, yang tersebut dalam Surè1 GaPeriode Galigo masih sangat me^srlukan pengolahan melalui penelitian yang luas dan mendalam. Periode itu C-iperkirakan meliputi abad 9 s/d 14 Masehi. 5• Abad 1 5 bagi Sulawesi-Selatan baru lah dapat dipandang sebagai permulamasuknya ke zaman sejarah, seperti «^ang dapat diteliti melalui alat-alat Pembuktian sejarah yang sudah ada. Za an. ini dapat disebut sebagai zaman keajaan-kerajaan Bugis Makassar yang mu
lai menemukan bentuk yang lebih nyata dan sedikit komplelcs. Catatan-catatan mengenai keadaan masyarakat zaman itu, dapat dijumpai dalam sekian banyak naskah tulisan tangan yang disebut lontara*. Salah satu lontara* yang mengandungpetunjuk tentang kaidah-kaidah sosial dan menunjukkan berbagai pola kehidupan dan tingkah laku dalam masyarakat dan kebudayaan. yang diwarisi sampai zaman mutakhir, ialah yang disebut sure1 bicara-na latoa, yang bi asanya disebut latoa 5 ) saja» Zaman sejarali Sulawesi Selatan ini, kami sebut sebagai Periode Lontara. Untuk memperoleh sekedar gambaran ten tang keadaan dan struktur sosial Bugis Makassar dalam periode itu, yang agaknya berguna untuk meng - identifikasi pertumbuhanElite Sulawesi Selatan, dibawah ini kami mencoba raenguraikannya dengan ringkas. Permulaanmasa sejarah Sulawesi-Se latan (+ abad 1 4 ) dibuka dengan konsepsi-konsepsi tentang keadaan To-Manurung (orang yang turun) sebagai cakal bakal ke turunan raja - raja orang Bugis-Makassar. IConsepsi To-Manurung tidak dikenal dalam kehidupan kepemimpinan orang Bugis-Wajo. Untuk sekedar perbandingan, dikenrukakan tiga macam type perkembangan pembentukan pelapisan masyarakat Sulawesi Selatan (periode Lontaran) s yang membawa berbagai variasi dalara perwujudan Elite Sulawesi Selatan dikeaudian haric Tiga macam perkembangan itu, dinyatakan kejadiannya sesudah tokohtokoh manusia luar biasa -(keturunan Dewa-dewa dari Botillangi*) dalam pe riode Galigo, kembali ke langit atau turun (kembali) kedunia di bawah bumi yang mereka namakan Urilliu' atau Pa re tiwi . Ketiga tokoh - tokoh dewa itu meninggalkan bumi, maka dunia kehi-
^ jjatoa. adalah Lontara’ (lontar), hasil kesusasteraan orang Bugis j atau yang disebut rapang oleh orang Makassar, memuat berbagai amanat raja-raja dar orang-orang bijaksana zaman dahulu, tentang tata-kelakuan orang Bugis da lam masyarakatnya. Selain itu ditunjukkan juga hak-hak dan kewajiban raja terhadap rakyat, dan hak-hak serta kewajiban rakyat terhadap raj anya dal^ kehidupan politik ketatanegaraan Tana Bugis.
langan ■tokoh. pemersatu. Dengan .begitu m armaia kembali kepada pGrseku— tuan. Ap ^tis (kamu) — nya mas ing—mas ing» Axvtaxa Anang yang satu dengan Anang yang lain timbul permusT^an-permusuhan atau saiingserangraenyerang. Beberapa Anang dapat membangun persekutuan anta— r a beberapa •anang,.dein mengangkat seorang ketuapersekutuan .di^, antara kepala atau'ketlia Ahang-anang itu. Pada hakekatnya keadaan paj;a To-rManurung memerlukah adanya sua,tu model kepemimpinan. yang.dapat menyatukan ^kem bali Anang-anang yang cerai-berai.. Akhirnya lahirlah koftsèpsi' Tp-Manurung dengan perwu judan dalam type-type se bagai: berikut s;
Type pertama s Gowa (Makassar). Pada orang Gowa, sudah berakhir periode Ga ligo, terdapat 9 'kelompok Anang yang masing-masing.mempunyai bori~ (negeri 3 v/ilayah) sendiri - sendiri. Tiap - tiap Ariaiig dipimpin oleh seorang ketua kaun yang disebut Karaeng atau Anrongguru. Tiap—tiap bori‘mempunyai bendera atau paiiji yang disebut Bate, sebagai lam-, bang kebesaraxt idan. kemerdekaan. Untuk memelihara •perdaiaaian .antara 9 Bate itu, ètereka bersama-sama memilih diantara mereka seorang ketua yang disebut Paccalla (yang mencela)« Paccalla ha nya berperanari' sebagai wasit apabila timbul sengketadi antara mereka. Pac,bukanlah opper ketua dari semua k’ öüiav Jtupa - rupanya mereka tidak puas dengan bentuk kepemimpinan yang deniikia&v sehingga pada akhimya mempergunakoifsfep To-Manurung untuk menenukan kepemimpinan baru yang lebih menjamin
Perffatüan To-Gowa (orang Gowa) • To-Mamereka temukan.secara istimewa, 1alu .mereka jadikan To-Manurung itu £aja ,mereka dengan gelar Sombaya ri Gowa (Jang di puja di Gowa).. Maka. ter'tedilah Butta Gowa.: (Kerajaan / Negara yangmula-mula hahya ..terdiri da^ 3' Bori atau Bate itu. ’^turunaii To Ipigung itulah kemudian. disebut ana* ^l^ïigtuGowa (bangsawan prang GowaJ". tin®'.me£eiapat;L jabatan**,jabatan~ penargaS-J^9^' kerajaan. Kerabat-keluinri-jyÉajraeng Tu-Gowa ini merupakan .darr pelapisaa masya'3sar (Gówa). Mereka a.yaog,. paling potensiil
menauduki Elite politik Hal am struktur
kekuasaan.kerajaan Gowa, akan tetapi hanya pada jabatan-jabatan pusat kera jaan. Adapun ketua - ketua kaum dari sembilan Bori/Bate (negeri - negeri asal) .tetap menempati jabatan mereka masing - masing sebara turun temrun, dan dalam perkembangan selanjutnya me reka menduduki lembaga kerajaan yang disebut Bate-salapanga ri Gown (Dewan 9 Panji di Gowa). Lembaga itu mendampingi Sombaya ri Gowa menjalankan ke kuasaan Pemerintahan Kerajaan Gowa. Kerabat keluargaBate Salapanga ri Gowa dalam pelapisan masyarakat Gowa disebut lapisan AJia_|_karaEng_maraEngan— naya. Dari kalangan mereka secara po— siil timbul orang - orang yang selalu bergerak keatas menduduki jabatan-ja batan yang langsung berpengaruh di ka langan rakyat. Merekalah dapat disebut menempati Elite-strategis dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat. Type