TERAPI PERMAINAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK TUNA GANDA DI PANTI SOSIAL WISMA TUNA GANDA PALSIGUNUNG Winesthy Septania Puri, Sari Viciawati Machdum Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok E-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini menjelaskan mengenai media terapi permainan, serta fungsi media yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terapi permainan merupakan terapi menggunakan alat bantu permainan yang mengandung nilai pendidikan (edukasi) dan dapat merangsang seluruh aspek kemampuan (potensi) anak, yaitu: aspek motorik, aspek bahasa, aspek kognitif, dan aspek sosial. Terapi permainan tersebut diberikan kepada anak-anak tuna ganda dengan bimbingan para terapis. Kata Kunci : anak tuna ganda, media permainan; terapi permainan
Play Therapy Using the Tool Educational Games in Children with Multiple Disabilities in Wisma Tuna Ganda Palsigunung Abstract This study describes media play therapy, and functions of the media used in the play therapy to children with multiple disabilities in Wisma Tuna Ganda Palsigunung. This study is a qualitative research with a descriptive design. Results of the study shows that the game therapy is the therapeutic use of tools that the game contains the value of education and can stimulate all aspects of capability (potential) children, such as: motoric aspects, aspects of language, cognitive aspects, and social aspects. The play therapy given to children with multiple disabilities with the guidance of the therapist. Keywords: children with multiple disabilities; game media; play therapy
PENDAHULUAN Kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai kegiatan yang terorganisir bagi peningkatan kesejahteraan sosisal melalui menolong orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam beberapa bidang. Di Indonesia ada dua bidang kesejahteraan sosial, yaitu bidang kesejahteraan sosial dalam arti luas seringkali diidentikan dengan bidang yang terkait dengan kesejahteraan rakyat yang meliputi berbagai Departemen terkait dan bidang kesejahteraan sosial dalam arti sempit sering diidentikan dengan bidang-bidang yang ditangani oleh Departemen Sosial, salah satunya bidang yang terkait dengan kelompok khusus.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi kehidupan yang diharapkan masyarakat tidak dapat terwujud bila tidak dikembangkan usaha kesejahteraan sosial, baik oleh pemerintah, organisasi non pemerintah, maupun dunia usaha. Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara kongkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan atau masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Kesejahteraan sosial yang dikembangkan melalui usaha kesejahteraan sosial diperuntukkan untuk seluruh warga negara tanpa terkecuali yang didalamnya terdapat anakanak. Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa, yang terdiri dari 119,6 juta laki-laki dan 118,0 juta perempuan. Dari jumlah tersebut, sekitar 81,4 juta orang atau sekitar 34,26 persen diantaranya anak berumur di bawah 18 tahun. Setiap anak yang lahir ke dunia rentan dengan berbagai masalah. Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat digolongkan menjadi empat, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan keadaan fisik, psikis, sosial, serta kesulitan belajar. Tidak semua anak yang lahir akan mengalami perkembangan secara normal. Beberapa diantara mereka kemungkinan akan mengalami kesulitan atau gangguan yang menyebabkan mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, jumlah anak berkebutuhan khusus yang berhasil didata ada sekitar 1,5 juta jiwa. Anak berkebutuhan khusus salahsatunya adalah anak dengan disabilitas. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (disabilitasi) menyatakan bahwa penyandang cacat (disabilitas) adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya yang terdiri dari: disabilitas fisik, disabilitas mental, serta disabilitas fisik dan mental sekaligus (Universitas Sam Ratulangi Manado Sulawesi Utara, n.d.). Anak Tuna Ganda menunjukkan fenomena-fenomena perilaku, diantaranya kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi, perkembangan motorik dan fisik terhambat, dan kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri (SLB Kartini Batam, n.d). Dari fenomena-fenomena perilaku anak tuna ganda dibutuhkannya layanan rehabilitasi. Tarmansyah (2003, h. 6) rehabilitasi memiliki arti suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk melakukan aksi pencegahan, peningkatan, penyembuhan dan memberikan serta memulihkan kemampuan bagi individu yang membutuhkan layanan khusus. Adapun terapi merupakan upaya layanan yang diberikan dalam pelaksanaan rehabilitasi. Terapi mempunyai makna sebagai upaya penyembuhan dan bukan pengobatan,
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
