TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI
Disusun Oleh : ALFIANA LUTHFI SHOFIANI NIM. P.12066
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh : ALFIANA LUTHFI SHOFIANI NIM. P.12066
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya bertandatangan di bawah ini : Nama
: Alfiana Luthfi Shofiani
NIM
: P.12066
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul Proposal
: Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal penelitian yang saya tulis ini benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal penelitian ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 21 Februari 2015 Yang Membuat Pernyataan
Alfiana Luthfi Shofiani
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Penelitian ini diajukan oleh : Nama
: Alfiana Luthfi Shofiani
NIM
: P.12066
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul
:“Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.’’
Telah disetujui untuk diaplikasikan di rumah sakit oleh pembimbing Karya Tulis Ilmiah.Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di: STIKes Kusuma Husada Hari/ Tanggal: Senin, 18 Mei 2015
Pembimbing : Happy Indri Hapsari,S.Kep., Ns. M.Kep ( NIK. 201284113
iii
)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Alfiana Luthfi Shofiani
NIM
: P.12066
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul
: TERAPI
BERMAIN
ORIGAMI
TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI
Telah disetujui untuk diujikan dihadapanDewanPenguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkandi : STIKes Kusuma Husada Surakarta Hari / Tanggal : Senin, 15 Juni 2015
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep NIK201284113
Penguji 1
)
(
)
(
)
: AtiekMurharyati, S.Kep., Ns., M.Kep NIK200680021
Penguji 2
(
: Amalia Senja, S.Kep., Ns NIK201189090
Mengetahui, Ketua Program Studi D III Keperawatan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan judul “TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KOGNITIF ANAK USIA PRASEKOLAH .” Dalam penyusunan Proposal ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Dr. Agnes Sri Harti, M.Si. Selaku ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta. 2. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini. 4. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns. M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini. 5. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Penguji I yang sudah memberikan kritik saran serta masukan. 6. Amalia Senja, S.Kep.,Ns. Selaku Penguji II yang sudah memberikan kritik saran serta masukan. 7. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
v
8. Kedua orang tua saya Ismail Warjimo dan Siti Shofiatun, yang selalu menjadi inspirasi, memberikan semangat, memberikan doa dan kasih sayang untuk menyelesaikan pendidikan. 9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga proposal aplikasi riset ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 23 Mei 2015
Penulis
Alfiana Luthfi Shofiani
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
LEMBAR KEASLIAN TULISAN ............................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar belakang .....................................................................
6
B. RumusanMasalah .................................................................
6
C. TujuanPenulisan ...................................................................
8
D. ManfaatPenulisan .................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTeori .........................................................................
6
1. Perkembangan Anak ......................................................
6
a. Perkembangan Anak ..............................................
6
b. Kognitif Anak ........................................................
6
c. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan Anak .......................................................................
7
d. Tahap - tahap Perkembangan .................................
8
e. Origami ..................................................................
10
B. Kerangka Teori ......................................................................
13
C. Kerangka Konsep ..................................................................
14
BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Aplikasi Riset ...........................................................
20
B. Tempat Penelitian ..................................................................
20
C. Alat ukur ................................................................................
20
vii
D. Media yang di gunakan .........................................................
20
E. Langkah dan Prosedur ...........................................................
20
F. Evaluasi .................................................................................
20
BAB IV LAPORAN KASUS
BAB V
A. Pengkajian .............................................................................
22
B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya ....
27
C. Terapi .....................................................................................
27
D. Perumusan Masalah ...............................................................
28
E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan ..........................................
29
F. Intervensi Keperawatan ........................................................
29
G. Implementasi Keperawatan ...................................................
31
H. Evaluasi .................................................................................
39
PEMBAHASAN A. Pengkajian .............................................................................
45
B. Diagnosa keperawatan ...........................................................
49
C. Intervensi keperawatan ..........................................................
51
D. Implementasi keperawatan ....................................................
53
E. Evaluasi keperawatan ............................................................
54
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
58
B. Saran ......................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Asuhan Keperawatan
Lampiran 2
Format Pendelegasian
Lampiran 3
Log Book
Lampiran 4
Lembar Konsultasi
Lampiran 5
Jurnal
Lampiran 6
Daftar Riwayat Hidup
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut (Soemarti, 2008) Anak usia prasekolah merupakan anak dengan umur antara 3-7 tahun dimana mereka mampu untuk mengikuti program prasekolah, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok antara lain: kelompok anak dengan usia 3 bulan sampai 5 tahun, kelompok bermain dengan usia3 tahun, program taman kanak-kanak dengan usia 4-6 tahun. Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah dimulai dari ketika mereka mulai bisa menilai benda, manusia lain, dan sudah mampu untuk memahami dunia mereka sendiri. Mereka maju dengan kecepatan luar biasa dimulai dari pengetahuan dasar. Sebagai contoh mereka mampu untuk memanipulasi objek, akan tetapi mereka belum bisa mendiskripsikannya dengan tulisan maupun dengan kata-kata (Soetjiningsih, 2012). Kemampuan motorik halus anak usia prasekolah antara lain mampu untuk berfikir secara logis tentang suatu objek atau kejadian. Anak juga mampu untuk mengklasifikasikan benda sesuai dengan ukuran, berat,ataupun bentuk (Santrock, 2007). Pada anak usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak lebih tepat untuk dikembangkan. Motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus, seperti menggenggam mainan atau melakukan apapun yang memerlukan ketrampilan tangan, maka motorik halus anak prasekolah harus dikembangkan
1
2
dan diarahkan, yang bertujuan untuk memusatkan fikiran anak, mampu mengarahkan anak untuk mencari berbagai macam penyelesaian masalah salah satu caranya adalah dengan bermain origami(Apriliyana, 2005). Tingkat perkembangan menurut WHO dengan klasifikasi data adanya gangguan motorik halus anak didunia (68,5%). Dari data tersebut perkembangan motorik halus didunia tergolong rendah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat perkembangan motorik halus antara lain status gizi, lama PAUD, usia, dan bagaimana cara pengasuhan balita. Dampak yang akan timbul dalam permasalahan motorik halus terganggu, antara lain proses belajar disekolah maupun dilingkungan akan terganggu seperti malas, minat belajar menurun, kepribadian anak pun ikut terganggu (Etriyanti. 2011). Origami adalah
suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan
berbagai macam bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP memicu neuron melalui tangan(Apriliyana, 2005). Manfaat origami salah satunya adalah untuk memupuk kreatifitas, maka dampak yang akan ditimbulkan dalam permainan origami adalah antara lain kemudahan untuk mengembangkan fikiran yang di pusatkan pada kemampuan kuantitas bukan kualitas sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk berfikir secara tepat, keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga mampu memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang
3
beragam serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara baru dalam berfikir. Salah satu aspek dari keluwesan berfikir adalah origanilitas dan elaborasi. Pengertian dari origanilitas adalah mampu untuk memunculkan ideide baru yang unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. Sedangkan elaborasi adalah mampu untuk merumuskan suatu masalah sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya,2004). Studi pendahuluan yang didapatkan berdasarkan dari hasil wawancara dengan kepala ruang, ruang Cempaka RSUD Wonogiri didapatkan hasil bahwa selama 6 bulan terakhir ini, terdapat 3 anak yang menderita Sindroma Nefrotik, sedangkan hubungan antara Sindrom Nefrotik dengan gangguan motorik halus anak adalah karena proses hospitalisasi yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk penanganan di RS dan mempengaruhi proses belajarnya di sekolah, apabila orang tua tidak selektif dalam cara mengajarkan anak untuk belajar, masa si anak akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang termasuk terhambatnya motorik halus anak. Tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam merawat anak dengan sindrome nefrotik hanya memberikan penyuluhan terhadap keluarga untuk memberikan mainan kesukaan si anak supaya mendapatkan kesenangan dan tidak terlalu stres selama dalam proses hospitalisasi. Sehingga tindakan yang telah penulis lakukan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus untuk pengaruh hospitalisasi terhadap anak
4
di RSUD Wonogiri sangatlah tepat dikarenakan dari pihak rumah sakit tidak terlalu memperhatikan untuk perkembangan motorik halus. Permainan origami adalah salah satu permainan yang digunakan untuk merangsang berkembangnya motorik halus anak.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis mampu menerapkan tindakan terapi bermain origami untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Asuhan Keperawatan An.B dengan diagnosa medis Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka RSUD Wonogiri 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.B dengan Sindroma Nefrotik b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.B dengan Sindroma Nefrotik c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada An.B dengan Sindroma Nefrotik d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada An.B dengan Sindroma Nefrotik e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.B dengan Sindroma Nefrotik
