Tema : Mengasihi dengan Perbuatan dan dalam Kebenaran
Sub Tema Membangun Persekutuan, Merawat Kemajemukan dan Memelihara Lingkungan
Disain Sampul & Layout : Kristian
Seriti, 4-9 November 2013
KATA PENGANTAR Kehadiran PPGT sebagai bagian integral dari Persekutuan Gereja yang lahir dan dibesarkan serta dipelihara sebagai komponen pembangunan dan generasi penerus akan masa depan gereja, bangsa dan negara merupakan investasi yang tak ternilai. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja sebagai salah satu organisasi Intra Gerejawi dalam tubuh Gereja Toraja baru saja melaksanakan hajatan 5 tahunan atau amanat AD/ART yaitu Kongres XIII di klasis Seriti. Keputusan-keputusan penting dan strategis telah didiskusikan dan ditetapkan dalam kongres untuk menjadi acuan pengurus PPGT 5 tahun ke depan di setiap aras kepengurusan. Buku Himpunan Keputusan Kongres XIII PPGT ini sebelum dinyatakan siap untuk dicetak dan diperbanyak telah mengalami berbagai tahapan-tahapan pembahasan secara bersama antara panitia inti, seksi kesekretariatan dan persidangan yang dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan. Terakhir pada tanggal 18 Januari 2014 di PSP Tangmentoe, seharian penuh antara pengurus terpilih, para majelis pimpinan sidang dan panitia inti duduk bersama untuk menfinalkan buku Himpunan Keputusan ini. Hal-hal tersebut tersebut dilalui dengan maksud bahwa jerih upaya peserta selama ±5 hari berkongres di Seriti bisa tercover dengan baik dalam buku ini. Akhirnya kami panitia Pelaksana dari Tanah Kanaan Baru atau Desa Seriti, Klasis Seriti Wilayah Luwu menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang tidak dapat kami tuliskan satu persatu atas segala dukungan, bantuan dan arahan kepada panitia sehingga pelaksanaan KSK XIII PPGT dapat terlaksan dengan baik sampai pada tugas akhir panitia yaitu himpunan keputusan yang ada di tangan kita saat ini. Tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam buku himpunan keputusan ini, oleh pembaca masih menemukan ada kekurangan atau kehilapan, yakinlah bahwa semua itu terjadi bukan karena kesengajaan tapi semata-mata karena kekurangan kami panitia. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus sang juru selamat dunia, yang empunya organisasi ini akan senantiasa memberkati dan melindungi kita semua dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kita masing-masing, Amin. Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT Ketua Umum,
Drs. Esra Lamban
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
ii
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT 1. Nomor : 13.01.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Penetapan Peserta Kongres XIII PPGT ...................................
1
2. Nomor : 13.02.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Jadwal Acara Kongres XIII PPGT ...........................................
15
3. Nomor : 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Tata Tertib Kongres XIII PPGT ..............................................
19
4. Nomor : 13.04.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Majelis Pimpinan Sidang Kongres XIII PPGT .......................... 24 5. Nomor : 13.05.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Penasihat Kongres XIII PPGT ................................................. 26 6. Nomor : 13.06.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Periode 2008-2013 ............................ 28 7. Nomor : 13.07.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Penetapan Usul-usul ............................................................. 30 8. Nomor : 13.08.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Panitia Khusus (PANSUS) Amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT ......................................
51
9. Nomor : 13.09.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Kurikulum Pembinaan PPGT ................................................. 56 10. Nomor : 13.10.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT .................... 78 11. Nomor : 13.11.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Penugasan dan Rekomendasi ................................................. 129 12. Nomor : 13.12.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ..................................................................... 136 13. Nomor : 13.13.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Pesan dan Seruan Kongres XIII PPGT ..................................... 150 14. Nomor : 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 2013 – 2018 ............................................................. 154 15. Nomor : 13.15.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Ketua Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018 .............................. 165
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
ii
16. Nomor : 13.16.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Sekretaris Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018 ............................... 167 17. Nomor : 13.17.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Bendahara Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018 ............................... 169 18. Nomor : 13.18.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Formatur Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018 ............................................................................ 171 19. Nomor : 13.19.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Penghimpun Kongres IV Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) ........................................................... 173 20. Nomor : 13.20.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Komposisi dan Personalia Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018 .............................. 175 21. Nomor : 13.21.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tentang : Penutupan Kongres XIII PPGT ............................................... 180 Lampiran : 1. Selayang Pandang Seriti 2. Komposisi dan Personalia Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
iii
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.01.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PENETAPAN PESERTA KONGRES XIII PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT):
Menimbang
: bahwa untuk terselenggaranya Kongres XIII dengan santun, gerejawi, lancar, efektif dan efisien, maka Kongres XIII PPGT perlu menetapkan Peserta Kongres.
Mengingat
: 1. 2. 3. 4.
Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); Tata Gereja Gereja Toraja Pasal 25; ART PPGT pasal 12; Keputusan PP.PPGT nomor 013.SK.017.02.2011 tentang Komposisi dan Personalia Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : a. Surat-surat Kredensi dari tiap-tiap Klasis;
b. Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam rapat paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 5 Nopember 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Peserta Kongres XIII PPGT.
Pertama
: Peserta Kongres XIII adalah : 1. Utusan yang tercantum dalam Surat Kredensi dari klasis; 2. Undangan Panitia Pelaksana Kongres XIII dan Undangan Pengurus Pusat PPGT.
Kedua
: Berdasarkan butir pertama di atas, maka Kongres PPGT dinyatakan sah mengambil keputusan.
Ketiga
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan jika ada kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 5 Nopember 2013 PIMPINAN SIDANG SEMENTARA
Pengurus Pusat PPGT,
Panitia,
Panitia,
Yan Malino,S.Th, M.Pd.K
Pdt. Marthen Lamida, S.Th
Maruli, S.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
1
Lampiran : Keputusan Kongres XIII PPGT Nomor : 13.01.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tanggal : 5 Nopember 2013 PESERTA KONGRES XIII PPGT Nomor ID Urut Card
Nama
Status
Klasis
Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan
Kalaena Kalaena Kalaena Kalaena Kalaena Kalaena Malili Malili Malili Malili Malili Malili Wotu Wotu Sukamaju Sukamaju Sukamaju Sukamaju Bone-bone Bone-bone Bone-bone Bone-bone Bone-bone Bone-bone Masamba Masamba Masamba Masamba Masamba Masamba Masamba Masamba
Wilayah I Luwu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
A.001 A.002 A.004 A.005 A.006 A.007 A.008 A.009 A.010 A.011 A.012 B.076 A.013 A.014 A.018 A.019 A.020 A.021 A.022 A.023 A.024 A.025 A.026 A.110 A.027 A.028 A.029 A.030 A.031 A.032 B.005 B.006
Absalom Sa'bi Septha Hery Yohanis Duma' Hari Kusnanto Jurnal L. Tonno' Meldi Tumbak Sauna Irmawati, A.Md.Kep Tomi Patanggung Yelieser Yonatan Ramban Pdt. Melki Upa', S.Th Nandita Dyaniel Fransiskus S.N A. Bara'padang, S.Sos Narpin, S.Pd. Selvrianus Rumpak Pdt. Christina B.R., S.Th Stepanus, SP. Ayub Soga Yepta Ardi Kadmiel Srimujiati Henny Datu Lumuran Masdah Mazmur Mada Agustina Tumba Vika Guntur John Steven Oktovianus Pasombo Desy Andarias Mansa Tando Novianti S. Menda
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
2
Nomor ID Urut Card 33 B.007 34 A.033 35 A.034 36 A.035 37 A.036 38 A.037 39 A.039 40 A.040 41 A.041 42 A.042 43 A.045 44 A.046 45 A.047 46 A.048 47 A.049 48 A.434 49 A.050 50 A.051 51 A.052 52 A.053 53 A.054 54 A.055 55 A.056 56 B.014 57 B.015 58 B.016 59 A.057 60 A.058 61 A.059 62 A.060 63 A.061 64 A.062 65 A.063 66 A.064 67 A.065 68 A.067 69 A.069 70 A.070 71 A.298
Nama
Status
Klasis
Yames Lome Yakobus Berese Erson David Aris Sutiarlin Riski Wirantau Risal Fredika, S.Pd Arman Mulun Raharti, S.Pd Budi Abadi Daling, S.Kel David Ferdiana Zet Ruruk Samuel Rafika Joni Prop. Yulianus Tandisau, S.Th Albertinus Bobby Yenni Nelpa Norma Yani Novitasari Rante, S.Pd.K Lukiyanti Pasulle Jeni Parianda Musa Nola Yusman Gerson, S.Pd Yohanis S. Karete' Riadi, S.Pd Lusiana Bondon, S.Pd Vera Parintik, S.Si Mikael Yulce Hanastasya Septianus Yani Liwan Fratiwi Dikson Intan
Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan
Masamba Baebunta Selatan Baebunta Selatan Baebunta Selatan Baebunta Selatan Baebunta Selatan Rongkong Sabbang Baebunta Rongkong Sabbang Baebunta Rongkong Sabbang Baebunta Rongkong Sabbang Baebunta
Sangbua Lambe Sangbua Lambe Sangbua Lambe Sangbua Lambe Sangbua Lambe Sangbua Lambe Seriti Seriti Seriti Seriti Seriti Seriti Seriti Seriti Seriti Seriti Lamasi Lamasi Lamasi Lamasi Lamasi Lamasi Walenrang Walenrang Walenrang Walenrang Walenrang Walenrang Walenrang
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
3
Nomor ID Urut Card 72 A.071 73 A.072 74 A.073 75 A.074 76 B.044 77 A.077 78 A.078 79 A.079 80 A.088 81 A.089 82 A.090 83 A.091 84 A.092 85 B.010 86 B.013 87 B.062 88 A.093 89 A.094 90 A.095 91 A.096 92 A.097 93 A.098 94 A.099 95 A.100 96 B.023 97 B.025 98 B.027 99 A.101 100 A.106 101 A.107 102 A.108 103 A.109 104 A.405 105 A.111 106 A.112 107 A.113 108 A.114 109 A.115 110 A.116
Nama
Status
Klasis
Pnt. Yansen Pdt. Adryadi Dominggu, S.Th Yosef Sulle Aljabar, S.Pd Kalvin Mantolo Prop. Semuel Mangalik, S.Th Kaleb Barangan, A.Ma Yordan Yan Samma Topan Paressa, S.Kom Apdoyus Pallao Rudi Tolla, S.Kom Josep Juliaser Jusuf, SH Jansen Mario Lahallo, SP Yunita Paressa Natalia Maliran, S.Kom Aditia, S.AN. Ellyana Surya Mahari, S.Pd Yulianus Lobar Hardias Jarid, S.Pd.K. Ade Fadli Kasi Atto Dominggus Tonapa Calvin Bubun Datu, S.Pd. Egi Zatria Widianto Hendra Mery Ruruk Padang
Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan
Seko Lemo Seko Lemo Seko Lemo Seko Lemo Seko Lemo Seko Embona Tana Seko Embona Tana Seko Embona Tana Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Kota Palopo Malangke Basse Sangtempe Basse Sangtempe Basse Sangtempe Basse Sangtempe Basse Sangtempe Luwu Luwu Luwu Luwu Luwu Luwu
Prop. Heryanto Manurun, S.Th
Pdt. Misel Sanda Luten, S.Th Likunna Erbon Bondang Kilson Tomassa' Natalia Rante Pakiding Yakobus P. Sarassang, S.Th Aprin Elson Batata, S.Pd Agrifal Rombe, S.Kom Arnes, S.Pd Marnolinus Ledon, S.Pd
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
4
Nomor ID Urut Card 111 A.117 112 A.119 113 A.120 114 A.121 115 A.122 116 A.123 117 A.124 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148
A.125 A.126 A.127 A.128 A.130 A.131 A.132 A.133 A.134 B.071 B.072 B.073 A.135 A.136 A.137 A.138 A.524 A.139 A.140 A.141 A.142 A.143 A.144 A.145 A.146 A.150 A.525 A.153 A.154 B.061 A.155
Nama
Status
Firmas Nosioktafian, S. Farm Utusan Nahabson Utusan Rut Nesar Utusan Hendrayanto, S.Pd Utusan Yohanis Londa Utusan Fery Tasik Dengen, S.Si Utusan Malvin Utusan Wilayah II Rantepao Ruth, S.Pd.K Utusan Jery Parimba, ST Utusan Grace Bunga Rombe Utusan Rinelda Tangketasik Utusan Natan Bala Utusan Pdt. Budi Prayetno, S.Th Utusan Prop. Joice Thomas, M.Th Utusan Aryati Surya Palembangan Utusan Zaldy Pongngarrang Utusan Mareslo Sirupa Undangan Silva Irtim Undangan Reiner Undangan Nelvin Tangdilian Utusan Paulus Pongdatu Utusan Fahtara K. Bu'tu Utusan Albernianto Utusan Musa Pareang Utusan Pdt. Yustius Andi Lolo, S.Th Utusan Deny Rapang Utusan Matius Patawa Utusan Meny To'upa' Utusan Yohanis Tongka Utusan Yendrianto Palamba' Pabuntangan Utusan Delila Pali‟, S.Kep Utusan Jebi Konda‟, S.Kep Utusan Andri Silamba' Utusan Radyus Marthen Utusan Riana Kiki Pongre'kun Utusan Yusman Pabate', S.Pd Utusan Kristian Tulak Undangan Pdt. Bambang S. Palamba', S.Th Utusan
Klasis Luwu Luwu Walenrang Timur Walenrang Timur Walenrang Timur Walenrang Timur Walenrang Timur Rantepao Rantepao Rantepao Rantepao Rantepao Barat Rantepao Barat Rantepao Barat Rantepao Barat Rantepao Barat Rantepao Barat Rantepao Barat Rantepao Barat Tikala Tikala Tikala Tikala Tikala Sasi Utara Sasi Utara Sasi Utara Sasi Utara Sasi Utara Sasi Utara Sasi Sasi Sa‟dan Sa‟dan Sa‟dan Sa‟dan Sa‟dan Sa‟dan Matallo
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
5
Nomor ID Urut Card 149 A.156 150 A.157 151 A.158 152 A.159 153 A.160 154 A.161 155 A.162 156 A.163 157 A.527 158 B.024 159 B.026 160 A.165 161 A.166 162 A.167 163 A.168 164 A.169 165 A.170 166 A.171 167 A.172 168 A.173 169 A.179 170 A.181 171 A.182 172 A.183 173 A.186 174 A.187 175 A.188 176 A.189 177 A.190 178 A.191 179 A.192 180 B.035 181 B.036 182 B.037 183 A.193 184 A.194 185 A.196 186 A.197 187 A.198
Nama Pnt. Yunus Rudi Pakku', S.Pd Fikram Basongan Erawati Timang Paranduk Jefrianto Karang Lasandri Susanti Prisilia Prop. Meisel P. Basongan, S.Th
Prop. Nasri Sion, S.Th Ruth R. Marendeng Edi Tibarrang Prop. Sriwanti, S.Th Novianti Parenta Junita Rombe Antonius Palamba' Pnt. Daniel Palamba' Yusuf Afriaka Silamba' Prop. Ruth B. Tasik, S.Th Prop. Semuel DT, S.Th Musa Ferdi P. Sutrisno Frida Londa Pdt. Yunus Killi, S.Th Swenly Tasso Kassa' Grace Tangke Datu Noviani Tandiallo Marselinus Parinding Anton Sepang Wanayanti Kristian Baturante Sarah Bone Sandapadang, ST Anita Pakankan, S.Pd.K Yunita Tanan Paluta‟ Delita Christian Pongsapan Yustin Paresa, A.Md.Keb Rama Nita Garrung, S.Pd Titus Sangka, S.Pd Nelson Mandela, S.Pd Prop. Demma T.A. S.Th Agustinus, S.Pd Hendrika F. Kalebu
Status
Klasis
Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan
Sa‟dan Matallo Sa‟dan Matallo Sa‟dan Matallo Sa‟dan Matallo Sa‟dan Ulusalu Sa‟dan Ulusalu Sa‟dan Ulusalu Sa‟dan Ulusalu Sa‟dan Ulusalu Sa‟dan Ulusalu Sa‟dan Ulusalu Balusu Balusu Balusu Balusu Balusu Balusu Balusu Tondon Tondon Nanggala Karre Nanggala Karre Nanggala Karre Nanggala Karre Buntao Buntao Buntao Buntao Buntao Buntao Buntao Buntao Buntao Buntao Parandangan Parandangan Parandangan Parandangan Parandangan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
6
Nomor ID Urut Card 188 A.199 189 A.200 190 A.526 191 A.430 192 B.039 193 B.040 194 B.041 195 B.070 196 A.147 197 A.202 198 A.203 199 A.204 200 A.205 201 A.201 202 A.209 203 A.210 204 A.211 205 A.212 206 A.216 207 A.217 208 A.218 209 A.219 210 A.220 211 B.066 212 B.067 213 A.222 214 A.223 215 A.224 216 A.225 217 A.226 218 A.227 219 A.228 220 A.229 221 A.230 222 A.231 223 A.232 224 A.233 225 A.234 226 A.235
Nama
Status
Klasis
Titus Tampang, S.Pd Marcince Pare Daud Arung Pangarungan Soleman Toding Abelnego Alfrida Bertha Ayu Limbong Meice Marrante Prop. Sriwanti Y., S.Th Pdt. Elen Yusuf Padang, S.Th Rio, A.Md.ST Yakob Rombe Patiung Nehemia Rombe Patiung Pdt. Zetwil, S.Th Yosep Lamba' Prop. Lius Bongga Linggi, S.Th
Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan
Parandangan Parandangan Parandangan Parandangan Parandangan Parandangan Parandangan Parandangan Sesean Sesean Sesean Sesean Sesean Sesean Dende Denpiku Dende Denpiku Dende Denpiku Dende Denpiku Piongan Denpiku Piongan Denpiku Piongan Denpiku Piongan Denpiku Piongan Denpiku Piongan Denpiku Piongan Denpiku Kurra Denpiku Kurra Denpiku Kurra Denpiku Kurra Denpiku Kurra Denpiku Pangalla Pangalla Pangalla Pangalla Pangalla Pangala Utara Pangala Utara Pangala Utara Pangala Utara
Prop. Henny Rura Marante, S.Th
Damiati Pakombong Yosep Rambu Allo Jenny Kassong Joni Sapan Trival Efendy Septian Mangesak Yusna Corenelius P. Marten Bembe Arroan Prop. Lukas Tonglo, S.Th Prop. Sujenta Pongtuluran, S.Th
Andarias Baso‟ Mardiani Parerungan, S.Pd Martinus Prop. Mieke Madaun, S.Th Herman Tandi, S.Pd Matius Sarungu', S.Th Sarce Toding Viktor Todingbua' David Samperompon, SE Pdt. Sulfrida Lolok, S.Th Prop. Sarah Sandi, S.Th John Wilcy Balalimbong, S.Pd
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
7
Nomor ID Urut Card 227 A.236 228 A.238 229 A.239 230 A.240 231 A.241 232 B.042 233 B.043 234 A.243 235 A.244 236 A.245 237 A.148 238 A.149 239 A.248 240 A.249 241 A.250 242 A.251 243 A.252 244 A.253 245 A.256 246 A.257 247 A.258 248 A.259 249 A.260 250 A.481 251 A.261 252 A.262 253 A.263 254 A.264 255 A.265 256 A.266 257 A.267 258 A.268 259 A.269 260 A.270 261 A.271 262 A.274 263 A.275 264 A.285 265 B.045
Nama Erna Ruru Bua' Prop. Edi C., S.Th Pdt. Antonius Balik, S.Th Indriani T. Dita Paliling Deni Toleng Indriani Token Prop. David Basya, B., S.Th Prop. M. Lodi, S.Th Luther Samperompon, SH Herman Oktavianus Pnt. Serman Kamban Aris Bassi, S.Pd Ardianus M. Ponglimbong Yohanis Banne Bassi Prop. Sethiarama E. Amping, S.Th
Askarya K. Michael Kendek Melati T. Padang Harwidi Sugiarto Meriati Bangka Rani Patanduk Junaedi Kondo Bone Darman Layuk Padang Calvin Ambabunga' Ryo Dua Lembang Herawati Hasanuddin Desty Leny Palman Rina Mayung Januar S. Patimang Grisilia Isabella Madao Dhevi Banga Bua' Joiske Sangka' Pariakan Aldyo Parante Randy Rudianto Biri' Prop. Stepanus A. Bungaran, S.Th
Pdt. Musa Pilo Mangalik
Status
Klasis
Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan
Pangala Utara Awan Awan Awan Awan Awan Awan Baruppu Baruppu Baruppu Baruppu Baruppu Kapalapitu Kapalapitu Kapalapitu Kapalapitu Kapalapitu Kapalapitu Nonongan Salu Nonongan Salu Nonongan Salu Nonongan Salu Nonongan Salu Nonongan Salu Madandan Madandan Madandan Madandan Madandan Kesu Malenong Kesu Malenong Kesu Malenong Kesu Malenong Kesu Malenong Kesu Malenong Kesu' La‟bo Kesu' La‟bo Rantebua Rantebua
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
8
Nomor ID Urut Card 266 A.286 267 A.287 268 A.290 269 A.310
Nama
Status
270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284
A.291 A.292 A.293 A.294 A.295 A.296 A.297 A.299 A.301 A.302 A.303 A.304 A.305 A.306 A.307
Petrus Ali,STh Utusan Frianto Paembonan,S.Pd Utusan Sarah Sobon, S.Pd Utusan Putri R. Pala'biran, S.Th Utusan Wilayah III Makale Daud Mangaluk Utusan Semuel Sirampun Utusan Anita Utusan Merson Baso' Sakke' Utusan Marthen Honta Lambe' Utusan Yuski Utusan Andraner D. Lelepadang Utusan Arpan Purwanto Utusan Joni Ruli Dudung, S.Pd Utusan Jusli Telo Utusan Jodi Toding Kayang, S.PAK Utusan Andhy Richard, S.Psi Utusan Cornelius Posse Utusan Joni Serang Utusan Pnt. M.K. Sanglamba' Utusan
285
A.311
Robi Paseru, S.Th
Utusan
286
A.314
Yulianto Gerson Parangan
Utusan
287
A.315
Prop. Parista, S.Th
Utusan
288
B.068
Prop. Rezi Zakaria, S.Th
289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303
A.322 A.323 A.324 A.325 A.326 A.327 A.328 A.329 A.330 A.331 A.333 A.334 A.335 A.336 A.337
Yance Liling Juprianto Lolo Christian Banna Frederik Rongre Herlina Mada Allo Widyaningsih Bungin Sura' Alfriadi Darminto Mersiana Pasassa. S.Pd.K Pdt. Bertin Palinggi, S.Th Rante Tasik Joevita Payung Langi Pdt. Liana Madaun, S.Th Prop. Junistia Patari, S.Th Matius Alla Yuliana Patangke
Klasis Tallunglipu Tallunglipu Tallunglipu Tallunglipu Makale Utara Makale Utara Makale Utara Makale Utara Makale Utara Makale Utara Makale Utara Makale Utara Makale Makale Makale Makale Makale Makale Selatan Makale Selatan
Undangan
Makale Randan Batu Pa‟buaran Makale Randan Batu Pa‟buaran Makale Randan Batu Pa‟buaran Makale Randan Batu Pa‟buaran
Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan
Sangalla Sangalla Sangalla Sangalla Sangalla Sangalla Sangalla Barat Sangalla Barat Sangalla Barat Sangalla Barat Sangalla Barat Sangalla Selatan Sangalla Selatan Sangalla Selatan Sangalla Selatan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
9
Nomor ID Urut Card 304 A.339 305 A.340 306 A.341 307 A.343 308 A.344 309 A.349 310 A.350 311 A.351 312 A.352 313 A.353 314 A.354 315 A.355 316 A.348 317 A.356 318 A.357 319 A.358 320 A.359 321 A.360 322 A.361 323 A.362 324 A.363 325 A.364 326 A.365 327 A.366 328 A.367 329 A.368 330 A.369 331 A.370 332 A.371 333 A.391 334 A.392 335 A.393 336 A.394 337 A.395 338 A.396 339 B.050 340 A.397 341 A.398 342 A.400
Nama Marliani Tumba' Daunrara Farma Normandya Endang Yulianus S. Tangdiria Deris Ute' Birana I.T. Rante Allo Aris Palanna Yulianus Tandi Ali Marthen Tandi Boro Juli Penang Nardus Pagayang Silva Persiska Junianti Lumalan Anthonius Nio, S.Pd Yulius Sande, S.Pd Marliyanti L. Ra'bang Lukas K. Lamban, S.H. Rindi Indrawati Patandean Iswandi, SE Restiani Paonganan, A.Md.Keb.
Mulianti Nelce, ST Yulius Nelson, S.Th Alexander Patandean, SS.,S.Pd Arianto Kalemben Yulius Roma Patandean, S.Pd Agustinus Tojang Yeremia Musa Masing Prop. Resva Rerung, S.Th Rudi Musu, S.Hut Nia Tonglo Pdt. Mikha Victor Dasan, S.Th Yunita Ambalinggi' Ferdi Patandian Sirenden, SH Prop. Greace, S.Th Restu Tanaka Agustinus Kala' Lintin Agrianto Romba John Gator
Status
Klasis
Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Utusan Utusan Utusan
Mengkendek Utara Barat Mengkendek Utara Barat Mengkendek Utara Barat Mengkendek Utara Timur Mengkendek Utara Timur Mengkendek Tengah Timur Mengkendek Tengah Timur Mengkendek Tengah Timur Mengkendek Tengah Timur Mengkendek Tengah Timur Mengkendek Tengah Timur Mengkendek Tengah Timur Mengkendek Tengah Timur
Sillanan Sillanan Sillanan Sillanan Sillanan Sillanan Sillanan Gandangbatu Gandangbatu Gandangbatu Gandangbatu Gandangbatu Gandangbatu Gandangbatu Gandangbatu Buakayu Simbuang Barat Abba Abba Abba Abba Abba Abba Malimbong Malimbong Malimbong
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
10
Nomor ID Urut Card 343 A.401 344 A.402 345 A.403 346 A.408 347 A.409 348 A.413 349 A.414 350 A.415 351 A.416 352 A.417 353 A.418 354 A.419 355 A.420 356 A.421 357 B.051 358 B.052 359 A.422 360 A.423 361 A.424 362 A.425 363 A.431 364 A.426 365 A.427 366 A.428 367 A.429 368 A.433 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380
A.440 A.441 A.442 A.443 A.444 A.445 A.446 A.447 A.448 A.449 A.450 A.451
Nama
Status
Pdt. Hezel S. Taruk Allo, S.Th Utusan Helce Rante Allo Utusan Marthen Ruru Utusan Sunday Torinding Utusan Santo Bara'langi Utusan Yohanis Tangibali Utusan Prop. Enos Parinding, S.Th Utusan Daniel Sareong Utusan Sunarto Parrangan Utusan Ruben Basiang Utusan Prop. Christina Lambe‟, S.Th Utusan Prop. Ika Ganta Tonapa, S.Th Utusan Oktavina Rombe Baan, S.Pd Utusan Ebel Rombesara, S.Pd Utusan Ani Lesatari Undangan Verawati Pasila Undangan Yohanis Sambu Utusan Selpina Borotoding Utusan Filsiliana Paembonan Utusan Antonius Patandeanan Utusan Sartika Utusan Agustina Sanda Labi' Utusan Destianto Utusan Christian Yanto T. Utusan Prop. Samuel Tempaya, S.Th Utusan Prop. Darius Raba', S.Th Utusan Wilayah IV Makassar Aldri Yanto Hendra Utusan Eltuin Utusan Rini Kurnia Sesa Utusan Irfan Tangalayuk Utusan Arthur S. Polean Utusan Kurniati Lombe Utusan Adrianus Sandy Kala‟limbong Utusan Lewi Utusan Henryawan Permana Utusan Novianita D. Uriapadang Utusan Agatha Oktaviani Utusan Zetmon T. Paembong Utusan
Klasis Malimbong Ulusalu Ulusalu Tapparan Rantetayo Tapparan Rantetayo Rembon Sado‟ko Rembon Sado‟ko Rembon Sado‟ko Rembon Sado‟ko Rembon Rembon Rembon Rembon Rembon Rembon Rembon Bittuang Bittuang Bittuang Bittuang Bittuang Bittuang Se‟seng Bittuang Se‟seng Bittuang Se‟seng Bittuang Se‟seng Masanda Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar Makassar
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
11
Nomor ID Urut Card 381 A.452 382 A.453 383 A.454 384 A.455 385 A.456 386 A.457 387 A.458 388 A.459 389 A.460 390 A.461 391 A.462 392 A.463 393 A.464 394 A.465 395 A.466 396 A.468 397 A.469 398 A.470 399 A.471 400 A.472 401 A.473 402 A.474 403 B.065 404 A.475 405 B.056 406 B.057 407 A.476 408 A.477 409 A.478 410 A.479 411 A.480 412 A.484 413 A.485 414 A.486 415 A.487 416 A.488 417 A.497 418 A.498 419 A.499
Nama Oktavianus Patiung Joni Pareang, ST Marga Sisong Aryagandhi Jenifer Palembangan
Henry Jhon Mule Parinding Charles Sirenden Richard Reynold Mapandin Yessica Roma Damatri Yanti Amos Juan Salao Biantong Dominggus Shinta Bubun, S.Kep. Ratna Samaria A.Mk Yusran Lobo, S.Th. Arjuna, S.Si.,S.Pd. Amri A. Thamrin, S.Or. Risto Semris M. Agung Arung B. Hendra Palimbanan Agus Riyanto M. Yoas Belo Yudi Christian T. Obertanus Adol Fina Soy, SE Maranata Lebang Natalia, S.Pd. Yance Lumalan, S.Pd. James Senolinggi Nancy Sisang, S.Pd Reinal, S.Th. Noldi Maliku, SP Agus Musa, A.Md.Kep Arsdeo Rombe, S.Hut Septiani Wilson Saniang, S.Pd Lis Maryeni, A.Md.Kep Natan R Pakolo‟, S.Th Kurniarani Litha M.D. Vetriani Maluda Nataliana Borotoding
Status
Klasis
Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Utusan Undangan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan
Makassar Pulau Jawa Pulau Jawa Pulau Jawa Pulau Jawa Pulau Jawa Pulau Jawa Pulau Jawa Pulau Jawa Pulau Jawa Parepare Parepare Parepare Parepare Parepare Parepare Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Bone Bone Bone Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sigi Lore Sigi Lore Sigi Lore Sigi Lore Sigi Lore Kaltim Tengah Kaltim Tengah Kaltim Tengah
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
12
Nomor ID Urut Card 420 A.500 421 A.501 422 A.502 423 A.503 424 B.075 425 A.504 426 A.505 427 A.506 428 A.507 429 A.508 430 B.064 431 A.509 432 A.510 433 A.511 434 A.513 435 A.516 436 A.517 437 A.518 438 A.519
Nama Ranti Steven Lintin Alfrida Yusuf K. Ronal Frans Ishak Pasauran Junaedi Bidangan Pither Boro, S.Th Lias Bu‟tu Bunga, A.Md Enos Jordan Merry Massora Agustina Pakabu, SE Pdt. Nikanor Amba S.Th Paulus Manaba Melky Loboran Kristelie Kasih Antonius Pati Budi Isak Taruk Johan Setiawan Biringkanae Linda Ari Sobba Yohanis Yance
Status
Klasis
Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Undangan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan Utusan
Kaltim Tengah Kaltim Tengah Kaltim Tengah Kaltim Tengah Kaltim Tengah Kutai Kaltim Kutai Kaltim Kutai Kaltim Kutai Kaltim Kutai Kaltim Kutai Kaltim Kaltim Tarakan Kaltim Tarakan Kaltim Tarakan Kaltim Tarakan Kaltim Balikpapan Kaltim Balikpapan Kaltim Balikpapan Kaltim Balikpapan
PENGURUS PUSAT PPGT Nomor ID Urut Card 1 C.001 2 C.002 3 C.003 4 C.004 5 C.005 6 C.006 7 C.007 8 C.008
Nama
Jabatan Organisasi
Status
Pdt. Yusuf Paliling, S.Th Yan Malino, S.Th, M.Pd.K Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th Lorens Sedo, S.Si Fery Hendra, S.Th Samuel R. Tappi, S.Th Marthen Talling, SE Pdt. Serly, S.Th
Ketua Umum Kabid. Spiritualitas Kabid. SDM Kabid. Akspel Sekretaris Umum Wasekum Bendahara Umum Wabendum
Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat
9
C.009
Nathalianus P., SE
Korwil Rantepao, Tikala, Sesean
Pengurus Pusat
10 11 12 13 14 15
C.010 C.011 C.012 C.013 C.014 C.015
Lewi O. Pata‟, S.Th Theofilus Limongan, S.Th Pdt. Mikha D., S.Th Yusuf Papayungan, SP Oktoviktor Limbong, ST Nathalianus P, S.Th
Korwil Sanggalangi
Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat Pengurus Pusat
Korwil Tallulembangna Korwil Toraja Bagian Barat
Korwil Sulawesi Tengah
Korwil Kalijas Korwil Lutra & Lutim
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
13
BPS GT, PANITIA PENGARAH, NARASUMBER DAN UNDANGAN Nomor ID Urut Card 1 F.001 2 F.002 3
F.003
4
F.004
5
F.005
6 7 8
F.006 F.007 F.008
9
F.009
10
F.010
11 12 13 14
F.011 F.012 F.013 F.014
15
F.015
16 17 18 19 20 21 22 23 24
G.001 G.002 G.003 G.004 G.005 G.006 G.007 G.008 G.009
Nama
Jabatan
Pdt. Musa Salusu, M.Th Pdt. Soleman Allolinggi‟, M.Si
Status
Ketum BPS-GT Sekum BPS-GT Ketua IV Pdt. Arsiaty Kabanga, M.Th BPS-GT Pdt. DR. Sulaiman Manguling, M.Th Sekretaris Kord. Pdt.Yahya Boong, S.Th, MM Wilayah I Luwu Drs. Yakolina Palimbong Ketua Pdt. Syukur Matasak, M.Pd.K Ketua Abigael Salusu, S.PAK. Sekretaris Anggota/ Theofilus Allorerung, SE Narasumber Anggota/ Drs. Habel Pongsibidang, MM Narasumber Ir. Sony Budi Pandin Anggota Drs. Daud Gala Anggota Robert Arelius Rante Anggota Nades Medan, A.Md. Anggota Narasumber/ Yohanis L Paembongan, S.Th Anggota DR. Ir. Joel Pasae, MT Pdt. Erny Tonapa,S.Th Pdt. Gustina Saruran, S.Th Pdt. Dr.I.P. Lambe Pdt. Paul Patanduk, S.Th Pdt. Rita Indrawaty, S.Th, MM Pdt. Kristian Tanduk, M.Th Pdt. Marojahan S. Sijabat, M.Th Syamsul Asri, M.Fil -
BPS-GT BPS-GT BPS-GT BPWG BPS-GT PP.PWGT PP.SMGT PP.PWGT P.Pengarah P.Pengarah P.Pengarah P.Pengarah P.Pengarah P.Pengarah P.Pengarah Narasumber Narasumber Narasumber Narasumber Narasumber Narasumber Narasumber Narasumber Narasumber
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 5 Nopember 2013 PIMPINAN SIDANG SEMENTARA Pengurus Pusat PPGT,
Panitia,
Panitia,
Yan Malino,S.Th, M.Pd.K
Pdt. Marthen Lamida, S.Th
Maruli, S.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
14
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.02.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG JADWAL ACARA KONGRES XIII PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT):
Menimbang
: bahwa untuk terselenggaranya Kongres XIII dengan santun, gerejawi, lancar, efektif dan efisien, maka Kongres XIII PPGT perlu menetapkan Jadwal Acara.
Mengingat
: 1. 2. 3. 4.
Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); ART PPGT pasal 12; Keputusan PP.PPGT nomor 013.SK.017.02.2011 tentang Komposisi dan Personalia Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : 1. Rancangan Jadwal acara Kongres XIII PPGT yang disusun
dan diajukan oleh Panitia Pengarah; 2. Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam sidang paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 5 Nopember 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Jadwal Acara Kongres XIII PPGT
Pertama
: Jadwal acara Kongres XIII PPGT tanggal 4-9 Nopember 2013 adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan dengan surat keputusan ini.
Kedua
: Jadwal acara sebagaimana dimaksud dalam lampiran surat keputusan ini dapat diubah atas persetujuan Rapat Paripurna Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja.
Ketiga
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan jika ada kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013 PIMPINAN SIDANG SEMENTARA
Pengurus Pusat PPGT,
Panitia,
Panitia,
Yan Malino,S.Th, M.Pd.K
Pdt. Marthen Lamida, S.Th
Maruli, S.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
15
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.02.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 5 Nopember 2013
JADWAL ACARA KONGRES XIII PPGT TAHUN 2013 WAKTU
ACARA
KETERANGAN
Senin, 4 Nopember 2013 12.00-14.00
14.00-16.00
1. Registrasi ulang peserta kongres 2. Persiapan pembukaan ACARA PEMBUKAAN KONGRES XIII PPGT : 1. Ucapan selamat datang 2. Ibadah Pembukaan
Seksi Persidangan Seksi Acara BPM Jemaat Seriti Pdt. Soleman Allolinggi‟, M.Si
Votum Pembukaan Kongres oleh Ketua Umum BPS Gereja Toraja sebelum doa Syafaat
16.00-18.15
18.15-18.40 18.40-20.30 20.30-21.00 21.00-22.30 22.30-23.00
ACARA NASIONAL : 1. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya 2. Mengheningkan cipta ACARA ORGANISASI : 1. Mars PPGT 2. Pembacaan Pembukaan AD/ART PPGT 3. Laporan Ketua Panitia Kongres XIII PPGT 4. Hymne PPGT 5. Sambutan Ketum PP.PPGT 6. Karajaanna Lempangan 7. Sambutan BPS GT 8. Angin Mammiri‟ Istirahat Seminar: Tema dan Sub Tema Kongres Makan malam Kebaktian Penyegaran Iman bersama masyarakat Seriti Malam hiburan bersama masyarakat Seriti
Dirigen : Ibu Rinta Ketua Umum PP PPGT Peserta + PS PPGT Klasis Seriti Pengurus PPGT Klasis Seriti Drs. Esra Lamban PS PPGT Klasis Seriti Pdt. Yusuf Paliling, S.Th Peserta + PS PPGT Klasis Seriti Pdt. Arsiaty Kabanga‟, M.Th PS PPGT Klasis Seriti Pdt. Arsiaty Kabanga‟, M.Th (tema)
Yohanis Lintin Paembongan, S.Th (sub tema)
Syamsul Asri, M.Fil (Sub Tema) DR. Ir. Joel Pasae, MT (Sub Tema) Doa : Klasis Palopo Pdt. Marojahan S. Sijabat, M.Th Peserta dengan masyarakat
Selasa, 5 Nopember 2013 07.00-07.30 Sarapan Pagi / Kopi teh Bible study : 07.30-09.00 Pergilah ke Istana Raja (Eksposisi tokoh Nehemia) Panel diskusi : Refleksi kritis perjalanan 50 tahun PPGT 09.00-12.30
12.30-14.30 14.30-15.00 15.00-18.30
Makan siang/istirahat Kopi/Teh Panel diskusi : Proyeksi perwajahan PPGT pasca 100 Tahun IMT
Sie. Komsumsi Pdt. Paul Patanduk, S.Th 1. Drs. Theofilus Allorerung 2. Drs. Habel Pongsibidang 3. Pdt. Erni Tonapa, S.Th Moderator : Sarah Melati (Makasar) Doa : Klasis Rantepao Barat Sie. Konsumsi 1. Pdt. Dr. Sulaiman Manguling, M.Th. 2. Pdt. Marojahan S. Sijabat, M.Th Moderator : Pdt. Wien Katrin, S.Th (Seriti)
18.30-19.00
Pemahaman tentang Persidangan Sistem Konsensus
Panitia Pengarah
19.00-20.00
Makan malam SIDANG PARIPURNA I Penetapan Peserta Kongres
Doa : Klasis Makale Utara
20.00-21.00 21.00-22.00
Refleksi Alkitab : Tiga Kali Sehari (Refleksi Spritualitas Daniel)
Pimpinan Sidang Sementara Pdt. Marojahan S. Sijabat, M.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
16
WAKTU
ACARA
KETERANGAN
Rabu, 06 November 2013 07.00-07.30 Sarapan Pagi / Kopi teh 07.30-09.00
09.00-10.00 10.00-10.30
Bible study : Bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan
Sie. Komsumsi Pdt. DR. Sulaiman Manguling, M.Th
(Eksposisi tokoh Elia)
SIDANG PARIPURNA II 1. Penetapan Jadwal Acara 2. Penetapan Tata Tertib
Pimpinan Sidang Sementara
Snack / Kopi Teh SIDANG PARIPURNA III 1. Penetapan Majelis Pimpinan sidang 2. Penetapan Penasehat Kongres
Sie. Komsumsi
12.30-13.30
Laporan Pengurus Pusat PPGT
Majelis Pimpinan Sidang
13.30-14.00
Makan Siang / Istirahat SIDANG PARIPURNA IV: Tanggapan dan Penjelasan Laporan PP.PPGT
Sie. Komsumsi
Snack / Kopi Teh Lanjutan Tanggapan dan Penjelasan Laporan PP PPGT
Sie. Konsumsi
10.30-12.30
14.00-15.30 15.30-16.00 16.00-19.00 19.00-20.00 20.00-21.00
Pimpinan Sidang Sementara
Majelis Pimpinan Sidang
Majelis Pimpinan Sidang
Makan Malam Refleksi Alkitab :
Dikenal Tuhan berhadapan muka
Pdt. DR. I.P. Lambe
(Refleksi Spritualitas Musa)
21.00-22.15
SIDANG PARIPURNA V : 1. Penyampaian hasil Semiloka Kurikulum PPGT Majelis Pimpinan Sidang 2. Penetapan usul-usul
Kamis, 7 Nopember 2013 07.00-07.30 Sarapan Pagi / Kopi teh 07.30-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
Bible study : “Engkaulah El-Roy” (Eksposisi Spritualitas Hagar) SIDANG PARIPURNA VI 1. Penetapan Panitia Khusus Amandemen AD/ART PPGT. 2. Pembahasan GBPP. Refleksi Alkitab : “Kalau Terpaksa Aku Mati, Biarlah Aku Mati” (Refleksi Spritualitas Ester)
Sie. Komsumsi Pdt. Rita Indrawati, S.Th, MM
Majelis Pimpinan Sidang
Pdt. Gustina Saruran, S.Th
13.00-14.30
Makan Siang/Istirahat
Sie. Komsumsi
14.30-15.00
Kopi/Teh
Sie. Komsumsi
15.00-19.00
SIDANG PARIPURNA VII 1. Penetapan Kurikulum Kader Siap Utus. 2. Lanjutan Pembahasan dan Penetapan GBPP.
Majelis Pimpinan Sidang
19.00-19.30
Makam Malam
Sie. Komsumsi
19.30-24.00
SIDANG PARIPURNA VIII 3. Pembahasan dan Penetapan Penugasan dan Rekomendasi Kongres. 4. Pembahasan dan Penetapan Pesan dan Seruan Kongres.. 5. Penetapan Hasil Amanden AD/ART.
Majelis Pimpinan Sidang
24.00
Doa malam
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
17
WAKTU
ACARA
KETERANGAN
Jumat, 8 Nopember 2013 07.00-07.30 Sarapan & Kopi / Teh Bible Study : 07.30-09.00 Tokoh yang Sempurna (eksposisi kepemimpinan Yesus) SIDANG PARIPURNA IX 09.00-12.30 Struktur dan Nominasi Pengurus PPGT 12.30-14.30 Makan Siang/Istirahat 14.30-15.00 Kopi / Teh SIDANG PARIPURNA X 15.00-16.30 Lanjutan Pembahasan Struktur dan Nominasi Pengurus PPGT 16.30-18.15 Istirahat 18.15-18.30 Sambutan Ketua Umum BPS Gereja Toraja 18.30-19.00 Makan Malam SIDANG PARIPURNA XI 19.30-21.00 Lanjutan Pembahasan dan Penetapan Struktur dan Nominasi Pengurus PPGT SIDANG PARIPURNA XII 21.00-24.00 Pemilihan Pengurus Pusat PPGT
Sie. Komsumsi Pdt. Kristian Tanduk, M.Th Majelis Pimpinan Sidang Sie. Konsumsi Sie. Komsumsi Majelis Pimpinan Sidang Peserta Pdt. Musa Salusu, M.Th Panitia Majelis Pimpinan Sidang Majelis Pimpinan Sidang
Sabtu, 9 Nopember 2013 SIDANG PARIPURNA XIII 00.01-03.30 Lanjutan Pemilihan Pengurus Pusat PPGT SIDANG PARIPURNA XIV 03.30-05.00 Penetapan Penghimpun Kongres XIV Penetapan Tim Formatur 05.00-07.00 Rapat Formatur
Majelis Pimpinan Sidang Majelis Pimpinan Sidang Peserta Kongres
07.00-09.00 Istirahat / Sarapan / Kopi / Teh SIDANG PARIPURNA XV Penetapan Komposisi dan Personalia 09.00-09.30 Pengurus Pusat PPGT Penutupan Kongres XIII PPGT 09.30-11.00 Penutupan : Ucapan Terima Kasih Panitia Refleksi Penutupan : Injil Untuk Semua Makhluk Akta Khusus : Perjamuan Kudus Pengutusan Peserta Kongres XIII Sepatah kata : Pengurus Demisioner Ketum PP.PPGT Terpilih Sambutan BPS Gereja Toraja Penyerahan Palu Sidang kepada Pengurus Terpilih 11.00-12.00 Ramah Tamah 12.00-....... Sayonara …..!!!
Majelis Pimpinan Sidang
Pdt. Marten Lamida, S.Th Pdt. Marten Lamida, S.Th Pdt. Marten Lamida, S.Th Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th Fery Hendra, S.Th Pdt. Arsiaty Kabanga, M.Th Majelis Pimpinan Sidang Sie. Acara
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013 PIMPINAN SIDANG SEMENTARA Pengurus Pusat PPGT,
Panitia,
Panitia,
Yan Malino,S.Th, M.Pd.K
Pdt. Marthen Lamida, S.Th
Maruli, S.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
18
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG TATA TERTIB KONGRES XIII PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT):
Menimbang
: bahwa untuk terselenggaranya Kongres XIII dengan santun, gerejawi, lancar, efektif dan efisien, maka Kongres XIII PPGT perlu menetapkan Tata Tertib Kongres.
Mengingat
: 1. 2. 3. 4.
Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); ART PPGT pasal 12; Keputusan PP.PPGT nomor 013.SK.017.02.2011 tentang Komposisi dan Personalia Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : a. Rancangan Tata Tertib Kongres XIII PPGT yang diajukan oleh Panitia Pengarah, yang merupakan Tata Tertib Kongres XIII PPGT; b. Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam sidang Paripurna Kongres XIII PPGT tanggal 6 Nopember 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT.
Pertama
: Tata Tertib Kongres XIII PPGT adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan dengan surat keputusan ini.
Kedua
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan jika ada kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013 PIMPINAN SIDANG SEMENTARA
Pengurus Pusat PPGT
Panitia
Panitia
Yan Malino,S.Th, M.Pd.K
Pdt. Marthen Lamida, S.Th
Maruli, S.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
19
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 5 Nopember 2013
BAB I ATURAN UMUM Pasal 1 Pengertian Dasar Dalam tata tertib ini, yang dimaksud dengan: 1. Kongres adalah Kongres XIII PPGT tahun 2013, yang dilaksanakan di Seriti. 2. BPS adalah Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja. 3. BVGT adalah Badan Verifikasi Gereja Toraja. 4. MPGT adalah Majelis Pertimbangan Gereja Toraja. 5. Majelis Gereja adalah Pendeta, Penatua dan Diaken. 6. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat PPGT. 7. Panitia adalah Panitia Pelaksana Kongres XIII PPGT Tahun 2013. BAB II PESERTA PERSIDANGAN Pasal 2 Jenis Peserta Peserta Kongres terdiri dari: 1. Utusan 2. Pengurus Pusat 3. Penasehat 4. Undangan 5. Panitia Pelaksana 6. Panitia Pengarah
Pasal 3 Utusan
Peserta utusan sebanyak kuota klasis sebagaimana diatur dalam ART PPGT Pasal 12, yaitu peserta yang namanya terdaftar namanya dalam registrasi panitia dengan kredensi lengkap yang ditandatangani Pengurus Klasis dan Badan Pekerja Klasis. Pasal 4 Pengurus Pusat Pengurus Pusat secara otomatis menjadi peserta yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan Utusan, kecuali hak memilih. Pasal 5 Penasihat Penasihat Kongres terdiri dari: 1. MPGT. 2. BVGT. 3. BPS Gereja Toraja. 4. Ketua Umum PP PPGT setelah dinyatakan Demissioner. 5. KSB OIG tingkat pusat (PWGT, SMGT dan PKBGT). 6. BPK dan BVK Seriti. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
20
7. Panitia Inti Kongres XIII PPGT. 8. Panitia Pengarah. 9. Undangan lainnya, setelah disahkan oleh Persidangan. Pasal 6 Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah adalah panitia yang dibentuk oleh Pengurus PPGT yang dikukuhkan dengan surat keputusan. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 7 Hak Peserta 2. Peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih, dan hak dipilih. 3. Pengurus Pusat mempunyai hak bicara dan hak dipilih. 4. Penasehat memiliki hak bicara untuk memberikan nasehat, diminta atau tidak diminta. 5. Peserta lainnya hanya memiliki hak bicara. 6. Penggunaan hak-hak peserta di bawah pengaturan Majelis Pimpinan Sidang. Pasal 8 Kewajiban Peserta 1. Setiap peserta wajib mentaati Tata Tertib dan ketentuan lain yang ditetapkanoleh Majelis Pimpinan Sidang. 2. Setiap peserta tidak dibenarkan meninggalkan persidangan tanpa seizin Majelis Pimpinan Sidang. 3. Setiap peserta wajib memakai tanda peserta yang disiapkan panitia selama KONGRES berlangsung. 4. Setiap peserta wajib hadir dalam setiap persidangan tepat pada waktu yang ditentukan, apabila berhalangan peserta wajib menyampaikan secara tertulis kepada Majelis Pimpinan Sidang. 5. Setiap peserta wajib berpakaian rapi dan sopan. BAB IV PERSIDANGAN Pasal 9 Jenis-Jenis Sidang Kongres XIII PPGT dilaksanakan dalam bentuk Ibadah, Penelaan Alkitab, Refleksi, Seminar dan Sidang Paripurna.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
21
Pasal 10 Sidang Paripurna Sidang Paripurna bertugas: 1. Mengevaluasi perjalanan organisasi selama satu periode; 2. Menilai Laporan Pengurus Pusat dalam melaksanakan Keputusan Kongres dan keputusan-keputusan lainnya; 3. Menetapkan Garis-Garis Besar Program Pengembangan PPGT; 4. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT; 5. Membahas usul dan aspirasi yang muncul dari Klasis-klasis; 6. Membahas isu-isu global yang sedang hangat diperbincangkan; 7. Membahas keputusan-keputusan persidangan yang lebih luas; 8. Membahas usul-usul dan rekomendasi ke persidangan yang lebih luas; 9. Menetapkan Pengurus Pusat. Pasal 11 Majelis Pimpinan Sidang 1. Pengurus Pusat dan Panitia Pelaksana memimpin persidangan sampai terpilihnya Majelis Pimpinan Sidang, dengan komposisi 1 orang PP dan 2 orang Panitia. 2. Majelis Pimpinan Sidang terdiri dari 5 orang yang bersifat kolektif kolegial, didampingi oleh Sekretaris Persidangan yang secara otomatis dijabat oleh Sekretaris Umum PP.PPGT. 3. Majelis Pimpinan Sidang dipilih oleh para utusan melalui Rapat Pimpinan Pusat dengan komposisi 4 orang utusan dan 1 orang Pengurus Pusat. BAB V TATA CARA BERBICARA DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 12 Tata cara Berbicara 1. Tiap peserta berbicara melalui dan seizin Majelis Pimpinan; 2. Setiap pembicara hendaknya langsung pada pokok persoalannya dan disampaikan secara singkat dan jelas; 3. Setiap Peserta dapat menyampaikan interupsi setelah mendapat izin dari Majelis Pimpinan. Pasal 13 Tata Cara Pengambilan Keputusan 1. Kongres dinyatakan quorum mengambil keputusan apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah utusan yang hadir dan mewakili semua klasis yang hadir. 2. Keputusan sedapat-dapatnya diambil dengan jalan musyawarah untuk mufakat; 3. Apabila keputusan tidak diambil dengan jalan musyawarah untuk mufakat, maka keputusan diambil dengan cara pemungutan suara terbanyak mutlak (setengah ditambah satu).