karena dalam pelaksanaannya terapi dalam rehabilitasi tidak menggunakan obat-obatan, namun melalui latihan dan pemanfaatan tenaga alam sebagai sarana penyembuhan. Semua bidang terapi tergabung dalam tim rehabilitasi bagi individu yang membutuhkan layanan khusus. Kedudukan terapi dalam sebuah proses rehabilitasi adalah menempati posisi yang sangat strategis, bisa dikatakan terapi merupakan otak dari rehabilitasi. Ruang lingkup terapi, meliputi: Terapi Wicara (Speech Therapy), Terapi Fisik (Physio Therapy), Terapi melalui Pekerjaan (Occupational Therapy), Terapi melalui musik (Music Therapy), Terapi melalui Permainan (Play Therapy), dan saat ini telah dikembangkan Terapi Warna (Color Therapy) (Tarmansyah, 2003, h. 7). Dalam (Adi, 2005) metode intervensi sosial adalah sebagai suatu cara atau strategi dalam memberikan bantuan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosialnya. Ruang lingkup terapi merupakan metode intervensi sosial yang dilakukan panti dalam memberikan bantuan kepada anak tuna ganda untuk meningkatkan kesejahteraan. Deborah K. Parker M.Ed. (2006, h.45) menyatakan, “Melalui permainan, anak akan memahami siapa diri mereka, memahami apa yang bisa mereka lakukan dan menyadari bahwa mereka bisa mengurus kepentingan diri mereka sendiri”. Wisma Tuna Ganda Palsigunung dipilih karena merupakan salah satu panti sosial di Jakarta yang bergerak untuk menangani fenomena-fenomena perilaku anak tuna ganda dan juga merupakan panti sosial pertama yang didirikan di Indonesia yang khusus melayani dan menangani anak-anak tuna ganda. Panti sosial ini didirikan atas prakarsa orang-orang penting dengan NGO atau swasta tanpa campur tangan pemerintah itu sendiri. Sebagai panti sosial yang khusus melayani dan menangani anak tuna ganda, panti ini memberikan sarana penyantunan, perawatan, dan rehabilitasi. Pelayanan dan Rehabilitasi Berbasis Panti atau Institusi adalah pelayanan dan rehabilitasi sosial dalam asrama (panti) dengan berbagai fasilitasnya, meliputi pemberian bimbingan fisik, mental, sosial, intelektual, keterampilan. Wisma Tuna Ganda didirikan sebagai bentuk usaha kesejahteraan sosial khususnya dalam rehabilitasi sosial yang cakupan target sasarannya khusus untuk anak tuna ganda yang berasal dari kalangan keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah dan keluarga yg tidak sanggup untuk merawat anak tuna ganda tersebut. Terapi bermain adalah proses terapi psikologik pada anak, dimana alat permainan menjadi sarana utama untuk mencapai tujuan. Bermain sangat penting bagi anak untuk melanjutkan tumbuh kembang dan mengembangkan kreativitas (Yusuf, 2003). Terapi
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
permainan dapat dilakukan untuk seluruh tuna ganda yang mengikuti kegiatan kelas belajar di Wisma Tuna Ganda Palsigunung tanpa terkecuali anak-anak. Selain itu, pada dasarnya semua anak-anak di dunia ini senang bermain. Permainan yang diberikan kepada anak-anak tuna ganda yang mengikuti kelas terapi permainan merupakan jenis permainan edukasi. Permainan yang diberikan kepada anak hanya sebatas melihat kemampuan anak memainkan jenis permainan tertentu dan alat-alat permainan yang diberikan kepada anakanak yang mengikuti kelas terapi permainan juga hanya sebatas diberikan sesuai dengan kemampuan anak selama ini. Dari hasil observasi diawal terapis terlihat tidak termotivasi untuk melakukan perkembangan dalam memberikan alat permainan kepada anak tuna ganda. Sehingga terlihat bahwa permainan yang dimainkan anak dalam terapi permainan selama ini hanya itu-itu saja, seperti meronce, bermain puzzle kertas dan kayu, balok-balok, abacus, mewarnai, dan berhitung. Terapi permainan juga merupakan salah satu jenis terapi yang dilakukan hampir setiap harinya oleh panti dalam kelas belajar sebagai bentuk kegiatan belajar anak tuna ganda dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas anak-anak tuna ganda dalam melakukan kegiatan atau aktivitas mereka sehari-hari. Sarana dan prasarana juga disediakan dalam panti untuk anak-anak melakukan terapi permainan. Alat terapi permainan yang telah disediakan dalam kelas belajar begitu banyak dan dapat dimanfaatkan sebagai alat terapi permainan. Masalah yang sering dihadapi oleh para terapis dalam memberikan bimbingan kepada anak yang mengikuti kelas terapi permainan dengan melihat kondisi kesehatan anak yang penyakit dideritanya sering mengalami kambuh, hal ini juga dapat menjadi faktor penghambat perkembangan anak. Seperti yang dikatakan oleh seorang terapis bahwa salah seorang anak tuna ganda yang mengikuti kelas terapi permainan memiliki penyakit epilepsi, ketika penyakit epilepsinya tidak kambuh anak tersebut sudah bisa melakukan pembelajaran berhitung sampai angka 50. Namun ketika sakit epilepsi yang diderita anak tersebut kambuh maka anak tersebut mengalami kemunduran dalam kecerdasannya sehingga cara belajar yang diajarkan oleh para terapis dimulai dari awal lagi dimulai dari angka-angka kecil 1 sampai 10. Inilah yang menjadikan dasar dari pemilihan mengapa penelitian terapi permainan di Wisma Tuna Ganda ini menjadi menarik. Melihat latar belakang permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan media yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. 