ke-duas Bone (Bugis) . Pada orang Bugis Bone, sesudah berakhir periode Galigo, terdapat. tujuh kelompok kaum ^ aX} S ri^ s in ë “ mafing menempati manuwa (negeri atau wilayah) tertentu. Berbeda dengan yang terjadi di Gowa, Ananganang (kaum) ini saling bermusuhiTdSi serang menyerang antara satu sama lainnya. Kekacau - balauan inilah yang mendorong mereka ^uhtuk menerima atau melaksaiiakan konsepsi To-Manumins> rton menpadikan To - Manurunil t u raja va ^ mereka taati bersama, 7 oriLg rntarni..fcauo mendampingi raja aelaiukim pesenntahan persekutuan yang disebut feppangtlkatan). Lambat laun melalui intenaiflkasi perkawinanperkawinan antara pejabat-pejabat kerajaan yang kelihatannya seperti per— kawinan politik9.maka corak kepeninpin— an anang (kauin) kehilangan jejak® Se— mua jabatan dalam kerajaan dari pusat sampai kedaerah - daerah terbawah pada akhimya diduduki oleh keturunan (ke— rabat-keluarga) raja yang bermula dari To - Manurung. Kekuasaan dibangun dan diperkolcoh melalui pertalian darah dengan raja sentral. Dalam pelapisan masyarakat orang Bugis Bone» lapisan anakarung — lah yang ditempatkan seba gai lapisan teratas. Lapisan ini pulalah yang paling potensiil mempunyai kesempatan menduduki Elite — politik, baik dalam arti super maupun strate-
gis Elite dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan. Type ke - tiga: Orang- Bugis - V/ajo , se perti telah disebut di atas, sesung guhnya tidak mengenal konsepsi To-Manurung dalam kehidupan kepemimpinan masyarakatnyao Pada mulanya di Wajo terdapat tiga kelompok kaum (anang) dengan wilayahnya masing-masing. Ke tiga kaum itu hidup rukun antara satu sama lainnya. Wanua asal Wajo yang ti ga itu ialah. Talo1tênreng? Bettengpola, dan Tua' , Masing-masing dipimpin oleh seorang Arung. Dari tiga WsnuaAnang itu, dikembangkan persatuan yang mëvmjudkan Tana Wajo, sebagai sebuah republik aristokrasi, yang dipimpin oleh seorang Ke tua yang disebut Arung Matoa Wajo. Masing - masing Wanua asal yang tiga itu te tap dipertahankan ada nya sebagai sumber pengambilan orangorang pe jabat untulc .kekuasaan pusat» pemimpin dari masing-masing Wanua, ya itu raja d a l a m mendampingi Arung Matoa Wajo melakukan pemerintahan, disebut Paddanrong atau Panrêng (kembaran) „ Di sam-ping P a d d a n r ê n g terdapat Pabbate Lompo dari masing - masing tiga Wanua asal. Keenam pembesar itu bersama-sama (yaitu, tiga orang Paddanrêng dan tiga orang Bate atau Pabbate Lompo, masingmasing dari Wanua asal Bètteng- pola; Talo'tenreng dan Tua') merupakan Dewan pemerintahan yang di sebut Arung Ennengge atau pêtta Ennennge (Dewan Pertuanan yang enam) • Bilamana Arung Matoa Wajo ikut khadir dalam dewan itu, maka ke-tujuh orang itu disebut seba gai PettaWa.io' (Pertuanan Tana-Wajo). Di samping Petta Wajo' terdapat sebuah lembaga yang disebut Arung Mabbicara (pertuanan yang menetapkan Hukum), beranggota 30 (tiga puluh) orang, ma sing. - masing 10 orang berasal dari 3 wanua asal. Lembaga Arung - Mabbicara dapat dianggap sebagai parlemen TanaWajo. Selain itu terdapat pula tiga orang pejabat (masing - masing berasal dari 3 negeri wanua asal yang disebut Suro ri Bateng (Duta-duta Negara) . Seluruh lembaga pemerintahan Tana-Wajo, yang anggota - angg0^3^ 3, ^er(iiri dari
4 . Suro ri Bateng',
Jumlah. .
3 oraxig'
. 40 orang-
adalah pemangku kedaulatan R a k y a t Tana Wajo, yang disebut Arung- PatÊppuloE (Pertuanan yang empat^puluh'^tSTT^ zironya disebut Paung ri Wajo' (Penguasa Tana—Wajo ) . Empat puluh. orang1 ini dalam ungkapan orang Wajo ' disebut Paoppang, Palengenngi Tana Wajo', artTnya, "yang dapat menelungkupkan dan m e— nengadahkan Tana-Wajo". Dari ke 40 orang tersebut, 39 oi*ang anggota Puang ri Wajo ini pul al ah yang melakukan pemilihan seorang Arung Ma toa, yang mencakupkan Puang-ri Wa.io ' menjadi Arung PatappuloE. Mereka itulah yang menjadi super-elite masyara kat Bugis Wajo1 zaman dahulu kala. Ba gi lapisan To-Maradeka selalu terbuka kes empat an untuk berlcembang' menempati posisi-posisi strategis dalam kehidup an masyarakat dan kebudayaan, misalnya menjadi pedagang yang ulung dan kaya, cendelciawan yang dihormati, atau pe— mimpin - pemimpin agama yang ditaati. Mereka itulah yang potensiil menempati Elite-strategis dalam kehidupan masya rakat dan Kebudayaan orang Bugis-Wajo4 . pelapisan masyarakat dalam periode Lontara seperti tersebut di atas
memberi petunjuk tentang adanya sekelompok manusia pemimpin, yang. banyak m e n e n tukan gerak dan .arah kehidupan m a s y a r a k a t dan kebudayaan orang BugisMakassar di Sulawesi Selatan, di perkirakan strukturnya sebagai berikuts
1. Arung dengan lingkup Anakarung? yaitu raja dengan Üngkungan ke— rabat-keluarga bangsawan, menduduki ja batan - jabatan kepemimpinan politik pemerintah, baik dipusat kerajaan ma upun di daerah-daerah bawahannya, kecuali di Gowa yang membedakan antara golongan bangsawan To - Manurung yanfc terbatas pada kerajaan, dan bangsawan keturunan Bate - Salapang yang tetan bertahan sebagai pemimpin-pemimpin t k yat di negeri asal. Arung dan li t, Anakarung ini, ^tukkepentilla.„^ dentifikasi sementara, savS in' golongan Elite Feodal r » ? * ^am akan .1• Arung Matoa-Wajo, ..... 1 orang ~--^Sj-sionil: 2'. Arung Ennennge , ....... 6 orang 2. Golongan fungsionii /, y%-" 3 Arung Mabbicara, ..... 30 orang’ (kerajfr^r7'
yang
dalam masyarakat
terdiri
ku kekuasaan dari 3 wanua asal.