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
22
4. Jika pemungutan suara dilaksanakan dua kali tetapi masih tetap sama, maka keputusan diambil oleh Majelis Pimpinan setelah berkonsultasi dengan Penasehat Kongres. 5. Keputusan yang menyangkut orang dilakukan secara tertulis. 6. Dalam hal pengambilan keputusan terkait, tidak dilakukan dalam paripurna maka dibentuk panitia khusus atas persetujuan paripurna, apabila paripurna memandang perlu, Kongres dapat membentuk Panitia Khusus dengan tugas dan target alokasi waktu yang ditentukan oleh paripurna. 7. Hasil Panitia khusus akan dilaporkan dalam paripurna untuk menjadi keputusan kongres. BAB VI ATURAN PERALIHAN Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur kemudian melalui Sidang Paripurna.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013
PIMPINAN SIDANG SEMENTARA Pengurus Pusat PPGT,
Panitia,
Panitia,
Yan Malino,S.Th, M.Pd.K
Pdt. Marthen Lamida, S.Th
Maruli, S.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
23
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.04.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG MAJELIS PIMPINAN KONGRES XIII PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: bahwa untuk terselenggaranya Kongres XIII dengan santun, gerejawi, lancar, efektif dan efisien, maka Kongres XIII PPGT perlu menetapkan Majelis Pimpinan Kongres.
Mengingat
: 1. 2. 3. 4.
Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); ART PPGT pasal 12; Keputusan Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Nomor : 13.03.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam sidang
Paripurna Kongres XIII PPGT tanggal 5 Nopember 2013. 2. Keputusan tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT. 3. Hasil pemilihan Majelis Pimpinan Sidang Kongres XIII PPGT oleh para utusan dan Wakil PP.PPGT tanggal 6 Nopember 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Majelis Pimpinan Sidang Kongres XIII PPGT
Pertama
: Majelis Pimpinan Sidang Kongres XIII PPGT adalah sebagai berikut: 1. Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th 2. Aldri Yanto Hendra, A.Md 3. Prop. Resva Rerung, S.Th 4. Pdt. Bambang Sugiarto Palamba, S.Th 5. Josep Juliaser Jusuf, SH
Kedua
: Majelis Pimpinan Sidang Kongres XIII PPGT adalah satu kesatuan pimpinan yang kolektif.
Ketiga
: Majelis Pimpinan Sidang Kongres XIII PPGT bertangung jawab atas kelangsungan Kongres XIII PPGT.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
24
Keempat
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan jika ada kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013 PIMPINAN SIDANG SEMENTARA Pengurus Pusat PPGT,
Panitia,
Panitia,
Yan Malino,S.Th, M.Pd.K
Pdt. Marthen Lamida, S.Th
Maruli, S.Th
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
25
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.05.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PENASIHAT KONGRES XIII PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa dalam penyelenggaraan dibutuhkan penasihat;
Kongres
XIII
PPGT
b. bahwa perlu adanya keputusan tentang Penasihat Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. Keputusan Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja nomor: 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam sidang Paripurna Kongres XIII PPGT tanggal 6 Nopember 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Penasihat Kongres XIII PPGT
Pertama
: Penasihat Kongres XIII PPGT adalah sebagai berikut : 1. MPGT 2. BVGT 3. BPS Gereja Toraja 4. Ketua Umum PP PPGT setelah dinyatakan Demissioner 5. KSB OIG tingkat pusat (PWGT, SMGT dan PKBGT) 6. BPK dan BVK Seriti 7. Panitia Inti Kongres XIII 8. Panitia Pengarah
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
26
Kedua
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan jika ada kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th
Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
27
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.06.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA PERIODE 2008-2013 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa PP.PPGT Periode 2008-2013 berkewajiban menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada Kongres XIII PPGT; b. bahwa menjadi tugas Kongres XIII PPGT, untuk menilai dan menetapkan Laporan Pertanggungjawaban PP.PPGT Periode 2008-2013.
Mengingat
: 1. 2. 3. 4.
Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); ART PPGT pasal 12; Keputusan Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja nomor: 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : 1. Pandangan Umum, tanggapan, usul dan saran-saran yang muncul dalam sidang Paripurna Kongres terhadap Laporan Pengurus Pusat PPGT; 2. Penjelasan Pengurus Pusat PPGT tentang laporannya; 3. Pertimbangan dan nasihat dari Penasihat Persidangan Kongres XIII PPGT. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat PPGT Periode 2008-2013.
Pertama
: Menerima Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat PPGT Periode 2008-2013 dengan catatan setelah mendapat perbaikan berdasarkan saran dan usul serta nasihat dari peserta Kongres.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
28
Kedua
: Menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pengurus Pusat PPGT Periode 2008-2013 atas hasil kerja yang maksimal telah dicapai. Selanjutnya Pengurus Pusat PPGT Periode 2008-2013 dinyatakan demissioner dan sekaligus menjadi Penasihat Kongres XIII PPGT.
Ketiga
: Usul-usul yang diajukan oleh Pengurus Pusat PPGT Periode 2008-2013 dan usul yang diangkat dalam tanggapan atas laporan akan dibahas dalam sidang paripurna.
Keempat
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 6 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th
Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
29
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.07.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PENETAPAN USUL-USUL Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: bahwa dalam sambutan-sambutan pada acara Pembukaan Kongres XIII PPGT, Ibadah dan PA, Konperensi Studi, Pandangan Umum dan Tanggapan terhadap Laporan PP.PPGT dan daftar usul-usul dari setiap klasis, telah muncul masalahmasalah yang dipandang penting untuk menjadi usul yang perlu dibahas lebih lanjut dalam Kongres XIII PPGT;
Mengingat
: 1. 2. 3. 4.
Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); ART PPGT pasal 12; Keputusan Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja nomor: 03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : 1. Usul-usul yang disampaikan oleh setiap Klasis;
2. Sambutan-sambutan pada acara pembukaan Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT; 3. Pandangan umum dan tanggapan yang muncul dan berkembang dalam Ibadah, PA, dan Konperensi Studi; 4. Tema dan sub tema Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT; 5. Saran dan pendapat yang yang dikemukakan dalam sidang Paripurna Kongres XIII PPGT. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Penetapan Usul-usul yang akan dibahas dalam Sidang Paripurna pada Kongres XIII PPGT.
Pertama
: Usul-usul yang akan dibahas dalam sidang Paripurna pada Kongres XIII PPGT adalah sebagai berikut : 2. Usul-usul dari Klasis 3. Usul-usul dari PP.PPGT 4. Usul-usul yang muncul dalam sambutan, Ibadah/PA, Konperensi Studi dan tanggapan terhadap Laporan PP.PPGT.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
30
Kedua
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan jika ada kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
31
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.07.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 6 Nopember 2013
USUL-USUL ALTERNATIF PEMECAHAN
NO
BUNYI USUL
1
Masa kepengurusan PPGT berdasarkan tingkatannya: a. Pengurus Jemaat PPGT 2 tahun b. Pengurus Klasis PPGT 3 tahun c. Pengurus Pusat PPGT 4 tahun
2
Peninjauan kembali usia Anggota Biasa PPGT. Mengusulkan menjadi 16-35 tahun.
3
Pasal 14 Anggaran Rumah Tangga ditinjau ulang.
4
Pasal 13 ayat 3 Anggaran Dasar ditinjau ulang untuk penggunaan kata “pembuatan”.
Membatasi kreativitas pemuda dalam berinovasi
5
Peninjauan kembali keberadaan Korwil untuk dijadikan per provinsi.
Selama ini fungsi korwil tidak berjalan sama sekali (tidak dirasakan keberadaannya bagi klasis).
6
Panduan khotbah untuk pemuda “Bina Muda” tetap diterbitkan namun diterbitkan di akhir tahun dan bisa didistribusikan di awal tahun.
7
Penerbitan buku sejarah PPGT
8
Pasal 6 ayat 2 dan pasal 7 ayat 4 ART berubah menjadi 2 tahun
Jelas, mengacu pada usulan nomor 1
9
Pasal 8 ayat 4 dan pasal 9 ayat 2 ART berubah menjadi 3 tahun
Jelas, mengacu pada usulan nomor 1
10
Pasal 10 ayat 5 dan pasal 12 ayat 2 ART berubah menjadi 4 tahun
Jelas, mengacu pada usulan nomor 1
11
Ketua dan Sekretaris Umum Pengurus Pusat PPGT adalah full timer
Melihat tidak efektifnya kerja Pengurus Pusat selama ini, tidak pernah melakukan perkunjungan sekalipun ke Klasis Kaltim Tarakan dalam rangka menjalankan program kerja mandiri.
12
Pelaksanaan PRAYA diformat lebih untuk pengembangan kreatifitas dan pembinaan generasi muda.
Sejauh ini PRAYA sebelumnya lebih banyak kegiatan yang sifatnya kompetitif
13
Pengembangan talenta PPGT bidang musik gerejawi, kepemimpinan dan pelayanan dalam persekutuan (dalam format panduan buku, rangkuman).
Sangat minim pemuda gereja toraja yang dapat mengembangkan talenta yang dimiliki untuk kebutuhan pelayanan jemaat
14
15
Perkunjungan oleh Pengurus Pusat PPGT terpilih ke klasis minimal 1 kali dalam masa periode kepengurusan yang dimasukkan/tertuang dalam program kerja Tambahan pengusulan nama Klasis Kaltim Tarakan menjadi Klasis Kaltara Tarakan
LATAR BELAKANG
KLASIS PENGUSUL
3. Klasis - Klasis
Untuk pengkaderan PPGT dan efektivitas/efisiensi program kerja.
Sangat bermanfaat bagi pelayanan dalam kepemudaan namun selama ini Bina Muda selalu terlambat diterima, sehingga ketika ingin digunakan sudah melewati waktu panduan itu sendiri. Banyak anggota PPGT yang tidak mengetahui sejarah berdirinya PPGT.
Kaltim Tarakan
Anggaran Rumah Tangga SMGT menetapkan usia 1-15 tahun sebagai anggota biasa. Dianggap juga sebagai masa transisi dari SMGT ke PPGT. Tidak relevan dengan program kerja yang berjalan, langsung ada penetapan patokan dan tidak ada dasar penetapan iuran anggota.
Selama ini tidak pernah ada perkunjungan yang dilakukan oleh Pengurus Pusat ke Klasis Kaltim Tarakan sehingga kurang/minim sekali koordinasi Sesuai pengubahan nama Provinsi
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
32
17
18
19
20
Peningkatan peran aktif pemuda dalam pelestarian lingkungan
Meninjau ulang tenaga full time (penuh waktu) pada struktur pengurus pusat PPGT
Pengembangan konsep pardigma baru praya PPGT.
Perampungan pembangunan gedung A. A. Van de Loosdrecth
Publikasi Laporan keuangan Pengurus Pusat PPGT
21
Pengelolaan Grup FB KSU
22
Buku sejarah PPGT
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
mengingat semakin tingginya tingkat kerusakan lingkungan 1. Dibutuhkan seorang tenaga professional yang tidak berganti seiring dengan pergantian pengurus, yang mengakibatkan proses pengarsipan & pengaturan administrasi serta tidak berjalan dengan baik serta kurang profesional. 2. Dapat menimbulkan kecemburuan di antara pengurus & pelimpahan pelayanan/pekerjaan kepada pengurus yang full time karena dengan asumsi mendapat biaya hidup dari lembaga (BPS), sehingga kepengurusan tidak berjalan dengan baik. Paradigma baru praya PPGT Sangat baik, meskipun belum berjlana dengan maksimal.
1. Pembangunan yang telah memkana waktu yang sangat lama. 2. Dibutuhkan sebuah gedung yang representatif sebagai bagian dari simbol PPGT, yang dimanfaatkan dengan baik.
Mengangkat 1 tenaga tata usaha professional yang full time (bukan berasal dari pengurus/tidak berada dalam struktur kepengurusan).
Konsep paradigma baru praya PPGT dikembangkan & terus dipertahankan serta diterapkan secara menyeluruh pada kegiatan/konsep ber-PPGT. Komitmen penyelesaian gedung A. A. Van de Loosdrecth dijadikan program utama pada tahun berikutnya.
1. Publikasi laporan keuangan pengurus pusat PPGT hanya dilakukan sekali setahun, sehingga informasi hanya dapat diketahui dalam waktu tersebut. 2. Kurang dimanfaatkannya teknologi (website PPGT) secara maksimal. 1. Grup FB KSU tidak terurus, sehingga grup tersebut harusnya menjadi media sosialisasi & penunjang pelayanan tetapi justru menjadi sebuah grup yang dijadikan sebagai tempat debat kusir, kampanye politik praktis dll.
1. Publikasi laporan keuangan pengurus pusat lewat website & surat fisik. 2. Pembuatan website PPGT yang professional. Grup FB KSU dikelolah secara profesinal & dijadikan sebagai media interaksi sekaligus media publikasi dari pengurus pusat ke klasis-jemaat atau sebaliknya.
2. Anggota grup FB yang tidak jelas.
Grup FB KSU memilki aturan etika serta tertutup hanya pada kalangan pengurus jemaat, klasis & pusat dengan identitas yang jelas (identitas keanggotaan/ kepengurusan di PPGT), mewakili kepengurusan serta mendapat rekomendasi untuk menjadi anggota grup dengan syarat memperlihatkan SK kepengurusan. Penerbitan buku sejarah PPGT dengan membentuk tim.
Usul dari Kongres XII Samarinda
Kaltim KLASIS Tarakan PENGUSUL
16
BUNYI USUL
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Makassar
NO
33
23
Kurikulum Pembinaan
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Tidak adanya acuan kurikulum seragam, yang bisa dijadikan acuan secara menyeluruh oleh jemaat & Klasis. Keberadaan & tugas Korwil yang tidak jelas
24
Meninjau ulang keberadaan Korwil dalam struktur PP
Penyusunan program kerja yang terkadang mengada-ada, kurang realistis dalam hal dana, tidak mampu terlaksana & masih banyak yang merupakan daftar keinginan, bukan kebutuhan. 26
27
Penyusunan Program kerja didasarkan pada evaluasi tahun sebelumnya.
Meninjau ulang bentuk LPJ Panitia
Terdapat bentuk LPJ yang panjang serta tetapi tidak substansial. Terdapat panitia yang lambat LPJ.
28
Meninjau system penyusunan APB PPGT
Database & iuran anggota dimaksimalkan
30
Korwil menjadi perwakilan Klasis ke PP, tapi bukan bagian dari PP. Penyusunan program kerja lebih realistis dalam hal dana & pelaksanaan, serta didasarkan pada evaluasi tahun sebelumnya. PP sebagai konseptor, bukan lagi sebagai pelaksana programprogram kerja yang seharusnya dapat dilaksanakan di Klasis/Jemaat. LPJ dibuat dalam bentuk isian, yang langsung diselesaikan sesaat setelah kegiatan.
Database & iuran anggota PPGT yang tidak
Database & iuran anggota dimaksimalkan dengan dibuatkan sebuah system yang lebih baik.
Pembagian kelas tidak didasarkan pada jumlah anggota. Kurangnya motivasi dalam mengtur database anggota.
Mempertegas keterlibatan Pengurus di semua lingkup (PP, PK & PJ)dalam Politik Praktis.
Wilayah tetap ada secara structural dengan memiliki KSB, yang bukan lagi menjadi bagian dari struktur pengurus pusat, sekaligus sebagai bagian dari penyederhanaan stukrtur PP.
Piutang tidak lagi menjadi sumber pendapatan dalam APB untuk membiayai program, meskipun tetap sebagi pemasukan.
Iuran anggota seharusnya menjadi sumber pendapatan untuk pembiyaan program.
29
PP menerbitkan acuan kurikulum pembinaan
Piutang dijadikan sebagai pendapatan untuk membiayai program kerja, yang berujung pada tidak berjalannya program kerja secara maksimal.
berjalan dengan maksimal sebagaimana tertulis dalam PO PPGT.
Keterlibatan pengurus dalam politik praktis dapat menyebabkan independensi lembaga hilang.
KLASIS PENGUSUL
BUNYI USUL
Makassar
NO
Pembagian kelas didasarkan pada jumlah anggota PPGT, serta target mengacu pada pembagian iuran sebagaimana tertulis dalam PO PPGT. Perlu adanya penyeragaman iuran anggota sebagai bentuk kebersama-samaan dalam 1 organisasi yang sama & memudahakn perhitungan % iuran anggota. Semua pengurus di semua lingkup (PP, PK & PJ) TIDAK BOLEH ikut dalam politik praktis.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
34
Tim Penyusun Khotbah PPGT dibentuk lebih cepat sehingga ada waktu bagi mereka untuk mempersiapkan tulisannya Kordinator Wilayah harus orang yang berdomisili tetap atau berkomitmen untuk menetap selama menjabat sebagai Korwil.
31
Agar PP PPGT tetap melanjutkan pembuatan Bahan/Pedoman Khotbah untuk PPGT, dan proses penyalurannya di percepat
Ketersediaan Bahan Khotbah sangat membantu Persiapan Pelayan ibadah PPGT di Jemaat.
32
Agar dalam Penetapan Kordinator wilayah supaya dipilih orang-orang yang berdomisili dalam wilayah pelayanannya, minimal sampai masa periodenya berakhir
kegiatan-kegiatan di tingkat wilayah tidak terkoordinir dengan baik.
33
Agar PP PPGT yang terpilih memprogramkan pelatihan-pelatihan kewirausahaan
Banyak kader-kader PPGT yang menganggur, dan hanya berharap untuk menjadi PNS saja.
34
Agar Usia Anggota Luar Biasa di atas 35 tahun dibatasi
Berkurangnya kesempatan bagi anggota biasa PPGT untuk mengembangkan diri, khususnya melalui kegiatan-kegiatan
35
Wilayah Barat dibagi di dalam 2 wilayah
Karena Wilayah Barat sangat luas dan kondisi wilayah/medan yang sangat susah di jangkau sehingga berdampak pada kinerja korwil yang tidak maksimal.
36
Perkunjungan terjadwal PP.PPGT ke Klasis-klasis
Kurangnya informsi yang diperoleh oleh pengurus2 klasis dan sebaliknya, dan
37
Perhatian lebih serius terhadap PPGT
38
Pedoman Khotbah PPGT supaya dapat terbit lebih awal
39
Memaksimalkan Fungsi Ketua Umum
Kurang maksimalnya kehadiran Ketua Umum dalam kegiatan dan pertemuan
Mengangkat ketua Umum menjadi Tenaga Full timer seperti Sekertaris Umum
40
Mengaktifkan pertemuan pertemuan wilayah
Kurang maksimalnya informasi dari pengurus pusat ke klasis-klasis
Memaksimalkan pertemuan wilayah
41
Laporan Panitia pembangunan Gedung A.A.Van Der Lostrach
Tidak adanya Laporan mengenai pembangunan Gedung A.A.Van Der Lostrach ke klasis klasis sejauh mana pembangunan tersebut berjalan
Panitia Membuat Laporan ke klasis klasis
42
Penijauan Ulang Bina Muda
Tidak sesuai konteks Kalender Gerejawi
43
Ketua Umum sebaiknya Full Time
Agar pelayanan bisa maksimal
44
Pra Praya ditiadakan
Pemborosan Anggaran dan Waktu dan Hasilnya tidak maksimal
45
Kegiatan Akbar di tingkat pusat sebaiknya tidak dilaksanakan dalam tahun yang sama dengan kegiatan OIG lain di tingkat Pusat.
Sumber dana ditingkat Klasis kecil sangat terbatas
46
Kalau Bisa Korwil Lebih aktif memberikan Informasi menyangkut dinamika pelayanan PP.PPGT
Korwil pasif dan tidak pernah ada komunikasi ke Klasis
Ada uraian tugas yang jelas menyangkut tugas korwil
47
Daftar Tunggakan dikirim ke Pengurus Klasis dan BPK setiap triwulan
Banyak Klasis yang menunggak pembayaran Pelayanan PP.PPGT karena Tidak ada Informasi
Tunggakan dikirim ke Pengurus Klasis dan BPK setiap tri wulan
48
Perkunjungan dan pembinaan pengurus pusat pada tingkat klasis
Kurangnya kemerataan dalam pembinaan dalam tingkat klasis labih khusus untuk klasis yang tertinggal
Perkunjungan dan pembinaan pengurus pusat pada tingkat klasis
KLASIS PENGUSUL
Parepare
ALTERNATIF PEMECAHAN
memprogramkan pelatihan-pelatihan kewirausahaan
Tallunglipu
Sangbua Lambe‟
Usia Angota Luar Biasa yang di atas umur 35 tahun cukup sampai usia 40 tahun. PP. PPGT yang terpilih agar menindak lanjuti pembagian wilaya demi optimalnya kinerja dan pendampingan korwil PP.PPGT terpilih memprogramkan perkunjungan ke klasisklasis
Rembon
LATAR BELAKANG
Sukamaju
Menyesuaikan BahanMembangun Jemaat
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Kurra Denpiku
BUNYI USUL
Sasi Utara
NO
35
KLASIS PENGUSUL
BUNYI USUL
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Kegiatan gerejawi disesuaikan dengan kelender pendidikan
Agar dalam setiap kegiatan besar gerejawi angota PPGT tidak meninggalkan sekolahnya
Kegiatan gerejawi disesuaikan dengan kelender pendidikan
50
Melanjudkan program kerja pengurus pusat tentang kepedulian social dan penyakit masyarakat
Untuk lebih berkesinambungan akan programkerja ini kami merasa perlu dilanjudkan akan kepedulian social dan penyakit masyarakat pada khususnya PPGT
Melanjudkan program kerja pengurus pusat tentang kepedulian social dan penyakit masyarakat
51
Ketua Umum berdomisili di Wilayah II
Agar Lebih Efektif dalam Mengurus PPGT
Ketua Umum Berdomisili di Wilayah II
52
Program Pelayanan Pengurus Pusat PPGT diprioritaskan ke Klasis-Klasis
Selama ini, kehadiran Pengurus Pusat PPGT hanya memenuhi undangan saja
Pengurus Pusat PPGT lebih Memprioritaskan pelayanan ke Klasis-Klasis
53
Kinerja Korwil
Perlunya kehadiran korwil dalam dalam setiap kegiatan di Klasis
Tugas Korwil sepertinya mengambang
54
Pengurus Pusat PPGT Mengadakan Pedoman Ke Tiap – Tiap Klasis
55
Pengurus Pusat PPGT Mengadakan Pembinaan Khusus Bagi PPGT
56
Pengurus Pusat Tidak Mengadakan Pra Praya, Melainkan Praya Saja Sosialisasi dan pendampingan ke tiap klasis masih kurang sehingga banyak program klasis yang berjalan sendiri serta kurangnya sosialisasi ke klasis yang kurang aktif untuk memberikan motivasi dalam keterlibatan di kegiatan yang diadakan PP-PPGT. Sampai saat ini kami belum mengenal Pengurus Pusat PPGT secara lengkap (KSB terutama)
Agar PP-PPGT yang terpilih memprogramkan perkunjungan ke klasis, khususnya bagi klasis yang kurang aktif pada kegiatan di tingkat pusat.
Seringkali klasis kurang informasi tentang kegiatan yang diadakan di tingkat pusat dan PPGT kurang mengikuti kalender gerejawi pada perayaan-perayaan Gerejawi
1. Agar PP-PPGT yang terpilih membuat panduan/info tentang kegiatan yang dilaksanakan PP sehingga yang berdomisili di luar rantepao bisa terlibat. 2. Sebisa mungkin PPGT juga merayakan Hari Doa Sedunia dan hari raya lainnya, dan untuk kesamaan konsep ada baiknya dibuatkan brosur seperti SMGT
58
59
Penerbitan Brosur PPGT pada perayaan hari raya Gerejawi
Ketua Umum tidak harus seorang pendeta dan sedapat mungkin full
timer
Tikala Baebunta Selatan Buntao‟
Perkunjungan PP-PPGT ke klasis yang kurang aktif pada kegiatan-kegiatan di tingkat pusat.
Agar pelayanan dan kepengurusan lebih terarah.
60
Pengurus pusat yang terpilih lebih proaktif perkunjungan ke klasis dan jemaat untuk mensosialisasikan AD/ART & PO
Kurangnya pemahaman mengenai AD/ART & PO.
61
Agar Pengurus/Kordinatorwilayah Dipilih Langsung oleh penguruspengurus Klasis dalam wilayah pelayanan terkait. Dimasukkan dalam salah satu agenda dalam Kongres XIII Seriti.
Adanya pengurus klasis yang tidak mengetahui siapa kordinator/pengurus wilayahnya sampai saatini. Agar kordinasi dan pelayanan dalam lingkup wilayah dapat terarah dengan baik.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Kota Palopo
57
Parandangan
49
Buntao‟
NO
36
63
64
Paradigma baru PRAYA harus diubah. Kegiatan praya ke depan harus sifatnya pembinaan sesuai makna dariparadigma baru PPGT dan kegiatan lomba yang sifatnya kompitisi harus dipisahkan. Kongres XIII seriti harus menyerukan kegiatan-kegiatan social termasuk sifatnya penyelamatan lingkungan (Go Green)
KLASIS PENGUSUL
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Paradigma PRAYA IX dianggap gagal karena tidak sesuai dengan paradigma baru yang kita harapkan. Kegiatan yang dilaksanakan selama ini masih terdapat unsure kompetisi yang masih menimbulkan perdebatan bahkan pertengkaran. Masih kurangnya sosialisasi PPGT GO
GREEN Ada sejumlah program panitia pembangunan yang tidak di realisasikan ke klasis dan jemaat – jemaat & Proses pembangunan berlangsung lamban.
66
Pengurus Pusat PPGT lebih aktif mengupdate informasi terbaru mengenai kegiatan PPGTmelalui website/blog.
Sebagai media informasi untuk seluruh anggota PPGT secara khusus di daerah terpencil atau sulit dijangkau.
67
Sekretariat/kantor pengurus pusat harus lebih dibenahi dan ditata rapi.
Kondisi Kantor pengurus selama ini masih berantakan.
68
Memperjelas pedoman persuratan terutama penjelasan penomoran surat.
Ketidakjelasan mengenai teknis penomoran surat
69
Memperjelas mengenai kurikulum materi LKPD/LKPL/TOT.
Materi yang diberikan pada jenjang pengkaderan tidak diseragamkan di seluruh jemaat atau pun klasis.
70
Setiap kegiatan lomba yang dilaksanakan oleh kepanitiaan PPGT harus ada apresiasi yang diberikan oleh pelaksana ke peserta.
Selama ini dalam kegiatan lomba yang diadakan oleh kepanitiaan atau pengurus pusat tidak ada apresiasi kepada pemenang seperti piagam, sertifikat dll.
71
Mensosialisasikan pemahaman tentang Visi dan Misi PPGT
Pemahaman anggota mengenai Visi dan Misi PPGT masih sangat minim.
72
Umur yang menjadi syarat pengurus PPGT jemaat / klasis harus dikondisikan/ disesuaikan dengan kondisi jemaat/klasis.
Non aktifnya kepengurusan PPGT selama ini di jemaat-jemaat kecil karena faktor umur belum mencukupi sebagai anggota PPGT sesuai AD/ART.
73
Konstribusi kegiatan di tingkat pusat agar dikurangi
Besar kerinduan dari klasis untuk mengikuti kegiatan di tingkat pusat tapi berhalang oleh dana .
74
Agar pengurus yang terpilih pada kepengurusan berikutnya sedapat mungkin mampu memberikan waktu yang maksimal untuk memikirkan PPGT ke depannya .
Keberadaan PPGT membutuhkan perhatian khusus .
75
Agar program di tingkat pusat di buat se-kreatif mungkin untuk bisa menarik perhatian anggota PPGT.
Program terlalu monoton sehingga anggota PPGT cepat bosan dan tidak tertarik.
76
Ketua Umum Non Pendeta
Rosaba
65
Percepatan pembangunan gedung pemudaA. A Van De Lostregh
Kota Palopo
62
BUNYI USUL
Kesu‟ La‟bo
NO
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
37
Pemaksimalan Peran Korwil
78
Kuota utusan untuk klasis dengan jumlah di bawah 7 jemaat
79
80
Penambahan Bidang Usaha
Perubahan ADART pasal 11 tentang RPP
Kurangnya peran korwil dalam melaksanakan tugasnya sebagai penghubung lidah antara Pengurus Pusat dan Pengurus Klasis dalam lingkup wilayah kerjanya. Selain itu peran korwil khususnya di wilayah IV utamanya dalam wilayah pelayanan Klasis Bone selama ini dianggap kurang Kurang terwakilinya utusan dari Klasis Bone dalam hal kegiatan di Pusat, serta dapat dilihat juga kesenjangan perbedaan kuota utusan antara klasis pemilik 7 Jemaat ke atas dibandingkan dengan klasis pemilik di bawah 7 jemaat. Contoh, 5 dst untuk klasis di atas 7 dan Cuma 1 untuk klasis di bawah 7
Perlunya meningkatkan jiwa kewirausahaan dalam kepengurusan PPGT dalam hal ini membuka peluang kerja bagi anggota yang dianggap potensial, dan dapat menunjang pendapatan dalam rangka pencarian dana setiap kegiatan serta dapat dijadikan tambahan penghasilan bagi pengurus dan anggota 1. Representasi kehadiran pengurus klasis merupakan representasi kehadiran Pengurus PPGT Jemaat. 2. Pelaksanaan RPP yang dihadiri oleh terlalu banyak orang justru menjadi tidak efektif.
1. Korwil sebaiknya fokus bertugas di dalam wilayah kerjanya. 2. Perlunya pergantian antar waktu jika korwil dianggap sudah tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik 1. Klasis dengan jumlah minimal 5 jemaat memiliki 2 utusan dalam kegiatan Pengurus Pusat, Kongres, dll 2. Klasis dengan jumlah minimal 6 jemaat memiliki 3 utusan dalam kegiatan Pengurus Pusat, Kongres, dll - Bidang usaha ATK dan Fotocopy - Bidang Usaha Pencucian motor
Mengusulkan kepada BPS GT untuk membiayai 2 orang tenaga fulltime, yaitu Ketua Umum dan Sekretaris Umum
Dua orang tenaga Full time (Ketum dan Sekum) dan satu orang staf
Agar segera mengesahkan kurikulum hasil semiloka yang telah disosialisasi
1. Bahwa pelaksanaan pembinaan di jemaat dan klasis hanya pada tingkat pengurus, sehingga pembinaan praktis hanya dirasakan oleh pengurus (Pembinaan piramida) 2. Bahwa PPGT memerlukan kurikulum yang dapat menjawab konteks kekinian
83
Pembentukan tim perancang dan pengembangan program PPGT
1. SDM pengurus tidak sama 2. Membantu pengurus dalam merancang dan menetapkan program 3. Salah satu wujud perhatian untuk PPGT
Pengurus Pusat memprogramkan Tim Perancang dan Pengembangan Program PPGT
84
Masa periode kepengurusan klasis maksimal 2 tahun dengan berbagai pertimbangan
Kurangnya berjalannya proses kaderisasi di tingkat klasis Amandemen ART pasal 8 butir 4
Kiranya hal ini ditinjau kembali agar kepengurusan di klasis dapat berjalan dengan baik
85
Struktur PPGT mengikuti struktur sinode
Perlu ada kejelasan wilayah dalam struktur PPGT
86
Pelaksanaan persidangan PPGT pada semua lingkup dilaksanakan/ berdekatan dengan pelaksanaan sidang badan pada masing-masing jenjang
Sering dijumpai ketidaksamaan program PPGT pada masing-masing jenjang
82
KLASIS PENGUSUL
Agar pelaksanaan RPP cukup dihadiri oleh pengurus klasis, sebagai representasi kehadiran PPGT Jemaat.
Ketidakefektifan pelaksanaan program PP.PPGT salah satu penyebabnya adalah tenaga full time hanya satu orang
81
Bone
77
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Kesu‟ La‟bo‟
BUNYI USUL
Agar mengesahkan kurikulum yang telah diseminarkan di Tangmentoe
Perlu dibentuk struktur PPGT sesuai struktur Sinode Agar pelaksanaan persidangan pada masingmasing jenjang dapat dilaksanakan dengan baik
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Balusu
NO
38
Kinerja Pengurus baru ditingkatkan
88
Penyelesaian Gedung Pemuda van de Loosdrecht
Karena pembangunan gedung van de loosdrecht sudah sangat lama dan belum juga selesai
89
Pengurus yang terpilih benar-benar orang yang mau bekerja demi kemajuan PPGT
Banyak pengurus yang selama ini tidak bekerja sesuai tanggung jawabnya
90
Melalui Kongres harus jelas tugas Korwil untuk masing-masing wilayah
Selama ini belum ada kejelasan tentang tugas korwil
91
Hendaknya program kerja PPGT ke depan realistis dan kontekstual
Banyak program yang terlalu tinggi dan tidak menyentuh kebutuhan PPGT di Jemaat-jemaat
92
Masalah pendanaan dan bantuan untuk PPGT
Tidak jelas asal dan bagaimana mekanisme bantuan untuk PPGT
93
Periode Kepengurusan PP PPGT sampai 3 tahun saja
1. Periodisasi kepengurusan PP.PPGT selama 5 tahun terlalu lama sehingga tidak mencerminkan PPGT sebagai organisasi kaderisasi 2. Sangat menghambat percepatan kaderisasi dalam tubuh PPGT
94
Meninjau kembali tentang pewilayahan secara struktural (Wilayah dibawah koordinasi korwil) untuk dikembalikan menjadi sistim pewilayahan secara fungsional (Pengurus Wilayah) ????
5. Wilayah dibawah koordinasi korwil tidak efektif dalam memfasilitasi kebutuhan pelayanan antar klasis di setiap wilayah karena korwil tidak memiliki program kerja 6. Kurangnya hubungan kerja sama dan silaturahmi antar klasis di setiap wilayah.
95
Persuratan dari Pengurus Pusat dipercepat dikirim ke tiap-tiap Klasis
Biasanya persuratan dari PP.PPGT ke Klasis tiba pada saat pelaksanaan rapat atau kegiatan akan dilaksanakan, sehingga banyak Klasis tidak sempat mempersiapkan diri.
96
Kepengurusan PP.PPGT 3 Tahun
Kepengurusan di PP.PPGT yang selama ini 5 Tahun terlalu lama
Pembinaan bagi warga PPGT
Warga PPGT sekarang sudah sangat terpengaruh dengan hal-hal duniawi dan sudah jarang sekali yang aktif didalam Gereja
97
98
Mengusulkan kepada Kongres untuk menetapkan Kurikulum Pembinaan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembinaan di lingkup PPGT
Koordinasi yang baik dan komitmen pengurus baru diperlukan untuk meningkatkan kinerja
KLASIS PENGUSUL
Melalui Kongres, disepakati alternatif baru dalam hal pendanaan Pengurus yang baru jangan orang yang memiliki dualisme kepemimpinan Putuskan job deskripsi korwil Jelas program yang bisa dilakukan dan sesuai kebutuhan jemaat-jemaat Harus ada transparansi dan kerjasama untuk saling memperhatikan dalam kesatuan selaku PPGT Agar Kongres XIII PPGT menetapkan Periode PP.PPGT selama 3 tahun. Agar Kongres XIII PPGT menetapkan pewilayahan secara fungsional lewat pembentukan pengurus wilayah atau badan koordinasi wilayah di setiap wilayah dalam lingkup pelayanan PPGT. Persuratan dari PP.PPGT harus dipercepat dikirim ke tiap-tiap Klasis supaya tiaptiap Klasis bersiap untuk mengikuti atau bisa lewat pesan singkat (sms/Email)
Agar PP.PPGT memprogramkan suatu wadah yang bisa membina warga PPGT sejak masih Remaja / masa peralihan
Kepada seluruh warga PPGT dimanapun berada, marilah terus memelihara semangat persekutuan dan pelayanan serta aktif membangun organisasi. Kobarkan terus semangat pelayanan dan kaderisasi dalam motivasi dan cinta yang tulus kepada PPGT untuk mewujudkan panggilan pelayanan yang tanpa pamrih, pelayanan pemerhati dan cinta kasih kepada sesama, serta pelayanan yang tak tersekat oleh perbedaan-perbedaan.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Sa‟dan Matallo
87
Selama ini program PP PPGT lebih pada aras kota
Sa‟dan Matallo
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Sangalla‟ Barat
BUNYI USUL
Pulau Jawa
NO
39
101
Menetapkan usia Anggota Biasa PPGT dari 15 sampai 30 tahun.
PPGT Klasis Pulau Jawa menghimbau kepada Kongres supaya menugaskan Pengurus PPGT terpilih untuk menulis buku tentang sejarah lahirnya PPGT.
102
Ketua umum PP. PGT Full Time
103
Jumlah utusan setiap klasis ke Kongres tetap berdasarkan ART PPGT Pasal 12 butir 10 yaitu 7=5, +3=1, tetapi dalam hal hak Suara cukup 1 orang/Klasis
104
Fungsionaris Pengurus Klasis sedapatnya anggota Luar biasa ketika Anggota Biasa tidak ada/tidak ada yang mau)
105
Wilayah Luwu Timur dan Luwu Utara dipisahkan
106
Redaksi penyusunan bahan Khotbah PPGT jangan terlalu menggunakan kata kata yang terlalu tinggi
KLASIS PENGUSUL
Kepada seluruh fungsionaris PPGT , perkuatlah pembinaan dan kaderisasi untuk menjaga kesinambungan kaderisasi dalam pelayanan. Persiapkanlah kader-kader PPGT jauh sebelum mereka menjadi PPGT yaitu ketika mereka masih Remaja. Perkuatlah kerjasama dengan pelayan KARGT, sebab wajah PPGT masa depan dapat dilihat dari wajah KARGT yang ada sekarang. Wujudkan paradigma baru PPGT. Jika selama ini kita lebih banyak menuntut untuk diperhatikan, sekarang mari kita balik orientasi, PPGT yang lebih banyak memperhatikan dan melayani jemaat, lebih banyak memperhatikan dan melayani klasis, lebih banyak memperhatikan dan melayani Gereja Toraja, lebih banyak memperhatikan dan melayani masyarakat, dan itu semua adalah wujud iman untuk melayani Tuhan. Proaktiflah dalam program-program pemberdayaan jemaat serta jadilah bagian dari kemajuan jemaat. Citrakan dan budayakanlah etos Kristiani di lingkungan dan pergaulan masing-masing, mulai dari sekolah, tempat kerja dan lingkungan pergaulan lainnya. Citrakanlah bahwa kader-kader PPGT tidak eksklusif, siap bersesama dengan orang lain tanpa memandang latar belakang, PPGT yang taat hukum, PPGT yang menegakkan keadilan dan kebenaran, serta PPGT yangmencintai lingkungan hidup. Ketua tidak punya waktu untuk berkunjung ke Klasis karena terikat dengan pekerjaan lain. Ada banyak jumlah Klasis yang jumlah Jemaatnya banyak, tetapi jumlah KK dan Anggota Sidi serta Anggota PPGTnya lebih sedikit dibanding dengan Klasis yang Jumlah Jemaatnya sedikit. Agar tidak terjadi krisis kepengurusan di beberapa Klasis, sebab tidak jarang kader yang sudah siap Utus harus di daerah lain/Kota untuk melanjutkan study atau bekerja.
Pulau Jawa
100
Kurikulum Pembinaan yang dimaksudkan pada poin 1 dititikberatkan pada pembinaan karakter sebagai langkah awal, selanjutnya pembinaan keterampilan dan intelektual untuk memperlengkapi kader PPGT yang siap utus.
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Kalaena
99
BUNYI USUL
Kurang maksimalnya pelaksanaan tugas Korwil karena terlalu luasnya wilayah pelayanannya.
Rekan pengurus di tiap jemaat kurang memahami penggunaan redaksi yang ada dalam bahan khotbah
Redaksi gaya bahasa lebih mengarah kepada bahasa yang mudah dipahami dan mengurangi penggunaan pemakaian kata yang hanya bisa dimengerti oleh PPGT yang berlatar belakang lulusan Teologia
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Kaltim Balikpapan
NO
40
Website PPGT harap difungsikan kembali
108
Pengurus Pusat PPGT (Koordinator Wilayah) agar ditindak lanjuti keberadaannya
109
Iuran PPGT ke Pusat agar diberikan rincian
KLASIS PENGUSUL
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Kalau memang website ini memiliki kadar manfaat, ya harap diaktifkan kembali dengan informasi kegiatan PPGT yang ada.
Tidak ada informasi terupdate yang diberikan.
Kaltim Balikpapan
107
BUNYI USUL
Pengurus Pusat PPGT (koordinator Wilayah kurang memberikan jawaban apa yang menjadi kebutuhan di Klasis, seperti iuran PPGT Klasis ke Pusat, Informasi yang diberikan selslu terlambat. Banyaknya iuran ke Pusat yang menunggak akibat tidak adanya rincian perbulan yang diinformasikan ke Klasis. 1. Periodisasi Kepengurusan PP. PPGT selama 5 Tahun terlalu lama sehingga tidak mencerminkan PPGT sebagian organisasi kaderisasi 2. Sangat menghambat kaderisasi dalam tubuh PPGT 3. Wilayah dibawah Koordinasi Korwil tidak efektif dalam memfasilitasi kebutuhan pelayanan antar Klasis setiap wilayah, karena korwil tidak memiliki program kerja, 4. Kurangnya hubungan kerjasama dan silahturahmi antar klasis setiap wilayah
110
Periode kepengurusan PP. PPGT sampai 3 Tahun saja
111
Meninjau kembali tentang kewilayaan secara struktural (wilayah di bawah Koordinasi Korwil) untuk dikembalikan menjadi sistem perwilayaan secara fungsional (pengurus Wilayah)
112
Ketua Umum, Sekretaris Umum, dan semua ketua bidang agar Full timer
1. Demi menunjang efektifnya berbagai program yang akan dilaksanakan 2. Pemuda adalah tulang punggung Gereja oleh karena perlu penanganan serius
113
Mengoptimalkan sosialisasi AD/ART dan PO kepada PPGT jemaat dan Klasis.
Kebanyakan Klasis dan jemaat belum mengetahui AD/ART dan PO sehingga PPGT Jemaat dan Klasis belum berpatokan pada AD/ART dan PO.
114
Alokasi Beasiswa kepada PPGT yang tidak mampu harus diperjelas
Anggota mngetahui kriteria pemberian beasiswa, dan jumlah beasiswa
115
Mengupayakan agar program tingkat pusat juga dapat dilakukan oleh Klasis terpencil
116
Batas Umur Anggota PPGT Biasa 40 Tahun
117
Tinjau ulang kategori kelas A untuk Klasis Masamba
118
Bina muda (bahan khotbah dan PA PPGT) agar terbit pada awal tahun/bulan januari
Agar Kongres XIII PPGT menetapkan Periode PP. PPGT selama 3 tahun. Agar Kongres XIII PPGT menetapkan pewilayaan secara fungsional lewat pembentukan pengurus wilayah atau Badan Koordinasi Wilayah dalam lingkup pelayanan PPGT 1. Mengusulkan kepada BPSGT untuk membiayai tenaga Fultimer PP. PPGT 2. PP.PPGT bekerjasama dengan BPSGT untuk pembiayaan tenaga Full
Luwu
NO
timer
Biasanya ibadah PPGT dimulai sejak awal tahun/bulan Januari
Malimbong
Tetap melanjutkan pemberian beasiswa dan ditangani oleh unit kerja bentukan PP PPGT Beberapa program tingkat pusat juga bisa dilakukan oleh klasis terpencil
Mengesahkan batas umur anggota biasa 40 Tahun
Menetapkan kategori kelas B untuk Klasis Masamba
Agar PP PPGT terpilih menerbitkan bina muda pada awal tahun
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Masamba
Memberi peluang pada PPGT jemaat dan Klasis untuk mengikuti program tingkat Pusat karena selama ini beberapa klasis terpencil belum mengikuti program tingkat pusat. Melihat kondisi di beberapa klasis terpencil dan juga semi kota, anggota PPGT kebanyakan anak SMP dan juga orang dewasa yang telah berumur diatas 35 tahun. Sebahagian besar jemaat-jemaat di Klasis Masamba pendapatannya masih kurang (dari 10 jemaat, ada 5 jemaat yang warga jemaatnya kurang dari 30 KK, bahkan ada jemaat yang warga PPGT kurang dari 10 jiwa
Sosialisasi AD/ART dan PO dilakukan paling lambat sebelum Raker II PPGT
41
Agar PP PPGT terpilih memikirkan penyelesaian pembangunan gedung pemuda
Gedung pemuda diharapkan rampung secepatnya supaya segera difungsikan dalam berbagai kegiatan PPGT
120
Semua kegiatan PPGT pusat dan anggarannya dipublikasikan di media sosial PPGT
Supaya warga PPGT dapat mengetahui kegatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PP. PPGT
121
Ketua PP.PPGT harus full time.
122
Laporan keuangan PP.PPGTdan laporan keuangan setiap kegiatan yang diadakan pertahun hendaknya dilaporkan/dipaparkan perbulannya.
123
Penegasan terlaksananya PO.
126
127
KLASIS PENGUSUL
Pangala‟
125
PP.PPGT hendaknya mengunjungi setiap Klasis minimal sekali dalam periode kepengurusan. Pengurus Pusat memprogramkan pertemuan dengan penguruspengurus Klasis untuk membahas isuisu global yang berkembang dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang secara konsisten, tepat waktu dan tepat sasaran. Sosialisasi AD/ART PPGT di setiap Klasis dalam Tahun pertama kepengurusan Klasis
128
Wilayah Barat dibagi di dalam 2 wilayah
Karena Wilayah Barat sangat luas dan kondisi wilaya/medan yang sangat susah di jangkau sehingga berdampak pada kinerja korwil yang tidak maksimal.
129
Perkunjungan terjadwal PP.PPGT ke Klasis-klasis
Kurangnya informsi yang diperoleh oleh pengurus-pengurus klasis dan sebaliknya, dan
130
Pembuatan Kurikulum Pembinaan Kaderisasi yang sistematis sesuai konteks kekinian
Belum adanya kurikulum yang paten untuk pembinaan PPGT
131
Adanya tenaga Full Timer di Pengurus Pusat yang secara khusus menangani masalah pembinaan Klasis dan Jemaat.
Belum adanya tenaga khusus untuk memikirkan pembinaan PPGT
132
Klasis Sulawesi Tengah sebagai Tuan Rumah Kongres PPGT ke XIV
Kerinduan dari PPGT Klasis Sulawesi Tengah untuk menghimpun PPGT seIndonesia hadir di Kota Palu untuk berkongres dan melihat kondisi Kota Palu yang semakin berkembang sangat mendukung untuk pelaksanaan Kongres PPGT XIV nantinya
133
PPGT agar mempunyai suatu Motto/Semboyan
PPGT sebagai organisasi kader seharusnya mempunyai motto/semboyan sebagai pembangkit semangat bagi kader-kadernya
134
Memaksimalkan perkunjungan ke jemaat dan klasis dalam hal Pegurus Pusat PPGT
Perlunya perhatian khusus oleh Pengurus Pusat kepada jemaat dan klasis terpencil agar dapat memaksimalkan potensi di klasis tersebut.
PP. PPGT yang terpilih agar menindaklanjuti pembagian wilayah demi optimalnya kinerja dan pendampingan korwil PP.PPGT terpilih memprogramkan perkunjungan ke klasisklasis PP. PPGT terpilih menerbitkan Kurikulum Pembinaan yang tetap ke Klasis dan Jemaat Mengangkat Tenaga Full Timer di PP. PPGT untuk menangani pembinaan PPGT Klasis dan Jemaat.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Rembon
124
Palopo
119
Mendesak panitia pembangunan untuk segera menyelesaikan gedung pemuda
Masamba
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Seriti
BUNYI USUL
Sulteng
NO
42
137 138 139 140
Menyeruhkan ke semua PPGT di Jemaat dan Klasis agar menjadikan Hari Ulang Tahun PPGT sebagai Agenda Tahunan (bagi yang belum melaksanakan) Agar Korwil mengadakan kegiatan tahunan Korwil Luwu Timur dan Luwu Utara dipisahkan Mengintensifkan kunjungan ke Klasis terpencil dan Klasis baru Pelaksanaan PRAYA sedapatnya tidak bersamaan dengan jambore (dalam tahun yang sama)
Banyak anggota PPGT yang tidak tahu HUT PPGT
Ada komunikasi antar Klasis dalam Wilayah Koordinasi tidak efektif karena jarak yang jauh Pengurus membutuhkan bimbingan utamanya di dalam pelaksanaan LKPD Pengurus PPGT yang menjadi pelayan SMGT
141
Pembuatan Rumah Layak Huni Bagi Keluarga Kurang Mampu
Masih ada Keluarga di Wilayah Gereja Toraja yang memiliki Rumah belum memenuhi kriteria Rumah Sehat.
142
Kongres dapat dilaksanakan di Kab. Tana Toraja atau Kab. Toraja Utara
Klasis yang lebih banyak berada di Wilayah Toraja, sehingga lebih efektif dan efisien.