2. Menggambarkan fungsi-fungsi dari media yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan sosial menurut Midgley (1997, dalam Adi, 2005:16) sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalkan. Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat didefinisikan menurut Friedlander (1980, dalam Adi, 1994:4), adalah: “Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan”. Kondisi kesejahteraan tersebut tentu ditujukan tidak hanya untuk sebagian warga negara, tetapi semua warga negara. Termasuk didalamnya anak-anak sebagai salah satu bagian dari warga negara. Kesejahteraan anak menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 pasal 1 ayat 1a, adalah “Suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik rohani, jasmani maupun sosial.” Kondisi kesejahteraan anak dapat dicapai melalui Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) yang diartikan sebagai upaya untuk mencapai atau mendapatkan kesejahteraan sosial. Upaya ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial dan upaya tersebut dapat berupa program maupun kegiatan. Hal ini dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 pasal 1 ayat 1b bahwa usaha kesejahteraan sosial anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak. Usaha kesejahteraan sosial memiliki 4 fungsi, yaitu pencegahan (preventif), penyembuhan (rehabilitasi), pengembangan, dan penunjang (Pramuwito, 1997). Rehabilitasi adalah mengembalikan kemampuan yang pernah dimilikinya, karena suatu hal (musibah) ia harus kehilangan kemampuan, kemampuan yang hilang inilah yang dikembalikan seperti semula yaitu seperti kondisi sebelum terjadi musibah yang dialaminya. Terapi dalam kaitannya dengan rehabilitasi merupakan suatu upaya penyembuhan yang dilakukan secara terprogram dan sistematis melalui suatu proses identifikasi, analisis, diagnosis, penyusunan program layanan dan evaluasi serta tindak lanjut sebagai rekomendasi layanan. Keberhasilan tercapainya suatu program terapi tidak bisa diprediksi cepat atau lama, dipengaruhi oleh
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
berbagai faktor, antara lain: penyebab terjadinya gangguan, usia mulainya tindakan layanan, kondisi lingkungan, kemampuan mental intelektual dan kerjasama dalam pelayanan. Permainan dapat dijadikan sarana terapi, berbagai jenis permainan diidentifikasi dan dianalisis sehingga dapat merubah perilaku atau fungsi yang menyimpang menjadi lebih baik. Untuk menentukan jenis terapi dan sasaran permainan yang tepat perlu langkah-langkah identifikasi kasus, analisis dan diagnosis yang tepat agar program dan layanan serta jenis permainan yang diberikan dapat meningkatkan fungsi atau prilaku secara optimal. Pelaksanaannya dapat secara individu atau kelompok sesuai dengan sasaran atau gangguan yang dialami oleh masing-masing individu (Tarmansyah, 2003). Terapi permainan merupakan penggunaan media permainan (alat dan cara bermain) dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan atau penyimpangan-penyimpangan, seperti gangguan dan penyimpangan pada fisik, mental, sosial, sensorik, dan komunikasi (Indrayani, 2011). Dalam kamus istilah konseling dan terapi dijelaskan bahwa play therapy adalah suatu teknik atau terapi yang sering digunakan pada anak-anak, melibatkan permainan (biasanya dengan alat-alat, mainan) dalam upaya memfasilitasi komunikasi untuk mencapai perubahan tingkah laku. Arti kata bermain (play) yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock, 1978). Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luar. Proporsi waktu yang dicurahkan ke masing-masing jenis bermain tidak bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masingmasing kategori. Secara garis besar bermain dapat dibagi ke dalam menjadi 2 kategori, yaitu aktif (lebih menonjol pada awal usia prasekolah) dan pasif atau hiburan (ketika mendekati masa puber) (Indrayani, 2011). The Association for Play Therapy (1997, dalam Kurnanto, 2007) mendefinikan Play Therapy sebagai berikut: “Penggunaan model teoritis yang sistematis untuk mendirikan sebuah proses interpersonal dimana dalam bermain terapis yang terlatih menggunakan terapi bermain untuk membantu klien mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal.” Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat beberapa konsep pokok terapi bermain sebagai berikut: dibangun berdasarkan pondasi teoritik yang sistematis dan berbagai teori psikologi dan konseling yang telah mapan, menekankan pada kekuatan permainan sebagai alat untuk membantu anak yang memerlukan bantuan, dan
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