atas; l. (khusus di Gowa), Ana 1karaEng MaraEngannaya, Pemimpin - pe mimpin r aikyat ke tuxun'an Bate -
-
Salapango
- b » To-pahrita., yaitu kaum ulama para pemimpin Agama (Islam), c o To-acca atau To-Sulesana, ya itu orang-orang cerdik pandai. To - Sugi, yaitu örang-orang " haxtawan. " e.- To-Warani, yaitu orang-orang peiaberani, pahlawan (kesatria)
6 . Terjadinya kelompok Elite dari go• longan kedua (Elite ar i s tokrat -fungsioniil) tersebTlt^dï ataè\ yang menempati pexSnan Strategic Elite, dapat bèrasal dari keloSpoïc~ Anakarung yang tidak'rerpilih kedalam jabatan-jabatan kekuasaan Pemerintahan (baikdi pusat maupun di daerah-daerah bawahan), atau karena mengalami degenarasi k e m u m i a n darah. Dari kalahgan To-Maradeka - pun dapat tampil sebagai warga Elite ini, bilamana mereka skngguh — sungguh mem punyai kemampuan pribadi untuk menjadi ulama, orang pandai, orang kaya dan orang pemberani, yang memperoleh pengakuaii atau legalitas dari Super-Eli te. Bilamana merèka sudah berada dalam kalangan Elite ini, maka tintuk memper— oleh pengokohan atas statusnya, mere— kapun berusaha mengambil isteri dari kalangan bangsawan. Dengan demikian, terjadilah asimilasi yang mendekatkan •mereka atau ke turunan mereka kepada golongan bangsawan (anakarung) yang sebenamya.
Golongan ini ..menurut lontara* di sederajatkan dengan Anakarung (Bangsawan), walaupun mereka ,tidak bexasal dari ke turunan To-Manuxung .(Gowa atau Bone)-. Untuk kepentingan inden tif ikasi, sementara mereka kami namakan sebagai kelompok Elite Aristokrat-fungsionil * Dari golongan atau kelompok inf ,■ potensiil muncul orangorang terbaik yang dapat disebut Eli te, dalam pengertian bahwa pendapat-pendapat, keputusan-keputusan dan tindakan—tindakan mereka, membawa-akibat 7. Setelah mëndapat status dalam Elite penting dan menentukan kehidupan warga pertama (Peodal - tradisionil) atau terbanyak dari ,masyarakat bersangkut- kedua (Aristokrat - fungsionil), maka an. merekapun mendapat peranan - peranan yang memberikan kepada mereka legalitas 5. Terjadanya kelompok Elite dari gokepemimpinan dalam masyarakat, yang - _ longan pertama (Elite Feodal Tra- pertama karena ke turunan dan tradisi disionil) di atas, yang dapat. disebut yang lainnya karena kemampuan-kemampuSu^er - Elite, banyak ditentukan oleh 311pr®st?,si P^i^adi. Masyarakatpun mepewarisan ketemurunan darah atau ke- muliakan mereka, TJntuk kalangan mereaiumian darah, yang dapat dipertahan- kapun ditentukan berbagai atribut, kan atau dicapai seseorang melalui simbol - simbol atau tingkah laku yang perkawinan pada derajat darah kebang- menunoukkan tentang status-mereka da - sawanan yang sama. Seseorang dapat lam masyarakat. Usaha mempertahankan terpilih menjadi Mangkau (Raja di Bo status itu menjadi pedoman utama dal nm ft6) S Somba (Raja di Gowa) apabila o- kegiatan-kegiatandan tingkah laJcu me a?ahg itu 'menurut' silsilahnya lahir reka dalam masyarakat, apabila mereka da3*i ayah dan ibu yang berdarah m u m i . menghendaki untuk ditaati orang banyak Darah m u m i itu disebut Maddara-Tak(berdarah putih), ke turunan m u m i Tó~Manu3rung, Raja pertama. Tidak1906, ^ • joengherankan apabila masalah perdalam golongan ini menjadi ma- ai dengan susunan Administrasi ’kekua itü.8^ ^ 0^® èangat pentingj karena hal saan Hindia Belanda, Sulawesi Selatan al ^ ^ t menentukan struktur sosi- dibagi atass ' Jceku««? ^ “nya dan menopang struJftur -n^-r ~ kerajaan. Golongan Su1» Daerah -/daerah Zelfbesturende ^ ^ -Wajo ditentukan melalui Lahdschappen, atau aaerah-daerah g a x i s limas'keturunan -nemaneicu pemang- Swapra.ia fiHwrfil^i th. 1923). vai+n /la-
8. Sebelum perang-dunia ke IX , mulai tahun yaitu pada zaman keku asaan Pemerintah Hindia Belanda, sesu-
erah-daerah bekas pusat Kerajaan Gowa, Bone, Wajo1, Soppeng dsb-nya. Pada da erah-daerah Swapraja itu, masih-tetap dipertahankan- adanya raja dan aparatur bawahan yang berkuasa di bawah tilikan pegawai-pegawai administrasi ke kuasaan Eindia-Belanda, seperti Assisten Resident, Controleur dsb-nya»