Tetap dilaksanakan dalam Wilayah Sulawesi Selatan
Penetapan dan pelaksanaan Kurikulum Kaderisasi PPGT
1. Belum adanya kurikulum yang digunakan oleh PPGT dalam rangka kaderisasi Anggota 2. Format kurikulum yang belum ada mengakibatkan pelaksanaan pengkaderan anggota PPGT di Klasis dan Jemaat tidak memiliki standar tujuang yang jelas
Menetapkan hasil seminar dan lokakarya kurikulum kaderisasi PPGT menjadi Kurikulum Kaderisasi PPGT
144
Pengelolaan Bina Muda PPGT dengan lebih maksimal
Bina muda PPGT yang selama ini diterbitkan merupakan potensi yang sangat besar yang jika dikelola dengan lebih baik akan mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi PPGT
145
Pengoptimalan Gedung A.A. Van de Loosdrecht
Perlu mengoptimalkan fungsi Gedung A.A. Van de Loosdrecht sebagai pusat kegiatan pemuda
146
Penyiapan Tenaga Trainers PPGT
Perlu adanya tim Trainers yang dipersiapkan khusus oleh PPGT untuk melaksanakan sistem pembinaan anggota PPGT
147
Pembuatan Perpustakaan PPGT
Perpustakaan merupakan kebutuhan PPGT
Merekomendasikan untuk membuat unit khusus pengelola perpustakaan
148
Pengurus Harian PP. PPGT Berdomisili di wilayah Rantepao Makale
Efektifitas pelayanan PP.PPGT
Menentukan hal ini sebagai kriteria pengurus Harian PP.PPGT
149
Pembagian korwil dalam struktur disesuaikan dengan hasil keputusan SMS XIII Gereja Toraja
Pembagian Korwil disesuaikan dengan pembagian wilayah dalam Gereja Toraja agar ketika wilayah terbentuk kembali menjadi badan dalam struktur gereja toraja, PP.PPGT dapat menyesuaikan
Menetapkan jumlah personel Korwil berdasarkan pembagian wilayah Sinode Gereja Toraja
150
Penetapan Target Waktu penyelesaian pembangunan Gedung A.A Van de Loosdrecht
Perlu membuat rekomendasi tentang target waktu penyelesaian Gedung A.A Van de Loosdrecht agar penyelesaiannya dapat kita lakukan bersama-sama
Merekomendasikan target waktu penyelesaian pembangunan gedung Van de Loosdrecht
143
KLASIS PENGUSUL
Pelaksanaan Pertemuan Raya dilaksanakan 4 Tahun sekali
Wotu
136
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG
Ulusalu
135
BUNYI USUL
Merekomendasikan untuk membuuat TIM yang secara khusus mengelola bina muda PPGT Mengusahkan kelengkapan fasilitas pendukung Gedung A.A. Van de Loosdrecht Merekomendasikan untuk membuat TIM yang secara khusus mengelola Bina Muda PPGT
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
Rantepao
NO
43
Belum ada identitas PPGT dalam kegiatankegiatan tingkat pusat
Menerbitkan kartu anggota PPGT secara keseluruhan
152
Indeks PPGT klasis Madandan
Indeks PPGT klasis Madandan turun dari kelas B menjadi kelas C. Selama ini pengurus PPGT klasis Madandan selalu memenuhi dana atau target yang dibebankan. Mengapa?
Mempertanyakan kepada pengurus pusat, mengapa PPGT Klasis Madandan turun kelas?
153
Pembangunan gedung Pusat PPGT
Mempertanyakan tentang pembangunan gedung Pusat PPGT yang belum rampung sampai pada saat ini.
Sekiranya pembangunan Gedung Pusat PPGT dapat diselesaikan secepatnya.
154
Praya PPGT
Mempertanyakan tentang kejelasan juara umum atau hasil terakhir dari kegiatan PRAYA di Mengkendek yang lalu, penghitungan maskot tidak jelas
155
Pasal 6 - Misi PPGT adalah bersekutu, bersaksi & melayani. - Penambahan Visi PPGT pada AD PPGT dengan tetap mempertahankan visi sebelumnya “disukai Allah & manusia”.
Misi PPGT dalam AD berbeda dengan redaksi misi dalam misi GBPP hasil Kongres, sedangkan pada pasal 15 ART dikatakan posisi AD/ART lebih tinggi dari keputusan kongres, yang mana GBPP merupakan keputusan kongres.
156
Pasal 8 Susunan PPGT terdiri atas jemaat, klasis & sinode.
Penamaan pusat pada tingkatan PPGT menyebakan paradigma/konsep berpikir anggota terhadap pengurus pusat berbeda, yaitu anggota/pengurus jemaat menganggap posisi pengurus pusat lebih tinggi, sementara konsep organisasi yang kita anut tidak mengenal posisi lebih tinggi/rendah tapi menggunakan konsep lebih luas/sempit dalam hal medan pelayanan. Dengan adanya penamaan pusat, seakanakan menjadikan pengurus pusat sebagai badan yang memilki garis komando terhadap klasis & jemaat, sementara struktur organisasi hanya sebatas koordinasi.
157
Pasal 9 Anggota PPGT tidak dibagi atas kategori Anggota biasa & anggota luar biasa, tetapi cukup sebagai anggota PPGT.
Penjelasan pada usulan selanjutnya tentang ART PPGT
158
Pasal 10 Rapat Pimpinan Pusat (RPP) dihilangkan
Keberadaan RPP tidak relevan & tidak berjalan dengan baik.
159
Pasal 13 Kata “lambang” diganti “logo”
Inkonsistensi penamaan.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
KLASIS PENGUSUL
Kartu Anggota
151
Madandan
ALTERNATIF PEMECAHAN
BUNYI USUL
Klasis Makassar
LATAR BELAKANG
NO
44
160
BUNYI USUL
Pasal 2, 3 & 4 Keanggotaan PPGT disatukan, tidak ada pembagian anggota biasa & anggota luar biasa. Batasan umur anggota PPGT mengacu pada ART sebelumnya yaitu 15–35 tahun, tetapi fungsionaris pengurus di masing-masing diberi batasan umur. Pengurus jemaat : 15-35 tahun Pengurus Klasis : 15 – 30 tahun Pengurus pusat : 23 - 30 tahun. Penjelasan Pasal 3 point 2c yang tidak jelas mengenai jabatan dalam pelayanan (pengurus/ panitia)
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG Perbedaan anggota biasa & anggota luar biasa dalam hal hak & kewajiban hanya diterapkan pada hal-hal tertentu saja. Keberadaan pasal 4 point 2 memberi peluang organisasi PPGT dapat dipimpin oleh orang-orang dari luar Gereja Toraja dalam hal ini pemuda di luar Gereja Toraja bisa menjadi pengurus. Dari penamaan pada pasal 1 AD “Persekutuan Pemuda Gereja Toraja” maka sangatlah jelas bahwa PPGT adalah persekutuan para pemuda pemudi anggota Gereja Toraja. Jadi, untuk menjadi anggota PPGT harus menjadi anggota dari Gereja Toraja, seperti tercantum dalam pembukaan AD/ART alinea I mengenai PPGT sebagai bagian integral dari Gerteja Toraja, berarti anggota PPGT wajib menjadi anggota Gereja Toraja. PPGT memang merupakan organisasi yang terbuka bagi orang lain, tetapi dalam hal disebut sebagai anggota harus menjadi anggota Gereja Toraja.
Jelas
162
Pasal 6,8,10 & 12 (2) Fungsionaris pengurus pada masingmasing jenjang mengikuti usulan no 6 tentang umur, yaitu Pengurus jemaat : 15-35 tahun Pengurus Klasis : 15 – 30 tahun Pengurus pusat : 23 - 30 tahun. Masa Bakti pengurus pusat adalah 3 tahun, secara otomatis Kongres dilaksanakan sekali dalam 3 tahun. Point 8d & 8f dihilangkan
Pengurus Jemaat 15-35 tahun karena terdapat tingkat perbedaan kaderisasi/keanggotaan di jemaat yang berbeda-beda. Pengurus pusat 23-30 tahun untuk proses kaderisasi, dimana seorang pengurus pusat hanya bisa menjabat sebagai pengurus pusat maksimal 2 periode dalam rentang waktu 7 tahun. Masa bakti pengurus pusat 5 tahun sangatlah lama, sehingga kaderisasi tidak dapat berjalan dengan baik & memperhatikan sinkronisasi masa bakti di lingkup jemaat & klasis. Kata sekurang-kurangnya pada point 8 sama maknanya dengan kata minimal, artinya baru dapat terbentuk jika memenuhi syarat minimal, sementara saat ini pengurus pusat tidak memenuhi syarat tersebut.
163
Pasal 11 Rapat Pimpinan Pusat (RPP) dihilangkan
Jelas pada usulan No. 158
Makassar
Pasal 5 Penambahan 1 point sebagai bagian dari berakhirnya keanggotaan yaitu Pindah agama/lintas denominasi dalam hal ini keluar dari keanggotaan Gereja Toraja.
161
KLASIS PENGUSUL
NO
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
45
Pasal 12 Klasis dengan jumlah jemaat kurang dari 7, mengutus 2 orang utusan.
Pasal 16 Warna putih pada logo diberikan makna. Jenis warna biru yang jelas. Logo menggunakan gambar bintang 7 diberi makna. 165
Point 5 (e) Pada bendera diberi identitas Persekutuan Pemuda Gereja Toraja, nama klasis & nama jemaat, tanpa kata “pengurus”. Point 7 Identitas diberi kata “pengurus”.
KLASIS PENGUSUL
ALTERNATIF PEMECAHAN
LATAR BELAKANG Pada point 10 terdapat pebedaan yang sangat mencolok, dalam hal jumlah utusan bagi klasis yang terdiri atas 7 jemaat dengan klasis yang memilki jumlah jemaat kurang dari 7, dimana pada point 10 b menggunakan kelipatan 3 untuk 1 utusan. Memberikan kesempatan kepada klasis dengan jumlah jemaat kurang dari 7 untuk ikut merasakan Kongres dengan jumlah utusan yang cukup refresentatif. Pada point 3 tidak terdapat penjelasan makna warna putih. Biru benhur tidak jelas, dalam pemaknaan pada point 3 juga tidak ada. Logo yang ada pada buku hasil Kongres XII PPGT monokrom & menggunakan lambang yang tidak jelas, sementara logo yang dipakai saat ini memiliki unsur bintang.
Makassar
164
BUNYI USUL
Kata pengurus mengindikasikan bahwa yang memiliki wewenang atas bendera tersebut hanya pengurus, berbeda dengan stempel, dimana hanya pengurus yang memilki wewenang atas penggunaannya. Pada pasal 17 tidak terdapat penetapan penggunaan ART, seperti yang terdapat pada AD. Semua perubahan pada TGGT yang menyangkut PPGT diubah pada AD.ART PPGT.
Pasal 17 Arbitrase penggunaan ART perlu diatur.
167
Perubahan mengikuti TGGT
168
Pengurus Pusat PPGT untuk pengadaan pedoman Ibadah PPGT
Perlunya keseragaman tematis perenungan
169
Peninjauan kembali komposisi “utusan cadangan” dalam konperensi studi menjadi saran untuk selanjutnya redaksi kata menjadi “Undangan Pengurus Jemaat”
Adanya kesan pengkotak-kotakan peserta konperensi.
170
Pengadaan Handy Talkie di Pengurus Pusat PPGT
Dapat berkomunikasi dengan lancar
171
Pembagian Wilayah Pelayanan khusus untuk Seko
Mengefektifkan pelayanan
Seko Lemo & Seko Embona Tana
166
Bittuang
NO
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
46
2. Pengurus Pusat PPGT NO
1
2
3
BUNYI USUL
Amandemen Pembukaan ADART PPGT
Amandemen ART Pasal 2 Butir 1
Amandemen ART Pasal 10 butir 5
LATAR BELAKANG
ALTERNATIF PEMECAHAN
1. Hasil Konsultasi OIG tahun 2013 menyatakan kata “integral” sudah tidak relevan digunakan, sebab menyangkal hakikat gereja sebagai keluarga Allah yang utuh. 2. Pembukaan PPGT masih terlalu luas dan panjang 3. Pentingnya memiliki pembukaan yang lebih padat dan substansil 4. Sejumlah kalimat penjelasan tidak perlu lagi dicantumkan karena sudah diatur dalam Pembukaan TGGT. Kalimat yang masih dicantumkan adalah statemen dasar yang mencerminkan eklesiologi Gereja Toraja yang menjadi dasar eklesiologi PPGT 5. Pembukaan yang sering dibaca dalam setiap even organisasi harusnya statemen dan pengakuan dasar yang menggambarkan organisasi PPGT secara holistik namun ringkas, padat, dan tajam. 6. Inti pembukaan pada dasarnya adalah rumusan padat tentang rumusan eklesiologi, misiologi dan historikal PPGT secara ringkas dan padat.
PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah gereja, yaitu persekutuan orang-orang yang dipanggil dan beriman kepada Yesus Kristus, dan mengaku bahwa Yesus Kristus Itulah Tuhan dan Juruslamat, sebagaimana disaksikan dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah warga gereja yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas dan panggilannya di tengah-tengah gereja, masyarakat dan alam semesta. Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah generasi masa kini dan masa depan Gereja serta penerus cita-cita perjuangan bangsa. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja melaksanakan panggilan persekutuan, pelayanan dan kesaksian sebagai penampakan iman dan pengharapannya kepada Tuhan yang terwujud dalam kasih dan pelayanan kepada sesama, tanpa sekat, tanpa batas dan tanpa pamrih.
a. Pentingnya memperkuat regenerasi. b. Perubahan dan perkembangan dunia sangat cepat dan harus direspons cepat oleh PPGT c. Standar nasional sebagaimana diatur dalam UU Kepemudaan adalah 30 tahun. d. Standar Internasional, misalnya dalam Rule of Conduct WCC adalah 30 tahun e. Kriteria usia pemuda dalam kegiatankegiatan nasional dan internasional, misalnya PGI, CCA, EMS dan GZB adalah 28 tahun a. Masa 5 tahun tidak menggambarkan PPGT sebagai organisasi kader; b. 5 tahun adalah waktu yang terlalu lama untuk menduduki jabatan organisasi yang menyandang predikat kader; c. Periode 5 tahun baru diberlakukan pada tahun 1998, sebelumnya periode kepengurusan PP PPGT adalah 2 tahun (pada awal berdirinya) 3 tahun (Era 70-80) 4 tahun (Era 80). d. Dalam 15 tahun terakhir, periode 5 tahun cukup menjenuhkan bagi sebagian besar pengurus (Hasil wawancara dengan Pengurus Inti PPGT periode 1998-2003, 2003-2008, dan 2008-2013). e. PPGT Era 60-70 lebih menggambarkan PPGT sebagai organisasi kader, karena roda regenerasi organisasi terus berjalan setiap 2 atau 3 tahun.
Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah pelayan Tuhan di tengah-tengah dunia, yang diutus ke dalam dunia untuk menyatakan damai sejahtera bagi semua ciptaan. Dalam menyatakan tugas panggilannya, maka pada tanggal 11 Desember 1962, dibentuklah wadah pelayanan dan kaderisasi pemuda Gereja Toraja yang diberi nama Persekutuan Pemuda Gereja Toraja, sebagai Organisasi Intra Gerejawi yang pertama dalam Gereja Toraja.
Perubahan rumusan: Anggota Biasa yaitu semua anggota Gereja Toraja yang berumur 15-30 Tahun.
Perubahan rumusan: Masa bakti Pengurus Pusat adalah 3 (tiga) tahun.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
47
NO
BUNYI USUL
LATAR BELAKANG
ALTERNATIF PEMECAHAN
4
Amandemen ART Pasal 12 butir 5
Pimpinan Sidang mengajukan seorang nama untuk ditetapkan sebagai Sekretaris Persidangan setelah mendapat pertimbangan dari Pengurus Pusat, Panitia Persidangan dan Penasihat.
5
Personil PP PPGT tidak perlu full
a. Dalam rangka mendapatkan data dan rekaman hasil persidangan yang profesional, maka sekretaris persidangan seharusnya direkrut oleh Panitia Persidangan. b. Pengurus seharusnya fokus menjalankan tugas dan wewenangnya dalam kongres. 1. Sesuai beban kerja, justru Pengurus Jemaatlah yang harus fulltimer, karena berhadapan langsung dengan urusan anggota PPGT. 2. Tugas Pengurus Pusat adalah koordinator, komunikator, fasilitator dan inspirator bagi Pengurus Klasis, sehingga tidak membutuhkan tenaga fulltimer. 3. Tenaga fulltimer seharusnya terikat untuk tinggal di kantor serta diikat oleh jam kantor, sehingga tidak cocok diterapkan untuk personil PP PPGT yang seharusnya selalu bergerak (keluar) ke klasis untuk menjalan ke-4 fungsi pada point 2 di atas. 4. Tugas-tugas yang membutuhkan full timer adalah tugas administrasi, kesekretariatan dan keuangan yang seharusnya dijabat oleh personil dengan status pegawai, sehingga tidak selalu berganti pada pergantian periode. Dengan demikian tenaga tersebut dapat mengusai data dan perkembangan PPGT dari waktu ke waktu. 5. Jelasnya, bahwa personil pengurus akan lebih banyak turun ke klasis, sementara kantor akan diurus oleh staf full timer yang profesional 1. Fakta bahwa semakin hari klasis semakin kecil dan cenderung meniru pola pemerintahan. Jika di pemerintahan, pemekaran dapat mendekatkan pelayanan kepada masyarakat karena disertai dengan sarana, prasarana, tenaga dan anggaran, hal sebaliknya justru terjadi dalam pemekaran klasis-klasis. Klasis yang sebelumnya sangat berdaya dan hampir mandiri dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan, setelah pemekaran justru menjadi lesu.Klasis-klasis kecil semakin terpuruk karena cenderung jemaat-jemaat yang kuat biasanya berkumpul dalam satu klasis. Tak heran, ada sejumlah klasis yang generasi mudanya (PPGT dan SMGT) mengalami penurunan pasca pemekaran. 2. Hal sebaliknya justru harus dilakukan, yaitu Penggabungan Klasis-klasis, agar klasis menjadi cukup besar dan saling meringankan beban saat melakukan kegiatan-kegiatan. Sejumlah klasis yang jika menggabungkan diri berpotensi mengangkat tenaga fultimer untuk Generasi Muda (SMGT dan PPGT), atau sekurang-kurangnya dapat mengangkat BPK Fulltime. Dari sisi hubungan dengan pemerintah, sejumlah klasis jika melakukan merger akan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah misalnya klasis-klasis di Luwu. 3. Jumlah klasis terlalu banyak, tetapi kecilkecil sehingga berdampak pada dua hal. Pertama: menyulitkan tuan rumah dalam kalkulasi kehadiran peserta dalam kegiatan-
timer
6
Merger / Penggabungan Klasis terdekat
1. Semua Personil PP sifatnya part time. 2. PP PPGT mengangkat seorang tenaga fultimer, dalam koordinasi dengan BPS Gereja Toraja untuk menjadi pegawai Gereja Toraja yang bekerja dikantor PPGT sampai pensiun. 3. Syarat dan ketentuan serta mekanisme rekrutmen dibahas bersama antara PP PPGT dan BPS Gereja Toraja.
a. Bekerja sama dengan PP SMGT untuk melakukan kajian kemungkinan melakukan merger / penggabungan klasis. b. Hasil kajian dipersiapkan untuk diajukan bersama PP PPGT dan PP SMGT ke Sidang Sinode Am XXIV tahun 2018 di Makale.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
48
NO
BUNYI USUL
LATAR BELAKANG
ALTERNATIF PEMECAHAN
kegiatan tingkat sinodal. Kedua: Menyulitkan klasis tertentu (yang semakin kecil) untuk hadir dalam kegiatan tingkat sinodal karena semakin menyusutnya potensi yang dimiliki. 4. Pihak yang paling rentan terkena efek dari pemekaran klasis adalah PPGT dan SMGT. 5. Pemekaran Klasis mereduksi klasis sebagai persekutuan yang harus saling membagi dan meringankan beban
3. Usul-usul yang Muncul dalam Sambutan, Ibadah/PA, Konperensi Studi dan Tanggapan Terhadap Laporan PP.PPGT. NO
BUNYI USUL
1
Pengurus Pusat PPGT ke depan harus bersedia Full Time.
2
Toraya makombongan
3
Adanya tugas khusus pendeta generasi muda
4
5 6 7
8
9
10
11 12
LATAR BELAKANG
ALTERNATIF PEMECAHAN
Karena mengingat era globalisasi yang semakin berkembang, maka dengan sendirinya Pemuda Pemudi Gereja Toraja harus ditangani lebih serius Perlu studi terhadap toraya makombongan Dalam menyangkut generasi muda di pelosok maka perlu diangkat pendeta generasi muda di lingkup pusat untuk dilakukan perkunjungan secara rutin kepada pemuda-pemudi pelosok
Ketua PPGT Full Time
Merekomendasikan kepada pengurus PPGT, pengurus Jemaat PPGT, untuk mensosialisasikan Konsensus dalam rapat anggota, konperensi Klasis dan Kongres Membentuk tim khusus untuk penyelarasan GBPP dengan kurikulum kaderisasi PPGT Membuat pembinaan-pembinaan yang lebih kreatif Peran tugas korwil
PRAYA 10 PPGT
Format PRAYA 9 PPGT perlu diperbaiki agar semakin fokus pada kegiatan pada pesta iman dan konsolidasi warga PPGT, kegiatan lomba perlu dipikirkan untuk dipisahkan dalam kegiatan tersendiri, misalnya dengan nama Olimpiade PPGT, dengan demikian PRAYA 10 PPGT fokus pada konsuldasi anggota dan Olimpiade pertama PPGT, fokus pada lomba baca Aliktab, Gereja, seni dan olahraga
Tamatan theologia yang kurang dimaksimalkan dalam Gereja Toraja Merekomendasikan satu hal persoalan nama persekutuan pemuda gereja toraja kata persekutuan itu direkomendasikan untuk kemudian tidak digunakan sehingga menjadi Pemuda Gereja Toraja Bagaimana Sikap PPGT terhadap Penyakit sosial Saldo Pengurus Pusat PPGT Periode 2003/2008
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
49
NO 13
14
BUNYI USUL
LATAR BELAKANG
ALTERNATIF PEMECAHAN
Term Of Reference (TOR) PRAYA 4. Merekomendasikan kepada pengurus pusat PPGT untuk memperjelas status warkop yang ada di halaman kantor pengurus PPGT 5. Merekomendasikan kepada Pengurus Pusat PPGT untuk membuat MOU dengan pengelolah warkop yang ada di halaman kantor pengurus pusat PPGT.
Warkop di halaman Ruang Kantor Pengurus
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 6 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
50
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.08.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PANITIA KHUSUS (PANSUS) AMANDEMEN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka mengaktualisasikan tugas panggilannya, PPGT senantiasa berupaya menyelaraskan aktifitas pelayanannya dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan kehidupan bergereja dan bermasyarakat, dengan tetap mengacu pada Alkitab, Pengakuan Iman Gereja Toraja, dan Tata Gereja Gereja Toraja; b. bahwa Sidang Majelis Sinode (SMS) XXIII telah melakukan amandemen terhadap Tata Gereja Gereja Toraja. Dengan perubahan Tata Gereja Gereja Toraja, maka AD/ART PPGT harus mengikuti perubahan itu; c. bahwa perubahan AD/ART PPGT akan dibahas oleh Panitia Khusus (PANSUS) yang perlu ditetapkan melalui Keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT) 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT) 3. Keputusan SMS XXIII nomor : 15 Kep/SMS-XXIII/GT/VII/2011 4. Anggaran Dasar PPGT pasal 15 tentang Perubahan AD/ART dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.Kongres XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 6. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.07.KEP.Kongres XIII.PPGT.11.2013 tentang Penetapan Usul-Usul.
Memperhatikan : 1. Rumusan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT;
2. Pandangan Umum, tanggapan, jawaban, usul dan saran serta aspirasi dari peserta Kongres XIII PPGT; 3. Pertimbangan dan nasihat dari Penasihat Kongres XIII PPGT.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
51
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Panitia Khusus (PANSUS) Amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT.
Pertama
: Keputusan tentang Panitia Khusus (Pansus) Amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT adalah : Ketua Sekretaris Pembantu Umum Anggota
: Andy Richard, S.Psi : Pdt. Budi Prayetno, S.Th : Eltuin : terlampir
Kedua
: Menugaskan kepada Panitia Khusus (Pansus) untuk membahas amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT sebelum Kongres ditutup.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 7 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
52
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.08.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 7 Nopember 2013
DAFTAR NAMA PANITIA KHUSUS (PANSUS) AMANDEMEN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Nomor Urut ID Card
Nama Panitia Khusus
1
F.004
Pdt. Yahya Boong, S.Th, MM
2
C.015
Oktoviktor Limbong, S.T
3
A.155
4
Jabatan
Unsur / Klasis
Panitia Pengarah
BPS GT
Penasehat
PP Demisioner
Pdt. Bambang S. Palamba, S.Th
Majelis Pimpinan Sidang
Sa‟dan Matallo
C.003
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Majelis Pimpinan Sidang
PP. PPGT
5
A.097
Ade Fadli Kasi
Anggota
Kota Palopo
6
A.051
Albertinus Boby
Anggota
Seriti
7
A.328
Alfriadi Darminto
Anggota
Sangalla Barat
8
A.425
Antonius Patandeanan
Anggota
Bittuang
9
A.040
Arman Mulun
Anggota
Rosaba
10
A.516
Budi Isak Taruk
Anggota
Kaltim Balikpapan
11
A.324
Christian Banna
Anggota
Sangalla
12
A.261
Darman Layuk Padang
Anggota
Madandan
13
A.526
Daud Arung Pangarungan
Anggota
Parandangan
14
A.145
Delila Pali‟, S.Kep
Anggota
Sasi
15
A.140
Deny Rapang
Anggota
Sasi Utara
16
A.045
Erson David
Anggota
Baebunta Selatan
17
A.340
Farma Normandya, S.H
Anggota
Mengkendek Utara Barat
18
A.395
Ferdi Patandian Sirenden, SH
Anggota
Abba
19
A.117
Firmas Nosioktafian, S. Farm
Anggota
Luwu
20
A.013
Fransiskus S.N
Anggota
Wotu
21
A.173
Frida Londa
Anggota
Tondon
22
A.268
Grisilia Isabella Madao
Anggota
Kesu Malenong
23
A.258
Harwidi Sugiarto
Anggota
Nonongan Salu
24
A.402
Helce Rante Allo
Anggota
Ulusalu
25
A.026
Henny Datu Lumuran
Anggota
Bone-bone
26
A.228
Herman Tandi, S.Pd
Anggota
Pangalla
27
A.126
Jery Parimba, S.T
Anggota
Rantepao
28
A.453
Joni Pareang, S.T
Anggota
Pulau Jawa
29
A.306
Joni Serang
Anggota
Makale Selatan
30
A.006
Jurnal L. Tonno'
Anggota
Kalaena
31
A.497
Kurniarani Litha M.D.
Anggota
Kaltim Tengah
32
A.505
Lias Bu‟tu Bunga, A.Md
Anggota
Kutai Kaltim
33
A.124
Malvin
Anggota
Walenrang Timur
34
B.056
Maranatha Lebang
Anggota
Bone
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
53
Nomor Urut ID Card
Nama Panitia Khusus
Jabatan
Unsur / Klasis
35
A.295
Marthen Honta Lambe‟
Anggota
Makale Utara
36
A.524
Musa Pareang
Anggota
Tikala
37
A.488
Natan R. Pakolo, S.Th
Anggota
Sigi Lore
38
A.031
Oktovianus Pasombo
Anggota
Masamba
39
A.509
Paulus Manaba
Anggota
Kaltim Tarakan
40
A.202
Pdt. Elen Yusuf Padang, S.Th
Anggota
Sesean
41
A.401
Pdt. Hezel S. Taruk Allo, S.Th
Anggota
Malimbong
42
A.334
Pdt. Liana Madaun, S.Th
Anggota
Sangalla Selatan
43
A.012
Pdt. Melki Upa', S.Th
Anggota
Malili
44
A.106
Pdt. Misel Sanda Luten, S.Th
Anggota
Basse Sangtempe
45
A.233
Pdt. Sulfrida Lolok, S.Th
Anggota
Pangala Utara
46
A.179
Pdt. Yunus Killi, S.Th
Anggota
Nanggala Karre
47
A.167
Pnt. Daniel Palamba'
Anggota
Balusu
48
A.248
Pnt. Serman Kamban
Anggota
Kapalapitu
49
A.244
Prop. M. Lodi, S.Th
Anggota
Baruppu
50
A.238
Prop. Edi. C, S.Th
Anggota
Awan
51
A.414
Prop. Enos Parinding, S.Th
Anggota
Rembon Sa‟doko
52
A.101
Prop. Heryanto Manurun, S.Th
Anggota
Malangke
53
A.419
Prop. Ika Ganta Tonapa, S.Th
Anggota
Rembon
54
A.210
Prop. Lius Bongga Linggi, S.Th
Anggota
Dende Denpiku
55
A.162
Prop. Nasri Sion, S.Th
Anggota
Sa‟dan Ulusalu
56
A.429
Prop. Samuel Tempaya, S.Th
Anggota
Bittuang Se‟seng
57
A.077
Prop. Semuel Mangalik, S.Th
Anggota
Seko Embona Tana
58
A.285
Prop. Stepanus A. Bungaran, S.Th
Anggota
Rantebua
59
A.223
Prop. Sujenta Pongtuluran, S.Th
Anggota
Kurra Denpiku
60
A.310
Putri R. Pala‟biran, S.Th
Anggota
Tallunglipu
61
B.037
Rama Nita Garrung, S.Pd
Anggota
Buntao
62
A.059
Riadi, S.Pd
Anggota
Lamasi
63
A.469
Risto Semris. M
Anggota
Sulawesi Barat
64
A.311
Robi Paseru, S.Th
Anggota
Makale Randan Batu Pa‟buaran
65
A.275
Rudianto Biri‟
Anggota
Kesu La‟bo
66
A.048
Samuel
Anggota
Sangbua Lambe
67
A.065
Septianus
Anggota
Walenrang
68
A.021
Stepanus, SP.
Anggota
Sukamaju
69
A.088
Yan Samma
Anggota
Palopo
70
A.476
Yance Lumalan, S.Pd
Anggota
Sulawesi Tengah
71
A.073
Yosef Sulle
Anggota
Seko Lemo
72
A.216
Yosep Rambu Allo Bua
Anggota
Piongan Denpiku
73
A.343
Yulianus S. Tangdiria
Anggota
Mengkendek Utara Timur
74
A.351
Yulianus Tandi Ali
Anggota
Mengkendek Tengah Timur
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
54
Nomor
Nama Panitia Khusus
Urut ID Card
Jabatan
Unsur / Klasis
75
A.364
Yulius Nelson S.Th
Anggota
Gandangbatu
76
A.357
Yulius Sande, S.Pd
Anggota
Sillanan
77
A.154
Yusman Pabate', S.Pd
Anggota
Sa‟dan
78
A.465
Yusran Lobo, S.Th
Anggota
Pare-pare
Catatan : Tempat Pelaksanaan Waktu Kegiatan
: :
Gedung Gereja Jemaat Tondok Tangnga 10.33 – 20.41 Wita
Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 7 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
55
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.09.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG KURIKULUM PEMBINAAN PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa dengan berdasarkan Alkitab dan tuntutan kebutuhan konteks pelayanan PPGT, KONGRES XIII PPGT perlu menetapkan kurikulum pembinaan PPGT; b. bahwa kurikulum pembinaan PPGT perlu ditetapkan untuk menjadi arahan program kerja pelayanan PPGT pada semua lingkup.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT) 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT) 3. ART PPGT pasal 12 4. Surat Keputusan PP.PPGT nomor 013.SK.032.08.2013 tentang Tim Kerja Seminar dan Lokakarya Kurikulum PPGT.
Memperhatikan : 1. Hasil kerja Tim Kerja Seminar dan Lokakarya Kurikulum PPGT.
2. Pandangan Umum, tanggapan, usul dan saran-saran yang berkembang dalam penyampaian hasil Semiloka Kurikulum PPGT. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Kurikulum Pembinaan PPGT.
Pertama
: Menetapkan Hasil Seminar dan Lokakarya Kurikulum PPGT, sebagaimana yang terdapat pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini
Kedua
: Menugaskan Pengurus Pusat terpilih untuk membentuk tim pengkaji, penyempurnaan dan sosialisasi.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
56
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Seriti Pada tanggal : 7 November 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
57
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.09.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 7 Nopember 2013
KURIKULUM PEMBINAAN PPGT 1. KOMPETENSI IMAN KRISTEN Kompetensi Utama
Defenisi
Indikator 1. Menguasai Isi Alkitab
Iman Kristen
Setiap kader mampu memahami, menghayati dan memberlakukan ajaran Yesus Kristus
1
Bersemi 1.1. Mengetahui pentingnya menguasai isi Alkitab
2
Berakar
Kompetensi Dasar 3
Bertumbuh
1.2. Memiliki kebiasaan membaca Alkitab secara rutin dan
berkelanjutan
1.3. Mampu memahami pokokpokok ajaran utama dari setiap Kitab
2. Menguasai Dogma dan Etika Gereja
2.1. Mengetahui ajaran-ajaran dasar dan Etika Gereja Toraja
2.2. Mengenal ajaran pokok dan etika Gereja Toraja
2.3. Mendalami pokokpokok ajaran dan etika gereja
3. Kontribusi/ Karya Pelayanan
3.1. Terlibat melayani dalam
3.2. Terlibat dalam pelayanan jemaat
3.3. Terlibat dalam pelayanan klasis
komunitasnya
4
Berbuah
5
Berbuah Lebat
1.4.1. Memiliki 1.5. Mampu kemampuan mengajarkan dasar dan menafsirkan memberitakan isi Alkitab isi Alkitab 1.4.2. Memiliki kemampuan berteologi 2.4. Mampu 2.5. Mampu mengajarka Melakukan n ajaran dialog lintas dan etika denominasi gereja dan lintas agama 3.4. Terlibat 3.5. Mampu dalam melayani pelayanan lintas wilayah denominasi dan lintas agama (Kader siap utus)
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
58
KOMPETENSI DASAR BERSEMI 1.1. Mengetahui pentingnya menguasai isi Alkitab
2.1. Mengetahui ajaran-ajaran dasar dan etika gereja Toraja 3.1. Terlibat melayani dalam komunitasnya BERAKAR 1.2. Memiliki kebiasaan membaca Alkitab secara rutin dan berkelanjutan
INDIKATOR 1.1.1. Memiliki Alkitab 1.1.2. Dapat menjelaskan alasan pentingnya menguasai isi Alkitab 1.1.3. Memiliki motivasi membaca dan menguasai isi Alkitab 2.1.1. Dapat menguraikan ajaran-ajaran dasar dan etika Gereja Toraja 3.1.1. Dapat memimpin doa, pujian/liturgi ibadah 1.2.1. Memiliki jadwal daftar bahan bacaan harian Alkitab 1.2.2. Membaca Alkitab secara rutin dan berkesinambungan
2.2. Mengenal ajaran pokok dan etika gereja Toraja
2.2.1. Dapat menjelaskan ajaran pokok dan etika Gereja Toraja.(PGT )
3.2. Terlibat dalam pelayanan jemaat
3.2.1. Dapat mengajar sekolah minggu 3.2.2. Terlibat dalam berbagai pelayanan jemaat
BERTUMBUH 1.3. Mampu memahami pokok-pokok ajaran utama dari setiap Kitab 2.3. Mendalami pokok-pokok ajaran dan etika gereja 3.3. Terlibat dalam pelayanan klasis
1.3.1. Dapat menguraikan pengelompokan kitab-kitab dalam PL dan PB 1.3.2. Dapat menjelaskan pokok-pokok ajaran utama dari masing-masing kitab dalam PL dan PB 2.3.1. Dapat memberikan pertimbangan dalam penyelesaian persoalan-persoalan di jemaat yang berkaitan dengan pokok-pokok ajaran dan etika gereja 3.3.1. Aktif dalam kegiatan pelayanan klasis: hari raya gerejawi dan kegiatan-kegiatan spiritualitas gerejawi
BENTUK/JENIS PROGRAM
Diskusi Terpimpin, one on one mentoring, pelatihan Gerakan Cinta Alkitab, Comunity Mentoring,
TARGET PESERTA
Pra PPGT (Remaja) dan PPGT Pemula
Cell Group
One on one mentoring, Comunity Mentoring, Cell Group
Pembinaan tentang PGT dan TGT Pelatihan Mengajar Sekolah Minggu,
Comunity Mentoring Cell Group, Peers Mentoring
PPGT
PPGT
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
59
KOMPETENSI DASAR BERBUAH 1.4.1. Memiliki kemampuan dasar menafsirkan isi Alkitab
1.4.1.1. Menemukan pesan/makna dari bagian Alkitab yang dibaca
1.4.2. Memiliki kemampuan berteologi
1.4.2.2. Dapat merefleksikan pesan/ makna dari isi
2.4. 3.4.
Mampu mengajarkan ajaran dan dan etika gereja Terlibat dalam pelayanan wilayah
BERBUAH LEBAT 1.5. Mampu mengajarkan dan memberitakan isi Alkitab 2.5. Mampu Melakukan dialog lintas denominasi dan lintas agama 3.5. Mampu melayani lintas denominasi dan lintas agama (Kader siap utus)
INDIKATOR
Alkitab yang dibaca 2.4.1 Dapat memberi memberikan bimbingan kepada sesama kader mengenai pokok ajaran dan etika gereja 3.4.1. Aktif dalam kegiatan pelayan dalam lingkup wilayah dan tingkat yang lebih luas, Mis.: Pesparawi, Praya PPGT 1.5.1. Dapat berkhotbah tentang isi Alkitab 2.5.1. Terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dialog lintas denominasi dan lintas agama. 3.5.1. Terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan lintas denominasi dan lintas agama
BENTUK/JENIS PROGRAM
Pelatihan pelayanan komunitas terpusat (Pelatihan Menulis Renungan),
TARGET PESERTA
PPGT
Comunity Mentoring
Pelatihan Berkhotbah, Pembinaan Oikumenis,
Comunity Mentoring Cell Group, Peers Mentoring, one on one mentoring.
PPGT dan Masyarakat.
PROGRAM UNTUK FASILITATOR
Pelatihan Fasilitator di Tingkat Klasis , wilayah, dan pusat Mentoring dan evaluasi fasilitator di tingkat klasis dan wilayah
REKOMENDASI INTERVENSI 1. Sosialisasi program kepada majelis gereja dan warga jemaat 2. Fasilitasi pelaksanaan program dengan kerja sama sekolah-sekolah 3. Back up fasilitator untuk klasis/wilayah yang kekurangan kader 4. Penyediaan anggaran bagi kegiatan program pada setiap tingkatan 5. Fasilitasi konectifitas terhadap program-program pemerintah
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
60
2. KOMPETENSI KEMASYARAKATAN Kompetensi Utama
Defenisi
Indikator
Kemasyarakatan
3. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan keterlibatan dalam masyarakat
Kemampuan kader PPGT untuk menguasai pengetahuan dan 4. Penguasaan ketrampilan norma dan dalam aturan menjalankan masyarakat peran di masyarakat secara khusus keberpihakan pada masyarakat yang miskin 5. Keterlibatan dan lemah dalam sebagai wujud masyarakat kesaksian iman.
1
Bersemi 3.1. Mengenal
stakeholder dan peran masingmasing
2
Berakar
Kompetensi Dasar 3
Bertumbuh
3.2. Mengenal 3.3. Menguasai masalah-masalah metodedalam metode masyarakat dan analisis sosial mampu membangun jejaring dengan
4
Berbuah
5
Berbuah Lebat
3.4. Mampu melakukan rencana aksi
3.5. Mampu melakukan dan mengelola aksi
4.4. Memiliki kemampuan untuk terlibat dalam upaya untuk
4.5. Mampu mengelola kelompok massa dalam melakukan advokasi kebijakan
stakeholder
4.1. Mengenali norma-norma yang berlaku di masyarakat lokal
5.1. Memahami pentingnya keterlibatan aktif dalam kehidupan masyarakat lokal
dalam masyarakat 4.2. Mengenali aturan-aturan umum yang berlaku di tingkat daerah/ wilayah
5.2. Memiliki
pemahaman yang benar terkait dengan menifestasi ajaran gereja dalam kehidupan masyarakat
4.3. Menguasai
aturan dan norma yang berkaitan dengan persoalanpersoalan aktual yang terjadi di daerah/ wilayah
menyelesaikan
persoalan norma yang terkait.
5.3. Terlibat 5.4. Mampu 3.5. Mampu melakukan advokasi kelompokaktif dalam menggerakkan kelompok kehidupan komunitas masyarakat secara di dalam konsisten sesuai wilayahnya kegiatan kemasyarakatan
dengan nilai Kristiani
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
61
KOMPETENSI DASAR BERSEMI 1.1. Mengenal stake holder dan peran masing-masing 2.1. Mengenali norma-norma yang berlaku di masyarakat lokal 3.1. Memahami pentingnya keterlibatan aktif dalam kehidupan masyarakat lokal BERAKAR 1.2. Mengenal masalah-masalah dalam masyarakat dan mampu Membangun jejaring dengan stakeholder dalam masyarakat 2.2. Mengenali aturan-aturan umum yang berlaku di tingkat daerah/wilayah 3.2. Memiliki pemahaman yang benar terkait dengan menifestasi ajaran gereja dalam kehidupan masyarakat BERTUMBUH 1.3. Menguasai metode-metode analisis sosial 2.3. Menguasai aturan dan norma yang berkaitan dengan persoalan-persoalan aktual yang terjadi di daerah/wilayah 3.3. Terlibat aktif dalam kehidupan di wilayahnya
INDIKATOR Mengenal lembaga kemasyarakatan dan fungsinya, ( keluarga, gereja, sekolah,pemerintah dan lembaga adat) 2.1.1. Mengetahui norma-norma yang berlaku di masyarakat lokal 3.1.1. Mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat lokal dan menjaga nilai kehidupan dalam masyarakat lokal
BENTUK/JENIS PROGRAM
TARGET PESERTA
observasi lapangan & pelatihan ( peers tutorial)
Anggota pemula PPGT(Usia SMP da SMA).
1.1.1.
1.2.1. Mampu mengidentifikasi masalah dan membangun jejaring dengan stakeholder terkait.
Studi kasus dalam diskusi terpimpin
2.2.1. Mengetahui dan memahami aturan umum yang berlaku di tingkat wilayah
Pelatihan/diskusi terpimpin
3.2.1. Mampu memanifestasikan ajaran Gereja dalam kehidupan masyarakat
One on one mentoring
1.3.1.
Mampu melakukan analisis sosial. - Mampu melakukan analisis kelembagaan dan situasi kemasyarakatan. 2.3.1. Memiliki pengetahuan dan kesadaran mengenai persoalan dalam masyarakat dimana berada. Mengetahui aturan dan norma yang berkaitan dengan persoalan aktual yang terjadi diwilayahnya (UU, Perda, Aturan Adat) 3.3.1. Terdata sebagai anggota aktif komunitas (kelompok kepemudaan atau komunitas hobbi).
SMA-Mahasiswa
Pelatihan terpusat (ditingkat Jemaat, klasis maupu wilayah), Pelatihan keliling. SMA-Mahasiswa Community mentoring atau One on one mentoring.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
62
KOMPETENSI DASAR BERBUAH 1.4. Mampu melakukan rencana aksi 2.4. Memiliki kemampuan untuk terlibat dalam upaya untuk menyelesaikan persoalan norma yang terkait. 3.4. Mampu menggerakkan komunitas dalam kegiatan kemasyarakatan BERBUAH LEBAT 1.5. Mampu melakukan dan mengelola aksi 2.5. Mampu mengelola kelompok massa dalam melakukan advokasi kebijakan 3.5. Mampu melakukan advokasi kelompok-kelompok masyarakat secara konsisten sesuai dengan nilai Kristiani
INDIKATOR
BENTUK/JENIS PROGRAM
Mampu menyusun rancangan kegiatan dan mengupayakan ketersediaan sumber daya dalam melakkan sebah aksi sosial tertentu. 2.4.1. Aktif terlibat dalam penyelesaian persoalan norma/aturan yang terkait.
Pelatihan terpusat / Pelatihan terpimpin.
1.4.1.
One on one mentoring / community mentoring
TARGET PESERTA
Pengurus PPGT Klasis dan Pusat & Fasilitator.
3.4.1. Aktif sebagai pendamping/fasilitator/pemimpin komunitas kemasyarakatan (diluar komunitas Gereja). 1.5.1.
Mampu meyusun rancangan kegiatan dan mengupayakan ketersediaan sumber daya dan melakukan aksi sosial tertentu. 2.5.1. Terlibat aktif dalam melakukan advokasi kebijakan. 3.5.1. Terlibat secara konsisten sebagai pendamping/fasilitator /pemimpin advokasi kelompok-kelompok masyarakat.
One on one mentoring / community mentoring. Pengurus PPGT Klasis dan Pusat & Fasilitator.
PROGRAM UNTUK FASILITATOR Pelatihan Fasilitator di Tingkat Klasis , wilayah, dan pusat Mentoring dan evaluasi fasilitator di tingkat klasis dan wilayah REKOMENDASI INTERVENSI Sosialisasi program kepada majelis gereja dan warga jemaat Fasilitasi pelaksanaan program dengan kerja sama sekolah-sekolah Back up fasilitator untuk klasis/wilayah yang kekurangan kader Penyediaan anggaran bagi kegiatan program pada setiap tingkatan Fasilitasi konectifitas terhadap program-program pemerintah
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
63
3. KOMPETENSI ORGANISASI Kompetensi Utama
Organisasi
Defenisi
Indikator
Menguasai 1. Penguasaan pengetahuan teori & & keterampilan keterampilan berorganisasi keorganisasian serta dalam manajemen. menjamin pencapaian tujuan berPPGT untuk mewujudkan warga gereja 2. Penguasaan yang sadar & kepemimpin bertanggungja an wab akan tugas panggilannya di tengah gereja, bangsa 3. Keterlibatan & alam aktif dalam semesta. organisasi
1
Bersemi
2
Berakar
Kompetensi Dasar 3
Bertumbuh
4
Berbuah
5
Berbuah Lebat
1.1.1. Mengenal 8.2.1. Mengetahui 1.3.1. Pemahaman 2.4.1. Mampu 2.5. Memiliki organisasi di prinsip dasar aturan menjelaskan kemampuan lingkungan organisasi organisasi PPGT aturan-aturan untuk Gereja 8.2.2.Mengetahui & Gereja Toraja Gereja Toraja & membina & Toraja. dasar-dasar 2.3.2.Mampu PPGT. mengarahkan 2.1.2. Mengetahui manajemen menganalisa 2.4.2. Mampu PPGT dalam arti organisasi masalah & mengimplement mencapai pentingnya memberikan asikan teori & tujuan & fungsi solusi. keterampilan organisasi berorganisasi berorganisasi & manajemen. 2.1. Mengetahui 2.2. Mengetahui 2.3. Memahami 2.4. Mampu 2.5. Menjadi makna & teori, prinsip prinsip & mengimplemenpemimpin fungsi & keterampilan tasikan prinsip & yang keterampilan seorang kepemimpinan keterampilan berkarakter kepemimpin pemimpin beretos kristiani kepemimpinan kristiani di an kristiani yang beretos luar PPGT. kristiani 3.1. Mengetahui 3.2.1. Memiliki 5.3.1. Memiliki 5.4.1. Mampu terlibat 5.5. Mampu pentingnya sense of fanatisme / aktif dalam terlibat aktif peranan belonging semangat kepengurusan/ dalam seorang 3.2.2.Mampu militansi kepanitiaan organisasi anggota terlibat aktif berPPGT. PPGT di lingkup kemasyarakaPPGT sebagai 5.3.2.Mampu terlibat Klasis & Pusat. tan. anggota aktif dalam 5.4.2. Mampu menjadi PPGT kepengurusan/ke majelis gereja. panitian PPGT di lingkup jemaat.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
64
KOMPETENSI DASAR 1.1.1.
1.1.2. 2.1
BERSEMI Mengenal organisasi di lingkungan Gereja Toraja.
Mengetahui arti pentingnya & fungsi berorganisasi Mengetahui makna & fungsi seorang pemimpin
INDIKATOR 1.1.1.1. Mengetahui organisasi yang ada dalam lingkup Gereja Toraja beserta unsur-unsurnya. - Lingkup : sinode, klasis & jemaat - OIG : SMGT, PPGT, PKBGT & PWGT - Unit kerja : YKGT, YPKT dll
Mengetahui pentingnya peranan seorang anggota PPGT
1.1.1.1 Memahami manfaat berorganisasi 2.1.1 2.1.2
3.1.
BENTUK/JENIS PROGRAM
Mengetahui peran & fungsi seorang pemimpin Mengetahui fungsi & makna kepemimpinan
Pelatihan di semua lingkup (sinode / klasis / jemaat) SDC Pertemuan kelompok basis di tingkat jemaat
Usia 13 tahun ke atas (13 – 15 tahun)
Pelatihan di semua lingkup (sinode / klasis / jemaat) School Development Center Pertemuan kelompok basis di tingkat jemaat Pendampingan / peers tutorial School Community Partnership
Alumni tahap bersemi (15 – 20 tahun)
3.1.1. Mengetahui arti pentingnya keterlibatan anggota dalam PPGT. 3.1.2. Anggota mau & memiliki ketertarikan terlibat dalam PPGT
BERAKAR 1.2.1 Mengetahui prinsip dasar organisasi 1.2.2 Mengetahui dasar-dasar manajemen organisasi
1.2.1.1. Mengetahui pengertian, jenis & fungsi organisasi 1.2.2.1. Mengetahui pengertian, jenis & fungsi manajemen
1.3
1.3.1
3.2.2. Mampu terlibat aktif sebagai anggota PPGT
3.2.1.1. Aktif terlibat dalam setiap program PPGT di Lingkup Jemaat 3.2.2.1. Aktif dalam pelayanan & kegiatan PPGT pada lingkup jemaat
Mengetahui teori, prinsip & keterampilan kepemimpinan kristiani 3.2.1. Memiliki sense of belonging
TARGET PESERTA
Mengetahui ciri-ciri & jenis kepemimpinan kristiani
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
65
KOMPETENSI DASAR BERTUMBUH 1.3.1. Pemahaman aturan organisasi PPGT & Gereja Toraja 1.3.2. Mampu menganalisa masalah & memberikan solusi. 2.3.1 Memahami prinsip & keterampilan kepemimpinan beretos kristiani 3.3.1. Memiliki fanatisme / semangat militansi berPPGT.
3.3.2.Mampu terlibat aktif dalam kepengurusan/kepanitian PPGT di lingkup jemaat. BERBUAH 1.4.1. Mampu menjelaskan aturan-aturan Gereja Toraja & PPGT. 1.4.2. Mampu mengimplementasikan teori & keterampilan berorganisasi & manajemen. 3.4. Mampu mengimplementasikan prinsip & keterampilan kepemimpinan yang beretos kristiani
INDIKATOR 1.3.1.1. Mengetahui & memahami AD/ART PPGT, TGGT, PIGT, PO & aturan-aturan lainnya. 2.3.2.1. Mampu memetakan masalah 2.3.2.2. Memahami metode penyelesaian masalah 2.3.2.3. Mampu memberikan alternatif penyelesaian masalah 2.3.1.1 Memahami etos kristiani 2.3.1.2 Memahami panggilan sebagai seorang pemimpin 3.3.1.1. Memahami alasan-alasan mendasar pentingnnya keberadaan PPGT, yaitu menjadi wadah perjuangan yang sangat strategis untuk menjamin eksistensi & kesinambungan Gereja Toraja. 3.3.1.2. Memiliki militansi untuk terlibat dalam program-program PPGT. 3.3.2.1. Aktif sebagai pengurus ataupun panitia di lingkup jemaat. 2.4.1.1. Mampu menjelaskan secara menyeluruh tentang aturan & etika Gereja Toraja (TGGT) dan PPGT 1.4.2.1. Mampu mengimplementasikan aturan-aturan dalam kehidupan berorganisasi 3.4.2. Menjadi pemimpin yang memiliki ketrampilan berorganisasi dan manajemen yang baik dengan mengacu pada prisip-etos Kristiani
BENTUK/JENIS PROGRAM
Pelatihan di semua lingkup (sinode / klasis / jemaat) Pertemuan kelompok basis di tingkat jemaat/klasis Peers tutorial
Pelatihan di semua lingkup (sinode / klasis / jemaat) Pertemuan kelompok basis di tingkat jemaat/klasis
TARGET PESERTA
Alumni tahap berakar (17 – 35 tahun)
Alumni tahap bertumbuh (20 – 35 tahun)
Peers tutorial
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
66
KOMPETENSI DASAR 3.4.1. Mampu terlibat aktif dalam kepengurusan/ kepanitiaan PPGT di lingkup Klasis & Pusat. 3.4.2. Mampu menjadi majelis gereja. BERBUAH LEBAT 1.5. Memiliki kemampuan untuk membina & mengarahkan PPGT dalam mencapai tujuan organisasi 3.5. Menjadi pemimpin yang berkarakter kristiani di luar PPGT. 3.5.