5
f. Penulis mampu menganalisa hasil penerapan tindakan terapi bermain origami terhadap peningkatan motorik halus pada An.B dengan Sindroma Nefrotik
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan sumbangan informasi untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu keperawatan khususnya mengenai origami terhadap perkembangan motorik halus. 2. Bagi Penulis a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak prasekolah usia 4-5 tahun sebelum diberikan terapi origami dan setelah diberikan terapi origami. b. Menambah pengalaman dalam melakukan aplikasi riset. 3. Bagi Perawat Memperdalam pengetahuan tentang perkembangan motorik halus. 4. Bagi Institusi Sebagai bahan acuhan untuk aplikasi riset lebih lanjut mengenai perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan terapi origami.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Sindron Nefrotik 1. Konsep Penyakit Pengertian Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomelurus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif (wong, 2004) 2. Stres hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses dikarenakkan sutu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress (Wong, 2000). Barbagai perasaan yang sering muncul pada anak hospitalisasi yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan tersebut dapat dimanipulasi dengan modifikasi lingkungan tempat tinggal anak
ataupun dengan permainan yang dapat mendukung proses
perkembangan anak. Manfaat terapi bermain origami salah satunya adalah untuk memupuk kreatifitas, maka dampak yang akan ditimbulkan dalam
6
7
permainan origami adalah antara lain kemudahan untuk mengembangkan fikiran yang di pusatkan pada kemampuan kuantitas bukan kualitas sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk berfikir secara tepat. Keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga mampu memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang beragam serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara baru dalam berfikir. Terdapat 2 pola berfikir yang mendukung dengan kasus ini yaitu origanilitas dan elaborasi, yang dimaksud dengan origanilitas yaitu mampu untuk memunculkan ide-ide baru yang unik, sedangkan yang dimaksud dengan elaborasi yaitu mampu untuk merumuskan suatu masalah sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya, 2004). a. Etiologi Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi entigenantibody. Umumnya etiologi anak dibagi menjadi : 1) Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. 2) Sindrom nefrotik sekunder
8
Disebabkan oleh malaria kuartana atau parasit lainnya. Penyakit kolagen
seperti
lupus
eritematusus
diseminata,
purpura
anafilaktoid. 3) Sindrom nefrotik idiopatik Disebut sindroma primer. Berdasarkan hispatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron (Christian Ade: 2011). b. Manifestasi Klinis Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengn gejala : 1) Proteinuria masif ( > 40mg/m2 LPB/Jam atau 50mg/kg/hari atau rasio protein / kreatin pada urin sewaktu >2mg / mg atau dipstik ≥2+) 2) Hipoalbuminemia <2,5gr/ dL 3) Edema 4) Dapat disertai hiperkolestrolimia > 200mg/ dl 5) Oliguria 6) Tekanan darah normal 7) Hipoproteinuria dengan rasioa albumin:globomin terbalik 8) Ureum/kreatinin darah normal / meninggi 9) Beta 1C globulin (C3) normal.( Ikatan Dokter Anak Indonesia : 2011)
9
c. Penatalaksanaan Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi orang tua. Sebelum pengobatan steroid dimulai, dlakukan pemeriksaan sebagai berikut 1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan 2) Penukuran tekanan darah 3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik,seperti lupus eritematosus sistemik, purpura henochSchonlein. 4) Mencari fokus infeksi di gigi, telinga, ataupun kecacingan 5) Melakukan uji Mantoux. Boila hasilnya positif berikan profilaksis INH selama 6bulan bersama steroid. 6) Diitetik, pemberian dosis tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasikarena akan menambah beban glumerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis. 7) Diuretik, restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat, bila pemberian diuretik tidak berhasil biasanya terjadi karena hipoambuminemia atau hipovolemia berat, dapat diberikan infus albumin 20-25 % untuk menarik cairan dari jaringan intertitial
10
dan diakhiri dengan pemberian furosemide intravena 1-2mg. (Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2012) d. Komplikasi Komplikasi dari sindrom nefrotik menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia 2012 adalah sebagai berikut : 1. Infeksi, pasien SN sangat rentan terhadap infeksi, bila terdapat infeksi perlu segera diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi yang terutama adalah selulitis dan peritonitis primer. 2. Trombosis, menunjukkan bukti defek ventilasi-pervusi pada pemeriksaan skintigrafi yang berarti terdapat trombosis pembulih darah vaskuler paru yang asimotik. 3. Hiperlipidemia, pada pasien SN relaps atau resisten steroid terjadi penigkatan kadar LDL dan VLDL kolesterol,trigliserida dan lipoprotein sedangkan kolesterol HDL menurun atau norma, sehingga menyebabkan peningkatan morbiditas kardiovaskuler dan progresifitas glumerulosklerosis. 4. Hipokalesemia, terjadi karena pengguanaan steroid dalam jangka panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia, dapat juga mengalami kebocoran metabolit vitamin D. 5. Hipovolemia, pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps dapat terjadi hipovolemia dengan gejala hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin.
11
6. Hipertensi, ditemukan pada perjalanan penyakit SN akibat toksisitas steroid. e. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antra lain: 1) Urinalis, biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang mengarak kepada infeksi saluran kemih. 2) Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio protein / kreatinin pada urin pertama pagi hari 3) Pemeriksaan darah: a) darah tepi lengkap ( hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED ) b) Albumin dan kolestrol serum c) Ureum, kreatinin serta kliners kretinin dengan cara klasikatau dengan rumus Schwarts d) Kadar komplemen C3: bila dicurigai lupus eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA(anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012). f. Terapi Medis 1) Terapi inisial pada anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa kontraindikasi
steroid sesuai dengan anjuran ISKCD adalah
diberikan prednison 60 mg / m2 LPB / hari atau 2mg / kgbb / hari (maksimal 80mg/hari) dalam dosis terbagi, untuk mengedukasi
12
remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan ideal (berat badan sesuai tinggi badan). Prednison dosis penuh (full dose) inisial diberikan selama 4 minggu. 2) Pengobatan SN relaps Berikan prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal 4 minggu) dilakukan dengan dosis alternating selama 4 minggu. Pada pasien SN remisi yang mengalami proteinuria kembali ≥++ tanpa edema, sebelum pemberian prednison, dicarilebih dahulu pemicunya, biasanya infeksi saluran nafas ata. Bila terdapat infeksi berikan antibiotik 5-7 hari, dan bila kemudian proteinuria menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps. 3) Steroid jangka panjang Pada anak yang telah dinyatakan relaps sering ataudependen steroid, setelah remisi dari prednison dosis penuh, diteruskan dengan steroid dosis 1,6mg / kgbb secara alternating. Dosis ini kemudian diturunkan perlahan / bertahap 0,2 mg / kgbb setianp 2 minggu. Penurunan dosis tersebut diturunkan sampai dosis terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu antara 0,1 – 0,5mg / kgbb. 4) Levamisol Levamiso terbukti efektif sebagai steroid sparing agen. Levamisol diberikan dengan dosis 2,5 mg / kgbb dosis tunggal, selang hari selama 4 – 12 bulan.
13
5) Sitostika Sitostika yang serig digunakan pada anak adala siklofosamid (CPA). Siklofosamid dapat dapat diberikan peroral dengan dosis 2-3 mg / kgbb / hari dalam dosis tunggal, maupun secara intravena. CPA plus diberikan dengan dosis 500 – 750 mg / m2 LPB, yang dilarutkan dalam 250 ml laruutan NaCL 0,9%, diberikan selama 2 jam. 6) Siklosporin ( CyA ) Pada SN idiopatik yang tidak responsif dengan pengobatan steroid atau sititastik dianjurkan untuk pemberian siklosporin dengan dosis 4-5 mg / kgbb / hari (100-150 mg/ m2 LPB). Dosis tersebut dapat mempertahankan kadar siklosporin darah berkisar antara 150 – 250 mg / ml. 7) Mikofenolat mofetil Pada SNSS yang tidak memberikan respon dengan levamisol atau sitotastik dapat diberikan MMF. MMF diberikan dengan dosis800 – 1200 mg / m2 LPB atau 25-30 mg / kgbbbersamaan dengan penurunan dosis steroid sekama 12 – 24 bulan. g. Diagnosa Keperawatan, NIC, NOC 1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regualasi Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan asupan cairan pasien terbatasi dengan NOC danNIC :
14
a) Noc (1) Keseimbangan antara asam basa dan elektrolit (2) Keseimbangan cairan (3) Hidrasion b) Nic (1) Timbang popok atau pembalut juka diperlukan (2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat (3) Pasang urin kateter juka diperlukan monitor hasil Hb yang suseuai dengan retensi cairan (4) Monitor stasus hmodinamik termasuk ( CVP, MAP, dan PCWP (5) Monitor vital sign (6) Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan (7) Kaji lokasi luas edema (8) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori (9) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi (10) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi (11) Monitor berat badan (12) Monitor serum dan elektrolit urine (13) Monitor uris dan osmilalitas urine (14) Monitor perubahan irama jantung.
15
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolisme selular Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat mengurangi keterbatasan fisik, dengan NOC dan NIC a) Noc (1) Mobilosasi bertahap (2) Berikan bantuan ADL (3) Memberikan dukungan ( transfer performance ) (4) Join movemen : active b) Nic (1) Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien (2) Konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana amblasi sesuai kebutuhan (3) Bantu klien ntuk memakai tongkat untuk mencegah adanya cidera (4) Ajarkan pasien untuk ambulasi (5) Kaji kemempuaan pasien untuk mobilisasi (6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs (7) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.
16
3) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan pasien mampu untung mengembangkan kemampuan motorik halus, dengan NOC dan NIC : a) Noc : (1) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan ( growth and development, delayed (2) Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan penerimaan tubuh ( nutrition imbalance less than body requirement) b) Nic (1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak (2) Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi berkembangan anak yang optimal (3) Berikan perawatan ang konsisten (4) Tingkatkan komunikasi verbal (5) Berikan instruksi ulang dan sederhana (6) Manajemen perilaku anak yang sulit (7) Dorong anak untuk melakuknan sosialisasi dengan kelompok (8) Ciptakan lingkungan yang aman (9) Tentukan makanan yang disukai anak
17
(10) Pantau kecenderunagn kenaikan dan penurunan berat badan (11) Dorong asupan makanan tinggi kalsium.