keturunan atau keluarga yang berasal dari kalangan yang menempati Elite, za man lalu, baik daxi stock feodal-tradisionil, maupun daxi stock aristokxat— fungsionil,. Golongan pegawai ini pada umumnya mendapatkan nilai texsendiri dalam kehidupan masyarakats se bagai potensi untuk terjadinya suatu Elite baru» 2. Daerah - daerah Gubememen (Gouvemements gebieden), yaitu da- 10. Golongan pegawai tersebut, walauerah-daerah yang diurus langsung oleh pun telah memepero.leh pendidik pegawai-pegawai administrasi kekuasaan an modem, masih tetap mempertahankan su Hindia-Be 1anda. Daerah-daerah ini wa- atu identitas zaman lainpau yang bexlaupun tadinya adalah daerah - daerah orientasi kepada status, selalu beratau negeri-negeri yang berada di ba usaha mencapai status yang lebih tingwah kekuasaan atau pengaruh kekuasaan gi, serta mencontoh pola kehidupan Kerajaan Bugis atau Makassar tertentu, dan tingkah laku yang terdapat pada tetapi setelah tahun 1 9 2 3 , tidak lagi status yang lebih tinggi. Pola-pola mempunyai. hubungan kekuasaan secara tingkah laku lahiriah kepemimpinan hierarchis organisatoris, dengan bekas zaman lainpau masih tetap mewarnai sebekas kerajaan Bugis atau Makassar pak terjang mereka dalam masyarakat, tertentu itu. Daerah - daerah seperti dan masyarakat yang sudah terbias'a' de itu di jadikan satuan daerah adminis- ngan pola itupun menerimanya sebagai tratif Hindia Belanda, yang di sebut keadaan wajax, sebagai kelanjutan za Afdeling di bawah pimpinan seorang man lampau. Assistent Resident (Belanda) dan onder-afdeling di bawah pimpinan seorang 11. Kaum Elite dalam watak yang?sama Controleur (Belanda). Adapun daerahdari warisah zaman lalu. menempati daerah administratif di bawah onder komposisi yang baru dalam Elite baru, afdeling yang di sebut District atau yang : dapat •disimpulkan sebstgai* bëriWanua, dipimpin oleh pegawai administ kut i rasi yang pernah memperoleh pendidikan Sekolah Pangreh Praja, dengan pangkat a. Kaum bangsawan yang setia' ke Bestuur Assistent (BA') atau Hulpbes Tpada Belanda dan Pegawai. ■ “■pegatuur Assistent (EBA) . Di beberapa tem wai Pangreh Praja (BB° Ambtenaren), pat (District Wanua), adakalanya juga s e l a n jutnya kami -setrut sebagai Elite masih dipertahankan adanya kepala - ke HB . (Hindia Belanda), golongan -utsaato. pala District/Wanua yang berasal dari b. Katun pegawai ‘ gubememen lain keturunan raja-raja bawahan zaman ke rajaan Bugis-Makassar zaman lalu. nya, selanjutnya kami sebut"'se bagai Elite HB. golonganméïïengeh ^yang .9 . Baik pada daerah-daerah, Swapraja, terdiri daxij • • ' maupun pada daerah-daerah Gubeme b. 1. Kalangan cenfekiawan,.yang men, di kembangkan sTjatwu^arat adcai mendapat pendidikan formil nistrasi kekuasaan Hindia^SEleXanda, HB. • /\ yang membentuk golongan baxii, yang ,b. 2. Kalangan,ulapa agama/adat kemudian di kenal^ dengan -riama kaum Ambtenaar atau Pe gawai^Pemerintah, de dan peijdjmpi^pei^Liapin pérgerakan §osial ngan berbagaimacam pembahagian tudan tingkatan-tingkatan kepangkatan« » ‘ ' ■ ‘ f *» nya. Golongan Pegawai Administrasi c. Kaum hartawan, pedagang dan. peng-Pemerintahan, terutama. mergka yang di usaha lainnya,. yang selaniutnva sebut BB. Ambtenaren "pang^h-Praja), kajaai sebut. Elite HB golongan dasar. yangmemperoleh peyididikan pemerintahan seperti OSVIAs/ SIBA dan s^ebagainya, Komgosisi .Elite inilah yang kebanyakan dari Vèreka, térpilih. dari sung terus ? sampai terjadiny®
dania ke-II, penduduk Jepang, dan ter sudah Revolusi kemerdekaan 17 Agustus jadinya komposisi baru setelah revo 1945 menunjukkan bahwa super Elite Ke rajaan Gowa mengalami kemunduran, dilusi kemerdekaan Indonesia. bandingkan dengan golongan Elite yang Hasil-hasil pergeseran anggota-angBone gotaElite dari zaman kerajaan-keraja berasal dari Kerajaan-kerajaan an Bugis-Makassar kepada Elite Hindia- dan Wajo pada zaman lampau. Belanda dan selanjutnya ke Elite seIII. ELITE SESUDAH EER M G DAN KEMKRDEKAAN 1.