Mampu terlibat aktif dalam organisasi kemasyarakatan.
INDIKATOR
BENTUK/JENIS PROGRAM
TARGET PESERTA
3.4.1.1. Aktif sebagai pengurus atau panitia di lingkup klasis ataupun pusat 3.4.2.1. Terpilih menjadi Majelis gereja 1.5.1. Mampu menjadi tenaga pembina 1.5.2. Mampu menjadi motivator, Fasilitator 3.5.2. Menjadi Pemimpin yang konsisten pada nilai kekaderan 3.5.3. Mampu mewujudkan & menghadirkan nilainilai kristiani dimanapun berada (dalam semua bidang) 3.5.1. Mampu mengambil peran strategis dalam organisasi kemasyarakatan
Pelatihan di semua lingkup (sinode / klasis / jemaat), seperti TOT Pertemuan kelompok basis di tingkat jemaat/klasis/pusat Peers tutorial
Alumni tahap berbuah (20 – 40 tahun)
PROGRAM UNTUK FASILITATOR
Pelatihan Fasilitator di Tingkat Klasis , wilayah, dan pusat Mentoring dan evaluasi fasilitator di tingkat klasis dan wilayah
REKOMENDASI INTERVENSI
Sosialisasi program kepada majelis gereja dan warga jemaat Fasilitasi pelaksanaan program dengan kerja sama sekolah-sekolah Back up fasilitator untuk klasis/wilayah yang kekurangan kader Penyediaan anggaran bagi kegiatan program pada setiap tingkatan Fasilitasi konectifitas terhadap program-program pemerintah
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
67
4. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
KEPRIBADIAN
Kompetensi Utama
Defenisi
Kemampuan kader mengenal dirinya; siapa dirinya, siapa penciptanya, apa tujuan diciptakannya dan apa norma yang berlaku dalam hidupnya, sehingga memiliki kepribadian seperti Kristus.
Indikator
1
Bersemi
2
Berakar
Kompetensi Dasar 3
4
Bertumbuh
Berbuah
1. Memiliki Jati 1.1. Mengetahui 1.2. Mampu 1.3. Mampu diri yang jelas apa itu jati mengidentifikasi memahami (Self value) diri (Self jati diri (Self tantanganvalue) orang value) masingtantangan Kristen. masing. penerapan (Self value) dalam masyarakat dan upaya-upaya untuk mengatasinya.
1.4. Mampu
2. Memiliki integritas
2.4.
2.1. Mengetahui pengertian dari kejujuran dan integritas
2.2. (a). Mengetahui bentuk-bentuk penerapan prinsip-prinsip kejujuran dan integritas. 2.2. (b). Mampu mengidentifikas ikan diri masing-masing.
(self assesment)
2.3 (a). Mampu memahami tantangan tantangan dalam penerapan kejujuran dan integritas. 2.3 (b). Bertumbuh dengan integritas dan berupaya mengatasi tantangantantangan.
memfilterisasi
budaya dan nilai asing berdasarkan nilai-nilai kristiani.
Memperlihat kan Kejujuran yang tinggi serta adanya satu kata dan perbuatan dimana dia berada.
5
Berbuah Lebat 1.5. Mampu memberi pengaruh yang kuat menanamka n nilai-nilai kristiani dalam lingkungan tempatnya tinggal. 2.5. Mampu mendorong orang lain untuk berbuat jujur dan menjaga kesatuan kata dan perbuatan.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
68
Kompetensi Utama
Defenisi
Indikator 3. Memiliki kedewasaan emosional
1
2
Bersemi
Berakar
3.1. Mengetahui pengertian dan makna pentingnya kedewasaan emosional.
3.2.(a). Mengetahui bentuk-bentuk penerapan kedewasaan emosional. 3.2.(b). Mampu mengidentifikas ikan diri masing-masing.
Kompetensi Dasar 3
Bertumbuh
3.3. Mampu memahami tantangan kedewasaan emosional dan upaya-upaya untuk mengatasi
4
Berbuah
5
Berbuah Lebat
5.4. Memiliki penguasaan diri dan percaya diri yang baik demi kepentingan bersama.
5.5.
4.4. Terlibat aktif untuk mengupayak an terlaksanany a normanorma sebagaimana mestinya
4.5. Mampu melakukan aksi sosial yang kongkrit
Mendorong / memotivasi kader untuk menjadi pecaya diri. (inspirator)
(self assesment)
4. Memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap perubahan sosial dan lingkungan.
4.1. Mengetahui apa itu normanorma dasar yang tumbuh dalam kehidupan sosial dan lingkungan kita.
4.2. Mengenal dan 4.3. Memiliki memahami kemampuan perubahan, untuk persolan dan menganalisa kendala normakebutuhan yang norma dasar. terkait dengan persoalan norma-norma dasar
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
69
KOMPETENSI DASAR BERSEMI 1.1. Mengetahui apa itu jati diri (Self value) orang Kristen.
2.1. Mengetahui pengertian dari kejujuran dan integritas
INDIKATOR 1.1.1. Dapat menyebutkan jenis-jenis jati diri orang kristen : Sederhana, rendah hati, bersyukur, penuh kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, Kelemahlembutan. 2.1.1. Menjelaskan pengertian kejujuran dan Itegritas
3.1. Mengetahui pengertian dan makna pentingnya kedewasaan emosional.
3.1.1. Mampu menjelaskan pengertian dan makna pentingnya kedewasaan emosional
4.1. Mengetahui apa itu norma-norma dasar yang tumbuh dalam kehidupan sosial dan lingkungan kita.
4.1.1. Mampu menjelaskan apa norma-norma dasar yang tumbuh dalam kehidupan sosial dan lingkungan kita : Kristiani (Alkitab) Adat istiadat, Budaya, Penyelamatan Lingkungan
BENTUK/JENIS PROGRAM PP. PPGT : JAMBORE REMAJA, KLASIS : KAMP JEMAAT : PERTEMUAN KELOMPOK, COMUNITY MENTORING, PEERS TUTORIAL PP. PPGT : JAMBORE REMAJA, KLASIS : KAMP JEMAAT : PERTEMUAN KELOMPOK, COMUNITY MENTORING, PEERS TUTORIAL PP. PPGT : JAMBORE REMAJA, KLASIS : KAMP JEMAAT : PERTEMUAN KELOMPOK, COMUNITY MENTORING, PEERS TUTORIAL JEMAAT : PERTEMUAN KELOMPOK (FGD), COMUNITY MENTORING, PEERS TUTORIAL
TARGET PESERTA
REMAJA ORANG TUA
PPGT
PPGT
PPGT
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
70
KOMPETENSI DASAR BERAKAR 1. 2. Mampu mengidentifikasi jati diri (Self value) masing-masing.
INDIKATOR
BENTUK/JENIS PROGRAM
1.2.1. Dapat melihat dan menerima kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain.
PERTEMUAN KELOMPOK, COMUNITY MENTORIN, PEERS TUTORIAL
2.2(a). Mengetahui bentuk-bentuk penerapan prinsip-prinsip kejujuran dan integritas. 2.2(b). Mampu mengidentifikasikan diri masing-masing. (self assesment)
2.2.1. Dapat menjelaskan bentuk-bentuk penerapan kejujuran dan integritas dalam kehidupannya sehari-hari
PERTEMUAN KELOMPOK, COMUNITY MENTORIN, PEERS TUTORIAL
3.2(a). Mengetahui bentuk-bentuk penerapan kedewasaan emosional. 3.2(b). Mampu mengidentifikasikan diri masing-masing. (self assesment)
3.2.1. Dapat mengetahui bentuk-bentuk penerapan kedewasaan dan dalam dirinya : Penguasaan diri, Percaya diri ,Berpikir kreatif dan kritis.
PERTEMUAN KELOMPOK, COMUNITY MENTORIN, PEERS TUTORIAL
4. 2. Mengenal dan memahami perubahan, persoalan dan kendala norma-norma dasar.
4.2.1. Menyebutkan perubahan, persoalan dan kendala penerapan norma-norma dasar
PERTEMUAN KELOMPOK, COMUNITY MENTORIN, PEERS TUTORIAL
BERTUMBUH 1. 3. Mampu memahami tantangantantangan penerapan (Self value) dalam masyarakat dan upayaupaya untuk mengatasinya.
1.3.1. Dapat menganalisa tantangan-tantangan yang ada dalam masyarakat sehubugan dengan jati diri : latar belakang keluarga tidak mendukung, Pendidikan yang kurang, Perhatian dari orang tua, gereja dan masyarakat . 1.3.2. Mengetahui cara menghadapi tantangan tersebut‟
DIKLAT KONSELING; SCHOOL Development Center; One on One mentoring
TARGET PESERTA
PPGT
PPGT
PPGT
PPGT
PPGT
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
71
KOMPETENSI DASAR 2.3(a). Mampu memahami tantangan tantangan dalam penerapan kejujuran dan integritas. 2.3(b). Bertumbuh dengan integritas dan berupaya mengatasi tantangan-tantangan.
3.2.
4.3.
Mampu memahami tantangan kedewasaan emosional dan upaya-upaya untuk mengatasinya
Memiliki kemampuan untuk menganalisa kebutuhan yang terkait dengan persoalan normanorma dasar BERBUAH 1..4. Mampu memfilterisasi budaya dan nilai asing berdasarkan nilai-nilai kristiani. 2. .4. Memperlihatkan Kejujuran yang tinggi serta adanya satu kata dan perbuatan dimana dia berada. 3. 4. Memiliki penguasaan diri dan percaya diri yang baik demi kepentingan bersama.
INDIKATOR 2.3.1(a) Menyebutkan tantangan-tantangan yang akan menghalanginya berbuat jujur dan berintegritas. 2.3.1(b) Mengetahui cara memperlengkapi diri menghadapi tantangan : Rajin Berdoa, Baca Alkitab Waktu teduh Memiliki etos kristiani yang tinggi 3.2.1. Menyebutkan tantangan-tangan yang menghambat pengembangan dan penerapan kedewasaa emosionaldiri, penguasaan diri, Berpikir kreatif dan kritis. 3.2.2. Mengetahui cara mengatasi tantangan pengembangan kedewasaan emosional : Keluarga Lingkungan dlsb. 4.3.1. Dapat membedakan perubahan yang baik dan yang tidak baik.
1.4.1. Memperlihatkan gaya hidup orang kristen 2.4.1. Berani dan tegas mengatakan Ya jika ya dan tidak jika tidak.
BENTUK/JENIS PROGRAM
TARGET PESERTA
SCHOOL Development, One on One mentoring, Cell Group (KTB).
PPGT
Scool Development Center; Pelatihan Konseling
One on one mentoring, Peers Tutorial
One on one mentoring, Peers Tutorial Pelatihan kepemimpinan Berbasis karakter, One on One mentoring, Cell Group (KTB)
Training For The Future Leaders 3.4.1. Penguasaan diri : tenang, bertemperament yang (aspek kecerdasan sosial, aspek tanggung stabil, santun, dlsb jawab, aspek kepekaan/kecintaan dan pengembangan kreativitas)
PPGT
PPGT
PPGT PPGT
PPGT
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
72
KOMPETENSI DASAR 4. 4. Terlibat aktif untuk mengupayakan terlaksananya norma-norma sebagaimana mestinya
BERBUAH LEBAT 1. 5. Mampu memberi pengaruh yang kuat menanamkan nilai-nilai kristiani dalam lingkungan tempatnya tinggal. 2. 5. Mampu mendorong orang lain untuk berbuat jujur dan menjaga kesatuan kata dan perbuatan. 3. 5. Mendorong/ memotivasi kader untuk menjadi pecaya diri. (inspirator) 5.5. Mampu melakukan aksi sosial yang kongkrit
INDIKATOR 4.4.1. Proaktif mengawal norma-norma dasar yang semestinya.
BENTUK/JENIS PROGRAM
TARGET PESERTA
Peers Tutorial. Pelatihan Kepemimpinan etos(kepemimpinan sebagai rahmat, amanah, panggilan, aktulisasi, ibadah, seni, kehormatan, pelayanan.
PPGT
1.5.1. Menjadi Orang yang dipercaya dalam pelaksanaan kegiatan disekitarnya
Pelatihan membangun Karakter Berbasis Nilai
2.5.1. Memiliki Konsistensi terhadap kejujuran dan integritas dimana saja dia berada. 3.5.1. Menjadi Motivator dan inspirator
Peers Tutorial
5.5.1. Terlibat dalam pelaksanaa kegiatan sosial
Kampanye kesadaran lingkungan, budaya damai, dlsb
PPGT
PPGT/PKB
Peers Tutorial
PPGT PPGT
PROGRAM UNTUK FASILITATOR Pelatihan Fasilitator di Tingkat Klasis , wilayah, dan pusat Mentoring dan evaluasi fasilitator di tingkat klasis dan wilayah REKOMENDASI INTERVENSI Sosialisasi program kepada Majelis Gereja dan warga jemaat Fasilitasi pelaksanaan program dengan kerja sama sekolah-sekolah Back up fasilitator untuk klasis/wilayah yang kekurangan kader Penyediaan anggaran bagi kegiatan program pada setiap tingkatan Fasilitasi konektifitas terhadap program-program pemerintah
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
73
6. KOMPETENSI PROFESIONALISME
PROFESIONALISME
Kompetensi Utama
Kompetensi Dasar Definisi
Kemampuan kader akan penguasaan keterampilan dan pengetahuan untuk aplikasi dunia kerja
Indikator
1
2
3
4
5
Bersemi
Berakar
Bertumbuh
Berbuah
Berbuah Lebat
1.3. Mampu melakukan kretivitas dengan perkembangan IPTEK.
1. Penguasaan IPTEK
1.1. Mengetahui teori-teori dasar IPTEK
1.2. Mampu menerapkan teori- teori dasar IPTEK
2. Penguasaan Bahasa dan Komunikasi
2.1. Mengetahui dasar-dasar bahasa dan komunikasi (Toraja, Indonesia, Inggris)
2.2. Mampu berbahasa dan
3. Penguasaan Bidang Minat
berkomunikasi
dengan baik (Toraja, Indonesia, Inggris)
3.1. Mampu 3.2. Mampu mengidentifik mengembang asi potensi kan potensi diri dan diri dan bidang minat Bidang Minat
1.4. Mampu 1.5. Mampu menghasilkan mengaplikasikan inovasi dalam hasil IPTEK yang perkembangan berdaya guna IPTEK bagi sesama dan lingkungan serta memiliki daya saing tinggi. 2.3. Mampu menguasai 2.4. Mampu 2.5. Mampu beberapa bahasa mengimplemengajarkan dan dapat mentasikan kemampuan mengggunakannya kemampuan bahasa dan dengan baik berbahasa dan komunikasi komunikasi kepada orang lain 3.3. Mampu menghasilkan sesuatu yang berguna sesuai dengan potensi dan bidang minat yang dimiliki
3.4. Mampu 3.5. Mampu meningkatkan menerapkan daya saing dari potensi diri dan Produk/Jasa yg bidang minat dihasilkan untuk sehingga pemberdayaan diterima Pasar angkatan kerja.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
74
KOMPETENSI DASAR BERSEMI 1.1. Menguasai teori-teori dasar IPTEK
2.1 Mengetahui dasar-dasar bahasa dan komunikasi (Toraja, Indonesia, Inggris) 3.1 Mampu mengidentifikasi potensi diri dan bidang minat 1.2
2.2
BERAKAR Mampu menerapkan teori- teori dasar IPTEK
Mampu berbahasa dan berkomunikasi dengan baik (Toraja, Indonesia, Inggris)
3.2. Mampu mengembangkan potensi diri dan Bidang Minat BERTUMBUH 1.3 Mampu melakukan kretativitas dengan perkembangan IPTEK
INDIKATOR 1.1.1. Mengetahui dan mengerti dasar-dasar pengoperasian system komputer ( OS ) dan beberapa perangkat aplikasi dasar system seperti MS Office/ internet 2.1.1 Mengetahui dan mengerti penggunaan tata bahasa (Toraja, Indonesia, Inggris) dan komunikasi yang baik dan benar. 3.1.1. Mampu menemukan potensi minat bakat minat pribadi dan lingkungan untuk dikembangkan Mampu mengetik surat-surat/ dokumen organisasi secara komputerisasi (Ms Word/ Excel) 1.2.2 Mampu mengirim surat/ dokumen melalui
BENTUK/JENIS PROGRAM
TARGET PESERTA
Pelatihan (Pengenalan) secara terpusat. Pelatihan keliling pada tingkat Jemaat tertentu/ klasis (community mentoring).
Remaja dan Anggota PPGT usia 15 tahun
Pelatihan (Pengenalan) secara terpusat. Pelatihan keliling pada tingkat Jemaat tertentu/ klasis (community mentoring).
Anggota PPGT (tingkat SMA/ sederajat) mahasiswa semester I-IV. dan Pengurus PPGT tingkat Jemaat
Diklat kesekretariatan/ kebendarahaan Pelatihan MC Pelatihan Jurnalistik Diklat kesekretariatan/ kebendarahaan Kelompok Peminatan
Pengurus PPGT Jemaat / Klasis Alumni pelatihan MC/ Jurnalistik/ Diklat Alumni pelatihan
1.2.1
email
2.2.1 Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa (Toraja, Indonesia, Inggris) dengan benar 2.2.2 Mampu membuat dokumen/surat dalam bahasa (Toraja, Indonesia, Inggris). 3.2.1. Mampu mendayagunakan potensi dan minat bakat pribadi dan lingkungan 1.3.1 Mampu melakukan pengelolaan kearsipan dokumen secara komputerisasi (doc mc office). 1.3.2 Mampu memanfaatkan fasilitas pendukung internet.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
75
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
2.3 Mampu menguasai beberapa bahasa dan dapat mengggunakannya dengan baik 3.3. Mampu menghasilkan sesuatu yang berguna sesuai dengan potensi dan bidang minat yang dimiliki. BERBUAH 1.4 Mampu menghasilkan inovasi dalam perkembangan IPTEK
2.3.1 Mampu menggunakan bahasa (Toraja, Indonesia, Inggris) dalam berbagai kegiatan PPGT dan kegiatan lainnya. 3.3.1 Mampu menghasilkan produk yang berbasis potensi dan minat.
2.4 Mampu mengimplementasikan kemampuan berbahasa dan komunikasi 3.4. Mampu meningkatkan daya saing dari Produk/Jasa yg dihasilkan sehingga diterima Pasar BERBUAH LEBAT 1.5 Mampu mengaplikasikan hasil IPTEK yang berdaya guna bagi sesama dan lingkungan serta memiliki daya saing tinggi. 2.5 Mampu mengajarkan kemampuan bahasa dan komunikasi kepada orang lain 3.5. Mampu menerapkan potensi diri dan bidang minat untuk pemberdayaan angkatan kerja.
1.4.1 Mampu mengoperasikan program-program aplikasi terbaru 1.4.2 Mampu membuat desain secara komputerisasi 2.4.1 Mampu menjadi tutor bahasa dan komunikasi yang bersetifikat. 3.4.1. Meningkatkan kualitas produk seturut dengan kebutuhan pasar 3.4.2.Menjaga kualitas produk yang dihasilkan 3.4.3.Membangun jejaringan untuk keperluan dana dan sumber daya
BENTUK/JENIS PROGRAM
Anggota PPGT mahir IPTEK Alumni pelatihan MC/ Jurnalistik/ Diklat tingkat mahir PPGT pemilik produk
Workshop Lomba Inovasi
1.5.1 Mampu menghasilkan program aplikasi yang dapat digunakan semua orang yang berkualitas 1.5.2 Mampu menciptakan lapangan kerja 2.5.1 Mampu menjadi fasilitator professional yang kompetitif. 3.5.1. Mampu menjadi pembimbing bagi angkatan kerja 3.5.2.Menyediakan kesempatan kerja
TARGET PESERTA
Training for Trainers IT
Anggota PPGT mahir IT Trainers bersertifikasi. PPGT pemilik produk/ usaha
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
76
PROGRAM UNTUK FASILITATOR Pelatihan Fasilitator di Tingkat Klasis , Wilayah, dan Pusat Mentoring dan evaluasi fasilitator di tingkat Klasis dan Wilayah REKOMENDASI INTERVENSI Sosialisasi program kepada Majelis Gereja dan warga jemaat Fasilitasi pelaksanaan program dengan kerja sama lembaga terkait Back up fasilitator untuk klasis/wilayah yang kekurangan kader Penyediaan anggaran bagi kegiatan program pada setiap tingkatan Fasilitasi konektifitas terhadap program-program pemerintah
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Ditetapkan di Pada tanggal
: Seriti : 7 November 2013
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th
Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
77
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.10.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGEMBANGAN PPGT 2013-2018 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa dengan berdasarkan Alkitab dan tuntutan kebutuhan konteks pelayanan PPGT, KONGRES XIII PPGT perlu menetapkan Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT 2013-2018; b. bahwa Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT 2013-2018 perlu ditetapkan untuk menjadi arahan program kerja pelayanan PPGT pada semua lingkup.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 12; 4. Keputusan PP.PPGT nomor 013.SK.017.02.2011 tentang Komposisi dan Personalia Panitia Pengarah Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : 1. Hasil kerja/rumusan Panitia Pengarah tentang Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT 2013-2018;
2. Pandangan Umum, tanggapan, usul dan saran-saran yang berkembang dalam Sidang Paripurna untuk pembahasan Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT 2013-2018. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT 2013-2018.
Pertama
: Menetapkan Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT 2013-2018, sebagaimana terlampir.
Kedua
: Menugaskan Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 untuk menjabarkan Garis-garis Besar Program Pengembangan PPGT 2013-2018 ke dalam kegiatan-kegiatan dan diselaraskan dengan Kurikulum Pembinaan Hasil Semiloka 2013.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
78
Ketiga
: Menugaskan Pengurus Pusat PPGT untuk membuat petunjuk penjabaran GBPP PPGT 2013-2018 ke dalam GBPP PPGT Klasis dan GBPP PPGT Jemaat.
Keempat
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 7 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
79
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.10.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 7 Nopember 2013
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGEMBANGAN PPGT
BAB I PENDAHULUAN Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) sebagai wujud dari gereja, bukanlah berasal dari dunia, melainkan diutus oleh ALLAH ke dalam dunia untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan-Nya yaitu damai sejahtera bagi umat manusia. Keberadaannya di dunia merupakan suatu rencana Agung dari Yesus Kristus Sang Kepala Gereja untuk menyampaikan kabar baik kepada „orang-orang miskin‟, „pembebasan bagi orang-orang tawanan‟, „penglihatan bagi orang-orang buta‟, pembebasan bagi orang-orang tertindas‟, dan untuk „memberitakan tahun rahmat Tuhan sudah datang‟ (Luk. 4 : 19). Untuk menjalankan tugas dan panggilan itu, dibutuhkan komitmen untuk bertindak dan berbuat, di mana setiap anggota persekutuan menyatakan esensi yang paling dasar dari perbuatan, yaitu kasih. Dalam bingkai kebersama-samaan dalam perarakan tema SMS 23, Kongres XIII PPGT menyongsong era baru PPGT dalam rajutan tema : “Mengasihi dengan perbuatan dan dalam Kebenaran, dengan sub tema : “Membangun Persekutuan, Merawat Kemajemukan, Memelihara Lingkungan. Relevansi Tema dan Sub Tema dengan konteks kekinian PPGT menjadi semakin penting di tengah semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi PPGT. PPGT sepenuhnya meyakini bahwa hanya untuk tetap survive di tengah kompleksitas perubahan zaman, maka PPGT pertama-tama harus berubah (be transformed), yaitu kesediaan untuk terus menerus dibaharui oleh Tuhan, Sang Pemilik Persekutuan. PPGT tetap berkomitmen untuk berada di jalur semboyan reformasi : eklesia reformata semper reformanda, gereja yang dibarui haruslah terus menerus membarui dirinya. Pembaruan berjalan bersama dengan pertumbuhan gereja. Tidak ada pertumbuhan gereja tanpa perubahan. Jadi PPGT harus berubah karena itulah kehendak Tuhan, agar kita mengalami perubahan dan pembaruan. Salah satu tanda pembaruan adalah kasih, dalam hal ini setiap warga PPGT sampai pada perwujudan kasih yang benar. Demikianlah, maka runutan tema Kongres XII Samarinda ke Tema Kongres XIII Seriti berada dalam satu garis lurus yang saling equivalen. Pemuda yang dibarui menampakkan tanda-tanda yang berbeda dengan dunia, yaitu mengasih dengan model yang berbeda (tampil beda), dimana warga PPGT mengasihi dengan perbuatan yang benar. Demikian juga perbuatan kasih
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
80
dalam kebenaran akan mengantar setiap anggota untuk terus berubah dan membarui dirinya, termasuk organisasinya. Bila kita jujur mengevaluasi baik diri pribadi (sebagai anggota PPGT) maupun persekutuan (sebagai organisasi), kita sadar bahwa kita masih pada tataran gereja yang ”masih sedang berdoa”. Artinya gereja (PPGT) kita masih sedang melipat tangan, menutup mata dan banyak bicara kepada Tuhan. Kalaupun gereja (PPGT) selesai berdoa, membuka mata dan mau bertindak, maka umumnya kita hanya akan bertindak untuk mengurus ibadah, membangun gedung (fisik), bersidang, lalu berdoa lagi. Urusan kesehatan, ekonomi, budaya, politik, HAM, pendidikan, kemiskinan, pengangguran, lingkungan hidup dan lain-lain dianggap bukan urusan gereja. I.1. Pengertian Garis-garis besar Program Pengembangan (GBPP) adalah dokumen organisasi yang menjabarkan sasaran, strategi kebijakan umum dan arah program-program organisasi selama kurun waktu satu periode kepengurusan PPGT. Penyusunan GBPP berakar pada konteks kecenderungan lingkungan eksternal dan analisa aspek-aspek internal yang dipandu oleh landasan visi dan misi PPGT di bawah sorotan tema dan sub tema KONGRES. Pada dasarnya GBPP terdiri dari dua bagian pokok, yaitu: a) Garis-garis Besar Program dan b) Garis Besar Pengembangan & Kebijakan Umum Organisasi. Garis Besar Program Organisasi memuat klasifikasi program yang akan dilaksanakan selama satu periode kepengurusan. Oleh karenanya merupakan rangkuman hasil-hasil pemikiran yang berkaitan dengan arah, sasaran, serta pola dan sarana implementasi program. Klasifikasi program ini sendiri merupakan penjabaran dari kerangka dasar kebijakan organisasi. Kebijakan organisasi merupakan upaya reflektif terhadap terang tema dan sub tema dalam memandu dinamika organisasi. Dengan demikian secara praktis Garis Besar Program Pengembangan berfungsi sebagai tuntunan umum dalam menjalankan langkahlangkah strategis organisasi. I.2. Tujuan GBPP ini disusun untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebagai berikut: 1) Sebagai kerangka umum analisis organisasi dalam memahami dan menerjamahkan konsep visi dan misi organisasi yang idealis-filosofis ke dalam dinamika praksisnya; 2) Sebagai pedoman strategis selama masa satu periode bakti bagi segenap perangkat organisasi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan seluruh aktifitas gerak organisasi. Menyangkut penetapan posisi strategis organisasi; 3) Pengorganisasian wacana, penjabaran program, penentuan struktur, serta keseluruhan perilaku dan penampakan organisasi 4) Sebagai landasan analisis yang sistematis dan berorientasi ke masa depan dalam rangka pengembangan program-program dan kebijakan organisasi; 5) Sebagai pedoman penilaian kualitatif dan dasar evaluasi pelaksanaan program dan kebijakan organisasi Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
81
I.3. Sistematika GBPP ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN
BAB II ANALISIS KONTEKS KEKINIAN BAB III VISI DAN MISI BAB IV POKOK-POKOK PANGGILAN PPGT BAB V PENGORGANISASIAN PROGRAM BAB VI PENUTUP
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
82
BAB II ANALISIS KONTEKS KEKINIAN Setiap organisasi dapat dikatakan hidup pada jalur yang benar, apabila ia setia dalam menjalankan visi dan misi organisasi secara konsisten, sinambung dan dinamis serta relevan dengan keutuhan lingkungan dan jamannya. Dalam kerangka pemahaman tersebut organisasi harus memiliki kemampuan untuk tanggap dan adaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan strategisnya. Untuk itu organisasi harus melakukan analisis dan identifikasi secara tepat mengenai kebutuhan serta problematika pada diri dan tantangan lingkungannya. Dengan demikian organisasi akan mampu bergerak secara proaktif dalam menjalankan visi dan misinya. Bagian ini memberikan analisis dan pemetaan situasi saat ini dan kecenderungan di masa akan datang bagi Pengurus PPGT. II.1. Kondisi dan Kecenderungan Umum Kondisi kehidupan berbangsa dalam satu dekade terakhir mengalami lompatanlompatan perubahan khususnya dalam sosial politik. Sisi lain perubahan yang sangat cepat tersebut, oleh karena berbagai bias kehidupan belum juga mampu membawa perubahan signifikan pada sektor ekonomi, yang pada gilirannya menciptakan kesenjangankesenjangan yang rawan konflik. Pasca reformasi, Indonesia memasukiera keterbukaan dan kebebasan. Ada berbagai aspek yang sebelumnya tidak dapat disentuh kemudian terbuka seluas-luasnya. Yang fundamental adalah pengembalian kedaulatan pada kelompok sipil (civil society). Hal-hal tersebut telah memberi kesempatan pada berbagai lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan arah perjalanan bangsa. Baik melalui berbagai organisasi politik dengan lahirnya puluhan partai politik, juga dengan lahirnya organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat dan paguyuban. Namun peluang keterbukaan tersebut pada sisi lain telah melahirkan insan-insan oportunis, dengan kamuflase organisasi yang dengan konsep mulia menjadi alat untuk kepentingan pribadi. Oportunisme tersebut, sebagai akibat dari kebebasan yang kebablasan, akibat kultur idealisme yang sebelumnya tidak mendapat tempat untuk tumbuh dan berkembang pada orde baru. Kebebasan dan kedaulatan yang datang pasca runtuhnya rezim Orde Baru, tidak dimanfaatkan untuk mengelola kehidupan berbangsa menjadi lebih baik, melainkan pragmatisme yang muncul. Bias kebebasan dan keterbukaan serta ketidakmampuan mengelola kebebasan dan keterbukaan tersebut nampak pada konflik elite politik baik pada aras daerah maupun pusat. Secara simultan hal ini kait-mengait dengan kondisi ekonomi yang belum juga menunjukkan perbaikan yang significant, sementara budaya kapitalisme semakin berkembang yang juga tidak lepas dari peta kekuatan internasional dengan kemenangan demokrasi liberal kapitalis terhadap sosialis komunis, dimana dalam Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
83
banyak hal kapital memegang peranan sangat penting dalam menentukan derajat hidup anak bangsa dalam pergaulan keseharian. Pemahaman ini semakin memperparah dan memupuskan nilai-nilai idealisme dengan mengedepankan kekuatan kapital dalam mencapai segala hal dan tumbuh kembangnya faham materialistis, hedonisme, feodal, terutama dalam perebutan kekuasaan, dimana sistem dagang sangat kental. Yang ada adalah transaksi (money politics), sehingga praktek KKN seolah memasuki sendi bahkan sumsum anak bangsa, yang tentu saja semakin menyulitkan. Pada sisi penegakan hukum, menunjukkan arah-arah perbaikan, dengan lahirnya berbagai lembaga yang diharapkan dapat menjadi pioner dalam pemberantasan budaya korup, namun arah perbaikan yang juga ditandai dengan lahirnya berbagai undang-undang tersebut dalam perkembangannya juga tidak cukup signifikan dalam membawa perbaikan. Hal ini tidak lepas dari mentalitas pelaksana hukum yang tidak cukup memiliki kapabilitas dan kentalnya campur tangan kekuasaan politik atas proses hukum. Sisi lain lahirnya berbagai ormas, telah digunakan untuk memaksakan kehendak golongan, kelompok dan individu tertentu bahkan melahirkan budaya kekerasan terhadap yang lemah. Dalam konteks kehidupan beragama, ekslusifisme agama-agama masih sangat kental. Budaya klaim monopoli kebenaran masing-masing sangat kental, sehingga tidak memberi ruang yang cukup untuk tumbuh kembangnya “dialog“ antar anak bangsa yang beragama. Konflik dan kekerasan kemudian sering menjadi dalih untuk sebuah tindakan kekerasan. Yang satu mengklaim yang lain sesat, dan harus dihancurkan sebagai bentuk patriotisme pada agamanya. Pada daerah-daerah dengan komposisi pemeluk agama cukup berimbang justru timbul konflik horisontal yang telah menelan banyak korban jiwa. Diyakini bahwa konflik-konflik tersebut dapat dengan mudah terjadi, bukan semata karena alasan Agama, tetapi ekslusifisme masing-masing agama disulut oleh para oportunis kapitalis yang mencari keuntungan dalam konflik anak bangsa. Pada kondisi ini Gereja diutus untuk hidup, berkembang untuk menjadi garam dan terang, untuk menjadikan semua bangsa menjadi muridNya. Namun alih-alih menggarami, kecenderungan yang terjadi adalah system dan pola kehidupan sosial kemasyarakatan yang kronis justru terbawa dalam pergaulan bergereja. Pengelolaan organisasi gereja tidak lebih baik dari pengelolaan kehidupan bangsa yang sedang sakit ini. II.2. Kondisi dan Kecenderungan Internal PPGT baru saja merayakan yubelium 50 Tahun, tepatnya 11 Desember 2012. Tak lama berselang, sangtorayaan merayakan peristiwa paling bersejarah dalam kehidupan bergereja dan bermayarakat, 100 tahun Injil Masuk Toraja. Inilah peristiwa luar biasa, Magnalia Dei, dimana perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar sudah dinyatakan di tengah-tengah orang Toraja. Momentum bersejarah ini seharusnya menjadi energi positif untuk memacu semangat berbuat semakin baik Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
84
dan berkarya semakin sempurna bagi gereja dan masyarakat pun alam semesta. Ini akan terjadi jika kita menjadikan perjalanan hari kemarin sebagai pelajaran berharga untuk menentukan ke arah mana langkah selanjutnya akan berpijak. Namun sebaliknya akan menjadi energi negatif, jika kita terjebak pada romantisme sejarah yang panjang itu, seolah-olah PPGT masa lalu lebih baik dari masa kini. PPGT adalah wadah pembinaan dan pemberdayaan generasi muda Gereja Toraja, sebab dari rahim PPGT telah lahir banyak kader siap utus yang telah banyak berkiprah di berbagai bidang kehidupan. Kenyataan ini seharusnya menjadikan kita makin sadar bahwa PPGT adalah wadah yang sangat strategis sebagai pusat penggodokan kader-kader generasi muda. Namun kita harus berkaca bahwa di dalam tubuh PPGT masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan yang harus segera dibenahi. Setidaknya ada beberapa masalah PPGT tahun-tahun terakhir ini: 1. Ada kecenderungan melemahnya rasa memiliki, sense of belonging Persekutuan
warga PPGT terhadap jemaat-jemaat terhadap Klasis dan Pusat, antara lain dapat dilihat dalam hal rendahnya partisipasi jemaat-jemaat dan klasis dalam memenuhi kewajiban-kewajiban organisatoris. Hal ini berdampak pada melemahnya hubungan Pengurus Jemaat dan Pengurus Klasis dengan Pengurus Pusat. 2. Konsep pembinaan yang sudah tersusun rapi dan bagus seperti Kurikulum Pembinaan Generasi Muda, Visi dan Misi serta Program Kerja kurang berjalan dengan baik akibat lemahnya hubungan klasis-jemaat, kalaupun berjalan, sebagian besar terlaksana sekedar sebagai rutinitas saja. Belum ada evaluasi komprehensif terhadap produk-produk itu, sejauh mana keberhasilannya dan bagaimana follow up-nya. Dalam hal pembinaan kader melalui LKP terkesan masih asal berjalan dan belum semua jemaat dan klasis mengikuti prosedur LKP sebagaimana yang diharapkan. Sementara proses pembinaan kita tersendatsendat, laju perkembangan IPTEK semakin cepat yang membuat warga PPGT kurang siap menghadapi arus perubahan dan tantangan zaman. 3. Dari 3 ciri PPGT yaitu Kegerejaan, Kepemudaan dan Kemasyarakatan, ada kesan ciri yang ketiga tentang kemasyarakatan kurang mendapat porsi yang semestinya. Akibatnya sebagian besar program yang terlaksana hanya menyentuh kebutuhan internal PPGT saja dan kurang menyentuh masyarakat sekitar PPGT. Semangat keaktifan membangun jaringan agak kendor (terutama jaringan lintas agama), lebih banyak menunggu (pasif), atau kalaupun diprogramkan tetaplah menjadi prioritas paling akhir untuk direalisasikan. PPGT masih harus terus didorong untuk beroikumene. Oikumene di sini perlu dibaca secara luas, tidak hanya sebatas bersesama lintas denominasi, tetapi juga bersesama lintas agama, lintas kultural, lintas ideologi, termasuk bagaimana bersesama dengan seluruh ciptaan Allah yang lain (alam semesta). Dibutuhkan keberanian untuk berubah dari rutinitas program yang sudah menjadi warisan turun temurun. Kebaktian PPGT, Porseni/Pesparawi, Praya dan LKP adalah kegiatan-kegiatan PPGT yang masih menjadi program primadona baik di semua tingkatan, tanpa ada keberanian untuk mengevaluasi apakah kegiatan ini masih relevan dalam membentuk Kader Siap Utus khususnya di tengah-tengah dunia yang makin kompetitif ini.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
85
Seharusnya kegiatan PPGT makin variatif, makin fungsional dan makin up to date. Seharusnya setiap jemaat atau setidaknya klasis mempunyai program unggulan, sehingga setiap klasis semestinya memliki kekhasan sendiri-sendiri. Selain pembinaan spritualitas kita begitu merindukan PPGT yang memprogramkan Cell Group Seminat, English Bible Study, Kelompok Study Kritis, Kelompok Tani PPGT, Koperasi PPGT, Sentra Keterampilan, Forum Dialog Lintas Agama (PPGT yang berinisiatif), Kelompok-kelompok PPGT Peduli : misalnya HIV/AIDS, Pemanasan Global, Politik, Budaya, HAM, dll). Untuk mewujudnyatakan hal-hal tersebut, perlu dikenali secara jelas setiap potensi, peluang dan tantangan yang tengah dihadapi PPGT. Berikut ini adalah garis besar hasil identifikasi potensi (kekuatan dan kelemahan) dan kondisi lingkungan (peluang dan tantangan). 1.1 Kekuatan dan Kelemahan No
Kekuatan
1
Jumlah anggota yang besar dan menyebar
2
SDM warga PPGT yang terus mengalami Peningkatan
3
4
5 6 7 8
Mempunyai banyak potensi SDM, khususnya mahasiswa sebagai aset masa depan Tersedianya Pusat-pusat pembinaan seperti Balla Tamalanrea di Makassar, Wisma Rama, Gedung Tongkonan di Jakarta dan Surabaya, Gedung Pemuda di Rantepao, Gedung Pelayanan di Makale dan Palopo, dll Semakin banyak Pendeta muda dan kader PPGT yang menjadi pejabat struktural di berbagai lingkup Jaringan antar pengurus jemaat yang terorganisir dengan baik Adanya Kerjasama antar Pengurus Pelayanan Kategorial maupun dengan BPM, BPK, dan BPS Adanya dukungan kuat dari seniorsenior PPGT
Kelemahan Database jemaat-jemaat belum tergarap secara optimal Moralitas, spiritualitas dan etos kerja belum berkembang secara optimal Masih banyak (semakin banyak???) potensi yang tidak digarap, tidak aktif atau enggan ber-PPGT Selama ini pusat-pusat pembinaan tersebut belum berfungsi maksimal dan optimal-komersial Belum semua pendeta muda dan kader PPGT yang duduk distruktur berjuang untuk generasi muda. Dukungan terhadap pengurus Jemaat yang tidak merata dan belum optimal Kadang-kadang terjadi misscommunication di antara lembaga-lembaga ini Database senior tidak optimal
9
Tersedianya kurikulum pembinaan generasi muda yang konseptual
Sebagian besar Pengurus Jemaat tidak memahami penggunaan Kurikulum ini
10
Persekutuan antar anggota dan pembinaan kerohanian sudah berjalan dengan lancar
Aspek horizontal dan persekutuan dengan sesama masih sering terlupakan atau dinomor duakan. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
86
No
Kekuatan
11
Anggota PPGT adalah bahagian dari komunitas pemuda yang siap membangun Indonesia
12
Struktur presbiterial sinodal yang dapat mendorong kreatifitas dan kemandirian pengurus dalam mengembangkan program pelayanan
Kelemahan Kurangnya kesadaran anggota PPGT akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara misalnya dalam pengurusan KTP. Banyak pengurus PPGT dan Majelis Gereja yang tidak memahami dengan baik Struktur presbiterial
sinodal.