18
B. Kerangka Teori
Sindroma Nefrotik
Hospitalisasi
Stress Hospitalisasi
Ciri dari hospitalisasi: Cemas, marah, sedih, takut, rasa bersalah, dan gangguan pertumbuhan perkembangan dalam proseshospitalisasi yang lama
Terapi bermain origami
Peningkatkan motorik halus
C. Kerangka Konsep Srees hospitalisasi
Peningkatan motorik halus
Penurunan kemampuan motorik halus anak
Terapi bermain origami
BAB III METODE APLIKASI TINDAKAN
G. Subyek Aplikasi Riset Anak dengan sindrom nefrotik dengan usia pra sekolah.
H. Tempat Penelitian Di lakukan di RSUD WONOGIRI bangsal Cempaka dan di ruang tumbuh kembang anak.
I. Alat ukur DDST / Denver.
J. Media yang di gunakan Kertas origami.
K. Langkah dan Prosedur Langkah dan prosedur dilakukan sesuan dengan jurnal utama yaitu permainan diberikan hingga 4x permainan dengan waktu sesuai dengan kondisi anak,dengan waktu pemberian diberikan ±15 menit.
L. Evaluasi Hasil interprestasi Denver II adalah sebagai berikut:
19
20
Kemampuan motorik halus: 1. Menggambar orang 5 bagian, anak hanya bisa menggambar orang 3 bagian saja Persentil : 75 – 90 (Caution) 2. Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk menarik garis lurus Persentil: 75 – 90 (Caution) 3. Memilih garis yag lebih panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis yng lebih panjang Passed 4. Menggambar lingkaran hingga ujung bertemu dengan ujung,anak sudan mampu meyatukan kedua ujungnya Passed Kesimpulan: SUSPEC
BAB IV LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada An.B selama tiga hari mulai tanggal 09 Maret 2015 sampai 11 Maret 2015 di bangsal Cempaka Rumah Sakit Umun Dareah Wonogiri. Laporan kasus yang anak dikemukakan pada bab ini adalah proses keperawatan yang meliputi
:
pengkajian,
doagnosa
keperawatan,
intervensi
keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian yang dilakukan dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa melalui pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan catatan perawat.
A. Pengkajian 1. Identitas dan Penanggung Jawab Pasien Pasien masuk rumah sakit tanggal 06 Maret 2015 jam 16.20 WIB dan pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Maret 2015, didapatkan dentitas pasien bernama An. B, tanggal lahir 06 Agustus 2010, umur 5 tahun 5 bulan 24 hari. Orang tua dan penanggung jawab Tn. S, usia 48 tahun, alamat Kroto, Gesmantoro, Wonogiri. Diagnosa medis Sindroma Nefrotik. 2. Riwayat Penyakit dan Riwayat Kesehatan Sekarang Hasil pengkajian pasien ditemukan riwayat penyakit yaitu keluhan utama keluarga pasien mengatakan tubuh anaknya bengkak-bengkak di seluruh tubuh. Riwayat penyakit sekarang ibu pasien mengatakan anaknya
21
22
mengalami bengkak-bengkak sejak 7 hari yang lalu sejak tanggal 29 Februari 2015, kemudian pada tanggal 06 Maret 2015 orang tua pasien membawa pasien ke IGD RSUD Wonogiri, di IGD pasien mendapatkan terapi oksigen 2 liter/menit, infus KaEn 1B 10 tetes per menit, injeksi furosemid 10mg/8jam intravena, injeksi ranitidin 12,5 mg/ 12jam intravena, injeksi metylprednisolon 8mg/ 12jam, kemudian pasien dipindah kebangsal perawatan anak Cempaka ruang III6 3. Riwayat penyakit keluarga Pasien megatakan anak sudah menderita penyakit ini sejak 3 tahun yang lalu dengan kisaran umur 2 tahun, dan belum sempat menuntaskan pendidikan PAUD. Pasien tidak memiliki alergi obat medis, herbal, makanan, atau minuman apapun. Pasien sudah dilakukan imunisasi lengkap dasar yaitu: polio, BCG, Campak, Hepatitis B, dan DPT. Riwayat ksehatan keluarga, ibu pasien mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Asma, Jantung dan lain-lain, adapun silsilah keluarga pasien selama 3 generasi keturunan, sebagai berikut:
23
x
x
An. B (5TH)
x
An. C (3th)
Keterangan : : Laki - Laki : Perempuan
x
: Meninggal : Pasien Didapatkan pemeriksaan interpretasi NCHS dengan berat badan menurut umur (WAZ) adalah - 0,68 masuk dalam kategori berat badan normal. Tinggi badan menurut umur ( HAZ) adalah – 0,55 masuk dalam kategori tinggi badan normal. Berat badan menurut tinggi badan (WHZ) adalah 91.3 masuk dalam kategori gizi baik. Pertumbuhan dan perkembangan, dari hasil pemeriksaan melalui test denver pada tanggal 09 Maret 2015 didapatkan hasil interprestasi Denver II adalah sebagai berikut: Kemampuan motorik halus: Menggambar orang 5 bagian, anak hanya bisa menggambar orang 3 bagian saja. Persentil : 75 – 90 (Caution)
24
Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk menarik garis lurus. Persentil: 75 – 90 (Caution). Memilih garis yag lebih panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis yng lebih panjang. Passed. Menggambar lingkaran hingga ujung bertebu dengan ujung,anak sudah mampu meyatukan kedua ujungnya. Passed. Kesimpulan: SUSPEC Status nutrisi pasien sebelum sakit, keluarga pasien mengatakan dalam sehari makan 3x dengan menu nasi, sayur, dan lauk, dan selalu menghabiskan porsi makan tanpa keluhan. Saat sakit pasien mengatakan selalu menghabiskan porsi mkan yang diberikan oleh rumah sakit sedikitsedikit tapi sering dengan perhitungan: kebutuhan kalori dengan usia 5tahun, berat badan 18kg, didapatkan hasil kebutuhan kalori sebanyak 1400 kalori/hari. Perhitungan cairan sebanyak 1400 ml/hari. Balance cairan yang dihitung selama 24 jam adalah -873. Pola eliminasi BAB sebelum sakit, pasien mengatakan BAB biasanya 1x setiap hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada keluhan, bau khas. Pola elminasi BAK sebelum sakit pasien mengatakan BAK sebanyak 4-6x/ hari warna kuning jernih bau amoniak. Saat sakit pasien BAK 10-14x/hari warna kuning bau amoniak. Pemariksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien, didapatkan data yaitu: keadaan umum pasien composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital 37,4ºC, denyut nadi 104x/menit irama teratur dan kuat, pernafasan pernafasan 24x/menit, irama teratur.
25
Pemeriksaan head to toe bentuk kepala mesochepal, palpasi fontanel dan sutura rapat, pada kontrol kepala tidak terdapat nyeri, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat luka, kondisi kepala bersih dan rambut rata. Pemeriksaan mata: kedua mata simetris, konjungtifa tidak anemis, tidak ikterik, tidak terdapat tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan telinga: simetris kanan/kiri, tidak terdapat lesi, dan pendengaran tidak terganggu. Pemeriksaaan hidung: nares simetris, tidak terdapat sekret, tidak menggunakan pernafasan cupping hidung, tidak mengnakan otot bantu pernafasan. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering, mulur bersih, gigi bersih, dan warna bibir pucat. Pemeriksaan leher: bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak terdapat distensi vena leher. Pemeriksaan fisik dengan tekhnik inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan) pada dada yaitu: paru-paru simetris kanan-kiri, tidak ada otot bantu nafas, vocal fremitus kanan-kiri sama, suara paru sonor, bunyi nafas vesikuler (inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi), tidak ada suara nafas tambahan. Pemeriksaan jantung ictuscordis tidak tampak, terdengar sonor diseluruh lapang paru, tidak terdapat lesi, tidak terdengar ronchi/wheezing. Pemeriksaan abdomen dinding perut supel tidak terdapat meteorismus, tidak ada lesi, bising usus 8x/ menit suara lemah, terdengar dullness, teraba tegang. Pemeriksaan genetalia hasilnya bersih, tidak terpasang kateter, pemeriksaan anus bersih, tidak terdapat hemoroid. Pemeriksaan
26
ekstremitas kekuatan otot penuh saat sebelum sakit , dan mengalami penurunan kekutan otot selama sakit karena kelemahan, terdapat udem di ekstremitas bawah. Pemeriksaan integumen kulit kering, kulit kaki, tangan, dan perut pecah-pecah, tidak terdapat luka, capilary refil >2 detik, turgor kulit tidak kembali dalam 1 detik.
B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya Pemeriksaan penunjang pada tanggal 08 Maret 2015 didapatkan hasil: pemeriksaan albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan penunjang pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan mikroskopis yaitu: warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam pemeriksaan kimia didapatkan hasil leukosit 2+, protein 1+, glukosa -, keton , urobilinogen normal, bilirubin -, blood 1+, dan hasil albumin 2,4gram/dl (nilai normal 3,5-5,0 gram/dl).