tujuannya adalah untuk membantu anak dalam rangka mencegah dan mengatasi persoalan psikologisnya serta membantu pencapaian pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tugas perkembangan secara optimal. Terapi permainan dapat diperuntukkan untuk 9 kategori anak dengan jenis gangguan yang dialami, seperti: gangguan mental, kesulitan belajar, gangguan perilaku atau emosi, gangguan bahasa, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik dan kesehatan, cacat ganda penyerta majemuk, dan kecerdasan luar biasa atau berbakat. (Sukinah, n.d.) Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik, motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi (Supartini, 2004:125). Terapi bermain juga disusun untuk menunjang keterampilan mengurus diri sendiri, kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu, penyesuaian diri terhadap lingkungannya, keterampilan diri bagi kesiapan kerja di masyarakat (Sukinah, n.d.). Bermain dapat dilakukan dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang merupakan alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak dan berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak. Konsep dasar APE didesain untuk merangsang kemampuan motorik anak, merangsang kemampuan sosial emosional, merangsang kemampuan daya tangkap (kecerdasan) (Tarmansyah, 2003:33-34; Nursalam, 2005:78). Dalam PP No.72 tahun 1991 pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Alat Permaian Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak (Soetjiningsih, 2002:109). Perkembangan aspek motorik dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, seperti belajar, berjalan atau merangkak, naik turun tangga, dan bersepeda. Perkembangan bahasa dilakukan untuk melatih bicara dan menggunakan kalimat yg benar. Perkembangan aspek kognitif dilakukan dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna, objek, dan lain-lainnya. Perkembangan sosial dilakukan dengan
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
cara berhubungan atau berinteraksi dengan orangtua, saudara, keluarga, masyarakat (Nursalam, 2005 : 78). Menurut Ismail (2006, dalam Budiman, Juju Juhaeriah, & Alni Teresia, n.d.) permainan edukatif dapat berarti sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan dari cara atau alat pendidikan yang digunakan dalam kegiatan bermain, yang disadari atau tidak memiliki muatan pendidikan yang dapat bermanfaaat dalam mengembangkan diri secara seutuhnya. Berbagai macam alat permainan edukatif, diantaranya (Kustiawan, n.d): a.
Alat permainan motessori berupa puzzle bentuk geometri, berbagai bentuk geometri, silinder yang berurutan;
b.
Alat permainan peabody berupa perangkat bahasa, meliputi: dua boneka tangan, satu tongkat bola ajaib, papan magnet, satu kantong pintar berisi seperangkat gambar, seperangkat bentuk dari logam, piringan hitam atau pita kaset berisi cerita dan lagu aneka tema. Alat permainan peabody berfungsi untuk pengembangan bahasa, pengenalan kosa kata, pengenalan bentuk, pengenalan warna;
c.
Alat permainan frobel berupa balok bangunan yang merupakan suatu kotak sebesar 20x20cm berisi balok-balok kecil berbagai ukuran yang merupakan kelipatan. Melipat yang di negara Jepang disebut origami, kertas lipat bujur sangkar terdiri atas berbagai ukuran;
d.
Alat permainan marilyn burns dan baratta-lorton berupa benda konkrit tanpa lambang bilangan, menghubungkan konsep benda konkrit dengan lambang bilangan, menulis sendiri lambang bilangan tanpa benda konkrit;
e.
Alat permainan edukatif di Indonesia berupa jenis-jenis boneka, lotto yang sama, balok bangunan, puzzel, balok ukur polos, kotak gambar pola, menara gelang, papan pasak, tangga kubus slinder, kotak tangga kubus, papan pengenalan warna, krincingan bayi, papan pengenalan bentuk, gantungan bayi, papan nuansa warna, pohon hitung, papan pengenalan angka;
f.
Alat permainan berdasarkan tempat penggunaannya, meliputi : 1. Alat permainan dalam ruangan berupa balok-balok besar-kecil, polos-berwarna, miniatur perabot atau alat, keping-keping beragam bentuk-warna, alat meronce, menjahit, mozaik bebas-terbatas, alat permainan montessori, papan pasak, papan warna, puzzel dengan berbagai potongan, papan geometris atau matematika, alat dan bahan untuk berekspresi, tangga kubus, papan menjahit, peralatan profesi, menara
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
gelang lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi enam, media grafis, media cetak, alat elktronis. 2. Alat permainan luar ruangan berupa ayunan, tali untuk melopat, papan peluncuran, terowongan, papan jungkit, titian, bak pasir, bola keranjang, bak air, ban mobil besar, panjatan bola dunia, kolam renang dangkal. Menurut Buku Pendoman Umum Pelayanan Anak Cacat Ganda dan Majemuk, tuna ganda dan majemuk adalah anak yang menderita dua atau lebih kelainan dalam segi jasmani, keinderaan, mental, sosial, dan emosi, sehingga untuk mencapai perkembangan kemampuan yang optimal diperlukan pelayanan secara khusus dalam pendidikan, medik dan sebagainya (Sutjihati Somantri, 2007: 194).