2.2. Peluang dan Tantangan No
Peluang
1
Hampir semua pusat-pusat Kabupaten sudah terjangkau dengan akses informasi dan teknologi
2
Ketersediaan tenaga pembina pada hampir semua bidang
3
4
5
Pluralitas masyarakat setempat yang
merupakan lingkungan strategis untuk hidup bersesama Semakin terbukanya iklim demokrasi yang membuka kesempatan bagi setiap warga PPGT untuk berpendapat dan berperan serta dalam pembangunan Otonomi daerah memberi peluang bagi pengembangan potensi daerah secara maksimal
Tantangan Tidak semua anggota siap menghadapi kemudahan akses informasi tersebut Belum tersedia data yang akurat tentang spesialisasi dan spesifikasi dari SDM tenaga pembina Di sejumlah tempat masih ada hambatan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing Mengemukanya kekerasan dalam berbagai bentuk akibat kebebasan yang kebablasan antara lain anarkisme dan premanisme Suburnya primordialisme, sukuisme, fanatisme, dan dikhotomi penduduk asli pendatang Berubahnya nilai-nilai yang menimbulkan krisis identitas, maraknya penyahgunaan Napza, dan makin beragamnya dampak negatif media
6
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan interaksi antarmanusia
7
Globalisasi menawarkan banyak pilihan, kebebasan berekspresi, dan peluang berkompetisi
Tampilnya pesaing-pesaing yang lebih Hebat
8
Berkembangnya budaya global
Krisis identitas, krisis budaya dan sejenisnya
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
87
BAB III VISI DAN MISI PPGT III.1. Tujuan dan Usaha-Usaha Organisasi Tujuan dan sekaligus merupakan pernyataan misi PPGT dirumuskan dalam pasal 5 Anggaran Dasar PPGT sebagai berikut: ”Terwujudnya Warga PPGT yang sadar dan bertanggungjawab terhadap tugas dan panggilannya di tengah-tengah gereja, masyarakat, dan alam semesta”. PPGT adalah bagian yang azasi dari Gereja Toraja dan anggota PPGT adalah warga Gereja Toraja. Motivasi pembentukan organisasi PPGT sebagai salah satu OIG dalam gereja toraja adalah untuk pembinaan dan pelayanan pemuda baik intern maupun ekstern. III.2. Arahan Tema dan Sub Tema Visi PPGT adalah pernyataan cita-cita tentang kondisi ideal PPGT yang diharapkan dan diyakini dapat terwujud pada masa yang akan datang. Sedangkan misi PPGT adalah upaya-upaya yang wajib diemban untuk mewujudkan visi tersebut. Dengan demikian, visi dan misi PPGT merupakan kerangka acuan dan pedoman dalam menentukan arah bagi seluruh komponen dalam lingkup PPGT untuk melangkah ke depan. Visi dan misi itu diantar oleh tema: “Mengasihi dengan Perbuatan dan dalam Kebenaran” dengan sub tema “Membangun Persekutuan, Merawat Kemajemukan, Memelihara Lingkungan”. III.2.1 Gereja Toraja Dan Hakekatnya Sidang Majelis Sinode (SMS) Gereja Toraja ke-23 yang sebelumnya lebih dikenal sebagai Sidang Sinode Am (SSA) Gereja Toraja adalah saat untuk evaluasi, refleksi untuk kemudian merumuskan aksi dalam hubungan dengan hakekat Gereja Toraja – sebagaimana pada umumnya hakekat gereja itu sendiri – sebagai Gereja Tuhan di dunia ini. Gereja Toraja adalah hasil dan kelanjutan dari pelaksanaan hakekat gereja pada umumnya yaitu misi. Dan kehadirannya dalam konteks tertentu adalah wujud kehadiran gereja Tuhan yang esa. Cikal bakalnya di mulai dengan kehadiran beberapa guru beragama Kristen (anggota Indische Kerk-Gereja Protestan Indonesia) pada sekolah Landschap yang dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908 di Toraja dapat dianggap sebagai awal masuknya berita Injil ke daerah Toraja. Para guru ini berasal dari Ambon, Minahasa, Sangir, Kupang, dan Jawa. Atas pimpinan dan kuasa Roh Kudus, terjadilah pembaptisan yang pertama pada tanggal 16 Maret 1913 kepada 20 orang murid sekolah Landschap di Makale oleh Hulpprediker F. Kelling dari Bontain. Pemberitaan Injil dilakukan secara “sengaja” dan intensif oleh Gereformeerde Zendingsbond (GZB) dari Negeri Belanda dengan datangnya Penginjil A.A. Van Der Loosdrecht ke Toraja pada tanggal 10 November 1913. Dia mati dibunuh (oleh kelompok yang tidak setuju Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
88
karena pemerintah kolonial Belanda mengurangi masa/waktu berlangsungnya perjudian) pada tanggal 26 Juli 1917 di Bori= dan menjadi syahid pertama Injil di Toraja. Darahnya telah menjadi benih gereja: Gereja Toraja. GZB adalah sebuah badan zending yang didirikan oleh anggota-anggota Nederlandse Hervormde Kerk (NHK) yang menganut paham gereformeerd, berlatar belakang pietis, dalam arti sangat mementingkan kesalehan dan kesucian hidup orang Kristen. Injil yang ditaburkan oleh GZB di Tana Toraja tumbuh dan dibina oleh GZB selama kurang lebih 34 tahun lamanya. Paham teologi GZB ini masih banyak mempengaruhi paham teologi warga Gereja Toraja sampai saat ini. Para pembawa Injil datang melanjutkan pengutusan Yesus. “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus engkau” (Yoh 22:21), dan melakukan seperti yang dilakukan oleh Yesus sendiri yakni memberitakan Injil Kerajaan Allah (preaching), mengajar (teaching) serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (healing) (Mat. 9:35). Mereka datang memberitakan penyelamatan Allah di dalam diri Yesus Kristus, mereka mendidik masyarakat untuk keluar dari kebodohan dan keterbelakangan dengan membuka sekolah-sekolah, dan menyembuhkan masyarakat dengan mendirikan pelayanan kesehatan. Mereka mengharapkan orang Toraja menjadi manusia yang beriman, terdidik, dan sehat. Sebuah pemahaman dan pelaksanaan misi yang menyeluruh (holistic). Dengan hal itu orang Toraja telah diberkati oleh Tuhan sehingga mencapai sebuah kemajuan yang luar biasa hanya dalam waktu kurang lebih 50 tahun, yang menurut beberapa catatan sejarah hanya bisa dicapai suku-suku lain dalam waktu 100 tahun ke atas. Artinya, kedatangan kekristenan yang dibawa oleh para zending yang kemudian dilanjutkan oleh Gereja Toraja yang mandiri telah melahirkan sebuah perubahan yang sangat mendasar dalam sejarah orang Toraja dan masyarakat Toraja. Sejarahwan malah mencatat bahwa modernisasi di Toraja dimulai dengan kehadiran pendidikan yang dibawa oleh Gereja. Gereja Toraja telah menjadi salah satu agen modernisasi dan perubahan sosial yang sangat menentukan di Toraja lewat koinonia (persekutuan), diakonia (pelayanan), marturia (kesaksian), liturgy (ibadah yang hidup), didache (pengajaran), pastoral (penggembalaan), oikomenia (penatalayanan) (oikomenia mencakup sarana dan prasarana, manajemen organisasi, keuangan) yang dibangunnya. Gereja Toraja telah menjadi kekuatan pemicu yang sangat mendasar dalam diri orang Toraja, masyarakat Toraja, yang pada gilirannya pengaruh perubahan pada skala regional dan nasional. Satu hal yang tidak bisa disangkali adalah bahwa kekristenan yang datang di Toraja yang kemudian dilanjutkan oleh Gereja Toraja telah memberikan identitas baru bagi orang Toraja sebagai “pembeda” dengan masyarakat sekitarnya. Toraja menjadi identik dengan Kristen. Dengan demikian, sadar atau tidak, orang Toraja akan menjadi saksi Kristus, entah saksi baik maupun buruk. Apa yang telah dilakukan oleh para penginjil itu telah melahirkan Gereja Toraja. Salah satu Gereja Tuhan ini kemudian semakin matang dan mulai bisa mengurus dirinya. Batu tapal berdirinya Gereja Toraja terjadi pada tanggal 25-28 Maret 1947. Pada saat itu diadakan persidangan Sinode I di Rantepao yang dihadiri Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
89
oleh 35 utusan dari 18 Klasis. Sidang Sinode I ini memutuskan bahwa orang-orang Toraja yang menganut agama Kristen bersekutu dan berdiri sendiri dalam satu institusi gereja yang diberi nama GEREJA TORAJA. Waktu berjalan terus, dan Tuhan melibatkan Gereja Toraja dalam karya penyelamatanNya di dunia ini. Dalam upaya menghadirkan dirinya sebagaimana diinginkan Tuhan daripadanya, lewat pergumulan yang panjang dan di bawah bimbingan Roh Kudus Gereja Toraja telah mencapai Tri Kemandirian Gereja yakni kemandirian Teologi, Daya, dan Dana. Dengan ketiga modal ini Gereja Toraja terus berjuang menjalani panggilannya dalam realisme yang berpengharapan. Kini kita memasuki Sidang Sinode Am (sekarang Sidang Majelis Sinode) yang ke-23 yang dihadiri oleh 84 Klasis, 960 Jemaat, 278 cabang kebaktian, dan 55 tempat kebaktian yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri. Sidang sinode ke kali ini adalah sidang sinode yang terakhir sebelum kita merayakan 100 tahun Injil “menjangkau” orang Toraja jika kita bertolak dari datangnya Penginjil A.A. van der Loosdrecht ke Toraja pada tanggal 10 November 1913. Gereja Toraja adalah Gereja Tuhan di dunia ini yang berupaya untuk hadir secara bermanfaat (efektif) dan dapat diterima (akseptabel) tanpa kehilangan identitasnya. Kita telah melakukan tiga kali konsultasi tentang hakekat kita sebagai gereja dalam bentuk konsultasi misi. Konsultasi yang pertama 2-4 Maret 1972, konsultasi yang kedua 14-19 Maret 1994, dan konsultasi yang ketiga 20-25 Mei 2005. Perenungan dari konsultasi ke konsultasi menampakkan bahwa perubahan yang sangat mendasar di dalam diri warga Gereja Toraja dan masyarakat kita yang juga salah satu penyebabnya adalah kehadiran Gereja Toraja itu sendiri yang menuntut perubahan yang mendasar pula dari Gereja Toraja agar ia tetap bisa hadir secara efektif dan akseptabel, tanpa kehilangan identitasnya. Artinya, perubahan yang begitu cepat dan mendasar menuntut strategi dari Gereja Toraja untuk tetap hadir secara efektif (tetap bisa menjadi garam dan terang) dan akseptabel (diterima kehadirannya dalam “dunia” meski ia bukan dari “dunia”) tanpa kehilangan identitasnya (bahwa betapapun sosok atau strategi kehadiran itu berubah demi efektivitas serta akseptabilitas, sosok kehadiran yang baru itu tidak mengkhianati identitas (hakekat) kristiani kita yang paling mendasar. Apa idenititas atau hakekat yang paling mendasar itu? Dari konsultasi pertama telah dicanangkan bahwa hakekat gereja yang tidak pernah berubah adalah misinya; atau misi adalah hakekat gereja. Kemudian Gereja Toraja memahami misinya ke dalam dan ke luar, atau yang biasa disebut sebagai funsgi penggembalaan dan fungsi pemberitaan. Pembinaan Warga Jemaat adalah misi ke dalam dan Pemberitaan Injil kepada yang belum mengenal dan menerima Yesus Kristus adalah misi keluar. Tentu saja keduanya dimaksudkan untuk menjadikan identitas Gereja yang tidak pernah berubah, yakni untuk menjadi berkat bagi sebanyak mungkin orang, atau menjadi garam dan terang, atau yang kemudian menjadi visi Gereja Toraja: Damai Sejahtera Bagi Semua. Misi ke dalam ditangani oleh BPWG (dahulu LPK) dan misi keluar ditangani oleh LPI. Meskipun ditangani oleh dua lembaga yang berbeda, Gereja Toraja memahami kedua hal Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
90
tersebut tidaklah bisa dipisahkan satu dengan yang lain, bahwa PWG (PWJ), selain diarahkan untuk kedekatan atau keintiman setiap warganya dengan Tuhan, juga diberdayakan untuk menjadi saksi-saksi yang hidup dari Gereja Tuhan, baik dalam kata-kata maupun perbuatan mereka. Konsultasi misi yang kedua dengan tetap berpegang pada hakekat gereja yaitu misi menekankan kesadaran konteks yang terus berubah, yang dengan demikian menuntut strategi kehadiran yang baru agar kehadiran Gereja Toraja tetap efektif, akseptabel tanpa kehilangan identitas. Konteks yang mendapat penekanan adalah kebudayaan, modernitas, dan relasi dengan Islam. Konsultasi misi yang ketiga semakin menunjukkan betapa perubahan di sekitar kita terjadi begitu cepat, mendasar, dan semakin luas, yang sekali membutuhkan perubahan yang mendasar dari Gereja Toraja jika Gereja Toraja masih tetap ingin kehadirannya efektif dan akseptabel. Hasil Konsultasi Misi Gereja Toraja yang ke-3 tahun 2005 itu, yang kemudian hasilnya disahkan pada SSA ke-22 di Jakarta semakin memperjelas bahwa Misi itu adalah Hakekat Gereja. Dikatakan bahwa, ketika kita berbicara tentang misi atau “misi” atau PI, maka sesungguhnya kita berbicara tentang hakikat gereja. Artinya, hakikat gereja adalah misinya. Jadi eksistensi gereja yang tak pernah berubah adalah misinya Lalu untuk apa misi dan hakikat yang demikian itu? Untuk menjadi alat suatu tujuan, yakni melaksanakan Misi Allah (Missio Dei) dan melanjutkan Misi Kristus (Missio Christi) di dunia: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus engkau” (Yoh 22:21). Lalu apa inti Misi Allah dan Misi Kristus itu? Supaya dunia percaya, agar tidak binasa (Yoh. 3:16). Jadi nasib atau ketidakbinasaan dunia ini harus menjadi kepedulian utama gereja, dan karena itu, gereja harus selalu menyadari dirinya sebagai alat, bukan tujuan. Untuk mewujudkan Misi Allah dan melanjutkan Misi Kristus (Misi Penyelamatan) itulah, gereja ditugaskan untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani. Ada tugas ke dalam dan ada tugas ke luar. Jadi Tri Panggilan Gereja itu merupakan fungsi gereja dalam hubungan dengan misinya. Ketiganya memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Gereja harus menjadi persekutuan (Koinonia) yang bersaksi (Marturia) dan melayani (Diakonia). Karena itu, (1) persekutuan yang harus dibina adalah persekutuan yang bersaksi dan melayani; (2) kesaksian yang harus dilaksanakan adalah kesaksian oleh persekutuan dan dibarengi (dijiwai) oleh pelayanan; (3) pelayanan adalah pelayanan di dalam dan oleh persekutuan dan pelayanan yang merupakan kesaksian. Dalam Sidang Sinode XV tanggal 6-14 Mei 1978 Struktur KUGT mengakomodasi keberadaan kaum awam dan OIG sebagai anggota KUGT. Struktur lengkap KUGT waktu itu adalah Ketua, Sekretaris, Bendahara, Wakil Ketua: dijabat oleh Ketua Wil. I-IV dan Komisi-komisi, yang terdiri dari Komisi Pengakuan GT, Tata GT, RAPB, dan Verifikasi. Dari kesadaran integralistik pentingnya pelayanan kategorial ini direkrut secara resmi, PPGT adalah pelayanan kategorial yang sangat strategis. Secara historis-ekklesiologis, persekutuan pemuda Gereja Toraja sejatinya lahir sejak baptisan I tahun 1913 di Toraja, namun secara organisatoris dan kelembagaan, PPGT dinyatakan berdiri pada tanggal 11 Desember 1962. Mengkilas Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
91
sejarah, ketika seksi Pemuda dalam KUGT ditunjuk sebagai Wakil Pemuda dalam kegiatan eksternal PPGT. Cikal bakal PPGT dimulai dari terbentuknya organisasi lokal pemuda pada masa pergolakan tahun 1950an. Tahun 1953 berdiri Persatuan Pemuda Toraja di Makassar dan tahun 1954 berdiri Gerakan Pemuda Gereja Toraja yang waktu itu merupakan gerakan lokal pemuda gereja dengan pusat kegiatan di Gereja Maros, Makassar. Dikaitkan dengan eksistensi PPGT dalam struktur KUGT, mulai dari Sidang Sinode V tanggal 25 Februari - 5 Maret 1955 di Rantepao, kepengurusan pemuda menjadi salah satu seksi dalam KUGT dengan nama Seksi Pemuda/Kebudayaan, bersama-sama dengan 8 seksi lainnya yaitu Seksi Kegerejaan, Keuangan, Usaha Pembangunan, Kesehatan, Lektur, Theologia, Perhubungan, dan Verifikasi/Visitator. Nama seksi Pemuda/Kebudayaan bertahan sampai Sinode V yang dilaksanakan 2630 April 1959 di Makale. Dalam Sinode ini Seksi Pemuda berdiri sendiri tidak lagi digabungkan dengan Kebudayaan. Nama Seksi Pemuda ini masih bertahan sampai Sinode X tahun 1965 di Makassar. Dalam Sinode X ini Seksi Pemuda berubah menjadi Seksi Pembinaan Kader dan pada tahun yang sama, tepatnya 21-29 Desember 1965 perwakilan pemuda dari berbagai tempat berkumpul di Rantepao mengadakan Kongres I dan memutuskan penggunaan nama Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT). Kongres XII PPGT di Samarinda tanggal 10 – 13 September 2008 menegaskan komitmen bersama untuk melakukan pembaruan PPGT menuju terwujudnya paradigma baru PPGT. Paradigma baru ini mewujud dalam 10 pokok panggilan PPGT sebagai Kader Siap Utus di mana ujung tombak pelaksanaannya adalah jemaat, sebab di jemaatlah PPGT berada. Pengurus jemaat bertanggungjawab menyusun program kerja beradasarkan 12 pokok panggilan PPGT tersebut. Tugas pengurus PPGT Klasis adalah fungsi koordinatif untuk memastikan setiap jemaat di klasisnya berjalan menurut tuntutan paradigma baru tersebut. Dua belas pokok panggilan tersebut adalah: 1. Pembaruan Diri dan Organisasi 2. PPGT untuk Semua 3. Pemberdayaan SDM 4. Pembudayaan Etos Kristiani 5. Pengembangan Peran Kebangsaan 6. Pengembangan Peran Ekumenis 7. Pengembangan Peran Pluralisme 8. Gender dan Feminisme 9. Pelayanan Sosial 10. Pembangunan Kesehatan Masyarakat 11. Pengentasan Kemiskinan 12. Pemeliharaan Lingkungan Hidup Menempatkan pembaharuan diri pada posisi pertama dari 12 pokok panggilan PPGT, adalah penegasan dan integrasi diri PPGT terhadap jiwa dari tanggapan Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
92
teologis Gereja Toraja secara menyeluruh terhadap perubahan yang sangat cepat dan mendasar di sekeliling kita. SSA Gereja Toraja ke-22 di Jakarta dicanangkan sebagai sidang sinode pembaruan dengan tema: “Berubahlah oleh pembaruan budimu” (Roma 12:12a) dengan sub tema: “Mewujudkan Pembaruan Yang Membawa Damai Sejahtera”. Untuk melaksanakan pembaruan yang membawa damai sejahtera bagi semua maka SSA ke-22 tahun 2006 telah mencanangkan 10 Pokok-Pokok Tugas Panggilan Gereja Toraja (PTP-GT) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pembaruan Ibadah dan Spiritualitas Kristiani Peningkatan Kualitas SDM Pengembangan Peran Kebangsaan Pembudayaan Etika Kristen dan Penanggulangan Kekerasan Peran Ekumenisme dan Pluralitas Eklesiologi, Pengorganisasian Gereja dan Kemitraan Jemaat Pelayanan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat Pemberdayaan Ekonomi dan Penanggulangan Akar Kemiskinan Pemeliharaan Lingkungan Hidup dan Kepedulian Sosial Pengembangan Sarana, Prasarana, Dana, dan Penatalayanan
3.2.2. Latar Belakang Pemilihan dan Penjelasan Tema Tema ini adalah tema payung Gereja Toraja dalam perjalanan hidup bergereja selama lima tahun. Dengan demikian tema ini juga adalah pengayom tematis bagi seluruh komponen gerejawi termasuk Persekutuan Pemuda Gereja Toraja sebagai bagian integral Gereja Toraja. Dalam perjalanan panjang perjuangan bersama warga Gereja Toraja di berbagai ranah dan lini, realitas yang kita hadapi belum cukup menjawab idealitas yang sedang kita perjuangkan. Ketika perjalanan dari Palopo (SSA k2-21) ke Jakarta (SSA ke-22) memandatkan semangat pembaruan, dan SSA ke-22 di Jakarta mengutus warga Gereja Toraja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani dalam koridor PTP-GT diatas; kita menghadapi kenyataan bahwa kompleksitas pergumulan dalam kehidupan bergereja, bemasyarakat dan berbangsa menyulitkan kita untuk mengukur pencapaian dimaksud. Namun penghayatan teologis yang semakin menguat adalah, misi Allah tidak berubah tetapi gereja-lah yang harus berubah dibawah terang kehendak Allah. Pembaruan berbasis kesadaran yang sungguh-sungguh mendasar atas kelemahan dan keterbatasan bahkan pelanggaran kita, yang mengantar kepada sebuah “metanoia”, pembaruan budi yang lahir dari proses batiniah dan mengantar kepada penampilan (performa) lahiriah yang membawa damai sejahtera. Menyongsong Sidang sinode ke-23, semakin kuat tantangan untuk membahasakan pembaruan budi tersebut dengan lebih kongkrit, senyata tantangan yang semakin riil dihadapi oleh warga Gereja Toraja dalam kesehariannya. Seharihari kita semakin berhadapan dengan sikap mementingkan diri, beria-ria diatas penderitaan orang lain, individualisme dan menghalalkan segala cara demi keuntungan pribadi. Sehari-hari kita berhadapan dengan bahasa “kebenaran” yang Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
93
diputar-balik untuk melayani kepentingan pribadi maupun kelompok; kebenaran yang berstandar ganda yang tidak berkeadilan bahkan dapat diperjual-belikan. Dalam retorika, kasih makin sering dikumandangkan tapi dalam praktik dicampakkan. Sikap yang oleh Rasul Yohanes ditengking dengan ucapan “pembohong dan menipu diri”. Inilah yang dipandang perlu untuk diteriakkan sekeras-kerasnya, marilah kita mengasihi, bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran! (I Yoh.3:18). “Little children,
let us love, not in words or speech, but in truth and action.”- NRSV. Inti tema adalah “spiritualitas”. Tema ini mengangkat salah satu penekanan SSA ke-22 yakni “spiritualitas” yang kemudian mengemukan dalam program tahunan BPMS Gereja Toraja yakni “Pekan Spiritualitas”. Selain itu, tema ini diangkat dalam rangka perenungan satu abad Injil Masuk Toraja (100 tahun IMT). Satu abad IMT adalah anugerah Tuhan sebagai momentum evaluasi dan refleksi spiritualitas Gereja Toraja memasuki abad baru kehadirannya di dunia ini. Sejauh mana spiritualitas yang dibangunnya sesuai dengan hakekatnya sebagai Gereja Tuhan di dunia ini. Untuk maksud tersebut, maka spiritualitas Yesus menjadi teladan penilaian kita. Mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran adalah Spiritualitas Yesus. Dengan memilih tema ini terkandung maksud agar kehidupan gereja menjadikan Spiritualitas Yesus sebagai teladan. Gereja yang dimaksud di sini adalah warga jemaat temasuk para pelayan yang pengembangan spiritualitas dan pertumbuhan imannya mesti “meniru spiritualitas Yesus”. Karena tema ini dipandang sudah bersifat operasional maka dianggap sub tema tidak perlu lagi. A. Spiritualitas Yesus sebagai Sumber Spiritualitas Kristiani: 1. Apa itu “Spiritualitas”? a. Tidak jarang spiritualitas di (salah) mengerti secara sempit sebagai “hidup kerohanian”, bahkan lebih sempit lagi sebagai “kesalehan”. Spiritualitas seharusnya lebih luas ketimbang itu. Spiritualitas adalah sesuatu yang menjadi minyak dari pelita kehidupan dan pelayanan kita, yang tanpanya kehidupan dan pelayanan kita menjadi dingin dan hambar. Lagipula konotasi “hidup kerohanian” maupun “kesalehan” terlanjur dibebani oleh pemahaman dualistik atas manusia bahkan atas kehidupan. Yaitu anggapan bahwa manusia dan kehidupan ini terbagi atas yang rohani dan yang jasmani. Keduanya adalah suatu kesatuan yang utuh dalam manusia dan dalam kehidupannya. b. Secara umum, spiritualitas adalah cara hidup, gaya hidup, atau sikap hidup berdasarkan, dan yang lahir dari suatu pandangan hidup. Setiap orang punya cara hidup, gaya hidup, sikap hidup (etika) sendiri berdasarkan pandangan hidupnya (kebenaran yang diyakininya). Spiritualitas adalah gaya hidup, cara hidup, sikap hidup yang keluar dari hati dan didorong oleh keyakinan/kebenaran yang diyakininya. c. Secara tata bahasa spiritualitas berasal dari akar kata spare (Latin) yang berarti: menghembus, meniup, mengalir. Dari kata kerja spare terjadi bentukan kata bendanya, yaitu spiritus atau spirit. Konotasinya kemudian Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
94
d.
e.
f.
g.
berkembang sangat luas: udara, hawa yang dihirup, nafas hidup, nyawa, roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian. Dalam Alkitab spirit dipahami dalam kata ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani) yang secara pokok berarti: “nafas atau angin yang menggerakkan dan menghidupkan”. Dari perspektif semantis diatas, maka spiritualitas adalah sumber semangat untuk hidup di dunia ini dengan segala aspek dan cakupannya, baik secara pribadi, bersama sesama dan dalam relasi dengan Allah. Spiritualitas dalam hal ini juga dilihat sebagai upaya sungguh-sungguh untuk hidup sebagai murid Kristus. Dan itu berarti mencakupi segenap kepercayaan pada diri Yesus Kristus, serta persekutuan yang total dan hidup (dinamis) dengan-Nya. Selanjutnya jika kita berbicara tentang spiritualitas, maka sesungguhnya pula kita berbicara tentang “spirit” atau “roh”, atau “inti” atau “substansi” tentang sesuatu. Misalnya saja soal beragama. Spiritualitas dalam beragama berarti beragama di dalam “spirit”nya “roh”nya, “inti”nya, “substansi”nya, tidak berhenti pada simbolis-formalistis. Demikian juga dengan aspek-aspek kehidupan yang lain. Kalau kita memakai andaian “api” dan “abu”, maka “api” itu spiritualitasnya. Atau “santan” dan “ampas”, santan itu spiritualitasnya. Kehidupan spiritualitas mengejar “api” atau “santan”, bukan “abu” dan “ampas”. Jadi dalam beragama, spiritualitas memahami simbol-simbol beragama (misalnya ibadah rutin, liturgi-liturgi, dlsb) sebagai alat (bukan tujuan) untuk tiba pada “spirit” (“api” atau “santan”) beragama itu sendiri. Proses “menjadi” (to be a Christian) menuju “inti” menjadi kristen (being a Christian) itu di bawah kuasa dan bimbingan Roh Kudus. Dari perspektif kristiani, spiritualitas digambarkan sebagai kehidupan dalam Kristus dan sebagai suatu proses perjalanan kesetiaan yang semakin berkembang, di mana kita dipimpin oleh Roh Kudus dan oleh kekuatanNya kita menjadi serupa dengan Kristus, berada dalam persekutuan cinta yang sempurna dan dalam pengabdian terhadap Gereja untuk menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah masyarakat di mana kita ditempatkan dengan segala permasalahannya. Spiritualitas demikian dihayati dengan iman dan dalam relasi dengan Tuhan Yesus sesuai dengan lingkup hidup, dimensi serta peran yang dilakoni dalam suka-duka, dalam keterdugaan dan ketakterdugaan, dalam situasi hidup sehari-hari, dalam sikap harian terhadap sesama dan seluruh ciptaan. Sebuah ungkapan bijak mengatakan: The heart of the problem is the problem of heart (jantung dari seluruh persoalan adalah persoalan hati). Jadi dalam hubungan dengan gaya hidup, bukan sekedar gaya hidup yang semata-mata muncul karena meniru, membaca buku, atau karena aturan, apalagi gaya hidup yang dibuat-buat, melainkan gaya hidup, cara hidup, sikap hidup yang benar-benar mengungkapkan, mewujudkan apa yang ada di dalam batin. Pembatinan keyakinan oleh kuasa Roh Kudus Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
95
yang melahirkan gaya hidup sesuai keyakinan (kebenaran). Sebuah gaya hidup “orang yang baik yang mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik …” (Mat 12:35a). Dari perspektif itu maka dapat pula dikatakan bahwa spiritualitas adalah perwujudan iman dalam kehidupan konkret. h. Kasih, yang menjadi prinsip etika Kristen di dasarkan pada sebuah pandangan hidup (world view), cara berpikir (mindset) sebagai sumber mendalam dari pemaknaan tindakan “kasih” itu. Perwujudan nyatanya adalah sikap hidup dan gaya hidup (life style) yang selaras. Dengan demikian, spiritualitas menunjuk pada kesatuan gaya hidup dengan pandangan hidup yang mendasarinya, yang keluar dari hati (integritas). Gaya hidup yang bermakna karena gaya hidup itu berdasarkan atau berakarkan pada sebuah sumber pemaknaan hidup yaitu Allah sendiri di dalam Yesus Kristus yang didong oleh kuasa Roh Kudus. Mengapa bermakna? Agar sebuah tindakan atau perbuatan (gaya hidup) maka ia mesti secara jelas berakar pada pemahaman tertentu mengenai “kenyataan yang ada di balik semua kenyataan” (yang kita sebut Allah). “makna” adalah “apa yang dipercayai sebagai sesuatu yang bersifat harus (misalnya: mengasihi) dan yang sekaligus dipandang mulia untuk diperhatikan, untuk menuntut kesetiaan dan ketaatan kita (kebenaran) yang muncul dari dalam hati”. i. Jadi, “Mengasihi dengan Perbuatan dan dalam Kebenaran”. Bahwa gaya hidup mengasihi itu adalah identitas etis orang kristen, dan bahwa gaya hidup mengasihi itu sungguh mulia adanya karena ia berasal dari Allah di dalam Yesus Kristus (kebenaran, identitas teologis), tidak hanya dibenarkan dengan pikiran (akal) tetapi juga dengan hati dan dengan segenap jiwa: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:37-39). Bahwa kemuliaan atau kebenaran bagi seorang Kristen adalah dalam gaya hidupnya yang mengasihi. Karena ia keluar dari dalam hati, jiwa dan akal, maka gaya hidup yang seperti itu dinikmati, bukan beban. Inilah yang disebut oleh Konsultasi Misi Gereja Toraja sebagai “menikmati Injil”, atau kalau kita meminjam istilah PL, menjadikan Taurat atau perintah Tuhan itu menjadi kesukaan kita, bukan beban (Lihat Mzm. 119:70, 143, 174). Jadi spiritualitas merujuk pada hubungan pribadi orang beriman dengan Allah yang terwujud dalam sikap hidup yang juga mencakup pikiran, perkataan dan perbuatan. Dengan demikian maka salah satu segi yang penting dari spiritualitas adalah "being a christian", proses keberadaan menjadi seorang kristen yang sejati. Di situ spiritualitas dilihat sebagai upaya sungguh-sungguh untuk hidup sebagai murid Kristus. Dan itu berarti mencakupi segenap kepercayaan pada diri Yesus Kristus, serta persekutuan yang total dan hidup (dinamis) dengan-Nya di bawah Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
96
bimbingan Kuasa Roh Kudus. Dari situ kemudian lahir pikiran, pengakuan, kepercayaan, moral pribadi, perkataan dan perilaku dalam keutuhan spiritualitas yang meneladani Kristus. Bukan saja hanya gaya hidup (karena gaya bisa dibuat buat) tetapi perwujudan utuh (holistic) dari keseluruhan hidup 2.
Spiritualitas Yesus a. Spiritualitas Utuh
Spiritualitas merupakan kesatuan relasional antara spiritualitas yang akrab atau intim dengan Tuhan dan spiritualitas kenabian. Keintimannya, kedekatannya, keakraban Yesus dengan BapaNya melahirkan sikap hidup yang peduli dan kritis dengan kehidupan manusia dan ciptaan lainnya. Jika kita memperhatikan seluruh kehidupan Yesus, maka memang sangat jelas bahwa di dalam diriNya relasi intimitas dengan Bapa dan sikap/tindakan profetis (kenabian) merupakan satu kesatuan. Keintimannya/kedekatannya dengan Allah menghadirkan sikap hidup yang peduli dan kritis dalam relasi dengan manusia dan seluruh ciptaan (profetis). Kedekatan dengan Tuhan melahirkan “hati yang berkobarkobar” (menggetarkan) untuk lebih dekat dengan Tuhan lagi (intim) yang kemudian berpuncak pada “hati yang berkobar-kobar” untuk pergi menjadi saksi-saksi yang hidup, baik di dalam persekutuan maupun dunia pada umumnya (Lihat Lukas 24:32). Di dalam kehidupan Yesus, selain sibuk berkotbah, mengajar, menyembuhkan, menantang pimpinan agama & negara (spiritualitas kenabian), Yesus menunjukkan spiritualitas intimitas-Nya dengan BapaNya dengan rajin berkontemplasi untuk mengalami dan menikmati kedekatanNya dengan BapaNya. Ia berdoa tanpa henti, bergumul sendirian sebelum ambil keputusan. Para murid sering melihat Yesus berdoa – kadang-kadang tidak jauh dari mereka (Mat 26:36; Luk 22:41; 11:1). Menyempatkan diri untuk menyendiri dan berdoa. ”Bangun pagi waktu masih gelap” (Mrk 1: 35), berdoa secara tetap (Luk 5:16), berdoa sepanjang malam (Luk 6:12), dan menutup pintu saat berdoa (Mat 6:5-6). Hingga umur 30-anYesus belajar, merenung, berdoa. Ketika dibaptis, Yesus berdoa (Luk 3: 21-22). Selama 40 hari di padang gurun tempat bergumul, Ia digoda dengan harta (roti), dengan sensasi (terjun dari Kenisah), dan dengan kuasa (sembah sujud). (Mrk 1: 12-13). Di dalam diri Yesus bertumbuh bersama “Semakin dikasihi Allah dan manusia”: ” Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”(Luk 2: 52). Jadi kalau kita memperhatikan dengan seksama seluruh kehidupan dan pengajaran Yesus, maka nampak dengan jelas bahwa Yesus datang untuk memperkenalkan sebuah spiritualitas yang baru, sebuah gaya hidup yang baru, di mana ada dua dimensi yang saling terkait. Dimensi yang Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
97
pertama, adalah ketaatan yang total kepada Allah (intimitas dengan Allah). Dan dimensi yang kedua, adalah kepedulian yang eksistensial kepada sesama dan seluruh ciptaan. Keduanya tak terpisahkan. Ketaatan Yesus yang total kepada Allah (intimitas dengan Allah) itulah yang membuat Ia secara eksistensial dan total pula menaruh kepedulian kepada umat manusia dan seluruh ciptaan. Dan sebaliknya, kepedulianNya yang total terhadap umat manusia dan seluruh ciptaan (sikap profetis) adalah bukti yang paling absah dan paling nyata dari ketaatan-Nya kepada Allah. Spiritualitas Yesus menunjuk pada kehidupan yang terarah kepada Allah (keintiman, kedekatan dengan Allah) yang menjadi semangat pokok menjalani dan memaknai seluruh aspek kehidupan: hubungan dengan sesama, dunia/alam semesta, bahkan dengan diri sendiri. Kedua relasi ini merupakan satu kesatuan yang mewujud di dalam perbuatan Kasih. Seluruh perbuatan dan perkataan-Nya merupakan kesatuan kasih (identitas etis) dan kebenaran (identitas teologis). Keterarahan kepada Allah melahirkan Spiritualitas Yesus yang visioner dan transformatif (band. Lukas 4:17-20). Yesus dengan sangat jelas mengartikulasikan visi pelayanannya sebagai bangunan dari tiga elemen yang saling terkait (1) kehendak dan mandat dari Allah (2) kesadaran akan talenta dan kapasitas yang Allah berikan, dan (3) konteks dan kebutuhan zaman yang Allah tunjukkan. Bahwa Roh Tuhan yang ada pada Yesus mengurapi Dia untuk menyampaikan Kabar Baik bagi orang miskin, pembebasan bagi yang tertawan dan tertindas, penglihatan bagi orang buta, dan memproklamirkan kedatangan tahun rahmat Tuhan. Tema, “Mengasihi dalam Perbuatan dan dalam Kebenaran” merupakan ajakan untuk menjadikan spiritualitas Yesus sebagai gaya hidup kita (spiritualitas kita) membangun spiritualitas diri, gereja dan masyarakat di mana kita di tempatkan oleh Tuhan. b. Spiritualitas Pelayan: Hamba dan Gembala Selain spiritualitas mistis-profetis, Yesus Kristus pun telah meninggalkan teladan bagi kita para pelayan dan hamba-Nya spiritualitas pelayan untuk kita teladani. Dalam pelayanan kita diharapkan menyerupai Kristus Kepala dan Gembala. Mengupayakan keserupaan dengan Kristus sebagai Kepala yang menghamba dan sebagai Gembala Baik. Dengan demikian ia berpartisipasi dalam pelayanan Kristus dan menghayati spiritualitas pelayanan. Kristus sebagai Kepala Gereja dimengerti dalam arti Hamba, sesuai dengan apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya sendiri: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Pelayanan-Nya sebagai Hamba nyata dalam pengabdian-Nya dengan memberikan diri-Nya bahkan menyerahkan hidup-Nya di kayu Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
98
salib. Hamba dalam arti berserah diri sepenuhnya dalam cinta kasih dan kerendahan hati. Ia merendahkan diri sebagai seorang Hamba dan taat sampai mati di salib: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:5-8). Kemudian Ia disebut Gembala yang Baik atas tiga alasan. Pertama, karena Yesus mengenal domba-domba dan mereka mengenal-Nya. Kedua, sebab Ia menyatukan domba-domba. Ketiga, Ia menyerahkan segenap hidup-Nya bagi domba-dombaNya (pengorbanan). III.3.3 Penjelasan Teks Para ahli Perjanjian Baru sependapat bahwa Yohanes, penulis kitab ini yang disebut sebagai seorang penatua adalah Rasul Yohanes, murid yang dalam beberapa penjelasan Injil adalah murid yang “paling dikasihi” oleh Yesus. Para ahli juga sependapat bahwa penulis surat I Yohanes adalah juga penulis Injil dan Wahyu Yohanes. Hal itu berbeda dengan surat II dan III Yohanes, yang beberapa ahli meragukannya sebagai yang ditulis oleh Rasul Yohanes. Meskipun begitu, dari segi isi dan penyajiannya umumnya diterima bahwa keduanya berasal dari Rasul Yohanes juga. Perlu diketahui bahwa baik Injil Yohanes, surat-surat maupun Wahyu Yohanes berbicara tentang tindakan Allah yang terarah ke dunia ini. Firman, yaitu Allah sendiri telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Allah mengasihi dunia (Yoh 3:16). Langit baru dan bumi baru terjadi karena Yerusalem yang surgawi turun ke bumi (Wahyu 21). Yohanes adalah sosok murid yang mengalami dan merasakan langsung apa arti “dikasihi” dan “mengasihi” itu di dalam Kristus itu. Ia juga mengalami dan merasakan langsung apa yang dimaksudkan dengan “kebenaran” itu jika Yesus berbicara tentang “kebenaran”. Pengalamannya hidup bersama dengan Yesus telah mengajarkan kepadanya bahwa kasih dan kebenaran tidak bisa dipisahkan, bahkan dalam seluruh kehidupan Yesus, kasih dan kebenaran identik dengan perkataan dan perbuatan. Dengan kata lain pula, perkataan dan perbuatan yang benar adalah perkataan dan perbuatan yang berlandaskan kasih dan kebenaran. Karena itu, dia dengan gamblang mengeritik kehidupan jemaat atau pribadi-pribadi tertentu yang dengan gampang menyebutkan “kasih” dan “kebenaran” tetapi sesungguhnya kehidupan mereka jauh dari “kasih” dan “kebenaran” sebagaimana yang dimaksudkan oleh Yesus. Sebaliknya ia juga dengan gamblang memuji jemaat dan pribadi-pribadi yang dalam kehidupannya nyata perbuatan-perbuatan yang menunjukkan penyatuan kasih dan kebenaran itu. Dia menyapa Gayus dengan Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
99
“kasih dan kebenaran”, “Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran” (III Yoh. 1:1). Dari perspektif ini pulalah Yohanes menilai kehidupan jemaat-jemaat dan pribadi-pribadi yang dengannya ia menulis surat penggembalaan, baik pada tataran teologis maupun etis. Jika kita memperhatikan keseluruhan Surat Yohanes yang pertama, nampak bahwa surat ini dialamatkan kepada suatu jemaat atau gereja tertentu, yang menurut istilah penulisnya sedang dilanda nabi-nabi palsu. Karena itu, I Yoh. 4:1 menandaskan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Siapa nabi-nabi palsu itu? Ternyata mereka tidak datang dari luar, tetapi justru muncul dari dalam tubuh gereja sendiri. Bukan itu saja. Nabi-nabi palsu itu juga beroperasi dalam gereja. Nampaknya orang-orang ini memang tetap dalam gereja, tidak keluar dari keanggotaan gereja. Tetapi mereka membuat suatu kelompok tersendiri. Membuat persekutuan di dalam persekutuan. Membuat gereja di dalam gereja, dan karena itu amat membahayakan keutuhan dan kesatuan jemaat. Kata Yohanes, “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita” (ayat 19). Mereka membentuk persekutuan sendiri. Dari ayat-ayat selanjutnya kita mendapat kesan bahwa ciri khas dari kelompok ini adalah: bahwa mereka itu merasa mendapat pengurapan khusus oleh Roh Kudus. Roh Kudus ini, menurut keyakinan mereka mengaruniakan “gnosis” atau “pengetahuan” yang khusus dan istimewa tentang Allah. Pengetahuan khusus inilah yang membuat mereka merasa lebih berhikmat, lebih beriman, dan lebih suci daripada anggota-anggota gereja yang lain. Sikap itulah yang kemudian dikecam oleh Yohanes melalui ayat yang sangat terkenal: “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (I Yoh. 1:8). Selain itu Yohanes juga memberikan julukan kepada mereka sebagai “anti Kristus”: “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang anti Kristus akan datang. Sekarang telah bangkit banyak anti Kristus” (I Yoh. 2:18). Mengapa mereka diberikan julukan seperti? Menurut ayat 22: oleh karena mereka menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus. Apa artinya “menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus”? Kelihatannya aneh! Bukankah mereka justru amat menghormati Kristus? Ya, tetapi Kristus yang mereka percayai dan hormati itu adalah Kristus yang surgawi, yang rohani, yang mulia. Tidak kepada Yesus yang duniawi, yang jasmani, yang papa, yang menderita, yang tersalib, yang oleh Rasul Paulus dipahami sebagai idenitias kristiani ketika ia mengatakan, “Tetapi aku sekalikali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14). Yang mereka percayai dan hormati adalah Mesias yang menang, bukan Hamba Allah yang menderita, yang tersalib. Yang mereka percayai dan hormati adalah Kristus, Sang Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
100
Anak Allah, bukan Yesus, si Anak Manusia. Pendeknya, Kristus yang mereka percayai dan hormati itu adalah Kristus yang rohani. Saking rohaninya, atau saking abstraknya sehingga Kristus tidak ubahnya telah menjadi sekedar sebagai sebuah ide, semacam konsep, suatu prinsip-prinsip kebenaran yang abstrak. Bukan lagi sebagai sebuah pribadi yang hidup dan kongkret. Bukan lagi Allah yang telah menjadi manusia dan “tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 3:14). Jadi rupanya bagi sang penatua penulis surat I Yohanes ini, menjadikan Kristus sekedar sebagai sebuah ide, konsep atau prinsip kebenaran universal adalah sikap seorang anti Kristus. Anti Kristus karena Yesus Kristus itu bukan ide, bukan konsep, bukan prinsip, tetapi Allah, Allah yang hidup. Dan yang terpenting: Allah yang menjadi manusia, Allah yang menjadi daging, dan “memberikan teladan hidup untuk kita ikuti jejak-jejak-Nya” (I Petrus 2:21). Iman kepada Yesus Kristus yang tersalib adalah iman yang membumi, iman yang menemukan identitasnya di dunia ini. Rupanya menurut Yohanes, pendapat mereka itu merupakan kesalahan teologis yang amat mendasar, yang bertolak belakang dari seluruh kebenaran Injil. Mengapa? Sebab Injil justru berarti Allah yang abstrak menjadikan Diri-Nya kongkret, menjadi manusia, masuk ke dalam sejarah. Mereka sebaliknya. Mereka menjadikan yang kongkret menjadi abstrak. Injil yang sejati adalah ketika yang rohani itu menjadi jasmani, ketika Allah yang rohani itu menjasmanikan diri, mengambil bentuk manusia, menjadi daging, men”dunia”. Mereka sebaliknya. Mereka menjadikan yang jasmani itu rohani. Kesalahan teologis yang fatal inilah yang kemudian mendorong Yohanes untuk berbicara tentang mengasihi Allah dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Mengapa? Sebab kesalahan teologis juga telah melahirkan kesalahan etis yang gawat. Kasih, yang menjadi identitas etis orang percaya, juga mereka rohanikan. Mereka jadikan ide, konsep, prinsip. Kasih menjadi kata-kata saja yang begitu mudah diungkapkan tetapi tidak nampak dalam kehidupan. Karena itu, kata Yohanes, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”. Ayat ini memperbandingkan dua cara untuk mengasihi, yang satu dengan perkataan (logos), yang satu lagi dengan tindakan (ergon). Perbandingan antara logos dengan ergon lazim dalam tulisan-tulisan Yunani. Kedua cara itu masing-masing dilengkapi dengan satu istilah lagi. “Perkataan” ("logos") merupakan wujud suatu pikiran. “Lidah” merujuk ke tindakan bertutur. Keduanya mewakili yang abstrak ketimbang yang konkrit. Dan karena kasih Kristus adalah konkrit, maka kata “perkataan” dan “lidah” mewakili yang semu ketimbang yang sejati. Kemudian, perbuatan ("ergon") dilengkapi dengan kebenaran ("aletheia"). Perbuatan jelas konkrit, tetapi aletheia itu biasanya abstrak, jadi merujuk ke suatu kesesuaian antara apa yang benar dengan kenyataan atau perbuatan. “Aletheia” memiliki beberapa arti. 1) Apa yang sesuai dengan kenyataan, lawan dari penampakan atau ilusi. Dalam 2 Yoh 1:1, "benar-benar" menerjemahkan "dalam aletheia". Kata „emet dalam PL biasanya diterjemahkan “aletheia”. Kata „emet sendiri dalam PL Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
101
2)
3)
4)
5)
sering diterjemahkan “kesetiaan” Allah atau “kebenaran” (Lihat kata “kesetiaan” dan “kebenaran” dalam Mazmur 43:3; 45:5; 51:8). Sebenarnya, Plato pun mencari dasar untuk kehidupan (perbuatan) yang baik, sama seperti ilmu pengetahuan Barat. Hanya, dicari dalam rumusan/ide, bukan Pribadi. Apa yang sesuai dengan kenyataan, lawan dari bohong. Unsur etis mulai muncul di sini, yaitu bahwa orang berkomunikasi (dalam perkataan atau tindakan) sesuai dengan apa yang sebenarnya. Dalam 1 Yoh 2:21 aletheia berarti pemahaman tentang Kristus yang sesuai dengan kenyataan Kristus, ketimbang pemahaman dalam ajaran palsu. Jika kenyataan yang dimaksud adalah perbuatan orang, maka kita tiba pada satu tema yang kuat dalam PL dan PB, yaitu kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan. Hal itu bisa menyangkut pengakuan tentang diri sendiri, seperti dalam 1 Yoh 1:6, 8; 2:4, di mana pengakuan tertentu dipalsukan oleh perbuatan. Perkataan itu juga termasuk perkataan yang menyiratkan janji. Kenyataan dari suatu janji adalah pewujudannya dalam perbuatan. Dengan demikian kita tiba pada artian aletheia sebagai sifat orang yang bertindak (berbicara) menurut aletheia, yaitu ketulusan, kesetiaan, kejujuran. 'Emet dalam bahasa Ibrani sering memiliki artian demikian, merujuk ke kesetiaan Allah. Dalam kaitannya dengan kata ergon, mungkin pengertian yang ketiga di atas yang paling mempertahankan perlawanan antara abstrak dengan konkrit. Yohanes memiliki concern supaya perbuatan dan perkataan pembaca klop, baik dalam pemahaman tentang dirinya, maupun pada ayat ini dalam relasi dengan sesama. Mengaku mengasihi orang menyiratkan janji yang harus dinyatakan dalam perbuatan. Namun, dalam ayat berikut Yohanes langsung memperluas cakupan aletheia itu. Bahwa kita "berasal dari aletheia" jelas tidak merujuk pada sifat dalam diri kita. Frase itu merujuk ke frase "berasal dari Allah" dalam ayat 10, yang secara negatif dikaitkan dengan kasih. Berasal dari Allah dan berasal dari aletheia merupakan pengulangan yang mencakup pembahasan tentang kasih dalam ayat-ayat 11-18. Aletheia dalam ayat 19 adalah sifat Allah, yaitu sebagaimana dalam pengertian yang pertama versi PL yakni kesetiaan. Aletheia pribadi dalam kesesuaian antara perkataan kasih dan perbuatan kasih menunjukkan bahwa kita berasal dari aletheia, yaitu Allah sebagai Yang Riil.
Jadi sebuah peringatan bahwa “kasih” dan “kebenaran” dalam iman Kristen itu itu adalah relasi, bukan konsep-konsep abstrak. Tetapi relasi kasih itu tidaklah bermakna relasi kasih pada dirinya sendiri melainkan sebuah relasi kasih yang dimotivasi oleh sebuah prinsip kebenaran menurut Injil (landasan teologis), yakni tindakan Allah: “Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosadosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (I Yoh. 4:10,11). Jadi dapat dikatakan bahwa “perbuatan” (gaya hidup, cara hidup) adalah cara menghayati kebenaran Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
102
dan kasih. Spiritualitas adalah trilogi mengasihi-perbuatan-kebenaran. Jika Yesus mengatakan bahwa Dialah kebenaran, maka Dia adalah perwujudan relasi yang telah dipulihkan antara Allah dan manusia, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan seluruh ciptaan. Kebenaran adalah relasi yang benar. Itulah spiritualitas Yesus. Itulah gaya hidup Yesus, yang oleh Rasul Petrus disebut sebagai jejak-jejak hidup yang harus kita ikuti ikuti: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (I Petrus 2:21). Trilogi Mengasihi–Perbuatan–Kebenaran. Ketiganya memang tak dapat dipisahkan. Dengan meletakkan perbuatan di tengah-tengahnya, Yohanes sesungguhnya mengingatkan identitas kekristenan, baik teologis maupun etis. Bahwa kasih sebagai identitas etis kristiani adalah sesuatu yang mesti “dijadikan”, bukan sesuatu yang sudah jadi. “Kasih” baru ada ketika kita “mengasihi”. Kasih mensyaratkan adanya pihak lain, pihak asing: “Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran. Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran. Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing. Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah” (III Yoh. 1:3-6). Dengan kata lain, kasih yang adalah identitas etis kita justru kita temukan di dalam diri orang lain ketika kehidupan kita telah mampu membawa damai sejahtera bagi orang lain itu. Dan gaya hidup seperti itu dilandasi oleh sebuah kebenaran kristiani yang telah diteladankan oleh Kristus sendiri pula, yakni di dalam relasi yang benar dengan Allah dan sesama (identitas teologis, kebenaran). Trilogi ini merupakan spiritualitas kristiani, spiritualitas yang telah diteladankan oleh Yesus sendiri. Mengasihi–Perbuatan–Kebenaran = Spiritualitas Kristiani. Dari paparan di atas, maka mengangkat Tema “Mengasihi dengan Perbuatan dan dalam Kebenaran” (I Yoh. 3:18), merupakan sebuah panggilan untuk: 1) Membangun sebuah spiritualitas kristiani dengan menjadikan spiritualitas Yesus sebagai teladan di dalam menjalani kehidupan orang percaya dalam rangkan mewujudkan Gereja Toraja yang membawa damai sejahtera bagi semua. 2) Mengembangkan sebuah spiritualitas di mana gaya hidup itu (perbuatan) merupakan gaya hidup hasil pembatinan pandangan hidup (dhi. kebenaran) kristen, sehingga hasilnya adalah sebuah gaya hidup (dhi. mengasihi) berdasarkan padangan hidup kristiani (kebenaran kristiani) yang keluar dari hati sebagai hasil pembatinan pandangan hidup kristiani (kebenaran kristiani), sehingga kita tidak mengasihi hanya dengan akal budi tetapi dengan segenap hati dan jiwa (Matius 22:37-40). Pembatinan dalam hal ini dimaknai sebagai perjalanan pendalaman sebuah penghayatan nilai dan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
103
keyakinan kedalam lubuk hati, sanubari, batin, budi, nous, sehingga hasilnya melamur keseluruhan keberadaan kita; rasa, karsa, kata dan karya kita. 3) Menjemaatkan cara “menikmati” Injil sebagaimana dijelaskan dari hasil Konsultasi Misi ke-3 Gereja Toraja. Bahwa seluruh “kewajiban-kewajiban” agama kita akan terasa sebagai beban jika kita tidak “menikmatinya”, tidak keluar dari hati sebagai hasil pembatinan dalam kerangka teologis: mengapa kita melakukan itu. Hanya dengan begitu, seluruh kehidupan dan pelayanan kita menjadi sesuatu yang bermakna. Ada spirit kehidupan, tidak dingin dan hambar, dinikmati. 4) Menegaskan identitas kita sebagai gereja, baik identitas teologis maupun etis. Itu berarti sebuah panggilan untuk hadir sesuai dengan identitas eklesiologis yang diberikan kepada kita oleh Tuhan sendiri. 5) Memacu semangat bagaimana seharusnya kehadiran kita supaya dapat diterima (akseptabel) dan bermanfaat (efektif) tanpa mengkhianati identitas kita sebagai gereja III.3.4.Gereja Toraja, PPGT dan Permasalahannya “Masalah” adalah kesenjangan antara “yang ada” (realitas) dengan yang diharapkan (idealitas). Masalah Gereja Toraja adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan daripadanya sebagai Gereja dengan realitas kehidupan Gereja Toraja sekarang ini. Jika kita bertolak dari dua arah hakekat Gereja Toraja yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain (misi ke dalam dan ke luar), evaluasi kehadiran kita terletak pada dua arah ini dan bagaimana keduanya berjalan seimbang. Rumusan eklesiologis Gereja Toraja dalam PGT pasal VI menekankan dalam bahwa umat Allah diutus ke dalam dunia untuk dunia, berada didalam dunia, tetapi bukan dari dunia. Setiap kegiatan gereja merupakan tanda kehidupan baru itu, baik bila jemaat berkumpul, maupun bila menyebar untuk melayani dan bersaksi ditengahtengah dunia. Jemaat adalah arak-arakan yang dinamis dan terbuka serta mengundang semua orang melalui kesaksian hidup, pelayanan dan pemberitaannya untuk ikut dalam arak-arakan ini menuju kepenuhan hidup di dalam Kerajaan Allah. Didalamnya ada pengakuan iman bahwa arak-arakan ini senantiasa dibina dan dipelihara oleh Roh Kudus dan Firman Allah didalam seluruh kehidupan dan segala kegiatannya ditengah-tengah dunia Jika kita memperhatikan pencapaian 10 PTP-GT yang dihasilkan dalam SSA ke 22, menunjukkan perubahan yang sangat mendasar pada tataran yang seharusnya, yang diharapkan (idealitas), di mana porsi misi ke luar yang sebelumnya kurang mendapat perhatian telah mendapat perhatian yang sangat besar (3,4,5,7,8,9). Dari ke 10 PTP-GT ini kita tertantang untuk mengevaluasi dan berefleksi untuk kemudian menentukan aksi kita selanjutnya. Disamping berbagai pencapaian yang menggembirakan dan patut kita syukuri, kita terus berhadapan dengan keragaman permasalahan yang dalam refleksi ini akan dipetakan kedalam dua arah pembenahan, yakni secara internal (misi ke dalam) dan secara keluar (misi ke luar).