C. Terapi Pasien pada tanggal 9-10 Maret 2015 mendapatkan terapi infus Dextrosa 5%, 6 tpm intravena makro, pada tanggal 11 Maret 2015 mendapatkan infus Dextrosa 5%, 16 tpm intravena makro, tanggal 9-11 Maret 2015 mendapatkan terapi injeksi Furosemide 2 x 10mg golongan Diuretik, kandungan furosemide 40mg, fungsi dan farmakodinamik adalah untuk udem yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindrom nefrotik. Injeksi ampiciline 3 x 350mg golongan antimikroba, antibakteri, penicilin, kandungan
27
ampicilin 250 mg, fungsi dan farmakodinamik untuk infeksi saluran pernafasan, penernaan dan perkemihan, tanggal 10 Maret 2015 diberikan tranfusi Albumin (human) 5%, 20% dosis 2x 50 ml, golongan produk darah dan pengganti plasma, kandungan Human Albumin 5%, fungsi dan farmakodinamik, untuk hipoalbuminemia dengan atau tanpa edema, syokhipovelemik, hipoproteinemia.
D. Perumusan Masalah Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dari hasil pengkajian pada tanggal 9 Maret 2015 jam 10.30 WIB, penulis menegakkan dioagnisa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal. Diagnosa tersebut ditunjang dengan data subjektif keluarga pasien mengatakan anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Data objektif yang diperoleh pasien tampak udem, lingkar perut: 70cm, lingkar lengan 26cm, turgor kulit tidak kembali dalam 1 detik, capilari refil tidak kembali dalam 2 detik, dengan suhu 37ºC, nadi 104x /menit. Jam 10.40 WIB didapatkan data subjektif keluarga pasien mengatakan anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum bisa membedakan warna, dan hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan tuntunan. Dataobjektif yang ditemukan pasien tampak terbaring ditempat tidur dam belum bisa diajak berkomunikasi. Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan keterlambatan pertumbuhan dan perkrmbangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat.
28
Jam 11.10 didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan sejak dari IGD pasien sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan tangan. Data objektif didapatkan pasientampak terbaring lemah ditempat tidur. Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan diagnosa keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan kedua adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa ketiga adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot.
F. Intervensi Keperawatan Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga pasien mampu memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang di programkan, vital sign dalam batas normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea, hematokrit dalam batas normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan pantau elektrolit, management cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan
29
kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan pembahasan cairan pasien. Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam diharapkan anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan. Membantu orang tua memhami dan meningkatkan tumbuh kembang anak. Menganalisis faktor risiko potensial. Menentukan risiko kesehatan. Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan ketiga adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keluarga pasien dapat meningkatkan
aktifitas fisik yang bisa dilakukan,
mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas, monitoring vital sign sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat respon pasien selama melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan, memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, berikan alat
30
bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun keluarga pasien bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga untuk menjaga rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan anak.
G. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi diagnosa keperawatan pertama pada hari senin 09 Maret 2015 jam 10.00 adalah mengkaji respon dan vital sign pasien, respon subjektif keluarga pasien mengatakan pasien udem sejak 7 hari yang lalu dan mau untuk diperiksa keadaanya; respon objektif didapatkan kondisi umum lemah, suhu, 37ºC, nadi 104x/ menit. Jam 10.10 WIB memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien untuk memantau asupan nutrisi ataupun cairan pada pasien, respon subjektif didapatkan ibu pasien mangatakan sudah sedikit-sedikit memantau asupan makanan ataupun cairan sesuai petunjuk dari dokter; data objektif didapatkan ibu pasien dapat mengulas apa yang telah di pelajari. Jam 10.25 WIB mengkaji perkembangan motorik halus pasien didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan anaknya belum sekolah sampai saat ini dikarenakan sakitnya; data objektif didapatkan pasien tampak tidak bisa membedakan warna dasar dan hanya bisa menghitung angka dari 1-5 dengan tuntunan. Jam 10.40 WIB memberikan penyuluhan tentang pentingnya tumbuh kembang untuk masa depan anaknya, memberikan penyuluhan tentang origami akan mempengaruhi tingkat motorik halus anaknya, didapatkan respon subjektif keluarga pasien
31
mengatakan anak terganggu perkembangannya dikarenakan telat sekolah; data objektif didapatkan
keluarga pasien tampak kooperatif. Jam 11.00 WIB
mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan, data subjektif didapatkan keluarga pasien mengatakan akan memantau aktifitas pasien; data objektif didapatkan keluarga tampak kooperatif dalam menerima penyuluhan. Jam 11.10 membantu orang tua untuk mempelajari pentingnya perkembangan pada anak dan fungsi meningkatkan perkembangan motorik halus pada usia prasekolah, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan sebelumnya tidak tahu tentang pentingnya motorik halus; data objektif didapatkan keluarga tampak kooperatif. Jam 11.30 membantu pasien dan keluarga untuk menjaga rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, data subjektif didapatkan keluarga pasien bersedia untuk membersihkan area kamar; data objektif didapatkan ibu pasien tampak merapikan sekitar tempat tidur dan membuka jendela. Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemid 10mg/12 jam didapatkan data subjektif pasien mau untuk diberikan obat; data objektif obat masuk intravena dan pasien tenang. Jam 13.10 menghitung kebutuhan kalori dan cairan, data subjektif yang didapatkan
ibu pasien mengatakan anak
bengkak-bengkak disekujur tubuh; data objrktif didapatkatkan lingkar perut: 70cm, lingkar lengan: 23cm, dengan hasil perhitungan cairan didapatkan: 1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg ) 1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg 1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg ) 1000 + ( 8x50 )
32
1000 + 400 1400 2. Kebutuhan Kalori 1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg 1000 + ( 8x50 ) 1000+ 400 1400 kalori 3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270 Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi diagnosa keperawatan kedua, pada hari selasa 10 Maret 2015 jam 08.00 WIB, melakukan terapi bermain origami, data subjektif yang didapatkan pasien mau untuk bermain melipat-lipat kertas, dan data objektif yang didapatkan pasien tampak menikmati permainan melipat kertas berwarnawarni namun masih belum bisa meniru yang dicontohkan, dan hanya mampu melakukan dengan bimbingan. Jam 09.00 WIB memberikan terapi Ampicilin 350mg intravena untuk penanganan diagnosa keperawatan pertama, didapatkan data subjektif adalah pasien mengatakan mau untuk diberikan obat; data objektif yang didapatkan adalah terapi ampicilin masuk melalui selang infus 350mg.
33
Jam 10.10 WIB mengajari untuk membedakan warna-warna dasar dan menghitung 1-10 untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data subjektif pasien mengatakan mau untuk belajar warna dan berhitung, data objektif yang didapatkan pasien hanya mampu membedadan 3 warna dasar yaitu merah, putih, hitam dengan sedikit bimbingandan menghitung angka 1-5. Jam 11.30 WIB membatasi aktifitas sesuai kemampuan anak untuk penanganan diagnosa ketiga, didapatkan data subjektif pasien sudah merasa lelah setelah bermain dan mau beristirahat jika merasa lelah, data objektif yang didapatkan pasien tampak terbaring ditempat tidur. Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 10mg untuk penanganan diagnosa pertama, didapatkan data subjektif pasiem mau untuk diberikan obat, data objektif yang didapatkan injeksi masuk 10mg melalui selang intravena. Jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data subjektif pasien mau untuk menulangi bermain origami, data objektif yang didapatkan pasien tampak sudah lebih memahami dimana lipatan harus diarahkan dan dapat melakukan dengan satu tangan. Jam 13.50 WIB mebedakan warna dan mengajari menghitung untuk penanganan diagnosa keperawatan kedua, data subjektif yang didapatkan pasien mengatakan sudah dapat menghitung tetapi masih bingung dengan warna-warna, data objektif yang didapatkan anak sudah dapat menghitung
34
anagka 1-5 dengan lancar dan 1-10 dengan sedikit tuntunan, pasien hanya mampu menghafal 3 warna dasar yaitu merah, hitam, putih Jam 14.20 WIB menghitung balace cairan untuk penanganan diagnosa pertama, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan selalu memantau asupan minuman yang diminum pasien, data objektif yang di dapatkan lingkar perut 64cm, lingkar lengan 23cm, dan hasil perhitungan cairan didapatkan: Kebutuhan cairan /hari Umur 5 tahun, bb 17 kg 1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg 1000 + ( 7x50 ) 1000 + 350 1350
Kebutuhan Kalori 1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg 1000 + (7x50) 1000 + 350 1350 Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar Cairan masuk
Cairan keluar
Makan
= 750cc/ hari
BAB
= 275 cc/ hari
Minum
= 480cc/ hari
BAK
=2600cc/ hari
35
Injeksi
=1070cc/ hari
IWL
= ( 30-5 ) x 17 = 255
Air metabolisme = 8cc x 18 =144
Cairan Keluar = 3.130cc/ hari
Cairan masuk
= 2.569
Balance cairan
= cairan masuk – cairan keluar = 2.569 – 3.130 = - 561
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa keperawatan pertama paada hari Rabu 11 Maret 2015 jam 08.00 WIB melakukan pengkajian keadaan umum pasien didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan mau untuk diperiksa dan di timbang berat badannya, data objektif yang didapatkan nadi 104x / menit, bb 15 kg, albumin 2,4. Jam 08.40 WIB melakukan permainan origami dan menggali kemampuan motorik halus didapatkan data subjektif pasien mengatakan mau untuk mengulang permainan melitap-lipat kertas dan mau membuat tempat pensil dari kertas, data objektif yang didapatkan anak tampak lebih kooperatif dan sudah mampu menghafal 3 warna dengan lancar serta mampu menghitung 1-10 dengan lancar. Jam 09.10 WIB memberikan terapi ampicilin 350mg melalui intravena didapatkan data subjektif pasien mengatakan mau untuk diberikan obat, data objektif didapatkan pasien tampak tenang, dan udem diperut berkurang.