Zaman pendudukan Jepang banyak mem HBc dari golongan menengah, terjun bawa perobahan-pero.bahan--pandangan ke medan perjuangan kemerdekaan. Seterhadap kenyataafif^'kenyataan social, bahagian menjadi prajurit Tentara Naterutama dalamfperwujudan Elitgj^Di- sional Indonesia, sebahagian lainnya sekitar tempat tempat— ksmff tawanan menjadi pemimpin-pemimpin Partai Poli perang yang terdiri dari orang-orang tik. Banyak pula yang terjun kedalam Belanda atau orang bangsa kulit putih lapangan pendidikan dan menjadi oranglainnya serta orang-orang Bumiputera orang cendekiawan. sangat setia kepada Belanda dan berkuc. Banyak pula keturunan dari kaasa pada zaman lalu, penduduk menjumlangan Elite HB. dari golongan pai mereka sebagai orang-orang yang dasar, setelah selesai revolusi kemertak mempunyai apa-apa. Mereka miskin, dekaan, melanjutkan karir dilapangan kurus-kurus, dan tak mempunyai sema usaha perdagangan dan pemiagaan, dingat . Pada mulanya mereka adalah orang- samping lapangan-lapangan lain seper orang yangberkuasa, kaya dan dimuli- ti tersebut diatas. akan j tetapi sekarang menjadi tawan an orang Jepang, Kenyataan-kenyataan 3 o Tokoh-tokoh puncak dari golongangolongan tersebut di atas (III. 2) seperti itu membawa kesadaran baru bagi setelah revolusi fisik (1 9 5 0 ), berpinpenduduk, bahwa seseorang tanpa kemer dah tempat dan menrusatkan diri di kodekaan, tanpa kekuasaan akan mengalami ta-kota, terutama kota Makassar (Ujung pen^iinaan5 tanpa^kekuasaan segalanya Pandang) dan mengendalikan kehidupan akan berakhir o Sedikój^-banyak, kenyataan - kenyataan seperti ini mendorong masyarakat Sulawesi Selatan pada umum penduduk untuk tidak sudi menerima nya. (Chabot, H, Th. 1970). Dalam kot a kembalinya kekuasaan Belanda, ketika Makassarlah dapat dilihat dengan nyata perang berakhir dengan kemenangan se- terbentuknya Elite baru dewasa ini» kutuo Itu pulalah yang menjadi salah seperti yang telah disebut diatas (I* satu sebab, mengapa ketaatan penduduk 4.) yaitu sekelompok orang-orang dala® kepadaElite yang berbéntuk pada zaman masyarakat yang pendapat-pendapat, keHindia-Belanda mengadi sangat luntur, putusan-keputusan dan tindakan-tindaktimbul hilangnya" kepercayaan di hati annya mempunyai akibat penting dan me~ nentukan bagi kehidupan bahagian terpenduduk terhadap mereka. besar warga masyarakat. 2. Revolusi Kemerdekaan (1945 - 1950), mengoyak dan merombak sendi - sendi 4 . Untuk lebih membatasi diri dala® meng - identifikasi apa yang kami bangunan Elite sosial zaman lampau, tampak pada hal-hal sebagai berikut % maksud dengan Elite, baik yang sup®37 maupun yang strategic di Sulawesi Se a. Banyak keturunan anggota golongan Elite zaman lampan (Elite Fe- latan, yang bersumber semata-mata da^1 odal-Tradisionil dan Aristokrat-fung- stock Sulawesi Selatan sendiri, ka®1 sionil), terutama yang tersisih dalam pergunakan batasan yang dipergunf^9^ pembentukan Elite Hindia. Belanda dari oleh H» Lasswells seperti telah dise" golongan utama, terjunke meden perju- but pada bahagian depan. . "The influential, are those who S axigBXi kemerdekaan dan menjadi prajurit j7jP_ntaxa Uasional Indonesia» the most of what there is to get. •°c' Those who get the most are the elite l) Banyak keturunan anggota Elite
the rest are mass." (i960
s 13 )°
dan beberapa buah Perguruan Tinggi 5. Lapangan - lapangan strategis, yang Swasta. Semua berdomisili di kota Ma utama menentukan perkembangan ma kassar» Beberapa Lembaga Pendidikan syarakat Sulawesi Selatan, sekarang lainnya bertingkat Akademi-akademi kejuruan, baik kepunyaan Pemerintah ma dapat dibagi atas s upun Swasta, juga berkedudukan di ko a. Lapangan Militer, TNI Angkatan ta Makassar. Dari kurang lebih 15.000 Darat pada khususnya dan Ang katan Bersenjata R.I. pada umumnya. orang mahasiswa menuntut pelajaran pa Khusus di kalangan TNI Angkatan Darat da Perguruan Tinggi - Perguruan Tinggi orang-orang Sulawesi Selatan dapat di- itu, 80 °/o di antaranya berasal dari katakan lebih banyak menduduki posisi- daerah - daerah pelosok Sulawesi Se Di antara pengasuh Perguruan posisi komando (pimpinan) bawahan di-- latan. Tinggi, kurang dari 60$ berasal dari bandingkan dengan apa yang tersebut Sulawesi Selatan. Di antara mereka pada angkatan-angkatan lain, baik da terdapat kurang dari 5 orang berpanglam arti kwantitas maupun kwalitas, kat Guru Besar, beberapa puluh orangb. Lapangan Pemerintahan Sipil. Pu- orang berpangkat Rektor dan Rektor Ke cuk pimpinan Pemerintahan Sipil pala. Hanya 3 orang yang bergelar purtingkat Propinsi ( Sulawesi Selatan ), na-sarjana Doktor. Mereka yang diang terdiri dari seorang Gubemur / kepala gap menempati posisi-posisi berpenga Daerah, seorang Sekretaris Daerah, be ruh pada sektor ini, berasal dari la berapa orang residen, 5 orang anggota tar belakang stock HB sebagai berikuts BPH. Kuranglebih 10 orang inilah yang kurang lebih 28$ dari stock Elite menduduki posisi puncak dalam mengenHB. dari golongan utama (il. 11 .a.) dalikan kekuasaan pemerintahan sipil kurang lebih 45$ dari stock Elite tingkat Propinsi, adalah golongan Elite HB. dari golongan menengah (II. 11 .b.) sesuai dengan batasan yang dipergu kurang lebih 37 $ dari stock Elite nakan, Propinsi Sulawesi Selatan diba HB. dari golongan dasar (II. 11=c.) gi atas 21 daerah Kabupaten dan 2 buah 6 . Pimpinan Puncak di Sulawesi Sela Kota-Madya, masing-masing dipimpin otan, yang dapat digolongkan lebih lèh seorang Bupati/Kepala Daerah. 