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
104
1. Internal a. Komunikasi Kelembagaan. Disamping semakin bertambahnya jumlah keanggotaan Gereja Toraja, kita juga menyaksikan bertambahnya jumlah orang yang meninggalkan Gereja Toraja, baik di kota maupun di desa. Banyak anggota kita di pedesaan maupun di perkotan yang pindah ke gereja lain karena tidak terjangkau pelayanan (tangdilambi‟) ataupun karena alasan mencari suasana ibadah “yang lebih menyentuh”. Upaya menjembatani kesenjangan jemaat kota dan desa yang telah terbangun selama ini dalam bentuk jemaat adopsi maupun kembar perlu dijembatani dan dikembangkan secara sistemik dalam rangka membangun satu tubuh, yang kuat membantu yang lemah supaya kita semua tetap “teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala” (Efesus 4:15) karena kita semua adalah “satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masingmasing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” (Roma 12:5). Termasuk dalam hal ini penting diperhatikan untuk terus menumbuhkan tingkat keterhubungan jemaat dengan BPMS Gereja Toraja dengan memberikan legitimasi yang semestinya dalam pengambilan kebijakan kelembagaan. Sekaligus tantangan bagi BPMS untuk terus berbenah berdasarkan masukan-masukan konstruktif dari jemaat. b. Perpindahan Anggota dan Keanggotaan Rangkap. Tentu tidak dapat disangkal tentang pertambahan warga Gereja Toraja dengan terbukanya jemaat-jemaat yang baru, baik itu pemekaran jemaat maupun perpindahan anggota dari gereja lain (atau anggota rangkap), akan tetapi perlu dipertanyakan motivasi dari perpindahan. Apakah karena pelayanan Gereja Toraja sudah lebih baik dari gereja-gereja lain atau telah jenuh di tempat “pelariannya” selama ini? Keduanya bisa. Kita harus tetap instropeksi diri sambil belajar pada gereja-gereja lain jika hal-hal itu menolong kita menghadirkan diri dengan efektif bagi warga jemaat. Dalam kenyataannya, di banyak tempat banyak warga kita yang bergereja rangkap dan keanggotaan rangkap. Jam tertentu bergereja di Gereja Toraja dan jam tertentu masih bergereja di gereja lain. Penting dikaji, mengapa? c. Perpecahan Jemaat. Kita bersyukur dengan bertambahnya jemaat-jemaat karena pemekaran. Tetapi Persekutuan kita terganggu dengan fenomena perpecahan dan pemekaran-pemekaran dengan motif-motif yang tidak gerejawi, konflik internal misalnya. Jika coba didalami, kita akan menemukan bahwa dalam beberapa hal persekutuan kita tidak lagi dibangun dengan prinsip eklesiologi yang benar. Pengakuan Iman GT Bab VI pasal 4 adalah prinsip bergereja yang mesti terus dijemaatkan; bahwa jemaat adalah persekutuan yang hidup dalam satu persaudaraan dengan kedudukan yang sama, tanpa pembedaan ras, bangsa, suku dan lapisan-lapisan sosial. Ini sekaligus menjadi koreksi bagi Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
105
masih kuatnya sistim “kobbu‟” dalam masyarakat, yang kemudian sering terbawa kedalam kehidupan bergereja. d. Masalah Keluarga. Dalam kaitan kehidupan keluarga warga jemaat, kita menyaksikan peningkatan perceraian keluarga dalam jumlah kasus yang semakin memprihatinkan, kenakalan remaja yang semakin tidak terkendali, banyaknya anak-anak kita yang bertumbuh di luar Gereja Toraja, belum mengakarnya kesadaran yang kuat bahwa tempat utama pendidikan dan pertumbuhan iman adalah keluarga, pembinaan keluarga masih kurang mendapat perhatian/pelayanan Gereja Toraja, dan sederetan masalah lainnya. Tantangan yang mesti dijawab dengan memberi perhatian serius terhadap pembekalan/katekisasi/pastoral nikah, pembinaan pasutri dan perhatian lebih kepada pembinaan generasi muda. e. Kesenjangan antara Kerajinan Beribadah dengan Kehidupan Keseharian. Gejala ini seiring dengan keprihatinan global bahwa kebangkitan agama belum dibarengi dengan kebangkitan etika, malahan ada kecenderungan berbanding terbalik. Kalau setiap agama terdiri dari tiga hal yaitu mitos (dogma, teologi), ritus (liturgi), dan etika, maka nampak kesenjangan yang cukup besar, di mana kita ramai pada bidang mitos dan ritus tetapi kurang nampak dalam etika. Formalisme semakin tidak dipersoalkan. Dalam kehidupan bergereja, masih sangat lebar kesenjangan antara pengakuan formal sebagai anggota gereja dan dengan praktek kehidupan sehari-hari. Pengakuan formal kita belum membumi dalam gaya hidup, terbukti dengan masih maraknya kekerasan internal keluarga dan antar keluarga, kekerasan politik, sikap biasa-biasa saja terhadap korupsi, kegampangan ikut menyuap dan lain lain. f. Kesenjangan Komunikasi dalam Persekutuan. Pola komunikasi dalam persekutuan acapkali sudah sangat jauh dari komunikasi kasih sebagai identitas etis kita, dalam terang kuasa roh yang “lemah lembut” dan penguasaan diri. Dalam beberapa kasus terbawa bahwa persidangan-persidangan gerejawi kita menjadi lebih ricuh dari persidangan di luar sana yang kita namai “sekuler”. Dalam hal ini, gereja lebih digarami ketimbang menggarami. Jangankan di dalam perbuatan, dalam perkataan pun “bahasa kasih” cenderung mengalami erosi, ketika kita tidak lagi sungkan melempar kata kasar satu kepada yang lain. Tegas tidak lagi dapat dibedakan dengan kasar. g. Pendirian Jemaat-jemaat di Perantaun, dalam dan luar Negeri. Semangat pendirian jemaat harus terus ditantang dengan kesiapan modelmodel pelayanan yang sesuai dengan dinamika kehidupan mereka sebagai kaum urban. Di tengah hingar bingar kota, tingkat berkumpul keluarga yang relatif minim, ketersediaan waktu beribadah yang rentan terhadap Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
106
kejenuhan, menjadi tantangan spesifik bagi pendekatan pelayanan yang lebihmenyentuh dan meneduhkan. Dalam pada itu, khotbah dan liturgi dapat terbatinkan secara mendalam, dan tidak sekedar tiba pada tataran akal dan penerimaan kognitif kaum urban yang identik sibuk, akademik dan kritis. Pelayanan yang dapat melahirkan “hati yang berkobar-kobar” untuk mencari kehendak Tuhan dan melakukannya ditengah tantangan masyarakat kota yang semakin memojokkan anak-anak Tuhan ke ranah “keserupaan dengan dunia”. Berdirinya jemaat-jemaat Gereja Toraja di perantauan mesti terus dipacu untuk berjalan dalam paham Gereja Tuhan untuk membawa damai sejahtera bagi semua. Sehingga pergumulan masyarakat setempat menjadi pergumulan pelayanannya lalu menjadi kegelisahan teologis-etisnya, dan melahirkan aksi kepeduliaan yang selaras denagn kesadaran tersebut. h. Kepedulian PPGT terhadap Pen Sos (HIV Aida). Gereja hari menghadapi banyak tantangan, salah satunya adalah penyakit social. Tidak dapat dipungkiri perlahan-lahan fenomena penyakit sosial ini telah menggerogoti gereja. Pemuda sebagai masa depan gereja sangat perlu untuk memberikan perhatian terhadap hal ini jika kita masih menginginkan gereja di masa mendatang tetap bertahan. Sejak hari ini kita mesti mesti membangun komitmen bersama untuk peduli dan bertindak dalam penanganan penyakit sosial. Penguatan internal PPGT adalah langkah awal yang harus dilakukan, membentengi anggota PPGT untuk mengatakan TIDAK terhadap free sex, narkoba, pergaulan bebas, judi, dan berbagai penyakit sosial lainnya. 2. Eksternal a. Pembenahan Komitmen dan Sarana-sarana Marturia dan Diakonia. Penatalayanan yang berbasis optimalisasi sarana-sarana marturia dan diakonia yang kita miliki, seperti sarana pendidikan, kesehatan, dan lembagalembaga pemberdayaan kita, adalah urgent untuk diperhatikan. Melalui pembenahan kualitas penatalayanan yang ada, masyarakat akan lebih mendapat kesan (impression) yang positif dan makin diminati oleh berbagai kalangan. Peran Gereja Toraja menemukan tantangan riilnya dalam perjuangan mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi, dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di sekitarnya. b. Otonomi Daerah dan Akuntabilitas Gereja Toraja. Otonomi daerah secara tak terduga memperhadapkan Gereja Toraja kepada tantangan yang lebih kompleks. Tumpuan otoritas kepemerintahan yang berpindah dari pusat ke daerah menuntut peran profetik yang lebih berani tetapi berhikmat. Suara kenabian gereja harus terus bergaung dalam kaitan dengan kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Maraknya kasus korupsi, tetapi dilain pihak meningkatkan kemauan politik banyak pihak untuk pemberantasannya, menantang Gereja Toraja untuk mengevaluasi Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
107
keterlibatan kenabiannya sebagai mitra kritis pemerintah bagi kepemimpinan daerah yang lebih bersih dan berwibawa. Mandat alkitabiah agar gereja jangan menjadi serupa dengan dunia (Roma 12:2) menjadi tanda awas bagi kita untuk terus menilai diri, sudah seberapa berarti (significant) kehadiran kita di tengah masyarakat. Ataukah “keberartian dan kebermaknaan” kehadiran kita belum cukup dirasakan secara eksternal? Kerusuhan pasca Pemilukada di Kabupaten Tana Toraja, penahaman oknum pemerintah yang tersangka korup, dan sebagainya menjadi kasus ujian (test cases) bagi seberapa kehadiran Gereja Toraja dipandang “diperhitungkan” (accountable) dalam membawa transformasi moral, sosial, politik dan ekonomi dalam konteksnya. c. Komitmen Ekumenis. Belakangan ini Gereja Toraja mendapat beberapa sorotan kritis terkait komitmen ekumenisnya. Berdirinya jemaat Gereja Toraja di wilayah yang selama ini menjadi zone solidaritas ekumenis yang kuat, misalnya di wilayah Gepsultra, GKST; adalah kasus serius untuk digumuli. Hal ini terkait erat dengan kita ambil bagian aktif dalam perarakan mengupayakan agar keesaan makin nyata di Indonesia dan mencakup semua gereja termasuk gereja-gereja di luar keanggotaan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Batu uji bagi komitmen dalam spirit Dokumen Keesaan Gereja (DKG-PGI) bahwa ke dalam tangan Sang “Pengesa”, gereja-gereja mempersembahkan semua individualisme, primordialisme, eksklusifisme berbasis ras, etnis, budaya, ajaran, denominasi, wilayah struktural/institusional; agar mendapat tempatnya yang benar, yaitu sebagai elemen kemajemukan yang menghidupkan dan memperkaya kesatuan. Suatu pengakuan bahwa ketertutupan dan perpecahan adalah pengingkaran terhadap Yesus Kristus sebagai satu-satunya dasar keesaan gereja. d. Respon terhadap Pluralitas Kemasyarakatan. Kemampuan kita makin ditantang untuk menempatkan, baik secara teologis maupun sosiologis orang lain (the other) yang berbeda identitas primordialnya dengan kita dalam rangka menyikapi pluralism. Mesti ada kegelisahan teologis-etis yang terus diasah dalam wujud kepekaan untuk menghadapi dan turut membangun proses demokratisasi di tengah ragam dampak globalisasi nilai dan fakta terorisme. Gereja Toraja terpanggil untuk secra serius dan sistematis membangun model-model pendidikan yang akan menghasilkan produk intelektual Kristen yang siap menghadapi kecenderungan-kecenderungan seperti ini. Membangun paradigma pendidikan sekuler yang tetap melekat kuat pada visi dan misi Gereja Toraja. Generasi yang dapat secara berhikmat melakoni hubungan ilmu dan agama dalam pengembangan kecerdasan spiritual dan operatif dalam implementasi kecerdasan emosional, intelektual dan sosial mereka. Kita juga terus berhadapan dengan komitmen NKRI yang terus terdistorsi oleh ancaman Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
108
disintegrasi, yang perwujudannya bertentangan dengan visi damai sejahtera; keutuhan, ketenangan, rekonsoliasi dan keadilan sosial e. Perjumpaan Injil dan Kebudayaan. Studi dan pengalaman yang panjang terkait perjumpaan Injil dan Kebudayaan Toraja menjadi kekayaan spiritual yang tidak pernah kering. Suatu proses yang menantang sudah sejauh mana Gereja Toraja menghadirkan hubungan yang dialektis antara Injil dan budaya; di mana Injil sudah semakin mewarnai atau mencerahkan budaya, dan budaya memberi bahasa yang membumi kepada Injil. Gereja Toraja berhadapan dengan masalah memelihara dan mengembangkan budaya yang lebih berbelarasa, berbelas kasih dan berhikmat. Yesus Kristus dipercayai telah menjadi Tuhan yang membudaya dan diterima akrab dalam komunitas orang percaya dengan kebudayaannya masing-masing , dan telah menjadi “pengesa” dari suatu keesaan yang sangat majemuk dan merangkum semua manusia dengan segala kekayaan budaya dan tradisi gerejawi. f. Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak. Warga Gereja Toraja adalah bagian dari komunitas ekumenis global Dewan Gereja se-Dunia yang pernah mencanangkan dekade gereja-gereja dalam solidaritas dengan perempuan pada tahun 1990. Ini menjadi dorongan bagi Gereja Toraja untuk lebih memberi ruang strategis dalam mengintegrasikan kesetaraan gender dan menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanan dan pemantauan serta evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pelayanan di jemaat-jemaat kita. Program terkait pemberdayaan perempuan tidak diserahkan menjadi program eksklusif PWGT tetapi menegaskan keterpanggilan bersama jemaat. “Dalam hal ini tidak ada lagi orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28). Terbitnya secara khusus UU RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bukan hanya menjadi tantangan sosiologis tetapi teologis bagi Gereja Toraja untuk melihat betapa ranah penyuaraan tindakan profetik kita bertambah kompleks. Masalah-masalah kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap perempuan dan anak, perdagangan manusia (human trafficking) yang dominan adalah perempuan dan anak, buruh anak, pornografi yang melibatkan anak, dan sebagainya barulah segelintir dari begitu banyak “pekerjaan rumah” yang tidak dapat diabaikan oleh warga jemaat. g. Kepedulian Lingkungan. Kerusakan lingkungan merupakan salah satu isu yang mengemuka, antara lain meliputi pencemaran udara dan air, tanah longsor, erosi, berkurangnya sumber air dan energi, pemanasan global, dampak bencana alam, masalah sampah yang berserakan dan merusak kesehatan manusia dst. Sekalipun Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
109
sudah merasakan dampaknya, misalnya merebaknya penyakit menular, tapi masih banyak orang yang tidak menghiraukannya. Padahal rusaknya hubungan antara manusia dan lingkungannya terbanyak disebabkan oleh ulah manusia sendiri, yang tidak bertanggungjawab dalam memperlakukan “to sangserekanna.” Pandangan teologis yang sangat antroposentrik melahirkan kesombongan manusia dengan memperlakukan ciptaan lain semata-mata sebagai obyek yang dapat digunakan tanpa batas untuk kepentingan manusia. Penting untuk terus menjemaatkan etika lingkungan dan paham pemandataan pemeliharaan lingkungan ini. h. Kekerasan Sosial. Gereja Toraja sedang berarak sederap dengan gereja Tuhan di seluruh dunia untuk pada tahun 2010 ini mengevaluasi dan berefleksi sejauh mana pencapaian Dekade Gereja-gereja dalam Mengatasi Kekerasan (Decade to Overcome Violence – DOV – 2000-2010). Sudah cukup banyak program yang di dalamnya semangat DOV diratifikasi melalui program baik pada tataran jemaat maupun kelompok pelayanan kategorial. Namun kembali kita terus menerus diperhadapkan pada fakta kekerasan seperti kerusuhan di Tana Toraja pasca Pemilukada menyisakan desakan hadap diri terhadap warga Gereja Toraja. Nurani kemanusiaan kita semakin dibuat pedih oleh berkelanjutannya kekerasan sosial baik antar warga maupun konflik atas nama agama yang jelas-jelas menciderai keluhuran ajaran agama-agama. Gereja Toraja diperhadapkan pada tuntutan untuk makin mengambangkan penghayatan bahwa pada dasarnya keanekaragaman agama, budaya dan ras sama sekali bukan persoalan dalam membangun harmoni kehidupan dalam bingkai NKRI. Toleransi harus makin membumi sehingga sikap-sikap intoleran, ketidakdewasaan sebagian kalangan dalam mengelolah perbedaan tidak akan bermuara pada kekerasan sosial. Tragedi yang banyak menyisakan kesengsaraan dalam berbagai wujudnya dalam masyarakat III.4. Penyesuaian Tematik PTP Gereja Toraja 2011-2018 dalam Derap Implementasi 12 Pokok Panggilan PPGT Bertolak dari Visi Gereja Toraja, “Damai Sejahtera bagi Semua” dan Tema SSA XXIII “Mengasihi dengan Perbuatan dan dalam Kebenaran” (I Yohanes 3:18) serta mempertimbangkan konteks pergumulan pelayanan Gereja Toraja dan tantangan yang menyertainya, dan setelah menggumuli dengan seksama tantangan internal maupun eksternal Gereja Toraja, maka dalam tuntunan hikmat Tuhan SMS ke 23 di Tallunglipu menetapkan pokok-pokok tugas panggilan Gereja Toraja dalam Keputusan nomor 13 sebagai berikut: 1. Penghayatan dan Penjemaatan Spiritualitas Kasih sebagai Ibadah yang Sejati: a. Warga Gereja Toraja terus terpanggil memantapkan komitmen untuk mengalami dan melakukan pembaruan yang selama lima tahun belakangan ini disemangati oleh tema SSA XXII “Berubahlah oleh Pembaruan Budimu”. Perubahan yang fundamental harus terus disaksikan oleh dunia terjadi pada Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
110
diri para pelayan dalam Gereja Toraja mendorong dan olehnya konsisten mendampingi warga jemaat untuk berubah dan selanjutnya warga jemaat mengajak dunia lingkungannya berubah. b. Warga jemaat terpanggil untuk menjadikan ibadah sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Tuhan. Ibadah dimaksud adalah ibadah yang didorong oleh spiritualitas kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama bahkan semua makhluk. c. Program-program pembinaan dan pemberdayaan perlu dikembangkan secara kategorial bukan hanya dengan pertimbangan jabatan (Majelis Gereja), usia (generasi muda), jenis kelamin (wanita dan kaum bapak), tetapi juga kelompok-kelompok profesi. Semua ini diarahkan kepada kesiapan mereka menjadi “agent” implementasi kasih dan kebenaran. d. Pengembangan keteladanan pemimpin gereja sebagai salah satu basis penting bagi kehidupan spiritualitas. Sistem pelayanan mentorat pastoral mesti semakin diberi perhatian untuk melaksanakan bimbingan, pendampingan pastoral dan bahkan teguran terhadap oknum pemimpin yang terindikasi mengalami degradasi spiritualitas. 2. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pengembangan SDM yang Cinta Kebenaran a. Komitmen peningkatan mutu pendidikan pada tataran kebijakan mulai dirasakan, namun pada tataran implementasi masih amat terasa adanya kelambanan, dan malahan indikasi adanya penyimpangan pada berbagai tingkatan. Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan di sejumlah tempat, yang mengindikasikan adanya penyelengara dan pengelola pendidikan yang menjadikan pendidikan sebagai lahan usaha untuk mengejar keuntungan finansial semata-mata. b. Warga masyarakat dan warga gereja mesti memahami bahwa gelar yang diperoleh melalui pendidikan, khususnya gelar kesarjanaan, bukanlah suatu prestise yang secara otomatis dapat berdampak pada perubahan status sosial. Seringkali gelar dan ijazah menjadi tujuan utama sementara pengetahuan dan keterampilan dikesampingkan. Sementara itu, masih begitu banyak warga masyarakat di sejumlah tempat yang sebenarnya memiliki keinginan untuk belajar dengan baik, namun sampai saat ini mereka belum memperoleh kesempatan mengecap pendidikan secara memadai. Faktor ketiadaan biaya merupakan salah satu alasan utama bagi terciptanya kondisi ini. Faktor keterbatasan sarana dan prasarana, ketiadaan atau kekurangan tenaga pengajar serta rendahnya motivasi dan kompetensi tenaga pengajar, juga merupakan penyebab bagi rendahnya mutu pendidikan di sejumlah tempat, termasuk di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Gereja Toraja. c. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi dan pendidikan yang berbasis pembangunan karakter (character building), menjadi tantangan mendesak yang mesti diantisipasi secara proporsional dan bersinergi dengan semua pihak terkait, bagi munculnya para sarjana yang mempunyai kualifikasi SDM yang berkarakter kasih dan cinta kebenaran. Moralitas dan karakter yang Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
111
selama ini dipandang semakin terkikis dari diri para teknokrat dan akademisi, tidak terkecuali teknokrat dan akademisi Kristen. 3. Pengembangan Pemahaman Eklesiologi, Pengorganisasian Gereja dan Kemitraan Jemaat a. Perjalanan momen gerejawi dari Jakarta ke Tallunglipu, adalah fase pengalaman menjalani perubahan pengorganisasian gereja yang meliputi perubahan-perubahan Tata Gereja, yang dahulu dinilai tidak lagi relevan, tidak kontekstual dan atau tidak lagi selaras dengan perkembangan Gereja Toraja dan masyarakatnya. Substansi yang ada pada perubahan dimaksud didasarkan pada pemahaman bahwa organisasi adalah alat dan bukan tujuan. Tujuan Gereja Toraja adalah untuk mengerjakan keselamatan yang telah diterimanya di dalam Yesus Kristus untuk diteruskan (dibagikan) kepada dunia lingkungannya. Dalam rangka pencapaian tujuan ini, Gereja Toraja membentuk sebuah struktur organisasi yang disertai dengan sejumlah aturan untuk mendukung efektivitas penyelenggaraan organisasi. Struktur dan aturan-aturan tersebut tentu disesuaikan dengan konteks di mana Gereja Toraja hadir untuk bersekutu, bersaksi dan melayani. Dengan demikian, dinamika internal berubah, dan atau ketika konteks pelayanan Gereja Toraja berubah maka struktur dan aturan-aturannya pun dapat mengalami perubahan-perubahan. Dengan jalan begitu, Firman Allah yang tidak berubah itu tetap dapat dinikmati dan disampaikan secara kontekstual. b. Seiring dengan semangat itu, hasil perubahan Tata Gereja, yakni Tata Gereja Gereja Toraja (TG-GT) mendapat sambutan dan tanggapan yang beragam dalam implemetasinya. Peniadaan wilayah dalam struktur kelembagaan, perubahan OIG menjadi pelayanan kelompok kategorial (PKK), pemberkatan nikah ulang bagi yang bercerai dan beberapa tema teologis lainnya, tetap dipandang bagian dari dinamika internal gerejawi yang terus memerlukan evaluasi dan pengkajian mendalam. Selain itu, untuk menjawab mandat meningkatkan kemandirian dan fungsi garam dan terang setiap jemaat, maka hubungan kemitraan antar jemaat perlu dikembangkan yang difasilitasi oleh BPS. 4. Kebudayaan, Pembudayaan Etika Kristen, Keluarga Kristen, dan Penanggulangan Kekerasan a. Ironis bahwa justru di saat kita akan mengevaluasi pencapaian perjuangan kita bersama gereja-gereja di seluruh dunia untuk mengatasi kekerasan (Decade to Overcome Violence – 2000-2010), hampir tiada hari yang kita lalui tanpa berita-berita melalui media massa tentang tindak kekerasan dalam berbagai bentuk dan tingkatan. Tindak kekerasan tersebut melibatkan anak-anak sampai orang tua, orang-orang buta aksara sampai orang yang berpendidikan tinggi, rakyat jelata sampai pejabat negara, pengemis sampai para konglomerat, dan tidak terkecuali warga gereja. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
112
Dalam sejumlah kasus, tindakan-tindakan kekerasan ini melibatkan kelompok-kelompok masyarakat yang mengusung perbedaan agama, etnis dan latar belakang sosial lainnya, sehingga menimbulkan ekses bagi kehidupan masyarakat secara lebih luas untuk jangka waktu lama. b. Dalam rangka memerangi budaya kekerasan, Gereja Toraja terpanggil untuk melakukan upaya-upaya pembudayaan etika Kristen, yakni etika bermasyarakat yang berlandaskan kasih dan memaknai hakekat manusia sebagai makluk yang diciptakan menurut gambar Allah. Pembudayaan etika kristen ini harus dimulai secara dini dalam setiap keluarga, kemudian diperluas ke dalam kehidupan berjemaat dan seterusnya ke dalam kehidupan bermasyarakat. Pembudayaan etika kristen tersebut juga sejatinya diberlakukan secara konsisten pada semua sekolah-sekolah yang dikelola oleh gereja dan pada semua bidang pelayanan gereja. Jemaat dan organisasi intra gerejawi terpanggil membangun iklim yang lebih santun dan saling menghargai dalam forum-forum gerejawi agar menjadi kesaksian nyata bagi dunia. c. Gereja harus memberi prioritas bagi pembinaan etika kristen guna menanggulangi sejumlah kekerasan yang terjadi baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat lingkugannya, serta menghindari maraknya seks bebas, pornografi, penyalahgunaan narkoba terutama bagi generasi muda. Terjadinya “tawuran” antara siswa dengan polisi di Rantepao dan kerusuhan yang menelan korban nyawa pasca Pemilukada Kabupaten Tana Toraja misalnya, adalah “gajah di pelupuk mata” yang mendesak semua pihak untuk berpikir keras, apa yang salah dengan masyarakat kita, dan apa yang belum dilakukan oleh gereja. 5. Pemberdayaan Ekonomi dan Pengembangan Diakonia Transformatif dalam Upaya Penanggulangan Akar Kemiskinan a. Tantangan bagi sikap dan komitmen diakonal gereja menjadi semakin riil. Kita mengaminkan bahwa Kristus masuk ke dalam dunia ini, antara lain, untuk mencari dan menyantuni orang miskin, melepaskan orang yang terbelenggu dan mengentaskan orang-orang yang tidak berdaya kepada keadaan yang lebih baik. Atas dasar itu, gereja pada hakekatnya terpanggil untuk berperan sebagai mitra Kristus dalam upaya penanggulangan akar kemiskinan dan pengentasan orang-orang lemah dari berbagai ketidakberdayaan. Peran inilah yang lazim dikenal sebagai Tugas Panggilan Gereja yang ketiga, yaitu “pelayanan” atau “diakonia”. Pelaksanaan tugas panggilan ini harus dilandasi oleh suatu pemahaman bahwa dalam setiap berkat yang kita peroleh tertitip bagian orang-orang miskin, dan dalam setiap potensi yang kita miliki terselip bagian yang harus dialokasikan untuk mendukung upaya-upaya pemberdayaan orang-orang yang tidak berdaya. b. Pembaharuan paradigma diakonia ke arah diakonia yang lebih transformatif mesti semakin serius diupayakan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesadaran Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
113
c.
sebagian warga jemaat untuk berdiakonia semakin meningkat. Namun pada sisi lain muncul pula gejala bahwa justru pihak pengelola jemaatlah yang cenderung membatasi pelayanan diakonianya dalam lingkup jemaatnya sendiri, dan itupun masih terbatas pada pelayanan diakonia karitatif atau diakonia konsumtif. Padahal jumlah orang-orang yang dapat menjadi peserta pelayanan diakonia bukannya semakin berkurang. Jumlah warga jemaat dan warga bangsa ini yang tergolong ke dalam kelompok orang-orang yang terlindas oleh hiruk-pikuknya aktivitas pembangunan, justru semakin bertambah dari saat ke saat. Mereka inilah yang memerlukan perhatian serius dan dukungan dari kita semua. Mereka ini perlu dientaskan dari ketidakberdayaannya, khususnya dalam bidang ekonomi, yang membuatnya menjadi beban pembangunan secara terusmenerus. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan kepedulian, keseriusan, tekad tindakan nyata dari kita semua. Sikap diakonal jemaat juga harus diberdayakan sehingga usaha-usaha yang dibuka oleh penerima bantuan diakonia transformatif, diberdayakan oleh warga jemaat sendiri. “Trend” belanja ke mall-mall, meski untuk kebutuhan dasar sehari-hari, mestinya dialihkan kepada kios-kios kecil mereka. Di samping itu, perlu direncanakan program-program pemberdayaan bagi upaya peningkatan kesejahteraan warga gereja, seperti program-program pembinaan keterampilan dan pendampingan bagi warga gereja pencari kerja, baik dalam negeri maupun ke luar negeri.
6. Pengembangan Peran Ekumenis, Relasional Kelembagaan dan Pengelolaan
Pluraritas a. Visi Gereja Toraja, yaitu “Damai Sejahtera Bagi Semua”, pada hakekatnya mengamanatkan pengembangan peran ekumenis dan pengelolaan pluralitas. Hal tersebut bermakna, bahwa segenap warga Gereja Toraja dituntut untuk senantiasa mengembangkan hubungan yang baik dengan gereja-gereja lain tanpa harus dibatasi oleh perbedaan denominasi. Bahkan lebih dari itu, Gereja Toraja juga dituntut untuk menjalin kerjasama dan saling pengertian dengan para penganut agama-agama lain, serta harus proaktif dalam memperjuangkan perdamaian dan kesejahteraan bagi semua. Sehubungan dengan itu, pengembangan sikap inklusif (keterbukaan) dan pengelolaan pluralitas (kepelbagaian atau keanekaragaman) perlu terus digalakkan. Pluralitas seyogianya dipahami dan dikelola sebagai suatu potensi dan kekuatan bangsa, dengan dilandasi oleh suatu keyakinan, bahwa Kristus mengasihi semua manusia, dalam kepelbagaiannya, sebagai ciptaan Allah yang mulia. Kita percaya bahwa Kristus pun telah menyatakan rahmat dan cinta kasih-Nya kepada orang lain yang berbeda gereja dan berbeda agama dengan kita. b. Gereja Toraja sedang berarak bersama gereja-gereja di Indonesia untuk memberian “bentuk” pada ekumene gerejawi, yang dalam Dokumen Keesaan Gereja PGI disitir amat ditentukan oleh asas “derajat Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
114
c.
keterhubungan” (degree of connectivity) antar anggota tubuh dan seluruh tubuh dengan Sang Kepala (1 Kor. 12). Realisasinya mesti diupayakan secara serius oleh jemaat-jemaat Gereja Toraja dalam perjumpaan dengan gerejagereja setempat lainya melalui berbagai kerjasama persekutuan, kesaksian dan pelayanan. Selain itu asas “akuntabilitas gerejawi” (church accountability) mendorong wujud “kebertanggung-jawaban” gereja satu terhadap yang lain, tanggung jawab kepada dunia dan kepada Tuhan. Gereja Toraja, bersama-sama dengan gereja-gereja se-Indonesia, se-Asia dan sedunia, sadar terhadap panggilan untuk terus mencari akar spiritualitas ekumenis yang akan mengantar gereja-gereja memaknai kehadiran bersama untuk menjadi berkat bagi dunia. Pengakuan Iman GT menekankan bahwa setiap kegiatannya merupakan tanda kehidupan baru itu, baik bila jemaat berkumpul, maupun bila menyebar untuk melayani dan bersaksi di tengahtengah dunia. Jemaat adalah arak-arakan yang dinamis dan terbuka serta mengundang semua orang melalui kesaksian hidup, pelayanan dan pemberitaannya untuk ikut dalam arak-arakan ini menuju kepenuhan hidup di dalam Kerajaan Allah. Pengelolaan pluralitas sebagai potensi dan kekuatan bangsa pada dasarnya harus diawali dengan pengembangan pemahaman dan penghayatan tentang urgensi kebersamaan dan interdependensi di antara segenap komponen bangsa yang plural ini. Pengembangan pemahaman dan penghayatan tentang urgensi kebersamaan dan interdependensi, antara lain, dapat diwujudkan melalui pengembangan dialog atau forum-forum bersama seperti diskusi, seminar, lokakarya dan semacamnya. Semua itu harus dikerjakan dalam semangat dan kesadaran bahwa yang paling mendasar dan aktual adalah menjalani dan menikmati keseharian dalam hubunganhubungan sejati (genuine), tulus dan bermakna dengan siapapun, termasuk melalui penyelenggaraan program-program pelayanan sosial secara bersamasama. Fenomena meningkatnya semangat fundamentalisme bukan hanya terlihat pada agama-agama lain tetapi juga internal Kristen. Hal yang mesti diwaspadai bagi masa depan pluralitas Indonesia yang lebih damai dan harmonis.
7. Pengembangan Partisipasi dalam Pelayanan Sosial dan Pembangunan Kesehatan Masyarakat a. Salah satu fungsi utama gereja adalah pelayanan sosial. Terkait dengan pengajaran tentang hal ini kepada murid-murid-Nya, Yesus Kristus sendiri menyatakan bahwa pelayanan kepada diri-Nya sejatinya adalah pelayanan kepada orang-orang yang terpinggirkan, yakni mereka yang lapar, haus, telanjang, terpenjara dan terasing : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25 : 40). Itulah sebabnya, dalam segenap hidup-Nya, Kristus tidak menggunakan kuasa yang ada pada-Nya untuk mencari popularitas atau melindungi diri-Nya dari Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
115
kesengsaraan bahkan dari kematian, tetapi justru digunakan untuk menolong orang sakit, orang buta, orang yang terkucil dari masyarakat, orang-orang terpinggirkan karena status sosial, tanpa mengenal batas-batas etnis, agama dan latar belakang sosial lainnya. b. Gereja Toraja, sejak awal, sudah terlibat dan melibatkan diri dalam berbagai aktivitas pelayanan sosial, termasuk dalam pelayanan melalui pembangunan kesehatan masyarakat. Malahan pada waktu yang lampau, khususnya di Tana Toraja, Gereja Toraja sebagai lembaga justru menjadi pihak terdepan dalam penyelenggaraan aktivitas pelayanan sosial, khususnya pelayanan kesehatan masyarakat. Seiring dengan kemajuan zaman dan implikasi sosial yang menyertainya, Gereja Toraja dinilai kurang progresif memberi tanggapan sesuai harapan orang banyak. c. Namun, di lain pihak warga jemaat tidak boleh pula berhenti mempertanykan sambutan aktif kita terhadap optimalisasi fungsi dari fasilitas yang dikelolah Gereja Toraja. Kita sering menyatakan bahwa fasilitas-fasilitas sosial, kesehatan dan pendidikan yang dikelola oleh Gereja Toraja adalah milik kita, tetapi sudahkah kita memaknai rasa memiliki tersebut secara konstruktif dan partisipatif? Suatu hal yang pasti adalah, bahwa kita semua menginginkan supaya Gereja Toraja beserta segenap potensi yang dimilikinya kembali menjadi pihak terdepan dalam penyelenggaraan aktivitas pelayanan sosial dan pembangunan kesehatan masyarakat. Untuk mendukung hal ini, potensi Gereja Toraja (potensi warganya) pada dasarnya lebih dari sekedar cukup, sepanjang ada kepedulian, keseriusan dan tekad, dan didukung oleh pengelolaan yang lebih baik. d. Gereja Toraja bertumbuh dalam kebudayaan Toraja, dan karena itu ia harus memberi perhatian yang serius bagi pengembangan kebudayaan sebagai sarana kesaksian. Itu berarti bahwa ada hal-hal yang perlu dikembangkan secara kreatif, namun ada hal-hal yang perlu dihindari atau ditolak. Dalam hal ini, Gereja Toraja secara terus menerus mengadakan penelitian dan menyampaikan suara kenabiannya bagi pelestarian budaya yang mendatangkan damai sejahtera dan memuliakan Allah. 8. Pengembangan Peran Kebangsaan dan Kiprah Profetik di Bidang Politik a. Di tengah era demokratisasi yang semakin terbuka, sikap antusias masyarakat Indonesia untuk melakukan pemilihan pemimpin negara secara langsung merupakan suatu kemajuan dalam proses demokratisasi yang cukup memberi harapan. Namun sekaitan dengan itu, suatu hal yang patut direnungkan adalah “apakah pemilihan langsung tersebut merupakan jalur yang dengan sengaja dipilih untuk membawa masyarakat kepada kehidupan demokrasi yang berdamai sejahtera?” Pertanyaan semacam ini tetap relevan untuk dikemukakan oleh karena fakta-fakta di lapangan menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara sampai saat ini masih tetap mengindikasikan adanya ketegangan antara kehendak politik (political will) penyelenggara negara dan kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Dalam konteks yang Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
116
demikian ini, “demokrasi” pun masih potensil menjadi kendaraan untuk sekedar mememenuhi kepentingan pribadi, kepentingan kelompok atau kepentingan golongan sendiri, yang pada akhirnya dapat berimplikasi pada terabaikannya kepentingan pihak lain. b. Peluang bagi terjadinya kondisi yang demikian ini akan semakin diperbesar oleh masih kurang dan belum meratanya kedewasaan berpolitik sebagian rakyat Indonesia. Untuk itu, perlu dikembangkan secara kreatif dan kritis peran gereja dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dibutuhkan suara kenabian gereja baik dalam mendorong program-program pemerintah dan lembaga-lembaga sosial yang mengarah kepada terciptanya kehidupan yang berkeadilan, sejahtera dan damai, maupun dalam mengkritisi kebijakan-kebijakan politik serta memberikan sumbangan pemikiran demi terciptanya kehidupan damai sejahtera. BPS dapat membentuk tim profesi yang dapat memberi masukan atau pertimbangan untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab. c. Gereja Toraja telah menyatakan bidang politik sebagai bidang kesaksian gereja. Namun bidang ini semakin rentan menjadi lahan kepentingan pragmatis jangka pendek dari sekelompok orang. Dalam kondisi ini Gereja Toraja terpanggil untuk lebih member penegasan pada “kiprah profetik” di bidang politik melalui pemberdayaan dan pendewasaan politik warganya, terutama generasi muda, secara terprogram dan sistematis. Gereja perlu, secara sengaja, melakukan upaya-upaya pemberdayaan bagi warganya agar dapat melakukan kewajiban politiknya, memperjuangkan hak-hak politiknya secara konstruktif, menjamin berlangsungnya hubungan harmonis dan sinergis dengan sesama komponen bangsa. Patut dicatat bahwa upaya-upaya untuk memperjuangkan hak-hak politik tersebut harus tetap dipahami sebagai upaya memperjuangkan dan mewujudkan damai sejahtera Allah bagi semua. Karena itu, upaya tersebut juga harus tetap berlangsung dalam hubungan yang baik dengan Allah Sang Pencipta, sumber kedamaian dan kesejahteraan . 9. Ketanggapan Ekologis dan Kepedulian Sosial a. Selama tiga dekade Gereja Toraja telah berderap bersama dengan gerejagereja se-dunia dalam semangat KPKC (Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan). Sebuah pengaminan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah amat baik adanya, dan manusia diberi tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan kondisi yang sungguh amat baik itu, dalam kerangka “keutuhan ciptaan”. Namun kenyataan-kenyataan menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan hidup (ecological crisis) yang terjadi di mana-mana sebagian besar terkait dengan keserakahan manusia yang terus berlomba untuk mengekspoitasi sumber daya alam dan lingkungan tanpa mempertimbangkan daya dukung dan kelanggengannya. Akibatnya, tidak hanya terbatas pada kerusakan sumberdaya alam yang bersangkutan tetapi juga berimbas pada kerusakan lingkungan hidup secara luas, dan juga kerusakan lingkungan sosial. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
117
b. Keserakahan dalam mengeksploitasi sumber daya alam juga berimbas pada ketidakpedulian terhadap hak-hak orang-orang atau kelompok masyarakat tertentu, khususnya orang-orang yang berdomisili di sekitar lokasi sumber daya alam yang dieksploitasi. Hak-hak dari kelompok masyarakat yang dimaksud, diabaikan bahkan dirampas. Keserakahan membutakan mata hati, menghilangkan rasa solidaritas sosial dan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan tanpa mempertimbangkan dampak dari cara yang digunakannya tersebut. Bencana alam terjadi secara sekonyong-konyong tanpa ketanggapan yang berarti, sehingga banjir bandang, longsor, gempa bumi, angin badai, letusan gunung berapi, lumpur beracun dan lainnya selalu bermuara pada pemandangan yang memilukan sekaligus menelan biaya sosial yang teramat besar. Selain itu sikap tanggap terhadap masalah pemanasan global (global warming) juga menuntut perubahan gaya hidup warga jemaat. c. Dalam rangka mengatasi permasalahan di atas, gereja terpanggil untuk lebih tanggap menyampaikan suara kenabiannya, memperjuangkan keutuhan ciptaaan melalui upaya-upaya dan atau program-program konkrit. Upaya atau program tersebut dapat dilakukan secara swadaya dan swadana, ataupun melalui kerjasama dengan pihak pemerintah dan atau pihak-pihak pemerhati lingkungan hidup dan masalah-masalah sosial. 10. Pendayagunaan Sarana/Prasarana, Penggalangan Dana dan Pengembangan Penatalayanan a. SMS Gereja Toraja ke-23 adalah momentum evaluasi terhadap berbagai pencapaian dari hal-hal yang telah dicanangkan melalui PTP-GT 2006-2011. Semua idealitas dimaksud dalam PTP-GT akan terselenggara jika didukung oleh sarana-prasarana, pendanaan dan penatalayanan yang memadai. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan komitmen dan sikap konsisten dari semua pihak terkait (jemaat-jemaat) untuk dapat mengoperasionalkan setiap kesepahaman dan keputusan yang sudah diambil, melalui penyiapan dukungan pendanaan, pendayagunaan sarana-prasarana dan pelaksanaan penatalayanan secara optimal. b. Terkait pendayagunaan sarana dan prasarana, patut dicatat bahwa Gereja Toraja memiliki sejumlah sarana, termasuk gedung gereja, yang belum dimafaatkan secara optimal. Gedung gereja yang besar dan megah pada umumnya hanya dipakai pada hari Minggu; kenyataan yang mesti mendorong jemaat-jemaat untuk lebih kreatif dalam menjadikan gedung gereja sebagai pusat aktivitas “ibadah” jemaat dalam makna seluas-luasnya. Pembangunan Convention Hall Gereja Toraja adalah salah satu proyek besar pembangunan sarana dan prasarana yang sedang berlangsung. Pengalaman lemahnya kita selama ini dalam hal pemeliharaan (maintenance) mesti menjadi pengalaman berharga dalam misi pengelolaan asset gerejawi seperti ini. Termasuk komitmen berkelanjutan untuk pengembangan PSP Tangmentoe sebagai situs historis dan aset potensial Gereja Toraja Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
118
c. Menyikapi keragaman tantangan yang amat menantang penatalayanan Gereja Toraja, diyakini bahwa semua masalah juga bersangkut-paut dengan pendanaan, sarana-prasarana serta penatalayanan serta masalah-masalah kehidupan berjemaaat lainnya. Semua ini akan dapat kita tanggulangi bersama dalam derap penghayatan Visi Gereja Toraja dan Tema SSA ke -23, dan dengan perkenaan Sang Kepala Gereja, semua yang kita harapkan dapat terwujud demi kemuliaan nama-Nya. Berhubung terbatasnya dana untuk membiayai program-program pembinaan dan pemberdayaan, maka BPMS dapat membentuk sebuah komisi yang secara khusus mengusahakan dana untuk membiayai program dan pelayanan am dalam lingkup Gereja Toraja, dan semakin mendorong komitmen serta kreatifitas pengelolaan yayasanyayasan untuk berusaha mandiri dalam hal pembiayaan program. III.5. Visi dan Misi Sebagai organisasi Intra Gerejawi dalam lingkup Gereja Toraja, maka visi dan misi PPGT disusun sebagai bagian dari perarakan mewujudkan visi Gereja Toraja “Damai Sejahtera Bagi Semua”. III.5.1. VISI “Bila tidak ada Wahyu, menjadi liarlah rakyat.” (Amsal 29 : 18a). Visi PPGT merupakan suatu penglihatan ke depan yang dinyatakan oleh TUHAN tentang keberadaanNya di masa yang akan datang. Visi itu dirumuskan sebagai berikut: ”DISUKAI ALLAH DAN MANUSIA”. (Band 1 Samuel 2 : 26, lukas 5 : 52). Dengan visi ini, PPGT harus diberdayakan secara optimal sebagai wadah pembinaan kaderkader pemimpin yang memiliki pola kepemimpinan Alkitabiah di segala bidang pelayanan, baik internal yaitu gerejawi maupun eksternal yaitu bangsa dan negara seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya, politik, hukum, pemerintahan dan lain-lain. Oleh sebab itu semua pola pembinaan yang digunakan harus tepat dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip iman Kristen. III.5.2 MISI Misi PPGT merupakan tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai visi. Misi PPGT adalah menciptakan KADER SIAP UTUS yang siap dan bertangung jawab menyatakan tugas dan panggilannya di tengah gereja dan masyarakat. Proses pembentukan “Kader Siap Utus” tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Memberdayakan semua kader PPGT untuk memiliki kualitas persekutuan, kesaksian dan pelayanan. 2. Memperlengkapi para pemimpin muda dengan format pengembangan kualitas persekutuan, kesaksian dan pelayanan. 3. Mengutus pemimpin-pemimpin muda ke tengah-tengah berbagai ladang pelayanan gereja dan masyarakat untuk menyatakan kualitas persekutuan, kesaksian dan pelayanan. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
119
Misi PPGT tersebut disingkat 3 M (Memberdayakan, Memperlengkapi, Mengutus) di mana ketiganya merupakan satu kesatuan proses pengkaderan yang saling mendukung satu dengan yang lain, dan diharapkan setiap kader yang dihasilkan melewati semua proses itu. Hasil akhir dari ketiga proses itu adalah lahirnya “Kader Siap Utus”. Yang pertama adalah proses memberdayakan, di mana diharapkan basis pembinaan warga PPGT adalah Jemaat dan Klasis. Model dan sistem serta materi pembinaan yang digunakan adalah yang terbaru, yang kontekstual, dan yang up to date dengan kebutuhan PPGT sekarang. Yang kedua, adalah proses memperlengkapi, yang berbasis di Klasis di mana akan diperlengkapi bukan kaderkader baru tetapi hasil pemberdayaan di jemaat. Dengan demikian diharapkan Pengurus Klasis terkonsentrasi untuk memperlengkapi kader-kader jemaat. Pada proses ini diharapkan kader-kader PPGT sudah mampu beraktualisasi secara nyata. Yang ketiga, adalah proses mengutus di mana diharapkan “Kader Siap Utus” didorong untuk bersesama dan berkarya dalam lingkup pengabdian yang lebih luas sehinga tidak terkesan bahwa kader-kader PPGT adalah kader-kader yang eksklusif, yang haya mampu eksis di lingkungan sendiri. IV. STRATEGI Strategi di atas bertujuan untuk menghasilkan profil pemuda kristen yang memiliki sejumlah kualifikasi kompeten. Kualifikasi itu dapat digambarkan dalam 4 Q dan 3 Segitiga. Kualifikasi 4 Q adalah sbb : 1. Spiritual Quation, yaitu kemampuan untuk mewujudnyatakan spiritualitas yang utuh dalam setiap bentuk pelayanan dengan selalu mengandalkan TUHAN. 2. Emotional Quation, yaitu kemampuan untuk memaksimalkan emosi kejiwaan dalam setiap interaksi dengan sesama ciptaan Tuhan yang lain 3. Attitude Quation, yaitu kemampuan untuk mengejawantahkan kualitas iman dalam bentuk tindakan nyata yang mencerminkan kasih Kristus sebagai pola hidup Kristiani. 4. Intelectual Quation, yaitu kemampuan intelektual yang dimiliki sebagai hasil dari suatu proses belajar baik pada jenjang formal maupun informal dan dimatangkan melalui pembinaan dan pemberdayaan anggota PPGT. Kualifikasi 3 Segitiga terdiri dari: 1. Segitiga tiga pilar gereja yaitu iman, pengharapan dan kasih 2. Segitiga tri panggilan gereja yaitu bersekutu, bersaksi, dan melayani 3. Segitiga kemandirian gereja yaitu kemandirian teologi, daya, dan dana Berdasarkan kualifikasi 4Q dan 3S di atas, maka sasaran yang diharapkan adalah dihasilkannya Kader siap Utus dengan kualifikasi sebagai berikut : Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
120
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Bertransformasi dari Spiritual vertikalistis menjadi Spiritualitas Utuh. Bertransformasi dari sikap ingin dilayani menjadi kesediaan Melayani. Bertransformasi dari Sikap Ekslusif menjadi sikap Inklusif. Bertransformasi dari sikap hidup Denominasionalisme dan identitas primordialisme menjadi Oikumenis dan Pluralis. Bertransformasi dari pola orientasi Strukturalistis menjadi Fungsional. Bertransformasi dari kebiasaan ikut arus menjadi kritis kreatif. Bertransformasi dari Extravagansa life style/konsumerisme menjadi proportional life style. Bertransformasi dari Study for fun/work for prestige menjadi kompetisi Profesionalisme. Bertransformasi dari model trouble maker menjadi peace maker.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
121
BAB IV POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN PPGT Dengan mengacu pada pokok-pokok tugas panggilan tersebut, Gereja Toraja pada semua aras, diharapkan dapat merumuskan program kerja secara visioner, baik untuk jangka pendek dan menengah maupun untuk jangka panjang. Ketanggapan visioner yang berteladan kepada spiritualitas Yesus ini adalah kemampuan menatap jauh ke depan, ketanggapan dalam merespon tantangan serta kesanggupan untuk memikirkan berbagai kemungkinan untuk menggairahkan pelayanan. Pokok-pokok tugas panggilan tersebut menyangkut pengembangan pemahaman, penghayatan dan pemaknaan tentang sejumlah isu pokok perubahan atau pembaruan yang sedang dan akan terus berlangsung dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat dan berbangsa Berdasarkan Visi Gereja Toraja “Damai Sejahtera bagi Semua”, serta dengan mempertimbangkan berbagai konteks pelayanan PPGT, maka hasil Kongres XII PPGT di Samarinda tahun 2008 yakni 12 Pokok Panggilan PPGT akan terus berderap seiring. Kongres XIII PPGT di Seriti ini diharapkan akan menjadi momentum evaluatif terhadap implementasi panggilan ini selama lima tahun sejak dicanangkannya di Samarinda. Seberapa jauh Pengurus Pusat, Pengurus Klasis dan Pengurus Jemaat telah bertekun menterjemahkan ke dalam Program Kerja yang visioner, baik untuk jangka pendek, menengah dan panjang, dan seberapa jauh tingkat pencapaian dan partisipasi anggota PPGT di jemaat-jemaat dalam menyerap dan melakoni panggilan tersebut. Untuk kebutuhan ini, maka berikut ini dua belas pokok panggilan PPGT secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pembaruan Diri dan Organisasi PPGT terpanggil untuk terus menerus membarui dirinya sebagai dasar untuk mewujudkan pembaruan organisasi, pembaruan gereja dan pembaruan dunia. Dijiwai oleh tema: “Mengasihi dengan Perbuatan dan Dalam Kebenaran” PPGT bertekad untuk memulai perubahan itu dari tindakan-tindakan yang nyata, tidak sekedar kata-kata yang indah tetapi dinikmati, dirasakan, dialami dan dilakukan. Perubahan yang sudah dinikmati dan dirasakan serta dialami dan dilakukan itu akan berdampak pada pembaruan organisasi, pembaruan gereja, pembaruan Toraja, Pembaruan Indonesia bahkan pembaruan global.