36
Jam 10.00 memberikan terapi albumin (human) 100 ml melalui intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk diberikan obat, data objektif didapatkan albumin masuk melalui intravena dan 1 jam setelah diberikan albumin pasien tidak merasakan sesak nafas. Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 5mg / 12 jam melalui intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk biberikan obat, data objektif yang didapatkan hasil terapi furosemide masuk 5mg melalui intravena, tidak terdapat udem. Jam 13. 45 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak diruang tumbuh kembang untuk penanganan diagnosa keperawatan kedua didapatkan hasil data subjektif mau untuk bermain lagi diruangan yang banyak mainannya, data objektif anak terlihat sangat berantusias untuk bermain sambil belajar, pasien tampak lebih lincah untuk melipat kertas walau hanya dengan satu tangan dan sudah bisa membedakan 5 warna dasar sesuai kertas-kertas yang dimainkan, serta dapat menghitung benda 1-10, mampu menumpuk balik hingga 6 balok sesuai warna. Jam 15.50 menghitung balance cairan untuk penanganan diagnosa pertama didapatkan hasil data subjektif keluarga pasien mengatakan selalu memantau asupan cairan yang masuk pada anaknya. Data objektif yang di dapatkan tidak ada udem, dengan lingkar perut 60cm, lingkar lengan 20 cm, dan hasil perhitungan cairan didapatkan: 1. Kebutuhan cairan / hari Umur 5th, bb 15kg
37
1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg 1000 + ( 5x50 ) 1000 + 250 1250 kaori 2. Kebutuhan Cairan 1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg 1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg ) 1000 + 250 1250 ml/ hari 3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar Cairan masuk
Cairan keluar
Makan
= 750
BAB = 275
Minum
= 480
BAK = 2000
Injeksi
= 1.065
IWL = ( 30-5 ) x 15 = 15 x 15
Infus
= 125
=30 cc
= 15 x 15 Air metabolisme = 8cc x 15 = 120 Cairan masuk
= 2.540
Cairan Keluar = 2.305
Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar = 2.540 – 2.305 = 235 cc / hari
38
H. Evaluasi Setelah dilakuan perencanaan dan tindakan keperawatan, evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama pada hari Senin 9 Maret 2015 jam 13.50 WIB adalah data subjektif : keluarga pasien mengatakan perutnya besar dan kakinya juga besar. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di lengan tangan dengan nadi: 104x/ menit, suhu : 37,4ºC 1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg ) 1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg 1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg ) 1000 + ( 8x50 ) 1000 + 400 1400 2. Kebutuhan Kalori 1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg 1000 + ( 8x50 ) 1000+ 400 1400 kalori 3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270 Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari
39
Analisa : masalah belum teratasi. Plaining : batasi asupan cairan masuk, managemen elektrolit, managemen eliminasi urin, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran balik vena. Evaluasi dari masalah keperawatan kedua hari senin 09 Maret 2015 jam 14.10 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan tidak hafal warna dasar dan belum bisa menghitung. Objektif: Pasien tampas asik bermain mobil-mobilan. Analisa: Masalah belum teratasi. Plaining : intervensi dilanjutkan: fasilitasi atau mengajarkan orang tua untuk memfasilitasiperkembangan anak, deteksi risiko atau masalah kesehatan kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan, bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang anak. Evaluasi dari hasil masalah keperawatan ketiga tanggal09 Maret 2015 jam 14.20 WIB adalah subjektif : pasien mengatakan lemes dan badannya sakit semua. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di lengan tangan. Analisa: masalah belum teratasi. Plaining: intervensi dilanjutakn: terapi aktifitassesuai kemampuan, atur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan, manipulasi lingkungan sekitar untuk manfaat terapeutik, berikan latihan fisik sesuai kemampuan. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama tanggal 10 Maret 2015 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan tubuh anaknya sudah tidak bengkak, hanya diperut yang masih bengkak. Objekfif: udem berkurang, bb17kg, nadi 80x/ menit, suhu 36ºC, balance cairan 1. Kebutuhan cairan /hari
40
Umur 5 tahun, bb 17 kg 1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg 1000 + ( 7x50 ) 1000 + 350 1350 2. Kebutuhan Kalori 1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg 1000 + (7x50) 1000 + 350 1350 3. Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar Cairan masuk
Cairan keluar
Makan = 750cc/ hari
BAB = 275 cc/ hari
Minum = 480cc/ hari
BAK=2600cc/ hari
Injeksi =1070cc/ hari
IWL= ( 30-5 ) x 17 = 255
AM = 8cc x 18 =144
Cairan Keluar = 3.130cc/ hari
Cairan masuk = 2.569 Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar = 2.569 – 3.130 = - 561 Analisa: masalah belum teratasi. Plainin: intervensi dilanjutkan: managemen kebutuhan cairan dan elektrolit, managemen eliminasi, tingkatkan extremitas untuk meningkatkan aliran darah vena.
41
Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 10 Maret 2015, adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknyasuka bermain origami dengan kertas warna-warni. Objektif: pasien mampu menghafl 3 warna dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Analisa : masalah elum teratasi. Plaining : intervensi dilanjutakn: bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang anak, melanjutkan terapi bermain origami, membawa pasien keruang tumbuh kembang. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 10 Maret 2015, adalah data subjektif : ibu pasien mengatakan sejak bb turun anaknya sudah tidak lemes lagi dan sudah mulai tertawa lepas. Objektif : anak sudah mampu menjawab pertanyaan dengan ceria dan selalu ingin bermain. Analisa: Masalah teratasi. Plaining : pertahankan interfensi: atur penggunaan energi sesuai kemampuan, manipulasi ruangan untuk memperoleh manfaat terapeutik, memberikan latihan fisik yang sesuai kemampuan. Evaluasi dari hasil masalah keperawatan pertama tanggal 11 Maret 2015 jam 14.30 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan berat badan anak turun hinga menjadi 15kg, udem sudah tidak ada. Objektif : bb 15kg, nadi 84x/ menit, suhu 37ºC, kulit berkeriputdan kehitaman, balance cairan 1. Kebutuhan cairan / hari Umur 5th, bb 15kg 1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg 1000 + ( 5x50 ) 1000 + 250
42
1250 ri 2. Kebutuhan Cairan 1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg 1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg ) 1000 + 250 1250 hari 3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar Cairan masuk
Cairan keluar
Makan = 750
BAB = 275
Minum = 480
BAK = 2000
Injeksi= 1.065
IWL= ( 30-5 ) x 15
Infus= 125
= 15 x 15
Air metabolisme= 8cc x 15 = 120
=30 cc
Cairan masuk = 2.540
Cairan Keluar = 2.305
Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar = 2.540 – 2.305 = 235 cc / hari Analisa: masalah belum teratasi. Plaining : pantau elektrolit, managemen cairan dan elektrolit, managemen eliminasi urin. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 11 Maret 2015 jam 14.30 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah lebih bisa menghafal warna dasar dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Objektif : anak sudah bisa menghafalkan 5 warna dasar dan menghitung 1-10 dengan
43
bimbingan. Masalah belum teratasi. Plaining: lanjutkan intervensi : fasilitasi orang tua untuk meningkatkan tumbuh kembang anak, lanjutkan terapi bermain origami. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 11 Maret 2015 jam 14.50 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak lemes, sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri, objektif: anak tampak ceria. Analisa: masalah teratasi. Plaining: pertahankan intervensi: batasi aktifitas sesuai kemampuan, manipulasi keadaan sekitar tempat tidur supaya kebutuhan terpenuhi dengan mudah.
BAB V PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas tentang “ Pemberian terapi bermain origami untuk meningkatkan motorik halus anak usia prasekolah pada asuhan keperawatan An. B dengan sindroma nefrotik di ruang Cempaka Rumah Sakit RSUD Wonogiri.
A. Pengkajian Hasil
pengkajian
yang
dilakukan
secara
alloanamnesa
dan
autoanamnesa, keluhan utama yang dirasakan, keluarga pasien mengatakan An. B bengkak-bengkk diseluruh tubuh dan pertama kali datang di IGD RSUD Wonogiri panas anak 39ºC. Dilakukan pengkajian tanggal 9 Maret 2015 diapatkan suhu 37,4ºC, nadi 104x / menit, buang air kecil tidak lancar, BB 24 kg. Pasien oleh dokter terdiagnosis nefrotik syndrome. Sindrome nefrotik akan mempengaruhi struktur ginjal yang mengarah ke glumerosklerosis yang akan mengakibatkan adanya perubahan sel, sehingga beban nefron akan lebih banyak, hal inilah yang akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada nefron, dan nefron akan terbuang lebih banyak maka akan menyebabkan gagal ginjal (Rachmadi, 2010). Menurut Nurarif (2013), nefrotik sindrome adalah penyakit dan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolimia. Kadang kadang terdapat hematuria, hipertesi dan penurunan fungsi ginjal.