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Tipe penelitian deskriptif adalah melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan memberikan gambaran yang menyeluruh tentang situasi permasalahan yg benar-benar terjadi dalam terapi permainan pada anak tuna ganda. Lokasi pengumpulan data penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Wisma Tuna Ganda (WTG) Palsigunung Jalan Raya Bogor Km.28,5 Cimanggis Depok. Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (teknik penentuan sampel secara sengaja). Peneliti telah menemukan informan dengan anggapan atau pendapat sendiri (Malo, 1986:168), setiap populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai informan, siapa yang diambil sebagai informan disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti memilih informan yang terlibat langsung dalam penelitian ini dan juga melakukan interaksi secara langsung, dalam hal ini adalah mereka yang memberikan layanan terhadap anak tuna ganda, seperti: Ibu Kepala Panti, Kepala Bidang Rehabilitasi, dan Guru Pendidikan Sekolah Luar Biasa yang membantu proses rehabilitasi. Selain itu, peneliti juga menjadikan Anak-Anak tuna ganda WTG Palsigunung sebagai informan. Untuk mendapatkan informasi yang valid, peneliti memilih informan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Menguasai dan memahami konsep terapi di Panti Sosial WTG Palsigunung itu sendiri.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
2. Mengetahui proses pelaksanaan terapi permainan yang diberikan pada akhirnya dapat mengetahui media dalam proses pemberian terapi tersebut. 3. Mengetahui dan memahami keberfungsian dari media terapi permainan yang digunakan dalam terapi permainan. 4. Memahami peran terapis dalam pelaksanaan dan pemberian terapi permainan pada anak tuna ganda di Panti Sosial WTG Palsigunung itu sendiri. 5. Dari 13 anak yang mengikuti kelas bermain dipilih anak tuna ganda kategori mampu didik dan kategori mampu latih di Panti Sosial WTG Palsigunung yang mengikuti terapi permainan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data primer dengan cara, yaitu: melakukan wawancara mendalam (In-Depth Interview), observasi media apa yang biasa digunakan dan kegiatan yang dilakukan oleh para terapis serta bagaimana mereka berinteraksi dengan anak tuna ganda dalam rangka memberikan terapi permainan. Selain itu, untuk mendapatkan data tambahan atau data sekunder, peneliti memakai cara studi pustaka. Penelitian
ini
menggunakan
teknik
analisis
data
dengan
mengelola
dan
mempersiapkan data untuk dianalisis kemudian membaca keseluruhan data yang ada kemudian mengcoding data dengan sistem pengkodeannya berdasarkan pertanyaan penelitian terakhir menginterpretasi atau memaknai data yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan teori (Creswell, 2012).
HASIL PENELITIAN
Temuan lapangan penelitian ini dibagi menjadi dua bagian hasil penelitian sesuai
dengan tujuan penelitian, yaitu hasil penelitian mengenai media yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda dan gambaran fungsi-fungsi dari media yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Di dalam hasil penelitian terkait media yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda maka terlebih dahulu dikemukakan hasil penelitian mengenai sasaran dari terapi permainan. Sasaran terapi permainan memiliki peranan penting dalam terapi permainan karena merupakan penerima layanan terapi permainan. Setelah mendapatkan hasil penelitian terkait sasaran penelitian, kemudian hasil penelitian terkait media terapi permainan. Berikut merupakan ringkasan hasil penelitan terkait media terapi permainan:
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
Tabel 1 Media Terapi Permainan No. 1.
Media Terapi Permainan Sasaran Terapi Permainan
2.
Media Penunjang Terapi Permainan
Penjelasan Anak-anak tuna ganda yang mengikuti terapi melalui permainan dikategorikan anak-anak yang mampu didik dan mampu latih sesuai dengan standar yang ditentukan sendiri oleh WTG Palsigunung. Media atau kata lain alat terapi permainan yang digunakan tidak memiliki standar yang khusus hanya diberikan sesuai dengan kemampuan motorik halus dan kemauan anak untuk memainkan jenis permainan. Jenis permainan yang digunakan adalah permainan edukatif yang sifatnya mendidik berfungsi untuk melatih anak berfikir dan melatih motorik anak, seperti puzzle dan berbagai macam bentuk. Semua alat permainan edukatif yang ada semuanya menunjang terapi permainan. Dalam pemberian permainan ada anak-anak yang harus didampingi dan ada pula yang tidak perlu didampingi hanya di awasi saja.
Hasil penelitan terkait dengan tujuan penelitian kedua yaitu fungsi dari media terapi permainan itu sendiri, maka didapat hasil penelitian terkait dengan keberfungsian media yang digunakan dalam terapi permainan dan manfaat dari media terapi permainan bagi aktivitas sehari-hari anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Berikut merupakan ringkasan hasil penelitian terkait fungsi media terapi permainan: Tabel 2 Fungsi Media Terapi Permainan No. 1.
2.