2. PPGT untuk semua PPGT menyongsong paradigma baru, yakni “PPGT FOR ALL”. Dengan paradigma baru ini, PPGT berkomitmen untuk lebih banyak memberi ketimbang dari meminta, lebih banyak melayani daripada menuntut, lebih banyak berbuat daripada berbicara, lebih banyak bekerja daripada mengeluh, dll. Untuk mewujudkan hal itu, maka PPGT akan mengambil peran-peran inisiator dan fasilitator untuk program-program kepemudaan baik pada lingkup
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
122
gereja maupun masyarakat. Dengan peran-peran itu, PPGT akan lebih dikenal dan diterima oleh masyarakat secara umum. 3. Pemberdayaan SDM PPGT terpanggil untuk memberdayakan semua potensi SDM yang dimiliki secara optimal melalui upaya-upaya yang terorganisir dan berkelanjutan. Potensi PPGT yang sedemikan banyak dan tersebar itu perlu dikelolah melalui sistem manajemen mutu yang profesional agar dapat berkontribusi optimal dalam pembangunan PPGT dan Gereja Toraja serta bermanfaat bagi Pembangunan masyarakat Toraja. 4. Pembudayaan Etos Kristen PPGT terpanggil untuk menyatakan pelayanan yang beretos kristinani, yang anti kekerasan, dan yang berkomitmen tinggi untuk mewujudkan damai sejahtera di tengah-tengah dunia. Untuk itu PPGT terpanggil untuk terus terlibat dalam upaya-upaya mendorong pembudayaan etika kristiani, gerakan internasional mengatasi kekerasan (DOV 2001-2010) dan program-program lainnya yang dapat menjadi kesaksian yang nyata bagi dunia, termasuk pencitrakan etos kristiani yang lebih baik dalam bidang politik, pemerintahan, ekonomi, hukum, Hak Asasi Manusia, Seni dan Kebudayaan, dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Melalui program ini kita bermimpi bahwa orang akan menyaksikan bahwa di Tana Toraja yang mayoritas Kristen pengelolaan pemerintahannya lebih baik, tingkat korupsinya paling rendah, etos politiknya lebih bagus, penataan ekonominya lebih berkeadilan, penegakan hukum dan HAM lebih adil, dan sejumlah kesaksian lainnya yang pada akhirnya akan bermuara pada citra dan etos kristen di Toraja. 5. Pengembangan Peran Kebangsaan PPGT adalah bagian integral dari Bangsa Indonesia yang ikut menentukan perjalanan sejarah Bangsa. Untuk itu PPGT terpanggil mewujudkan peran kebangsaan dalam hal terwujudnya demokrasi yang berkeadilan dan berkeadaban dan mewarnai politik yang membawa kemaslahatan bangsa. PPGT menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik, yaitu mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan di seluruh wilayah NKRI dimanapun PPGT ada. PPGT bertekad untuk memberi kontribusi yang kritis, positif, kreatif dan konstruktif melalui upaya pemberdayaan dan pendewasaan politik warga PPGT melalui mekanisme kaderisasi yang terprogram dan sistematis. PPGT mencari dan memanggil kader-kadernya untuk terjun ke dunia politik sebagai salah satu ladang pelayanan, tetapi kader-kader PPGT yang ada di Politik haruslah mencitrakan etos kristiani, bersih dan tidak Korupsi, sebab mereka adalah hamba Allah di dunia Politik. 6. Pengembangan Peran Ekumenis PPGT terpanggil untuk bersama-sama dengan warga gereja lainnya dari berbagai latar belakang denominasi untuk mewujudkan keesaan gereja di Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
123
Indonesia. PPGT terpanggil untuk mengambil inisiatif dalam upaya mendorong kerjasama interdenominasi dan kemitraan dengan semua elemen pemuda gereja di Indonesia untuk menggerakkan lokomotif perjuangan oikumene yang semakin maju. Panggilan ini menjadikan PPGT sebagai seumber inspirasi dan inisiasi program-program ekumenikal, dan bukan sekedar turut partisipasi pada program-program ekumenikal yang sudah digagas elemen pemuda gereja yang lain. Selain itu PPGT menjadi mitra program-program ekumenis seperti DOV 2001-2010, Water for Life, Resolusi Konflik dan perdamaian dan programprogram lain dari PGI, CCA, WCC, WARC dan sejumlah organisasi ekumenis lainnya. 7. Pengembangan Peran Pluralisme PPGT terpanggil untuk bersama-sama dengan semua elemen bangsa, tanpa memandang sekat-sekat latar belakang suku, agama, ras, dan antar golongan. PPGT juga terpanggil untuk mengambil inisiatif dalam upaya mewujudkan pluralisme dan penguatan masyarakat sipil. Hal ini bisa diwujudkan jika PPGT menyadari arti kehadirannya dalam konteks masyarakat dan bangsa yang sangat majemuk. 8. Gender dan Feminisme PPGT terpanggil untuk mewujudkan masyarakat dan warga gereja yang semakin memberi ruang dan peran bagi perempuan, sekaligus mendorong dan memberdayakan kader-kader perempuan PPGT untuk mengaktualisasi peran dan potensi diri mereka. PPGT haruslah menjadi tempat yang bebas dari tekanantekanan struktural terhadap perempuan, serta menjadi tempat yang kondusif bagi perempuan untuk mengekspresikan peran-peran mereka. 9. Pelayanan Sosial PPGT terpanggil untuk mewujudkan pelayanan sosial yang menjawab pergumulan-pergumulan bangsa, khususnya yang berhubungan dengan ketimpangan dan keterbelakangan sosial, pelayanan sosial kepada kelompokkelompok yang terisolir dari pergaulan kemasyarakatan, termasuk kesiagaan tanggap darurat dalam merespons bencana alam dalam berbagai bentuk. 10. Pembangunan Kesehatan Masyarakat PPGT terpanggil untuk menjadi mitra pemerintah dan institusi non pemerintah dalam mewujudkan warga gereja yang sehat dengan berperan untuk berperan aktif dalam program-program pembangunan kesehatan masyarakat, termasuk upaya penanggulangan dampak miras, Napza, HIV/AIDS serta penyakitpenyakit lainnya yang menjadi ancaman bagi manusia. 11. Pengentasan Kemiskinan PPGT terpanggil dalam upaya-upaya terencana dalam mengatasi kemiskinan dan segala macam problematikanya, mengurangi pengangguran serta bertekad menjadikan kemiskinan sebagai musuh bersama yang harus dihadapi dengan Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
124
strategi dan aksi yang jelas. PPGT terpanggil untuk menjadi seperti Yesus yang sangat sosialis dalam menyatakan keberpihakannya kepada orang yang tertindas, orang lemah, orang miskin, orang yang tertawan dan terbelenggu serta menyatakan aksi yang nyata dalam bentuk tindakan kongkrit. 12. Pemeliharaan Lingkungan Hidup PPGT terpanggil untuk merawat dan memelihara alam semesta sebagai salah satu anugerah Tuhan bagi kehidupan. PPGT ikut bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang mengancam kelangsungan hidup penghuni alam semesta, dan karena itu bertanggung jawab juga dalam upaya-upaya yang sistemastis dan terencana untuk mengurangi dampak pemanasan global.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
125
BAB V PENGORGANISASIAN PROGRAM Dalam rangka melaksanakan pokok-pokok tugas panggilan PPGT tersebut di atas, perlu dijabarkan secara operasional dalam bentuk pokok-pokok program. Program pemberdayaan PPGT dikelompokkan dalam lima program induk, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Program induk Pembinaan Spiritualitas Program induk Pemberdayaan SDM Program induk Organisasi Program induk Pelayanan Sosial Program Induk Profesi dan Keminatan
5.1. Program Induk Pembinaan Spiritualitas. Program ini diarahkan kepada upaya peningkatan spiritualitas yang utuh dari segenap warga PPGT sebagai pemimpin masa sekarang dan masa depan Gereja dan bangsa di tengah arus globalisasi. Melalui program induk ini diharapkan akan lahir pemimpin muda PPGT yang memiliki spiritualitas dan keteladanan, berintegritas kuat serta berjiwa pelayan yang senang melayani (bukan dilayani). 5.2. Program induk Pemberdayaan SDM. Program ini diarahkan kepada upaya pemberdayaan SDM yang dimiliki oleh PPGT. Melalui program induk ini diharapkan PPGT bersinergi dengan instansi/organisasi yang bergerak dalam pengembangan SDM baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan demikian setiap kader-kader PPGT siap berkiprah dan beraktualisasi di semua bidang kehidupan, dimanapun Tuhan menempatkannya. 5.3. Program Induk Kaderisasi /organisasi Program ini diarahkan kepada upaya mempersiapkan kader siap utus melalui proses yang paripurna (tidak dikarbit), agar dapat memiliki kemampuan organisatoris plus (manajemen, leadership, decision making, dan problem solving) sehingga dapat berperan ganda baik dalam organisasi gerejawi maupun kemasyarakatan sesuai dengan panggilannya. Termasuk dalam program ini adalah kajian-kajian strategis mengenai masalah-masalah aktual kegerejaan, serta masalah aktual kemasyarakatan seperti masalah ekonomi, politik, hukum, sosial budaya dapat menjadi pegangan bagi kader-kader PPGT dalam kiprahnya di berbagai medan pelayanan berdasarkan panggilannya.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
126
5.4. Program induk Pelayanan Sosial Program ini diarahkan kepada upaya menyatakan Injil damai sejahtera kepada sesama manusia dan segenap ciptaan lainnya melalui partisipasi aktif dan nyata dari segenap warga PPGT dalam pelayanan sosial kemasyarakatan, seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat tidak mampu, lingkungan hidup dll. 5.5. Program induk Keminatan dan Profesi Program ini diarahkan kepada upaya mempersiapkan warga PPGT yang mandiri dan profesional dalam berbagai disiplin ilmudan serta upaya pengembangan minat dan bakat yang dimiliki oleh anggota PPGT. Pembinaan keminatan diarahkan pada terwujudnya sistem pengembangan minat bakat yang terpadu dan berkesinambungan, lebih dari sekedar even-even temporer. Pembinaan profesi lebih diarahkan kepada pengembangan kemampuan profesional pemuda seperti dalam bidang seni, budaya, jurnalistik dan sejumlah profesi lainnya.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
127
BAB VI PENUTUP Garis-garis Besar Program Pengembangan (GBPP) PPGT ini disusun berdasarkan kondisi objektif PPGT sekarang ini. GBPP PPGT ini merupakan haluan yang dengannya Pengurus periode 2013-2018 dapat merumuskan secara spesifik program kerja yang dapat menjawab tantangan yang sementara dihadapi oleh persekutuan ini sehingga arah perarakan bersama menuju tujuan PPGT sebagaimana termaktub dalam pasal 5 Anggaran Dasar PPGT dapat terwujud. KONGRES XIII PPGT memberi mandat kepada Pengurus Pusat untuk membuat jabaran operasional dari pokok-pokok program di atas, melalui rapat kerja, rapat koordinasi, maupun strategi lain yang dipandang kontekstual. Dalam rangka penjabaran dan implementasi tersebut, perlu ditetapkan beberapa prinsip yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan GBPP di tingkat Klasis dan Jemaat, yaitu: 1. Redaksi Visi dan Misi untuk tingkat Klasis dan Jemaat mengikuti rumusan redaksi Visi dan Misi yang ada dalam GBPP ini. Hal ini dimaksudkan agar kita bersama-sama dalam perarakan menggemakan dan mencapainya secara bersama. 2. GBPP ini terbuka terhadap adanya inovasi dan kreatifitas sesuai dengan konteks masing-masing klasis dan jemaat. 3. Penerjamahan di tingkat Klasis dan Jemaat diterapkan dengan membuka kemungkinan yang luas bagi perumusan yang sesuai dengan situasi, kondisi dan karakteristik lokal Klasis dan jemaat. Damai Sejahtera Allah yang melampaui segala akal itu akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus Tuhan kita dalam setiap gerak aktifitas membangun Gereja-Nya untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah dimanapun kita berada, sehingga semua lutut akan bertelut menyembah Dia, Raja di atas segala raja dan semua lidah mengaku : “Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juruselamat”.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
128
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.11.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PENUGASAN DAN REKOMENDASI Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa dengan berdasarkan Alkitab dan tuntutan kebutuhan konteks pelayanan PPGT, KONGRES XIII PPGT perlu menganalisis permasalahan-permasalahan umum yang sedang terjadi serta mengeluarkan penugasan dan rekomendasi; b. bahwa solusi untuk Permasalahan Umum serta rekomendasi yang dibutuhkan perlu ditetapkan untuk menjadi produk Kongres XIII PPGT yang akan disampaikan kepada semua pihak yang ditujukan.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga (AD/ART) PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.XI.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.08.KEP.KONGRES XIII.PPGT.XI.2013 tentang Penetapan dan Pembagian Komisi-Komisi.
Memperhatikan : 1. Tema dan Sub Tema Kongres XIII PPGT; 2. Sambutan, Khotbah dan Refleksi selama Kongres XIII serta materi-materi Konperensi Studi; 3. Usul-usul dari Klasis; 4. Laporan Pengurus Pusat PPGT, pemandangan umum dan tanggapan terhadap laporan tersebut; 5. Tanggapan, masukan dan nasihat atas rumusan yang diajukan dan dibahas dalam Sidang Pleno.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
129
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang masalah-masalah umum dan rekomendasi.
Pertama
: Masalah-masalah umum serta rekomendasi yang dibutuhkan adalah sebagaimana yang terdapat pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua
: Menugaskan Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 untuk menjabarkan setiap rekomendasi sesuai dengan relevansinya.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 7 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
130
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.11.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 7 Nopember 2013
PENUGASAN DAN REKOMENDASI KONGRES XIII PPGT Pasal 1 Peninjauan Kelas Kongres XIII menugaskan kepada Pengurus Terpilih untuk membahas perubahan Kelas Klasis sesuai dengan kondisi terkini PPGT untuk dibahas dalam Rapat Kerja I PPGT. Pasal 2 Gedung Pemuda Van de Loosdrecht 1. 2. 3. 4. 5.
Kongres XIII PPGT menugaskan pengurus terpilih untuk memaksimalkan dukungan terhadap penyelesaian Gedung Pemuda Van de Loodstrect. Kongres XIII PPGT menugaskan semua Pengurus Jemaat untuk memaksimalkan aksi Rp. 10.000/KK yang sedang berjalan. Kongres XIII PPGT merekomendasikan kepada Panitia Pembangunan untuk mempercepat proses penyelesaian Gedung Pemuda Van de Loodstrecht. Menyediakan Media (group Facebook) dalam rangka penggalangan Dana Pembangunan Gedung Pemuda Van de Loosdrecht Merekomendasikan kepada Pengurus Pusat agar berkoordinasi dengan Panitia Pembangunan untuk melakukan Perencanaan dan Pengawasan yang lebih baik. Pasal 3 Laporan Keuangan
1. Kongres XIII PPGT menugaskan kepada Pengurus Terpilih untuk melakukan publikasi laporan keuangan secara teratur untuk menjamin pengelolaan keuangan organisasi yang profesional, transparan dan akuntabel. 2. Informasi penerimaan dana-dana, berikut tunggakan-tunggakan dikirim ke Pengurus Klasis/BPK setiap dilaksanakan 6 bulan baik melalui website maupun dokumen yang dikirim langsung ke klasis. Pasal 4 Group KSU Kongres XIII PPGT menugaskan kepada Pengurus Terpilih untuk mengelolah Group FB KSU secara profesional, dengan mempertegas dan memperketat sistem keanggotaan untuk menjamin semua postingan dilakukan secara bertanggung jawab oleh member yang memiliki identitas yang benar. Pasal 5 Perkunjungan dan Pembinaan ke Klasis Kongres XIII PPGT menugaskan Pengurus Pusat untuk meningkatkan perkunjungan dan pembinaan ke klasis-klasis dan mekanismenya diatur dalam Raker I PPGT.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
131
Pasal 6 Penguatan Pembinaan di Klasis 1. Menugaskan kepada PP.PPGT untuk bekerja sama dengan PP.SMGT, PP.PWGT, PP.PKBGT untuk melakukan kajian mengenai kemungkinan melakukan merger/penggabungan klasis-klasis tertentu. 2. Hasil kajian dipersiapkan untuk diajukan ke SSA 24 Makale sebagai pokok pikiran OIG (PPGT, PWGT, PKBGT dan SMGT). Pasal 7 LPJ Panitia PP.PPGT terpilih membuat format LPJ Panitia yang lebih sederhana, misalnya format isian yang tinggal dilengkapi oleh kepanitiaan sesaat setelah kegiatan dilaksanakan. Bentuk dan format tersebut disampaikan ke Rapat Kerja I untuk ditetapkan. Pasal 8 Piutang 1. Kongres XIII PPGT menegaskan ulang pemutihan piutang tidak dikenal dalam sistem keuangan Gereja Toraja, sehingga semua piutang harus dilunasi. 2. Agar piutang tidak menjadi beban anggaran, maka piutang tidak dimasukkan dalam pendapatan anggaran untuk pembiayaan program. Pasal 9 Pra PRAYA Dalam rangka penghematan biaya, maka kegiatan Pra PRAYA ditiadakan. Pasal 10 Pengaturan Kegiatan OIG Tingkat Pusat Kongres XIII PPGT merekomendasikan kepada BPS Gereja Toraja untuk melakukan penataan kegiatan OIG tingkat pusat agar tidak dilaksanakan bersamaan dalam tahun yang sama dengan mempertimbangkan kalender pendidikan (hari libur). Pasal 11 Kesinambungan Pembinaan Remaja (SMGT) dan PPGT Kongres XIII PPGT merekomendasikan program bersama (joint programme) antara PPGT dan SMGT untuk memaksimalkan perhatian dan pembinaan remaja, khususnya proses transisi dari remaja ke PPGT Pasal 12 Kartu Anggota PPGT Kongres XIII PPGT menugaskan PP. PPGT untuk menerbitkan Kartu Anggota PPGT Pasal 13 Bina Muda Menugaskan pengurus pusat PPGT meneruskan penerbitan bina muda dengan konten yang lebih sederhana, mudah digunakan, actual, variatif dan informatif. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
132
Pasal 14 Buku Sejarah PPGT Agar pengurus pusat PPGT terpilih meneruskan proses penerbitan Buku sejarah PPGT Pasal 15 PRAYA 10 PPGT Menugaskan kepada Pengurus Pusat PPGT agar format PRAYA 9 PPGT tetap digunakan pada PRAYA 10 tapi perlu diadakan perbaikan pada Format tersebut, agar semakin fokus pada kegiatan pesta iman dan konsolidasi warga PPGT. Pasal 16 Program Peduli Lingkup Hidup Agar kepedulian lingkungan hidup menjadi program di semua lingkup kepengurusan. Pengurus jemaat Pengurus klasis dan Pengurus Pusat perlu memprogramkan setiap tahun dengan jenis kegiatan dan anggaran yang berkesinambungan. Pasal 17 Evaluasi Program Kerja 1. Agar Pengurus Pusat PPGT membuat matriks evaluasi pelaksaan program kerja dengan standar yang jelas dan terukur seperti pencapaian dan kendala yang dihadapi. Matriks memberikan penjelasan program yang terlaksana menyangkut dan program tidak terlaksana. 2. Program yang sudah dikerjakan di Klasis dan Jemaat tidak perlu diprogramkan lagi di lingkup Pusat. Pasal 18 Program Pelatihan Kewirausahan Agar Pengurus Pusat PPGT memprogramkan pelatihan kewirausaahan dan menjadi program rutin. Pelaksanaan Program ini dilaksanakan di lingkup klasis. Pasal 19 Panduan Brosur Hari Raya Gerejawi Menugaskan Kepada Pengurus Pusat PPGT agar menerbitkan Panduan Brosur Hari Raya Gerejawi untuk menjadi pedoman untuk pelaksanaan kegiatan hari Raya gerejawi di Klasis maupun Jemaat. Pasal 20 Website PPGT Agar Pengurus pusat PPGT meluncurkan website resmi yang professional dan fungsional untuk mendukung percepatan informasi kegiatan dan transparansi anggaran.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
133
Pasal 21 Perpustakaan PPGT Menugaskan Pengurus Pusat PPGT membentuk unit khusus Pengelolaan Perpustakaan PPGT. Pasal 22 Toraya Makombongan Menugaskan Pengurus Pusat PPGT melakukan pengkajian dan studi tentang hasil Toraya Makombongan. Pasal 23 Tugas Khusus Pendeta Generasi Muda 1. Atas nama Kongres XIII PPGT merekomendasikan kepada Pengurus Jemaat dan Pengurus Klasis yang memungkinkan, untuk mengusulkan ke persidangan yang lebih luas untuk mengangkat Pendeta Generasi Muda. 2. Menugaskan kepada Pengurus Pusat PPGT terpilih untuk mengusulkan kepada BPS Gereja Toraja agar mendorong Jemaat untuk mengangkat Pendeta Generasi Muda. Pasal 24 Sistem Persidangan Konsensus Merekomendasikan kepada Pengurus Pusat PPGT untuk mensosialisasikan sistem persidangan Konsensus ke lingkup Klasis maupun Jemaat. Pasal 25 Penyakit Sosial Merekomendasikan kepada Pengurus Pusat PPGT untuk menyikapi berbagai penyakit sosial melalui seruan penggembalaan maupun kegiatan lain yang dipandang perlu tetapi tetap dalam koridor sebagai Persekutuan. Pasal 26 Amandemen PO Merekomendasikan kepada pengurus pusat PPGT untuk melakukan amandemen dan revisi terhadap PO dan selanjutnya disosialisasikan kepada Pengurus Klasis dan Jemaat. Pasal 27 Saldo Pengurus Pusat PPGT Periode 2003/2008 Kongres XIII PPGT mekomendasikan kepada Pengurus Pusat PPGT terpilih untuk menyelesaikan Saldo dengan Pengurus Pusat PPGT periode 2003/2008. Pasal 28 Term Of Reference (TOR) PRAYA Merekomendasikan kepada Pengurus Pusat PPGT membentuk tim revisi TOR PRAYA selanjutnya dibahas dan ditetapkan dalam rapat kerja PPGT.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
134
Pasal 29 Penyiapan Alat-Alat Komunikasi Merekomendasikan Kepada Pengurus Pusat PPGT untuk mengusahakan alat-alat komunikasi di kantor Pengurus Pusat PPGT yang dapat berkomunikasi dengan wilayah yang tidak terjangkau signal. Pasal 30 Warkop di Halaman Ruang Kantor Pengurus Warkop di halaman Ruang Kantor Pengurus PPGT : 1. Merekomendasikan kepada Pengurus Pusat PPGT untuk memperjelas status Warkop yang ada di halaman kantor pengurus PPGT; 2. Merekomendasikan kepada Pengurus Pusat PPGT untuk membuat Surat Kesepakatan (MOU) dengan pengelolah Warkop yang ada di halaman kantor Pengurus Pusat PPGT.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 7 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
135
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.12.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG AMANDEMEN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka mengaktualisasikan tugas panggilannya, PPGT senantiasa berupaya menyelaraskan aktifitas pelayanannya dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan kehidupan bergereja dan bermasyarakat, dengan tetap mengacu pada Alkitab, Pengakuan Iman Gereja Toraja, dan Tata Gereja Gereja Toraja; b. bahwa Sidang Majelis Sinode (SMS) XXIII telah melakukan amandemen terhadap Tata Gereja Gereja Toraja, dengan perubahan Tata Gereja Gereja Toraja, maka AD/ART PPGT harus mengikuti perubahan itu; c. bahwa penetapan terhadap perubahan AD/ART PPGT perlu ditetapkan melalui Keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. 2. 3. 4.
Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); Keputusan SMS XXIII nomor 15 Kep/SMS-XXIII/GT/VII/2011; AD/ART PPGT pasal 15 tentang Perubahan AD/ART dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 6. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.07.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Penetapan Usul-Usul.
Memperhatikan : 1. Rumusan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT; 2. Hasil pembahasan Panitia Khusus Amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; 3. Pertimbangan dan nasihat dari Penasihat Kongres XIII PPGT.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
136
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pertama
: Amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPGT adalah sebagaimana terlampir, yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari keputusan ini. : Kongres menugaskan Pengurus Pusat PPGT periode 2013-2018 untuk menelusuri logo PPGT untuk penyempurnaan dan melaporkannya pada rapat kerja I (Pertama) PPGT. : Kongres menugaskan Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 untuk menyampaikan AD/ART PPGT yang baru kepada BPS Gereja Toraja untuk mendapat pengesahan. : Kongres menugaskan Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 untuk menerbitkan buku AD/ART PPGT. : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Kedua
Ketiga
Keempat Kelima
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 7 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th
Sekretaris Fungsional Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
137
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.12.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 7 Nopember 2013
HASIL PANITIA KHUSUS AMANDEMEN ANGGARAN DASAR /ANGGARAN RUMAH TANGGA PPGT No
1
2
3
AD/ART PPGT ART Pasal 6 ayat 4 Masa bakti Pengurus Jemaat adalah 2 (dua) atau 3 (tiga) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. ART Pasal 8 ayat 4 Masa bakti Pengurus Klasis adalah 2 (dua) atau 3 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. ART Pasal 10 ayat 5 Masa bakti Pengurus Pusat adalah 5 (lima) tahun. ART Pasal 2 ayat 1 Semua anggota Gereja Toraja yang berumur 15-35 tahun secara otomatis menjadi Anggota Biasa PPGT.
USULAN AMANDEMEN
HASIL KEPUTUSAN
Masa kepengurusan PPGT berdasarkan tingkatannya: a. Pengurus Jemaat PPGT 2 tahun b. Pengurus Klasis PPGT 3 tahun c. Pengurus Pusat PPGT 4 tahun Peninjauan kembali usia Anggota Biasa PPGT. Mengusulkan menjadi 16-35 tahun. Anggota biasa PPGT : warga Gereja Toraja yang berusia 15-40 tahun
ART Pasal 14 PERBENDAHARAAN 1. Anggota diwajibkan membayar Iuran Anggota menurut jumlah 1. Pasal 14 Anggaran Rumah Tangga yang ditetapkan oleh Rapat Anggota. ditinjau ulang. 2. Pengurus Jemaat diwajibkan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan menyerahkan sebagian Iuran Anggota 2. Database dan iuran anggota kepada Pengurus Klasis dan Pengurus Pusat, dengan prosentase dimaksimalkan 50% untuk Pengurus Jemaat, 30% untuk Pengurus Klasis dan 20% untuk Pengurus Pusat. Mekanisme penyerahan iuran anggota lebih lanjut diatur oleh Pengurus Pusat dalam Peraturan Organisasi.
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Catatan : Hanya ada penekanan bahwa agar PP.PPGT terpilih mengutamakan perampungan Program Data Base
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
138
No
4
AD/ART PPGT USULAN AMANDEMEN 3. Persembahan anggota pada hari Dies Natalis PPGT setiap tahun diserahkan seluruhnya kepada Pengurus Pusat. AD Pasal 13 ayat 3 Pasal 13 ayat 3 Anggaran Dasar ditinjau Pembuatan dan penggunaan atribut organisasi diatur dalam ulang untuk penggunaan kata peraturan tersendiri oleh Pengurus Pusat. “pembuatan”.
HASIL KEPUTUSAN
Tidak ada perubahan
5
ART Pasal 12 ayat 10 Jumlah utusan ke Kongres diatur sebagai berikut: a. Klasis dengan jumlah 7 (tujuh) jemaat mengutus 5 (lima) orang; b. Setiap penambahan 3 (tiga) jemaat, utusan bertambah 1 (satu) orang; c. Setiap Klasis mengutus maksimal 15 orang utusan; d. Klasis dengan jumlah jemaat kurang dari 7 mengutus 1 orang utusan.
1. Kuota utusan untuk klasis dengan jumlah di bawah 7 jemaat 2. Jumlah utusan setiap klasis ke Kongres tetap berdasarkan ART PPGT Pasal 12 butir 10 yaitu 7=5, +3=1, tetapi dalam hal hak Suara cukup 1 orang/Klasis
6
ART 11 ayat 6 Peserta RPP terdiri atas : 1. Pengurus Pusat 2. Ketua-ketua Pengurus Klasis. 3. Ketua-ketua Pengurus Jemaat. 4. Undangan Pengurus Pusat
Perubahan ADART pasal 11 tentang RPP Agar pelaksanaan RPP cukup dihadiri oleh pengurus klasis, sebagai representasi kehadiran PPGT Jemaat
Tidak ada perubahan
1. Struktur PPGT mengikuti struktur sinode 2. Meninjau kembali tentang pewilayahan secara struktural (Wilayah dibawah koordinasi korwil) untuk dikembalikan menjadi sistim pewilayahan secara fungsional (Pengurus Wilayah) ???? 3. Meninjau kembali tentang kewilayaan secara struktural (wilayah dibawah
Tidak ada perubahan
7
Pasal 8 BENTUK DAN SUSUNAN 1. PPGT mengikuti bentuk dan susunan Gereja Toraja. 2. Berdasarkan bentuknya, maka susunan PPGT terdiri atas Jemaat, Klasis dan Pusat.
Ada Perubahan Kuota utusan di bawah 7 jemaat mengutus 3 orang utusan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
139
No
8
9
AD/ART PPGT
USULAN AMANDEMEN Koordinasi Korwil) untuk dikembalikan menjadi sistem perwilayaan secara fungsional (pengurus Wilayah) 4. Meninjau ulang keberadaan Korwil dalam struktur PP 5. Pembagian korwil dalam struktur disesuaikan dengan hasil keputusan SMS XIII Gereja Toraja Fungsionaris Pengurus Klasis sedapatnya Pasal 8 ayat 5 anggota Luar biasa ketika Anggota Biasa Fungsionaris Pengurus Klasis adalah anggota biasa PPGT. tidak ada/tidak ada yang mau) Pasal 9 ANGGARAN DASAR RUMAH TANGGA Pembukaan AD PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA Mengamandemen Pembukaan AD PPGT PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja menjadi: adalah bagian integral dari Gereja Toraja, yaitu gereja yang PEMBUKAAN merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil dan beriman Bahwa sesungguhnya Persekutuan kepada Yesus Kristus, dan mengaku bahwa Yesus Kristus Itulah Pemuda Gereja Toraja adalah gereja, yaitu Tuhan dan Juruslamat, sebagaimana disaksikan dalam Alkitab, persekutuan orang-orang yang dipanggil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Persekutuan ini adalah kudus, dan beriman kepada Yesus Kristus, dan am dan rasuli. Kudus karena dipanggil dan dipilih Tuhan dari dalam mengaku bahwa Yesus Kristus Itulah dunia. Am karena merupakan wujud persekutuan keseluruhan umat Tuhan dan Juruslamat, sebagaimana Allah sebagai satu tubuh, dan Kristus sebagai kepalanya. Rasuli disaksikan dalam Alkitab, Perjanjian Lama karena diutus ke dalam dunia untuk memberitakan Injil keselamatan dan Perjanjian Baru. Persekutuan Pemuda kepada semua ciptaan. Gereja Toraja adalah warga gereja yang Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja sadar dan bertanggung jawab akan tugas adalah generasi masa kini dan masa depan Gereja serta penerus cita- dan panggilannya di tengah-tengah gereja, cita perjuangan bangsa. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah masyarakat dan alam semesta.
HASIL KEPUTUSAN
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
140
No
10
AD/ART PPGT warga gereja yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas dan panggilannya di tengah-tengah gereja, masyarakat dan alam semesta. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja melaksanakan panggilan persekutuan, pelayanan dan kesaksian sebagai penampakan iman dan pengharapannya kepada Tuhan yang terwujud dalam kasih dan pelayanan kepada sesama, tanpa sekat, tanpa batas dan tanpa pamrih. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai dasar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja mengakui bahwa gereja dan negara memiliki kewenangan masing-masing namun keduanya merupakan mitra sejajar yang saling menghormati, saling mengingatkan dan saling membantu. Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah pelayan Tuhan di tengah-tengah dunia, yang diutus ke dalam dunia untuk menyatakan damai sejahtera bagi semua ciptaan. Dalam menyatakan tugas panggilannya, maka pada tanggal 11 Desember 1962, dibentuklah wadah pelayanan dan kaderisasi pemuda Gereja Toraja yang diberi nama Persekutuan Pemuda Gereja Toraja, sebagai Organisasi Intra Gerejawi yang pertama dalam Gereja Toraja. Bahwa untuk memelihara ketertiban dan kelancaran pelayanan dan pengkaderan dalam wadah tersebut, maka disusunlah konstitusi dasar organisasi yang disebut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT. ART Pasal 12 ayat 5 Sekretaris Pengurus Pusat secara otomatis menjadi Sekretaris Sidang.
USULAN AMANDEMEN Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah generasi masa kini dan masa depan Gereja serta penerus cita-cita perjuangan bangsa. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja melaksanakan panggilan persekutuan, pelayanan dan kesaksian sebagai penampakan iman dan pengharapannya kepada Tuhan yang terwujud dalam kasih dan pelayanan kepada sesama, tanpa sekat, tanpa batas dan tanpa pamrih. Bahwa sesungguhnya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja adalah pelayan Tuhan di tengah-tengah dunia, yang diutus ke dalam dunia untuk menyatakan damai sejahtera bagi semua ciptaan. Dalam menyatakan tugas panggilannya, maka pada tanggal 11 Desember 1962, dibentuklah wadah pelayanan dan kaderisasi pemuda Gereja Toraja yang diberi nama Persekutuan Pemuda Gereja Toraja, sebagai Organisasi Intra Gerejawi yang pertama dalam Gereja Toraja. Amandemen ART Pasal 12 butir 5 menjadi:
Pimpinan Sidang mengajukan seorang nama untuk ditetapkan sebagai Sekretaris Persidangan setelah mendapat pertimbangan dari Pengurus Pusat, Panitia Persidangan dan Penasihat.
HASIL KEPUTUSAN
Tidak ada perubahan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
141
No
11
12
13
AD/ART PPGT
USULAN AMANDEMEN Sosialisasi AD.ART Kongres XIII menugaskan Pengurus Pusat dan Pengurus Klasis untuk melakukan sosialisasi AD/ART kepada jemaat-jemaat.
-
AD Pasal 6 Untuk mewujudkan tujuan PPGT, maka Misi PPGT adalah bersekutu, bersaksi dan melayani, yang dijabarkan dalam bentukbentuk pelayanan gerejawi. ART Pasal 8 ayat 2 Berdasarkan bentuknya, maka susunan PPGT terdiri atas Jemaat, Klasis dan Pusat.
-
15
PPGT mempunyai atribut organisasi seperti lambang, bendera, Hymne, Mars dan atribut lainnya. Pasal 2 KEANGGOTAAN Keanggotaan PPGT berdasarkan pasal 9 Anggaran Dasar terdiri atas: 1. Anggota Biasa yaitu semua anggota Gereja Toraja yang berumur 15-35 Tahun. 2. Anggota Luar Biasa yaitu mereka yang tidak termasuk dalam ayat 1, tetapi menunjukkan kesetiaan dan loyalitas terhadap PPGT. Pasal 3 ANGGOTA BIASA 1. Semua anggota Gereja Toraja yang berumur 15-35 tahun secara otomatis menjadi Anggota Biasa PPGT. 2. Anggota Biasa mempunyai hak:
Catatan : Tidak perlu dibahas karena sudah otomatis menjadi tugas PP.PPGT
Misi PPGT adalah bersekutu, bersaksi & melayani. Penambahan Visi PPGT pada AD PPGT dengan tetap mempertahankan visi sebelumnya “disukai Allah & manusia”.
Tidak ada perubahan
Susunan PPGT terdiri atas jemaat, klasis & sinode.
Tidak ada perubahan
Kata “lambang” diganti “logo”
Tidak ada perubahan
-
Pasal 13 Ayat 1
14
HASIL KEPUTUSAN Tidak ada perubahan
Pasal 2, 3 & 4 Keanggotaan PPGT disatukan, tidak ada pembagian anggota biasa & anggota luar biasa. Batasan umur anggota PPGT mengacu pada ART sebelumnya yaitu 15–35 tahun, tetapi fungsionaris pengurus di masingmasing diberi batasan umur. Pengurus jemaat : 15-35 tahun Pengurus Klasis : 15 – 30 tahun Pengurus pusat : 23 - 30 tahun. Penjelasan Pasal 3 point 2 c yang tidak
Tidak ada perubahan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
142
No
AD/ART PPGT USULAN AMANDEMEN a. Mendapatkan semua bentuk pelayanan PPGT jelas mengenai jabatan dalam pelayanan b. Menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan (pengurus/ panitia) d. Dipilih dan Memilih untuk berbagai jabatan dalam pelayanan PPGT e. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam hal-hal yang perlu, benar dan adil dari PPGT 3. Anggota Biasa mempunyai kewajiban: a. Secara sendiri-sendiri dan bersama-sama melaksanakan misi PPGT. b. Secara sendiri-sendiri dan bersama-sama berperan aktif dalam pembangunan jemaat, klasis dan sinode. c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik PPGT. d. Melaksanakan, menegakkan dan mempertahankan konstitusi PPGT. e. Menaati peraturan/keputusan organisasi. f. Menjunjung tinggi disiplin organisasi. g. Menjalankan tugas-tugas yang diberikan organisasi sebaikbaiknya. Pasal 4 ANGGOTA LUAR BIASA 1. Anggota Gereja Toraja yang berumur kurang dari 15 Tahun atau lebih dari 35 Tahun tetapi menunjukkan kesetiaan dan loyalitas terhadap PPGT disebut Anggota Luar Biasa. 2. Pemuda lainnya yang tidak termasuk kategori dalam ayat 1 dapat disebut Anggota Luar Biasa, dan dapat diangkat sebagai Anggota Biasa apabila bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT. 3. Anggota Luar Biasa mempunyai hak: a. Mendapatkan semua bentuk pelayanan PPGT b. Menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan
HASIL KEPUTUSAN
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
143
No
16
AD/ART PPGT c. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam hal-hal yang perlu, benar dan adil dari PPGT 4. Anggota Luar Biasa mempunyai kewajiban: a. Secara sendiri-sendiri dan bersama-sama melaksanakan misi PPGT. b. Secara sendiri-sendiri dan bersama-sama berperan aktif dalam pembangunan jemaat, klasis dan sinode. c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik PPGT. d. Melaksanakan, menegakkan dan mempertahankan konstitusi PPGT. e. Menaati peraturan/keputusan organisasi. f. Menjunjung tinggi disiplin organisasi. Pasal 5 BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN Keanggotaan berakhir karena : 1. Permintaan sendiri yang disampaikan secara tertulis. 2. Meninggal dunia Pasal 16 ATRIBUT ORGANISASI 1. Logo PPGT adalah sebagai berikut:
17 2. Makna Logo adalah sebagai berikut:
a. Lingkaran
:
Lingkaran luar adalah lambang persekutuan antara manusia dengan sesamanya, dan lingkaran dalam adalah lambang persekutuan manusia
USULAN AMANDEMEN
HASIL KEPUTUSAN
Penambahan 1 point sebagai bagian dari berakhirnya keanggotaan yaitu Pindah agama/lintas denominasi dalam hal ini keluar dari keanggotaan Gereja Toraja Pasal 16 1. Warna putih pada logo diberikan makna. 2. Jenis warna biru yang jelas. 3. Logo menggunakan gambar bintang 7 diberi makna.
Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan
Catatan :
1. Mengembalikan bentuk/model bintang pada Logo PPGT kepada bentuk/model bintang hasil Kongres Samarinda
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
144
No
AD/ART PPGT
2. Salib
:
3. Rumah Toraja
:
4. Daun Kelapa Muda :
5. Alkitab
:
dengan Allah. Pelayanan PPGT selalu berpusat pada salib Kristus, yang menyatakan komitmen pelayan yang siap berkorban, siap menderita dan siap menjadi hamba yang melayani. Aspek historis kelahiran PPGT dari tengah-tengah orang Toraja. Rumah toraja dan salib menembus lingkaran dalam mempunyai makna PPGT yang inklusif (tidak eksklusif), PPGT yang keluar dan bersesama dengan ciptaan Allah yang lain. Sekalipun PPGT lahir dari komunitas Toraja tetapi PPGT selalu siap untuk bersesama tanpa memandang latarbelakang suku, agama, ras, golongan, kelas sosial, dll. Kuncup daun kelapa muda yang siap untuk mekar, menandakan sosok pemuda yang siap untuk mekar dengan jiwa idealisme yang tinggi. Jumlahnya 12, masing-masing 6 disebelah kiri dan kanan. Angka 12 adalah simbol dari 12 murid Tuhan Yesus dan 12 Suku Israel yang menunjukkan bahwa kita adalah umat pilihan Allah. Bahwa dasar pelayanan PPGT dalam menjalankan misi panggilannya adalah Alkitab, Firman Allah yang
USULAN AMANDEMEN
HASIL KEPUTUSAN 2. Menugaskan pada PP.PPGT untuk menyeragamkan warna BIRU BENHUR dengan cara membagikan ke semua Pengurus Klasis dan Pengurus Jemaat kain yang berwarna BIRU BENHUR 3. Kongres menugaskan Pengurus Pusat PPGT periode 2013-2018 untuk menelusuri logo PPGT untuk penyempurnaan dan melaporkannya pada rapat kerja I (Pertama) PPGT. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
145
No
AD/ART PPGT
f. Tiga Garis
:
USULAN AMANDEMEN
HASIL KEPUTUSAN
hidup. Oleh Alkitab, Firman Allah itu PPGT Bersaksi dan mengaku bahwa “Yesus Kristus Itulah Tuhan dan Juruselamat Dunia”. Diatas Alkitab ada tulisan 1 Kor. 3: 11 sebagai dasar berdirinya Gereja Toraja. Bentuknya bergelombang berpasangan, tiga sebelah kiri salib dan tiga sebelah kanan salib, diatas Alkitab dan di bawah rumah Toraja, sebagai simbol dari misi gereja yaitu Tri Panggilan Gereja: Marturia, Koinonia dan Diakonia.
3. Warna, pada logo dan atribut lainnya mempunyai makna yaitu, a. Biru bermakna semangat militansi yang bergelora. b. Hitam bermakna keagungan dan keabadian. c. Hijau muda bermakna keceriaan, pengharapan dan hidup baru d. Kuning perak bermakna kematangan dan kebijaksanaan.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
146
No
18
AD/ART PPGT
ART Pasal 6 ayat 5e Bendera, dengan aturan sebagai berikut: Dibawah Logo dituliskan identitas seperti Pengurus Pusat, Pengurus Klasis, Pengurus Jemaat, atau Panitia.
USULAN AMANDEMEN
HASIL KEPUTUSAN
ART Pasal 16 Point 5 (e) Pada bendera diberi identitas Persekutuan Pemuda Gereja Toraja, nama klasis & nama jemaat, tanpa kata “pengurus”.
Ada Perubahan Kata Pengurus dihilangkan Pasal 16 ayat 5 huruf e dalam Anggaran Rumah Tangga berubah menjadi : Pada Lingkup Jemaat dituliskan identitas di bawah Logo PPGT Jemaat … Pada Lingkup Klasis dituliskan identitas di bawah Logo PPGT Klasis …. Pada Lingkup Pusat dituliskan identitas di bawah Logo PPGT
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
147
No
AD/ART PPGT
ART Pasal 6 ayat 5e 20
Stempel atau cap dengan mencantumkan identitas (Jemaat, Klasis, Pusat, Panitia).
USULAN AMANDEMEN
ART Pasal 16 ayat 7 Identitas diberi kata “pengurus”.
HASIL KEPUTUSAN Ada Perubahan Pasal 16 ayat 7 berubah menjadi : Stempel atau cap pada Lingkup Jemaat mencantumkan identitas PENGURUS PPGT Jemaat ….. Stempel atau cap pada Lingkup Klasis mencantumkan identitas PENGURUS PPGT Klasis ….. Stempel atau cap pada Lingkup Pusat mencantumkan identitas PP PPGT Stempel atau cap pada kepanitiaan mencantumkan identitas Panitia …..
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
148
No
21
AD/ART PPGT USULAN AMANDEMEN Pasal 17 ATURAN TAMBAHAN Pasal 17 1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Arbitrase penggunaan ART perlu diatur ini akan diatur oleh Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Pimpinan Pusat, Keputusan PP, Keputusan Konperensi Klasis, dan Keputusan Rapat Anggota, sejauh tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT. Perubahan mengikuti TGGT 2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPGT selanjutnya disahkan oleh Rapat Kerja Badan Pekerja Majelis Sinode.
HASIL KEPUTUSAN Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
149
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.13.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PESAN DAN SERUAN KONGRES XIII PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa dengan berdasarkan Alkitab dan tuntutan kebutuhan konteks pelayanan PPGT, KONGRES XIII PPGT perlu mengeluarkan Pesan dan Seruan Kongres; b. bahwa Pesan dan Seruan Kongres XIII PPGT perlu ditetapkan untuk menjadi produk Kongres XIII PPGT yang akan disampaikan kepada semua pihak yang ditujukan.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga (AD/ART) PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT;
Memperhatikan
: 1. Tema dan Sub Tema Kongres XIII PPGT; 2. Sambutan, Khotbah dan Refleksi selama Kongres XIII serta materimateri Konperensi Studi; 3. Usul-usul dari Klasis; 4. Laporan PP.PPGT, berikut pemandangan umum dan tanggapan terhadap laporan tersebut; MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Pesan dan Seruan Kongres XIII PPGT
Pertama
: Pesan dan Seruan Kongres XIII PPGT adalah sebagaimana yang terdapat pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua
: Menugaskan Pengurus Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 untuk menyampaikan Penugasan dan Rekomendasi XIII PPGT ini kepada pihak terkait serta lembaga dan institusi yang relevan.
Ketiga
: Menyerukan kepada setiap Pengurus Klasis PPGT dan Pengurus Jemaat PPGT untuk menyampaikan dan mensosialisasikan Pesan dan Seruan Kongres XIII PPGT dengan cara dan metode yang konteks dengan Klasis masing-masing.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
150
Keempat
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 8 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
151
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.13.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 8 Nopember 2013
PESAN DAN SERUAN KONGRES XIII PPGT Kepada seluruh saudara-saudara sepelayanan, dalam nama Tuhan Yesus Kristus. 1. Dengan mengucap syukur kepada Tuhan, kami peserta Kongres XIII PPGT yang
2.
3.
4.
5.
6.
sedang berkumpul di Seriti, yang datang dari 81 Klasis mengirim salam kepada seluruh saudara-saudara sepelayanan: “Salam Kader Siap Utus”. Melalui Kongres XIII ini, kami mewujudkan persekutuan melalui doa dan Penelaan Alkitab, sharing pelayanan dan kondisi terkini PPGT dari berbagai tempat dan latar belakang, dan juga melalui diskusi dan perdebatan yang saling mendewasakan. Semua ini dilandasi oleh kesadaran penuh bahwa landasan pelayanan PPGT adalah Firman Tuhan, dalam fokus sorot tema : “Mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”. Di Seriti yang aman dan damai, kami bergandengan tangan untuk memperkuat komitmen bahwa roda pelayananan dan regenerasi harus terus berputar. Perjalanan dari Samarinda 2008 dengan sorotan “Berubahlah oleh Pembaruan Budimu” menuju Seriti 2013 dengan “Mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” adalah wujud komitmen penuh PPGT untuk terus menerus membarui diri dan organisasi, bukan hanya dengan kata-kata saja, tetapi melalui perbuatan dan dalam kebenaran. Dengan penuh kasih kami mendorong semua kader PPGT dimanapun anda berada, untuk terus menerus membangun persekutuan. Sebab hanya melalui persekutuan yang dibangun dengan dasar yang benar yang akan terus bertahan di tengah dunia yang terus berubah. Peliharalah kasih persaudaraan, tingkatkan semangat bersekutu dan saksikanlah Injil yang mendamaikan dan mensejahterakan. Kita hidup di tengah dunia yang semakin majemuk. Kita memahami bahwa kemajemukan adalah anugerah Tuhan untuk dunia dan untuk ciptaan-Nya. Baiklah semua kader-kader PPGT menghargai setiap perbedaan serta membudayakan hidup bersama dalam kemajemukan. Persekutuan yang sehat haruslah memberi ruang bagi setiap perbedaan untuk tumbuh bersama dalam keadilan dan perdamaian. Semoga kita terus berdoa : “Tuhan sumber kehidupan, bimbinglah kami kepada keadilan dan perdamaian”. Dunia yang semula diciptakan Tuhan dengan “sungguh amat baik”, kini semakin menuju kerusakan dan kehancuran karena model pembangunan dan globalisasi yang tidak memedulikan kelestarian lingkungan hidup. Kami mengajak semua warga PPGT untuk sungguh-sungguh mewujudkan kehidupan yang hijau dengan terus berusaha melaksanakan dokumen PPGT Go Green dalam segala keadaan. Dan akhirnya kami mengundang semua warga PPGT untuk memberi kontribusi yang positif bagi pertumbuhan Gereja Toraja yang semakin inklusif, bagi perwujudan Indonesia yang aman, damai dan sejahtera dan bagi sebuah tatanan dunia baru yang adil dan oikos.
Catatan rekomendasi: Pesan ini dibacakan dalam kebaktian PPGT pertama setelah Kongres PPGT. Dimohon kesediaan Pengurus Klasis untuk memperbanyak dan mengirimkannya kepada semua jemaat dan cabang kebaktian. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
152
Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 8 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
153
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG STRUKTUR DAN NOMINASI PENGURUS PUSAT PPGT PERIODE 2013-2018 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa untuk melaksanakan keputusan-keputusan Kongres XIII PPGT, perlu mengangkat personalia PP.PPGT Periode 2013-2018; b. bahwa untuk mengangkat personalia dibutuhkan perangkat berupa struktur dan nominasi.
Mengingat
:
1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 10 tentang Pengurus Pusat PPGT dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.Kongres XIII. PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.10.KEP.Kongres XIII. PPGT.11.2013 tentang GBPP PPGT 2013-2018;
Memperhatikan : 1. Rumusan Panitia Pengarah tentang Struktur dan Nominasi PP.PPGT 2013-2018.
2. Hasil Rumusan Panitia Pengarah tentang Struktur dan Nominasi yang diajukan dan dibahas dalam Sidang Paripurna. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018
Pertama
: Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 adalah sebagaimana terlampir, yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
154
Kedua
: Struktur dan nominasi adalah penuntun untuk mengangkat personil Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 8 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
155
Lampiran : Keputusan Kongres XIII PPGT Nomor : 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 Tanggal : 8 Nopember 2013 NOMINASI BAB I Pasal 1 Pendahuluan Pengurus Pusat PPGT sebagai pelaksana atau mandataris Keputusan Kongres XIII haruslah memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh persidangan, sesuai dengan kebutuhan dan kontekstualisasi saat ini. Untuk itulah diperlukan sejumlah perangkat dalam bentuk struktur. Agar struktur itu dapat diisi oleh orang yang tepat (the right man on the right place) maka dibuatlah kriteria dan nominasi Pengurus PPGT 20132018. BAB II STRUKTUR ORGANISASI Pasal 2 Struktur Pengurus Struktur Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 sebanyak 14 personil Pengurus Harian dan 16 Koordinator Wilayah dengan susunan sebagai berikut: Pengurus Harian Ketua Umum Sekretaris Umum Ketua Sekretaris Ketua Sekretaris Ketua Sekretaris Ketua Sekretaris Ketua Sekretaris Bendahara Umum Wakil Bendahara
: 14 orang, 1 orang PP full time ditambah satu orang staff profesional : 1 orang (part time) : 1 orang (part time) : 1 orang (Bidang Spiritualitas – part time) : 1 orang (Sekfung Spiritualitas – part time) : 1 orang (Bidang Pengembangan SDM- part time) : 1 orang (Bidang Pengembangan SDM) : 1 orang (Bidang Organisasi- full time) : 1 orang (Sekfung Organisasi – part time) : 1 orang (Bidang Profesi dan Keminatan – part time) : 1 orang (Sekfung Profesi dan Keminatan – part time) : 1 orang (Bidang Sosial dan Lingkungan Hidup – part time) : 1 orang (Sekfung Sosial dan Lingkungan Hidup – part time) : 1 orang (part time) : 1 orang (part time)
1. Koordinator Wilayah : a. Koordinator Wilayah Luwu Timur (Malili, Kalaena, Wotu) b. Koordinator Wilayah Luwu Utara (Masamba, Sangbua Lambe, Baebunta Selatan, Malengke, Rosaba, Sukamaju, Bone-Bone) c. Koordinator Wilayah Luwu Palopo (Palopo, Kota Palopo, Luwu,
Bastem, Walenrang, Walenrang Timur, Lamasi dan Seriti)
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
156
d. Koordinator
Tana)
Wilayah Seko (Seko Padang, Seko Lemo, Seko Embona
e. Koordinator Wilayah Sanggalangi‟ (Kesu‟ Tallulona, Kesu Malenong,
Kesu‟ La‟bo, Buntao, Rantebua, Bokin Pitung Penanian)
Wilayah Sopai-Rantepao-Tikala-Sesean ( Madandan, Nonongan Salu, Rantepao Barat, Rantepao, Tallunglipu, Tikala, Sesean, Sasi Utara) g. Koordinator Wilayah Kadellekan Allo (Balusu, Sa‟dan Mataallo, Sa‟dan Ulusalu, Tondon, Nanggala Karre) h. Koordinator Wilayah Rindingallo (Pangalla, Pangala Utara, Parandangan) f.
i. j.
k. l. m. n. o.
Koordinator
Koordinator Wilayah Awan-Denpina-Kurra Koordinator Wilayah Tallu Lembangna-Gandangbatu Sillanan (Sangalla
Selatan, Sangalla, Sangalla Barat, Mengkendek Tengah Timur, Sillanan, Gandangbatu, Mengkendek Utara Timur, Mengkendek Utara Barat, Makale, Makale Utara, Makale Tengah, Makale Selatan, Maranpa) Koordinator Wilayah Toraja Barat 1 (Masanda, Bittuang, Bittuang Se‟seng, Ususalu, Malimbong, Appang Batu Balepe‟, Tapparan Rantetayo) Koordinator Wilayah Toraja Barat 2 (Rembon, Rembon Sado‟ko, Buakayu, Rano, Simbuang, Simbuang Barat) Koordinator Wilayah Sulselbar (Makassar–Bone–Parepare–Sulbar) Koordinator Wilayah Sulawesi Tengah (Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah Timur, Sigilore) Koordinator Wilayah Kalimantan (Kaltim Samarinda, Kutai Kaltim, Kaltimteng, Kaltim Tarakan)
p. Koordinator Wilayah Jawa, Sumatera, Pontianak dan luar negeri Pasal 3 Bagan Struktur
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
157
BAB III URAIAN TUGAS Pasal 4 Tugas-tugas umum PP PPGT 1. Melaksanakan tugas kepengurusan berdasarkan mandat Kongres XIIIPPGT. 2. Bertindak sebagai fasilitator, komunikator dan koordinator hubungan yang kuat dengan klasis dan jemaat-jemaat. 3. Bertanggungjawab menjalankan roda organisasi secara kolektif.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pasal 5 Ketua Umum Bertanggungjawab penuh atas kebijakan organisasi ke dalam dan ke luar. Bersama Sekretaris Umum memberikan pokok-pokok pikiran/pengarahan untuk melaksanakan program kerja sesuai keputusan Kongres. Mempersiapkan gagasan yang merupakan kebijakan dalam menentukan prioritas program. Bersama dengan Bendahara Umum dan Bendahara untuk mengelola keuangan. Bersama dengan Sekretaris Umum memimpin rapat-rapat. Bersama dengan Sekretaris Umum menandatangani surat-surat organisasi. Bersama dengan semua pengurus menyiapkan laporan pertanggungjawaban. Pasal 6 Ketua-ketua Bidang Bertanggungjawab atas pelaksanaan programnya masing-masing. Menggantikan Ketua Umum bila berhalangan sesuai dengan bidangnya masingmasing. Membantu Ketua Umum dalam melaksanakan tugasnya. Membuat laporan pertanggungjawaban sesuai dengan bidang masing-masing. Dapat membentuk komisi-komisi sesuai dengan kebutuhan. Pasal 7 Sekretaris Umum Bersama-sama dengan Ketua Umum bertanggungjawab atas kebijakan organisasi ke dalam dan ke luar. Bersama-sama Ketua Umum memberikan pokok-pokok pikiran/pengarahan untuk melaksanakan program kerja sesuai dengan Keputusan Kongres. Mempersiapkan gagasan yang merupakan kebijakan dalam menentukan prioritas program. Bersama-sama dengan Ketua Umum memimpin rapat-rapat. Bersama-sama dengan Ketua Umum menandatangani surat-surat organisasi. Memimpin staf kantor dalam mengelola administrasi dan kesekretariatan Pengurus Pusat. Bersama dengan semua pengurus menyusun laporan pertanggungjawaban.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
158
Pasal 8 Sekretaris Bidang 1. Bersama-sama dengan Ketua Bidangnya bertanggung jawab atas pelaksanaan program kerja bidang. 2. Menggantikan Sekretaris Umum bila berhalangan sesuai dengan penugasan. 3. Bersama Ketua Bidang membuat laporan pertanggungjawaban sesuai bidang masing-masing
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pasal 9 Bendahara Umum Menyampaikan rekomendasi pemikiran dalam melaksanakan dan mengarahkan pengelolaan keuangan. Bersama-sama dengan Ketua Umum mengambil kebijakan dalam hal pengelolaan keuangan organisasi. Bersama Wakil Bendahara Umum membuat laporan pertanggungjawaban keuangan. Mempersiapkan laporan pembukuan untuk verifikasi. Bersama dengan Wakil Bendahara Umum memikirkan dan mengupayakan usaha pencarian dana. Pasal 10 Wakil Bendahara Umum Membantu Bendahara Umum dan Ketua Bidang dalam pengelolaan keuangan masing-masing bidang. Menggantikan Bendahara Umum bila berhalangan. Bersama-sama dengan semua pengurus membuat laporan pertanggungajawaban keuangan. Bersama-sama dengan Bendahara Umum mempersiapkan laporan pembukuan untuk diverifikasi. Bersama-sama dengan Bendahara Umum memikirkan dan mengupayakan usaha pencarian dana. Pasal 11 Koordinator Wilayah Atas nama Pengurus Pusat melaksanakan tugas-tugas PPGT dalam wilayahnya sesuai dengan penugasan yang diberikan kepadanya. Atas nama Pengurus Pusat membantu Pengurus PPGT di Klasis-klasis dan Jemaat-jemaat menyelesaikan program-program pembinaan dan pelatihan. Membantu pelaksanaan program-program PPGT dalam wilayahnya. Mengkoordinasikan kegiatan bersama dalam wilayahnya jika dipandang perlu oleh Pengurus Pusat. Memberikan informasi kepada Pengurus Pusat tentang masalah-masalah dalam wilayahnya yang dipandang perlu ditangani oleh Pengurus Pusat. Menghadiri rapat-rapat Pengurus Pusat yang relevan atas undangan Pengurus Pusat.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
159
BAB IV KRITERIA NOMINASI PENGURUS Pasal 12 Kriteria Umum Kriteria untuk menjadi nominasi Pengurus Pusat PPGT 2013-2018, adalah : 1. Anggota Biasa PPGT. 2. Menerima dan memahami AD/ART PPGT, PIGT dan TGGT. 3. Telah melewati proses kaderisasi secara berjenjang (LKP, LKPD dan LKPL). 4. Tidak sedang kena disiplin gerejawi. 5. Sudah disidi/baptis dewasa. 6. Mempunyai dedikasi dan loyalitas terhadap PPGT. 7. Pernah atau sedang menjabat pengurus PPGT di tingkat Klasis. 8. Tidak sedang dan akan terlibat dalam kepengurusan organisasi partai politik. 9. Pengurus adalah Peserta Kongres XIII PPGT. Pasal 13 Kriteria Khusus Ketua Umum 1. Memiliki kemampuan memimpin. 2. Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang PPGT, Gereja Toraja, Gerakan Oikumene dan Pluralisme. Pasal 14 Kriteria Khusus Ketua Bidang 1. Memiliki kemampuan memimpin. 2. Memiliki pengetahuan dan wawasan dalam bidangnya masing-masing. Pasal 15 Kriteria Khusus Sekretaris Umum 1. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dan kecakapan dalam pengelolaan perorganisasian program dan administrasi kesektariatan. 2. Tidak sedang menduduki jabatan yang sama di OIG yang lain. 3. Bersedia mundur dari jabatannya, jika sedang menjabat KSB pada lingkup PPGT Klasis. Pasal 16 Kriteria Khusus Sekretaris Bidang 1. Dapat bekerja sama dengan Ketua Bidang. 2. Memiliki pengetahuan dan wawasan dalam bidangnya masing-masing. Pasal 17 Kriteria Khusus Bendahara Umum dan Wakil Bendahara Mempunyai pengalaman dalam bidang kebendaharaan
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
160
BAB V FORMATUR KONGRES Pasal 18 Kriteria Formatur
1. Peserta aktif Kongres XIII. 2. Menjunjung tinggi prinsip netralitas, dengan menyatakan kesediaan tidak akan menjadi Pengurus Pusat PPGT dalam posisi apapun. 3. Jumlah Formatur terdiri dari 9 orang dengan komposisi 2 orang dari Pengurus Demissioner dan 4 orang dari Utusan dan KSB terpilih. Pasal 19 Struktur Formatur Struktur Formatur Kongres XIII adalah sebagai berikut: 1. Ketua (merangkap anggota 1) : Ketua Umum terpilih 2. Sekretaris (merangkap anggota 2) : Sekretaris Umum terpilih 3. Bendahara Umum 3 : Bendahara Umum Terpilih 4. Anggota 4 : Pengurus Demissioner 5. Anggota 5 : Pengurus Demissioner 6. Anggota 6 : Utusan 7. Anggota 7 : Utusan 8. Anggota 8 : Utusan 9. Anggota 9 : Utusan Pasal 20 Mekanisme Kerja Formatur 1.
Segera sesudah terpilih, Formatur Kongres XIII diberikan waktu untuk mengadakan Rapat Formatur Tertutup. 2. Hasil Kerja Formatur sudah harus diumumkan dalam Sidang Paripurna sebelum penutupan. BAB VI SISTEM DAN MEKANISME PEMILIHAN Pasal 21 Sistem Pemilihan 1. Pengurus Harian, yaitu Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dipilih langsung dalam Sidang Paripurna, sedangkan personil lainnya dipilih oleh Formatur. 2. Pemilihan Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dilakukan secara tertulis dan rahasia. 3. Pemilihan Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dilakukan terpisah dan ditetapkan secara terpisah pula. 4. Koordinator wilayah diusulkan oleh klasis yang diwakilinya kepada formatur.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
161
Pasal 22 Pemilihan Ketua Umum Pemilihan Ketua Umum dilakukan dengan urut-urutan sebagai berikut: 1. Setiap Utusan menulis satu nama sebagai Bakal Calon Ketua Umum pada kertas yang telah disediakan oleh panitia. 2. Bakal Calon Ketua dapat diajukan sebagai Calon Ketua jika memperoleh suara minimal sama dengan Jumlah Suara Total dibagi jumlah Bakal Calon Ketua. (Calon = min Jumlah suara/jumlah bakal Calon). 3. Calon Ketua dimintai kesediaan secara sungguh-sungguh. 4. Calon Ketua yang menyatakan kesediaan diseleksi berdasarkan kriteria pemilihan. 5. Calon Ketua yang lolos kriteria ditetapkan sebagai Nominasi Ketua Umum PP.PPGT 2013-2018. 6. Calon Ketua yang lolos kriteria menyampaikan strateginya dan profil pelayanannya di PPGT di depan Kongres. 7. Pemilihan dilakukan dengan menuliskan nama Calon Ketua pada kertas yang telah disiapkan. 8. Selanjutnya dilakukan perhitungan suara dengan disaksikan oleh saksi yang ditunjuk oleh Kongres. 9. Calon Ketua Umum yang mendapat suara terbanyak mutlak (1/2 + 1) dinyatakan sebagai Ketua Umum terpilih. 10. Jika poin 9 tidak tercapai, dilakukan pemilihan ulang, yang diikuti oleh 2 nama Calon Ketua yang memperoleh suara terbanyak. 11. Calon Ketua Umum yang mendapat suara terbanyak mutlak (1/2 + 1) dinyatakan sebagai Ketua Umum terpilih. 12. Jika poin 10 tidak tercapai, maka Majelis Pimpinan mengambil keputusan setelah mendapat pertimbangan dari penasehat Pasal 23 Pemilihan Sekretaris Umum Pemilihan Sekretaris Umum dilakukan dengan urut-urutan sebagai berikut: 1. Setiap Utusan menulis satu nama sebagai Bakal Calon Sekretaris Umum pada kertas yang telah disediakan oleh panitia. 2. Bakal Calon Sekretaris dapat diajukan sebagai Calon Sekretaris jika memperoleh suara minimal sama dengan Jumlah Suara Total dibagi jumlah Bakal Calon Sekretaris. (Calon = min Jumlah suara/jumlah bakal Calon). 3. Calon Sekretaris dimintai kesediaan secara sungguh-sungguh. 4. Calon Sekretaris yang menyatakan kesediaan diseleksi berdasarkan kriteria pemilihan. 5. Calon Sekretaris yang lolos kriteria ditetapkan sebagai Nominasi Sekretaris Umum PP.PPGT 2013-2018 6. Calon Sekretaris yang lolos kriteria menyampaikan Visi dan Misinya di depan Kongres. 7. Pemilihan dilakukan dengan menuliskan nama Calon Sekretaris pada kertas yang telah disiapkan. 8. Selanjutnya dilakukan perhitungan suara dengan disaksikan oleh saksi yang ditunjuk oleh Kongres. 9. Calon Sekretaris Umum yang mendapat suara terbanyak mutlak (1/2 + 1) dinyatakan sebagai Sekretaris Umum terpilih. 10. Jika poin 9 tidak tercapai, dilakukan pemilihan ulang, yang diikuti oleh 2 nama Calon Sekretaris yang memperoleh suara terbanyak. Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
162
11. Calon Sekretaris Umum yang mendapat suara terbanyak mutlak (1/2 + 1) dinyatakan sebagai Sekretaris Umum terpilih. 12. Jika poin 10 tidak tercapai, maka Majelis Pimpinan mengambil keputusan setelah mendapat pertimbangan dari penasehat Pasal 24 Pemilihan Bendahara Umum Pemilihan Bendahara Umum dilakukan dengan urut-urutan sebagai berikut: 1. Setiap Utusan menulis satu nama sebagai Bakal Calon Bendahara Umum pada kertas yang telah disediakan oleh panitia. 2. Bakal Calon Bendahara dapat diajukan sebagai Calon Bendahara jika memperoleh suara minimal sama dengan Jumlah Suara Total dibagi jumlah Bakal Calon Bendahara. (Calon = min Jumlah suara/jumlah bakal Calon). 3. Calon Bendahara dimintai kesediaan secara sungguh-sungguh. 4. Calon Bendahara yang menyatakan kesediaan diseleksi berdasarkan kriteria pemilihan. 5. Calon Bendahara yang lolos kriteria ditetapkan sebagai Nominasi Bendahara Umum PP.PPGT 2013-2018 6. Calon Bendahara yang lolos kriteria menyampaikan Visi dan Misinya di depan Kongres. 7. Pemilihan dilakukan dengan menuliskan nama Calon Bendahara pada kertas yang telah disiapkan. 8. Selanjutnya dilakukan perhitungan suara dengan disaksikan oleh saksi yang ditunjuk oleh Kongres. 9. Calon Bendahara Umum yang mendapat suara terbanyak mutlak (1/2 + 1) dinyatakan sebagai Bendahara Umum terpilih. 10. Jika poin 9 tidak tercapai, dilakukan pemilihan ulang, yang diikuti oleh 2 nama Calon Bendahara yang memperoleh suara terbanyak. 11. Calon Bendahara Umum yang mendapat suara terbanyak mutlak (1/2 + 1) dinyatakan sebagai Bendahara Umum terpilih. 12. Jika poin 10 tidak tercapai, maka Majelis Pimpinan mengambil keputusan setelah mendapat pertimbangan dari penasehat Pasal 23 Pemilihan Formatur Kongres Pemilihan Formatur dilakukan dengan urut-urutan sebagai berikut: 1. Setiap ex wilayah (I-IV) berembuk untuk mengajukan satu orang Formatur dan ditetapkan dalam pleno. 2. Formatur yang terpilih tidak diperkenankan menjadi Pengurus Pusat PPGT dalam posisi apapun. Pasal 24 Suara Batal
Suara dinyatakan batal jika : a. Kertas dikembalikan dalam keadaan kosong. b. Pemilih memilih lebih dari satu calon dalam satu kertas. c. Nama calon tidak jelas.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
163
BAB VII TENAGA FULL TIMER
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pasal 25 Mekanisme Perekrutan Tenaga Staff Full Timer PP.PPGT dan Personalia BPS Gereja Toraja membuka pendaftaran dan dipublikasikan secara terbuka. Calon yang mendaftar diseleksi sesuai ketentuan penerimaan Pegawai Gereja Toraja. Calon yang diterima diumumkan oleh PP.PPGT dan BPS Gereja Toraja sebagai Bakal Calon Pegawai Gereja Toraja dengan status percobaan. Setelah masa percobaan, PP.PPGT menyampaikan hasil evaluasi kepada personalia BPS Gereja Toraja. Jika memenuhi syarat, maka statusnya ditingkatkan menjadi Calon Pegawai Gereja Toraja. Pengurus Pusat berkonsultasi dengan Tim Seleksi Pegawai Gereja Toraja.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 8 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
164
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.15.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG KETUA UMUM PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA (PPGT) PERIODE 2013-2018 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa untuk melaksanakan keputusan-keputusan Kongres XIII PPGT, perlu mengangkat Ketua Umum PP.PPGT Periode 2013-2018; b. bahwa hasil pemilihan Ketua Umum PP.PPGT Periode 20132018 telah memenuhi syarat untuk ditetapkan dalam keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 10 tentang Pengurus Pusat PPGT dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.10.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang GBPP PPGT 2013-2018; 6. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Sidang Paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 9 November 2013 MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Ketua Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
165
Pertama
: Ketua Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) periode 2013-2018 adalah : Ketua Umum
: Fery Hendra, S.Th
Kedua
: Menugaskan Ketua terpilih untuk melengkapi Pengurus Harian dan Pengurus Lengkap dengan berpedoman pada Keputusuan Kongres XIII PPGT nomor 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT. 1I.2013 tentang Struktur dan Nominasi PP.PPGT Periode 20132018.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ada kekeliruan dalam penetapannya, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 9 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
166
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.16.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG SEKRETARIS UMUM PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA (PPGT) PERIODE 2013-2018 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa untuk melaksanakan keputusan-keputusan Kongres XIII PPGT, perlu mengangkat Sekretaris Umum PP.PPGT Periode 2013-2018; b. bahwa hasil pemilihan Sekretaris Umum PP.PPGT Periode 2013-2018 telah memenuhi syarat untuk ditetapkan dalam keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 10 tentang Pengurus Pusat PPGT dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII. PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.09.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang GBPP PPGT 2013-2018; 6. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Sidang Paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 9 November 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Sekretaris Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
167
Pertama
: Sekretaris Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) periode 2013-2018 adalah : Sekretaris Umum : Jery Parimba, ST
Kedua
: Menugaskan Sekretaris terpilih untuk melengkapi Pengurus Harian bersama Tim Formatur pada Keputusuan Kongres XIII PPGT nomor 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.1I.2013 tentang Struktur dan Nominasi PP.PPGT Periode 2013-2018.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ada kekeliruan dalam penetapannya, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 9 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
168
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.17.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG BENDAHARA UMUM PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA (PPGT) PERIODE 2013-2018 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa untuk melaksanakan keputusan-keputusan Kongres XIII PPGT, perlu mengangkat Bendahara Umum PP.PPGT Periode 2013-2018; b. bahwa hasil pemilihan Bendahara Umum PP.PPGT Periode 2013-2018 telah memenuhi syarat untuk ditetapkan dalam keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 10 tentang Pengurus Pusat PPGT dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.09.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang GBPP PPGT 2013-2018; 6. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Sidang Paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 9 November 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Bendahara Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
169
Pertama
: Bendahara Umum Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) periode 2013-2018 adalah : Bendahara Umum : Muliati Nelche, ST
Kedua
: Menugaskan Bendahara terpilih untuk melengkapi Pengurus Harian bersama Tim Formatur pada Keputusuan Kongres XIII PPGT nomor 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.1I.2013 tentang Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 20132018.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ada kekeliruan dalam penetapannya, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 9 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
170
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.18.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG FORMATUR PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA (PPGT) PERIODE 2013-2018 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa untuk melaksanakan keputusan-keputusan Kongres XIII PPGT, perlu mengangkat personalia PP.PPGT Periode 2013-2018; b. bahwa hasil pemilihan personalia PP.PPGT Periode 20132018 telah memenuhi syarat untuk ditetapkan dalam keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 10 tentang Pengurus Pusat PPGT dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT; 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.10.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang GBPP PPGT 2013-2018; 6. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.14.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Struktur dan Nominasi Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Sidang Paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 9 November 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Tim Formatur Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
171
Pertama
: Tim Formatur Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) periode 2013-2018 adalah : Struktur Formatur Kongres XIII adalah sebagai berikut: 1. Ketua (merangkap anggota 1) : Fery Hendra, S.Th 2. Sekretaris (merangkap anggota 2) : Jery Parimba, ST 3. Bendahara Umum 3 : Muliati Nelche, ST 4. Anggota 4 : Pdt. Yusuf Paliling, S.Th 5. Anggota 5 : Lewi Oktavianus Pata‟, S.Th 6. Anggota 6 : Albertinus Bobby 7. Anggota 7 : Prop. Martinus Lodi, S.Th 8. Anggota 8 : Joni Toding Kayang, S.PAK 9. Anggota 9 : Joni Pareang, ST
Kedua
: Menugaskan Tim Formatur terpilih untuk melengkapi Pengurus Harian sebelum kongres ditutup.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ada kekeliruan dalam penetapannya, akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 9 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
172
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.19.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PENGHIMPUN KONGRES XIV PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA (PPGT) Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa tempat pelaksanaan Kongres XIV PPGT perlu ditunjuk untuk dipersiapkan; b. bahwa penunjukan tempat pelaksanaan Kongres XIV PPGT termaksud, perlu ditetapkan melalui Keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 12 tentang Kongres PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.02.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Jadwal Acara Kongres XIII PPGT.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Sidang Paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 9 November 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Penghimpun Kongres XIV Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT).
Pertama
: Tempat pelaksanaan Kongres XIV Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) tahun 2018 adalah sebagai berikut : Calon Pertama Calon Kedua
: Klasis Makale Utara : Klasis Makale
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
173
Kedua
: Kongres menyerukan kepada Pengurus PPGT Klasis yang bersangkutan untuk mempersiapkan diri secara dini dengan sebaik-baiknya.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 9 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
174
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.20.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG KOMPOSISI DAN PERSONALIA PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA (PPGT) PERIODE 2013-2018 Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: a. bahwa untuk melaksanakan keputusan-keputusan Kongres XIII PPGT, perlu mengangkat personalia PP.PPGT Periode 2013-2018; b. bahwa hasil Formatur PP.PPGT Periode 2013-2018 telah memenuhi syarat untuk ditetapkan dalam keputusan Kongres XIII PPGT.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 10 tentang Pengurus Pusat PPGT dan ART PPGT pasal 12 tentang KONGRES PPGT; 4. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.03.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang Tata Tertib Kongres XIII PPGT 5. Keputusan Kongres XIII PPGT nomor 13.09.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 tentang GBPP PPGT 2013-2018.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Sidang Paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 9 November 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Komposisi dan Personalia Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) Periode 2013-2018.
Pertama
: Komposisi dan Personalia Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) periode 2013-2018 adalah sebagaimana terlampir yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ada kekeliruan dalam penetapannya, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
175
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 9 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th
Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
176
Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Kongres XIII PPGT : 13.20.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 : 9 Nopember 2013
PERSONALIA PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA PERIODE 2013 - 2018 Struktur Pengurus Pusat PPGT Periode 2013-2018 sebanyak 14 personil Pengurus Harian dan 16 Koordinator Wilayah dengan susunan sebagai berikut: A. Pengurus Harian Ketua Umum
: : Fery Hendra, S.Th
Sekretaris Umum
: Jery Parimba, ST
Ketua Bidang Spiritualitas Sekretaris Fungsional
: Pdt. Sherly, S.Th : Pdt. Bambang. S. Palamba‟, S.Th
Ketua Bidang Pengembangan SDM Sekretaris Fungsional
: Prop. Meisel P. Basongan, S.Th : Elson Batata, S.Pd
Ketua Bidang Organisasi Sekretaris Fungsional
: Theofilus M. Limongan (full time) : Aldri Yanto Hendra, A.Md
Ketua Bidang Profesi dan Keminatan Sekretaris Fungsional
: Andhy Richard, S.Psi : Natalianus P. Sarulallo, SE
Ketua Bidang Sosial dan Lingkungan Hidup : Pdt. Hezel Tarukallo, S.Th
Sekretaris Fungsional
: Marga Sisong, S.Th
Bendahara Umum Wakil Bendahara
: Mulyati Nelce, ST : Ellyana Surya Mahari, S.Pd
B. Koordinator Wilayah
:
1. Koordinator Wilayah Luwu Timur
(Malili, Kalaena, Wotu) :
Albertus Bara‟padang, S.Sos 2. Koordinator Wilayah Luwu Utara
(Masamba, Sangbua Lambe, Baebunta Selatan, Malengke, Rosaba, Sukamaju, Bone-Bone) : Budi Abadi Daling, S.Kel
3. Koordinator Wilayah Luwu Palopo
(Palopo, Kota Palopo, Luwu, Bastem, Walenrang, Walenrang Timur, Lamasi dan Seriti) : Yan Samma
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
177
4. Koordinator Wilayah Seko
(Seko Padang, Seko Lemo, Seko Embona Tana) : Prop. Semuel Mangalik, S.Th
5. Koordinator Wilayah Sanggalangi‟
(Kesu‟ Tallulona, Kesu Malenong, Kesu‟ La‟bo, Buntao, Rantebua, Bokin Pitung Penanian) :
Prop. Stepanus A. Bungaran, S.Th 6. Koordinator Wilayah Sopai-Rantepao-Tikala-Sesean
(Madandan, Nonongan Salu, Rantepao Barat, Rantepao, Tallunglipu, Tikala, Sesean, Sasi) : Michael Kendek, S.Pd
7. Koordinator Wilayah Kadellekan Allo
(Balusu, Sa‟dan Mataallo, Sa‟dan Ulusalu, Tondon,Sa‟dan, Nanggala Karre dan Sasi Utara) : Fikram Basongan
8. Koordinator Wilayah Rindingallo
(Pangalla, Pangala Utara, Parandangan, Baruppu dan Kapalapitu) : Prop. Demma T. Allolinggi, S.Th
9. Koordinator Wilayah Awan-Denpina-Kurra
(Awan, Dende Denpiku, Piongan Denpiku dan Kurra Denpiku) Prop. Lius Bongga Linggi, S.Th
10. Koordinator Wilayah Tallu Lembangna-Gandangbatu Sillanan
(Sangalla Selatan, Sangalla, Sangalla Barat, Mengkendek Tengah Timur, Sillanan, Gandangbatu, Mengkendek Utara Timur, Mengkendek Utara Barat, Makale, Makale Utara, Makale Tengah, Makale Selatan, Maranpa) : Merson Baso' Sakke'
11. Koordinator Wilayah Toraja Barat 1
(Masanda, Bittuang, Bittuang Se‟seng, Ususalu, Malimbong, Appang Batu Balepe‟, Tapparan Rantetayo) : Prop. Samuel Tempaya, S.Th
12. Koordinator Wilayah Toraja Barat 2
(Rembon, Rembon Sado‟ko, Buakayu, Rano, Simbuang, Simbuang Barat) : Prop. Enos Parinding, S.Th
13. Koordinator Wilayah Sulselbar
(Makassar–Bone–Parepare–Sulbar) : Yusran Lobo‟, S.Th
14. Koordinator Wilayah Sulawesi Tengah
(Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah Timur, Sigilore) : Reinal Robert, S.Th
15. Koordinator Wilayah Kalimantan
(Kaltim Samarinda, Kutai Kaltim, Kaltimteng, Kaltim Tarakan) : Budi Isak
16. Koordinator Wilayah Jawa, Sumatera, Pontianak dan luar negeri
Richard Reynold Mapandin
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
178
Ditetapkan di : Seriti Tanggal : 9 Nopember 2013 MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th
Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
179
KEPUTUSAN KONGRES XIII PPGT Nomor : 13.21.KEP.KONGRES XIII.PPGT.11.2013 TENTANG PENUTUPAN KONGRES XIII PPGT Dengan pertolongan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) :
Menimbang
: bahwa seluruh agenda Kongres XIII PPGT telah berakhir, maka perlu ditetapkan dalam sebuah keputusan.
Mengingat
: 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja (PIGT); 2. Tata Gereja Gereja Toraja (TGGT); 3. ART PPGT pasal 10 tentang Pengurus Pusat PPGT dan ART PPGT pasal 12 tentang Kongres PPGT.
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Sidang Paripurna Kongres XIII PPGT pada tanggal 9 November 2013. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan tentang Penutupan Kongres XIII Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT)
Pertama
: Kongres XIII PPGT berjalan dengan baik dan lancar.
Kedua
: Mengucapkan terima kasih kepada Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT, BPS Gereja Toraja, BPK Seriti, Warga Seriti, Peserta KSK XIII PPGT, dan semua pihak yang telah mendukung.
Ketiga
: Menyerahkan palu sidang kepada Pengurus Pusat terpilih untuk mempersiapkan Kongres berikutnya.
Keempat
: Menutup dengan resmi Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT.
Kelima
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ada kekeliruan dalam penetapannya, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
180
Ditetapkan di Tanggal
: Seriti : 9 Nopember 2013
MAJELIS PIMPINAN SIDANG PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA
Pdt. Ivan Sampe Buntu, S.Th
Aldri Yanto Hendra, A.Md
Prop. Resva Rerung, S.Th
Pdt. Bambang Sugiarto Palamba‟, S.Th
Josep Juliaser Jusuf.SH
Fery Hendra, S.Th Sekretaris Fungsional
Kongres XIII PPGT, Seriti, 4-9 November 2013
181
SERITI KANAAN BARU
T
ahun 1950 di Kabupaten Luwu bagian selatan yang lasim dikenal sebagai Palopo Selatan terdapat 8 (delapan) distrik/kecamatan yaitu Bua, Bajo, Larompong, Ponrang, Rantebua/Pantilang, Ranteballa, Suli dan Ulusalu. Terjadi pemberontakan DI/TII dengan memaksa umat Kristen di Larompong, Suli, Bajo dan Bastem untuk beralih agama. Umat Kristen yang teguh pendiriannya pada iman Kristus memilih mengungsi dari pada menyangkal Kristus. Terjadilah pengungsian secara besar-besaran dan bergelombang dari Palopo Selatan ke Kota Belopa dan ke Bajo yang difasilitasi oleh pihak TNI, sedangkan dari Pantilang ke Karassik-Rantepao melewati gunung yang tinggi dan hutan lebat dengan berjalan kaki. Setelah beberapa lama berada di tempat pengungsian dan kondisi kantibnas sudah mulai membaik tepatnya tanggal 14 Januari 1953 berangkatlah 165 orang (pria dan wanita) ke Lamasi. Di Lamasi mereka ditampung di rumah-rumah masyarakat etnis Jawa. Senin, 19 Januari 1953 para pioner diantar langsung oleh kepala Distrik Lamasi : Kardiman, Kepala Pemerintah Negeri (KPN) W.L. Tambing, Pdt. M. Sirupa, Mangentang dan beberapa pejabat pemerintah menuju Pongo (sekarang Desa To Pongo Kec. Lamasi) dan tanggal 20 Januari 1953 ke Danta tetapi kedua daerah ini tidak diminati oleh pioner dengan berbagai alasan. Pada hari yang ketiga 21 Januari 1953 rombongan pioner menuju sebuah lokasi yang kondisinya saat itu berupa hutan lebat yang berada di bagian timur Lamasi. Setelah mengamati dengan seksama maka diambil keputusan bahwa tempat inilah yang cocok dihuni. Keesokan harinya 22 Januari 1953 dibawah pengawalan TNI dari Komando Teritorial Tentara (sekarang Kodam 5 Brawijaya) khususnya Batalyon Infantri 506 Sriti, Kompi I dari Resimen 16 Kediri Jatim yang bertugas di daerah Lamasi, dengan semangat yang membara bergotong royong membangun pondok sementara, menata tempat pemukiman, daerah pertanian dan dari pihak tentara membangun pos di bawah pohon beringin besar. Sampai kondisi ini pergumulan dan penderitaan belum berakhir, pihak gerombolan dari DI/TII terus meneror warga yang telah rela meninggalkan segala harta bendanya di Palopo Selatan demi mempertahankan imannya. Tepatnya 18 April 1954 terjadilah sesuatu yang yang tidak diinginkan, pihak gerombolan melakukan penyerangan membabibuta ke perkampungan dengan korban sebagai berikut : 63 rumah dibakar, 3 orang meninggal dan 6 orang ditawan dibawa ke dalam hutan.
Sekilas Seriti
Waktu terus berjalan dan tibalah saatnya untuk meresmikan nama perkampungan/desa beserta dengan pemerintahannya. Atas prakarsa Komandan Kompi I Yon 506/Sriti Kodam 5 Brawijaya saat itu dijabat Lettu Inf. Ongko Wiyono menetapkan untuk mengadakan upacara peresmian. Tibalah waktu yang disepakati, tepat tanggal 12 Juni 1954 bertempat di kelompok I/Dadeko diadakan upacara peresmian dan ditetapkan nama desa adalah SRITI dan kepala Desa adalah Mangentang. Nama Sriti diambil dari nama kesatuan SRITI adalah nama sejenis burung walet yang kebiasaannya terbang tinggi di atas angkasa seraya melayanglayang melintasi gunung, lembah dan lautan luas, menyebar ke seluruh penjuru arah angin tetapi waktu menjelang malam hari mereka kembali ke sarangnya. Sarang burung Sriti biasanya terletak di atas gunung atau lereng/tebing yang sangat tinggi yang susah dijangkau oleh hewan pemangsa dan manusia. Tempat mereka aman dari gangguan. Perilaku hidup dari burung Sriti inilah yang menjadi inspirasi dan gambaran persekutuan, orang-orang pengungsi saat itu untuk menjadikan kenangan nama kesatuan 506/Brawijaya, yaitu Batalyon Sriti. Pembagian kelompok/lorong dibagi berdasarkan nama kampung asal dari Palopo Selatan, Seko dan Bastem yaitu : 1. Kelompok 1 Dadeko 2. Kelompok 2 Pattedong 3. Kelompok 3 Salubanga 4. Kelompok 4 Salulompo 5. Kelompok 5 Tondok Tangnga 6. Kelompok 6 Buntu Taipa 7. Kelompok 7 Paradoa 8. Kelompok 8 Buntu Sampa 9. Kelompok 9 Batumurrung 10. Kelompok 10 Pangala Nangka 11. Pemukiman Baru (Beroppa dihuni pengungsi dari Seko Lemo) Sebelah utara Kelompok 1/Dadeko 12. Kelompok 11 dan 12 Maindo terbentuk pada bulan Maret 1954. Seiring perjalanan waktu nama Sriti berubah menjadi Seriti, mungkin karena pengaruh aksen bahasa daerah, lebih muda menyebut Seriti ketimbang Sriti. Setelah 60 tahun Seriti terbangun yang awalnya hanyalah satu desa kini karena perkembangann telah dimekarkan menjadi 4 desa yaitu : Seriti, Pelalan, To‟Lemo dan Salupao. Seriti sebagai desa yang populasi penduduknya terbanyak di Kec. Lamasi Timur. Pembangunan dan perkembangan Jemaat yang mula-mula adalah Jemaat Seriti yang ditempati berkongres hari ini. Selanjutnya mekar seiring pertumbuhan warga jemaat dengan urutan-urutan sebagai berikut :
Sekilas Seriti
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Jemaat Seriti Imanuel Salubanga Tondok Tangnga To‟Lemo Bethesda Salupao Durian Tamatiku Sin Pararra Moria Seriti Selatan Lisurannu
Alamat Lorong 4 Lorong 3 Lorong 5 To‟Lemo Salupao Beroppa Lorong 1 Pararra Lorong 12 Lisurannu
11. Pompengan *
Pompengan
12. Sinangkala *
Sinangkala
13. CK. Bulolondong 14. CK. Bakong
Bululondong Pompengan
Desa Seriti Seriti Seriti To‟Lemo Salupao Salujambu Seriti Pelalan Pelalan Salupao Pompengan Pantai Pompengan Utara Bululondong Pompengan
Keterangan
*) dahulunya dari Klasis Walenrang tetapi karena penataan wilayah bergabung ke Klasis Seriti.
Sekilas Seriti
PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA The Central Board of Toraja Church Youth Communion Kantor/Office : Gedung Pemuda Van de Loodstrect Jl. Dr. Sam Ratulangi No 60, Telp 0423-25401 Rantepao 91831
Email :
[email protected] Email group :
[email protected] Facebook : PPGT; Twitter : @PPGT Homepage : www.ppgt.webnode.com Bank Account : Bank Sulsel Cab. Makale No. 0110-202000014694-5 An Pengurus Pusat PPGT
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA Nomor : 12.SK.017.02.2011 Tentang PENETAPAN PANITIA PELAKSANA KONPERENSI STUDI DAN KONGRES XIII PPGT
Menimbang
:
Mengingat
:
Memperhatikan
:
Menetapkan
:
Pertama
:
Kedua
:
Ketiga
:
a. bahwa Kongres sebagai forum pengambilan keputusan terluas dalam organisasi PPGT, sebagaimana digariskan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi PPGT; b. bahwa masa bakti PP.PPGT periode 2008-2013 akan berakhir September 2013 dan karena itu akan dilaksanakan pada Kongres XIII PPGT yang akan dirangkaikan dengan Konperensi Studi untuk membahas masalah-masalah aktual kepemudaan, kegerejaan dan kemasyarakatan. c. bahwa untuk mempersiapkan dan melaksanakan Konperensi Study dan Kongres XIII PPGT tersebut, dipandang perlu untuk menetapkan Panitia. d. bahwa untuk maksud tersebut di atas maka Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja perlu mengeluarkan Surat Keputusan Penetapan Personalia Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT. 1. Pengakuan Iman Gereja Toraja 2. Tata Gereja Gereja Toraja 3. Anggaran Dasar Pasal 10 ayat 1 point c. 4. Anggaran Rumah Tangga pasal 12 5. Keputusan Kongres PPGT XII nomor :16/Kep/KONGRES XII/PPGT/ IX/2008 tentang klasis penghimpun Konperensi Studi dan Kongres. Peraturan Organisasi tentang Rapat Anggota, Konperensi, dan Kongres dan Rapat Lengkap Pengurus Pusat tanggal 24 Februari 2011 MEMUTUSKAN Keputusan tentang Penetapan personalia Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT Susunan Personalia Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT yang merupakan hasil dari Rapat Bersama Pengurus Pusat, Badan Pekerja Majelis Klasis Seriti, Badan Pekerja Majelis Jemaat Seriti dan Pengurus PPGT Klasis Seriti, sebagaimana terlampir. Panitia Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT bertanggungjawab kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya 3 bulan setelah dilakukan Verifikasi oleh Badan Verifikasi Gereja Toraja. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 25 Februari 2011 dan apabila ada kekeliruan di dalamnya akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Pada tanggal
: Rantepao : 25 Februari 2011
PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA Ketua Umum Sekretaris Umum Pdt. Yusuf Paliling, S.Th Surat Keputusan ini di sampaikan kepada Yth : 11. 12. 13. 14.
Masing-masing yang bersangkutan Badan Pekerja Majelis Klasis Seriti Badan Pekerja Majelis Jemaat Se Klasis Seriti. Pengurus PPGT Klasis Seriti
Tembusan:
1. Badan Pekerja Majelis Sinode gereja Toraja 2.Badan Verifikasi Gereja Toraja
Panitia Pelaksana Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT
Fery Hendra, S.Th
Lampiran
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA Nomor : 012.SK.017.02.2011 Tentang PENETAPAN PANITIA PELAKSANA KONPERENSI STUDI DAN KONGRES XIII PPGT
1. PENANGGUNG JAWAB
: 1. BPS Gereja Toraja 2. Pengurus Pusat PPGT
2. PENGAYOM / PELINDUNG 1. Gubernur Sul-Sel 2. Pangdam VII Wirabuana 3. Kapolda Sul-Selbar 4. DPRD Prop. Sul-Sel 5. PGIW Sul-Selbar 6. Bupati – Wakil Bupati Luwu 7. Walikota Palopo 8. Bupati Luwu Utara 9. Bupati Luwu Timur
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
3. PENASEHAT Majelis Pertimbangan Gereja Toraja 1. 2. BPMS Gereja Toraja 3. BVGT 4. BPMK Seriti 5. BVK Seriti 6. Ketua – Ketua BPMK se-Walmas 7. BPM Jemaat Seriti 8. Prof. DR. Ir. Yusuf Siahaya, M.Eng 9. Prof. Dr. Randanan Bandaso, M.Sc 10. Prof. DR. Dr. Daniel Sampe Pajung, SPB.K 11. Letkol (Purn) Ruben Mallin 12. Letkol (CTP) Amsal Sampetondok 13. Pdt.DR.J.K.Parantean,M.Th. 14. Drs. Matius Timang, MBA 15. Luther Bijak, SH. MH 16. Ir. Adrianus Parenden 17. Ir. Swingli Parubak 18. Drs. Yoram Paratte, M.Min 19. Drs. Markus Sele 20. dr. Mathius Gasong 21. Pdt. Daniel Gasong 22. Ir. Markus Nari 23. Sarce Bandaso, SH 24. Dan Pongtasik, SH 25. Martinus G. Lebang, SE 26. Pdt. M. Tandiappang, B.Th
Bupati Tana Toraja Bupati Toraja Utara DPRD Kab. Luwu DPRD Kota Palopo DPRD Kab. Luwu Utara DPRD Kab. Luwu Timur DPRD Kab. Tana Toraja DPRD Kab. Toraja Utara Kapolres Luwu 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51.
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Drs. Alex Palinggi, M.Si Ir. Yosafat Tandilinting Drs. Paulus Tandiongan
Drs. Yakobus, Mayong Padang
Ir. Yakub Samben M. Palesang Djama Anan Parundani, SE Pdt. Y.R. Tutu Drs. J. Tulili Rande Samben, SE, Ak.
Zet Asma Pane, SE, M.Si, Ak
Senos Ratu, SE Ir. Marthen T. Pongsumben Ir. A.B. Lambe, M.Eng, M.Sc
Elianus Pongsoda, SE, MBA Ir. Simon Gasong Ir. Edward Tanari, M.Si Ir. Thomas Toba Ir. Anthonius Dengen, M.Si Ir. T. Samuel Gasong Yusuf Romon, SH Drs. Martinus Samben, M.Pd
Ir. Agustinus Renda Pdt. S. Sirupa, S.Th Pdt. P. Boky, S.Th
4. PANITIA PENGARAH Ketua : Pdt. Lydia K. Tandirerung, MA.M.Th. Sekretaris : Yunus Buana Patiku, SKM Anggota : 1. Theofilus Allorerung, SE 7. Salmon Pamantung, M.Th 2. Dan Pongtasik, SH 8. Yoel Pasae 3. Drs. Habel Pongsibidang 9. Pdt. Wimvried P. Salewa, S.Th 4. Yohanis Lintin Paembonan, S.Th. 10. Ir. Soni Budi Pandin 1. 5. Pdt.Sulaiman Allolinggi, M.Si 11. Nobertinus 6. Pdt. Albatros Palilu 12. Yosep Tandiongan 5.
Kapolres Palopo Dandim 1403 Sawerigading BINMAS Kristen Kandepag Luwu Para Camat se-Walmas Kapolsek Lamasi Danramil Walmas Kades Seriti Kades Pelalan Kades Salupao Kades To‟lemo
PANITIA PELAKSANA : Ketua Umum Ketua Harian Ketua Bid. Kesektariatan, Ibadah, Acara, Persidangan Ketua Bid. Dana, Konsumsi, Kesehatan Ketua Bid. Akomodasi, Dekorasi, Dokumentasi Perlengkapan dan Penerangan Ketua Bid. Humas/Publikasi, Transportasi, Keamanan Seketaris Umum
Panitia Pelaksana Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT
52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76.
13. 14. 15. 16. 17.
Pdt. Esrom Kajang, S.Th Pdt. Ibrahim B. Kajang, B.Th Drs. Hiskia Jama, M.Pd Juni, M.Pd Lukas Kaseseng dr. Ati Dera Eli Hosea Ratta, BA P. Temban Ferdinan Tangelo Pdt. Helmes, S.Th Akp. Sattu Rataba Elianus Samben, SP Victor Paratte Amos Dari Donarius Septianus Ba‟ka Pengurus PPGT Klasis Seriti Lukas Sombolayuk,S.Th Micha Lempang Pdt.Ruben Tanggulungan,S.Th
Pdt. Agustinus Lukas, S.Th, M.Min
Pdt.Bernadus Randuk Pdt. Yusak Toding Agustinus Pdt. Drs. Luther Tamba
Pdt. Paulus Palute, S.Th Drs. Daud Gala Pdt.Kristian Tanduk, M.Th Nades Medan Robert A Rante
: : : : :
Drs. Esra Lamban Pdt. Marten Lamida, S.Th Pdt. Asriel, S.Th Isak Lamban Drs. Arthur Kajang
: :
Irianto, S.Pd Maruli, A.Md, S.Th
Sekretaris Harian Sek. Bid. Kesektariatan, Ibadah, Acara, Persidangan Sek. Bid. Dana, Konsumsi, Kesehatan Sek. Bid. Akomodasi, Dekorasi, Dokumentasi Perlengkapan dan Penerangan Sek. Bid. Humas/Publikasi, Transportasi, Keamanan Bendahara Umum Wakil Bendahara Umum
1. 2. 3. 6. 9. 12. 13.
SEKSI – SEKSI : A. Kesektariatan Koordinator Anggota 1. Kristian, S.Kom 1. 2. Ariel Mandoti, S.Kom 1. 3. Eka Gasong, S.Kom 4. 4. Putra Jama, S.Ip 7. 5. Anderson 10. 6. Ratnawati Tuju, S.Pd.SD 7. Elni Pali‟
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
B. Ibadah / Acara Koordinator Anggota 1. Pdt. Benyamin Randa, S.Th1. 2. Pdt. Wien Katryn, S.Th 3. 3. Pdt. Elam S. Bangun, S.Th 4. 4. Pdt. Herlinda Desy, S.Th 5. 5. Pdt. Agus Empang Loloan, SM.Th 6. 6. Aris Dalimu
8. 10. 13. 16. 19. 22. 23.
C. Persidangan Koordinator Anggota 1. Landa Zetmi, S.Pd 2. Meti Badu, S.Pd 3. Ruslin Gatti‟, S.Pd 4. Maya Risa, S.Tp 5. Yosel 6. Agustinus Lomo 7. Orpa
24. 2. 4. 6.
D. Dekorasi / Dokumentasi Koordinator Anggota 1. Rika, CS 2. Endang Tulu‟ 3. Yance Cambulong 4. Mei Lotong E.
2. 4. 7. 10. 13. 16. 2.
Dana Koordinator Anggota 1. Markus Rumpun 3. 2. Juni Laen Tandi, 5. S.Pd 3. Andarias 8. 4. Nober Pasolon11. 5. Mathias Andarias 14. 6. Jasen Parerung 7. Lotong Pamantung
9. 11. 14. 17. 20.
25. 3. 5. 1.
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
SUB SEKSI DANA 1. Jakarta dan Sekitarnya 2. 3.
Bandung dan Sekitarnya Surabaya dan Sekitarnya
: : : :
Marthen Luter, S.Pd Alex Anu Emilia Gasong, A.Ma.Pd Leo Chandra
: : :
Albertinus Bobby Dra. Elda Renda Asri Anggaran
: :
Yusuf Tangke Pare, A.Ma.Pd.SD
Asmiati Palili Meltin Lengko Nuning Andriani Resty Leo Chandra Maria Rapa‟ Sakbarak, S.PAK
7. 8. 9. 10. 11.
: :
Margareta, S.Pd
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Edi Pabara Yakolina 12. Wasti Palili 15. Mischa 18. Kiki Pertiwi Lambe21. Yonce Nevi Andarias
5. 6. 7. 8.
: Emma Parubak, A.Ma.Pd.SD : Novitasari Rante, S.Pd.K 1. 9. PPGT Jemaat Seriti PWGT Klasis Seriti PWGT Jemaat Seriti PPGT Klasis Seriti
Yotan Suliatni Padatu 6. Yuliana Tarima 9. Silpa Paranta 12. Dorkas Angka, A.Ma.Pd 15. Lintin Tiala 1. Ketua PPGT Klasis Lamasi
: :
Desprianto Jelita Admen Drs. Ranin Tari
: Pdt. Satria Sirupa, S.Th : Joice Mesralina, S.PAK 2. 12. Sirul Dalimu, SKM Pdt. Welly Efrain, S.Th 13. Asthin Ernawati, S.PdK Yana, S.PAK 14. Maria Lempangan Asnah Paratte, SE 15. Ritha Mule, S.Pd Dra. Salpina, M.Pd7. 16. Alberthin
: :
:
15. 16. 17. 18.
2. 5. 8. 11.
Panitia Pelaksana Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT
15. 16. 17. 18. 19.
Melvi Mansur Devi Krismawati Lamida Marsen PPGT Klasis Seriti PPGT Jemaat Seriti
Victor Lamban 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Ketua PPGT Klasis Walenrang Ketua PPGT Klasis Rantedamai Ketua PPGT Klasis Pantilang Bendahara Jemaat se-Klasis Seriti
Bendahara PPGT Jemaat se-Klasis Seriti Ketua-Ketua PPGT Jemaat se-Klasis Seriti
Pdt. Petrus Silas, S.Th Yusuf Gala Arthius Kajang, ST Pdt. Gustaf Adolf Mule, S.Th Riswanto, S.Kom
Calvin Parubak Amoni Lolongan;
F. 3. 5. 7. 9.
4.
Samarinda dan Sekitarnya
:
5. 6.
Balikpapan dan Sekitarnya Bontang dan Sekitarnya
: :
7. 8. 9.
Sangata‟ dan Sekitarnya Tarakan dan Sekitarnya Jayapura dan Sekitarnya
: : :
10. Wamena dan Sekitarnya 11. Timika dan Sekitarnya
: :
12. Kepi dan Sekitarnya
:
13. Tanah Merah & Sekitarnya
:
14. Merauke dan Sekitarnya
:
15. Asmat dan Sekitarnya
:
16. Pomalaa dan Sekitarnya
:
17. Palu dan Sekitarnya
:
18. Makassar dan Sekitarnya
:
19. Sulbar dan Sekitarnya
:
20. Toraja dan Sekitarnya
:
21. Kota Palopo 22. Luwu Utara
: :
23. Luwu Timur
:
TRANSPORTASI Koordinator Anggota 1. Suleman Kasman 2. Asjaya 3. Yohanis 4. Kristiandes
G. KONSUMSI Koordinator Anggota 1. Katrina Sirupa 2. Sarlota Boky Ruth Samanna, A.Ma.Pd 3. 4. Risa Paramma 5. Martha Raina 6. Eti Pali‟ 7. Rinta, S.Pd 8. Narti 9. Dina Raina 10. Ronting 11. Sarlina Gonda 12. Ida Duru‟ 13. Leni Lamban
Armin Gasong Nelsar Goga Salmon Paramma Armin Gasong Mustar L. Rewo Tjalunggung Pdt. Rosfin Sani, S.Th Andarias Silas Pdt. Retha Gala, S.Th Pdt. David Rante, S.Th Simon Parintak, S.Pd Drs. Manna Lamban Maria Kaseseng Dra. Haru Altin Inte‟ Urai Massau Anthon Dari Ir. Harim Efraim dr. Sieltiel Irianto Yustin Massau Drs. Filemon Singkali Adin Bunnu Ir. Agustinus In the Budianto Taro Rondong Lamban Yafet Okke dr. Sharon Sirupa Aris Lamban Drs. Paiwang M. Agustinus Lamban Yosua Temban Asar Titing Drs. Sussang Lamban Pdt. Alexander E. Parumbuan, S.Th Pdt. Esrom Manginte, S.Th AKP. Alexander Yusuf, SH Pdt. Micha Pakan, S.Th Joni Kappa, ST KKS IPPMS Drs. Paintu B. Ir. Zet Randa Pdt. Petranelius Rannu Paratte, S.Th Martinus Ronal, S.Hut Ir. Yarid Buli Gala Welem Pasu Noch Paratte Efsan Lamban Isbah Palutean, SP : :
4. 6. 8. 10.
5. 6. 7. 8.
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Martin Pottari Miksen Syukur Salmon
Natal Ria Neli Malaga Elis Sempa Debora Sakka Helce Temban Tina Pasu Harmini Wasti Elis Tembo‟ Yuliana Mallo Yuliana Sa‟ti Rosfin Paimin Agustina Tanna
Panitia Pelaksana Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT
Pither Bone, S.Pd 9. 10. 11.
: :
Ade Edi BR. Vhandi Enri Jama
Rospin Pongsoda, S.Pd 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Rista Agustina Kala Rina Damo‟ Maden Yorin Lubis Sonda Tera Geno PWGT Jem. Seriti PPGT Jem. Seriti PKBGT Jem. Seriti
H. PENERANGAN / SOUND SISTEM Koordinator Anggota 1. Annas Tuju 2. Yosias Palutean 3. Kislon Bunnu I.
J.
K.
4. 5. 6.
AKOMODASI Koordinator Anggota 1. Lisen Mawara 2. Tadius Bungkang 3. Abner Payung 4. Pandralla PERLENGKAPAN Koordinator Anggota 1. Lallung 2. Subgan 3. Biusar Samanna 4. Yoskar 5. Hendrik Irianto 6. Alson 7. Matius Pairi 8. Sadrak Gentan 9. Markus Kandoangko 10. Mesak Gala PUBLIKASI Koordinator Anggota 1. Mulianto Taro, S.Sos 2. Esron 3. Daud Manginte 4. Drs. Raning Tari
5. 6. 7. 8.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Daniel Paressa Gonda Ruben Titus
Mattan Silas Esron Habel Yusuf Poppo Stefanus Dera Suardi Benyamin Sulle Amos Weta Andarias Rosson Emi Rante
5. 6. 7. 8.
Darman P. S.Pd Sahrir, S.Pd, MM. Nataniel Andarias Yeni Pasolon
L. KEAMANAN Koordinator Anggota 1. Yulianus (Babinsa Seriti) 2. Unias Tangkin 3. Barnabas Puasa 4. Obed Nego Sae (Babinsa Salupao) M. KESEHATAN Koordinator Anggota 1. Suleman Sumar, SKM 2. Yospina Ratta, SKM 3. Daniel 4. Amad
: Marthen Randa : Anton Tottong 7. Iska Ruminding 8. Sero Ba‟ka 9.
5. 6. 7. 8.
5. 6. 7. 8.
: :
Yohanis Kadang
: :
Martinus Situru
: :
Isen Dalimu, S.Sos
9. 10. 11.
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
9. 10. 11.
Rahman Markus Guna Yuder
Yonatan Cumbang Sonni, S.Pd Samuel Samanna, S.Pd
Fenny Damaris Lina Berta Tulak Yenni Senobaan, A.Md Andarias Taliu Dominggus (Papa Nona) Madius Tari Kaum Bapak Jem. Seriti
Esni Dalimu, S.Pd Yohana Pengurus PPGT Klasis Seriti
: Aiptu. Yusuf Padatu : Agustinus Lotong (Babinsa Pelalan) 9. Taranti 10. Ridwan Parintak 11. Nataniel 12. : :
A. Kartini
Aser Mesak Gentan, S.Farm, Apt Bidan Seriti Bidan Pelalan
PENGURUS PUSAT
9. 10. 11.
Puskesmas Lamasi Puskesmas Lamasi Timur Karyawan Klinik A & A Rachmat Seriti
Ditetapkan di Pada tanggal
: Rantepao : 25Februari 2011
PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA Ketua Umum Pdt. Yusuf Paliling, S.Th
Panitia Pelaksana Konperensi Studi dan Kongres XIII PPGT
Riba Podi Gaffar Kaissanan Marthen Pune Hansip Seriti Pelalan
Sekretaris Umum Fery Hendra, S.Th