44
45
Pada tanggal 25 Pebruari keluarga pasien mengatakan anaknya panas yang mulai ada pembengkakan di perut dan di kelopak mata, sebelumnya anaknya sudah menjalani pengobatan di RSUD Wonogiri, dikarenakan transportasi sulit maka orang tua tidak rutin untuk memeriksakan anaknya ke rumah sakt. Manifestasi klinis pada kasus sindroma nefrotik ditandai dengan udem yang akan menjadi udem anasarka, disertai dengan oliguria, proteinuria sedang sampai berat, hipoproteinemia dengan rasio albumin: globulinterbalik, hiperkolestrolimia(Nurarif, 2013: 475). Sindrome nefrotik disebabkan oleh karena rusaknya fungsi atau struktur membran filtrasi glumelurus, membran filtrasi glumelurus yang terdiri dari endotel fanestra sebelah dalam, membran basialis dan sel epitel bagian luar mempunyai tonjolan, dan tonjolan tersebut terdapat di celah diagfragma, yang berperan penting dalam pemeliharaan fungsi filtrasi glumelurus (Rahmadi, 2010). Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan, pasien terganggu pada motorik halus dengan hasil suspec dikarenakan anak mempunyai dua keterlambatan, belum bisa menggambar 5 bagian tubuh dengan benar, anak belum bisa mencontoh apa yang di ajarkan oleh penulis seperti belum bisa melipat kertas dengan menyatukan dedua sisinya. Denver II adalah revisi utama dari standarisasi ulang dari metode screening test dan revisied yang merupakan tes diagnostik atau test IQ. memubutuhkan waktu 15-20 menit untuk aplikasinya (Rofik, 2008 ).
46
Pengkajian pada status cairan didapatkan : Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270 Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari. Sindrom Nefrotik merupakan keadaan klinis dengan adanya proteinuria masif (3,5 g/hari) ditandai dengan edema ataupun dengan hipoalbuminemia yang diikuti beberap glomerulonefrotis primer atau gangguan sistemik ginjal (Kumar, 2003) Pengkajian pada pertumbuhan dan perkembangan didapatkan hasil suspec dikareakan anak mempunyai dua keterlambatan. Pengaruh hospitalisali terhadap anak akan mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress (Wong, 2000). Hal itulah yang akan menyebabkan kemunduran motorik halus jika tidak didukung oleh pengasuhan orang tua yang tidak adequat. Pada pendrita sindroma nefrotik akan mengalami berbagai masalah salah satunya adalah masalah kekurangan albumin dalam darah normalnya yauitu 3,5-5g/dl, yang dimana kandungan albumin terdiri dari plasma protein tubuh yang separuh dari total protein tubuh dan menjadi plasma protein. Akibat rendahnya albumin menjadi penyebab tekanan osmotik turun sehingga pengangkutan asam lemah, obat, hormon, dan enzin terganggu. Berdampak pada perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan organ tubuh sehingga
47
terjadi pembengkakan(Astuti dalam Bangun, 2008). Hal itulah yang akan mengakibatkan kelemahan fisik bagi penderita. Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien diperoleh hasil pemeriksaan albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan penunjang pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan mikroskopis yaitu: warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam pemeriksaan kimia didapatkan hasil leukosit 2, protein 1, glukosa (tidak ada penngkatan maupun penurunan), keton (tidak ada peningkatan maupun penurunan ), urobilinogen normal, bilirubin (tidak ada peningkatan maupun penurunan), blood 1, dan hasil albumin 2,4gram/dl (nilai normal 3,5-5,0 gram/dl) Pasien pada tanggal 9-11 Maret 2014 mendapatkan infus Dextrosa 0.5% dengan dosis 6 tetes per menit intravena makro dan pada tanggal 9-10 Maret 2014, dosis 16 tetes per menit pada tanggal 11 Maret 2015. Furosemide 2 x 10mg, ampicilin 3 x 350mg, serta mendapatkan transfusi human albumin dengan dosis 2 x 50 ml, terapi diit asupan cairan minum 250cc/ 24 jam. Dextrose sebagai larutan elektrilit nutrisi terdiri dari larutan dekstrosa monohidrat yang digunakan segabai rehirdasi, penambahan kalori secara parenteral (ISO, 2011/2012: 359). Furosemide merupakan golongan antimikroba, antibakteri, pinislin yang terdiri dari furosemide 40mg, diberikan pada pasien dengan udem yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal: termasuk sindrome nefrotik (ISO, 2011/2012: 246). Ampicilin merupakan golongan antimikroba, antibakteri, penicilin yang terdiri dari ampisilin 250mg, diberikan pada pasien yang mempunyai infeksi saluran
48
pernafasan, pencernaan, dan perkemihan ( ISO, 201102012: 38). Albumin Human 5% merupakan golongan produk darah dan pengganti plasma yang terdiri dari human albumin 5%, diberikan pada pasien hipoalbuminemia dengan atau tanpa udem, syokhipovolemik, dan hipoproteinuria,. Pemberian terapi diitetik pemberian diit tinggi protein tidak diperlukan bahkan sekarang di anggap kontraindikasikarena akan menambah beban glumelurus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein dan menyebabkan terjadinya sklerosisglumelurus. Jadi cukup berikan diit protein normal sesuai dengan kebutuhan yaitu 2g/kgBB/hari. Diit rendah protein akan menyebabkan malnutrisi energi protein dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah garam hanya dilakukan ketika nakan mengalami edema. Retraksi cairan juga dianjurkan selama ada edem berat (rachmadi, 2004: 4).
B. Diagnosa keperawatan Diagnosa yang pertama kali ditemukan adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal, karena pada saat di lakukan pemeriksaan pengkajian didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan badan anaknya bengkak- bengkak diseluruh tubuh kecuali daerah lengan tangan. Data objektif ditemukan pasien tampak udem dengan turgor kulit tidak kembali dalam lebih dari satu detik, capilary refil tidak kembali dalam dua detik , dengan BB 18kg, lingkar lengan: 23cm, lingkar perut: 64cm, suhu: 37oc, nadi : 104x/ menit. Peningkatan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami peningkatan , penurunan, atau perpindahan cepat dari satu
49
keadaan cairan intravaskuler. Yang menyebabkan kelebihan cairan intra seluler dan intersisial (Carpenito, 2000). Kelebihan
volume
cairan
adalah
adanya
difusi
ginjal
(Nanda:2012/2014), difusi ginjal adalah proses zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair lainnya ( Price: 2005). Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik kalebihan volume cairan secara mayor adalah adanya edema, kulit tegang sedangkan dari data minor akan didapatkan adanya tanda-tanda asupan akan melebihi dari keluaran adanya sesak nafas dan akan mengalami kelebihan berat badan secara signifikan ( Wilkinson,2012). Dalam kasus ini kelebihan volume cairan di prioritaskan menjadi diagnosa keperawatan yang paling utama karena dalam kasus ini kelebihan volume cairanlah yang harus mendapatkan penanganan yang pertama serta penganganan harus tepat dan tepat (Potter dan Perry,2006) selain dari alasan itu cairan juga menduduki kebutuhan dasar dari Maslow, pemenuhan cairan tubuh tersebut di prioritaskan karena berada pada kebutuhan dasar manusia secara fisiologis harus terpenuhi sebelum pemenuhan yang lainnya ( Setiadi, 2012: 38) Diagnosa kedua yang ditemukan adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat, karena pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif keluarga pasien mengatakan di umur yang sudah 5 tahun lebih 5 bulan anaknya belum bisa
50
membedakan warna dasar dan belum bisa menghitung 1-10 dengan lancar, data objektif belum dapat terkaji dikarenakan kondisi anak masih lemah. Keterlambatan pertumbuan dan perkembangan adalah
kemampun
struktur dan fungsi tubuh yang lebihkompleks. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing asing dapat memenuhi fugsinya.( Soetjuningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003). Hal
tersebut
sesuai
dengan
pertumbuhan dan perkembangan
batasan
kerateristik
ketelambatan
yaitu anak mapu melakukan kebiasaan
sesuan dengan umur, kemampuan motorik halus anak sesuai dengan usia tumbuh kembang, kemampuan kognitif anak sesuai dengan tumbuh kembang (Wilkinson, 2012) Etiologi
dari
problem
(masalah
keperawatan)
keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan adalah karena adanya pengasuhan yang tidak adequat (Nanda : 2012/ 2014). Pola pengasuhan yang tidak adekuat adalah dimana proses mengasuh yang diakibatkan karena orang tua yang terlalu sibuk, maupun dikarenakan orang tua yang tidak mngetahui mendidik anak secara tepat,maka akan menjadikan anakyang kurang perhartian, rendah diri, kemampuan bersosialisasi yang rendah (Tanuwijaya, 2010). Diagnosa ketiga yang ditemukan adalah
hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kendali otot, dengan didukung adanya pengkajian subjektif keluarga mengatakan sejak dari rumah pasien sudah
51
lemas dengan udem diseluruh tubuh, dan data objektif yang didapatkan adalah pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur. Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih dengan tingkatan: 0 : mandiri total 1 : memerlukan penggunaan peralatan dan perlengkapan 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk membantu mengawasi atau mengajari 3 : memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan 4 : ketergantungan total ( Nurafin, 2013) Etiologi dari problem ( masalah keperawatan ) hambatan mobilitas fisik adalah penurunan kekuatan otot (Nanda: 2012/ 2014). Penurunan kekuatan otot adalah kelemahan gerakan dalam keadaan normal yang dilakukan oleh sendi-sendi atau otot-otot yang bersangkutan ( potter, perry 2006).
Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik hambatan mobilitas fisik, yaitu keterbatasan kemampuan untuk gerak kasar, kesulitan berpindah, postur yang
tidak
stabil,
hambatan
berpindah,
terkoordinasnya gerakan (NANDA, 2011).
C. Intervensi keperawatan
pergerakan
lambat,
tidak
52
Penulis menyusun intervensi atau perencanaan sesuai dengan kriteria NIC (Nursing Intervention Clasufication), berdasarkan diagnosa pertama penulis menyusun perencanaan antara lain: pantau elektrolit,monitor vital sign, management cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin, kaji luas atau likasi edema, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien, monitor berat badan. Berdasarkan diagnosa kedua, penulis menyusun perencanaan antara lain: anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif, tingkatkan komunikasi verbal yang konsisten. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan. Membantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang anak. Menganalisis faktor risiko potensial. Menentukan risiko kesehatan. Berdasarkan
diagnosa
ketiga
penulis
menyusun
perencanaan
keperawatan antara lain: keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik yang bisa dilakukan, mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas, monitoring vital sign sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat
53
respon pasien selama melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan, memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, berikan alat bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun keluarga pasien bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga untuk menjaga rumah sakitsebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan latihan fisikyang sesuai dengan kemampuan anak.
D. Implementasi keperawatan Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yangtelah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Implementasi
dilakukan
dari
perencanaan
yang telah
disusun
sebelumnya. Berikut ini pembahasan implementasi dari masing-masing diagnosa: Diagnosa keperawatan yang pertama adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal , implementasi yang dilakukan pada tanggal 9, 10, 11 Maret 2015, adalah mengukur vital sign, vital sign diukur untuk menentukan status kesehatan klien biasanya (data dasar) untuk mengkaji respon klien dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien (Tamsuri, 200: 37). Pemberian cairan intravena segera dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan cairan yang adekuat (Widagdo, 2012: 125).
54
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang pentingnya memantau asupan cairan pada anak dengan gangguan ginjal. Melakukan pemantauan asupan cairan pada anak. Observasi intake dan output harus diimplementasikan karena pasien mengalami kelebihan volume cairan. Pengukuran akurat terhadap masukan dan pengeluaran cairan tubuh merupakan hal vital pada kasus kelebihan volume cairan. Hal ini meliputi masukan oral dan parenteral dan kehilangan cairan melalui urin atau melalui keringat, fases, muntah (Wong, 2004: 382). Memberikan injeksi furosemid, furosemide merupakan golongan diuretik yang berfungsi untuk udem yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindroma nefrotik (ISO, 2011/ 2012: 246). Memberikan injeksi Ampicilin, ampiciline merupakan golongan Antimikroba, yang berfungsi untuk infeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran perkemihan ( ISO 2011/2012: 38). Memberikan transfusi human albumin yang merupakan golongan produk pengganti darah dan pengganti plasma yang berfungsi untuk hipoanbuminemia dengan atau tanpa edema, syok hipovolemik, hipoproteinemia ( ISO 2011/2012: 238). Pembahasan
dari
diagnosa
keperawatan
kedua
keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat, adalah memberikan terapi bermain origami, walaupun anak sedang
55
mengalami sakit, tepapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Suryati dkk, 201: 74). Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan berbagai macah bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP memicu neuron melalui tangan (Apriliyana 2005). Sensorik motorik adalah suatu sensor alamiah yang ada di dalam tubuh manusia, ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan saraf-saraf dan otot-otot pada anak, sensor motorik meliputi pergerakan tubuh manusia, pengelihatan, daya tangkap, indra perasa, sentuhan, dll. Sensor motorik merupakan proses pertumbuhan manusia dalam mencapai proses pengaplikasian dikhususkan dalam proses daya tangkap, tingkat cekatan dalam bertindak, sinkronisasi pandangan dan pemikiran, kesinambungan antara saraf-saraf,otot, daya kerja otak kanan. Sensorik motorik dalam gerak motorik halus, adalah pergerakan motorik pada anak yang dilakukan berdasarkan sinkronisasi saraf antara otak, pergerakan anatomi tubuh dan daya imajinasi si anak. Pergerakan ini mengutamakan proses perkembangn imajinasi dan sistem kerja otak kanan pada anak. Pada umumnya kagiatan yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan motorik halus ini adalah kegiatan menggambar, menulis, bermusik, dll. Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya dalam memantau dan meningkatkan perkembangan anak (Shalev, 2005)
56
Pembahasan dari diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot, implementasi yang dilakukan adalah mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan.
E. Evaluasi keperawatan Evaluasi yang dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan pertama hari pertama adalah masalah keperawatan kelebihan volime cairan belum teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan hasil perhitingan balance cairan -873cc, dengan masih terdapat udem di kedua kaki, perut, sudah berkurang dibagian mata, BB 18kg, sedangkan kriteria hasil tidak didapatkan tanda-tanda udem, hematokrit dalam batas normal. Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan kedua yaitu keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat, yang dilakukan penulis belum teratasi karena belum sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, pasien
mengatakan tidak bisa menghafalkan warna dan mencontoh apa yang dicontohkan. Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, yang dilakukan penulis belum teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan yaitu pasien belum mampu melakukan aktifitas secara mandiri, pasen belum mampu berbicara dengan lantang ketika beraktifitas.
57
Evaluasi pada hari kedua, tanggal 10 Maret 2014 pukul 14.10 WIB masalah keperawatan dengan kelebihan volume cairan belum teratasi, belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil masih terdapat udem di perut, masih dibatasinya cairan masuk, dan pemantauan intake-output. Hasil yang didapatkan dalam balance cairan yaitu: -561cc. Evaluasi pada masalah keperawatan dengan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangn berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum teratasi dikarenakam keterbatasan waktu, dan kemampuan anak yang terbatas. Evaluasi pada masalah keperawatan dengan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot belum teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, pasien belum mampu memenuhu adl secara mandiri, akan tetapi sudan mampu berjalan kekamar mandi tanpa alat bantu. Evaluasi pada hari ketiga, tanggal 11 Maret 2014 pukul 14.10 WIB pada masalah keperawatan kelebihan volume cairan belum teratasi , tujuan dan kriteria hasil belum sesuai yang diharapkan, dengan hasil balance ciran yaitu 235cc. Evaluasi pada masalah keprawatan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak belum maksimal untuk mengingat materi yang diberikan, dan mencontoh apa yang sudan diberikan.