Fungsi Media Terapi Permainan Keberfungsian media yang digunakan dalam terapi melalui permainan
Manfaat media terapi melalui permainan bagi aktivitas seharihari
Penjelasan • Sebagai alat untuk melatih motorik anak agar kondisi mereka tidak menjadi lebih buruk dari kondisi sebelumnya. • Untuk memvariasikan kegiatan observasi yang dilakukan terapis terhadap anak-anak tuna ganda di WTG Palsigunung. • Untuk mengetahui anak-anak bisa tidak mengenal alat permainan yang diberikan. • Dengan alat permainan bisa tidak mendekatkan hubungan antara terapis dengan anak sehingga terjalinnya komunikasi yang baik. • Anak dapat diajak berkomunikasi dan mengenal lingkungan. • Anak-anak menjadi lebih mandiri dan paham akan dirinya sendiri. • Kemampuan berfikir anak menjadi lebih baik karena ketika mereka bermain mereka akan berfikir untuk bagaimana menyelesaikan permainannya. Dengan menggunakan media terapi permainan bentuk motorik kasar dan motorik halus anak-anak dapat terangsang dan menjadi lebih baik karena sudah sering terlatih dengan mengerjakan permainan di kelas. Anak-anak mulai paham akan instruksiintruksi, adanya semangat untuk belajar, adanya komunikasi dengan pengasuh, sudah bisa makan sendiri, mandi sendiri, anakanak lebih pintar bersosialisasi dan perkembangan semakin cepat dalam belajar.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
PEMBAHASAN Pembahasan ini mengaitkan antara yang terdapat dalam temuan lapangan dengan kerangka teori yang sudah dipaparkan sebelumnya. Dalam hal ini, pembahasan dibawah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, pembahasan ini akan dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu media yang digunakan dalam terapi permainan dan fungsi dari media yang digunakan dalam terapi permainan untuk anak tuna ganda di Panti Sosial Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Terkait dengan tujuan penelitian pertama yaitu media terapi permainan, akan dibahas terlebih dahulu terkait kategori anak yang menjadi sasaran terapi bermain yang dijelaskan dalam teori kategori anak yang menjadi sasaran terapi permainan ada 9 kategori anak dengan jenis gangguan yang dialami. Berdasarkan temuan lapangan terapi permainan dilakukan secara berkelompok karena kemampuan anak yang berbeda-beda, dari pengelompokkan tersebut WTG membuat kategori sendiri anak yang menjadi sasaran terapi permainan, yaitu kategori anak mampu didik dan anak mampu latih sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh WTG. Kategori anak mampu didik yaitu anak tersebut dapat mengenal tentang dirinya dan anggota badannya, mandiri, mengenal huruf, mengerti dan mengenal teman-temannya. Sedangkan untuk kategori anak mampu latih yaitu anak tersebut hanya bisa bermain, bisa warna, bisa bentuk, belum bisa mengenal huruf, dan tidak bisa mandiri tidak bisa mengurus dirinya sendiri. WTG memperjelas kategori anak yang menjadi sasaran terapi permainan, dari 9 kategori anak menurut teori semua kategori tersebut masuk ke dalam kedua kategori anak tuna ganda di WTG. Terkait dengan tujuan penelitian pertama yaitu media terapi permainan, akan dibahas terlebih dahulu terkait kategori anak yang menjadi sasaran terapi bermain yang dijelaskan dalam teori terdapat 9 kategori anak dengan jenis gangguan yang dialami. Sedangkan berdasarkan temuan lapangan, terapi permainan di WTG Palsigunung dilakukan secara berkelompok karena kemampuan anak yang berbeda-beda, dari pengelompokan tersebut WTG Palsigunung membuat pengkategorian sendiri terkait dengan anak yang menjadi sasaran terapi permainan yang terbagi menjadi 2 kategori, yaitu anak tuna ganda mampu didik dan anak tuna ganda mampu latih berdasarkan standar dan ketentuan yang dibuat sendiri oleh WTG Palsigunung. WTG Palsigunung memperjelas lagi kategori anak yang menjadi sasaran terapi permainan dari kategori anak yang menjadi sasaran terapi permainan menurut teori yang telah dipaparkan sebelumnya.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
Dalam teori bermain dapat dilakukan dengan menggunakan APE, yang merupakan alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak. Permainan edukatif merupakan bentuk kegiatan mendidik yang dilakukan dengan menggunakan cara atau alat permainan yang sifatnya mendidik. Berdasarkan temuan lapangan media atau alat terapi permainan yang digunakan hanya diberikan sesuai dengan kemampuan motorik halus dan kemauan anak untuk memainkan jenis permainan. Jenis permainan yang digunakan adalah permainan edukatif yang sifatnya mendidik berfungsi untuk melatih anak untuk berfikir dan melatih motorik anak, seperti puzzle kayu maupun kertas, meronce, mewarnai dan berbagai macam bentuk. Jenis-jenis alat permainan edukatif yang dijelaskan dalam teori terdapat beberapa jenis alat permainan edukatif, diantaranya alat permainan motessori, alat permainan peabody, alat permainan frobel, alat permainan marilyn burns dan baratta-lorton. Terdapat pula alat permainan edukatif di Indonesia dan alat permainan berdasarkan tempat penggunaannya yaitu alat permainan dalam ruangan dan alat permainan luar ruangan. Berdasarkan temuan lapangan, alat permainan edukatif yang sering digunakan di dalam kelas belajar seperti puzzle, alat meronce, mewarnai, balok-balok, sempoa, dan abacus. Terlihat bahwa WTG Palsigunung hanya menggunakan jenis alat permainan motessori, alat permainan frobel, dan berdasarkan tempat penggunaannya semua alat permainan yang digunakan adalah alat permainan dalam ruangan. Terkait dengan tujuan penelitian kedua yaitu fungsi media terapi permainan, maka dibahas dalam teori terdapat 7 fungsi dari bermain dan konsep dasar APE adalah untuk merangsang kemampuan motorik anak, merangsang kemampuan sosial emosional, merangsang kemampuan daya tangkap (kecerdasan). Berdasarkan temuan lapangan, fungsi bermain adalah sebagai alat untuk melatih motorik anak agar kondisi mereka tidak menjadi lebih buruk dari kondisi sebelumnya. Alat permainan berfungsi untuk memvariasikan kegiatan observasi yang dilakukan terapis terhadap anak tuna ganda untuk mengetahui anak bisa tidak mengenal alat permainan yang diberikan, dengan alat permainan bisa tidak mendekatkan hubungan antara terapis dengan anak sehingga terjalinnya komunikasi yg baik. WTG juga memiliki tujuan kegiatan terapi permainan dengan menggunakan alat permainan edukatif yaitu anak dapat diajak berkomunikasi dan mengenal lingkungan serta anak dapat mandiri dan paham akan dirinya sendiri. Dalam teori permainan yang dimainkan oleh anak tuna ganda termasuk ke dalam terapi permainan yang merupakan bagian dari layanan pendidikan bagi orang dengan disabilitas ganda. Terapi bermain disusun untuk menunjang beberapa keterampilan.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Berdasarkan temuan lapangan manfaat dari layanan pendidikan berupa terapi permainan menggunakan alat permainan edukatif, yaitu bentuk motorik kasar dan motorik halus anak dapat terangsang dan menjadi lebih baik karena sudah sering terlatih dengan mengerjakan permainan di kelas, kemampuan berfikir anak menjadi lebih baik, anak menjadi lebih paham dan lebih mandiri, adanya semangat belajar, anak menjadi lebih pintar bersosialisasi dan bisa diajak berkomunikasi.
KESIMPULAN Dalam penelitian mengenai terapi permainan pada anak tuna ganda di Panti Sosial Wisma Tuna Ganda Palsigunung menjadi suatu hal yang menarik terutama bagi peneliti sendiri, karena penelitian ini memiliki dua aspek tujuan utamanya, yaitu: pertama adalah media apa yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, dan kedua adalah apa saja fungsi dari media yang digunakan dalam terapi permainan pada anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Berdasarkan temuan lapangan dan pembahasan, maka peneliti menarik sebuah kesimpulan mengenai terapi permainan yang ada baik itu media terapi permainan dan fungsi dari media yang digunakan dalam terapi permainan menggunakan media terapi permainan, yaitu sebagai berikut : 1. Terapi permainan di WTG Palsigunung dilakukan secara berkelompok karena kemampuan anak yang berbeda-beda, dari pengelompokan tersebut WTG Palsigunung membuat pengkategorian sendiri terkait dengan anak yang menjadi sasaran terapi permainan. Di WTG Palsigunung kategori anak yang menjadi sasaran terapi permainan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu anak tuna ganda mampu didik dan anak tuna ganda mampu latih sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh WTG Palsigunung. 2. Terapi melalui permainan sendiri merupakan terapi menggunakan alat bantu permainan. Terkait dengan alat permainan yang dijadikan sebagai alat bantu terapi adalah Alat Permainan Edukatif (APE) yang merupakan permainan sifatnya mendidik berfungsi untuk melatih anak untuk berfikir dan melatih motorik anak. APE merupakan alat
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan sosial anak. 3. Dengan dilakukannya terapi permainan menggunakan alat permainan edukatif untuk anak-anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung maka bentuk motorik kasar dan motorik halus anak-anak dapat terangsang dan menjadi lebih baik, kemampuan berfikir anak menjadi lebih baik, dan bisa diajak berkomunikasi, serta beberapa keterampilan anak menjadi lebih baik, seperti keterampilan mengurus diri sendiri, kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu, penyesuaian diri terhadap lingkungan.
SARAN Terapi permainan sebagai usaha dari rehabilitasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya partisipasi dari berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam penanganan anak tuna ganda tersebut. Untuk itu, penting pula untuk memberikan saran-saran yang dianggap relevan sesuai hasil penelitian dan pembahasan seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Dengan memperhatikan butir-butir kesimpulan umum sebagaimana disebutkan di atas, sebagai solusinya dapat disampaikan hal-hal antara lain : 1. Dalam rangka memajukan pelayanan rehabilitasi untuk anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, diperlukan penyesuaian alat permainan edukatif dengan kategori anak tuna ganda yang telah ditetapkan oleh pihak WTG Palsigunung yaitu kategori anak mampu didik dan mampu latih. Penyesuaian ini dilakukan agar segala aspek perkembangan dari setiap anak tuna ganda dapat lebih terlihat. 2. Pemberian latihan-latihan berupa terapi permainan sebaiknya dilakukan dengan jangka waktu yang lebih lama dalam sehari karena dirasa waktu untuk anak melakukan latihan kurang terlihat bahwa selama ini waktu untuk anak-anak tuna ganda melakukan latihan hanya 3 jam dalam sehari. 3. Adanya penambahan variasi media permainan yang diberikan untuk anak-anak tuna ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung namun media permainan yang diberikan tetap merupakan jenis Alat Permainan Edukatif (APE) dan disesuaikan dengan kondisi anak. Karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan permainan yang diberikan kepada Anak-anak tuna ganda hanya, seperti: abacus, balok, puzzle, sempoa, meronce, dan mewarnai. Sebenarnya jenis Alat Permainan Edukatif (APE) sangat beragam macamnya dan dapat pula benda-benda yang berada di sekeliling anak-anak tuna ganda di WTG Palsigunung, seperti sapu, piring plastik, gelas plastik, sendok plastik,
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
bangku kecil dan lain-lain. Kegiatan terapi permainan menggunakan alat permainan tidak hanya dapat dilakukan di dalam ruangan namun juga dapat dilakukan di luar ruangan dengan memanfaatkan area panti yang cukup luas.
DAFTAR REFERENSI Buku Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial : Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Depok: FISIP UI Press. Creswell, J.W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (edisi ketiga) (Achmad Fawaid, Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dunham, Arthur. 1965. Community Welfare Organization: Principles and Practice. Newyork: Thomas Y. Crowell Co. Mappiare, Andi A.T. 2006. Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak Cetakan II. Jakarta: EGC Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Tarmansyah. 2003. Rehabilitasi dan Terapi Untuk Individu yang Membutuhkan Layanan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Pramuwito, C. 1997. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Dokumen Lembaga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (n.d). Profil Anak Indonesia 2012. 25 Februari 2014. www.menegpp.go.id/v2/index.php/.../profil-‐ anak?...510%3Aprofilanak2012
Kementrian Sosial Republik Indonesia. (n.d). Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. 11 November 2013. http://www.kemensos.go.id/modules.php?name=glosariumkessos&letter=r Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Anak dan Sub Direktorat Bina Anak Khusus. 2010. Melindungi
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
Kesehatan
Anak
Penyandang
Cacat.
25
Februari
2014.
http://id.scribd.com/doc/176828339/Leaflet-‐Anak-‐Cacat
Jurnal dan artikel Budiman, Juju Juhaeriah, & Alni Teresia. (n.d.). Pengaruh Penggunaan Alat Permainan Edukatif Terhadap Kemampuan Motorik Anak Down Syndrome di SLB B&C Pambudi Dharma 2 Cimahi. 27 Desember 2013.http://ejournal.kopertis4.or.id/file.php?file=karyailmiah&id=645.
Kustiawan, Usep (n.d). Pengembangan Sumber Dan Media Pembelajaran Sebagai Alat Bantu Anak Berkebutuhan Khusus. 26 Desember 2014. http://karyailmiah.fip.um.ac.id/wpcontent/uploads/2014/05/PENGEMBANGAN-SUMBER-DAN-MEDIA-PEMBELAJARANSEBAGAI-ALAT-BANTU-ANAK-BERKEBUTUHAN-KHUSUS.pdf Indrayani, Iin. (2011). “Play Therapy” Pembelajaran Mitigasi Bencana Tanah Longsor Untuk ABK. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi. Vol. 6, No. 3. p. 9-10. 16 Desember 2013.www.bgl.esdm.go.id/publication/index.php/dir/article.../392 Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. (n.d.). 18 Desember 2013. http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_1997.pdf Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. (n.d.). 25 Februari 2014. http://www.law.yale.edu/rcw/rcw/jurisdictions/asse/indonesia/Indon_Child_Prot.htm Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. (n.d.). 25 Februari 2014. http://bpsbr.dissos.jabarprov.go.id/php/download.php?download_file=../files/70246.pdf Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial. (n.d.). 25 Februari 2014. http://www.bphn.go.id/data/documents/74uu006.doc Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp1991_72.htm
1991.
(n.d.).
25
Februari
2014.
Website Harnowo, Putro Agus. 2013. Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus Di Indonesia Diperkirakan 42 Juta. 25 Februari 2014. http://health.detik.com/read/2013/07/17/184234/2306161/1301/jumlah-anak-berkebutuhankhusus-di-indonesia-diperkirakan-42-juta SLB Kartini Batam. (n.d). batam.org/index.php?pilih=hal&id=77
24
Oktober
2013.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014
http://www.slbk-
Sukinah. (n.d.). Terapi Bermain dan Okupasi. 23 Desember 2013. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/LATAR%20BELAKANG%20TERAPI%20BERMAI N.ppt. Widodo, Sinung. (n.d.). Permainan Edukatif Untuk Anak. 27 Desember 2013. http://pgra.stainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/ALAT-PERMAINANEDUKATIF.doc.
Terapi permainan menggunakan..., Winesthy Septania Puri, FISIP UI, 2014