10 + ke dalam super-elite disebut MUSPIDA 23 = 33 orang tokoh dalam pimpinan da(Musyawarah Pimpinan Daorali) Tingkat erah, merupakan Elite Strategis (pejaPropinsi Sulawesi Selatan» Anggota-* bat-pejabat teras) dalam lapangan peanggotanya terdiri dari ? merintahan sipil, yang dapat diperin1. Gubemur/Kepala Daerah Propinsi sebagai berikut s Sulawesi Selatan. 27?4% dari stock Elite HB. dari go 2» Panglima-panglima ketiga angkat longan utama (II. 11.a) an dan Polisi. 36,6^ dari stock Elite HB. dari go3 » Kepala Kejaksaan Tinggi. longan Menengah (ll« 1 1 -b) 4 . Kepala Pengadilan Tinggi» -'5S7% dari stock Elite HB. dari go Kalau Muspida ini dapat dianggap se longan dasar (II. 11.c). bagai Super-Elite maka Sulawesi Sela 0,3$ dari luar Sulawesi Selatan» tan dewasa ini terdiri atas 7 orang. kebih dari 50^ (tepatnya 17 orang) d.iSeorang berasal dari Sulawesi Selatan ®^tara 33 orang pejabat teras itu tersendiri dan enam' orang lainnya berasal i^i dari anggota Tentara/ABRI yang di~ dari luar Sulawesi Selatan.^ ka^yakan dalam rangka dwifungsi. 35$ Seorang yang berasal dari Sulawesi ' tepatnya 11 ) orang di antara 33 °“ Selatan itu berlatar belakang stock taaig pejabat teras itu merupakan luElite HB. golongan dasar, (ll.11.cu), ,Usan Universitas yang bergelar saryakni anggota TNI / &D yang ikut dalam Jcyia,„ perang kemerdekaan tahun 1945- 1950» c“ Lapangan Pendidikan Tinggi» Di v Sulawesi Selatan terdapat tiga 7. Sesaat sebelum Pemilihan. Urnum tahun Y9*1 Perguruan Tinggi lcepunyaan Perne 1 9 7 1 , salah satu strategic - elit* yaitu Universitas Hasanuddin, yang terbentuk oleh Partai-partai ?°~ j s^itut Keguruan Ilmu pendidikan(IKI ) litik memberikan peranannya dala® De~ 911 Institut Agama Islam Negeri (IAIN )
wan Perwakilan Rakyat Daerah (Semen tara) , baik dl tingkat Propinsi maupun di daerah-daerah Kabupaten. Kebanyakan mereka berasal dari stock Elite HB, gol. menengah (II. 11. b .), khususnya dari kalangan Agama untuk Partai-partai Politik berdasarkan Agaraa Islam» Pemilihan ïïmum th. 1971 membuka lembaran baru pula bagi terbentuknya Elite (strategis) baru, yang berporos pada supermasi golongan Militer (ABRl) yang ber-dwi-fungsi, memasuki dan menguasai hampir semua lapangan non-militer dalam kehidupan masyarakat. Pada waktu ini, selain posisi-posisi kunci dalam lapangan pemerintahan sipil, ju ga dunia usaha dan niaga dimasuki dan dikendalikan oleh orang-orang militer atau veteran dari perang kemerdekaan.
Peranan militer dalam istilah dwifungsi itu merambat sampai ke desa-desa,baik sebagai pejabat-pejabat resmi kecamatan dan desa-desa maupun dalam bentuk usaha pemilikan tanah berupa usaha pembinaan desa-desa Sapta-Marga bagi anggota-anggota tentara yang akan dipensiunkan.Hal ini menunjukkan sua tu watak perkembangan baru dalam rangka terwujudnya suatu struktur-sosial baru di Sulawesi Selatan, sebagai su atu transformasi sosial-budaya/sangat menarik. Ketaatan rakyat terhadap Elite-elite baru ini, dalam t r a n s f o r masi sosial-budaya dengan struktursosial baru, masih memerlukan penelitian yang lebih cermat, u n t u k menemukan bentuk-bentuknya yangpasti dan yang menguntungkan perkeobangan.
IV. PENUTUP DAN KESIMPÜLAN-KESIMPÜLML 1 . Sejak jatuhnya regiem Soekarno ta perseorangan tidak secara institusihun 19é8 dan tampilnya regiem Orde onil. f Baru dibawah pimpinan Presiden Jende3 . Golongan pedagang dan pengusaha ral Soeharto di Pusat Pemerintahan Re yang stabil di Sulawesi Selatan? publik Indonesia di Jakarta, maka Elite pada umumnya terdiri dari orang-orang Sulawesi Selatanpun mencoba menemuCina, baik Warga-Negara maupun Asing* ^kan bentuk yang serupa dengan yang Sejak akhir perang dunia ke II m e r e k a terdapat di pusat (Jakarta). Menurut gambaran urnum, maka super-elite di pu menempati posisi. ekonomi yang k u a t . Dari dahulu mereka berhasil melakukan sat kekuasaan R„I. di Jakarta terdi ri dari kaum Militer yang menjadikan/ kepada kalangan Elite pri umi yang paling kuat dalam kedudukan? mengangkat golongan cendekiawan (nonmiliter), yang ber-akar dari dunia pengaruh dan kekuasaan. Mereka adalah Perguruan Tinggi/Universitas, sebagai usahawan-usahawan yang ulet dan cepartner dalam mengendalikan gerak ke katan. Pada waktu sekarangpun mereka hidupan kekuasaan di segala sektor ke berhasil melakukan pendekatan kepada Elite Bumiputera yang paling kuat da hidupan pada umumnya. lam kedudukan, pengaruh dan kekuasaan» 2. Di Sulawesi Selatan, usaha-usaha yang pada masa kini kebetulan adalah kearah penggalangan partisipasi du golongan Militer, baik yang bertugas nia Perguruan Tinggi dalam perkembang- dalam lapangan militer maupun dalam an m a s y a r a k a t pada umumnya ada juga lapangan non-mi liter. Para pengusaha diusahakan atas prakarsa pemimpin-pe- dan pedagang-pedagang Bumiputera (a~ mimpinMiliter, naik oleh Panglima Ko— tau yang sekaranglazim disebut seba wilhan IV Sulawesi, antara tahun-tahun gai pribumi) yangkelihatan berhasil» niscaya mempunyai sandaran atau se1968 - 1970. Selama tahun-tahun itu hampir semua usaha penggalangan parti- kurang-kurangnya relasi pada golong" sipasi dengan dunia Pendidikan Tinggi an Elite itu dalam berbagai bentuk tidak bersifat konsepsionil yang mavariasinya. Relasi usaha dengan Pe-T tang, sehingga konsepsi partnership dagang/pengusaha non-pribumi ( Cina ) fZ L li ter-Cendekiawan pada kenyataannya berarti tersedianya kesempatan hagi s e k a r a n g berbeda dalam keadaan yang pengusaha non-pribumi itu untulc d& r g,-pvh dan bersifat insidentil, perse- ngan aman berlindung^ dibalik najafuat axifdft m e la lu i p ende.katan-pendekatan sahawan - usahawan pribumi yang
sandarannya, seperti disebut diatas. 4- Baik strategic-elite, maupun super elite Sulawesi Selatan sekarang terdiri dari golongan ABRI / TNI-AD. Mereka umumnya berlatar "belakang dari stock Elite HB. gol. menengah (ll.11. b.). Mereka terutama adalah pejabatpejabat daerah bawahan yang rata-rata kurang memahami arti dan hakekat missi dwi-fungsi ABRI atau sama sekali tak mau mengambil perduli akan idealisme sejarah per juangan nasional bangsa In donesia dalam hubungan kehidupan nasi onal dan internasional di bidang poli tik, ekonomi dan kebudayaan, serta keharusan sejarah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia zaman muthakir. Mere ka mempunyai kecenderungan umum bersikap dan bertingkah laku menempatkan go longannya lebih atau diatas golongangolongan lainnya dalam masyarakat. Me reka selalu berusaha memperoleh pengakuan status dan supermasi golongan mereka diatas go1o n g a n - go1ongan lain nya dalam masyarakat Sulawesi Selatan yang-merupalean "traditionil oriented spclètyj'. Maka mereka yang demikian /itupun berbuat, melalui berbagai usa/ha 4j, /inengkaitkan diri kepada pemi( likan atribut-atribut Elite zaman lamV pau, /yaitu Elite Feodal - Tradisionil (ll<4.(1).). Kebanyakan mereka (sadar atau tidak sadar, dan inilah seginya yang menarik) telah berhasil menstabilisasi pola-pola struktur sosial-budaya dari zaman lalu', dan mendinamisasi terbentuknya semacam lapisan neo-feodalism,yang béroriéntasi pada status. Rupa 7 /rupanya mereka berhasil dengan baik-'meniru pri-laku itu, akan tetapi kurang berhasil mentransfer kewibawaan kepèmimpinan seperti yang dipunyai oleh\vsuper-elite zaman lalu di hati rakyatnya. Mereka larut dan kembali kepada pengokohan sikap Htraditionil oriented society" yang dibangun dengan ** shame culture ", yaitu suatu sikap
4)
peradaban yang didasarkan kepada rasa malu yang negatif. Dalam hubungan itu, seseorang yang sudah larut pada orientasi semacam itu akan berusaha mempertahankan statusnya dengan segala cara, meskipun sesungguhnya yang bersangkutan tidak berfungsi baik (menurut ukuran rationil) dalam status itu. Satu kritik atasnya, atau satu usaha fihalc lain yang memperlihatkan kesalahannya akan dianggap menghina status, maka iapun marah dan merasa dihina. Terha dap atasannya ia menyembunyikan kelemahan-kelemahannya dengan jalan ser vices yangterkenal di Indonesia dengan istilah ABS (Asal Bapak Senang), Begitu pula iaharapkan bawahannya berlaku atas dirinya. Sikap demikian sudah pasti salah, karena tidak sesuai dengan aspirasi pertumbuhan dan kehidupan ABRI sendiri sebagai stabilisator dan dinamisator kehidupan masyarakat yang dicita-citakan. 5. Kehidupan dunia Pendidikan formil pada umumnya, Perguruan-perguruan Tinggi pada khususnya di Sulawesi Se latan, selalu diharapkan untuk menjadi pembina strategic-elite, yang dapatmemberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan masyarakat, dalam arti berkembangnya satu sikap masyarakat yang berorientasi kehaxi depan yang lebih terbuka. Akan tetapi missi ini kelihatannya masih kurang berhasil, ■untuk dapat dikatakan telah menghasilkan strategic-elite dalam makna seper ti disebut diatas. Banyak orang telah berhasil mencapai gelar kesarjanaan. Sebahagian mereka yang telah berhasil itu segera merasa puas dengan titel itu, yang baginya merupakan semacam lisensi untuk status kehormatan dalam masyarakatnya yang tradisionil. Mereka yang berhasil itupun, kebanyakannya berlatar belakang dari stock Elite HB. gol» utama dan menengah dasar. Selanjutnya secara sadar atau tidak sadar.
•Dengan "berbagai usaha",yang dimaksud adalah berbagai perbuatan yang mengimitasikan diri dengan kaum raja (bangsawan) dalam struktur masyarakat zaman dahulu, dalam upacara-upcara, perkawinan, keinginan dihormati, memeliha^a pengilcut pribadi yang setia (joa1) dan segala atribut lahiriah, mendemons^a' sikan kemewahan/kekayaan materiil, yang dapat secara langsung memperliha^ perbedaan-perbedaan mereka dari golongan masyarakat lainnya.
Z~r! r ^ men°Pan£ lahiW a lapisan neo-feodahsm dengan memperkuct silcap traditioml oriented society. Kebanyakmereka memilih lapangan pekerjaan epegawaian (baik militer maupun siPil;. Sangat kurang dari mereka yang ilmffc1 PSnUh.rasa kesadaran panggilan dalam ri laPanê'ai:1 pengabdian alam dunia Ilmu Pengetahuan yang me-
kekurangan alat untuk mengembangkan potensi dari missinya, malahan adakalanya harus mengorbankan sikap objektif ilmiahnya dalam menanggapi kenyataan - kenyataan sosial di luar dan di dalam kampusnya. Pembinaan Mahasiswa kearah terbentuknya kader-kader bang sa yang diharapkan mampu bersikap objektif menghadapi pembangunan masyarao S S t f ltalP b6?aS (inaeP“ i®t), ber- katnya dimasa depan, lambat laun mengvar, J pada technologically pHaiami kelesuan dan kehilangan idealis dan bersif at achievement me. a ini tentu sangat tidak menguntungfcan perkembangan yang diharapkan 6. Kalangan cendekiawan yang bergerak di masa depan, dalam lapangan Pendidikan Tinggi kurang mempunyai kemampuan atau kurang 7° Bllamana_ kita mencoba merumuskan °mP°slsi Elite - baru di Sulawesi mempunyai keberanian mengembangkan sikap independent lebih jauh keluar dari n J Plu g3n raembandingkannya dekit» av ,e zaman~zaman lampau, maka i t u l S r \e”? f ■■te”b0lckam^ • SelaS ^ Perl^ingan-perban_tldak mempunyai atau serba d i ï l ^ ^ dmgan sebagai berikut s Elite Periode Lontara " xm ., . ■ — --- ---------------- Elite Hindia—Belanda Elite zaman sekarang ]) % Axuns dengan lingkut) 1). Kaum keturunan bang fS aSS Sg (Raja d S T k ^ 1)» Super Elite, mela sawan yang setia kepada bangsawan),menduduki jalui linglcup garis koatan-jabatan pemerintah- Belanda & BB. Ambtenaren mando (Corps) menduduki Umumnya berasal dar-i da* bailf di PUsat maupun jabatan-jabatan puncak di daerah-daerah bawahan, d a f q daerail Gube^ m e n di tingkat Propinsi (Dvidan Swapraja yang setia. melalui seleksi kemumifungsi ABRl), ditambah an darah. ala kadarnya dari cen dekiawan sipil. 2)o Strategic-Elite, dari 2)o Kaum Ambtenaar laingolongan fimgsionil lain2). Golongan fungsionil nya dalam masyarakat s yang terdiri dari lain dalam masyarakat > terdiri daxi To-paniJ^ Cend.ekiaw3n yang terdiri dari golo-Acca, To-sugi'dan T o ’ p endi dikan f ormi 1 „ p a„ longan cendakiawan; V&Warani. Mereka disedera" ra pemimpin pergerakangawai sipil pemerintahjatkan dengan bangSawan™ gamas sosial dan polian s usahawan dan niaga peniuq?hra pedaS'ang dan wan. Mereka, disatukan v'cgHê' kerhasil. kedalam organisasi kekaryaan ( GOLKAR ) atau \Hodm aw. t6vto(u, KORPRi, dimana golong" ■tfft.^ ^ \ Ö» Pada dewasa ini seolah - i v, ~ ~ ~ menjadi aksioxaa, bahwa mtit telah gantikan seseorang pejabat b e ^ ^ " landarTv Ra^a"Gowa da« lain-lain buiungsi dalam jabatan-jabatan « fe' ( b e r d a r S f p i ? ^ kala °al0n itu niscaja^a17 i^ngan militer? demikian yan^ 5’ ke'Wat^n-fcenyatax»ifaraaai4uea 0leh kesimüUia’ tap 4.^ ditarik k'esim/ulan s t e n jalr PilCiran fta.sMkÏÏ. wesi Relate m 1n ara ÉljLte/pul»' „ suatu yang mustahil ■ n f l n A j , pada zaflandi- - ^ p - a V t r ^ ^ f p c i 6 ,t U t ï r ffiemkxrican calon„oalon ^ ^ t S a ^ Pada cara
untuk sampai *2pada
keanggotaan Elite itu. Pada zaman da hulu adalah melalui pewarisan biologis melalui seleksi mempertahankan kemurnian darah (keturunan ). Pada zaman Hindia-Belanda adalah melalui seleksiseleksi keturunan Elite zaman baru, dan kesetiaan kepada Pemerintah Hindia-Belanda, serta achievement atau ke unggulan pribadi. Pada masa ini adalah melalui anggapan charismatisme yang diduga lehir dari anggapan masyarakat tentang heroic leader yang dilcagumi serta kesetiaan kepada disiplin Corps, dengan otaritarisme yang tertutup,Ke adaan itu, secara strukturil mungkin masih cocok bagi masyarakat desa-desa pertanian Sulawesi Selatan yang tradi- ■ sionil, yang masih memiliki perasaan kagum terhadap adanya heroic leader, akan tetapi niscaya tidak dapat mendorong lahimya suatu masyarakat Sula wesi Selatan yang penuh dengan gairah dan juga potensi untuk berkembang men
jadi masyarakat modem untuk masa de pan yang dekat. 1 0 , Suatu Elite modem masih perlu ditunggu perkembangannya di Sulawesi Selatan. Elite modem itu, seperti dikatakan oleh Sartano ( 1974 ), adalah Elite baru, sebagai pemimpin yang dapat di—identifikasikan sebagai "orga*nization man” 5 elite modem yang bersikap idéalistis dan yang sangat menyadari peranannya, simbolis sebagai pendukung ideologi-ideologi modern se perti anti feodalisme, anti koloni alisme, demokratis, humanitarianisme, populisme, sosialisme dan sebagainya.. Pendek kata, Elite modern itu harus dapat berfungsi sebagai akumulator idea-idea pembaharuan, sedangkan tentang dari golongan iuana akan munculnya dari segenap golongan bangsa Indonesia, tidaklahnenjadi soal yang penting diperdebatkano
— 0O0— Daftar buku bacaan, yang dipergunakan. 1. Chabot ,H»Th„, "Een Rlite in Zuid Sulawesi, 11 Liber Amicorum,E.A.A. J.A* Al~ (1970) lard, Leiden. 2. Priedericy,H. J., De standen bij de Boeginezen en Makassaren, jlc90,IV >BKI (1930) 3- Harsja WoBachtiar, "Masalah Pemimpin di Indonesia1', Jakarta, Sebuah paper (1 9 7 0 ) dalam seminar Masalah Sikap Mental dalam Pembangunan. 4» Koent jaraningrat dan M.G. Tan.; "Masalah Kepemimpinan dalam Pembangunan Na~ (1 9 7 0 ) sionalu, Jakarta. Sebuah paper dal ^.Sein-oiai-..Masalah Sikap Mental dalam Pembangunan 5o Lasswell,H., Politics, "Who gets What, When, How ?", New York, (1 9 6 3 ) Random House. 6 c Sartono Kartodirdjo, Kepemimpinan dalam Sejarah Indonesia, sebuah ceramah, (1 9 7 4 ) dimuat oleh s.lc. Sinar Harapan, 24* Mei 1974-
7-
Suzanna Keller, (1963)
8 « Thom ICerstiens, (1963 ?) ’
Beyond the Ruling Class, New York, Random House. New Elite j-JLA§A^i...a;r1^ Africa, Countries".
i! Elite in developing
1 1 FEB
20 a
2 2 MAR 2010 o 6 APR 2010
W"
{_ S m
1313
M 1 JAN 2012' 2 k MAY W i
Q 5 JUM 2012 a ö ocT m
21 NOV 2012 ^ Q Uc£ 20^
f 2 HAY 2 0 D 0 6 NOV 7013 1 7 DEC 2013
n
s Ef
m
- ~ ’c * c r
959-'4 Mat; I
PERPUSTAKAAN
PUSAT
risBOLtaffi: UNIVERSITAS INDONESIA '
JWattulada. Buiis-L'ekasoriaisnusie dan k e t u d s y e e n n y a 1.