58
Evaluasi pada masalah keperawatan
hambatan mobilitas fiik
berhubungan dengan kelmahan otot sudah teratasi, ditunjukkan dengan sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak sudah mampu berjalankekamar mandi sendiri, sudah bisa untuk makan dan minum dengan mandiri, dansudah bermain diluar ruangan.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Pengkajian Hasil pengkajian yang didapatkan
antara lain data subjektif
diagnosa pertama keluarga pasien mengatakan keluarga pasien mengatakan anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Diagnosa kedua kelurga pasien mengatakan anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum bisa membedakan warna, dan hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan tuntunan. Diagnosa ketiga ibu pasien mengatakan sejak dari IGD pasien sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan tangan. Data objektif yang diperoleh diagnosa pertama pasien tampak udem, turgor kulit tidak kembali kurang dari 2 detik, capilari refil tidak kembali dalam 2 detik, dengan suhu 37ºC, nadi 104x /menit. Diagnosa kedua Data objektif yang ditemukan pasien tampak terbaring ditempat tidur dam belum bisa diajak berkomunikasi. Diagnosa ketiga data objektif yang didapatkan didapatkan pasien tampak terbaring lemah ditempat tidur. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan diagnosa keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan kedua
adalah
keterlambatan
59
pertumbuhan
dan
perkembangan
60
berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa ketiga adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot. 3. Perencanaan keperawatan Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga pasien mampu memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang di programkan, vital sign dalam batas normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea, hematokrit dalam batas normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan pantau elektrolit, management cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan pembahasan cairan pasien. Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam diharapkan anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan
61
riwayat kesehatan. Membantu orang tua memhami dan meningkatkan tumbuh kembang anak. Menganalisis faktor risiko potensial. Menentukan risiko kesehatan. Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan ketiga adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik yang bisa dilakukan, mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas, monitoring vital sign sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat respon pasien selama melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan, memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, berikan alat bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun keluarga pasien bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga untuk menjaga rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan anak. 4. Implementasi Keperawatan Tindakan yan dilakukan penulis selama tiga hari yaitu sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
62
5. Evaluasi Setelah dilakuan perencanaan dan tindakan keperawatan, evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama pada hari Senin 9 Maret 2015 jam 13.50 WIB adalah data subjektif : keluarga pasien mengatakan perutnya besar dan kakinya juga besar. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di lengan tangan dengan nadi: 104x/ menit, suhu : 37,4ºC Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg ) 1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg 1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg ) 1000 + ( 8x50 ) 1000 + 400 1400 Kebutuhan Kalori 1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg 1000 + ( 8x50 ) 1000+ 400 1400 kalori Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270 Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari
63
Analisa : masalah belum teratasi. Plaining : batasi asupan cairan masuk, managemen elektrolit, managemen eliminasi urin, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran balik vena. Evaluasi dari masalah keperawatan kedua hari senin 09 Maret 2015 jam 14.10 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan tidak hafal warna dasar dan belum bisa menghitung. Objektif: Pasien tampas asik bermain mobil-mobilan. Analisa: Masalah belum teratasi. Plaining : intervensi dilanjutkan:
fasilitasi
atau
mengajarkan
orang
tua
untuk
memfasilitasiperkembangan anak, deteksi risiko atau masalah kesehatan kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan, bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang anak. Evaluasi dari hasil masalah keperawatan ketiga tanggal09 Maret 2015 jam 14.20 WIB adalah subjektif : pasien mengatakan lemes dan badannya sakit semua. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di lengan tangan. Analisa: masalah belum teratasi. Plaining: intervensi dilanjutakn: terapi aktifitassesuai kemampuan, atur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan, manipulasi lingkungan sekitar untuk manfaat terapeutik, berikan latihan fisik sesuai kemampuan. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama tanggal 10 Maret 2015 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan tubuh anaknya sudah tidak bengkak, hanya diperut yang masih bengkak. Objekfif: udem berkurang, bb17kg, nadi 80x/ menit, suhu 36ºC, balance cairan
64
Kebutuhan cairan /hari Umur 5 tahun, bb 17 kg 1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg 1000 + ( 7x50 ) 1000 + 350 1350 Kebutuhan Kalori 1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg 1000 + (7x50) 1000 + 350 1350 Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar Cairan masuk
Cairan keluar
Makan = 750cc/ hari
BAB = 275 cc/ hari
Minum = 480cc/ hari
BAK=2600cc/ hari
Injeksi =1070cc/ hari
IWL= ( 30-5 ) x 17 = 255
AM = 8cc x 18 =144
Cairan Keluar = 3.130cc/ hari
Cairan masuk = 2.569 Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar = 2.569 – 3.130 = - 561
65
Analisa :masalah belum teratasi. Plainin: intervensi dilanjutkan: managemen kebutuhan cairan dan elektrolit, managemen eliminasi, tingkatkan extremitas untuk meningkatkan aliran darah vena. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 10 Maret 2015, adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknyasuka bermain origami dengan kertas warna-warni. Objektif: pasien mampu menghafl 3 warna dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Analisa : masalah elum teratasi. Plaining : intervensi dilanjutakn: bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang anak, melanjutkan terapi bermain origami, membawa pasien keruang tumbuh kembang. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 10 Maret 2015, adalah data subjektif : ibu pasien mengatakan sejak bb turun anaknya sudah tidak lemes lagi dan sudah mulai tertawa lepas. Objektif : anak sudah mampu menjawab pertanyaan dengan ceria dan selalu ingin bermain. Analisa: Masalah teratasi. Plaining : pertahankan interfensi: atur penggunaan energi sesuai kemampuan, manipulasi ruangan untuk memperoleh manfaat terapeutik, memberikan latihan fisik yang sesuai kemampuan. Evaluasi dari hasil masalah keperawatan pertama tanggal 11 Maret 2015 jam 14.30 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan berat badan anak turun hinga menjadi 15kg, udem sudah tidak ada. Objektif : bb 15kg, nadi 84x/ menit, suhu 37ºC, kulit berkeriputdan kehitaman, balance cairan. Kebutuhan cairan / hari
66
Umur 5th, bb 15kg 1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg 1000 + ( 5x50 ) 1000 + 250 = 1250 Kebutuhan Cairan 1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg 1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg ) 1000 + 250 = 1250 Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar Cairan masuk
Cairan keluar
Makan = 750
BAB = 275
Minum = 480
BAK = 2000
Injeksi= 1.065
IWL= ( 30-5 ) x 15
Infus= 125
= 15 x 15
Air metabolisme= 8cc x 15 = 120
=30 cc
Cairan masuk = 2.540
Cairan Keluar = 2.305
Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar = 2.540 – 2.305 = 235 cc / hari Analisa: masalah belum teratasi. Plaining : pantau elektrolit, managemen cairan dan elektrolit, managemen eliminasi urin. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 11 Maret 2015 jam 14.30 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya
67
sudah lebih bisa menghafal warna dasardan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Objektif : anak sudah bisa menghafalkan 5 warna dasar dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Masalah belum teratasi. Plaining: lanjutkan intervensi : fasilitasi orang tua untuk meningkatkan tumbuh kembang anak, lanjutkan terapi brmain origami. Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 11 Maret 2015 jam 14.50 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak lemes, sedah bisaberjalan kekamar mandi sendiri, objektif: anak tampak ceria. Analisa: masalah teratasi . plaining: pertahankan intervensi: batasi aktifitas sesuai kemampuan, manipulasi keadaan sekitar tempat tidur supaya kebutuhan terpenuhi dengan mudah.
B. SARAN Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan DengueHemorrhagic Fever (DHF) penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : 1. Bagi Instasisi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) Bagi instasisi rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun dengan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi pasien yang mengalami stress hospitalisasi dengan DHF.
68
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khusunya Perawat Bagi tenaga kesehatan diharapkan dalam melakukan tindakan keperawatan hendaknya selalu berkoordinasi dengan perawat ataupun tim medis yang lain dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak yang mengalami hospitalisasi serta berpedoman dengan teoriteori yang ada dan terbaru, sehingga pasien memperoleh perawatan secara komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia. 3. Bagi Institusi Pendidikan Mampu meningkatkan mutu pelayanan pendidikan sehingga mampu menciptakan perawat yang profesional dan berkualitas dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kode etik yang ada. Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam praktik klinik dan pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Christian . 2011. Hubungan Usia, Lama Pemberian Kostikosteroid, dan Lama Menderita Penyakit Sindroma Nefrotik Dengan Tinggi Badan Penderita Sindroma Nefrotik Resisten Steroid Dan Relaps Sering. Skripsi. Progran pendidikan Sarjana. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang Alimul, Aziz H. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba medika, hal: 35-40 Apriliyana, D. K. (2005). Efektifitas Penggunaan Origami Dalam Meningkatkan Kretifitas Pada Anak. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Bangun, roberthus. (2008). Hubungan Kadar Albumin dan Outcome. Medan: Program StudiPenyakit Syaraf Fakultas Kedokteran USU Betz Cecily L. dan Sowden linda A. 2002. Mosby`s Pediatric Nursing Reference, Inc.1996 by Mosby-Year Book. Terjemahan Jan Tambayong. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Ed.3. EGC. Jakarta Etri Yanti,dkk. (2011). Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah: Stikes Mercubaktijaya. Padang Gustina, A. D. (2010). Pengaruh Permainan Modifikasi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar dan Kognitif Anak Usia Dini. Tugas Akhir.Bandung: Unifersitas Pendidikan Indonesia Haryati happ. 2009. Pengaruh Distraksi. Jurnal FIK UI.12 Hilgard et.al. (2010).Introduction To Psychology, Eight Edition. Inc. Harcourt Brace Javanovish. Terjemahan Nurdjannah Taufik. 2010. Pengantar Psikologi. Edisi kedelapan. Jilid 1. Erlangga. Jakarta Ikatan Dokter Indonesia. 2012. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi. Edisi Kedua Kumar,vinaay (2003). Robbins Basic Patologi. Inc. ISBN. Terjemahan Muhammad Ali. 2006. Kemampuan Patologo. Erlangga. Jakarta Lubis, Fitriyani Y. (2009). Aspek Kognitif. Bandung. Salman Parenting Centre Monalisa. 2011. Pengaruh Tekhnologi Robotik Terhadap Perkembangan Kognitif Dan Motorik Anak
Nursalam , Susilaningrum Rekawati, Utami Sri.( 2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Ana( untuk perawat dan bidan). Jakarta; Salemba Medika Patmonodewo, Soemarti. (2008). Pendidikan Anak Prasekolah. Ed2. Jakarta: Rineka Putra Potter, Patricia A. & Perry, Ane Grifin (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan , Edisi 4. Jakart: EGC Rachmadi, dedi. 2004. Konsensus Tata Laksana Sindrome Nefrotik Idiopatik Pada Anak. IDAI Rini, D. Mustika. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care Dengan Kecemasan Anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi: 44-45 Ross, S.M., & Morisson, G.R, (2003). Eksperimental Reseach Mathods. Ln D Santrock,J.W. (2007). Child Development, Eleventh Edition. Inc.The McGraw-Hill Companies. Terjemahan Mila Rachmawati. 2007. Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas. Jilid 1. Erlangga. Jakarta Soetjiningsih & Gede Ranuh, (2012). Tumbuh Kembang Anak. Ed2. Jakarta: EGC Tamsuri, Anas. (2007). Tanda Tanda Vital Sign Suhu Tubuh. Jakart: EGC Tanuwijaya,S. 2003. Konsep Umum Tumbuh Kembang. Jakarta . EGC Walid Saiful dan Nikmatur Rohmah. 2012. Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Ar-ruz zmedia. Yogjakarta Widagdo. (2012). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak. Jakarta : CV Sagung Seto World Health Organization. (2008).Pediatric Growth and Development Wong Dona L. 2004. Wong and Whaley`sClinical Manual Of Pediatric Nursing, Four Edition, Inc. 1996 by Mosby-Year Book. Terjemahan Sari Kurnianingsih . 2003. Edisi 4. EGC. Jakarta Yusuf syamsu. (2002). Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Ed3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya